GeMa Pesisir
coastal comunity development project
Gerakan Membangun Masyarakat Pesisir
Edisi Juli 2016
Opini
pesisir sehat ikan berlimpah masyarakat sejahtera
hal.
1
Teknologi dan Inovasi
hal.
6
Prestasi CCDP Diapresiasi Masyarakat Internasional yang bertujuan mendorong pengurangan angka kemiskinan dan peningkatan ekonomi secara berkelanjutan masyarakat pesisir dan pulau kecil yang miskin dan ak f, yang tersebar di 180 desa di 12 kabupaten/kota di kawasan I n d o n e s i a m u r. S e j a k m u l a i dikembangkan tahun 2013, program CCDP telah menunjukkan perkembangan dan hasil posi f. Annual Outcome Survey (AOS) dan Survei Results and Impact Monitoring System (RIMS) pada 2015 mengindikasikan adanya peningkatan ak vitas perekonomian dan pendapatan m a s y a ra k a t y a n g s a n g a t b e ra r , peningkatan asset serta perbaikan gizi di kalangan balita keluarga penerima manfaat. Masyarakat pun sudah makin mengenal tabungan dan termo vasi meningkatkan investasi pendidikan keluarga dan anak-anak mereka.
8
Salam pesisir,
Capaian tersebut dak lepas dari implementasi rencana kegiatan yang merepresentasikan kehendak masyarakat (bo om up planning), antusias masyarakat dan dukungan pemerintah daerah, pemanfaatan sumberdaya yang efek f, serta sistem pengelolaan proyek yang mantap disertai audit yang ketat. Karena itulah, CCDP mendapat nilai sa sfactory dari Tim Review IFAD (lihat Newsle er edisi I Juni 2016). Bahkan IFAD pun mengakui bahwa dari ratusan proyekproyek di dunia yang didanainya, hanya sedikit yang meraih penilaian se nggi itu. (...bersambung ke hal. 2)
membangun dari pinggiran
hal.
Sapaan Redaksi
M. Hasyim Zaini, Konsultan Monitoring dan Evaluasi
CCDP-IFAD dikenal sebagai program
Motivasi dan Testimoni
Peserta South South Coopera on and Triangular Coopera on – IFAD dari Roma dan Brazil saat berkunjung ke Kelurahan Un a, Makassar (foto: Kamaruddin Azis)
Masih belum beranjak dengan suasana Idul Fitri, pada kesempatan yang sangat baik ini kami mengucapkan Selamat Idul Fitri 1437 H kepada semua sahabat CCDP, Taqaballahumina Wa Minkum, mohon maaf lahir ba n. Bulan Juli-Agustus 2016, kita akan banyak dikunjungi tamu-tamu internasional untuk menilai, melihat dan mempelajari keberhasilan kita melaksanakan kegiatan CCDP sebagaimana bulan sebelumnya. Rasa bangga tentu dak bisa kita tutupi, sebagai hal yang wajar tentunya. Tetapi hal ini adalah sebagai modal kita, menjadi cambuk untuk berbuat yang lebih baik lagi, demi kemajuan masyarakat pesisir. Mulai Edisi ini kami akan terus menata tampilan dan isi newsle er. Kami berharap masukan dan saran untuk kesempurnaan Newsle er ini, juga kiriman materi tulisan khususnya dari daerah.
Adi Priana HP
hal. 1
GeMa Pesisir
Gerakan Membangun Masyarakat Pesisir
Newsletter Edisi Juli 2016
OPINI Tak pelak lagi, keberhasilan CCDP ini telah mengundang perha an dan menarik minat dari berbagai pihak untuk melihat, meliput dan mempelajari ak vitas dan h a s i l - h a s i l p e l a k s a n a a n C C D P, d i antaranya: kedatangan Vice President I FA D, p e l i p u t a n o l e h m a j a l a h internasional Na onal Geographic Traveler, kunjungan Learning Route Team dari Pakistan pada tahun 2015, serta rencana kunjungan Ratu Maxima dari Belanda dan Menteri dari India pada Agustus mendatang.
Kunjungan Vice President IFAD di Lombok Barat
masyarakat (pokmas) Pengelolaan Sumberdaya Alam (PSDA) di Kelurahan Pintu Kota, Lembeh Utara, Bitung. Masyarakat yang tergabung dalam pokmas yng dibentuk CCDP ini bergotongroyong membangun jalan setapak dan jembatan yang mengelilingi hutan mangrove. Total jalan yang dikenal dengan sebutan kerennya mangrove track mencapai 250 meter, sudah bisa mengelilingi hutan dan mencapai bibir pantai, dan sudah ramai dikunjungi masyarakat sebagai obyek wisata bahari yang alami. Keberhasilan mereka dalam mengembangkan dan mengelola SDA, termasuk pengelolaan retribusi pengunjung yang digunakan untuk pemeliharaan dan melengkapi fasilitas obyek wisata ini diliput dan dimuat dalam Majalah Na onal Geographic Traveler edisi Desember 2015.
Vice President IFAD Laksmi Menon pada akhir Mei 2015 telah mengunjungi Lombok Barat dalam rangka monitoring Proyek CCDP-IFAD yang dinilai cukup berhasil sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi semua pihak. “Saya bangga berada di sini dan bisa melihat langsung pelaksanaan proyek CCDP-IFAD,” ujar Laksmi Menon dalam kesempatan berkunjung di Desa Cemare. Salah seorang tokoh masyarakat Puyahan juga menyatakan selama dua tahun proyek ini berjalan sudah mampu memperbaiki dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Pa n ta i C e m a re m e r u p a ka n p u s a t pengembangan tanaman mangrove di NTB, termasuk yang terbaik karena ngkat kehidupan mangrove yang dikelola kelompok masyarakat sangat nggi.
Liputan Majalah Na onal Geographic Traveller di Lembeh, Bitung
Pada November 2015, majalah ini melakukan peliputan ak vitas kelompok
l a u t , a k v i ta s w i s ata b a h a r i d a n pengelolaan mangrove oleh pokmaspokmas PSDA. Sayangnya mereka dak bisa meneruskan perjalanan ke Kupang, karena bandara udara Lombok dan Denpasar ditutup akibat gangguan abu erupsi anak gunung Rinjani. Pada pertengahan Juli 2016, CCDP kembali menerima kunjungan, kali ini dari T i m S o u t h - S o u t h a n d Tr i a n g u l a r Coopera on (SSTC) yang terdiri dari Kristofel Hamel dan Monica De Vito dari IFAD Roma dan Igor Carniero dari IFAD Brazil. Kunjungan ke lokasi CCDP dalam rangka observasi contoh-contoh prak k, pola dan pendekatan pembangunan pedesaan yang inova f yang dapat dibagikan dengan negara lain. Sebagai obyek kunjungan dipilih CCDP Makassar.
