AKTIVITAS TINGKAH LAKU HARIAN LUTUNG MERAH JANTAN (Presbytis rubicunda) PADA SIANG HARI DI PENANGKARAN
SKRIPSI ADHI IRAWAN
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN Adhi Irawan. D14052519. 2011. Aktivitas Tingkah Laku Harian Lutung Merah Jantan (Presbytis rubicunda) pada Siang Hari di Penangkaran. Skripsi. Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. PembimbingUtama : Ir. Hotnida. C.H. Siregar, M.Si PembimbingAnggota : Dr. Wartika Rosa Farida Lutung merah (Presbytis rubicunda) merupakan satwa liar yang termasuk dalam kelompok Old World Monkey. Populasi lutung merah saat ini mengalami penurunan dan dikuatirkan akan menjadi langka dan akhirnya punah. Penangkaran merupakan salah satu upaya secara ex situ untuk mempertahankan populasinya tetap. Informasi mengenai perilaku lutung merah di penangkaran sangat terbatas. Penggalian informasi perilaku lutung merah penting untuk manajemen pemeliharaan di penangkaran. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari aktivitas tingkah laku harian dan pemilihan pakan pada lutung merah pada siang hari di penangkaran. Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus - September 2010 di Penangkaran Mamalia, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong. Materi yang digunakan adalah satu ekor lutung merah jantan berumur tiga tahun lebih. Peubah yang diamati yaitu aktivitas harian lutung (makan, minum, defekasi, urinasi, lokomosi, grooming, vokalisasi dan istirahat) dan pemilihan jenis pakan. Jenis pakan yang diberikan terdiri atas delapan jenis, yaitu daun bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), daun beringin (Ficus benjamina), sawi putih (Brassica rapa ssp. pekinensis), kacang panjang (Vigna sinensis), pisang siam (Musa paradisiaca), apel malang (Malusdomestica), jambu biji (Psidium guajava) dan ubi jalar (Ipomoea batatas). Pengamatan dilakukan mulai pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 WIB. Setiap periode pengamatan dibagi lagi dengan interval waktu selama 15 menit. Pengambilan data menggunakan metode one zero sampling. Nilai satu diberikan bila ada aktivitas yang dilakukan dan nol bila tidak ada aktivitas. Data dianalisis secara deskriptif. Aktivitas pemilihan pakan lutung merah di penangkaran memperlihatkan sifat selektif terhadap pakan yang diberikan. Urutan pemilihan pakan berdasarkan jenis pakan berturut-turut adalah daun beringin, ubi jalar, pisang siam, apel malang, jambu biji, sawi putih, daun bunga kupu-kupu dan kacang panjang. Aktivitas istirahat (32,13%) mendominasi seluruh kegiatan lutung merah kemudian disusul aktivitas grooming (29,77%), lokomosi (13,36%), vokalisasi (12,66%), makan (8,36%), urinasi (2,17%), defekasi (1,11%) dan minum (0,43%). Kata kunci
: Presbytis rubicunda, tingkah laku, penangkaran
ABSTRACT Daily Behaviour Activity of Male Maroon Leaf Monkey (Presbytis rubicunda) During The Day in Captivity A. Irawan, H. C. H. Siregar, and W. R. Farida Maroon leaf monkey (Presbytis rubicunda) is one species of old world monkey group. This species will be entirely disappeared due to reduction in its population. Captive breeding program (ex situ) is one method to conserve the species. Information about maroon leaf monkey is still limited, however maroon leaf monkey behaviour could give a lot of information about feeding, drinking, grooming, locomotion, urination, defecation, vocalization and resting which is useful for keeping them in captivity. The study of daily behaviour of male maroon leaf monkey and feed preference in captivity was conducted at Research Centre for Biology LIPI, Cibinong. This study used one male maroon leaf monkey aged three years old. The observation was started from 06.00 a.m until 06.00 p.m with 15 minutes interval time. Type of diets were orchid-tree leaf (Bauhinia purpurea), weeping fig leaf (Ficus Benjamina), napa cabbage (Brassica rapa ssp. pekinensis), long bean (Vigna sinensis), bananas (Musa paradisiaca), rome beauty apple (Malus domestica), guava (Psidium guajava) and sweet potatoes (Ipomoea batatas). Variables measured were daily behaviour activity (feeding, drinking, urination, defecation, locomotion, grooming, vocalization and resting) and feed selection. The data were collected using one zero sampling method and analyzed using descriptive analysis. The most activity in captivity were resting (32.13%) followed by grooming (29.77%), locomotion (13.36%), vocalization (12.66%), feeding (8.36%), urination (2.17%), defecation (1.11%) and drinking (0.43%). Maroon leaf monkey preferred to eat weeping fig leaf, sweet potatoes, bananas, rome beauty apple, guava, napa cabbage, orchid-tree leaf and long bean respectively. Keywords
: Presbytis rubicunda, behaviour, captivity
AKTIVITAS TINGKAH LAKU HARIAN LUTUNG MERAH JANTAN (Presbytis rubicunda) PADA SIANG HARI DI PENANGKARAN
ADHI IRAWAN D14052519
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Skripsi : Aktivitas Tingkah Laku Harian Lutung Merah Jantan (Presbytis rubicunda) pada Siang Hari di Penangkaran Nama
: Adhi Irawan
NIM
: D14052519
Menyetujui:
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Hotnida C. H. Siregar, M.Si NIP. 19620617 199003 2 001
Dr. Wartika Rosa Farida NIP. 19590131 198403 2 001
Mengetahui: Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB
Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal Sidang : 22 Agustus 2011
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Alm. F.X. Gunarsa Irianta dan Ibu Susilowati. Penulis dilahirkan di Semarang, Jawa Tengah, pada tanggal 21 Januari 1988. Pendidikan Penulis diawali dari Taman Kanak-kanak Taman Putra Semarang pada tahun 1992, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Perumnas Banyumanik IX Semarang pada tahun 1993. Tahun 1999, Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 21 Semarang kemudian menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Semarang pada tahun 2002. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2005. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif berorganisasi di Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan (Himaproter), Organisasi Mahasiswa Daerah Asal Semarang (OMDA Patra Atlas Semarang), dan Tim Pendamping Asisten Mata Kuliah Agama Katholik, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR Rasa syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Aktivitas Tingkah Laku Harian Lutung Merah Jantan (Presbytis rubicunda) pada Siang Hari di Penangkaran” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis berdasarkan hasil penelitian di Penangkaran Mamalia, Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesian, Cibinong, Bogor yang dimulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan September 2010. Populasi lutung merah sebagai satwa liar keberadaannya di alam berstatus least concern, yang berarti populasi lutung merah mengalami penurunan dan dikuatirkan akan punah apabila tidak dilakukan perlindungan dan pelestarian. Penangkaran merupakan salah satu cara dalam menyelamatkan populasi lutung merah sebagai satwa liar dari kepunahan. Informasi mengenai aktivitas tingkah laku harian dan pemilihan pakan lutung merah di penangkaran masih sangat terbatas. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam menentukan teknik dan manajemen penangkaran lutung merah. Aktivitas harian lutung merah merupakan upaya pemenuhan kebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi, kesehatan dan kesejahteraan satwa. Pemilihan pakan juga menjadi faktor penentu dalam membuat teknik dan manajemen penangkaran yang baik untuk lutung merah karena hal ini menunjukkan preferensi lutung merah terhadap jenis pakan. Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap informasi mengenai tingkah laku dan pemilihan pakan ini dapat digunakan sebagai acuan dasar bagi para peneliti dan penangkar. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin.
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ......................................................................................................... ii ABSTRACT ........................................................................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................v RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ....................................................................................................x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii PENDAHULUAN Latar Belakang .............................................................................................1 Tujuan ..........................................................................................................2 TINJAUAN PUSTAKA Satwa Primata...............................................................................................3 Lutung Merah (Presbytis rubicunda) ...........................................................3 Klasifikasi ........................................................................................3 Morfologi .........................................................................................4 Habitat ..............................................................................................5 Penyebaran .......................................................................................5 Status Konservasi .............................................................................6 Tingkah Laku ...............................................................................................6 Tingkah Laku Makan .......................................................................8 Tingkah Laku Grooming ..................................................................8 Tingkah Laku Lokomosi ..................................................................9 Tingkah Laku Istirahat .....................................................................9 Tingkah Laku Reproduksi ..............................................................10 Tingkah Laku Vokalisasi ...............................................................10 Pakan Lutung .............................................................................................11 Jenis Pakan .................................................................................................11 Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) ........................................12 Beringin (Ficusbenjamina) ............................................................13 Sawi Putih (Brassica rapa ssp. pekinensis) ...................................13 Kacang Panjang (Vigna sinensis) ...................................................14 Pisang Siam (Musa paradisiaca) ...................................................14 Apel Malang (Malus domestica) ....................................................14 Jambu Biji (Psidium guajava)........................................................15 Ubi Jalar (Ipomoea batatas) ...........................................................15
Pemilihan dan Konsumsi Pakan ................................................................................ 15 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu .......................................................................................... 17 Materi ............................................................................................................. 17 Hewan ................................................................................................ 17 Kandang ............................................................................................. 17 Peralatan............................................................................................. 18 Pakan .................................................................................................. 18 Prosedur ......................................................................................................... 18 Peubah yang Diamati ......................................................................... 19 Analisis Data .................................................................................................. 19 Persentase Tingkah Laku ................................................................... 19 Ranking Pemilihan Pakan .................................................................. 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum ............................................................................................. 21 Kondisi Penangkaran ......................................................................... 21 Kondisi Lingkungan .......................................................................... 21 Kondisi Kandang ............................................................................... 22 Aktivitas Tingkah Laku Lutung Merah Jantan .............................................. 23 Aktivitas yang Berhubungan Langsung dengan Pola Makan Lutung ........... 26 Aktivitas Makan ................................................................................. 26 Aktivitas Minum ................................................................................ 29 Aktivitas Urinasi ................................................................................ 30 Aktivitas Defekasi.............................................................................. 31 Aktivitas yang Mempengaruhi Pola Makan Lutung ...................................... 32 Aktivitas Lokomosi............................................................................ 33 Aktivitas Grooming ........................................................................... 34 Aktivitas Vokalisasi ........................................................................... 36 Aktivitas Istirahat ............................................................................... 37 Pemilihan Pakan ............................................................................................ 38 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................................... 42 Saran .............................................................................................................. 42 UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................................... 43 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 44 LAMPIRAN............................................................................................................... 49
ix
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Kandungan Bahan Kering dan Nutrien Pakan Lutung Merah ....................... 12
2.
Urutan Pemilihan Pakan pada Lutung Merah Jantan..................................... 39
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Lutung Merah (Presbytis rubicunda) .............................................................. 4
2.
Lutung Merah Jantan dalam Kandang ........................................................... 17
3.
Persentase Aktivitas Harian Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan ...... 24
4.
Aktivitas Lutung yang Berhubungan Langsung dengan Pola Makan Lutung Merah Jantan ..................................................................................... 26
5.
Aktivitas Makan pada Lutung Merah ............................................................ 28
6.
Aktivitas Minum pada Lutung Merah ........................................................... 30
7.
Aktivitas Urinasi dan Defekasi pada Lutung Merah ..................................... 31
8.
Aktivitas Lutung yang Mempengaruhi Pola Makan Lutung Merah Jantan... 32
9.
Aktivitas Lokomosi pada Lutung Merah ....................................................... 34
10.
Aktivitas Grooming pada Lutung Merah ....................................................... 35
11.
Aktivitas Vokalisasi pada Lutung Merah ...................................................... 36
12.
Aktivitas Istirahat pada Lutung Merah .......................................................... 38
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 06.00-07.00 WIB ................................................................................. 50
2.
Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 07.00-08.00 WIB ................................................................................. 51
3.
Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 08.00-09.00 WIB ................................................................................. 52
4.
Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 09.00-10.00 WIB ................................................................................. 53
5.
Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 10.00-11.00 WIB ................................................................................. 54
6.
Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 11.00-12.00 WIB ................................................................................. 55
7.
Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 12.00-13.00 WIB ................................................................................. 56
8.
Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 13.00-14.00 WIB ................................................................................. 57
9.
Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 14.00-15.00 WIB ................................................................................. 58
10.
Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 15.00-16.00 WIB ................................................................................ 59
11.
Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 16.00-17.00 WIB ................................................................................. 60
12.
Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 17.00-18.00 WIB ................................................................................. 61
13.
Rataan Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan ........................ 62
14.
Persentase Rataan Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan ...... 63
15.
Urutan Pemilihan Jenis Pakan pada Lutung Merah Jantan............................ 64
16.
Ranking Pemilihan Jenis Pakan pada Lutung Merah Jantan ......................... 65
17.
Data Suhu dan Kelembaban Selama Pengamatan ......................................... 66
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati (biodiversity) baik flora maupun fauna. Kekayaan ini merupakan asset bangsa yang harus dijaga kelestariannya demi kepentingan masa depan Indonesia. Salah satu keanekaragaman fauna tersebut adalah lutung merah (Presbytis rubicunda) dari jenis primata, yang saat ini populasinya mengalami penurunan dan diperkirakan terancam punah. Sudah selayaknya bangsa Indonesia wajib mempertahankan dan menjaga populasi yang ada agar populasi lutung merah tidak punah. Kepunahan satwa liar ini pada umumnya disebabkan oleh tingkah laku manusia yang tidak bertanggung jawab. Perburuan liar dan penjualan satwa secara ilegal sangat banyak terjadi, sehingga populasi satwa tersebut semakin berkurang. Selain itu, hutan-hutan yang merupakan habitat asli dari satwa liar banyak dijadikan sebagai lahan perkebunan untuk mencukupi kebutuhan pangan manusia. Akibatnya satwa liar tersebut akan mati dan berkurang populasinya karena habitat aslinya sudah tidak ada lagi. Lutung merah adalah salah satu satwa liar yang dilindungi berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 421/Kpts/Um/8/1970, SK Menteri Kehutanan tanggal 10 Juni 1991, No. 301/Kpts-II/1991, serta Undang-undang No. 5 Tahun 1990 yang makin memperkuat perlindungan akan satwa tersebut. IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resource) menyatakan status konservasi lutung merah adalah least concern, artinya rentan terhadap gangguan dan dikuatirkan akan punah apabila tidak dilakukan perlindungan dan pelestarian habitatnya (Supriatna dan Wahyono, 2000). Metode konservasi dengan sistem penangkaran (ex situ) merupakan suatu upaya untuk mempertahankan populasi satwa liar yang mulai terancam punah. Prinsip yang harus diperhatikan dalam usaha penangkaran adalah memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan satwa untuk hidup layak dengan mengkondisikan lingkungannya seperti pada habitat alaminya, sehingga satwa tersebut dapat berproduksi dengan baik. Selain itu, keberhasilan usaha budidaya dari suatu spesies sangat didukung oleh pengetahuan pola tingkah laku hariannya yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan dan kelangsungan hidup satwa tersebut.
