TESIS
PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL PADA PEMAHAMAN AKUNTANSI DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN KECERDASAN SPIRITUAL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
NYOMAN SUADNYANA PASEK NIM: 1291661021
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
i
PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL PADA PEMAHAMAN AKUNTANSI DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN KECERDASAN SPIRITUAL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
Tesis untuk memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana
NYOMAN SUADNYANA PASEK NIM: 1291661021
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL …………….
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr.A.A.N.B. Dwirandra, SE, MSi, Ak. NIP. 19641223 199303 1 001
Dr.I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi. NIP. 19670501 199203 2 002
Mengetahui Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Dr. Dewa Wirama, SE, MSBA., Ak NIP. 19641224 199103 1 002
Prof.Dr.dr,A.A Raka Sudewi,Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001
iii
Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal …………..
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No: ……….., Tanggal ……………...
Ketua
: Dr.A.A.N.B. Dwirandra, SE, MSi, Ak.
Anggota : 1. Dr.I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi. 2. Dr. Drs. I Made Sukartha, Msi., AK 3. Dr. Made Gede Wirakusuma, SE, MSi. 4. Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSi., Ak
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama
: Nyoman Suadnyana Pasek
NIM
: 1291661021
Program Studi : Magister Akuntansi Judul Tesis
: Pengaruh Kecerdasan Intelektual pada Pemahaman Akuntansi dengan Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual sebagai Variabel Pemoderasi.
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah ini bebas dari plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, …………
Nyoman Suadnyana Pasek
v
UCAPAN TERIMA KASIH Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, akhirnya
tesis
yang
berjudul
“Pengaruh
Kecerdasan
Intelektual
pada
Pemahaman Akuntansi dengan Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual sebagai Variabel Pemoderasi”, dapat terselesaikan. Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan terimakasih sedalam-dalamnya kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD-KEMD sebagai Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi Sp.S(K) sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Ucapan terimakasih juga ditunjukkan kepada Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak., sebagai Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan moral, pikiran dan tenaga selama proses pendidikan dan memberikan arahan serta bimbingan selama penelitian sampai pada penyelesaian tesis ini. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Dr.A.A.N.B. Dwirandra, SE, MSi, Ak., selaku pembimbing I dan Dr.I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi., selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan motivasi dan dorongan untuk penyelesaian tesis ini. Tidak lupa pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada para tim Penguji tesis lainnya yaitu, Dr. Drs. I Made Sukartha, Msi., AK, Dr. Made Gede Wirakusuma SE., Msi, Dr. I Made Sadha Suardika, SE., M.Si., Ak., yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan serta koreksi demi penyempurnaan tesis ini.
vi
Ucapan terimakasih yang penulis juga sampaikan kepada seluruh pengelola, dosen dan pegawai pada Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana, yang telah banyak memberikan bantuan dan layanan selama proses pendidikan sampai pada penyelesaian tesis ini. Rekan-rekan mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Udayana Angkatan X, yang tidak berhenti-hentinya saling memberikan motivasi dan memacu semangat serta doa selama menempuh proses pendidikan hingga akhir studi dapat dilalui dengan baik. Keluarga serta teman-teman yang selalu memberikan dorongan dan semangat kepada penulis. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dari awal proses pendidikan hingga penyelesaian tesis ini. Denpasar, April 2015 Penulis
vii
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi, yang dimoderasi oleh kecerdasan emosional dan kecerdasan spritual. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research, yang akan menjelaskan hubungan kausal antara variabel independen tersebut terhadap variabel dependen dengan dua variabel pemoderasi. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan data sekunder. Sedangkan analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif, uji asumsi klasik dan analisis verifikatif dengan menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa (1) kecerdasan intelektual berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman akuntansi. Artinya dengan kecerdasan intelektual yang baik maka mahasiswa akan lebih mudah memahami tentang pemahaman akuntansi, (2) kecerdasan emosional dapat meningkatkan pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi secara positif dan signifikan. (3) kecerdasan spiritual dapat meningkatkan pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi secara positif dan signifikan. Kata Kunci: Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Pemahaman Akuntansi.
viii
ABSTRACT This study aims to reveal the effect of the intellectual at the level of understanding of accounting, moderating by emotional intelligence and spiritual intelligence. The method used in this research is explanatory research, which would explain the causal relationship between the independent variable on the dependent variable that is reinforced by moderating variables through hypothesis testing. Data collected through questionnaires and secondary data. While the data analysis includes descriptive analysis, the classical assumption test and verification analysis using Moderated Regression Analysis (MRA). Based on the results of this research is that (1) the intellectual positive and significant impact on the understanding of accounting. This means that with good intelligence quotient, the student will be easier to understand about the understanding of accounting, (2) emotional intelligence can enhance intellectual influence on the level of understanding of accounting is positive and significant. (3) spiritual intelligence can enhance intellectual influence on the level of understanding of accounting is positive and significant. Therefore, someone who has a high spiritual intelligence will also motivate students to study harder and have higher creativity. Keywords: Intellectual Intelligence, Emotional Intelligence, Spiritual Intelligence, Understanding Accounting.
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ...................................................................................................
i
PRASYARAT GELAR.........................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................
iii
ABSTRAK .............................................................................................
iv
ABSTRACT ............................................................................................
v
DAFTAR ISI..........................................................................................
x
DAFTAR TABEL .................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................
1
1.1 Latar Belakang .........................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................
9
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................
10
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................
10
1.4.1 Manfaat Teoritis .............................................................
10
1.4.2 Manfaat Praktis ..............................................................
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................
12
2.1 Landasan Teori ..........................................................................
12
2.1.1 Teori Kecerdasan ............................................................
12
2.1.2 Konsep.............................................................................
13
2.1.2.1 Pemahaman Akuntansi........................................
13
2.1.2.2 Kecerdasan Intelektual ........................................
19
2.1.2.3 Kecerdasan Emosional ........................................
21
2.1.2.4 Kecerdasan Spiritual ...........................................
25
2.2 Pembahasan Penelitian Terdahulu .............................................
30
x
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN............................................................................
38
3.1 Kerangka Berfikir ......................................................................
38
3.2 Konsep Penelitian.......................................................................
39
3.3 Hipotesis.....................................................................................
40
3.3.1 Pengaruh
Kecerdasan
Intelektual
pada
Tingkat
Pemahaman Akuntansi.................................................... 3.3.2 Pengaruh
Kecerdasan
Intelektual
pada
40
Tingkat
Pemahaman Akuntansi Diperkuat oleh Kecerdasan Emosional........................................................................ 3.3.3 Pengaruh
Kecerdasan
Intelektual
pada
41
Tingkat
Pemahaman Akuntansi Diperkuat oleh Kecerdasan Spiritual ...........................................................................
42
BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................
43
4.1 Rancangan Penelitian ..................................................................
43
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................
43
4.3 Ruang Lingkup Penelitian...........................................................
44
4.4 Penentuan Sumber Data ..............................................................
44
4.4.1 Jenis dan Sumber Data .......................................................
44
4.4.2 Populasi dan Sampel ..........................................................
44
4.5 Variabel Penelitian ......................................................................
45
4.5.1 Identifikasi Variabel Penelitian..........................................
45
4.5.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................
46
4.6 Instrumen Penelitian....................................................................
49
4.7 Prosedur Penelitian......................................................................
52
4.8 Analisis Data ...............................................................................
53
4.8.1 Uji Asumsi Klasik ..............................................................
53
4.8.2 Analisis Verifikatif dengan Regressi .................................
55
4.8.2.1 Analisis Regresi .....................................................
55
4.8.2.2 Moderated Regression Analysis (MRA) ................
56
xi
4.8.2.3 Analisis Kelayakan Model Dan Koefisien Determinasi .........................................................
58
4.8.3 Pengujian Hipotesis............................................................
58
4.8.3.1 Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ) pada Pemahaman Akuntansi..........................................
58
4.8.3.2 Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ) pada Pemahaman Akuntansi yang Dimoderasi oleh Kecerdasan Emosional (EQ) .................................
59
4.8.3.3 Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ) pada Pemahaman Akuntansi yang Dimoderasi oleh Kecerdasan Spiritual (ESQ) ..................................
60
BAB V HASIL PENELITIAN .............................................................
62
5.1 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian .........................................
62
5.1.1 Hasil Uji Validitas..............................................................
62
5.1.2 Hasil Uji Reliabilitas ..........................................................
65
5.2 Hasil Uji Asumsi Klasik .............................................................
65
5.3 Hasil Analisis Deskriptif .............................................................
68
5.4 Uji Kelayakan Model (Uji F) dan Koefisien Determinasi ..........
70
5.5 Hasil Analisis Verifikatif ............................................................
71
5.5.1 Hasil Analisis Moderated Regression Analysis (MRA).....
71
5.5.2 Pengujian Hipotesis............................................................
74
BAB VI PEMBAHASAN......................................................................
75
6.1 Pengaruh IQ terhadap PA............................................................
75
6.2 Pengaruh kemampuan IQ pada tingkat PA yang dapat diperkuat oleh EQ .......................................................................
76
6.3 Pengaruh kemampuan IQ pada tingkat PA yang dapat diperkuat oleh SQ........................................................................
xii
77
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .............................................
78
7.1 Kesimpulan .................................................................................
78
7.2 Saran............................................................................................
79
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
81
LAMPIRAN...........................................................................................
85
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel...............................................
47
Tabel 5.1 Uji Validitas Variabel IQ ......................................................
62
Tabel 5.2 Uji Validitas Variabel EQ .....................................................
63
Tabel 5.3 Uji Validitas Variabel SQ .....................................................
64
Tabel 5.4 Uji Reliabilitas variabel IQ, EQ, SQ.....................................
65
Tabel 5.5 Hasil Normalitas dengan Kolmogrorov-Smirnow Test (K-S) ..
66
Tabel 5.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser......................
67
Tabel 5.7 Deskriptif Statistik ................................................................
68
Tabel 5.8 Hasil Uji Kelayakan Model (Uji F).......................................
70
Tabel 5.9 Koefisien Determinasi...........................................................
71
Tabel 5.10 Analisa Regresi Pengaruh IQ terhadap PA yang dimoderasi oleh EQ dan SQ.....................................................................
xiv
72
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Kerangka Berpikir ...............................................................
39
Gambar 3.2 Konsep Penelitian................................................................
39
Gambar 4.1 Prosedur Penelitian..............................................................
53
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Lampiran .......................................................................................
85
Lampiran I
Kuisioner Penelitian .......................................................
88
Lampiran II
Tabulasi Data Hasil Penelitian .......................................
95
Lampiran III
Hasil Pengujian Instrumen .............................................
100
Lampiran IV
Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................
123
Lampiran V
Hasil Analisis Deskriptif ................................................
127
Lampiran VI
Hasil Analisis Regresi ....................................................
129
xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan akuntansi yang diselenggarakan di perguruan tinggi ditujukan untuk mendidik mahasiswa agar memiliki kompetensi sebagai seorang akuntan profesional. Untuk dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas maka perguruan tinggi harus terus meningkatkan kualitas pada sistem pendidikannya (Mawardi, 2011). Pengetahuan yang dibutuhkan untuk akuntan terdiri dari pengetahuan umum, organisasi, bisnis, dan akuntansi (Hariyoga dan Edi, 2011). Pengetahuan tentang dasar-dasar akuntansi merupakan kunci utama untuk memahami ilmu akuntansi. Dasar-dasar akuntansi ini dipakai sebagai pegangan untuk memahami semua praktik dan teori akuntansi. Namun, kenyataannya pendidikan akuntansi yang selama ini diajarkan di perguruan tinggi hanya terkesan sebagai pengetahuan yang berorientasi pada mekanisme secara umum saja, sangat berbeda apabila dibandingkan dengan praktik sesungguhnya yang dihadapi di dunia kerja. Masalah tersebut tentu saja membingungkan lulusan akuntansi karena pemahaman akuntansi dibangku kuliah ternyata berbeda dengan dunia kerja. Dengan demikian, tingkat pendidikan di perguruan tinggi masih menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, padahal proses belajar mengajar pada pendidikan tinggi akuntansi hendaknya dapat mentranformasikan peserta didik menjadi lulusan yang lebih utuh sebagai manusia (Mawardi, 2011).
1
2
Dwirandra
(2013)
menyatakan
bahwa
kalangan
pengusaha
dan
industriawan tidak hanya meragukan kompetensi akuntan tetapi juga sikap etisnya. Keraguan terhadap kompetensi akuntan didasarkan pada kenyataan adanya beberapa kejahatan korperasi besar dan mendunia yang mengaitkan profesi ini. Fakta ini dalam lingkup lokal di dunia pendidikan akuntansi dibenarkan oleh kenyataan
kinerja
mahasiswa PPAk dan MAKSI Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Unud. Berdasarkan penelusuran dapat diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang memperoleh nilai A dalam beberapa mata kuliah pokok akuntansi rata-rata tidak lebih dari 33,75% untuk progam PPAk dan 46,63% untuk program MAKSI. Ini berarti bahwa lebih sedikit (kurang dari 50%) persentase mahasiswa yang memiliki tingkat pemahaman akuntansi maksimal (dengan nilai A). Padahal, Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) dan Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unud telah menerapkan kurikulum berbasis kompetensi yang menerapkan proses pembelajaran dengan strategi dan metode pembelajaran terkini (Dwirandra, 2013). Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ)
saja,
padahal
yang
diperlukan
sebenarnya
adalah
bagaimana
mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi yang kini telah menjadi dasar penilaian baru. Penelitianpenelitian sebelumnya sependapat bahwa kecerdasan emosional secara serentak berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi (Ludigdo, dkk, 2006), kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi (Mardahlena, 2007), kecerdasan emosional berpengaruh
3
positif dan signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi (Wirumananggay, 2008) dan kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap pemahaman akuntansi (Yulianto, 2009). Demikian juga dengan penelitian Durgut, dkk (2013) menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh pada pemahaman subyek akuntansi. Dalam memahami akuntansi adanya kecerdasan intelektual merupakan hal yang penting juga untuk dipertimbangkan. Mahasiswa akuntansi yang memiliki kecerdasan intelektual yang baik tentu memiliki pemahaman akuntansi yang baik pula. Penelitian Ludigdo, dkk (2006) menemukan bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi yang merupakan dasar untuk berprestasi. Namun penelitian Yulianto (2009) menemukan bahwa kecerdasan intelektual tidak berpengaruh signifikan terhadap pemahaman akuntansi. Dwijayanti (2009) mengatakan bahwa kecerdasan intelektual adalah kemampuan yang di butuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental berpikir, menalar dan memecahkan masalah pada kecerdasan emosional. Menurut Melandy dan Aziza (2006) menyatakan bahwa, kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga memberikan dampak yang positif. Kecerdasan emosional dapat membantu membangun hubungan dalam menuju kebahagiaan dan kesejahteraan. Sedangkan kecerdasan spiritual menurut Panangian (2012) kecerdasan spritual adalah kecerdasan yang sudah ada dalam setiap manusia sejak lahir yang membuat manusia menjalani hidup penuh makna,
4
selalu mendengarkan suara hati nuraninya, tak pernah merasa sia-sia, semua yang dijalaninya selalu bernilai. Namun, Rachmi (2010) mengkhawatirkan akan ketidakjelasan pada industri akuntansi yang dihasilkan oleh pendidikan tinggi akuntansi, hal ini dikarenakan banyak perguruan tinggi tidak mampu membuat anak didiknya menguasai dengan baik pengetahuan dan keterampilan hidup. Mahasiswa terbiasa dengan pola belajar menghafal tetapi tidak memahami pelajaran tersebut, sehingga mahasiswa akan cenderung mudah lupa dengan apa yang pernah dipelajari atau kesulitan untuk memahami apa yang diajarkan selanjutnya. Akuntansi bukanlah bidang studi yang hanya menggunakan angka-angka dan menghitung penjumlahan atau pengurangan, akan tetapi akuntansi juga merupakan bidang studi yang menggunakan penalaran yang membutuhkan logika. Hal tersebut didukung oleh temuan penelitian Dwirandra (2013) yang menyebutkan kinerja mahasiswa Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) dan Magister Akuntansi (MAKSI) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unud menunjukkan jumlah mahasiswa yang memperoleh nilai A (tingkat pemahaman maksimal) dalam beberapa mata kuliah pokok akuntansi rata-rata tidak lebih dari 33,75% untuk progam PPAk dan 46,63% untuk program MAKSI. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman akuntansi mahasiswa PPAk dan MAKSI masih rendah. Kondisi yang menyebabkan mahasiswa program tersebut sulit memahami akuntansi di dunia kerja. Kekhawatiran yang di ungkapkan Rachmi (2010) disebabkan karena masih banyak program pendidikan yang berpusat pada kecerdasan intelektual.
