Teknologi dan Manajemen Pengemasan
PELABEALAN DAN REGULASI
Definisi Label adalah tulisan, tag, gambar, atau diskripsi lain yang
ditulis, dicetak, sistensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apapun, pemberian kesan yang melekat pada suatu kemasan. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996 yang dimaksud dengan label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.
Pedoman Umum Pelabelan di Indonesia Kriteria Penulisan
Tulisan dengan huruf Latin atau Arab. Ditulis dalam bahasa Indonesia dengan
huruf latin. Ditulis lengkap, jelas, mudah dibaca
(ukuran huruf minimum 0,75 mm, warna kontras). Tidak boleh dicantumkan kata, tanda,
gambar, yang menyesatkan. Tidak boleh dicantumkan referensi
nasihat, pernyataan dari siapapun dengan tujuan menaikkan penjualan.
Isi Label
Informasi yang Harus
Dicantumkan dalam Label : o Nama makanan atau nama produk o Komposisi atau daftar ingridien o Isi netto o Nama dan alamat pabrik atau importer o Nomor pendaftaran o Kode produksi o Tanggal kadaluwarsa o Petunjuk atau cara pengamanan o Petunjuk atau cara penyimpanan o Nilai gizi o Tulisan atau pernyataan khusus
Gambar Contoh Label Kemasan Makanan (http://www.foodconsumer.org/)
Pernyataan (Claim) pada Label dan Periklanan
Persyaratan secara umum : o Tujuan pencantuman informasi gizi : memberikan informasi kepada konsumen, memberikan pengertian tentang jumlah zat gizi yang terkandung (bukan petunjuk berapa harus dimakan) dalam produk. o Tidak boleh menyatakan seolah-olah makanan yang berlabel gizi ini mempunyai kelebihan dari pada makanan tidak berlabel. o Tidak boleh membuat pernyataan adanya nilai khusus bila nilai khusus tersebut tidak sepenuhnya berasal dari makanan tersebut, tetapi masih perlu dikonsumsi dengan kombinasi dengan makanan lain. Missal : sereal disebut kaya protein karena dikonsumsi dengan susu. o Penyataan bermanfaat bagi kesehatan harus benar-benar didasarkan pada komposisi dan jumlah yang dikonsumsi perhari.
Pernyataan tentang gizi (Nutrition Labelling). o Perhitungan zat gizi : Faktor Konversi : Karbohidrat : 4 kcal/g – 17 KJ Protein : 4 kcal/g – 17 KJ Lemak : 9 kcal/g – 37 KJ Alkohol (etanol) : 7 kcal/g – 29 KJ Asam organic : 3 kcal/g – 13 KJ o Satuan : Satuan jumlah protein, karbohidrat dan lemak --- g/100g atau g/100ml atau perkemasan jika kemasan hanya mengandung porsi tunggal. Satuan mineral dan vitamin --- dalam satuan metrik dan atau sebagai presentase dari angka kecukupan Gizi Rata-Rata dan Dianjurkan (RDA = Recommended Daily Allowance). o Penjelasan spesifik harus mengikuti penjelasan utamanya, missal : Karbohidrat ---- g. Gula --- g Pati --- g Pektin --- g Lemak ---- g. Asam lemak poli takjenuh ---g. Asam lemak jenuh ---g.
o Pernyataan tentang vitamin dan mineral Kriteria pencantuman : Hanya vitamin dan mineral yang dibutuhkan sebagai zat gizi
dapat dicantumkan – bila telah ada dalam jumlah cukup dalam diet, maka tidak boleh dinyatakan. Hanya vitamin dan mineral yang tersedia dalam jumlah yang berarti atau cukup dalam makanan yang dimakan dalam jumlah wajar. Pernyataan mengandung lebih dari vitamin dan mineral hanya dibolehkan bila setiap vitamin atau mineral tersebut terdapat dalam proporsi yang sesuai. Pernyataan ―diperkaya‖ atau ―kaya‖ atau ―sumber vitamin dan mineral yang sangat baik‖ hanya dibolehkan bila jumlah tersedia > ½ dari RDA.
