Topik Utama TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI ARUS LAUT DI INDONESIA Erwandi UPT Balai Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
[email protected],
[email protected]
SARI Tulisan ini memaparkan tentang proses rancang bangun Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) yang dilakukan oleh tim perekayasa UPT BPPH BPPT. Paparan dimulai dengan penjelasan mengenai instalasi pertama turbin arus laut kapasitas 2 kW di Selat Larantuka Kabupaten Flores Timur Propinsi NTT. Selanjutnya diuraikan riset-riset yang dilakukan mulai tahun 2006 sebelum instalasi pertama PLTAL. Kendala-kendala yang dihadapi setelah instalasi PLTAL menjadi topik khusus yang dibahas disertai evaluasi dan cara mengatasi kendala. Berikutnya diuraikan tentang instalasi PLTAL kapasitas 10 kW. Terakhir dibahas instalasi PLTAL di bawah Jembatan Suramadu dengan foto-foto saat MENRISTEK mengunjungi prototipe PLTAL tersebut. Kata kunci : BPPH BPPT, konversi energi arus laut, rancang bangun PLTAL, turbin Darrieus
1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, laut Indonesia menyimpan sumber energi baik energi baru dan terbarukan maupun energi tidak terbarukan yang melimpah. Energi baru dan terbarukan dari laut yang belum dimanfaatkan dengan intensif di Indonesia adalah energi arus laut dan energi gelombang laut. Kedua energi ini ditambah dengan energi hasil konversi perbedaan temperatur air laut permukaan dan dasar laut serta angin laut diyakini dapat memenuhi kebutuhan energi yang cukup besar di Indonesia. Untuk mendukung kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia no. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, maka Unit Pelaksana Teknis Balai Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (UPT BPPH BPPT) mulai tahun 2006 telah
4
melakukan penelitian tentang konversi energi arus laut menjadi tenaga listrik yang disebut Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL). Hasil penelitian dan perekayasaan akhirnya membuahkan prototipe turbin arus laut kapasitas 2 kW dan 10 kW yang telah diuji di Selat Larantuka dan di bawah Jembatan Suramadu. Akumulasi pengetahuan hasil penelitian dan perekayasaan tim perekayasa UPT BPPH BPPT diperlihatkan dalam video uji prototipe tersebut yang dapat dilihat di http:// www.youtube.com/erw4ndi. Ringkasan penjelasan mengenai proses rancang bangun dan rekayasa PLTAL dituangkan dalam tulisan ini. b. Tujuan Tujuan dari penulisan ini memberikan informasi mengenai rancang bangun teknologi konversi energi arus di beberapa lokasi di Indonesia yang dilakukan UPT Balai Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika (UPT BPPH), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
M&E, Vol. 12, No. 3, September 2014
Topik Utama 2. RANCANG BANGUN DAN REKAYASA PLTAL VERSI 1.0 KAPASITAS 2 KW Matahari tersaput mendung tipis dan masih sedepa di atas puncak Gunung Mandiri pada siang hari menjelang sore tanggal 27 Maret 2010. Gunung Mandiri yang terkenal dengan sebutan Ile Mandiri dalam bahasa lokal, terletak di sebelah barat Kota Larantuka (Gambar 1). Dari Pulau Adonara gunung tersebut tampak anggun saat proses pemasangan rumah Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) rampung. Itu adalah proses pemasangan turbin PLTAL yang dikemudian hari diberi nama turbin PLTAL versi 1.0. Turbin dengan kapasitas 2 kilowatt tersebut dijangkar di Selat Larantuka. Selat selebar kurang lebih 700 meter itu memisahkan Pulau Flores dan Pulau Adonara. Dari pantai depan desa Tanah Merah Adonara Barat Flores Timur, posisi PLTAL sekitar 100 meter ke arah laut. Seperti tayangan pada video proses pemasangan dan uji coba pertama kali PLTAL versi 1.0 yang diunggah di http:// www.youtube.com/erw4ndi, penduduk desa Tanah Merah sangat antusias saat PLTAL pertama kali diuji coba (Gambar 2). Rumah PLTAL yang berdiri di atas 2 buah ponton, dengan
Gambar 1.