Informasi mengenai perilaku lutung merah di penangkaran masih sangat terbatas, padahal perilaku tersebut dapat memberikan gambaran dan informasi tentang cara makan, minum, grooming, lokomosi, urinasi dan istirahat. Selain itu informasi mengenai pemilihan pakan diperlukan juga untuk mengetahui preferensi pakan lutung merah guna memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi. Seluruh informasi ini dapat membantu atau memperbaiki manajemen pemeliharaan lutung merah di penangkaran menjadi lebih baik dan efisien, sehingga satwa tersebut dapat berkembang lebih baik untuk mempertahankan populasinya dari kepunahan.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mempelajari, dan menganalisis aktivitas perilaku harian dan aktivitas pemilihan pakan lutung merah jantan pada siang hari yang terdapat di Penangkaran Mamalia, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong, guna mendukung produktivitas lutung merah. Informasi ilmiah hasil penelitian ini dapat membantu mengatasi masalah konservasi terutama dalam hal penerapan zooteknik pengelolaan lutung merah. Keberhasilan penangkaran merupakan langkah awal dalam memulai budidaya lutung merah.
2
TINJAUAN PUSTAKA Satwa Primata Satwa primata merupakan satu ordo tersendiri yang disebut dengan nama ordo primata yang termasuk manusia di dalamnya. Ordo primata terdiri dari dua subordo, yaitu Prosimii dan Anthropoidea. Subordo Anthropoidea terbagi menjadi New World Monkey, Old World Monkey, Apes dan manusia. Lutung termasuk ke dalam grup Old World Monkey. Ciri-ciri Old World Monkey adalah sebagai berikut : 1) mempunyai ischial pads, 2) mempunyai colon yang terbagi atas bagian ascending, transverse dan descending (adanya sigmoid flexure), dan 3) tidak mempunyai appendix (Sajuthi, 1984). Sajuthi (1984) juga menyatakan bahwa pemeliharaan satwa primata meliputi cara pemberian pakan, jenis pakan yang diberikan, minuman, pembersihan kandang, dan pemeriksaan kesehatan atau kesejahteraan satwa. Golongan Old World Monkey yang sudah dewasa memerlukan pakan yang mengandung 15% protein untuk betina bunting, dan menyusui sebesar 25% protein.
Lutung merah (Presbytis rubicunda)
Klasifikasi Taksonomi dari lutung merah (Presbytis rubicunda), adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Primata
Familia
: Cercopithecidae
Genus
: Presbytis
Spesies
: Presbytis rubicunda (Muller 1838)
Lutung merah (Presbytis rubicunda) dibagi menjadi beberapa subspesies, yaitu P. r. rubicunda, P. r. rubida, P. r. ignita, P. r. carimatae dan P. r. chrysea (Napier dan Napier, 1967).
Morfologi Lutung merah memiliki bulu berwarna merah sampai jingga kemerahmerahan dengan warna pada daerah perut lebih terang daripada warna pada daerah tangan dan ujung ekor. Bobot badan jantan dewasa lutung merah berkisar antara 6,29 kg dan untuk betina dewasa berkisar antara 6,17 kg (Fleagle, 1999).
Gambar 1. Lutung Merah (Presbytis rubicunda) (Sumber : Farida, 2009)
Lutung merah memiliki kelenjar ludah yang besar dibandingkan dengan jenis lutung lainnya dan rahang yang dalam dengan formulasi gigi 2:1:2:3 pada kedua rahang, rahang atas dan rahang bawah. Gigi seri lutung merah kecil, akan tetapi gigi gerahamnya tajam. Spesies ini memiliki perut kelenjar yang berfungsi dalam pencernaan selulosa. Selain itu, pada perut lutung merah juga mengandung mikroba yang membantu dalam pencernaan selulosa menjadi asam lemak melalui proses fermentasi secara anaerob (Davies et al., 1988).
4
Habitat Habitat lutung untuk hidup terutama adalah di kawasan hutan hujan, namun lutung juga terkadang sering juga dijumpai di daerah perkebunan karet, hutan primer pegunungan, atau hutan sekunder daerah perbukitan hingga 600 m dari permukaan laut. Lutung termasuk hewan siang hari (diurnal) dan sangat aktif pada pagi dan sore hari (Supriatna et al., 1986). Satwa ini hidup di pepohonan secara bergerombol antara 9-30 ekor terdiri dari satu lutung jantan dewasa dan lutung-lutung betina yang secara komunal membesarkan anak lutung. Lutung jantan dewasa pada kelompok tersebut akan melindungi kelompok dan wilayahnya dari lutung-lutung yang lain (Nurwulan, 2002). Spesies lutung merah (Presbytis rubicunda) hidup di hutan dengan ketinggian kurang dari 2.000 m di atas permukaan laut. Selain itu, lutung merah juga dapat hidup di hutan rawa (Chivers dan Burton, 1988). Lutung merah banyak ditemukan di pulau Kalimantan, propinsi Kalimantan Barat, negara Indonesia. Subspesies P. r. carimatae lebih memilih hidup di hutan rawa dan terkadang mengunjungi kebun penduduk setempat untuk mencari makan (Yanuar et al., 1993).
Penyebaran Penyebaran lutung merah (Presbytis rubicunda) terdapat di Pulau Kalimantan, negara Indonesia (Kalimantan dan Pulau Karimata) dan Malaysia (Sabah dan Sarawak), dan kemungkinan juga terdapat di Brunei. Subspesies P. r. rubicunda dapat ditemukan di bagian Timur Sungai Barito dan bagian Selatan Sungai Mahakam, sebelah Tenggara Kalimantan. Subspesies P. r. rubida, banyak ditemukan di bagian Selatan Sungai Kapuas dan bagian Barat Sungai Barito. Sepanjang Sungai Kapuas bagian Utara sampai Sarawak, Malaysia, subspesies P. r. ignita banyak ditemukan. Subspesies ini kemungkinan juga dapat ditemukan di Sungai Baram, perbatasan Brunei. Subspesies P. r. chrysea tersebar dalam jumlah kecil di bagian Timur Sabah, Malaysia dekat Kinabatangan. Subspesies P. r. carimatae hanya terdapat di Pulau Karimata (Groves, 2001). Selain itu, lutung merah juga dapat ditemui di Cagar Alam Tanjung Puting dan Cagar Alam Pleihari Martapura, Kalimantan Tengah (Chivers dan Burton, 1988). 5
Status Konservasi Lutung merah adalah salah satu satwa liar yang dilindungi, hal ini sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 421/Kpts/Um/8/1970, SK Menteri Kehutanan tanggal 10 Juni 1991 No. 301/Kpts-II/1991. Status konservasi lutung merah ini terdaftar dalam Appendix II CITES (Nijman dan Meijaard, 2008). IUCN menyatakan status konservasi lutung merah adalah least concern, artinya rentan terhadap gangguan dan dikuatirkan akan punah apabila tidak dilakukan perlindungan dan pelestarian habitatnya (Supriatna dan Wahyono, 2000). Perlindungan terhadap lutung merah makin dikuatkan dengan adanya UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Satwa langka tersebut tidak boleh diperjualbelikan. Menurut Antara News (2007), bagi pelaku perdagangan satwa dilindungi dapat dikenakan hukuman penjara maksimum lima tahun dan denda Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Tingkah Laku Tingkah laku satwa adalah respon atau ekspresi satwa oleh adanya rangsangan atau stimulus atau agen yang mempengaruhinya. Terdapat dua macam rangsangan yaitu rangsangan dalam dan rangsangan luar. Rangsangan dalam antara lain adalah faktor fisiologis, sekresi hormon, faktor motivasi dan dorongan alat insentif sebagai akibat aktivitas. Rangsangan luar dapat berbentuk suara, pandangan, tenaga mekanis dan rangsangan kimia (Mukhtar, 1986). Sebagian besar satwa liar mempunyai berbagai aktivitas tingkah laku yang dapat dicobakan untuk suatu situasi, dengan demikian satwa belajar menerapkan salah satu aktivitas yang menghasilkan penyesuaian terbaik (Alikodra, 1990). Tingkah laku merupakan suatu aktivitas yang perlu melibatkan fungsi fisiologis. Setiap macam tingkah laku melibatkan penerimaan rangsangan melalui panca indera, perubahan rangsangan-rangsangan ini menjadi aktivitas neural, aksi integrasi susunan syaraf dan akhirnya aktivitas berbagai organ motorik, baik internal maupun eksternal. Tingkah laku yang diarahkan untuk suatu tujuan (seperti makan, minum, tidur dan seksual) terdiri dari tiga tahap yang jelas dan terjadi secara siklis. Tiga tahap tersebut yaitu tingkah laku apetitif, konsumatoris 6
dan refraktoris. Tahap apetitif dapat sederhana atau kompleks, sering mencakup mencari dari tingkah laku yang diubah dan yang banyak dipelajari. Tahap konsumatoris relatif cenderung untuk konsisten, memperlihatkan sedikit perbedaan dari individu yang satu terhadap individu lain dan sebagian besar dapat instingtif. Tahap refraktoris mencakup hilangnya perhatian dan berhentinya aktivitas konsumatoris, meskipun kesempatan untuk memberi respon selalu ada (Tanudimadja dan Kusumamihardja, 1985). Satwa liar mempunyai berbagai tingkah laku dan proses fisiologis untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya. Menurut Mukhtar (1986), aktivitas tingkah laku dapat dikelompokkan ke dalam sembilan sistem tingkah laku, yaitu : (1) tingkah laku ingestive atau tingkah laku makan dan minum; (2) tingkah laku shelter seeking atau mencari perlindungan adalah kecenderungan mencari kondisi lingkungan yang optimum dan menghindari bahaya; (3) tingkah laku agonistik atau tingkah laku persaingan antara dua satwa yang sejenis, umumnya terjadi pada saat musim kawin; (4) tingkah laku seksual yang merupakan tingkah laku peminangan (courtship), kopulasi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan hubungan satwa jantan dan betina satu jenis; (5) care giving atau epimelitic adalah pemeliharaan terhadap anak (maternal behaviour); (6) care soliciting atau et-epimelitic atau tingkah laku meminta dipelihara yang merupakan tingkah laku individu muda untuk dipelihara oleh yang dewasa; (7) tingkah laku eliminative atau tingkah laku membuang kotoran; (8) tingkah laku allelomimetik adalah tingkah laku meniru salah satu anggota kelompok untuk melakukan pekerjaan yang sama dengan beberapa tahap rangsangan dan koordinasi yang berbalas-balasan; dan (9) tingkah laku investigative atau tingkah laku memeriksa lingkungannya. Tingkah laku kehidupan primata di alam adalah hidup secara berkelompok. Menurut Jolly (1972) dalam Nurwulan (2002), ada dua alasan primata hidup berkelompok, yaitu didorong oleh adanya faktor pemangsa atau predator dan faktor pakan. Primata yang hidup berkelompok, individu anggota kelompoknya terdiri dari beberapa tingkatan umur dan jenis kelamin.
7
Tingkah Laku Makan Secara umum hewan mempunyai tiga cara dalam memperoleh pakan, yaitu : (1) tetap berada di tempat dan pakan datang sendiri, (2) berjalan untuk mencari makan, dan (3) menjadi parasit bagi organisme lain. Tingkah laku makan dipengaruhi oleh faktor genetik, suhu lingkungan, jenis pakan yang tersedia dan habitat (Warsono, 2002). Tingkah laku makan disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar (pakan) dan rangsangan dari dalam (adanya kebutuhan atau rasa lapar). Tingkah laku ini berkembang sesuai dengan perkembangan dari proses belajar (Alikodra, 1990). Menurut Tomaszewska et al. (1991), tingkah laku makan, minum dan kegiatan lain yang berhubungan dengan hal tersebut digolongkan ke dalam tingkah laku ingestif. Lutung merupakan satwa primata yang bersifat folivorus (pemakan dedaunan) dan gramnivorus (pemakan biji-bijian), maka umumnya pakannya adalah dedaunan dan biji-bijian, namun pencernaannya yang sangat panjang memungkinkannya untuk memakan buah-buahan, kuncup-kuncup daun muda dan pada kondisi tertentu memakan telur-telur burung. Tajuk hutan secara vertikal di daerah hutan hujan tropika sangat penting untuk penyediaan makanan primata (Rijksen, 1978). Dedaunan dan pucuk-pucuk daun ini terletak di ujungujung ranting pohon, posisi tubuh lutung akan berada di atas cabang yang besar dan meraih ranting tersebut atau lutung duduk di atas ranting lain yang masih mampu menopang tubuhnya, kemudian baru mengambil daun yang berada di cabang ranting lain (Fleagle, 1978). Daun yang dikonsumsi umumnya daun muda yaitu tiga lembar pucuk di bagian ranting, selanjutnya bunga dan buah. Daun, bunga, atau buah tersebut dapat diambil secara langsung dengan menggunakan mulut atau dengan cara memetiknya terlebih dahulu lalu dimasukkan ke dalam mulut. Daun dimakan satu persatu atau dengan cara menggabungkan dua atau lebih daun sekaligus untuk digigit, setiap gigitan dikunyah antara 10-30 kali (Prayogo, 2006).
Tingkah Laku Grooming Tingkah laku grooming adalah kegiatan menyisik badan dan mencari kutu yang merupakan tingkah laku sosial yang umum dilakukan oleh primata. Pada 8
lutung, kegiatan ini terjadi antara induk dan anak, satu induk dengan induk lain, atau antara tiga individu, yaitu antara anak, induk dan individu dewasa lainnya (Eimerl dan de Vore, 1974). Kondisi ekologi juga mempengaruhi frekuensi interaksi sosial. Pada daerah yang subur, interaksi sosial akan lebih tinggi daripada di daerah yang kurang subur. Tingkah laku sosial pada primata umumnya berimbang antara persaingan dan kerjasama. Umumnya kegiatan memelihara, berkumpul dan tingkah laku kerjasama lainnya, pada semua jenis primata, dimulai pada saat masa anak-anak (Smuth et al., 1987).
Tingkah Laku Lokomosi Menurut Fleagle (1978), pergerakan lutung dapat dibedakan menjadi empat berdasarkan penggunaan tungkainya, yaitu (1) quadrupedal : berjalan dan berlari,
yaitu
bergerak
secara
kontinyu,
biasanya
bergerak
horizontal
menggunakan keempat tungkainya; (2) leaping : melompat secara terputus-putus dan berlangsung sangat cepat, gerakan ini menggunakan dua tungkai belakang dan saat mendarat menggunakan tungkai depan atau tungkai belakang, gerakan ini bila dilakukan secara terus-menerus disebut hopping; (3) climbing : gerakan secara kontinyu, biasanya berupa gerakan vertikal menggunakan variasi antara keempat tungkainya, kedua tangannya digunakan untuk menarik tubuhnya ke atas sedangkan kedua kakinya digunakan untuk mendorong; dan (4) arm-swinging : gerak menggantung dan mengayun dari satu pohon ke pohon lainnya. Lutung merah (Presbytis rubicunda) bergerak secara quadrupedal.
Tingkah Laku Istirahat Tingkah laku istirahat berlangsung apabila satwa primata relatif tidak bergerak, misalnya duduk, berdiri, tidur, atau berbaring pada tenggeran. Kegiatan istirahat pada primata termasuk lutung umumnya dipengaruhi oleh tingkat suhu dan kelembaban (Prayogo, 2006). Aktivitas istirahat terbagi ke dalam dua tipe, yaitu istirahat total dan istirahat sementara. Istirahat total artinya lutung melakukan posisi badan seperti duduk, diam tak bergerak dan tidur, sedangkan istirahat sementara adalah keadaan atau posisi badan yang tidak bergerak yang dilakukan diantara aktivitas hariannya. Waktu istirahat penting dilakukan oleh 9
lutung dan primata lainnya untuk mencerna dedaunan yang telah dikonsumsinya (Alikodra, 1990).
