TAWURAN ANTAR SISWA DI SMA N 1 LUNANG (Studi Kasus Tawuran Antar Siswa Etnis Jawa dan Siswa Etnis MinangKabau Di Lunang Silaut Kabupaten Pesisir Selatan) ARTIKEL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)
Oleh : EKO DARMA PUTRA NPM. 10070077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015 1
HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL
TAWURAN ANTAR SISWA DI SMA N 1 LUNANG (Studi Kasus Tawuran Antar Siswa Etnis Jawa dan Siswa Etnis MinangKabau Di Lunang Silaut Kabupaten Pesisir Selatan)
Nama NPM Program Studi Jurusan Institusi
: Eko Darma Putra : 10070077 : Pendidikan Sosiologi : Pendidikan Ilmu Sosial : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat
Jurnal ini telah disetujui oleh dosen pembimbing skripsi untuk diserahkan ke Program Studi Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat.
Padang, 15 Oktober 2015
Disetujui Oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
Rinel Fitlayeni, MA
Dian Kurnia Anggreta, M.Si
2
STUDENT Brawl Between SMAN 1 Lunang (A Case Study of Ethnic Students Fighting Between Java and Ethnic Students Minangkabau Lunang Silaut South Coastal District) Thesis, Sociology of Education Studies Program, College of Teacher Training and Education (STKIP) PGRI West Sumatra, Padang, 2015. 1
Program Studi Pendidikan Sosiologi (STKIP) PGRI Sumatera Barat This research is motivated by the basic assumption about the cause of the fighting between ethnic Javanese students with Minangkabau ethnic students in SMA N 1 Lunang. Pleased with the fact that students are involved in the field of this clash due to a dispute between two ethnic groups. The formulation of the problem is that what causes fighting between ethnic Javanese students with Minangkabau ethnic students in SMA N 1 Lunang and efforts of the school in dealing brawl at school SMA N 1 Lunang. The research objective Describe the causes of inter-ethnic clashes in SMA N 1 Lunang and describe efforts to address school brawl in SMA N 1 Lunang. The theory used is the theory of the conflict by Coser. The approach used is a qualitative approach with descriptive type. Informants are students who have been involved in the brawl SMA N 1 Lunang, principals, representatives of student, teacher guidance Counseling, guard school and the community around the school environment. Selection of informants using purposive sampling, informants numbering 14 people. The type of data used are primary data and secondary data. Data collection methods used in three ways: nonparticipant observation, in-depth interviews and document study used data analysis of data reduction and data display or data presentation. Results of this study can be concluded that the cause of the brawl in SMA N 1 Lunang are: (1) taunted each ethnic Javanese ethnic minangkabau (2) solidarity (3) lack of anticipation from the school (4) because the bandwagon. The efforts of the schools, namely: (1) sanction students involved brawl (2) conduct counseling. And as for the losses suffered as a result of the brawl, namely: (1) physical harm (2) damage to homes surrounding communities brawl (3) decreased its morality.
1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2010
2. Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat 3. Pembimbing II dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
1
kesempatan belajar pada sekolah yang bersangkutan. 4. Memelihara semangat dan soladaritas kelompok, saling mempercayai dan saling menghargai akan kemampuan masing-masing anggota kelompok, sehingga belajar menjadi lebih terarah dan bermakna bagi diri masing-masing (Slameto, 1991:4) Perhatian dari orang tua maupun dari sekolah sangatlah penting bagi siswa dalam meningkatkan hasil belajar dari siswa dan begitupun sebaliknya, jika siswa kurang mendapat perhatian dari orang tua maupun dari tingkah laku siswa, bentuk dampak dari tingkah laku siswa yang kurang dapat perhatian dari orang tua maupun dari sekolah seperti: bolos sekolah, mabukmabukan, dan yang paling sering dilakukan oleh siswa pada saat ini yaitu perkelahian atau tawuran. Perkelahian antar siswa yang lebih dikenal dengan istilah tawuran (bahasa jawa) merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang.Tawuran berbeda dengan perkelahian satu lawan satu.Perkelahian satu lawan satu tidak mendatangakan akibat luas.Pada beberapa bagian masyarakat diangggap sebagai lambang sportifitas atau kejantanan (Dhohiri 2007:17). Pada umumnya tawuran diawali oleh adanya konflik antar dua orang pelajar, atau dua orang yang berlainan kelompok, dengan adanya solidaritas kelompok di dalam sekolah tersebut sehingga membuat meluas konflik siswa di sekolah tersebut.Ada yang ingin menunjukkan keberanian didepan kawannya, ada yang ikut karena tidak ingin disebut tidak solider, atau penakut. Ketidak ikutsertaan dalam tawuran bisa menyebabkan seseorang disebut tidak solider atau penakut dan akan menurunkan penilaian kawan-kawan terhadapnya (Dhohiri 2007:18). Begitu juga dengan tawuran di SMA N 1 Lunang, yang mana tawuran ini melibatkan dua kelompok Etnit yaitu Etnis Jawa dan Etnis Minangkabau.Tawuran antar siswa terjadi di sekitar gerbang sekolah, yang mana terjadi ketika siswa ini pulang sekolah. Tawuran antar siswa yang terjadi di SMA N 1 Lunang sudah berlangsung mulai dari tahun 2005 sampai saat ini, tawuran ini kerap terjadi 3 sampai 4 kali dalam setahun.
