TEKNIK PEMBENIHAN UDANG WINDU APLIKASI PROBIOTIK
Balai Riset Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan
Praktek Kerja Lapang Terpadu Mahasiswa Universitas Hasanuddin 14 April 2017
PENDAHULUAN Lokasi industrialisasi udang 1. 2. 3. 4.
LAMPUNG Tulang Bawang Pesawan Lamp. Selatan Lamp. Timur
BANTEN 1. Tangerang 2. Serang
1. 2. 3. 4. 5.
JABAR Karawang Subang Cirebon Bekasi Indramayu
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
JATENG Brebes Pemalang Pekalongan Kendal Demak Jepara Pati Rembang
1. 2. 3. 4. 5.
SULSEL Pangkep Pinrang Maros Bone Wajo
SULTRA 1. Bomban a 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
JATIM Tuban Lamongan Gresik Sidoarjo Pasuruan Probolinggo Situbondo Banyuwangi
PENDAHULUAN Jumlah produsen benih • Unit Perbenihan Skala Besar UPT Pusat DJPB UPTD Prov Hatcheri Swasta Jumlah
: 4 Unit : 20 Unit : 136 Unit : 160 Unit
• Unit Perbenihan Skala Kecil HSRT udang Jumlah total
: 743 Unit : 903 unit 82,3% HSRT
• Sasaran pembinaan pelaku usaha HSRT Sumber : Direktorat Perbenihan, DJPB
PENDAHULUAN Strategi dan Arah Kebijakan PENGEMBANGAN SISTEM PRASARANA DAN SARANA BUDIDAYA Rehabilitasi infrastruktur : saluran irigasi, jalan produksi, penerangan Rehabilitasi (penataan petakan dan pendalaman) dan ektensifikasi wadah budidaya 1 PENGEMBANGAN SISTEM PERBENIHAN Penyediaan benih unggul melalui uji laboratorium 2 Sertifikasi CPIB, dan Penguatan Broodstock Center PENGEMBANGAN SISTEM PRODUKSI Peningkatan teknologi melalui denfarm dan pendampingan teknis Pelaksanaan sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) 3 Pengembangan pakan yang efisien dan ramah lingkungan PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN MITIGASI PENYAKIT Penyediaan Vaksin, Probiotik; Pengelolaan kesling; Monitoring kesling, residu, antibiotik; dan Pengembangan POSIKANDU (Pos Pelayanan IkanTerpadu) 4 PENGEMBANGAN SISTEM USAHA Pembinaan kelembagaan kelompok pembudidaya Pembinaan akses permodalan dan jaringan pemasaran 5 Investasi dan Kerjasama kemitraan dengan sektor swasta
PENDAHULUAN Isu Perbenihan Udang Windu Produksi udang windu merosot karena penyakit Keterbatasan benih unggul (kualitas dan kuantitas) Benih belum memenuhi persyaratan 7 tepat : tepat jenis, mutu, jumlah, tempat, ukuran, waktu & harga. Keterbatasan jumlah induk berkualitas Distribusi benih dan induk unggul belum merata Sertifikasi CPIB belum efektif
Ketergantungan pelaku pembenihan terhadap penggunaan antibiotik : Resikonya, dapat memicuh terbentuknya strain penyakit yang resisten dan mutasi strain Sangat diperlukan upaya metode lain yang lebih Efektif dan Aman untuk menghasilkan benih yang berkualitas dan unggul
DUKUNGAN FASILITAS LITBANG
INSTALASI PERBENIHAN BRPBAPPP
DUKUNGAN FASILITAS LITBANG Fasilitas Utama
Nucleus Center
Lab. Bioteknolgi
Tambak produksi induk
Gedung karantina
Produksi larva SPF
DUKUNGAN FASILITAS LITBANG Gedung Karantina Pusat karantina calon induk dan larva dari luar Pelaksanaan transfer gen antivirus Pemeliharaan larva dan juvenil hasil transgenik
dan marker mikrosatelit ketahanan penyakit
Ruang pematangan induk Ruang pemijahan dan penetasan induk Ruang transfeksi (transfer gen) Ruang pemeliharaan larva.