Tingkah Laku Reproduksi Tingkah laku reproduksi lutung akan dimulai dengan lutung betina yang melakukan pergerakan secara berirama dari satu sisi ke sisi yang lain dan kemudian maju lalu menggerakkan kepalanya ke arah lutung jantan. Seekor lutung jantan tidak selalu mengawini seekor lutung betina yang menunjukkan tingkah laku ingin dikawini (birahi), namun ketika seekor lutung jantan mengawini lutung betina maka frekuensi perkawinan akan berlipat ganda. Jika dua lutung betina memohon untuk dikawini oleh seekor lutung jantan secara serempak, maka kedua betina tersebut akan dikawininya dan apabila seekor lutung jantan berpaling dari lutung betina yang ingin dikawini, maka lutung betina tersebut akan maju untuk melakukan pendekatan dengan lutung jantan (Bernstein, 1968).
Tingkah Laku Vokalisasi Lutung merah merupakan spesies arboreal, satwa yang hidup di atas pepohonan, sehingga lutung jarang meninggalkan pohon-pohon besar tempatnya tinggal secara alami. Spesies ini hidup berkelompok antara 2-13 individu di dalamnya. Kelompok ini akan terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang bertugas untuk mencari pakan pada pagi hari. Setelah mencari pakan, kelompokkelompok kecil ini beristirahat saat siang hari dan kembali berkumpul pada waktu sore hari. Tingkah laku vokalisasi yang dilakukan oleh lutung merah diantaranya adalah : (1) panggilan keras dan panjang, yang dilakukan oleh lutung merah jantan dewasa berfungsi untuk menunjukkan batas wilayah kekuasaan mereka dan (2) panggilan peringatan, yang dilakukan oleh lutung merah jantan dewasa apabila mereka melihat adanya penyusup atau gangguan (Supriatna et al., 1986).
10
Pakan Lutung Pakan lutung umumnya adalah dedaunan, namun pencernaannya yang sangat panjang memungkinkannya untuk memakan buah-buahan, kuncup-kuncup daun muda, biji-bijian dan pada kondisi tertentu memakan telur-telur burung. Variasi pakan inilah yang mengakibatkan lutung disebut herbivora. Tajuk hutan secara vertikal di daerah hutan hujan tropika sangat penting untuk penyediaan pakan primata (Rijksen, 1978). Lutung memiliki gigi molar yang lebar dan besar, hal ini menunjukan adanya adaptasi anatomi terhadap berbagai jenis pakan (Suwelo, 1982). Lutung sebagai pemakan dedaunan memiliki saluran pencernaan yang rumit, namun keuntungannya ialah saluran tersebut dapat mencerna dedaunan yang tua. Hal ini terjadi karena di dalam perutnya terdapat banyak bakteri yang dapat mengubah selulosa dan melepaskan energi (MacDonald, 1984). Menurut Smuth et al. (1987), semua primata memiliki kebutuhan yang sama dalam mendapatkan energi, asam amino, mineral, vitamin, air dan asam lemak tertentu. Namun, betina yang menyusui akan membutuhkan protein dan mineral yang lebih banyak dari yang tidak menyusui. Lutung makan dengan menggunakan kedua tangannya. Biasanya setelah mengambil pakan, lutung membawa pakannya ke atas atau batang pohon yang sengaja diletakkan di dalam kandang. Posisi yang sering dilakukan lutung ketika makan adalah posisi duduk di batang pohon dan makan di atas jeruji besi dengan posisi tangan kiri memegang besi dan tangan yang lainnya digunakan untuk memasukkan pakan ke dalam mulutnya (Nurwulan, 2002). Rataan konsumsi bahan kering di penangkaran yang dilaporkan Farida (2010), sejumlah 78,09 g/ekor/hari dan kebutuhan nutrisinya sebesar 6,31% abu, 12,06% protein kasar, 3,74% serat kasar dan 64,32% bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Jenis Pakan Pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh hewan. Secara umum dapat dikatakan bahwa jenis pakan merupakan bahan-bahan pakan yang dapat dimakan atau edible. Bahan pakan mengandung zat-zat makanan, yaitu komponen-komponen yang ada dalam bahan pakan tersebut yang 11
dapat digunakan oleh hewan (Tillman et al., 1991). Kandungan zat makanan pada pakan lutung merah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Bahan Kering dan Nutrien Pakan Lutung Merah
Jenis Pakan
Daun Bunga Kupu-kupu1) Daun Beringin2) Sawi Putih2) Kacang Panjang3) Pisang Siam2) 2)
Apel Malang Jambu Biji Ubi Jalar
2)
2)
Bahan Ekstrak GE Abu Tanpa (kal/g) Nitrogen (BETN) ..……………………………(% BK)…………………………......
Bahan Kering (BK)
Protein Kasar (PK)
Lemak Kasar (LK)
Serat Kasar (SK)
88,60
9,40
21,13
3,90
28,20
37,40
4591
25,05
13,78
14,35
8,82
39,45
23,60
4335
12,32
11,32
50,81
1,17
17,09
19,61
4495
9,21
0,53
2,65
0,23
1,59
95,00
437
35,02
3,59
2,91
0,81
3,25
89,44
3203
26,95
0,79
0,75
1,02
9,94
87,50
1326
28,07
4,13
1,46
4,66
34,06
55,68
4649
19,29
3,20
3,81
0,13
2,73
90,13
3340
1)
Sumber : Hadiati (2003) 2) Laboratorium Pengujian Nutrisi Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong 3) Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institiut Pertanian Bogor
Bahan pakan tersebut merupakan bahan pakan yang akan diberikan pada lutung merah di penangkaran.
Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) Bauhinia purpurea adalah spesies tanaman berbunga dari keluarga Fabaceae yang berasal dari China Selatan (Hong Kong) dan Asia Tenggara. Tanaman ini berukuran sedang dengan daun yang besar berbentuk hati. Permukaan daunnya halus dan berbulu. Ukuran diameter daun dan tangkai daun berkisar antara 8-15 cm dan 4 cm. Tanaman ini biasanya berbunga pada bulan Oktober-Desember dengan bunga berwarna merah muda hampir putih (Rajaram dan Janardhanan, 1991).
12
Kegunaan dari tanaman bunga kupu-kupu adalah untuk mengobati demam, gangguan pencernaan, dan meredakan pertumbuhan kanker di perut (Janardhanan et al., 2003). Kandungan nutrisi daun bunga kupu-kupu dapat dilihat pada Tabel 1.
Beringin (Ficus benjamina) Beringin banyak ditemukan di tepi jalan, pinggiran kota atau tumbuh di tepi jurang. Pohonnya besar dengan tinggi 20-25 m dan memiliki sistem perakaran tunggang. Batang pohon beringin berbentuk bulat tegak, dengan permukaan kasar dan berwarna cokelat kehitaman. Percabangan batangnya simpodial, pada batang keluar akar gantung (akar udara). Daunnya tunggal berwarna hijau, bertangkai pendek, dengan letak menyilang dan saling berhadapan. Panjang daunnya 3-6 cm, lebar 2-4 cm dan sistem pertulangan daunnya menyirip. Bunga beringin tunggal, keluar dari ketiak daun, dengan kelopak berbentuk corong, mahkota berbentuk bulat dan berwarna kuning kehijauan (Hutapea, 1994). Kandungan nutrisi daun beringin dapat dilihat pada Tabel 1.
Sawi Putih (Brassica rapa ssp. pekinensis) Sawi putih dikenal dengan sebutan petsai atau sawi cina, merupakan jenis sayuran olahan dalam masakan. Tanaman sawi putih hidup di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 100 m di atas permukaan air laut. Tanaman ini tumbuh pada suhu 15-20 oC. Pada suhu di bawah 15 oC tanaman sawi putih cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 26 oC tidak dapat berbunga. Sawi putih tumbuh baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. Daun sawi putih berwarna hijau agak mengering. Daunnya memiliki urat daun dengan tekstur memanjang dan padat. Panjang urat daun dapat mencapai 25-40 cm tergantung pada kesuburan tanahnya. Urat-urat daun bagian tengah lebar berwarna pucat atau putih kekuning-kuningan (Aak, 1992). Kandungan nutrisi sawi putih dapat dilihat pada Tabel 1.
13
Kacang Panjang (Vigna sinensis) Kacang panjang berasal dari India dan Afrika Tengah. Kacang panjang merupakan tanaman perdu semusim. Daunnya majemuk tersusun atas tiga helai. Batangnya liat dan sedikit berbulu. Akarnya mempunyai bintil yang dapat mengikat nitrogen bebas dari udara. Bunga kacang panjang berbentuk kupu-kupu yang tangkai bunganya keluar dari ketiak daun. Setiap tangkai bunga mempunyai 3-5 bunga dengan warna bunga putih, biru, atau ungu. Buah kacang panjang berbentuk polong bulat panjang dan ramping. Panjang polong sekitar 10-80 cm. Warna polong hijau muda sampai hijau keputihan dan setelah tua warna polong putih kekuningan. Pada satu polong dapat terisi 8-20 biji kacang panjang (Haryanto et al., 2007). Komposisi nutrisi kacang panjang dapat diihat pada Tabel 1.
Pisang Siam (Musa paradisiaca) Pisang siam merupakan salah satu kultivar dari tanaman pisang yang termasuk dalam kelompok ABB (triploid). Pisang siam berdasarkan cara konsumsi buahnya termasuk dalam kelompok pisang yang langsung dapat dikonsumsi dan pisang olahan (Valmayor et al., 2000). Pisang mempunyai kandungan gizi yang baik dan menyediakan energi cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Mineral yang terdapat dalam buah pisang antara lain kalium, magnesium, fosfor, besi dan kalsium. Buah pisang juga mengandung vitamin B kompleks, B6, C dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak (Simmond, 1986). Komposisi nutrisi pisang siam ditunjukkan pada Tabel 1.
Apel Malang (Malus domestica) Apel malang adalah tanaman yang berasal dari Asia Barat. Pohonnya berukuran kecil antara 3-12 m dan daunnya berbentuk oval dengan panjang 5-12 cm. Bunganya berwarna putih dengan semburat merah muda yang terdiri dari lima petal dengan diameter 2,5-3,5 cm (Lauri et al., 2006). Tanaman ini berbuah pada musim gugur, ukuran diameter buahnya sebesar 5-12 cm dengan berat 75-300 g/buah. Buahnya berbentuk bulat, tetapi ada beberapa yang jorong dan 14
mempunyai lima sekat tidak nyata dengan pucuk buah yang berlekuk dangkal sampai agak dalam. Kulit buah apel malang berpori agak tebal dan kasar. Bagian kulit yang terkena sinar matahari biasanya berwarna merah, sedangkan yang tidak terkena sinar matahari berwarna hijau. Aroma buahnya tidak tajam dan rasanya segar karena mengandung cukup banyak air. Daging buahnya agak kasar dengan warna kekuningan (Yulianti et al., 2007). Komposisi nutrisi apel malang ditunjukkan pada Tabel 1.
Jambu Biji (Psidium guajava) Jambu biji atau sering disebut juga dengan jambu batu, jambu siki dan jambu klutuk adalah tanaman tropis yang berasal dari Brazil. Tanaman ini disebarkan ke Indonesia melalui negara Thailand. Jambu biji memiliki kulit buah yang berwarna hijau. Daging buahnya berwarna putih atau merah dan berasa asam-manis. Buah jambu biji dikenal mengandung banyak vitamin C (Astawan dan Kasih, 2008). Komposisi nutrisi jambu biji ditunjukkan pada Tabel 1.
Ubi jalar (Ipomoea batatas) Ubi jalar tergolong dalam tanaman umbi-umbian dari tumbuhan semak bercabang. Tanaman ini memiliki batang yang gundul, terkadang membelit dan bergetah. Daunnya berbentuk segitiga berlekuk dan menjadi 3-5 lekukan dengan tangkai yang panjang. Bunganya berbentuk payung dan terdapat di setiap ketiak tangkai daun. Ubi jalar dikenal mengandung banyak betakaroten dan vitamin A yang tinggi. Selain itu, ubi jalar juga mengandung banyak karbohidrat (75-90%) yang terdiri dari pati (60-80% berat kering), gula (4-30% berat kering), selulosa, hemiselulosa dan pektin (Harli, 2000). Komposisi nutrisi ubi jalar ditunjukkan pada Tabel 1.
Pemilihan dan Konsumsi Pakan Tingkat konsumsi (voluntary feed intake) diartikan sebagai jumlah pakan yang dikonsumsi apabila bahan pakan tersebut diberikan ad libitum (Parakkasi, 1995). Konsumsi zat pakan sangat diperlukan untuk membantu metabolisme
15
dalam tubuh (Sutardi, 1980). Aktivitas konsumsi meliputi proses mencari makan, mengenal dan mendekati pakan, proses bekerjanya indera hewan terhadap pakan, proses memilih pakan dan proses menghentikan pakan. Produktivitas hewan salah satunya dapat dilihat dari jumlah konsumsi. Konsumsi pakan akan bertambah jika diberikan pakan yang berdaya cerna lebih tinggi daripada pakan yang berdaya cerna rendah (Arora, 1989). Iklim yang sangat ekstrim berpengaruh terhadap konsumsi hewan, apabila iklim panas maka konsumsinya akan menurun, sebaliknya apabila iklim dingin maka jumlah konsumsi akan meningkat (Tomaszewska et al., 1991). Menurut Rowe (1996), lutung memakan daun kurang lebih 80% dari kebutuhan hidupnya, sedangkan sisanya berupa pakan buah-buahan. Bagian daun yang dimakan ujung daun, sedangkan bagian yang terbuang sebesar 10-66%. Daun yang masih muda biasanya dimakan habis, apabila daunnya sudah cukup tua maka yang dimakan hanya bagian ujung daun saja. Hal ini terjadi karena lutung dapat memilih jenis pakan yang sesuai dengan kebutuhannya, sedangkan daun yang sudah tua biasanya kandungan nutrisinya sudah berkurang, selain itu bagian ujung daun yang sudah tua diduga rasanya lebih enak karena kandungan nutrisinya lebih banyak daripada bagian pangkal daun. Lutung lebih menyukai daun dengan pucuk-pucuk muda karena pada daun ini sedikit mengandung lignin dan tanin daripada daun yang sudah tua (Prayogo, 2006).
16
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian tentang tingkah laku harian lutung merah jantan ini dilakukan di Penangkaran Mamalia, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong. Pelaksanaannya dari bulan Agustus-September 2010.
Materi
Hewan Hewan percobaan yang digunakan adalah satu ekor lutung merah jantan (Presbytis rubicunda), berumur kurang lebih tiga tahun. Lutung merah yang digunakan berasal dari hewan tangkapan.
