Jurnal TARBAWIYAH
TAUHID SEBAGAI LANDASAN BERAGAM KECERDASAN PEMBELAJAR Oleh Muaddib Aminan Ar *)
Abstrak Setiap manusia dilahirkan dengan potensi, bakat dan minat yang beragam. Itulah sebabnya manusia disebut sebagai mahluk yang unik. Semua potensi bawaan manusia bersifat laten atau terpendam, dan hanya dengan pendidikan potensi itu dapat berkembang. Oleh sebab itu manusia sejak dini harus dididik secara terus-menerus, sehingga manusia mampu berkembang secara wajar dan mampu memecahkan masalah hidup dan kehidupannya secara mandiri. Pada diri manusia memiliki beragam kemampuan yang diistilahkan dengan kecerdasan ganda atau majemuk. Dalam pandangan Gardner manusia memiliki beragam kecerdasan yang meliputi: Intelegensi Verbal/linguistic, logical/matematika, spatial, bodily/kinesthetic, musical, interpersonal, dan intrapersonal. Selanjutnya ditemukan pula kecerdasan lain yaitu : naturalic, eksistensial, dan spiritual. Kegagalan pendidikan yang paling fatal adalah ketika produk proses tidaki memiliki kepekaan nurani yang berlandaskan moralitas, sense of humanity. Ketika tidak tidak ada kepedulian, bahkan secara tragis, berusaha menafikkan eksistensi kemanusiaan orang lain, maka produk proses pendidikan berada pada tingkatan terburuknya. Pemberiaan landasan tauhid sebagai dasar beragam kecerdasan merupakan suatu keharusan bagi semua pemimpin dan pendidik (guru dan dosen) pendidikan Islam. Keunggulan dalam dunia pendidikan bukan dalam status formalnya, melainkan unggul dalam hasil dari proses pendidikan itu sendiri, yakni perubahan sikap dan perilaku sebagaimana dicita-citakan. Kata Kunci Tauhid Potensi
Kecerdasan Pembelajar
A. Potensi Kecerdasan pada Manusia Manusia yang lahir kedunia pada hakikatnya tidak terlepas dari potensi individu seperti bakat, minat, kecenderungan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Kecenderungan ini bersifat laten dan hanya bisa terdeteksi ketika proses pendidikan mampu untuk memberikan ruang bagi perkenbangan individu secara optimal. Hal tersebut diatas, banyak kita dapatkan informasi dari al-Qur’an, diantaranya: 1. Q.S. An-Nahl, 16 : 78. ”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, pengelihatan dan Hati, agar kamu bersyukur.” 2. Q.S. Yunus, 10 : 101. ”Katakanlah : ”Perhatikanlah apa yang ada dilangit dan dibumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.
Program Pascasarjana STAI AL-KHOZINY
31
Jurnal TARBAWIYAH
3. Q.S. Ar-Ruum, 30: 8. ”Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan . Dan sesungguhnya kebanyakan diantara manusia benar-benar ingkar dengan Tuhannya. B. Delapan Kecerdasan Menurut Gardner. Gardner (1993) mempelajari bahwa perkembangan proses kognitif anak melalui studi aspek budaya, aspek neurofisiologi, dan studi antropologi. Atas dasar kajian ini ditemukan bahwa pada diri manusia memiliki beragam kemampuan yang lebih diistilahkan dengan kecerdasan ganda atau majemuk. Dalam pandangan Gardner manusia memiliki beragam kecerdasan yang meliputi: Intelegensi Verbal/linguistic, logical/matematika, spatial, bodily/kinesthetic, musical, interpersonal, dan intrapersonal. Selanjutnya ditemukan pula kecerdasan lain yaitu : naturalic, eksistensial, dan spiritual. 1. Intelegensi Verbal/linguistik Kemampuan anak dalam akuisisi linguistik yang kompleks dalam hal rumusan dan proses kebahasaan. Berpikir secara simbolik dan penalaran secara abstrak atau kemampuan untuk membuat pola-pola verbal konseptual, termasuk kedalam kategori intelegensi ini. Wujud konkretnya dapat diperhatikan pada kemampuan membaca, menulis, perkembangan ketrampilan membaca dan berbahasa seperti permainan huruf dan kata, ungkapan, kiasan pribahasa, bercerita, dialog, diskusi, puisi, lirik, bahasa asing, email, pidato, makalah, esai dan kemampuan analogi. 2. Intelegensi logika/matematika Kemampuan untuk berpikir dengan penalaran. Kemampuan ini juga berkaitan dengan pengenalan pola-pola geometrik dan pola angka dan masih dikategorikan sebagai kemampuan yang bersifar abstrak. Melibatkan pemecahan masalah secara logis dan ilmiah dan kemampuan matmatias. Kemampuan ini menyangkut: bereksprimen, bertanya, menghitung, logika deduktif dan induktif, mengorganisasikan, fakta, teta-teki, skenario. 