Rumah PLTAL 100 meter dari pantai Adonara dengan latar belakang Ile Mandiri
berat total 8 ton itu sempat miring tiap kali orang-orang bergerak ke kanan-kiri dek. Sorak kegembiraan pecah saat arus laut mulai muncul memutar turbin dan mulai menghasilkan listrik. Pada kecepatan arus 0,9 m/s turbin PLTAL menghasilkan daya fluktuatif sebesar 600 - 800 Watt. Pada kecepatan 1.7 m/s daya maksimum listrik yang diproduksi PLTAL mencapai 1900 Watt. Saat itu untuk pertama kalinya di Indonesia dapat dibuktikan bahwa listrik dapat dihasilkan dari arus laut. Kecepatan arus laut menyimpan energi kinetik yang dapat dikonversi menjadi tenaga listrik. Turbin yang digunakan untuk menangkap energi kinetik tersebut dapat berupa turbin sumbu horizontal yang persis seperti turbin angin maupun turbin sumbu vertikal yang cara kerjanya seperti mixer pengaduk adonan kue (Gambar 3). Studi pemilihan teknologi turbin pemanen energi kinetik arus laut telah dilakukan di UPT BPPH BPPT sejak tahun 2006. Di UPT yang terletak di kompleks kampus ITS Sukolilo Surabaya itu telah dilakukan pemetaan potensi energi kinetik arus laut di selat-selat di antara ribuan pulau di Indonesia. Simulasi
Gambar 2.
Teknologi Konversi Energi Arus Laut di Indonesia ; Erwandi
Masyarakat Pulau Adonara antusias dengan PLTAL sebelum dipasang di Selat Larantuka
5
Topik Utama
Gambar 3. Kinerja bilah turbin PLTAL versi 1.0 numerik kecepatan arus laut di selat-selat terutama di antara pulau-pulau di propinsi NTB dan NTT membuktikan bahwa potensi praktis (practical resources) energi arus laut mencapai 6000 MW. Khusus untuk Selat Larantuka, simulasi numerik dan survei di sana menunjukkan bahwa kecepatan arus laut di beberapa titik mencapai lebih dari 3,8 m/s. Kecepatan arus tersebut sangat potensial untuk dikonversi menjadi tenaga listrik. Oleh karena itu berdasarkan pertimbangan lokasi, kesiapan infrastruktur, maka Selat Larantuka dipilih sebagai tempat uji prototipe PLTAL BPPT. Memanfaatkan fasilitas tangki uji tarik (towing tank) UPT BPPH, tim perekayasa PLTAL BPPH
Gambar 4. Kinerja bilah turbin PLTAL versi 1.0
6
melakukan pengkajian dan penelitian tipe turbin yang cocok untuk perairan Indonesia. Studi tahun 2007 dan 2008 menghasilkan rekomendasi bahwa turbin sumbu vertikal tipe Darrieus lebih cocok diterapkan di Indonesia dibandingkan turbin sumbu horizontal (Gambar 4 dan Gambar 5). Turbin sumbu vertikal instalasinya lebih mudah dan murah karena sistem transmisi dan sistem generator dapat diletakkan di atas permukaan air. Pembuatan bilah turbin pun sangat mudah. Dapat dikerjakan di pabrik velg sepeda motor. Sedangkan turbin sumbu horizontal biayanya jauh lebih mahal karena baik sistem transmisi maupun sistem kelistrikannya harus dibenamkan di dalam air. Perlu wadah yang kedap air agar sistem transmisi dan sistem generator dapat bekerja tanpa masalah. Tahun 2009 dimulai proses rancangan bangun dan rekayasa rinci (Detail Engineering Design) turbin PLTAL versi 1.0 (Gambar 6). Turbin berukuran diameter 2 meter dan panjang bilah (span) 2 meter didesain untuk memproduksi daya listrik 5 kW dengan efisiensi 38%. Karena anggaran terbatas maka hanya diadakan generator magnet permanen kapasitas 3,5 kW, dan inverter 2 kW. sehingga maksimum daya listrik yang diproduksi 2 kW saja. Transmisi putaran poros ke generator menggunakan transmisi pulley dengan perbandingan 1:15. Agar posisi rumah PLTAL tetap stabil di tempat yang telah ditentukan rumah PLTAL ditambat dengan empat buah tali (Gambar 7). Dua buah tali untuk
Gambar 5. Uji kinerja turbin bilah foil LHI-18 di tangki uji tarik kecepatan arus 2.8 m/s
M&E, Vol. 12, No. 3, September 2014
Topik Utama satu jangkar patah karena tidak kuat menahan beban arus laut yang sangat kuat. Tidak berapa lama salah satu radial arm yang menghubungkan bilah turbin dan poros bagian bawah mengalami retak dan bengkok (Gambar 8).