Pernyataan tentang kondisi (Obesitas) dan penyakit tertentu (Theuraupetic
Claim). o Membantu melangsingkan, berlaku bagi : Makanan diet lengkap berkalori rendah. Makanan kurang zat tepung. Makanan dengan bahan rendah kalori. Makanan berangin (aeroted food) Pemanis buatan (nilai kalori 25% < dibandingkan makanan sejenis). o Khusus bagi penderita diabetes, berlaku bagi produk : Tidak mengandung karbohidrat. Berat karbohidrat pada komposisinya sangat kurang dibandingkan degan makanan sejenisnya yang diperuntukkan bagi yang bukan penderita diabetes. o Kriteria lain : Kandungan karbohidrat dicantumkan pada label. Tidak boleh dinyatakn sebagai ―bebas gula‖ atau ―kurang gula‖ bila makanan tersebut mengandung karbohidrat.
Pernyataan menyehatkan, menguatkan (Tonic) dan memulihkan kesehatan
(Restorative). o Dilarang mencantumkan baha suatu makanan dapat menyehatkan. o Dilarang mencantumkan pernyataan ―tonik‖ hanya dikarenakan makanan tersebut mengandung : Alkohol Gula atau karbohidrat lain. Protein atau zat yang berasal dari hidrolisis protein. Kafein atau derivat ―purine‖ lainnya. o Pada umumnya tidak diperbolehkan mencantumkan kata ―tonik‖ pada label produk pangan, kecuali untuk ―tonic water‖ atau ―quinine tonic wine‖. o Pernyataan dapat memulihakan boleh dicantumkan bila produk pangan mengandung tidak kurang dari 25 gram protein pada jumlah konsumsi normal perhari. o Pada label harus tercantum kandungan bahan dan jumlah yang perlu dikonsumsi setiap hari. Terutama untuk makanan yang mudah dicerna dan dapat merangsang nafsu makan—cocok untuk orang sakit.
Gambar Nutrition Labelling http://zumbacbdbrisbane.blogspot.com
Gambar Nutrition Labelling http://blog.londatiga.net/
Gambar Contoh Keterangan Komposisi (Ingredient) http://aenhidayah.blogspot.com/
Gambar pada label atau iklan
Gambar, logo, bagan, dan lainnya tidak boleh menyesatkan dalam hal
asal, sifat, isi, bentuk, komposisi, ukuran, atau warna. Misal : o Gambar buah idak boleh dicantumkan bila produk pangan tersebut hanya mengandung perisa buah. o Gambar jamur utuh tidak boleh digunakan untuk menggambarkan potongan jamur. o Gambar untuk memperlihatkan makanan di dalam wadah harus sesuai dengan isinya. Saran untuk menghidangkan suatu produk dengan bahan lain harus diberi keterangan dengan jelas bila bahan lain tersebut tidak terdapat dalam kemasan.
Gambar Makanan pada kemasan harus sesuai dengan isinya http://syifakreasi.com/
Gambar Logo Halal BPOM http://maulanaharris.blogdetik.com/
Gambar Logo Penghargaan yang pernah diraih produk
Informasi yang Harus Dicantumkan Pada Etiket Pada bagian etiket, minimal tercantum : Nama makanan Isi netto dan bobot tuntas (untuk makanan tertentu)
Nomor pendaftaran Tulisan pernyataan khusus
Gambar Info pada Etiket Nama Makanan
Isi
Nomer Pendaftaran
Beberapa Tipe Label Glued on label : label yang sederhana dan terbuat dari kertas,
dapat dipotong sesuai bentuk dan ukuran yang dikehandaki, adhesive bisa diaplikasikan baik pada saat penggunaan maupun pembuatan. Thermosensitive label : memiliki thermoplastic coating dan diaplikasikan oleh pembuat, dan diaktifkan dengan menggunakan panas saat digunakan. Self adhesive (pressure sensitive) label : di beriakan dalam bentuk bahan baku untuk dicetak, dan digulung serta dilepas dengan bantuan release paper dan coating material. Shrink Label : umumnya dicetak gravure pada bahan baku PVC Shrink. Setelah dicetak, dibentuk menjadi sleeve, lalu dimasukkan kedalam botol dan dipanasi dalam Shrink tunnel.
