GEMA REDAKSI
Memilih Pemimpin Bangsa yang Amanah Para pembaca yang budiman,
D
ALAM bulan Juli, bangsa Indonesia akan memilih Presiden dan Wakil Presiden yang akan memimpin bangsa ini untuk lima tahun ke depan. Dalam tatanan politik pemilihan Presiden dan Wakil Presiden merupakan peristiwa yang sangat penting sehingga selama beberapa bulan ini media nasional dipenuhi dengan tayangan visi, misi dan pemaparan program-program yang akan dikembangkan oleh masingmasing calon andaikan nantinya dipercaya oleh rakyat banyak. Kita sangat beruntung bahwa pemilihan Presiden dan Wakil Presiden itu didahului dengan debat yang berlangsung secara terbuka dan disiarkan langsung ke seluruh pelosok tanah air. Bagi yang memiliki televisi bisa menyimak langsung paparan yang dikemukan oleh para calon. Di samping itu pakar-pakar ahli, baik yang netral atau yang memang mendukung masing-masing calon, memberikan ulasan panjang lebar, bahkan sering lebih panjang dan jelas dibanding visi dan misi yang dipaparkan oleh para calon. Semua paparan dan tayangan itu dimaksudkan sebagai pendidikan politik agar rakyat melakukan pilihan secara cerdas, rasional dan jujur tanpa pengaruh atau tekanan dari manapun juga. Sayangnya, televisi, radio, surat kabar dan majalah nasional yang besar tidak lagi netral dalam memberikan ulasan tentang paparan para calon sehingga rakyat yang tidak menyimak siaran secara langsung dan membaca surat kabar atau majalah yang netral, dan percaya akan ulasan yang dikemukan secara tidak seimbang, bisa terkecoh dalam menanggapi paparan aslinya. Praktek seperti ini dirasa kurang kena sebagai bahan pendidikan politik rakyat banyak. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden sebaiknya mengantar pemimpin yang benarbenar bisa membawa rakyat Indonesia yang
sangat melimpah jumlahnya itu untuk bekerja cerdas dan keras melalui proses pemberdayaan dan dukungan oleh pemerintah dengan adil, kasih sayang dan memihak keluarga yang masih lemah sehingga apabila berhasil bisa tumbuh masyarakat yang adil dan makmur seperti dicita-citakan pendiri bangsa dan dituangkan dalam pembukaan UUD 45. Karena itu Pimpinan Gemari, Gerakan Masyarakat Mandiri, melalui Majalah Gemari mengajak pembaca untuk menyimak dengan bijaksana dan seksama isi dan semangat semua paparan para calon Presiden dan Wakil Presiden agar pada saatnya bisa melakukan pilihan masing masing secara bijaksana. Selamat melakukan pilihan pada tanggal 9 Juli 2014, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membimbing kita semua dalam melakukan pilihan yang menguntungkan rakyat dan bangsa Indonesia.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono tengah berbincang dengan Gubernur Lampung terpilih M Ridho Ficardo seputar kondisi rakyat dan bangsa Indonesia saat ini. [FOTO: MULYONO]
Haryono Suyono Pemimpin Umum Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. Subiakto Tjakrawerdaja dr. Loet Affandi, SpOG Penasehat: Sudwikatmono Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab: Drs. Dadi Parmadi, MA Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Hari Setyowanto Haris Fadillah Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar
LAPORAN UTAMA
44
«Financial Inclusion» Sahabat Posdaya Tanggal 12 Juli merupakan Hari Koperasi bagi bangsa Indonesia. Koperasi dan ekonomi kerakyatan menjadi pilar utama ekonomi nasional. Sektor UMKM dan koperasi sudah teruji sebagai usaha ekonomi yang digdaya di saat krisis ekonomi menerpa Indonesia pada tahun 1998 silam. Kini dengan financial inclusion akan menjadi peluasan kesempatan penguatan ekonomi bagi seluruh rakyat.
Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda
CERITA SAMPUL
Prof dr Fasli Jalal, PhD, SpGK Posdaya Dukung Pemerintah Sejahterakan Masyarakat Kembali pada keluarga merupakan jawaban dari persoalan bangsa. Basis keluarga seperti sel dalam tubuh. Begitu ada keluarga yang rapuh, bermasalah, maka sakitlah bangsa ini. Saat ini ada 67 juta keluarga Indonesia yang harus dirawat dan harus punya ketahanan dalam keluarga, karena keluarga-keluarga inilah nantinya yang akan membangun bangsa. Pekerjaan ini makin sulit, karena lingkungan yang ada saat ini tidak sama seperti dahulu. Hal inilah yang menjadi pemikiran Prof dr Fasli Jalal, PhD, SpGK, selaku Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam menangani permasalahan kependudukan dan Keluarga Berencana (KB) di era globalisasi.
Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
47
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
LAPORAN DAERAH PENDIDIKAN
52
Universitas Trilogi Siapkan Dosen dan Mahasiswanya Terjun Ke NTT Dalam waktu dekat, Universitas Trilogi Jakarta akan menerjunkan sejumlah mahasiswa dan dosennya ke beberapa kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk memberdayakan masyarakat di sana. Kalau perlu, membangun kampus jarak jauh dengan mendatangkan dosennya ke NTT. Terobosan-terobosan menarik ini disampaikan Ketua Dewan Pembina Universitas Trilogi Prof Dr Haryono Suyono saat menerima kedatangan sejumlah bupati dari Provinsi NTT, yaitu Bupati Timur Tengah Selatan (TTS) Paul VR Mella, Sekda Kabupaten Belu Petrus Bere dan Bupati Malaka Herman Nai Ulu.
POSDAYA MASYARAKAT
7
100 Posdaya Gelar Produk Usaha Ekonomi Kreatif di PRJ Monas 2014 Pekan Rakyat Jakarta yang diselenggarakan di Monas kembali digelar. Gelaran ini merupakan upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mewadahi pelaku UKM untuk ikut serta berpartisipasi memeriahkan Hari Ulang Tahun Jakarta ke 487. Kegiatan ini akan berlangsung di Silang Monas, mulai tanggal 10-15 Juni 2014. Pekan Rakyat Jakarta (PRJ) Monas bukanlah menjadi pesaing dari Pekan Raya Jakarta PRJ) Kemayoran yang lebih mengakomodir dan diramaikan para pelaku usaha besar.
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
62
Presiden Mendatang Bisa Meneladani Pak Harto dan Harus Perhatikan Pendidikan Haul Pak Harto dipenuhi rakyat yang mecintainya. Tak dipungkiri rakyat yang mencintai almarhum Pak Harto begitu luar biasa loyalitasnya. Mereka datang dari berbagai daerah dan pelosok hadir di makam Astana Giri Bangun untuk memanjatkan doa di momen haul mantan Presiden RI kedua.
Gema Redaksi
3
Surat Pembaca
6
Posdaya Perguruan Tinggi
16
Posdaya Pemerintah
24
Posdaya Organisasi Sosial
32
Konvensi Posdaya
41
Kolom Khusus
50
Forum Kita
60
www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Dok.AdvokasiBKKBN
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya.
«HIPPRADA BARU» DAN POSDAYA
H
IMPUNAN Pandu dan Pramuka Wreda (Hipprada) punya gebrakan baru. Dalam Rapat Pimpinan (Rapim) Pengurus Pusat (PP) Hipprada telah sepakat menggagas “Hipprada Baru” guna mengembangkan Gugus Depan (Gudep) wilayah berbasis masyarakat. Kolaborasi Hipprada, Gerakan Pramuka dan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) menjadi fokus utama guna merealisasikan hal itu. Ide ini dicetuskan Ketua Umum Hipprada Prof Dr Haryono Suyono dalam acara Musyarawah Daerah (Musda) Hipprada Jawa Tengah (Jateng) 2014 pada 10 Mei 2014 lalu. Langkah itu dideklarasikan sebagai wujud nyata dari gerakan masyarakat yang dibentuk almarhum Sri Sultan Hamengkubuwono IX ini untuk memberi dukungan terhadap Gerakan Pramuka sekaligus menanamkan jiwa kepanduan atau kepramukaan kepada generasi muda. Hipprada dibentuk sebagai wadah anggota Pramuka dan masyarakat umum untuk mengabdi kepada masyarakat dalam rangka mempertahankan jiwa dan semangat kebersamaan, dapat dipercaya, dinamis dan peduli terhadap sesamanya. Acara yang terselenggara atas
kerja sama Hipprada Jateng, Kwartir Daerah Jateng dan Pemerintah Provinsi Jateng ini menarik perhatian berbagai kalangan. Puluhan anggota Hipprada dari berbagai kabupaten di Jateng antusias mengikuti kegiatan ini. Apalagi dengan menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang juga Ketua Umum Hipprada. Pada kesempatan itu, Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan rasa syukurnya setelah pada Rapim I dan II PP Hipprada pada tanggal 3 Januari dan 3 Mei 2014 lalu yang juga dihadiri Ka Kwarnas Dr Adhyaksa Dault, bisa kembali berkumpul. Dirinya pun merasa terharu atas dukungan yang luar biasa dari jajaran Hipprada Jateng untuk mewujudkan gagasan “Hipprada Baru”. “Saya sangat terharu, gagasan itu bukan saja mendapat dukungan yang luar biasa dari seluruh anggota Hipprada Jateng. Namun yang luar biasa, Hipprada Jateng justru telah berhasil membentuk lebih dari 91 Gugus Depan wilayah berbasis masyarakat dengan segala kegiatan yang menakjubkan,” ucap Prof Haryono di hadapan puluhan anggota Hipprada Jateng, seperti dikutip Majalah Gemari edisi 161
terbit Juni 2014 lalu. Dalam mengembangkan “Hipprada Baru” itu, kata Prof Haryono, dirinya megajak seluruh anggota Hipprada untuk membangun komitmen dan dukungan pada kekompakan manajemen internal yang kuat serta kerja sama yang luas dan akrab dengan sesama anggota pengurus. Ia meminta jajaran Hipprada kerja sama dengan sebanyak mungkin organisasi masyarakat dan perorangan, utamanya yang mempunyai jiwa, semangat, mengemban misi dan melaksanakan program yang sama. Dijelaskannya, kerja sama itu sangat diperlukan untuk membangun sinergi agar usaha memberdayakan anak bangsa, bisa diselesaikan dengan baik. “Oleh karena itu, melalui pemberdayaan dengan pendidikan dan pengajaran yang tepat menggunakan jiwa dan semangat kepanduan atau kepramukaan, maka Indonesia akan terjamin menjadi negara yang kuat, jaya, adil dan makmur,” tegas Prof Haryono. Semoga Hipprada Baru makin sukses tentunya, Aamiin. Selamat kepada Bapak Prof Dr Haryono Suyono dengan tugas barunya ini. Ny. Aah Mardiah Jl Gunung Karang Rt 03 Rw 010 Kelurahan Limusnunggal Kecamatan Cibeureum Sukabumi , Jawa Barat
Formulir Berlangganan
N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi Pelanggan, (.....................…………….) 6
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
POSDAYA MASYARAKAT
100 Posdaya Gelar Produk
Usaha Ekonomi Kreatif di PRJ Monas 2014 Pekan Rakyat Jakarta yang diselenggarakan di Monas kembali digelar. Gelaran ini merupakan upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mewadahi pelaku UKM untuk ikut serta berpartisipasi memeriahkan Hari Ulang Tahun Jakarta ke 487. Kegiatan ini akan berlangsung di Silang Monas, mulai tanggal 10-15 Juni 2014.
Hasil usaha ekonomi produktif dari pelaku wirausaha Posdaya ikut berpartisipasi dalam Pekan Rakyat Jakarta 2014, di Monas, Jakarta Pusat. [FOTO-FOTO: HARI]
P
EKAN Rakyat Jakarta (PRJ) Monas bukanlah menjadi pesaing dari Pekan Raya Jakarta PRJ) Kemayoran yang lebih mengakomodir dan diramaikan para pelaku usaha besar. Sekitar 3000 pelaku usaha kecil menengah (UKM) mengisi stand yang disediakan panitia, yang pada tahun ini penyelenggaraannya dikoordinir Dinas Perindustrian dan Perdagangan DKI Jakarta bermitra dengan gabungan sejumlah event organizer di bawah naungan Karya Emas Indonesia Event Organizer. “Dalam menyambut Hari Ulang Tahun ke487 Kota Jakarta, Pekan Rakyat Jakarta (PRJ) kembali digelar di Monas Jakarta. Masyarakat yang datang, masuk ke PRJ Monas tidak dipungut biaya alias gratis warga Jakarta silakan datang dan menikmatinya, ” kata Plt Gubernur DKI Jakarta. Menurut Ahok, demikian biasa disapa, kegiatan ini diadakan agar warga Jakarta bisa menikmati suasana pesta rakyat di ajang PRJ
yang sebenarnya. Sehingga seluruh warga dapat merasakan pesta rakyat yang dirasa sudah mulai terkikis dalam gelaran tahunan PRJ di Kemayoran. Berbagai macam produk kreatif binaan dari Pemprov DKI, BUMN dan BUMD akan dipamerkan di Kawasan Monas tersebut. Acara PRJ Monas 2014 ini diselenggarakan tanpa menggunakan biaya APBD, tapi mengandalkan sponsorship. Dalam kegiatan ini akan dimeriahkan oleh 140 komunitas yang ada di Jakarta, pentas musik Betawi dan bazar kuliner khas Betawi. Bahkan Panitia Pekan Rakyat Jakarta 2014 melalui Event Organizernya selaku mitra yang membantu pelaksanaan di lapangan mengundang sekaligus memberi kesempatan pada UKM, khususnya yang tergabung dalam kelompok wirausaha Posdaya binaan Yayasan Damandiri dan perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya. Kegiatan ini sekaligus membantu menyoGemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
7
Kader Posdaya yang tergabung dalam kelompok wirausaha berkesempatan memamerkan hasil usaha ekonomi produktifnya baik berupa hasil usaha kuliner maupun non kuliner, di PRJ Monas 2014.
Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama didampingi Walikota Jakarta Pusat Saefullah dan beberapa pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuka PRJ Monas 2014.
8
sialisasikan produk-produk unggulan ekonomi kreatif Posdaya. Pantia menyediakan 100 unit stand. Masing-masing berukuran 2x2 meter. Dari 100 stand tersebut dibagi menjadi dua kelompok, 40 stand untuk kategori usaha kuliner, dan 60 stand bagi usaha nonkuliner. Sejumlah 100 peserta Posdaya tersebut terdiri dari 72 Posdaya dari Jakarta beberapa di antaranya Posdaya Gugus Depan Pramuka, 14 Posdaya
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
Bekasi dan Bogor 14 Posdaya. Pekan Rakyat Jakarta menjadi ajang tepat produk usaha kreatif kelompok wirausaha Posdaya menggelar produksinya. Dengan keikutsertaannya kelompok wirausaha Posdaya, masyarakat bisa melihat sekaligus menggali informasi. Begitu pula sebaliknya, pelaku usaha Posdaya dapat menggali pengalaman dari pelaku UKM lain yang ikut serta. Dari 100 Posdaya yang ikut serta PRJ Monas, di antaranya Posdaya Kenangan yang beralamat di Jalan Sosial RT 02 RW 06 Jatiwaringin, Pondok Gede, Kota Bekasi. Di samping mendisplay produk, Ibu Endang Haryati dan Ibu Ida Nuraida, dua kader Posdaya Kenanga juga melakukan demo memproduksi produknya. Di Posdaya Kenanga terdapat 40 kelompok usaha ekonomi produktif yang terbagi dalam bidang kuliner dan non kuliner. “Berbagai produk yang kami pajang di PRJ Monas, seperti payet-payet maupun berbagai kerajinan berbahan baku dari bungkus bekas kopi, permen maupun bungkus plastik lainnya ini merupakan hasil karya dari ibu-ibu BKB (Bina Keluarga Balita), lansia, ibu-ibu BKR (Bina Keluarga Remaja), dan sebagainya,” kata Ibu Endang mewakili Posdaya Kenanga yang didirikan pada 2008 silam. Produk kerajinan non kuliner, lanjut Ibu Endang, merupakan pemanfaatan barangbarang limbah baik itu payet maupun sisa bahan dari garmen. Semua tidak ada yang tersisa. Semua ber-
manfaat. Seperti bros renda-renda yang memanfaatkan sisa garmen maupun manik-manik memiliki daya jual paling laku. Harga jualnya berkisar Rp 10.000 untuk tiga buah. Selain berpameran mengikuti berbagai even, produk usaha ekonomi kreatif Posdaya Kenanga juga banyak dipesan untuk souvenir pernikahan maupun kegiatan lainnya. Bagi kelompok wirausaha Posdaya Kenanga yang sudah mempunyai koperasi ini memang bukan yang pertama mengikuti kegiatan seperti ini. “Kami sudah sering diundang untuk mengisi stand diberbagai kegiatan baik di sekitar Bekasi maupun di luar Bekasi. Dengan mengikuti kegiatan seperti ini kami bisa memamerkan hasil produksi Posdaya kami selain menambah pengalaman dan meluaskan wawasan dalam usaha UMK ini,” imbuh Ibu Ida Nuraida yang menjual hasi produksinya dengan kisaran Rp 10.000 hingga Rp 100.000. Sementara Ratno dari Posdaya Kemuning, dari Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, yang berjualan cendol hitam. Cendol hitam merupakan minuman khas yang sering dijumpai di saat masa panen di kampung. Ratno sebagai pelaku UKM asal Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah ini pun membawa produk cendol hitamnya ke kota yang tak pernah terpengaruh oleh musim, tidak seperti di desa. Cendol hitam ini berbahan dasar tepung ganyong yang dipadu dengan merang bakar untuk memberi warna hitam. Sedangkan pemanisnya dari gula merah (gula kelapa). Santennya dari kelapa dan air matang tetapi tidak direbus. Dalam suasana panas seperti Jakarta ini, sehari bisa laku 500 porsi. Setiap porsi di arena PRJ Monas, Ratno membelinnya dengan harga Rp 7.000. “Saya merasa senang bisa ikut kegiatan di PRJ Monas ini,” kata Ratno yang ditemani istri dan anaknya. Di hari biasa Ratno juga melayani pesanan untuk pesta hajatan, selain juga membuka kedai cendol hitam di
Radio DFM 103,4 Jakarta pun ikut ambil bagian dalam gelar PRJ Monas 2014.
bilangan Kebayoran Lama. Keikutsertaan kelompok wirausaha Posdaya di PRJ Monas disambut baik Panitia penyelenggara. “Saya mengucapkan terima kasih pada pelaku UKM Posdaya yang telah ikut berpartisipasi dalam kegiatan PRJ Monas tahun ini,” kata Fadilah selaku Ketua Panitia Penyelenggara PRJ Monas 2014. HARI
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
9
POSDAYA MASYARAKAT
Dari Pelatihan Posdaya dan OST Kabupaten Bone Bolango
Posdaya Membumikan Pancasila Keberadaan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) terus mendapat perhatian pemerintah daerah dari berbagai pelosok di tanah air. Pada pertengahan Mei 2014 lalu giliran Pemerintah Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo yang tertarik mendalaminya dengan mengikuti Pelatihan Posdaya dan Observation Study Tour (OST). Seluruh pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemkab Bone Bolango antusias mengikuti kegiatan ini. Peserta angkatan ke-21 ini pun langsung dipimpin Ketua Tim Penggerak PKK Hj Lolly Yunus Pou. Mereka bertekad untuk mengembangkan Posdaya sebagai upaya mengentaskan kemiskinan di wilayahnya.
