TEKNIK PENANGKARAN DAN AKTIVITAS HARIAN JALAK BALI (Leucopsar rotschildii Stresemann 1912) DI PENANGKARAN UD ANUGRAH, KEDIRI JAWA TIMUR
ADITYA SAIFUL AZIS
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
TEKNIK PENANGKARAN DAN AKTIVITAS HARIAN JALAK BALI (Leucopsar rotschildii Stresemann 1912) DI PENANGKARAN UD ANUGRAH, KEDIRI JAWA TIMUR
ADITYA SAIFUL AZIS
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
RINGKASAN
ADITYA SAIFUL AZIS. Teknik Penangkaran dan Aktivitas Harian Jalak Bali (Leucopsar rotschildii Stresemann 1912) di Penangkaran UD. Anugrah, Kediri Jawa Timur. Dibimbing oleh BURHANUDDIN MASY’UD dan ERNA SUZANNA. Jalak bali (Leucopsar rotschildii Stresemann 1912) merupakan satwa yang sangat populer di kalangan masyarakat. Populasi jalak bali di alam banyak dilakukan perburuan sehingga populasi di habitat aslinya menurun. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pelestarian yaitu melalui penangkaran. Salah satu aspek penting dalam menangkarkan jalak bali adalah mengetahui aktivitasnya dengan mengetahui aktivitasnya maka kesehatan, pola makan dan perkembangbiakan dapat dipantau. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari teknik penangkaran, mengidentifikasi ukuran keberhasilan penangkaran dan mengamati aktivitas harian jalak bali. Penelitian dilakukan di Penangkaran UD Anugrah yang berlokasi di Kediri, Jawa Timur pada bulan Juni-Juli 2012. Alat yang digunakan antara lain kamera digital, alat tulis, tallysheet, panduan wawancara, stopwatch, termometer dry and wet serta jalak bali dan pengelola Penangkaran UD Anugrah sebagai objek penelitian. Teknik penangkaran dianalisis secara deskriptif, ukuran keberhasilan penangkaran dan aktivitas harian dianalisis secara kuantitatif.
Jenis kandang yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah terdiri dari kandang pembesaran, kandang kawin, kandang soliter dan inkubator. Fasilitas dalam kandang antara lain tempat bertengger, tempat makan dan minum. Kegiatan perawatan kandang dilakukan setiap hari dan penyemprotan cairan desinfektan setiap satu bulan sekali. Jenis penyakit yang pernah diderita jalak bali adalah diare. Kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran UD Anugrah dapat dikategorikan berhasil, dengan tingkat perkembangbiakan induk jalak bali bernilai tinggi (65%), daya tetas telur sedang (50%) dan angka kematian rendah (25%). Secara sosial juga dinyatakan berhasil dengan melibatkan masyarakat sekitar sebagai keeper dan penyedia pakan. Terdapat 19 aktivitas yang dilakukan oleh jalak bali di Penangkaran UD Anugrah. Jenis aktivitas yang dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin pada jalak bali adalah aktivitas bertelur yang hanya dilakukan oleh individu betina. Kata kunci : Aktivitas harian, jalak bali, penangkaran.
SUMMARY
ADITYA SAIFUL AZIS. Captive Breeding Technique and Daily Activities of Bali Starling (Leucopsar rotschildii Stresemann 1922) in UD Anugrah, Kediri East Java. Under Supervision of BURHANUDDIN MASY’UD and ERNA SUZANNA Bali starling (Leucopsar rotschildii Stresemann 1922) is a popular species among people. Population of bali starling in the natural habitat had decreased due of hunting activities. It is necessary to the preservation through captive breeding. One important aspect is knowing bali starling activities, knowing activities from bali starling can monitoring health, diet and breeding. This research was aimed to study captivie breeding techniques, identify measures of success and observe the daily activities of the bali starling. The research was conducted in UD Anugrah located in Kediri East Java on June-July 2012. Instrument used include digital camera, stationery, tally sheet, interview guide, stopwatch, dry and wet thermometer and object of the research was bali starling and manager from UD Anugrah. The data of captive breeding techniques was analyzed descriptive, measures of success from UD Anugrah and daily activities were quantitative analysis. The kind of cage in UD Anugrah consisted of display cage, reproduction cage, solitary cage and incubator. Facilities provided in the cage were among other perch place and places to eat and drink. The cage was regularly cleaned once a day and sprayed with disinfectant once a month. Types of disease that had bali starling in UD Anugrah was diarrhea. Activity of captive breeding from UD Anugrah can be categorized success were reproduction level high (65%), moderate egg hatching rate (50%) and low mortality (25%). Socially also declared a success by involving the local community as a keeper and feed providers. There are 19 activities performed by bali starling in UD Anugrah. Type of activity that can be used to distinguish the sex of bali starling was nesting activity performed by female individual. Keywords: Bali starling, captive breeding, daily activities
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Teknik Penangkaran dan Aktivitas Harian Jalak Bali (Leucpsar rotschildii Stresemann 1912) di Penangkaran UD Anugrah, Kediri Jawa Timur” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2013
Aditya Saiful Azis E34080100
Judul Skripsi : Teknik Penangkaran dan Aktivitas Harian Jalak Bali (Leucopsar rotschildii Stresemann 1922) di Penangkaran UD Anugrah Kediri Jawa Timur Nama : Aditya Saiful Azis NIM : E34080100
Menyetujui Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS. NIP. 19581121 198603 1 003
Mengetahui Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. NIP. 195809 15 198403 1 003
Tanggal lulus :
i
KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridhoNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: ”Teknik Penangkaran dan Aktivitas Harian Jalak Bali (Leucopsar rotschildii Streseman 1912) di Penangkaran UD. Anugrah, Kediri Jawa Timur”, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Karya ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, M.S. dan Dr. drh. Erna Suzanna, M. Sc. selaku dosen pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada pengelola Penangkaran UD. Anugrah. Tak lupa pula ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh keluarga dan sahabat atas dukungan, do’a dan kasih sayangnya. Hasil dari penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai informasi bagi upaya pengembangan penangkaran jalak bali khususnya di penangkaran UD. Anugrah. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
Bogor, Januari 2013
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sidoarjo, Jawa Timur pada tanggal 29 Mei 1990. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara yang terlahir dari kedua orang tua bernama Ir. Tatok Subiantoro, M.Si. (ayah) dan Dra. Emmy Trisnaningsih (ibu). Penulis memulai pendidikan formal di Sekolah Dasar Pengadilan 5 Bogor tahun 1996-2002, dilanjutkan dengan Sekolah Menengah Pertama di SLTPIT Ummul Quro lulus tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Plus Bina Bangsa Sejahtera lulus tahun 2008. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor dengan Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan selama diperkuliahan seperti Himpunan
Mahasiswa
Konservasi
Sumberdaya
Hutan
dan
Ekowisata
(HIMAKOVA) sebagai pengurus bidang Kelompok Pemerhati Mamalia (KPMTarsius) tahun 2010-2011. Penulis juga mengikuti berbagai macam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) seperti UKM Basket pada tahun 2008-2010 dan UKM Capoeira pada tahun 2008-2009. Penulis mempunyai pengalaman lapang meliputi Eksplorasi Flora dan Fauna Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Gunung Burangrang Purwakarta (2010), Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Papandayan-Sancang Timur (2010), Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat (2011) serta Praktek Kerja Profesi (PKLP) di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur (2012). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Institut Pertanian Bogor, penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul “Teknik Penangkaran dan Aktivitas Harian Jalak Bali (Leucopsar rotschildii Stresemann 1912) di Penangkaran UD Anugrah, Kediri Jawa Timur” di bimbing oleh Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS. dan Dr. drh. Erna Suzanna, M.Sc.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, hidayah dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Selama penyusunan skripsi ini penulis telah banyak dibantu oleh berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Bapak dan mama tercinta yaitu Bapak Ir. Tatok Subiantoro, M.Si. dan Ibu Dra. Emmy Trisnaningsih serta adik-adikku Fadjar Ahmad Hanafi, Widya Lestari dan Karina Puspa Ayu Wulandari yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa, semangat dan dukungan sampai pada saat ini.
2.
Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS. dan Dr. drh. Erna Suzanna, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu, saran, semangat serta nasehatnya dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
3.
Resti Meilani, S.Hut. M.Si. selaku moderator dalam seminar, Dr. Ir. Siti Badriyah Rushayati, M.Si. selaku ketua sidang komprehensif dan Dr. Ir. Omo Rusdiana, M.Sc. selaku dosen penguji pada sidang komprehensif.
4.
Pihak pengelola Penangkaran UD Anugrah atas ketersediaannya memberikan segala informasi kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini.
5.
Angga Prayana, S.Hut. dan Belinda Dwi Yunanti, S.Hut. yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.
6.
Ade Rahma Hidayati, S.Hut. yang telah bersedia sebagai tim sukses dalam penyusunan skripsi ini.
7.
Para sahabat yang telah menemani penulis selama masa kuliah: Gagan Hangga Wijaya, S.Hut., Robinson dan Setiawan.
8.
Keluarga besar KSHE 45 atas segala kebersamaan, kekompakan dan pengalaman yang telah dilalui.
9.
Ayu Novita Sari atas segala perhatian, semangat, saran dan kritikan kepada penulis selama masa kuliah di KSHE.
iii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ..................................................................................
i
DAFTAR ISI .................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................
1
1.2 Tujuan...........................................................................................
2
1.3 Manfaat .........................................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi ...................................................................................
4
2.2 Morfologi ....................................................................................
4
2.3 Reproduksi ................................. .................................................
6
2.4 Habitat dan penyebaran ................................................................
6
2.5 Populasi .......................................................................................
7
2.6 Teknik penangkaran .....................................................................
8
2.7 Aktivitas harian ............................................................................
9
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................
11
3.2 Alat dan bahan ..............................................................................
11
3.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ..........................................
11
3.4 Analisis Data ................................................................................
17
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah dan Tujuan ......................................................................
20
4.2 Letak Penangkaran .......................................................................
20
4.3 Kondisi Biologi ............................................................................
20
4.4 Struktur Organisasi .......................................................................
21
4.5 Aksesibilitas .................................................................................
21
iv
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Teknik Penangkaran .....................................................................
22
5.2 Ukuran Keberhasilan dalam Kegiatan Penangkaran Jalak Bali di Penangkaran UD Anugrah .......................................................
46
5.3 Aktivitas Harian ...........................................................................
48
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ..................................................................................
64
6.2 Saran .............................................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
65
LAMPIRAN ..................................................................................................
69
v
DAFTAR TABEL No
Halaman
1.
Ciri-ciri morfologi yang membedakan jantan dan betina .................... 5
2.
Perbedaan antara penangkaran dalam rangka budidaya dan konservasi ............................................................................................. 8
3.
Jenis data dan metode pengambilan data ............................................. 17
4.
Beberapa jenis burung yang ditangkarkan di Penangkaran UD. Anugrah ....................................................................................... 21
5.
Populasi jalak bali tahun 2012 berdasarkan kelas umur ..................... 23
6.
Jenis, ukuran, konstruksi dan unit kandang jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ....................................................................................... 25
7.
Sarana kandang jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ................... 28
8.
Persentase jumlah pakan jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ..... 34
9.
Jenis dan jumlah pakan yang diberikan per pasang jalak bali di penangkaran ........................................................................................ 35
10.
Kandungan gizi pakan jalak bali yang berada di Penangkaran UD. Anugrah ....................................................................................... 36
11.
Riwayat penyakit yang pernah diderita jalak bali di Penangkaran MBOF ................................................................................................. 38
12.
Ciri-ciri morfologi jalak bali jantan dan jalak bali betina di Penangkaran UD. Anugrah ................................................................. 40
13.
Persentase dan kriteria tingkat daya tetas telur, perkembangbiakan dan angka kematian jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ............ 46
14.
Perbedaan karakteristik aktivitas harian antara jalak bali jantan dan jalak bali betina berdasarkan hasil uji X2 ............................................ 50
vi
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1.
Sepasang jalak bali jantan dan betina................................................... 5
2.
Pihak TNBB menukarkan jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah .... 23
3.
Kandang pembesaran di Penangkaran UD. Anugrah ........................... 26
4.
Kandang kawin di Penangkaran UD. Anugrah ................................... 26
5.
Kandang soliter di Penangkaran UD. Anugrah .................................... 27
6.
Inkubator di Penangkaran UD. Anugrah ............................................. 28
7.
(a) Tempat pakan dan tempat minum .................................................. 29 (b) Tempat mandi ................................................................................ 29
8.
Kotak sarang di Penangkaran UD. Anugrah ....................................... 29
9.
Kegiatan perawatan kandang di Penangkaran UD. Anugrah .............. 30
10.
Suhu udara kandang di Penangkaran UD. Anugrah ............................ 31
11.
Kelembaban udara kandang di Penangkaran UD. Anugrah ................ 31
12.
(a) Pakan utama di Penangkaran UD. Anugrah .................................. 33 (b) Pakan tambahan di Penangkaran UD. Anugrah ............................. 33
13.
Obat-obatan dan multivitamin jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ....................................................................................... 39
14.
Jalak bali jantan dan jalak bali betina ................................................. 41
15.
Piyik jalak bali di inkubator Penangkaran UD. Anugrah .................... 43
16.
(a) Cincin pada jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah .................... 45 (b) Sertifikat penjualan jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ........ 45
17.
Persentase aktivitas harian jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah .. 49
18.
Aktivitas bersuara jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ............... 51
19.
Aktivitas bergeser jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ............... 53
20.
Aktivitas menelisik bulu jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ..... 54
21.
Aktivitas terbang jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ................. 55
22.
Aktivitas diam jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ..................... 56
23.
Aktivitas makan jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah .................. 57
24.
Aktivitas minum jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ................. 58
25.
Aktivitas mandi jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ................... 59
26.
Aktivitas saling mendekat antar jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ....................................................................................... 61
vii
27.
Aktivitas saling menelisik tubuh jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ....................................................................................... 62
viii
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1.
Panduan wawancara faktor-faktor penentu keberhasilan dalam kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ........................................................................................ 70
2.
Panduan wawancara dengan pengelola UD. Anugrah ......................... 71
3.
Suhu dan kelembaban udara di Penangkaran UD. Anugrah ................ 73
4.
Lama waktu aktivitas harian jalak bali jantan ...................................... 74
5.
Lama waktu aktivitas harian jalak bali betina ..................................... 75
6.
Hasil perhitungan uji khi kuadrat aktivitas melompat pada jalak bali terhadap jenis kelamin ......................................................................... 76
7.
Perhitungan persentase daya tetas telur, perkembangbiakan induk dan angka kematian piyik di Penangkaran UD. Anugrah ......... 77
8.
Keputusan Kepala Balai Besar KSDA Alam Jawa Timur mengenai pemberian izin kepada Penangkaran UD. Anugrah sebagai pengumpul/pengedar jalak bali ........................................................... 78
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Jalak bali (Leucopsar rotschildii) atau juga dikenal oleh masyarakat lokal
dengan nama curik bali merupakan burung yang berasal dari suku sturnidae. Jalak bali merupakan burung yang sangat populer di kalangan masyarakat karena keindahan bentuk fisik yang dimilikinya, seperti memiliki tubuh putih, bingkai mata berwarna biru cemerlang, dan sentuhan hitam di ujung sayap dan bulu ekor. Peningkatan jumlah penduduk yang semakin pesat mengakibatkan berkurangnya populasi jalak bali di habitat alaminya. Menurut Kurniasih (1997), penyebab utama menurunnya populasi jalak bali adalah terganggu keseimbangan lingkungan yang disebabkan antara lain oleh perburuan liar, penurunan kualitas lingkungan hidup dan kebakaran hutan. Berdasarkan data yang didapatkan oleh Gunawan (2010), tahun 1910 diperkirakan populasi jalak bali sekitar 300-900 ekor hidup di alam liar tetapi pada tahun 1990 akibat penangkapan secara liar, jumlahnya berkurang hingga tersisa 15 ekor. Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Bali Barat menambahkan, data terakhir populasi jalak bali pada tahun 2006 hanya ditemukan enam ekor (Taman Nasional Bali Barat 2009). Dalam menjaga kelestarian sekaligus memulihkan populasi jalak bali, perlu dilakukan upaya pelestarian. Salah satu bentuk upaya pelestarian jalak bali adalah dengan kegiatan penangkaran. Menurut Alikodra (2010), prinsip penangkaran adalah pemeliharaan dan perkembangbiakan sejumlah satwaliar yang sampai pada batas-batas tertentu dapat diambil dari alam, tetapi untuk selanjutnya, pengembangannya hanya diperkenankan diambil dari keturunanketurunan yang berhasil dari penangkaran. Salah satu penangkar di Indonesia yang berhasil memperbanyak jalak bali di daerah Jawa Timur, khususnya di wilayah Kediri, adalah Penangkaran Usaha Dagang (UD) Anugrah yang dimiliki oleh Suhono Nyoto Sardjono. Penangkaran ini dibentuk atas dasar kekhawatiran terhadap populasi jalak bali yang mengalami penurunan dengan berupaya melindungi dan memanfaatkan jalak bali secara lestari. Adapun kegiatan penangkaran yang dilakukan diantaranya adalah
2
mengatur pakan, kesehatan, lingkungan, serta kebutuhan lain dari satwa yang ditangkarkan agar satwa tersebut dapat berkembangbiak dengan baik. Keberhasilan dalam meningkatkan populasi jalak bali di UD Anugrah dipengaruhi oleh teknik-teknik penangkaran yang dimilikinya. Oleh sebab itu, dibutuhkan pengetahuan mengenai teknik penangkaran yang merupakan salah satu kunci yang memegang peranan penting dalam usaha pelestarian populasi jalak bali. Salah satu aspek penting dalam menangkarkan jalak bali adalah mengetahui perilakunya. Menurut Pandanwati (2009), fungsi tingkah laku dalam hewan adalah bentuk penyesuaian diri terhadap beberapa perubahan keadaan yang ditimbulkan dari luar maupun dari dalam. Dengan mengetahui dan memahami perilaku jalak bali di penangkaran, maka kesehatan, pola makan, kebersihan serta perkembangbiakan jalak bali dapat dipantau. Berdasarkan informasi yang ada, peneliti yang telah mendokumentasikan penelitian mengenai jalak bali yang berada di penangkaran diantaranya adalah Thompson dan Brown (2001), Dimitra (2011), dan Yunanti (2012). Oleh karena itu, dari penelitian ini diharapkan selain dapat memperkaya informasi mengenai pelestarian populasi jalak bali di penangkaran, juga menghasilkan informasi mengenai aktivitas harian jalak bali sehingga dapat membantu upaya konservasi ex situ dalam melestarikan jalak bali.
