STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF GURU DALAM MENCEGAH TAWURAN ANTAR PELAJAR DI SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI PENULIS UTAMA : MUHAMMAD ALAMSYAH EMAIL :
[email protected] ANGGOTA : NURJANAH, M.Si EMAIL :
[email protected] ABSTRACK Student is candidates who will be leader for people and country in the future. In fact, some of the student did’nt suitable like our hope, there are student that fight one to other that called the gang fight of student. The thing that can teacher do in school is persuasive communication to the students. The goal of the research is to know the persuasive communication strategy of the teacher to restrain it at SMK N 1 Bukittinggi students, and also what the teacher problems to do communication persuasive strategy to restrain gang fight between the students of at SMK N 1 Bukittinggi.This research using qualitative method based primary and secondary data and using the techniques of collecting observation data, interview, and documentation. Data analyze technique using the interaktive analyze data model Miles and Huberman, which the data will be reducted, it will be served to get a conclution. And for validity of the data using extention participation and triangulation.Persuasive communication strategy that teacher is emotional approach and cognitive, sociocultural persuasive strategy, discussion, using media, work like a team with the other people in outside of the school, and give the punishment to the students. There are some problems that teacher is communicate lacking betwen the students and less at guidence counseling study. Keyword : Strategy of Persuasive Communication, Teacher, Student, Gang Fighting Kata Kunci : Strategi Komunikasi Persuasif, Guru, Pelajar, Tawuran PENDAHULUAN Pelajar merupakan harapan bangsa dan negara. Maju atau tidaknya bangsa dan negara ditentukan oleh para pelajar, hal ini dikarenakan pelajar merupakan calon pemimpin bangsa dan negara dimasa datang. Dengan demikian kondisi negara di masa depan akan diwarnai oleh kualitas para pelajar saat ini. Semakin berkualitas pelajar dan pemudanya maka akan semakin maju suatu bangsa dan negara. Pada kenyataannya ada sebagian pelajar yang tidak sesuai dengan harapan kita, yaitu adanya pelajar yang melakukan perkelahian antar sesama pelajar yang lebih dikenal dengan istilah tawuran. Tawuran pelajar bisa terjadi karena adanya perselisihan atau bentrokan antara dua sekolah yang berbeda dimana pada awalnya perselisihan atau bentrokan itu dipicu oleh adanya seorang pelajar yang terlibat pertengkaran dengan pelajar lain dan pada akhirnya meluas keteman-teman lainnya. Namun pada kenyataannya tawuran pelajar dapat ditimbulkan karena hal lain. Tawuran
1
pelajar tidak hanya terjadi antara dua sekolah atau lebih, tetapi tawuran pelajar juga bisa terjadi dalam satu sekolah yang sama. Tawuran ini biasanya dipicu oleh perselisihan antara kelompok pelajar dalam satu sekolah. Kelompok pelajar ini bisa saja dilatar belakangi oleh kesamaan daerah tempat tinggal, kesamaan jurusan keahlian, ataupun dilatar belakangi oleh hal-hal lain. Tawuran di kalangan pelajar tidak bisa dibiarkan begitu saja akan tetapi perlu dicari cara mengatasinya. Upaya yang dapat dilakukan pihak sekolah diantaranya adalah dengan melakukan komunikasi dengan para pelajarnya, hal ini dimaksudkan agar tercipta hubungan yang baik dimana komunikasi yang dilakukan pihak sekolah diharapkan dapat mencegah terjadinya tawuran. Sosiolog dari Universitas Andalas, Azwar menyatakan “tawuran antar siswa yang terus berulang menandakan lemahnya sistem pendidikan yang diterapkan oleh sekolah. Diakui atau tidak, pihak sekolah sudah melalaikan tugasnya dalam mendidik siswa sehingga selalu kecolongan dalam setiap tawuran.”