Ketua Siti Padmirah Silver College Hj Astuti Hasinah Haryono saat menyampaikan sambutan di hadapan peserta OST dan Pelatihan Posdaya dari Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
10
A
CARA yang digelar Haryono Suyono Center (HSC) bekerja sama dengan Yayasan Damandiri dan Siti Padmirah Silver College ini mengundang decak kagum pemuka masyarakat, para kader PKK, 18 camat dan pejabat/kepala SKPD Bone Bolango. Mereka disambut langsung Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja dan Hj Astuti Hasinah Haryono (istri Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono) selaku tuan rumah. Tak pelak, acara yang berlangsung di Gedung Siti Padmirah Silver College Jl Pengadegan Barat 4, Jakarta Selatan ini pun berjalan meriah, hangat dan penuh kesan. Pada kesempatan itu, Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada Bupati dan jajaran Pemda serta masyarakat Kabupaten Bone Bolango yang
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
tertarik mengembangkan Posdaya. “Kami sangat bangga ternyata Kabupaten Bone Bolango bukan hanya tertarik mendalami Posdaya, namun ternyata telah membentuk dan mengembangkan puluhan Posdaya. Alhamdulillah, seluruh Posdaya yang dibentuk itu bisa berkembang dengan baik,” tutur Dr Subiakto Tjakrawerdaya saat membuka acara. Subiakto berharap, ketertarikan Bone Bolango untuk mengkaji lebih dalam tentang konsep Posdaya menjadi lebih intensif setelah mengikuti Pelatihan Posdaya dan OST di Gedung Siti Padmirah Silver College, Jakarta ini. Pasalnya, kegiatan pelatihan ini untuk melihat dan mengkaji secara mendalam tentang apa itu Posdaya sekaligus melihat langsung di lapangan kelompok-kelompok Posdaya yang telah maju tertutama yang didukung oleh Kredit Tabur Puja Yayasan Damndiri.
Dijelaskan Dr Subiakto Tjakrawerdaya, konsep Posdaya yang ditawarkan Prof Dr Haryono Suyono dan Yayasan Damandiri adalah untuk membantu pemerintah mempercepat proses program-program pengentasan kemiskinan, yang nampaknya capaian target pengentasan kemiskinan beberapa tahun belakangan ini hasilnya melambat. Sementara itu begitu besar dana yang sudah disalurkan baik melalui APBN maupun APBD untuk pengentasan kemiskinan ini. Data dari BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) maupun data Raskin dari Bulog menunjukkan angka kemiskinan cukup tinggi. Diambilnya contoh Kabupaten Pati, Jawa Tengah yang berpenduduk 1,2 juta jiwa, 60 persennya masih miskin. Sementara tantangan persaingan di era globalisasi semakin membebani rakyat miskin. “Jadi tambah berat sekali karena mereka tidak hanya dihadapkan dengan tantangan peningkatan kesejahteraan mereka, tetapi mereka harus juga bersaing di era globalisasi. Untuk mempercepat program-program pengentasan kemiskinan agar jumlah rakyat miskin bisa dikurangi sebesar mungkin, unsur pertama semua harus berusaha keras dan bekerja dengan cerdas. Dan unsur kedua mereka harus bekerja dalam kelompok. Kata kunci menghadapi globalisasi adalah pemberdayaan keluarga secara berkelompok,” tegas mantan Menteri Koperasi dan UKM di Era Pak Harto ini semangat. Dalam membantu, mengatasi masalah-masalah bangsa, lanjut Subiakto, utamanya mempercepat proses pengentasan kemiskinan, Yayasan Damandiri menawarkan gagasan konsep Posdaya, yaitu dengan mendorong partisipasi masyarakat. Bantuan dalam bentuk dana maupun sumberdaya manusia tidak akan ada manfaatnya, kalau tidak diikuti partisipasi masyarakat, terutama keluarga miskin itu sendiri.
Staf Ahli Ekbang Kabupaten Bone Bolango Sahrun Malopo, SPd, MM, yang juga pimpinan rombongan peserta OST dan Pelatihan Posdaya Kabupaten Bone Bolango saat menyampaikan sambutan.
“Prof Haryono Suyono yang ahli matematik dan statistik sering menggambarkan berapa pun besar bilangan kalau dikalikan nol hasilnya nol. Maksudnya bantuan sebesar apapun tanpa partisipasi masyarakat terutama masyarakat miskin itu sendiri, hasilnya tidak ada. Artinya kata kunci menghadapi globalisasi adalah pemberdayan keluarga secara berkelompok. Di samping itu Posdaya adalah untuk membangkitkan semangat gotong royong yang merupakan pengamalan Pancasila,” paparnya. “Kalau di era Pak Harto ada P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Sekarang tidak ada P4, tidak apa. Yang penting harus dipahami adalah bagaimana cara mengamalkan Pancasila dengan mudah dan cepat, yaitu mendorong mereka untuk berkelompok dan bergotong royong. Posdaya berkiprah memecahkan masalah dengan
SKPD Bone Bolango saat bergambar bersama pengurus Yayasan Damandiri dan Siti Padmirah Silver College usai acara pembukaan.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
11
Peserta OST dan Pelatihan Posdaya Kabupaten Bone Bolango saat melakukan kunjungan lapangan ke Posdaya Sauyunan Desa Ciherang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
12
bergotong royong berarti Posdaya mengamalkan dan membumikan Pancasila. Konkrit, ada manfaatnya yang dirasakan oleh masyarakat. Pancasila intinya menurut Bung Karno adalah gotong royong. Pancasila, kalau lima sila itu diperas menjadi satu sila adalah gotong royong,” tegas Dr Subiakto Tjakrawerdaja. Sementara itu, Ketua Siti Padmirah Silver College Hj Astuti Hasinah Haryono Suyono dalam sambutannya menyebutkan, pelatihan Posdaya di Siti Padmirah Silver College telah dilaksanakan sejak tahun 2011. Peserta datang dari Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NTB, NTT, Ambon, Papua. Unsur peserta beragam mulai dari pimpinan pemerintahan, SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), pemuka agama, unsur masyarakat dan juga perguruan tinggi. “Dan sekarang pelatihan diikuti Tim Penggerak PKK, para camat, pimpinan SKPD Bone Bolango yang saya harapkan tergerak untuk ikut mengembangkan Posdaya di wilayah binaannya,” tutur Hj Astuti. Dijelaskannya, Siti Padmirah Silver College dipersembahkan sebagi pusat pelatihan Posdaya sebagai pemberdayaan masyarakat
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
dalam rangka pengentasan kemiskinan. “Ruang pelatihan di Gedung Siti Padmirah Silver College ini sebelumnya adalah kamar tidur kami, sebelah kanan depan kamar tidur Ibu Siti Padmirah, Ibu Bapak Haryono Suyono dan di depannya ruang tanaman bergizi. Sekarang tanaman bergizi menghijau di lantai tiga,” ujar Hj Astuti seraya berharap peserta pelatihan dapat menularkan pengalaman ini kepada yang lain. “Rumahnya dapat dijadikan tempat untuk masyarakat berkumpul. Yang “Insya Allah” akan disambut gembira oleh seluruh peserta pelatihan,” tambahnya. Sedangkan, Bupati Bone Bolango dalam sambutan tertulis yang dibacakan Syahrun Malapu, SPd, MM, Staf Ahli Ekbang, menjelaskan Kabupaten Bone Bolango yang lahir tahun 2003, awalnya terdiri dari 4 kecamatan, sekarang menjadi 18 kecamatan. Bersyukur di ulang tahun ke 11 (2013), Peningkatan Peran Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) Kabupaten Bone Bolango menjuarai Tingkat Provinsi dan mendapat penghargaan dari Presiden RI. “Untuk itu kedatangan kami ke Siti Padmirah Silver College adalah untuk bersama-sama belajar, bagaimana berjuang untuk masyarakat miskin menjadi sejahtera,” ungkapnya bersemangat sembari mengungkapkan bahwa kegiatan Prof Haryono Suyono selalu membackup kegiatan pengentasan kemiskinan. Bersyukur Bupati Bone Bolango H Hamim Pou, SKom, MH yang berhalangan hadir di acara Pelatihan Posdaya, berkesempatan hadir pada acara Penandatanganan MoU antara Kabupaten Bone Bolango, Bank Sulut Cabang Suwawa, Bone Bolango dan Yayasan Damandiri pada 4 Juni 2014 lalu. Selamat dan sukses. ADE S/HNUR
POSDAYA MASYARAKAT
OST dan Pelatihan Posdaya Makin Diminati Mau belajar jurus jitu mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kualitas SDM serta mendongkrak derajat kesejahteraan keluarga? Ikuti saja kegiatan Observation Study Tour (OST) dan pelatihan Pos Pemberdayan Keluarga (Posdaya). Kegiatan ini bukan merupakan program pemerintah tetapi banyak diminati pemerintah daerah kabupaten/kota serta organisasi maupun lembaga dari berbagai daerah di tanah air.
Penggagas Posdaya Prof Dr Haryono Suyono memaparkan program gerakan masyarakat yang pro rakyat di hadapan peserta OST Posdaya di Haryono Center, Jakarta. [FOTO-FOTO: HARI]
M
EMANG kedengarannya seperti iklan baris di media massa maupun iklan pendek di radio ataupun televisi. Namun kenyataannya banyak peminat yang harus rela mengantri untuk mengikuti kegiatan Observation Study Tour (OST) dan kunjungan ke pos pemberdayaan keluarga (Posdaya), satu tempat laboratorium hidup sekaligus masyarakat yang telah mempraktekkan dan mengembangkan kegiatan gerakan masyarakat dalam membangun kebersamaan secara gotog royong meningkatkan derajat dan kualitas hidupnya. Dalam Posdaya yang merupakan forum silaturahmi seluruh keluarga tanpa terkecuali baik yang kaya maupun miskin, yang kuat maupun lemah, yang sehat maupun sakit semua bersatu bersinergi mengembangkan pemberdayaan agar semua bisa menjadi kuat, sehat, peduli, bersatu, kompak dan bersama dalam satu tujuan mengembangkan kualitas sumberdaya manusia serta meningkatkan
kesejahteraan dan memberantas kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan dan perpecahan. Pantas jika kegiatan OST dan kunjungan Posdaya ini pun menjadi semakin menarik karena banyak hal baru yang patut digali maupun diadopsi, utamanya dalam model pemberdayaan keluarga yang dilakukan melalui gerakan partisipasi dan gotong royong untuk meningkatkan derajat kesejahteraan dan peningkatan kualitas SDM serta mengentaskan kemiskinan. Semangat belajar dan menambah pengetahuan bukan saja dilakukan para mahasiswa maupun pelajar sekolah, tetapi juga dilakukan banyak pemerintah daerah maupun kota. Seperti yang dilakukan Pemerintah Kota Palangkaraya yang mengirim delegasinya menambah pengalaman model pembangunan yang dikembangkan melalui program Pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) yang kini telah diadopsi di kurang lebih 200 kabupaten/ kota yang didukung oleh kegiatan kuliah kerja Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
13
Prof Dr Haryono Suyono menyerahkan kenangkenangan kepada Ketua TP PKK Kecamatan Kota Kayu Agung, Kabupaten OKI Dina Junita Nara disaksikan Hj Astuti Hasinah Haryono.
Plt Sekda Kota Palangkaraya Ir Kandarani saat memberikan sambutan.
14
nyata (KKN) Tematik Posdaya oleh mahasiswa dari sekitar 250 perguruan tinggi negeri maupun swasta. Seperti halnya yang dilakukan Pemerintah Kota Palangkaraya yang mengirim delegasinya, seperti halnya kabupaten/kota di banyak daerah baik di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, maupun Kalimantan. Kota Palangkaraya menjadikan Ir Kandarani, Plt Sekretaris Daerah Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah sebagai pimpinan delegasi yang mengikuti OST dan kujungan Posdaya di Haryono Suyono Center dan mengunjungi Posdaya di Kota Bogor.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
Dalam delegasi tersebut, Walikota Palangkaraya menugaskan SKPD terkait, camat, lurah serta perguruan tinggi dan tokoh masyarakat yang dipimpin Plt Sekdanya mengikuti kegiatan selama 2 hari di Jakarta dan Bogor. “Kami mengikuti kegiatan OST dan kunjungan Posdaya ini setelah diberi pengarahan oleh walikota, dan masyarakat antusias. Bahkan kami semakin tertarik setelah mendengar paparan langsung dari penggagas program Posdaya yaitu Bapak Prof Haryono Suyono, bagaimana budaya gotong royong dan kebersamaan menjadi satu kekuatan untuk menggerakan potensi masyarakat dan keluarga untuk melakukan pembangunan pemberdayaan yang mengedepankan partisipasi,” kata Kandarani, di sela mengikuti kegiatan kelas di Gedung Siti Padmirah College tempat Haryono Suyono Center berada, di bilangan Pengadegan Barat No. 4 Pancoran, Jakarta Selatan. Dengan mengikuti kegiatan ini, PLT Sekda Kota Palangkaraya berharap pengalaman yang didapatnya akan dapat segera dikembangkan di daerahnya. “Gerakan pemberdayaan melalui Posdaya ini insya Allah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu kami akan segera menyosialisasikannya pada masyarakat. SKPD terkait, camat, lurah, perguruan tinggi serta masyarakat yang ikut bisa menyosialisasikanya kepada masyarakat di Palangkaraya,” ujar Kandarani. Masyarakat di Kota Palangkaraya itu, jelas Kandarani, campuran yang terdiri dari masyarakat asal Jawa, Sumatera, Kalimantan dan sedikit Sulawesi berbaur dengan penduduk asli. Banyak masyarakat transmigran yang mengolah pertanian sudah berhasil. Hal ter-
sebut nampak dari rumah-rumah maupan kehidupannya, mereka sudah tidak seperti warga transmigran tetapi sudah jauh lebih sejahtera. “Mereka setiap usai mudik lebaran juga datang dengan membawa satu atau dua orang anggota keluarganya, yang selanjutnya mengembangkan usaha ekonomi kerakyatan seperti dagang pecel lele, dan lain sebagainya,” katanya. Dalam membangun kesejahteraan masyarakat, ujar Kandarani, keterlibatan dan patisipasi aktif perguruan tinggi di Palangkaraya sangat bagus seperti yang selama ini dilakukan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), Universitas Palangkaraya dan Universitas Muhammadiyah. Perguruan tinggi sebagaimana fungsinya selain menjadi lembaga tempat mahasiswa belajar juga mempraktekkan ilmunya melalui kegiatan kuliah kerja nyata untuk membantu pemerintah menggiatkan pembangunan di seluruh Kota Palangkaraya yang terdiri dari 5 kecamatan dan sekitar 60 kelurahan. Kandarani mewakili utusan walikota yang dipimpinnya merasa mendapat banyak pengalaman cara memberdayakan masyarakat. “Terus terang mengikuti kegiatan OST ini dan medengarkan paparan baik dari Prof Haryono Suyono maupun narasumber lainnya serta melihat langsung kegiatan masyarakat dalam Posdaya, sangat membuka pola pikir saya. Semua yang saya dapat di kegiatan ini menjadi inspirasi saya,” aku Kandarani yang juga telah mempunyai Kebun Bergizi di sekitar halaman rumahnya dengan menanam berbagai jenis tanaman yang bermanfaat untuk kesehatan, serta berbagai pohon buah seperti mangga, kelengkeng, rambutan dan sebagainya. Ungkapan senada juga disampaikan Dina Junita Nara, Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Kota Kayu Agung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Seijin Camat, ia mengajak anggota TP PKK Kecamatan Kota Kayu Agung baik dari 11 kelurahan maupun 14 desa mengikuti kegiatan OST ini untuk menambah pengetahuan.
“Kami mengikuti kegiatan ini untuk menambah pengetahuan dalam hal pemberdayaan keluarga, sehingga diharapkan sepulang dari mengikuti kegiatan kader PKK bisa mempraktekkan dan mengembangkan pengalaman yang didapatnya untuk disinergikan dengan kegiatan pemberdayaan yang selama ini sudah dijalankannya,” papar Dina Junita. Dina menjelaskan, sebagian besar masyarakat di Kayu Agung merupakan petani. Kayu Agung berada di pinggiran aliran sungai, sehingga pengalaman Kebun Bergizi yang didapat bisa dikembangkan di sana. “Selain, pemberdayaan keluarga yang dilakukan di Posdaya sangat inovatif, kreatif dan mengedepankan budaya gotong royong dan kebersamaan, itulah makanya saya ajak ibu-ibu PKK mengikuti kegiatan belajar Posdaya,” kata Ketua PKK Kecamatan Kota Kayu Agung. Yang menarik dari kegiatan di Posdaya, aku Dina Junita adalah memanfaatkan dari yang kecil sampai yang besar, di Posdaya melakukan pemberdayaan ekonomi tanpa sisa, semua berguna, semua bermanfaat. “Sampai-sampai kucing pun berdemo, karena daging hingga durinya pun berguna, semua tak ada sisa,” ujar Dina sembari sedikit tergelak. Model pengolahan ikan tanpa sisa sangat menarik peserta ibu-ibu PKK dari Ogan Komering Ilir ini. Potensi besar perikanan sungai akan diolah dengan model tanpa sisa sehingga sangat membantu perekonomian keluarga dan masyarakat. “Dengan demikian Posdaya yang dikembangkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan,” katanya. HARI
Peserta OST Posdaya foto bersama dengan Prof Dr Haryono Suyono dan Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
15
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Universitas Trilogi
Lepas Ratusan Mahasiswa KKN Tematik Posdaya Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) kian menarik dan menuai hasil positif. Keberadaannya terus memberi manfaat bagi kalangan civitas akademika perguruan tinggi, para mahasiswa, pemerintah daerah maupun masyarakat yang menjadi tempat pelaksanaannya. Tak heran, bila KKN Tematik Posdaya kerap menjadi agenda resmi kegiatan KKN berbagai universitas negeri maupun swasta di seluruh pelosok tanah air. Buktinya, pada Selasa pagi 10 Juni 2014 lalu untuk pertama kalinya Universitas Trilogi Jakarta menggelar acara pelepasan mahasiswa KKN Tematik Posdaya.