1.2
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mempelajari teknik penangkaran jalak bali (Leucopsar rotschildii) di Penangkaran UD Anugrah. 2. Mengidentifikasi ukuran keberhasilan dalam kegiatan penangkaran jalak bali (Leucopsar rotschildii) di Penangkaran UD Anugrah. 3. Mengamati aktivitas harian jalak bali (Leucopsar rotschildii) di Penangkaran UD Anugrah.
3
1.3
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Sebagai tambahan informasi bagi pengelola penangkaran UD Anugrah dalam menangkarkan jalak bali. 2. Sebagai pedoman bagi penangkar jalak bali di Indonesia dalam pengembangan populasi jalak bali.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Taksonomi Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik
putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling, white mynah, Bali mynah, Bali starling, dan Rotschild’s mynah (Mas’ud 2010). Menurut Stresemann (1912) diacu dalam Kurniasih (1997) klasifikasi jalak bali adalah sebagai berikut:
2.2
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Aves
Bangsa
: Passeriformes
Famili
: Sturnidae
Genus
: Leucopsar
Jenis
: Leucopsar rotschildi Steresemann, 1912.
Morfologi Menurut Gepak (1986) diacu dalam Thohari et al. (1991) dan Mas’ud
(2010), ciri-ciri morfologis jalak bali adalah sebagai berikut: 1. Bulunya 90% berwarna putih bersih, pada ujung bulu sayap dan bulu ekornya ditemukan warna hitam lebarnya 25 mm. 2. Pelupuk matanya berwarna biru tua mengelilingi bola mata, paruh runcing dengan panjang 2–3 cm, di bagian ujungnya berwarna kuning kecoklatan, rahangnya berwarna abu-abu kehitaman. 3. Burung jantan bentuknya lebih indah, mempunyai jambul di kepalanya dengan beberapa helai bulu berwarna putih bersih. 4. Panjang dari ujung paruh sampai ujung ekor kurang lebih 25 cm, panjang paruh 3 cm, panjang kepala 5 cm, panjang leher 2 cm, panjang sayap 13 cm, panjang ekor 6 cm, dengan warna kehitaman di ujungnya sepanjang 2 cm dan panjang kaki (tidak termasuk paha) 4 cm.
5
5. Berat badan 107,75 gram, jumlah bulu sayap 11-12 helai dan jumlah bulu ekor 17-18 helai. Menurut Mas’ud (2010), jalak bali termasuk jenis burung monomorfik, artinya secara morfologis (bentuk luar tubuh) antara jantan dan betina relatif sulit dibedakan, karena keduanya memiliki pola warna bulu, bentuk dan ukuran tubuh yang relatif sama meskipun ukuran tubuh jantan relatif lebih besar daripada betina. Selain itu, menurut Kuroda (1933) dalam Kurniasih (1997), tubuh jantan lebih besar dan memiliki bulu-bulu jambul yang panjang dan rahang sebelah atasnya lebih tebal dari yang betina. Jalak bali memiliki telur yang berukuran kecil seperti telur burung puyuh dan berbentuk bulat panjang serta berwarna biru kehijauan. Keterangan singkat yang menerangkan perbedaan ciri morfologi jalak bali jantan dan jalak bali betina dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1. Tabel 1 Ciri-ciri morfologi yang membedakan jalak bali jantan dan betina No. 1
Kepala
Ciri morfologi
2
Jambul
3
Daerah sekitar mata
4
Ukuran tubuh
Jantan Lebih besar, bentuknya panjang Lebih panjang dan hampir menyerupai kuncir Warna lebih gelap, permukaannya tampak lebih kasar Tampak lebih besar dan gagah
Betina Lebih kecil, bentuknya cenderung bulat Relatif pendek dan datar Warna lebih terang, permukaannya tampak lebih halus Tampak lebih ramping
Sumber : Mas’ud (2010)
Gambar 1 Sepasang jalak bali jantan dan betina (Sumber: Hendry 2012).
6
2.3
Reproduksi Menurut Alikodra (1987) dan Mas’ud (2010), jalak bali merupakan satwa
monogamus, yaitu hanya memiliki satu pasangan dalam satu musim kawin, sehingga sex rasionya adalah 1:1 dan umur mulai proses perkawinan 7-9 bulan dengan jumlah telur maksimum sebanyak 3 butir. Menurut Thompson dan Brown (2001), jalak bali melakukan proses perkawinan di alam pada umur dua tahun serta masa produktif jalak bali dalam menghasilkan keturunan untuk jantan sampai umur 17 tahun dan untuk betina sampai umur 12 tahun. Menurut Alikodra (1987), perkawinan jalak bali di alam terjadi pada bulan September-Desember, sedangkan menurut Kurniasih (1997) perkawinan jalak bali terjadi pada bulan Januari-Maret. Hal ini berdasarkan ditemukannya jalak bali dengan sayap dan ekor yang belum sempurna pada bulan Juni. Perkawinan jalak bali di dalam penangkaran terjadi sepanjang tahun. Biasanya jalak bali yang telah bertelur dan menetaskan anaknya selama 14 hari akan bertelur kembali setelah anaknya berusia sekitar 4-5 minggu atau jarak waktu bertelur sekitar dua bulan (Mas’ud 2010).
2.4
Habitat dan Penyebaran Habitat satwaliar dapat dikatakan sebagai tempat hidup satwaliar. Pada
prinsipnya, satwaliar memerlukan tempat-tempat yang digunakan untuk mencari makan, berlindung, beristirahat dan berkembangbiak (Hernowo et al. 1991). Habitat yang mempunyai kualitas yang tinggi nilainya diharapkan akan menghasilkan kehidupan satwaliar yang berkualitas tinggi (Alikodra 2010). Menurut Alikodra (1987) dan Balen et al. (2000), jalak bali menyukai habitat hutan mangrove, hutan rawa, hutan musim dataran rendah dan daerah savana. Penyebaran jalak bali secara alami hanya terdapat di Taman Nasional Bali Barat (TNBB) (Thohari et al. 1991). Selain itu, menurut Alikodra (1987), penyebaran jalak bali terdapat di daerah Tegal Bunder, Lampu Merah, Batu Gondang, Prapat Agung, Batu Licin, dan Teluk Brumbun.
7
2.5
Populasi Populasi jalak bali di habitat alaminya yaitu di Taman Nasional Bali Barat
mengalami penurunan. Menurut Thompson dan Brown (2001), diketahui pada tahun 1984 jumlah jalak bali diperkirakan 125-180 ekor. Pada tahun 1988 jumlah jalak bali sekitar 37 ekor dan 12-18 ekor pada tahun 1990. Pada tahun 1998 didapatkan 10-14 ekor serta diperkirakan semuanya adalah jantan. Data terakhir yang dikumpulkan oleh PEH Bali Barat pada tahun 2006 hanya ditemukan 6 ekor (Taman Nasional Bali Barat 2009).
2.6
Teknik Penangkaran Menurut Thohari et al. (2011) dan Garsetiasih dan Takandjandji (2007),
penangkaran adalah suatu kegiatan untuk mengembangbiakan satwaliar yang bertujuan untuk memperbanyak populasi agar menghindari kepunahan dengan tetap mempertahankan kemurnian genetik sehingga kelestarian dan keberadaan jenis satwa dapat dipertahankan di habitat alaminya serta dalam rangka memanfaatkan satwaliar secara optimal. Hal ini diperkuat oleh pendapat Alikodra (2010), prinsip penangkaran adalah pemeliharaan dan perkembangbiakan sejumlah satwaliar yang sampai pada batas-batas tertentu dapat diambil dari alam, tetapi untuk selanjutnya, pengembangannya hanya diperkenankan diambil dari keturunan-keturunan yang berhasil dari penangkaran. Menurut Thohari et al. (2011), sistem penangkaran mengacu pada prinsip pengelolaan habitat, yaitu secara intensif dan ekstensif. Pada pengelolaan intensif, campur tangan manusia sangat tinggi dan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga dan pengelolaan umumnya relatif tinggi. Sebaliknya pada pengelolaan ekstensif, manusia hanya mengatur beberapa aspek habitat dan kebutuhan hidup satwa dan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga dan pengelolaan umumnya relatif rendah. Menangkarkan jalak bali merupakan salah satu bentuk kegiatan yang harus dilakukan untuk menanggulangi punahnya jalak bali di alam. Penangkaran jalak bali memiliki peranan penting dalam pembiakan spesies jalak bali yang populasinya menuju ke arah kepunahan dan merupakan kegiatan konservasi yang dilakukan secara ex-situ (Dimitra 2011).
8
Berdasarkan tujuannya, Helvort (1986) diacu dalam Alikodra (2010) membagi penangkaran menjadi penangkaran untuk budidaya dan penangkaran untuk konservasi. Perbedaan antara penangkaran budidaya dengan penangkaran konservasi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Perbedaan antara penangkaran dalam rangka budidaya dan konservasi Aspek
Penangkaran Budidaya
Objek
1. 2. 3.
Sasaran
1. 2. 3. 4. 1. 2.
Manfaat
Penangkaran konservasi
Beberapa individu dan ciri-cirinya Ras Jumlah populasi total terbatas dan sangat kecil Domestikasi Perubahan dalam arti menciptakan ras Komersial Terkurung untuk selama-lamanya Memenuhi kebutuhan material Memenuhi kebutuhan batin dan sosial
1. 2. 3.
Sesuatu populasi dan ciri-cirinya Jenis dan/ atau anak jenis Jumlah individu total sangat besar
1. 2.
Release (pelepasliaran) Tidak merubah jenis
3. 4. 1.
1.
Non-komersial Pengembalian kepada alam aslinya Mempertahankan stabilitas ekosistem Mempertahankan atau meningktakan lagi nilai-nilai alam Panjang sampai selama-lamanya (500 tahun ke atas) Perkembangan populasi ditentukan oleh hukum-hukum genetika dan keadaan alam Mempertahankan sex ratio
2.
Jangka waktu
1.
Pendek (1-250 tahun)
Metode
1.
Perkembangan dalam arti tingkat 1. produksi
2.
Menerapkan teknik canggih 2. (inseminasi, transplantasi embrio, artisial, dan pembelahan embrio) 3. 3. Meningkatkan jumlah pasangan yang mau kawin 4. 4. Penentuan pasangan ditentukan oleh ciri-ciri betina dan jantan Sumber : Alikodra (2010)
Jaga keturunan tidak didominasi Penentuan pasangan secara acak
Menurut Mas’ud (2010), dalam menangkarkan jalak bali diperlukan lingkungan tempat penangkaran yang harus cocok secara teknis biologis serta harus nyaman dan aman dari berbagai faktor pengganggu termasuk dari gangguan aktivitas manusia dan terhindar dari kemungkinan banjir atau tergenangnya air pada waktu musim hujan. Selain itu, perlu diperhatikan dalam beberapa sarana dan prasarana, seperti kandang atau sangkar beserta sarana pendukungnya. Faktor penting lain yang harus diperhatikan adalah makanan, karena makanan merupakan unsur penting bahkan sebagai faktor pembatas bagi usaha penangkaran. Pakan jalak bali yang berada di penangkaran diantaranya adalah kroto, ulat hongkong, jangkrik, dan telur semut. Selain makanan alami, seperti buah-buahan, juga dapat diberikan pakan buatan baik dalam bentuk butiran atau tepung yang banyak dijual
9
di pasar. Faktor kesehatan juga merupakan salah satu penentu keberhasilan penangkaran jalak bali. Oleh karena itu, perawatan kesehatan dan pemantauan penyakit harus dilakukan secara baik dan teratur. Menurut Yunanti (2012), jenis penyakit yang sering diderita oleh jalak bali di penangkaran adalah katarak, flu, sakit mata dan cacar pada kaki. Dalam usaha penangkaran, pengembangbiakan jalak bali harus diawali dengan ketepatan dalam memilih bibit. Bibit yang dipilih harus sehat, tidak cacat, bersuara lantang dan bagus serta jelas asal-usulnya. Keberhasilan suatu penangkaran mengembangbiakan pasangan jalak yang ditangkarkan harus diikuti dengan keberhasilan merawat dan membesarkan anak. Masa perawatan anak oleh induk paling cepat berkisar antara 12-16 hari dan pemisahan anak lebih baik dilakukan lebih awal agar mencegah kematian anak akibat dipatuk oleh induknya (Mas’ud 2010).
2.7
Aktivitas Harian Perilaku satwa adalah respon atau ekspresi satwa karena adanya
rangsangan yang mempengaruhinya (Pandanwati 2009). Menurut Alikodra (1990) diacu dalam Pandanwati (2009), fungsi utama tingkah laku adalah untuk memungkinkan satwa menyesuaikan diri terhadap beberapa perubahan keadaan, baik dari luar maupun dari dalam. Menurut Alikodra (1987) dan Kurniasih (1997), di habitat alaminya jalak bali termasuk jenis burung yang suka terbang secara berombongan, pada musim kawin yang berlangsung antara bulan September-Desember mereka terbang secara berpasangan sambil mencari makan. Satwa ini membuat sarang di dalam lubanglubang pohon pada ketinggian 2,5-7 m dari tanah. Jalak bali mempunyai aktivitas harian yang sama, yaitu setelah matahari terbit yaitu pada pukul 05.00-05.30 WITA mereka mulai terbang secara berkelompok menuju tempat makan/minum, dan mereka kembali menuju tempat tidur sebelum matahari terbenam yaitu pada pukul 14.30 WITA. Kegiatan harian ini akan berhenti sama sekali pada pukul 18.45 WITA. Radius pergerakan hariannya bervariasi dari 3-10 km tergantung pada keadaan lingkungannya.
10
Meskipun di alam jalak bali merupakan burung yang paling liar namun aktivitas yang dilakukannya selalu diiringi komunikasi suara antar pasanganpasangan yang ada. Jalak bali merupakan burung yang menyukai kebersihan. Satwa ini suka bermain air untuk membersihkan badannya. Setelah itu, mereka mengeringkan tubuhnya dengan cara mengigit-gigit bulunya satu persatu. Pengeringan bulu ini dilakukan dengan berjemur sinar matahari dan bertengger di ranting-ranting pohon. Bulu-bulunya akan mengering dan kembali mengkilap bahkan semakin bercahaya (Kurniasih 1997).
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Penangkaran UD Anugrah Kediri, Jawa
Timur. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Juni-Juli 2012.
3.2
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya, kamera
digital, alat tulis, tallysheet, panduan wawancara, meteran, stopwatch, termometer suhu, termometer dry and wet dan timbangan serta jalak bali dan pengelola Penangkaran UD Anugrah sebagai objek penelitian.
3.3
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3.3.1
Jenis data Data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder yang mencakup
tiga data utama yaitu teknik penangkaran, aktivitas harian serta ukuran keberhasilan dalam kegiatan penangkaran. 3.3.1.1 Data primer Data primer menurut Hendri (2009) adalah informasi yang dikumpulkan terutama untuk tujuan penelitian yang sedang dilakukan. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari: a.
Teknik penangkaran Data teknik penangkaran yang dibutuhkan antara lain: 1. Aspek perkandangan meliputi: jenis kandang, jumlah kandang, fungsi kandang, bahan bangunan kandang, ukuran kandang, suhu dan kelembaban kandang, sarana kandang serta perawatan kandang. 2. Aspek pakan meliputi: jenis, sumber, jumlah pakan, cara pemberian pakan, waktu pemberian pakan dan tempat penyimpanan pakan. 3. Pemeliharaan kesehatan meliputi: jenis penyakit yang sering dialami oleh jalak bali, cara pencegahan dan pengobatan.
12
4. Teknik pengembangbiakan meliputi: pemilihan bibit, penentuan jenis kelamin, pengaturan kawin (nisbah kelamin, jumlah telur per musim, dan tahapan penetasan telur) dan pembesaran piyik. 5. Teknik adaptasi meliputi: lamanya proses adaptasi dan perlakuan dalam proses adaptasi. 6. Manajemen pemanfaatan hasil meliputi: cara mempersiapkan jalak bali untuk dijual dan proses penjualannya. b.
Ukuran keberhasilan dalam kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah Data yang dibutuhkan dalam menentukan ukuran keberhasilan dalam
kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran UD Anugrah diantaranya adalah faktor biologis satwa dan faktor sosial 1. Menurut Yunanti (2012), faktor biologis satwa merupakan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan reproduksi satwa, meliputi: a) Tingkat perkembangbiakan induk betina b) Tingkat daya tetas telur c) Tingkat angka kematian 2. Faktor sosial merupakan manfaat yang didapatkan masyarakat sekitar penangkaran dari Penangkaran UD Anugrah. c.
Aktivitas harian Data yang dibutuhkan dalam aktivitas harian diantaranya adalah aktivitas
event, aktivitas state dan aktivitas sosial (Martin dan Bateson 1993; Prayana 2012; Sawitri dan Takandjandji 2010; Takandjandji dan Mite 2008; Takandjandji et al.2010). 1. Aktivitas event merupakan aktivitas yang dilakukan dalam waktu yang singkat dengan batasan waktu kurang dari satu menit, meliputi: a) Melompat adalah aktivitas yang dilakukan dengan berpindah tempat dengan cara melompat. b) Bersuara adalah aktivitas mengeluarkan suara. c) Membuang kotoran adalah aktivitas membuang hasil metabolism baik dalam bentuk padat ataupun dalam bentuk cair.