5
Kecerdasan intelektual ini diukur dari nilai ujian dan indeks prestasi. Nilai rapor yang baik, indeks prestasi yang tinggi, atau sering juara kelas merupakan tolak ukur dari kesuksesan seseorang. Tolak ukur ini tidak salah tetapi tidak seratus persen bisa dibenarkan. Terdapat faktor lain yang menyebabkan seseorang menjadi sukses yaitu adanya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Hasil penelitian Yoseph (2005) dan beberapa Riset di Amerika memperlihatkan bahwa kecerdasan intelektual hanya memberi kontribusi 20 persen terhadap kesuksesan hidup seseorang. Sisanya, 80 persen bergantung pada kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritualnya. Faktor lain selain kecerdasan tidak diteliti dalam penelitian ini. Bahkan dalam hal keberhasilan kerja, kecerdasan intelektual hanya berkontribusi empat persen. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Amram (2009) dari Institute Transpersonal Psychology yang menemukan bahwa kecerdasan emocional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan seorang Chief Executive Officer (CEO). Trisnawati dan Suryaningrum (2003) mengidentifikasi salah satu keluaran dari proses pengajaran akuntansi dalam kemampuan intelektual yang terdiri dari keterampilan teknis, dasar akuntansi dan kapasitas untuk berpikir kritis dan kreatif. Selain ini juga kemampuan komunikasi organisasional, interpersonal, dan sikap. Oleh karena akuntan harus memiliki kompetensi ini, maka pendidikan tinggi akuntansi bertanggungjawab mengembangkan keterampilan mahasiswanya untuk memiliki tidak hanya kemampuan dan pengetahuan di bidang akuntansi tetapi juga kemampuan lain yang diperlukan untuk berkarier di lingkungan yang selalu berubah dan ketat persaingannya yakni kecerdasaan emosional.
6
Goleman (2003) menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup. Sebaliknya ia menyatakan bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi biasa-biasa saja, selain kecerdasan akal yang dapat mempengaruhi
keberhasilan
orang
dalam
bekerja.
Ia
juga
tidak
mempertentangkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, melainkan memperlihatkan adanya kecerdasan yang bersifat emosional, ia berusaha menemukan keseimbangan cerdas antara emosi dan akal. Kecerdasan emosional menentukan seberapa baik seseorang menggunakan keterampilan-keterampilan yang
dimilikinya,
termasuk
keterampilan
intelektual.
Paradigma
lama
menganggap yang ideal adalah adanya nalar yang bebas dari emosi, paradigma baru menganggap adanya kesesuaian antara kepala dan hati. Trisnawati dan Suryaningrum (2003) menyatakan bahwa kecerdasan emosional dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang dijalani seseorang. Semakin banyak aktifitas atau pengalaman seseorang dalam berorganisasi dan semakin tinggi pengalaman kerja maka kecerdasan emosional mahasiswa akan semangkin tinggi. Sedangkan kualitas lembaga pendidikan tinggi
akuntansi
tidak
memberikan pengaruh yang berarti terhadap kecerdasan emosional seorang mahasiswa. Ananto (2010) menyatakan bahwa pembelajaran yang hanya berpusat pada kecerdasan intelektual tanpa menyeimbangkan sisi spiritual akan
7
menghasilkan generasi yang mudah putus asa, depresi, suka tawuran bahkan menggunakan obat-obat terlarang, sehingga banyak mahasiswa yang kurang menyadari tugasnya sebagai seorang mahasiswa yaitu belajar. Kurangnya kecerdasan spiritual dalam diri seorang mahasiswa akan mengakibatkan mahasiswa kurang termotivasi untuk belajar dan sulit untuk berkonsentrasi, sehingga mahasiswa akan sulit untuk memahami suatu mata kuliah. Sementara itu, mereka yang hanya mengejar prestasi berupa nilai atau angka dan mengabaikan nilai spiritual, akan menghalalkan segala cara untuk mendapakan nilai yang bagus, mereka cenderung untuk bersikap tidak jujur seperti mencontek pada saat ujian. Oleh karena itu, kecerdasan spiritual mampu mendorong mahasiswa mencapai keberhasilan dalam belajarnya karena kecerdasan spritual merupakan dasar untuk mendorong berfungsinya secara efektif kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Ginanjar (2007) menyatakan bahwa ketiga bentuk kecerdasan di atas sangat penting dan harus dikembangkan dalam kehidupan seseorang. Hal ini disebabkan karena kecerdasan intelektual dibutuhkan untuk mengatasi masalahmasalah yang kognitif, kecerdasan emosional diperlukan untuk mengatasi masalah afektif, dan kecerdasan spiritual digunakan untuk mengatasi masalah bermakna dalam menjalani kehidupan. Pada penelitian terdahulu ditemukan beberapa hasil yang berbeda dalam meneliti pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual pada pemahaman akuntansi, diantaranya pada kecerdasan intelektual yaitu penelitian Yani (2011) yang menyatakan bahwa kecerdasan intelektual
8
berpengaruh pada pemahaman akuntansi. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Veenman, dkk (2004). Namun hasil tersebut tidak konsisten dengan peneliti Dwijayanti (2009). Sedangkan untuk kecerdasan emosional hasil yang berpengaruh pada pemahaman akuntansi ditemukan penelitian Rachmi (2010), Yani (2011), Durgut, dkk (2013) dan Amram (2009). Hasil berbeda ditemukan pada penelitian Trisnawati dan Suryaningrum (2003). Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachmi (2010) yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian McGhee dan Grant (2008), Oskou (2013) dan Clarken (2010). Namun hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti (2009) dan Yani (2011). Dari uraian di atas adanya inkonsistensi hasil penelitian pengaruh langsung kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual baik secara individual maupun secara serentak. Hal ini mendorong dilakukannya penelitian yang menempatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual sebagai variabel pemoderasi dari pemahaman akuntansi. Hal tersebut dikarenakan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual mampu mendorong mahasiswa mencapai keberhasilan dalam belajarnya karena merupakan dasar untuk mendorong berfungsinya secara efektif kecerdasan intelektual. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin menguji kembali pengaruh kecerdasan intelektual pada pemahaman akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Peneliti memilih Universitas Udayana Denpasar khususnya Program Pascasarjana Akuntansi merupakan salah satu lembaga
9
pendidikan tinggi yang dipandang memiliki potensi besar untuk mencetak tenagatenaga profesional di bidang akuntansi sesuai dengan visi misi dan standar kompetensi jurusan yaitu cerdas, berkualitas, bermoral dan berdaya saing tinggi serta memahami dan memiliki kompetensi di bidang akuntansi. Nilai lebih dari penelitian yang akan dilakukan dibandingkan dengan penelitian terdahulu adalah penempatan variabel kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual sebagai variabel moderator. Jika pada penelitian terdahulu dianalisis pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual baik secara sendiri-sendiri maupun secara serentak terhadap pemahaman akuntansi, maka pada penelitian yang akan dilakukan akan dianalisis pengaruh kecerdasan intelektual pada pemahaman akuntansi. Selanjutnya dianalisis apakah pengaruh
kecerdasan
intelektual
pada
pemahaman
akuntansi
ini
diperkuat/diperlemah oleh kecerdasan emosional maupun kecerdasan spiritual. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dikemukakan dalam research questions sebagai berikut: 1) Apakah kecerdasan intelektual berpengaruh pada tingkat pemahaman akuntansi ? 2) Apakah kecerdasan emosional dapat memperkuat pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi? 3) Apakah kecerdasan spiritual dapat memperkuat pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi?
10
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian
merupakan
suatu
kegiatan
untuk
mencari,
menggali,
menghubungkan dan memprediksi suatu kejadian. Setiap penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang jelas dan terarah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi. 2) Untuk mengetahui pengaruh kemampuan kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi yang dapat diperkuat oleh kecerdasan emosional. 3) Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi yang dapat diperkuat oleh kecerdasan spiritual. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi
bagi
pengembangan ilmu pengetahuan terutama pada bidang akuntansi keperilakuan dan dapat memberikan bukti empiris dan konfirmasi konsistensi dengan hasil penelitian sebelumnya serta sebagai referensi dan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak yang akan mengadakan kajian lebih luas tentang pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap pemahaman akuntansi dan tingkat pemahaman etis mahasiswa akuntansi.
11
1.4.2 Manfaat Praktis Memberikan tambahan pengetahuan untuk memperluas pandangan atau wawasan mengenai pentingnya kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap pemahaman akuntansi serta untuk mengembangkan tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi sebagai cikal bakal lahirnya seorang akuntan yang akan terjun ke masyarakat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecerdasan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010), mengartikan kecerdasan sebagai perihal cerdas (sebagai kata benda), atau kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian dan ketajaman fikiran). Kecerdasan memiliki pengertian yang sangat luas sebagaimana yang dikemukakan oleh Yani (2011: 53), Susanto (2004: 68), Amstrong (2009: 71) dan Lesmana (2010:31). Para ahli psikologis mengartikan kecerdasan sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan, menguasai dan mempraktekkannya dalam pemecahan suatu masalah (Yani, 2011: 53). Susanto (2004:68) menyatakan kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melihat suatu masalah lalu menyelesaikannya atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain. Amstrong (2009: 71) menyatakan kecerdasan adalah kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Binet seorang psikologis Prancis, mengatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahan suatu tujuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan untuk untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri (Lesmana, 2010:31). Gardner seorang Psikologis Amerika mengatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu aturan yang bermacam-macam dan situasinya
12
13
yang nyata (Yani, 2011:61). Dengan demikian, dari beberapa pengertian di atas kecerdasan dapat diartikan sebagai kesempurnaan akal budi seseorang yang diwujudkan dalam suatu kemampuan untuk memperoleh kecakapan-kecakapan tertentu dan untuk memecahkan suatu persoalan atau masalah dalam kehidupan secara nyata dan tepat. 2.1.2 Konsep 2.1.2.1 Pemahaman Akuntansi 1) Pengertian Pemahaman Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010: 74) Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya pengertian; pengetahuan yang banyak. Jika mendapat imbuhan pe-an menjadi pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham). Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, dan cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak. Panangian (2012) menyatakan bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain didalam (sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain.
14
Panangian (2012) menyatakan pemahaman (comprehension), kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Menurut Bloom “Here we are using the tern “comprehension“ to include those objectives, behaviors, or responses which represent an understanding of the literal message contained in a communication.“ Artinya : Disini menggunakan pengertian pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi. Oleh sebab itu siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain. Panangian (2012) menyatakan pemahaman sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Menurut suatu terjadinya, pemahaman dapat dibedakan menjadi dua macam: 1) Dengan sengaja ialah dengan sadar dan sungguh-sungguh memahami, hasilnya akan lebih mendalam. 2) Tidak sengaja ialah dengan tidak sadar ia memperoleh suatu pengetahuan, hasilnya tidak mendalam dan tidak teratur. b. Menurut cara memahaminya, pemahaman dapat dibedakan menjadi dua macam :
15
1) Secara mekanis ialah menghafal secara mesin dengan tidak menghiraukan apa artinya, hasil dari pemahaman ini biasanya tidakakan tahan lama dan akan cepat lupa. 2) Secara logis ialah menghafal dan mengenal artinya, hasil dari pemahaman ini akan lebih bertahan lama dan tidak akan cepat lupa. Dengan demikian jelaslah, bahwa comprehension atau pemahaman merupakan unsur psikologi yang sangat penting dalam belajar. Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah pengertian dan pengetahuan yang mendalam serta beralasan mengenai reaksi-reaksi pengetahuan atau kesadaran untuk dapat memecahkan masalah suatu problem tertentu dengan tujuan mendapatkan kejelasan. 2) Pengertian Akuntansi Akuntansi memiliki berbagai macam pengertian tetapi pada dasarnya sama, hal tersebut dikarenakan akuntansi telah mengalami perkembangan makna.
Ada beberapa pengertian akuntansi,
oleh
Suwardjono (2001), Baridwan (2004: 1) dan Yusuf (2002: 4). Suwardjono (2001) menyatakan akuntansi merupakan seperangkat pengetahuan yang luas dan komplek. Cara termudah untuk menjelaskan pengertian akuntansi dapat dimulai dengan mendefinisikannya. Akan tetapi, pendekatan semacam ini mengandung kelemahan. Kesalahan dalam pendefinisian akuntansi dapat menyebabkan kesalahan pemahaman arti sebenarnya akuntansi. Akuntansi sering diartikan terlalu sempit sebagai
16
proses pencatatan yang bersifat teknis dan prosedural dan bukan sebagai perangkat pengetahun yang melibatkan penalaran dalam menciptakan prinsip, prosedur, teknis, dan metoda tertentu. Baridwan (2004: 1) menyebutkan akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusankeputusan ekonomi dalam memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan. Yusuf (2002: 4) mengatakan akuntansi adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran dan penganalisaan data keuangan dari suatu organisasi. Definisi akuntansi menurut Suwardjono (2005: 10) dibedakan menjadi dua pengertian yaitu sebegai seperangkat pengetahuan (a body of knowledge) dan fungsi (function). Sebagai seperangkat pengetahuan Akuntansi di definisikan sebagai: Seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit organisasi dalam suatu lingkungan Negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Dalam arti sempit sebagai proses, fungsi, atau praktik akuntansi dapat didefinisikan sebagai: Proses pengindefikasian, pengesahan, pengukuran, pengakuan, pengklasifikasian, penggabungan, peringkasan, dan penyajian data keuangan dasar (bahan olah akuntansi) yang terjadi dari kejadiankejadian, transaksi-transaksi, atau kegiatan operasi suatu unit organisasi dengan cara tertentu untuk menghasilkan informasi yang relevan bagi pihak yang berkepentingan.
17
3) Pengertian Pemahaman Akuntansi Pemahaman akuntansi menurut Mawardi (2011) terdiri dari tiga konsep dasar bagian utama yaitu aktiva, hutang dan modal. Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja,
tetapi
juga
termasuk
pengeluaran-pengeluaran
yang
belum
dialokasikan (deffered changes) atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangible asset) misalnya goodwill, hak paten, hak menerbitkan dan
sebagainya.
Pemahaman
akuntansi
merupakan
sejauh
mana
kemampuan untuk memahami akuntansi baik sebagai seperangkat pengetahuan (body of knowledge) maupun sebagai proses atau praktik. Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh dosen. Suwardjono (2005: 4) menyebutkan pengetahuan akuntansi dapat dipandang dari dua sisi pengertian yaitu sebagai pengetahuan profesi (keahlian) yang dipraktekkan di dunia nyata dan sekaligus sebagai suatu disiplin pengetahuan yang diajarkan diperguruan tinggi. Akuntansi sebagai objek pengetahuan diperguruan tinggi, akademisi memandang akuntansi sebagai dua bidang kajian yaitu bidang praktek dan teori. Teori akuntansi tidak lepas dari praktik akuntansi karena tujuan utamanya adalah menjelaskan praktik akuntansi berjalan dan memberikan dasar bagi pengembangan praktik. Akuntansi cenderung dikembangkan atas dasar
18
pertimbangan nilai (value judgment), yang dipenuhi oleh faktor lingkungan tempat akuntansi dipraktikkan. Belkaoli (2000) menjelaskan bahwa proses penyusunan teori akuntansi sebaiknya dilengkapi pula dengan proses pembuktian verification) dan pengesahan (validation) teori. Bidang praktek berkepentingan dengan masalah bagaimana praktek dijalankan sesuai dengan prinsip akuntansi. Prinsip akuntansi merupakan suatu pedoman dalam menyusun laporan keuangan yang secara umum dapat diterima oleh semua pihak. Dalam praktik-praktik bisnis biasanya sering dijumpai bahwa laporan keuangan harus disusun dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU), atau di Amerika Serikat disebut dengan GAAP (Generally Accepted Accounting Principles). Bidang teori berkepentingan dengan penjelasan, deskripsi, dan argumen yang dianggap melandasi praktek akuntansi yang semuanya dicakup dalam suatu pengetahuan yang disebut teori akuntansi. Secara umum, fungsi utama teori akuntansi adalah untuk memberikan kerangka pengembangan ide-ide baru dan membantu proses pemilihan akuntansi (Mathews dan Parera, 1993). Teori memiliki karaktristik-karakteristik sebagai berikut: a) memiliki badan pengetahuan, b) biayai secara internal, 3) menjelaskan dan/atau memprediksi fenomena, d) menyajikan hal-hal yang ideal, e) secara ideal mengarah terhadap praktik, f) membahas masalah dan memberikan solusi.