Rencana kunjungan Ratu Maxima dari Belanda dan Menteri dari India
Learning Route Tim Pengelola Proyek Ratu Maxima dalam kapasitasnya sebagai the UN Secretary General's Special IFAD dari Pakistan
Pada akhir Oktober 2015, CCDP mendapat kunjungan Learning Route dari m Pakistan yang merupakan program pembelajaran dan berbagi pengalaman serta pengetahuan di antara pengelola proyek-proyek CCDP. Ini mencakup berbagai ak vitas terkait pemberdayaan masyarakat, organisasi dan manajemen proyek. Kunjungan Tim yang terdiri dari 9 peserta diawali dengan pertemuan dan diskusi dengan dengan PIU. Selanjutnya mereka meninjau beberapa lokasi, mengama dan mempelajari berbagai ak vitas kelompok pengolahan, budidaya rumput
membangun dari pinggiran
Advocate for Inclusive Finance for Development (UNSGSA) akan mengunjungi Indonesia akhir Agustus mendatang, terkait dengan upaya dan promosi mendekatkan masyarakat dengan sumber dan kelembagaan pendanaan untuk pengembangan ak vitas mereka. Dalam kerangka kegiatan ini selain bertemu dengan pejabat kementerian terkait termasuk Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), beliau juga tertarik dan berencana mengunjungi salah satu lokasi kegiatan CCDP.
Selain itu juga ada rencana kedatangan Menteri dari India yang mengurusi pemberdayaan perempuan. Terkait kegiatannya salah satunya adalah kunjungan ke Ambon yang menjadi percontohan upaya pengarusutamaan j e n d e r, k e r j a s a m a K K P d e n g a n Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Obyek k u n j u n g a n n y a a d a l a h ke l o m p o kke l o m p o k u s a h a p e n go l a h a n d a n pemasaran yang mayoritas beranggotakan kaum perempuan.
hal. 2
GeMa Pesisir
Gerakan Membangun Masyarakat Pesisir
Newsletter Edisi Juli 2016
OPINI
Pokok Pokok Pikiran Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Tahun Akhir Sapta Putra Ginting, Sekretaris Eksekutif PMO CCDP dengan nara sumber yang kurang berhubungan dengan peningkatan kapasitas managerial maupun teknis anggota kelompok tersebut di atas. Sebaiknya, sisa pela han tahun 2016 perlu dilakukan di tempat-tempat tukang untuk kelompok infrastruktur, atau di lapangan untuk kelompok pengelola sumberdaya alam. Pelaksanaan swakelola sesuai RKAKL perlu dilakukan untuk mendukung agar anggota kelompok ini memperoleh keterampilan teknis dan kemampuan managerial, sehingga mampu bertahan saat pasca proyek. Kelompok yang mempunyai pembukuan dan cash flow yang baik berpeluang untuk mendapatkan akses permodalan atau kredit dari bank.
P royek Pembangunan Masyarakat Pesisir tahun ini memasuki tahun keempat dan berada di pertengahan tahun anggaran 2016. Jika dak ada perubahan, maka akhir Desember 2017, proyek ini akan selesai. Waktu satu setengah tahun ini perlu diisi untuk mempersiapkan exit strategy yang bernas bagi proyek, sehingga semua indikator output, outcome dan impact dari proyek yang telah disepaka dalam Logical Framework CCDP, harus dicapai pada akhir proyek. Tu j u a n p r o y e k i n i a d a l a h u n t u k meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir yang menjadi target group, dengan indikator dampak adalah bertambahnya asset dari target group dan berkurangnya gizi buruk (malnutri on) anak-anak balita secara signifikan, sebelum dan setelah proyek, serta dengan dan tanpa proyek. Ar nya, dibandingkan antara peserta yang ikut proyek dan dak dalam kondisi yang hampir sama di desa yang bersamaan. Perlu juga diper mbangkan, harapan muncul dari banyak pihak agar sebagian besar kelompok usaha yang telah dibentuk, mempunyai cash flow yang posi f, dan masih tetap melakukan kegiatan setelah 2017, meskipun Proyek CCDP sudah berakhir. Selain itu, keberhasilan yang posi f dari Proyek ini, perlu direplikasi ke lokasi lain di luar wilayah desa yang menjadi lokasi proyek. Upaya-upaya ini disebut exit strategy, yang mulai dilakukan sejak tahun 2016.
L o ka s i ke g i a t a n s e c a ra g e o g ra fi s mencakup 180 desa, 56 kecamatan di 12 Kabupaten/kota sudah terpenuhi. Sasarannya mencakup 20.000 KK secara langsung, dan sekitar 50.000 KK dak langsung. Yang langsung, merupakan kelompok usaha, kelompok infrastruktur, kelompok pengelola sumberdaya alam, dan kelompok tabungan. Khusus untuk kelompok usaha, ditargetkan 18.000 KK atau setara 1.800 kelompok. Yang baru dicapai saat ini kurang lebih 1.500-an kelompokm sehingga tahun 2017, masih besar kelompok yang harus dibentuk. Penyiapan kelompok agar kapasitasnya terbangun dan siap untuk berkembang saat pasca proyek dilakukan melalui beberapa pela han. Semisal, kelompok infrastruktur dila h untuk menjadi tukang kayu atau tukang batu. Kelompok pengelola sumberdaya alam (PSDA) dila h mengelola lokasi binaan untuk menjadi kawasan ekowisata, atau pengelolaan sampah menjadi bahan baku lain, ataupun ak vitas lain. Kelompok pengolahan dila h untuk meningkatkan kualitas produknya, pembukuannya dan melakukan invosi produknya untuk penetrasi pasar. Kelompok usaha yang pada tahun ke ga masih tetap menunjukkan cash flow yang posi f, pembukuan yang baik, yang dianggap mampu bertahan, diberikan reward untuk mendapatkan second tranche (BLM Tahap II). Dalam pelaksanaan tahun 2016, masih terdapat pela han yang dilakukan di tempat yang kurang pas seper hotel
membangun dari pinggiran
Kawasan yang dikelola kelompok PSDA perlu direncanakan, dengan mengadopsi pendekatan pengelolaan pesisir terpadu (Integrated Coastal Management). Pendekatan ini dilakukan, agar perencanaan desa dapat mengalokasikan sumberdaya pesisir untuk mendukung kehidupan masyarakat pesisir yang lebih baik, dan yang terpen ng, mempertahankan kondisi habitat ikan agar dapat berkembang biak secara baik dan dak diganggu, sehingga produk vitas perikanan dapat lestari. Proteksi dan konservasi kawasan atau daerah perlindungan laut, masih dianggap cost center, sehingga sering ditemui keluhan anggota kelompok maupun unit pengelola kegiatan (PIU), agar kelompok ini juga bisa menjadi anggota kelompok usaha. Konsep dari proyek ini, jika salah satu anggota keluarga (suami) masuk kelompok PSDA, maka anggota keluarga lain (istri) bisa masuk menjadi anggota kelompok usaha. Tidak dapat dipungkiri, apabila Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk kelompok PSDA ini selesai, maka upaya konservasi akan gagal. Oleh sebab itu, perlu dicari terobosan, agar lokasi yang baik dijadikan ekowisata, sehingga Kelompok PSDA dapat men-generate pendapatan, yang dapat digunakan membayar kompensasi bagi anggota ke l o m p o k , d a n m e m b i ay a i b i ay a operasional dan perawatan kawasan yang dilestarikan. Begitu juga untuk kelompok infrastruktur, agar dapat menggunakan infrastruktur yang telah dibangun untuk
hal. 3
GeMa Pesisir
Newsletter Edisi Juli 2016
Gerakan Membangun Masyarakat Pesisir
OPINI dimanfaatkan orang lain sekaligus mau memberikan kompensasi untuk biaya operasional dan perawatan infrastrukturnya. Salah satu kelembagaan ekonomi untuk exit strategy adalah koperasi, yang telah terbentuk sebanyak 13 buah. Koperasi ini dapat menjadi payung badan hukum bagi kelompok usaha dan kelompok lainnya di ka b u p a t e n / ko t a , d i m a n a m e r e ka berdomisili. Koperasi ini perlu didukung
agar mandiri untuk menjadi penggerak ekonomi di pedesaan, mampu mengakses s u m b e r- s u m b e r p e n d a n a a n ya n g tersebar di berbagai kantor pemerintah, swasta maupun LSM. Untuk tahun 2017, upaya-upaya penguatan kelembagaan semakin nggi, dan kerjasama dengan pihak ke ga juga sangat pen ng. Dengan demikian, per mbangan alokasi dana, harus juga memper mbangkan kriteria jumlah
kelompok dan desa, dimana semakin banyak jumlah kelompok dan jumlah desa, maka PIU akan dapat anggaran yang lebih besar. Akhir kata, kita masih mempunyai satu setengah tahun lagi untulk mengakhiri pelaksanaan CCDP. Untuk itu evaluasi tengah tahun 2016, akan mempertajam upaya-upaya pencapaian target dan exit strategy tersebut. Sebagai bagian dari ikh ar ini, mari tetap op mis untuk memberikan yang terbaik.
