I. CARA PENGAMBILAN CONTOH AIR UNTUK PENGUJIAN FISIKAKIMIA Untuk analisa Fisika-Kimia Perairan (FISKAMPER) diperlukan contoh air ± 5 Liter. Bila untuk pemeriksaan tertentu dibutuhkan contoh air lebih banyak. Tidak dibenarkan air yang sama diperiksa secara fisika, kimia, bakteriologi dan mikroskopik karena persyaratan cara pengambilan dan tempat caontoh air yang berbeda. ♦ Alat dan Bahan yang diperlukan : 1. Botol timba 2. Derijen plastik ukuran 5 Liter (sebaiknya berwarna putih) 3. Botol plastik vol. 500 mL (2 buah) 4. Botol oksigen vol. 250 mL 5. Termos es untuk mendinginkan contoh 6. Tas lapangan 7. Alat tulis 8. Buku catatan (bungkus dengan plastik) 9. Alat dan Bahan untuk periksa parameter (yang diperlukan) ♦ Cara Pengambilan : 1. Botol yang akan dipergunakan untuk mengambil sampel dibersihkan terlebih dahulu. 2. Botol dibenamkan pada kedalaman perairan yang akan diperiksa. 3. Pengambilan pertama sampel air digunakan untuk membersihkan botol sampling untuk kemudian dibuang kembali lalu diulang untuk beberapa kali. 4. Pengambilan kedua merupakan sampel air yang akan diperiksa ke dalam botol sampel untuk kemudian ditutup. Catatan : Pada prinsipnya air yang akan diperiksa diusahakan mempunyai susunan dengan air aslinya. Semua tindakan yang merubah susunan kimianya harus dihindari, baik tempat pengiriman maupun peralatan serta cara pengambilan sampel air.
1
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Pengambilan Contoh Air : 1. Macam-macam Contoh Air Karakteristik dari perairan mungkin tidak banyak berubah selama beberapa waktu, tetapi banyak juga aliran air yang selalu berubah di dalma waktu singkat. Contohnya karakteristik air di hulu umumnya hanya berubah karena pengaruh hujan sehingga perubahan dapat bersifat harian bahkan jam-jaman. Untuk memperoleh contoh yang mewakili keadaan yang sesungguhnya dapat dipilih tiga metode : a. Contoh sesaat (grap sample) b. Contoh gabungan waktu (composite sample) c. Contoh gabungan tempat (integreted sample)
a. Contoh Sesaat (Grap Sample) Contoh sesaat mewakili keadaan air pada suatu saat dari suatu tempat. Apabila suatu sumber air mempunyai karakteristik yang tidak banyak berubah didalam suatu periode atau didalam batas jarak waktu tertentu maka contoh sesaat tersebut cukup mewakili keadaan waktu dan tempat tersebut. Umumnya metode ini dapat dipakai untuk sumber air alamiah tetapi tidak mewakili keadaan air buangan atau sumber air yang banyak dipengaruhi oleh bahan buangan. Bila suatu sumber atau air buangan diketahui mempunyai karakteristik yang banyak berubah maka beberapa contoh
sesaat
diambil
berturut-turut
untuk
jangka
waktu
tertentu
dan
pemeriksaannya dilakukan sendiri-sendiri, tidak disatukan seperti pada metode gabungan. Jangka waktu pengambilan sampel air berkisar antara 5 menit sampai 1 jam atau lebih, umumnya periode pengambilan sampel selama 24 jam. Pemeriksaan parameter tertentu memerlukan metode sesaat seperti pengukuran suhu, pH, kadar gas terlarut, CO2, sulfida, sulfat, sianida dan klorin.
b. Contoh Gabungan Waktu (Composite Sample) Contoh gabungan waktu adalah campuran contoh-contoh sesaat yang diambil dari suatu tempat yang sama pada waktu yang berbeda. Hasil pemeriksaan contoh gabungan menunjukkan keadaan merata dari tempat tersebut didalam suatu periode. Umumnya pengambilan contoh dilakukan secara terus menerus selama 24 jam tetapi dalam beberapa hari dilakukan secara intensif untuk jangkan waktu yang lebih pendek. Untuk mendapatkan contoh gabungan waktu (composite) perlu diperhatikan 2
agar setiap contoh yang dicampurkan mempunyai volume yang sama. Apabila volume akhir dari suatu contoh gabungan 1-5 Liter, maka untuk selang waktu 1 jam selama periode pengambilan contoh 24 jam dibutuhkan volume contoh masingmasing sebanyak 200-220 mL.
c. Contoh Gabungan Tempat (Integreted Sample) Merupakan campuran contoh-contoh sesaat yang diambil dari tempat yang berbeda pada waktu yang sama. Hasil pemeriksaan contoh gabungan menunjukkan keadaan merata dari suatu daerah atau tempat pemeriksaan. Metode ini berguna apabila diperlukan pemeriksaan kualitas air dari suatu penampang aliran sungai yang dalam atau lebar atau bagian-bagian penampang tersebut memiliki kualitas yang berbeda. Metode ini umumnya tidak dilakukan untuk pemeriksaan kualitas air danau atau air waduk karena pada umumnya menunjukkan gejala yang berbeda kualitasnya karena kedalaman atau lebarnya. Didalam hal ini selalu dipergunakan metode pemeriksaan terpisah.