PENDAHULUAN Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang diharapkan mampu mengembangkan potensi siswa yang seoptimal mungkin, memiliki sikap dan kepribadian yang baik serta mampu bertanggung jawab.Untuk mencapai tujuan tersebut perlu di adakan kegiatan belajar yang merupakan kegiatan inti dalam pelaksanaan pendidikan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seorang anak memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Selameto, 1991:2). Belajar merupakan tugas pokok dalam mengikuti pendidikan, yang didalamnya terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar perlu dibantu agar mereka mau dan tahu apa yang dipelajarinya. Bantuan tersebut dapat diberikan oleh orang tua dan guru atau lingkungan sekolah.Salah satu upaya bantuan yang dapat diberikan orang tua adalah memberikan dorongan agar anak mereka mau belajar, sehingga dalam dirinya sikap tumbuh dan berkembang sikap belajar yang positif.Perubahan yang dicapai setelah siswa mengikuti kegiatan belajar disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar akan membawa bentuk perubahan dalam diri siswa ke arah yang positif. Slameto menjelaskan ada dua faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor individu itu sendiri dan faktor di luar individu. Salah satu faktor yang bersumber dari luar amat penting adalah faktor orang tua bentuk dorongan dari orang tua dapat berupa dorongan kepada siswa dalam belajar meliputi perhatian terhadap belajar, kelengkapan fasilitas, kasih sayang dan bila perlu pandangan orang tua perlu mendatangi untuk melihat sejauh mana perkembangan belajar anak. Selain dari pada perhatian orang tua dalam meningkatkan hasil belajar siswa tugas dari siswa juga penting diperhatikan terhadap sekolah diantaranya: 1. Menaati tata tertib sekolah 2. Membayar SPP dan segala sesuatu yang dibebankan sekolah kepadanya, sepanjang sesuai dengan peraturan yang berlaku. 3. Menjaga nama baik sekolah di manapun ia berada dan menjadi “kebanggaan” baginya mendapat
2
Pada tahun 2013 terjadi 2 kali kasus tawuran di SMA N 1 Lunang.Kelompok Etnis ini sering melakukan tawuran dimana tawuran ini sudah menjadi kebiasaan di kalangan siswa Etnis Jawa dan Etnis Minangkabau.Tawuran antar siswa Etnis Jawa dengan Etnis Minangkabau ini biasanya menggunakan batu dan kayu, bukan lagi mengandalkan keterampilan tangan, tinju satu lawan satu. Sekarang, tawuran sudah menggunakan alat bantu. Adapun sanksi yang di berikan oleh pihak sekolah terhadap siswa yang melakukan tawuran berupa teguran, memberi skorsing dan memanggil orang tua siswa yang ikut dalam tawuran tersebut, namun itu tidak menghiraukan bagi sisw-siswa tersebut. Berangkat dari masalah diatas, biasanya tawuran antar siswa itu terjadi dalam dua sekolah yang berbeda, tetapi tawuran di SMA N 1 Lunang terjadi dalam satu sekolah yang sama namun dengan etnis yang berbeda yaitu antara Etnis Jawa