Gambar Tipe Label
Tipe Label Glued on Label http://krones.com
Produk dengan tipe label Thermosensitive Label http://komplex.com
Gambar Tipe Label
Produk dengan tipe label Self adhesive (pressure sensitive) label http://luiusa.com
Produk dengan tipe labal Shrink Label http://luiusa.com
Peraturan Perundangan Pelabelan
o
o o
o
o o
o
Undang-Undang No.7 Tahun 1996 Undang-undang ini mengamanatkan peraturan pengemasan berkaitan dengan keamanan pangan dalam rangka melindungi konsumen. Pada bagian ke IV pasal 16-19 dari undang-undang ini membahas tentang kemasan bahan pangan, sedangkan bagian ke V pasal 30-35 membahas tentang pelabelan dan periklanan produk pangan. Isi dari pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut : Pasal 16 Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai kemasan pangan yang dinyatakan terlarang dan atau yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan manusia. Pengemasan pangan yang diedarkan dilakukan melalui tata cara yang dapat menghindarkan terjadinya kerusakan dan atau pencemaran. Pemerintah menetapkan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan dan tata cara pengemasan pangan tertentu yang diperdagangkan. Pasal 17 Bahan yang akan digunakan sebagai kemasan pangan, tetapi belum diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia, wajib terlebih dahulu diperiksa keamanannya, dan penggunaannya bagi pangan yang diedarkan dilakukan setelah memperoleh persetujuan Pemerintah. Pasal 18 Setiap orang dilarang membuka kemasan akhir pangan untuk dikemas kembali dan diperdagangkan. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku terhadap pangan yang pengadaannya dalam jumlah besar dan lazim dikemas kembali dalam jumlah kecil untuk diperdagangkan lebih lanjut. Pasal 19 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 18 ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.69 Tahun 1999 Tentang
Label dan Iklan Pangan o Peraturan ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan label dan iklan produk pangan, yaitu informasi-informasi produk yang harus ditulis pada label, yang tidak boleh dilakukan dalam pembuatan label hingga cara pembuatan label pada kemasan pangan. Informasi tentang produk yang harus dicantumkan, secara lengkap terdapat pada peraturan ini, termasuk juga cara mengiklankan produk. o Apabila suau perusahaan yang memproduksi bahan pangan menyalahi aturan dalam peraturan ini, maka dapat dikenakan sanksi administratif, berupa : Peringatan secara tertulis; Larangan untuk mengedarkan untuk sementara waktu dan atau perintah untuk menarik produk pangan dari peredaran; Pemusnahan pangan jika terbukti membahayakan kesehatan dan jiwa manusia; Penghentian produksi untuk sementara waktu; Pengenaan denda paling tinggi Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah), dan atau; Pencabutan izin produksi atau izin usaha.
Peraturan Kemasan Kayu
Khusus untuk kemasan kayu yang akan digunakan untuk ekspor, maka pemerintah Indonesia melalui Menteri Perdagangan mengeluarkan peraturan, yaitu peraturan Menteri perdagangan RI Nomor 02/m-dag/per/2/2006 tentang Ketentuan ekspor produk industri kehutanan. Peraturan Internasional tentang Kemasan Di Amerika Serikat pemakaian plastik untuk kemasan pangan diarahkan oleh FDA. Setiap industri harus memberikan informasi kepada FDA tentang jenis plastik dan aditif yang digunakan untuk mengemas makanan tertentu, meliputi komposisi, pelabelan, kondisi pemakaian, data peracunan sisa monomer dan aditif, cara analisis. Masyarakat Ekonomi Eropa juga menekankan sifat-sifat intrinsik sisa monomer dan aditif ini terutama pada daya peracunannya. British Plastics Federation menerbitkan hasil riset yang menyangkut keamanan kemasan palstik dalam industri pangan. Sifat peracunan bahan aditif dikaji oleh British Industrial Biological Research Association. Perancis mensyaratkan bahwa plastik mesti inert dalam pengertian tidak merusak cita rasa makanan dan tidak beracun. Italia memberi batas maksimum migrasi tidak boleh boleh lebih dari 50 ppm untuk kemasan makanan berukuran 250 ml ke atas, sedangkan untuk kemasan kecil batas maksimumnya 8 mg per dm2 lembaran film. Belanda memberikan toleransi maksimum 60 ppm migran ke dalam makanan atau 0.12 mg per cm2 permukaan plastik. Jerman Barat 0.06 mg per cm2 permukaan plastik.