19
4) Dimensi Pemahaman Akuntansi Melandy dan Aziza (2006), pemahaman akuntansi merupakan suatu kemampuan seorang untuk mengenal dan mengerti tentang akuntansi. Pemahaman akuntansi ini dapat di ukur dari nilai mata kuliah yang meliputi Pengantar Akuntansi, Akuntansi Keuangan Menengah 1, Akuntansi Keuangan Menengah 2, Akuntansi Keuangan Lanjutan 1, Akuntansi Keuangan Lanjutan 2, Auditing 1, Auditing 2, Auditing 3, dan Teori Akuntansi. Mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang menggambarkan akuntansi secara umum. 2.1.2.2 Kecerdasan Intelektual 1) Pengertian Kecerdasan Intelektual Kecerdasan
intelektual
(IQ)
merupakan
pengkualifikasian
kecerdasan manusia yang didominasi oleh kemampuan daya pikir rasional dan logika. Lebih kurang 80%, IQ diturunkan dari orangtua, sedangkan selebihnya dibangun pada usia sangat dini yaitu 0-2 tahun kehidupan manusia yang pertama. Sifatnya relatif digunakan sebagai prediktor keberhasilan individu dimasa depan. Implikasinya, sejumlah riset untuk menemukan alat (tes IQ) dirancang sebagai tiket untuk memasuki dunia pendidikan sekaligus dunia kerja (Amran, 2009: 62). Dwijayanti (2009: 24) menyebutkan kecerdasan intelektual sebagai suatu kemampuan yang terdiri dari tiga ciri yaitu: a) Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan. b) Kemampuan untuk
20
mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilakukan. c) Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri. Robins dan Judge (2008: 57) mengatakan bahwa kecerdasan intelektual adalah kemampuan yang di butuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental berpikir, menalar dan memecahkan masalah. Yani (2011) mengatakan bahwa kecerdasan intelektual adalah kemampuan untuk memperoleh, memanggil kembali (recall), dan menggunakan pengetahuan untuk memahami konsep-konsep abstrak maupun konkret dan hubungan antara objek dan ide, serta menerapkan pengetahuan secara tepat. Kecerdasan intelektual menurut Sternberg (2008:121) adalah sebagai kemampuan untuk belajar dari pengalaman, berfikir menggunakan prosesproses metakognitif, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan menganalisis, logika dan rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan bicara, kecerdasan akan ruang, kesadaran akan sesuatu yg tampak, dan penguasaan matematika. IQ mengukur kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan, menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam proses berfikir, bekerja dengan angka, berpikir abstrak dan analitis, serta memecahkan masalah dan menerapkan pengetahuan yg telah ada sebelumnya. (Anastasi, 2007: 220).
21
Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti berpendapat bahwa kecerdasan memperoleh
intelektual
merupakan
pengetahuan,
kemampuan
menguasai
dan
seseorang
untuk
menerapkannya
dalam
menghadapi masalah. 2) Dimensi dan Indikator Kecerdasan Intelektual Dalam penelitian ini kecerdasan intelektual mahasiswa diukur dengan dimensi dan indikator sebagai berikut (Azwar, 2008: 8) a. Kemampuan memecahkan masalah, yaitu mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, mengambil keputusan tepat, menyelesaikan masalah secara optimal, menunjukkan fikiran jernih. b. Intelegensi verbal, yaitu kosa kata baik, membaca dengan penuh pemahaman,
ingin
tahu
sacara
intelektual,
menunjukkan
keingintahuan. c. Intelegensi praktis, yaitu tahu situasi, tahu cara mencapai tujuan, sadar terhadap dunia sekeliling, menunjukkan minat terhadap dunia luar.
2.1.2.3 Kecerdasan Emosional 1) Pengertian Kecerdasan Emosional Goleman (2005: 18) menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sudah bekerja atau sebarapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup. Goleman (2005: 26)
22
menyatakan bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi biasa-biasa saja, selain kecerdasan akal yang mempengaruhi keberhasilan orang dalam bekerja. Goleman (2005: 43) mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Rachmi (2010:31) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan
emosi
menuntut
seseorang
untuk
relajar
mengakui,
menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat dan menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan seharihari. Melandy dan Aziza (2006:42) menyatakan bahwa, kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga memberikan dampak yang positif. Kecerdasan emosional dapat membantu membangun hubungan dalam menuju kebahagiaan dan kesejahteraan. Rachmi (2010: 61) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosinya. Emosi manusia berada di wilayah dari perasaan lubuk hati,
23
naluri yang tersembunyi dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasan emosional akan menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain. Melandy dan Aziza (2006: 44) mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti berpendapat bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 2) Dimensi dan Indikator Kecerdasan Emosional Goleman (2005: 75) membagi kecerdasan emosional menjadi lima bagian yaitu tiga komponen berupa kompetensi emosional (pengenalan diri, pengendalian diri dan motivasi) dan dua komponen berupa kompetensi sosial (empati dan keterampilan sosial). Lima komponen kecerdasan emosional tersebut adalah sebagai berikut: a. Pengenalan Diri (Self Awareness) Pengenalan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya dan digunakan untuk membuat keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri
24
dan memiliki kepercayaan diri yang kuat. Unsur-unsur kesadaran diri, yaitu kesadaran emosi, penilaian diri, dan percaya diri. b. Pengendalian Diri (Self Regulation) Pengendalian diri adalah kemampuan menangani emosi diri sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu segera pulih dari tekanan emosi. Unsur-unsur pengendalian diri, yaitu kendali diri, sifat dapat dipercaya, kehati-hatian, adaptabilitas, dan inovasi. c. Motivasi (Motivation) Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif. Unsur-unsur motivasi, yaitu dorongan prestasi, komitmen, inisiatif, dan optimisme. d. Empati (Emphaty) Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. Unsur-unsur empati, yaitu memahami orang lain, mengembangkan orang lain, orientasi pelayanan, memanfaatkan keragaman, dan kesadaran politis.
25
e. Ketrampilan Sosial (Social Skills) Ketrampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika
berhubungan
memimpin,
dengan
bermusyawarah,
orang
lain,
bisa
menyelasaikan
mempengaruhi,
perselisihan,
dan
bekerjasama dalam tim. Unsur-unsur keterampilan sosial, yaitu pengaruh,
komunikasi,
manajemen
konflik,
kepemimpinan,
membangun hubungan, kolaborasi dan kooperasi, dan kemampuan tim.
2.1.2.4 Kecerdasan Spiritual 1) Pengertian Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall pada pertengahan tahun 2000. Zohar dan Marshall (2007: 36) menegaskan
bahwa
kecerdasan
spiritual
adalah
landasan
untuk
membangun kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual. Rachmi (2010: 71) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, efektivitas yang terinspirasi, dan penghayatan ketuhanan yang semua manusia menjadi bagian di dalamnya. Rachmi (2010: 78) menyebutkan kecerdasan spiritual sebagai fakultas dimensi non-material atau jiwa manusia. Kecerdasan spiritual sebagai intan yang belum terasah dan dimiliki oleh setiap insan. Manusia harus mengenali seperti adanya lalu menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekad yang besar, menggunakannya menuju kearifan, dan untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.
26
Wahab dan Umiarso (2011: 52) menyatakan kecerdasan spritual adalah kecerdasan yang sudah ada dalam setiap manusia sejak lahir yang membuat manusia menjalani hidup penuh makna, selalu mendengarkan suara hati nuraninya, tak pernah merasa sia-sia, semua yang dijalaninya selalu bernilai. Ludigdo dkk (2006: 41) menyatakan bahwa Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual tidak mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual mendahului seluruh nilai spesifik dan budaya manapun, serta mendahului bentuk ekspresi agama manapun yang pernah ada. Namun bagi sebagian orang mungkin menemukan cara pengungkapan kecerdasan spiritual melalui agama formal sehingga membuat agama menjadi perlu. Ginanjar (2005: 41) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik, serta berprinsip hanya karena Allah. Ginanjar (2005:47) menyebutkan kecerdasan Spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ dan SQ secara komprehensif.
27
Prinsip- prinsip kecerdasan spiritual menurut Rachmi (2010: 44), yaitu: a. Prinsip Bintang Prinsip bintang adalah prinsip yang berdasarkan iman kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Semua tindakan yang dilakukan hanya untuk Tuhan dan tidak mengharap pamrih dari orang lain dan melakukannya sendiri. b. Prinsip Malaikat (Kepercayaan) Prinsip malaikat adalah prinsip berdasarkan iman kepada Malaikat. Semua tugas dilakukan dengan disiplin dan baik sesuai dengan sifat malaikat yang dipercaya oleh Tuhan untuk menjalankan segala perintah Tuhan yang Maha Kuasa. c. Prinsip Kepemimpinan Prinsip kepemimpinan adalah pada Agama Islam yaitu prinsip berdasarkan iman kepada Rasullullah SAW. Seorang pemimpin harus memiliki prinsip yang teguh, agar mampu menjadi pemimpin yang sejati. Seperti Rasullullah SAW adalah seorang pemimpin sejati yang dihormati oleh semua orang. d. Prinsip Pembelajaran Prinsip pembelajaran adalah prinsip berdasarkan iman kepada kitab. Suka membaca dan belajar untuk menambah pengetahuan dan mencari kebenaran yang hakiki. Berpikir kritis terhadap segala hal dan menjadikan kitab suci sebagai pedoman dalam bertindak.
28
e. Prinsip Masa Depan Prinsip masa depan adalah prinsip yang berdasarkan iman kepada ”hari akhir”. Berorientasi terhadap tujuan, baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang, disertai keyakinan akan adanya ”hari akhir” dimana setiap individu akan mendapat balasan terhadap setiap tindakan yang dilakukan. f. Prinsip Keteraturan Prinsip keteraturan merupakan prinsip berdasarkan iman kepada ”ketentuan Tuhan”. Membuat semuanya serba teratur dengan menyusun rencana atau tujuan secara jelas. Melaksanakan dengan disiplin karena kesadaran sendiri, bukan karena orang lain. Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti berpendapat bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan manusia memaknai bagaimana arti dari kehidupan serta memahami nilai tersebut dari setiap perbuatan yang dilakukan dan kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan seseorang dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan, sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.
2) Dimensi dan Indikator Kecerdasan Spiritual Zohar dan Marshall (2007: 14) menguji SQ dengan hal-hal berikut:
29
a. Kemampuan bersikap fleksibel yaitu mampu menempatkan diri dan dapat menerima pendapat orang lain secara terbuka. b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi seperti: kemampuan autocritism dan mengetahui tujuan dan visi hidup. c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan seperti: tidak ada penyesalan, tetap tersenyum dan bersikap tenang dan berdoa. d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit seperti: bersikap ikhlas dan pemaaf. e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai seperti: prinsip dan pegangan hidup dan berpijak pada kebenaran. f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu seperti: tidak menunda pekerjaan dan berpikir sebelum bertindak. g. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal yaitu berpandangan holistik seperti: kemampuan berfikir logis dan berlaku sesuai norma sosial. h. Kecenderungan nyata untuk bertanya mengapa atau bagaimana jika untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar seperti: kemampuan berimajinasi dan keingintahuan yang tinggi. i. Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai bidang mandiri yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi, seperti: mau memberi dan tidak mau menerima.
30
2.2 Pembahasan Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh kecerdasan intelektual pada pemahaman akuntansi, diantaranya adalah sebagai berikut: Dwijayanti (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual, dan Kecerdasan Sosial terhadap Pemahaman Akuntansi”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial terhadap pemahaman akuntansi baik secara parsial maupun simultan. Penelitian ini menganalisa mahasiswa yang dilaksanakan pada 3 perguruan tinggi swasta di wilayah Jakarta Selatan, dengan kuesioner 133 responden. Penelitian ini terdapat empat variabel independen dan satu variabel dependen yaitu kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan sosial dan pemahaman akuntansi sebagai variabel dependen. Pengolahan data penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solutions) for windows version 13.0. sedangkan untuk pengujian digunakan uji t,uji F dan Koefisien Determinan (R2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi sedangkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual tidak berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi. Sedangkan secara simultan kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman akuntansi.
31
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian yang dilakukan Dwijayanti (2009) yang diuraikan di atas terletak pada variabel penelitian dan sampel penelitian. Jika pada penelitian Dwijayantai (2009) variabel penelitiannya kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan sosial dan pemahaman akuntansi, serta sampelnya adalah mahasiswa akuntansi pada 3 Perguruan Tinggi Negeri di jakarta, sedangkan variabel pada penelitian yang akan dilakukan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan pemahaman akuntansi, serta sampelnya adalah mahasiswa akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Zakiah (2013) melakukan penelitian mengenai ”Pengaruh Kecerdasan Intelektual,
Kecerdasan
Emosional
dan
Kecerdasan
Spiritual
terhadap
Pemahaman Akuntansi (Studi Empiris Mahasiswa Jurusan Akuntansi Angkatan Tahun 2009 di Universitas Jember)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual baik secara parsial maupun simultan berpengaruh positif signifikan terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa jurusan akuntansi angkatan tahun 2009 di Universitas Jember. Selanjutnya disimpulkan juga bahwa kecerdasan intelektual mempunyai pengaruh dominant terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa jurusan akuntansi angkatan tahun 2009 di Universitas Jember. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian yang dilakukan Zakiah (2013) yang diuraikan di atas terletak pada sampel penelitian. Jika pada penelitian Zakiah (2013) sampelnya adalah mahasiswa jurusan akuntansi angkatan tahun 2009 di Universitas Jember, sedangkan sampel pada
32
penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Kennedy (2013) melakukan penelitian mengenai ”Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Angkatan 2010”. Dalam penelitian Kennedy (2013) mengatakan pembelajaran yang hanya berpusat pada kecerdasan intelektual tanpa menyeimbangkan sisi emosional dan spiritual akan menghasilkan generasi yang mudah putus asa, depresi sehingga banyak mahasiswa yang kurang menyadari tugasnya sebagai seorang mahasiswa yaitu tugas belajar. Kurangnya kecerdasan emosional dan kecerdasan sepiritual dalam diri seorang mahasiswa akan mengakibatkan mahasiswa kurang termotivasi untuk belajar dan sulit untuk berkonsentrasi, sehingga mahasiswa sulit untuk memahami suatu mata kuliah. Sementara itu mereka yang hanya mengejar prestasi berupa nilai atau angka dan mengabaikan nilai spiritual, akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang bagus, mereka cendrung bersikap tidak jujur seperti mencontek pada saat ujian. Oleh karna itu kecerdasan emosional dan kecerdasan seperitual mampu mendorong mahasiswa mencapai keberhasilan dalam belajarnya karena kecerdasan spiritual merupakan dasar untuk mendorong berfungsinya secara efektif kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Angkatan 2010.