Gambar 6. Uji kinerja turbin bilah foil LHI-18 di tangki uji tarik kecepatan arus 2.8 m/s
Gambar 8. Uji kinerja turbin bilah foil LHI-18 di tangki uji tarik kecepatan arus 2,8 m/s Bagi perekayasa UPT BPPH masalah tersebut adalah masalah hidrodinamika biasa yang dapat diatasi dengan melakukan analisis tentang kekuatan material. Tetapi saat masalah itu disampaikan ke atasan di kantor BPPT Jakarta berita tersebut menimbulkan kehebohan. Dianggap PLTAL gagal dan tidak layak. Gambar 7. Teknik tambat rumah PLTAL menahan arus dari depan dan dua lainnya dari belakang. Untuk menghindari tali tambat tenggelam karena beratnya sendiri, maka tiap tali diberi pengapung (floater). Desain ini tanggal 5 Desember 2013 memperoleh paten dari Kementerian Hukum dan HAM dengan nomor permohonan paten P00201100665. 3. EVALUASI DAN OPTIMALISASI PLTAL VERSI 1 Rasa suka cita keberhasilan uji pertama kali PLTAL tersebut tidak berlangsung lama. Tiga hari
Menanggapi hal tersebut para perekayasa tidak berputus asa. Rumah PLTAL dipinggirkan dan dianalisis penyebab patahnya material jangkar dan bengkoknya radial arm. Dibutuhkan jangkar yang lebih kuat agar PLTAL tetap pada tempatnya. Sedangkan dari analisis terjadinya bengkok pada radial arm, para perekayasa berkesimpulan agar konstruksi radial arm diubah. Tidak kapok meski anggaran menipis serta tanpa rasa takut pada arus laut Selat Larantuka yang kencang, maka pada tanggal 11 Juni 2010, tim perekayasa PLTAL melakukan uji prototipe PLTAL versi 1.1 di lokasi yang sama dengan sebelumnya. Uji prototipe dilakukan setelah melakukan perbaikan jangkar dan radial arm (Gambar 9).
Teknologi Konversi Energi Arus Laut di Indonesia ; Erwandi
7
Topik Utama
Gambar 9. Jangkar PLTAL versi 1.1 yang baru
Gambar 11. Turbin PLTAL versi 1.1 di depan
Dibandingkan dengan jangkar lama, jangkar baru lebih besar dengan tinggi 180 cm dan berat 415 kg. Sedangkan radial arm diperkuat pada bagian yang menghubungkan poros.
4. RANCANG BANGUN DAN REKAYASA PLTAL KAPASITAS 10 KW
Uji prototipe PLTAL versi 1.1 sukses dilakukan (Gambar 10 dan Gambar 11). Tayangan video yang diunggah di youtube.com/erw4ndi memperlihatkan kinerja yang cukup bagus. Maksimum daya listrik yang dihasilkan mencapai 1900 Watt, sama dengan uji sebelumnya. Setelah seminggu dipasang, dilakukan evaluasi pada struktur turbin. Ternyata bilah turbin sepanjang 2 meter mengalami bending atau bengkok memanjang. Meski bengkoknya bilah turbin bukan sesuatu yang patut dirisaukan tetapi dapat disimpulkan bahkan material aluminium terbaik pun ternyata perlu diganti dengan material yang lebih kuat.
