Tawarkan Teknologi Terpadu Atasi Ancaman Uret Tebu Lahan Masam OLEH; Erna Zahro’in, Dadan Sholehuddin dan Wasis Mintorogo Kondisi lahan masam di Desa Parente Trigonco Asembagus Situbondo menjadi problematika tersendiri bagi petani. Bagaimana tidak?...lahan masam membuat petani tidak punya pilihan lain selain bertanam tebu. Sedangkan budidaya tebu kini terancam oleh uret tebu yang semakin lama semakin merajalela…. Setidaknya bapak Awang Suherman bisa bernafas lega, sebab selama kurun waktu empat tahun terakhir ancaman hama uret tebu yang semakin mengganas mulai didapatkan solusinya. Musim tanam lalu, tingkat serangan hama tebu Lepidiota stigma yang berada di lahannya cukup ganas. Upaya pembasmian dengan menggunakan pestisida kimia tidak lagi mampu menekan serangan uret namun serangannya kian merajalela, karena hama telah mengalami efek kebal. Bekerja sama dengan Brigade Proteksi Tanaman Perkebunan (BPT) Situbondo BBPPTP Surabaya pada tahun 2014 telah melakukan pengujian lapang penanggulangan serangan Lepidiota stigma dengan mengaplikasikan beberapa paket teknologi di lahan milik bapak Awang Suherman di desa Parente Trigonco. Desa Parente Trigonco Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo merupakan salah satu desa yang membudidayakan tebu di lahan kering. Daerah ini termasuk dalam kategori beriklim kering karena jumlah bulan kering dalam satu tahun rata-rata 6 bulan, curah hujan rata-rata 157 mm pertahun, jumlah hari hujan dalam satu tahun sekitar 23 hari. (BPS Situbondo, 2005-2010). Selain itu, banyak sungai-sungai sebagai air irigasi di lahan tebu yang berhulu di pegunungan Ijen, Bondowoso (Bappeda Kab. Situbondo, 2011), yang kandungan belerang atau sulfurnya sangat tinggi sehingga menyebabkan pH tanah menjadi masam.. Ternyata hal ini menjadi permasalahan tersendiri bagi petani, karena lahan tidak bisa ditanami dengan tanaman padi maupun palawija dan hanya dapat ditanami dengan tanaman tebu. Secara otomatis, petani tidak bisa melakukan pergiliran tanaman. Hal ini merupakan salah satu pemicu adanya serangan uret tebu Lepidiota stigma dan
selama ini telah menjadi permasalahan sangat serius. Tekstur tanah lempung berpasir pun turut mendukung keberadaan uret tebu, sebagai tempat favoritnya. ANCAMAN URET Keberadaan
uret tebu
di
desa Trigonco Asembagus dirasakan sebagai
ancaman pada empat tahun terakhir
dan hingga saat ini masih belum bisa
terselesaikan. Gejala serangan yang ditimbulkan hama ini adalah pucuk tanaman menjadi layu, menguning mirip gejala kekeringan, dan apabila terjadi serangan yang parah dapat menyebabkan tanaman mati. Hal ini karena hama menyebabkan kerusakan pada akar dan pangkal batang tebu yang merupakan alat penyerap zat hara dan air dari dalam tanah sehingga pengangkutan zat hara dan air menjadi terhenti. Pada lahan tebu, gejala serangan L. stigma sifatnya tidak merata (spot). Gejala serangan pada tanaman tebu tua adalah tanaman menjadi layu dan mengering. Akar dan pangkal batang rusak karena gerekan uret, mengakibatkan tanaman mudah roboh, biasanya
dibawah perakaran tanaman terserang akan
banyak ditemui larva L. stigma.
Hama ini merupakan salah satu hama penting yang menyerang tanaman tebu terutama pertanaman tebu di lahan kering. Keberadaan hama sudah terpantau sejak dekade 70 an. Akibat serangan hama ini dapat menyebabkan penurunan hasil gula hingga 50% (Setyaningsih, 2010).
