TANGISAN RAKYAT DAN TAWA PEMIMPIN BANGSA
DIAJUKAN OLEH: Robbyn Rahmandaru 11.11.4704 Kelompok C
TANGISAN RAKYAT DAN TAWA PEMIMPIN BANGSA
ABSTRACT Kegagalan Lembaga Yudikatif dalam menjalankan mengadili atas pelanggaran undang-undang karena kinerja dan reputasi kejaksaan dan Polisi yang lemah dan menjadikan Mafia dan Koruptor di Lembaga Peradilan menjadikan Indonesia menjadi Negara yang Buruk. Kegagalan kegagalan yang ada di dalam pemerintahan dikarenakan adanya rupa rupa samaran yang menjadikan rakyat tertipu untuk memilih wakil wakil rakyat yang benar. Tidak ada yang mau untuk perduli dan punya keinginan untuk memperbaiki keadaan menjadikan Negara Indonesia tercinta ini menjadi nagara jajahan halus bagi negara lain. Kehancuran yang ada perlu diperbaiki oleh warga warga yang ingin dan mempunyai sikap diri yang bagus yang akan dapat menjadikan negara ini menjadi negara yang lebih maju.
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pancasila merupakan dasar negara yang pada setiap silanya harus ditegakkan dan tidak boleh ada satupun yang di lupakan. Namun sayangnya bangsa Indonesia belum dapat mengaplikasian isi dari Pancasila. Sebagai contoh yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sila ke dua yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab yang dalam pAndangan penulis pemerintah yang seharusnya berbuat adil pada para rakyatnya malah menjadi penyiksa bagi rakyatnya. Masalah yang ini tidak dapat dianggap kecil apalagi ini masalah ini adalah masalah yang ada sejak dahulu dan sampai saat ini masih belum dapat ditangani dan dicarikan penyelesaian dari masalah ini. Pemerintah atau wakil rakyat dipilih langsung oleh para rakyatnya yang artinya rakyat menaruh harapan pada pilihan mereka untuk tidak mengecewakan mereka di masa mendatang. Namun banyak dari mereka kecewa karena orang yang mereka pilih malah jadi menyiksa mereka setelah mendapatkan jabatan yang di inginkan. Padahal sebelum mereka mendapatkan jabatan yang di inginkan mereka menjadi rakyat yang dapat memahami rakyat lain dan setelah menjadi pemimpin kebanyakan mereka akan lupa pada rakyatnya yang telah mereka pilih. Ini sangatlah tragis dan masalah seperti ini perlu untuk dibahas lebih lanjut supaya rakyat menjadi pemerintah dapat mangaplikasikan sila ke dua yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradap dengan sebenar benarnya.
B. Rumusan Masalah 1. Apakah pemerintah Indonesiasudah sepenuhnya berhasil memimpin negara? 2. Kenapa masih ada istilah srigala berbulu domba? 3. Siapakah yang harus bertanggungwajab karena kehancuran sistem pemerintah? 4. Apa yang sebaiknya dilakukan sebagai warga negarayang baik?
C. Pendekatan Historis Sebelum Indonesia sebelumnya sudah ada kerajaan kerajaan yang memimpin di tanah ini. Sudah sejak dulu pula rakyat disakiti oleh penguasa penguasa kerajaan. Rakyat dijadikan budak budak oleh bangsa penjajah dan bahkan ada juga rakyat yang di jual kepada bangsa penjajah. Rakyat dijadikan sebagai objek sejarah dan para penguasa dijadikan Subjek sejarah. Atau dengan kata lain sejarah hanya narasi tunggal dari pemegang kekuasaan kata Boy Nugroho (2007:83). Lalu setelah kemerdekaan tahun 1945 pun kebijakan pemerintah membuahkan revolusi yang menjadikan rakyat korban atas kekuasaan. Rakyat menangis. Setelah Orde lama digulingkan munculah pemerintahan Orde Baru yang lebih menyiksa. Rakyat semakin dibuat tersiksa karena pemerintah memihak pada golongan konglomerat, sehingga rakyat dibuat menangis . Belum berakhir pada masa itu, masa reformasi menjadi klimaks dari penderitaan rakyat. Rakyat menjadi santapan reformasi. Tidak jelasnya agenda reformasi membuahkan masalah yang dalam. Sehingga rakyat menderita krisis multidimensional yang di ikuti dengan tindak kekerasan masal yang memakan korban. Terlihat sangat menyedihkan nasib rakyat kecil baik jaman dahulu hingga masa masa ini. Yang jadi masalah adalah penderitaan rakyat disebabkan karena orang orang yang seharusnya memimpin rakyat dan bukannya penguasa rakyat yang menyiksa.