Tahun 2011 target kapasitas daya listrik PLTAL ditingkatkan dari 2 kW menjadi 10 kW. Dengan kenaikan kapasitas ini tentu ada perubahanperubahan mendasar karena dimensi turbin juga menjadi lebih besar. Konsep yang ditawarkan adalah konsep seperti pengungkit. Pada saat tidak beroperasi turbin dinaikkan dengan sistem pengungkit. Pada saat beroperasi turbin diturunkan. Untuk menjaga agar turbin tetap pada posisinya maka di samping jangkar disisipkan juga ke tali tambat pemberat dari beton. Berat total jangkar dan pemberat di darat sebesar 2 ton untuk masing-masing tali. Selain itu untuk menghindari bending, bilah turbin tidak lagi menggunakan material aluminium pejal tetapi menggunakan stainless steel berkonstruksi hollow yang meniru konstruksi sayap pesawat terbang. Penggunaan stainless steel selain lebih kuat juga dimaksudkan agar tidak terjadi proses karat dan proses elektro kimia karena material aluminium potensialnya lebih rendah daripada material poros dan radial arm yang terbuat dari stainless steel. Konstruksi hollow selain mudah pembuatannya juga ringan dibandingkan dengan stainless steel pejal. Generator yang digunakan adalah generator 5 kW sebanyak 2 buah. Transmisi putaran turbin menggunakan sistem pulley 1:5 yang diparalel sehingga menggerakkan 2 buah generator.
Gambar 10. Radial arm yang baru
8
M&E, Vol. 12, No. 3, September 2014
Topik Utama
Gambar 12. Konsep instalasi turbin PLTAL 10 kW, kiri installation mode, kanan operational
Gambar 13. Rancangan PLTAL 10 kW dengan bilah hollow
Gambar 14. Pemberat beton dengan berat total 8 ton
Gambar 15. Proses mengangkut tali dan jangkar seberat 400 kg ke lokasi
Putaran poros turbin saat kecepatan arus laut 2,0 m/s berfluktuasi dan rata-rata mencapai 50 rpm, di generator putaran naik menjadi 250 rpm. Sayangnya putaran tersebut tidak mampu mencapai putaran minimum generator agar listrik yang diproduksi dapat diterima oleh inverter. Inverter dapat bekerja bila putaran generator mencapai 440 rpm dengan daya listrik 5 kW x 2. Akhirnya listrik yang berfluktuasi tersebut disalurkan ke beban berupa bola lampu yang dapat menerima tegangan listrik yang tidak standar 220 Volt. Sistem transmisi murah menggunakan pulley ternyata tidak memberikan kinerja yang baik.
Arus laut yang tidak stabil, seperti diperlihatkan dalam tayangan video di youtube.com/erwandi yang diambil tanggal 26 Maret 2011, juga menyebabkan poros mengalami fenomena "shaking", bergetar karena fenomena vortex induced vibration dan torsional vibration. Getaran merambat ke seluruh sistem transmisi. Untuk meredam hal tersebut diperlukan poros yang lentur. Tim perekayasa mendapatkan solusi jitu dengan cara mengganti sambungan poros sistem flange dengan sistem flexible joint. Poros fleksibel truk fuso akhirnya dimanfaatkan untuk sambungan poros. Desain PLTAL 10 kW ini memperoleh paten dari Kementerian Hukum dan HAM dengan nomor permohonan paten P00201100666 tanggal 27 Pebruari 2014.