2. Selang Waktu antara Sampling dan Analisa Makin pendek selang waktu antara pengambilan contoh dan analisa, hasil akan semakin baik. Sebenarnya sukar untuk menentukan selang waktu tersebut karena tergantung dari sifat contoh air, parameter yang akan diperiksa serta cara penyimpanan. Perubahan yang diakibatkan oleh kegiatan organisme dapat dicegah dengan menyimpan dalam tempat gelap dan temperatur yang rendah (lemari es) sampai pemeriksaan dilakukan. Berikut ini adalah batasan waktu maksimum untuk pemeriksaan Fisika dan Kimia :
Air Bersih
72 jam
Air Sedikit Tercemar
48 jam
Air Kotor/Limbah
12 jam
3. Pengawetan Contoh Pengawetan contoh yang sempurna untuk sampel perairan adalah tidak mungkin, mengingat sifat-sifat kestabilan dari masing-masing unsur yang terkandung pada contoh tersebut tidak mungkin dicapai dengan sempurna. Fungsi pengawetan adalah 3
memperlambat proses perubahan kimia dan biologis yang tidak terelakan. Pengawetan sangat sukar karena hampir semua pengawet mengganggu untuk beberapa pengujian. Menyimpan sampel pada suhu rendah (4o C) mungkin merupakan cara terbaik. Untuk mengawetkan contoh sampai hari berikutnya penggunaan reagent pengawet dapat dilakukan selama tidak mengganggu proses analisa dan penambahan ke dalam botol dilakukan sebelum pengisian contoh sehingga contoh dapat diawetkan secepatnya. Tidak ada satu metode pengawetan yang memuaskan karena itu dipilih pengawetan yang sesuai dengan tujuan pemeriksaan. Semua metode pengawetan kemungkinan kurang memadai untuk bahan-bahan tersuspensi. Penggunaan Formaldehid tidak dianjurkan karena mempengaruhi sangat banyak pemeriksaan. Metode pengawasan pada umumnya terbatas pada kontrol pH, penambahan zat kimia, pendinginan dan pembekuan. Parameter-parameter tertentu lebih banyak dipengaruhi oleh penyimpanan contoh sebelum dianalisa daripada yang lainnya. Beberapa jenis kation dapat hilang karena diserap oleh dinding wadah gelas seperti alumunium (Al), Kadmium (Kd), Krom (Cr), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Timbal (Pb), Mangan (Mn), Perak (Ag) dan Seng (Zn). Sebaiknya untuk parameterparameter diatas, contoh diambil secara terpisah dan ditampung dalam botol bersih serta diasamkan dengan HCl pekat atau H2SO4 pekat sampai pH 2,0 untuk mengurangi absorbsi pada dinding wadah. Parameter pH, temperatur dan gas terlarut harus segera diperiksa di lapangan karena parameter tersebut mudah sekali berubah dalam waktu singkat.
4. Frekwensi Pengambilan dan Keterangan Contoh Yang perlu diperhatikan adalah : a. Volume dan frekwensi pengambilan contoh harus cukup b. Pengambilan contoh dilakukan 2 minggu sekali atau sebulan sekali untuk sumber air besar dan setiap 5 hari untuk air sungai c. Pengambilan contoh setiap jam bila di lokasi pengambilan contoh terjadi variasi yang lebih besar atau pada tempat terjadinya pencemaran d. Setiap contoh diberi keterangan (pada wadahnya) meliputi :
Jenis air, misalnya air tanah, air limbah, air sungai, air laut 4
Lokasi atau titik pengambilan contoh, disebutkan lokasi yang pasti/jelas dimana sampel diambil
Parameter yang akan diperiksa
Cuaca saat pengambilan sampel
Tanggal dan waktu (jam) pengambilan sampel
Nama yang mengambil sampel
5. Titik Pengambilan Contoh a. Badan air Adalah tempat dan wadah diatas permukaan daratan yang terisi dan atau menghasilkan air yaitu rawa, danau, sungai, waduk dan saluran air. Perhatikan :
Titik pengambilan contoh harus mewakili (representatif) dan hindari pengambilan buih dari permukaan air
Untuk sungai yang besar atau aliran-aliran yang airnya tidak bercampur rata, maka diperlukan contoh yang lebih banyak dari beberapa tempat pemukiman sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman yang berbeda-beda pada setiap lokasi.