(Padang Ekspres,18 Juni 2011) Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan khusus dalam berkomunikasi untuk mencegah tawuran antar pelajar, yaitu komunikasi persuasif. Dimana komunikasi yang disampaikan bertujuan untuk mempengaruhi sikap, pandangan serta prilaku seseorang dalam bentuk kegiatan membujuk agar sesuai dengan keinginan yang diharapkan. Hardo (dalam Soemirat, 2004:1.21) mendefinisikan persuasi sebagai proses komunikatif untuk mengubah kepercayaan, sikap, perhatian, atau perilaku baik secara sadar maupun tidak dengan menggunakan kata-kata dan pesan non verbal. Setiap kegiatan persuasi perlu dilandasi oleh strategi tertentu demi keberhasilannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Strategi tersebut adalah rencana terpilih yang bersifat teliti dan hati-hati yang telah dirancang untuk mencapai tujuan yang diinginkan (dalam Soemirat,2004:8.22). Begitu juga dengan komunikasi persuasif yang dilakukan guru SMK Negeri 1 Bukittinggi dalam mencegah tawuran antar pelajar, harus dilandasi oleh strategi tertentu yang telah dipilih dan dirancang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui dan ingin melihat strategi komunikasi persuasif apa yang dilakukan guru dalam mencegah tawuran antar pelajar yang melibatkan siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah bagaimana strategi komunikasi persuasif guru dalam mencegah tawuran antar pelajar di SMK Negeri 1 Bukittinggi?. Dari rumusan masalah tersebut diuraikan dengan dua pokok bahasan yaitu bagaimana strategi komunikasi persuasif guru dalam mencegah tawuran antar pelajar di SMK Negeri 1 Bukittinggi, dan apa kendala yang dihadapi guru dalam melakukan strategi komunikasi persuasif dalam mencegah tawuran antar pelajar di SMK Negeri 1 Bukittinggi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi persuasif guru dalam mencegah tawuran antar pelajar di SMK Negeri 1 Bukittinggi, dan untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam melakukan strategi komunikasi persuasif dalam mencegah tawuran antar pelajar di SMK Negeri 1 Bukittinggi.
2
Tinjauan teori yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka penulis menggunakan model komunikasi persuasif Applebeum dan Anatol. Model komunikasi persuasif Applebeum dan Anatol tersebut dapat dilihat dari gambar di bawah ini : Gambar 1: Model Applebeum dan Anatol ENVIRONMENT FEEDBACK
RECEIVER SOURCE
CHANNEL MESSAGE
SOURCE RECEIVE R
TIME
Sumber : dalam Soemirat , dkk, 2007:2.6
Jadi dapat disimpulkan bahwa model Applebeum dan Anatol menunjukkan bahwa komunikasi persuasif dipengaruhi oleh : Source/sumber (guru SMKN 1 Bukittinggi), ialah orang yang berinisiatif untuk melakukan komunikasi baik secara verbal maupun non verbal dengan tujuan tertentu. Receiver/penerima (siswa SMKN 1 Bukittinggi), yaitu individu atau kelompok yang merupakan sasaran dari sumber komunikasi. Sumber bertindak untuk membuat perubahan sikap, pendapat ataupun perilaku penerima. Message/pesan, yaitu informasi yang disampaikan oleh sumber kepada penerima. Channel/saluran, yaitu sarana dimana pesan mengalir antara sumber dengan penerima. Feedback/umpan balik, mengacu pada berulangnya proses komunikasi dimana sumber dapat mengetahui bagaimana pesan yang disampaikan, diinterprestasikan. Time (waktu), yaitu waktu pelaksanaan yang tepat untuk melakukan proses komunikasi persuasif. Environment, yaitu konteks situasional dimana proses komunikasi persuasif ini terjadi. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan penyajian analisa secara deskriptif yang dipaparkan dalam bentuk deskripsi menurut bahasa, cara pandang subjek penelitian yang berkenaan dengan masalah yang diteliti yang juga merupakan data. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Bukittinggi Jalan Iskandar Teja Sukmana, Padang Gamuk, Tarok, Bukittinggi, Sumatera Barat. Jadwal penelitian yang dilakukan mulai pada bulan Juni 2012 sampai bulan November 2012.