D. Pendekatan Sosiologi Sudah terlalu banyak kisah yang menyedihkan antara rakyat dengan pemerintah. Sejak jaman dahulu sudah banyak tangisan sang ayah dan sang ibu karena anak gadis satu satunya diambil oleh raja untuk dijadikan selir raja dan pastinya ada juga tangisan anak yang tersedu sedu karena paksaan menjadi selir dan mungkin kehilangan orang tua mereka. Bukankah ini adalah tragedi yang sangat sangat tidak masuk dalam sila ke dua yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab. Ada juga cerita tentang istri istri yang patuh dan berbahagia hidup dengan suaminya tapi dipaksa menjadi budak seks para bangsawan. Apabila rakyat yang melakukan perbuatan perbuatan tidak bermutu seperti di atas pastilah akan terkena hukuman yang amat berat, namun bila yang melakukan adalah sang raja atau
bangsawan maka barang siapa yang menghalangi mereka pasti akan dikenakan hukuman karena rakyat menghalangi kepentingan mereka. Bisa disimpulkan bahwa raja disini mempunyai kekuasaan penuh, dia menciptakan hukum namun dia tidak terikat pada hukum yang dia buat karena hukuman sejatinya hanya diciptakan untuk rakyat saja. Mungkin kita akan berpikir bahwa itu adalah masa dahulu, pastilah sudah berbeda dengan jaman sekarang. Namun dalam kenyataannya tidak sepenuhnya seperti itu. Masih ada praktek praktek yang sama namun dengan cara yang sedikit berbeda atau bisa disebut mempunyai kemasan yang baru. Sebagai contoh ada karyawati yang menjadi korban bos perusahaan. Banyak juga masalah suami istri yang harus bercerai dikarenakan istrinya dirampas oleh sang pejabat. Ada juga masalah yang menumbulkan tangis yang mendalam karena anaknya dihamili oleh pejabat namun para orang tua tidak dapat berbicara karena mulut mereka disumbat oleh uang dan juga diancam oleh preman bayaran. Masalah yang paling aneh adalah pencuri ayam yang harus dipenjara dan dimintai tanggung jawab atas ayam yang dicurinya namun bila pejabat yang melakukan korupsi tidak dikenakan hukuman sama sekali dan akan bebas dengan mudahnya. Seperti yang diuangkapkan Djarot (2006:51) ludrukan yang terdasyat terjadi di panggung lembaga yudikatif negara ini. Rujukan sederhananya; maling ayam digebuki dan dipenjara dengan cepat, sementara para pelaku kejahatan ekonomi kelas kakap malah banyak yang dinobatkan sebagai warga kelas terhormat. Kedudukan mereka sebagai ‘cukong’ dari berbagai kegiatan perebutan dan pemantapan institusi kekuasaan, merupakan faktor penyebab utama. Ini menjadi pertanyaan yang sangat besar apakah pemerintah tidak kuat untuk jujur? Kata Mario Teguh (2009:91) Kejujuran adalah sebuah kesaktian, yang tidak bisa menetap dalam diri yang tidak kuat. Dan, Pribadi yang disebut kuat, adalah pribadi yang kebaikannya kuat. Sehingga, jika kita ingin menjadi pribadi yang sakti dalam kehidupan yang modern ini, marilah kita mengikhlaskan diri untuk setia kepada kebaikan.