Teknologi Konversi Energi Arus Laut di Indonesia ; Erwandi
9
Topik Utama
Gambar 16. Proses instalasi PLTAL 10 kW di tengah Selat Larantuka
Gambar 17. Turbin PLTAL 10 kW saat operational mode Seperti diberitakan di Koran Kompas 29 April 2011dengan judul "Memanen Listrik dari Arus Laut", jangkar dan pemberat ternyata efektif menahan gaya tahanan arus laut. Saat mulai menghadapi arus yang kuat di Selat Larantuka rumah PLTAL sempat bergeser sekitar 50 meter dari posisi semula. Tetapi rupanya setelah itu jangkar mendapat cantolan sehingga posisi rumah PLTAL stabil di satu titik. Beberapa perbaikan terutama sistem transmisi telah dilakukan pada tahun 2011 dengan melakukan manufacturing ulang di Surabaya. Sayangnya uji PLTAL 10 kW tahap ke 2 tidak dapat dilaksanakan karena adanya pemotongan anggaran. Sehingga usulan anggaran pelaksanaannya dilakukan di tahun anggaran
10
Gambar 18. PLTAL 10 kW saat bekerja di arus yang deras berikutnya 2012. Ternyata anggaran tahun 2012 yang disetujui sangat tidak memadai untuk uji di Larantuka. Mengingat ada kecenderungan anggaran menurun di tahun berikutnya, ditambah lagi adanya pemotongan atau pembintangan maka terpaksa lokasi uji dipindah di Selat Madura untuk menghemat anggaran. Anggaran tahun 2012 akhirnya dimanfaatkan untuk memobilisasi rumah PLTAL dari Larantuka ke Surabaya dan untuk memodifikasi dan manufacturing konsep desain PLTAL yang disesuaikan dengan karakteristik kecepatan arus laut di Selat Madura, tepatnya di bawah Jembatan Suramadu. 5. OPTIMALISASI DAN UJI UNJUK KERJA PLTAL 10 KW DI PILE 56 JEMBATAN SURAMADU Tahun 2012 adalah tahun desain ulang sistem transmisi dan desain turbin yang sesuai dengan kecepatan arus laut di bawah Jembatan Suramadu. Evaluasi sistem transmisi menyimpulkan bahwa sistem transmisi menggunakan pulley tidak memberikan efisiensi yang bagus untuk mentransmisikan putaran turbin ke putaran generator. Dari kajian, gear box dan bevel gear lebih efektif digunakan untuk menaikkan putaran. Untuk mengurangi getaran maka flexible joint dipasang dalam sistem poros turbin.
M&E, Vol. 12, No. 3, September 2014
Topik Utama Hasil survei arus laut Juli 2012 menunjukkan bahwa kecepatan arus laut di sekitar Pile 56 Jembatan Suramadu maksimum 1,3 m/s saat pasang purnama. Pasang purnama adalah pasang tertinggi di samping pasang bulan mati. Saat itu posisi bulan, bumi, dan matahari dalam satu garis lurus. Tentu kondisi ini berbeda sama sekali dengan kecepatan arus laut di Larantuka yang sangat dahsyat. Berdasarkan hal ini maka dilakukan desain ulang turbin arus laut. Desain ulang sangat penting karena kecepatan arus laut Selat Madura adalah tipikal/khas kecepatan arus laut kebanyakan selat-selat di Indonesia. Selat Larantuka adalah pengecualian yang ekstrim. Desain PLTAL yang disesuaikan dengan kondisi Selat Madura nantinya dapat dimanfaatkan sebagai dasar desain untuk selat-selat lain di Indonesia yang kecepatan arusnya kurang lebih sama dengan kecepatan arus Selat Madura. Mengingat kecepatan arus laut Suramadu cukup rendah, maka desain ulang turbin arus laut mengikuti hasil uji di tangki gelombang UPT BPPH tahun 2008 (Gambar 19). Dengan melakukan modifikasi turbin Darrieus (Gambar 20), turbin arus laut tidak hanya dapat menyerap energi kinetik kecepatan arus laut tetapi juga dapat menyerap energi potensial tinggi gelombang laut. Dengan memiringkan posisi bilah turbin dengan sudut tertentu turbin arus laut selain berfungsi sebagai turbin Darrieus juga