3
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah guru SMK Negeri 1 Bukittinggi, siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi, orang tua atau wali dari siswa, dan alumni SMK Negeri 1 Bukittinggi. Subjek penelitian ditentukan bedasarkan teknik purposive sampling. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah strategi komunikasi persuasif guru dalam mencegah tawuran antar pelajar di SMK Negeri 1 Bukittinggi. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan observasi penulis dengan guru SMK Negeri 1 Bukittinggi yang melakukan komunikasi persuasif dan dengan siswa yang menjadi sasaran persuasif. Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari internet, data-data, arsip dan dokumen yang diperoleh dari SMK Negeri 1 Bukittinggi. Data-data tersebut didapatkan dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan dalam menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif Miller dan Huberman. Pada model interaktif, reduksi data dan penyajian data memperhatikan hasil data yang dikumpulkan, kemudian proses penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dalam pengumpulan data peneliti mulai mencari arti benda-benda, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Teknik analisa data model interakif antara kolektif data atau pengumpulan data analisis data. Analisis data yang dimaksud yaitu reduksi data, pengajian data dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan. Reduksi data adalah mengelola data dengan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak diperlukan serta mengorganisir data maka dapat dengan mudah menyajikan atau memaparkan data-data yang diperlukan yang disimpulkan dengan cara induktif pada penelitian, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan atau verifikasi dalam menganalisis data penelitian. Keabsahan data dari penelitian ini diuji dengan menggunakan teknik pengabsahan data seperti perpanjangan keikutsertaan dan triangulasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Strategi Komunikasi Persuasif Guru Dalam Mencegah Tawuran Antar Pelajar di SMK Negeri 1 Bukittinggi Perkelahian atau tawuran yang melibatkan pelajar yang masih duduk di bangku sekolahan bisa disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal atau faktor endogen berlangsung lewat proses internalisasi diri yang keliru oleh anak-anak remaja dalam menanggapi lingkungan di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Tingkah laku mereka itu merupakan reaksi yang salah atau irrasional dari proses belajar, dalam bentuk ketidak mampuan mereka melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar. Dengan kata lain, anak-anak remaja itu melakukan mekanisme pelarian diri yang salah atau tidak rasional, dan pelanggaran terhadap norma-norma sosial dan hukum formal yang diwujudkan dalam bentuk kejahatan, kekerasan, kebiasaan berkelahi massal dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya perkelahian diantara anak-anak sekolah atau tawuran antar pelajar, disebabkan oleh faktor keluarga, faktor lingkungan sekolah, dan faktor lingkungan luar.
4
