FRAMING TAWURAN ANTAR PELAJAR DALAM MEDIA SURAT KABAR KOMPAS
(Analisis Framing PemberitaanTawuranAntarPelajar SMA dan SMP di Jabodetabekdalam Media SuratKabarKompas periode Oktober - Desember 2013)
SKRIPSI
Disusun untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Universitas Sebelas Maret
Di susun oleh : ALFINE IKHTIARUL RADIFAN D 1211006
PRODI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014
FRAMING TAWURAN ANTAR PELAJAR DALAM MEDIA SURAT KABAR KOMPAS (Analisis Framing Pemberitaan Tawuran Antar Pelajar SMA dan SMP di Jabodetabek dalam Media Surat Kabar Kompas periode Oktober - Desember 2013)
Alfine Ikhtiarul Radifan Drs. Mursito BM Sri Hastjarjo Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract Alfine Ikhtiarul Radifan D 1211006. Student brawl Framing In Kompas Newspapers Media (Framing Analysis of Reporting Students brawl between Inter and junior high school students in Jabodetabek in Kompas Newspapers Media during October-December 2013 period. Researchers are interested in conducting research by the formulation of the problem of how framing Kompas newspaper in constructing the reality news of Jabodetabek students brawls in the October to December 2013 period. Because of many Kompas journalists who report those events. Then, the purpose of this research is to determine how the framing of Kompas newspaper in constructing the reality news of Jabodetabek students brawl in the October to December 2013 period. The type of this research is descriptive by qualitative approach. Data collecting techniques using literature methods. The data analysis technique which is used is the analysis of the Framing model by Robert N Entment. Kompas Newspaper reported brawl news between junior and senior high school students in the Jabodetabek during October to November completely and extensively from many points of view such as the government, social organizations, educational institutions, the police department and up to the parents. Kompas daily newspaper in the reporting of Senior high school and junior high school students brawl in Jabodetabek during Okteober to November construct that there should be no tolerance for those students who involved of students brawl, and crack down on according to the surrounding norms and the applicable law Keywords: analysis of framing, newspapers, student brawls
1
Pendahuluan Istilah tawuran saat ini ini sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi di telinga kita. Sementara menurut Gupte (2012: 8) pengertian tawuran adalah penghancuran secara disengaja (orang atau properti) oleh orang yang bertindak bersama-sama. Tawuran pelajar bukan hal yang bisa dianggap sepele, tawuran pelajar tidak hanya terjadi di kota-kota besar bahkan bisa terjadi di daerah-daerah. Menurut penelitian yang di lakukan oleh Gudrun Otsby (2008: 143) pada umumnya tercetusnya tawuran itu disebabkan ketika salah satu dari mereka (misalnya antara kaya dan miskin, ras, agama atau bahasa) merasa didiskriminasi oleh pihak yang menindas sehingga pihak yang tertindas melawan terhadap kelompok yang menindas tersebut. Seiring perjalanan waktu sebab-sebab tawuran pun berkembang yang awalnya disebabkan karena etnis sekarang tidak lagi. Permasalahan yang sepele dapat menyulut pertengkaran individual dan bahkan bisa menjadi perkelahian massal dan tak jarang yang menggunakan senjata tajam hingga senjata api. Dewasa ini, kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang dilakukan oleh para remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun bisa leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkisme dan premanisme. Tentu saja perilaku buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara lagsung. Data dari jajak pendapat Kompas dalam artikel yang berjudul “Tawuran Tradisi Buruk Tak Berkesudahan” (Kompas.com, 2011) pada bulan Oktober 2011, telah dilakukan survei dengan responden pelajar sedikitnya 12 kota di indonesia dan diketahui sebanyak 17,5 persen responden mengaku bahwa saat bersekolah SMA pernah dan mengikuti tawuran pelajar. Keluarga responden pun juga mengaku bahwa pada saat SMA pernah terlibat dalam aksi tawuran dan perkelahian pelajar. Jumlahnya mencapai 6,6 persen atau sekitar 29 responden. Media adalah suatu institusi yang mengkonstruksi realitas media dalam menjalankan bisnisnya. Media atau sebut saja wartawan merekam suatu kejadian dan kemudian saat di kantor redaksi wartawan melakukan identifikasi,
2
