MODEL PENYELESAIAN TAWURAN PELAJAR SEBAGAI UPAYA MENCEGAH TERJADINYA DEGRADASI MORAL PELAJAR (STUDI KASUS DI KOTA BLITAR - JAWATIMUR)
Septian Bayu Rismanto, Suparlan Al Hakim, Sutoyo Universitas Negeri Malang Email:
[email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang melatarbelakangi tawuran, realitas tawuran, dampak yang ditimbulkan dari terjadinya tawuran, persepsi sosial masyarakat terhadap tawuran, dan model penyelesaian tawuran sebagai upaya mencegah degradasi moral tentang terjadinya tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dengan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar di Kota Blitar Jawa Timur. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian: Pertama, faktor yang melatarbelakangi aksi tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar, yaitu (a) faktor pihak ketiga, (b) faktor adu gengsi, (c) faktor dendam lama, (d) faktor perempuan, (f) faktor ketersinggungan, (g) faktor saling ejek. Kedua, realitas tawuran terjadi pada tahun 1989 sampai 2012. Ketiga, dampak yang ditimbulkan akibat tawuran tersebut, yaitu (a) kerugian fisik, (b) kerugian material masyarakat sekitar tempat terjadinya tawuran, (c) menggangu kenyamanan pengendara jalan, (d) terganggunya proses belajar mengajar, (e) menurunnya moralitas para pelajar kedua sekolah, (f) hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai antar sesama pelajar. Keempat, persepsi masyarakat tentang terjadinya tawuran adalah tawuran sangat berdampak buruk terhadap citra Kota Blitar namun setelah adanya penyelesaian tawuran pelajar maka masyarakat menggagap hal tersebut sebagai titik balik yang positif. Kelima, Model penyelesaian tawuran menggunakan model wejangan dengan suasana kekeluargaan terbukti efektif menyelesaikan konflik kedua belah pihak.
Kata Kunci: model penyelesaian tawuran pelajar, degradasi moral ABSTRACT: This study aims to find out some factors underlying the brawl including brawl reality, brawl impact, and social perception upon the brawl. Finally, this thesis will elaborate a solution method to prevent moral degradation caused by the clash between SMK 1 Islam Blitar and SMK Catholic St. Joseph Blitar, East Java. This research used a descriptive qualitative method. Results of this research are: First, some factors underlying the brawl from both sides, are (a) third party factor, (b) prestige and pride factor, (c) personal or group grudges factor, (d) women
factor, (e) offensive factor, (d) mock factor. Second, the brawl occured in 1989 to 2012. Third, some impacts caused by the brawl, are: (a) physical harm, (b) material harm, (c) insecurity for riders, (d) disruption of the learning process, (e) declining students’ morality, (f) loss of tolerance, compassion, and respect among students. Fourth, the society argue that the brawl brings negative impact for their region’s image. However, the society expect that the the effective solution for students brawl will bring positive turning point. Fifth, the use of wejangan (advice) method with a warm atmosphere proved to effectively resolve the conflict between both sides. Key words: students brawl solution method, moral degradation. LATAR BELAKANG Asmani (2012: 14) mengatakan pada masa remaja seorang manusia mulai membangun jati diri, memiliki kehendak bebas (freewill untuk memilih), memegang teguh prinsip, dan mengembangkan kapasitasnya. Karena kehendak bebas yang mereka miliki serta dorongan pergaulan yang semakin dinamis, menyebabkan remaja cenderung mudah mengikuti pengaruh lingkungan sekitarnya. Jika lingkungan tempat mereka tinggal positif, maka mereka akan semakin berkembang ke arah yang positif. Tetapi jika mereka terjerumus ke lingkungan yang negatif, maka remaja juga akan terdorong melakukan hal-hal negatif. Tawuran di Indonesia merupakan realita terjadinya degradasi moral (kemerosotan moral). Salah satu tradisi tawuran di Indonesia yang baru saja diredam adalah tawuran yang terjadi di Kota Blitar yaitu antara SMK 1 Islam Blitar dengan SMK Katolik Blitar yang di awali pada tahun 1989 tetapi media baru mengekspos bahwa tawuran terjadi pada tahun 1996 . Dalam sejarahnya memang keduanya sama-sama menyandang sebagai sekolah kejuruan swasta favorit yang bersaing dalam segala bidang. Tawuran sering terjadi ketika ada sebuah kompetisi ataupun lomba dalam wilayah kota, seperti kompetisi sepak bola antar pelajar yakni Walikotacup, lomba barisberbaris memperingati hari kemerdekaan dan hari-hari biasa ketika antar murid kedua sekolah bertemu. Lantaran sering terjadi tawuran dua sekolah kejuruan di Kota Blitar ini, selasa,18 Desember 2012 melakukan perjanjian ikrar perdamaian yang dihadiri