Pada dasarnya para pelajar membutuhkan bimbingan dari segi psikologis, spiritual, maupun sosial. Bimbingan yang diberikan tidak bisa berasal dari satu aspek saja karena pelajar membutuhkan suatu bimbingan yang komprehensif. Bimbingan terhadap pelajar bisa diberikan oleh orang tua di rumah, masyarakat dalam lingkungan dan oleh guru yang mengajar dan mendidik pelajar di sekolah. Untuk mencegah terjadinya tawuran antar pelajar, sekolah harus melakukan berbagai strategi salah satunya dengan melakukan komunikasi dengan siswanya, hal ini dimaksudkan agar tercipta hubungan yang baik dimana komunikasi yang dilakukan pihak sekolah diharapkan dapat mencegah terjadinya tawuran. Namun berkomunikasi menghadapi para pelajar bukanlah merupakan hal yang mudah. Pelajar berasal dari berbagai keluarga dengan latar belakang dan kepribadian yang berbeda-beda. Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan khusus dalam berkomunikasi, yaitu komunikasi persuasif. Dimana komunikasi yang disampaikan bertujuan untuk mempengaruhi sikap, pandangan serta prilaku seseorang dalam bentuk kegiatan membujuk agar sesuai dengan keinginan yang diharapkan. Oleh karena itu, setiap kegiatan persuasi perlu dilandasi oleh strategi tertentu demi keberhasilannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun strategi komunikasi persuasif yang dilakukan guru dalam mencegah tawuran antar pelajar di SMK Negeri 1 Bukittinggi antara lain : 1. Pendekatan Emosional dan Kognitif Pada strategi ini guru sebagai persuader mempengaruhi siswa dengan memusatkan pada faktor emosional dan kognitif siswa, dimana guru sebelum mempengaruhi siswa akan menyentuh perasaan siswa melalui pemberian perhatian, dan mendekati siswa dengan lemah lembut dan kasih sayang sampai mereka merasa nyaman. Strategi ini sesuai dengan strategi psikodinamika bahwa strategi persuasi berdasarkan konsep psikodinamika harus dipusatkan pada faktor emosional dan faktor kognitif, dengan asumsi bahwa faktor-faktor kognitif berpengaruh besar pada perilaku manusia. Jika faktor-faktor kognitif dapat diubah, maka perilakupun dapat diubah pula. Pesan yang efektif bersifat mampu mengubah fungsi psikologis individual dengan berbagai cara, dimana mereka akan merespon secara terbuka dengan bentuk perilaku seperti yang diinginkan atau sesuai dengan yang dinyatakan persuader. Dengan perkataan lain, untuk komunikasi persuasif yang efektif terletak dalam belajar hal yang baru, dengan dasar informasi yang diberikan oleh persuader. Dalam komunikasi orang yang berhasil menciptakan keakraban akan berada di depan orang lain, ia akan lebih memegang kendali. Namun kemampuan untuk menciptakan keakraban juga berbeda-beda karena setiap orang mempunyai watak dan perilaku yang berbeda-beda. Setelah siswa merasa nyaman, baru menggunakan pesan-pesan pembangkit semangat dan membangkitkan emosi siswa dengan memberikan pengarahan-pengarahan tentang masalah tawuran dan memberikan gambarangambaran akibat yang akan ditimbulkan oleh tawuran, serta menjelaskan kerugian dari tawuran. Selanjutnya adalah dengan membangkitkan emosi siswa,
5
memberikan pengetahuan-pengetahuan, memberikan solusi dan memberikan informasi yang berguna untuk siswa itu sendiri. Kognitif merupakan pengetahuan, pandangan dan pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diperolehnya. Termasuk dalam hal ini baik atau buruk, menguntungkan atau tidak, sesuai atau tidak terhadap suatu hal atau objek. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu sebagai pemilik sikap. Dengan cara rasional kognitif seseorang dapat dipengaruhi, aspek-aspek yang dipengaruhi dapat berupa ide ataupun konsep, sehingga pada orang tersebut terbentuk keyakinan. 