DUKUNGAN FASILITAS LITBANG Nucleus Center
Produksi larva secara “utuh” Produksi pakan alami dan probiotik Pematangan/pemijahan induk Pemeliharaan larva
Bak pengelolaan air Membran filter Laboratorium pakan alami Bak pematangan induk Ruang pemijahan dan penetasan induk Bak pemeliharaan larva
DUKUNGAN FASILITAS LITBANG Tambak Calon Induk Produksi calon induk Litbang pematangan induk (pakan)
Tambak tandon air bersih Tambak limbah Tambak pemeliharaan calon induk Sistem pemasukan air bersih Pengelolaan air masuk/keluar (pompa, dll)
DUKUNGAN FASILITAS LITBANG Laboratorium Bioteknologi dan Kualitas air Deteksi patogen (SPF) dan karakteristik SPR Penelitian mikrobiologi Karakteristik morfologi (morfometrik/meristik),
molekular (genetik, ekspresi gen, marker DNA) dan test progeni Ruang kultur jaringan
PCR (konvensional dan Reat-time) Sistem gel dokumentasi Mikroskop inverted Elektroforator/mikromanipulator Gel strength apparatus Set peralatan kultur jaringan
DUKUNGAN FASILITAS LITBANG Fasilitas Penunjang 1. Kantor /Administrasi 2. Laboratorium Instalasi 3. Guest House 4. Perumahan Peneliti dan Teknisi 5. Dormitori 6. Sarana Olahraga
CARA PEMBENIHAN IKAN YANG BAIK (CPIB) Merupakan standar sistem mutu perbenihan paling sederhana/dasar yang diterapkan oleh pembenih ikan dalam memproduksi benih ikan yang bermutu,
Dengan cara melakukan manajemen induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva/benih dalam lingkungan yang terkontrol melalui penerapan teknologi yang memenuhi persyaratan SNI atau persyaratan teknis lainnya, serta memperhatikan biosecurity, mampu telusur (traceability) dan keamanan pangan (food safety)
PENANGANAN INDUK Pemilihan induk udang windu berdasarkan kergaman genetik Aceh
Cilacap
Madura
Bali
Tarakan
Sumbawa
Sul Sel
Pangandaran
0,48 0,4 0,32 0,24 Timika
0,16
Timika
Sul Sel Tarakan
0,08
Madura Aceh
0
Udang Windu Penaeus monodon Lokasi
Variasi ge netik
Bera t (g)
Panjang (cm)
Ket
betina
jantan
betina
janta n
Aceh I
0.46
189.8
72.8
27.9
20.4
Aceh II
0.48
212.5
76.2
29.4
21.2
Cilacap
0.18
180
75
26.5
19
Madura
0.23
165
70
26
18
Ba li
0.25
150
65
25
16
0.2
190
72
27
19.5
Dompu (Sumba wa)
0.28
128.4
87.18
22,9
23.3
Se laya r (Sul-Sel)
0.31
180
70
26
19
Pa ngandaran (Jaba r)
0.32
195
72
27
19
Timika
0.38
159.2
69.59
27.88
21.36
Taraka n
Sumber: Haryanti, 2013
PENANGANAN INDUK Pengumpulan induk udang: Matang telur Tidak matang
Seleksi
Pemilihan induk (umur dan ukuran siap pijah sesuai SNI)
Kondisi induk sehat, bebas penyakit
Morfologi tidak cacat
Responsif, warna cerah
Induk alam atau hasil pemuliaan
dan domestikasi
Ada kejelasan asal usul induk
Tingkat kematangan gonad
Sumber Gambar: Haryanti, 2013
PENANGANAN INDUK Aklimatisasi, pemulihan stres & desinfektan (Penanganan di Gedung Karantina) Induk diadaptasikan sampai sehat Diaerasi dgn oksigen murni Perendaman albaju 15 ppm 8 jam Sirkulasi air 300% perhari Pengambilan sampel untuk analisis PCR
PENANGANAN INDUK Ablasi mata induk dan pemasangan taging
Oksigen Murni
Ablasi
Taging pada tangkai mata
PENANGANAN TELUR DAN NAUPLI
Pencucian telur Pengamatan kualitas telur Sampling jumlah telur Panen Naupli Sampling naupli Treatmen naupli Iodine
PENANGANAN LARVA Pemeliharaan larva Pemberian pakan buatan dan alami Pemberian probiotik Pengamatan perkembangan satadia larva Pengamatan kesehatan larva
PENANGANAN LARVA Aplikasi antibiotik dalam mengkontrol bakteri
Efektifitas yang terbatas
Aplikabilitas yang terbatas
Bakteri menjadi resisten
Polusi lingkungan
Probiotik untuk perbenihan
Mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen dengan menghasilkan senyawa penghambat.