dengan Etnis Minangkabau, maka penulis tertarik untuk melihat “Penyebab Terjadinya Tawuran Siswa SMA N 1 Lunang (Studi Kasus Etnis Jawa dan Etnis Minangkabau di Lunang Kecamatan Lunang Kabupaten Pesisir Selatan”. Tujuan penelitian ini untuk Mendeskripsikan penyebab tawuran antar Etnis di SMA N 1 Lunang, Mendeskripsikan usaha pihak sekolah untuk mengatasi tawuran di SMA N 1 Lunang Mendeskripsikan kerugian yang di alami akibat dari tawuran di SMA N 1 Lunang. Teori dalam penelitian ini adalah teori konflik dari Luwis Coser, Coser menyatakan bahwa konflik yang terjadi dalam masyarakat tidak semata-mata menunjukkan segi negatifnya saja, tetapi juga dapat menimbulkan dampak positif. Oleh karena itu, konflik juga bisa menguntungkan bagi orang yang bersangkutan, konflik juga merupakan salah satu bentuk interaksi dan tak perlu diingkari keberadaannya. (Wirawan, 2011:82
disiplin sekolah, guru BK, dan juga guru mata pelajaran yang mengetahui pelanggaran ini di SMA N 1 Lunang, Penentuan informan dilakukan dengan purposive sampling.Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi non partisipan, wawancara mendalam, dan studi dokumen.Unit analisis yang digunakan yaitu individu. Analisis data yang digunakan yaitu analisis data interaktif model Sogiyono. PEMBAHASAN 1. Penyebab Terjadinya
Tawuran
di SMA N 1 Lunang Tawuran antara siswa Etnis Jawa dan siswa Etnis Minangkabau di SMA N 1 Lunang sudah terjadi sejak tahun 2005, hal ini disebabkan adanya perselisihan antara masyarakat Etnis Jawa dengan Masyarakat Etnis Minangkabau, perselisihan ini terjadi akibat adanya perkelahian antara kedua kelompok Etnis ini di acara Orgen yang diadakan di Lunang Kampung. Konflik kedua etnis ini semakin lama semakin berlanjut, selalu ada saja yang menjadi pokok permasalahannya dan konflik antar kedua kelompok Etnis ini juga berdampak kepada siswa di SMA N 1 Lunang. Dampak yang di timbulkan akibat perselisihan antara kedua kelompok etnis ini yaitu terjadinya tawuran antar siswa Etnis Jawa dan siswa Etnis Minangkabau.Tawuran yang terjadi di SMA N 1 Lunang ini juga terjadi bermacam pokok permasalahannya, hal ini diungkapkan kepada peneliti ketika melakukan wawancara dengan siswa di SMA N 1 Lunang. Ada beberapa hal yang menyebab terjadinya tawuran yang di ungkapkan kepada peneliti sebagai berikut: a. Saling Ejek Antara Etnis Jawa dengan Etnis Minang. Berdasarkan hasil wawancara kepada siswa yang terlibat kasus tawuran di SMA N 1 Lunang mengatakan bahwa: Tawuran ini terjadi karena adanya tindakan saling ejek antara kedua Etnis. Tindakan saling ejek ini bermula karena adu gengsi pada kompetisi sepak bola antar kampung pada bulan desember 2012, Dari olok-olokan yang dikeluarkan demikianlah akhirnya muncul rasa tidak terima dengan ejekan-ejekan yang sama-sama mereka lontar, akhirnya muncul rasa dongkol atau tidak terima sehingga terjadinya tawuran. b. Rasa Setia Kawan.