Apabila menggunakan perahu atau peralatan lain hindari aliran yang bergejolak (turbulensi).
Titik pengambilan contoh berjarak 1-5 Km dari hilir atau dari sumber pencemaran, atau 500 m di hilir danau atau air terjun
b. Aliran terbatas
Titik pengambilan contoh air dari peralatan pipa, tangki, bejana, filter, kondensor, evaporator adalah pada titik antara air masuk dan air keluar
Titik pengambilan contoh air tidak boleh dekat dengan sambungan untuk menghindari pengaruh gejolak arus di dalam pipa, titik pengambilan contoh diambil pada jarak 25 % dari diameter pipa sampai maksimum 100 mm dari dinding pipa
c. Generator uap
Tidak untuk pengambilan contoh tergantung pada disain generator uap
Hindari tempat dimana fase uap dan fase air tidak dapat dipisahkan
Lakukan pengambilan contoh melalui koli pendingin
5
II. PELAKSANAAN PENGAMBILAN CONTOH Air yang akan diambil contohnya meliputi : Air dari generator uap Air dari jaringan pipa dan air tanah Air badan air Air kolam renang dan air pemandian umum
1. Air dari jaringan pipa dan air tanah (air sumur gali, air sumur pompa tangan, air mata air) a. Semua wadah yang akan diisi dengan contoh air harus dibilas dengan air contoh minimal 3 kali. Pada waktu pengisian air ke dalam botol dan wadah lain hindari terjadinya aerasi. b. Contoh air yang diperlukan terdiri dari :
1 botol oksigen (diisi penuh) untuk pemeriksaan CO2 agresif
5 Liter air contoh dalam jerigen
2 botol plastik 500 mL diisi ¾ volume, masing-masing diawetkan dengan toluol dan H2SO4 pekat sebanyak 3 tetes
c. Parameter lapangan yang perlu diperiksa antara lain bau, rasa, suhu udara dan air, sisa klor, pH, DO dan CO2 agresif/bebas. d. Contoh air sebaiknya langsung diperiksa ke laboratorium dan apabila tidak memungkinkan, contoh dapat diperiksa dengan selang waktu maksimum 72 jam.
2. Air badan air (meliputi air sungai, rawa, waduk, danau dan saluran air serta air laut a. Semua wadah yang akan diisi dengan contoh air harus dibilas dengan air contoh minimal 3 kali. Pada waktu pengisian air ke dalam botol dan wadah lain hindari terjadinya aerasi. b. Contoh air yang diperlukan terdiri dari :
1 botol oksigen (diisi penuh) untuk pemeriksaan CO2 agresif
5 Liter air contoh dalam jerigen
2 botol plastik 500 mL diisi ¾ volume, masing-masing diawetkan dengan toluol dan H2SO4 pekat sebanyak 3 tetes 6
c. Parameter lapangan yang perlu diperiksa antara lain bau, rasa, suhu udara dan air, sulfida, pH, BOD, DO dan CO2 agresif/bebas. d. Contoh air langsung dikirim ke laboratorium dengan selang waktu :
Badan air sedikit tercemar maksimum 48 jam
Badan air tercemar maksimum 12 jam
e. Apabila yang digunakan untuk mengambil gas terlarut adalah botol timba alternatif, maka cara pemindahan contoh air dari botol timba ke botol oksigen harus hati-hati sekali supaya tidak terjadi aerasi. f. Untuk analisa oksigen terlarut (DO) dengan metode Winkler perlu pengikatan oksigen terlarut tersebut di lapangan dengan cara menambahkan 2 mL MnSO4 dan 3 mL pereaksi O2 kemudian dikocok sampai rata. Bila cara ini tidak dapat dilakukan maka contoh air sebaiknya disimpan pada temperatur 4o C dalam termos es selama perjalan ke laboratorium.
3. Air limbah dan Air limbah rumah tangga a. Semua wadah yang akan diisi dengan contoh air harus dibilas dengan air contoh minimal 3 kali. Pada waktu pengisian air ke dalam botol dan wadah lain hindari terjadinya aerasi. b. Contoh air yang diperlukan terdiri dari : 1 botol oksigen (diisi penuh) untuk pemeriksaan CO2 agresif 5 Liter air contoh dalam jerigen 2 botol plastik 500 mL diisi ¾ volume, masing-masing diawetkan dengan toluol dan H2SO4 pekat sebanyak 3 tetes c. Parameter lapangan yang perlu diperiksa antara lain bau, rasa, suhu udara dan air, sisa klor, sulfida, pH, BOD, DO dan CO2 agresif/bebas. d. Contoh air harus langsung dikirim ke laboratorium dengan selang waktu maksimum 12 jam.