sekitar 60 siswa dari kedua sekolah yaitu SMK Katolik Santo Yusuf dan SMK 1 Islam . Acara tersebut juga dihadiri kepala sekolah masing-masing dan Kepala Dikda Kota Blitar Drs Santoso M.Pd yang disaksikan Kapolsek Kepanjenkidul AKP Ali Rochmad SH serta Kepala Satuan Bimas Polres Blitar Kota. Adanya kesepakatan damai itu merupakan langkah positif yang berguna untuk mengangkat kembali citra kedua sekolah guna meningkatkan mutu pendidikan ke arah yang lebih baik dan meningkatkan kembali citra Kota Blitar sebagai Kota Patria, yang berarti Blitar kota pembela tanah air yang tertib, rapi, indah, aman, dan nyaman. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya kedua sekolah ini sudah mampu meredam konflik yang pernah terjadi secara turun temurun dengan berbagai upaya antisipatif yang sangat efektif. Maka dari itu peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai model penyelesaian tawuran pelajar sebagai upaya mencegah terjadinya degradasi moral pelajar (studi kasus di kota Blitar-Jawa timur). Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan (1) faktor yang melatarbelakangi aksi tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar, (2) realitas tawuran yang terjadi antara SMK 1 Islam
Blitar dengan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar, (3) dampak yang ditimbulkan dari terjadinya tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dengan SMK Katolik Santo Yusuf, (4) persepsi sosial masyarakat tentang terjadinya tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dengan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar, (5) model penyelesaian tawuran SMK 1 Islam Blitar dengan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar sebagai upaya mencegah degradasi moral pelajar. METODE Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan deskriptif yaitu cara atau prosedur pemecahan masalah penelitian dengan cara memaparkan objek yang diselidiki sebagaimana adanya. Proses dan makna dari sudut pandang subjek dalam pendekatan kualitatif ditonjolkan penetapan pendekatan ini didasarkan atas pertimbangan bahwa peneliti ingin mengemukakan fenomena-fenomena yang ada tanpa rekayasa. Jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah studi kasus, karena penelitian ini berusaha mengkaitkan fenomena yang ada yaitu penyelesaiaan tawuran sebagai
upaya mencegah terjadinya degradasi moral pada pelajar khususnya pelajar SMK 1 Islam Blitar dan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar Sumber data penelitian ini adalah (1) informan: Kepala sekolah SMK 1 Islam Blitar dan Kepala SMK Katolik Santo Yusuf Blitar, Kepala Dikda Kota Blitar, pelajar kedua sekolah yang
menjalani pendidikan formal dan terlibat
tawuran, alumnus sekolah dan warga jalan Jendral Sudirman dan Sultan Agung yang rumahnya tidak jauh dengan kejadian-kejadian terjadinya tawuran, (2) dokumentasi : arsip, rekaman dan foto-foto. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah (1) Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara informal, maksudnya suasana wawancara berlangsung apa adanya, atau tidak resmi tetapi seperti percakapan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu wawancara juga bersifat terbuka, maksudnya orang yang diwawancarai kalau yang mewawancarai adalah peneliti kemungkinan orang yang diwawancarai akan menjawab sesuai dengan apa yang dipertanyakan oleh peneliti (pewawancara). Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan; Kepala sekolah SMK 1 Islam Blitar Drs. H. Solihin, Kepala sekolah SMK Katolik Santo Yusuf Blitar Romo Lino Quintao de Asis Belo, S. Pd, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK 1 Islam Blitar Drs. Gigih, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar Drs Bagyo, Kepala Dikda Kota Blitar Drs Santoso M.Pd, Kapolsek Kepanjen Kidul Blitar AKP Ali Rochmadi, Kepala Linmas Polres Blitar Edi Wahyudi , pelajar kedua sekolah yang menjalani pendidikan formal dan terlibat tawuran, alumnus sekolah dan warga jalan Jendral Sudirman dan Sultan Agung ; (2) observasi, hal ini dilakukan untuk mengetahui kronologi, realita dan model penyelesaian tawuran pelajar antar SMK 1 Islam dan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar.(3) dokumentasi untuk mendapatkan data tentang profil sekolah, strukur organisasi sekolah lampiran foto-foto ataupun data-data kronologi, realita dan model penyelesaian tawuran Kegiatan analisis data dilakukan dengan menggunakan model analisis interaktif Miles dan Huberman (1992:21-22) dan dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: (1) Reduksi data. Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan semua data yang diperoleh di lapangan (data mentah) berupa hasil wawancara
para subjek penelitian dan pengamatan secara langsung di SMK 1 Islam Blitar ,SMK Katolik Santo Yusuf Blitar, Polsek Kepanjenkidul, lokasi-lokasi tempat terjadinya tawuran dalam memperoleh data. Data atau informasi tersebut dipilah, dirangkum dan disusun secara sistematis sehingga memudahkan peneliti dalam mencari data; (2) Penyajian data. Data disajikan dalam bentuk teks narasi atau uraian yang menyerupai cerita. Bentuk narasi tersebut dimulai dari langkah awal penelitian sampai peneliti mengakhiri kegiatan penelitiannya; (3) Menarik kesimpulan. dengan mencari makna setiap gejala yang diperoleh dari lapangan, mencatat makna dari setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena dan proposisi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor yang Melatarbelakangi Tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar Faktor yang melatarbelakangi tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar yang merupakan temuan penelitian, diantaranya : 1) faktor pengaruh pihak ketiga, 2) faktor adu gengsi, 3) faktor dendam lama, 4) faktor perempuan, 5) faktor ketersinggungan, 6) faktor saling ejek. Keenam faktor tersebut merupakan ciri khas dari kenakalan remaja di era globalisasi ini, karena keenam faktor tersebut sangat di dominasi dengan perasaan emosi sesuai dengan pendapat Soekanto (1982:91) bahwa perasaan yang memegang peranan penting dalam mempertajam perbedaan-perbedaan, sehingga berusaha untuk saling menghancurkan.
Selain emosi,
pengaruh dari orang lain atau lingkungan
sekitarnya juga mampu mengubah nilai dan moral yang tertanam pada dirinya selaras dengan pendapat
Freud dalam Haricahyono (1995:251) moralitas
seseorang akan nampak lebih jelas lagi pada saat ia mulai bergaul dan berhubungan dengan orang lain. Temuan penelitian tentang faktor yang melatarbelakangi tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar tersebut sesuai dengan pendapat Anoraga Saputro (2003:32) yang menyebutkan bahwa suatu konflik
dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut : 1) perbedaan pendapat, 2) salah paham 3) ada pihak yang dirugikan, 4) perasaan yang terlalu sensitif. Temuan penelitian tersebut juga sesuai dengan pendapat Schmuck dalam Soetopo dan Supriyanto (1999:11) bahwa sumber konflik ada empat, yaitu : (1) perbedaan fungsi dalam organisasi, (2) pertentangan kekuatan antara sub sistem, (3) perbedaan peranan, (4) tekanan yang dipaksakan dari luar organisasi. Realitas Tawuran antara SMK 1 Islam dan SMK Katolik Santo Yusuf di Kota Blitar Realitas terjadinya tawuran antara SMK 1 Islam dan SMK Katolik Santo Yusuf di Kota Blitar yang merupakan temuan penelitian diantaranya : Peristiwa tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar diawali sekitar tahun 1989 dan media mengeksposnya pada tahun 1996. Kronologi terjadinya tawuran seperti diungkapkan Rizal alumuns SMK Katolik Santo Yusuf Blitar ( 21 Februari 2013) dalam wawancara mengatakan tawuran mulai terjadi sejak adanya penyebaran isu tidak jelas yang memuat ejekan atau cemoohan yakni pada tahun 1990 yang ditujukan untuk mengadu