Pengembangan Ekowisata Desa Pesisir Irwandi Idris, Konsultan Kelembagaan PMO CCDP-IFAD
D i b e r l a ku ka n nya o to n o m i d a e ra h memberi kesempatan bagi par sipasi ak f masyarakat dalam pembangunan daerahnya dan dapat secara langsung merasakan hasilnya bagi kehidupan secara berkelanjutan. Masalah yang mungkin terjadi dengan otonomi ini adalah upaya eksploitasi secara berlebihan terhadap potensi sumberdaya alam yang dimilikinya. Dalam pembangunan ekonomi masyarakat desa di wilayah pesisir, disamping meningkatkan produksi perikanan, CCDP juga menjaga kelestarian dan keberlanjutan pembangunan pesisir dan laut. Program ini juga telah mengembangkan konsep pelestarian sumberdaya alam pesisir melalui kegiatan konservasi dan rehabilitasi sumberdaya
alam pesisir, pengendalian pencemaran lingkungan pesisir dan laut dan lainnya, dengan kegiatan a.l. rehabilitasi dan ko n s e r v a s i h u t a n m a n g r o v e d a n pembersihan pantai. Untuk pelaksanaan ke g i a t a n i n i d i b e n t u k ke l o m p o k masyarakat desa yatu : Pengelola Sumberdaya Alam (PSDA). Berdasarkan uraian tersebut, oleh karena konservasi bukan semata untuk koservasi t e t a p i j u ga u n t u k ke s e j a h t e ra a n masyarakatnya, maka kawasan konservasi pesisir dan laut yang telah dibangun oleh Kelompok PSDA, perlu dikelola dengan pendekatan ekowisata yang merupakan perpaduan antara kegiatan konservasi sumberdaya alam dan industri wisata. Ar ekowisata adalah suatu model pengembangan wisata yang bertanggung
membangun dari pinggiran
jawab di lokasi yang masih alami atau yang dikelola secara kaidah alam, dimana tujuannya selain untuk menikma keindahan alamnya, juga melibatkan unsur unsur pendidikan, pemahaman dan dukungan terhadap usaha konservasi sumberdaya alam dan peningkatan pendapatan masyarakat setempat. Dalam perencanaan ekowisata, harus diintegrasikan antara upaya konservasi sumberdaya alam, pengembangan ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat yang bertanggung jawab dan b e r ke l a n j u ta n . D i ke m b a n g ka n nya ekowisata di masing-masing desa pesisir, d i h a ra p k a n m a m p u m e w u j u d k a n keterpaduan dalam pembangunan ekonomi masyarakat pesisir. Perencanaan ekowisata Dalam pengelolaannya, perencanaan ekowisata merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan karena saat ini dan di masa depan, kebutuhan pariwisata akan selalu berkembang. Pengembangan ekowisata umumnya dilakukan di lokasi lingkungan alam yang masih alami (nature-made) di wilayah pesisir dan laut yang berupa kawasan konservasi seper hutan mangrove, ekosistem terumbu karang, pantai berpasir, pantai berbatu dan karang serta lokasi wilayah pesisir indah lain. Ekowisata ini juga bisa dikembangkan di kawasan non konservasi
hal. 4
GeMa Pesisir
Gerakan Membangun Masyarakat Pesisir
Newsletter Edisi Juli 2016
OPINI seper wilayah pesisir dan laut milik adat dan wilayah pesisir yang terdapat atau ditemukan benda cagar budaya seper BMKT (barang muatan kapal tenggelam). Pengelolaan ekowisata Dari penger an perencanaan tersebut, maka dalam pengelolaan pembangunan ekowisata selalu diperha kan keterkaitannya dengan: (a) Mendukung Konservasi Sumberdaya Alam, antara lain dengan: memperha kan kualitas daya d u ku n g a l a m d a n b e rs i fat ra m a h lingkungan, terpadunya antara kepen ngan konservasi, pengembangan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat melalui konsultasi publik dengan semua pemangku kepen ngan. Keberadaan k a w a s a n e ko w i s a t a h a r u s d a p a t m e n i n g kat ka n stat u s nya m e n j a d i kawasan alam yang dilindungi dan harus memberi kesempatan untuk keikutsertaan swasta, masyarakat dan l e m b a ga p e m e r i n t a h t e r ka i t ; ( b ) Mendukung Pemberdayaan Masyarakat, pengelolaan ekowisata antara lain harus dapat membuka kesempatan bagi masyarakat desa untuk berusaha dan bekerja menjadi pelaku ekonomi secara langsung dan berkelanjutan, sehingga dengan semakin berkembangnya usaha ekowisata diharapkan dapat dijadikan salah satu sumber pendapatan desa. Pengelolaan terpadu ekowisata. Dalam pengelolaan kawasan ekowisata berkelanjutan, proses perencanaan dan pengelolaan merupakan kegiatan utama untuk mencapai keberhasilannya. Oleh ka r e n a i t u p e n g e l o l a a n ka w a s a n ekowisata harus dikembangkan dan dilakukan dengan pendekatan pengelolaan pesisir dan laut terpadu yang melipu kegiatan dengan langkahlangkah sebagai berikut: Pe r ta m a , I d e n fi ka s i p o te n s i d a n hambatan, yang merupakan langkah awal yang sangat menentukan pengembangan
kedepan suatu ekowisata, karena apabila ini dak tepat akan mempengaruhi keberhasilannya. Potensi dan hambatan yang perlu diketahui antara lain: daya tarik dan keunikan alam, kondisi ekologis/lingkungan, kondisi sosial, ekonomi adat dan budaya masyarakat, peruntukan kawasan, pangsa pasar dan lain-lainnya; Kedua, Rancang Tindak. Berdasarkan potensi dan hambatan tersebut di atas, kemudian disusun rancang ndak ekowisata yang berkaitan dengan: (a) Pengembangan Masyarakat, yang terkait dengan peningkatan kapasitas dan kemampuan mengelola, peningkatan peran serta dan peningkatan pendapatannya; (b) Pengembangan Produk, yang dikembangkan di lokasi tujuan ekowisata harus disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam dan keaneragaman haya , potensi pasar, dan berbagai peraturan yang berlaku seper atraksi dan kegiatan wisata, tata-ruang kawasan/peruntukan kawasan, ke p e m i l i ka n ka w a s a n , p ra s a ra n a pendukung dan lainnya yang menunjang; (c) Pemasaran, dimana pengembangan u s a h a e ko w i s ata d a p at d i j a d i ka n penunjang konservasi sumberdaya alam dan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan apabilla telah diketahui