13
d) Berjalan adalah aktivitas yang dilakukan dengan berpindah tempat pada bagian bawah kandang menggunakan kaki. e) Bergeser adalah aktivitas yang dilakukan dengan berpindah tempat pada tempat bertengger dengan cara bergeser. f) Menelisik bulu adalah aktivitas membersihkan tubuh menggunakan kaki atau paruh. g) Membersihkan paruh adalah aktivitas yang dilakukan dengan menggesek-gesekkan paruh di tempat bertengger. h) Terbang adalah aktivitas yang dilakukan dengan berpindah tempat dengan cara terbang. i) Membangun sarang adalah aktivitas yang dilakukan dengan menata sarang di dalam kotak sarang dengan menggunakan paruh. 2. Aktivitas state merupakan aktivitas yang dilakukan dalam waktu yang lama dengan batasan waktu lebih dari satu menit, meliputi: a) Diam adalah aktivitas yang dilakukan dengan posisi diam sedangkan kedua mata memperhatikan setiap gerakan benda di luar kandang. b) Makan adalah aktivitas yang dilakukan dengan cara mengambil dan menghancurkan makanan menggunakan paruh atau lidah. c) Minum adalah aktivitas yang dilakukan dengan cara mencelupkan paruh ke dalam air lalu menengadahkan paruh. d) Mandi adalah aktivitas yang dilakukan dengan cara mencelupkan diri ke dalam air. e) Membawa bahan sarang adalah aktivitas yang dilakukan dengan membawa bahan sarang dengan paruh. f) Mengerami telur adalah aktivitas yang dilakukan dengan cara mengeram telur yang dikeluarkan induk jalak bali betina yang terdapat di kotak sarang. g) Bertelur adalah aktivitas yang hanya dilakukan betina dengan cara mengeluarkan telur dari kloaka. 3. Aktivitas sosial merupakan aktivitas diantara individu jalak bali, yang meliputi:
14
a) Saling menelisik tubuh adalah aktivitas yang dilakukan terhadap individu lain menggunakan paruh dengan cara mengelus, pura-pura mengigit dan mengendus. b) Saling mendekati adalah aktivitas yang dilakukan terhadap individu lain dengan cara berdekatan pada saat bertengger. c) Kawin adalah aktivitas yang dilakukan ketika jantan menaiki tubuh betina. 3.3.1.2 Data sekunder Data sekunder merupakan data penunjang bagi data primer. Data yang dikumpulkan dalam data sekunder adalah kondisi umum Penangkaran UD Anugrah. 3.3.2
Metode pengumpulan data
3.3.2.1 Studi pustaka Studi pustaka merupakan suatu metode pengumpulan data berupa laporanlaporan studi terdahulu, paper atau makalah, serta data sekunder yang dibutuhkan dalam mendisain riset, serta menganalisis hasil studi (Sinaga 2008). Studi pustaka yang diperlukan mengenai teknik pemeliharaan jalak bali dan aktivitas jalak bali. 3.3.2.2 Observasi lapang Observasi lapang adalah pengamatan yang langsung dilakukan di lapangan untuk memperoleh hasil yang sebenarnya (Hendri 2009). Observasi lapang yang dilakukan adalah dengan pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran nyata di lapangan mengenai teknik penangkaran jalak bali, ukuran bentuk, suhu dan kelembaban kandang, aktivitas harian jalak bali serta ukuran keberhasilan dalam kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran UD Anugrah. a.
Teknik penangkaran Teknik penangkaran meliputi pengamatan langsung terhadap teknik yang
terdapat di Penangkaran UD Anugrah serta pengukuran terhadap ukuran, suhu dan kelembaban kandang. 1.
Pengamatan langsung meliputi: a. Aspek perkandangan meliputi: jenis kandang, jumlah kandang, fungsi kandang, bahan bangunan kandang, peralatan dan perlengkapan kandang serta perawatan kandang.
15
b. Aspek pakan meliputi: jenis, sumber, jumlah pakan, cara pemberian pakan, waktu pemberian pakan, frekuensi pemberian pakan dan tempat penyimpanan. c. Aspek kesehatan meliputi: jenis penyakit yang sering dialami oleh jalak bali, cara pencegahan dan pengobatan. d. Aspek pengembangbiakan meliputi: pemilihan bibit, penentuan jenis kelamin, pengaturan kawin (nisbah kelamin, jumlah telur per musim, dan tahapan penetasan telur) dam pembesaran piyik. e. Aspek adaptasi meliputi: lamanya proses adaptasi dan perlakuan dalam proses adaptasi. f. Aspek
manajemen
pemanfaatan
hasil
meliputi:
cara
mempersiapkan jalak bali untuk dijual dan proses penjualannya. 2.
Pengukuran langsung yang dilakukan antara lain: a. Pengukuran terhadap setiap jenis kandang dilakukan dengan pengukuran terhadap tinggi (m), panjang (m), dan lebar (m) dengan menggunakan meteran. b. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer suhu dan pengukuran terhadap kelembaban dilakukan dengan menggunakan termometer dry-wet.
3.
Mengikuti kegiatan pengelolaan yang terdapat di penangkaran UD Anugrah yang meliputi perawatan kandang, waktu pemberian pakan, cara pemberian pakan dan mengamati kegiatan pengelola terhadap pengelolaan penangkaran.
b.
Ukuran keberhasilan dalam kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah Pengamatan mengenai ukuran keberhasilan dalam kegiatan penangkaran
jalak bali di Penangkaran UD Anugrah dilakukan dengan cara wawancara kepada pengelola dan wawancara kepada masyarakat sekitar Penangkaran UD Anugrah serta menelaah dokumen-dokumen yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah. Pada faktor biologis satwa dilakukan pengamatan terhadap data-data mengenai dokumen yang berhubungan dengan faktor biologis tersebut. Pada faktor sosial dilakukan wawancara kepada pengelola Penangkaran UD Anugrah dan kepada
16
masyarakat sekitar penangkaran. Selain mendapatkan informasi mengenai ukuran keberhasilan dalam kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran UD Anugrah, wawancara yang dilakukan kepada pengelola Penangkaran UD Anugrah juga mendapatkan informasi mengenai kondisi umum Penangkaran UD Anugrah, teknik pemeliharaan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah dan aktivitas harian jalak bali yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah. Aspek yang diwawancarai dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Wawancara dilaksanakan secara mendalam, langsung dan terbuka. Wawancara kepada masyarakat sekitar mengambil enam responden yang mempunyai batasan sebagai berikut: a) Empat kepala keluarga yang berada di depan, belakang, kiri dan kanan yang bersebelahan langsung dengan Penangkaran UD Anugrah. b) Tokoh masyarakat yang berada di sekitar Penangkaran UD Anugrah yaitu ketua RT 2 dan ketua RW 1. c.
Aktivitas harian Pengamatan mengenai aktivitas harian jalak bali dilakukan dengan
menggunakan metode focal animal sampling, yaitu metode pengamatan dilakukan dengan mengamati satwa tertentu yang menjadi fokus pengamatan sehingga pengambilan data terfokus pada satu individu yang diamati dengan waktu yang sudah ditentukan dan mencatat secara rinci semua gerakan yang terjadi (Martin dan Bateson 1993). Pengamatan dilakukan terhadap dua individu yang mewakili jenis kelamin jantan dan jenis kelamin betina. Pengamatan setiap dua individu dilakukan selama 12 jam mulai dari pukul 06.00 – 18.00 WIB atau sama dengan 720 menit. Pengamatan dilakukan selama 10 hari dengan masing-masing jenis kelamin dilakukan pengulangan sebanyak lima kali. Untuk lebih mempermudah dalam memahami jenis data dan metode pengumpulan data, dapat dilihat pada Tabel 3.
17
Tabel 3 Jenis data dan metode pengambilan data Jenis data Data yang diambil I
III
Teknik penangkaran Aspek perkandangan Aspek pakan Aspek kesehatan Aspek pengembangbiakan Ukuran Keberhasilan dalam Kegiatan Penangkaran Jalak Bali di Penangkaran UD. Anugrah Aktivitas harian
3.4
Analisis Data
II
Primer
Sekunder
Metode pengumpulan data Studi Observasi Wawancara pustaka lapang
v v v v
v v v
v v v
v
v
v
v
v
v
v v v
v v v
v
v
v
Analisis data mengenai penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. 3.4.1
Teknik penangkaran Data yang terkumpul dari aspek teknik penangkaran yang terdapat di
Penangkaran UD Anugrah dianalisis secara deskriptif, kemudian disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan gambar. Hasil tersebut kemudian diuraikan ke dalam kalimat yang akan menjelaskan dan menyimpulkan hasil yang diperoleh dari penelitian. 3.4.2
Ukuran keberhasilan dalam kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran UD Anugrah Data tentang faktor-faktor keberhasilan usaha penangkaran dianalisis
dengan cara deskriptif, namun data mengenai faktor biologis satwa dianalisis secara kuantitatif. Faktor biologis satwa dapat dihitung dengan menggunakan rumus: a) Persentase perkembangbiakan induk betina dapat menggunakan rumus: 100%
18
Keterangan: t
: ∑ induk betina yang berkembangbiak
Tt
: ∑ induk betina seluruhnya
b) Persentase daya tetas telur dapat dicari menggunakan rumus: 100% Keterangan: α
: ∑ telur yang ditetaskan
β
: ∑ total telur yang ada
c) Persentase angka kematian piyik digunakan rumus: 100% Keterangan: M
: ∑ piyik yang mati pada kelas umur 1
Mt
: ∑ total piyik seluruhnya
Ketiga data tersebut menggunakan kriteria nilai sebagai berikut:
3.4.3
0% - 30%
: Rendah
31% - 60%
: Sedang
61% - 100%
: Tinggi
Aktivitas harian Data yang sudah terkumpul dari aspek aktivitas harian jalak bali di
Penangkaran UD Anugrah dianalisis secara kuantitatif kemudian dianalisis secara deskriptif dengan cara dibuat dalam bentuk gambar, tabel dan grafik. Hasil tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam suatu kalimat yang dapat menjelaskan dan menyimpulkan hasil penelitian. Untuk mengetahui waktu yang digunakan dari suatu tingkah laku jalak bali dalam satu hari digunakan rumus. Presentase waktu seluruh tingkah laku (%) =
%
Keterangan: A
= waktu yang digunakan untuk suatu tingkah laku dalam satu hari pengamatan
B
= total waktu dalam satu hari (720 menit)
19
Pengujian terhadap hubungan antara parameter yang diukur dan diamati menggunakan hipotesis sebagai berikut: H0
= tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan aktivitas harian jalak bali
H1
= ada hubungan antara jenis kelamin dengan aktivitas harian jalak bali
Hipotesis tersebut kemudian diuji menggunakan uji X2 atau chi-kuadrat (Walpole 1992), melalui rumus:
Keterangan: Oi
= nilai pengamatan aktivitas harian jalak bali
Ei
= nilai harapan aktivitas harian jalak bali
Untuk mengetahui nilai harapan jalak bali, dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Pengambilan keputusan atau hipotesis yang diuji dengan uji chi-kuadrat dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: Jika X2hitung > dari X2tabel, maka tolak H0 Jika X2hitung ≤ dari X2tabel, maka terima H0 Untuk mengetahui nilai pada X2 tabel, maka digunakan rumus: 1 Keterangan: p
= banyaknya ulangan
Selain itu, selang kepercayaan yang dipakai adalah 99% dengan X2 tabel untuk α0,99:4 adalah 0,297.
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1
Sejarah dan Tujuan
4.1.1
Sejarah Penangkaran UD Anugrah merupakan penangkaran yang bergerak
dibidang penangkaran burung berkicau. Didirikan pada tahun 2008 oleh Suhono Nyoto Sardjono. Perusahaan ini menangkarkan berbagai jenis burung baik burung yang dilindungi ataupun tidak, diantaranya adalah jalak bali (Leucopsar rothschildi), jalak putih (Sturnus melanoptera), cucak rowo (Pyconotus zeylanicus), murai batu (Copsychus malabaricus) dan kepodang (Oriolus chinensis). Perusahaan ini berdiri berdasarkan hobi pengelola dalam memelihara burung, khususnya burung-burung berkicau dan burung jalak bali (Leucopsar rothschildi). Pada tanggal 27 Juni 2008, penangkaran UD Anugrah mendapatkan izin penangkaran berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal PHKA No. 75/IV/Set-3/2008 dan pada tanggal 20 Agustus 2009 mendapatkan Surat Keputusan Perlindungan dan Pengawetan Alam dengan surat izin SK 99/IV8/PPA.0.0/09 sebagai pengedar. 4.1.2
Tujuan Tujuan didirikannya penangkaran UD Anugrah adalah: a) Untuk konservasi burung, baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi b) Untuk ekonomi (komersial).
4.2
Letak Penangkaran Penangkaran UD Anugrah terletak di Jl. Puncak Dsn. Purworejo RT 002
RW 001 Desa Kepung Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur.
4.3
Kondisi Biologi Selain jalak bali, Penangkaran UD Anugrah juga menangkarkan jenis
burung yang lain. Untuk mengetahui beberapa jenis burung yang ditangkarkan dapat dilihat pada tabel 4.
21
Tabel 4 Beberapa jenis burung yang ditangkarkan di Penangkaran UD Anugrah No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1
Cucak rawa
Pyconotus zeylanicus
2
Beo nias
Gracula religiosa
3
Kakatua raja
Probosciger atterimus
4
Merak hijau
Pavo muticus
5
Murai batu
Copsychus malabaricus
6
Kepodang
Oriolus chinensis
7
Jalak suren
Sturnus contra
8
Bayan sumba
Eclectus roratus eornelia
9
Nuri kepala hitam
Lorius lory
10
Anis merah
Turdus citrinus
11
Kacer
Copsychus saularis
4.4
Struktur Organisasi Penangkaran UD Anugrah secara keseluruhan dipimpin oleh seorang
pemilik sekaligus penanggung jawab yang bernama Suhono Nyoto Sardjono. Petugas kandang dan satwa yang dimiliki oleh Penangkaran UD Anugrah berjumlah dua orang, yaitu Yanto dan Yoga.
4.5
Aksesibilitas Penangkaran UD Anugrah terletak tidak jauh dari Kota Kediri. Lokasi ini
dapat dicapai dengan jarak sekitar 17 km dengan menempuh jarak sekitar 2 jam. Selain itu, lokasi ini juga dapat dicapai dari Pare yang memiliki jarak sekitar 7 km.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Teknik Penangkaran Secara umum terdapat beberapa aspek teknik manajemen penangkaran
satwa yang diketahui dapat menentukan keberhasilan penangkaran suatu jenis satwa. Aspek teknis penangkaran tersebut adalah sejarah penangkaran jalak bali, jumlah populasi jalak bali di penangkaran, aspek perkandangan, aspek pakan, pemeliharaan kesehatan, teknik pengembangbiakan, teknik adaptasi dan manajemen pemanfaatan hasil. Adapun penjelasan secara lengkap tentang praktek pengelolaan setiap aspek teknis penangkaran jalak bali (Leucopsar rothschildii) yang dilakukan oleh UD Anugrah berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak pengelola disajikan berikut ini. 5.1.1 Sejarah Penangkaran UD Anugrah Penangkaran jalak bali yang berada di penangkaran UD Anugrah dimulai pada tahun 2007. Pemilik penangkaran membuat penangkaran burung awalnya hanya untuk dijadikan hiburan dan hobi. Pada awalnya jalak bali yang berada di penangkaran UD Anugrah berjumlah dua pasang yaitu berasal dari UD Star Jaya yang berasal dari Solo, Jawa Tengah dan UD Suara Abadi yang berasal dari Nganjuk, Jawa Timur. Pengangkutan dari Solo dan Nganjuk menggunakan Surat Angkut Tumbuhan Satwa Liar Dalam Negeri (SATS – DN) yang dikeluarkan oleh Kementrian Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Dirjen PHKA). Penangkaran UD Anugrah memiliki tujuan konservasi dan ekonomi. Pada waktu pengamatan, pihak TNBB melakukan pertukaran jalak bali sebanyak 3 pasang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2. Pertukaran jalak bali antara pihak TNBB dan pihak Penangkaran UD Anugrah bertujuan untuk melakukan pertukaran genetik. Pertukaran genetik berfungsi untuk memelihara perbedaan genetik yang mengurangi tingkat inbreeding. Menurut Thohari (1987), penangkaran satwa liar yang menggunakan bibit dalam jumlah sedikit mempunyai suatu konsekuensi kemungkinan terjadinya inbreeding, yaitu perkawinan antara
23
anggota keluarga dekat yang sebenarnya dapat membawa pengaruh jelek dalam kualitas keturunannya.
Gambar 2 Pihak TNBB menukarkan jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah. 5.1.2
Populasi jalak bali di penangkaran Populasi jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah sampai pada
bulan April tahun 2012 berjumlah 39 ekor yang meliputi kelas umur sebagai berikut (Tabel 5). Tabel 5 Populasi jalak bali tahun 2012 berdasarkan kelas umur Kelas umur
Jumlah (ekor)
Keterangan
0 – 1 tahun
15
Anakan
1 – 2 tahun
4
-
2 – 7 tahun
20
Indukan
Berdasarkan Tabel 5, populasi jalak bali paling banyak berada pada usia indukan yaitu pada kelas umur 2 – 7 tahun, hal ini dikarenakan jalak bali yang menjadi indukan, dipelihara dengan sangat baik dengan memperhatikan kesehatannya. Hal ini yang membuat jalak bali yang menjadi indukan di Penangkaran UD Anugrah mempunyai jumlah yang paling banyak. Selain itu, indukan jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah juga diperhatikan dari segi kualitasnya, sehingga mampu menghasilkan telur sebanyak 12 kali dalam satu tahun atau dalam satu bulan mempunyai musim kawin sebanyak satu kali dengan jumlah telur yang dihasilkan 2 – 4 telur. Pada kelas umur 0 – 1 tahun berjumlah 15 ekor, hal ini dikarenakan jalak bali yang dapat hidup setelah menetas hanya 1 – 2 ekor. Jalak bali yang berumur 1 – 2 tahun berjumlah paling
24
sedikit, yaitu hanya empat ekor, hal ini dikarenakan jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah pada umur tiga bulan sudah mulai dijual oleh pengelola penangkaran kepada konsumen. Penjualan jalak bali yang berumur tiga bulan dilakukan karena menurut pengelola Penangkaran UD Anugrah, pada umur tiga bulan jalak bali tersebut sudah bisa makan dengan sendiri. 5.1.3
Perkandangan Di habitat aslinya, jalak bali sanggup mempertahankan hidupnya karena
ada empat faktor penunjang, yakni ketersediaan pakan, ketersediaan air, dapat menghindarkan diri dari serangan musuh, dan tersedia sarang untuk membesarkan anak burung. Keempat faktor tersebut sudah tercakup pada jalak bali yang ditangkarkan di Penangkaran UD Anugrah. Jika di alam keempat faktor itu berada di tempat terpisah, maka jalak bali yang ditangkarkan menemukan seluruhnya di satu tempat. Penangkaran jalak bali sebagai upaya pengembangbiakan jenis di luar habitat alaminya, membutuhkan suasana habitat buatan yang mirip dengan habitat alaminya. Menurut Setio dan Takandjandji (2007), untuk mendapatkan kondisi habitat seperti yang alami, terdapat beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi penangkaran burung, diantaranya: a. Berada pada tempat yang bebas banjir pada musim hujan. b. Jauh dari keramaian dan kebisingan. c. Berada pada tempat yang mudah diawasi dan mudah dicapai. d. Tidak terganggu oleh berbagai polusi (debu, asap, dan bau gas). e. Tidak berada pada tempat yang lembab, becek atau tergenang air karena akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. f. Di dalam kandang hendaknya ditanami pohon-pohon pelindung agar terasa sejuk dan burung merasa seperti di habitat alaminya. g. Terisolasi dari pengaruh binatang atau ternak lain. h. Tersedianya sumber air yang cukup untuk minum dan mandi burung serta untuk pembersihan kandang. i. Mudah untuk mendapatkan pakan dan tidak bersaing dengan manusia. Perkadangan meliputi segala aspek yang berhubungan dengan kandang dan pengelolaannya. Aspek perkadangan yang harus diperhatikan, meliputi jenis kandang, jumlah kandang, fungsi kandang, bahan bangunan kandang, ukuran
25
kandang, sarana kandang, perawatan kandang serta suhu dan kelembaban kandang. 5.1.3.1 Jenis kandang, ukuran kandang, konstruksi kandang dan fungsi kandang Penangkaran jalak bali di Penangkaran UD Anugrah termasuk ke dalam jenis penangkaran intensif. Jenis kandang jalak bali yang terdapat di UD Anugrah terdapat 4 jenis kandang, yaitu kandang pembesaran, kandang kawin, kandang soliter dan inkubator, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Jenis, ukuran, konstruksi dan unit kandang jalak bali di penangkaran UD Anugrah No. 1.
