TEATER
BUKU PELAJARAN SENI BUDAYA
UNTUK KELAS
XII
PENULIS :
PUTU WIJAYA KONTRIBUTOR : ENDO SUANDA
EDISI UJI COBA PSN 2007
TEATER
Buku Pelajaran Kesenian Nusantara Untuk Kelas XII Penulis : Putu Wijaya Kontributor: Endo Suanda Penanggung Jawab Isi: Penulis Penanggung Jawab Administratif : LPSN ISBN : 979-3679-09-3 © Lembaga Pendidikan Seni Nusantara Hak cipta dilindungi undang-undang Nomor 19 Tahun 2002. Dilarang memperbanyak/menyebarluaskan dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.
Kantor Sekretariat Lembaga Pendidikan Seni Nusantara Jl. Sawah Lunto 65 Jakarta 12970 Tlp./Faks.: (021) 8294643, 8315084 Email :
[email protected] Editor teks : Takhsinul Khuluq Tiurma P. Manalu Tim Materi AV: Adi Nugroho Ign. Satya Pandia Gatot Slametto Sampul & Tata Letak: Muhammad “Amax” Isnaini Edisi pertama, Buku Uji Coba Lembaga Pendidikan Seni Nusantara, 2007. Dicetak terbatas untuk kalangan sendiri, didistribusikan hanya pada sekolah uji-coba LPSN, dan tidak diperdagangkan di pasaran. Kutipan akademis harus dengan ijin tertulis dari LPSN dan/atau Penulis.
PENGANTAR
B
uku Teater ini merupakan bagian dari seri terbitan LPSN sebagai bahan ajar pelajaran Seni Budaya di Kelas 12 (Kelas 3 SMASMK), untuk meningkatkan daya apresiasi peserta didik terhadap suatu jenre kesenian yang secara umum disebut “teater.” Untuk tujuan itu, sesuai dengan sasarannya pada sekolah umum, yang diutamakan bukanlah ke arah kreativitas kesenimanan para siswa, melainkan lebih pada penumbuhan kemampuan daya pandang (tonton), daya dengar, daya cerna, daya ungkap, dan daya talar terhadap teater. Maka, seperti halnya juga buku-buku LPSN lainnya, buku ini bukanlah sebuah manual untuk menciptakan pertunjukan teater atau drama, dengan petunjuk-petunjuk teknis yang rinci dari A sampai Z. Namun demikian, buku Teater ini agak berbeda dengan buku-buku lainnya: bukan saja mengenai muatan topiknya melainkan juga nuansa atau karakternya yang khusus. Sebab, penulisnya adalah Putu Wijaya, yang memiliki karakter sangat khusus pula. Tentu saja, penulisan buku ini didahului oleh suatu kesepakatan antara penulis dan LPSN terhadap sasaran dan pendekatan dasarnya, bahkan sampai pada strukturnya. Menurut kami, tulisan Putu Wijaya itu sangat menyatu (koheren), baik isi maupun gayanya. Untuk suatu bab, uraian dari awal sampai akhir sangat mengalir, sehingga sulit untuk diedit dengan pengurangan maupun penambahan isi. Atas dasar itu, langkah yang diambil oleh LPSN bukanlah mengedit tulisan Putu Wijaya, melainkan menulis bab tersendiri, untuk melengkapi uraiannya mengenai teater (tradisi) Nusantara. Bab 3 sampai dengan Bab 5 ditulis sepenuhnya oleh Putu Wijaya, dengan penyelia Saudara Takhsinul Khuluq. Bab 2 ditulis oleh tim editor LPSN (Endo Suanda dan Tiur Manalu), sedangkan Bab 1 awalnya ditulis oleh Putu Wijaya tapi kemudian dilengkapi oleh Endo Suanda, untuk bisa sesuai dengan isi buku secara keseluruhan. Kekhususan tulisan Putu Wijaya, dibanding dengan buku LPSN lainnya, adalah bahwa “teks” itu seperti merupakan “teater.” Uraiannya bukan hanya memberi keterangan, melainkan memiliki daya ungkap tersendiri yang ekspresif. Seperti kita tahu, sifat kesenian yang mendasar adalah “kesatuan,” sehingga jika dimasukkan sisipan yang dipaksakan
iv — TEATER