E. Pendekatan Yudiris Banyak hukum yang menjelaskan tentang Sila ke dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Pasal 27 ayat 1 Misalnya, Setiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak terkecuali. Ini berarti rakyat maupun pemimpin mempunyai hak dan kewajiban dalam menjalankan hukum dan bila ada rakyat ataupun pejabat yang melakukan tindakan kriminal yang sama maka hukumannya adalah sama dan tidak boleh ada perbedaan antara hukuman yang dilakukan sang pejabat dan rakyat. Pasal 27 ayat 2, Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hukum ini menjelaskan bahwa semua warga negara Indonesia baik pajabat maupun rakyat biasa mempunyai hak untuk mendapatkan dan memilih pekerjaan yang ingin dia lakukan dan pemerintah harus menjamin lapangan pekerjaan yang ada untuk rakyatnya. Setelah adanya Pancasila seharusnya sudah tidak ada lagi tangisan ayah dan ibu karena kehilangan anaknya yang dijadikan selir kerajaan atau masalah lain yang sama dengan kemasan yang berbeda. Dalam hukum ini juga dijelaskan bahwa kehidupan juga menjadi hak setiap warganya untuk menjalani kehidupan dengan layak. Sehingga dengan hukum ini seharusnya sudah tidak ada suami istri yang harus bercerai karena sang istri dibawa pergi pejabat. Namun entah karena suatu hal hukum ini seakan tidak berjalan. Masih banyak lagi masalah yang ada tentang hukum ini, misalnya pada Pasal 28, Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan sebagaimana ditetapkan dengan undang undang. Pasal ini menjelaskan bahwa setiap warga negara berhak untuk berdiskusi dan mengeluarkan pendapat dan pendapatnya harusnya dihargai dan tidak di remehkan karena pendapat dari rakyat kecil. Dalam kehidupan bermasyarakat biasanya di kampung diadakan rapat suatu acara. Dalam rapat itu masih sering ditemui pelanggaran dalam Pasal 28 ini. Pendapat yang di dengarkan dalam rapat itu adalah pendapat pendapat orang orang besar di kampung itu dan pendapat orang baru sering kali tidak di dengarkan dan bahkan akan dilecehkan oleh orang lain. Begitu juga yang sering terjadi di sistem pemerintahan ini. Indonesia adalah negara demokrasi namun seringkali pendapat orang orang kecil yang sampaidisampaikan dengan demo juga tidak digubrisoleh pemerintah dan hanya dianggap masalah kecil yang nantinya tidak akan diubah
kebijakkannya. Apakah pejabat tidak pernah mendengarkan jeritan rakyat, padahal seperti yang dikatakan Mario Teguh (2009:56) Mendengarkan adalah sikap Hati. Kehidupan ini adalah sebuh buku yang terbuka lebar, dan membuka dirinya bagi mereka yang ingin menemukan jawaban bagi semua pertanyaannya. Sebagian membaca dan mengerti. Sebagian membaca dan mengerti sebagian. Ada yang selalu bertanya tetapi berlaku seperti telah mengerti. Banyak orang yang hanya memAndang tetapi tidak mengerti. Dan lebih banyak lagi, orang yang terlibat, tetapi tidak menjadi bagian penting dari apapun. Itu sebabnya, selain melihat dan terlibat ddalam kesibukan bisnis dan kehidupan ini; kita juga perlu mendengarkan dan mencapai transformasi diri yang dimungkinkan oleh mendengarkan. Tiap tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran itulah kata kata yang terdapat pada Pasal 31. Pasal tersebut menjelaskan bahwa semua warga negara berhak bersekolah atau mendapatkan ilmu yang berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain. Sehingga pada kemudian hari dirinya dapat menjadi pemimpin bangsa atau paling tidak dirinya dapat menjadi pribadi yang tidak bisa ditipu oleh bangsa sendiri ataupun bangsa lain. Maka Pemerintahan tidak sepenuhnya dipegang oleh orang yang bergolongan konglomerat namun ada juga dari rakyat kecil yang nantinya akan menjadi penyeimbang atas kebijakan kebijakan yang akan dibuat.