33
Metode analisis yang digunakan adalah uji asumsi klasik, uji parsial dan uji simultan. Hasil analisis yang penulis temukan dalam penelitian ini adalah (a) kecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji Angkatan 2010 (b) kecerdasan spiritual tidak berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji (c) kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Angkatan 2010. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian yang dilakukan Kennedy (2013) yang diuraikan di atas terletak pada variabel penelitian dan sampel penelitian. Jika pada penelitian Kennedy (2013) variabel penelitiannya kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan tingkat pemahaman akuntansi, serta sampelnya adalah mahasiswa akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Angkatan 2010, sedangkan variabel pada penelitian yang akan dilakukan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan pemahaman akuntansi, serta sampelnya adalah mahasiswa akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Fahrianta, dkk (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Mahasiswa Akuntansi terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi”. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
34
mahasiswa akuntansi terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa pada perguruan tinggi di Banjarmasin. Dimana hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan sistem pendidikan tinggi akuntansi khususnya pengembangan kurikulum akuntansi untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas tidak hanya secara akademis (intelektual), tetapi juga kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang baik. Secara simultan pengaruh kecerdasan emosional kecakapan pribadi, kecerdasan emosional kecakapan sosial, dan kecerdasan spiritual tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi. Sedangkan secara parsial, bahwa kecerdasan emosional yang berupa kecakapan pribadi mahasiswa akuntansi mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Untuk kecakapan sosial terhadap tingkat pemahaman akuntansi mempunyai pengaruh negatif tetapi tidak signifikan. Selanjutnya, kecerdasan spritual mahasiswa terhadap tingkat pemahaman akuntansi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian yang dilakukan Fahrianta, dkk (2012) yang diuraikan di atas terletak pada variabel penelitian dan sampel penelitian. Jika pada penelitian Fahrianta, dkk (2012) variabel penelitiannya kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan tingkat pemahaman akuntansi, serta sampelnya adalah mahasiswa program studi akuntansi di beberapa perguruan tinggi yang ada di Banjarmasin, sedangkan variabel pada
penelitian yang akan dilakukan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional,
35
kecerdasan spiritual dan pemahaman akuntansi, serta sampelnya adalah mahasiswa akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Rachmi (2010) melakukan penelitian mengenai ”Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Perilaku Belajar terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Mellandy dan Aziza (2006). Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan data primer yang diperoleh dari kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi di Yogyakartan dan Semarang. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 100 mahasiswa tingkat akhir dari Universitas Gajah Mada dan Universitas Diponegoro. Pengukuran kecerdasan emosional terdiri dari aspek pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan ketrampilan sosial. Pengukuran kecerdasan spiritual terdiri dari aspek ketuhanan, kepercayaan, kepemimpinan, pembelajaran, berorientasi masa depan, dan keteraturan. Sedangkan, pengukuran perilaku belajar terdiri dari aspek kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan, dan kebiasaan menghadapi ujian. Hasil pengujian hipotesis mengindikasikan bahwa kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Durgut, dkk (2013) melakukan penelitian ”The Impact of Emotional Intelligence on the Achievement of Accounting Subject”. Penelitian ini dilakukan
36
terhadap mahasiswa yang mengikuti kelas akuntansi pada universitas di 2 negara bagian di Turki dengan metode survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pemahaman subyek mata kuliah akuntansi. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian yang dilakukan Durgut, dkk (2013) yang diuraikan di atas terletak pada variabel penelitian dan sampel penelitian. Jika pada penelitian Durgut, dkk (2013) variabel penelitiannya kecerdasan emosional dan tingkat pemahaman subyek mata kuliah akuntansi, serta sampelnya adalah mahasiswa pada universitas di 2 negara bagian di Turki, sedangkan variabel pada penelitian yang akan dilakukan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan pemahaman akuntansi, serta sampelnya adalah mahasiswa akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Amram (2009) melakukan penelitian “The Contribution of Emotional and Spiritual Intelligences to Effective Business Leadership”. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey terhadap 42 Chief Executive Offiver (CEO) dan 210 staf pada perusahaan-perusahaan di California. Hasil penelitian menunjukkan kecerdasan emosional CEO tidak berpengaruh terhadap efektivitas pengawasan, namun kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap efektivitas pengawasan. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian yang dilakukan Amram (2009) yang diuraikan di atas terletak pada variabel penelitian dan sampel penelitian. Jika pada penelitian Amram (2009) variabel penelitiannya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual serta efektivitas pengawasan
37
manajerial, serta sampelnya adalah 42 Chief Executive Offiver (CEO) dan 210 staf pada perusahaan-perusahaan di California, sedangkan variabel pada penelitian yang akan dilakukan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan pemahaman akuntansi, serta sampelnya adalah mahasiswa akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir adalah hasil dan sintesis teori serta kajian pustaka yang dikaitkan dengan masalah yang dihadapi dalam perumusan masalah penelitian ini. Kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan pada pemikiran bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia selalu berdasarkan suatu motivasi dan minat tertentu, yang nantinya akan mempengaruhi kinerja individu tersebut. Menurut Sugiyono (2012: 45) dalam membentuk kelompok teori yang perlu dikemukakan dalam penyusunan kerangka berpikir dalam membuat suatu hipotesis harus ditetapkan terlebih dahulu variabel penelitiannya. Dalam penelitian ini, terdapat 4 variabel terdiri dari kecerdasan intelektual sebagai variabel bebas, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual sebagai variabel moderating serta tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi sebagai variabel terikat yang dibentuk melalui hasil empiris penelitian-penelitian sebelumnya. Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1
38
39
Kajian Teori -
Isu dan Fenomena
Teori Kecerdasan Pemahaman Akuntansi Kecerdasan Intelektual Kecerdasan Emosional Kecerdasan Spiritual
Kajian Empiris -
Rumusan Masalah Hipotesis Uji Statistik
Dwijayanti (2009) Zakiah (2009) Kennedy (2013) Fahrianta, dkk (2012) Hariyoga (2011) Ardana, dkk (2013) Durgut, dkk (2013) Amram (2009)
Hasil Kesimpulan dan Saran Gambar 3.1 Kerangka Berpikir 3.2 Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka
berpikir, kemudian
disusun konsep
yang
menjelaskan hubungan antar variabel antar variabel dalam penelitian ini. Konsep penelitian ini merupakan hubungan logis dari landasan teori dan kajian empiris yang telah di jelaskan pada kajian pustaka. Konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut: Kecerdasan Emosional (EQ) (X2) Kecerdasan Intelektual (IQ) (X1)
Kecerdasan Spiritual (ESQ) (X3)
Gambar 3.2 Konsep Penelitian
Pemahaman Akuntansi (Y)
40
3.3 Hipotesis 3.3.1 Pengaruh
Kecerdasan
Intelektual
pada
Tingkat
Pemahaman
Akuntansi Selama ini banyak orang menganggap bahwa jika seseorang memiliki tingkat kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi, maka orang tersebut memiliki peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar di banding orang lain. Para psikolog menyusun berbagai tes untuk mengukur kecerdasan intelektual, dan testes ini menjadi alat memilah manusia ke dalam berbagai tingkatan kecerdasan, yang kemudian lebih dikenal dengan istilah IQ (Intellegence Quotient ), yang katanya dapat menunjukkan kemampuan mereka. Menurut teori ini, semakin tinggi IQ seseorang, semakin tinggi pula kecerdasannya (Zohar dan Marshall, 2007:
3).
Kecerdasan
intelektual
memiliki
dimensi
yaitu
kemampuan
memecahkan masalah, intelegensi verbal, dan intelegensi praktis (Zakiah, 2013:10). Seorang mahasiswa akuntansi yang memiliki kecerdasan intelektual yang baik maka mampu memahami akuntansi dan dapat membaca dengan penuh pemahaman serta menunjukkan keingintahuan pada akuntansi. Yani (2011) menyatakan kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan yang sangat dibutuhkan dalam keberhasilan seseorang, kecerdasan intelektual tetap mempengaruhi pola fikir seorang mahasiswa. karena kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan pertama yang dikembangkan yang mampu membuat seorang mahasiswa berfikir secara rasional untuk belajar akuntansi dan memahaminya. Penelitian Yani (2011) ini menyimpulkan kecerdasan intelektual berpengaruh pada tingkat pemahaman akuntansi.
41
Hasil penelitian Yani (2011) ini didukung oleh hasil penelitian Ardana dkk (2013) yang menyimpulkan kecerdasan intelektual (IQ) berpengaruh positif pada tingkat pemahaman akuntansi. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis Ha1 sebagai berikut : Ha1 : Kecerdasan intelektual berpengaruh positif pada tingkat pemahaman akuntansi. 3.3.2 Pengaruh
Kecerdasan
Intelektual
pada
Tingkat
Pemahaman
Akuntansi Diperkuat oleh Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional memungkinkan seseorang untuk memutuskan dalam situasi apa dirinya berada lalu bersikap secara tepat didalamnya. Kecerdasan emosional memberikan kesadaran mengenai perasaan milik diri sendiri dan juga perasaan milik orang lain. Kecerdasan emosional memberikan rasa empati, cinta, motivasi dan kemampuan untuk menangapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat (Goleman, 2003: 18). Dengan kecerdasan emosional, seseorang mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif. Seseorang dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil juga mengembangkan kecerdasan intelektualnya dan memiliki motivasi untuk berprestasi. Sedangkan seseorang yang tidak dapat menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak kecerdasan intelektualnya untuk memusatkan perhatian dan akan mempengaruhi
42
perilaku belajar mahasiswa yang nantinya juga mempengaruhi seberapa besar mahasiswa dalam memahami akuntansi (Dwijayanti, 2009). Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis Ha2 sebagai berikut : Ha2 : Kecerdasan
emosional
meningkatkan
pengaruh
kecerdasan
intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi. 3.3.3 Pengaruh
Kecerdasan
Intelektual
pada
Tingkat
Pemahaman
Akuntansi Diperkuat oleh Kecerdasan Spiritual Kecerdasan
spiritual
adalah
kecerdasan
untuk
menghadapi
dan
memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup seseorang dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakana dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan Marshall, 2007). Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual secara efektif. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi juga akan memotivasi mahasiswa untuk lebih giat belajar dan memiliki kreativias yang tinggi pula. Begitu pula sebaliknya, mahasiswa dengan kecerdasan spiritual yang rendah akan kurang termotivasi dalam belajar yang terjadi adalah melakukan segala cara untuk mendapatkan nilai yang baik, sehingga tingkat pemahaman dalam akuntansi menjadi kurang. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis Ha3 sebagai berikut : Ha3 : Kecerdasan spiritual meningkatkan pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh variabel independen yaitu kecerdasan intelektual terhadap tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi yang diperkuat oleh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian penjelasan atau explanatory research, yang akan menjelaskan hubungan kausal antara variabel independen tersebut terhadap variabel dependen yang diperkuat dengan variable moderating melalui pengujian hipotesis (Sugiyono, 2012 : 229 )
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengalisis pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi. Untuk menganalisis pengaruh tersebut data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pengisian oleh mahasiswa akutansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Dengan demikian, penelitian ini berlokasi pada Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Adapun waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November 2014.
43
44
4.3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian tentang variabel-variabel pemahaman akuntansi, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Hubungan yang akan dianalisis pengaruh kecerdasan intelektual pada pemahaman akuntansi. Selain itu akan dianalisis juga efek pemoderasi dari kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual atas pengaruh pengaruh kecerdasan intelektual pada pemahaman akuntansi tersebut. 4.4 Penentuan Sumber Data 4.4.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara) berupa pendapat atau opini subyek (orang) secara individual atau kelompok, yang dikumpulkan untuk menjawab perumusan masalah dalam penelitian (Sekaran, 2003: 71). Dalam peneltian ini data primer diperoleh langsung dari kuesioner yang telah diisi oleh responden yaitu mahasiswa akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. 4.4.2 Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, peristiwa, atau hal-hal lain yang ingin diteliti. Populasi merupakan keseluruhan obyek yang karakteristiknya akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program magister akuntansi
45
angkatan 10, 11, dan 12 Universitas Udayana Denpasar yang berjumlah 87 mahasiswa, yang terdiri dari : 1. Angkatan 10
: 31 orang
2. Angkatan 11
: 26 orang
3. Angkatan 12
: 30 orang
Jumlah
: 87 orang
Seluruh anggota populasi diambil semua sebagai sampel penelitian. Penelitian yang menjadikan seluruh anggota populasi dijadikan sampel disebut sebagai penelitian populasi atau penelitian sensus (Supardi, 2005: 102).
4.5 Variabel Penelitian 4.5.1 Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu variabel dependent, variabel independent dan variabel moderating. Variabel independent adalah variabel yang nilainya tidak tergantung varaibel lain, sedangkan variabel dependent adalah variabel yang nilainya tergantung dari variabel bebas, dan variabel moderating adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independent dengan dependent (Sugiyono, 2012). Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah kecerdasan intelektual, sedangkan variabel terikat (dependent) adalah tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi dan variabel moderatingnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
46
4.5.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Cooper dan Schindler, (2007: 35) menyatakan bahwa definisi operasional variabel penelitian merupakan penentuan construct dengan berbagai nilai untuk memberikan gambaran mengenai fenomena sehingga dapat diukur. Construct merupakan abstraksi dari fenomena atau realitas yang untuk keperluan penelitian harus dioperasionalisasikan dalam bentuk variabel yang diukur dengan berbagai nilai. Operasionalisasi variabelvariabel penelitian ini sebagai berikut: 1) Kecerdasan Intelektual Kecerdasan intelektual adalah kemampuan yang di butuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental berpikir, menalar dan memecahkan masalah (Robins dan Judge, 2008: 57). Instrumen penelitian dibuat dengan mengadopsi indikator-indikator kecerdasan intelektual yang dikemukakakn oleh Robins dan Judge (2008: 57) 2) Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Goleman, 2005: 35). Instrumen penelitian dibuat berdasarkan indikator-indikator kecerdasan emosional yang dimodifikasi dari Goleman (2005: 35). 3) Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spritual adalah kecerdasan yang sudah ada dalam setiap manusia sejak lahir yang membuat manusia menjalani hidup penuh makna, selalu mendengarkan suara hati nuraninya, tak pernah merasa sia-sia, semua yang dijalaninya selalu
47
bernilai (Wahab dan Umiarso, 2011: 52). Instrumen penelitian dengan memodifikasi instrumen penelitian kecerdasan spiritual dari Wahab dan Umiarso (2011: 52).
4) Pemahaman Akuntansi Suwardjono (2005: 4) menyebutkan pemahaman akuntansi merupakan pengetahuan akuntansi dapat dipandang dari dua sisi pengertian yaitu sebagai pengetahuan profesi (keahlian) yang dipraktekkan di dunia nyata dan sekaligus sebagai suatu disiplin pengetahuan yang diajarkan diperguruan tinggi. Instrumen penelitian dibuat dengan mengadopsi indikator-indikator pemahaman akuntansi dari Suwardjono (2005: 4).
Secara ringkas definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Variabel
Dimensi
Kecerdasan Intelektual (X1)
Kemampuan belajar
1. Kecakapan Pribadi Kecerdasan Emosional (X2)
2. Kecakapan Sosial
Sub Dimensi
Indikator
a. Kemampuan memecahkan Kemampuan berpikir, masalah menalar dan b. Intelegensi verbal memecahkan masalah c. Intelegensi praktis - Kesadaran emosional - Penilaian diri yang kuat a. Pengenalan diri: - Kepercayaan diri - Kontrol diri - Dapat dipercaya b. Pengendalian diri: - Berhati-hati - Adaptabilitas - Inovasi - Dorongan berprestasi - Komitmen c. Motivasi: - Inisiatif - Optimisme - Memahami orang lain d. Empati: - Mengembangkan orang lain - Orientasi pelayanan
Skala Pengukuran Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
48
Lanjutan Tabel 4.1 Variabel
Dimensi
Sub Dimensi
e. Keterampilan sosial:
Kecerdasan Spiritual (X3)
Pemahaman Akutansi (Y1)
Kemampuan untuk menjalani hidup penuh makna
Nilai mata kuliah akuntansi
Mendengarkan hati nurani
Indikator -
Pengaruh Komunikasi Manajemen Konflik Kepemimpinan Membangun ikatan Kolaborasi dan kooperasi Kemampuan tim (Wiliam Bulo, Interprestasi Bebas dari Goleman) - Kemampuan untuk bersikap fleksibel - Adanya tingkat kesadaran yang tinggi. - Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan. - Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit. - Kualitas hidup yang di ilhami oleh visi dan nilai-nilai. - Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu. - Kecenderungan untuk berpandangan holistik. - Kecenderungan untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” dan berupaya untuk berupaya mencari jawabanjawaban yang mendasar. - Memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi. (zohar & marshall, 2002: 14). - Nilai mata kuliah teori akuntansi keuangan - Nilai mata kuliah akuntansi manajemen - Nilai mata kuliah seminar auditing - Nilai mata kuliah seminar akuntansi keuangan - Nilai mata kuliah analisis laporan keuangan
Skala Pengukuran
Ordinal
Ordinal
Interval
49
4.6 Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner untuk mengumpulkan data primer. Kuesioner merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012: 199). Kuesioner diberikan kepada mahasiswa akutansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar yang dijadikan sampel penelitian atau responden penelitian. Kuesioner
atau
daftar
pertanyaan
disusun
dengan
memperhatikan/menerapkan Skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang variabel penelitian. Dengan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2012: 200). Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain : Sangat Setuju (SS)
diberi nilai
5
Setuju (S)
diberi nilai
4
Ragu-ragu
diberi nilai
3
Tidak Setuju (TS)
diberi nilai
2
Sangat Tidak Setuju (STS)
diberi nilai
1
50
Sebelum
digunakan
kuesioner
perlu
diuji
terlebih
dahulu
dengan
menggunakan uji instrumentasi penelitian yang meliputi uji validitas dan uji reliabilitas yang diuraikan sebagai berikut : 1) Uji Validitas Uji validitas merupakan uji homogenitas item pertanyaan per variabel untuk menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur untuk melakukan fungsinya. Semakin tinggi validitas alat ukur maka semakin kecil varian kesalahannya. Dengan demikian uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk menguji validitas kuesioner digunakan rumus korelasi Product Moment Pearson, yaitu : (Arikunto, 2002: 61) rxy =
n (Σxy)-Σx.Σy √ {n Σx2-(Σx)2 n Σy2-(Σy)2}
Keterangan : rxy = koefisien korelasi Product Moment Pearson y
= skor item total
x
= skor pertanyaan
n
= jumlah pertanyaan
51
Dengan kriteria jika diperoleh r hitung > r tabel, butir pertanyaan tersebut valid, tetapi jika r hitung < r tabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid. 2) Uji Reliabilitas Uji reliabilitas merupakan kriteria tingkat kemantapan atau konsistensi suatu alat ukur (kuesioner). Suatu kuesioner dapat dikatakan mantap bila dalam pengukurannya secara berulang-ulang dapat memberikan hasil yang sama (dengan catatan semua kondisi tidak berubah). Jadi, suatu kuesioner disebut reliabel atau handal apabila jawaban seseorang atas pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Untuk mengukur reliabilitas digunakan alat ukur dengan teknik Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut: (Arikunto, 2002: 63)
rn
Σ αb2 ) 1α12
k
=
k-1 Keterangan: rn
= Reliabilitas instrumen
k
= Banyaknya butir pertanyaan
Σ αb2 = Jumlah varian butir α12
= Varian total
52
Keputusan reliabel tidaknya kuesioner dinyatakan apabila diperoleh nilai r hitung > r tabel dengan taraf signifikan 5% maka butir pertanyaan tersebut reliabel. Uji reliabilitas dengan SPSS ver 15 for windows yang dilakukan adalah menggunakan Reliability Analysis Statistic dengan Cronbach Alpha ( ). Jika nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Ghozali, 2006: 68), maka dapat dikatakan variabel tersebut reliabel.