Jenis kandang Kandang pembesaran
Ukuran kandang (p x l x t)
Konstruksi kandang
Unit
1,5 m x 2,5 m x 3m
Kawat, kayu, batako dan
1
besi 2.
Kandang kawin
1,5 m x 2 m x 3 m
Kawat, kayu, batako dan
8
besi 3.
Kandang soliter
50 cm x 40 cm x 35 cm
Kayu dan besi
5
4.
Inkubator
100 cm x 50 cm x 45 cm
Seng dan papan
3
Kandang pembesaran yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah terdapat delapan unit yang dibuat dengan sistem permanen dengan konstruksi kandang yang terbuat dari kawat, kayu, batako dan besi. Kandang dengan sistem permanen terdapat kelemahan yaitu kandang tersebut tidak dapat dipindah-pindahkan, sehingga terkadang sedikit merugikan. Sebagai contohnya, apabila sangkar pembesaran berada di luar ruangan, saat hujan datang sangkar tersebut terkena curahan hujan (sekalipun sudah memiliki atap) dan burung di dalamnya tetap berada di kandang tersebut dan tidak bisa dipindahkan yang mengakibatkan burung tersebut dapat kedinginan. Ukuran kandang pembesaran yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah berukuran dengan panjang 1,5 m, lebar 2,5 m dan tinggi 3 m. Kandang pembesaran berfungsi untuk membesarkan bibit-bibit jalak bali yang berumur tiga bulan hingga menjadi jalak bali dewasa yang siap untuk dijadikan indukan. Kandang pembesaran memiliki ukuran yang lebih luas jika dibandingkan dengan kandang yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah. Kandang yang lebih luas ini akan memberikan ruang gerak dan produktivitas yang lebih layak bagi bibit jalak bali hingga kemudian bisa tumbuh menjadi jalak bali
26
dewasa. Berikut gambar kandang pembesaran yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Kandang pembesaran di Penangkaran UD Anugrah.
Selain itu, fungsi kandang pembesaran yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah adalah untuk menampilkan jalak bali yang akan dijual kepada konsumen serta untuk mendapatkan jalak bali yang mencari jodohnya secara alami yang kemudian dipindahkan ke kandang kawin. Kandang kawin yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah termasuk kandang permanen yang berjumlah delapan unit. Kandang tersebut terbuat dari kawat, kayu, batako dan besi dengan ukuran untuk panjang 1,5 m, lebar 2 m dan tinggi 3 m. Kandang kawin yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah berfungsi untuk menjodohkan indukan jantan dan indukan betina yang siap kawin. Berikut gambar mengenai kandang kawin dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Kandang kawin di Penangkaran UD Anugrah.
27
Kandang soliter yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah berjumlah lima unit, kandang tersebut terbuat dari rangka utama yaitu kayu dan besi hanya sebagai gantungan. Kandang tersebut mempunyai ukuran panjang 50 cm, lebar 40 cm dan tinggi 35 cm. Menurut Forum Agri (2012), bentuk sangkar soliter yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah telah sesuai dengan yang disarankan, berbentuk persegi empat, karena akan memberikan ruang gerak yang maksimal bagi burung yang ada di dalamnya. Kandang soliter yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah berfungsi untuk membesarkan anakan jalak bali yang berumur satu bulan hingga berumur tiga bulan serta kandang tersebut berfungsi untuk proses adaptasi dari jalak bali yang baru didatangkan dari luar dan untuk proses penghilangan dari stress dan penyakit. Berikut gambar kandang soliter yang dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Kandang soliter di Penangkaran UD Anugrah.
Inkubator yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah berjumlah tiga unit dengan bahan konstruksi yang terbuat dari seng dan papan. Inkubator tersebut berukuran dengan panjang 100 cm, lebar 50 cm dan tinggi 45 cm. Inkubator yang berada di Penangkaran UD Anugrah berfungsi untuk membesarkan anakan jalak bali yang berumur antara 3 – 7 hari sampai berumur satu bulan yang kemudian dipindahkan ke kandang soliter. Berikut gambar inkubator yang berada di Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada gambar 6.
28
Gambar 6 Inkubator di Penangkaran UD Anugrah.
5.1.3.2 Sarana kandang Di dalam kandang harus dilengkapi dengan sarana seperti kayu untuk tempat bertengger, tempat mandi, tempat makan serta tempat minum dan tempat untuk bersarang. Berikut sarana kandang yang terdapat di penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Sarana kandang jalak bali di Penangkaran UD Anugrah No 1
Jenis kandang Kandang pembesaran
Sarana Kayu untuk tempat bertengger, tempat makan, tempat minum, dan tempat mandi
2
Kandang kawin
Kayu untuk tempat bertengger, tempat makan, tempat minum, tempat mandi, tempat sarang, dan kamera Closed Circuit Television (CCTV) serta daun pinus
3
Kandang soliter
Tempat makan, tempat minum, lampu penerangan dan kayu untuk tempat bertengger
4
Inkubator
Sarang
Pada kandang pembesaran dan kandang kawin, tempat pakan dan tempat minum terbuat dari plastik dan diletakkan menempel di dinding yang di sampingnya terdapat pintu kecil seukuran tangan untuk memasukkan pakan dan air minum. Penggunaan plastik untuk tempat makan dan tempat minum dikarenakan apabila tempat pakan dan tempat minum tersebut jatuh, maka kemungkinan kecil akan pecah. Untuk meletakkan pakan buah seperti pisang dan pepaya,
pengelola
Penangkaran
UD
Anugrah
memasang
paku
untuk
menempelkan buah-buah tersebut. Selain itu, untuk tempat mandi terbuat dari semen dengan ukuran panjang 30 cm, lebar 40 cm dan tinggi 5 cm. Berikut
29
gambar tempat pakan, tempat minum serta tempat mandi yang berada di Penangkaran UD Anugrah yang disajikan pada Gambar 7 (a) dan (b).
Gambar 7 (a) Tempat pakan dan tempat minum; (b) Tempat mandi.
Penggunaan kamera CCTV pada kandang kawin digunakan untuk memantau indukan jalak bali, memantau telur jalak bali dan untuk membantu dalam pengamanan. Selain itu, pada kandang kawin juga terdapat daun pinus yang digunakan sebagai bahan penyusun sarang. Bahan tersebut dimasukkan ke kotak sarang yang berada 2 meter dari lantai kadang dan sebagian lagi diletakkan di lantai kandang di tempat yang kering. Berikut gambar kotak sarang yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah yang disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Kotak sarang di Penangkaran UD Anugrah.
Pada kandang soliter, tempat pakan dan minum digantung di dinding kandang. Dalam pengelolaannya tempat pakan dan minum selalu dibersihkan setiap hari agar selalu bersih dan tidak menjadi sumber penyakit yang dapat
30
membuat jalak bali tidak dapat berproduksi dengan baik. Di kandang soliter juga terdapat lampu penerangan yang berfungsi untuk menghangatkan burung serta untuk meminimalisir kehadiran hewan pemangsa seperti tikus yang biasanya sering menyerang pada malam hari pada ruangan yang gelap (Forum Agri 2012). Pada inkubator yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah menggunakan inkubator yang otomatis dalam mengatur suhu yang terdapat di dalam inkubator tersebut, sehingga tidak perlu menggunakan lampu penerangan yang digunakan untuk menghangatkan anakan jalak bali yang baru dipindahkan dari induknya. Sarang yang terbuat dari tumpukan daun pinus digunakan untuk menaruh piyik jalak bali agar piyik tersebut menjadi nyaman. 5.1.3.2 Perawatan kandang Kebersihan dalam kandang dan sekitarnya sangat membantu dalam produktivitas jalak bali yang ditangkarkan oleh Penangkaran UD Anugrah. Kandang yang tidak bersih akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. Kegiatan perawatan pada kandang dilakukan pada pagi hari dengan cara: 1. Mengganti air yang digunakan untuk mandi dan untuk minum. 2. Mengganti pakan yang tersisa dengan pakan yang baru. 3. Menyapu, menyikat dan menyemprot pada bagian kandang yang terdapat kotoran yang melekat. Selain perawatan harian, Penangkaran UD Anugrah juga melakukan perawatan bulanan yaitu dengan cara menyemprot desinfektan pada kandang dengan campuran obat kutu dan cairan antiseptik. Kegiatan perawatan kandang di Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Kegiatan perawatan kandang di Penangkaran UD Anugrah.
31
5.1.3.3 Suhu dan kelembaban udara kandang Berdasarkan hasil pengamatan, pengukuran suhu udara di kandang penangkaran UD Anugrah berkisar antara 24°C – 29°C. Kondisi suhu udara di
35 30 25 20 15 10 5 0
17:00
16:00
15:00
14:00
13:00
12:00
11:00
9:00
10:00
8:00
Suhu 7:00
(0C)
27 28 28 29 28 27 27 25 24 24 25 25
6:00
Suhu
kandang Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada Gambar 10.
Waktu
Gambar 10 Suhu udara kandang di Penangkaran UD Anugrah.
Selain itu, kelembaban udara di kandang Penangkaran UD Anugrah
94 92 90 88 86 84 82 80
85 85 85
85 85 85 85 85 85 85
17:00
16:00
15:00
14:00
13:00
12:00
11:00
10:00
9:00
8:00
Kelembaban 7:00
(%)
92 92
6:00
Kelembaban
berkisar antara 85% - 92% yang dapat dilihat pada Gambar 11.
Waktu
Gambar 11 Kelembaban udara kandang di Penangkaran UD Anugrah.
Berdasarkan hasil pengamatan di Penangkaran UD Anugrah, suhu dan kelembaban kandang jalak bali hampir sama dengan keadaan jalak bali di habitat alaminya, yaitu di TNBB dengan suhu yang berkisar antara 28°C – 33°C dengan
32
kelembaban udara 86% (Novianti 2011). Dengan demikian, kondisi iklim mikro di Penangkaran UD Anugrah sangat mendukung untuk perkembangbiakan jalak bali, sehingga sangat cocok sebagai lokasi untuk menangkarkan jalak bali. Selain itu, ketika cuaca sangat panas pengelola Penangkaran UD Anugrah mengalirkan air yang digunakan untuk menyiram lantai kandang sehingga membuat keadaan di dalam kandang lebih sejuk dan air yang tergenang karena penyiraman tersebut digunakan jalak bali untuk mandi. 5.1.4
Pakan Pakan merupakan hal yang sangat vital untuk jalak bali. Hal yang perlu
diperhatikan adalah kecocokan antara pakan dengan jalak bali yang ditangkarkan. Untuk itu, pemberian pakan pada jalak bali tidak boleh dilakukan sembarangan karena berkaitan dengan keseimbangan unsur gizi yang dibutuhkan oleh tubuh jalak bali untuk berproduksi secara optimal. Menurut Mas’ud (2010), didalam pemilihan
pakan
untuk
jalak
yang
dipelihara
di
penangkaran
harus
memperhatikan faktor kebiasaan makan (food habit) setiap jenis jalak, yakni sebagai pemakan buah, faktor penampakan bahan pakan, dan individu burung itu sendiri. Selain itu, dalam penyediaan pakan harus cukup untuk kebutuhan jalak bali sehingga makanan yang diberikan berfungsi secara efektif dan efisien. Kriteria pakan yang berkualitas diantaranya adalah mempunyai kandungan gizi yang dibutuhkan oleh burung, makanan harus segar, tidak berjamur dan tidak tengik, makanan mudah dikonsumsi dan mudah dicerna oleh burung serta kandungan serat kasarnya tidak tinggi (Forum Agri 2012). Agar lebih jelas, dibawah ini akan diterangkan mengenai jenis pakan, sumber pakan, jumlah pakan, cara pemberian pakan, waktu pemberian pakan dan tempat penyimpanan pakan serta kandungan gizi pakan. 5.1.4.1 Jenis pakan, sumber pakan dan tempat penyimpanan pakan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terdapat pakan utama dan pakan tambahan yang diberikan oleh pengelola Penangkaran UD Anugrah kepada jalak bali, pakan utama jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah adalah voer BR 1 dan jangkrik, serta pakan tambahan yang diberikan kepada jalak bali diantaranya adalah kroto, ulat hongkong dan cacing. Selain itu, terdapat
33
pakan tambahan alami yang berasal dari buah yang diberikan oleh Penangkaran UD Anugrah kepada jalak bali diantaranya adalah pepaya dan pisang. Pemberian air minum dilakukan di dua tempat yaitu di tempat besar yang digunakan jalak bali untuk mandi dan minum serta di tempat plastik yang ditaruh dekat tempat makanan yang digunakan khusus untuk minum. Pakan yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah dinilai cukup bervariasi dibandingkan dengan pakan yang diberikan di Penangkaran MBOF yaitu hanya pisang, jangkrik, pur dan kroto (Yunanti 2012). Pakan yang bervariasi membuat jalak bali di Penangkaran UD Anugrah tidak pernah bosan untuk memakan pakan yang diberikan oleh pengelola. Untuk lebih mengetahui pakan yang diberikan Penangkaran UD Anugrah pada jalak bali dapat dilihat pada Gambar 12 (a) dan (b).