membangun dari pinggiran
p a n g s a p a s a r a t a u konsumen/pengunjung yang bergengsi dapat digiring mendatanginya. Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah strategis pemasaran seper menggunakan metode pemasaran produk, memiliki alat dan m a t e r i p e m a s a ra n d a n tenaga/sumberdaya manusia yang andal, mempromosikan e ka lingkungan yang posi f dan lainnya; (d) Pemantauan dan Evaluasi, untuk menjamin keberlanjutan dan ngkat pengembangan ekowisata, sehingga se ap langkah dan kegiatan harus diketahui. Dalam pelaksanaannya, harus ada lembaga yang ditugaskan sebagai pemantau di ngkat desa oleh kelompok pengelola dan pemerintah desa. S e b a ga i p e n u t u p , p e n ge m b a n g a n ekowisata merupakan kegiatan yang s a n gat st rate g i s d i l a ku ka n d a l a m pembangunan willayah pesisir di ngkat desa, karena kita memiliki jumlah desa pesisir yang cukup banyak dan terdapatnya potensi kawasan ekosistem pesisir yang indah di se ap desa tersebut. Sejalan denganini, perlu di ngkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan ekowisata dan CCDP adalah suatu program yang tepat untuk mendukung hal tersebut.
hal. 5
GeMa Pesisir
Gerakan Membangun Masyarakat Pesisir
Newsletter Edisi Juli 2016
TEKNOLOGI DAN INOVASI
Tuna Asap Cair Menjadi Sumber Penghasilan Baru Masyarakat Pesisir Ambon Ahdar Tuhuteru, Konsultan Pemasaran , PIU CCD Ambon Tuna asap cair menjadi produk unggulan yang dikembangkan oleh kelompok masyarakat pengolahan. Produk ikan berbahan asap cair sebagai pemberi rasa menjadi solusi inova f bagi pelaku usaha, memiliki kualitas baik, tahan lama dan higienis. Produk ini menarik minat para pelancong dan menjadi oleh-oleh bagi yang bepergian ke luar kota. Asap cair adalah senyawa yang didapat dari bahan baku yang digunakan untuk pengasapan ikan, dikenakan proses lanjutan sehingga menghasilkan cairan. Dalam beberapa literatur, pembuatan asap cair didapat melalui beberapa tahapan yaitu pirolisis, kondensasi, dan redes lasi (Diah Lestari Ayudiar dan Rodiah Nurbaya Sari, 2010). Kayu atau serbuk kayu dipirolisis pada suhu 200450º C hingga menghasilkan asap. Kemudian asap yang dihasilkan dikondensasikan menjadi bentuk asap cair. Lalu asap cair tersebut yang mengandung kadar tar yang nggi dides lasi berulang-ulang untuk menghilangkan kadar tar tertentu. Selanjutnya, menurut Diah Lestari Ayudiar dan Rodiah Nurbaya Sari (2010), asap cair memiliki berbagai keunggulan: Pertama, asap cair sebagai an bakteri. Zat-zat yang ada dalam asap bersifat bakteriosta k dan bakteriosidal. Senyawa yang sangat berperan sebagai an microbial adalah fenol dan asam asetat. Asap cair akan menurunkan pH sehingga dapat memperlambat pertumbuhan mikro-organisme. Kedua, asap cair sebagai an oksidan alami, yang memiliki sifat an oksida f. Senyawa yang berperan sebagai an oksidan utama adalah fenol. Ke ga, asap cair sebagai pemberi aroma dan warna, yang dapat memberikan rasa asap yang khas (Hadiwiyoto et al., 2000).
Pembentukan aroma pada produk pengasapan diperoleh karena adanya senyawa fenol dengan k medium. Pengasapan ikan yang menggunakan asap cair memberikan warna lebih baik, warna cokelat keemasan yang lebih terang. dibandingkan pengasapan dengan menggunakan cara tradisional.
produk ikan dengan warna, rasa, dan bau yang sangat disukai dan memiliki kadar protein sebesar 56,91%, higienis dan aman untuk kesehatan. Utomo et al. (2009) menyatakan asap cair dapat diaplikasikan pada pembuatan belut asap dengan konsentrasi 30% dan lama pengeringan 8 jam. Belut asap yang menggunakan asap cair dak Hasil peneli an menunjukan manfaat mengandung PAH sehingga aman untuk asap cair bagi produk perikanan adalah kesehatan. sebagai berikut.Pert ama, asap cair meningkatkan daya tahan produk. Ke ga, asap cair mempertahankan Tamaela (2003) menggunakan asap cair protein nggi. Marasabessy (2007) pada pengenceran 2,5 kali untuk melakukan peneli an pemanfaatan asap m e n g h a m b at o ks i d a s i ste a k i ka n cair pada ikan tongkol. Setelah dipreparasi cakalang, dibandingkan penggunaan asap dan direndam larutan garam, ikan tongkol cair pada pengenceran 5 kali. Penggunaan direndam dalam asap cair konsentrasi 2% asap cair dilaporkan dapat meningkatkan selama 30 menit. Ikan asap yang daya simpan steak cakalang hingga enam dihasilkan memiliki kadar protein nggi hari penyimpanan pada suhu kamar. dan kadar benzo(a)pyren dak terdeteksi. Kedua, asap cair meningkatkan kualitas produk. Refilda & Indrawa (2008) melakukan pengasapan ikan bilih menggunakan asap cair berbahan baku tempurung kelapa dengan pH 2,75. Perendaman ikan bilih pada konsentrasi asap cair 5% selama 2 jam menghasilkan
membangun dari pinggiran
Peralatan yang perlu dipersiapkan dalam pembuatan asap cair adalah meja proses, talenan, pisau, bak, mbangan, kompor, oven, tempat pendinginan, vacum sealer dan alat sealer, sedangkan bahan yang perlu disiapkan berupa ikan tuna segar, asap cair, garam, air dan bahan kemasan.