Ratusan mahasiswa dan peserta lainnya tampak dengan seksama menyimak paparan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. [FOTO-FOTO: ADE S]
16
S
EBANYAK 197 mahasiswa perguruan tinggi yang bermotto “Teknopreneur, Kolaborasi dan Kemandirian” ini antusias mengikuti kegiatan KKN Tematik Posdaya. Mereka akan disebar di 10 Kecamatan, 10 Kelurahan dan lebih 30 RW sebagai RW unggulan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Peserta KKN Tematik Posdaya perdana ini adalah dari mahasiswa Program Studi Akuntansi dan Managemen yang akan berada di lapangan selama tiga bulan. Para mahasiswa ini sebelumnya telah diberi pembekalan selama tujuh minggu oleh para dosen, Rektor Untri maupun Pembina dan Ketua YPPIJ. Kegiatan KKN ini akan dibagi menjadi 39 kelompok dengan 50 Dosen Pendamping Lapangan (DPL). Para DPL ini selain bertugas menjadi pendamping para mahasiswa KKN juga mempunyai tugas untuk
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
membuat penulisan yang bisa dibawa keruang kuliah bagi para mahasiswa. Acara yang terselenggara atas kerja sama Universitas Trilogi, Pemerintah Kota Jakarta Timur dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian berbagai kalangan. Ratusan mahasiswa Untri, puluhan dosen, sejumlah pejabat Pemkot Jakarta Timur dan tokoh nasional antusias mengikuti kegiatan ini. Apalagi menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. Tak pelak, acara yang berlangsung di Auditorium Kampus Universitas Trilogi, Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, ini tampak meriah dan berkesan. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang juga Ketua Pembina Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPIJ) mengharapkan para mahasiswa Untri bisa melaksanakan kegiatan KKN Tematik Posdaya dengan baik.
“Setelah para mahasiswa mengikuti KKN selama 3 bulan berada di lapangan dan kembali ke Untri, para mahasiswa harus mampu menempa diri dalam kegiatan KKN Posdaya,” imbuh Prof Haryono saat melepas 197 mahasiswa KKN Tematik Posdaya di Kampus Universitas Trilogi, Jakarta. Menurutnya, Tridharma yang akan dibawa para mahasiswa ke tengah masyarakat adalah Tri Dharma yang tidak dipisah-pisah baik pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang semuanya terintegrasi. “Para mahasiswa harus memahami ketiga-tiganya itu. Untuk memahami ketiganya diperlukan setidak-tidaknya lima kekuatan kepercayaan untuk membawa Tri Dharma itu kepada rakyat,” ungkap Prof Haryono di hadapan ratusan mahasiswa KKN. Pertama, jelas Prof Haryono, kepercayaan pada diri sendiri. “Jadi, saudara-saudara harus mampu membekali diri sendiri dengan segala aspek dari pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kepercayaan diri ini sangat penting karena kepercayaan ini mampu berbicara dengan hati yang ikhlas dan penuh kasih sayang saat berhadapan dengan masyarakat. Sehingga mampu menyenangkan masyarakat,” tegas Prof Haryono. Kedua, lanjutnya adalah kepercayaan kepada teman, semakin banyak teman semakin bagus. Ketiga, percaya kepada institusi yaitu Universitas Trilogi. Keempat, percaya kepada masyarakat, lebih-lebih masyarakat yang menjadi sasaran dalam KKN. “Dan kelima, percaya bahwa dirinya laku jual dan untung. Jadi saudara-saudara saat KKN harus mulai menempatkan diri sebagai insan yang laku jual dan untung, artinya saudara dicintai oleh rakyat,” papar Prof Haryono. Tujuan dari KKN Tematik Posdaya ini, ujar Prof Haryono, selain membawa nama baik
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memberikan pembekalan kepada para mahasiswa KKN Tematik Posdaya Universitas Trilogi Jakarta.
Untri juga menyebarluaskan informasi kepada masyarakat Indonesia. “Kita jadikan temanteman yang akan kita kunjungi dalam KKN adalah tangan, otak dan hati sebagai bagian dari Universitas Trilogi. Sehingga masyarakat menghargai saudara-saudara, maka jaringan yang saudara kunjungi akan berpikir, kalau mau kuliah di Trilogi saja, kalau mau mengirim mahasiswa di Trilogi, apa ada yang lain? Tidak ada,” cetus Prof Haryono menggambarkan suasana masyarakat yang mencintai Universitas Trilogi hasil dari KKN Tematik Posdaya mahasiswa Untri. Sementara masyarakat yang didatangi, lanjut Prof Haryono, nantinya akan merasa beruntung karena bisa mengetahui bagaimana proses pemberdayaan menjadi keluarga yang
Pimpinan Yayasan Damandiri, Universitas Trilogi dan Staf Walikota Jakarta Timur bergambar bersama empat mahasiswa Universitas Trilogi peserta KKN Tematik Posdaya.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
17
Suasana pelepasan mahasiswa KKN Tematik Posdaya Univesitas Trilogi saat menyimak paparan Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc. [FOTO: ADE S]
18
bahagia dan sejahtera. “Masyarakat ini tidak dilarang oleh walikota, camat, lurah untuk mendengarkan petunjuk saudara-saudara. Tanpa jabatan walikota, camat, lurah, saudarasaudara diberi kebebasan untuk mendampingi keluarga di desa,” tukas Prof Haryono seraya mengajak seluruh hadirin memberi aplaus kepada Walikota Jakarta Timur dan seluruh jajarannya yang telah memberi kesempatan kepada mahasiswa Untri untuk menggelar KKN Tematik Posdaya di wilayahnya. Hadir dalam acara ini Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, Ketua YPPIJ Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Kabid Kesos Pemkotif Jakarta Timur Herry Gunawa, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Kewirausahaan Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Direktur Akademik Universitas Trilogi Dr Aam Bastaman, SE, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Trilogi Dr R Swi Sunu Kanto, MSc, para dosen pembimbing, para mahasiswa KKN dan undangan lainnya. Sedangkan Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, menyampaikan apresiasi kepada Pembina YPPIJ Prof Dr Haryono Suyono dan Ketua YPPIJ Dr Subiakto Tjakrawerdaja atas dukungan pelaksanaan KKN Tematik Posdaya Universitas Trilogi. “Alhamdulillah, saat ini kami akan melepas 197 mahasiswa Universitas Trilogi untuk melaksanakan KKN Tematik Posdaya di wilayah Jakarta Timur,” ujar Prof Asep. Dijelaskannya, yang mengikuti KKN tahap awal ini adalah dari Program Studi Akutansi dan Managemen. “KKN ini akan dibagi menjadi 39 kelompok dan dibimbing oleh 50 Dosen
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
Pendamping Lapangan (DPL, red). Para DPL ini selain menjadi pendamping juga mempunyai tugas penulisan yang nantinya bisa dibawa ke ruang kuliah sebagai bahan kulian bagi para mahasiswa,” ungkap Prof Asep. Pelaksanaan Tridharma Untri, kata Prof Asep, dilaksanakan secara terintegrasi. “Artinya mahasiswa Untri bukan saja hanya kuliah sendiri, tidak ada hubungannya dengan pengabdian kepada masyarakat dan riset, tetapi semuanya adalah satu kesatuan. Jadi bukan sesuatu yang parsial,” tegas Prof Asep. Para mahasiswa KKN Tematik Posdaya ini, lanjut Prof Asep, akan melaksanakan KKN di Kota Administrasi Jakarta Timur. “Mereka akan disebar di 10 Kecamatan, 10 Kelurahan dan lebih 30 RW yang semuanya sebagai RW unggulan. Wilayah itu akan menjadi sasaran KKN para mahasiswa Untri,” ungkap Prof Asep seraya menyampaikan terima kasih kepada Walikota Jakarta Timur dan seluruh jajarannya atas penerimaan para mahasiswanya. Ditambahkannya, para mahasiswa akan berada di sana sekitar 3 bulan. “Para mahasiswa ini telah diberi pembekalan selama tujuh minggu oleh para senior, baik para dosen, Pembina YPPIJ maupun Ketua YPPIJ. Nanti semuanya akan merasakan, betapa nikmatnya melaksanakan KKN itu. Tidak akan berat karena dilakukan dengan penuh keikhlasan,” pungkas Prof Asep seraya berharap pelaksanaan KKN Tematik Posdaya di Kotip Jakarta Timur ini bisa berjalan dengan baik dan lancar. Sementara itu, Kabag Kesos Walikota Jakarta Timur, Harry Gunawa menyatakan bahwa masyarakat wilayahnya telah siap untuk menerima kunjungan para mahasiswa dalam melakukan KKN Tematik Posdaya. Kesiapan itu bukan hanya walikota tetapi juga camat, lurah, RW dan RT serta masyarakat Jakarta Timur. Saat ini, tambah Harry, di tengah masyarakat Jakarta Timur, juga sudah banyak kegiatan yang dilakukan oleh PKK, Majelis Taklim baik yang bersifat pemberdayaan, pendidikan maupun usaha kecil dan mikro serta kegiatan Koperasi. ADE S
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Kemiskinan Bisa Lepas
Jika Gagasan Kedua Capres Dikombinasikan Apabila gagasan Calon Presiden (Capres) nomor 2 tidak dikombinasikan dengan gagasan Capres nomer 1, Indonesia tidak akan lepas dari kemiskinan baik dalam waktu lima tahun atau sepuluh tahun yang akan datang.
H
AL itu disampaikan mantan Menko Kesra, Prof Dr Haryono Suyono dalam sambutannya pada malam penganugerahan penghargaan Darma Krida Baraya Adikarya Anugraha Universitas Sebelasa Maret Surakarta (UNS) dalam rangka 3rd UNS SME Summit and Awards Tahun 2014, 16 Juni, di Ruang Indraprasta Pusdiklat UNS, Kentingan, Surakarta. Dalam sambutannya Prof Dr Haryono Suyono bertindak selaku Ketua Yayasan Damandiri yang malam itu menerima penghargaan untuk kategori personal atau perorangan Peduli Pengembang UMKM Terbaik mengatakan, penghargaan yang diterima dari UNS tersebut adalah selain mewakili Yayasan Damandiri maupun mewakili tidak kurang dari 250 perguruan tinggi yang kerjasama dengan Yayasan yang diketuainya, tidak kurang dari 200 bupati/ walikota yang juga bekerja sama dengan Yayasan Damandiri, termasuk para gubernur, ibu-ibu PKK yang memungkinkan dirinya dan kawan-kawan diberi kehormatan yang luar biasa dari UNS yang mempunyai tidak kurang dari 35 ribu mahasiswanya. Dengan rekan Universitas Merdeka di Malang, Walikota dan juga Kabupaten Malang Yayasan Damandiri juga mendapatkan tanda penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) karena dengan fasilitasi Yayasan Damandiri, W alikota Malang telah menjalin kerja sama dengan tidak 32 perguruan tinggi. Sebelum Capres nomor 2 mendeklarasikan blusukan, Walikota Malang Muhammad Anton telah lebih dulu melakukan blusukan dengan lebih baik dari kandidat calon presiden nomor 2. “Kar ena Walikota Malang setiap dua minggu blusukan ke RT/RW dengan SKPDnya. Tidak saja mendengarkan aspirasi tetapi langsung memberi petnjuk kepada kepala dinasnya untuk menyelesiakan masalah pada
minggu itu juga. Sekaligus Walikota Malang diiringi oleh 3 bank yaitu bank UMKM, Bank Daerah maupun Bank Bukopin,” ujarnya. Sehingga, lanjut Haryono, ketika rombongan itu datang kedaeran sasaran rakyat berbondong-bodong datang untuk mengajukan kridit. Dalam dua minggu kridit untuk UMKM sudah keluar. “Ini adalah tindakan nyata, tidak hanya janji,” katanya. Pada kesempatan tersebut, Prof Haryono juga mengatakan, sistem UMKM yang dilakukan Yayasan Damandiri yang juga di “pendekari” mantan Menteri Koperasi, Dr (HC) Subiakto Tjakrawerdaja yang memberi nyawa usaha-usaha koperasi. Penghargaan terhadap upaya ini pun muncul dari beberapa kepala daerah seperti Gubernur Sumatera Barat dengan minimal tiga kabupaten dan kotanya. Beitu juga Kabupaten Cilacap, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Brebes, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Bantul, Kabu-
Prof Dr Haryono Suyono menyampaikan perlunya sinergi dan kombinasi gagasan dari dua pasangan Capres dan Cawapres untuk entaskan kemiskinan di Indonesia. [FOTO-FOTO: HARI]
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
19
Dr Subiakto Tjakrawerdaja bersama Rektor UNS Prof Dr Ravik Karsidi MS dan Prof Dr Darsono nampak bersama undangan mendengarkan paparan Prof Dr Haryono Suyono di Auditorium Pusdiklat UMKM UNS Surakarta.
20
paten Kulonprogo, Kabupaten Boyolali dan sampai Kabupaten Bangli, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Sidoarjo. Melalui kerja sama dengan 250 perguruan tinggi termasuk UNS yang mengerahkan mahasiswanya melakukan kuliah kerjanyata tematik Posdaya. Dijelaskan para mahasiswa peserta KKN yang umumnya adalah mahasiswa semster 6 - 7 dan 8 bersama dengan pemerintah daerah serta organisasi masyarakat di desa telah membangun tidak kurang dari 35 ribu Posdaya. Dalam mengembangkan Posdaya, lanjut Prof Haryono, Yayasan Damandiri dalam satu tahun mengandalkan dana sekitar Rp 1,2 triliun dan dalam waktu lima tahun telah bergulir menjadi Rp 9 triliun. Kalau capes nomor 1 berjanji akan memberantas korupsi dan mempergunakan uang korupsi yan disinyalir jumlahnya ratusan triliun itu akan dialirkan ke desa. “Saya dan teman-teman dari Yayasan Damandiri tidak bisa membrantas korupsi yang jumlahnya ratusan triliun. Kami dibatasi dengan dana tidak lebih dari Rp 1,2 triliun tiap tahun. Tetapi dengan dana terbatas tersebut andaikan kita tidak memilih satu presiden dari calon nomer 1 dan calon nomer 2 untuk menjadi presiden, Yayasan Damandiri sudah melakukan praktek-praktek gagasan capres nomer 1 dan capres nomer 2” paparnya. Dengan nada berkelakar Haryono mengatakan, sayang dirinya terlambat untuk mendaftar jadi presiden. Kalau sistemnya pemilihan presiden menggunakan sistem independen dan tidak memakai partai barangkali
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
dirinya bisa menjadi calon presiden dan Subiakto Tjakrawerdaja bisa jadi wakil presiden. Dalam sambutannya yang lebih pada pencerahan ini, Prof Haryono menambahkan, apa yang disampaikan capres nomer 2 dengan mengembangkan kesehatan, pendidikan, pemberdayaan sumberdaya manusia mulai tahapan yang sangat sederhana. “Kalau praktek itu dilakukan barangkali dua kali atau tiga kali masa jabatan tidak akan selesai. “Karena kecepatan tumbuhnya dari keluarga miskin dan keluarga setengah miskin dengan usaha-usaha mikro, kecil dan menengah lamban sekali. Jadi dalam 1-2-3-4-5 masa jabatan kita akan tetap kecil karena mengandalkan apa yang ada dari bawah. Lebih-lebih tingkat pendididkan, tingkat kecerdasan, tingkat ketrampilan inovasi hampir tidak muncul,”katanya. Karena masyarakat kita di desa ya seperti itu, kata dia, maka dalam masa terakhir 14 tahun terakhir ini kesenjngannya makin bertambah lebar, yang miskin tetap miskin yang kaya bertambah kaya, sehingga indek kesenjangan yang tadinya hanya 0,3 sekarang berubah menjadi 0,4. Padahal pemerintah telah mengucurkan dana yang luar biasa banyaknya. Yaitu dana untuk penentasan kemiskinan, dana untuk kridit usaha keci (KUR), banyak sekali program di pedesaan dan para intelektual khususnya di UNS ini menjadi saksi bahwa pertumbuhan dari keluarga miskin ini makin lamban. Jumlahnya bukan makin sedikit biarpun prsentasenya menurun tetapi sejak tahun 2011 yang tadinya jumlah orang miskin hanya 28 juta sekarang sudah lebih 29 juta. “Kalau gagasan capres nomer 2 tidak dikombinasikan dengan gagasan capres nomer 1 kita tidak akan lepas dari kemiskinan baik dalam waktu lima tahun atau sepuluh tahun yang akan datang. Sebaliknya kalau gagasan capres nomor 1 yang dilempar dengan sekian triliun dana ke desa dilaksanakan tanpa pendampingan kaum intelektual antara lain UNS, maka pertumbuhan penduduk akan meningkat kembali, kematian ibu hamil akan bertambah karena uang
yang banyak itu selain memberi rangsangan untuk kawin lagi, berfoya-foya atau melakukan hal-hal yang dulu tidak pernah dilakukan,” urainya. Kabupaten/kota, Mantan Menko Kesra dan Taskin ini menambahkan, kalau tidak ada pendampingan ini akan meningkatkan suatu pola, sikap dan perilaku yang keluar dari jalur budaya kita yang sangat agung. Dengan sendirinya kuncuran dana yang begitu besar untuk rakyat perlu dikawal oleh mahasiswa, dosen pembimbing dengan areal yang tepat tidak sekedar mendengarkan aspirasi rakyat karena aspirasi rakyat tidak akan sejalan dengan citacita yang muncul dalam sasaran Millenium Development Goals (MDGs). Dikatakan, selama ini Yayasan Damandiri hanya memberikan kridit Rp 2 juta tanpa agungan kepada keluarga miskin yang mau memulai usaha mikro dan kecil. Itu pun didampingi oleh mahasiswa dan dosen dalam KKN. Keluarga miskin ini diberi pelatihan seperti bagaimana memberi pengetahuan dengan penanaman pisang cavendish. Mereka, kata Prof Haryono, tidak perlu disuruh menanam banyak pohon pisang tetapi cukup menanam dua tiga pohon pisang saja. Mereka dilatih mengawasi pr oses pertumbuhan pisang sehingga mereka menjadi ahli. Proses selanjutnya mereka tanpa pendampinganpun sudah bisa menanam pisang sendiri bahkan bisa mengajari tetangganya. Hal ini telah dipraktekan di Bandung Barat dan sekarang sedang berproses. Contoh lain, di Bekasi ada seorang ibu penjual kue setiap pagi keliling kampung menjual kuenya. Kemudian penjua kue ini dengan tiga orang temannya dikumpulkan oleh Posdaya dijadikan dosen anggota Posdaya lainnya. Sekarang keluarga seluruh kecamatan menjadi pintar membuat makanan pagi. Dengan gotong royong masyarakat kecamatan itu sekarang setiap jam satu malam menyuplai makanan yang dijual di Pasar Senen. Masih ada lagi yang menarik, lanjut Prof Haryono, di daerah Kulonprogo, dengan
hanya modalkan kridit Rp 2 juta mereka berkumpul 5 keluarga. Dengan bermodal Rp 10 juta mereka bisa membuat warung di desa. Karena warung milik bersama mereka setiap harinya bergantian menunggu warung. Karena solidaritas anggota dan tetangganya warung itu menjadi besar. Bahkan saat ini warung itu menjadi semboyan bupati Kulonprogo “ Kalau cinta Kulonprogo Beli Produk Kulonprogo”. Saat ini warung Posdaya di Kulonprogo berjumlah tidak kurang 150 war ung desa. Karena sudah banyak warung desa maka difasilitsi dengan Warung Senkudaya (Sentra Kulakan Posdaya). Sentra kulakan ini mensuplay barang dagangan kepada idak kurang 150 warung yang ada dengan harga yang lebih murah. Berbeda lagi di Jawa Timur warungwarung desa ini menjadi nasabah dari bank UMKM. Nasabah bank tersebut tidak diberikan uang tetapi diberikan kartu debet. Dengan kartu debet tersebut pihak banknya tidak pernah mengeluarkan uang kepada nasabah. Jadi nasabah tersebut kalau mau belanja tidak mengeluarkan uang cash tetapi menggunakan kartu debet tersebut selama kartu debetnya masih ada uangnya kalau sudah habis kartu itu tidak laku. “Dengan kartu tersebut mereka merasa bangga karena mereka kalau belanja di Senkudaya menggunakan kartu debet dan uangnya tidak takut hilang. Kalau ke Senkudaya mengeluarkan kartu untuk belanja” ini kartu debetku” bukan ini kartu pintarku seperti yang digagas capres nomor 2,” kelakarya lagi yang disambut gemuruh tepuk tangan. HARI
Para undangan yang memenuhi auditorium Pusdiklat UMKM UNS Surakarta.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
21
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
KKN Tematik Posdaya Mahasiswa Universitas Trilogi
Bantu Atasi Persoalan Jakarta Timur Keberadaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang digelar perguruan tinggi terus mendapat sambutan positif pemerintah daerah di tanah air. Kiprahnya dalam memberdayakan masyarakat kian membuahkan hasil yang menggembirakan. Kemandirian dan kesejahteraan masyarakat pun semakin dirasakan. Tak heran, bila setiap pemerintah daerah kerap menunggu kegiatan KKN Tematik Posdaya untuk membantu wilayahnya dalam membantu menyelesaikan berbagai persoalan. Kondisi inilah yang diungkapkan Pemerintah Kota Administratif (Pemkotif) Jakarta Timur, Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, pada Selasa siang 10 Juni 2014 lalu saat menerima Mahasiswa KKN Tematik Posdaya Universitas Trilogi Jakarta. Walikota Jakarta Timur Drs HR Krisdianto, MSi, saat memberikan paparan sekaligus menerima para mahasiswa KKN Tematik Posdaya Universitas Trilogi Jakarta. [FOTO-FOTO: ADE S]
Para mahasiswa KKN, kader PKK dan para pimpinan di lingkungan lurah dan camat dengan seksama menyimak paparan Walikota Jaktim.