Mikroorganisme yang dapat memodifikasi komposisi mikroba dalam air.
Mikroorganisme yang dapat meningkatkan pertumbuhan udang / ikan dengan menstimulasi pencernakan
Menstimulasi pertahanan non specifik dan meningkatkan status imunitas
PENANGANAN LARVA Penggunaan probiotik Jenis Probiotik Probiotik BC (Bacillus cereus), Probiotik BY-9 (Alteromonas sp) RICA 1 (Brevibacillus laterosporus), RICA 4 (Bacillus subtilis) RICA 5 (Bacillus lichenitormis)
PENANGANAN LARVA Kultur probiotik Probiotik BC dan BY-9 Menggunakan biakan murni hasil isolat Wadah galon volume kultur 16 liter Digunakan media bacto malt-extract, bacto yeastextract, dan bacto soytone , masing-masing 0,05 %; 0,1 %; 0,05 %, dan 0,1 % dalam air laut steril dengan pH 7,6 dan suhu 25 oC
RICA 1, 4 dan 5: Wadah galon volume kultur 16 liter Air laut steril Biakan Probiotik 10% dari volume kultur
PENANGANAN LARVA Pemilihan pakan alami
Ukuran harus sesuai dengan lebar mulut larva
Larva mudah untuk menangkap
Mudah dikultur
Tidak toxic selama dikultur
Mudah dicerna dan diserap dalam sistemnpencernakan larva
Mempunyai nilai nutrisi tinggi untuk menstimulasi pertumbuhan larva
MICROALGAE : KOMPONEN ESSENTIAL UNTUK PAKAN LARVA BERPERAN SEBAGAI BACTERIOCIDAL AGENT
PENANGANAN LARVA Jenis pakan alami (diatom): Chaetoceros sp Skeletonema costatum Thallasiosira sp
PENANGANAN LARVA Keunggulan Chaetoceros dan skeletonema; Ukuran Chaetoceros 3-8 mm dan 4-15 mm untuk skeletonema costatum Mengandung nutrisi cukup tinggi chaetoceros sp per satu juta sel; protein 2,2 mg, karbohidrat 91-210, dan lemak 2,1-9,63mg Skeletonema costatum protein 22,30%; lemak 2,55%; karbohidrat 22,46% (Anonim,2002) Mudah dikultur Bersifat eurythermal 3°C - 30°C (25°C-27°C)
PENANGANAN LARVA Uji vitalitas dan pengamatan morfologi Pengamatan Morfologi : Antenuella Hematopankreas Usus Usus depan Ekor kipas Otot ekor Kromatofor Penempelan stress
Pengematan Morfologi
Uji Vatalitas : Pengeringan 5 -10 menit Perendaman air tawar 30 menit Perendaman formalin 50 – 200 ppm selama 30 menit Pemeriksaan Laboratorium PCR: Deteksi Patogen (SPF) Virus WSSV, TSV, YHV, IMV,IHHV
Perendaman air tawar dan formalin
Uji Pengeringan
BIOSECURITI PEMBENIHAN SATUAN TINDAKAN YANG DAPAT MENGURANGI RESIKO MASUKNYA PENYAKIT DAN SEBARANNYA DARI SUATU TEMPAT KE TEMPAT LAINNYA PERSONAL BIOSEKURITI Pencelup alas kaki
MONITORING PENYAKIT
Disinfeksi tangan
PCR bersama karantina & evaluasi klinis
Baju protektif
Penyimpanan dokumentasi
Akses terbatas RUANG KARANTINA Pencegahan penyebaran penyakit Tidak keluar masuk pada area karantina PERALATAN MASUK Desinfeksi kendaraan