(walaupun misalnya bagus) akan mengurangi daya ungkap tersebut. Uraian Saudara Putu ini kami terima sebagai suatu tawaran metodologi atau idiom yang baru, yang memperkaya pendekatan LPSN. Acuan pembahasan yang dominan dalam buku ini adalah dunia teater “modern” yang berkembang di Jakarta. Karena, pertumbuhan teater modern—dan juga untuk kesenian umumnya—pada masa awal memang tumbuh di Jakarta, tapi senimannya berasal dari berbagai daerah. Namun demikian, hal yang tetap menjadi dasar pandangan LPSN, adalah tidak melihat sesuatu fenomena secara monodimensional. Sehingga kita bisa melihatnya secara lebih terbuka, tidak terpaku secara normatif pada ukuran kebenaran atau keindahan yang berada dalam genggaman (otoritas) seseorang atau sekelompok saja. Jika yang membaca buku ini adalah para pakar ilmu sosial, hampir pasti akan mengatakan bahwa pandangan Putu adalah aliran Post-Modern. Tentu saja, pandangan itu, atau apa pun, kami akan menerimanya. Akan tetapi, baik Putu Wijaya maupun tim LPSN, masuk pada aliran mana pun bukanlah menjadi tujuan. Yang lebih penting adalah kita dapat mengacu pada fenomena, pada realitas teater yang telah lama tidak tersentuh, karena kungkungan kebakuan nilai, atau dari batasan-batasan akademis aliran modernisme (Barat). Adapun kompilasi audiovisual yang menyertai buku ini, dikumpulkan dan disusun oleh Adi Nugroho, Satya Pandia, dan Gatot Slametto. Sebagian dari bahan audiovisual ini merupakan hasil perekaman LPSN Jakarta, sebagian lagi merupakan sumbangan dari mitra-mitra di berbagai wilayah. Kini bahan-bahan audiovisual LPSN ini telah jauh lebih banyak dibanding dengan 4-5 tahun yang lalu, namun yang disebut “bahan” itu sesungguhnya tak pernah bisa lengkap. Kami masih sangat memerlukan sumbangan-sumbangan materi lainnya dari berbagai pihak, bukan hanya dari para koordinator wilayah LPSN dan para guru, melainkan juga dari para siswa dan masyarakat kesenian pada umumnya. Mungkin buku beserta paket audiovisual dari bahan ajar ini dari satu sisi akan dipandang terlalu luas, terlalu berpanjang-panjang. Atau sebaliknya, dari sisi lain mungkin ada yang menganggap terlalu sedikit atau kurang lengkap. Terhadap hal itu, kita (komunitas guru, sekolah, dan siswa yang telah mengikuti program LPSN) percaya bahwa tidak ada bahan ajar yang lengkap, atau apa lagi yang sempurna. LPSN bersama Saudara Putu Wijaya menyampaikan bahan ajar ini bukan untuk mendikte atau mengajari seperti seadanya dalam buku. Kami percaya pada proses. Kami percaya pada keterbukaan (demokratisasi), karena kami pun percaya bahwa semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Sistem yang
TEATER —
baik, adalah yang terbuka untuk didefinisikan ulang mana kala diketahui ada kekurangan, dan kita memiliki sesuatu untuk memperbaikinya. Selama workshop tim pelatih 6-9 Juli 2007, banyak dibicarakan bahwa seni teater itu dari sisi perilaku panggung adalah “pura-pura.” Jika seseorang aktor memukul aktor lain hingga pingsan, yang pasti adalah memukulnya pura-pura, dan pingsannya pun pura-pura. Akan tetapi, untuk bisa pura-pura itu, seniman harus bersungguh-sungguh. Seniman latihan puluhan tahun, jelas merupakan laku yang sangat sungguhsungguh. Tidaklah mungkin jika tujuannya untuk pura-pura. Demikian pula penulisan buku maupun pengerjaan paket audiovisual kami lakukan dengan penuh kesungguhan, sesuai dengan fasilitas yang kami miliki. Buku ini tidak berdiri sendiri, melainkan terkait materi audiovisual, dan dengan pelatihan-pelatihan yang diberikan. Ada hal yang terdapat dalam buku, tidak dilakukan dalam pelatihan. Dan sebaliknya banyak hal yang disampaikan dalam pelatihan tidak tertera dalam buku. Teater adalah “laku,” yang memerlukan penyampaiannya juga melalui laku. Dalam teater juga terdapat “kata” yang bisa disampaikan melalui ucap dan tulis. Laku (tubuh), ucap, dan tulis merupakan suatu kesatuan, sehingga antara buku, paket audiovisual, latihan gerak, dan diskusi, semuanya kami harap komplementer, saling melengkapi. Karena itu, kami akan sangat berterima kasih, bahkan berharap, kilas-balik dari para