4. Air kolam renang dan pemandian umum a. Semua wadah yang akan diisi dengan contoh air harus dibilas dengan air contoh minimal 3 kali. Pada waktu pengisian air ke dalam botol dan wadah lain hindari terjadinya aerasi.
7
b. Contoh air yang diperlukan untuk analisa air pemandian umum sama dengan air badan air, hanya ada tambahan parameter lapangan yaitu bau dan kejernihan. c. Contoh air yang diperlukan untuk analisa ini adalah :
1 botol oksigen untuk pemeriksaan oksigen terabsorbsi
1 jerigen volume 2 Liter
d. Parameter lapangan yang perlu diperiksa untuk air kolam renang meliputi bau, kejernihan, sisa klor, kebasaan, pH dan oksigen terabsobsi.
5. Air dari generator uap dan air dari tangki, bejana, filter, kondensor dan lainnya a. Pengambilan contoh air dari generator uap dilakukan dengan alat khusus yaitu koil pendingin. Volume contoh air yang diperlukan disesuaikan dengan tujuan analisa. b. Pengambilan contoh air dari tangki, bejana, filter dan sebagainya sama seperti pengambilan contoh air dari jaringan pipa sedangkan volumenya tergantung dari tujuan pemeriksaan.
***
8
PENGUJIAN PARAMETER FISIKA * WARNA * BAU * RASA * TEMPERATUR * BERAT JENIS * KEKERUHAN * KECERAHAN * KEDALAMAN * KECEPATAN ARUS * DEBIT AIR * JUMLAH PADATAN * PASANG SURUT (PASUT) * DAYA HANTAR LISTRIK
1. WARNA Warna perairan dapat dipakai (tidak selamanya) sebagai parameter apakah suatu perairan sudah tercemar atau belum. Air selokan dapat berubah dari bening menjadi kelabu karena adanya proses dekomposisi. Warna perairan dapat pula dipengaruhi oleh biota yang ada didalamnya, misalnya algae, plankton dan tumbuhan air. Air sungai pada umumnya berwarna bening sampai kecoklatan, hal ini karena dipengaruhi oleh adanya pencucian badan sungai itu sendiri dan kadungan suspensi didalamnya. Metode Pengamatan : Organoleptik
2. BAU Bau suatu perairan dapat disebabkan oleh adanya dekomposisi zat-zat organik pada suatu perairan yang dapat menimbulkan gas-gas. Gas yang keluar dari hasil dekomposisi bukan saja menimbulkan bau yang kurang sedap tetapi adakalanya
9
dapat mematikan biota yang ada di dalamnya, contohnya adanya kasus ikan=ikan yang mati atau mabuk pada waduk Cirata, Jawa Barat. Metode Pengamatan : Organoleptik
3. RASA Parameter ini erat hubungannya dengan pengujian parameter warna dan bau sehingga seringkali pada pelaksanaannya digabungkan. Rasa suatu perairan dalam kondisi bair berasa hambar, bila suatu periran sudah berwarna kurang baik atau/dan bau yang kurang sedap secara otomatis akan mempunyai rasa yang kurang enak. Metode Pengamatan : Organoleptik
4. TEMPERATUR Suhu merupakan parameter
yang penting karena erat hubungannya dengan
“Aquatic life” atau kehidupan di dalam air dan sangat mempengaruhi pertumbuhan organisme baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktivitas biologi dapat menaikkan suhu perairan sampai 60o C. suh air buangan kebanyakan lebih tinggi daripada suhu badan air. Hal ini erat hubungannya dengan proses biodegradasi. Pengamatan suhu dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan dan interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota air lainnya. Tetapi hal ini tidak mutlak karena dengan perubahan suhu yang kecil sudah dapat mempengaruhi kondisi biota, contohnya terumbu karang. Bila suhu perairan semakin tinggi maka kadar O2 yang terlarut akan semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Alat : termometer Cara Kerja :
Dicatat suhu udara sekitar
Untuk air permukaan : Termometer dicelupkankan ke dalam perairan, ditunggu beberapa menit. Diangkat dan dicatat suhunya.
Untuk air di bawah :
Sampel diambil dalam botol, kemudian termometer
dicelupkan ke dalam air tersebut, ditunggu beberapa menit. Diangkat dan dicatat suhunya.
10
5. BERAT JENIS (BJ) Merupakan parameter fisika yang digunakan untuk mengetahui kadar zat organik dan anorganik. Semakin besar BJ semakin banyak zat terlarut. BJ diukur dengan menggunakan urinometer, karena suhu yang berubah-ubah maka dipakai faktor koreksi. Alat dan Bahan :
Urinometer
Gelas ukur 100 mL
Termometer
Sampel air
Cara Kerja :
Diukur dan dicatat suhu saat itu (peneraan).