hal. 6
GeMa Pesisir
Newsletter Edisi Juli 2016
Gerakan Membangun Masyarakat Pesisir
TEKNOLOGI DAN INOVASI
REDAKSI Pembina : Direktur Pendayagunaan Pesisir Penanggung Jawab : Sapta Putra Gin ng Pemimpin Redaksi : Adi Priana H. Pasaribu Wakil Pemimpin Redaksi : M. Hasyim Zaini Editor : Venny Wahyudi Redaktur Pelaksana : Ani Setyawa Dian Priha Sahono Kamaruddin Aziz Layouter : Arfan A. Rasyid Andi Sulfikal Saad Alamat : Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Gedung Mina Bahari III Lt. 11 Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Tlp./Fax. : +62 21 351 3258 Website : www.ccdp-ifad.org Twi er : @ccdpifad
Pembuatan tuna asap cair diawali dengan pemilihan bahan baku ikan tuna segar, yang sangat menentukan kualitas ikan baik mutu, rasa maupun daya tahan. Tuna segar yang telah disiangi dan dibersihkan dibelah dan dipotong sesuai ukuran, lalu dibilas untuk selanjutnya direndam pada larutan asap cair yang telah diencerkan dengan air murni. Larutan asap cair yang telah diencerkan ini hanya dapat digunakan untuk dua kali perendaman. Tuna dipanggang pada oven dengan suhu tertentu selama kurang lebih satu jam. Tuna asap cair yang matang disisihkan untuk selanjutnya dikemas dengan vacum sealer dan diberi label. Produk tuna asap cair mempunyai peluang pasar yang nggi karena dapat menjadi pilihan alterna f penggan ikan segar untuk sumber protein keluarga. Dengan pola konsumsi orang Ambon “ ada hari tanpa ikan” menjadikan wilayah ini sebagai konsumen ikan ter nggi di Indonesia. Konsumsi ikan dalam Kota Ambon menjadi pangsa pasar besar dan merupakan peluang bisnis
untuk produk tuna asap cair ini nggi. Dengan keunggulan mutu produk dan daya tahan yang lama, tuna asap cair menjamin keuntungan yang lebih nggi dari produk ikan lainnya sehingga memiliki kisaran pasar yang lebih luas. Dengan demikian, tuna asap cair berpotensi dikonsumsi oleh konsumen lokal, maupun oleh-oleh bagi masyarakat di kota dan provinsi lain, dan juga pasar internasional. Untuk analisis produk tuna asap cair, dengan produksi 240 kg bahan baku dihasilkan produk tuna asap cair 144 kg dan diperoleh keuntungan Rp.2.403.167,- dengan biaya produksi Rp.10.166.000,- dalam kurun waktu 2 minggu. Usaha ini dinilai layak untuk dikembangkan dengan nilai B/C ra o 1,27 (lebih dari satu). Saat ini segmentasi tuna asap cair dominan di pasar Kota Ambon. Selain untuk konsumsi lokal, tuna asap cair menjadi oleh-oleh bagi pelancong. Tuna asap cair merupakan produk higienis dan berkualitas, sehingga target utama adalah
membangun dari pinggiran
untuk kelas ekonomi menengah atas. Produk ini sudah dikembangkan oleh Pokmas Papalele dengan pemasaran yang kon nyu di salah satu toko oleh-oleh di Kota Ambon. Saat ini penjualan asap cair sudah mencapai 200 bungkus per bulan dengan harga per bungkus rata-rata Rp 30.000,-. Peluang pemasaran masih terbuka seiring dengan meningkatnya permintaan. Dalam beberapa acara pameran, permintaan terhadap produk tuna asap cair cukup nggi. Selain produknya baru, asap tuna cair menjadi icon tersendiri di Kota Ambon selain ikan asap (ikan asar). B e r b a ga i u p a y a d i l a k u k a n u n t u k m e n i n g kat ka n p e m a s a ra n p ro d u k Pokmas. Tim CCDP di Kota Ambon mengop malkan mobil pemasaran untuk memasarkan berbagai produk Pokmas termasuk tuna asap cair. Langkah tak s ini mampu mempromosikan produk-produk Pokmas dengan efek f. Harapannya, semoga kegiatan CCDP berdampak posi f d a l a m m e n i n g kat ka n p e n d a p ata n Pokmas.
hal. 7
GeMa Pesisir
Gerakan Membangun Masyarakat Pesisir
Newsletter Edisi Juli 2016
MOTIVASI DAN TESTIMONI Perempuan Pesisir Berdaya :
Juniati Dan Kedai Pesisir Cappagalung Andi Ibrahim, Konsultan Pemasaran, PIU CCD Kota Parepare
“Abon UMMI, dulu 5 kg sekarang ratusan kg” Di Kota Parepare, Sulawesi Selatan, produksi abon ikan tuna Ummi telah dipasarkan hingga Makassar, Enrekang, Bontang, Sanga a, hingga Balikpapan di Kalimantan dan telah menjadi bahan promosi di Surabaya hingga Davao. Pesanan dan produksinya perlahan menanjak, dari awal hanya 5 kilogram daging tuna hingga menjadi ratusan kilo. Abon tuna Ummi adalah produksi Kelompok Kedai Pesisir dampingan CCDP-IFAD. Mari simak paparan Andi Ibrahim tentang Junia dan kelompoknya yang disebutnya telah meretas ikh ar mulia yang bermula dari situasi serba terbatas menjadi calon pengusaha—jalan harapan yang dimulai dari langkah terseok dan kecil. Junia
adalah perempuan penggiat
pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Cappagalung, Kota Parepare. Awalnya sempat pesimis, ada keraguan menggelayut di pikirannya. Hari-hari membuat abon ikan, mencari bahan baku ikan, membuat abon ikan tuna, dan menjualnya, sudah jadi kesibukan ru n yang menyita waktu kesehariannya. Kapan bisa lebih baik, makin baik? Begitu pikirnya. Sejak suaminya meninggal, Junia harus jadi tulang punggung keluarganya. Dia bertanya, akankah menguntungkan sebab produksi awal hanya 5 kiloan saja, bisa apa untuk membiayai pendidikan anak sekolah anaknya? Hingga Junia dan anggota kelompoknya menerima undangan dari Dinas Perikanan dan Kelautan untuk mengiku Pela han market oriented dan peningkatan kapasitas kelompok dari CCDP di Pondok Informasi Cappagalung. Narasumber pela han tersebut adalah salah satu pengusaha pengolahan hasil ikan yang
membangun dari pinggiran