22
U
NTUK pertama kalinya perguruan tinggi yang bermotto “Teknopreneur, Kolaborasi dan Kemandirian” ini menggelar KKN Tematik Posdaya. Sebanyak 197 mahasiswanya akan merambah wilayah Pemkotif Jakarta Timur untuk melaksanakan kegiatan itu. Mereka disebar di 10 Kecamatan, 10 Kelurahan dan lebih 30 RW. Pesertanya adalah mahasiswa Program Studi Akutansi dan Managemen semester ketujuh yang akan berada di sana selama tiga bulan. Sebelumnya, para mahasiswa ini telah mendapat pembekalan selama tujuh minggu dari para dosen, Rektor Untri maupun Pembina dan Ketua YPPIJ. Kegiatan KKN ini akan dibagi menjadi 39 kelompok dengan bimbingan 50 Dosen Pendamping Lapangan (DPL). Para DPL ini selain bertugas mendam-
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
pingi para mahasiswa KKN juga mempunyai tugas untuk membuat penulisan yang hasilnya dibawa ke ruang kuliah bagi para mahasiswa. Acara yang terselenggara atas kerja sama Universitas Trilogi, Pemkotif Jakarta Timur dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian berbagai kalangan. Ratusan mahasiswa Untri, para dosen, sejumlah pejabat Pemkot Jakarta Timur dan para tokoh masyarakat se-Jaktim antusias mengikuti kegiatan ini. Apalagi menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. Tak pelak, acara yang berlangsung di Ruang Serba Guna Blok C Kantor Walikota Jakarta Timur, Jl Dr Soemarno No 1, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, ini tampak semarak. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, menyampaikan pihaknya bersama Rektor Universitas Trilogi dan para dosen pembimbing sengaja datang langsung ke Kantor Walikota Jakarta Timur untuk mendampingi 197 mahasiswa Universitas Trilogi yang akan melaksanakan KKN Tematik Posdaya di Kota Jakarta Timur. Menurutnya, keberadaan para mahasiswa KKN selama kurang lebih tiga bulan ini, nantinya selain membentuk Posdaya baru juga membina
Posdaya-Posdaya yang sudah ada. “Mereka nantinya akan melakukan kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan, wirausaha, dan kegiatan lingkungan. Selain itu, mereka akan membangun ekonomi mikro, kebun bergizi, aneka wirausaha dengan dukungan Kredit Tabur Puja Yayasan Damandiri. Insya Allah, nanti akan tercipta ekonom-ekonom baru atau bahkan konglomerat-konglomerat baru yang peduli terhadap keluarga-kelurga yang ada di wilayah Jakarta Timur,” ungkap Prof Haryono. Hadir pada acara ini Walikota Jakarta Timur Drs HR Krisdianto, MSi, Ketua Tim Penggerak PKK Jaktim Hj Yenny Apsari Krisdianto, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, Kabid Kesos Pemkotif Jakarta Timur Herry Gunawa, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, para dosen pendamping lapangan, anggota TP PKK Jakarta Timur, para camat, para lurah, para Ketua RW se-Jakarta Timur dan undangan lainnya. Sedangkan Walikota Jakarta Timur Drs HR Krisdianto, MSi, menyambut gembira kedatangan para mahasiswa KKN Tematik Posdaya Universitas Trilogi yang akan melakukan kegiatan KKN di wilayahnya. Menurutnya, kegiatan KKN sangat strategis bagi mahasiswa. Karena mahasiswa akan memperoleh ilmu terapan di lapangan yang selama ini sebatas teori di kampus. “Mahasiswa akan mengetahui keadaan sesungguhnya di lapangan. Masyarakat Jakarta Timur yang heterogin, mulai dari pemulung hingga jenderal bahkan sejumlah menteri tinggal di wilayah kami,” kata Walikota Jakarta Timur Drs HR Krisdianto, MSi, saat menerima 197 mahasiswa KKN Universitas Trilogi Jakarta. Diakui Krisdianto, banyak manfaat yang akan didapatkan mahasiswa KKN Tematik Posdaya ini saat berinteraksi dengan masyarakat perkotaan. “Selain menerapkan ilmuilmu yang didapat di kampus, mahasiswa juga bisa berlatih melakukan pendampingan masyarakat,” ujar pria kelahiran Jakarta, 6 April 1956 ini di hadapan ratusan mahasiswa KKN. Dijelaskannya, masyarakat Jakarta Timur tentu berbeda karakteristiknya dengan masyarakat pedesaan. Wilayahnya tergolong luas
namun punya penduduk terpadat di Jakarta yakni berjumlah sekitar 3 juta orang. “Penduduk terpadat, mulai dari pemulung hingga pejabat tinggi, dan segala permasalahan sosial, ada di sini. Tingkat kejahatan tinggi, konflik antar masyarakat Jakarta Timur tentu berbeda karakteristiknya dengan masyarakat pedesaan. Karena itu dalam melakukan pendampingan, dibutuhkan pendekatan khusus yang bisa menarik perhatian warga kota dan status quo,” jelas Krisdianto yang didampingi Ketua Tim Penggerak PKK Jaktim Hj Yenny Apsari Krisdianto. Oleh karena itu, lanjut Krisdianto, para mahasiswa dan mahasiswi KKN diharapkan mampu mengetahui program-program Kota Jakarta secara umum, seperti Rencana Pembangunan Menengah Daerah (RPMD) dan program-program Kota Jakarta Timur yaitu mengawal program RPMD itu. “Saat ini sedang diagendakan normalisasi sungai Ciliwung yang menyusuri wilayah Kampung Melayu, Bidara Cina, Cililitan hingga Cawang. Nah, di situ mahasiswa nantinya bisa turut memberikan kontribusi dalam memberi pencerahan sekaligus pemberdayaan masyarakat. Di saat sosialisasi nanti, terutama saat rencana kami untuk memindahkan masyarakat di sana ke rumah susun. Nah, kegiatan ini tentu bisa menjadi objek penelitian para mahasiswa KKN,” ungkap Krisdianto. Selain itu, tambah Krisdianto, para mahasiswa KKN juga diharapkan membantu memberdayakan masyarakat dalam bidang perekonomian, mendisiplinkan masyarakat. “Sehingga apabila prilaku masyarakat ini bisa disiplin nantinya akan mudah diatur dalam hidup di kota besar seperti Jakarta. Contohnya, mereka ini masih suka buang sampah ke sungai, masih suka merusah fasilitas umum. Inilah masalah-masalah yang harus bisa diatasi. Nah, mahasiswa KKN diharapkan mampu membantu mengatasi hal itu,” tutur Krisdianto. ADE S
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Walikota Jaktim Drs HR Krisdianto, MSi (tengah), Ketua TP PKK Jaktim Hj Yenny Apsari Krisdianto (keenam dari kiri), Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc (kelima dari kanan) dan Kabid Kesos Pemkotif Jakarta Timur Herry Gunawa (kelima dari kiri) bergambar bersama para camat di wilayah Jaktim.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
23
POSDAYA PEMERINTAH
PLKB Agen Petugas Pemberdayaan Keluarga Pembangunan keluarga melalui Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) ternyata memegang peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pesatnya pembangunan bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan dan lingkungan namun tidak diiringi dengan pembangunan keluarga yang maksimal tidak akan terlalu berdampak pada upaya pengentasan kemiskinan di tanah air. Itulah sebabnya, pada Kamis sore 12 Juni 2014 lalu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat melakukan penguatan kemitraan dan mengoptimalkan peran penyuluh keluarga berencana dengan menggelar acara Sarasehan Peningkatan Kompetensi Bagi Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) se-Indonesia.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Kepala BKBN Prof dr Fasli Jalal, PhD, SpGK (foto kiri), saat menyampaikan paparannya di hadapan PLKB seluruh Indonesia. [FOTO-FOTO: ADE S]
Peserta sarasehan antusias mengikuti ajakan Prof Haryono untuk menyanyikan lagu Posdaya.
24
A
CARA yang dilaksanakan dalam rangka Hari Keluarga Nasional XXI Tahun 2014 ini menarik perhatian berbagai kalangan. Ratusan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang tergabung dalam Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPeKB) dari seluruh Indonesia
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
antusias mengikuti acara yang mengankat tema “Melalui Hari Keluarga Kita Tingkatkan Kualitas Keluarga Mewujudkan Indonesia Sejahtera” ini. Apalagi menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang juga Menneg Kependudukan/ Kepala BKKBN era Presiden Soeharto sebagai pembicara utama. Tak pelak, acara yang berlangsung di Gedung Serba Guna Zaitun, Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur,ini tampak semarak dan berkesan. Pada kesempatan itu Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan keprihatinannya terhadap program KB yang dalam sepuluh tahun terakhir berjalan di tempat atau dinilai tidak berhasil. Padahal, anggaran BKKBN mengalami peningkatan. Untuk perlu
langkah-langkah penting untuk mengembalikan kredibilitas BKKBN. Menurut Prof Haryono, ada tiga komponen yang sangat penting untuk membangun kembali kredibilitas dari lembaga BKKBN dan seluruh jajarannya. Pertama, lembaga BKKBN bersama seluruh jajaran dan program-programnya segera mendatangi para gubernur, bupati atau walikota terutama yang baru dilantik. “Jangan sekali-kali datang kepada para gubernur, walikota dan bupati, hanya membawa program pengendalian penduduk saja. Tetapi seluruh jajaran BKKBN harus menyampaikan kepada para kepala pemerintah daerah itu, selain memberi ucapan selamat juga harus menegaskan kesiapannya untuk melaksanakan seluruh program yang sudah diagendakan para gubernur, bupati atau walikota terpilih,” ujar Prof Haryono di hadapan pejabat BKKBN dan ratusan PLKB dari seluruh Indonesia. Kedua, selain membawa program pengendalian penduduk, lanjut Prof Haryono, BKKBN dan seluruh jajarannya juga harus mampu membuat program kependudukan yaitu bagaimana agar penduduk itu menjadi basis pembangunan. “Apapun yang dikatakan gubernur, bupati/walikota tidak akan berhasil kalau tidak diukur dari partisipasi penduduk. Apapun programnya tentu untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Pastikan, ukurannya bukan miliar atau besarnya biaya program itu tetapi berapa banyak penduduk yang berpartisipasi dalam pembangunan,” ujar Prof Haryono. Ketiga, lanjut Prof Haryono adalah pembangunan keluarga. “Sesuai dengan petunjuk Pak Fasli Jalal, mulai hari ini semua PLKB bergerak membuat peta keluarga di wilayahnya masing-masing. Ada keluarga sejahtera, sejahtera I, sejahtera II, sejahtera III dan sejahtera III plus. Segera bawa peta itu untuk dilaporkan kepada para bupati atau walikota,” imbuh Prof Haryono. “Pak bupati, saya punya peta keluarga di seluruh RT dan RW di wilayah Pak bupati. Ka-
lau Bapak mau membangun program ini serahkan kepada PLKB, nanti saya kerahkan penduduk ini agar bekerja keras dan cerdas,” ucap Prof Haryono mencontohkan bagaimana langkah yang dilakukan para PLKB saat berhadapan dengan para kepala pemerintah daerah. “Jadi, yang paling penting dalam pembangunan di setiap daerah adalah partisipasi masyarakat. Oleh karena itu, IpeKB bukan lagi Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana, namun Ikatan Pemberdayaan Keluarga Bahagia. Saudara-saudara telah diberi tugas membangun keluarga sejahtera. Suadara menjadi agen dari ikatan petugas-petugas yang memberdayakan keluarga. Ini wajah baru, pasang besar-besar sehingga para bupati atau walikota yang ingin terpilih pada pemilihan kedua merasa keluarga diberdayakan sehingga cinta kepada para bupati/walikota, cinta kepada programnya dan cinta kepada delapan fungsi keluarga,” imbuh Prof Haryono. Delapan fungsi keluarga itu, jelas Prof Haryono, yaitu fungsi Ketuhanan YME, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, perlindungan, kesehatan dan KB, pendidikan, wirausaha dan lingkungan. “Kalau dulu BKKBN hanya fokus pada bidang kesehatan reproduksi dan keluarga berencana. Nah, sekarang delapan fungsi inilah yang menjadi tugas pokok lembaga BKKBN dan seluruh jajarannya,” jelasnya. Delapan fungsi keluarga, tambah Prof Haryono, kini telah giat dilakukan masyarakat di desa-desa melalui kelompok Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya. Jadi, sekarang PLKB agen petugas-petugas yang memberdayakan keluarga melalui Posdaya ,” tukas
Prof Dr Haryono Suyono didampingi Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin disaksikan Kepala BKBN Prof dr Fasli Jalal, PhD, SpGK, Sestama BKKBN Ambar Rahayu dan Ketua IPeKB Didik Trimarsono saat memimpin menyanyikan lagu Posdaya.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
25
Indonesia selain dari berbagai pembangunan yang harus ditingkatkan seperti bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, namun hal penting lainnya yang juga harus menjadi perioritas adalah jumlah penduduk harus dikendalikan. “Kalau tidak, kita akan tetap menjadi negara miskin, kita akan tetap menjadi inportir beras, kita tidak akan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa, karena rendahnya pendidikan yang bisa dinikmati anak-anak kita. Inilah yang harus bapak, ibu perjuangkan,” imbuh Prof Fasli Jalal di hadapan ratusan PLKB seProf Dr Haryono Suyono dan Prof dr Fasli Jalal, PhD, SpGK (tengah), saat memberi penjelasan seputar kondisi dan langkah BKKBN kepada Reporter TVRI Jawa Timur.
Suasana acara sarasehan yang dipadati ratusan PLKB se-Indonesia.