domba kedua belah sekolah. Isu itu berkembang menjadi obrolan dari mulut ke mulut sehingga memancing emosi pelajar kedua sekolah. Hal ini menyebabkan pelajar kedua sekolah saling terlibat adu mulut dan berujung pada tawuran. Dari masalah tersebut semakin memicu terjadinya tawuran-tawuran berikutnya yang berlatar belakang dendam. Kontak fisik yang berakibat pada cedera ringan maupun berat dijadikan alasan untuk melakukan balas dendam. Motif tawuran selanjutnya terjadi karena adanya adu gengsi pada kompetisi sepak bola Walikota cup pada bulan April 1997, yang dimana kompetisi tersebut diikuti oleh seluruh pelajar SMA dan SMK di Kota Blitar. Kronologi terjadinya tawuran tersebut diungkapkan Arif
(21 Februari 2012) dalam
wawancara mengatakann pada saat kompetisi sepak bola Walikotacup merupakan sebuah ajang bergengsi bagi pelajar Kota Blitar karena dalam ajang tersebut yang menjadi juara akan pasti disegani oleh sekolah-sekolah yang lain. Selain karena suasana kompetisi yang sangat ketat dan gengsi untuk menang, masalah dendam lama menjadi motif timbulnya tawuran. Tawuran terjadi ketika SMK 1 Islam dan SMK Katolik bertemu pada babak penyisihan grup. Tawuran dipicu karena saling
ejek kedua pelajar, tindakan saling ejek diawali ketika pelajar SMK Katolik duduk di belakang gawang untuk menggangu konsentrasi penjaga gawang SMK 1 Islam karena tidak terima dengan perlakuan tersebut anak SMK 1 Islam juga melakukan hal yang sama. Ketika paruh babak pertama usai pelajar kedua sekolah tersebut bertukar posisi guna menganggu konsentrasi penjaga gawang masing-masing lawan kembali. Namun di tengah perjalanan bertukar posisi akhirnya tawuran pelajar kedua sekolah tersebut tidak terelelakan, baik adu jotos maupun lemparlemparan batu. Tawuran kembali terjadi ketika lomba baris-berbararis pada bulan Agustus 1997 memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia, seperti diungkapkan Arif Setiawan seorang alumnus dari SMK Katolik Santo Yusuf Blitar ( 21 Februari 2013) dalam wawancara mengatakan tawuran saat lomba baris berbaris ini mulai terjadi di perempatan jalan Lawu, masalah tawuran dikarenakan dendam lama, dendam lama tersebut dikarenakan pelajar SMK Katolik merasa kalah pada saat tawuran-tawuran sebelumnya, kerugian fisik menjadi faktor yang menjadi dendam.Tawuran pada saat itu sangat meresahkan warga yang pada umumnya datang untuk menonton lomba baris-berbaris. Tawuran pada awal bulan Januari 2012 kembali terjadi ini lebih dikarenakan masalah-masalah sepele yaitu faktor perempuan dan faktor ketersinggungan. Kedua faktor tersebut tidak sampai mengakibatkan kerugian fisik maupun material, karena tawuran terjadi dengan intesitas ringan. Tawuran terakhir yaitu pada bulan Agustus 2012 tepatnya seusai ujian sekolah, tawuran diakibatkan oleh faktor saling ejek pada pertandingan futsal. Karena tidak terima dengan ejekan yang dilontarkan pelajar SMK Katolik, keesokan harinya pelajar dari SMK 1 Islam menyerang pelajar SMK Katolik yang sedang nongkrong di sebuah warung rokok depan kebon rojo dengan lemparan batu dan kayu sambil mengendarai motor karena tidak terima dengan hal tersebut sontak pelajar SMK Katolik pun menyerang balik dengan lemparan batu dan seketika menyebabkan macet dan membuat warga yang sedang melewati jalan Sudanco Supriadi resah. Realitas tawuran yang terjadi antara SMK 1 Islam dan SMK Katolik Santo Yusuf tersebut sesuai dengan kontinum (hasil pengukuran) perwujudan konflik
yang ditulis oleh Robins dan Glasl dalam Soetopo dan Supriyanto (1999:10), bahwa konflik meliputi : (1) upaya terang-terangan untuk menghancurkan pihak lain (lawan), (2) serangan fisik yang agresif, (3) serangan verbal (pemberitahuan, kata, atau komunikasi baik lisan maupun tertulis) yang tegas, (4) pertanyaan atau tantangan terang-terangan terhadap pihak
lain,
ketidak sepakatan atau