2. Strategi Persuasi Sosiokultural Asumsi pokok dari strategi persuasi sosiokultural adalah bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh kekuatan luar diri individu. Perilaku siswa secara umum dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat mereka berada dan lingkungan keluarga. Dalam penyampaian pesan persuasif kepada siswa, faktor lingkungan dan faktor keluarga adalah faktor yang perlu diperhatikan guru. Guru harus bisa melihat siapa yang paling berpengaruh di lingkungan atau di dalam diri siswa tersebut dan melihat hubungan antar pribadi sebagai sumber informasi maupun sebagai penguat pesan yang diterima. Upaya sekolah dalam pencegahan tawuran antar pelajar yang melibatkan siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi, tidak cukup dengan hanya mempengaruhi siswa itu sendiri tetapi juga melibatkan orang yang berpengaruh terhadap siswa itu sendiri yaitu orang tua atau wali dari siswa. faktor lingkungan dan keluarga juga tidak bisa diabaikan dalam mempengaruhi siswa, karena pada umumnya pemikiran seseorang juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya tempat mereka tinggal. Strategi ini digunakan karena kebanyakan siswa menerima pesan-pesan komunikasi berdasarkan hubungan dengan orang lain dan budaya juga kehidupan sosial mereka. 3. Diskusi Diskusi merupakan bagian dari proses komunikasi persuasif. pesan persuasif harus dikomunikasikan untuk dapat diadopsi dengan cara berbicara empat mata dengan lawan bicara, agar pesan persuasif lebih cepat sampai. Diskusi yang dilakukan bisa saja diskusi dalam jumlah banyak atau berkelompok dan bisa juga dilakukan dengan cara empat mata, yang mana dalam diskusi tersebut pesan akan lebih mudah disampaikan karena yang aktif disini bukan hanya yang bertindak sebagai persuader atau orang yang menyampaikan pesan, tetapi juga diharapkan umpan balik dari persuadee atau yang menjadi tujuan pesan itu disampaikan. Strategi dengan cara diskusi ini merupakan salah satu strategi komunikasi persuasif yang digunakan guru SMK Negeri 1 Bukittinggi untuk melakukan pendekatan kepada siswa untuk mencegah terjadinya tawuran antar pelajar yang melibatkan siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi. Diskusi yang dilakukan bisa saja diskusi berkelompok yang dilakukan di dalam kelas, atau pun diskusi yang
6
dilakukan dengan pemanggilan siswa yang bersangkutan ke ruangan guru. Dalam penyelesaian setiap permasalahan yang dihadapi siswa, dan dalam penyelesaian setiap masalah yang diperbuat oleh siswa, akan dilakukan dengan cara diskusi. Guru SMK Negeri 1 Bukittinggi menerapkan strategi ini dengan melakukan diskusi dengan siswanya. Maka dari itu guru SMK Negeri 1 Bukittinggi selalu melakukan diskusi guna untuk pendekatan kepada siswanya dalam upaya pencegahan terjadinya tawuran antar pelajar. 4. Penggunaan Saluran dan Media Saluran merupakan perantara, dimana seorang penerima (persuadee) mengoperkan kembali pesan yang berasal dari sumber awal untuk tujuan akhir. Salah satu potensi yang merugikan, yang bisa muncul dari saluran adalah pesan yang kita sampaikan dapat mengalami distorsi, baik oleh perantara maupun pesan itu tidak pernah ditransmisikan kembali, namun hal itu kadang kala dapat pula bermanfaat. Saluran dipergunakan oleh persuader untuk berkomunikasi dengan berbagai orang secara formal, non formal dan komunikasi tatap muka (face to face communication). Sebagaimana halnya dalam komunikasi secara umum, komunikasi persuasif pun dalam mekanismenya menggunakan saluran. Saluran komunikasi secara garis besar terdiri dari saluran primer (primary channel) dan saluran sekunder (secondary channel). Saluran primer adalah media pokok yang digunakan untuk berkomunikasi, seperti radio, film, surat kabar, majalah, kantor berita, dan lain-lain. Sementara saluran sekunder adalah media tambahan atau pembantu yang dapat memberi arti tertentu dalam suatu pembicaraan. Contoh saluran sekunder misalnya intonasi dan bahasa tubuh. Dalam penyampaian pesan