Gambar 12 (a) Pakan utama (voer dan jangkrik); (b) Pakan tambahan jalak bali (pisang, pepaya, cacing, ulat hongkong dan kroto) di Penangkaran UD Anugrah. Pakan yang diberikan kepada jalak bali di Penangkaran UD Anugrah didapatkan melalui informasi yang terdapat dalam buku panduan penangkaran burung dan didapatkan melalui pengalaman menangkarkan burung. Di alam, jalak bali dapat memperoleh pakan dari habitat hutan savana, hutan musim, maupun hutan mangrove. Pakan yang diperoleh di habitat tersebut berupa pakan buah dan pakan hewani, diantara pakan hewani tersebut adalah ulat, belalang, capung, rayap, dan semut (Mas’ud 2010). Penangkaran UD Anugrah selain mendapatkan sumber pakan dari pasar tradisional juga memperkerjakan masyarakat sekitar wilayah penangkaran untuk menyediakan pakan bagi jalak bali. Pakan yang disediakan oleh masyarakat
34
diantaranya adalah kroto dan jangkrik. Tempat penyimpanan pakan pada umumnya menyatu dengan dapur atau ruang gudang di rumah tinggal pengelola. Perhatian pengelola Penangkaran UD Anugrah dikhususkan kepada penyimpanan kroto. Kroto yang baru didatangkan di Penangkaran UD Anugrah langsung dipisahkan antara telur dan larva dengan semut-semut pekerja yang kecil. Menurut Hermawan (2012), pemisahan antara telur dan larva dengan semutsemut pekerja yang kecil dilakukan karena jika tercampur menjadi satu maka burung tersebut tidak menyukai kroto yang diberikan. Selain itu, pemisahan antara telur dan larva dengan semut-semut pekerja bertujuan untuk mendapatkan kroto yang berkualitas dengan kriteria tidak berbau, tidak terlalu lengket dan berwarna cerah (Forum Agri 2012). Kroto yang diberikan kepada jalak bali tersebut termasuk kedalam jenis kroto basah yang mempunyai kandungan air (78,72%), jika tidak cepat disimpan maka akan terjadi pembusukan (Hermawan 2012). Penyimpanan kroto tersebut dilakukan di dalam kulkas yang sebelumnya ditutup rapat dengan tempat makanan. 5.1.4.2 Jumlah pakan, cara pemberian pakan dan waktu pemberian pakan Jumlah pakan yang diberikan oleh Penangkaran UD Anugrah kepada jalak bali yang berada di penangkaran tidak diukur secara pasti. Pengelola memberikan pakan yang dilakukan sebanyak 1 kali, yaitu pada pagi hari sekitar pukul 06:00 – 07:30 WIB. Untuk lebih jelasnya dalam mengetahui persentase jumlah pakan yang diberikan kepada jalak bali, dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Persentase jumlah pakan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah No
Bahan Pakan
Jumlah (gr)
Persentase (%)
1
Voer
100
22,22
2
Jangkrik
140
31,11
3
Kroto, ulat hongkong,
20
4,44
cacing 4
Pepaya
90
20
5
Pisang
100
22,22
Jumlah pakan yang diberikan kepada jalak bali haruslah cukup, karena menurut Masy’ud dan Prayitno (1997), pemberian pakan yang cukup dapat memenuhi kebutuhan satwa. Pada dasarnya, setiap penangkar memiliki cara-cara
35
yang berbeda dalam memberikan jumlah pakan kepada satwa yang ditangkarkan. Masy’ud (2010) juga memberikan jenis dan jumlah pakan yang diberikan kepada jalak bali yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9
Jenis dan jumlah pakan yang diberikan per pasang jalak bali di penangkaran
No 1
2
3
Jenis pakan
Jumlah pemberian
Pakan nabati ¾
Pisang
110 gram
¾
Pepaya
80 gram
Pakan hewani ¾
Ulat hongkong
¾
Jangkrik
¾
Telur semut
10 gram 2 ekor 10 gram
Pakan konsentrat ¾
Fancy gold food
10 gram
¾
Fancy food anti stress
10 gram
¾
Kroto kristal
10 gram
¾
Kroto voer 521
10 gram
Pemberian pakan cacing, ulat hongkong hanya diberikan kepada jalak bali yang berada di kandang reproduksi. Pemberian pakan cacing, kroto, ulat hongkong dan jangkrik dilakukan dengan cara ditaruh di wadah yang telah tersedia di dalam kandang. Selain ditaruh di wadah yang tersedia di dalam kandang, pemberian pakan kroto juga dilakukan dengan cara menebar kroto di lantai kandang. Pemberian pakan cacing dan ulat hongkong dapat meningkatkan birahi, tetapi jika terlalu biasa diberikan cacing oleh pengelola maka efeknya tidak secepat yang diharapkan. Pemberian kroto di kandang reproduksi dicampur dengan probiotik breeding agar jalak bali yang berada di kandang reproduksi dapat mencapai birahi. Pemberian jangkrik pada kandang reproduksi lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan kandang yang lain. Menurut Yunanti (2012), pemberian jangkrik pada kandang reproduksi dapat membantu proses birahi agar indukan segera bertelur. Kroto juga diberikan kepada jalak bali yang masih piyik. Pemberian kroto pada piyik dicampur dengan air hangat agar memudahkan piyik tersebut menelan makanannya. Pemberian kroto pada piyik dilakukan setiap satu jam sekali dengan
36
batasan lolohan 4 kali. Hal ini dilakukan karena pencernaan piyik masih belum stabil dan jika piyik terlalu kenyang maka piyik tersebut akan mati kekenyangan. Pemberian pakan pisang dan pepaya dilakukan dengan cara mengupas kulitnya. Pisang dan pepaya yang telah dikupas kulitnya tersebut kemudian ditaruh di wadah yang telah disediakan. Dalam satu minggu pemberian pisang dan pepaya dilakukan secara bergantian dengan komposisi 5 hari pisang dan 2 hari pepaya. 5.1.4.3 Kandungan gizi pakan Jalak bali sama dengan satwa yang ada di dunia, yaitu membutuhkan kandungan gizi yang cukup untuk hidupnya. Kandungan gizi pakan merupakan salah satu penentu dalam keberhasilan beternak jalak bali. Jika pakan diberikan sembarangan, maka keseimbangan unsur gizi yang dibutuhkan oleh jalak bali tidak berproduksi secara optimal. Kandungan gizi pakan jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah yang pernah dilaporkan Novianti (2011), dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 Kandungan gizi pakan jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah Kandungan gizi No
Jenis
Kadar
Kadar
Kadar
Serat
Pakan
abu
protein
lemak
kasar
(%)
(%)
(%)
(%)
Ca (%)
BETN
ME
(%)
(Kkal/kg)
1
Pepaya
0,51
0,88
1,21
0,79
0,0016
4,92
299,68
2
Pisang
1,22
3,27
20,16
1,0025
0,22
28,57
2612,4
3
Kroto
2,04
12,43
2,48
3,59
0,15
0,34
614,28
1,99
15,23
2,99
4,6
1,62
7,28
1002,32
4
Ulat hongkong
5
Pur
13,53
11,68
9,12
11,27
5,14
47,75
2830,04
6
Jangkrik
1,47
17,72
3,47
3,49
1,24
0,4
864,18
7
Cacing
2,16
17,29
4,19
0,14
1,4
1,68
940,63
22,92
78,5
43,62
24,8825
9,7716
90,94
9163,53
Jumlah
Berdasarkan Tabel 10, total kadar abu dalam kandungan gizi pakan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah sebesar 22,92% dengan total kadar abu dalam pakan utama sebesar 15%, total kadar protein dalam kandungan gizi pakan jalak bali sebesar 78,5% dengan total kadar protein dalam pakan utama sebesar 29,4%,
37
total kadar lemak dalam kandungan gizi pakan jalak bali sebesar 43,62% dengan total kadar lemak dalam pakan utama sebesar 12,59% dan jumlah total serat kasar dalam kandungan gizi pakan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah sebesar 24,8825% dengan total serat kasar dalam pakan utama sebesar 14,76% serta jumlah total energi yang terdapat pada pakan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah sebesar 9163,53 kkal/kg dengan total energi dalam pakan utama sebesar 3694,22 kkal/kg. Ditinjau dari Sudarwo dan Siriwa (1999), menyebutkan bahwa jumlah kebutuhan energi pada unggas sebesar 2900 – 3200 kkal/kg dan jumlah protein sebesar 10–30%. Kebutuhan energi dan protein tersebut tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan jumlah kebutuhan energi di Penangkaran UD Anugrah sebesar 3694,22 kkal/kg dan kebutuhan protein sebesar 29,4% dalam pakan utama jalak bali, sehingga dapat dikatakan kandungan gizi pakan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah sudah cukup baik. Kandungan protein diperlukan bagi burung sebagai zat pembangun tubuh, dapat menggantikan jaringan tubuh yang rusak, sebagai bahan baku pembentukan enzim, hormon, dan zat-zat antibodi serta mengatur peredaran cairan tubuh dan zat yang larut di dalamnya ke dalam dan ke luar sel (Hermawan 2012). Protein terbentuk dari 20 asam amino (Turut 2011). Menurut Hermawan (2012), kekurangan protein menyebabkan burung menjadi kurus, bulu rusak, kerdil, kanibalisme, murung, enggan berkicau, serta sering berprilaku mencabuti bulunya sendiri. Menurut Forum Agri (2012), kandungan serat kasar pada pakan yang diberikan kepada jalak bali tidak boleh terlalu tinggi. Bila terlalu tinggi akan mengakibatkan berkurangnya daya serap tubuh terhadap sari makanan. Menurut Hermawan (2012), karbohidrat merupakan unsur di dalam pakan yang berfungsi sebagai sumber energi, pembakar lemak, memperkecil oksidasi protein menjadi energi, dan memelihara fungsi normal alat-alat pencernaan serta kadar lemak merupakan sumber energi, saluran air metabolik, insulator (pengatur suhu tubuh), sebagai bantalan atau pelindung bagian tubuh, serta sebagai pembawa vitamin A, D, E, dan K. Apabila burung terlalu banyak mengonsumsi lemak maka burung tersebut berpeluang mencret atau gemuk. Padahal burung yang gemuk cenderung malas berkicau dan berbiak.
38
5.1.5 Pemeliharaan kesehatan Salah satu kendala terbesar dalam penangkaran jalak bali adalah munculnya serangan penyakit yang bisa datang kapan saja, dan apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan jalak bali menjadi cacat atau bahkan mati. Penyakit yang ditemukan sering menyerang jalak bali di Penangkaran UD Anugrah adalah diare. Menurut Suzanna dan Wresdiyati (1991), penyebab penyakit diare pada satwa yang ditangkarkan disebabkan oleh bakteri Coliform diarrhea. Diare ditandai dengan kotoran burung yang encer. Pengobatan yang dilakukan oleh Penangkaran UD Anugrah adalah dengan cara mencampurkan Revell Global sebanyak 1 tetes kepada minuman jalak bali. Penggunaan Revell Global pada umumnya merupakan suplemen yang digunakan oleh manusia, tetapi di Penangkaran UD Anugrah menggunakan obat tersebut untuk mengobati jalak bali yang sedang mengalami diare. Perbandingan dosis yang dilakukan oleh Penangkaran UD Anugrah dalam memakai Revell Global adalah 1:20, dengan artian 20 tetes kepada manusia setara dengan satu tetes kepada jalak bali. Menurut hasil penelitianYunanti (2012), penyakit yang pernah dialami oleh jalak bali di Penangkaran Mega Bird and Orchid Farm (MBOF) dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Riwayat penyakit yang pernah diderita jalak bali di Penangkaran MBOF No
Jenis penyakit
Obat
Keterangan
1
Katarak
Tidak dapat diobati
2
Flu
Tetra-chrol dan mitrafox-12
Dicampurkan pada minuman
3
Sakit mata
Obat tetes mata (polidex)
Diteteskan pada mata burung
4
Cacar pada kaki
Antiseptic dan Salep 88 atau
Disemprotkan
cabe
atau dioleskan pada kaki
-
pada
kandang
Penangkaran UD Anugrah selain memberikan penanganan secara cepat terhadap penyakit yang diderita oleh jalak bali juga memberikan suplemen tambahan berupa vitamin yang dapat menjaga kondisi tubuh serta memberikan Prebiotik Alami untuk mempercepat birahi jalak bali yang berada di kandang kawin. Berikut gambar obat-obatan dan multivitamin jalak bali di Penangkaran UD Anugrah (Gambar 13).
39
Gambar 13 Obat-obatan dan multivitamin jalak bali di Penangkaran UD Anugrah. 5.1.6
Teknik reproduksi Reproduksi jenis-jenis satwa liar yang dilakukan secara intensif dalam
penangkaran, memiliki proses pemeliharaan yang pada dasarnya sama dengan pengembangbiakan pada hewan ternak (Thohari 1987). Menurut Setio dan Takandjandji
(2007),
reproduksi
merupakan
kunci
keberhasilan
dalam
penangkaran untuk meningkatkan populasi dan produktivitas. Pengetahuan tentang biologi dan perilaku reproduksi jenis satwa yang ditangkarkan sangat penting karena dapat memberikan arah pada tindakan manajemen yang diperlukan guna menghasilkan produksi satwa yang ditangkarkan sesuai harapan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak pengelola, aspek reproduksi yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah meliputi pemilihan bibit, penentuan jenis kelamin, pengaturan kawin dan pembesaran piyik. 5.1.6.1 Pemilihan bibit Salah satu langkah pertama dalam memulai beternak jalak bali adalah menyeleksi atau memilih bibit unggulan yang nantinya akan dipelihara atau dikembangbiakan. Tujuan dari seleksi bibit ini adalah untuk mendapatkan bakalan jalak bali yang benar-benar bagus dan sehat sehingga nantinya dapat menghasilkan jalak bali yang berkualitas baik. Apabila bibit jalak bali yang digunakan kualitasnya buruk, seberapa pun bagusnya kualitas pemeliharaan yang telah diberikan tidak akan memperoleh hasil yang maksimal. Di Penangkaran UD Anugrah, pemilihan bibit jalak bali untuk dijadikan indukan harus sehat dan tidak cacat.
40
Menurut Mas’ud (2010), pemilihan bibit jalak bali yang dijadikan sebagai indukan harus sehat, energik (aktif), nafsu makannya baik, kotorannya tidak keras atau tidak encer, mata jernih, bulu halus, bulu bersih putih mengkilat, dan gerakannya lincah. Selain itu, pemilihan bibit di Penangkaran UD Anugrah untuk jantan usia minimal berumur satu tahun dan untuk betina usia minimal delapan bulan. 5.1.6.2 Penentuan jenis kelamin Salah satu bentuk aktivitas yang sangat penting dan harus dilakukan dalam beternak jalak bali adalah melakukan identifikasi jenis kelamin jalak bali yang dikenal dengan istilah sexing. Identifikasi jenis kelamin ini sangat penting untuk dilakukan karena berkaitan dengan perbedaan perlakuan yang harus diberikan pada jalak bali jantan dengan jalak bali betina setelah memasuki masa birahi. Selain itu, identifikasi jenis kelamin ini sangat berguna sewaktu akan dilakukan proses perkawinan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan indukan, baik pada jantan maupun pada betina yang dijodohkan. Bagi sebagian orang, sexing ini merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah dilakukan. Sebab, tampilan luar antara jalak bali jantan dan jalak bali betina memang nyaris tidak jauh berbeda. Mas’ud (2010) juga menyebutkan jalak bali termasuk burung monomorfik yang memiliki tampilan luar relatif sama, maka membedakan jenis kelamin antara burung jantan dan betina relatif sulit. Penangkaran UD Anugrah mempunyai cara sendiri dalam menentukan jenis kelamin jantan dan jenis kelamin betina pada jalak bali yang dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Ciri-ciri morfologi jalak bali jantan dan jalak bali betina di Penangkaran UD Anugrah No
Ciri morfologi
Jantan
Betina
1
Postur tubuh
Tampak lebih besar
Tampak lebih ramping
2
Bulu di paruh
Lebih panjang dan tegak ke atas
Pendek dan datar
3
Kuncir
Lebih panjang
Pendek
Untuk mengetahui perbedaan nyata dari jalak bali jantan dan jalak bali betina, dapat dilihat pada Gambar 14.
41
Gambar 14 Jalak bali jantan (kanan) dan jalak bali betina (kiri).
Selain ciri-ciri morfologi yang dapat membedakan antara jalak bali jantan dengan jalak bali betina, Penangkaran UD Anugrah juga melihat dari aktivitasnya. Aktivitas jalak bali jantan lebih aktif daripada aktivitas jalak bali betina. Mas’ud (2010) menambahkan, perbedaan antara jalak bali jantan dan jalak bali betina adalah jalak bali betina kicauannya kurang rajin dan kurang bervariasi serta volume suaranya lebih kecil dibandingkan dengan jalak bali jantan yang memiliki volume suara yang lebih besar dan bervariasi. Pada musim kawin juga terlihat perbedaan antara jalak bali jantan dengan jalak bali betina. Menurut Kurniasih (1997), pada musim kawin jalak bali jantan lebih agresif dari pada jalak bali betina. 5.1.6.3 Pengaturan kawin Pengaturan kawin terhadap jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah adalah dengan mengawinkan satu jantan dengan satu betina dalam satu kandang reproduksi. Jalak tergolong hewan monogamus yang hanya memiliki satu pasangan dalam satu musim kawin sehingga sex rasionya adalah 1:1 (Mas’ud 2010). Proses perkawinan jalak bali menurut pengelola Penangkaran UD. Anugrah terjadi setiap bulan dengan frekuensi telur yang dihasilkan antara 2 – 4 telur. Jalak bali yang akan dijadikan induk, sebelumnya dilakukan tahap penjodohan. Cara tersebut adalah melepas beberapa pasang jalak bali dewasa di kandang pembesaran, jalak bali dibiarkan memilih pasangannya sendiri. Jalak bali yang sudah berjodoh ditandai selalu berdua dengan pasangannya dan berkicau
42
sahut menyahut. Setelah itu, jalak bali yang sudah memilih jodoh dipindahkan ke kandang kawin kemudian jika tidak memperlihatkan tanda-tanda kawin maka salah satu induk diambil dan diganti dengan pasangan yang lain. Menurut Mas’ud (2010), dalam proses perkawinan intensitas perawatan kandang harus dikurangi dan faktor-faktor gangguan sedapat mungkin harus dihindari karena jika terdapat gangguan, pasangan jalak bali seringkali memperlihatkan sifat tidak mau bertelur, enggan mengerami telur atau bahkan kanibalisme. Setelah melakukan perkawinan dan mengeluarkan telur, jalak bali jantan dan jalak bali betina akan mengerami telur dengan masa pengeraman 14 – 18 hari. Jalak bali betina mengeluarkan satu telur per hari dan terus berlanjut hingga jumlah telur di tubuhnya habis. Berdasarkan hasil pengamatan, proses mengeluarkan telur terjadi pada pukul 08.00 WIB – 09.00 WIB. Pengeraman telur dilakukan pada waktu hari pertama mengeluarkan telur dengan frekuensi pengeraman paling banyak pengeraman dilakukan oleh jalak bali betina. Berdasarkan hasil wawancara
dengan pengelola Penangkaran UD
Anugrah, terdapat kasus dimana telur berhasil menetas, tetapi anaknya mati setelah menetas. Menurut Forum Agri (2012), terdapat binatang pengganggu yang masuk ke dalam sarang. Solusi untuk hal ini, begitu telur-telur sudah menetas, peternak harus rajin memperhatikan atau mengawasi keadaan sarang (dalam jarak yang tidak terlalu dekat), sehingga apabila terjadi hal-hal yang mencurigakan bisa langsung ditangani. 5.1.6.4 Pembesaran piyik Proses pembesaran piyik di Penangkaran UD Anugrah dilakukan dengan cara pengelola mengambil piyik yang telah berumur 3 – 7 hari kemudian dipindahkan ke inkubator. Menurut hasil wawancara dengan pengelola, proses pemindahan piyik ke inkubator disebabkan oleh indukan jalak bali tidak mau meloloh anaknya dan anaknya dibuang dari sangkar. Menurut Mas’ud (2010), dengan mempercepat usia sapih anak, pada dasarnya dapat mempercepat induk untuk bertelur kembali, namun cara ini perlu dilakukan dengan hati-hati, agar tidak menimbulkan resiko stres baik kepada induk maupun anaknya. Di inkubator piyik jalak bali diberi makanan berupa kroto basah yang dicampur dengan air hangat agar piyik tersebut mudah menelan makanannya.
43
Pemberian pakan kroto basah tersebut juga untuk memberikan gizi yang terbaik, terutama protein, yaitu 47,80% (Hermawan 2012). Piyik jalak bali sangat memerlukan protein karena fungsi protein sebagai perkembangan setiap sel dalam tubuh dan juga untuk menjaga kekebalan tubuh dari penyakit. Piyik jalak bali berada di inkubator selama 1 bulan yang kemudian dipindahkan ke kandang soliter. Berdasarkan hasil pengamatan, di dalam inkubator, suhu di dalamnya disesuaikan dengan suhu nyaman jalak bali yaitu sekitar 29°C supaya piyik tersebut tetap hangat dan nyaman, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15 Piyik jalak bali di inkubator Penangkaran UD Anugrah.
Menurut Setio dan Takandjandji (2007), pembesaran piyik yang dilakukan di Penangkaran UD Anugrah dilakukan dengan cara hand rearing. Hand rearing adalah proses penanganan piyik dengan cara memisahkan atau mengambil burung dari induknya untuk kemudian dipelihara dan dibesarkan oleh penangkar secara lebih intensif sampai burung bisa dianggap mandiri. Walaupun memberikan kemungkinan keberhasilan hidup anak piyik yang lebih tinggi, hand rearing membutuhkan waktu cukup banyak dan ketelatenan, sehingga kurang praktis terutama apabila kegiatan penangkaran melibatkan pasangan burung dalam jumlah relatif banyak. Oleh karena itu, sebaiknya piyik dibiarkan dipelihara oleh induknya secara alami. Keberhasilan hidup piyik yang dipelihara induknya secara alami dapat ditingkatkan dengan bertambahnya pengalaman penangkar dalam menangani piyik yang dipelihara induknya.