Ke dalam gelas ukur diisikan air sampel sebanyak 100 mL.
Kemudian urinometer dimasukkan ke dalam air tadi dengan cara diputar.
Diamati dan dicatat tinggi miniskus air pada urinometer yang merupakan nilai BJ sampel. Diusahakan agar urinometer tidak menempel pada dinding gelas ukur.
Perhitungan : n
=
tk – tp x 0,001 3 BJ sesungguhnya = A + n Ket :
tk
= suhu kamar
tp
= suhu peneraan
A
= BJ pada saat itu
n
=
Faktor koreksi
6. KEKERUHAN Kekeruhan dapat mempengaruhi masuknya sinar matahari ke dalam air. Sinar matahari sangat diperlukan oleh organisme yang berada didalam perairan untuk proses metabolisme. Bila suatu perairan keruh maka sinar matahari yang masuk akan sedikit karena terpencar-pencar oleh adanya partikel yang terlarut, dan bila air tidak keruh maka sinar matahari yang masuk akan banyak. Kekeruhan dapat dipakai sebagai indikasi kualitas suatu perairan. Air alami dan air buangan yang mengandung koloid dapat memudarkan sinar sehingga mengurangi transmisi sinar. Kekeruhan dapat mengurangi proses fotosintesis tanaman dalam air. Misalnya 11
vegetasi perairan berakar dan ganggang, mengurangi pertumbuhan tanaman dan mengurangi produktifitas ikan. Kekeruhan dapat disebabkan oleh tanah liat dan lempung, buangan industri dan mikroorganisme. Upaya untuk mengurangi kekeruhan ini antara lain dengan penyaringan dan koagulasi. Tujuan dari pemeriksaan parameter ini adalah untuk mengetahui derajat kekeruhan air yang disebabkan oleh adanya partikel-partikel yang tersebar merata dan dapat menghambat jalannya sinar matahari yang melalui air tersebut. Alat :
Turbidimeter
Gelas piala (Beaker Glass) 500 mL
Cara Kerja :
Dengan menggunakan alat turbidimeter
Perhitungan : Hasil pemeriksaan x NTU x Pengenceran = …….. NTU Kekeruhan larutan standart
7. KECERAHAN Alat : Secchi disc Cara Kerja :
Secchi disc diturunkan ke dalam perairan hingga batas tidak terlihat dan dicatat tinggi permukaan air pada tambang secchi disc (A cm).
Kemudian secchi disc diangkat perlahan hingga kelihatan dan dicatat kembali tinggi permukaan air pada tambang secchi disc (B cm).
Perhitungan : A + B = 2
…….. cm
8. KEDALAMAN Kedalaman sangat mempengaruhi kecepatan arus, debit air dan kecerahan. Semakin dalam sungai maka kemungkinan cahaya yang masuk akan semakin berkurang.
12
Alat :
Bandul logam yang diikat tali (diberi tanda
seperti meteran)di salah satu
ujungnya. Cara Kerja :
Bandul dicelupkan ke dalam perairan hingga ke dasar lalu diamati dan dicatat tinggi permukaan air pada tali (….. cm).
Diulangi pengukuran beberapa kali dan dihitung rata-rata kedalamannya.
9. KECEPATAN ARUS Pergerakan air atau arus air diperlukan untuk ketersediaannya makanan bagi jasad renik dan oksigen. Selain itu untuk menghindari karang dari proses pengendapan. Adanya adukan air yang disebabkan oleh adanya pergerakan air akan menghasilkan oksigen di dalam perairan tersebut. Pada umumnya bila suatu perairan mempunyai arus yang cukup deras maka kadar oksigen yang terlarut juga akan semakin tinggi. Alat :
Current meter atau benda yang terapung (bola pingpong)
Roll meter
Stop watch
Tali rafia
Ranting kayu
Cara Kerja :
Setiap 100 meter perairan tersebut diberi tanda dengan ranting kayu searah aliran air.
Bola pingpong yang telah diikat dengan tali rafia diletakkan diatas permukaan air berbarengan dengan dijalankannya stop watch.
Kecepatan gerakan bola tiap 100 meter dicatat.
Percobaan diulangi hingga beberapa kali dan dirata-rata.
Perhitungan : Jarak yang ditempuh Waktu yang diperlukan
=
……….. m/s
10. DEBIT AIR Debit air adalah volume aliran air per satuan waktu. Debit air dipengaruhi oleh luas penampang perairan dan kecepatan arus. 13
Alat :
Roll meter
Bandul logam
Bola pingpong
Cara Kerja :
Diukur lebar dan panjang perairan, lebar dan panjang perairan tersebut dibagi rata untuk beberapa titik.