BAB II Pembahasan A. Indonesia Negara Berkembang Indonesia merupakan negara berkembang yang artinya negara tersebut belum memasuki negara maju yang kiranya bisa mensejahterakan rakyatnya. Kesejahteraan yang tidak merata menAndakan bahwa negara Indonesia belum sepenuhnya berhasil untuk memimpin bangsa ini menjadi bangsa yang sejahtera. Seperti yang telah dijelaskan pada beberapa pendekatan diatas bahwa kesejahteraan yang belum rata salah satu faktor penyebabnya adalah korupsi yang dilakukan oleh petinggi petinggi negara. Kasus korupsi ini juga menambah daftar alasan Indonesia yang belum dapat mengatur negaranya dengan baik. Hukum yang dibuat sendiri tetapi pembuat hukumnya tidak dapat bertanggung jawab dan adanya sikap seperti anak kecil yang tidak mau mengalah pada hukum. Bila seharusnya Pidana korupsi akan dipenjara lebih lama dari pencuri ayam namun di Indonesia seakan peraturan seperti itu tidak berlaku. Selain kedua alasan tersebut masih ada beberapa alasan lain yang membuktikan bahwa Indonesia belum berhasil mengatur negaranya dengan Baik. Kegagalan yang dilakukan Indonesia salah satunya adalah Diskriminasi Multidimensi yaitu diskriminasi agama. Dimana mana agama-agama minoritas tidak diperlakukan sama oleh pemerintah. Diskriminasi Ekonomi, Dengan kebijakan pemerintah yang menerapkan sistem ekonomi pasar, maka sangat besar kemungkinan terjadi ketidakadilan, oleh karena yang kuatlahyang menang sedang yang lemah akan tergulingkan. Diskriminasi Ras, Sekalipun tidak terang terangan, namun diskriminasi ras masih sangat kuat dipraktekan di Indonesia, secara khusus Warga Negara Indonesia Etnis Tionghoa terus dijadikan warge kelas dua sejak Pemerintahan Orde Lama sampai Orde Reformasi. Kata Ariel Heryanto (2007:7) Ada kebiasaan salah kaprah. Orang Orang Topsemacam Susi Susanti, Kwik Kian Gie, Ong Hok Ham, Nano Riantiarno, Dede Oetomo atau Soe Hok Gie (almarhum) disebut sebagai contoh WNI Keturunan ayng tidak perlu diragukan ke-Indonesiaannya. Ratusan juta rakyat Indonesia tergolong tidak kenal. Termasuk pegawai kantor imigrasi yang memeriksa Ke-
Indonesia-an seseorang. Diskriminasi Gender, Dilatar belakangi oleh kecenderungan patriaki yang dianut pada umumnya suku di Indonesia. Buktinya, banyak suku di Indonesia yang menjadikan perempuan sebagai kelas dua. Seolah-olah laki laki lebih bernilai dan bermartabat dari kaum perempuan. Diskriminasi Pendidikan, Indonesia, sampai era reformasi juga masih menodai dunia pendidikan dengan dosa diskriminasi. Dosa ini dimulai oleh lembaga negara, legislatif dan diskriminatif, sejak era Orde Baru sampai era Orde Reformasi yang sanagt kecil mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Nelanja Negara (APBN) untuk bisang pendidikan.
B. Kegagalan Petinggi Kegagalan kegagalan tersebut mempunyai banyak penyebab yang salah satunya adalah kesalahan yang dilakukan oleh Srigala Berbulu Domba. Apakah maksud dari kata tersebut. Srigala berbulu domba ini diartikan sebagai sesuatu yang nampaknya baik, namun hanyalah bagian luar yang sesungguhnya menyembunyikan yang jatah dan buruk. Srigala adalah binatang yang buas sedangkan domba adalah binatang yang polos dan lembut. Penguasa pastilah dianalogikan sebagai srigala yang jahat dan ganas, namun berpenampilanm menarik, menawan dan dermawan namun itu hanyalah untuk menutupi wajah srigalanya. Dengan istilah lain penguasa akan menyerang rakyatnya dengan cara menjajahnya. Penjajahan yang dilakukan dengan berpura-pura membela rakyat dengan ambisi tampil sebagai pemimpin bangsa, seakan memikah masyarakat miskin, padahal sesungguhnya mempunyai setumpuk agenda yang telah dipersiapkan untuk membela keluarga, atau kelompoknya. Anak anak Indonesia yang kuat dan kaya akan menyerang anak anak yang minoritas miskin dan tidak berdaya. Penguasa yang sesungguhnya srigala akan berpura pura menjadi domba yang tinggal di antara domba domba lain yang sewaktu waktu dapat memakan domba domba tersebut satu demi satu. Masih adanya sebutan srigala berbulu domba ini salah satunya dikarenakan Pendidikan yang kurang memadai dalam bidang Emosional. Walaupun banyak anak muda yang memiliki IQ tinggi namun tidak disertai EQ yang tinggi maka akan menyebabkan kelakuan yang tidak baik di masa depan anak bangsa nantinya.