26
Prof Haryono. Hadir dalam acara sarasehan ini Kepala BKBN Prof dr Fasli Jalal, PhD, SpGK, (kiri), Sestama BKKBN Ambar Rahayu dan Ketua IpeKB Didik Trimarsono, Direktur Bina Lapangan BKKBN Dra Wahyuni, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, ratusan kader PLKB yang tergabung dalam Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPeKB) dari seluruh Indonesia dan undangan lainnya. Pengendalian penduduk Sedangkan Kepala BKKBN Prof dr Fasli Jalal, PhD, mengungkapkan keprihatinannya atas banyaknya masalah yang melanda negeri ini, tingginya angka kemiskinan, pangan tidak cukup ditandainya sebagai negara importir beras terbesar di dunia, wajib belajar belum maksimal, dan berbagai masalah lainnya. Menurutnya, solusi untuk menyelesaikan persoalan itu sekaligus menyejahterakan rakyat
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
Indonesia. Oleh karena itu, lanjut Prof Fasli Jalal, para petugas lapangan KB harus menguasai persoalan bangsa kekinian, antara lain perlunya pengendalian angka kehamilan ibu usia produktif. “Ini PR para PLKB di daerah-daerah agar menyampaikan informasi ini kepada masyarakat luas. Kalau kita gagal menekan angka kehamilan ibu produktif, maka dampaknya Indonesia sulit melakukan pengentasan kemiskinan,bisa kekurangan stok beras dan bahan pangan,” kata Prof Fasli. Saat ini, tambah Prof Fasli, angka kemiskinan dapat ditekan mencapai 13 persen. “Tugas utama para PLKB adalah ikut berkontribusi menekan angka kelahiran bayi hingga 0,5 persen per tahunnya. Tahun 2014, BKKBN memperoleh anggaran sebesar Rp 2,4 triliun. Dan, sebagian dari dana APBN itu dialokasikan untuk Dana Alokasi Umum (DAU) yang akan ditransfer ke Pemerintah Daerah menjadi bagian APBD, selanjutnya untuk membayar honor PLKB sebesar Rp 950 000 per bulannya sesui Peraturan Presiden (Perpres),” ungkap Prof Fasli Jalal. Sementara itu, Ketua Umum IPeKB Didik Trimarsono menambahkan, hasil rapat pengurus IPeKB direkomendasikan sejumlah hal krusial untuk menunjang kinerja anggotanya diperlukan penguatan kelembagaan, kantor sekretariat, dan honorarium PLKB diberikan seiap bulan. ADE S
POSDAYA PEMERINTAH
Posdaya Wujudkan Jakarta Baru Geliat Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di Provinsi DKI Jakarta bakal kian semarak dengan ditandatanganinya kerja sama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Yayasan Damandiri awal Juni 2014 lalu, bertepatan dengan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) ke-11 dan Hari Kesatuan Gerak PKK ke-21. Gaung Posdaya nantinya tidak hanya di selatan Kota Jakarta (Pasar Munggu dan sekitarnya), tapi akan merambah ke seluruh Kota Jakarta.
Kerja sama Yayasan Damandiri, Yayasan Kanker Indonesia dan BPMPKB DKI Jakarta wujudkan Jakarta Baru. [FOTO: RAHMA]
P
ENANDATANGANAN naskah kerja sama ini dilakukan antara Pelaksana tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) dengan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono disaksikan Ketua TP PKK Provinsi DKI Jakarta dan Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Keluarga (BPMPKB) Provinsi DKI Jakarta di Cawang, Jakarta Selatan. “Awal gerakan kami pasca kerja sama ini dimulai pada 10 Juni 2014 dengan mengirimkan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Trilogi untuk membantu walikota Tim Penggerak PKK Kotamadya Jakarta Timur mengembangkan Posdaya di wilayah Jakarta Timur,” ungkap Prof Haryono Suyono. Selain itu, kata Prof Haryono Suyono, pihaknya juga akan mengembangkan gerakan pramuka basis wilayah di Jakarta Selatan,
sehingga para penggiat pramuka bisa menyiapkan Posdaya yang sudah ada atau yang akan dibentuk di wilayah Jakarta Selatan sebagai forum untuk membangun karakter anak bangsa paling muda, sampai menghidupkan kembali gerakan gotong royong membangun mengentaskan kemiskinan dan sebagainya. “Dari dua wilayah ini, kita akan mengembangkan satu model, sehingga dalam waktu sebulan setelah Idul Fitri ini akan kita sebarkan ke seluruh DKI Jakarta. Program ini kita landasi dengan kerjasama yang sudah kita perbaharui. Sebelumnya, kita sudah punya kerjasama dengan DKI Jakarta. Dan ini akan kita teruskan dengan lebih gegap gempita,” ujar Prof Haryono Suyono menegaskan bentuk kerjasama sebelumnya. Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya dalam sambutannya pun mengakui kesulitan Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
27
mengatur penduduk Kota Jakarta yang terkadang tidak peduli dengan persoalan yang dihadapi tetangganya masing-masing. “Padahal Pak Gubernur dan saya waktu itu membuat visi misi ingin menjadikan Jakarta kota modern, tertata rapi dan manusiawi,” cetusnya. Dia juga berucap miris dengan kondisi Jakarta yang ada saat ini. “Jakarta yang sejak 300 tahun sebelum merdeka itu hanya dibangun untuk orang kaya, kita bisa saksikan ada orang yang selama 40 – 60 tahun tinggal di daerah yang kumuh di bantaran sungai bahkan badan sungai,” jelasnya. Semua itu dilakukan karena memang sudah terdesak, sementara harga tanah terus membubung tinggi. “Disinilah tugas pemerintah mengadministrasikan keadilan sosial bagi warga yang belum beruntung ini, juga mendapatkan perumahan yang layak,” ujar Ahok yang menyayangkan masih saja ada oknum yang memperjualbelikan rumahrumah yang disediakan pemerintah.
Ratusan warga DKI Jakarta antri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis.
28
Membangun Jakarta Baru Dia juga mengatakan sedang menyiapkan sistem komputerisasi yang baik seperti safeti pin yang diterapkan Amerika (USA). Cara kerjanya, cukup melaporkan melalui smartphone apabila terjadi suatu keadaan yang menakutkan, terancam atau merasa tidak aman. Begitu melapor, akan keluar semacam peniti warna merah (kurang aman), kuning (was-was), hijau (aman). ”Dengan adanya kader PKK di lapangan, kami bisa dengan cepat bersama walikota, camat, lurah untuk menghubungi, cari tahu mengapa merasa tidak aman. Safeti pin ini akan kami launching kirakira Agustus atau September dengan meng-
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
gunakan Bahasa Indonesia,” jelasnya. Diyakininya, dengan adanya safeti pin ini ibu-ibu dan anak-anak akan terjaga keamanannya. “Kalau ibu-ibu PKK menemukan di lapangan ada ibu-ibu tidak mampu membeli tongkat sampai pakai kayu atau paralon silahkan ajukan ke saya. Seperti kursi roda, tongkat jangan menunggu ada acara baru dapat. Atau ijazah nyangkut bertahun-tahun karena tidak mampu membayar, sehingga tidak bisa kerja, laporkan ke saya, langsung ditebus,” tegas Ahok yang tidak ingin ada seorang pun di DKI Jakarta yang hidupnya tertinggal atau dilupakan. “Jakarta harus menjadi kota yang manusiawi,” tandasnya. Menurutnya, ibu-ibu PKK di lapangan lebih mengetahui persoalan keluarga masingmasing, karena tiap keluarga memiliki tingkat kesulitan berbeda. “Jakarta boleh padat, Jakarta boleh tidak peduli satu sama lain, tapi kalau ibu-ibu PKKnya perduli, tidak ada seorang pun warga yang tertinggal. Sangat memalukan di DKI Jakarta masih ada busung lapar, gizi buruk, orangtua sakit tidak bisa berobat karena tidak ada tranportasi yang mengangkutnya ke rumah sakit atau tragedi bunuh diri,” tukasnya. Guna mewujudkan Jakarta Baru, pemerintah provinsi DKI Jakarta akan melakukan survey di akhir tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) di tiap RT/RW, sehingga mendapatkan survey baru tentang jumlah angka kemiskinan di DKI Jakarta yang sebenarnya. “Sekarang selalu mengucap syukur, karena penurunan angka kemiskinan masih kecil, dari 3,6 persen menjadi 3,5 persen, padahal inflasi naik. Ternyata yang dipakai adalah 2.500 kalori. Kalau diterjemahkan uang hanya sekitar Rp 343.000 per bulan. Artinya, kalau kita punya uang Rp 500.000 di kantong sudah berada di atas garis kemiskinan,” cetusnya. Demikian halnya dengan yang digunakan PBB yaitu 2 dolar Amerika. Dengan uang Rp 750.000, sudah dianggap di atas garis kemiskinan. Padahal kebutuhan hidup layak di Jakarta sekitar Rp 2.000.000. Di Kepulauan Seribu kebutuhan layak sudah mencapai 2,6 juta per orang.
“Harusnya standar kemiskinan ada di kebutuhan hidup layak di Jakarta. Orang-orang inilah yang harus kita temukan.” Dia juga harus siap menerima pemberitaan miring, bila hal ini ditegakkan. “Saya tidak akan kaget kalau tahun depan banyak politikus akan menulis, Jokowi dan Ahok memimpin DKI selama dua tahun mengakibatkan angka kemiskinan naik dari 3,5 persen menjadi 60 persen. Bagi kami tidak penting nama atau pencitraan, sekalipun dimarahi. Harapan kami dengan data lengkap, kader PKK cari tahu masalahnya apa, nanti dibantu. Sehingga walikota memiliki wewenang lebih besar dan yang menjadi manajer wilayah atas masyarakat adalah camat dan lurahnya,” jelasnya lagi. Hal senada ditambahkan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi DKI Jakarta Veronica Tan, ada dua hal yang sering dipertanyakan gubernur, PKK kerja apa dan akan diajak kemana. “Saya berpikir begini, PKK dengan pemda itu sebenarnya suami isteri karena otomatis suami menjadi kepala pemerintahan, isterinya otomatis menjadi ibu PKK. Jadi tidak bisa tawar menawar, posisi ada, baju dikasih, di SK kan dan langsung dilantik. Suatu penggabungan di mana pemerintah tidak bisa melakukan beberapa hal memang isteri yang harus mengisi. Ibu-ibu kader inilah yang mengisi kekosongan yang tidak diberikan harus dibantu pemerintah.” Oleh karena itu, semangat ibu-ibu PKK ada sampai kader-kader di bawah (akar rumput) ini pantas diberi apresiasi, khususnya kepada kader yang sudah 25 tahun mengabdikan diri
dalam pelayanan ke atas dalam pemberdayaan masyarakat. “Karena PKK pemberdayana masyarakat, kader-kader yang diambil adalah para relawan yang benar punya hati. Kita hanya menunggu bagaimana mensinkronkan program yang ada guna membantu program pemerintah.” Memanfaatkan momen Hari Keluarga Nasional, Bulan Bakti Gotong Royong dan Hari Kesatuan Gerak PKK, digelar berbagai lomba tingkat provinsi untuk Hari Ulang Tahun DKI Jakarta. Ada pelayanan KB dan pameran, pemeriksaan pengobatan umum untuk 500 pasien, papsmear kerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia. “Dengan adanya penandatanganan kerja sama dengan Yayasan Damandiri, mudah-mudahan program yang ada dalam masyarakat bisa dijalankan. Semua pencapaian maksimal tidak dibutuhkan kepintaran tetapi semangat, ketekunan, kerjasama dan gotong royong sehingga bisa terwujud Jakarta yang baru dan Jakarta yang maju,” ungkapnya. RW
Penandatanganan naskah kerja sama antara Yayasan Damandiri dengan TP PKK disaksikan Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
29
POSDAYA PEMERINTAH
«Blusukan» Ala Prof Haryono dan Bupati Pacitan Jika selama ini Gubernur DKI Jakarta (non aktif) Ir H Joko Widodo (Jokowi) yang menjadi Capres no 2 sering blusukan di Kota Metropolitan, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bahkan sejak lama melakukan hal itu. Ketika menjadi Kepala BKBBN yang sukses dengan Program Keluarga Berencana (KB), Prof Haryono masuk desa keluar desa di seluruh tanah air. Dan hal itu terulang kembali belum lama ini ketika ia bertandang ke Desa Sobo, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jatim. Bersama Bupati Pacitan Drs Indartato, MM, ia menyaksikan pembuatan jamban keluarga yang sehat di desa itu.
S
Anak-anak menyambut kehadiran Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Bupati Pacitan Drs Indartato, MM. Prof Haryono bertandang ke Desa Sobo, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jatim. Bersama Bupati Pacitan Drs Indartato, MM, saat menyaksikan pembuatan jamban keluarga yang sehat di desa itu. [FOTO-FOTO: DEDE H]
30
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
ETELAH menuruni jalan tanah merah yang terjal, di kebun seluas 5x5 meter Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Bupati Pacitan Drs Indartato, MM menyaksikan langsung penanaman bibit pohon sengon, yang ditanam langsung oleh pemilik kebun. Di tempat itu pula, keduanya menyaksikan langsung pembuatan jamban keluarga, setelah sebelumnya menyusuri jalan di Desa Sobo disambut para penerima tamu. Di rumah terbuat dari gedeg (pagar bambu) itu, Prof Haryono bersama Bupati Pacitan Drs Indartato juga berbincang-bincang dengan pemiliknya. Dari pertanyaan berapa orang memiliki putra-putri, usahanya apa saja, sampai harapannya setelah memiliki jamban keluarga ini. Percakapan dengan bahasa Jawa itu menarik sejumlah wartawan yang memasuki rumah dengan ber-
jejalan. Terlebih juru foto terus mengabadikan kamera mereka ke pasangan suami istri itu serta bupati dan Prof Haryono. Bupati Pacitan dan Prof Haryono pun membekali pasangan suami istri itu dengan sejumlah uang ala kadarnya. Maklum, pasangan suami istri ini termasuk golongan ekonomi lemah. Tak heran bila keduanya menyatakan terima kasih jika rumahnya sudah disinggahi bupati dan Prof Haryono, bahkan sudah dibuatkan jamban keluarga yang sehat. Memang hari itu syuting untuk acara talk show Semanggi produksi TVRI Jawa Timur, mengambil lokasi di Desa Sobo, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jatim. Terkait lounching bantuan stimulan jamban keluarga dan pisang cavendish bagi anggota Posdaya di Kabupaten Pacitan ini. Seperti biasa, Talk show dipandu Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dengan dibantu host TVRI Jatim Sinta Rosa. Tampil dalam acara itu antara lain Bupati Pacitan Drs Indartato, MM dan Camat Pringkuku Drs Joko Suyono. Acara ini nantinya disiarkan ke seluruh Provinsi Jawa Timur, dan ditayangkan tanggal 9 Juli, tepatnya pukul setengah enam sampai jam 7 sore oleh TVRI Jatim. Karenanya, Prof Haryono mengungkapkan kepada para pengunjung acara itu, jangan lihat TV lain, terutama TV One atau Metro TV. “Tontonlah TVRI Jatim yang disyuting saat ini,” harapnya. “Jadi, pak bupati hari ini kita meresmikan beberapa kegiatan, yang sepuluh hari lalu saya bertemu dengan bapak bupati memohon izin kepada bapak bupati, dan minggu ini seluruh janji sudah dipenuhi. Mulai dari Jamban keluarga, PAUD, penanaman pisang cavendish dan pohon sengon,” tambah pria kelahiran Pacitan, Jatim, ini. Hari itu Bupati Pacitan Drs Indartato, MM menyumbangkan
Prof Haryono saat berbincang-bincang dengan beberapa tukang pembuatan jamban keluarga yang sehat di Desa Sobo.
300 zak semen. “Maka pak camat diharapkan akan menyelesaikan 600 keluarga yang tidak punya jamban keluarga. Nah, nanti kita selidiki apakah betul-betul 600 keluarga sudah mempunyai jamban keluarga. Kalau hanya seratus keluarga saja maka semennya harus dikembalikan ke pak bupati,” ucap Prof Haryono disambut tawa para hadirin di acara lounching tersebut. DH
Bupati Pacitan Drs Indartato, MM tengah membuka stiker anggota Posdaya untuk ditempelkan di atas pintu pemilik rumah itu.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
31
POSDAYA ORGANISASI SOSIAL
Damandiri Tambah Mitra Baru «Suara Pembaruan» Seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak. Barangkali itulah motto yang dipegang Yayasan Damandiri dalam mengembangkan program pemberdayaan melalui Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya).
Partisipasi dan gerakan masyarakat melalui Posdaya dalam membangun kesejahteraan sekaligus mempercepat pencapaian MDGs perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak terutama mitra media. [FOTO: DEDE H]
32
S
ELAIN dengan perguruan tinggi, pemerintah daerah, lembaga, Damandiri juga bermitra dengan banyak media baik elektronik, radio, internet maupun media cetak. Satu sahabat baru media cetak itu adalah Suara Pembaruan. Gerakan pemberdayaan yang dilakukan melalui Posdaya sebagai upaya membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan sekaligus akselarasi pencapaian target pembangunan millinium (MDGs) terus menjadi sorototan sekaligus ketertarikan banyak media untuk menjadi sahabat yang menginformasikan sekaligus mensosialisasi gerakan masyarakat dalam pemberdayaan keluarga tersebut. Media menjadi salah satu mitra penting
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
dalam kegiatan gerakan pemberdayaan keluarga ini, media mempunyai posisi strategis untuk menginformasikan berbagai kegiatan gerakan pemberdayaan yang dilakukan masyarakat baik yang difasilitasi pemerintah kabupaten/kota maupun yang dilakukan masyarakat secara mandiri, serta didukung oleh perguruan tinggi serta lembaga lainnya yang mempunyai kepedulian sama mengentaskan kemiskinan dan menjadikan masyarakat menjadi lebih berdaya. Itu antara lain yang terungkap di ruang rapat besar Yayasan Damandiri dalam perbincangan antara Tim Harian Suara Pembaruan yang dipimpin Theo L Sambuaga, dengan Prof Dr Haryono Suyono, Dr (HC) Subiakto Tjakrawerdaja, Dr Much Soedarmadi dan Dr Mulyono D Prawiro dari Yayasan Damandiri, serta Hari Setiyowanto selaku koordinator wartawan liputan media mitra Yayasan Damandiri. Ketua Yayasan Damandiri, Prof Haryono pada mitra sahabat media barunya menuturkan berbagai pengalamannya mengembangkan program Posdaya sebagai program gerakan pemberdayaan yang pro rakyat dan memiliki tujuan mulia mengentaskan kemiskinan mengajak masyarakat kecil berusaha dan tidak mudah menyerah agar bisa berdaya, serta mengajak yang kaya membantu yang miskin, yang sehat menolong yang sakit, yang kuat membantu yang lemah melalui sinergi kebersamaan yang menjadikan budaya gotong royong sebagai salah satu energinya, selain partisipasi masyarakat sebagai yang utama. “Saya dalam setiap kunjungan memenuhi undangan bupati, walikota maupun gubernur di banyak daerah selalu saya ajak untuk mengedepankan partisipasi dan menjadikan gerakan masyarakat sebagai melalui Posdaya dalam membangun kesejahteraan sekaligus mempercepat pencapaian target pembangunan milenium,” tutur Prof Haryono yang disimak langsung Theo L Sambuaga, Listyorini (General Manager Sales dan Advertising), Johanna Tikoalu (Account Executive), Marselius Rombe Baan (Redaktur) dan Dina (Reporter). Mantan Menteri Perumahan Rakyat tertegun dan kagum dengan program Posdaya yang dikembangkan mantan Menko Kesra bersama tim dan mitra-mitra perguruan tinggi
Haryono Show Sebuah acara khas yang mengupas, mengulas dan mengkritisi berbagai persoalan, mulai dari masalah sosial, kesehatan, UKM, kependudukan, pendidikan, bersama Prof Dr H Haryono Suyono, dipandu Riri Wijaya Lewat kemasan yang sangat dialogis Anda dan Keluarga Indonesia dapat mengetahui pemikiran-pemikiran kreatif dan inovatif dari
Prof Dr H Haryono Suyono. Simak acaranya
Setiap Rabu Jam 08.00 – 09.00 WIB. Hanya di maupun lembaga sosial lainnya. Prof Haryono mengatakan, banyak pemimpin di daerah yang pintar namun belum mampu mengentaskan kemiskinan. Pasalnya, daerah yang dipimpin masih mempunyai banyak penduduk miskin. Karena selama ini para bupati/walikota cenderung fokus pada pembangunan infrastruktur. “Pembangunan infrastruktur itu bukannya tidak baik, tetapi memberdayakan dan menguatkan masyarakat miskin jangan sampai terlewatkan. Mereka butuh perhatian sama agar bisa berdaya,” ujarnya. Maka, kata Haryono, begitu mengetahui ada program Posdaya, banyak kepala daerah meminta dirinya datang untuk menyosialisasikan. Bahkan banyak kepala daerah yang sengaja datang jauh-jauh ke kantornya di Yayasan Damandiri hanya untuk mengundangnya memaparkan atau mensosialisasikan program Posdaya. Theo Sambuaga mendengar penjelasan dan penuturan Prof Haryono merasa perlu ikut serta membantu daerah melalui Yayasan Damandiri. Bersama media grupnya, seperi media cetak, televisi maupun majalah serta media online, kata Theo Sambuaga, sangat terapresiasi untuk bisa menjadi mitra pemberdayaan melalui media, khususnya bidang kesejaheteraan rakyat (kesra).