4.7 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian menjelaskan mengenai langkah awal hingga akhir mengenai tata cara dilakukanya penelitian ini membentuk proses dan hasil yang objektif, efektif, valid, dan efisien. Penelitian ini diawali dengan menetapkan suatu tujuan dimana penelitian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Dalam penelitian ini, menggunakan 4 (empat) variabel yaitu tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi sebagai variabel dependen, 1 (satu) variabel independen yaitu kecerdasan intelektual dan 2 (dua) variabel moderating yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Gambar 4.1 menunjukan prosedur penelitian mulai dari latar belakang hingga uji hipotesis dan simpulan serta saran.
53
Latar Belakang Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kajian Pustaka dan Penelitian Sebelumnya
Manfaat Penelitian Data Penelitian
Hipotesis Penelitian
Data Primer Kuesioner Data Skunder Data Mahasiswa
Independen: Kecerdasan Intelektual
Variabel Penelitian
Dependen: Tingkat Pemahaman Mahasiswa Akuntansi
Moderating: - Kecerdasan emosional - Kecerdasan spiritual Simpulan Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Analisis Regresi Linier Berganda
Saran Gambar 4.1 Prosedur Penelitian 4.8 Analisis Data 4.8.1 Uji Asumsi Klasik Mengingat analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa model regresi, maka untuk menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian
54
atas beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi. Penyimpangan asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji heterokedastisitas yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Uji Normalitas Uji normalitas adalah untuk menguji apakah model regresi, variabel independen, dan variabel dependennya memiliki distribusi data normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov satu arah atau analisis grafis. Dasar pengambilan keputusan normal atau tidaknya data yang diolah adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006: 67): a. Jika nilai Z hitung > Z tabel, maka distribusi sampel normal. b. Jika nilai Z hitung < Z tabel, maka distribusi sampel tidak normal. 2) Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas adalah situasi tidak konstannya varians. Kasus ini terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varians yang sama untuk semua observasi. Akibat dari adanya heteroskedastisitas, penaksir OLS tetap tidak bisa tetapi tidak efisien (Catur Sugiyanto, 1994). Salah satu cara mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji glesjer. Uji Glesjer dilakukan dengan cara meregresi logaritma residual kuadrat terhadap semua variabel penjelas.
55
4.8.2 Analisis Verifikatif dengan Regressi Setelah melakukan pengujian asumsi klasik terhadap sampel penelitian, kemudian akan dilakukan analisis data verifikatif dengan menggunakan regresi dan Moderated Regression Analysis (MRA). Analisis regresi merupakan suatu metode untuk menentukan hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabelvariabel lainnya. Analisis regresi dipakai secara luas untuk melakukan prediksi dan ramalan. Analisis ini juga digunakan untuk memahami variabel bebas mana saja yang berhubungan dengan variabel terikat dan untuk mengetahui bentuk-bentuk hubungan tersebut. Dalam penelitian ini digunakan dua buah model analisis regresi, yaitu analisis regresi Moderated Regression Analysis (MRA).
4.8.2.1 Analisis Regresi Dalam penelitian ini metode empiris pengujian hipotesis yang digunakan adalah model analisis regresi. Analisis regresi adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen dengan variabel dependen. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Adapun tujuan dari analisis regresi adalah untuk menentukan model yang paling sesuai untuk pasangan data. Alat analisis ini regresi dapat digunakan untuk membuat model dan menyelidiki hubungan antara dua
56
variabel atau lebih. Di samping itu untuk mengetahui mana di antara variabel-variabel independen dalam model yang mempengaruhi variabel dependen. Adapun untuk mengetahui besarnya pengaruh signifikan kecerdasan intelektual (IQ), pada pemahaman akuntansi dapat dilihat pada persamaan regresi sebagai berikut:
Y = α + β1 X1 + e ............................................................................. 1) Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X1 . X2 + β5 X1 . X3 + e……… 2) Dimana : Y
= Pemahaman Akuntansi
X1
= Kecerdasan Intelektual
X2
= Kecerdasan Emosional
X3
= Kecerdasan Spiritual
α, β0 β1, β2, β3, β4, β5 e
= Konstanta = Koefisien regresi = Standar error
Persamaan regresi model pertama digunakan untuk analisis regresi sedangkan regresi model ke dua digunakan untuk uji kelayakan model.
Adapun kriteria
pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS ver 15 for windows. 4.8.2.2 Moderated Regression Analysis (MRA) Menurut Ghozali (2006) uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi antara satu atau lebih variabel
57
independen terhadap variabel dependen. Untuk menguji pengaruh kecerdasan intelektual (IQ) pada pemahaman akuntansi yang dimoderasi oleh, kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ) digunakan Moderated Regression Analysis (MRA). Moderated Regression Analysis dinyatakan dalam bentuk regresi berganda dengan persamaan mirip regresi polynomial yang menggambarkan pengaruh nonlinier (Hair, 2010: 176). Moderated Regression Analysis merupakan aplikasi khusus regresi dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen). Variabel moderating yaitu kecerdasan emosional (EQ) , dan kecerdasan spiritual (SQ)
mempengaruhi hubungan langsung antara variabel
independen yaitu kecerdasan intelektual (IQ)
dengan variabel dependen yaitu
pemahaman akuntansi (Y). Pengaruh ini dapat memperkuat atau memperlemah hubungan langsung antara variabel independen dengan variabel dependen. Cara mengestimasi nilai koefisien regresi β1, β2, β3, β4 dan β5 digunakan metode kuadrat terkecil (least square method) dan perhitungannya menggunakan Software IBM SPSS Statistics 19. Arti koefisien β adalah jika nilai β positif (+), hal tersebut menunjukkan hubungan searah antara variabel independen dan variabel dependen. Artinya peningkatan/penurunan variabel independen diikuti oleh peningkatan/penurunan variabel dependen. Sedangkan jika nilai β negatif (-), menunjukkan hubungan yang berlawanan arah antara independen dan variabel dependen. Dengan kata lain peningkatan variabel independen justru diikuti dengan penurunan variabel dependen atau sebaliknya.
58
4.8.2.3 Analisis Kelayakan Model Dan Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi perubahan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2006: 83). 4.8.3
Pengujian Hipotesis
4.8.3.1 Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ) pada Pemahaman Akuntansi Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan intelektual (IQ) pada pemahaman akuntansi digunakan Uji-t dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan Ho dan Ha Ho : ß1 = 0 artinya kecerdasan intelektual (IQ) tidak berpengaruh pada pemahaman akuntansi. Ha : ß1 ≠ 0 artinya kecerdasan intelektual (IQ) berpengaruh pada pemahaman akuntansi. 2) Level significance (α) = 0,05 3) Kriteria Pengujian
59
1) Apabila signifikansi-t atau p value < α atau 0,05, maka Ho ditolak, Ha diterima, artinya kecerdasan intelektual (IQ) berpengaruh pada pemahaman akuntansi. 2) Apabila signifikansi-t atau p value > α atau 0,05, maka Ho diterima, Ha ditolak, artinya kecerdasan intelektual (IQ) tidak berpengaruh pada pemahaman akuntansi. 4.8.3.2 Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ) pada Pemahaman Akuntansi yang Dimoderasi oleh Kecerdasan Emosional (EQ) Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan intelektual (IQ) pada pemahaman akuntansi yang dimoderasi oleh kecerdasan emosional (EQ) digunakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan Ho dan Ha Ho : ß1 = 0 artinya kecerdasan intelektual (IQ) yang dimoderasi oleh kecerdasan emosional (EQ) tidak berpengaruh pada pemahaman akuntansi. Ha : ß1 ≠ 0 artinya kecerdasan intelektual (IQ) yang dimoderasi oleh kecerdasan emosional (EQ) berpengaruh pada pemahaman akuntansi. 2) Level significance (α) = 0,05 3) Kriteria Pengujian
60
1) Apabila signifikansi-t atau p value < α atau 0,05, maka Ho ditolak, Ha diterima, artinya kecerdasan intelektual (IQ) yang dimoderasi oleh kecerdasan emosional (EQ) berpengaruh pada pemahaman akuntansi. 2) Apabila signifikansi-t atau p value > α atau 0,05, maka Ho diterima, Ha ditolak, artinya kecerdasan intelektual (IQ) yang dimoderasi oleh kecerdasan
emosional
(EQ)
tidak
berpengaruh
pada
pemahaman
akuntansi. 4.8.3.3 Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ) pada Pemahaman Akuntansi yang Dimoderasi oleh Kecerdasan Spiritual (ESQ) Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan intelektual (IQ) pada pemahaman akuntansi yang dimoderasi oleh kecerdasan spiritual (ESQ) digunakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan Ho dan Ha Ho :
ß2 = 0 artinya kecerdasan intelektual (IQ) yang dimoderasi oleh kecerdasan spiritual (ESQ) tidak berpengaruh pada pemahaman akuntansi.
Ha :
ß2 ≠ 0 artinya kecerdasan intelektual (IQ) yang dimoderasi oleh kecerdasan spiritual (ESQ) berpengaruh pada pemahaman akuntansi.
2) Level significance (α) = 0,05 3) Kriteria Pengujian
61
1) Apabila signifikansi-t atau p value < α atau 0,05, maka Ho ditolak, Ha diterima, artinya kecerdasan intelektual (IQ) yang dimoderasi oleh kecerdasan spiritual (ESQ) berpengaruh pada pemahaman akuntansi. 2) Apabila signifikansi-t atau p value > α atau 0,05, maka Ho diterima, Ha ditolak, artinya kecerdasan intelektual (IQ) yang dimoderasi oleh kecerdasan spiritual (ESQ) tidak berpengaruh pada pemahaman akuntansi.
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian 5.1.1 Hasil Uji Validitas Uji validitas adalah untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dapat dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pada penelitian kali ini untuk mengukur validitas digunakan uji korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh hasil validitas dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1). Uji Validitas Variabel IQ Hasil uji validitas variabel IQ dengan bantuan program SPSS ver 19 for windows dapat di uraikan sebagai berikut:
No
Tabel 5.1 Uji Validitas Variabel IQ N=87 Indikator rhitung rTabel Validitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sumber:
IQ1 0,662 IQ2 0,511 IQ3 0,488 IQ4 0,692 IQ5 0,566 IQ6 0,684 IQ7 0,552 IQ8 0,693 IQ9 0,401 IQ10 0,591 Lampiran III 62
0,30
Valid
63
Berdasarkan Tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa semua aitem pada variabel IQ mempunyai koefisien korelasi > 0,3, sehingga semua item pertanyaan telah valid atau lolos uji validitas. 2). Uji Validitas Variabel EQ Hasil uji validitas variabel EQ dengan bantuan program SPSS ver 19 for windows dapat di uraikan sebagai berikut:
No
Tabel 5.2 Uji Validitas Variabel EQ N=87 Indikator rhitung rTabel Validitas
1 EQ1 0,355 2 EQ2 0,513 3 EQ3 0,393 4 EQ4 0,327 5 EQ5 0,455 6 EQ6 0,524 7 EQ7 0,574 8 EQ8 0,457 9 EQ9 0,642 10 EQ10 0,554 11 EQ11 0,552 12 EQ12 0,340 13 EQ13 0,370 14 EQ14 0,561 15 EQ15 0,460 16 EQ16 0,424 17 EQ17 0,332 18 EQ18 0,522 19 EQ19 0,419 20 EQ20 0,415 21 EQ21 0,322 22 EQ22 0,324 23 EQ23 0,315 24 EQ24 0,370 Sumber: Lampiran III
0,30
Valid
64
Berdasarkan Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa semua aitem pada variabel EQ mempunyai koefisien korelasi > 0,3, sehingga semua item pertanyaan telah valid atau lolos uji validitas. 3). Uji Validitas Variabel SQ Hasil uji validitas variabel SQ dengan bantuan program SPSS ver 19 for windows dapat di uraikan sebagai berikut:
No
Tabel 5.3 Uji Validitas Variabel SQ N=87 Indikator rhitung rTabel Validitas
1 SQ1 0,320 2 SQ2 0,392 3 SQ3 0,411 4 SQ4 0,312 5 SQ5 0,457 6 SQ6 0,431 7 SQ7 0,595 8 SQ8 0,500 9 SQ9 0,466 10 SQ10 0,552 11 SQ11 0,382 12 SQ12 0,349 13 SQ13 0,386 14 SQ14 0,348 15 SQ15 0,386 16 SQ16 0,320 17 SQ17 0,317 18 SQ18 0,319 Sumber: Lampiran III.
0,30
Valid
Berdasarkan Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa semua item pada variabel SQ mempunyai koefisien korelasi > 0,3, sehingga semua item pertanyaan telah valid atau lolos uji validitas.
65
5.1.2 Hasil Uji Reliabilitas Uji reliabilitas IQ, EQ dan SQ dengan menggunakan SPSS ver 19 for windows terlihat hasil seperti Tabel sebagai berikut: Tabel 5.4 Uji Reliabilitas variabel IQ, EQ, SQ N=87 Cronbach’s Nilai kritis/ No Aspek Variabel Alpha Standard 0,789 1 IQ 0,794 >0,6 2 EQ 0,760 3 SQ Sumber: Lampiran III.
Reliabilitas Reliabel
Berdasarkan ringkasan hasil uji reliabilitas seperti yang terangkum dalam Tabel 5.4 di atas, dapat diketahui bahwa nilai koefisien Cronbach Alpha pada variabel nilainya lebih besar dari 0,6, maka dapat disimpulkan semua butir pertanyaan dalam variabel penelitian ini adalah reliabel. Menurut kriteria Nunally (Ghozali, 2005 : 46) hal tersebut dapat dikatakan Reliabel. Sehingga butir-butir pertanyaan dalam variabel penelitian dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. 5.2 Hasil Uji Asumsi Klasik Maksud dilakukakan pengujian asumsi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan model regresi yang baik dan benar-benar mampu memberikan estimasi yang handal dan tidak bias. Analisis regresi juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Teknik estimasi variable dependen yang melandasi independen analisis tersebut disebut Ordinary Least Squares (OLS).
66
Model regresi yang menggunakan teknik OLS, sering disebut sebagai model regresi linear klasik. Untuk dapat dianalisis hasilnya, model tersebut harus menggunakan asumsi OLS. Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas dan uji heteroskedastisitas. Pengujian ini dilakukan untuk meyakini bahwa model regresi yang diperoleh mempunyai kemampuan untuk memprediksi, dan kemanfaatan dalam pengambilan keputusan. 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel, pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk menguji normalitas dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji statistik dengan parametrik Kolmogrorov-Smirnow test (K-S) dengan menggunakan bantuan Program SPSS ver 19 for windows, hasil olah data terlihat seperti Tabel 5.5. berikut: Tabel 5.5 Hasil Normalitas dengan Kolmogrorov-Smirnow Test (K-S) Unstandardized Residual N 87 Normal Mean .0000000 Parameters(a,b) Std. Deviation 1.66853958 Most Extreme Absolute .121 Differences Positive .121 Negative -.108 Kolmogorov-Smirnov Z 1.132 Asymp. Sig. (2-tailed) .154 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Sumber: Lampiran IV.
67
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui menunjukan bahwa nilai Sig. (2–tailed) dalam One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test adalah 0,154 yang lebih besar dari > 0,05), sehingga H0 diterima. Ini berarti bahwa data yang diuji menyebar normal/terdistribusi normal. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Selanjutnya uji heteroskedastisitas dengan menggunakan Glejser dilakukan dengan menggunakan bantuan Program SPSS ver 19 for windows, hasil olah data terlihat seperti Tabel 5.6 berikut: Tabel 5.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model Std. B Error Beta t 1 (Constant) -1.978 1.990 -.994 IQ .017 .039 .057 .431 EQ .021 .021 .131 1.015 SQ -.007 .034 -.028 -.208 a Dependent Variable: Res_2 Sumber: Lampiran IV.
Sig. .323 .668 .313 .835
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai absolut Y atau | Y |. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas 0,05 atau di atas tingkat kepercayaan 5%, jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
68
5.3 Hasil Analisis Deskriptif Dari 87 amatan yang telah lolos uji asumsi klasik, diperoleh nilai deskripsi statistik yang dapat memberi penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum dan nilai rata-rata dari data penelitian, yang disajikan dalam tabel 5.7 di bawah ini:
N 87 87 87 87
Minimum 24.00 60.00 48.00 80.60
IQ EQ SQ PA Valid N 87 (listwise) Sumber: Lampiran V.
Tabel 5.7 Deskriptif Statistik Maximum Mean Std. Deviation Variance 45.00 37.0115 5.72123 32.732 106.00 87.5402 10.32586 106.623 79.00 65.4253 6.53725 42.736 86.80 83.8644 1.58055 2.498
Dari Tabel 5.8 dapat diketahui rata-rata respon responden atas variabel IQ, EQ, SQ dan PA masing-masing 37,01; 87,54; 65,43; dan 83,86. Lebih lanjut ratarata respon responden ini akan diklasifikasi dengan tahapan sebagai berikut : 1. Menghitung Jangkauan (J) yaitu: Datum terbesar-Datum terkecil Variabel IQ EQ SQ PA Sumber: Lampiran V.