Kandang Kandang yang digunakan adalah kandang individu berukuran panjang 225 cm, lebar 200 cm dan tinggi 249 cm. Kandang individu tersebut mencakup kandang aktivitas dan dilengkapi dengan kandang tidur, berupa kotak yang terbuat dari tripleks, tempat pakan dan minum.
Gambar 2. Lutung Merah Jantan dalam Kandang (Sumber : Irawan, 2010)
Peralatan Alat-alat yang digunakan adalah termohigrometer, kamera digital, jam tangan atau pencatat waktu, counter, peralatan kebersihan (sapu, sapu lidi, pengki, selang air), timbangan portable dan alat tulis.
Pakan Pakan yang digunakan terdiri atas delapan jenis pakan, yaitu daun bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), daun beringin (Ficus benjamina), sawi putih (Brassica rapa ssp. pekinensis), kacang panjang (Vigna sinensis), pisang siam (Musa paradisiaca), apel malang (Malus domestica), jambu biji (Psidium guajava) dan ubi jalar (Ipomoea batatas). Pemberian pakan di kandang lutung dilakukan pada pukul 10.00 WIB.
Prosedur Pada awal penelitian dilakukan penelitian preliminary yaitu penelitian pendahuluan yang dilakukan selama sepuluh hari untuk adaptasi dan penetapan selang waktu pengamatan. Pengamatan dilakukan mulai pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 WIB. Waktu pengamatan dibagi menjadi tiga periode yaitu pagi hari (06.00-10.00 WIB), siang hari (10.00-14.00 WIB) dan sore hari (14.00-18.00 WIB). Setiap periode pengamatan dibagi lagi dengan interval waktu selama 15 menit. Aktivitas yang diamati, kemudian dicatat menggunakan metode one zero sampling (Martin dan Bateson, 1988), yaitu apabila ada aktivitas diberi nilai satu, sedangkan apabila tidak ada aktivitas diberi nilai nol. Pengamatan pada pemilihan pakan dilakukan dengan cara melihat pakan pertama yang dimakan dari semua jenis pakan yang diberikan. Preferensi lutung merah jantan terhadap pakan yang diberikan diamati dan dicatat. Pencatatan suhu dan kelembaban dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 WIB, siang hari pukul 12.00 WIB, dan sore hari pada pukul 18.00 WIB.
18
Peubah yang Diamati Peubah yang diamati adalah sebagai berikut : 1. Aktivitas makan a. Tingkah laku ingestive yang meliputi : aktivitas makan dan aktivitas minum. b. Tingkah laku eliminative, yaitu aktivitas membuang kotoran yang meliputi : aktivitas defekasi (aktivitas membuang feses) dan aktivitas urinasi (aktivitas membuang urin). 2. Aktivitas selain aktivitas makan a. Aktivitas bergerak (lokomosi), yaitu aktivitas menggerakkan tubuh dengan cara berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain. b. Aktivitas grooming meliputi : aktivitas membersihkan diri dan aktivitas berinteraksi dengan hewan lainnya. c. Aktivitas vokalisasi, adalah terjadi ketika hewan bersuara. d. Aktivitas istirahat, adalah terjadi ketika hewan tidak melakukan aktivitas dan hanya melakukan metabolisme basal. 3. Ranking pemilihan pakan, yaitu urutan pengambilan pakan dari yang pertama hingga terakhir dipilih.
Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif yaitu dengan menghitung rata-rata dan simpangan baku.
Persentase Tingkah Laku Persentase tingkah laku setiap aktivitas dihitung dengan menggunakan rumus: Persentase Aktivitas =
x × 100% y
x = rata-rata nilai tingkah laku selama pengamatan y = total rata-rata nilai tingkah laku selama pengamatan
19
Ranking Pemilihan Pakan Ranking pemilihan pakan adalah urutan pengambilan dan intake pakan oleh lutung merah jantan. Ranking pemilihan pakan diperoleh dari : Ranking pemilihan pakan =
Total urutan pengambilan Jumlah hari pengamatan
20
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum
Kondisi Penangkaran Penangkaran Mamalia, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong, Bogor terletak di Jalan Raya Bogor-Jakarta KM 46, Desa Sampora, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Penangkaran Mamalia merupakan bagian dari Bidang Zoologi sebagai tempat konservasi fauna Indonesia, khususnya untuk jenis fauna mamalia. Penangkaran mamalia ini mempunyai visi untuk mewujudkan model konservasi ex situ menjadi referensi nasional dalam pengelolaan satwa liar.
Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan yang berada di sekitar kandang terdiri dari lokasi kandang, tingkat kebisingan, suhu dan kelembaban. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting dan perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi aktivitas lutung yang diamati. Lokasi kandang lutung ditempatkan dekat dengan kandang satwa lainnya, seperti lutung jawa, kuskus dan oposum layang. Tingkat kebisingan yang terdapat di sekitar kandang ditimbulkan oleh suara-suara yang berasal dari lingkungan sekitar, seperti suara satwa lain dan suara manusia. Suara yang paling mengganggu adalah suara lalu-lalang kendaraan, intensitasnya cukup sering yaitu sekitar tiga puluh menit sekali. Hal ini sangat mengganggu aktivitas lutung dan sering membuat lutung ketakutan atau stres. Keadaan ketakutan atau stres yang dialami oleh lutung ditunjukkan dengan sikap atau gerakan yang tibatiba menjadi aktif, berupa lokomosi dan vokalisasi. Kehadiran orang asing di penangkaran juga merupakan hal yang mengganggu dari lingkungan sekitar yang mempengaruhi aktivitas lutung. Keadaan suhu dan kelembaban udara lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi aktivitas lutung. Kisaran suhu di Penangkaran Mamalia selama pengamatan antara 24-28 oC dan kelembaban antara 78-98% dengan rataan suhu adalah sebesar 25,64 oC (pagi), 26,93 oC (siang) dan 25,50 oC (sore).
Rataan kelembaban untuk pagi, siang dan sore berturut-turut sebesar 89,43%, 85,50% dan 92,89%. Menurut Sukandar (2004), kondisi suhu lingkungan di habitat alami lutung berkisar antara 20-30 0C dan kelembaban sekitar 80%, sehingga dapat dikatakan bahwa suhu udara di penangkaran cukup optimum sedangkan kelembabannya kurang optimum. Suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada pagi hari menyebabkan udara sangat dingin. Kondisi seperti ini akan menyebabkan lutung banyak melakukan pergerakan untuk menjaga panas tubuhnya. Suhu pada siang hari yang cukup panas (26,93 oC) dan kelembaban yang rendah (85,50%) menyebabkan lutung tidak banyak melakukan aktivitas lokomosi dan banyak melakukan aktivitas istirahat. Pada sore hari, perubahan suhu dan kelembaban tidak berbeda jauh dengan suhu dan kelembaban pada siang hari, sehingga aktivitas lutung pada sore hari hampir sama dengan aktivitas lutung pada siang hari.
Kondisi Kandang Kandang lutung merah jantan yang digunakan di Penangkaran Mamalia, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI terbuat dari dua lapis kawat besi kasa dengan ukuran lubang masing-masing 2,7 cm dan 0,7 cm dan tebal kawat 0,1 cm dan 0,01 cm. Atap kandang terbuat dari genteng yang menutupi semua bagian kandang tersebut, sehingga tipe kandang ini dinamakan sebagai kandang tertutup. Kandang yang digunakan adalah kandang individu, yaitu setiap kandang hanya dihuni oleh seekor lutung. Kandang individu tersebut berukuran panjang 225 cm, lebar 200 cm dan tinggi 249 cm. Perlengkapan yang terdapat dalam kandang adalah tempat pakan, tempat minum, kotak tidur dan batang-batang kayu yang digunakan lutung untuk bergelantungan atau beraktivitas. Lantai kandang dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah sekitar 8,2 cm yang dilengkapi dengan parit kecil untuk memudahkan dalam membersihkan sisa pakan, feses dan urin yang jatuh ke lantai. Dinding kandang lutung bagian bawah berupa tembok dengan tinggi 74,5 cm dan bagian atasnya berupa dua lapis kawat loket dengan tinggi 174,5 cm. Pembersihan kandang dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada pagi hari sekitar pukul 7.00 WIB dan sore hari pada pukul 17.00 WIB. Alat kebersihan yang digunakan berupa sapu, sapu lidi, pengki dan air yang 22
dialirkan dalam selang. Sumber air pun tidak sulit untuk diperoleh dan selalu tersedia sepanjang musim.
Aktivitas Tingkah Laku Lutung Merah Jantan Lutung merupakan satwa diurnal, yaitu satwa yang aktif pada pagi hingga sore hari. Pengamatan aktivitas lutung merah jantan dilakukan mulai dari pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 WIB. Aktivitas lutung dimulai dengan bangun pagi hari kemudian melakukan aktivitas lokomosi. Hasil pengamatan lutung pada penelitian ini sama dengan hasil yang diperoleh dari penelitian Prayogo (2006) yang dilakukan di Taman Margasatwa Ragunan, yaitu bahwa lutung memulai aktivitas dengan bangun pagi, kemudian melakukan pergerakan untuk mencari pakan. Hal ini terjadi karena suhu udara yang sangat dingin pada pagi hari, sehingga lutung perlu penyesuaian diri dengan melakukan pergerakan untuk meningkatkan panas tubuhnya agar tidak kedinginan. Aktivitas lain yang dilakukan setelah lutung bangun pagi adalah aktivitas grooming, defekasi dan urinasi. Aktivitas lutung merah jantan yang diamati adalah aktivitas makan, minum, urinasi, defekasi, lokomosi, grooming, vokalisasi dan istirahat. Aktivitas tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu aktivitas yang berhubungan langsung dengan aktivitas makan dan aktivitas yang mempengaruhi pola makan lutung.Persentase aktivitas lutung selama pengamatan ditunjukkan pada Gambar 3.
23
Persentase Aktivitas (%)
40.00
20.00 10.00 0.00
32.13
29.77
30.00 13.36
8.36 0.43
2.17
12.66
1.11
Jenis Aktivitas
Gambar 3. Persentase Aktivitas Harian Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan Data hasil pengamatan yang terdapat pada Gambar 3 menunjukkan aktivitas tertinggi pada lutung merah jantan adalah aktivitas istirahat, yaitu sebesar 32,13%. Hasil yang diperoleh dalam pengamatan ini sama dengan hasil yang diperoleh dari penelitian Ruhiyat (1983), yang menyatakan bahwa aktivitas istirahat mendominasi semua aktivitas yang dilakukan surili (Presbytis aygula), yaitu sebesar 80% dari total semua aktivitas. Persentase aktivitas istirahat yang tinggi tersebut diakibatkan oleh suhu udara lingkungan sekitar yang tinggi. Kondisi suhu udara yang cukup panas membuat lutung banyak melakukan aktivitas istirahat, seperti duduk dan tidur. Suhu udara waktu siang hari (26,93 oC) menyebabkan lutung malas untuk bergerak untuk mengurangi pengeluaran panas tubuh. Aktivitas istirahat satwa primata di alam sebesar 32%. Aktivitas tersebut bukan aktivitas tertinggi di alam. Aktivitas tertinggi di alam adalah aktivitas makan (Duma, 2007). Hal ini terjadi karena pemberian pakan di penangkaran sudah disediakan, sehingga lutung hanya tinggal memakan jenis pakan yang tersedia. Dengan demikian lutung tidak perlu mencari pakannya sendiri. Aktivitas tertinggi kedua adalah aktivitas grooming sebesar 29,77%. Aktivitas grooming yang dilakukan adalah menelisik tubuh, mencari kutu dan menjilati bulunya. Aktivitas grooming biasanya dilakukan diantara waktu aktivitas istirahat, yaitu pada saat lutung duduk. Oleh karena itu dapat diindikasikan bahwa dengan tingginya aktivitas istirahat maka akan berpengaruh terhadap aktivitas grooming. 24
Aktivitas lokomosi adalah perpindahan atau pergerakan lutung dari suatu tempat ke tempat lain. Nilai persentase aktivitas lokomosi yang diperoleh adalah sebesar 13,36%. Aktivitas lokomosi satwa primata di alam dapat mencapai 27% (Chivers, 2001). Hal ini terjadi karena satwa primata di alam harus mencari pakan, sedangkan di penangkaran pakan telah tersedia. Selain itu, luasan kandang yang terbatas di penangkaran menyebabkan lutung lebih sedikit melakukan aktivitas lokomosi apabila dibandingkan dengan aktivitas lokomosi lutung di alam. Aktivitas vokalisasi merupakan tingkah laku lutung yang diungkapkan atau diekspresikan melalui suara. Nilai persentase aktivitas vokalisasi sebesar 12,66%. Aktivitas vokalisasi pada lutung selama pengamatan terjadi pada saat lutung lapar, istirahat dan adanya gangguan atau ancaman dari luar, seperti kehadiran orang asing di penangkaran. Aktivitas vokalisasi sering dilakukan di alam karena lutung merupakan satwa yang hidup secara berkelompok. Aktivitas vokalisasi digunakan oleh lutung untuk berkomunikasi dengan lutung lain dalam satu kelompok tersebut (Supriatna et al., 1986). Aktivitas makan mempunyai nilai persentase sebesar 8,36%. Aktivitas makan pada satwa primata di alam lebih tinggi apabila dibandingkan dengan aktivitas makan di penangkaran. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Putra (1993) yang dilakukan di Cagar Alam Situ Patengan, yang menyatakan bahwa persentase aktivitas makan pada surili (Presbytis comata comata) sebesar 29,98%. Ketersediaan pakan yang beraneka ragam di alam mengakibatkan satwa dapat dengan bebas mendapatkannya, sebaliknya pakan yang tersedia di penangkaran membuat satwa primata terbatas dalam pemilihan pakan. Aktivitas eliminasi yang meliputi aktivitas defekasi dan urinasi memiliki nilai persentase sebesar 1,11% dan 2,17%. Aktivitas urinasi dan defekasi biasanya dilakukan dengan posisi duduk atau jongkok dan biasanya sudah terbiasa dilakukan di suatu tempat tertentu, misalnya berjongkok di pinggir kotak tidur, tempat pakan, ataupun di atas batang kayu, tempat lutung bergelantungan. Aktivitas defekasi rata-rata diawali dengan aktivitas urinasi. Aktivitas terendah dari semua aktivitas adalah aktivitas minum, yaitu sebesar 0,43%. Hal ini terjadi karena kandungan air dalam pakan diperkirakan
25
telah mencukupi kebutuhan air pada lutung. Frekuensi minum lutung sangat jarang dan biasanya hanya dilakukan setelah aktivitas makan selesai (Putra, 1993).
Aktivitas yang Berhubungan Langsung dengan Pola Makan Lutung Aktivitas yang berhubungan langsung dengan pola makan, meliputi aktivitas makan (8,36%), minum (0,43%), urinasi (2,17%) dan defekasi (1,11%). Persentase dan alokasi waktu dari aktivitas makan, minum, urinasi dan defekasi dapat dilihat pada Gambar 4. 8.00
Persentase Aktivitas (%)
7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
Keterangan :
Waktu Pengamatan Makan Minum Urinasi
Defekasi
Gambar 4. Aktivitas Lutung yang Berhubungan Langsung dengan Pola Makan Lutung Merah Jantan Aktivitas makan mendominasi seluruh kegiatan yang berhubungan langsung dengan pola makan lutung merah jantan kemudian diikuti aktivitas urinasi, defekasi dan minum.