Kemudian pada tiap titik diukur kedalamannya dengan bandul logam untuk kemudian dibuat gambar penampang perairan dan diukur luas perairan tersebut (A m2).
Dihitung juga kecepatan arus air dengan mengunakan bola pingpong.
Perhitungan :
Q
=
A x V
A =
luas penampang (luas x dalam)
V =
kecepatan arus
11. JUMLAH PADATAN Alat dan Bahan :
Timbangan
Cawan porselin
Kertas saring
Oven
Desikator
500 mL sampel air
Gelas piala, gelas ukur dan corong
A. Jumlah Padatan Tersuspensi (TOSS) Untuk mengetahui berat atau jumlah zat-zat yang tersuspensi di dalam 1000 mL air sampel yaitu dengan cara menimbang berat zat-zat tersuspensi dalam air yang tertinggal pada kertas saring. Cara Kerja :
Ditimbang dan dicatat berat kertas saring bersih yang akan dipakai (A gram). 14
Kemudian 500 mL sampel air disaring dan sisihkan air yang telah disaring di dalam gelas piala.
Kertas saring yang telah dipakai tadi dikeringkan dengan didiamkan pada suhu kamar.
Setelah kering, kertas saring beserta padatannya ditimbang (B gram) dan dihitung padatan tersuspensi air sampel tersebut.
Perhitungan : 1000 x (B – A)
= …………. gram/Liter
50
B. Padatan Terlarut (TDS) Cara Kerja : Ditimbang dan dicatat berat cawan porselin bersih yang akan digunakan (A gram). Air sampel yang telah disaring (disisihkan) tadi dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah ditimbang. Kemudian cawan berisi air sampel dimasukkan ke dalam oven untuk beberapa saat sampai menguap atau mengering. Setelah kering, cawan porselin beserta padatannya ditimbang kembali (B gram) dan dihitung padatan terlarut air sampel tersebut.
Perhitungan :
Kedua hasil perhitungan diatas dicocokan atau dibandingkan dengan standart yang ada.
12. PASANG SURUT (PASUT) Pasut adalah gerakan naik turunnya permukaan air laut secara berirama yang disebabkan oleh gaya gravitasi benda-benda langit terutama bulan dan matahari. Massa air yang naik akibat gaya gravitasi tadi akan merambat dari samudra atau 15
laut perairan dalam. Faktor yang dapat mempengaruhi pasut adalah posisi bulan dan matahari terhadap bumi; morfologi setempat dan kedalaman. Berdasarkan posisi kedukuan bulan, matahari dan bumi, maka pasut dapat dibedakan : a. Pasut Purnama Apabila bulan dan matahari berada kira-kira pada satu garis lurus dengan bumi seperti pada saat bulan muda atau bulan purnama,maka daya tarik keduanya saling memperkuat. b. Pasut Perbani Apabila bulan dan matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi, maka gaya tarik keduanya akan saling meniadakan.
Berdasarkan gerakan air laut di Indonesia maka dapat dibedakan : a. Pasang surut berharian tunggal (Diurnal Tide) Terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam sehari. b. Pasang surut berharian ganda (Semi Diurnal Tide) Terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari dan masing-masing sama atau hampir sama tingginya setiap hari. c. Dua jenis campuran
Campuran condong ke harian ganda.
Campuran condong ke harian tunggal dengan berbeda tinggi.
Pada prinsipnya parameter ini untuk mengukur tinggi rendahnya air laut per satuan waktu dengan menggunakan papan palem. Alat : Papan palem diberi tanda/ukuran seperti meteran Tali Teropong / Binokuler Senter Cara Kerja :
Papan palem dipasang pada sebuah batu karang.
Diperhatikan tinggi rendah permukaan air untuk setiap satu jam sekali dan dicatat angka tinggi air pada papan palem.
Pengamatan dilakukan sehari semalam untuk kemudian dibuat grafik pasang surutnya. 16
13. DAYA HANTAR LISTRIK (DHL) DHL dipengaruhi oleh adanya larutan zat-zat yang terkandung di dalam air. DHL ini sangat dipengaruhi oleh kadar salinitas suatu perairan. DHL dinyatakan sebagai umhos/cm adalah konduktan dari suatu konduktor dengan panjang 1 cm dan mempunyai penampang 1 cm. Alat dan Bahan : Konduktometer Termometer Air suking/aquadestilata Larutan baku KCl 0,01 M Cara Kerja : Kalibrasikan elektroda konduktometer. Elektroda dibilas dengan larutan KCl 0,01 M sebanyak 3 kali. Ukur DHL larutan KCl 0,01 M dan atur alat sehingga menunjukkan angka 1,413 umhos/cm. Penetapan DHL contoh. Bilas elektroda dengan larutan contoh sebanyak 3 kali. Ukur DHL contoh dengan membaca skala atau digit alat. Apabila DHL contoh lebih besar dari 1.413 umhos/cm. Ulangi pekerjaan diatas dengan menggunakan larutan KCl 0,1 M atau 0,5 M.