kesalahpahaman kecil Teori tersebut juga sesuai dengan teori proses konflik teori konflik Philiph Morris ( 2003:30), bahwa konflik meliputi: konflik panggung pertama (timbulnya masalah), konflik panggung kedua (perluasan konflik), konflik panggung ketiga (pertentangan frontal). Realitas tawuran yang terjadi antara SMK 1 Islam dan SMK Katolik Santo Yusuf tersebut merupakan wujud nyata dari adanya degradasi moral di kalangan pelajar. Karena realitas tawuran tersebut sudah menunjukan tanda-tanda degradasi moral seperti yang diungkapkan Thomas Lickona dalam Megawangi (2009:7) : (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, seperti tawuran, (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, seperti mengolok-olok teman sebayanya, atau berkata tidak sopan pada pendidik atau guru, (3) pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol, dan seks bebas, ( 5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) menurunya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, 8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, 9) adanya kebencian di antara sesama.
Dampak yang Ditimbulkan Akibat Tawuran antara SMK 1 Islam dan SMK Katolik Santo Yusuf di Kota Blitar Dampak yang ditimbulkan akibat tawuran antara SMK 1 Islam dan SMK Katolik Santo Yusuf di Kota Blitar yang merupakan temuan penelitian, diantaranya : (1) kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran seperti luka-luka baik ringan maupun luka berat karena lemparan benda tumpul atau batu dan adu fisik dengan tangan kosong, (2) masyarakat sekitar tempat terjadinya tawuran, contohnya rusaknya rumah warga akibat pelajar yang tawuran melempari batu
dan mengenai rumah warga, (3) menggangu kenyamanan pengendara jalan, karena tawuran banyak terjadi di pusat kota dimana banyak aktivitas dari warga masyarakat, (4) terganggunya proses belajar mengajar karena dengan adanya tawuran ini para pelajar tidak nyaman dalam mengikuti pelajaran, ini di akibatkan rasa yang berkecamuk dalam dirinya seperti rasa takut, gelisah dan rasa ingin balas dendam yang mendorong diri mereka yang terlibat tawuran untuk mengabaikan proses pembelajaran atau membolos dan memilih untuk menyelesaikan perkara dengan jalan tawuran , (5) Menurunnya moralitas para pelajar kedua sekolah, ini diwujudkan secara nyata dengan mengutamakan kekerasan sebagai jalan menyelesaikan konflik dan mengumbar kata-kata kotor sebagai luapan emosi, (6) hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai antar sesama pelajar. Dampak tawuran yang terjadi antara SMK 1 Islam dan SMK Katolik Santo Yusuf tersebut sesuai dengan pendapat Gunarsa ( 2004 :263) , bahwa dampak tawuran meliputi : (1) Stres yang terlalu berat dapat mengganggu kondisi mental pelaku tawuran sehingga pelaku tawuran tidak mampu menjalani aktifitasnya seperti biasa, (2) Dampak dalam masyarakat menyebabkan merusak identitas bangsa, membahayakan keselamatan diri, merusak citra keluarga dan hubungan antar anggota keluarga, serta merusak fasilitas umum, (4) Merusak identitas bangsa, tawuran pelajar yang sekarang ini sering terjadi dapat berdampak buruk bagi identitas bangsa Indonesia di mata negara lain. Hal ini membuat bangsa lain melihat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang tidak bisa menyelesaikan suatu masalah dengan cara damai, (5) membahayakan keselamatan diri. Aksi tawuran tidak akan lengkap jika tidak ada senjata yang digunakan untuk melawan musuhnya. Senjata yang dibawa umumnya senjata tajam yang dapat membahayakan diri sendiri dan bahkan dapat membahayakan orang lain, (6)Merusak citra keluarga dan hubungan antar anggota keluarga. Tidak hanya identitas bangsa yang menjadi buruk, citra keluarga pelaku tawuran pun menjadi buruk. Membangun sebuah citra yang baik di mata masyarakat tidaklah mudah. Namun, jika citra baik yang sudah dibangun lalu dirusak oleh kelakuan anak yang buruk dapat menyebabkan kerenggangan hubungan antar anggota keluarga. Selain itu, orang tua pun akan merasa malu dan kecewa atas tindakan anaknya tersebut,
(7) merusak fasilitas umum aksi tawuran selalu identik dengan senjata tajam seperti pisau dan batu , aksi tawuran yang dilakukan di jalan raya dapat merusak fasilitas umum yang diakibatkan karena pelemparan batu-batu oleh para peserta tawuran. Kerusakan fasilitas umum tidak hanya merugikan masyarakat, tetapi juga merugikan pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk memperbaiki fasilitas umum tersebut.