Aktivitas Makan Tingkah laku makan lutung diawali dengan pemilihan jenis pakan yang diberikan. Hasil penelitian Nurwulan (2002), menyatakan bahwa lutung biasanya 26
makan dengan posisi tubuh bergelantungan di atas pohon. Namun pada hasil pengamatan ini, lutung makan dengan posisi tubuh duduk di pinggir tempat pakan. Hasil pengamatan pada penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Pratiwi (2008) yang menyatakan bahwa aktivitas makan lutung di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog dilakukan dengan cara duduk di atas tempat pakan sampai pakan tersebut hampir semuanya habis. Menurut Alikodra (1990), pakan yang diberikan pada lutung biasanya langsung dimakan di tempat atau dekat tempat pakan diletakkan. Pakan yang diberikan jarang dibawa ke tempat lain untuk dimakan, kecuali saat makan dekat dengan individu yang dianggap akan membahayakan. Cara pengambilan pakan oleh lutung dilakukan dengan menggunakan kedua tangannya, kemudian memasukkannya ke dalam mulut. Pemberian pakan lutung di penangkaran dilakukan dengan cara pakan disiapkan setengah jam sebelumnya setelah itu pakan diletakkan di luar kandang. Hal ini mengakibatkan lutung menjadi aktif bergerak dan bersuara karena adanya rangsangan dari luar berupa pakan. Pakan tersebut lalu dimasukkan ke dalam kandang individu yang kosong yang terletak berhadapan dengan kandang lutung. Kandang individu lutung yang berisi pakan dan kandang lutung dibuka pintunya agar lutung bergerak menghampiri kandang individu lutung yang berisi pakan, kemudian pintu kandang individu lutung yang berisi pakan ditutup kembali setelah lutung berada pada kandang tersebut. Beberapa saat dilakukan pemilihan pakan terlebih dahulu oleh lutung sebelum akhirnya pakan tersebut dimakan. Lutung memiliki kecepatan makan yang tinggi, bahkan dua jenis pakan atau lebih dimasukkan ke dalam mulut untuk dikunyah sekaligus dan kemudian ditelan. Keunikan lain dari cara makan lutung adalah kedua tangannya tidak pernah kosong dari pakan, walaupun mulutnya masih mengunyah dan sudah cukup penuh dengan makanan. Kedua tangannya tetap memegang pakan lain yang umumnya berbeda jenis dan siap untuk dimasukkan kembali ke dalam mulutnya apabila sudah kosong. Jenis pakan hijauan, sayuran dan buah-buahan langsung dimasukkan ke dalam mulut dan dikunyah kemudian ditelan. Bagian batang dan daun yang sudah tua untuk jenis pakan hijauan tidak dimakan dan dibuang oleh lutung. Saat memakan daun beringin dan daun bunga kupu-kupu, batangnya tidak dimakan. Bunga dari tanaman bunga kupu-kupu ikut dimakan oleh lutung. Pakan
27
yang diberikan langsung dimakan dan hanya sedikit yang tersisa. Waktu yang diperlukan lutung untuk makan sekitar 45 sampai 60 menit. Biasanya aktivitas makan ini diakhiri dengan aktivitas minum, setelah itu lutung melakukan aktivitas lain seperti lokomosi, grooming dan istirahat. Aktivitas makan lutung dimulai pada pukul 09.00 WIB, aktivitas makan tersebut cukup rendah karena lutung hanya memanfaatkan sisa-sisa pakan pada hari sebelumnya. Peningkatan aktivitas makan lutung terjadi pada pukul 10.0011.00 WIB yaitu pada waktu pemberian pakan. Aktivitas makan tertinggi juga dicapai pada waktu tersebut sebesar 7,95% (Gambar 4). Tingginya aktivitas makan lutung disebabkan oleh rangsangan rasa lapar. Pemberian pakan lutung juga pernah dilakukan dua kali saat penelitian preliminary, yaitu pada pukul 10.00 WIB dan 14.00 WIB, akan tetapi pada saat pemberian pakan yang kedua didapatkan lutung tidak mau makan bahkan tidak mau menghampiri tempat pakan. Hal ini mengindikasikan bahwa lutung memiliki tingkah laku makan yang terkonsentrasi pada waktu tertentu. Pernyataan tersebut didukung oleh Alikodra (1990), yang menyatakan bahwa aktivitas makan lutung di alam dilakukan pada pagi hari, istirahat pada siang hari, sedangkan aktivitas bergerak mencari pohon untuk tidur dilakukan pada sore hari.
Gambar 5. Aktivitas Makan pada Lutung Merah (Sumber : Irawan, 2010)
Aktivitas makan paling rendah terjadi pada pukul 12.00-13.00WIB, yaitu sebesar 0,06% (Gambar 4). Hal ini terjadi karena lutung sudah mulai beristirahat. Lutung sebagai satwa diurnal akan aktif pada pagi dan siang hari, sedangkan pada sore hari lebih banyak digunakan sebagai waktu istirahat dan tidur. Pada
28
penelitian ini ditemukan tingkah laku lain yang bersamaan dengan tingkah laku makan dari lutung, yaitu tingkah laku lokomosi dan tingkah laku grooming. Tingkah laku lokomosi terjadi karena pakan yang dibuang akibat pemilihan pakan oleh lutung diambil kembali untuk dimakan. Tingkah laku grooming terjadi bersamaan saat lutung melakukan tingkah laku makan yaitu lutung mengusapusap wajahnya saat makan.
Aktivitas Minum Aktivitas minum merupakan aktivitas yang paling rendah dari seluruh aktivitas yang dilakukan oleh lutung. Nilai total persentase aktivitas minum sebesar 0,43% dari keseluruhan aktivitas harian lutung (Gambar 3). Aktivitas minum pada lutung berlangsung sekitar 0,5-2 menit. Tingkah laku minum pada lutung dilakukan dengan cara lutung bergerak menghampiri tempat minum kemudian lutung mendekatkan mulutnya pada tempat air. Posisi tubuh saat minum dilakukan dengan cara duduk atau jongkok dan posisi kedua tangan lutung memegang sisi dari tempat minum lalu air minum dihisap atau disedot dengan menggunakan mulut dan lidahnya. Kandungan air yang cukup tinggi dalam pakan diperkirakan telah mencukupi kebutuhan air pada lutung, sehingga lutung tidak banyak minum. Jenis pakan yang diberikan berupa hijauan, sayuran dan buah-buahan segar yang mempunyai kadar air sekitar 80%. Hasil penelitian dari Pratiwi (2008) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog juga menunjukkan hal yang serupa, yaitu aktivitas terendah dari lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) adalah aktivitas minum sebesar 3,87% dari seluruh aktivitas yang diamati. Aktivitas minum primata di alam jarang ditemukan, biasanya satwa tersebut memakan jenis tanaman yang kadar air pakannya cukup tinggi, seperti umbut dan pandan hutan (Putra, 1993). Aktivitas minum tertinggi terjadi setelah puncak aktivitas makan pada pukul 11.00-12.00 WIB yaitu sebesar 0,25% (Gambar 4). Tingginya aktivitas minum pada waktu tersebut karena cuaca sudah mulai panas, sehingga lutung harus banyak minum. Aktivitas minum pada lutung dapat dilihat pada Gambar 6.
29
Gambar 6. Aktivitas Minum pada Lutung Merah (Sumber : Irawan, 2010)
Menurut Almatsier (2005), konsumsi air minum ada kaitannya dengan rasa haus dan rasa kenyang. Hal ini sesuai dengan data hasil pengamatan pada pukul 10.00-11.00 WIB dan 11.00-12.00 WIB. Pada pukul 10.00-11.00 WIB menunjukkan aktivitas makan yang tinggi sehingga menyebabkan aktivitas minum rendah. Rendahnya aktivitas minum ini diakibatkan karena kandungan air dalam pakan sudah cukup tinggi. Pada pukul 11.00-12.00 WIB menunjukkan aktivitas makan yang cukup rendah sehingga menyebabkan aktivitas minum yang tinggi.
Aktivitas Urinasi Aktivitas urinasi merupakan aktivitas membuang kotoran yang berbentuk cair. Aktivitas urinasi dilakukan setelah lutung terbangun dari tidurnya pada pagi hari. Tingkah laku lutung saat melakukan aktivitas urinasi yaitu dengan cara jongkok atau setengah duduk dan biasanya dilakukan pada suatu tempat tertentu, seperti di atas batang kayu tempat lutung bergelantungan, di pinggir kotak tidur dan di pinggir tempat pakan. Aktivitas urinasi pada lutung dapat dilihat pada Gambar 7.
30
Gambar 7. Aktivitas Urinasi dan Defekasi pada Lutung Merah (Sumber : Irawan, 2010)
Aktivitas urinasi tertinggi dicapai pada pukul 09.00-10.00 WIB, yaitu sebesar 0,41% (Gambar 4). Hasil ini sama dengan hasil penelitian Prayogo (2006), yang menunjukan bahwa aktivitas urinasi lutung dengan nilai tertinggi adalah pada pukul 08.00-10.00 WIB. Tingginya aktivitas urinasi lutung pada pagi hari dipengaruhi oleh keadaan udara yang cukup dingin. Suhu udara 25,64 oC dan kelembaban 89,43% pada pagi hari menyebabkan lutung perlu penyesuaian diri terhadap kondisi suhu udara tersebut melalui urinasi agar panas tubuhnya tetap stabil. Aktivitas urinasi yang tinggi juga dipengaruhi dari konsumsi pakan yang dicerna dan tidak termetabolisme dalam tubuh sehingga dikeluarkan melalui urin.
Aktivitas Defekasi Aktivitas defekasi merupakan aktivitas membuang kotoran yang berbentuk padat. Aktivitas defekasi mulai dilakukan semenjak lutung memulai aktivitasnya pada pagi hari, seperti aktivitas urinasi. Tingkah laku dan posisi tubuh lutung saat melakukan defekasi mirip seperti posisi ketika lutung melakukan urinasi, yaitu dilakukan dengan cara jongkok atau setengah duduk. Aktivitas defekasi pada lutung biasanya dilakukan di tempat tertentu, seperti aktivitas urinasi, yaitu di atas batang kayu tempat lutung bergelantungan, di pinggir kotak tidur dan di pinggir tempat pakan. Aktivitas defekasi lutung dapat dilihat pada Gambar 7. Aktivitas defekasi tertinggi terjadi pada pukul 16.00-17.00 WIB, yaitu sebesar 0,20% (Gambar 4). Tingginya aktivitas defekasi ini disebabkan oleh hasil 31
pencernaan konsumsi pakan pada hari sebelumnya yang tidak dicerna dan tidak digunakan lagi oleh tubuh, sehingga harus dikeluarkan pada keesokan harinya. Bentuk feses yang normal pada lutung adalah berbentuk bulat panjang agak lonjong dan cukup padat. Feses yang dikeluarkan terkadang tidak normal, yaitu feses berbentuk cair dan agak lembek. Hal ini diduga dari bahan pakan atau sistem pencernaan lutung yang sedang terganggu.
Aktivitas yang Mempengaruhi Pola Makan Lutung Aktivitas yang mempengaruhi pola makan lutung terdiri dari aktivitas lokomosi (13,36%), grooming (29,77%), vokalisasi (12,66%) dan istirahat (32,13%). Persentase dan alokasi waktu dari aktivitas lokomosi, grooming, vokalisasi dan istirahat dapat dilihat pada Gambar 8. 7.00
Persentase Aktivitas (%)
6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
Keterangan :
Waktu Pengamatan Lokomosi Grooming Vokalisasi
Istirahat
Gambar 8. Aktivitas Lutung yang Mempengaruhi Pola Makan Lutung Merah Jantan Aktivitas istirahat mendominasi seluruh kegiatan yang mempengaruhi pola makan lutung merah jantan kemudian diikuti oleh aktivitas grooming, lokomosi dan vokalisasi.
32
Aktivitas Lokomosi Aktivitas lokomosi pada lutung merupakan aktivitas pergerakan atau perpindahan yang dilakukan oleh lutung dari suatu titik ke titik yang lain. Aktivitas lokomosi ini dapat dilakukan dengan cara berjalan, berlari, melompat dan bergelantung. Pergerakan lutung yang paling sering dilakukan adalah quadrupedal, yaitu berjalan dengan menggunakan keempat tungkainya yang dilakukan dengan arah horizontal maupun vertikal (Fleagle, 1978). Lutung melakukan gerakan berjalan dengan keempat tungkainya dari sudut kandang ke sudut kandang lainnya atau ketika mengelilingi bagian dalam kandang dan dilakukan secara berulang kali. Gerakan bergelantung sangat jarang dilakukan, namun sering dijumpai pergerakan lutung yang berjalan di atas dinding kandang dan dibagian dasar kandang. Aktivitas lokomosi satwa primata di alam dapat mencapai 27% (Chivers, 2001). Aktivitas lokomosi lutung yang diamati sebesar 13,36% dari seluruh aktivitas lutung (Gambar 3). Hasil penelitian Pratiwi (2008) terhadap lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog menunjukkan hal serupa, yaitu aktivitas lokomosi menduduki peringkat ketiga sebesar 19,77% setelah aktivitas istirahat dan grooming. Rendahnya aktivitas lokomosi disebabkan karena pakan lutung telah tersedia di penangkaran sehingga lutung tidak banyak melakukan pergerakan mencari pakan. Selain itu, aktivitas lokomosi lutung terbatas akibat luasan atau besaran kandang. Pakan yang beraneka ragam dan ruang lingkup yang tanpa batas di alam menyebabkan lutung banyak melakukan pergerakan atau lokomosi. Lutung bergerak biasanya untuk mencari pakan, apabila di tempat tersebut jenis pakannya telah habis maka lutung akan berpindah ke tempat lain yang banyak terdapat pakan. Aktivitas lokomosi lutung dapat dilihat pada Gambar 9.
33
Gambar 9. Aktivitas Lokomosi pada Lutung Merah (Sumber : Irawan, 2010)
Aktivitas lokomosi dilakukan pertama kali setelah lutung terbangun dari tidurnya di pagi hari. Aktivitas tertinggi terjadi pada pukul 10.00-11.00 WIB, yaitu sebesar 3,03% (Gambar 8). Aktivitas lokomosi yang tinggi pada waktu tersebut terjadi karena lutung mendapatkan rangsangan dari luar berupa pakan. Lutung menjadi aktif bergerak karena lutung mempunyai rangsangan rasa lapar dan keinginan untuk mendapatkan pakan tersebut. Pemberian pakan membuat lutung harus bergerak karena pakan yang diberikan berada pada kandang individu lutung yang kosong, yang terletak berhadapan dengan kandang lutung. Selain itu, aktivitas lokomosi juga dipengaruhi oleh suhu udara yang rendah (25,64oC) dan kelembaban yang tinggi (89,43%) pada pagi hari. Kondisi lingkungan seperti ini akan menyebabkan udara yang dingin, sehingga lutung banyak melakukan aktivitas lokomosi untuk menjaga panas tubuhnya agar tetap stabil. Aktivitas lokomosi paling rendah terjadi pada pukul 12.00-13.00 dan 13.00-14.00 WIB, yaitu sebesar 0,18% (Gambar 8). Cuaca yang panas pada siang hari dengan temperatur sebesar 26,93 oC dan kelembaban sebesar 85,50% menyebabkan lutung banyak kehilangan energi tubuh, sehingga untuk menghindari hal tersebut lutung mengurangi aktivitas lokomosi dan banyak melakukan aktivitas istirahat.