pengguna buku ini. Pemberian kritik dan saran merupakan refleksi kesungguhan dan bukan kepura-puraan (politisasi). Sehingga, pilihan-pilihan yang nanti diambil oleh para peserta didik (yang sungguh-sungguh), niscaya akan sangat berharga dalam mendukung upaya pertumbuhan kesenian kita ke depan. Singkatnya, buku, paket audiovisual, dan pelatihan, merupakan trio yang memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga kita berharap semuanya saling melengkapi. Walau kesenian lain pada dasarnya sama sebagai refleksi dari totalitas (pengalaman) kehidupan manusia, teater memiliki hal-hal yang lebih eksplisit, lebih banyak memakai kata atau bahasa, seperti halnya dalam seni sastra. Melalui buku ini dan latihan-latihan dalam implementasi pelajarannya kami berharap peserta didik akan lebih mampu memahami bahasa sebagai idiom seni, bukan semata idiom komunikasi fungsional. Namun, di balik itu, yang juga diurai dalam buku ini, inti teater bukanlah pada naskah, melainkan pada penampilan sosok (tubuh) secara keseluruhan dalam suatu pertunjukan. Kekuatan kesenian adalah kemampuannya merasuk pada wilayah-wilayah rasa, kalbu, dan intuisi, yang sering tidak bisa dijelaskan tapi sekaligus memiliki kejelasan yang lain, yang biasa disebut “ekspresif,” mengesankan, menyentuh, menggugah, dan lain-lain.
vi — TEATER
Kesenian itu memang kabur tapi tajam, pura-pura tapi sungguh-sungguh, bohong tapi jujur. Kompleks, tapi itulah “kesatuan.” Materi LPSN harus dilihat secara keseluruhan. Jika buku yang satu menekankan pada satu sisi permasalahan, yang lain tidak mesti sama. Topik-topik buku LPSN satu sama lain, komplementer sifatnya. Artinya, suatu hal yang disampaikan pada suatu topik (buku), akan berguna juga untuk topik lainnya. Karena teater itu pada umumnya memiliki sisi verbal lebih ketimbang musik, tari, dan seni rupa, umpamanya, maka logis pula jika buku teater ini pun lebih memiliki kekuatan kata dan kekuatan narasi seperti yang terdapat dari tulisan Putu Wijaya. Sekali lagi, LPSN, kita semua, merasa beruntung bisa mendapatkan penulis yang bukan saja telah dikenal sebagai seniman teater, melainkan juga seorang penulis yang telah banyak menghasilkan karya. Melalui metodologi dan strategi pembelajaran LPSN, dengan ujicobanya di berbagai wilayah, kami berharap kelengkapan bahan ajar ini bisa tumbuh, berdasarkan penemuan dan masukan dari para peserta didik dan masyarakat secara umum. Bahan pelajaran ini bukan digulirkan untuk diterapkan secara mentah dan kaku, namun ia diharap akan terus tumbuh secara dinamis dan dialektis. Dengan lain kata, niat dari para penggagas dan penyusun materi adalah untuk mengajak “duet” dengan para pengguna, untuk melahirkan suatu “pertunjukan” secara bersamasama. Akhirnya, semoga buku ini akan sampai pada sasaran dan tujuannya, serta bermanfaat bagi para siswa, guru dan kita semua. LPSN menunggu masukan dari pihak mana pun untuk penyempurnaannya di masa depan. Amien.
DAFTAR ISI
PENGANTAR ............................................................................. DAFTAR ISI . ...............................................................................
iii v
BAB 1 PENDAHULUAN . ...................................................... 1.1 Pengertian Teater . ................................................ 1.2 Teater sebagai Seni Kolektif.................................. 1.3 Asal-Usul Teater ................................................... 1.4 Bentuk-Bentuk Teater/Drama . ............................ 1.5 Unsur-Unsur Teater.............................................. 1.6 Pemain, Penonton, Pengada/Penyelenggara ........ 1.7 Tempat, Waktu, dan Perubahan............................