berhasil di Makassar, yaitu Nuraini dari Koperasi Fa mah Azzahrah. “Pemasaran bagi produk-produk UKM akan lebih mudah apabila kualitas produk dan higienitasnya terjaga. Abon ikan perlu diolah lebih higienis dan dikemas lebih menarik, sehingga bisa menaikkan harga jualnya. Ukuran kemasan perlu diperbaiki, merknya diberikan nama unik. Ibarat anak gadis, maka produk jualan kelompok juga harus didandani, dipercan k, agar menarik dan mengesankan untuk mencobanya.” Begini pesan yang selalu hadir di pikirannya hingga Junia dan anggotanya menemukan nama Ummi untuk produknya. Kelompok Kedai Pesisir dimana Junia sebagai ketua kian ak f berproduksi. Menjual produk, memasarkan di rumahrumah tetangga, menerima pesanan dari tetangga dan keluarga dekat, di pkan di warung-warung, toko di Parepare dan sekitarnya. Dalam harapan berikutnya adalah menjual ke toko yang lebih besar, supermarket dan retail modern. “Soal untung rugi, memang harus dihitung baik-baik, tapi dak ada salahnya mencoba,” kata Junia . Diapun mulai menghitung biaya produksi dan cara menetapkan harga pokok penjualan dan p e m b u ku a n ke u a n ga n ke l o m p o k . Perlahan namun pas kegiatan produksi abon ikan di Kelompok Kedai Pesisir ini makin baik, dan kini sudah bisa menyisihkan saldo sisa hasil usahanya. Bahan baku produk abon ikan tuna didapatkan dari PPI/TPI, pasar, kenalan dengan harga murah dan pemasok langganan tetap. Mulanya produksi abon dilakukan seminggu sekali, tergantung ketersediaan bahan baku ikan tuna segar. Kemudian meningkat menjadi rata-rata dilakukan 4-6 kali per bulan. Pendapatan bervariasi, antara Rp.200.000 hingga Rp.400.000/produksi. Namun kini ak vitas produksi abon ikan tuna kelompok sudah sebanyak 8 hingga 12 kali per bulan,
hal. 8
GeMa Pesisir
Gerakan Membangun Masyarakat Pesisir
Newsletter Edisi Juli 2016
MOTIVASI DAN TESTIMONI bahkan bisa lebih sering bila permintaan meningkat. P ro d u k a b o n ke l o m p o k ke m u d i a n dipasarkan di sekitar daerah Kota Parepare, Sidrap, Makassar hingga ke Bontang, Kalimantan Timur. Sebagian telah mulai berhasil dipasarkan ke Cimahi d a n J a ka r ta s e r ta d a e ra h l a i n nya berdasarkan pesanan yang masuk dari berbagai koneksi yang sudah terjalin dengan baik. Di samping itu, produk abon diperkenalkan kepada masyarakat umum melalui berbagai kegiatan pameran baik di Parepare maupun di Makassar. Seringkali juga produk abon menjadi contoh hasil produk UKM yang mewakili Kota Parepare di beberapa pameran a.l. dalam rangka IFAD Asia Pacific Regional Conference di Denpasar dan dalam rangka Kerjasama BIMP EAGA di Davao, Filipina. Dalam salah satu kesempatan Dinas PKPK Parepare melalui CCDP melaksanakan kegiatan bimbingan teknis dan studi pemasaran dengan berkunjung ke Carrefour, Alfa Mart, Alfa Midi, Giant Supermarket dan Toko Oleh-oleh Cahaya
di Makassar. Kunjungan lapangan dalam rangka pengenalan pasar ini sangat bermanfaat, karena kelompok bisa melihat berbagai produk yang bisa diterima oleh toko yang besar tersebut, mengetahui apa kriteria, syarat dan ketentuannya agar kelompok dapat menjadi salah satu pemasok makanan yang dijual di toko besar dan modern tersebut. “Dalam pertemuan dengan Asosiasi UKM Mu ara Timur bersama kelompok pembuat abon lainnya, kami mulai menemukan jalan terang bagaimana upaya menjual ke pasar yang lebih besar dan modern. Kami percaya bahwa kami pun akan mampu menjadi salah satu pemasok toko-toko besar dan supermarket retail modern seper itu, hanya masih memerlukan waktu,” kata Junia saat mengiku Kegiatan Pela han Pemasaran yang difasilitasi CCDP dan berkunjung ke Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosme ka (LP POM) Majelis Ulama Indonesia. Di sini ibui b u p e n go l a h h a s i l p e r i ka n a n i n i menerima sosialisasi tentang proses
ser fikasi halal, sehingga memperoleh manfaat tentang pen ngnya usaha memiliki ser fikat halal, bagaimana proses memperoleh ser fikat halal secara benar dan peluang perluasan jaringan pemasaran bagi produk-produk UKM. “Ke depannya kami berharap produksi yang ru n kami lakukan akan dapat terus berlanjut, dan ada pihak perbankan yang bersedia mendukung dengan ketersediaan modal usaha. Kami yakin dan percaya usaha kami ini akan terus berkembang, karena pasar yang meminta abon belum semua kami mampu penuhi,” tambahnya. Apa yang Junia dan anggotanya peroleh dari pendampingan CCDP adalah prinsip-prinsip berusaha diawali dengan niat yang bersih dan ke j u j u ra n . K e m u d i a n u s a h a j u ga memerlukan pengaturan yang lebih tertata dan ini akan terus diperbaiki ke depannya. “Bagi kami, prinsip berbisnis adalah kejujuran, tanggungjawab, keha -ha an dan ter b administrasi pembukuan keuangan,” begitu pungkasnya.
Tenaga Pendamping Desa :
Bukti Tulus Tanpa Modus Refleksi Pengalaman TPD Lakkang, Taufiq Arifin Taufiq Arifin, saat ini adalah tenaga pendamping CCDP-IFAD di Kec. Tallo Makassar, sebelumnya, dia bertugas di Lakkang, kampung di balik sempadan Sungai Tallo dan harus ditempuh dengan perahu. Mari simak refleksi pengalamannya yang menurutnya terbersit untuk dituliskan sejak mempersiapkan kunjungan Joint Review Mission IFAD di Makassar, April 2016. Tanggal 11 Desember 2013 adalah momen ketika pembelanjaan Bantuan Langsung Masyarakat CCDP oleh Pokmas Bonto Perak I baru saja selesai, disimpan rapi di kolong rumah
membangun dari pinggiran
hal. 9
GeMa Pesisir
Gerakan Membangun Masyarakat Pesisir
Newsletter Edisi Juli 2016
MOTIVASI DAN TESTIMONI Abd. Haris, ketua kelompok dan akan segera dibagikan ke anggota dalam suatu pertemuan. Kelompok pembudaya yang dibentuk 2009 dengan usaha polikultur udang windu dan bandeng itu resmi bergabung di CCDP pada 2013. Bagi TPD, bertemu dengan penerima bantuan berarti ada kesempatan memberikan motivasi dalam berkelompok. Sebagai TPD kami hendak menunjukkan bahwa tujuan berkelompok tidak hanya sampai pada penerimaan bantuan saja, tapi modal usaha yang diterima dapat dipupuk untuk tujuan lebih besar, demi kemandirian dalam penumbuhan modal usaha kelompok yang berkelanjutan. Ada kekhawatiran berulang bahwa bantuan hanya akan memunculkan ketergantungan. Saat proyek selesai, mereka menunggu bantuan baru.