BAHAN DAN METODE Pendekatan yang digunakan dalm penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengantipe deskriptif. Informan dalam penelitian ini siswa yang terlibat tawuran dan siswa yang tidak terlibat tawuran di SMA N Lunang, Kepala Sekolah, guru tim
3
Rasa setia kawan atau lebih dikenal dengan rasa solidaritas adalah hal yang lumrah atau biasa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam persahabatan, rasa setia kawan akan menjadi alasan mengapa persahabatan bisa menjadi kuat. Ia akan menjadi indah jika ditempatkan dalam posisi yang pas seimbang. Namun, rasa setia kawan yang berlebihan akan berdampak kepada hal yang buruk salah satunya mengakibatkan tawuran antar pelajar yang dipicu karena ketersinggungan seorang siswa yang tersenggol oleh pelajar dengan kelompok sekolah lain atau masalah kompleks lainnya. Seperti tawuran yang terjadi di SMA N 1 Lunang ini, dari hasil wawancara peneliti kepada responden bahwa salah satu penyebab terjadinya tawuran ini yaitu adanya rasa setia kawan yang sangat berlebihan sehingga menimbulkan rasa ingin membantu kawannya ketika terjadi konflik dengan kelompok lain. Pada dasarnya sebelum terjadi tawuran di SMA N 1 Lunang ini, awalnya hanya berantam satu lawan satu, namun dengan adanya rasa setia kawan akhirnya terjadi lah tawuran. c. Kurang maksimalnya antisipasi Pihak Sekolah Terhadap Tawuran. tawuran yang terjadi di SMA N 1 Lunang, hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan dari pihak sekolah, kurangnya antisipasi dari pihak sekolah, sehingga kasus tawuran ini terus menjalar dari tahun ketahun. d. Karena Ikut-ikutan. Menurut Dr. Kartini kartono (2014:104) pada dasarnya anak-anak remaja yang ikutikutan mengambil bagian dalam aksi-aksi perkelahian beramai-ramai antar geng dan antar sekolah, yang sering kali secara tidak sadar melakukan tindakan kriminal dan anti sosial itu pada umumnya adalah anak-anak normal yang berasal dari keluarga baikbaik.Tindakan ini menuntut para remaja guna mendapatkan perhatian lebih, khususnya mendapatkan pengakuan lebih dari kelompok.Seperti halnya tindakan tawuran yang terjadi atau yang dilakukan oleh siswa di SMA N 1 Lunang, merupakan salah satu bentuk sikap atau prilaku siswa yang terlibat tawuran agar mendapatkan perhatian atau pengakuan supaya dapat diterima oleh kelompoknya.
2. Kerugian Akibat Dari Tawuran Antar Siswa Etnis Jawa Dengan Siswa Etnis Minankabau Kerugian yang ditimbulkan yaitu: (1) kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran seperti luka-luka baik ringan maupun luka berat karena lemparan benda tumpul atau batu dan adu fisik dengan tangan kosong. Pada kasus tawuran tahun 2013-2014 yang lalu tercatat ada 6 orang yang terluka, 2 orang luka berat karena kepla dan pelipisnya berdarah dan harus di bawa kerumah sakit dan 4 orang dinyatakan luka ringan karena hanya mengalami luka lebam dibagian wajah dan badan saja. (2) masyarakat sekitar tempat terjadinya tawuran, contohnya rusaknya rumah warga akibat pelajar yang tawuran melempari batu dan mengenai rumah warga. Dalam temuan peneliti tercatat hanya 1 rumah yang rusak, ini karena lemparan batu dari siswa yang tawuran (3) Menurunnya moralitas para pelajar kedua sekolah, ini diwujudkan secara nyata dengan mengutamakan kekerasan sebagai jalan menyelesaikan konflik dan mengumbar katakata kotor sebagai luapan emosi 3. Upaya Yang Dilakukan Oleh Pihak Sekolah Upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah yaitu: a. Pemberian Sanksi Kepada Siswa Yang Terlibat Tawuran. Pemberian sanksi merupakan salah satu dari bentuk upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam mengatasi tawuran di SMA N 1 Lunang, adapun sanksi yang diberikan berupa skorsing, panggilan orang tua dan berbuntut kepada pengeluaran siswa dari sekolah. Bentuk mekanisme pemberian sanksinya yaitu pada awalnya siswa yang terlibat tawuran di skorsing dan langsung bersaan surat pemanggilan orang tua, setelah orang tua datang kesekolah kemudian pihak sekolah menjelaskan kepada pihak keluarga terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh anak mereka. Atas kesepakatan bersama pihak sekolah dan pihak orang tua membuat surat perjanjian yang berisi jika siswa masih melakukan pelanggaran berupa tawuran lagi, maka pihak sekolah akan mengeluarkan dari sekolah. Surat perjanjian ini dibuat oleh sekolah, kemudian ditanda tangani oleh pihak orang tua dan siswa yang terlibat tawuran.