PANEN DAN DISTRIBUSI Panen Beberapa hal penting yang harus dilakukan dalam pemanenan benih: a. Benih dengan umur dan ukuran sesuai SNI; b. Panen dilakukan dengan hati-hati, cepat dan cermat; c. Peralatan harus bersih, steril dan sesuai dengan kebutuhan panen; d. Pengecekanmutu benih dilakukan, melalui: (1) Pemeriksaan visual; (2) Pemeriksaan mikroskopis; (3) Pengecekan infeksi organisme patogen; (4) Teknik PCR untuk mendeteksi adanya virus; (5) Khusus untuk komoditas ekspor, perlu dilakukan pengecekan residu antibiotik.
PANEN DAN DISTRIBUSI BENIH Distribusi benih Peralatan untuk pengemasan yang digunakan harus bersih dan steril, serta kepadatan benih yang dikemas tergantungdari jenis ikan, umur, ukuran danwaktu tempuh. Bahan pengemasan yang dapat dipakai adalahkantongplastik sebagai wadah benih, air dan oksigen, kardus atau styrofoamsebagai pengaman bagi transportasi jarak jauh. Untukmenurunkanmetabolisme benihdan mengurangi aktivitas benih dapat dilakukan dengan cara pemberian es batu maupun bahan anestesi yang direkomendasikan. Distribusi benih dapatdilakukanmelalui darat, air maupun udara.
BENIH UNGGUL...? Unit pembenihan yang
Syarat Benih Bermutu:
hanya melakukan
1. Tumbuh cepat
pemeliharaan larva/nauplius
2. Ukuran seragam
menjadi benih/postlarva
3. Sintasan tinggi
maka larva/nauplius harus diperoleh dari unit
4. Adaptif terhadap perubahan lingkungan
pembenihan yang telah lulus
5. Efisien dalam penggunaan pakan
sertifikasi CPIB/sistem mutu
6. Tahan terhadap penyakit
perbenihan atau diperoleh
7. Tidak mengandung residu obat dan bahan kimia
dari UPT Lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
(Sesuai Persyaratan SNI Benih Sebar)
SNI UDANG WINDU No.
Nomor SNI
1
SNI 01-6142-1999
2
SNI 01-6143-1999
3
SNI 01-6144-1999
4
SNI 01-6497.1-2000
5
SNI 01-6497.2-2000
6
SNI 01-6497.3-2000
7
SNI 01-7258-2006
8
SNI 01-6497.4-2000
Judul Standar Induk Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) kelas Induk Pokok (Parent Stock) Benih Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) kelas Benih Sebar Produksi Benih Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) kelas Benih Sebar Produksi Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) di tambak Sistem Tertutup Produksi Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) di tambak Sistem Terbuka menggunakan petak biofilter Produksi Tokolan Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) di tambak Penanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan Seleksi Benih Udang Windu Terinfeksi Penyakit Bercak Putih dengan Pencucian Formalin
SNI UDANG VANAME
No.
Nomor SNI
1
SNI 01-7246-2006
2
SNI 01-7252-2006
3
SNI 01-7253-2006
Judul Standar Produksi udang vaname (Litopenaeus vannamei) ditambak dengan teknologi intensif Benih udang vannamei (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar Induk udang vannamei (Litopenaeus vannamei) kelas induk pokok