Perhitungan : DHL dalam umhos/cm dapat langsung dibaca pada alat konduktometer.
***
17
PARAMETER KIMIA a. pH Alat
: pH Universal
Cara Kerja
:
1. Diambil sampel air. 2. Dicelupkan pH universal kedalamnya. 3. Warna yang terjadi dibandingkan pada standard warna.
b. D.O (Dissolved Oxygen) Alat : 1. Botol Winkler 2. Pipet tetes 3. Perangkat titrasi 4. Pipet volume
Bahan : 1. Iodida alkali (perekasi Winkler) 2. H2SO4 pekat 3. Larutan Mangan sulfat/ MnSO4 48 % 4. Natrium tiosulfat 0,025 N 5. Indikator amylum 1 %
Cara Kerja : 1. Ditambahkan kedalamnya 1 mL MnSO4 dan 1 mL reagen Winkler, lalu dikocok dan ditunggu hingga terbentuk endapan. 2. Ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat, dikocok hingga endapan larut. 3. Diambil 50,0 mL sampel tersebut, dititrasi dengan larutan Natrium tiosulfat 0,025 N sampai berwarna kuning muda pucat. 4. Ditambahkan inikator amilum (biru). 5. Dititrasi kembali dengan larutan Natrium tiosulfat, dari biru sampai menjadi bening. 6. Dicatat berapa mL Natrium tiosulfat yang dipakai. 18
Perhitungan : 8000 x mL Na2S2O3 X N Na2S2O3 Kadar O2 (mg/L) =
mL sampel
c. CO2 BEBAS Alat : 1. Tabung reaksi 2. Labu erlenmeyer Bahan : 1. Indikator Phenol ptalein 2. Natrium bikarbonat
Cara Kerja : 1. Masukkan 50 mL sampel air ke dalam labu erlenmeyer. 2. Tambahkan 3-5 mL indikator PP. 3. Titrasi Ntrium bikarbonat standart tetes demi tetes sampai berwarna merah muda. 4. Catat mL Natrium bikarbonat standar yang terpakai.
Perhitungan :
Kadar CO2 = 1000 X mL Na-bikarbonat X Na-bikarbonat X BA Na-bikarbonat 50
d. BOD (Biochemical Oxygen Demand) Alat : 1. Botol Winkler 2. Pipet tetes 3. Pipet volumetri 4. Erlenmeyer 5. Buret dan statif
19
Bahan : Lihat bahan pemeriksaan O2 (DO) Cara kerja : 1. Saring 100 mL sampel air dari lumpur. 2. Diambil 75 mL sampel air yang telah disaring, diencerkan dengan aquadest 100X dan dimasukkan kedalam 2 botol Winkler. 3. Disimpan dalam keadaan gelap (dibungkus dengan kertas karbon atau plastik hitam) dan ditempat yang gelap. Dicata suhu air dan jam penyimpanan. Dihitung kadar O2 nya setelah 5 hari kemudian. 4. Terhadap sampel juga dihitung kadar O2 sesaat. 5. Dicatat kadarrnya.
Perhitungan : Kadar BOD (mg/L) = (DO sesaat – DO5) X pengenceran
e. COD (Chemical Oxygen Demand) Alat :
f. TOM (Total Organic Mater) Alat : 1. Perangkat titrasi 2. Termometer 3. Erlenmeyer 4. Hot plate 5. Pipet volume 6. Pipet Mohr
Bahan : 1. H2SO4 6 N 20
2. KMnO4 0,01 N 3. H2C2O4 0,01 N
Cara kerja : 1. Dipipet 25 mL sampel air, dimasukkan kedalam erlenmeyer. 2. 2. Tambahkan 0,5 mL H2SO4, beberapa teter KMnO4 0,01 N sampai berwarba merah muda sedikit agar semua senyawa organik yang tingkatnya rendah dioksidasi menjadi tingkat tinggi. 3. Pipet 10 mL larutan KMnO4 0,01 N kedalamnya. Warna larutan akan berwarna merah. 4. Dididihkan larutan tersebut, catat jamnya. Warna larutan akan lebih muda, biarkan mendidih selama 10 menit lalu diangkat. 5. Turunkan suhu 80oC, ditambahkan 10 mL asam oksalat 0,01 N dengan pipet khusus. Larutan akan menjadi bening pada oksalat berlebih. 6. Dalam suhu 70-80oC titasi larutan dengan KMnO4 0,01 N sampai berwarna pink.