Gambar 19. Uji model turbin modifikasi di kolam gelombang UPT BPPH
berfungsi sebagai turbin Wells. Turbin Wells adalah turbin yang terkenal untuk mengkonversi energi gelombang menjadi energi listrik. Proses manufacturing dan perakitan dapat diselesaikan diakhir tahun 2012. Sama dengan PLTAL versi 1.0, generator yang dipasang adalah generator magnet permanen dengan kapasitas 3,5 kW dilengkapi inverter 2 kW. Penggunaan generator ini dikarenakan kecepatan arus laut yang cukup rendah. Perakitan dilakukan di Pantai Kenjeran Surabaya Timur (Gambar 21). Pada Februari 2013 dilakukan instalasi turbin arus laut di Pile 56 di bawah Jembatan Suramadu (Gambar 22). Pile 56 Jembatan Suramadu terletak dekat dengan sisi Pulau Madura. Uji di bawah Jembatan Suramadu berlangsung sukses. Turbin berputar dan menghasil listrik sampai 1200 Watt. Sistem transmisi juga bekerja dengan baik. Beberapa video yang merekam proses uji tersebut juga telah diunggah di youtube.com/erw4ndi. Turbin dipasang dan dievaluasi secara terus menerus selama 4 bulan. Pada tanggal 9 April 2013, turbin PLTAL UPT BPPH ditinjau oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Bapak Prof. Dr. Gusti Moh. Hatta. Menristek sangat antusias dengan bukti keberhasilan teknologi konversi energi arus laut ini (Gambar 23).
Gambar 20. Konsep modifikasi turbin Darrieus
Teknologi Konversi Energi Arus Laut di Indonesia ; Erwandi
11
Topik Utama
Gambar 21. Perakitan PLTAL modifikasi di Pantai Kenjeran Surabaya
Gambar 23. Penulis sedang menjelaskan tentang prinsip kerja PLTAL kepada MENRISTEK
Gambar 24. Foto bersama MENRISTEK di atas PLTAL
6. PENUTUP
berbagai lembaga penelitian dari P3GL-Balitbang ESDM, PT. DI, Balitbang Kementerian Kelautan dan Perikanan, ITS, Badan Pengelola Wilayah Suramadu, dll.
Berdasarkan hasil evaluasi, diketahui turbin modifikasi tidak efektif menyerap energi potensial dari tinggi gelombang karena konstruksi rumah PLTAL yang terapung ikut bergoyang naik turun saat menerima gaya gelombang. Bila dipasang menetap di tiang jembatan, akan dapat diketahui kinerja turbin menyerap energi gelombang. Pada Mei 2014, diputuskan untuk mengubah kembali formasi bilah turbin seperti turbin PLTAL 10 kW di Larantuka. Mulai September 2013 dimulai lagi proses uji PLTAL di Pile 56 Jembatan Suramadu. Sampai akhir Nopember 2013 turbin dapat bekerja dengan baik dan telah dikunjungi
12
Gambar 22. Instalasi PLTAL modifikasi di Pile 56 Jembatan Suramadu
Anggaran pengembangan PLTAL tahun 2014 sekarang ini sesungguhnya hendak digunakan untuk uji ketangguhan (endurance test) material bilah turbin, radial arm, sistem transmisi, generator, sistem kontrol dan kelistrikan. Tetapi sampai bulan Agustus 2014 hal tersebut tidak dapat terlaksana disebabkan adanya pemotongan anggaran (self blocking) untuk mengatasi membengkaknya subsidi BBM. Meskipun demikian tim perekayasa PLTAL mempunyai harapan kuat bahwa tahun 2015
M&E, Vol. 12, No. 3, September 2014
Topik Utama adalah tahun pasang naik pengembangan teknologi konversi energi arus laut di Indonesia dan diharapkan uji ketangguhan PLTAL dapat dilaksanakan setahun penuh sehingga dapat dievaluasi kekuatan material yang dipakai dalam sistem PLTAL tersebut. DAFTAR PUSTAKA Erwandi, Kasharjanto, A., Mintarso, C.S.J., Marta, E., Ali, B., 2013, Some Researches on Marine Renewable Energy in Indonesian Hydrodynamic Laboratory BPPT, Indian Ocean and Pacific Conference, APEC 2013, Bali Indonesia, June 18-22, 2013. Erwandi, 2013, The Current Status of Ocean