Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001
TEKNIK PENGAMBILAN EKSTRAK CONTOH AIR TANAH PADA BEBERAPA KEDALAMAN UNTUK ANALISIS DI LAHAN SULFAT MASAM1 HUSIN KADERI
Balai Peneitian Tanaman Pangan Lahan Rawa, Jl. Kebun Karet, Loktabat, Banjarbaru 70712
RINGKASAN Pemanfaatan lahan pasang surut yang kurang hati-hati menyebabkan munculnya lahan tidur. Pada lahan tidur kualitas tanah sangat buruk yang disebabkan oleh teroksidasinya senyawa pint. Oksida pirit menghasilkan asam sulfat dan oksida besi, meningkatnya kemasaman tanah, aluminium dan besi. Untuk melihat besamya peningkatan unsur-unsur ini dilakukan pengambilan ekstrak air. Di lahan pasang surut sulfat masam mempunyai tingkat kualitas air yang rendah dengan heterogenitas yang tinggi dari satu tempat ke tempat lainnya . Pengambilan ini dilakukan dengan menggunakan tabung keramik poros, menghasilkan ekstrak air tanah yang jemih dan terhindar dari oksidasi . Tabung keramik poros dipasang pada kedalaman yang berbeda-beda . Hasil analisis dari ekstrak air tanah diperoleh bahwa pada kedalaman 25 cm dari permukaan tanah, kualitas airnya lebih baik dibanding dengan kedalaman 65 cm dengan nilai besi, aluminium clan sulfat masing-masing 1,44 ; 0,03 ; clan 0,94 me/l untuk kedalaman 25 cm clan 2,48 ; 0,09; clan 5,18 me/l untuk kedalaman 65 cm.
PENDAHULUAN Dalam usaha pertanian khususnya di lahan pasang surut air merupakan faktor yang sangat penting, dan bahkan menjadi salah satu kunci keberhasilan . Pada lahan pasang surut air tidak saja diperlukan untuk mencukupi kebutuhan metabolisme tanaman tetapi juga sangat berperan dalam menentukan kualitas lahan. Oleh karena itu pengelolaan air sangat diperlukan dalam usaha pertanian di lahan pasang surut. Kualitas air di lahan pasang surut sangat bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lain, dan semakin jauh letaknya dari muara sungai maka daya jangkau pasang atau dorongan air pasang semakin berkurang dan kualitas air menjadi semakin jelek (ANWAR et al., 1994). Untuk mendapatkan gambaran kualitas air tanah pada suatu lahan dari wilayah diperlukan data analisis laboratorium yang akurat, clan untuk memperolehnya maka diperlukan contoh air tanah yang dapat menggambarkan kondisi satu wilayah . Oleh karena itu diperlukan jumlah ekstrak
233
Temu Teknis Fungsional Non Penelill 2001
yang cukup dan juga cara pengambilannya pada kedalaman yang berbeda .Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai teknik pengambilan contoh air tanah pada kedalaman yang berbeda di lahan pasang surut sulfat masam.
TEKNIK PENGAMBILAN EKSTRAK CONTOH AIR TANAH Bahan dan alat yang diperlukan: Tabung keramik poros ; pipa PVC berdiameter 10 mm; pipa plastik berdiameter 2 mm; pompa pakum ; bolot pakum ; lem PVC ; bor tanah . Cara pengambilan ekstrak contoh air tanah Pengambilan ekstrak ontoh air tanah dilakukan pada petak sawah yang akan diambil contoh aimya yaitu di Tarantang, Kebupaten Barito Kuala, Propinsi Kalimantan Selatan . Pengambilan ekstrak contoh air tanah pada kedalaman 25 cm dan 65 cm. Pada setiap titik pengambilan, tanah dibor dengan kedalaman masingmasing 25 cm dan 65 cm. Masing-masing lubang dipasang tabung keramik poros yang disambungkan dengan pipa pvc dan pipa plastik kemudian dihubungkan dengan botol yang telah dipakum pada tekanan 0,9 bar . Penempatan titik pengambilan ekstrak contoh air tanah pada petak sawah diantara dua saluran tersier. Bentuk tabung keramik poros dan bagiannya untuk mengambil ekstrak air tanah (Gambar 1). Botol pakum yang telah berisi ekstrak contoh air tanah dibawa ke laboratorium selanjutnya untuk keperluan analisis .