PERBAIKI KONDISI TANAH Memperbaiki kondisi tanah sehingga sesuai dengan kebutuhan tanaman tebu merupakan langkah penting yang harus dilakukan. Mengapa demikian??...jika tanah cukup mengandung hara yang dibutuhkan tanaman tebu, maka pertumbuhan tanaman tebu akan optimal, dan secara otomatis akan meningkatkan ketahanan tanaman tebu terhadap serangan hama dan penyakit. Langkah yang perlu diambil dalam memperbaiki kondisi tanah agar sesuai untuk tanaman tebu antara lain: A. APLIKASI DOLOMIT/KAPUR PERTANIAN Tujuan aplikasi dolomit pada lahan tebu adalah untuk meningkatkan pH tanah. Hasil analisis awal menunjukkan pH tanah sangat masam yaitu 3.6. Karena secara umum pH tanah di Asembagus berkisar antara 34, sebagai akibat drainase/pengairan pada lahan yang mengandung belerang. Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan oleh Laboratorium tanah Universitas Brawijaya
Malang,
jumlah
dolomit
yang
direkomendasikan adalah 500kg/ha untuk meningkatkan pH tanah menjadi netral sesuai dengan kebutuhan tanaman tebu. Penghitungan pH tanah dua bulan pasca aplikasi dolomit pada petak perlakuan PHT meningkat menjadi 5.5 dan pada petak kontrol pH tanah tetap rendah yaitu 3.9. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi dolomit mampu meningkatkan pH tanah. B. APLIKASI KOMPOS/PUPUK ORGANIK Pemberian pupuk kompos/organik bertujuan memperbaiki kondisi tanah, serta memperkaya mikroba baik dalam tanah. Pemberian kompos juga disesuaikan dengan hasil rekomendasi analisis tanah. Aplikasinya dilakukan secara merata pada seluruh lahan dan kompos yang diaplikasikan ke lapang harus yang matang dan tidak ada kontaminasi uret, telur uret atau OPT lain. Jika kompos yang diaplikasikan belum matang dikuatirkan akan menjadi sumber infeksi karena bisa saja kompos tersebut masih terkontaminasi OPT.
Hasil analisis tanah 3 bulan pasca aplikasi, kandungan bahan organik menjadi lebih rendah, kondisi itu terjadi karena hampir semua bahan organik benarbenar diserap oleh tanaman. Apabila pemberian pupuk kompos dilaksanakan secara terus menerus setiap akan menanam tebu, maka selanjutnya kondisi tanah akan menjadi lebih baik dan secara berkala kandungan bahan organik terus meningkat, karena pada prinsipnya salah satu tujuan PHT adalah memperbaiki kondisi tanah, selanjutnya menambah kandungan hara di dalamnya. Ditinjau dari segi ekonomi, penggunaan kompos ikut mengurangi kebutuhan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk anorganik yang sesuai dan tidak berlebihan juga memberikan keuntungan bagi petani karena dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk pengelolaan tanah.
C. APLIKASI MIKORIZA Aplikasi mikoriza sebanyak 5 gram/tanaman bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan cara membantu penyerapan unsur hara yang dibutuhkan tanaman tebu terutama pospor dan air. Berdasarkan hasil analisis tanah kandungan unsur P, K, Ca dan Mg yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam tanah sehingga dengan keberadaan mikoriza dalam perakaran tebu, unsur tersebut akan diserap maksimal oleh tanaman. Tanaman tebu identik dengan budidaya pada lahan kering dan marginal. Keuntungan yang akan diciptakan oleh mikoriza adalah penyerapan air akan sangat terbantu dengan keberadaan hifa mikoriza dimana pada saat perakaran tebu tidak mampu menjangkau keberadaan air tanah, mikoriza dengan kemampuan hifanya akan memperpanjang luas serapan akar. Selain itu jika tanaman tebu telah terinfeksi mikoriza, maka akan lebih mudah recovery serangan hama perusak akar tebu. Ketiga langkah tersebut dikenal dengan tindakan Preemtif yang bertujuan untuk mencegah serangan hama L. stigma melalui usaha penyehatan tanaman (Mudjiono, 2010).
TERAPKAN TEKNOLOGI TERPADU Langkah menekan populasi uret secara langsung dengan teknik ramah lingkungan atau yang dikenal dengan tindakan kuratif (Mudjiono, 2010) dilakukan antara lain: a. Pengendalian Mekanis Langkah tujuan
mekanis
diambil
dengan
menangkap dan membunuh hama
secara
langsung.
Langkah
ini
dapat
dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah/pembajakan/walik gulud, dimana uret akan muncul kepermukaan tanah pada saat proses tersebut. Uret diambil secara manual dan dimusnahkan. Langkah ini merupakan tindakan yang efektif dan efisien pada daerah yang cukup banyak tenaga kerja. Langkah mekanis lain adalah pembuatan perangkap telur, yaitu dengan membuat lubang yang diisi dengan bahan
organik, untuk menarik imago agar
bertelur
memudahkan
pada lubang
tersebut
sehingga
pemusnahan
larva.
Pembuatan lubang perangkap sebesar 1 x 1 x 1 meter, dapat dilakukan pada 4 atau 5 titik. Selain itu penggunaan lampu perangkap imago yang dimulai sejak periode penerbangan imago (Nopember – Desember) merupakan langkah mekanis yang cukup efektif menekan populasi hama L. stigma. Bagaimana tidak??... pemasangan lampu akan menarik imago uret, karena mereka sangat tertarik cahaya. Pemasangan
perangkap jaring disamping lampu akan cukup efektif menjebak
imago uret. Selain itu penggunaan Light Trap
memang lebih sebagai sarana
monitoring, khususnya untuk mengetahui grafik fluktuasi populasi imago L. stigma di lapang (Pramono, 2005).