Persepsi Sosial Masyarakat Tentang Terjadinya Tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dengan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar Persepsi sosial masyarakat tentang terjadinya tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dengan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar , dikemukakan oleh SM 32 tahun (inisial) bahwa : jika tawuran berlanjut akan mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung ke kota blitar, namun setelah konflik ini berakhir dengan adanya ikrar damai, pola pikir masyarakat sudah memandang ke arah positif bahwasanya kedua sekolah ini sudah mampu memberikan apreasinya dengan prestasi yang makin berkembang. Pendapat SM (inisial) tersebut selaras dengan apa yang diungkapkan Cribbin dalam Al Hakim (2012: 197) konflik bagaikan virus, dia tidak dapat dibasmi sama sekali, tetapi jika tidak dapat dikendalikan, bisa menjadi epidemi” dan Soetopo dan Supriyanto (1999: 32) mengatakan bahwa kepemimpinan yang baik dalam suatu organisasi akan menunjang dalam mengendalikan dan mengarahkan konflik menjadi sesuatu yang positif. Adapun sisi positif dari sebuah konflik adalah sebagai berikut: (a) meningkatkan solidaritas antar sesama (b) munculnya pribadi yang kuat dan tahan uji menghadapi berbagai situasi konflik, (c) menciptakan norma-norma baru yang lebih baik, (d) Munculnnya kompromi baru apabila pihak yang berkonflik dalam kekuatan seimbang.misalnya ada kesadaran dari ihak yang berkonflik untuk bersatu kembali karna dirasakan konflik yang berlarut tidak membawa keuntungan.
E. Model Penyelesaian Tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar Sebagai Upaya Mencegah Degradasi Moral Model penyelesaian tawuran antara SMK 1 Islam Blitar
dan
SMK
Katolik Santo Yusuf Blitar, yang merupakan temuan penelitian diantaranya ; Model penyelesaian tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar yang dilaksanakan pada bulan desember 18 desember 2012 adalah model penyelesaian tawuran dilakukan dengan cara mediasi kekeluargaan yang menggunakan wejangan. Wejengan berasal dari kata wejang yang berarti petuah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online wejangan adalah pidato atau petuah yg bertujuan menasihati dan menurut riwayat kitab Ghurar al-Hikam wa Durar al-Kalim bagian ketiga: al-Akhlaqi, bab ketujuh, yang memuat hadithhadith no.4519
tentang nasihat al-maw‘izah wa al-nasihah wejangan adalah
nasihat yang menyembuhkan. Model penyelesaian tawuran menggunakan background kekeluargaan dan memberikan wejangan merupakan solusi efektif guna mengakhiri tawuran yang terjadi secara turun temurun tersebut. Mediasi dilakukan tepatnya pada hari selasa tanggal 18 bulan desember tahun 2012 bertempat di lesehan presiden salah satu depot makan yang terletak di jalan Dr. Wahidin Kota Blitar. Dalam melakukan mediasi untuk menemukan ikrar perdamaian antar kedua sekolah ini dihadiri oleh 60 siswa dari masing-masing sekolah, kepala sekolah dan guru-guru masing masing sekolah dan Kepala Dikda Kota Blitar Drs Santoso M.Pd serta Kapolsek Kepanjenkidul AKP Ali Rochmad SH serta Kepala Satuan Linmas Polres Blitar Kota Edi Wahyudi. Acara model penyelesaian tawuran tersebut bertajuk “Bersatu Bangkit Bersama Dengan Perdamaian, Rukun Agawe Santoso” Temuan penelitian tentang model penyelesaian tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar tersebut sesuai dengan strategi manajemen konflik dari Gordon dalam Soetopo dan Supriyanto (1999: 22) yaitu : strategi pertama, strategi lose-lose (kalah-kalah) yang menunjukan adanya samasama merugi dari pihak-pihak yang mengalami konflik. Strategi ini menggunakan kompromi, arbitrasi ( menggunakan pihak ketiga untuk mengambil keputusan dan mengikat). Strategi kedua yaitu strategi win-win (menang-menang), yaitu suatu
strategi untuk memecahkan konflik melalui pemecahan masalah.