Jepang mensyaratkan migrasi maksimum 30 ppm untuk aditif dan monomer
yang tidak berbahaya, sedangkan untuk vinil klorida dan monomer/aditif lain yang peracunannya tinggi hanya 0.05 ppm atau kurang. Peraturan lain yang digunakan untuk pengemasan bahan pangan adalah peraturan yang dibuat oleh CODEX Alimentarius Commission (CAC), yaitu suatu badan di bawah naungan Food and Agricultural Organization (FAO) dan World Healtd Organization (WHO) yang bertugas menangani standard bahan pangan. Standar yang dikeluarkan CAC ini digunakan sebagai acuan oleh World Trade Organization (WTO) dalam pelaksanaan persetujuan Sanitary and Phytosanitary Measure (SPS) dan Technical Barrier to Trade (TBT). Peraturan Lain tentang Pelabelan Peraturan pelabelan produk pangan olah di Indonesia diatur dalam peraturan
Menteri Kesehatan RI No 79/Menkes/PER/III/1978. Peraturan di atas kemudian telah dilengkapi dengan keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM) No.02240/B/SK/VII/91 yang diterbitkan pada tanggal 2 Juli 1996. Pencantuman tulisan ―Halal‖ diatur oleh keputusan bersama menteri kesehatan dan menteri agama No.427/MENKES/SKB/VIII/1985.
Bagian-Bagian Label Label pangan terdiri dari dua bagian : Bagian Utama : terdiri dari nama produk, berat bersih,
nama dan alamat produsen. Bagian Informasi : terdiri dari komposisi, informasi nilai gizi, kode/tanggal produksi, tanggal kadaluarsa, petunjuk penyimpanan, petunjuk penggunaan. Terdapat dua jenis kode produk, yaitu : Nomor pendaftaran dari BPOM RI (MD) untuk pangan produksi dalam negeri. ML untuk pangan produksi luar negeri.
Bagian-Bagian Label Bagian utama : nama produk
Bagian utama : berat bersih Bagian utama : alamat produsen
Bagian Informasi Komposisi
Informasi Nilai Gizi
Petunjuk Pemakaian Kode, tanggal produksi, dan tanggal kadaluarsa
Peraturan Pelabelan Kemasan Gambar tidak boeh menyesatkan
Gambar buah, sayuran, daging dan ikan dapat dicantumkan jika memang produk mengandung bahan tersebut sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Produk mengandung babi Huruf besar berwarna merah bertuliskan ―MENGANDUNG BABI‖ harus dicantumkan disertai gambar babi. Produk yang diiradiasi Harus mencantumkan ―Pangan Iradiasi‖, logo, tujuan iradiasi, nama atau alamat fasilitas irradiator, tanggal iradiasi (bulan dan tahun, nama negara tempat iradiasi, pangan iradiasi tidak boleh diiradiasi ulang). Produk minuman yang mengandung alcohol Harus mencantumkan ―minuman beralkohol‖, di bawah usia 21 tahun dan wanita hamil dilarang minum. Produk yang mengandung pemanis buatan Missal pemanis buatan seperti aspartam harus dicantumkan Dicantumkan ―mengandung fenil alanin, tidak cocok untuk penderita fenilketonurik‖.