3. Intelegensi spatial/ visual Kemampuan mempersepsikan kesan dari gambar atau pola-pola. Seseorang yang memiliki kemampuan spatial tinggi mampu uintuk berpikir dalam kesan-kesan atau gambaran (images) dan pada umumnya mampu untuk menemukan obyek yang hilang dan mampu mengenali hal-hal telah dirubah secara acak sehingga sering disebut sebagai intelegensi visual. Kemampuan ini menyangkut : Sketsa, menggambar, visualisasi, mencoratcoret, grafik, desain, tabel, seni, vidio, film dan ilustrasi. 4. Intelegensi musical Kemampuan untuk membuat dan menginterpretasikan musik sehingga cenderung peka dengan nada (pitch), warna nada (timbre) dan irama nada (ritme). Kemampuan yang muncul berupa penguasaan terhadap alat musik dan membuat efek suara. Kemampuan spatial seseorang sangat erat kaitannya dengan intelegensi verbal linguistik karna produk yang dihasilkan
Program Pascasarjana STAI AL-KHOZINY
32
Jurnal TARBAWIYAH
dunia musik merupakan rangkaian kemampuan berbahasa terutama pada pembuatan lirik dan syair. Contohnya kemampuan : menyanyi, bersenandung, mengetuk-ngetuk, irama, melodi, kecepatan, warna nada , alat musik, irama. 5. Intelegensi Bodily/kinestetik Kemampuan dalam olah fisik baik yang menyangkut system otot halus maupun pada otot besar. Berpikir melalui sensasi dan gerakan fisik. Merupakan kemampuan untuk mengendalikan dan menggunakan fisik dengan mudah dan cekatan. Kemampuan ini menyangkut : Menari, berlari, melompat, menyentuh, menciptakan, mencoba, mensimulasi, merakit/membongkar, permainan indera peraba. 6. Intelegensi Interpersonal Kemampuan memahami dan berkomunikasi dengan orang lain. Ini memacu kepada ketrampilan manusia, dapat dengan mudah membaca situasi, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Hatch dan Gardner selanjutnya mengidentifikasi empat macam kemampuan sebagai komponen kecerdasan interpersonal: pertama , kemampuan mengorganisasi kelompok, kedua, kemampuan merundingkan solusi, ketiga, kemampuan hubungan pribadi dan keempat, keampuan melakukan analisis sosial. Wujud dari kemampuan ini: memimimpin, mengorganisasi, berinteraksi, menyayangi, berbicara, sosialisasi, manipulasi, menjadi pendamai, permainan kelomok, klub, teman-teman, kelompok kerjasama. 7. Intelegensi Intrapersonal Kemampuan membatasi diri dari pengamatan orag lain, mempunyai suatu perasaan atau keinginan kuat pada diri sediri. Dalam sebutan lain kemampuan interpersonal pada diri seseorang dipandang memiliki kemampuan sinergistik-natural. Seseorang yang memilki inteligensi interpersonal tinggi memiliki kapasitas untuk memahami diri sendiri secara tepat, baik kekurangan maupun kelemahan, suka menyendiri tetapi kuat dalam hal intuitif tetapi memiliki kearifan yang tinggi. Wujud dari kemampuan ini: Berpikir, meditasi, bermimpi, berdiam diri, m encanangkan tujuan, refleksi, merenung, membuat jurnal, menilai diri, waktu menyendiri, proyek yang dirintis sendiri, menulis, introspeksi. 8) Intelegensi Naturalis Kemampuan pokok yang banyak bersentuhan dengan nilai budaya dikenal dengan intelegensi natural. Aplikasi kemampuan tersebut dapat dikenali pada beberapa orang yang sulit dikenali potensi intelegensinya, mereka yang punya kemampuan seperti ini memiliki kemampuan katgoris, memiliki kapasitas dalam hal taksonomi rakyat, dan berorientasi pola pikir ruang dan waktu. Wujud dari kemampuan ini: jalan-jalan dialam terbuka, berinteraksi dengan binatang, pengategorian, menatap binatang, meramal cuaca, simulasi, dan penemuan. Disamping Teori Gardner tentang beragam kecerdasan, teori lain yang sudah umum diketahui adalah Intelegent Question (IQ), Emotional Question (EQ) dan Spiritual Question (SQ). Apapun ranah dan bentuk kecerdasan anak yang ingin dikembangkan secara maksimal, tetap harus dipondasi dengan
Program Pascasarjana STAI AL-KHOZINY
33
Jurnal TARBAWIYAH