44
Pemasangan cincin dilakukan terhadap piyik yang berumur tujuh hari pada kaki kiri. Menurut Setio dan Takandjandji (2007), pemasangan cincin kepada piyik yang masih berumur muda dilakukan agar tidak merusak kakinya serta pemasangan cincin di sebelah kiri karena kaki kiri sering dipakai untuk bertumpu sedangkan kaki kanan dipakai untuk mengambil, memegang atau menjepit makanan. 5.1.7
Teknik adaptasi Teknik adaptasi dilakukan oleh Penangkaran UD Anugrah kepada jalak
bali yang baru didatangkan ke dalam lingkungan penangkaran yang baru. Proses adaptasi satwa bagi jalak bali diletakkan di dalam kandang karantina yang bertujuan untuk mengurangi rasa stres pada burung. Kandang karantina yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah sama dengan kandang soliter. Menurut Mas’ud (2010), adaptasi di kandang karantina hal ini dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya penyakit atau gangguan lain. Lama proses adaptasi jalak bali di kandang soliter yang pernah dilakukan oleh Penangkaran UD Anugrah selama 2 – 7 hari. Menurut Turut (2011), dalam menjinakkan burung yang didatangkan dari luar terdapat beberapa cara, diantaranya: a. Harus diupayakan mandi di tempat mandi khusus burung. b. Jangan terlalu sering membuatnya terkejut. c. Harus dijauhkan dari gangguan lingkungan, baik pada siang dan malam hari. Selain itu, penggunaan kandang karantina juga digunakan bagi jalak bali yang menderita penyakit. Pemisahan ini dilakukan agar penyakit yang diderita tidak menular ke jalak bali yang lain dan agar bisa segera mendapatkan perawatan yang semestinya. Perlakuan yang diberikan oleh pengelola Penangkaran UD Anugrah terhadap jalak bali yang berada di kandang karantina adalah sama seperti perlakuan pada burung lainnya yaitu memberi makan, minum dan pemberian obat-obatan serta vitamin. 5.2.8
Manajemen pemanfaatan hasil Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola Penangkaran UD
Anugrah, jalak bali yang dimanfaatkan digunakan sebagai satwa peliharaan dan indukan penangkaran. Menurut Hermawan (2012), jalak bali banyak diminati oleh
45
konsumen karena penampilannya yang indah dan elok. Syarat jalak bali yang diperdagangkan adalah sehat dan tidak ada cacat. Jalak bali yang berumur tiga bulan dijual dengan harga Rp. 5.000.000,- per ekor lengkap dengan cincin, sertifikat dan SATS-DN. Jalak bali yang telah berpasangan dijual oleh Penangkaran UD Anugrah dengan harga 9 – 20 juta per pasang. Pemakaian cincin dilakukan pengelola kepada jalak bali yang berumur tujuh hari. Jalak bali yang sudah dibeli, dibawa oleh konsumen dengan kandang soliter yang dipakaikan dengan kerodong. Kerodong adalah kain yang digunakan menutup kandang soliter agar burung yang dibawa tidak stres. Perbedaan harga yang dijual selain syarat utama yaitu sehat dan tidak ada cacat serta syarat yang lain yaitu dari perbedaan umur jalak bali yang ditangkarkan. Untuk mengetahui bentuk cincin dan sertifikat yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada Gambar 16 (a) dan (b).
Gambar 16 (a) Cincin jalak bali; (b) Sertifikat penjualan jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah. Pemasaran jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah masih secara sederhana dalam melakukan promosi kepada konsumen karena promosi hanya dilakukan secara lisan antara penggemar burung. Konsumen yang tertarik dengan jalak bali yang terdapat di Penangkaran UD. Anugrah, datang ke penangkaran dan memilih jalak bali yang diminati olehnya.
46
5.2
Ukuran keberhasilan dalam kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran UD Anugrah Dalam suatu usaha penangkaran, khususnya penangkaran jalak bali
keberhasilan dalam mengembangbiakkan jalak bali hingga memperoleh bibit yang baru adalah hal yang mutlak untuk diperoleh apabila penangkaran tersebut ingin terus berjalan. Jalak bali yang ditangkarkan oleh suatu penangkaran harus sehat dan tidak cacat, hal ini akan berakibat dengan kualitas jalak bali dan bibit jalak bali yang dihasilkan. Berikut persentase dan kriteria tingkat daya tetas telur, perkembangbiakan induk jalak bali dan angka kematian piyik dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Persentase dan kriteria tingkat daya tetas telur, perkembangbiakan dan angka kematian jalak bali di Penangkaran UD Anugrah Persentase (%) No
Tahun
Daya tetas telur
Perkembangbiakan induk jalak
Angka kematian
bali 1
2009
50
40
25
2
2010
50
50
25
3
2011
50
70
25
4
2012
50
100
25
50
65
25
Sedang
Tinggi
Rendah
Rata-rata (%) Kriteria
Berdasarkan tabel 14, daya tetas telur diperoleh sebanyak 50% dengan kategori sedang. Daya tetas telur diperoleh dari telur yang ditetaskan dibagi dengan jumlah total telur yang ada. Jalak bali di Penangkaran UD Anugrah mampu menghasilkan telur antara 2 – 4 telur, namun yang dapat ditetaskan berjumlah 1 – 2
telur. Persentase perkembangbiakan induk jalak bali di
Penangkaran UD Anugrah tergolong tinggi yaitu 65%. Hal ini diduga karena pengelolaan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah telah cukup berhasil untuk membuat jalak bali di penangkaran tersebut menghasilkan telur serta bertambahnya indukan jalak bali yang mampu berkembangbiak menyebabkan nilai dari tingkat perkembangbiakan menjadi tinggi. Angka kematian piyik yang berada di Penangkaran UD Anugrah tergolong rendah yaitu 25%. Hal ini dikarenakan pada saat umur piyik sekitar 3 – 7 hari telah dipisahkan lebih awal agar mencegah kematian piyik akibat dipatuk oleh induknya serta nilai tersebut
47
didapatkan dari total anak yang mati tiap kelas umur dibagi dengan total anak keseluruhan tiap kelas umur. Menurut Permenhut Nomor P.19/Menhut-II/2005 tentang Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar menyebutkan bahwa tingkat daya tetas telur, tingkat perkembangbiakan induk jalak bali serta tingkat angka kematian piyik yang berada di Penangkaran UD Anugrah telah memenuhi syarat untuk keberhasilan penangkaran dalam segi standar kualifikasi penangkaran yang telah ditetapkan oleh Permenhut tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil penangkaran yang dinyatakan telah layak untuk dijual kepada peminat jalak bali. Standar kualifikasi penangkaran tersebut dapat dilihat pada lampiran 8 mengenai keputusan dari Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur yang member izin kepada Penangkaran UD Anugrah sebagai pengumpul/pengedar jalak bali. Peran serta masyarakat sekitar penangkaran sangat diperlukan dalam suatu usaha penangkaran, apabila tidak diperhatikan faktor tersebut maka besar kemungkinan akan terjadi kecemburuan sosial yang akan merugikan kegiatan pengelolaan suatu penangkaran. Berdasarkan hasil wawancara, Penangkaran UD Anugrah telah memperhatikan faktor tersebut dengan cara memperkerjakan masyarakat sekitar sebagai keeper serta sebagai penyedia pakan bagi jalak bali. Penangkaran UD Anugrah juga tidak melakukan perbuatan yang merugikan masyarakat, seperti membuang limbah sembarangan. Hal ini dikarenakan limbah yang berasal dari hasil pembuangan Penangkaran UD Anugrah dikumpulkan dan dibuang ke tempat sampah serta membuat Penangkaran UD Anugrah dinilai berhasil dalam memperhatikan faktor sosial yang berada di sekitar penangkaran tersebut. Prayana (2012) menambahkan, beberapa hal yang menjadi faktor penentu keberhasilan dalam kegiatan penangkaran antara lain: a.
Letak kandang yang jauh dari kebisingan dan gangguan manusia.
b.
Kebersihan, keamanan, dan perawatan kandang yang selalu terjaga.
c.
Pemberian pakan, baik pakan utama maupun pakan tambahan yang rutin diberikan setiap hari.
d.
Pemberian obat dan vitamin secara rutin untuk menjaga kesehatan dan mencegah terserangnya penyakit pada burung yang ditangkarkan.
e.
Menjaga kemurnian genetik dan menghindari terjadinya in-breeding.
48
5.3
Aktivitas Harian Tempat penangkaran tidak dapat dikondisikan serupa dengan habitat asli
jalak bali di alam. Akibat keterbatasan inilah yang menyebabkan perubahan pada perilaku jalak bali. Hasil penelitian mengenai persentase aktivitas harian jalak bali di Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada Gambar 17. Berdasarkan gambar 20, aktivitas jalak bali jantan banyak melakukan aktivitas diam, yaitu selama 147,13 menit atau sekitar 20,43% dari waktu pengamatan disusul dengan aktivitas mengerami telur yaitu selama 125,92 menit atau sekitar 17,49% dari waktu pengamatan, aktivitas yang sedikit dilakukan oleh jalak bali jantan aktivitas kawin yang dilakukan selama 0,2 menit atau sekitar 0,03% dari waktu pengamatan, sedangkan untuk aktivitas jalak bali betina aktivitas yang paling banyak dilakukan adalah aktivitas mengerami telur, yaitu selama 366,76 menit atau sekitar 50,94% dari waktu pengamatan disusul dengan aktivitas makan selama 94,45 menit atau sekitar 13,12% dari waktu pengamatan serta untuk aktivitas yang sedikit dilakukan yaitu aktivitas membangun sarang, yaitu selama 0,55 menit atau sekitar 0,08% dari waktu pengamatan. Aktivitas harian jalak bali yang ditunjukkan di Penangkaran UD Anugrah, jalak bali jantan cenderung lebih aktif dan dominan daripada jalak bali betina. Hal ini sesuai dengan pendapat Houpt dan Thomas (1982) dalam Rekapermana et. Al (2006), yang menyatakan bahwa pada umumnya satwa jantan lebih agresif dibandingkan satwa betina, baik dalam hubungan interspecies maupun intraspecies. Aktivitas jalak bali jantan banyak melakukan aktivitas diam karena jalak bali jantan menunggu jalak bali betina yang mengerami telur di luar sarang untuk berjaga-jaga (Dimitra 2011). Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat aktivitas yang dapat membedakan antara jalak bali jantan dan jalak bali betina, aktivitas tersebut hanya dilakukan oleh jalak bali betina yaitu melakukan aktivitas bertelur.
49
Bertelur
0
1.08
Kawin
0 0.03
Saling menelisik tubuh
0.29 3 1.77
Saling dekat
6.72
Mengerami telur 0.08 0.21
Membangun sarang
AKtivitas harian
50.94
17.49
Membawa bahan sarang
0.32 1.73
Mandi
0.58 1.73 0.34 0.63
Minum
13.12 11.28
Makan
Betina
10.84
Diam
20.43
Jantan
1.85 2.09
Terbang
0.47 0.59
Membersihkan paruh
9.16 11.68
Menelisik bulu 1.28 3.7
Bergeser
0.08 0.09
Membuang kotoran Berjalan
3.62 5.73
Bersuara
3.23
10.66
1.9 2.21
Melompat 0
10
20
30
40
50
60
Persentase
Gambar 17 Persentase aktivitas harian jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Selain itu, untuk mengetahui hubungan perbedaan antara jenis kelamin dengan aktivitas harian jalak bali, maka diuji dengan menggunakan uji khikuadrat (X2) yang dapat dilihat pada tabel 14.
50
Tabel 14 Perbedaan karakteristik aktivitas harian antara jalak bali jantan dan jalak bali betina berdasarkan hasil uji X2 No
Jenis aktivitas
X2 hitung
Perbedaan antara jalak bali jantan dan jalak bali betina
1
Melompat
0,22
Tidak nyata
2
Bersuara
28,63
Sangat nyata
3
Berjalan
3,42
Nyata
4
Membuang kotoran
0,007
Tidak nyata
5
Bergeser
8,48
Sangat nyata
6
Menelisik bulu
2,2
Nyata
7
Membersihkan paruh
0,08
Tidak nyata
8
Terbang
0,1
Tidak nyata
9
Diam
21,6
Sangat nyata
10
Makan
1
Nyata
11
Minum
1,03
Nyata
12
Mandi
4,14
Nyata
13
Membawa bahan sarang
6,95
Nyata
14
Membangun sarang
0,41
Nyata
15
Mengerami telur
117,74
Sangat nyata
16
Saling dekat
10,78
Sangat nyata
17
Saling menelisik tubuh
16,15
Sangat nyata
18
Kawin
0,2
Tidak nyata
19
Bertelur
1,08
Nyata
Keterangan X2 tabel (0.99;4) = 0.297
Berdasarkan tabel 14, diketahui bahwa sebagian besar aktivitas jalak bali terdapat perbedaan yang nyata. Perbedaan nyata antara jalak bali jantan dan jalak bali betina terdapat 14 aktivitas, diantaranya adalah bersuara, berjalan, bergeser, menelisik bulu, diam, makan, minum, mandi, membawa bahan sarang, mengerami telur, bertelur, saling dekat dan saling menelisik tubuh. Perbedaan nyata didapatkan ketika nilai X2 hitung lebih besar dari pada nilai X2 tabel maka tolak H0. Selain itu, terdapat aktivitas yang tidak menunjukkan perbedaan nyata antara jalak bali jantan dan jalak bali betina yaitu terdapat lima aktivitas, diantaranya aktivitas melompat, membuang kotoran, membersihkan paruh dan terbang serta aktivitas kawin. Hal ini dikarenakan nilai X2 hitung lebih kecil dari pada nilai X2 tabel maka terima H0.
51
5.3.1
Aktivitas melompat Jalak bali yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah melakukan aktivitas
melompat ketika jalak bali tersebut menghampiri pakan yang diberikan pengelola dan ketika jalak bali tersebut turun ke lantai kandang serta menghampiri tempat mandi. Ketika melompat, jalak bali menyentakkan kaki belakang dan kaki depan lurus ke depan sampai ke tempat yang dituju. Jalak bali jantan melakukan aktivitas melompat selama 15,93 menit atau 2,21% dari waktu pengamatan, sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas melompat selama 13,65 menit atau 1,9% dari waktu pengamatan. Aktivitas melompat lebih sering dilakukan oleh jalak bali betina di pagi hari ketika pengelola memberikan pakan ke kandang serta aktivitas melompat lebih sering dilakukan jalak bali jantan di siang hari menuju tempat mandi ketika suhu di penangkaran menjadi tinggi. 5.3.2
Aktivitas bersuara Menurut Fitri (2012) dan Fraser (1980) diacu dalam Rianti (2010), suara
yang dikeluarkan oleh burung pada dasarnya untuk mempertahankan diri dari predator serta untuk memikat betina dalam proses pra kawin. Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas bersuara yang dilakukan jalak bali jantan dalam memikat jalak bali betina, ditandai dengan suara “wuudtuk” secara berulang. Ketika mengeluarkan suara, kepala diarahkan ke atas, jambul ditegakkan, perut menjadi besar dan badan digerakkan naik dan turun (Gambar 18).
Gambar 18 Aktivitas bersuara jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas bersuara sebanyak 76,76 menit atau sekitar 10,66% dari waktu pengamatan, sedangkan jalak bali betina melakukan
52
aktivitas bersuara sebanyak 23,25 menit atau sekitar 3,23% dari waktu pengamatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mas’ud (2010), yang menyatakan bahwa jalak bali betina kicauannya kurang rajin dan kurang bervariasi serta volume suaranya lebih kecil dibandingkan dengan jalak bali jantan yang memiliki kicauan yang rajin, volume suara yang lebih besar dan bervariasi. 5.3.3
Aktivitas berjalan Jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah melakukan aktivitas
berjalan di lantai kandang, biasanya aktivitas ini bertujuan untuk memperoleh pakan dan air. Menurut Dimitra (2011), berjalan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama berjalan biasa menggunakan kaki kiri lalu disusul dengan kaki kanan. Kedua berjalan cepat, yaitu seperti halnya dengan jalan biasa hanya lebih cepat. Jalak bali jantan melakukan aktivitas berjalan sebanyak 41,26 menit atau sekitar 5,73% dari waktu pengamatan, sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas berjalan sebanyak 26,09 menit atau sekitar 3,62% dari waktu pengamatan. Jalak bali jantan banyak melakukan aktivitas berjalan dibandingkan dengan jalak bali betina karena jalak bali betina selama pengamatan banyak menghabiskan waktu di dalam sarang untuk mengerami telur. Menurut Takandjandji dan Mite (2008), aktivitas berjalan disebabkan oleh adanya rangsangan eksternal dan internal dari dalam tubuh. Ransangan internal berasal dari dalam tubuh, dimana burung merasa lapar, haus, dan ingin kawin, sehingga melakukan aktivitas berjalan yang diinginkan. Ransangan eksternal merupakan rangsangan dari luar, misalnya adanya gangguan yang menyebabkan jalak bali melakukan aktivitas. 5.3.4
Aktivitas membuang kotoran Jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah pada saat membuang
kotoran bisa di sembarang tempat. Jalak bali saat membuang kotoran biasanya di atas kayu tangkringan dan di lantai kandang. Saat membuang kotoran, jalak bali mengibaskan seluruh bulu tubuhnya serta merenggangkan bulu ekornya sambil mengeluarkan kotoran melalui kloaka. Jalak bali jantan melakukan aktivitas membuang kotoran selama 0,64 menit atau sekitar 0,09% dari waktu pengamatan, sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas membuang kotoran selama 0,55 menit atau sekitar 0,08% dari waktu pengamatan.
53
Pada aktivitas membuang kotoran, tidak terdapat perbedaan yang besar antara jalak bali jantan dengan jalak bali betina. Menurut Bagus (2011), tingginya aktivitas membuang kotoran yang dilakukan oleh satwa disebabkan oleh hasil metabolisme konsumsi pakan pada waktu sebelumnya yang tidak dicerna dan tidak digunakan lagi oleh tubuh, sehingga harus dikeluarkan. 5.3.5
Aktivitas bergeser Aktivitas bergeser merupakan aktivitas yang dilakukan jalak bali ketika
berpindah tempat pada tempat bertengger dengan cara bergeser. Ketika melakukan aktivitas bergeser, jalak bali bergeser dengan posisi kepala menghadap arah yang dituju (Gambar 19).
Gambar 19 Aktivitas bergeser jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas bergeser selama 26,62 menit atau sekitar 3,7% dari waktu pengamatan, sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas bergeser selama 9,2 menit atau sekitar 1,28% dari waktu pengamatan. Menurut hasil penelitian di lapangan, jalak bali jantan banyak melakukan aktivitas bergeser karena aktivitas tersebut digunakan untuk menghampiri jalak bali betina yang ketika itu berada di tempat bertengger. 5.3.6
Aktivitas menelisik bulu Aktivitas menelisik bulu merupakan aktivitas utama dalam pemeliharaan
bulu. Menelisik membantu burung untuk mengeluarkan benda-benda asing yang menempel di antara bulu-bulunya serta merapikan kembali yang kusut (Rekapermana et al. 2006). Aktivitas menelisik bulu pada jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah dilakukan dengan paruh, digerakkan atau digigit-
54
gigit hingga keujung. Kaki burung dapat menggaruk bagian kepala, biasanya untuk membersihkan bagian kepala yang tidak dapat tersentuh oleh paruh. Aktivitas menelisik bulu dilakukan di atas tempat bertengger. Untuk mengetahui aktivitas menelisik bulu jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Aktivitas menelisik bulu jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas menelisik bulu selama 84,12 menit atau sekitar 11,68% dari waktu pengamatan, sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas menelisik bulu selama 65,94 menit atau sekitar 9,16% dari waktu pengamatan. Menurut hasil pengamatan, perbedaan mendasar yang menyebabkan perbedaan aktivitas menelisik bulu pada jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah adalah pengaruh dari lamanya aktivitas mandi. Aktivitas menelisik bulu dilakukan oleh jalak bali setelah melakukan aktivitas mandi. Air yang berada di bulu burung dapat menghambat pergerakan, dengan menelisik bulu maka akan merangsang kelenjar minyak di bawah kulit untuk mengeluarkan sejenis minyak yang berfungsi untuk melapisi permukaan bulu agar kedap air (Artini 1997 diacu dalam Rekapermana et al. 2006). Selain itu, aktivitas menelisik bulu juga dilakukan oleh jalak bali setelah makan. Menurut Setyaningrum (2007), aktivitas menelisik bulu dilakukan untuk merapikan kembali helai-helai bulu yang menyatu serta mengeluarkan benda-benda asing yang menempel di antara bulu-bulunya.