persuasif kepada siswa untuk mencegah terjadinya tawuran antar pelajar yang melibatkan siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi, pihak sekolah menyampaikan persuasif menggunakan berbagai saluran diantaranya melalui surat edaran. Surat edaran yang ditujukan kepada siswa tersebut berisi tindakan dan sanksi yang akan dierikan sekolah terhadap siswa yang menjadi otak dari kasus tawuran yang melibatkan siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi. Selain menggunakan media berupa surat edaran, pesan persuasi yang disampaikan guru kepada siswa untuk mencegah terjadinya tawuran antar pelajar di SMK Negeri 1 Bukittinggi juga menggunakan media atau saluran lain yang terdiri dari media elektronik yaitu berupa penayangan video-video aksi tawuran dan akibat atau kerugian yang akan ditimbulkan oleh tawuran dan video-video motivasi lain yang bisa membangkitkan motivasi siswa. Penayangan video-video tersebut dilakukan pada saat jam pelajaran bimbingan dan konseling (BK) yang mana akan dibimbing langsung oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan yaitu guru BK itu sendiri. 5. Kerja Sama dengan Pihak Luar Sekolah Dalam upaya untuk mencegah terjadinya kasus tawuran atau perkelahian yang melibatkan para pelajar, tidaklah cukup apabila hanya dilakukan oleh pihak sekolah. Dalam hal ini dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak termasuk pihak
7
dari luar sekolah seperti dari kepolisian, dinas pendidikan, orang tua dan wali dari siswa, masyarakat, dan terutama pihak sekolah itu sendiri untuk meminimalisir terjadinya kasus tawuran atau perkelahian yang melibatkan peajar. Begitu juga halnya dengan upaya persuasif yang dilakukan oleh guru SMK Negeri 1 Bukittinggi dalam mencegah tawuran antar pelajar yang melibatkan siswa dari sekolah tersebut. Pihak sekolah melakukan kerja sama dengan pihak luar sekolah seperti dari kepolisian dan dinas pendidikan untuk mempersuasif siswa agar tidak terlibat dalam kasus tawuran atau perkelahian. Pelaksanaan persuasif yang dilakukan guru kepada siswa untuk mencegah terjadinya tawuran antar pelajar yang melibatkan siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi, juga melibatkan pihak dari luar sekolah. Sekolah bekerja sama dengan dinas pendidikan dan kepolisian. Strategi ini dilakukan agar siswa dapat menghindari aksi tawuran dan merasa takut untuk melakukan tawuran atau perkelahian. 6. Pemberian Sanksi atau Hukuman Kasus tawuran atau perkelahian yang melibatkan pelajar juga akan mencoreng sistem pendidikan dan mencoreng nama sekolah, apalagi SMK Negeri 1 Bukittinggi merupakan sekolah teknik (STM) negeri satu-satunya di kota Bukittinggi. Maka dari itu strategi persuasif yang diterapkan guru dan pihak sekolah untuk mencegah tawuran atau perkelahian antar pelajar yang melibatkan siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi adalah dengan memberikan sanksi atau hukuman yang tegas kepada siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi yang terbukti terlibat dalam kasus tawuran atau perkelahian. Sanksi atau hukuman yang akan diberikan kepada siswa yang terlibat dalam aksi tawuran atau perkelahian akan disesuaikan dengan keterlibatan siswa tersebut dalam aksi tawuran yang dilakukan. Sanksi atau hukuman dimulai dengan pemanggilan orang tua kemudian membuat surat perjanjian di atas materai, pemberian scorsing, dan akan dikeluarkan dari sekolah atau dikembalikan kepada orang tua. Hal ini dilakukan sebagai salah satu strategi persuasif guru dalam upaya pencegahan terjadinya tawuran antar pelajar yang melibatkan siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi. Dengan adanya sanksi atau hukuman tersebut, diharapkan supaya siswa dapat menghindari dan tidak terlibat dalam kasus tawuran atau perkelahian maupun pelanggaran-pelanggaran lainnya baik di dalam maupun di luar sekolah. Faktor-Faktor Yang Menjadi Kendala Untuk Melakukan Strategi Komunikasi Persuasif Guru Dalam Mencegah Tawuran Antar Pelajar di SMK Negeri 1 Bukittinggi Dalam proses komunikasi persuasif dengan siswa tidak lepas dari faktorfaktor penghambat atau faktor yang menjadi kendala. Adapun faktor-faktor yang menjadi kendala tersebut antara lain : 1. Kurang Terbukanya Siswa Sifat kurang terbuka dari persuadee atau sasaran inilah yang menjadi salah satu faktor penghambat atau yang menjadi kendala yang dihadapi oleh persuader
8
dalam menyampaikan pesan persuasi kepada persuadee atau sasaran. Begitu juga dengan kendala yang dihadapi oleh guru SMK Negeri 1 Bukittinggi dalam menyampaikan pesan persuasi dalam upaya mencegah terjadinya tawuran antar pelajar kepada siswa-siswanya adalah sifat kurang terbukanya siswa. Kurang keterbukaan siswa bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti rasa takut terhadap kawan, pembelaan terhadap kawan dan rasa kesetia kawanan. 2. Kurangnya Jam Pelajaran Bimbingan dan Konseling (BK) Salah satu materi pelajaran yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling SMK Negeri 1 Bukittinggi kepada siswanya adalah tentang kenakalan remaja, yang mana tawuran atau perkelahian yang melibatkan pelajar masuk ke dalam materi khusus pembelajaran tersebut dan harus disampaikan kepada siswa terutama siswa didik yang baru masuk ke sekolah ini. Dengan adanya guru bimbingan dan konseling (BK), sangat membantu sekolah karena guru bimbingan dan konseling (BK) secara langsung yang menangani masalah yang diperbuat dan dihadapi oleh siswa. Guru bimbingan dan konseling (BK) bertugas untuk memproses, mencari jalan keluar dan menyelesaikan setiap masalah yang diperbuat dan dihadapi oleh siswa . Akan tetapi yang menjadi kendala yang dihadapi oleh guru SMK Negeri 1 Bukittinggi dalam upaya mencegah tawuran antar pelajar adalah kurangnya jam mata pelajaran bimbingan dan konseling (BK) yang secara langsung masuk kelas. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan dianalisis dengan permasalahan yang ada dan teknik analisa yang telah ditentukan, maka dapat diambil kesimpulan antara lain : 1. Strategi komunikasi guru dalam mencegah tawuran antar pelajar di SMK Negeri 1 Bukittinggi merupakan proses yang tidak mudah. Strategi komunikasi persuasif yang dilakukan antara lain pendekatan emosional dan kognitif, strategi persuasi sosiokultural, diskusi, penggunaan saluran dan media, menjalin kerja sama dengan pihak luar sekolah, dan pemberian sanksi atau hukuman. Strategi komunikasi persuasif yang dilakukan guru dalam mencegah terjadinya tawuran antar pelajar yang melibatkan siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi dapat tercapai, hal ini terbukti dengan adanya perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik dan tidak adanya kasus tawuran lagi sejak terakhir kali terjadi sampai sekarang. 2. Faktor penghambat atau yang menjadi kendala strategi komunikasi persuasif yang dilakukan guru dalam mencegah terjadinya tawuran yang melibatkan siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi antara lain sifat kurang terbuka yang dimiliki siswa dan kurangnya jam masuk kelas mata pelajaran bimbingan dan konseling (BK). Pada faktor penghambat atau yang menjadi kendala ini, sedikit banyaknya dapat mempengaruhi komunikasi itu sendiri.