“Kalau Pak Theo dan kawan-kawan bersedia bergabung, kami tentu sangat senang. Sehingga akan semakin banyak media yang menjadi sabahat menginformasikan berbagi kegiatan pemberdayaan melalui Posdaya yang dilakukan Yayasan Damandiri bersama para mitra kerjanya,” sambut Prof Haryono terkait pengajuan medianya untuk menjadi mitra media dari media grup yang dipimpin Theo L Sambuaga itu. Dengan penuh persahabatn dan keyakinan, Theo Sambuaga menyambut gembira setelah pengajuan pihaknya menjadi mitra diterima dengan baik jajaran pimpinan Yayasan yang telah konsisten membantu pemerintah dalam pengentasan kemiskianan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Selanjutnya Theo meminta stafnya untuk mengurus materi kerjasama kepahaman antara Suara Pembaruan dengan Damandiri. Selamat datang sahabat baru. HARI
Kini semakin banyak media yang menjadi sabahat Yayasan Damandiri menginformasikan berbagi kegiatan pemberdayaan melalui Posdaya. [FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
33
34
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
POSDAYA ORGANISASI SOSIAL
Pengurus Baru Hipprada Jateng
Bertekad Kuatkan Pengabdian dan Posdaya Dalam hiruk pikuk kampanye presiden untuk meyakinkan rakyat Indonesia siapa yang pantas dan layak dipilih pada Pemilu 9 Juli 2014 ini, untuk jadi Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019, demikian dahsyat. Namun ini berbeda dengan Hipprada Provinsi Jawa Tengah (Jateng), tanpa hiruk pikuk dan kasak kusuk maupun kampanye hitam yang merugikan demokrasi tersebut telah berhasil memilih Presidennya. Kemudian Hipprada pun berhasil menyusun kepengurusan baru masa bakti 2014-2018 serta bertekad menguatkan pengabdian melalui tiga dimensi pengabdian.
Ketua Umum Hipprada Pusat Kak Prof Haryono Suyono mengukuhkan pengurus Hipprada Jateng di auditorium Kwarda Jateng, Semarang, Jateng. [FOTO-FOTO: HARI]
W
AJAH-wajah segar dan sumringah tampak di antara senyum para pejuang yang selama ini telah memberikan darma bakti terbaiknya, baik di Hipprada, Pramuka maupun di pemerintahan serta swasta. Meski sudah berumur tapi semangat pengurus baru begitu luar biasa. Seperti terlihat saat mengucapkan sumpah janji. Hadir dalam pengukuhan tersebut antara lain, Asisten III (Bidang Kesra) Setda Provinsi Jawa Tengah Ir Djoko Sutrisno MSi Kanwil Radio Republik Indonesia (RRI), Kak Parni Hadi, Bendahara Hipprada Pusat, Kak Bpk. Kak Dr H Soekardi, MPd (Ketua Hipprada Provinsi Jawa Tengah). Selain itu hadir pula para koordinator wilayah Semarang, Pati, Surakarta, Kedu, Banyumas dan Pekalongan. Hiprada yang anggota mantan Pramuka dan simpatisan Pramuka yang mempunyai ciri utama karakter kebersamaan, peduli sesama-
nya, jiwa dan semangat yang tak kenal mundur. Mottonya adalah sekali pandu tetap pandu. Sekali bergerak untuk masyarakat luas, tetap bergerak. Pada pengurus baru Hipprada Jateng, Kak Prof Haryono Suyono sebagai Ketua Umum Hipprada Pusat mengajak, yang pertama konsolidasi organisasi. ”Konsolidasi organisasi ini harus diikuti pengembangan jaringan baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/ kota,” kata Kak Haryono. Bila perlu dalam konsolidasi organisasi tersebut, kepengurusan ditambah dengan penasehat maupun sahabat Hipprada. Kak Haryono mengingatkan, agar kegiatan Hipprada diisi oleh motto yang sudah diwariskan almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yaitu Hipprada tetap cinta Pramuka, Hipprada tetap membantu Pramuka, Hipprada tetap bergerak dengan pikiran yang jernih dengan keihlasan dan semangat bahwa Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
35
Kak Prof Dr Haryono Suyono sedang memberikan sambutan yang penuh dengan motivasi dan ajakan gerakan pemberdayaan.
Sebelum pengukuhan terlebih dahulu menyanyikan Indonesia Raya dan Mars Hipprada.
36
kita ingin gerakan Pramuka di Indonesia tetap jaya tetap menjadi gerakan pemuda yang gegap gempita. Isi oleh motto kedua yang sudah diwariskan, imbuh Kak Haryono, anak-anak muda, anak-anak remaja setidak-tidaknya harus diberi informasi, motivasi, dikembangkan untuk mencintai falsafah kepanduan, falsafah Pramuka dan kita dorong mereka menjadi Pandu, Pramuka baik di sekolah maupun di luar sekolah. Ketua Umum Hipprada menegaskan, Hipprada Jateng dan di semua wilayah menggalang kerja sama yang erat dengan Gerakan Pramuka mengembangkan Pramuka berbasis wilayah. Tujuannya adalah agar anggota Pramuka mengembangkan pelatihan ketrampilan bersama dan menyatu dengan generasi muda dan kekuatan pembangunan lainnya di desa. Para pemuda diharapkan mengenal lapangan dan berbaur bekerja cerdas dan keras dengan masyarakat di seluruh pedesaan. Dengan cara itu anggota Gerakan Pramuka berbasis pe-
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
desaan dan pemuda peduli secara dini mengenal daerahnya dan menjadikan desanya basis kegiatan kepramukaan dan pembangunan yang dinamis. ”Oleh karena itu saya mohon agar Hipprada menjadi pelopor bagi pengembangan gerakan Pramuka berbasis wilayah, berbasis desa, berbasis kelurahan, tetapi tidak Hipprada sendiri yang membentuk semuanya itu. Kita fasilitasi gerakan Pramuka agar Pramuka membentuk Pramuka berbasis wilayah, berbasis desa, berbasis kelurahan tersebut,” pinta Kak Haryono. Pramuka-Pramuka di wilayah, desa maupun kelurahan tersebut diharapkan akan menjadi Pramuka yang muncul dalam segala kejadian dan peristiwa penting di desa maupun di tempat-tempat lain, bukan Pramuka yang muncul seminggu sekali. ”Pramuka yang secara spontan menjadi penolong, mempersatukan mereka yang belum bersatu, dan mencerdaskan mereka yang belum cerdas,” katanya. Menurut Kak Haryono, dengan mengenal generasi muda sesama di desanya diharapkan anak muda belajar mengenal potensi desanya untuk dikembangkan menjadi kebanggaan bersama, sehingga pada setiap jenjang pendidikan selanjutnya bisa dijadikan materi bahasan untuk dicarikan pemecahan dan dorongan pembangunan yang diolah secara cerdas dan dinamik di daerahnya. Pramuka yang cinta tanah air dan bangsanya, ujar kak Haryono memulai kegiatannya dengan mencintai desanya. “Menjadi bangga akan desanya dan akhirnya mencari dan menemukan olahan untuk menjadikan desanya sebagai titik pangkal kemajuan bangsa dan negaranya. Bangga suka desa,” tuturnya. Pada kesempatan tersebut Kak Haryono yang juga dikenal sebagai Ketua Yayasan Damandiri mengajak seluruh anggota Hipprada untuk membentuk Posdaya, dan apabila sudah ada Posdaya di wilayahnya harus dikuatkan. “Pengurus Hipprada bisa menjadi Pembina Posdaya yang ada sebagai wadah mengembangkan serta menyegarkan persatuan dan kesatuan. Jangan sampai bisa dipecahpecah oleh kepentingan
politik yang berbeda-beda,” tegasnya. Sementara itu Wakil Gubernur Jateng Drs Heru Sudjatmoko, MSi dalam sambutannya yang dibacakan Asisten III (Bidang Kesra) Setda Provinsi Jawa Tengah Ir Djoko Sutrisno MSi mengatakan, pada para pengurus Hipprada yang baru saja dikukuhkan diharapkan segera melakukan konsolidasi dan menyusun program kerjanya agar dapat membawa Hipparada Jateng ke arah yang lebih baik. “Saya yakin Hipprada dengan pengalaman, kesepuhannya memiliki banyak bekal untuk berbakti pada sesama dan tetap berkontribusi untuk pembangunan bangsa, minimal untuk saling ngangsu kawruh, saling tukar pengetahuan, tukar pengalaman, jika perlu menjadi tut wuri handayani dan memandu generasi muda untuk sukarela aktif dalam gerakan Pramuka,” kata Heru Sudjatmoko yang mantan Bupati dan getol mengembangkan Posdaya di Purbalingga. Menurut Wagub Jateng, alangkah baiknya para pengurus terlebih dulu mengajak anak maupun cucu untuk aktif dalam kegiatan Pramuka. Harapannya, kalau mereka selaku calon generasi muda tersebut kelak sudah memasuki dunia pendidikan maka dengan sendirinya akan masuk menjadi anggota Pramuka. Hal itu, kata Heru Sudjatmoko menjadi tantangan tersendiri bagi pengurus Hipprada dalam mempersiapkan kader Pramuka yang dapat dipercaya, mampu bekerja cerdas dan ikhlas. “Itu selaras dengan pemberdayaan yang sseluruh pengurus dan anggota Hipprada lakukan melalui Posdaya, yang pada hakekatnya memberdayakan semua potensi yang ada baik sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan sumberdaya lainnya,” jelasnya. Dengan semakin banyaknya lembaga bergerak dalam pemberdayaan masyarakat, Wagub Jateng berharap jangan sampai overlapping antar lembaga top organisasi pemberdayaan. Sehingga menjadikan boros tenaga, biaya dan pikiran. Untuk itu, ujar Wagub, kalau ada komunikasi, koordinasi, kontinyunitas antar lembaga maupun organisasi, maka masing-masing bisa berjalan sesuai tugas, peran dan fungsinya serta saling mendukung satu sama lain. Tiga dimensi pengabdian Kak Dr H Soekardi, MPd, Ketua Hipprada Provinsi Jawa Tengah menegaskan, Hipprada
yang dipimpinnya mempunyai tiga dimensi pengabdian. Pengabdian pertama, sejak awal secara konsisten ingin membantu Pramuka. Di Jateng sudah dibentuk 91 gugus depan wilayah Pramuka. ”Gugus depan wilayah yang sudah terbentuk tersebut selanjutnya diserahkan kepada Kwartir agar pelaksanaannya tidak bias,” kata Kak Soekardi. Pengabdian kedua, mengembangkan sumberdaya manusia lewat Posdaya. Di Jateng sudah ada 84 Posdaya yang dibentuk oleh Hipprada. Kemudian pengabdian ketiga, ingin meningkatkan kondisi fisik orang-orang lansia. Serta mengembangkan kemampuan anak-anak muda yang berusia 25 tahun ke atas yang menjadi anggota Hipprada supaya mempunyai kemampuan ekonomi yang memadai. ”Ada berbagai usaha yang dikembangkan, antara lain usaha herbal, usaha pengembangan agro, dan kegiatan-kegiaitan positif lainnya yang bertujuan membantu ekonomi kerakyatan mereka,” paparnya. Hipprada Jateng, kata Soekardi, juga sudah mempunyai koperasi di cabang-sabang. Apabila belum menjadi koperasi dinamakan koperasi. Terkait Pilpres, Soekardi sangat mendukung dijalankannya proses demokrasi dan mendukung siapa pun Presidennya nanti. Karena menurutnya, keduanya mendukung dikembangkan program pendidikan. Kependidikan itu yang akan menjadi modal. Hal itu sejalan dengan kegiatan Hipprada yang melakukan kegiatan pendidikan, melakukan empowering bagi generasi muda agar pada saatnya nanti tidak ada kesenjangan pada generasi kita ini. HARI
Pengurus baru Hipprada Jateng yang dikukuhkan Ketua Umum Hipprada Pusat.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
37
POSDAYA ORGANISASI SOSIAL
Haryono Terima Anugerah
Dharma Krida Baraya Adikarya Anugraha UNS Surakarta UNS sebagai perguruan tinggi yang menjadikan UMKM sebagai salah satu program unggulannya, mengapresiasi para pelaku baik perorangan, maupun instansi berprestasi dan peduli UMKM dengan memberikan Penganugerahan Darma Krida Baraya Adikarya Anugraha.
Prof Dr Haryono Suyono diapit Prof Dr Ravik Karsidi MS dan Prof Dr Darsono memperlihatkan Penghargaan Dharma Krida Baraya Adikarya Anugraha UNS berikut sertifikatnya. [FOTO-FOTO: HARI]
W
ALAUPUN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) maupun koperasi belum menjadi pilihan utama yang menentukan, tetapi kenyataannya UMKM dan koperasi memang penting bagi perekonomian nasional Indonesia. Hal itu terbukti dalam masa refomasi, masa paceklik UMKM dan koperasi menjadi payung di masa sulit. Demikian diungkapkan Rektor Univeritas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Prof Dr Ravik Karsidi, MS saat menyampaikan sambutannya pada malam Penganugerhaan Darma Krida Barya Adikarya Anugraha dalam rangka 3rd UNS SME Summit and Awards Tahun 2014, 16 Juni, di Ruang Indraprasta Pusdiklat UNS, Kentingan, Surakarta. Sementara tujuan pemberian penghargaan tersebut untuk memberikan penghargaan kepada pemerhati UMKM baik lembaga maupun perorangan. Yaitu pemerintah daerah provinsi dan kabupaten, inkubator perguruan 38
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
tinggi, pengembangan UMKM terbaik, perkebunan, aneka tambang. Untuk meningkatkan peran sesuai peran masing-masing untuk memajukan UMKM di Indonesia. “Penganugerhaan Darma Krida Baraya Adikarya Anugraha karena mereka dinilai mempunyai prestasi dalam mengembangkan usaha kecil dan mikro (UKM)dan koperasi di Indonesia,” kata Prof Ravik Karsidi. Selain itu, ujar Prof Karsidi, penghargaan ini diberikan juga karena UKM adalah salah satu dari keunggulan yang dikembangkan oleh UNS. Diharapkan penghargaan semacam ini walaupun UMKM maupun koperasi belum menjadi pilihan utama untuk menentukan tetapi kenyataannya UMKM dan koperasi memang penting. “T e rbukti dalam masa refomasi, masa paceklik UMKM dan Keperasi menjadi payung di masa sulit,” tuturnya. Ada sembilan penerima penghargaan, salah satunya penghargaan untuk kategori personal atau perorangan Peduli Pengembang
UMKM terbaik diberikan pada Prof Dr Haryono Suyono, Ketua Yayasan Damandiri. Delapan penerima lainnya diberikan pada, Kabupaten Pelalawan, Kalimantan Selatan untuk kategori Pemkab/ Pemkot Pengembang UMKM Terbaik. Kalimantan Timur sebagai Provinsi Pengembang UMKM Terbaik, DBS Kosama Micro Finance Kalimantan Barat (Pengelola Terbaik). Sedangkan Inkubator Entrepreneurship Centre Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat sebagai penerima penghargaan kategori Perguruan Tinggi Pelaksana Inkubator Wirausaha Terbaik. PTPN VII Lampung (BUMN Perkebunan Pengembang UMKM Terbaik, PT Holchim Indonesia Tbk. Tuban Plant, Jawa Timur (Swasta Pertambangan Pelaksana CSR Pengembang UMKM Terbaik). Penerima penghargaan lainnya, PT Unilever untuk kategori Swasta Convenience Goods Pelaksana CSR Pengembang UMKM Terbaik, Tupperware Distributor Surakarta (Swasta Consumer Goods Pelaksana CSR Pengembang UMKM Terbaik. Serta untuk kategori Swasta Perkebunan Pengembang UMKM Terbaik diberikan kepada PT Gunung Sejahtera Puti Pesona. “Untuk pemberian penghargan Dharma Krida Baraya Adikarya Anugraha kepada Prof Haryono, karena beliau bukan saja peduli tapi juga piawai mengembangkan UMKM melalui pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya),” kata Rektor UNS Prof Ravik. Menurut dia, penganugerahan yang diterima mantan Menko Kesra tersebut, diha-
Rektor UNS Prof Dr Ravik Karsidi, MS memberikan sambutan pada puncak acara penyerahan penghargaan di Auditorium Pusdiklat UMKM UNS Surakarta.