menyeleksi, mensistemisasi, memberi struktur pada fakta-fakta hasil observasi itu. Data-data tersebut berupa rekaman. Kemudian Rekaman peristiwa tersebut ditulis dan dijadikan berita oleh wartawan. Dengan demikian berita tersebut adalah hasil dari konstruksi wartawan (Mursito, 2013: 70). Media massa khususnya surat kabar merupakan agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak luas. Selain itu media massa surat kabar atau pers mempunyai fungsi sebagai menyampaikan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi (Effendy, 2011: 149). Melihat pelajar yang terlibat tawuran dan berita tawuran antar pelajar banyak dimuat oleh surat kabar Kompas, peneliti tertarik melakukan penelitian bagaimana surat kabar Kompas mengkonstruksi realitas peristiwa tawuran antar pelajar di Jabodetabek pada tahun 2013 karena dari sekian berita tawuran yang menkonstrusi peristiwa tersebut tidak satu wartawan saja yang meliput, melainkan banyak wartawan Kompas yang meliput peristiwa-peristiwa tersebut. Alasan peneliti mengapa memilih berita tawuran di Jabodetabek tahun 2013 di karenakan bahwa pada tahun tersebut jumlah kasus tawuran meningkat di Jabodetabek yaitu 229 kasus atau sekitar 44 persen dibanding tahun lalu yang hanya 128 kasus. Dalam 229 kasus kekerasan antar pelajar SMP dan SMA itu, 19 siswa meninggal dunia.
Perumusan Masalah Dari Latar belakang tersebut maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : "Bagaimana framing surat kabar Kompas dalam mengkonstruksi realitas berita tawuran pelajar di Jabodetabek periode Oktober hingga Desember 2013?"
Tujuan Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana framing surat kabar Kompas dalam mengkonstruksi realitas berita tawuran pelajar di Jabodetabek periode Oktober hingga Desember 2013
3
Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi Manusia sebagai makhluk social tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata latin communicatio yang bersumber dari kata communis yang berarti “ sama “. Sama disini maksutnya adalah sama makna (Effendy, 2011: 9). Komunikasi
adalah
proses
dimana
seorang
komunikator
menyampaikan rangsangan yang biasa berwujud symbol verbal untuk mengubah tingkah laku komunikan. Harold Lasswell menyatakan bahwa cara terbaik menenerangkan kegiatan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: ‘ who says ehat in which channel to whom with ehat effect? ‘ Definisi tersebut mengandung lima komponen yang dipecahkan dari kalimat pertanyaannya. Who berarti siapa bertindak sebagai komunikator yang menyampaikan sesuatu. Sesuatu itu bias berujud pesan, ide, gagasan yang ditujukan pada kata says what. In which channel adalah sarana yang digunakan, to whom adalah komunikan dan with what effect menunjuk pada efek yang timbul dari pesan tadi. Jadi proses komunikasi menurut Lasswell adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Laswell dalam Effendy, 2011: 10). Kemudian komunikasi massa berasal darikata bahasa inggris yaitu mass communication atau komunikasi media massa yang ditujukan untuk masyarakat yang tak tampak, artinya sejumlah orang yang tidak tampak oleh penyampai pesan. Komunikasi massa merupakan proses dimana sebuah institusi media membuat dan menyebarkan pesan kepada masyarakatnya (Effendy, 2008: 50). Media ini akan menyebarluaskan suatu pesan dan akan mempengaruhi dan mencerminkan kebudayaan suatu masyarakat, lalu pesan itu di siarkan
4
secara serentak pada khalayak yang heterogen dan hal itulah yang menyebabkan media menjadi bagian dari salah satu lembaga organisasi yang kuat (Effendy, 2011: 22). Menurut Effendy (2011: 22-25). komunikasi massa mempunyai karakteristik yaitu diantaranya adalah : a. Komunikasi massa berlangsung satu arah Penyampaian pesan melalui meddia massa cenderung berjalan satu arah, umpan balik atau tanggapan dari pihak penerima (khalayak) lazimnya berlangsung secara tertunda. Disini isi pesan diliput dan diolah oleh sumber yakni organisasi media cetak atau elektronika dan disebarkan secara luas kepada masyarakat dan khalayak menerima pesan-pesan tersebut apa adanya. Sebagai konsekuensi komunikasi tersebut maka komunikator harus mempersiapkan pesannya secara komunikatif sehingga dapat di terima oleh khalayak dengan sekali terbit. b. Komunikator pada komunikasi massa melembaga Lebih lanjut bahwa kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan operasi suatu media massa akan mencakup orang banyak yang terorganisasi dalam organisasi media massa. Komunikator tidak berbicara atas nama dirinya sendiri, tapi atas nama lembaga yang menyiarkan. Komunikator dalam komunikasi massa dinamakan komunikator kolektif. Karena segala sesuatu yang dikomunikasikannya adalah hasil kerja sama berbagai kerabat kerja. c. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum Pesan yang disampaikan bersifat umum atau untuk kepentingan umum bukan untuk kepentingan perorangan atau sekelompok orang tertentu d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan Pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak dalam waktu yang sama (serempak), ini adalah ciri yang hakiki dibanding dengan media komunikasi yang lainya.