Langkah-
langkahnya meliputi : identifikasi masalah,menemukan alternif terbaik, dan melaksanakan keputusan.
PENUTUP Kesimpulan Bertolak dari temuan penelitian dan pembahasan, hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut (1) Faktor yang melatarbelakangi tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar adalah: (a) faktor pengaruh pihak ketiga; (b) faktor adu gengsi, (c) Faktor dendam lama, (d) faktor perempuan; (e) faktor ketersinggungan; (f) faktor saling ejek. (2) Realitas tawuran antara SMK 1 Islam dan SMK Katolik Santo Yusuf di Kota Blitar : (a) Peristiwa tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar diawali sekitar tahun 1989 namun media mengekspos pada tahun 1996. Tawuran mulai terjadi sejak adanya penyebaran isu tidak jelas yang memuat ejekan atau cemoohan yang ditujukan untuk mengadu domba kedua belah sekolah; (b) b. tawuran selanjutnya terjadi karena adanya adu gengsi pada kompetisi sepak bola Walikota cup pada bulan April tahun 1997, tawuran mulai terjadi ketika babak pertama usai; (c) tawuran kembali terjadi pada bulan Agustus 1997 ketika lomba baris-berbararis memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia tawuran diakibatkan dendam lama dan tawuran tersebut meresahkan warga sekitar tempat kejadian tawuran; (d) tawuran pada awal bulan Januari tahun 2012 kembali terjadi ini lebih dikarenakan masalah-masalah sepele yaitu faktor perempuan. Faktor tersebut tidak sampai mengakibatkan kerugian fisik maupun material; (e) tawuran di bulan Maret tahun 2012 terjadi lagi karena faktor ketersinggungan. Faktor tersebut juga tidak sampai mengakibatkan kerugian fisik maupun material; (f) tawuran terakhir yaitu pada bulan Agustus tahun 2012 tepatnya seusai ujian sekolah, tawuran diakibatkan oleh faktor saling ejek pada pertandingan futsal. Karena tidak terima dengan ejekan yang dilontarkan pelajar SMK Katolik, keesokan harinya pelajar dari SMK 1 Islam menyerang pelajar SMK Katolik yang sedang nongkrong di sebuah warung rokok depan kebon rojo dengan lemparan batu dan kayu sambil mengendarai motor karena tidak terima
dengan hal tersebut sontak pelajar SMK Katolik pun menyerang balik dengan lemparan batu dan seketika menyebabkan macet dan membuat warga yang sedang melewati jalan Sudanco Supriadi resah. (3) Dampak yang Ditimbulkan Akibat tawuran antara SMK 1 Islam dan SMK Katolik Santo Yusuf di Kota Blitar diantaranya: (a) kerugian fisik; (b) kerugian material masyarakat sekitar tempat terjadinya tawuran; (c)
menggangu kenyamanan pengendara
jalan (d)
terganggunya proses belajar mengajar; (e) menurunnya moralitas para pelajar kedua sekolah; (f) hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai antar sesama pelajar. (4) Persepsi
Sosial
Masyarakat
Tentang
Terjadinya Tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dengan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar adalah (a) Masyarakat sangat prihatin dengan kejadian tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dengan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar karena tawuran tersebut dapat menjadikan citra kedua sekolah dan Kota Blitar menjadi buruk; (b) dengan diadakannya ikrar damai menggunakan model wejangan dengan suasana kekeluargaan itu membuat perasaan masyarakat menjadi nyaman dan lega karena ikrar damai tersebut
selain tidak akan meresahkan warga lagi juga akan
memberikan titik balik positif bagi berkembangnya kedua sekolah dalam hal positif yakni prestasi. (5) model penyelesaian tawuran antara SMK 1 Islam Blitar dan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar adalah (a) model penyelesaian tawuran dilakukan dengan cara mediasi kekeluargaan yang