Perhitungan : (10 + a) b – (10 x c) 31,6 x 1000
dimana :
a = titrasi KMnO4 b = N KMnO4 c = NH2C2O4 0,1 N d = sampel air (mL)
g. KESADAHAN TOTAL Alat : 1. Pipet volume 10,0 mL 2. Erlenmeyer 3. Buret
Bahan : 1. Larutan EDTA 21
2. Larutan Buffer pH 10 3. Indikator EBT
Cara kerja : 1. Dipipet 10 mL air dimasukkan kedalam erlenmeyer. 2. Tambahkan indikator EBT hingga larutan menjadi merah muda. 3. Tambahkan larutan buffer pH 10 sebanyak 1-1,5 mL. 4. Dititrasi dengan larutan EDTA hingga menjadi biru muda. 5. Catat volume EDTA yang dipakai.
Perhitungan : mg/L CaCO3 : mL EDTA X faktor EBT X 10 mL sampel
h. SALINITAS Alat : 1. Erlenmeyer 2. Pipet volume 3. Pipet tetes 4. Buret dan statif
Bahan : 1. Indikator K2CrO4 2. AgNo3 0,1 N
Cara kerja : 1. Ambil 30 mL sampel air laut, lalu diencerkan 10-50 kali. 2. Tambahkan K2CrO4. 3. Titrasi dengan AgNO3 sampai merah bata.
Perhitungan : mL AgNO3 sebenarnya X N AgNO3 X 35,5 X 1000 X 1,81 mL sampel X 1000 22
i. KESADAHAN Ca Alat : 1. Pipet volume 10,0 mL 2. Erlenmeyer 3. Buret
Bahan : 1. Larutan EDTA 0,01 N 2. Indikator Maurexide 3. Larutan NaOH 1 N
Cara kerja : 1. Dipipet 10,0 mL sampel, dimasukkan dalam erlenmeyer. 2. Ditambahakan 1 mL NaOH. 3. Ditambahkam indikator Maurexide 0,1 g dan aduk sampai warnanya merah bata. 4. Dititrasi dengan larutan EDTA sampai terbentuk warna ungu. 5. Catat volume EDTA yang terpakai.
Perhitungan :
Mg/ L Ca =
mg EDTA x faktor EDTA x 10000 mL sampel
j. KESADAHAN Mg Perhitungan : mg/L Mg = (kesadahan total – kesadahan Ca) x 0.24
23
k. DAYA MENGGABUNG ASAM Alat : 1. Pipet volumetri 2. Botol Winkler 3. Erlenmeyer 4. Buret Bahan : 1. Indikator MO 2. HCl 0,1 N
Cara kerja : 1. Ambil sampel air dalam botol Winkler. 2. Masukkan 50 mL sampel tersebut kedalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet volumetri. 3. Tambahakan indikator MO sebanyak 3 tetes, tittrasi dengan HCl 0,1 N sampai berwarna jingga. 4. Catat mL HCl yang terpakai.
Perhitungan : D.M.A = 1000 X mL HCl X N HCl 5
l. ASIDITAS Alat : 1. Erlenmeyer 24
2. Buret 3. Pipet volume 10,0 mL
Bahan : 1. Indikator PP 2. NaOH 0,02 N
Cara kerja : 1. Ambil sampel air sebanyak 10,0 mL masukkan kedalam erlenmeyer. 2. Tambahkan 3 tetes indikator PP. 3. Titrasi dengan larutan NaOH sampai warna merah pucat. 4. Catat mL NaOH yang dipakai.
Perhitungan : Total Keasaman mg/L CaCO3 = mL NaOH X N NaOH X 50 X 1000
m. ALKALINITAS Alat : 1. Tabung plastik 2. Erlenmeyer 3. Pipet
Bahan : 1. Indikator PP pH 4,5 2. Brom Cressol Red pH 8,3 3. Sulfuric Acid
Cara kerja : 1. Masukkan sampel kedalam botol plastik, lalu dituang kedalam erlenmeyer. 2. Tambahkan 1 tetes indikator PP, jika tidak berwarna PP = 0 ( langsung ke no. 4). 3. Jika berwarna pink, tembahkan sulfuric acid tetes demi tetes sampai warna hilang (hitung jumlah tetes yang digunakan).
25
4. Tambahkan beberapa tetes Brom cressol Red lalau titrasi dengan asam sulfat sampai berubah warna dari biru kehijauan menjadi pink. 5. Catat jumlah tetes asam sulfat yang digunakan.
Perhitungan : 1 tetes asam sulfat = 1 ppm 1 ppm = banyaknya tetes X 17,1
26