5
e. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen. Komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena menggunakan media. Komunikan terdiri dari berbagai lapisan masyarakat berbeda usia, kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, dll. Dalam keberadaanya secara terpencar-pencar dimana orang dengan orang lainya tidak saling mengenal. 2. Fungsi Media Dewasa ini media massa besar pengaruhnya dalam kehidupan social. Dibalik pengaruh yang besar tersebut, media massa juga mempunyai peran dan fungsi yang di lakukannya. Banyak para tokoh komunikasi atau sebut saja para ahli yang mengupas dan membahas terkait fungsi media massa. Namun pada intinya dapat disimpulkan bahwa fungsi media massa secara umum adalah untuk informasi, untuk mendidik dan untuk hiburan. Menurut Alexis dalam Nurudin (2009: 65) fungsi media massa yakni: a. Memberi informasi Pengumpulan , penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar khalayak dapat menguji kenyataan hingga meraih keputusan yang tepat b. Mendidik Memperoleh
pengetahuan
dan
keterampilan
yang berguna
memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya, mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya. c. Mempersuasi Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya. d. Menyenangkan, memuaskan kebutuhan komunikan Memberi rasa gembira sehingga dapat mengendorkan urat saraf, menghibur, serta dapat mengalihkan perhatian sementara dari masalah yang dihadapi.
6
3. Berita Menurut Suhandang (2004: 102) Istilah "news", berasal dari Inggris yang berarti berita, istilah "news" berasal dari kata "new" yang berarti baru dengan konotasi kepada hal-hal yang baru maka semua yang yang berkaitan dengan baru merupakan bahan informasi bagi semua orang yang memerlukannya. Dengan kata lain, semua hal yang baru tersebut merupakan bahan informasi yang dapat disampaikan ke orang lain dalam bentuk berita (news). Hornby dalam Kustadi menyatakan bahwa "news" sebagai laporan apayang terjadi paling mutakhir atau sangat baru baik peristiwa maupun faktanya. Menurut Willard G. Bleyer dalam Wonohito (1960: 2) berita adalah segala sesuatu yang menarik perhatian para pembaca, hangat dan menurutnya berita yang terbaik adalah berita yang dapat memikat pembaca dalam jumlah yang besar.
4. Konstruksi Realitas Semua unsur peristiwa dalam media massa, yang terdiri dari kejadian, opini orang, situasi, dan kondisi, dipersepsi dan direkam wartawan. Rekaman itu berupa catatan di atas notes kecil, rekaman audio, rekaman visual, rekaman audiovisual dan terutama rekaman pada otak wartawan. Di kantor redaksi, di depan komputer, wartawan melakukan identifikasi, menyeleksi mensistemisasi, memberi struktur pada fakta-fakta hasil observasi itu. Faktafakta hasil persepsi, berupa rekaman peristiwa ini merupakan realitas yang akan ditulis menjadi berita. Dengan demikian berita merupakan realitas hasil konstruksi wartawan. Pada saat wartawan di hadapkan suatu peristiwa, wartawan bisa memiliki sudut dan konsep yang berbeda yang kemudian akan di produksi sebagai sebuah berita. Berita adalah sebuah jembatan bagi wartawan dengan fakta. Dalam proses tersebut wartawan juga harus ikut serta dalam mekmaknai sebuah realitas. Konsepsi tentang fakta di ekspresikan untuk
7
melihat realitas dan dengan demikian hasil dari berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut (Eriyanto, 2004: 17). Menurut Peter L. Berger dalam Mursito (2013: 71) mendefinisikan bahwa realitas sebagai suatu kualitas didalam fenomena-fenomena yang ada dan diakui keberadaanya. Kadar realitaspun juga bermacam-macam dari yang kadarnya paling tipis hingga yang kadarnya paling nyata. a. Realitas Subyektif dan Realitas Simbolik Realitas subyektif adalah realitas hasil persepsi kita sediri terhadap suatu peristiwa, realitas hasil pengalaman kita berinteraksi dengan fenomena-fenomena atau bisa dikata realitas yang hadir dalam benak dan kesadaran individu. Realitas simbolik diartikan sebagai bentuk ekspresi simbolik dari realitas objektif, misalnya seni, sastra dan isi media. Realitas ini menafsirkan dan