C. Jaminan Bagi Bangsa Indonesia Kecedrdasan anak anak bangsa memang dapat menjadi salah satu jaminan yang digunakan untuk membangun masa depan bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik. Walau semua itu belum dapat diselesakan dengan baik karena bobroknya sistem pemerintahan ini namun bila sudah ditemukan inti dari penghancur bangsa ini pastinya bangsa ini akan segera menjadi bangsa yang maju. Lalu siapakah yang harus bertanggungjawab untuk memperbaiki sistem yang sudah ada ini. Apakah presiden sebagai pemimpin negara, pejabat pejabat yang terkait, ataukah rakyat kecil yang tidak dapat berbuat apa apa. Kata Mario Teguh (2009:189) Kunci Keberhasilan yang seimbang adalah sebuah keluarga yang penuh dengan cinta kasih. Kita bekerja keras untuk membahagiakan keluarga. Tetapi, tidak sedikit dari kita yang justru kehilangan pendangan mengenai mengapa kita harus bekerja keras, dan kemudian melupakan keluarga yang tadinya adalah alasan dari kerja keras kita. Dan yang ini harus kita sikapi dengan hati-hati bahwa, Orang yang tidak lagi menghubungkan apa yang dikerjakannya dengan keharusan bagi keluarganya untuk tumbuh dan hidup dengan sejahtera dan berbahagia, tidak akan terhubungkan dengan apapun yang membahagiakan. Sehingga, Dia yang niat-niatnya jauh dari kebahagiaan keluarga, akan jauh dari kebahagiaan. Nah dari kutipan tadi dapat dijelaskan bahwa bekerjalah untuk keluarga yang dicintai Dan dapat dinggap bahwa rakyat Indonesia adalah anak anak bangsa dan petinggi adalah orang tua dari anak anak bangsa tersebut. Bila mereka bekerja untuk saling menyayangi keluarganya (Keluarga Indonesia) maka akan tercptalah kebahagiaan yang akan membawa Indonesia ke arah yang lebih maju dari sebelumnya. Semua penjuru harus dapat bertanggung jawab atas kegagalan ini mulai dari pengiriman saran yang akan didengarkan oleh pejabat dan akan ditindak lanjuti demi keluarga Indonesia yang akan semakin maju.
D. Perbaikan Dimulai dari Sikap Diri Dengan adanya rasa kekeluargaan maka akan terciptalah keluarga Indonesia yang lebih maju. Yang dapat Bangsa ini siapkan adalah Bersiap untuk hal hal yang disiapkan. Anda harus menyiapkan diri untuk menjadi pribadi yang pantas berpengaruh, dan kaya – karena
pada saat Anda siap – Anda sudah menjadi, Kata Mario Teguh (2009:26). Siapapun itu, rakyat maupun pejabat harus mulai untuk menyiapkan diri untuk menjadi pribadi yang lebih siap dan lebih baik. Rakyat mulai siap dengan perubahan perubahan yang direncanakan oleh pejabat dan juga pejabat harus siap dengan perubahan yang di inginkan oleh rakyat. Sikap saling mendukung akan menjadi kunci keberhasilan dari terwujudnya Indonesia yang Maju.