4
b. Mengadakan Penyuluhan Yang Bersifat Untuk Mencegah Terjadinya Pelanggaran Tata Tertib. Metode penyuluhan digunakan untuk memberikan pengarahan melalui tatap muka seperti bimbingan langsung kepada para siswa yang belum terlibat dan dan kepada siswa yang sering terlibat tawuran.Sedangkan metode pendidikan/pelatihan digunakan untuk memberikan latihan dan pendidikan kepada siswa bagaimana seharusnya berbuat anti kekerasan dan perkelahian, dan bagaimana trik-trik mengatasi masalah. Metode penyuluhan juga digunakan untuk memberikan informasi kepada para orangtua bagaimana agar mereka dapat membantu anaknya dalam menjalani fase-fase perkembangan psikologis, terutama pada para remaja, sehingga para orang tua memahami dan dapat bertindak secara proporsional
adapun sanksi yang diberikan berupa skorsing, panggilan orang tua dan berbuntut kepada pengeluaran siswa dari sekolah.(2) Mengadakan Penyuluhan Yang Bersifat Untuk Mencegah Terjadinya Pelanggaran Tata Tertib.Metode penyuluhan digunakan untuk memberikan pengarahan melalui tatap muka seperti bimbingan langsung kepada para siswa yang belum terlibat dan dan kepada siswa yang sering terlibat tawuran. Dan kerugian dari akibat tawuran yang terjadi yaitu: (1) kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran seperti luka-luka baik ringan maupun luka berat karena lemparan benda tumpul atau batu dan adu fisik dengan tangan kosong. Pada kasus tawuran tahun 2013-2014 yang lalu tercatat ada 6 orang yang terluka, 2 orang luka berat karena kepla dan pelipisnya berdarah dan harus di bawa kerumah sakit dan 4 orang dinyatakan luka ringan karena hanya mengalami luka lebam dibagian wajah dan badan saja. (2) masyarakat sekitar tempat terjadinya tawuran, contohnya rusaknya rumah warga akibat pelajar yang tawuran melempari batu dan mengenai rumah warga. Dalam temuan peneliti tercatat hanya 1 rumah yang rusak, ini karena lemparan batu dari siswa yang tawuran (3) Menurunnya moralitas para pelajar kedua sekolah, ini diwujudkan secara nyata dengan mengutamakan kekerasan sebagai jalan menyelesaikan konflik dan mengumbar kata-kata kotor sebagai luapan emosi. Namun dalam tawuran yang terjadi di SMA N 1 Lunang ini peneliti tidak menemukan bentuk kerugian materi dari akibat tawuran tersebut, hanya terdapat kerugian fisik, bentuk dari kerugian fisik akibat dari tawuran tersbut yaitu adanya siswa yang terluka akibat dari tawuran ini.
KESIMPULAN Berdasarkan realita dilapangan bahwa penyebab terjadinyaTawuran di SMA N 1 Lunang yaitu: (1) Saling Ejek Antara Etnis Jawa dengan Etnis Minang. Tawuran ini terjadi karena adanya tindakan saling ejek antara kedua Etnis.Karena sama-sama tidak terima dengan ejekan yang di lontarkan sehingga membuat tersulut nya emosi para siswa dan akhirnya terjadi tawuran. (2) Rasa Setia Kawan. Rasa setia kawan atau lebih dikenal dengan rasa solidaritas.Dengan rasa kesetiakawanan membuat siswa ikut serta dalam tawuran hal ini dilakukan bertujuan untuk menolong rekan sesame etnis mereka. (3) Kurang Antisipasi Pihak Sekolah Terhadap Tawuran. Kurang nya antisipasi terhadap tawuran yang terjadi sehingga tawuran ini terus berlanjut. (4) Karena Ikutikutan. Siswa yang terlibat tawuran karena ikut-ikutan saja hal ini dilakukan sebagai bentuk sikap atau prilaku siswa yang terlibat tawuran agar mendapatkan perhatian atau pengakuan supaya dapat diterima oleh kelompoknya. Adapun upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam menangani kasus tawuran ini diantaranya: (1) Pemberian Sanksi Kepada Siswa Yang Terlibat Tawuran. Pemberian sanksi merupakan salah satu dari bentuk upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam mengatasi tawuran di SMA N 1 Lunang,
DAFTAR PUSTAKA
Slameto, 1991.Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. Reneka Cipta Dhohiri, Rohman Taufiq, 2007, Pengenalan Sosilogi SMP Kelas VIII. Jakarta: Yudistira. Wirawan, 2011.Teori-Teori Sosial Dalam Paradigma. Surabaya: Prenadamedia.
5
Sugiyono.2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuentitataif), Kelitatif, Dan R Dan D).
6