mengekspresikan dunia
yang objektif dan
menterjemahkannya ke dalam realitas baru. Betapapun para pekerja media berusaha
untuk
menerjemahkan
dan
mengkopi
realitas
yang
sesungguhnya, namun realitas simbolik yang ditampilkan tetap berbeda dengan realitas yang sesungguhnya (Mursito, 2013: 72). b. Realitas Obyektif dan Realitas Sosial Realitas simbolik media di konstruksi dari fenomena. Menurut Berger dalam Mursito (2013: 74), realitas atau kenyataan adalah suatu kualitas yang terdapat dalam fenomena-fenomena yang kita akui memiliki keberadaan. Realitas objektif yang dilihat sebagai dunia yang objektif, diterima secara common sense sebagai fakta dan tidak diperlukan verifikasi untuk membuktikannya. Semua realitas itu dipandang sebagai fakta yang diterima sebagai kebenaran dan dapat dilihat misalnya umur, pendapatan dan pendidikan dan suatu fenomena yang dilihat dan diketahui oleh wartawan yang nantinya akan di produksi sebagai sebuah berita, keberadaanya juga harus bisa dilihat oleh orang-orang yang hadir menyaksikan kejadian itu. Fenomena yang memiliki keberadaan, menurut
8
Berfer adalah hasil objektivikasi. Realitas obyektif dibangun secara sosial, artinya maknanya berdasarkan kesepakatan sosial. c. Konstruksi Realitas Berita Karena sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka kesibukan utama media massa adalah mengkonstruksi berbagai realitas yang akan disiarkan. Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikian seluruh isi media tiada lain adalah realitas yang telah dikonstruksikan dalam bentuk wacana yang bermakna (Mursito, 2013: 78). Konstruksi realitas media mempunyai beberapa syarat untuk mencapai pengetahuan obyektif.Tugas seseorang watawan membuat realitas empirik tetap terjaga faktisitasnya ketika menjadi berita.Untuk menjaga agar peristiwa dan pemberitaan media sesuai dengan kenyataanya dan tidak lupa jurnalisme juga mempunyai kaidah-kaidah yang sifatnya etis, normatif, dan teknis.Kaidah etis biasanya di rumuskan oleh organisasi profesi wartawan dan/atau perusahaan media yang mana kaidah normatif terumus dalam undang-undang sedangkan kaidah teknis berkaitan dengan format penyampaian berita (Mursito, 2013: 78). 5. Konsep Framing Dalam penelitian bidang komunikasi yang di lakukan oleh Azpiroz (2012: 182) framing adalah proses dimana aktor yang berbeda menggunakan bahasa untuk mendefinisikan dan membangun interpretasi tentang isu-isu dan dihubungkan kedalam konteks yang lebih luas. Framing adalah suatu pendekatan atau cara untuk melihat realitas dari suatu peristiwa yang di konstruksi oleh media. Pada proses pembentukan realitas ada kalanya suatu sisi realitas yang lebih menonjol dari sisi lainya. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media. Aspek-aspek yang kurang menonjol dan bahkan tidak di beritakan akan di lupakan dan tidak mendapat dari perhatian pembaca. Framing adalah
9
sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Penyajian realitas tersebut dengan menekankan bagian tertentu sehingga akan menonjolkan bagian tertentu dan membesarkan cara bercerita dari suatu realitas. seperti pada media umumnya media melakukan tugasnya dengan menseleksi, menghubungkan dan menonjolkan peristiwa
sehingga makna dari suatu
peristiwa lebih mudah di ingat oleh pembaca (Eriyanto, 2004: 68). Menurut Frank D. Durham framing membuat dunia lebih diketahui dan lebih dimengerti. Realitas yang kompleks mudah untuk dimengerti dan disederhanakan dalam kategori tertentu. Bagi khalayak, penyajian realitas yang demikian membuat realitas lebih bermakna dan dimengerti. Sedangkan menurut Robert N. Entman dalam Eriyanto framing adalah proses seleksi dari bermacam-macam aspek realitas sehingga sisi dari realitas tersebut terlihat lebih menonjol di bandingkan yang lain serta menyertakan penempatan informasi dalam konteks yang khas sehingga bagian tertentu mendapatkan porsi yang lebih besar dibanding yang lain (Eriyanto, 2004: 67).