Aktivitas Grooming Aktivitas grooming adalah aktivitas membersihkan diri atau merawat diri dari kotoran dan parasit yang dilakukan dengan cara mengusap, meraba, menjilat, menelisik, menggaruk, menjilat dan menggigit. Aktivitas grooming pada lutung 34
lebih banyak dilakukan pada bagian tangan, kaki dan ekor. Selain itu terdapat juga kebiasaan lain, yaitu meraba dan mengusap-usap bagian anus dan alat kelaminnya ketika lutung selesai melakukan aktivitas urinasi dan defekasi. Aktivitas seperti ini dimasukkan ke aktivitas grooming. Aktivitas grooming lutung dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Aktivitas Grooming pada Lutung Merah (Sumber : Irawan, 2010)
Menurut Prayogo (2006), aktivitas grooming dibedakan menjadi dua macam, yaitu autogrooming dan allogrooming. Autogrooming adalah merawat diri yang dilakukan sendiri, sedangkan allogrooming adalah merawat diri yang dilakukan bersama individu lain. Satwa primata pada umumnya hidup berkelompok, sehingga aktivitas grooming akan dilakukan bersama-sama individu lainnya. Aktivitas grooming yang dilakukan lutung di penangkaran adalah autogrooming karena lutung ditempatkan pada kandang individu sehingga aktivitas grooming dilakukan sendiri. Aktivitas grooming biasanya dilakukan pada pagi hari ketika lutung mulai bangun dari tidurnya, selain itu lutung melakukan grooming pada waktu selesai makan, minum, urinasi dan defekasi. Aktivitas grooming lutung di penangkaran sering dijumpai bersamaan dengan aktivitas makan, seperti mengusap-usap wajah saat lutung sedang makan. Aktivitas grooming tertinggi terjadi pada pukul 16.0017.00 WIB, menjelang aktivitas istirahat total atau tidur, yaitu sebesar 6,11% (Gambar 8). Aktivitas grooming juga sering dilakukan disela-sela aktivitas istirahat, seperti saat duduk. Aktivitas grooming paling rendah terjadi pada pukul 13.00-14.00 WIB, yaitu sebesar 0,29% (Gambar 8). Rendahnya aktivitas grooming pada waktu ini 35
diakibatkan karena lutung biasanya sudah mulai tidur dalam kandang. Hal ini didukung oleh pernyataan Alikodra (1990), yang menyatakan bahwa aktivitas makan lutung di alam dilakukan pada pagi hari, istirahat pada siang hari, sedangkan aktivitas bergerak mencari pohon untuk tidur dilakukan pada sore hari.
Aktivitas Vokalisasi Aktivitas vokalisasi merupakan ekspresi atau ungkapan tingkah laku satwa yang dinyatakan melalui suara terhadap lingkungan atau keadaan sekitar. Vokalisasi adalah salah satu karakteristik yang dimiliki oleh satwa arboreal pemakan daun karena merupakan sistem isyarat yang efektif bagi kelompok yang tidak dapat saling melihat (de Vore, 1979). Aktivitas vokalisasi lutung dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Aktivitas Vokalisasi pada Lutung Merah (Sumber : Irawan, 2010)
Aktivitas vokalisasi lutung selama pengamatan dimulai pada pukul 06.00 sampai dengan pukul 13.00 WIB kemudian aktif lagi pada pukul 15.00 sampai dengan pukul 18.00 WIB (Gambar 8). Aktivitas vokalisasi pada pagi hari terjadi karena lutung merah merasa lapar sehingga lutung bersuara untuk mendapatkan pakan. Selain itu, disebabkan juga karena lutung merasa terganggu oleh aktivitas manusia yang bekerja atau lalu-lalang di sekitar lokasi kandang. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang dilakukan Supriatna et al. (1986) pada lutung merah (Presbytis rubicunda) di Cagar Alam Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, yang menyatakan bahwa lutung merah di alam akan melakukan vokalisasi pada pagi hari dalam membagi kelompoknya menjadi kelompok-kelompok kecil untuk
36
mencari pakan dan melakukan panggilan peringatan apabila mereka melihat adanya penyusup atau gangguan. Aktivitas vokalisasi tertinggi terjadi pada pukul 16.00-17.00 WIB sebesar 4,04% (Gambar 8). Aktivitas vokalisasi pada sore hari dikarenakan lutung akan memulai melakukan aktivitas istirahat panjang atau tidur. Aktivitas vokalisasi lutung merah di alam pada sore hari dilakukan untuk memanggil kelompokkelompok kecilnyaagar berkumpul kembali untuk beristirahat setelah mencari pakan karena lutung merupakan satwa diurnal. Aktivitas vokalisasi ini dilakukan oleh lutung merah jantan dewasa dalam kelompok tersebut (Supriatna et al., 1986).
Aktivitas Istirahat Aktivitas istirahat terbagi kedalam dua jenis, yaitu istirahat total dan istirahat sementara. Istirahat total berarti lutung melakukan posisi badan seperti duduk, diam tak bergerak dan tidur. Sedangkan istirahat sementara adalah keadaan atau posisi badan yang tidak bergerak yang dilakukan diantara aktivitas hariannya, misalnya antara aktivitas lokomosi dan grooming. Aktivitas istirahat sementara dilakukan lutung dalam waktu yang singkat dibandingkan dengan aktivitas istirahat total.Waktu istirahat penting dilakukan oleh lutung dan primata lainnya untuk mencerna pakan yang telah dikonsumsinya (Alikodra, 1990). Aktivitas istirahat biasa dilakukan lutung setelah selesai melakukan aktivitas makan, ketika suhu udara tinggi dan pada waktu sore hari. Posisi tubuh lutung ketika melakukan aktivitas istirahat sangat bervariasi, mulai dari duduk sampai merebahkan tubuhnya. Posisi istirahat lutung pada pagi dan siang hari biasanya dilakukan sambil duduk dengan matanya terpejam. Tingkah laku istirahat lutung pada sore hari berbeda dengan aktivitas istirahat pada pagi dan siang hari. Pada sore hari lutung biasanya tidur dalam kotak tidur yang telah disediakan. Posisi tubuhnya kurang dapat diperhatikan, karena bentuk kotaknya yang hampir menutupi seluruh bagian tubuh lutung. Aktivitas istirahat lutung dapat dilihat pada Gambar 12.
37
Gambar 12. Aktivitas Istirahat pada Lutung Merah (Sumber : Irawan, 2010)
Aktivitas istirahat memiliki persentase yang paling tinggi dibandingkan dengan jumlah aktivitas lainnya, yaitu sebesar 32,13% (Gambar 3). Aktivitas istirahat tersebut terdiri dari aktivitas istirahat total sebesar 9,04% dan aktivitas istirahat sementara sebesar 23,09%. Hasil penelitian dari Pratiwi (2008) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog juga menunjukkan hal yang serupa, yaitu aktivitas tertinggi dari lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) didominasi oleh aktivitas istirahat sebesar 28,19% dari seluruh aktivitas yang diamati. Hal ini didukung juga dari hasil penelititan yang dilakukan Prayogo (2006) di Taman Margasatwa Ragunan, yang menyatakan bahwa persentase aktivitas istirahat lutung perak (Trachypithecus cristatus) mempunyai nilai tertinggi dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas lainnya, yaitu sebesar 25,94%. Hasil pengamatan menunjukan bahwa aktivitas istirahat tertinggi terjadi pada pukul 16.00-17.00 WIB, yaitu sebesar 4,02% (Gambar 8). Tingginya aktivitas istirahat pada waktu tersebut akibat dari proses pencernaan pakan yang dikonsumsi lutung. Aktivitas istirahat terendah terjadi pada pukul 10.00-11.00 WIB, yaitu sebesar 0,51% (Gambar 8). Hal ini terjadi karena pada waktu tersebut pakan mulai diberikan sehingga lutung banyak melakukan aktivitas makan.
Pemilihan Pakan Pemilihan pakan pada lutung dapat menunjukkan jenis pakan yang paling disukai oleh lutung dan pakan yang paling tidak disukai. Selain itu tingkat kesukaan jenis pakan dapat diketahui dengan cara menghitung jumlah konsumsi pakan. Church (1976), mengatakan bahwa satwa memiliki sifat seleksi yang 38
cukup tinggi terhadap pakan yang tersedia, sehingga satwa akan lebih banyak memakan jenis pakan yang paling disukainya. Tingkat palatabilitas pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu aroma, tekstur, suhu, rasa dan kandungan nutrisi. Jenis pakan yang diberikan pada penelitian ini terdiri atas delapan macam, yaitu daun beringin, daun bunga kupu-kupu, sawi putih, kacang panjang, pisang siam, apel malang, jambu biji dan ubi jalar. Kacang panjang yang diberikan dipotong dengan ukuran kurang lebih 10 cm untuk memudahkan lutung dalam memakan pakan tersebut. Pemberian ubi jalar sudah biasa dijadikan sebagai pakan lutung di penangkaran. Ubi jalar dan pisang siam yang diberikan, kulit buahnya dikupas terlebih dahulu. Bunga tanaman daun bunga kupu-kupu terkadang diikutsertakan saat pemberian daun bunga kupu-kupu. Urutan pemilihan pakan digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui tingkat kesukaan pakan yang diberikan. Urutan ranking pakan atau ranking jenis pakan yang diberikan pada lutung merah jantan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Urutan Pemilihan Pakan pada Lutung Merah Jantan Jenis Pakan
Rata-rata
Ranking
Daun beringin
1,68
1
Ubi jalar
2,57
2
Pisang siam
3,14
3
Apel malang
4,50
4
Jambu biji
4,71
5
Sawi putih
6,21
6
Daun bunga kupu-kupu
6,32
7
Kacang panjang
6,86
8
Keterangan : angka 1 sampai dengan angka 8 menunjukkan nomor urutan pemilihan pakan dari pakan yang pertama kali dipilih sampai pakan yang terakhir dipilih untuk dikonsumsi.
Hasil pengamatan menunjukkan urutan pemilihan pakan lutung dari yang paling disukai hingga yang tidak disukai, masing-masing adalah daun beringin, ubi jalar, pisang siam, apel malang, jambu biji, sawi putih, daun bunga kupu-kupu
39
dan kacang panjang. Pakan yang diberikan pada pagi hari biasanya sebagian besar langsung habis dimakan. Pakan yang kurang disukai, seperti sawi putih, daun bunga kupu-kupu dan kacang panjang masih tersisa dalam jumlah sedikit. Waktu makan lutung berkisar antara 45 sampai 60 menit dan selama jangka waktu tersebut jenis pakan yang diberikan hampir semuanya habis dimakan. Daun beringin menjadi pilihan pakan yang paling disukai oleh lutung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rijksen (1978), yaitu lutung merupakan spesies folivorus, sehingga pakan yang dikonsumsinya berupa dedaunan. Daun beringin yang dimakan berupa daun yang muda atau pucuk daun karena lutung biasanya mengonsumsi dedaunan yang masih muda atau pucuk daun. Daun beringin yang dimakan dipisahkan dari batangnya. Ubi jalar menduduki peringkat kedua dalam pemilihan pakan lutung. Menurut Matsuzawa (1950), pada umumnya satwa primata menyukai pakan dengan rasa manis. Tingginya kandungan karbohidrat ubi jalar, yaitu sekitar 7590% yang menyebabkan rasa manis membuat lutung menyukainya (Harli, 2000). Peringkat ketiga ditempati oleh pisang siam dalam pemilihan pakan lutung karena daging buahnya yang berwarna kuning memiliki kandungan energi dan lemak yang cukup tinggi, yaitu sebesar 136 kalori dan 12,6 g (Mailangkay, 2002) sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan energi untuk lutung. Apel malang menduduki peringkat keempat karena daging buahnya berwarna kekuningan, bertekstur agak kasar, aroma buahnya yang tidak tajam dan rasanya segar karena mengandung cukup banyak air (Yulianti et al., 2007). Urutan kelima ditempati oleh jambu biji karena daging buahnya berwarna putih atau merah, serta berasa asam-manis (Astawan dan Kasih, 2008). Apel malang dan jambu biji yang diberikan sebagai pakan lutung, kulit buah dan bijinya ikut dimakan. Lutung merah selain sebagai spesies folivorus juga termasuk spesies gramnivorus, yaitu pemakan biji-bijian. Biji-bijian dapat dikonsumsi oleh lutung merah karena kemampuan kandungan mikroba yang terdapat dalam sistem pencernaannya mampu mengubah tingkat keasaman atau pH pakan (Davies, 1986). Sawi putih menempati urutan keenam dalam pemilihan pakan lutung. Warna hijau daun yang lebih muda dibandingkan dengan warna daun jenis pakan
40
lain (daun beringin dan daun bunga kupu-kupu) menjadikan lutung menyukai jenis pakan ini. Selain itu, sawi putih juga mengandung protein yang cukup tinggi, yaitu sebesar 6,99 g (Nurwulan, 2002). Lutung memakan sawi putih pada bagian daun terlebih dahulu kemudian batangnya. Daun bunga kupu-kupu menempati urutan ketujuh karena daun bunga kupu-kupu memiliki kandungan protein kasar sebesar 21,13% (Hadiati, 2003), akan tetapi daun bunga kupu-kupu mengandung tanin yang dapat merupakan faktor pembatas pada bahan pakan satwa (Sadili, 2003) sehingga perlu diperhatikan dalam pemberiannya. Tanaman bunga kupu-kupu yang dimakan oleh lutung berupa daun dan bunganya. Batang tanaman bunga kupu-kupu tidak ikut dimakan oleh lutung. Terakhir dalam urutan pemilihan pakan pada lutung adalah kacang panjang karena jenis pakan ini pada waktu dikonsumsi sulit dipegang oleh lutung. Hal ini terlihat dari banyaknya pakan kacang panjang yang jatuh saat lutung memakan kacang panjang. Tekstur kacang panjang yang lunak dan memiliki kadar bahan kering dan serat kasar rendah dibandingkan dengan jenis pakan lainnya, yaitu sebesar 9,21% dan 1,59% membuat lutung tidak menyukai jenis pakan tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian Nicole dan Anggraeni (2006) yang menyatakan bahwa pemberian kacang panjang sebagai bahan pakan satwa primata dan mamalia di Kebun Binatang Surabaya sebaiknya diganti karena satwa primata dan mamalia kurang menyukai pakan tersebut, khususnya untuk spesies lutung merah (Presbytis rubicunda). Salah satu faktor lain yang harus diperhatikan dalam pemberian pakan satwa liar yang dipelihara di penangkaran adalah saluran pencernaannya (Prayogo, 2006). Lutung merah merupakan satwa folivorus dan gramnivorus, sehingga jenis pakan yang diberikan berupa dedaunan, umbi-umbian dan buahbuahan. Hal ini dilakukan agar lutung dapat memperoleh nutrisi sesuai dengan habitat aslinya.