Gambar 1 . Bentuk tabung keramik poros dan bagiannya untuk mengambil ekstrak air tanah
234
Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 200/
HASIL ANALISIS EKSTRAK AIR TANAH Hasil analisis ekstrak air tanah meliputi kation-kation dan anion-anion, kemasaman dan salinitas (Ec). Kandungan kation dan anion dinyatakan dalam me/1 air bebas lumpur. Kandungan kation-kation meliputi, Fee+, Mne+, Cat+, Mgt+, 3+ K+, Na+, dan Al sedangkan anion-anion meliputi, HC03 , COs, dan S04 . Tabel 1 menunjukkan hasil analisis ekstrak contah air tanah di lahan, pasang surut sulfat masam pada kedalaman 25 cm. Nilai rata-rata kandungan Fee+ A13 dan S04 masing-masing 1,44; 0,03; 0,94 me/1 bebas lumpur . Tabel 1 . Kodc Ektt air tauah
Nilai pH, Ec, kandungan kation dan anion air tanah di lahan pasangsurut sulfat masam, kedalaman 25 cm ° p cu m Fe2l Mn-" a' a-* Mg2; i ---------_-----------_------------ me /I ------___------------------------ __>
4,95
1
219
1 1,44
10,00
1
0,50
0,05
1
0,29
,31
,03
,00
,94
,27
,00
Dari Tabel 1 terlihat bahwa nilai pH dan Ec masih berada pada batas yang sesuai untuk padi sawah . Di daerah tropik, bila diduga salinitas ekstrak tanah jenuh kira-kira sebesar delapan kali salinitas air irigasi, maka ini berarti salinitas air tanah hendaknya tidak lebih dari 750 sampai 1100 mmhos/em pada 25°C (SUDJADI DAN WIDJIK, 1972 dalam DAMDAM et al., 1993). Selanjutnya dikemukakan bahwa nilai optimum air tanah sangat tergantung pada jenis tanaman dan tanah, tetapi nilai pH antara 4,5 sampai 9,0 dianggap baik untuk air tanah yang digunakan irgasi . Nilai rata-rata pH dari contoh air tanah yang diamati adalah 4,95 dan nilai rata-rata Ec adalah 219 mmhos/cm pada 25°C. Tabel2 nose tr air tanah
Nilai pH, Ec, kandungan kation dan anion air tanah di lahan pasang surut sulfat masam, kedalaman 65 cm n mss/ -- pe~Mn~~ _R- CaC' a3 3
3,14
, 891
1
2,24
0,69
1,27
0,09
1,09
5,18
0,27
0,00
21,
Kation-kation Ca Mgt+, Na' dan K+ serta anion-anion HC03 /CO32 dan S04 merupakan ion-ion yang berpengaruh terhadap osmose . Hingga batasbatas tertentu ion-ion tersebut sangat berguna bagi tanaman, tetapi bila batas batas itu dilampaui dapat meracuni atau secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman dengan jalan merubah struktur tanah, permeabilitas, dan aerasi (SUDJADI DAN WIDJIK, 1972 dalam DAMDAM et al.,1993). Beberapa unsur mikro yang terdapat dalam air tanah di lahan pasang surut sulfat masam pada kedalaman 25 cm, seperti besi tidak membahayakan tanaman tetapi bila berada dalam jumlah yang berlebihan masih dapat dikontrol dengan pengelolaan yang tepat. Kadar besi dari hasil analisis rata-rata 1,44 me/1 air bebas lumpur. Sehubungan dengan efektivitas jaringan reklamasi suatu kawasan mempunyai kemampuan produktivitas yang beragam . Jaringan reklamasi dari
235
Temu Teknis Fungsional Non Penellli 1001
suatu kawasan mempunyai saling keterkaitan dengan lingkungan sekitarnya . Dalam pengambilan contoh ekstrak air tanah yang diperlukan dalam suatu kawasan/unit jaringan reklamasi yang dimaksudkan untuk mengetahui kendala dan potensi dari masing-masing lokasi . Dengan demikian dapat diambil langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan hasil tanaman pangan di lahan pasang surut sulfat masam. Hasil penelitian menunjukkan peningkataan produktivitas lahan berkaitan dengan sistem pengelolaan air yang diterapkan. Penerapan sistem tata air satu arah pada tingkat tersier dari sistem garpu di lahan sulfat masam dapat meningkatkan hasil tanaman pangan sebesar 60% (NOOR DAN SARAGIH, 1993). Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai pH 3,14 (<4) menggambarkan telah terjadi proses oksidasi yang sedang berjalan . Proses oksidasi tersebut sebenarnya berjalan secara bertahap dan kompleks melibatkan berbagai bakteri auto tropik pelarut sulfur dan besi . Beragam bentuk sulfur hasil proses antara produk oksidasi juga bisa terbentuk . Oksidasi yang sempurna akan menghasilkan 2 mol asam sulfat dari 1 mol pirit . Oksidasi pirit tidak hanya menyebabkan kemasaman tetapi juga akan menyebabkan pelepasan aluminium, yang meracun bagi tanaman dan jika melebihi 0,02 mg/l sampai 50 mg/l larutan . Pelepasan aluminium disebabkan oleh larutnya mineral liat. Akibat lainnya adalah digantikannya kedudukan basa-basa seperti kalsium, magnesium dan kalium oleh aluminium sehingga menyebabkan kekahatan hara. Penurunan satu unit pH akan meningkatkan aktivitas aluminium 10 kali (SATAWATHANAONT, 1986; HANHART DAN Ni, 1993 dalam SARWANI, 1994). Menurut SARAGIH DAN SARWANI (1994), Jika oksidasi terjadi pada lapisan pirit yang umumnya banyak terdapat pada lahan pasang surut sulfat masam, pirit akan terurai menjadi Fez+, S04`, dan H+ yang larut dalam larutan tanah . Pada saat awal musim hujan tiba, air hujan yang jatuh pada lokasi ini sebagian akan meresap kedalam tanah yang kemudian akan melarutkan unsurunsur tersebut diatas yang mengakibatkan pH air tanah menjadi rendah . Jika kemasaman dan kadar Fe 2+ meningkat did,aga sebagai akibat terjadinya oksidasi pirit (SUPING at al., 1993) . Adanya lapisan pirit yang cendreung teroksidasi pada aspek tanah , sehingga meningkatkan kemasaman tanah dan ion atau senyawa-senyawa A13+ Fe 2+, S04` yang bersifat racun serta asam organik mengakibatkan kulitas air tanah jelek (NOOK at al., 1994) .
KESIMPULAN Pengambilan ekstrak contoh air tanah pada kedalaman tertentu dapat menggunakan tabung poros keramik terutama dilahan pasang surut sulfat masam . Kandungan kation-kaion dalam air tanah di lahan pasang surut sulfat masam relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan anion-anion . Nilai pH, Ec, dan kandungan beberapa unsur mikro di dalam air tanah masih bemilai sesuai untuk pertanaman padi pada kedalaman 25 cm.
236
Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001
DAFTAR BACAAN ANwAR, K., M. SARWANI, R. ITJIN . 1994. Pengembangan pengelolaan air di lahan pasang surut: Pengamalan dari Kalimantan Selatan. Dalam M. Sarwani, M. Noor, M.Y. Maamun . (ed .). Pengelolaan Air dan Produktivitas Lahan Rawa Pasang Surut: Pengalaman Kalsel . Balittan. Banjarbaru . DAMDAM, A.M., M. SEDIYARSO, DAN YUSUF PRAWIRASUMANTRI. 1993. Kualitas Air Irigasi Dalam Musim Hujan dari Sungai-sungai di Sulawesi Selatan . Prosiding Pertemuan Teknis Bidang Kesuburan dan Produktivitas Tanah . Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. NoOR, M. DAN S. SARAGIH. 1993. Peningkatan produktivitas lahan pasang surut dengan perbaikan sistem pengelolaan air dan tanah~ Makalah Penunjang pada Simposium Penelitian Tanaman Pangan III . Jakarta/Bogor, 21-24 Agustus. NOOR, M, M. DANAMIK, DAN M.ZAINAL ARIFIN . 1994. Pengelolaan air dan peningkatan produktivitas lahan pasang surut tipe C. Pengelolaan Air dan Produktivitas Lahan Rawa Pasang Surut . Pengalaman dari kalimantan selatan dan tengah. Balai Penelitian Tanaman Pangan . Banjarbaru . SARAGIH, S DAN M. SARWANI . 1994. Kualitas air dan peranannya dalam peningkatan produktivitas lahan pasang surut . Pengelolaan Air dan Produktivitas Lahan Rawa Pasang Surut. Pengalaman dari kalimantan selatan dan tengah . Balai Penelitian Tanaman Pangan. Banjarbaru. SUPAING, S., I.B . ARIBAWA DAN N. KUSUMA. 1993. Dinamika kation-kation bersifat toksik pada tanah sulfat masam di Kalimantan Selatan . Makalah Pertemuan Teknis Puslittanak-Bogor, Juni 1993. di CipayungBogor. SARWANI, M. 1994. Aspek lingkungan dalam pengembangan lahan pasang surut. Kasus penyusutan kawasan gambut di Delta Pulau Petak, Kalimantan Selatan dan Tengah. Pengelolaan Air dan Produktivitas Lahan Rawa Pasang Surut. Balai Penelitian Tanaman Pangan . Banjarbaru .