6. Analisis Framing Konsep framing sering digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan penonjolan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi–informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain Analisis framing digunakan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realtias dari suatu peristiwa dibingkai oleh media. seperti yang dikatakan oleh Eriyanto bahwa framing harus melalui konstruksi yang di berimakna dengan makna tertentu. Hasilnya, pemberitaan media pada sudut pandang tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan (Eriyanto, 2004: 3). Framing adalah suatu cara untuk melihat cara bercerita media atas realitas. Cara bercerita tersebut terlukiskan pada cara melihat terhadap
10
realitas yang dijadikan berita. Pada intinya analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas (Eriyanto, 2004: 10). 7. Teknik Framing Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (storytelling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada cara melihat terhadap realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat ini berpengaruh padahasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas (Eriyanto, 2004: 10). Pendekatan yang dipakai adalah model Robert N Entman karena konsep Entman dipraktikkan dalam studi kasus pemberitaan media, melihat bagaimana frame mempengaruhi kerja wartawan dan bagaimana wartawan membuat satu informasi menjadi lebih penting dan menonjol dibanding dengan cara yang lain.
Tabel 1 Framing ModelRobert N Entman Define problems(pendefinisain
Bagaimana suatu peristiwa / isu dilihat ? sebagai
masalah)
apa? Atau sebagai masalah apa?
Diagnose
Sebagai penyebab dari suatu masalah, siapa atau
causes(memperkirakan masalah
aktor yang dianggap sebagai penyebab mereka?
atau sumber masalah) Make moral judgement(membuat
Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan
keputusan moral)
masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan?
Treatment
Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi
recomendation(menekankan
masalah/ isu ? jalan apa yang ditawarkan dan harus
penyelesaian)
ditempuh untuk mengatasi masalah
Sumber: (Eriyanto,2004: 188)
11
Metodologi Pendekatan yang dipakai peneliti adalah model Robert N Entman karena konsep Entman dipraktikkan dalam studi kasus pemberitaan media dan digunakan pula pada praktik jurnalistik, melihat bagaimana frame mempengaruhi kerja wartawan dan bagaimana wartawan membuat satu informasi menjadi lebih penting dan menonjol dibanding dengan cara yang lain. Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan definisi, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Jenis penelitian ini adalah penelitian analisis isi kualitatif. Dalam hal ini jenis penelitian ini diambil karena penelitian komunikasi kualitatif biasanya tidak dimaksudkan untuk memberikan penjelasan (eksplanasi), mengontrol gejalagejala komunikasi, mengemukakan prediksi-prediksi, atau untuk menguji teori, tetapi lebih dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran dan/atau pemahaman mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi. Sedangkan Teknik yang peneliti ambil adalah teknik analisis framing model Robert N Entmant. Data yang peneliti gunakan adalah data primer. Peneliti menggunakan data yang langgsung dan diperoleh dari sumber data oleh penyelidik untuk tujuan yang khusus yaitu berita pada surat kabar Kompas periode Oktober hingga Desember tersebut yang telah di survey dan diseleksi. Disini peneliti menggunakan sampling Purposive dikarenakan peneliti akan meneliti berita tawuran yang terjadi di jabodetabek yang dimuat dalam Surat kabar Kompas pada tahun 2013. Dengan hal tersebut peneliti mencari data pada bulan mana yang terbanyak saat terjadi tawuran, maka peneliti langsung menentukan sampelnya dengan menggunakan teknik purposive sampling.Hal pertama yang peneliti lakukan untuk mengambil sampel tersebut adalah mendata berita-berita pada bulan Januari hingga Desember pada tahun 2013. Kemudian peneliti menemukan bahwa pada bulan Oktober hingga Desember adalah bulan dimana berita tawuran pelajar yang banyak di muat oleh surat kabar harian Kompas.