Datum Terbesar 45,00 106,00 79,00 86,80
Datum Terkecil 24,00 60,00 48,00 80,60
Jangkauan (J) 21.00 46.00 31.00 6,20
2. Menghitung banyaknya kelas interval adalah 5 (lima) kelas dengan klasifikasi sebagai berikut: a. Untuk variabel IQ, EQ, dan SQ adalah sangat rendah, rendah, cukup tinggi, tinggi, sangat tinggi. b. Untuk variabel PA adalah sangat tidak baik, tidak baik, cukup baik, baik, dan sangat baik.
69
3. Panjang interval kelas diperoleh melalui pembagian jangkauan dengan jumlah kelas, hasilnya adalah sebagai berikut: Variabel
Jangkauan
Jml Kelas
Panjang Interval Kelas
21.00 46.00 31.00 6,2
5 5 5 5
4.20 9.20 6.20 1.24
IQ EQ SQ PA Sumber: Lampiran V.
4. Berdasarkan nilai minimum dan maksimun data respon responden dan panjang interval kelas di atas maka masing-masing variabel penelitian dapat diklasifikasi sebagai berikut : a. Rata-rata respon responden untuk variabel IQ sebesar 37,01 masuk dalam klasifikasi IQ tinggi. Rentang Klasifikasi 24 <= IQ < 28,20 28,21 <= IQ < 32,40 32,41 <= IQ < 36,60 36,61 <= IQ < 40,80 40,81 <= IQ < 42,09 Sumber: Lampiran V.
Klasifikasi Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
Rata-rata Data Respon IQ
37,01
b. Rata-rata respon responden untuk variabel EQ sebesar 87,54 masuk dalam klasifikasi EQ cukup tinggi. Rentang Klasifikasi 60,00 <= EQ < 69,20 69,21 <= EQ < 78,40 78,41 <= EQ < 87,60 87,61 <= EQ < 96,80 96,81 <= EQ < 106,00 Sumber: Lampiran V.
Klasifikasi Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
Rata-rata Data Respon EQ 87,54
70
c. Rata-rata respon responden untuk variabel SQ sebesar 65,43 masuk dalam klasifikasi SQ cukup tinggi. Rentang Klasifikasi 48,00 <= SQ < 54,20 54,21 <= SQ < 60,40 60,41 <= SQ < 66,60 66,61 <= SQ < 72,80 72,81 <= SQ < 79,00 Sumber: Lampiran V.
Klasifikasi
Rata-rata Data Respon
Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
65,43
d. Rata-rata respon responden untuk variabel PA sebesar 83,86 masuk dalam klasifikasi PA cukup baik. Rentang Klasifikasi 80,60 <= PA < 81,84 81,85 <= PA < 83,08 81,09 <= PA < 84,32 84,33 <= PA < 85,56 85,57 <= PA < 86,80 Sumber: Lampiran V.
Klasifikasi
Rata2 Data Respon
Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
83,86
5.4 Uji Kelayakan Model (Uji F) dan Koefisien Determinasi Pengujian Kelayakan Model (Uji F) bertujuan untuk mengetahui kelayakan model regresi digunakan sebagai alat analisis untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya. Hasil uji kelayakan model disajikan pada Tabel 5.8. Tabel 5.8 Hasil Uji Kelayakan Model (Uji F) Change Statistics R Square Change F Change df1 df2 .239 3.663 3 83 a Predictors: (Constant), SQ, EQ, IQ Sumber: Lampiran VI.
Sig. F Change .000
71
Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa model regresi memiliki Pvalue (Sig. F Change) sebesar 0,000, nilai tersebut lebih kecil daripada α (5%) sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi tersebut memenuhi uji kelayakan model/model fit test. Sejauhmana variasi perubahan variabel independen dalam model mampu menjelaskan variasi perubahan variabel dependennya dapat dilihat dari koefisien determinasi, dalam hal ini digunakan indikator R2. Besarnya koefisien determinasi R2 masing-masing model regresi tanpa interaksi dan model regresi dengan interaksi dapat dilihat pada Tabel 5.9 Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui besarnya R2 model regresi tanpa interaksi sebesar 40,3% sedangkan model regresi dengan interaksi sebesar 56,1%, yang menjelaskan variasi perubahan variabel dependen sebesar 56,1% sedangkan sisanya sebesar 43,9% dijelaskan oleh variasi perubahan variabel independen di luar model. Tabel 5.9 Koefisien Determinasi Model
R
Adjusted R Square R Square
.635(a) .403 .400 1 2 .749(a) .561 .543 a Predictors: (Constant), SQ, EQ, IQ. Sumber: Lampiran VI.
Std. Error of the Estimate 1.67929 12.69843
5.5 Hasil Analisis Verifikatif 5.5.1 Hasil Analisis Moderated Regression Analysis (MRA) Hasil analisis regresi linier berganda dengan program SPSS ver 19 for windows dimaksudkan untuk menganalisis tentang besarnya pengaruh dari variabel indepeden terhadap dependen, yaitu dengan melihat besar koefisien
72
determinasi (R Square). Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependent, yaitu PA, dan satu variabel independen yaitu IQ, dan dua variabel moderator yaitu, EQ dan SQ. Berdasarkan hal tersebut maka metode analisis yang digunakan adalah Moderated Regression Analysis (MRA). Dari Moderated Regression Analysis (MRA) yang dilakukan dengan menggunakan bantuan Program SPSS ver 19 for windows, hasil olah data dapat diuraikan sebagai berikut: Tabel 5.10 Analisa Regresi Pengaruh IQ terhadap PA yang dimoderasi oleh EQ dan SQ Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model Std. B Error Beta t Sig. 1 (Constant) 17.046 2.018 8.447 .000 IQ .364 .039 .256 5.421 .000 EQ .256 .021 .234 3.267 .000 SQ .262 .034 .221 2.758 .003 IQ-EQ .629 .060 .327 6.281 .000 IQ-SQ .626 .073 .321 6.203 .000 a Dependent Variable: PA Sumber: Lampiran VI. Berdasarkan Tabel 5.10 di atas, maka persamaan regresi yang di dapat adalah sebagai berikut: Y2 = 17,046 + 0,364X1 + 0,256X2+ 0,262X3 + 0,629X1.X2 + 0,626 X1.X3 Keterangan: Y2
= Pemahaman Akuntansi
X1
= Kecerdasan Intelektual
X2
= Kecerdasan Emosional
X3
= Kecerdasan Spritual
X1.X2 = Interaksi IQ dengan EQ X1.X3 = Interaksi IQ dengan SQ
73
Berdasarkan model regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Nilai konstanta sebesar 17,046 artinya apabila variabel IQ , EQ , SQ dan interaksi antar variabel independen sama dengan 0 (nol) maka pemahaman akuntansi adalah sebesar 17,046 satuan. Kemungkinan pemahan akuntansi ini telah dimiliki mahasiswa MAKSI karena telah lulus S1 akuntansi atau PPAK maupun bisa diperoleh di tempat kerja. 2. Nilai koefisien regresi IQ sebesar 0,364 artinya, apabila variabel IQ meningkat sebesar 1 satuan maka variabel tingkat pemahaman akuntansi akan meningkat sebesar 0,364 satuan, dengan asumsi variabel lainnya konstan ( ceteris varibus ). 3. Nilai koefisien regresi EQ sebesar 0,256 artinya, apabila variabel EQ meningkat sebesar 1 satuan maka variabel tingkat pemahaman akuntansi akan meningkat sebesar 0,256 satuan dengan asumsi variabel lainnya konstan ( ceteris varibus ). 4. Nilai koefisien regresi SQ sebesar 0,262 artinya, apabila variabel SQ meningkat sebesar 1 satuan maka variabel tingkat pemahaman akuntansi akan meningkat sebesar 0,262 satuan dengan asumsi variabel lainnya konstan ( ceteris varibus ). 5. Nilai koefisien regresi sebesar 0,629 artinya, apabila variabel interaksi IQ dan EQ meningkat sebesar 1 satuan maka variabel tingkat pemahaman akuntansi akan meningkat sebesar 0,629 satuan dengan asumsi variabel lainnya konstan ( ceteris varibus ). 6. Nilai koefisien regresi sebesar 0,626 artinya, apabila variabel interaksi IQ dan SQ meningkat sebesar 1 satuan maka variabel tingkat pemahaman
74
akuntansi akan meningkat sebesar 0,626 satuan dengan asumsi variabel lainnya konstan (ceteris varibus).
5.5.2 Pengujian Hipotesis Berdasarkan Tabel 5.10 maka hasil uji hipotesis dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Hipotesis
Ha1 yang menyatakan bahwa “IQ berpengaruh positif pada
tingkat PA” memperoleh hasil p value sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari level signifikansi sebesar 5% atau 0,05, ini berarti bahwa IQ berpengaruh positif pada tingkat pemahaman akuntansi. Dengan demikian hasil uji hipotesis ini menerima hipotesis Ha1. 2. Hipotesis Ha2 yang menyatakan bahwa “EQ meningkatkan pengaruh IQ pada tingkat PA” memperoleh hasil p value sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari level signifikansi sebesar 5% atau 0,05, ini berarti bahwa semakin tinggi EQ akan meningkatkan pengaruh IQ secara signifikan pada tingkat pemahaman akuntansi . Dengan demikian hasil uji hipotesis ini menerima hipotesis Ha2. 3. Hipotesis Ha3 yang menyatakan bahwa “SQ meningkatkan pengaruh IQ pada tingkat PA” memperoleh hasil p value sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari level signifikansi sebesar 5% atau 0,05, ini berarti bahwa semakin tinggi SQ akan meningkatkan pengaruh IQ secara signifikan pada tingkat pemahaman akuntansi IQ. Dengan demikian hasil uji hipotesis ini menerima hipotesis Ha3.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh IQ terhadap PA Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa IQ berpengaruh positif pada tingkat PA. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yani (2011) ini didukung oleh hasil penelitian Ardana dkk (2013) yang menyimpulkan IQ berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat PA. Yani (2011) menyatakan IQ merupakan kecerdasan yang sangat dibutuhkan dalam keberhasilan seseorang, IQ tetap mempengaruhi pola fikir seorang mahasiswa. karena IQ merupakan kecerdasan pertama yang dikembangkan yang mampu membuat seorang mahasiswa berfikir secara rasional untuk belajar akuntansi dan memahaminya. Penelitian Yani (2011) ini menyimpulkan IQ berpengaruh pada tingkat PA. Menurut
William
Stren
dalam
Purwanto,
(2003:52),
IQ
adalah
kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuan. Wechler dalam Pratiwi (2011) merumuskan IQ sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengelola dan meguasai lingkungan secara efektif. Selama ini banyak orang menganggap bahwa jika seseorang memiliki tingkat IQ yang tinggi, maka orang tersebut memiliki peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar di banding orang lain. Para psikolog menyusun berbagai tes untuk mengukur IQ, dan tes-tes ini menjadi alat memilah manusia ke
75
76
dalam berbagai tingkatan kecerdasan, yang kemudian lebih dikenal dengan istilah IQ (Intellegence Quotient), yang katanya dapat menunjukkan kemampuan mereka. Menurut teori ini, semakin tinggi IQ seseorang, semakin tinggi pula kecerdasannya (Zohar dan Marshall, 2007: 3). IQ memiliki dimensi yaitu kemampuan memecahkan masalah, intelegensi verbal, dan intelegensi praktis (Zakiah, 2013:10). Seorang mahasiswa akuntansi yang memiliki IQ yang baik maka mampu memahami akuntansi dan dapat membaca dengan penuh pemahaman serta menunjukkan keingintahuan pada akuntansi.
6.2 Pengaruh kemampuan IQ pada tingkat PA yang dapat diperkuat oleh EQ Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa EQ meningkatkan pengaruh IQ pada tingkat PA. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya EQ dapat memperkuat pengaruh IQ terhadap PA. EQ memungkinkan seseorang untuk memutuskan dalam situasi apa dirinya berada lalu bersikap secara tepat didalamnya. EQ memberikan kesadaran mengenai perasaan milik diri sendiri dan juga perasaan milik orang lain. EQ memberikan rasa empati, cinta, motivasi dan kemampuan untuk menangapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat (Goleman, 2003: 18). Dengan EQ, seseorang mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaanperasaan orang lain dengan efektif. Seseorang dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil juga
77
mengembangkan IQ-nya dan memiliki motivasi untuk berprestasi. Sedangkan seseorang yang tidak dapat menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak IQ-nya untuk memusatkan perhatian dan akan mempengaruhi perilaku belajar mahasiswa yang nantinya juga mempengaruhi
seberapa
besar
mahasiswa
dalam
memahami
akuntansi
(Dwijayanti, 2009).
6.3 Pengaruh kemampuan IQ pada tingkat PA yang dapat diperkuat oleh SQ Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa SQ meningkatkan pengaruh IQ pada tingkat PA. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya SQ dapat memperkuat pengaruh IQ terhadap PA. SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup seseorang dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakana dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan Marshall, 2007). SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ secara efektif. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki SQ yang tinggi juga akan memotivasi mahasiswa untuk lebih giat belajar dan memiliki kreativitas yang tinggi pula. Begitu pula sebaliknya, mahasiswa dengan SQ yang rendah akan kurang termotivasi dalam belajar yang terjadi adalah melakukan segala cara untuk mendapatkan nilai yang baik, sehingga tingkat pemahaman dalam akuntansi menjadi kurang.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan hipotesis penelitian serta hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1) Kecerdasan
intelektual
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
pemahaman akuntansi. Artinya dengan kecerdasan intelektual yang baik maka mahasiswa akan lebih mudah memahami tentang pemahaman akuntansi. Hal ini dikarenakan kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan pertama yang dikembangkan yang mampu membuat seorang mahasiswa berfikir secara rasional untuk belajar akuntansi dan memahaminya. 2) Kecerdasan emosional dapat meningkatkan pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi secara positif dan signifikan. Artinya kecerdasan intelektual yang baik dan didukung dengan kecerdasan emosional yang stabil dapat lebih meningkatkan pemahaman akuntansi mahasiswa. Kecerdasan emosional memungkinkan seseorang untuk memutuskan dalam situasi apa dirinya berada lalu bersikap secara tepat didalamnya. Seseorang dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil juga mengembangkan kecerdasan intelektualnya dan memiliki motivasi untuk berprestasi.
78
79
3) Kecerdasan spiritual dapat meningkatkan pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi secara positif dan signifikan. Artinya kecerdasan intelektual yang baik dan didukung dengan kecerdasan spiritual yang dalam Kecerdasan
dapat
meningkatkan
spiritual
merupakan
pemahaman landasan
akuntansi
yang
mahasiswa.
diperlukan
untuk
memfungsikan kecerdasan intelektual secara efektif. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi juga akan memotivasi mahasiswa untuk lebih giat belajar dan memiliki kreativias yang tinggi pula. 7.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini baik kepada Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar, mahasiswa maupun untuk pengembangan penelitian yang lebih lanjut adalah sebagai berikut: 1) Hasil analisis deskriptif menunjukkan variabel kecerdasan intelektual termasuk dalam klasifikasi tinggi, sehingga disarankan untuk tetap dipertahankan atau kalau bisa ditingkatkan. Caranya antara lain dengan memberikan tugas-tugas yang bersifat studi kasus yang lebih menggambarkan praktek nyata dari ilmu akuntansi. 2) Hasil analisis deskriptif menunjukkan variabel kecerdasan emosional termasuk dalam klasifikasi cukup, sehingga disarankan untuk ditingkatkan dengan cara antara lain dengan melatih mahasiswa agar dapat bekerja dalam team. 3) Hasil analisis deskriptif menunjukkan variabel kecerdasan spiritual termasuk dalam klasifikasi cukup, sehingga disarankan untuk ditingkatkan dengan cara
80
antara lain dengan mengadakan seminar bertema keagamaan, puja bakti bersama dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya. 4) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih dalam tidak terbatas pada variabel kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual dalam kaitannya dengan pemahaman akuntansi, melainkan perlu adanya penambahan variabel lainnya serta diharapkan dapat menggunakan cakupan obyek penelitian yang lebih luas. Selain itu dalam penelitian lanjutan diharapkan dapat dikembangkan model analisis yang ada untuk mendapat hasil yang lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ari Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Cetakan Keempat. Jakarta: Arga. Amram, Joseph Yosi. 2009. “The Contribution of Emotional and Spiritual Intelligences to Effective Business Leadership”. Dissertation of Psychology of Institute of Transpersonal Psychology, Palo Alto, California. Amstrong, Thomas. 2009. 7 Kinds of Smart. Menemukan dan Meningkatka Kecerdasan Anda Berdasarkan Teori Multiple Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Ananto, Hersan. 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Pemahaman Akuntansi. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tidak Dipublikasikan. Anastasi, A, dan Urbina, S, 2007, Tes Psikologi (Psychological Testing), PT. Prehanllindo, Jakarta. Ardana, I Cenik, Lerbin R. Aritonang & Elizabeth Sugiarto Dermawan. 2013. ”Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Kesehatan Fisik Untuk Memprediksi Prestasi Belajar Mahasiswa Akuntansi.” Jurnal Akuntansi, Vol. XVII, No. 03, hlm. 444-458. Arif Kennedy. 2013. “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Angkatan 2010.” Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Azwar, S. 2008. Pengantar Psikologi Intelegensi. Cetakan Keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Yogyakarta : BPFE. Belkaoli, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi. Buku I. Jakarta: Salemba Empat. Catur Sugianto, 1994. Ekonometrika Terapan, Yogyakarta : BPFE. Clarken, Rodney H. 2010. “Considering Moral Intelligence as Part of a Holistic Education”. Journal Education, Northern Michigan University.