55
5.3.7
Aktivitas membersihkan paruh Jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah melakukan aktivitas
membersihkan paruh setelah melakukan aktivitas makan. Berdasarkan hasil pengamatan, paruh burung dibersihkan dari sisa pakan yang menempel dengan cara menggesek-gesekan paruh pada kayu tenggeran, tetapi kadang-kadang burung mengangkat salah satu kakinya kemudian paruh dibersihkan menggunakan jari kaki. Jalak bali jantan melakukan aktivitas membersihkan paruh selama 4,22 menit atau sekitar 0,59% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas membersihkan paruh selama 3,39 menit atau sekitar 0,47% dari waktu pengamatan. Pada aktivitas membersihkan paruh tidak terdapat perbedaan besar antara jalak bali jantan dan jalak bali betina dikarenakan aktivitas ini tidak terlalu sering dilakukan oleh jalak bali. 5.3.8
Aktivitas terbang Dari hasil pengamatan aktivitas terbang dilihat dari Gambar 24 waktu
terbang jantan lebih tinggi dari yang betina. Waktu yang dibutuhkan jalak bali jantan untuk terbang selama 15,04 menit atau sekitar 2,09%, sedangkan untuk betina selama 13,3 menit atau sekitar 1,85%. Pada waktu terbang jalak bali sangat jarang mengepakkan sayap. Menurut Fitri (2008) diacu dalam Dimitra (2011), cara terbang yang dilakukan oleh jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah disebut dengan meluncur (gliding), dan sayap tidak dikepakkan berfungsi sebagai penyeimbang tubuh agar tubuh tetap stabil dalam posisi melayang. Terbang dilakukan oleh jalak bali dengan cara berpindah tempat pada lantai kandang dan tempat bertengger dengan menggunakan kedua sayap (Gambar 21).
Gambar 21 Aktivitas terbang jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
56
Waktu terbang yang dilakukan jalak bali jantan lebih tinggi dari pada jalak bali betina. Jalak bali jantan yang berada di Penangkaran UD Anugrah lebih aktif tingkah lakunya dari pada jalak bali betina yang cenderung untuk berada di dalam sarang sehingga jalak bali betina sehingga kurang aktif. Kemampuan terbang pada burung dalam penangkaran mempunyai keterbatasan karena luasan kandang yang terbatas, sehingga tidak memungkinkan bagi jalak bali melakukan aktivitas terbang dalam waktu lama (Takandjandji et al. 2010). 5.3.9
Aktivitas diam Aktivitas diam adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh jalak
bali jantan. Jalak bali jantan di Penangkaran UD Anugrah melakukan aktivitas diam di luar sarang karena jalak bali jantan mempunyai sifat melindungi jalak bali betina yang sedang mengerami telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Takandjandji et. al (2010), burung jantan umumnya mempunyai sifat melindungi, lebih agresif, dan lebih berani terhadap gangguan dibandingkan dengan burung betina. Sifat melindungi sering terlihat di Penangkaran UD Anugrah, apabila jalak bali betina masuk ke dalam kotak sarang untuk bertelur dan mengeram maka burung jantan bertugas menjaga dan melindungi. Jalak bali melakukan aktivitas diam dengan cara posisi tegak dan mengamati lingkungan sekitar (Gambar 22).
Gambar 22 Aktivitas diam jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas diam selama 147,13 menit atau sekitar 20,43% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas diam selama 78,04 menit atau sekitar 10,84% dari waktu pengamatan. Aktivitas diam juga merupakan aktivitas istirahat (Gitta 2011). Bagi burung yang
57
berada di penangkaran, makanan dan semua kebutuhan telah terpenuhi sehingga tidak perlu mencari seperti halnya burung di alam sehingga burung di penangkaran
lebih
banyak
menggunakan
waktunya
untuk
beristirahat
dibandingkan dengan burung di alam yang harus terbang mencari makan (Takandjandji dan Mite 2008). 5.3.10 Aktivitas makan Pakan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan upaya penangkaran burung. Pakan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah berupa pakan hewani dan pakan nabati. Aktivitas makan pada jalak bali terlihat perbedaan antara pakan nabati dan hewani. Pada pakan selain jangkrik, aktivitas ini dilakukan sambil merundukkan kepala sementara paruhnya mematuk makanan yang berupa pakan nabati (Takandjandji dan Mite 2008). Cara jalak bali memakan pakan hewani dilakukan dengan cara membawa pakan dari tempat makan dan membawanya di tanah lalu memakannya (Gambar 23).
Gambar 23 Aktivitas makan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas makan selama 81,22 menit atau sekitar 11,28% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas makan selama 94,45 menit atau sekitar 13,12%. Jalak bali betina yang berada di Penangkaran UD Anugrah lebih banyak melakukan aktivitas makan karena untuk memberikan asupan nutrisi bagi tubuh dalam melakukan proses reproduksi.
58
5.3.11 Aktivitas minum Aktivitas minum dilakukan oleh jalak bali untuk memenuhi kebutuhan akan air. Jalak bali akan minum jika merasa haus. Aktivitas minum jalak bali dilakukan dengan cara menundukkan kepala, paruh dibuka lebar, kepala didekatkan ke tempat air kemudian menengadahkan paruh ke atas (Gambar 24). Proses ini berlangsung sampai rasa haus yang dirasakan oleh jalak bali hilang.
Gambar 24 Aktivitas minum jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas minum selama 4,55 menit atau sekitar 0,63% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas minum selama 2,45 menit atau sekitar 0,34% dari waktu pengamatan. Jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah jarang melakukan aktivitas minum. Menurut Bagus (2011), rendahnya aktivitas minum yang dilakukan oleh satwa dikarenakan kebutuhan akan air sudah terpenuhi dari pakan yang dikonsumsi serta kondisi kandang yang sejuk juga berpengaruh terhadap aktivitas minum satwa sehingga satwa tersebut tidak perlu banyak minum untuk menjaga kestabilan suhu tubuhnya. 5.3.12 Aktivitas mandi Mandi merupakan aktivitas yang paling disenangi oleh jalak bali. Jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah suka bermain air sekaligus membersihkan badannya. Menurut Takandjandji dan Mite (2008), aktivitas mandi dilakukan satwa sebagai bagian dari perawatan bulu agar tetap mengkilap dan tidak kusut. Aktivitas mandi jalak bali dilakukan dengan cara jalak bali
59
mendatangi tempat mandi kemudian seluruh badan dicelupkan ke air dan jalak bali mengepakkan sayap dan memasukkan kepala ke dalam air (Gambar 25).
Gambar 25 Aktivitas mandi jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas mandi selama 12,43 menit atau sekitar 1,73% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas mandi selama 4,15 menit atau sekitar 0,58% dari waktu pengamatan. Aktivitas mandi dilakukan oleh jalak bali jantan dan jalak bali betina di Penangkaran UD Anugrah pada siang hari. Menurut Hermawan (2012), pada siang hari saat cuaca cukup panas aktivitas mandi dilakukan jalak bali agar suhu normal jalak bali tetap dapat dijaga. 5.3.13 Aktivitas membawa bahan sarang Jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah mempunyai musim kawin setiap satu bulan. Pada musim kawin tersebut, kedua pasangan jalak bali membuat sarang untuk tempat bertelur. Bahan sarang jalak bali disiapkan oleh pengelola Penangkaran UD Anugrah dari daun pinus yang sudah mengering. Bahan tersebut sebagian dimasukkan ke kotak sarang untuk merangsang jalak bali membuat sarang dan sebagian lagi diletakkan di lantai kandang. Bahan sarang yang digunakan jalak bali untuk membuat sarang juga diperoleh dari bulu jalak bali yang jatuh di lantai kandang. Aktivitas membawa bahan sarang dilakukan oleh jalak bali dengan cara dibawa oleh jalak bali dengan paruhnya lalu ditaruh kotak sarang. Jalak bali jantan melakukan aktivitas membawa bahan sarang selama 12,44 menit atau sekitar 1,73% sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas membawa bahan sarang selama 2,31 menit atau sekitar 0,32%. Berdasarkan hasil penelitian Tribisono (2002), Aktivitas membawa bahan sarang
60
banyak dilakukan oleh burung jantan karena burung betina menunggu di sarang sambil menata. 5.3.14 Aktivitas membangun sarang Aktivitas membangun sarang tidak terlalu sering dilakukan oleh jalak bali. Aktivitas ini dilakukan oleh jalak bali ketika telah membawa bahan sarang ke dalam kotak sarang. Bahan tersebut ditata oleh jalak bali di kotak sarang sampai merasa aman dan cukup nyaman untuk bertelur dan mengerami terlurnya. Selama pengamatan, jalak bali jantan lebih banyak melakukan aktivitas membangun sarang daripada jalak bali betina. Jalak bali jantan melakukan aktivitas membangun sarang selama 1,51 menit atau sekitar 0,21% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas membangun sarang 0,58 menit atau sekitar 0,08%. Aktivitas membangun sarang tidak terlalu dilakukan oleh jalak bali karena diduga bahan sarang yang dimasukkan pengelola di kotak sarang sudah dianggap aman dan nyaman oleh jalak bali. 5.3.15 Aktivitas mengerami telur Aktivitas mengerami telur oleh jalak bali agar telur tersebut dapat menetas dan menjadi seekor anakan jalak bali. Tujuan mengerami telur adalah agar telur selalu dalam keadaan hangat. Suhu yang terlalu dingin akan mengganggu perkembangan embrio. Gangguan ini dapat menyebabkan kematian embrio sehingga telur tidak dapat menetas. Aktivitas mengerami telur di Penangkaran UD Anugrah dilakukan oleh kedua induk jalak bali. Aktivitas mengerami telur dilakukan oleh induk jalak bali setelah telur pertama dikeluarkan. Menurut hasil wawancara dengan pengelola Penangkaran UD Anugrah jalak bali mengerami telur selama 14 – 18 hari. Jalak bali jantan melakukan aktivitas mengerami telur selama 125,92 menit atau sekitar 17,49% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas mengerami telur selama 366,76 menit atau sekitar 50,94% dari waktu pengamatan. Aktivitas mengerami telur yang dilakukan oleh jalak bali jantan selama 1 – 14 menit hanya untuk menggantikan jalak bali betina ketika jalak bali betina melakukan aktivitas mandi, makan, minum, diam, dan aktivitas lainnya.
61
5.3.16 Aktivitas saling dekat Aktivitas saling dekat yang dilakukan oleh jalak bali jantan dan jalak bali betina menandakan jalak bali tersebut berarti sudah terbentuk pasangan (Mas’ud 2010). Aktivitas saling dekat yang dilakukan oleh jalak bali biasanya diakhiri dengan kegiatan menelisik tubuh pasangannya. Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas saling dekat dilakukan oleh jalak bali di kayu tangkringan (Gambar 26).
Gambar 26 Aktivitas saling mendekat antar jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah. Jalak bali jantan melakukan aktivitas saling dekat selama 48,4 menit atau sekitar 6,72% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas saling dekat selama 12,75 menit atau sekitar 1,77% dari waktu pengamatan. Aktivitas saling dekat lebih banyak dilakukan oleh jalak bali jantan karena jalak bali betina cenderung lebih pasif dalam melakukan aktivitas. Selain itu, aktivitas saling dekat dilakukan untuk menjaga salah satu pasangannya dari pengganggu, membersihkan tubuh pasangannya, melakukan aktivitas istirahat maupun berjemur bersama (Dimitra 2011). 5.3.17 Aktivitas saling menelisik tubuh Aktivitas saling menelisik tubuh adalah aktivitas yang dilakukan oleh burung jantan setelah terjadi pendekatan terhadap burung betina (Takandjandji et al 2010). Aktivitas ini dilakukan dengan cara saling membersihkan bulu-bulu kepala dan leher menggunakan paruh (Gambar 27). Aktivitas saling menelisik tubuh dilakukan oleh jalak bali yang telah masuk ke dalam musim kawin.
62
Gambar 27 Aktivitas saling menelisik tubuh jalak bali di Penangkaran UD Anugrah. Jalak bali jantan melakukan aktivitas saling menelisik tubuh selama 21,61 menit atau sekitar 3% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas saling menelisik tubuh selama 2,06 menit atau sekitar 0,29%. Aktivitas saling menelisik tubuh lebih banyak dilakukan oleh jalak bali jantan di Penangkaran UD Anugrah. Hal ini sependapat dengan pernyataan Kurniasih (1997) yang menyatakan pada musim berbiak jalak bali jantan lebih agresif dari pada jalak bali betina. 5.3.18 Aktivitas kawin Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas kawin yang dilakukan oleh jalak bali di Penangkaran UD Anugrah hanya dilakukan oleh jalak bali jantan. Jalak bali jantan melakukan aktivitas kawin selama 0,2 menit atau sekitar 0,03% dari waktu pengamatan. Aktivitas kawin ditandai dengan terjadinya kopulasi, yaitu dengan naiknya jantan ke atas punggung betina. Sebelum melakukan proses kopulasi, jalak bali jantan melakukan suara panggilan yang disebut dengan suara seksual (sexual calling) (Mas’ud 2007). Jalak bali jantan kemudian bersuara lalu menggerakkan kepala kemudian mematuk dan menyelisik bulu. Setelah melakukan kopulasi, jalak bali jantan turun dari punggung jalak bali betina, diam sesaat kemudian terbang ke tenggeran. Lamanya proses kopulasi sangat singkat berkisar 2 – 10 detik. Aktivitas kawin dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 08:00 – 09:00 WIB, menjelang siang hari yaitu pukul 10:00 – 12:00 WIB dan pada sore hari yaitu pukul 15:00 – 17:00
63
WIB. Menurut Ayat (2002), perilaku kawin dipengaruhi oleh faktor eksternal antara lain suhu, cahaya dan kelembaban dimana ritme harian sangat menentukan kapan saat yang tepat untuk melangsungkan aktivitas kawin tersebut. Selain itu, aktivitas kawin juga dipengaruhi oleh faktor internal yaitu siklus hormonal tubuhnya dan siklus hormon ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan 5.3.19 Aktivitas bertelur Aktivitas bertelur adalah aktivitas yang dapat membedakan jenis kelamin antara jalak bali jantan dengan jalak bali betina. Aktivitas bertelur dapat dikatakan hanya dilakukan oleh jalak bali betina karena saat melakukan aktivitas bertelur, jalak bali betina mengeluarkan telur dari ovum yang menuju kloaka. Ovum hanya terdapat pada jalak bali betina Jalak bali betina melakukan aktivitas bertelur selama 1,08 menit atau sekitar 0,15 dari waktu pengamatan. Aktivitas bertelur dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08:00 – 09:00 WIB. Berdasarkan hasil pengamatan, jalak bali betina dapat bertelur sebanyak empat telur. Aktivitas bertelur dilakukan dengan cara jalak bali betina terlihat seperti menahan sakit dengan bagian pantat agak sedikit dinaikkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola Penangkaran UD Anugrah, lama jalak bali betina mengeluarkan telur tergantung dari terbiasanya jalak bali betina mengeluarkan telur, gangguan dari jalak bali jantan yang masuk ke dalam kotak sarang serta dari gangguan dari lingkungan di dalam Penangkaran UD Anugrah. Jalak bali betina yang baru mengeluarkan telur dengan yang sudah pernah mengeluarkan telur waktu bertelurnya lebih cepat yang sudah pernah mengeluarkan telur karena sudah terbiasa dengan aktivitas bertelur. Gangguan dari lingkungan di dalam Penangkaran UD Anugrah adalah seperti suara ribut yang ditimbulkan dari kegiatan pengelolaan Penangkaran UD Anugrah yang dapat mengganggu konsentrasi jalak bali betina dalam melakukan aktivitas bertelur.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Teknik pengelolaan Penangkaran UD Anugrah termasuk ke dalam kategori penangkaran intensif. Semua aspek teknis penangkaran meliputi, perkandangan, pakan, pemeliharaan kesehatan, pengembangbiakan, adaptasi dan manajemen pemanfaatan hasil diatur oleh pengelola dan sudah berjalan dengan cukup baik.
2.
Kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran UD Anugrah dapat dikategorikan berhasil, dengan tingkat perkembangbiakan induk jalak bali bernilai 65% tergolong tinggi, daya tetas telur 50% tergolong sedang dan angka kematian piyik tergolong rendah sebesar 25%. Secara sosial juga dinyatakan berhasil dengan melibatkan masyarakat sekitar sebagai keeper dan penyedia pakan.
3.
Aktivitas harian jalak bali yang diamati di Penangkaran UD. Anugrah meliputi 19 aktivitas, diantaranya adalah melompat, bersuara, berjalan, membuang kotoran, bergeser, menelisik bulu, membersihkan paruh, terbang, diam, makan, minum, mandi, membawa bahan sarang, membangun sarang, mengerami telur, saling dekat, saling menelisik tubuh dan kawin serta mengeluarkan telur. Secara umum jalak bali jantan lebih aktif daripada jalak bali betina. Aktivitas yang paling banyak dilakukan jalak bali jantan adalah aktivitas diam (147,13 menit atau 20,43%) sedangkan aktivitas yang paling banyak dilakukan jalak bali betina adalah aktivitas mengerami telur (366,76 menit atau 50,94%).
6.2
Saran
1.
Pada waktu jalak bali sedang mengerami telur, diusahakan kandang terhindar dari binatang pengganggu.
2.
Perlu dilakukan promosi melalui layanan publik seperti koran untuk memasarkan jalak bali yang berada di Penangkaran UD. Anugrah.