12
Metode Analisis data Dengan menggunakan perangkat framing model Robert M. Entman, peneliti menguraikan berita-berita yang memuat berita pada surat kabar Kompas mengenai tawuran antar pelajar yang terjadi di Jabodetabek, dengan langkahlangkah sebagai berikut : a.
Pertama : Peneliti mengumpulkan semua berita-berita Kompas yang memuat kasus tawuran antar pelajar yang terjadi di Jabodetabek pada periode Oktober hingga November 2013. Kemudian membuat kerangka framingnya berdasarkan model Robert M. Entman.
b.
Kedua : Melakukan analisis terhadap berita-berita tersebut dan kemudian membuat interpretasi-interpretasi terhadap berita tersebut berdasarkan model Robert M. Entman. Analisis berita-berita tersebut akan didasarkan pada empat struktur besar, yaitu sebagai berikut : 1) Define Problems atau Problem Identification, adalah elemen yang pertama kali dilihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame atau bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dilihat dan dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama akan dapat dipahami secara berbeda. Dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda pula (Eriyanto, 2008:190). 2) Diagnose Causes atau Causal interpretation (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor atas suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa apa (what), tetapi bisa juga siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah pun secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula. 3) Make Moral Judgement atau Moral Evaluation (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan,
13
dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar atau dikenal oleh khalayak. 4) Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian) adalah elemen yang dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu s.aja sangat bergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah (Eriyanto, 2004:191).
Sajian Data Berita yang di teliti adalah berita yang terbit mulai tanggal 1 Oktober hingga 31 Desember 2013. Periode tersebut adalah periode dimana pada bulanbulan tersebut Kompas sering meliput berita tawuran yang terjadi di Jabodetabek. Pada mulanya guna mempermudah proses analisis data, teks berita seputar tawuran pelajar yang terjadi di Jabodetabek periode 1 oktober hingga 31 Desember pada harian Kompas yang dikumpulkan berjumlah 15 item berita. Kemudian di dipersempit lagi dan di pilah mana yg berita dan mana yang opini Tabel 1 : Uji Reliabilitas Instrumen Judul Berita Pelajar Siramkan Air Keras Ke Penumpang Bus
Penyerang Bus Ditangkap
Define Problem
Diagnose Causes
Tawuran yang secara brutal dan berbahaya yang tergolong dalam ranah kriminal
Perdagangan bahan kimia yang dapat di peroleh dengan mudah dengan harga murah Penyiraman cairan kimia yang secara brutal dan berbahaya yang melibatkan penumpang bus PPD 213
Langkah sigap oleh Polres Metro Jakarta untuk menangkap pelaku penyiraman cairan kimia berbahaya
14
Make Moral Judgement
Treatment recommendation
Aksi brutal yang memakan korban penumpang lainya
Seharusnya cairan tersebut hanya bisa di edarkan jika ada izin.
Pelaku sebelumnya pernah dua kali di tangkap karena kasus tawuran dan pembajakan bus
Keluarga pelaku berharap dan meminta keluarga dari pihak korban tidak menuntut biaya ganti rugi
Pelajar Ditangkap
Penyeretan lima pelajat terlibat tawuran ke meja hijau adalah suatu keputusan dan tindakan yang tegas Kenakalan Kenakalan Remaja Makin remaja yang Mencemaskan terlampau batas kenakalan pelajar. Hukum Berat Kontroversi Pelaku agar dari pihak Kapok pemerintah dan pihak orang tua dalam menindak para pelaku yang terlibat tawuran.
Tawuran Bawa Senjata, Lima Pelajar
Kesigapan polisi dalam menangkap dan menyergap pelaku tawuran adalah langkah yang tepat
Tawuran Itu Tawuran kejam Menewaskan dan berbahaya Andriansyah hingga mengakibatkan kematian
Aksi tawuran berbahaya oleh pelajar dengan senjata tajam yang mengakibatka n 2 orang terluka Kenakalan remaja tersebut lebih banyak disebabkan factor diluar sekolah Pemerintah mendukung mengeluarka n para pelajar terlibat tawuran sedangkan pihak orangtua siswa yang terlibat tidak terima dan melaporkan ke KPAI Para pelajar yang hendak tawuran dan tertangkap oleh polisi sehingga tidak sampai terjadi tawuran.