BAB III Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Indonesia merupakan negara yang masih membutuhakn banya perbaikan disana sini, maulai dari sistem yang dibuat oleh pemerintah, sistem yang dibuat oleh masyarakat dan juga sistem sistem yang sebenarnya bagus namun gagal di terapkan di Indonesia. Sistem yang diciptakan di Indonesia perlu diperbaiki dengan analisa lebih lanjut dan yang terpenting adalah penerapan hukum yang tegas dan mempunyai visi yang jelas karena fondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah memikirkan visi misi organisasi, mendefinisikannya dan menegakannya secara jelas dan nyata. Banyak kegagalan yang dilakukan seganja oleh Pejabat demi mendapatkan jabatan dan keuntungan bagi dirinya sendiri. Sifat ini jelas menjadikan masyarakat menjadi ragu dengan sistem kerja pemerintah yang tidak jelas dan tentunya sakit hati dari masyarakat yang telah tertipu oleh wajah manis dari pemimpin dan pejabat Negara. Wajah-wajah anak Indonesia harusnya memang sudah mulai di lirik oleh Pejabat, bukan berarti untuk disalahgunakan sebagai objek yang akan menguntungkan pejabat namun digunakan untuk membangun bangsa supaya Negara Indonesia ini menjadi lebih baik dan terciptanya Persatuan Indonesia karena saling mendukung dan tidak saling memaki satu sama lain. Sikap dari bangsa Indonesia menunjukan kualitas Negara Indonesia ini, maka Bangsa Indonesia seharusnya mulai menentukan sikap diri masing masing individu dan menjadikan pemikiran menjadi satu yang berkualitas untuk negara Indonesia. Menjadi rakyat yang baik adalah menjadi rakyat yang ikut aktif dalam penegmbangan negara.
B. Saran Perwujutan dari ide ide yang ada dalam masyarakat yang dapat digunakan untuk membangun perlu di persiapkan aplikasinya dalam masyarakat, maka dari itu dukungan dari dalam negara Indonesia ini tentunya sangat perlu untuk dilakukan. Negara juga butuh masukan dari luar dan khususnya dari dalam demi terciptanya Indonesia yang semakin maju. Penerapan hukum yang Tegak menjadi kunci dalam pengembangan Indonesia untuk menjadi nagara yang lebih baik, Bila para pejabat sudah menggunakan hak haknya sesuai dengan hukum yang berlaku dan juga hukum tidak dapat dimainkan maka selanjutnya masyarakat pastinya menjadi lebih percaya pada pejabat pejabat dan kerukunan antar warga Indonesia menjadi lebih baik. Bila biaya pendidikan di Indonesia berjalan dengan lancar tanpa hambatan pastilah anak anak calon penerus bangsa ini akan semakin maju untuk menciptakan karya-karya yang akan dapat membantu Negara Indonesia menjadi lebih baik. Terjaminnya pendidikan di Indonesia pastinya membangkitkan nilai Indonesia menjadi lebih baik, apalagi bila ditambah peranan IQ dan EQ yang baik dari tenaga pengajar. Pastilah menjadi kemajuan yang baik bagi Indonesia. Pendidikan IQ dan EQ yang baik tentunya akan membaut SQ setiap warga menjadi lebih baik, sehingga rakayat Indonesia dapat menjadikan dirinya baik bagi dirinya sendiri dan baik bagi orang lain.
Daftar Pustaka Djarot, Error, Rapot Indonesia Merah, Media Kita, 2006 Heryanto, Ariel, Jalan Panjang Menjadi WNI: Catatan Pengalaman dan Tinjauan Kritis, Penerbit Buku Kompas, 2007 Luminang, Stevri Indra, Re-Indonesianisasi Bangsa, Departement Multi-Media YPPII, 2009 Nugroho, Boy, Indonesia bangkrut!, Navila, 2007 Suyanto, M, SMART IN LEADERSHIP Belajar dari Kesuksesan Pemimpin Top Dunia, Penerbit ANDI Yogyakarta, 2005 Teguh, Mario, Life Changer Menjadi pengubah hidup , Mario Teguh Publishing House, 2009