DAFTAR PUSTAKA Alikodra, HS. 1987. Masalah pelestarian jalak bali. Media Konservasi 3(4). Alikodra,
HS. 2010. Teknik Pengelolaan Satwaliar dalam Rangka Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Bogor: IPB Press.
Ayat A. 2002. Perilaku berbiak burung bluwok (Mycteria cinerea Raffles) di Suaka Margasatwa Pulau Rambut [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bagus BA. 2011. Tingkah laku kancil (Tragulus javanicus) yang berhubungan dengan aktivitas makan di penangkaran [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Balen, Dirgayusa IWA, Putra IMWA, Prins HHT. 2000. Status and distribution of the endemic Bali Starling (Leucopsar rothschildi). Oryx 34(3): 188197. Dimitra, A. 2011. Studi perilaku pasangan jalak bali (Leucopsar rothschildi) pada kandang breeding di Kebun Binatang Surabaya [artikel ilmiah]. Surabaya: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Fitri ML, Novarino W, Rizaldi. 2012. Tingkah laku anti predator (mobbing) burung strata bawah di hutan dataran rendah Sumatera [artikel program master]. Padang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas. Forum Agri. 2012. Kenari Juara Lomba Harga Jutaan. Yogyakarta. Cahaya Atma Pustaka. Garsetiasih R, Takandjandji M. 2007. Standarisasi penangkaran rusa timor sebagai sumber pangan [prosiding ppis]. Bogor: Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Gitta A. 2011. Teknik penangkaran, aktivitas harian dan perilaku makan burung kakaktua-kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea sulphurea Gmelin, 1788) di Penangkaran Burung Mega Bird and Orchid Farm, Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Gunawan. 2010. Kilas Iptek Jalak Bali. http://www.burung.org/Artikel/kilasiptek-jalak-bali.html. [09 April 2012]. Hermawan, R. 2012. Rahasia Sukses Mencetak Juara 50 Jenis Burung Kicau. Yogyakarta. Pustaka Baru Press.
66
Hendri J. 2009. Riset Pemasaran. Jakarta: Universitas Gunadarma. Hendry.
2012. Jalak bali (Leucopsar http://faunahendry.co.cc/jalakbali.html. [10 April 2012].
rothschildi)
Hernowo J, Soekmadi R, Ekarelawan. 1991. Kajian pelestarian satwaliar di Kampus IPB Dramaga. Media Konservasi 3(2): 43-65. Kurniasih, L. 1997. Jalak Bali (Leucopsar rotschildi stresmann) spesies yang makin langka di habitat aslinya. Makalah Ilmiah Biosfer No. 9: 3-7. Mas’ud B. 2010. Teknik Menangkarkan Burung Jalak di Rumah. Bogor: IPB Press. Masy’ud B, Prayitno W. 1997. Analisis potensi dan manajemen tumbuhan pakan badak jawa (Rhinoceros sondaicus, Desm.) di Taman Nasional Ujung Kulon. Media Konservasi Edisi Khusus Hal 49-66. Masyud B. 2007. Pola reproduksi burung tekukur (Streptopelia chinensis) dan puter (Streptopelia risoria) di penangkaran. Media Konservasi 12(2): 80-88. Martin P, Bateson P. 1993. Measouring behaviour An Introduction Guide 2nd Edition. Cambridge: Cambridge University Press. Novianti TP. 2011. Sistem manajemen penangkaran jalak bali (Leucopsar rothschildi) terhadap penampilan produksi dan analisis financial [tesis]. Surabaya: Program Studi Magister Agribisnis Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Pandanwati, D. 2009. Perilaku yang berhubungan dengan aktivitas makan bajing tiga warna (Callosciurus prevostii) pada siang hari di penangkaran [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Prayana, A. 2012. Teknik penangkaran dan aktivitas harian mambruk victoria (Goura victoria Fraser, 1844) di Mega Bird and Orchid Farm Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Rekapermana M, Thohari M, Masy’ud B. 2006. Pendugaan jenis kelamin menggunakan ciri-ciri morfologi dan perilaku harian pada gelatik jawa (Padda oryzivora Linn, 1758) di penangkaran. Media Konservasi 9(3): 89-97. Rianti D. 2010. Perilaku prakawin burung cendrawasih belah rotan (Cicinnurus magnificus) di Syoubri Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Arfak [skripsi]. Manokwari: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Papua.
67
Sawitri R, Takandjandji M. 2010. Pengelolaan dan perilaku burung elang di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga, Sukabumi. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. 7 No. 3: 257-270. Setio P, Takandjandji M. 2007. Konservasi ek-situ burung endemic langka melalui penangkaran. Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian; Padang, 20 September 2006. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Konservasi Alam. Hlm 47-61. Setyaningrum SD. 2007. Perilaku ayam wareng betina umur 13-18 minggu pada tingkat kepadatan kandang berbeda [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Sinaga P. 2008. Koperasi dalam Sorotan Peneliti. Jakarta: Rajawali Press. Sudarwo Y, Siriwa A. 1999. Ransum Ayam dan Itik. Jakarta: Penebar Swadaya. Suzanna E, Wresdiyati T. 1991. Penangkaran badak ditinjau dari segi penyakit. Media Konservasi Vol. 3 No. 3: 35-39. [TNBB] Taman Nasional Bali Barat. 2009. Pengelolaan penangkaran jalak bali (Leucopsar rothschildi) di Taman Nasional Bali Barat http://www.tnbalibarat.com/?p=29. [10 April 2012]. Takandjandji M, Mite M. 2008. Perilaku burung beo alor di penangkaran Oilsonbai, Nusa Tenggara Timur. Buletin Plasma Nutfah Vol. 14 No. 1: 43-48. Takandjandji M, Kayat, Njurumana GND. 2010. Perilaku burung bayan sumba (Eclectus roratus cornelia Bonaparte) di penangkaran Hambala, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. 3 No. 4: 357-369. Thohari M. 1987. Gejala inbreeding dalam penangkaran satwaliar. Media Konservasi 1(4): 1-10. Thohari M, Mas’ud B, Mansjoer SS, Sumantri C, Muntasib EKS H, Hikmat A. 1991. Studi perbandingan polimorfisme protein jalak bali (Leocopsar rothschildii) hasil penangkaran dari Indonesia, Amerika dan Inggris [laporan hasil penelitian]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut pertanian Bogor. Thohari M, Mas’ud B, Takanjanji M. 2011. Teknis penangkaran rusa timor (Cervus timorensis) untuk stok perburuan [prosiding seminar sehari prospek penangkaran rusa timor (Cervus timorensis) sebagai stok perburuan]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
68
Thompson SD, Brown E. 2001. North American regional studbook for the Bali Mynah (Leucopsar rothschildii). Chicago: Department of Conservation and Science Lincoln Park Zoo. Tribisono H. 2002. Tingkah laku makan burung dara mahkota cristata (Goura cristata) pada lingkungan penangkaran di taman burung dan taman anggrek Kabupaten Biak Numfor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Universitas Negeri Papua. Turut R. 2011. Murai Batu. Jakarta. Penebar Swadaya. Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yunanti BD. 2012. Teknik penangkaran dan analisis koefisien inbreeding pada jalak bali (Leucopsar rothschildi Stresemann, 1912) di Mega Bird and Orchid Farm Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
70
Lampiran 1
Panduan wawancara faktor-faktor penentu keberhasilan dalam kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah
1. Masyarakat sekitar senang dengan adanya penangkaran jalak bali 2. Masyarakat sekitar diperkerjakan sebagai pengurus penangkaran 3. Masyarakat sekitar diperkerjakan sebagai penyedia pakan bagi jalak bali 4. Masyarakat sekitar termotivasi untuk membuka usaha penangkaran 5. Masyarakat sekitar terkena dampak dari pembuangan limbah 6. Masyarakat sekitar terkena dampak dari suara yang ditimbulkan dari penangkaran UD. Anugrah. 7. Masyarakat sekitar mempunyai keuntungan lain dari adanya penangkaran UD. Anugrah.
71
Lampiran 2 Panduan wawancara dengan pengelola Penangkaran UD. Anugrah 1. Latar belakang diadakannya penangkaran jalak bali di penangkaran UD. Anugrah. 2. Biaya penangkaran dan organisasi penangkaran. 3. Jumlah tenaga kerja. 4. Asal-usul burung jalak bali di penangkaran. 5. Jumlah jalak bali yang pertama kali didatangkan di UD. Anugrah. 6. Populasi jalak bali sampai tahun 2012: a. Jumlah total populasi jalak bali di UD. Anugrah b. Jumlah berdasarkan kelas umur yang ditangkarkan. 7. Aspek perkandangan: a. Jenis kandang. b. Jumlah kandang. c. Fungsi kandang. d. Bahan bangunan kandang. e. Peralatan dan perlengkapan di dalam kandang. f. Perawatan kandang. 8. Aspek pakan: a. Jenis pakan yang diberikan. b. Sumber pakan. c. Jumlah pakan yang diberikan. d. Cara pemberian pakan. e. Waktu pemberian pakan. f. Frekuensi pemberian pakan. g. Tempat penyimpanan pakan. 9. Aspek pengembangbiakan: a. Pemilihan bibit. b. Penentuan jenis kelamin. c. Pengaturan kawin (nisbah kelamin, jumlah telur per musim, dan tahapan penetasan telur). d. Pembesaran piyik.
72
Lampiran 2 Lanjutan 10. Aspek adaptasi: a. Lamanya proses adaptasi. b. Perlakuan atau selama proses adaptasi. 11. Aspek pemanfaatan hasil: a. Standar ukuran satwa yang akan dijual. b. Bentuk pemanfaatan atau pengelolaan hasil dari jalak bali. c. Kuota penjualan. d. Faktor penunjang keberhasilan dalam pengelolaan hasil. 12. Aspek kesehatan: a. Jenis penyakit yang sering dialami oleh jalak bali b. Cara pencegahan dan pengobatan penyakit
73
Lampiran 3 Suhu dan kelembaban udara di Penangkaran UD. Anugrah Waktu 06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 14.00-15.00 15.00-16.00 16.00-17.00 17.00-18.00
Suhu (OC) 24 24 25 25 27 28 28 29 28 27 27 25
Kelembaban (%) 85 85 85 92 92 85 85 85 85 85 85 85
74
Lampiran 4 Lama waktu aktivitas harian jalak bali jantan Waktu pengamatan 06:00-07:00 07:00-08:00 08:00-09:00 09:00-10:00 10:00-11:00 11:00-12:00 12:00-13:00 13:00-14:00 14:00-15:00 15:00-16:00 16:00-17:00 17:00-18:00 Menit %
Me 1.62 0.94 1.01 2.3 1.25 1.9 2.1 2.05 1.48 0.53 0.62 0.13 15.93 2.21
Su 5.56 5.29 5.92 7.33 5.51 7.02 7.96 5.75 6.35 6.77 8.59 4.71 76.76 10.66
Jln 1.38 1.98 2.04 4.75 4.95 7.85 3.97 4.17 3.86 2.54 3.63 0.14 41.26 5.73
Mbk 0.02 0.03 0.06 0.05 0.05 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.25 0.64 0.09
Gsr 3.28 2.7 1.94 1.91 1.39 1.41 2.32 2.16 3.07 1.13 2.07 3.24 26.62 3.7
Mnb 7.07 6.97 6.17 5.77 8.34 6.7 8.33 4.5 5.75 10.75 8.13 5.64 84.12 11.68
Mbp 0.41 0.47 0.65 0.42 0.27 0.26 0.43 0.36 0.34 0.28 0.22 0.11 4.22 0.59
Trb 1.16 0.74 0.72 2.13 1.23 1.69 1.93 2.05 1.48 0.53 0.5 0.88 15.04 2.09
Jenis aktivitas Dm Mkn 13.43 6.88 11.06 6.64 9.2 6.7 9.83 7.52 7.94 7.22 8.5 8.87 8.27 8.79 9.05 10.45 11.63 7.13 9.26 6.1 12.54 4.81 36.42 0.11 147.13 81.22 20.43 11.28
Mnm 0.11 0.38 0.39 0.61 0.97 0.26 0.27 0.78 0.32 0.31 0.14 0.01 4.55 0.63
Mnd 0 0 1.6 0 2.9 1.4 0 0.73 0 4.6 1.2 0 12.43 1.73
Mbs 0.6 0 1.48 1.23 1.15 1.84 0.98 0.23 3.26 0.19 1.48 0 12.44 1.73
Mgs 0.23 0 0.45 0.1 0.09 0.07 0.09 0.12 0.11 0.08 0.17 0 1.51 0.21
Mrt 11.78 13.37 13.77 12.09 12.47 11.04 12.59 14.69 8.7 8.36 5.24 1.82 125.92 17.49
Keterangan: Me
: melompat
Mbp
: Membersihkan paruh
Mbs
: Membawa bahan sarang
Su
: Bersuara
Trb
: Terbang
Mgs
: Membangun sarang
Jln
: Berjalan
Dm
: Diam
Mrt
: Mengerami telur
Mbk
: Membuang kotoran
Mkn
: Makan
Sd
: Saling dekat
Gsr
: Bergeser
Mnm
: Minum
Snt
: Saling menelisik tubuh
Mnb
: Menelisik bulu
Mnd
: Mandi
Kwn
: Kawin
Sd 4.32 5.75 4.64 2.91 3.21 0.93 1.35 2.03 4.68 6.31 7.2 5.07 48.4 6.72
Snt 2.15 3.68 3.17 1.05 1.05 0.22 0.59 0.85 1.81 2.15 3.42 1.47 21.61 3
Kwn 0 0 0.09 0 0.01 0.01 0 0 0 0.08 0.01 0 0.2 0.03
Jumlah 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 720 100
75
Lampiran 5 Lama waktu aktivitas harian jalak bali betina Waktu pengamatan 06:00-07:00 07:00-08:00 08:00-09:00 09:00-10:00 10:00-11:00 11:00-12:00 12:00-13:00 13:00-14:00 14:00-15:00 15:00-16:00 16:00-17:00 17:00-18:00 Menit %
Me 3.34 1.45 1.16 0.72 0.9 0.65 1.21 0.61 0.96 1.56 0.85 0.24 13.65 1.9
Su 2.64 2.73 2.67 1.65 1.41 1.1 3.42 1.72 2.44 1.3 1.94 0.23 23.25 3.23
Jln 0.31 1.25 2.64 2.06 2.67 3.05 4.3 2 1.62 1.46 3.95 0.78 26.09 3.62
Mbk 0.05 0.05 0.06 0.03 0.03 0.03 0.06 0.04 0.02 0.1 0.05 0.03 0.55 0.08
Gsr 1.27 1.9 0.66 0.47 0.53 0.55 0.47 0.49 0.4 1.29 0.96 0.21 9.2 1.28
Mnb 6.75 5.55 5.84 5.24 6.61 2.29 6.51 3.46 9.03 8.04 4.09 2.53 65.94 9.16
Mbp 0.24 0.7 0.58 0.28 0.21 0.24 0.27 0.16 0.12 0.25 0.26 0.08 3.39 0.47
Trb 3.17 2.06 1.01 0.67 0.67 0.9 1.04 0.56 0.66 1.33 1.08 0.15 13.3 1.85
Jenis aktivitas Dm Mkn 7.61 7.52 6.2 6.79 3.9 9.27 4.9 9.58 4.64 7.33 4.57 10.75 4.62 11.82 4.21 12.05 4.45 6.52 7.64 4.49 6.36 7.31 18.94 1.02 78.04 94.45 10.84 13.12
Mnm 0.22 0.13 0.33 0.45 0.32 0.15 0 0.18 0.33 0.19 0.15 0 2.45 0.34
Mnd 0 0 0 0 1.52 0 0 0 2.63 0 0 0 4.15 0.58
Mbs 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2.31 2.31 0.32
Mgs 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.58 0.58 0.08
Mrt 26.87 30.45 30.45 32.27 32.68 34.36 25.54 33.29 28.99 31.19 29.4 31.27 366.76 50.94
Keterangan: Me
: melompat
Mbp
: Membersihkan paruh
Mbs
: Membawa bahan sarang
Su
: Bersuara
Trb
: Terbang
Mgs
: Membangun sarang
Jln
: Berjalan
Dm
: Diam
Mrt
: Mengerami telur
Mbk
: Membuang kotoran
Mkn
: Makan
Sd
: Saling dekat
Gsr
: Bergeser
Mnm
: Minum
Snt
: Saling menelisik tubuh
Mnb
: Menelisik bulu
Mnd
: Mandi
Mlt
: Mengeluarkan telur
Sd 0.01 0.57 0.35 1.47 0.4 1.11 0.74 1.02 1.6 0.92 3.15 1.41 12.75 1.77
Snt 0 0.17 0 0.21 0.08 0.25 0 0.21 0.23 0.24 0.45 0.22 2.06 0.29
Mlt 0 0 1.08 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.08 0.15
Jumlah 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 720 100
76
Lampiran 6 Hasil perhitungan uji khi kuadrat aktivitas melompat pada jalak bali terhadap jenis kelamin Lama rata-rata waktu
Jenis kelamin
(menit)
Jantan
15.93
Betina
13.65
Total
29.58
Hipotesis: H0
= tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan aktivitas harian jalak bali
H1
= ada hubungan antara jenis kelamin dengan aktivitas harian jalak bali
Db= (p-1) = 5-1 = 4; X2 tabel untuk α0.99 = 0.297 Ei= X2 hitung= ∑
.
= =
. .
.
. .
= 14.29 +
.
. .
= 0.22
X2 hitung < X2 tabel (0.99;4) X2 hitung tidak nyata pada X2 tabel (0.99;4) Keputusan
= Terima H0
Kesimpulan
= Tidak ada hubungan antara aktivitas melompat dengan jenis kelamin jalak bali.
77
Lampiran 7 Perhitungan persentase daya tetas telur, perkembang biakan induk dan angka kematian piyik di Penangkaran UD. Anugrah
Persentase daya tetas
Tingkat perkembang
telur
biakan induk
No
Tahun
1
2009
96/192 X 100% = 50%
4/10 X 100% = 40%
48/192 X 100% = 25%
2
2010
120/240 X 100% = 50%
5/10 X 100% = 50%
60/240 X 100% = 25%
3
2011
168/336 X 100% = 50%
7/10 X 100% = 70%
84/336 X 100% = 25%
4
2012
240/480 X 100% = 50%
10/10 X 100% = 100%
120/480 X 100% = 25%
Angka kematian piyik
78
Lampiran 8 Keputusan Kepala Balai Besar KSDA Alam Jawa Timur mengenai pemberian izin kepada Penangkaran UD. Anugrah sebagai pengumpul/pengedar jalak bali
79
Lampiran 8 Lanjutan
80
Lampiran 8 Lanjutan