diberikan ke kelompok nelayan program CCDP jumlahnya sekitar Rp. 40 juta dengan anggota sama, 10 orang, melalui mekanisme penyaluran yang berbeda yakni dalam waktu dua tahun. Saya kemudian menyadari bahwa pola CCDP amat berbeda. Meskipun bantuan modal usaha ini tidak sebanyak dengan program atau kegiatan pemberdayaan yang lain, namun CCDP unggul di aspek pola pembinaan yang telah diatur sedemikian rupa, agar bantuan yang relatif kecil tadi tidak diberikan penuh sekaligus kepada masyarakat tapi diangsur. Dengan demikian TPD mempunyai waktu yang lebih lama bersama masyarakat untuk berkreasi dalam membina kelompok sasaran. Ini adalah fakta bahwa berbicara tentang peningkatan pendapatan masyarakat tidak hanya perlu modal besar, akan tetapi bagaimana kita mencari pola pendampingan masyarakat yang ideal.
Sebagai contoh, bantuan ke kelompok pembudidaya ikan pada program pemberdayaan lain nilainya mencapai Rp.65 juta dan disalurkan penuh kepada kelompok sasaran dalam satu Kembali ke pembinaan kelompok. tahun anggaran, sedangkan yang Saat itu, belum ada peralatan dan
perlengkapan Pondok Informasi yang memadai untuk mendukung kegiatan penyuluhan. Pertemuan hanya menggunakan proyektor pinjaman d a r i P I U M a k a s s a r. U n t u k menampilkan gambarnya digunakan gabus styrofoam yang ditopang dua kursi plastik tua. Saat itu, materi penyuluhannya adalah aturan-aturan dasar AD/ART kelompok dan materi manejemen keuangan yang meliputi simpanan pokok Rp.50.000, simpanan wajib Rp. 10.000 dan simpanan pasca panen Rp.150.000, yang saya simulasikan dengan program Excel selama periode 3 (tiga) t a h u n ( 2 0 1 4 - 2 0 1 6 ) . Tu j u a n n y a mencoba membuka pikiran anggota tentang manfaat pemupukan modal usaha. Sebagai TPD, saya sangat senang diskusi berlangsung lancar, hangat, antusias, beberapa kali ada pertanyaan dan umpan balik serta ada simulasi sederhana yang menggugah atensi dan keseriusan peserta. Saya berharap bahwa aturan kelompok yang telah disepakati bersama hari itu dapat diwujudkan oleh para anggota kelompok Bonto Perak I dengan komitmen sama. Sekarang, dua tahun kemudian saya telah meninggalkan Lakkang, namun hingga saat ini aturan kelompok Bonto Perak I masih tetap dijalankan oleh seluruh anggota. Pertemuan dengan suasana kekeluargaan dan simulasi manajemen keuangan kelompok ternyata menjadi salah satu pendekatan yang efektif pendampingan kelompok dalam implementasi program CCDP di tingkat desa binaan dan mampu membuahkan hasil yang positif. Jumlah tabungan Pokmas Bonto Perak I terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Saldo tabungan Pokmas saat ini adalah Rp.7.441.000,- Capaian gerakan menabung tersebut merupakan jumlah yang lumayan besar bagi suatu
membangun dari pinggiran
hal. 10
GeMa Pesisir
Gerakan Membangun Masyarakat Pesisir
Newsletter Edisi Juli 2016
MOTIVASI DAN TESTIMONI kelompok Kelas Pemula yang saat itu sedang belajar menata kelompoknya. Kolong rumah ketua Kelompok Bonto Perak I beralas tanah yang dulunya merupakan tempat sederhana bagi kami melakukan pertemuan saat itu, kini berubah menjadi ruang tamu berdinding kokoh yang menjadi saksi lahirnya momentum kesadaran berkelompok di seluruh benak anggota kelompok Bonto Perak I. Pencapaian yang saya paparkan di atas bukanlah sesuatu yang tidak dapat diukur, bahkan justru dapat dijadikan sebagai indikator kekompakan dan keseriusan pengurus kelompok dalam menjalankan kelompoknya khususnya di Kelurahan Lakkang, yang juga dapat dijadikan percontohan, karena tentu saja keberhasilan yang dicapai
oleh Kelompok Bonto Perak I saat ini bukan semata-mata karena penyuluhan singkat pada hari itu, namun karena adanya komitmen anggota. Komitmen ini lahir karena kapasitas mereka yang semakin bertambah dari waktu ke waktu. Bagi saya, sebagai TPD, saat anggota kelompok menjalankan aturan maka itu pasti tulus tanpa modus, sungguhsungguh dan amanah, sebab saat itu belum ada godaan untuk diberi imingiming dan penghargaan hingga beberapa tahun terakhir seperti bantuan pemerintah second tranche yang akan mereka terima di tahun ini. Saya kira, pembinaan yang mereka dapatkan melalui program CCDPIFAD Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Peternakan Kota Makassar diterapkan secara konsisten, yang tidak hanya membantu masyarakat dalam aspek
penguatan modal produksi saja, namun juga menciptakan perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat yang sadar akan pentingnya kebersamaan dan kekompakan dalam mengemban misi kelompok. Ke depan, tidak tertutup kemungkinan kekompakan dan kesungguhan pengurus Kelompok Pembudidaya Ikan Bonto Perak I dapat ditularkan kepada kelompok-kelompok lain yang ada di Kelurahan Lakkang atau bahkan dapat diadopsi pelaksanaannya di daerah lain. Akhirnya, sebagai TPD yang pernah bertugas di Lakkang, hemat saya, mendampingi kelompok itu tidak sulit kala kita sebagai TPD mempunyai niat yang baik sebagai pendorong perubahan, berpihak ke masyarakat, mencoba larut bersama dalam merasakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Inspirasi dari Kupang :
Pesona Boak dan Masa Depan Oesapa Kamaruddin Azis, anggota tim Knowledge Management PMO Siang tanggal 11 Juni 2016, di Pantai Oesapa, saya dan Untung PL dari Kementerian Kelautan dan Perikanan disambut ramah Kris Long dan Dance Foe. Kris adalah tokoh masyarakat, sedang Deris adalah tokoh pemuda setempat. Hadir pula Dr James Adam, konsultan CCDP Kota Kupang. Desir angin menari di telinga kala saya memandangi pohon mangrove melambai dari pantai yang telah dilengkapi perlintasan. Inilah trek kayu bagi yang hendak membaurkan pandangan dan perha annya pada keindahan bahari Oesapa itu. Adalah wahana rekreasi di Kota Kupang yang disiapkan Kelompok Pengelola Sumberdaya Alam (PSDA) pesisir, yang diletupkan oleh Dance, kerap disapa Deris. Deris, lelaki kelahiran empat puluh ga tahun silam ini adalah dirijen