41
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Aktivitas tingkah laku harian lutung merah jantan (Presbytis rubicunda) pada siang hari di penangkaran didominasi oleh aktivitas istirahat (32,13%). Aktivitas lain yang mengikutinya adalah aktivitas grooming (29,77%), lokomosi (13,36%), vokalisasi (12,66%), makan (8,36%), urinasi (2,17%), defekasi (1,11%) dan minum (0,43%). Aktivitas minum menduduki peringkat paling rendah karena kandungan air pada pakan yang diberikan telah cukup memenuhi kebutuhan air minum lutung dan juga lutung jarang sekali minum, sehingga pemberian air minum pada lutung merah tidak perlu banyak. Informasi mengenai tingkah laku harian lutung merah jantan ini dapat membantu dalam manajemen pemeliharaan lutung merah. Urutan pemilihan pakan berdasarkan jenis pakan dari yang pertama kali diambil hingga terakhir kali diambil adalah daun beringin, ubi jalar, pisang siam, apel malang, jambu biji, sawi putih, daun bunga kupu-kupu dan kacang panjang. Urutan pemilihan pakan ini diharapkan dapat berguna dalam manajemen pemberian pakan di penangkaran sehingga pakan dapat dimanfaatkan secara efisien.
Saran 1.
Penelitian aktivitas tingkah laku lutung merah betina perlu dilakukan agar dapat menjadi perbandingan dari penelitian lutung merah jantan yang telah dilakukan.
2.
Pengamatan aktivitas tingkah laku sebaiknya dilakukan pada aktivitas tingkah laku yang lebih spesifik, seperti pengamatan pada aktivitas tingkah laku makan saja.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME karena atas berkat dan rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih tak terhingga kepada Papah (alm), Mamah dan Adik-adik tercinta atas pengorbanan, dorongan, doa, restu dan nasehat yang senantiasa mengiringi langkah Penulis hingga saat ini. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada segenap keluarga besar Penulis yang senantiasa memberikan bantuannya berupa nasehat, doa dan motivasi. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir. Hotnida, C.H. Siregar, M.Si sebagai pembimbing utama, Dr. Wartika Rosa Farida sebagai pembimbing anggota dan Ir. Anita Sardiana Tjakradidjaja, MRur.Sc. yang telah memberikan bimbingan, dorongan, waktu, nasehat, kritik dan saran selama Penulis mengerjakan tugas akhir. Penulis ucapkan terima kasih juga kepada Ibu Ir. Bernadeta Nenny Polii, SU sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan nasehat dan bimbingannya serta Ir. Sri Darwati, M.Si sebagai dosen pembahas seminar yang telah memberikan saran berkaitan dengan penelitian ini. Terima kasih Penulis ucapkan kepada Bapak Umar, Bapak Maman, Wardi, S.Pt. dan pihak-pihak dari LIPI yang telah banyak membantu selama penelitian di Penangkaran Mamalia Kecil, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong, Bogor. Ucapan terima kasih Penulis ucapkan kepada semua rekanrekan IPTP angkatan 42 Fakultas Peternakan IPB juga Tim Pendamping Asisten Mata Kuliah Agama Katholik IPB atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan. Akhir kata Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Bogor, September 2011
Penulis
DAFTAR PUSTAKA Aak. 1992. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Kanisius, Yogyakarta. Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid 1. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka, Jakarta. Antara News. 2007. Enam Lutung Jawa Dilepas Kembali ke Hutan. http://www.antara.co.id. [22 September 2010]. Arora, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Astawan, I.M. & A.L. Kasih. 2008. Khasiat Warna-warni Makanan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Bernstein, I.S. 1968. The lutong of Kuala Selangor. J. Behaviour 32: 1-16. Chivers, D.J. & K.M. Burton. 1988. Some observations on the primates of Kalimantan Tengah, Indonesia. J. Prim. Conservation 9: 138-146. Chivers, D.J. 2001. The swinging singing simians: fighting for food and family in Far East Forest. In: V. Sodaro & C. Sodaro (Editors). The Apes Challenges for the 21st Century. Brookfield Zoo, Chicago Church, D.C. 1976. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant. Volume 1. Digestive Physiology. 2nd Ed. Metropolitan Point Co, Portland. Davies, A.G. 1986. Frugivory in Presbytis rubicunda. Primate Report 14: 137. Davies, A.G., E.L. Bennett, & P.G. Waterman. 1988. Food selection by two South-East Asian colobine monkeys (Presbytis rubicunda and Presbytis melalophos) in relation to plant chemistry. Biological J. of the Linnean Society 34: 33-56. De Vore, I. 1979. A comparison of ecology and behaviour of monkeys and apes in primate ecology, Brisbane Toronto. P: 341-343. Duma, Y. 2007. Kajian habitat, tingkah laku, dan populasi kalawet (Hylobates agilis albibarbis) di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah. Tesis. Program Studi Primatologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Eimerl, S. & I. de Vore. 1974. Primata. Tiara 2 Pustaka, Jakarta.
Farida, W.R. 2010. Analysis of nutrient requirement and feed efficiency ratio of Maroon Leaf Monkey (Presbytis rubicunda Mueller, 1838). J. Bio. Indonesia 6(2): 255-264. Fleagle, J.G. 1978. Locomotion, posture, and habitat utilization in two Sympatric Leaf-Monkey (Presbytis obscura and P. melalophos) in Conference of Arboreal Folivores, Fort Royal, Virginia. ______. 1999. Primate Adaption and Evolution. Academic Press, San Diego. Groves, C. P. 2001. Primate Taxonomy. Smithsonian Institution Press. Washington DC. Hadiati, S. R. 2003. Kecernaan bahan kering, protein, dan retensi nitrogen kelinci jantan lokal lepas sapih pada substitusi bungkil kedelai dengan daun kupukupu (Bauhinia purpurea L.). Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Harli, M. 2000. Ubi Jalar Kurangi Resiko Buta. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Manusia. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Haryanto, E., T. Suhartini, & E. Rahayu. 2007. Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya, Jakarta. Hutapea, J.R. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. Janardhanan, K., V. Vadivel, & M. Pugalenthi. 2003. Biodiversity in Indian underexploited/tribal pulses. In: P.K. Jaiwal & R.P. Singh (Editors). Improvement Strategies for Leguminosae Biotechnology. Kluwer Academic Press, London. Lauri, P., K. Maguylo, & C. Trottier. 2006. Architecture and size relations: an essay on the apple (Malus x domestica, Rosaceae) tree. American Journal of Botany. 93: 357-368. MacDonald, D. 1984. The Encyclopedia of Mamals 1. National Inc. Equinox (Oxford) Ltd, London. Mailangkay, D.N.I. 2002. Pengaruh pengemasan vakum dan non vakum terhadap perubahan mutu kimia dan sifat organoleptik keripik pisang selama penyimpanan. Skripsi. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Martin, P. & P. Bateson. 1988. Measuring Behaviour, An Introduction Guide. 2nd Ed. Cambridge University Press, Cambridge.
45
Matsuzawa, T. 1950. Primate Origins of Human Cognition and Behaviour. Kyoto University, Kyoto. Mukhtar, A.S. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tingkah Laku Satwa (Ethologi). Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Departemen Kehutanan, Bogor. Napier, J.R. & P.H. Napier. 1967. A Handbook of Living Primates. Academic Press, London. Nicole & Anggraeni, Y.C. 2006. Perencanaan kebutuhan makanan satwa primata dan mamalia di Kebun Binatang Surabaya. Skripsi. Jurusan Teknik Industri. Fakultas Teknologi Industri. Universitas Kristen Petra, Surabaya. Nijman, V. & E. Meijaard. 2008. Presbytis rubicunda. In IUCN Red List of Threatened Species. Version 2010.1. http://www.iucnredlist.org. [19 September 2010]. Nurwulan, N. 2002. Pola pemberian pakan Lutung Perak Kalimantan (Trachypithecus villosus) di Taman Margasatwa Ragunan. Laporan Magang. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Pratiwi, A.N. 2008. Aktivitas pola makan dan pemilihan pakan pada lutung kelabu betina (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog Ciawi-Bogor. Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Prayogo, H. 2006. Kajian tingkah laku dan analisis pakan lutung perak (Trachypithecus cristatus) di Pusat Primata Schmutzer Taman Margasatwa Ragunan. Tesis. Program Studi Primatologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Putra, I.M.W.A. 1993. Perilaku makan pada surili (Presbytis comata comata, Desmarets 1822) di Cagar Alam Situ Patengan, Jawa Barat. Laporan Akhir. Program Studi Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Padjadjaran, Bandung. Rajaram, N. & K. Janardhanan. 1991. Chemical composition and nutritional potential of the tribal pulses Bauhinia purpurea, B. racemosa and B. vahlii. J. Sci. Food Agriculture. 55(4): 23-31. Rijksen, H.D. 1978. A Field Study on Sumatran Orang Utan (Pongo pygmaeus, Lesson 1827). H. Veenmanzonen, Wageningen. 46
Rowe, N. 1996. The Pictorial Guide to the Living Primates. Pogonias Press, New York. Ruhiyat, Y. 1983. Socio-ecological study of Presbytis aygula in West Java. J. Prim. 24: 344-359. Sadili, H.H. 2003. Substitusi bungkil kedelai dengan daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea L) dalam ransum bentuk pelet terhadap performan kelinci jantan lokal lepas sapih. Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sajuthi, D. 1984. Satwa Primata. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Simmond, N.W. 1986. Banana. Longmand, London. Sukandar, S. 2004. Laporan inventarisasi flora dan fauna di Cagar Alam Takokak. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat I. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Departemen Kehutanan, Bandung. Smuth, B.B.D.L., R.M. Cheney, R.W. Seyfarth, Wrangham, & T.T. Struhsaker. 1987. Primates Societies. The University of Chicago Press Ltd, London. Supriatna, J., B.O. Manullang, & E. Soekara. 1986. Group composition, home range, and diet of the maroon leaf monkey (Presbytis rubicunda) at Tanjung Puting Reserve, Central Kalimantan, Indonesia. J. Prim. 27(2): 185-190. Supriatna, J. & E.H. Wahyono. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid I. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suwelo, I.S. 1982. Pola Pengelolaan Lutung (P. cristata) di Habitat Alamiahnya di Pulau Lombok NTB. Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam, Bogor. Tanudimadja, K & S. Kusumamihardja. 1985. Perilaku Hewan Ternak. Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, & S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Tomaszewska, M.W., I.K. Sutama, & T.D. Chaniago. 1991. Reproduksi, Tingkah Laku, dan Produksi Ternak di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 47
Valmayor, R.V., S.H. Jamaluddin, B. Silayoi, S. Kusumo, L.D. Danh, O.C. Pascua, & R.R.C. Espino. 2000. Banana Cultivar Names and Synonyms in Southeast Asia. International Network for Improvement of Banana and Plantain. Asia and the Pacific Office Bioversity International, Los Banos. Warsono, I.U. 2002. Pola tingkah laku makan dan kawin burung kasuari (Casuarrius Sp.) dalam penangkaran di Taman Burung dan Taman Anggrek Biak. http://rudict.tripod.com/sem1-023. [4 Januari 2008]. Yanuar, A., D. Bekti, & C. Saleh. 1993. The status of the Karimata Primates Presbytis rubicunda carimatae and Macaca fascicularis carimatensis in Karimata Island, Indonesia. J. Tropical Biodiversity 1(3): 157-162. Yulianti, S., Irlansyah, E. Junaedi, & Mufatis. 2007. Khasiat dan Manfaat Apel. Agromedia, Jakarta.