81
82
Cooper, Donald R. & Pamela S. Schindler. 2007. Metode Riset Bisnis (Vol. 2 edisi 9). Jakarta: PT. Media Global Edukasi. dan Mahasiswa terhadap Etika Bisnis. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 1 No. 2, hlm. 1-19. Depdikbud, 2010, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Dwijayanti, A. P. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual. Kecerdasan Spiritual, dan Kecerdasan Sosial terhadap Pemahaman Akuntansi. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Jakarta. Dwirandra. 2013. “Pengaruh Perilaku Belajar terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi dan Sikap Etis dengan Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual sebagai Variabel Pemoderasi.” Fahrianta, Riswan Yudhi, Syam, Akhmad Yanz dan Syahdan, Saifhul Anuar, 2012, ”Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Mahasiswa Akutansi terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi”Jurnal Ilmu-ilmu Sosial, Vol. 4, No.2. hlm.317-326. Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Edisi Kedua), Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Goleman, D. 2005. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Edisi Keenam. Jakarta: PT Gramedia Putaka Utama. Goleman, Daniel. 2003. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hair, J.F. Jr., Black, W.C., Babin, B.J., dan Anderson, R.E. 2010. Multivariate Data Analysis, 7th ed., NJ, Pearson Prentice Hall. Hariyoga, Septian dan Suprianto, Edy. 2011. “Pengaruh Kecerdasan Emocional, Perilaku Relajar, dan Budaza Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Dengan Kepercayaan Diri sebagai Variable Pemoderasi” Simposium Nasional Akuntansi XIV. Lesmana, F.B. 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kepercayaan Diri Terhadap Pemahaman Akuntansi. Tidak diterbitkan. Jember. Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Marcel V.J. Veenman, Pascal Wilhelm, Jos J. Beishuizen. 2004. “The Relation Between Intellectual and Metacognitive Skills from a Developmental Perspective”. Jurnal Learning and Instruction, No. 13, 89-109. Mardahlena. 2007. ”Pengaruh Kecerdasan Emosional (Pengenalan Diri, Pengendalian Diri, Motivasi, Empati dan Keterampulan Sosial) Terhadap Tingkat Pemahaman Matakuliah akuntansi.” Universitas Budi Luhur, Jakarta.
83
Mathews, MR and MHB Perera. 1993, Accounting Theory and Development, Melbourne, Thomas Nelson Australia. Mawardi. M.Cholid. 2011. “Tingkat Pemahaman Mahasiswa Akuntansi Terhadapa Konsep Dasar Akuntansi di Perguruan Tinggi di Kota Malang”. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam (UNISMA) Malang. Mehmet Durgut, Bilal Gerekan, Abdulkadir Pehlivan. 2013. “The Impact of Emotional Intelligence on the Achievement of Accounting Subject”. Jurnal of Business and Social Science, Vol. 4, No. 13. Melandy, Rissyo dan Nurna Aziza. 2006. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Kepercayaan Diri Sebagai Variabel Pemoderasi. Padang. Simposium Nasional Akuntansi 1X. Panangian, Reza. 2012. ”Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Pemahaman Akuntansi Pada Pendidikan Akuntansi”. Artikel Ilmiah tidak di Publikasikan: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas. Patricia Grant, and Peter McGhee. 2008. “Spirituality and Ethical Bahaviour in the Workplace: Wishful Thinking or Authentic Reality”. Jurnal of Business Ethics and Organization Studies, Vol. 13, No. 2. Robbins, S. P., & Judge, T. A. 2008. Organizational Behavior. 13th Edition. US: Prentice Hall. Rachmi, Filia. 2010. ”Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Perilaku Belajar Terhadap Pemahaman Akuntansi”. Semarang. Jurnal Pendidikan Akuntansi. Ratu Purana Supraba Wirumananggay. 2008. “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Matakuliah Akuntansi.” Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Sekaran, U. 2003. Research Methods for Business, a Skill Building Approach. 4th ed. John Wiley & Sons, Inc. NY. Journal Publikasi. Sternberg, J. Robert. 2008. Psikologi Kognitif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Penerbit Alfabeta. Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII Press. Susanto, Azhar. 2004. Sistem Informasi Manajemen:Konsep dan Pengembangan. Bandung: Lingga Jaya.
84
Suwardjono. 2001. “Mamahamkan Akuntansi Dengan Penalaran dan Pendekatan Sistem”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 14 No.3, pp.106-122. Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi; Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE. Tikollah, M. R., Triyuwono, I., & Ludigdo, U. 2006. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Makasar Provinsi Sulawesi Selatan). Proceeding Simposium Nasional Akuntansi IX Padang. Trisnawati, E.I. & S. Suryaningsum. 2003. Pengaruh EQ terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya. Vahid Oskou, Mohammad Reza Ashtiani, Mehdi Soltani, KeivanFathi. 2013. “Investigation and Evaluation of Spiritual Intelligence: A Demographic Approach”. Jurnal of Engineering and Applied Sciences, Vol. 3, No. 17. Wahab, A dan Umiarso. 2011. Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Yani, Fitri. 2011. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual Terhadap Pemahaman Akuntansi. Jurnal Akuntansi Pendidikan. Universitas Riau. Yosep, Iyus. 2005. “Pentingnya ESQ (Emosional & Spiritual Quotion) Bagi Perawat Dalam Manajemen Konflik.” Disampaikan pada Cerdas, Kreatif, Berwawasan Dan Mandiri (Cerebri) Kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad, Bandung. Yulianto. 2009. ”Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Spiritual terhadap Pemahaman Akutansi”, Universitas Budi Luhur. Yusuf, Al Hariyono. 2002. Pengantar Akuntansi 1. Yogyakarta : STIE YKPN. Zakiah, Farah. 2013. “Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Pemahaman Akuntansi”. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Zohar, D., dan Marshall, I. 2007. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Diterjemahkan oleh Rahmi Astuti, Ahmad Najib Burhani dan Ahmad Baiquni. Bandung: Mizan.
LAMPIRAN Tabel Penelitian Sebelumnya No. 1.
2.
Penelitian (Tahun) Dwijayanti (2009)
Rumusan Masalah
Hipotesis
Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial terhadap pemahaman akuntansi baik secara parsial maupun simultan ?
1. Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi. 2. Kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi
Zakiah (2009) 1. Apakah kecerdasan intelektual, 1. Kecerdasan intelektual kecerdasan emosional, berpengaruh terhadap kecerdasan spiritual pemahaman akuntansi. berpengaruh secara parsial 2. Kecerdasan emosional terhadap pemahaman berpengaruh terhadap akuntansi? pemahaman akuntansi. 3. Kecerdasan Spiritual berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi.
3.
Kennedy (2013)
4.
Fahrianta, dkk (2012)
1. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahhasiswa fakultas ekonomi UMRAH angkatan 2010 ? 2. Apakah kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa fakultas ekonomi UMRAH angkatan 2010 ? 3. Apakah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa fakultas ekonomi UMRAH angkatan tahun 2010? Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual mahasiswa akuntansi terhadap tingkat pema-haman akuntansi mahasiswa akuntansi pada perguruan tinggi yang ada di Kota Banjarmasin ?
Uji Statistik Analisis Regresi Berganda
Analisis Regresi Linear Berganda
1. Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. 2. Kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. 3. Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi .
Analisis Regresi Berganda
1.Kecerdasan emosional yang berupa kecakapan pribadi mahasiswa akuntansi mempunyai pengaruh yang positif dan sig-nifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Analisis Regresi Linear Berganda
85
Hasil Penelitian/ Kesimpulan Kesimpulan: 1. Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi. Hal ini berarti kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap pemahaman akuntansi. 2. Kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi. Hal ini berarti kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap pemahaman akuntansi. Kesimpulan: 1. Kecerdasan Intelektual berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi. Hal ini berarti dengan semakin baiknya penerapan kecerdasan intelektual maka pemahaman akuntansi juga akan meningkat. 2. Kecerdasan Emosional berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi. Hal ini berarti dengan semakin baiknya penerapan kecerdasan emosional maka pemahaman akuntansi juga akan meningkat. 3. Kecerdasan Spiritual berpengaruh terhadap Pemahaman Akuntansi. Hal ini berarti dengan semakin baiknya penerapan kecerdasan spiritual maka pemahaman akuntansi juga akan meningkat. Kesimpulan: 1. Kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa fakultas ekonomi UMRAH angkatan 2010. 2. Kecerdasan spiritual tidak memiliki pengaruh terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa fakultas ekonomi UMRAH angkatan 2010. 3. Secara simultan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa fakultas ekonomi UMRAH angkatan 2010. Kesimpulan: 1. Secara simultan pengaruh kecerdasan emosional kecakapan pribadi, kecerdasan emosional kecakapan sosial, dan kecerdasan spiritual tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi.
86
5.
6.
Hariyoga (2011)
Ardana, dkk (2013)
Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional, perilaku belajar, budaya terhadap tingkat pemahaman akuntansi serta pengaruh kepercayaan diri sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan kecerdasan emosional, perilaku belajar, budaya terhadap tingkat pemahaman akuntansi ?
1. Apakah Kecerdasan Intelek (KI) dapat digunakan untuk memprediksi Prestasi Belajar Mahasiswa (PB) Akuntansi
2.Kecerdasan emosional yang berupa kecakapan sosial ma-hasiswa akuntansi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat pema-haman akuntansi. 3.kecerdasan spiritual mahasiswa akuntansi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi 1. Kecerdasan Emosional berpengaruh terhadap Tingkat Pemahaman Mahasiswa Akuntansi. 2. Perilaku Belajar berpengaruh terhadap Tingkat Pemahaman Mahasiswa Akuntansi. 3. Budaya berpengaruh terhadap Tingkat Pemahaman Mahasiswa Akuntansi. 4. Kepercayaan Diri mahasiswa akuntansi memiliki pengaruh sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Mahasiswa Akuntansi. 5. Kepercayaan Diri mahasiswa akuntansi memiliki pengaruh sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan Perilaku Belajar terhadap Tingkat Pemahaman Mahasiswa Akuntansi. 6. Kepercayaan Diri mahasiswa akuntansi memiliki pengaruh sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan Budaya terhadap Tingkat Pemahaman Mahasiswa Akuntansi Kecerdasan Intelektual (KI), Kecerdasan Emosional (KE), Kecerdasan Spiritual
2. Secara parsial, bahwa kecerdasan emosional yang berupa kecakapan pribadi mahasiswa akuntansi mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Analisis Regresi Linear Berganda
Kesimpulan:
1. Ada pengaruh positif secara signifikan 2. 3. 4. 5.
Korelasi dan Regresi Linear
antara kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Pengaruh positif secara signifikan antara perilaku belajar terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Tidak ada pengaruh positif secara signifikan antara budaya terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Variabel kepercayaan diri bukan merupakan variabel moderating antara kecerdasan emosional dengan tingkat pemahaman akuntansi. Variabel kepercayaan diri merupakan variabel moderating antara perilaku belajar dengan tingkat pemahaman akuntansi.
Kesimpulan: 1. Variabel IQ saja yang berkaitan secara positif dan signifikan dengan Prestasi Belajar Mahasiswa/IPK.
87
tingkat akhir? (KS), dan Kesehatan Fisik 2. Apakah Kecerdasan (KF), baik secara Emosional (KE) dapat bersama-sama, maupun digunakan untuk memprediksi sendiri-sendiri Prestasi Belajar Mahasiswa berkaitan dengan Prestasi (PB) Akuntansi tingkat akhir? Belajar Mahasiswa Tingkat 3. Apakah Kecerdasan Spiritual Akhir Akuntansi (KS) dapat digunakan untuk memprediksi Prestasi Belajar Mahasiswa (PB) Akuntansi tingkat akhir? 4. Apakah Kesehatan Fisik (KF) dapat digunakan untuk memprediksi Prestasi Belajar Mahasiswa (PB) Akuntansi tingkat akhir? 5. Apakah KI, KE, KS, dan KF secara bersama-sama dapat digunakan untuk memprediksi Prestasi Belajar Mahasiswa (PB) Akuntansi tingkat akhir?
2. Variabel independen lainnya seperti EQ, PQ, dan SQ, walaupun ketiganya memiliki arah hubungan positif dengan Prestasi Belajar/IPK sesuai dengan yang dihipotesiskan dalam penelitian ini, namun huhungan ketiga variabel independen ini dengan IPK ternyata tidak cukup signifikan. 3. Kemampuan variabel IQ untuk menjelaskan variansi Prestasi Belajar Mahasiswa/IPK hanya sebesar 5,2%, sedangkan sisanya sekitar 94,8% ditentukan oleh faktor-faktor lain selain IQ.
LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN
88
89
KUESIONER Dengan hormat, Saya adalah mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar yang sedang mengadakan penelitian mengenai “Pengaruh IQ terhadap Tingkat PA dengan EQ dan SQ sebagai Variabel Pemoderasi”. Nama
: Nyoman Suadnyana Pasek
NIM
: 1291661021
Jurusan
: Manajemen Akuntansi
Saya bermaksud mengumpulkan data melalui penyebaran kuesioner ini yang terkait dengan topik penelitian yang dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari agar berkenan mengisi kuisioner ini dengan lengkap, jujur, dan tanpa terpengauhi dari pihak manapun. Angket kuisioner ini semata-mata digunakan untuk kepentingan ilmiah, dimana kerahasiaan jawaban yang anda berikan dijamin sepenuhnya. Atas kerjasama dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih. Hormat Saya
Penulis
90
I. Identitas Responden Petunjuk Pengisian Mohon Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bersedia mengisi daftar isian berikut dengan cara memberikan jawaban atau melingkari salah satu pilihan yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. No Responden
: ………………… (tidak perlu diisi)
Nama/Inisial
: …………………
Usia
: ............................ (tahun)
Jenis Kelamin
: ............................
Angkatan
: ............................
Indeks Prestasi Komulatif : ............................ Asal S1
: ............................ (tahun)
91
II. Kuisioner “Pengaruh IQ terhadap Tingkat PA dengan EQ dan SQ sebagai Variabel Pemoderasi” Berikut ini adalah berbagai pertanyaan mengenai variabel penelitian. Mohon memberikan jawaban yang sebenarnya dengan memberikan tanda contreng (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapat anda. SS : Sangat Setuju
TS
: Tidak Setuju
S : Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
RR : Ragu-ragu No.
Pernyataan IQ Kemampuan Memecahkan Masalah
1. 2. 3. 4.
1 2 3
1 2 3
Saya memiliki kemampuan untuk mengenali, menyambung, dan merangka kata-kata. Saya selalu berpikir secara analitis dan kritis dalam setiap pengambilan keputusan. Saya mempunyai kemampuan logika dalam berpikir untuk menemukan fakta yang akurat serta memprediksi resiko yang ada. Ketika diberi suatu pertanyaan dalam suatu masalah, saya bisa langsung menjawab dengan cepat dan sigap. Intelegensi Verbal Saya mempunyai kemampuan membaca, menulis, berbicara, serta menyampaikan pendapat dengan baik. Saya sangat penasaran jika suatu pekerjaan yang rumit atau soal yang berhubungan dengan angka belum diketahui hasil yang benar. Saya ingin lebih mengetahui hal-hal yang belum saya ketahui Intelegensi Praktis Saya memiliki kemampuan berkomunikasi secara urut, runtun, tertata, tepat, sistematis, dalam penempatan posisi diri Saya selalu melihat konsekuensi dari setiap keputusan yang saya ambil. Saya menunjukkan kemampuan nonformal atau minat saya kepada lingkungan sekitar.
Tanggapan SS
S
RR
TS
STS
92
No.
Pernyataan EQ Pengenalan Diri
1. 2.
Saya dapat mengetahui emosi serta kelebihan dan kekurangan yang saya miliki. Saya selalu mengintropeksi diri saya
3.
Saya mempunyai kemampuan untuk mendapatkan apa yang saya inginkan. Pengendalian Diri
1.
Saya dapat mengelola dan mengendalikan emosi diri dalam situasi apapun. Saya mampu menanggapi kritik dan saran secara efektif. Saya merasa bahwa teman saya akan menjatuhkan saya. Saya mempunyai banyak teman dekat dengan latar belakang yang beragam. Saya suka mencoba-coba hal baru.
2. 3. 4. 5.
Motivasi 1. 2. 3. 4.
1. 2. 3. 4. 5.
1.