membangun dari pinggiran
hal. 11
GeMa Pesisir
Newsletter Edisi Juli 2016
Gerakan Membangun Masyarakat Pesisir
MOTIVASI DAN TESTIMONI peman k ide pembangunan fasilitas menyiapkan wahana pembenihan bibit rekreasi sekaligus matra pengelolaan mangrove. Selain pesona keindahan, lingkungan di peisisr Kupang. manfaat ekonomi pun tak kalah besarnya. “Pantai kami tergerus karena dulu ada penggalian pasir di sekitar sini,” kata Kris, ketua komite kerja CCDP-IFAD yang menjalin dan mengkoordinasi gagasan warganya. “Ya ini, hasil penanaman boak itu. Dulu tahun 70an dong orang-orang tua masih gali dan jual pasir dari sini,” kata Kris beraksen Kupang. Kris paham bahwa sejak dijaganya mangrove ini, kepi ng kian banyak, warga tak lagi menebang hingga bisa serindang ini. Boak adalah pohon mangrove yang kini membentengi pantai Oesapa. Lebar areal ini sekitar 1 kilometer dengan ketebalan dari pantai ke laut maksimum 200 meter. “Gagasannya sudah lama, sebagai ketua RT saya mendengar ada master plan atau perencanaan wilayah Kota Kupang dan Oesapa ini masuk. Itu juga angan-angan sejak 2012,” ungkap Deris. Perencanaan yang dimaksudnya adalah pengelolaan jangka 20 tahun oleh Bappenas dan Bappeda Kupang. “Ada pula rencana dari PU dan Bina Marga provinsi, ada konsultan dari Jawa yang survei tapi kita sudah lama memang,” ujarnya. “Ide ini kami sampaikan ke CCDP, ke Pak Robby Adam, seketretaris PIU, ibu Welma, bagaimana supaya mangrove ini bisa dikelola. Dari angan-angan hingga seper ini,” terang Deris. Tersungging senyum di bibirnya. Bagi Deris mo f pendirian bangunan ini didasari alasan ekonomi masyarakat.
“Awalnya dikerjakan hanya 7 orang anggota kemudian beberapa warga ikut membantu. Mulai dikerjakan pada tanggal 4 November 2015 hingga awal Desember 2016 dan diresmikan Walikota pada 13 Februari lalu,” kata Deris. “Kalau ada kerusakan dari bangunan, selain sumbangan-sumbangan, kita juga akan gotong royong perbaiki, kalau dipanggil, warga pas datang,” kata Kris. Kris juga menambahkan kalau Lurah Oesapa, ibu Vera Soe juga sering ke lokasi eko-wisata mangrove ini untuk kerja bak . Pesona bersambut op misme Deris dan Kris itu nampaknya akan jadi kenyataan. Ke depan, beragam ak vitas lingkungan, sosial, ekonomi akan paralel dengan pengelola ekowisata Oesapa ini. Kini, banyak sekali warga Kupang yang datang berekreasi ke sini. “Banyak sekali, ada untuk foto pre-wedding, pengambilan gambar vocal group, video shoo ng, mereka bayar hingga 100 ribu sekali datang,” terang Deris.
Status lahan yang merupakan tanah Pemerintah memberi keleluasaan kepada warga untuk menawarkan pendekatan konservasi dan pengembangan ekonomi. Dukungan Pemkot Kupang sangat kuat, Walikota Jonas Saelan sangat peduli. “Melalui APBD, tahun ini akan ada alokasi “Sebagai (ketua) RT, pembangunan ini berkaitan dengan kepen ngan ekonomi. dana pembangunan jalan dan sarana Warga selain bergantung pada tani garam, prasarana lainnya,” ujar Dr. James Adam. mereka juga bisa memperoleh pendapatan dari jual-jualan atau “Kami ada permohonan ke CCDP untuk sumbangan sukarela,” tambahnya. menambah jalur trek keluar, karena pada hari libur pengunjung padat sekali. Kita Di Oesapa, mangrove telah memberi akan tambah 60 meter keluar dan tambah peluang berkembangnya kepi ng , ke selatan. Lain pintu masuk, lain pula m e n g u ra n g i a b ra s i d a n m e m b e r i keluar. Selain itu akan ditambah pula kesempatan kepada Deris dan warga l a i n n y a d a l a m C C D P u n t u k gazebo tempat pertemuan,” lanjut Deris. mengembangkan pesona keindahan vegetasi mangrove yang ada melalui trek Kepala Peneli an dan Pengembangan sepanjang 200 meter dengan anggaran Kelautan dan Perikanan, KKP, Zulficar dak kurang 200 juta. Mereka juga Mochtar, ST, M.Sc yang pernah menjadi
membangun dari pinggiran
team leader CCDP-IFAD memuji dan mendukung inisia f warga Oesapa ini. “Inisia f ekowisata adalah jembatan yang coba mempertemukan ide konservasi, edukasi dan wisata. Oesapa Mangrove Track di Kupang berada pada misi itu, sehingga sangat perlu didukung,” katanya. Bagi Zulficar, inisia f di Oesapa perlu diakselerasi cepat dan dinamis, memas kan di lapangan, agar elemen tersebut tersebut bisa tercapai proporsional. Bukan wacana atau rencana. Siang itu, tujuh pengunjung sedang menikma pesona mangrove Oesapa, ga orang mengenakan jaket kuning khas mahasiswa Universitas Artha Wacana dan dua pasang muda-mudi. Andi, salah seorang pengunjung datang bersama Emmy. “Keren tempatnya walau saya kira awalnya jembatannya panjang,” aku Andi. Andi mengaku ini pertama kali dia datang. Dengan hadirnya kawasan ekowisata ini, maka sekarang untuk berwisata pantai tak harus ke Lasiana lagi, apalagi di sana sudah sangat padat. “In nya kerenlah,” ujar warga Kampung Kayu Pu h, Kupang ini. Upaya yang dilakukan kelompok PSDA Oesepa ini se daknya dapat mengurangi tekanan pada aset dak kurang 40 ribu hektar mangrove NTT yang belakangan ini mengalami banyak tekanan karena dieksploitasi untuk bahan bangunan dan kayu bakar. Sekarang, bola pengelolaan ada di tangan pengurus PSDA untuk merawat dan menjaga pesona boak Oesapa, modal utama ekowisata di Kota Kupang sekaligus harapan bagi 26 ribu lebih warga yang bermukim di Kelurahan Oesapa. Mari dukung!
hal. 12