Fenomena tersebut kejam dan kriminal di karenakan telah menyebabka n kematian
Sumber : Kompas, 1 Oktober - 31 Desember 2013 15
Tawuran pelajar yang berkategori kriminal karena menyebabka n 2 orang terluka
Pelajar benar-benar pergi kesekolah untuk belajar bukan tawuran
Persoalan kenakalan in sudah masuk dam persoalan kriminal
Pengembalian siswa terlibat tawuran ke orang tua masingmasing dan diberi hukuman agar jera.
Pelajar keterlaluan dalam melakukan aksi tawuran dan melibatkan pihak lain dan membawa senjata tajamT
Siswa yang terlibat tawuran di pindahkan ke sekolah lain dan dirahasiakan demi kebaikan.
Tawuran yang dilakukan para pelajar sudah masuk ranah kriminal karena terbukti membawa senjata tajam berbahaya. Tawuran dan kejahatan yang terencana dan dicurigai kecenderung an pembunuhan.
Para pelajar yang terlibat tawuran seharusnya di rehabilitasi
Pihak sekolah tegas dan tidak saling melindungi siswa yang terlibat tawuran dan tetap diproses hukum
Analisis Data Dari pengamatan tentang beberapa sample berita diatas, maka peneliti dapat menarik beberapa poin kesimpulan. Kesimpulan tersebut diperoleh dari penuturan Kompas berpendapat bahwa fenomena tawuran pelajar dewasa ini sudah masuk dalam kategori tidak wajar, bahkan hingga dimasukkan dalam rubrik kriminal. Perilaku ini bukan fenomena biasa dan menjadi cermin kualitas kenakalan remaja yang semakin meningkat.Ini sudah persoalan kriminal yang dilakukan oleh pelajar.Tingkat kenakalanya sudah di luar batas pelajar. ("Kenakalan Remaja Makin Mencemaskan" Kompas. 8 Oktober 2013). Mengutip dari hal tersebut, dampak yang diakibatkan pun dirasa sangat merugikan bagi lingkungan sekitar. Selain itu ada beberpa aspek yang dirasa sangat mempengaruhi terjadinya fenomena tersebut, seperti pengawasan dari pihak sekolah, ataupun keluarga yang kurang, serta lingkungan luar sekolah dirasa sangat berpengaruh dalam terjadinya fenomena ini. Seperti misalnya peristiwa penyiraman air keras ke penumpang bus PPD 213 memakan korban penumpang yang mana bukan target dari penyiraman tersebut. Hal ini berdampak membuat rasa tidak aman bagi lingkungan sekitar. Para Korban tersebut terdiri dari 2 awak bus, 4 siswa SMK Negeri 34 Kramat Raya, dan sisanya adalah penumpang bus yang hendak berangkat kerja.sebanyak 13 korban yang dilarikan ke RS Premier Jatinegara, 2 orang ke RS Cipto Mangunkusumo, dan 3 korban lain di bawa ke puskesmas Jatinegara ("Pelajar Siramkan Air Keras Ke Penumpang Bus" Kompas. 5 Oktober 2013) Fenomena tawuran sendiri biasanaya terjadi dengan latar belakang beberapa hal sepele atau bahkan hal hal yang kecil, namun kembali lagi kepada para pelaku itu sendiri yang notabene masih merupakan kalangan pelajar dengan rentan umur yang tergolong masih belia. Psikologis anak pada masa itu juga termasuk pada kategori tidak stabil dan masih mencari jati diri, sehingga rasa ingin tahu dan mencoba hal hal yang baru masih sangat tinggi. Tawuran terjadi setelah siswa kedua SMK ini cekcok dan berencana berhadapan. Cekcok terjadi didepan kompleks YZA 2 saat angkutan kota yang ditumpangi sekelompok siswa SMK bhakti Taruna 1 dihentikan
16
dan dirusak sekolompok siswa SMK YZA 2 ("Tawuran Itu Menewaskan Andriansyah" Kompas. 6 Desember 2013) Kesimpulan terakhir kompas ingin menyampaikan bahwa peran penegak hukum kini mulai dipertanyakan keapsahannya, hal tersebut dilihat dengan beberapa kejadian dilapangan dimana para penegak hukum lalai atau dirasa kurang tegas dalam menindak kasus kasus semacam ini. Disamping itu proses penindakan terhadap para “penjahat kecil” ini juga dirasa membingungkan, kalaupun anak anak ini dibawa hingga meja hijau, terbentur dengan UU perlindungan anak. Pelaku tawuran berani terus berbuat karena tidak pernah dihukum. Siswa juga tidak pernah diberi sanksi berat sehingga tetap nekat tawuran ("Pelajar Ditangkap" Kompas. 