9
SARAN Adapun saran-saran yang diberikan peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Disarankan agar guru lebih meningkatkan strategi komunikasi persuasif kepada siswa dalam mencegah tawuran antar pelajar di SSMK Negeri 1 Bukittinggi. 2. Disarankan kepada guru agar dapat mempertahankan komunikasi persuasif yang telah dlakukan kepada siswa dalam mencegah terjadinya tawuran antar pelajar. 3. Penulis menyarankan agar sering diadakan komunikasi antara guru dan siswa, tidak hanya pada situasi formal, tetapi juga pada situasi informal. Hal ini supaya kedekatan antara guru dan siswa dapat tercipta. 4. Saran untuk siswa agar dapat menghindari kasus tawuran. Sekarang bukan jamannya lagi untuk menyelesaikan masalah dengan cara adu jotos. Tawuran, anarkis, kerusuhan dan segala macam bentuknya adalah perilaku kampungan. 5. Untuk peneliti selanjutnya yang juga memiliki ketertarikan untuk meneliti masalah yang sama namun dalam konsep yang berbeda, maka peneliti berharap agar bisa lebih dikembangkan lagi dan menggunakan metodemetode penelitian yang lebih baru dan berbeda sehingga hasilnya pun juga semakin baik. UCAPAN TERIMA KASIH Dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan rasa terimakasih kepada : 1. Bapak Drs. Ali Yusri, MS, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau. 2. Bapak Rusmadi Awza, S.Sos, M.Si, ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau. 3. Ibu Evawani Elysa Lubis, S.Sos, M.Si, sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, atas segala kelancaran urusan yang selama ini diberikan. 4. Ibu Nurjanah, M.Si yang telah membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. 5. Tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktu untuk dapat hadir serta memberikan koreksi dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 6. Staf pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan dalam menunjang kesempurnaan skripsi ini. 7. Staf jurusan ilmu komunikasi yang telah bersedia membantu dan melayani kelengkapan administrasi selama kuliah dan keperluan administrasi skripsi yang diperlukan penulis selama penelitian ini berlangsung. 8. Penghormatan dan sembah sujud serta terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada ibunda Rosmaniar dan ayahanda Syahrial yang telah memberikan semangat, bantuan dan dorongan baik materil maupun
10
moril yang tiada henti-hentinya. Kakakku Iswandi yang telah memberikan bantuan doa dan materil dan adikku Aprilia Putri yang selalu memberikan semangat dan doa. 9. Bapak Drs. Yon Afrizal, M.PD, kepala sekolah SMK Negeri 1 Bukittinggi lokasi penelitian ini dilaksanakan, Ibu dan Bapak guru SMK Negeri 1 Bukittinggi, siswa, orang tua siswa, dan alumni SMK Negeri 1 Bukittinggi yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 10. Kepada teman-teman seperjuangan, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, khususnya angkatan 2007, yang selalu memberikan dukungan dan semangat, sahabat-sahabat KKN 2010 yang selalu penulis rindukan, dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. DAFTAR PUSTAKA Alwasillah, Chaeder,2002. Pokoknya Kualitatif.Jakarta: Dunia Pustaka Jaya Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Djamarah, Syaiful Bahri.2002.Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2002. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Hamalik, Oemar.2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamidi,2005. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Univ.Muhammadiyah Malang. Kartono, Kartini. 2006. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Jakarta : Raja Grafindo Persada. Krisyantono, Rachmat.2006. Teknik Praktis Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Kunandar.2007. Guru Profesional. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Mulyana, Deddy,2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2005. Komunikasi Efektif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J.2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muslimin. 2004. Hubungan Masyarakat dan Konsep Kepribadian. UMM Press, Malang. Patilima, Hamid.2003. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Afbeta Prisgunanto, Ilham. 2006. Komunikasi Pemasaran Strategi dan Taktik. Bogor: Ghalia Indonesia. Purnawan, 2002.Dynamic Persuation: Persuasi Efektif dengan Bahasa Hipnosis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rakhmat, Jalaluddin.2002. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
11
Rangkuti, Freddy.2006. Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Utama, Jakarta Ruslan, Rosady. 2004. Penelitia Public Relation dan Komunikasi. Jakarta: Remaja Rosdakarya. Sendjaja, Djuarsa,dkk.2005. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. Soemirat, Soleh, Hidayat Satari, dan Asep Suryana.2007. Komunikasi Persuasif. Jakarta: Universitas Terbuka. Sugiyono.2008. Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Remaja Rosda Karya. Sukandarrumidi,2004. Metode Penelitian, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Suprapto, Tommy. 2008. Teknik Jitu Persuasi dan Negosiasi. Yogyakarta : Media Pressindo. Umar, Husein.2002.Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta : Sun. Werner, Severin J, dan James W, Tankard JR.2005. Teori Komunikasi Sejarah dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta : Prenada Media. Yasir.2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Pekanbaru : Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Riau. Sumber lain: http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/09/penyebab-terjadinya-tawuranantar-sekolah/ http://wiki.bestlagu.com/news/165857-pengertian-tawuran.html
12