48
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 06.00-07.00 WIB Hari ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
50
Total Rataan Sd
Makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00
Minum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00
Urinasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 11,00 0,39 0,50
Defekasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 8,00 0,29 0,46
Aktivitas Lokomosi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 2 0 5 0 4 5 3 3 2 3 3 0 0 5 1 40,00 1,43 1,87
Grooming 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 5 0 10 0 6 11 7 13 5 9 15 0 0 8 3 99,00 3,54 4,73
Vokalisasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 7 0 0 8 0 5 0 0 0 0 0 4 0 29,00 1,04 2,35
Istirahat 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 4 6 4 7 4 4 8 7 6 6 7 7 4 4 5 5 138,00 4,93 1,30
Total 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 24 4 14 4 31 4 15 34 18 29 15 21 26 4 4 24 10 325,00 11,61 10,15
Lampiran 2. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 07.00-08.00 WIB Hari ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
51
Total Rataan Sd
Makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00
Minum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00
Urinasi 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 11,00 0,39 0,50
Defekasi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 6,00 0,21 0,42
Aktivitas Lokomosi 2 1 1 3 0 0 1 0 0 0 3 1 3 1 1 0 5 2 0 2 0 2 1 0 5 5 0 0 39,00 1,39 1,62
Grooming 0 2 3 5 0 0 2 0 0 0 5 3 5 2 5 0 13 2 0 8 0 6 2 0 7 10 8 0 88,00 3,14 3,57
Vokalisasi 0 0 1 0 0 0 4 0 0 0 4 3 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14,00 0,50 1,20
Istirahat 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 6 5 6 5 5 4 8 5 4 5 4 5 5 4 7 8 4 4 136,00 4,86 1,18
Total 8 9 10 13 4 4 13 4 4 4 19 12 16 9 13 4 27 10 4 16 4 14 8 4 20 25 12 4 294,00 10,50 6,61
Lampiran 3. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 08.00-09.00 WIB Hari ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
52
Total Rataan Sd
Makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00
Minum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00
Urinasi 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 8,00 0,29 0,46
Defekasi 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6,00 0,21 0,42
Aktivitas Lokomosi 0 3 0 0 3 0 2 1 5 0 2 0 1 0 1 2 0 2 0 0 3 0 0 0 0 1 0 2 28,00 1,00 1,33
Grooming 5 4 2 0 3 0 2 1 7 0 2 0 1 0 5 8 2 4 0 0 5 0 0 0 9 2 0 7 69,00 2,46 2,80
Vokalisasi 2 7 4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19,00 0,68 1,61
Istirahat 4 5 4 4 7 4 5 5 7 4 5 4 5 4 5 6 4 4 4 4 7 4 4 4 4 5 4 6 132,00 4,71 1,01
Total 11 20 10 4 15 4 9 9 21 4 11 4 10 4 14 17 6 11 4 4 16 4 4 4 13 8 4 17 262,00 9,36 5,49
Lampiran 4. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 09.00-10.00 WIB Hari ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
53
Total Rataan Sd
Makan 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 8,00 0,29 1,05
Minum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00
Urinasi 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 20,00 0,71 0,46
Defekasi 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 8,00 0,29 0,46
Aktivitas Lokomosi 2 5 4 3 2 2 2 3 0 4 1 2 4 5 1 2 2 5 4 2 0 2 4 4 7 4 2 4 82,00 2,93 1,63
Grooming 3 5 9 3 2 7 4 5 0 12 8 9 5 7 6 7 8 10 12 7 0 7 9 11 15 10 4 12 197,00 7,04 3,72
Vokalisasi 2 2 2 7 2 8 5 10 3 0 5 5 4 9 5 5 10 7 3 5 6 5 7 5 6 5 0 0 133,00 4,75 2,77
Istirahat 4 4 4 5 3 6 6 6 4 9 4 5 8 6 5 5 4 4 6 4 4 5 6 7 10 5 3 8 150,00 5,36 1,75
Total 13 17 21 20 13 25 18 24 7 27 19 22 22 28 18 19 24 27 26 19 10 20 27 29 40 24 14 25 598,00 21,36 6,68
Lampiran 5. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 10.00-11.00 WIB Hari ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
54
Total Rataan Sd
Makan 11 12 13 13 9 12 10 12 13 8 14 15 13 13 14 15 14 14 16 18 16 16 16 17 18 17 12 17 388,00 13,86 2,61
Minum 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,00 0,07 0,26
Urinasi 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3,00 0,11 0,31
Defekasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00
Aktivitas Lokomosi 3 4 4 4 5 4 10 6 5 13 7 7 5 5 5 6 4 7 4 5 5 4 4 4 6 4 5 3 148,00 5,29 2,11
Grooming 0 0 0 0 4 5 6 3 0 5 3 0 4 5 3 5 4 1 0 3 3 3 4 0 5 3 6 5 80,00 2,86 2,12
Vokalisasi 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 9,00 0,32 0,72
Istirahat 1 0 0 2 1 0 4 1 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 3 0 25,00 0,89 1,87
Total 15 16 17 21 19 21 31 24 18 38 24 22 24 23 22 26 23 22 20 29 24 25 24 22 30 24 26 25 655,00 23,39 4,76
Lampiran 6. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 11.00-12.00 WIB Hari ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
55
Total Rataan Sd
Makan 0 0 0 0 0 3 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9,00 0,32 1,25
Minum 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 12,00 0,43 0,50
Urinasi 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 11,00 0,39 0,50
Defekasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2,00 0,07 0,26
Aktivitas Lokomosi 3 6 3 2 1 1 0 0 2 2 0 5 2 0 6 8 3 5 1 3 5 3 3 6 7 5 2 3 87,00 3,11 2,25
Grooming 8 10 10 0 3 1 0 0 9 1 0 12 3 5 13 15 13 12 10 13 12 11 9 10 12 16 10 9 227,00 8,11 5,08
Vokalisasi 0 6 7 5 0 0 0 0 3 0 0 8 0 4 0 7 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 45,00 1,61 2,73
Istirahat 8 7 5 5 5 4 4 4 8 4 4 9 5 4 7 8 6 7 5 6 8 7 6 4 8 6 5 5 164,00 5,86 1,58
Total 19 30 26 12 10 10 4 4 24 14 4 35 10 13 28 38 24 25 17 27 26 22 20 23 28 28 18 18 557,00 19,89 9,16
Lampiran 7. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 12.00-13.00 WIB Hari ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
56
Total Rataan Sd
Makan 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3,00 0,11 0,57
Minum 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5,00 0,18 0,39
Urinasi 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5,00 0,18 0,39
Defekasi 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,00 0,07 0,26
Aktivitas Lokomosi 0 2 0 1 3 0 0 0 0 0 0 0 1 4 0 3 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 16,00 0,57 1,10
Grooming 0 3 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 3 5 0 0 5 0 0 0 0 0 0 5 3 0 0 0 26,00 0,93 1,74
Vokalisasi 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8,00 0,29 0,90
Istirahat 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 7 4 6 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 118,00 4,21 0,74
Total 4 11 4 11 11 4 4 4 4 4 4 4 13 22 4 11 10 4 4 4 4 4 4 11 7 4 4 4 183,00 6,54 4,37
Lampiran 8. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 13.00-14.00 WIB Hari ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
57
Total Rataan Sd
Makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00
Minum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00
Urinasi 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3,00 0,11 0,31
Defekasi 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,00 0,07 0,26
Aktivitas Lokomosi 0 0 0 0 0 2 1 2 0 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9,00 0,32 0,72
Grooming 0 0 0 0 0 5 2 3 0 1 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14,00 0,50 1,23
Vokalisasi 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,00 0,04 0,19
Istirahat 4 4 4 4 4 6 5 6 4 5 4 4 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 120,00 4,29 0,66
Total 4 4 4 4 4 14 8 14 4 9 4 4 12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 149,00 5,32 3,08
Lampiran 9. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 14.00-15.00 WIB Hari ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
58
Total Rataan Sd
Makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00
Minum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00
Urinasi 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3,00 0,11 0,31
Defekasi 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,00 0,04 0,19
Aktivitas Lokomosi 0 0 0 0 1 1 0 2 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0 9,00 0,32 0,67
Grooming 0 0 0 0 2 1 0 2 0 0 0 0 0 0 6 2 0 0 0 0 0 0 2 0 0 4 0 0 19,00 0,68 1,44
Vokalisasi 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,00 0,07 0,38
Istirahat 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 4 4 118,00 4,21 0,57
Total 4 4 4 4 10 8 4 9 4 4 4 4 4 4 15 6 4 4 4 4 4 4 7 4 4 13 4 4 152,00 5,43 2,95
Lampiran 10. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 15.00-16.00 WIB Hari ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
59
Total Rataan Sd
Makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00
Minum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2,00 0,07 0,26
Urinasi 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 9,00 0,32 0,48
Defekasi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4,00 0,14 0,36
Aktivitas Lokomosi 3 3 1 0 0 0 0 3 0 0 3 3 0 0 2 2 6 0 0 4 0 0 2 2 0 4 0 0 38,00 1,36 1,70
Grooming 6 6 2 0 0 0 0 4 0 0 5 5 0 0 6 6 12 0 0 9 0 0 12 5 0 13 0 0 91,00 3,25 4,22
Vokalisasi 0 5 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 3 0 0 0 0 18,00 0,64 1,73
Istirahat 6 3 5 4 4 4 4 4 4 4 6 1 4 4 5 6 7 4 4 7 4 4 6 6 4 5 4 4 127,00 4,54 1,26
Total 17 18 9 4 4 4 4 14 4 4 15 12 4 4 13 15 27 4 4 22 4 4 28 17 4 22 4 4 289,00 10,32 7,89
Lampiran 11. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 16.00-17.00 WIB Hari ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
60
Total Rataan Sd
Makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00
Minum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00
Urinasi 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 13,00 0,46 0,51
Defekasi 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 10,00 0,36 0,49
Aktivitas Lokomosi 5 3 2 4 6 0 2 3 7 5 5 3 0 4 0 3 1 5 7 2 5 7 2 5 0 3 3 3 95,00 3,39 2,13
Grooming 5 10 12 12 10 15 6 16 12 11 8 12 0 7 6 3 8 9 17 7 14 21 18 19 0 17 15 8 298,00 10,64 5,47
Vokalisasi 9 10 5 12 9 13 5 13 12 5 4 7 0 4 7 4 2 10 11 0 5 8 5 12 0 9 7 9 197,00 7,04 3,93
Istirahat 8 9 10 11 4 8 5 8 10 7 7 7 4 6 4 6 5 8 10 5 7 10 5 7 4 7 7 7 196,00 7,00 2,05
Total 27 33 29 41 29 36 19 41 43 29 24 29 4 23 17 17 17 34 47 14 33 48 31 43 4 36 34 27 809,00 28,89 11,59
Lampiran 12. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 17.00-18.00 WIB Hari ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
61
Total Rataan Sd
Makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00
Minum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00
Urinasi 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 9,00 0,32 0,48
Defekasi 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5,00 0,18 0,39
Aktivitas Lokomosi 2 0 2 2 4 1 1 4 3 2 2 5 3 3 3 0 4 1 0 0 0 2 2 0 8 0 1 6 61,00 2,18 2,00
Grooming 11 7 1 5 6 3 8 10 4 3 9 10 16 14 15 15 16 8 3 13 7 13 7 4 19 0 6 12 245,00 8,75 5,06
Vokalisasi 7 2 1 2 1 0 4 8 5 1 7 3 10 9 6 13 15 5 2 14 5 2 5 0 9 0 3 4 143,00 5,11 4,25
Istirahat 7 4 5 7 4 4 4 8 4 5 6 7 6 4 6 4 6 5 4 4 4 6 6 4 4 4 4 8 144,00 5,14 1,35
Total 27 13 10 16 17 9 17 30 17 12 24 26 37 30 32 32 41 19 9 31 16 23 21 8 41 4 14 31 607,00 21,68 10,34
Lampiran 13. Rataan Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan Aktivitas Waktu (WIB) Makan Minum Urinasi Defekasi Lokomosi 06.00-07.00 0,00 0,00 0,39 0,29 1,43 07.00-08.00 0,00 0,00 0,39 0,21 1,39 08.00-09.00 0,00 0,00 0,29 0,21 1,00 09.00-10.00 0,29 0,00 0,71 0,29 2,93 10.00-11.00 13,86 0,07 0,11 0,00 5,29 11.00-12.00 0,32 0,43 0,39 0,07 3,11 12.00-13.00 0,11 0,18 0,18 0,07 0,57 13.00-14.00 0,00 0,00 0,11 0,07 0,32 14.00-15.00 0,00 0,00 0,11 0,04 0,32 15.00-16.00 0,00 0,07 0,32 0,14 1,36 16.00-17.00 0,00 0,00 0,46 0,36 3,39 17.00-18.00 0,00 0,00 0,32 0,18 2,18 Total 14,57 0,75 3,79 1,93 23,29
Grooming 3,54 3,14 2,46 7,04 2,86 8,11 0,93 0,50 0,68 3,25 10,64 8,75 51,89
Vokalisasi 1,04 0,50 0,68 4,75 0,32 1,61 0,29 0,04 0,07 0,64 7,04 5,11 22,07
Istirahat 4,93 4,86 4,71 5,36 0,89 5,86 4,21 4,29 4,21 4,54 7,00 5,14 56,00
Total 11,61 10,50 9,36 21,36 23,39 19,89 6,54 5,32 5,43 10,32 28,89 21,68 174,29
62
Lampiran 14. Persentase Rataan Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan Aktivitas Waktu (WIB) Makan Minum Urinasi Defekasi Lokomosi Grooming 06.00-07.00 0,00 0,00 0,23 0,16 0,82 2,03 07.00-08.00 0,00 0,00 0,23 0,12 0,80 1,80 08.00-09.00 0,00 0,00 0,16 0,12 0,57 1,41 09.00-10.00 0,16 0,00 0,41 0,16 1,68 4,04 10.00-11.00 7,95 0,04 0,06 0,00 3,03 1,64 11.00-12.00 0,18 0,25 0,23 0,04 1,78 4,65 12.00-13.00 0,06 0,10 0,10 0,04 0,33 0,53 13.00-14.00 0,00 0,00 0,06 0,04 0,18 0,29 14.00-15.00 0,00 0,00 0,06 0,02 0,18 0,39 15.00-16.00 0,00 0,04 0,18 0,08 0,78 1,86 16.00-17.00 0,00 0,00 0,27 0,20 1,95 6,11 17.00-18.00 0,00 0,00 0,18 0,10 1,25 5,02 Total 8,36 0,43 2,17 1,11 13,36 29,77 Rataan 0,70 0,04 0,18 0,09 1,11 2,48 Sd 2,29 0,07 0,10 0,07 0,86 1,97 Keterangan : Persentase Rataan Aktivitas pada Waktu =
Rataan Aktivitas pada Waktu x 100 % Total Rataan Aktivitas
Vokalisasi 0,59 0,29 0,39 2,73 0,18 0,92 0,16 0,02 0,04 0,37 4,04 2,93 12,66 1,06 1,37
Istirahat 2,83 2,79 2,70 3,07 0,51 3,36 2,42 2,46 2,42 2,60 4,02 2,95 32,13 2,68 0,82
Total 6,66 6,02 5,37 12,25 13,42 11,41 3,75 3,05 3,11 5,92 16,58 12,44 100,00 8,33 4,62
63
Lampiran 15. Urutan Pemilihan Jenis Pakan pada Lutung Merah Jantan Jenis pakan Hari ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Total Rataan
Daun Beringin 3 1 1 2 1 1 5 1 1 1 3 2 1 1 3 2 1 1 5 1 2 1 1 1 1 2 1 1 47,00 1,68
Daun Bunga kupukupu 8 2 8 8 8 7 7 2 2 4 8 3 2 8 8 6 8 7 8 8 3 8 6 8 8 6 8 8 177,00 6,32
Sawi putih 5 7 6 6 6 8 1 8 3 8 6 7 6 6 7 8 7 6 6 7 7 2 7 7 6 8 6 7 174,00 6,21
Kacang panjang
Pisang siam
6 6 5 7 7 6 8 7 8 6 7 8 8 7 6 7 6 8 7 6 8 7 8 6 7 7 7 6 192,00 6,86
2 3 2 1 3 4 6 4 4 3 1 4 3 4 5 3 3 2 3 3 5 4 3 2 4 1 2 4 88,00 3,14
Apel malang 1 5 4 5 4 5 3 5 7 7 4 6 7 5 4 4 5 5 2 4 4 6 5 5 3 4 4 3 126,00 4,50
Jambu biji
Ubi jalar
7 8 7 3 5 3 4 6 6 5 5 5 4 3 2 5 4 4 4 5 6 5 4 4 5 5 3 5 132,00 4,71
4 4 3 4 2 2 2 3 5 2 2 1 5 2 1 1 2 3 1 2 1 3 2 3 2 3 5 2 72,00 2,57
64
Lampiran 16. Ranking Pemilihan Jenis Pakan pada Lutung Merah Jantan Jenis pakan Rata-rata Ranking Daun Beringin 1,68 1 Ubi jalar 2,57 2 Pisang siam 3,14 3 Apel malang 4,50 4 Jambu biji 4,71 5 Sawi putih 6,21 6 Daun bunga kupu-kupu 6,32 7 Kacang panjang 6,86 8 Keterangan : Rangking pemilihan pakan =
Total Urutan Pengambilan Jenis Pakan Total Hari Pengamatan
65
Lampiran 17. Data Suhu dan Kelembaban Selama Pengamatan Suhu (oC) Kelembaban (%) Hari kePagi Siang Sore Pagi Siang Sore 1 27 28 24 83 85 95 2 26 28 24 84 80 97 3 28 27 26 80 83 93 4 26 27 25 85 89 95 5 24 26 25 95 81 98 6 25 27 26 90 85 88 7 25 27 26 94 82 85 8 26 27 26 90 84 87 9 27 28 26 88 80 90 10 25 27 26 88 81 87 11 26 28 26 84 78 89 12 26 27 25 85 80 91 13 26 28 27 88 85 90 14 25 27 26 91 87 90 15 25 27 25 89 83 93 16 25 28 26 90 86 95 17 26 28 26 89 85 94 18 26 27 25 89 85 95 19 27 28 25 87 84 93 20 25 27 27 90 84 93 21 26 28 27 89 86 94 22 26 27 27 87 90 92 23 25 26 26 95 92 98 24 25 25 24 95 93 97 25 26 26 25 95 94 98 26 24 24 24 99 95 97 27 25 26 25 95 89 93 28 25 25 24 90 88 94 Total 718,00 754,00 714,00 2504,00 2394,00 2601,00 Rataan 25,64 26,93 25,50 89,43 85,50 92,89 sd 0,91 1,05 0,96 4,38 4,45 3,60
66