17 Oktober 2013) Kesimpulan Berdasarkan data dari penelitian yang telah dianalisis dapat disimpulkan bahwa : 1. Konstruksi realitas yang disampaikan oleh kompas menurut peneliti tentang pemberitaan tawuran SMA dan SMP di Jabodetabek selama Oktober hingga Desember di beritakan bahwa kompas menilai tawuran saat ini sudah mulai sangat mengerikan di tandai bahwa banyak aksi tawuran yang secara brutal dan hingga menyebabkan luka dan matinya seseorang. 2. Surat kabar harian Kompas dalam pemberitaan tentang tawuran SMA dan SMP di Jabodetabek selama Oktober hingga Desember mengkonstruksi bahwa kurangnya pengawasan terhadap anak yang dilakukan oleh pihak orang tua dan pihak sekolah sehingga para pelajar tersebut mendapat celah untuk melakukan tawuran. Kemudian selain hal itu Kompas menilai bahwa tidak boleh ada toleransi terhadap para pelajar yang melakukan tindakan tawuran, dan harus menindak tegas sesuai norma dan hukum yang berlaku. Saran Saran yang dapat disampaikan penulis berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Keterbatasan peneliti hanya pada analisis teks saja tanpa meneliti factor lain sehingga mempengaruhi agenda pemberitaan media. Peneliti mengharapkan
17
ada penelitian yang serupa dengan memfokuskan ke semua aspek factor yang mempengaruhi agenda peristiwa tersebut hal ini bertujuan untuk menemukan temuan-temuan baru terkait subjek dan objek penelitian tersebut. 2. Adanya tindak lanjut untuk meneliti hal yang serupa pada kasus yang sama dan pada tahun berikutnya. Hal ini bertujuan untuk melihat perkembangan sudut pandang media terhadap kasus tawuran yang rawan terjadi di Jabodetabek. Daftar Pustaka Azpíroz, María Luisa (2012) Framing As a Tool For Mediatic Diplomacy Analysis: Study Of George W. Bush’s Political Discourse In The “War On Terror”.Framing as a Tool for Mediatic Diplomacy. Communication & Society/Comunicación Y Sociedad.Vol 26. No 2. 176-197. Colombijn, Freek (2002) “Explaining The Violent Solution In Indonesia”.The Brown Journal of World Affairs. Leiden. Department Of Languages And Cultures Of Southeast Asia And Oceania Leiden University. Vol 9. No 1. 49-56. Effendy, Onong Uchjana (2008) Dinamika Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. ____ (2011) Ilmu Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Eriyanto (2004) Analisis Framing. Yogyakarta. LKiS. Gupte, Jaideep (2012) What’s Civil About Intergroup Violence? Five Inadequacies Of Communal And Ethnic Constructs Of Urban Riots. Microcon research Working.Vol 62. 1-25. Kompas.com (2011) "Tawuran Tradisi Buruk Tak Berkesudahan ".http://edukasi.kompas.com/read/2011/12/23/10210953/Tawuran.Tradisi. Buruk.Tak.Berkesudahan. 23 Desember 2011. akses 3 Maret 20114, 08:24. Mursito. (2006) Memahami Institusi Media. Surakarta. Lindu Pustaka. ____(2013) Jurnalisme Komprehensif. Surakarta. Literate. Nurudin (2009) Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Ostby, Gudrun (2008) Polarization, Horizontal Inequalities And Violent Civil Conflict. Journal Of Peace Research.Vol 45. No 2. 143-162. Sugiyono (2010) Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta. Suhandang, Kustadi (2004) Pengantar Jurnalistik. Bandung. Yayasan Nuansa Cendekia. Tempo.co (2013)"Tawuran Sekolah Jakarta Naik 44 Persen".http://www.tempo.co/read/news/2013/11/20/083531130/TawuranSekolah-Jakarta-Naik-44-Persen. 20 November 2013. Akses 3 Maret 2014, 09:05. Vivanews.com (2012)" SederetTawuranPelajarDiJabodetabekSejakAwal2012". http://metro.news.viva.co.id/news/read/354946-sederet-tawuran-pelajar-di-
18
jabodetabek-sejak-awal-2012. 28 September 2012. Akses 3 Maret 2014, 08:36. Wonohito, M (1960) Berita. Yogyakarta. Kedaulatan Rakyat.
19