Zahro’in
b. Pengendalian Biologis Pengendalian secara biologis dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa agens hayati yang efektif mengendalikan serangan uret tebu antara lain: Jamur Metarhizium anisopliae
isolat L. stigma diaplikasikan dengan cara
ditaburkan (dosis 10 kg/Ha). Agar aplikasi merata di seluruh lahan, lebih baik dicampurkan dengan kompos yang telah matang. Jamur yang mampu menginfeksi uret akan mengakibatkan serangan pada tubuh uret ditumbuhi miselia jamur berwarna hijau. Butuh waktu kurang lebih satu bulan
bagi
jamur untuk menyebabkan mortalitas uret tebu instar awal, tetapi pada instar akhir, waktu yang dibutuhkan juga lebih lama yaitu dua hingga tiga bulan. Jamur mampu bertahan dalam tanah hingga lebih dari satu tahun, sehingga pada saat terdapat serangga sasaran, jamur akan menginfeksinya. Jangka panjang jamur mampu menurunkan populasi uret untuk generasi berikutnya.
Nematoda
Entomopatogen
jenis Steinernema spp. yang diaplikasikan
dengan
cara
dikocorkan disekitar perakaran tebu,
dengan
spons/Ha. formulasi
dosis
20
Sebelumnya spon
yang
berisi
suspensi NEP perlu diremas dalam air, dimasukkan kedalam gembor dan siap diaplikasikan. Sangat dianjurkan aplikasi NEP dilakukan pada saat larva uret masih instar
awal, karena biasanya keberadaan uret pada kedalaman 10-30 cm, sehingga memudahkan NEP menemukan serangga. Selain itu faktor yang mendukung persistensi NEP dilapang adalah kelembaban tanah. Akan lebih baik hasil yang didapatkan jika aplikasi dilaksanakan pada musim penghujan atau jika di aplikasikan pada musim kemarau, perlu melembabkan lahan pada saat aplikasi hingga 2 minggu setelah aplikasi NEP. Selain itu aplikasi Pestisida Nabati Serbuk Biji Mimba (SBM) dengan dosis 510 kg/Ha,
merupakan alternatif lain komponen pengendalian hama non
kimiawi yang berasal dari tumbuhan Azadirachtin indica. Azadirachtin sebagai bahan aktif utama dalam SBM merupakan senyawa luminoid yang sangat beracun bagi serangga hama fitofagus. Pengaruh azadirachtin terhadap serangga antara lain sebagai penghambat pertumbuhan (growth legurator), penolak makan (antifeedant), dan penghambat reproduksi. Azadirachtin tidak berbahaya bagi organisme bukan sasaran seperti parasitoid, predator, dan berbagai serangga penyerbuk (Agus, 2004). c. Pengendalian Kimiawi Pengendalian
kimiawi
dilaksanakan
Penggunaan pestisida dengan
sebagai
alternative
terakhir.
bahan aktif BHC, diazinon, dan kuinalfos.
Hasil uji insektisida yang mengandung bahan aktif BHC, diazinon, dan kuinalfos dengan dosis masing-masing 10 gram formulasi per lubang tanam (dengan ukuran 1x1x0.6 m3) dapat menyebabkan kematian L. stigma pada kedalaman tanah 10–40 cm sebesar 40%, 22%, dan 18% untuk urutan bahan aktif di atas (Priatno, 1987 dalam Susanto 1992).
BBPPTP Surabaya menawarkan solusi pengendalian terpadu yang efektif. Diharapkan teknologi ini akan membuka setitik harapan untuk mendapatkan produktivitas tinggi bagi para petani tebu. Karena ditengah problematika yang terjadi mereka tetap bertekad sebagai pahlawan Swasembada gula ..................
PUSTAKA Agus, F dan S. Rahayu. 2004. Mimba (Azadirachta indica) dan Manfaatnya. Pidra. World Agroforestry Centre. Transforming Lives and Landscape. Mudjiono, G. 2010. Model Penerapan PHT Tebu Lahan Kering Kasus Pada Pengelolaan Hama Uret. (Disampaikan pada Pertemuan Kebijakan Perlindungan Perkebunan tahun 2010 tanggal 7-9 Oktober 2010 di Puri Avia Resort Cipayung Bogor). Pramono, D. 2005. Seri Pengelolaan Hama Tebu Secara Terpadu. Dioma. Malang. Setyaningsih, R. B. 2010. Hama Pemakan Akar Tebu Lepidiota stigma. Direktorat Perlindungan Perkebunan. Jakarta. http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/index.php?. Diakses tanggal 20 Desember 2011. Susanto, E. 1992. Pathogenisitas Cendawan Cordyceps sp. Terhadap Hama Perusak Akar tebu (Lepidiota stigma F.) di Lapang. Karya Ilmiah S1. Departemen Pertahanan Keamanan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Cabang Jawa Timur. Surabaya.