rapkan bisa menjadi contoh bagi generasi muda di masa datang. Selain pemberian penghargaan, acara 3rd UNS SME Summit and Awards Tahun 2014, juga didahului beberapa kegiatan di antaranya Seminar Nasional membahas pengembangan UMKM di Indonesia dengan menampilkan Keynote Speaker Drs Braman Setyo, MSi, Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementrian Koperasi dan UKM. Selain diberikan kepada perorangan
Sejumlah tokoh bergambar bersama usai menerima Penghargaan Dharma Krida Baraya Adikarya Anugraha UNS.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
39
Prof Dr Ravik Karsdi, Prof Dr Haryono Suyono, Prof Dr Darsono dan Dr Subiakto Tjakrawerdaja bersama para penerima pengahargaan dari UNS.
penghargaan juga diberikan kepada pemerintah daerah, perguruan tinggi dan pihak suwasta yaitu, kepada UMKM Kabupaten Palawan, Pengambang UMKM Provinsi Kalimantan Timur, BDS Kosama Micro Finance
40
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
Kalimantan Barat, Perguruan Tinggi Pelaksana Inkubator yaitu Wirausaha Inkubator Intrepreneurship Centre Universitas Andalas, BUMN Pengembang UMKM ter baik PTPN Lampung, Pertambangan Pelaksana CSR PT Holcim Tbk Tuban Plant, UMKM PT Unilever Tupperware Distributor Surakarta dan PT Gunung Sejahtera Puti Pesona. Hadir dalam malam penganugerahan ini selain unsur dari pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/ kota, inkubator perguruan tinggi, pengembangan UMKM terbaik, perkebunan, aneka tambang, juga Dr (HC) Subiakto Tjakrawerdaja, Dr Much Soedarmadi, Dr Mulyono D Prawiro, yang masing-masing merupakan Sekretaris, Direktur Pelaksana dan Deputi Direktur Bidang Umum Yayasan Damandiri. Penghargaan yang diterima Prof Haryono dari UNS menambah catatan, setelah bulan sebelumnya mendapat penghargaan dari museum rekor dunia Indonesia – MURI (Musium Rekor Indonesia) karena telah mendatangani naskah kesepahaman (MoU) dengan 32 perguruan tinggi negeri maupun swasta di Malang Raya. “Prof Haryono memang pantas mendapatkan banyak penghargaan dan apresiasi karena kepedulian dan prestasinya selama ini dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Beliau tak pernah berhenti menggerakan gerakan kegiatan pemberdayaan keluarga, utamanya keluarga kurang berdaya agar menjadi berdaya, banyak kabupaten/ kota hampir di seluruh Indonesia. Ini tentu luar biasa dan patut dicontoh,” tutur Prof Ravik Karsidi. HARI
KONVENSI POSDAYA
«Launching» Bantuan Stimulan Jamban Keluarga di Pacitan Syuting untuk acara talk show Semanggi produksi TVRI Jawa Timur, kali ini mengambil lokasi di Balai Desa Sobo, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jatim. Launching bantuan stimulan jamban keluarga dan pisang kavendish bagi anggota Posdaya di Kabupaten Pacitan ini, menjadi tema sentral acara talk show. Seperti biasa, talk show dipandu Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dengan dibantu host TVRI Jatim Sinta Rosa. Tampil dalam acara itu antara lain Bupati Pacitan Drs Indartato, MM dan Camat Pringkuku Drs Joko Suyono.
A
CARA ini akan disiarkan ke seluruh Provinsi Jawa Timur, dan ditayangkan tanggal 9 Juli, tepatnya pukul setengah enam sampai jam 7 sore oleh TVRI Jatim. “Jangan lihat TV lain, terutama TV One atau Metro TV,” ajak Prof Dr Haryono Suyono yang menjadi host talk show Semanggi. Tentu saja membuat ratusan hadirin di balai desa itu tertawa dengan gurauannya. “Ini akan ditonton oleh saudara-saudara kita yang bisa mendengar dengan tepuk tangan, juga dengan yang tidak mendengar bertepuk tangan. Oleh karena itu saya ajari tepuk tangan untuk yang tunga rungu, mari kedua tangan diangkat ke atas dan dilambailambaikan,” ucap Prof Haryono seraya melambai-lambaikan tangan di udara dan diikuti semua tamu yang menontonnya, meniru tepuk tangan para tuna rungu. “Tolong selama setengah jam jangan ada yang tidur dalam rekaman ini, kalau ada yang tidur memalukan Bupati Pacitan,” ucapnya lagi yang kembali disambut tertawa hadirin.
“Jadi, pak bupati hari ini kita meresmikan beberapa kegiatan, yang sepuluh hari lalu saya bertemu dengan bapak bupati memohon izin kepada bapak bupati, dan minggu ini seluruh janji sudah dipenuhi. Mulai dari Jamban keluarga, PAUD, penanaman pisang cavendish dan pohon sengon,” tambah pria kelahiran Pacitan, Jatim, ini. “Atas nama pak bupati karena pak bupati tadi menyumbangkan 300 zak semen, maka pak camat kita harapkan akan menyelesaikan 600 keluarga yang tidak punya jamban keluarga. Nah, nanti kita selidiki apakah betul-betul 600 keluarga sudah mempunyai jamban keluarga. Kalau hanya seratus keluarga saja maka semennya harus dikembalikan ke pak bupati,” ucap Prof Haryono disambut tawa para hadirin. “Tetapi pak camat akan kita sumbangkan beberapa saja “leher angsa” untuk jamban itu. Jadi modalnya untuk warga di desa untuk pak camat adalah pasir, tenaga dan lainnya. Habis lebaran selesai?” tanya Prof Haryono. “Siap pak,” jawab para peserta pertemuan itu.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat syuting acara talk show Semanggi produksi TVRI Jawa Timur, di Balai Desa Sobo, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jatim. [FOTO-FOTO: DEDE H]
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
41
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Bupati Pacitan Drs Indartato, MM disambut anak-anak TK Desa Sobo.
Prof Haryono bersama Bupati Pacitan Drs Indartato, MM dan semua peserta pertemuan menyanyikan lagu “Indonesia Raya”.
42
“Camat bagaimana? Siap? Kepala Desanya bagaimana?” tanya Prof Haryono lagi. “Siaaap,” jawab para camat serentak. “ Jadi Kecamatan Pringkuku ini siap dengan jamban keluarga setelah hari lebaran. Mari kita tepuk tangan meriah,” ucap Menko Kesra dan Tasklin era Presiden BJ Habibie ini. Siang itu pun Prof Haryono mengajak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan untuk tampil di panggung acara. “Bagaimana Pak Eko? Pak Eko selaku Kepala Dinas Kabupaten Pacitan silakan menjelaskan,” pinta Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN di masa Presiden HM Soeharto ini. “Terima kasih bapak Prof Haryono. Selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan saya melaksanakan kebijakan Kepala Daerah yang jelas untuk meningkatkan kesehatan.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
Langkah pertama memang adalah dengan jamban keluarga ini, dengan teknik yang terpadu dikembangkan oleh Dr dr Budi Laksono, dengan dikenal Jamban Ampibi. Jamban ini bisa dipakai dengan air atau tanpa air jika sulit air. Dengan kita sudah dinyatakan stop atau bebas buang air besar sembarangan, hari ini tim khusus intel dari Kementerian Kesehatan datang. Memang saya juga akan melapor apakah penilaiannya hari ini, tetapi kita memang sudah tidak masalah sebab sudah stop buang air besar sembarangan. Tentang datang jam berapa, monggo saja yang pasti Pacitan sudah siap,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan. Itu langkah pertama dengan jamban keluarga, lanjutnya, dan nanti akan kita dorong Pacitan menjadi Kota Sanitasi. “Dengan air minumnya pak bupati juga sudah menyiapkan, juga limbahnya. Mimpi saya pak Prof Haryono, Pacitan menjadi Kota Sanitasi yang pertama di Jatim atau di seluruh Indonesia. Jadi meniru Singapura Prof,” paparnya yang di sambut tawa prof Haryono dan hadirin. “Kita dukung ya Prof,” kata Shinta Rosa, host TVRI Jatim yang mendampingi acara tersebut. “Mba Shinta ini luar biasa. Karena manusia dilahirkan dengan usia harapan hidup yang panjang. Oleh karena itu, kita sangat bersyukur bahw gerakan KB di Pacitan sejak zaman dulu sudah jadi juara. Siapa yang anaknya lebih dari lima, mohon ngacung?” tanya Prof Haryono. “Tidak ada, wow tepuk tangan yang meriah,” ucap Prof Haryono semangat. “Jadi lebih dari lima tidak ada ya?” tanya Prof Haryono lagi. “Ibu-ibu di ujung sana ada?” “Hanya dua anak pak,” kata ibu-ibu yang ditunjuk. “O, hanya dua. Bagus. Dua cukup ya, luar biasa,” ucap Prof Haryono sumringah. “Dan begitu lahir gizinya harus bagus. Pak Bupati tadi sudah memberi contoh gizi bagus itu harus
ada kebun bergizi. Mba Dian tadi kita bawa contoh bibit kebun bergizi. Nanti bibit kebun bergizi kita sumbangkan untuk Kecamatan Pringkuku harus lebih dulu dibagikan mendapatkan bibit kebun bergizi. Nanti sisanya kita bagikan kepada kecamatan lain. Karena Kecamatan Pringkuku adalah asal mulanya ada bupati Pacitan yang namanya Indartarto. Tepuk tangan pun meriah,” ujarnya yang kemudian disambut tepuk tangan meriah. “Pak bupati, ini ada benih untuk kebun bergizi. Ada benih bayam, benih kangkung, dan macam-macam. Jadi kita mulai lebih dulu Kecamatan Pringkuku. Begitu lahir, begitu mulai makan sayur dan sebagainya, tidak ke mana-mana tapi di rumah sendiri,” papar Prof Haryono. Prof Haryono pun mengeluarkan bibit kebun bergizi dari kotak putih. Masing-masing bibit yang terbungkus plastik terikat dalam satu bungkus kecil. “Ini kelihatannya sepele, tapi dari satu ikat benih ini untuk 150 keluarga. Sebab satu bungkus ini isinya banyak. Jadi seperti sengon pak. Sengon saya bawakan hanya 5 kg, tapi jumlahnya bisa untuk 10 ribu pohon sengon,” papar Ketua Yayasan Damandiri yang aktif blusukan ke desa-desa ini. “Jadi ini rekayasa yang luar biasa. Pak Camat nanti butuh berapa, kita beri dan sisanya kita kembalikan lagi untuk Kecamatan Pringkuku. Siap kan pak Camat membuat kebun bergizi di halaman rumah?” tanya Prof Haryono. “Siaaap,” jawab para camat. “Bapak kepala desa bagaimana?” tanya Prof Haryono lagi. “Siaaap,” Jawab mereka serentak. “Ibu-ibu PKK juga siap?” “Siaaaap.” “Salah satu kepala desa coba ke sini, dengan izin pak bupati mohon satu kepala desa ke sini. Satu lagi sudah kadung berdiri sini pak,” pinta Prof Haryono. Host Shinta langsung bertanya: “Namanya siapa pak?” “Nama saya Rusmono, Kepala Desa Dandapan, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan,” kata lelaki bertubuh tinggi kekar itu. “Apakah bapak benar-benar siap melaksanakan semua ini, seperti kebun bergizi dengan berbagai benih ini? Siap Pak?” tanya Sinta lagi.
“Bukan siap lagi bu, malah ini sudah kita lakukan sebab ini adalah kebutuhan dasar kami,” jawab Rusmono mantap disambut tepuk tangan meriah. “Pak Bupati, rupanya camat Pringkuku, dan kepala-kepala desa di sini juga calon-calon bupati pak,” gurau Prof Haryono yang disambut tertawa bupati dan para hadirin. “Satu lagi, bapak nama siapa pak?” tanya Sinta. “Nama Budiman, Kepala Desa Sobo, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan,” kata lelaki satu ini. “Nah, bapak sebagai tuan rumah senang ya pak mendapat bantuan jamban keluarga, juga benih dari bibit kebun bergizi?” tanya Sinta. “Sangat senang sekali,” jawabnya. “Siap menjalankan itu untuk kontinyu?” “Lebih dari siap.” “Luar biasa,” kata Prof Haryono. “Kalau rakyatnya bikin jamban sendiri minta ongkos apa nggak pa?” “Tidak pak.” “Betul?” “Betul pak.” “Nah, ini namanya gerakan masyarakat,” kata Prof Haryono. “Jangan kalau ada proyek minta. Nanti kalau ada pilihan presiden wani piro,” ucap Prof Haryono seraya tertawa. “Singkatannya NPWP pak. Nomor Piro Wani Piro,” kata Prof Haryono berkelakar disambut tawa hadirin. “Jadi kalau kita sadar bahwa presiden masa depan adalah yang membawa rakyat dengan kemakmuran, itu yang kita coblos. Jangan bilang wani piro ya pak? Nggih, siap ya pak?” “Siap.” “Bagus,” kata Prof Haryono setuju. DH
Launching bantuan stimulan jamban keluarga dan pisang Cavendish bagi anggota Posdaya di Kabupaten Pacitan diwarnai bincang-bincang dengan sejumlah kaum ibu Desa Sobo.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
43
LAPORAN UTAMA
«Financial Inclusion» Sahabat Posdaya Tanggal 12 Juli merupakan Hari Koperasi bagi bangsa Indonesia. Koperasi dan ekonomi kerakyatan menjadi pilar utama ekonomi nasional. Sektor UMKM dan koperasi sudah teruji sebagai usaha ekonomi yang digdaya di saat krisis ekonomi menerpa Indonesia pada tahun 1998 silam. Kini dengan financial inclusion akan menjadi peluasan kesempatan penguatan ekonomi bagi seluruh rakyat.