Saya mampu memotivasi dan memberikan dorongan untuk selalu maju kepada diri saya sendiri. Komitmen yang saya buat harus tercapai, meskipun dengan penuh pengorbanan dan teman terdekat akan meninggalkan saya. Saya malas mencoba lagi jika pernah gagal pada pekerjaan yang sama. Saya mudah menyerah pada saat menjalakan tugas yang sulit. Empati Saya merasa canggung ketika berbicara dengan orang yang tidak saya kenal. Dalam suatu pertemuan, apa yang saya sampaikan selalu menarik perhatian orang lain. Ketika teman-teman saya memiliki masalah, mereka meminta nasihat kepada saya. Saya dapat menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang. Saya bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, seperti kesedihan dah kebahagiaan. Keterampilan Sosial Pada waktu berbicara dalam suatu diskusi, saya sering salah tingkah karena banyak orang lain yang memperhatikan.
Tanggapan SS
S
RR
TS
STS
93
2. 3. 4. 5. 6. 7.
No.
Saya mempunyai cara yang meyakinkan agar ide-ide saya dapat diterima orang lain. Saya dapat memecahkan masalah ketika banyak perbedaan pendapat yang mengakibatkan konflik. Saya mampu berorganisasi dan menginspirasi suatu kelompok. Saya berpedoman pada etika ketika berhubungan dengan orang lain. Saya merasa sulit menemukan orang yang bisa diajak bekerja sama demi tujuan bersama. Saya mampu memberi suasana yang hidup dalam berdiskusi. Pernyataan SQ Bersikap Fleksibel
1. 2.
1. 2.
Saya dapat secara spontan beradaptasi dengan suasana yang baru. Saya mudah menerima pendapat orang lain secara terbuka. Kesadaran Diri Saya menyadari posisi saya di antara temanteman saya. Saya tak lupa berdoa sebelum melaksanakan sesuatu Menghadapi dan Memanfaatkan Penderitaan
1. 2.
Cobaan yang datang dari Tuhan saya anggap sebagai ujian keimanan saya. Biasanya saya bersikap sabar menerima kesusahan.
3.
Saya selalu berpikir positif dalam menghadapiberbagai persoalan hidup yang saya alami Menghadapi dan Melampaui Perasaan Sakit
1.
Saya bisa terima ketika mengetahui nilai matakuliah tidak sesuai dengan harapan saya. Saya sangat mudah memaafkan seseorang yang telah membuat saya marah (sakit hati). Keengganan untuk Menyebabkan Kerugian
2.
1. 2.
Biasanya saya segera menyelesaikan pekerjaan yang sudah saya rencanakan dengan tidak mengulur-ngulur waktu. Saya selalu berusaha tidak melakukan tindakan yangmenyebabkan kerugian atau kerusakan
Tanggapan SS
S
RR
TS
STS
94
padalingkungan, alam semesta dan makhluk hidup lainnya. Kualitas Hidup 1. 2.
Rasanya saya tidak tahu apa prinsip yang menjadi pegangan hidup saya. Ketika dalam suatu perdebatan, saya lebih baik mengalah meskipun pendapat saya lebih baik. Berpandangan Holistik
1.
Selalu ada makna dibalik peristiwa yang saya alami.
2.
Saya meluangkan waktu untuk membantu orang lain. Kecenderungan Bertanya
1. 2.
1.
Saya mampu berimajinasi untuk lebih memahami hal yang baru. Ketika ada hal yang tidak saya mengerti saya langsung bertanya. Bidang Mandiri Saya memberikan uang pada orang lain tanpa berpikir bahwa saya juga memerlukannya.
95
LAMPIRAN II TABULASI DATA HASIL PENELITIAN
96
Res responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10
11
Responden 11
12
Responden 12
13
Responden 13
14
Responden 14
15
Responden 15
16
Responden 16
17
Responden 17
18
Responden 18
19
Responden 19
20
Responden 20
21
Responden 21
22
Responden 22
23
Responden 23
24
Responden 24
Tabulasi Data Hasil Penelitian Variabel PA Nilai Mata Kuliah Akuntansi Teori Akuntansi Seminar Analisis Akuntansi Manajem Seminar Akutansi Laporan Keuangan en Auditing Keuangan Keuangan
ratarata
86 85 87 88 87 88 85 85 86
88 87 85 85 89 87 85 82 88
80 82 83 85 85 84 80 82 82
87 87 82 86 86 84 87 83 82
88 84 80 88 87 80 80 87 81
85.80 85.00 83.40 86.40 86.80 84.60 83.40 83.80 83.80
85
85
81
84
83
83.60
86
89
85
82
86
85.60
83
82
83
83
82
82.60
85
85
79
89
80
83.60
83
84
85
85
82
83.80
80
84
78
80
81
80.60
85
87
85
82
83
84.40
81
88
81
85
83
83.60
80
82
77
84
82
81.00
83
83
78
82
83
81.80
84
85
85
87
84
85.00
83
87
82
82
81
83.00
86
84
78
88
80
83.20
82
82
80
82
81
81.40
82
87
85
88
83
85.00
97
25
Responden 25
26
Responden 26
27
Responden 27
28
Responden 28
29
Responden 29
30
Responden 30
31
Responden 31
32
Responden 32
33
Responden 33
34
Responden 34
35
Responden 35
36
Responden 36
37
Responden 37
38
Responden 38
39
Responden 39
40
Responden 40
41
Responden 41
42
Responden 42
43
Responden 43
44
Responden 44
45
Responden 45
46
Responden 46
47
Responden 47
48
Responden 48
84
82
85
87
83
84.20
83
87
87
84
80
84.20
82
82
78
80
81
80.60
84
88
88
87
85
86.40
83
82
78
86
82
82.20
82
88
88
84
84
85.20
87
83
82
87
88
85.40
87
85
88
80
87
85.40
84
87
81
83
80
83.00
83
88
85
89
82
85.40
85
86
85
86
81
84.60
85
89
86
85
85
86.00
86
88
86
85
86
86.20
87
87
84
88
85
86.20
82
80
81
83
82
81.60
80
84
81
83
82
82.00
84
84
82
81
83
82.80
84
85
88
81
84
84.40
80
86
85
87
88
85.20
82
87
88
80
82
83.80
87
85
88
87
85
86.40
88
87
88
85
86
86.80
86
88
85
86
87
86.40
88
89
85
85
86
86.60
98
49
Responden 49
50
Responden 50
51
Responden 51
52
Responden 52
53
Responden 53
54
Responden 54
55
Responden 55
56
Responden 56
57
Responden 57
58
Responden 58
59
Responden 59
60
Responden 60
61
Responden 61
62
Responden 62
63
Responden 63
64
Responden 64
65
Responden 65
66
Responden 66
67
Responden 67
68
Responden 68
69
Responden 69
70
Responden 70
71
Responden 71
72
Responden 72
83
82
82
82
84
82.60
84
83
84
87
82
84.00
82
84
83
88
83
84.00
81
86
85
80
82
82.80
80
87
85
85
83
84.00
80
89
84
88
87
85.60
89
88
84
83
82
85.20
85
87
84
88
83
85.40
87
85
85
87
88
86.40
88
82
83
85
81
83.80
81
86
80
81
83
82.20
88
86
81
80
82
83.40
80
83
83
84
83
82.60
87
86
82
80
82
83.40
87
88
82
80
82
83.80
87
89
80
87
88
86.20
89
85
83
82
80
83.80
80
82
81
83
84
82.00
82
84
82
80
83
82.20
82
83
84
83
82
82.80
83
84
80
82
83
82.40
84
80
80
83
80
81.40
83
87
82
83
80
83.00
81
82
83
82
84
82.40
99
73
Responden 73
74
Responden 74
75
Responden 75
76
Responden 76
77
Responden 77
78
Responden 78
79
Responden 79
80
Responden 80
81
Responden 81
82
Responden 82
83
Responden 83
84
Responden 84
85
Responden 85
86
Responden 86
87
Responden 87 Rata-rata
80
87
83
84
83
83.40
83
88
83
89
83
85.20
82
86
82
83
81
82.80
80
87
83
82
83
83.00
88
85
82
83
81
83.80
89
88
80
82
83
84.40
82
83
81
80
84
82.00
80
82
84
83
84
82.60
87
82
83
80
83
83.00
82
84
83
80
82
82.20
88
80
82
83
83
83.20
86
88
82
86
85
85.40
85
87
83
82
83
84.00
82
83
81
80
83
81.80
82 84.10
83 85.26
83 82.92
81 83.87
80 83.16
81.80 83.86
100
LAMPIRAN III HASIL PENGUJIAN INSTRUMEN
101
1. Hasil Uji Validitas Variabel IQ
102
103
104
2. Hasil Uji Validitas Variabel EQ
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
3. Hasil Uji Validitas Variabel SQ
117
118
119
120
1. Hasil Uji Reliabilitas Variabel IQ Case Processing Summary N % Cases Valid 87 100.0 Excluded(a) 0 .0 Total 87 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items .789 10 Item Statistics IQ1 IQ2 IQ3 IQ4 IQ5 IQ6 IQ7 IQ8 IQ9 IQ10
Mean 3.7931 3.6092 3.6782 3.5862 3.7471 3.5517 3.9425 3.7356 3.7011 3.6667
Std. Deviation 1.06899 .94446 .94616 1.04048 .89206 .98546 .90677 1.11501 .87756 .93593
Scale Statistics Mean Variance 37.0115 32.732
Std. Deviation 5.72123
N
87 87 87 87 87 87 87 87 87 87 N of Items 10
121
2. Hasil Uji Reliabilitas Variabel EQ Case Processing Summary N % Cases Valid 87 100.0 Excluded(a) 0 .0 Total 87 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items .794 24 Item Statistics Std. Mean Deviation N EQ1 3.6207 1.08093 87 EQ2 3.5747 1.08512 87 EQ3 3.6897 1.05995 87 EQ4 3.6897 1.04892 87 EQ5 3.5747 1.06348 87 EQ6 3.4368 1.12788 87 EQ7 3.7701 1.12788 87 EQ8 3.5057 .98681 87 EQ9 3.5517 1.10768 87 EQ10 3.5057 1.20920 87 EQ11 3.8046 1.07659 87 EQ12 3.6437 .93978 87 EQ13 3.6667 .85816 87 EQ14 3.6207 1.02573 87 EQ15 3.7356 .88212 87 EQ16 3.5402 .94996 87 EQ17 4.0000 .88921 87 EQ18 4.0805 .89206 87 EQ19 3.4943 .91338 87 EQ20 3.4713 .98641 87 EQ21 3.7471 1.15354 87 EQ22 3.6782 .97043 87 EQ23 3.5402 1.09761 87 EQ24 3.5977 1.08327 87 Scale Statistics Mean Variance 87.5402 106.623
Std. Deviation 10.32586
N of Items 24
122
3. Hasil Uji Reliabilitas Variabel SQ Case Processing Summary N % Cases Valid 87 100.0 Excluded(a) 0 .0 Total 87 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items .760 18 Item Statistics ESQ1 ESQ2 ESQ3 ESQ4 ESQ5 ESQ6 ESQ7 ESQ8 ESQ9 ESQ10 ESQ11 ESQ12 ESQ13 ESQ14 ESQ15 ESQ16 ESQ17 ESQ18
Mean 3.7011 3.5632 3.6437 3.6322 3.7586 3.5977 3.5632 3.6322 3.5517 3.4943 3.6782 3.7011 3.6667 3.5747 3.7241 3.6667 3.7126 3.5632
Scale Statistics Mean Variance 65.4253 42.736
Std. Deviation .95376 .88530 .95207 .73318 1.07796 1.09396 1.05325 1.07957 1.07572 1.12966 .89565 1.01288 .99612 1.03015 1.13803 1.07473 .96338 1.00812 Std. Deviation 6.53725
N
87 87 87 87 87 87 87 87 87 87 87 87 87 87 87 87 87 87
N of Items 18
123
LAMPIRAN IV HASIL UJI ASUMSI KLASIK
124
1. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Mean
Unstandardized Residual 87 .0000000
Std. Deviation Absolute
1.66853958 .121
Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
.121 -.108 1.132 .154
2. Hasil Uji Multikolonearitas Variables Entered/Removed(b) Variables Variables Model Entered Removed 1 SQ, EQ, IQ(a)
Method
. Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: PA Model Summary Adjusted R R Square R Square .749(a .561 .543 ) a Predictors: (Constant), SQ, EQ, IQ Model 1
ANOVA(b)
Sum of Model Squares df 1 Regression .574 3 Residual 239.426 83 Total 240.000 86 a Predictors: (Constant), SQ, EQ, IQ b Dependent Variable: PA
Std. Error of the Estimate 12.69843
Mean Square .191 2.885
F 12.066
Sig. .000(a)
125
Coefficients(a) Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Error Beta (Constant) 17.046 2.018 IQ .364 .039 .256 EQ .256 .021 .232 SQ .262 .034 .221 a Dependent Variable: PA
t
Model 1
Sig.
8.447 5.421 3.267 2.758
.000 .000 .000 .003
Collinearity Statistics Tolerance
.673 1.485 .727 1.376 .686 1.457
Collinearity Diagnostics(a) Mode l Dimension 1
1
Eigenvalue
Condition Index
(Constant)
IQ
2 3 4 a Dependent Variable: PA
3.976
1.000
.013
17.730
.007
23.455
.005
29.572
E Q .0 0 .1 4 .1 6 .7 0
Variance Proportions SQ
VIF
(Constant)
IQ
.00
.00
.00
.87
.03
.02
.01
.96
.13
.11
.00
.85
126
3. Hasil Uji Heterokedastisitas Variables Entered/Removed(b) Model 1
Variables Entered
SQ, EQ, IQ(a) a All requested variables entered. b Dependent Variable: Res_2
Variables Removed
Method
. Enter
Model Summary
Adjusted Std. Error of the Model R R Square R Square Estimate 1 .152(a) .023 -.013 1.67464 a Predictors: (Constant), SQ, EQ, IQ ANOVA(b)
Sum of Model Squares df 1 Regression 5.413 3 Residual 229.962 82 Total 235.375 85 a Predictors: (Constant), SQ, EQ, IQ b Dependent Variable: Res_2 Coefficients(a) Model 1
(Constant) IQ EQ SQ a Dependent Variable: Res_2
Mean Square 1.804 2.804
F .643
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Error Beta -1.978 1.990 .017 .039 .057 .021 .021 .131 -.007 .034 -.028
Sig. .589(a)
t B -.994 .431 1.015 -.208
Sig. Std. Error .323 .668 .313 .835
127
LAMPIRAN V HASIL ANALISIS DESKRIPTIF
128
Descriptive Statistics
IQ EQ SQ PA.Y Valid N (listwise)
N Minimum Maximum 87 24.00 45.00 87 60.00 106.00 87 48.00 79.00 87 80.60 86.80 87
Mean 37.0115 87.5402 65.4253 83.8644
Std. Deviation Variance 5.72123 32.732 10.32586 106.623 6.53725 42.736 1.58055 2.498
129
LAMPIRAN VI HASIL ANALISIS REGRESI
130
1. Hasil Analisis Regressi Sederhana Variables Entered/Removed(b) Variables Variables Model Entered Removed Method 1 IQ(a) . Enter a All requested variables entered. b Dependent Variable: PA Model Summary
Std. Error of the Estimate 1.67929
Adjusted Model R R Square R Square 1 .635(a) .403 .400 a Predictors: (Constant), IQ ANOVA(b)
Sum of Squares Regression .299 Residual 239.701 Total 240.000 a Predictors: (Constant), IQ b Dependent Variable: PA Model 1
Coefficients(a) Model
1
(Constant) IQ a Dependent Variable: PA
df
1 85 86
Mean Square .299 2.820
F 6.106
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Error Beta 16.619 1.185 .310 .032 .353
2. Hasil Moderated Regression Analysis (MRA)
Sig. .000(a)
t 14.022 4.325
Sig. .000 .000
131
Variables Entered/Removed(b) Model 1
Variables Entered SQ, EQ, IQ(a)
Variables Removed
Method
. Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: PA Model Summary
Std. Error of the Estimate 12.69843
Adjusted Model R R Square R Square 1 .749(a) .561 .543 a Predictors: (Constant), SQ, EQ, IQ R Square Change F Change .239 3.663 ANOVA(b) Model 1
Change Statistics df1
3
df2
83
Sum of Squares
df Regress .574 3 ion Residua 239.426 83 l Total 240.000 86 a Predictors: (Constant), SQ, EQ, IQ b Dependent Variable: PA
Coefficients(a) Model
Unstandardized Coefficients B
Std.
Sig. F Change .000 Mean Square .191
F
Sig.
12.066
.000(a)
2.885
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
132
Error 1
(Constant) 17.046 IQ .364 EQ .256 SQ .262 IQ-EQ .629 IQ-SQ .626 a Dependent Variable: PA
2.018 .039 .021 .034 .060 .073
.256 .234 .221 .327 .321
8.447 5.421 3.267 2.758 6.281 6.203
.000 .000 .000 .003 .000 .000