Renewable Energy R&D at BPPT, 2nd International Congress on Ocean Energy Development in Asia Pacific, Denpasar Bali 22 - 24 May 2013. Muchlis, A.M., Erwandi, Mukhtasor, 2012, Acceleration Development of Ocean Energy in Indonesia, Proceeding of "The Second International Conference on Port, Coastal, and Offshore Engineering (2nd ICPCO)", Bandung, 12-13 November 2012. Erwandi, 2011, The Development of Indonesian Vertical Axis Marine Current Turbine for the Tidal Power Generation, World Renewable Energy Congress - Indonesia, Bali Nusa Dua Convention Center, 17 - 19 October 2011. Erwandi, et.al.,2011, Vertical Axis Marine Current Turbine Development in Indonesian Hydrodynamic Laboratory-Surabaya for Tidal Power Plant, International Conference and Exhibition on Sustainable Energy and Advanced Material (ICESEAM 2011), Solo Indonesia, 3-4 October 2011. Hantoro, R., Utama, IKAP., Sulistyono, A., Erwandi ,2011, Lateral Force Fluctuation on the Shaft of Vertical-Axis Ocean Current Turbine, Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 5(7): 121 - 128, 2011 Erwandi, 2009, The Study on Marine Current Turbine that Suit to Indonesian Ocean, Proceeding Seminar Nasional Kluster Riset
Teknik Mesin 2009 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 13 - 14 Oktober 2009 Hantoro, R., Utama, IKAP., Erwandi,2009, Unsteady Load Analysis on A Vertical Axis Ocean Current Turbine, Proceeding The 11th International Conference On Qir (Quality In Research) Faculty of Engineering University of Indonesia, Jakarta, 3 - 6 August 2009 Erwandi, 2009, The Research on Vertical-Axis Marine Current Turbine in Indonesian Hydrodynamic Laboratory-Surabaya, International Symposium on Ocean Science, Technology, and Policy, World Ocean Conference, Manado May 11-15, 2009 Hantoro, R., Utama, IKAP., Erwandi, 2009, Flow Visualization and Shape Mode in the Study of Vortex-Induced Vibration (VIV) and Torsional Vibration (TV) on Vertical-Axis Ocean Current Turbine (VAOCT), Proceeding of Ocean Science, Technology, and Policy Symposium, World Ocean Conference, Manado May 11-15, 2009 Erwandi, 2008, Numerical Simulation of Ocean Current for Tidal Current Power Plant in Indonesia, Symposium on Marine Environment and Modeling for East Asian Seas, University of Tokyo, Tokyo-Japan, November 10, 2008. Erwandi et.al, 2008, The Research of Marine Current Turbine in Indonesian Hydrodynamics Laboratory, Proceeding of 6th Biennial International Conference on Marine Technology 2008, University of Indonesia Jakarta, August 2008. Hantoro, R., Utama, IKAP., Erwandi, 2008, The Assessment of Vortex Induced Vibration and Torsional Vibration on Vertical-Axis Turbine, Seminar Nasional Teknik Mesin 3, UK Petra, April 30, 2008 (in Bahasa Indonesia). Erwandi et.al, 2007, Numerical Simulation of Tidal Current of Alas Strait Using Variable Mesh, Proceeding Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, Nopember 15, pp A137 - A148 (in Bahasa Indonesia).
Teknologi Konversi Energi Arus Laut di Indonesia ; Erwandi
13
Topik Utama Erwandi, Rina, Afian Kasharjanto, Irfan Eko Sanjaya, Zulis Irawanto, 2006, "A Preliminary Study on Electricity Generation by Tidal Current in Alas Strait", Proceeding of 5th Biennial International Conference on Marine Technology 2006, Makassar, September 2006.
14
Erwandi, 2005, "Ocean Current Energy: Alternative Energy that Environmental Friendly and Renewable", Kompas Newspaper, 29 August 2005 (in Bahasa Indonesia).
M&E, Vol. 12, No. 3, September 2014