1 1 6 8 11 13 18 21
BAB 2 TEATER NUSANTARA ............................................ 2.1 Teater Tutur .......................................................... 1.1.1 Diiringi Musik.............................................. 1.1.2 Dengan Tulisan . .......................................... 2.2 Teater Boneka dan Wayang................................... 1.2.1 Boneka ......................................................... 1.2.2 Wayang ........................................................ 1.2.3 Wayang Beber ............................................. 1.2.4 Wayang Kulit .............................................. 1.2.5 Wayang Golek ............................................. 1.2.6 Wayang Jari ................................................. 1.2.7 Wayang Tali ................................................ 1.3 Teater Topeng ......................................................
25 26 29 33 35 35 36 38 39 43 46 47 48
viii — TEATER
1.4 1.5 1.6 1.7 BAB 3
1.3.1 Tunggal ........................................................ 1.3.2 Lebih dari Seorang ...................................... Teater Tari ............................................................ 1.4.1 Sendratari . ................................................... 1.4.2 Drama Tari .................................................. 1.4.3 Jenis-jenis Lain ............................................ Teater Nyanyi ....................................................... 1.5.1 Opera ........................................................... 1.5.2 Opera di Nusantara ..................................... 1.5.2.1 Arja............................................................ 1.5.2.2 Langen Driyan dan Langen Wanaran ..... 1.5.2.3 Gending Karesmen . ................................. 1.5.2.4 Jenis-jenis Lain ......................................... Sandiwara . ............................................................. 1.6.1 Grup Profesional ......................................... 1.6.2 Berbahasa Melayu . ...................................... 1.6.3 Berbahasa Lokal . ......................................... 1.6.4 Tanggapan ................................................... Teater Modern.......................................................
49 51 52 54 59 63 66 66 68 70 72 74 75 76 76 78 80 83 84
ELEMEN-ELEMEN TEATER ................................. 87 3.1 Ruang dan Waktu................................................... 88 3.2 Tubuh dan Gerak . ................................................. 91 3.3 Suara dan Nyanyian . ............................................. 94 3.4 Rasa dan Jiwa ......................................................... 96 3.5 Panggung dan Properti ........................................ 99 3.6 Tema dan Cerita . .................................................. 102 3.7 Struktur................................................................... 105
BAB 4 PELAKU......................................................................... 4.1 Seniman: Pemain, Pemeran, Sutradara.................. 4.1.1 Pemain/Aktor .............................................. 4.1.1.1 Bakat dan Kemauan......................... 4.1.1.2 Upaya yang Harus Dilakukan ........ 4.1.1.3 Manajemen yang Bagus . ................ 4.1.1.4 Karakter, Cerita dan Skenario . ..... 4.1.2 Sutradara ...................................................... 4.1.3 Penulis Lakon .............................................. 4.2 Improvisasi: Kebebasan dan Keteraturan............... 4.3 Profesionalisme dan Cara Belajar .........................
109 109 112 115 116 119 122 130 140 145 146
TEATER — ix
4.4 4.5
Kemasan: Antara Bentuk dan Isi ........................... 4.4.1 Faktor Penonton dan Nilai Kemanusiaan... 4.4.2 Bentuk-Bentuk Kemasan . ........................... 4.4.3 Kemasan dan Pasar ...................................... 4.4.4 Penciptaan dan Penyiasatan ........................ 4.4.5 Ketekunan dalam Belajar . ........................... Kritik Teater: Fungsi dan Peran ........................... 4.5.1 Masalah Bahasa dalam Kritik ...................... 4.5.2 Arti Penting Sebuah Kritik .........................
148 149 150 152 154 157 159 164 167
BAB 5 FUNGSI SOSIAL ......................................................... 5.1 Fungsi Teater ....................................................... 5.1.1 Hiburan . ...................................................... 5.1.2 Ritual . .......................................................... 5.1.3 Ekspresi (Kreatif) . ........................................ 5.1.4 Ekonomi ....................................................... 5.1.5 Kritik dan Komentar Sosial . ........................ 5.2 Nilai Personal, Sosial, Kultural ............................. 5.3 Peristiwa Pertunjukan: Pengada, Pelaku, dan Penonton . ....................................................... 5.4 Tempat dan Waktu Pertunjukan ......................... 5.4.1 Ritual . ........................................................... 5.4.2 Tanggapan .................................................... 5.4.3 Ngamen ....................................................... 5.4.4 Tobong/Karcis ............................................. 5.4.5 Gedung Pertunjukan .................................... 5.5 Perubahan Nilai dan Sistem (Kebudayaan) .......... 5.6 Komunikasi dan Kolaborasi ..................................
169 169 172 178 180 181 183 188
SUMBER GAMBAR ..................................................................
190 193 193 197 199 200 201 205 210
— TEATER