menggunakan wejangan
(pidato yg bertujuan menasihati); (b) acara model penyelesaian tawuran tersebut bertajuk “Bersatu Bangkit Bersama Dengan Perdamaian, Rukun Agawe Santoso” ; (c) dalam melakukan mediasi untuk menemukan ikrar perdamaian antar kedua sekolah ini dihadiri oleh 60 siswa dari masing-masing sekolah, kepala sekolah dan guru-guru masing masing sekolah dan Kepala Dikda Kota Blitar Drs Santoso M.Pd serta Kapolsek Kepanjenkidul AKP Ali Rochmad SH serta Kepala Satuan Linmas Polres Blitar Kota Edi Wahyudi. DAFTAR RUJUKAN Al-Ghazali, 1979. Ihya’ Al-Ghazali, terj. Ismail Jakub. Semarang: As-Syifa’
Al Hakim,Suparlan. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.Malang : Universitas Negeri Malang Press Arief,Furchan. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan.Surabaya : Usaha Nasional Asmani, Jamal. 2012. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah.Yogyakarta : Buku Biru Daroeso, Bambang.1986. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu Depdikbud.1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Gunarsa, Singgih. 1988, Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulya Gunarsa, Singgih. 1995. Psikologi Praktis : anak, remaja, dan keluarga. Jakarta: Gunung Mulia. Haricahyo, Cheppy. 1995. Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral.Semarang : IKIP Semarang Press Kartono, Kartini.1988.Psikologi Remaja. Bandung : PT.Rosda Karya Mariah, Ulfah. 2007. Peran Persepsi Keharmonisan Keluarga Dan Konsep Diri Terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja. Tesis yang dipublikasikan.Yogyakarta: Fakultas Psikologi:Universiata Gajah Mada.
Megawangi, Ratna. 2009. Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global. Jakarta: Grasindo, 2007 Miles. M. B, dan Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitas: Buku Sumber Tentang Metode Metode Baru. Diterjemahkan Oleh T. Rohidi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Moeleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosadakarya. Morris, Philip. 2003. Resolving Business Conflict Strategi Cerdik Menuju WinWin Solution. Jakarta: Prestasi Pustaka Sarwono, Sarlito.1989. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Simarmata, A. 1983. Definition Models. Jakarta : PT. Gramedia Soekanto, Soerjono. 1999. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Soetopo, Supriyanto.1999. Manajemen Konflik. Malang : IKIP Malang
Solikhah, Zakiatus. 1999. Identitas Sosial serta Alasan Keterlibatan dan Ketidakterlibatan Pelajar dalam Tawuran. Skripsi yang tidak dipublikasikan. Depok: Fakultas Psikologi:Universitas Indonesia. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian, Edisi kelima. Malang: Biro Administrasi Perencanaan, dan Sistem Informasi bekerjasama dengan Penerbit Universitas Negeri malang. Widjaja, A.W. (1985). Pedoman Pokok-Pokok dan Materi Perkuliahan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo. http://www.detiknews.com/.2009.index.php/ReadStory/tawuran-pelajar,-10-orang diamankan,(online) yang diakses pada tanggal 29 Januari 2013. http://www.smkislam.net/about.html, (online) yang diakses pada tanggal 1 Februari 2013 http://www.smkkatolik.sch.id/html/profil.php, (online) yang diakses pada tanggal 1 Februari 2013 http://www.tempointeraktif.com./2007.hg/jakarta/brk,(online).021893538,id.html.diakses pada tanggal 29 April 2013. http//: www.wikpedia.com ,(online).diakes pada 26 Desember 2012.