bangunan nilai-nilai ketauhidan. Hal tersebut akan menuju terwujudnya pencapaian Insan kamil. Keharusan bagi Guru terhadap anak didiknya adalah membantunya menemukan bidang yang paling cocok dengan bakatnya yang akan membuatnya merasa puas, lebih kompeten dan berguna bagi masa depan anak didik tersebut. Sementara pihak penyelenggara pendidikan memfasilitasi beragam kecerdasan yang dimiliki anak didiknya dalam wujud aplikasi di latar sekolah. Maka kita akan menemukan ragam keunikan dari anak didik kita. Dan hakikinya tidak ada anak didik yang bodoh. Yang ada, adalah ketidak tahuan kita dalam menyalurkan aspek kecerdasan yang mereka miliki. Dan secara general mentransfer pengetahuan kepada pembelajar, tanpa mempertimbangkan Multiple intelegent yang mereka miliki. Apalag sistem pendidikan di negara kita memberikan aspek kognitif cukup tinggi, dan tuntutan masyarakat yang hanya melihat out put sekolah dari hasil Nilai Ujian Nasional. Pendidikan sering berada dipersimpangan jalan, terjebak antara memfasilitasi beragam kecerdasan siswa atau mengejar aspek kognitif yang implikasinya jelas menghasilkan produk pendidikan dengan hasil nilai tinggi yang akan mudah memilih Sekolah-sekolah Negeri favorit. Sehingga penyaluran secara spesifik kecerdasan anak didik tidak maksimal. Walaupun ada sekolah yang sudah mengaplikasikannya, tapi jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Iklim positif dalam dunia pendidikan tampak dalam dekade ini, terlihat jelas bagaimana kompetisi masing-maing lembaga pendidikan dalam meningkatkan mutu, dan menampilkan karakteristik yang spesifik sebagai posisi tawar kepada masyarakat. C. Tauhid sebagai landasan beragam kecerdasan Kegagalan pendidikan yang paling fatal adalah ketika produk didik tak lagi memiliki kepekaan nurani yang berlandaskan moralitas, sense of humanity. Ketika tak lagi perduli, bahkan secara tragis, berusaha menafikkan eksistensi kemanusiaan orang lain, maka produk pendidikan berada pada tingkatan terburuknya. Terkuaknya beragam kasus korupsi, Monopoli, manipulasi uang negara dan beragam kejahatan lainnya, yang dilakukan oleh orang yang pintar yang juga mengetahui bahwa perbuatan tersebut salah dan akan menbawa dampak kemudharatan bagi orang banyak. Hal tersebut semakin menegaskan bahwa pendidikan gagal dalam hal pembentukan kepribadian anak yang beradab. Tauhid sebagai sebuah nilai mutlak menjadi dasar didalam semua lini kehidupan demikian halnya dalam semua sendi kecerdasan. Mutlak penyelenggaraan pendidikan menjadinya acuan utama. Sehinga produk pendidikan tidak menghasilkan buah produk yang timpang, cerdas disatu sisi tapi tidak memeliki kepekaan moral. Dengan kata lain rendah dalam moralitas. Mardimadja (dalam Zaim: 2008) mendefenisikan pendidikan nilai sebagai bantuan terhadap pesera didik agar menyadari dan mengalami nilainilai serta menempatkannya secara integeral dalam keseluruhan hidupnya. Sementara Sinolungun(1997) menegaskan bahwa pengembangan moral melalui pendidikan tidak hanya mengajarkan nilai-nilai sebagai slogan hapalan, melainkan mengembangkan ketaatan serta ketrampilan dalam prilaku bermoral.
Program Pascasarjana STAI AL-KHOZINY
34
Jurnal TARBAWIYAH
Pemberiaan landasan tauhid sebagai dasar beragam kecerdasan disajikan secara integreted dengan spesifik kecerdasan yang dimiliki si pembelajar. Bahwa konsep nilai yang penulis tawarkan bukanlah berupa kurikulum tersendiri yang diajarkan lewat proses belajar mengajar, akan tetapi mengintegral dalam proses pembelajaran. Pendidikan nilai adalah ruh pendidikan itu sendiri, jadi dimanapun diajarkan, pendidikan nilai akan muncul dengan sendirinya. Pendidikan nilai adalah nilai pendidikan (Sukanta, dalam Zaim 2008). Implementasi Nilai ketauhidan sangat berpengaruh pada bangunan kecerdasan anak didik. Tauhid menjadi sumber pikir, sikap, dan aksi Penekanan pada tauhid sesungguhnya diorientasikan pada upaya untuk mengenal Tuhan, mendekatiNya, dan menyerahkan diri padaNya, berbuat baik pada makhlukNya dan sebagainya. Penegasan nilai yang dianut ini tentu saja berpengaruh kepada seluruh kerangka kepribadian, pemikiran dan aksi anak didik yang menempatkan Tuhan sebagai utimate goal dari perjalanannya. Segala atribut, aktivitas, ide, kreativitas yang mengenal kebenaran, kejujuran, kekuasaan akan menjadi bermakna ketika ditarik dan diproposikan pada sistem teosentris seperti itu. DAFTAR KEPUSTAKAAN Departemen Agama R.I.2004. al Quran dan terjemahannya, Jakarta. Elmubarok, Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Gardner , howard .1993. Multiple Intelegences : the theory in practice-a reader. New york : basic books. Sinolungan, A.E. 1997. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:Wira Sari. *) Penulis adalah Ketua Forum Pena Al Khoziny.
Program Pascasarjana STAI AL-KHOZINY
35