Pelatihan kelompok wirausaha Posdaya merupakan sasaran tepat penerapan sistem financial inclusion. [FOTO: HARI]
T
AHUN ini peringatan Hari Koperasi menjadi sangat istimewa. Peringatan hari koperasi sebagai usaha ekonomi di Indonesia yang dicetuskan Drs Mohammad Hatta pada 12 Juli 1947 silam, di Tasikmalaya, Jawa Barat, ini bertepatan dengan bulan dan momen penting perjalanan bangsa dan negara Republik Indonesia. Pertama momen bulan suci Ramadhan dan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden untuk periode 2014-2019. Kedua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden (Capres dan Cawapres) memanfaatkannya pada setiap ajang kampanye dan berdialog dengan masyarakat, menawarkan serta menjanjikan program ekonomi kerakyatannya, termasuk di dalamnya koperasi. Sehingga misi yang ditawarkannya pun menjadi perbincangan menarik. Pasangan Capres dan Cawapres dalam misinya menempatkan ekonomi kerakyatan sebagai primadona untuk mencapai tujuan kesejahteraan. Seperti misalnya, untuk merealisasikan visi dan misinya, pasangan capres dan cawapres Prabowo-Hatta melaksanakan pembangunan
44
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
ekonominya. Ada 8 program pembangunan ekonomi kerakyatan yang diusung dan ditawarkan serta dijanjikan pada rakyat. Kedelapan program tersebut adalah, memprioritaskan alokasi anggaran untuk pembangunan pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan, koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Mengah (UMKM), mendorong perbankan nasional dan lembaga keuangan lain untuk memprioritaskan penyaluran kredit bagi petani, peternak, nelayan, buruh, pegawai, industri kecil dan menengah, mendirikan Bank Tani dan Nelayan, melindungi dan memodernisasi pasar tradisional, melindungi dan memperjuangkan hak-hak buruh, mengalokasikan APBN minimum Rp1 miliar/desa/kelurahan per tahun langsung ke desa/kelurahan dan mengimplementasikan Undang-undang Desa, serta mendirikan lembaga tabungan haji dan mempercepat reformasi agraria untuk menjamin kepemilikan tanah rakyat, meningkatkan akses, dan penguasaan lahan. Sementara visi ekonomi pasangan capres Jokowi-JK adalah kemandirian ekonomi yang mensejahterakan rakyat. Ada beberapa sektor
strategis yang menjadi titik perhatian pasangan Jokowi-JK, yaitu kedaulatan pangan yang mensejahterakan, kedaulatan energi berbasis kepentingan nasional, restorasi ekonomi maritim Indonesia, penguatan teknologi inovasi. Lantas, sejauhmana ekonomi kerakyatan yang memiliki kekuatan besar ini, ke depan bukan saja pantas menjadi salah satu unggulan ekonomi nasional, tetapi bisa diakses dan mengakses rakyat dari bangsa ini secara lebih luas, seperi Financial Inclusion yang diinginkan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono saat meluncukan program ini di Bali beberapa tahun lalu? UMKM termasuk koperasi di dalamnya merupakan golongan usaha ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan, khususnya koperasi yang sudah menjadi bagian terpenting dari perekonomian nasional di Indonesia. Koperasi menjadi keseharian dalam pengembangan usaha ekonomi kerakyatan yang dikelola dengan semangat kebersamaan dan kekeluargaan. Sesuai Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Koperasi menjadi sokoguru perekonomian Indonesia. Sebagai sokoguru, tentu luar biasa karena mampu menjadi penopang perekonomian bangsa. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian di era globalisasi yang sangat sarat dengan persaingan. Banyak keluarga dan masyarakat tergabung dalam kelompok-kelompok membentuk koperasi. Melalui Koperasi mereka bertujuan bekerja keras meningkatkan usaha demi satu tujuan yang sama. Yakni, mengembangkan usaha ekonomi demi kesejahteraan bersama. “Koperasi dan ekonomi kerakyatan sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat, terlebih di saat krisis pangan dan krisis energi yang dialami Indonesia,” kata mantan Menteri Koperasi di Kabinet Pembangunan VI dan VII, Dr (HC) Subiakto Tjakrawerdaja. Menurutnya, pembangunan perekonomian Indonesia sudah seharusnya dilandasi pada upaya pemberdayaan koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional, karena hakekatnya koperasi sebagai institusi atau lembaga perekonomian tidak sebatas pada kepentingankepentingan saja melainkan juga bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat, terutama anggota-anggota koperasi. “Di sini kepentingan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sejalan dengan tanggung jawab kelembagaan koperasi. Yaitu koperasi sebagai lembaga perekonomian
rakyat yang tentu saja berkarakter Indonesia,” ujarnya. Sekretaris Yayasan Damandiri ini pun mengenaskan, koperasi Indonesia bukan identifikasi dari keberadaan koperasi di belahan dunia seperti Eropa dan Asia Timur. Bagi Indonsia, koperasi berorientasi pada pemberdayaan para anggota dalam kepemilikan aset produksi ekonomi. Produksi ekonomi yang dikerjakan, untuk semua di bawah pimpinan atau kepemilikan anggota-anggota masyarakat. Dr Subiakto Tjakrawerdaja “Koperasi Indonsia lebih mengutamakan kemakmuran masyarakat sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan, bukan keuntungan orang seorang,” katanya. Maka bersandar dari karakteristik tersebut, jelas Subiakto, pembangunan koperasi Indonesia semestinya dibangun dari kesadaran untuk melakukan usaha bersama dalam koperasi di masing-masing anggota, yaitu sebagai dinamisasi dan partisipasi aktif rakyat dalam pemberdayaan ekonomi yang dilakukan secara mandiri. “Koperasi bersama usaha ekonomi kerakyatan lainnya sangat membantu mengentaskan rakyat dari kemiskinan.Untuk itu para pasangan Capres dan Cawapres yang dipilih rakyat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden mendatang harus benar-benar memperhatikan dan berpihak serta memperjuangkan dan menguatkan usaha koperasi maupun ekonomi kerakyatan, seperti usaha mikro, kecil dan menengah sebagai usaha untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan rakyat,” pintanya. Tabur Puja Presiden SBY bersama Bank Indonesia, menghimbau agar setiap bank mengembangkan program baru dalam semangat kebersamaan menolong dan memberi akses yang mudah kepada keluarga yang belum pernah berhubungan dengan lembaga keuangan atau bank untuk mendapatkan fasilitas perbankan yang wajar. “Setiap bank diwajibkan menarik keluarga miskin agar mau menabung, kalau perlu kepada mereka diberikan bukan bunga wajar saja, tetapi bunga yang tinggi dan dibebaskan dari berbagai pungutan administrasi yang biasa dikenakan kepada penabung biasa,” kata Prof Dr Haryono Suyono, mantan Menko Kesra. Dengan semangat menabung itu, ujar Haryono yang juga Ketua Yayasan Damandiri Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
45
yang sudah lebih dulu mengembangkan Financial Inclusion ini, kepada keluarga miskin, atau keluarga setengah miskin, utamanya keluarga muda yang belum mempunyai usaha, diberikan kursus-kursus ketrampilan untuk bisa membuka usaha yang menguntungkan. “Kalau perlu mereka dimagangkan pada pengusaha, nasabah bank yang bersangkutan, untuk belajar usaha atau belajar ketrampilan agar bisa pada waktunya membuka usaha sendiri,” katanya. HR Soeroso, SE, MM Atau, lanjut Haryono ini, kalau perlu menugaskan kepada pengusaha yang telah menjadi nasabah banknya untuk membuka kursus-kursus ketrampilan agar nasabah penabung yang berasal dari keluarga miskin dilatih ketrampilan. Bahkan kalau perlu, pihak perbankan membuka kursus-kursus ketrampilan sebagai bagian dari kegiatan yang dibiayai oleh dana CSR bank yang bersangkutan. Menurutnya, dengan memberikan kepada keluarga miskin kursus-kursus keterampilan, diharapkan keluarga miskin bisa diajak atau diajari membuka usaha sederhana atau usaha mikro. Untuk itu keluarga miskin, utamanya diajak berkelompok dan kepada kelompoknya dianjurkan untuk bersama-sama membuka usaha mikro yang menguntungkan dengan dikelola bersama tanpa ada rasa persaingan dengan sesamanya, atau dengan usaha yang lebih besar atau lebih maju. Kepada bank, dengan semangat Financial Inclusion, diwajibkan untuk memasukkan, atau menjadikan kegiatan banknya untuk semua. Financial Inclusion adalah fasilitas dan fasilitasi bank untuk semua. “Terkait financial iclution ini, kita sudah mengadakan kerja sama dengan BPR (Bank Perkreditan Rakyat) maupun Bank UMKM, sehingga keluarga-keluarga miskin dapat meminjam ke BPR sekaligus menabung tanpa agunan,” katanya. Kalau di masa lalu tidak ada orang miskin utang ke bank. Biasanya orang miskin utang pada rentenir. Tetapi ini tidak, utang pada bank dengan bunga yang relatif murah. Bunganya tidak lebih dari 18 persen. “Bahkan di beberapa tempat cuma 14 persen. Ini murah sekali. Kadang pinjaman Rp 2 juta itu cicilannya kurang dari Rp 200.000. Kalau tidak bisa nyicil, keluarga kayanya yang mencicilkan. Jadi, tanggung renteng itu untungnya luar biasa. Dan ternyata selama ini, sudah lebih Rp 500 milyar tersalurkan dengan NPL-nya nol. Ini sungguh luar biasa. Makanya kita berani melepas ke Jawa Tengah. Jawa Timur sudah berjalan 46
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
di semua kabupaten, utamanya keompok wirausaha yang tergabung dalam Posdaya. Ini yang monumental,” kata Prof Haryono. Untuk menggiatkan semangat Financial Inclusion tersebut, penggagas program Posdaya ini, menguapayakan pada setiap kegiatan mahasiswa yang mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik Posdaya di kelurahan dan kampung-kampung, dan secara khusus, mahasiswa yang didampingi para dosen pembimbing, dianjurkan mengembangkan financial inclusion di kampung dan daerah-daerah pedesaan tersebut. Pendapat Prof Haryono tersebut dikuatkan HR Soeroso, SE, MM selaku praktisi pebankan yang juga Direktur Utama Bank UMKM Jatim dan Ketua Umum Perbamida (Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah) se Indonesia yang telah menjalin kerja sama dengan Yayasan Damandiri sejak Bank UMKM masih bernama Bank BPR Jatim. Kerja sama tersebut sudah berjalan selama lebih dari 4 tahun dalam hal penyaluran kredit pada Posdaya. “Kredit untuk Posdaya ini menjadi satu penguatan ekonomi kerakyatan. Jadi sesuai teori David Miller Land dari Amerika, bahwa negara dikatakan kuat ekonominya apabila minimal 2 persen penduduk itu entrephreneur (pelaku wirausaha) produktif,” kata Soeroso seraya menjelaskan, beberapa usaha yang dikembangkan di Posdaya yang didukungnya dengan skim Tabur Puja antara lain, industri rumah tangga (home industry), kuliner dan non kuliner, perdagangan, kebun bergizi dan tanaman kesehatan (apotik hidup), industri olahan. Mantan Kepala Bank Cabang Jatim Malang ini menegaskan, Bank UMKM Jatim dengan Damandiri sudah menggerakan sektor ekonomi kerakyatan dalam hal ini wirausaha Posdaya. Sebagai Ketua Umum Perbamida se Indonesia, Soeroso menegaskan, ada 300 BPR milik pemerintah daerah bekerjasama dengan Damandiri dalam penyaluran kredit pada Posdaya. “Karena wirausaha Posdaya ini merupakan UKM di level start up, mikro kecil. Artinya mikro kecil ibarat sekolah itu TK dan SD. Jika hal ini tidak ada pendampingan maupun kepedulian dari pemerintah, legislative serta dunia perbankan, maka upaya mengentaskan kemiskinan tidak bisa cepat. Sehingga dengan demikian dengan adanya program penguatan untuk mendorong para kelompok pelaku ekonomi kerakyatan maupun wirausaha Posdaya akan menjadikan upaya pengentasan kemiskinan menjadi lebih cepat serta menyerap lebih banyak tenaga kerja dan mengurangi pengangguran,” paparnya. HAR
CERITA SAMPUL
Kepala BKKBN Prof dr Fasli Jalal, PhD, SpGK
Posdaya Dukung Pemerintah Sejahterakan Masyarakat Kembali pada keluarga merupakan jawaban dari persoalan bangsa. Basis keluarga seperti sel dalam tubuh. Begitu ada keluarga yang rapuh, bermasalah, maka sakitlah bangsa ini. Saat ini ada 67 juta keluarga Indonesia yang harus dirawat dan harus punya ketahanan dalam keluarga, karena keluarga-keluarga inilah nantinya yang akan membangun bangsa. Pekerjaan ini makin sulit, karena lingkungan yang ada saat ini tidak sama seperti dahulu. Hal inilah yang menjadi pemikiran Prof dr Fasli Jalal, PhD, SpGK, selaku Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam menangani permasalahan kependudukan dan Keluarga Berencana (KB) di era globalisasi.
“D
ULU, keluarga muda banyak yang mendapat dukungan dari kakek, nenek, tante, sehingga kelemahan mereka difasilitasi lingkungannya atau keluarga besar yang selalu melihat keluarga kecil agar tidak terkendala, yang selalu melihat setiap anak diawasi bersama. Sehingga semua remaja itu milik bersama, dipupuk dan diberi peluang. Tidak ada yang terbiarkan sendiri. Lingkungan demikian ramah, media belum banyak mempengaruhi dan informasi sangat terbatas,” tutur Fasli Jalal yang ditemui Majalah Gemari di sela acara Deklarasi Keluarga beberapa waktu lalu di Kota Bogor. Seiring berkembangnya arus globalisasi dan wabah gadget melanda anak-anak hingga dewasa, waktu kebersamaan bersama keluarga makin mengecil. Hubungan komunikasi dengan anak-anak cukup melalui kotak segi empat yang super canggih. Apalagi anak-anak sekarang sudah lebih pintar daripada orang dewasa dalam hal applikasi pada handphone-nya. “Sekarang kita menghadapi tantangan besar. Misalnya, saat ini ada 600.000 warga Bogor naik commuterline ke Jakarta. Berarti mereka terpisah dari keluarga dalam rentang waktu cukup lama. Lalu bisakah mencari jalan untuk memperkokoh keluarga tersebut, dengan waktu terbatas tapi berkualitas?” ungkap Fasli Jalal. Dia juga menyambut baik “Gerakan 20 menit waktu berharga untuk anak, kembali pada keluarga” yang digagas Fakultas Ekologi Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerjasama dengan BKKBN, Pemda Bogor dan Pemprov Jawa Barat
pada Deklarasi Keluarga, 25 Juni 2014 lalu. “Gerakan kembali pada keluarga ini bisa diadaptasi oleh berbagai provinsi dan kabupaten. Kekuatan masyarakatlah nantinya yang bisa menentukan jalannya kegiatannya,”
Prof dr Fasli Jalal, PhD, SpGK [FOTO: DOK ADVOKASI BKKBN]
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
47
Kepala BKKBN Prof dr Fasli Jalal, PhD, SpGK bersama Ketua TP PKK Pusat Hj Vita Gamawan Fauzi, SH bergambar bersama anak-anak SD berprestasi dari Surabaya, Jatim dalam meriahkan acara Pameran dan Gelar Dagang Harganas XXI. [FOTO: ADE S]
48
cetusnya optimis. Saat ini, ada sekitar 28 juta balita di Indonesia dalam proses golden priode yang sangat membutuhkan stimulasi, dorongan dari sekitarnya. BKKBN memiliki konsep membangun orangtua yang mampu mengasuh anak balita. “Kami sudah punya modul. Kita berharap semua orangtua yang waktunya terbatas, terkena ancaman dari luar, lingkungan akrab yang makin lemah, semua itu membuat ketahanan keluarga makin berkurang. Tapi kita yakin, dengan kesadaran orangtua tidak ada yang ingin melahirkan anak tidak bermutu. Dan jangan menjadi generasi lemah,” tuturnya. Menurutnya, Deklarasi Keluarga di Jawa Barat menjadi kekuatan membangun keluarga makin banyak dan makin membumi di kalangan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah peserta yang memenuhi lapangan Kebun Raya Bogor yang diperkirakan hanya mencapai 1000 orang, ternyata hadir 2.600 orang. “Ini sebuah kegiatan yang luar biasa dan penting diikuti. Biasanya, kegiatan seperti ini jauh berkelanjutan daripada menggantungkan kegiatan pada pemerintah.” Oleh karena itu, ia juga menyambut baik adanya Pos-pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang digagas Yayasan Damandiri sejak 2007 lalu. Apalagi, Posdaya sudah merambah ke seluruh pelosok-pelosok desa di Nusantara bekerja sama dengan pihak perguruan tinggi, pemerintah daerah, tokoh-tokoh masyarakat dan perbankan. “BKKBN harus bisa membuka diri dan harus bisa menerima inisiatif masyarakat, apalagi program yang dilaksanakan masyarakat itu mendukung upaya pemerintah dalam menyejahterakan masyarakat. Karena BKKBN tidak bisa bekerja sendiri, tetapi harus bersama-sama kalau bisa terpadu agar pembangunan ini cepat berhasil,” kata Fasli.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
Apalagi melihat kondisi saat ini, keluar ga mempunyai hak-hak azasi dan adanya aturan otonomi daerah. Sehingga perlu adanya strategi khusus dalam upaya mencapai keluarga sejahtera. Keluarga-keluarga juga perlu mengetahui bagaimana cara mengelola atau mengendalikan jumlah anak dalam keluarganya, dan bagaimana mewujudkan anak-anak yang sehat, anak-anak yang bisa mengakses pendidikan yang baik. “Semua itu upaya agar sumber daya manusia Indonesia berkualitas,” kata Fasli. Sebelum menjabat sebagai Kepala BKKBN, Fasli sudah mengenal banyak program Posdaya karena sering menjadi tamu undangan dalam kegiatan Posdaya sesuai kapasitasnya sebagai Direktur Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Indonesia, kala itu. Pasca dilantik menjadi kepala BKKBN pada 13 Juni 2013, ia pun segera mengerahkan para Petugas Lapangan keluarga Berencana (PLKB) untuk merekrut generasi muda agar ikut dalam kegiatan Posdaya. “Saya berharap Posdaya, Posyandu, PAUD, dan lembaga-lembaga sosial lainnya, bisa bersinergi dengan BKKBN utamanya dalam gerakan keluarga berencana (KB). Semua kegiatan itu harus terintegrasi dengan program MDGs (millennium development goals). PR (pekerjaan rumah – Red) kita yang masih berat adalah menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi,” ujarnya. Melalui program KB, dengan mengatur jarak kelahiran, melahirkan tidak di saat terlalu tua atau melahirkan tidak di saat terlalu muda, dan tidak sering melahirkan, diyakini dapat menekan angka kematian ibu dan kematian bayi. Selain itu, program KB sangat efektif untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Menurutnya, untuk menekan angka ratarata anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia suburnya atau Total Fertility Rate/TFR yang masih tinggi di kelompok umur 15-19 tinggi, maka para remaja harus didorong untuk mengerti isu besar kependudukan serta pengelolaan kependudukan melalui keluarga berencana. Untuk itu, pihaknya akan melakukan sosialisasi dengan kerja sama melalui sekolah, Pramuka, palang merah rema-
ja dan mahasiswa. “Nantinya para remaja bisa siap dan diharapkan bisa jadi panutan masyarakat,” tambahnya. Program advokasi dan pemberdayaan pembangunan yang ditawarkan dalam Posdaya adalah program-program yang mendukung penyegaran fungsi-fungsi keluarga, yaitu fungsi keagamaan, budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi dan kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan fungsi lingkungan. Penguatan fungsi-fungsi utama tersebut diharapkan memungkinkan setiap keluarga makin mampu membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera, keluarga yang mandiri, dan keluarga yang sanggup menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik. Lebih dari itu keluarga sejahtera yang bermutu dan mandiri diharapkan mampu memenuhi kebutuhan kesejahteraan keluarga yang intinya adalah keikutsertaan dalam KB, kesehatan, pendidikan, dan kemampuan ekonomi yang mapan. Dokter Cerdas yang Mumpuni Pria kelahiran 1 September 1953 di Padang Panjang, Sumatera Barat, ini sebenarnya mengawali karir sebagai dokter di Sumatera Barat sejak 1981. Namun sejak hijrah ke Jakarta, dipercaya sebagai Kepala Bagian Gizi pada Biro Kesehatan dan Gizi, Bappenas Republik Indonesia pada 1991, karirnya terus melonjak. Tidak hanya di bidang kesehatan, tapi juga bidang pendidikan. Pernah mengenyam pendidikan kedokteran di Universitas Andalas dan mengambil gelar doktor pada Universitas Cornell, Ithaca New York di Bidang Gizi Masyarakat dengan Minor di bidang Epidemiologi dan Program Asia Tenggara. Dan pernah meraih penghargaan “Work of Excellence Award” dari Bank Dunia di tahun 2001. Mahasiswa teladan Universitas Andalas, tahun 1977 ini kian memantapkan karirnya di bidang pendidikan ketika menjadi Staf Ahli Menteri Pendidikan Nasional bidang Sumber daya Pendidikan (6 Juni 2000 – 29 Maret 2001). Kepercayaan kalangan pendidikan kian bertambah, seiring ditetapkannya dia sebagai Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional RI (19 Mei 2005 – 23 Oktober 2007), Direktur Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional RI (23
Oktober 2007 – 6 Januari 2010) dan Wakil Menteri Pendidikan pertama pada masa jabatan 06 Januari 2010 – 19 Oktober 2011 dari bentukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Di tengah kesibukannya dengan berbagai kegiatannya, bapak tiga anak ini juga menyempatkan diri menjadi seorang penulis dan editor dari beberapa buku dan makalah ilmiah dalam forum nasional maupun internasional. Menjadi Editor dari beberapa buku, majalah ilmiah dan majalah ilmiah populer, salah satu hasil karyanya adalah Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia Keluarga Miskin. Bersama isteri tercinta, Dr Gusnawirta Taib, SPd, MPd dan ketiga putera-puteri tercinta (Fitra Ifana, MPsi, Anisa Ifana dan Wahyu Figura), Fasli Jalal merenda kebersamaan dalam ikatan keluarga yang kokoh dan pantas menjadi teladan bagi keluargakeluarga Indonesia. Apalagi kiprahnya sebagai kepala BKKBN saat ini telah mewujudkan obsesinya melahirkan generasi-generasi Indonesia sehat, cerdas dan berkualitas. Selamat! RW/HNUR
Keluarga sejahtera yang bermutu dan mandiri diharapkan mampu memenuhi kebutuhan keluarga yang intinya adalah keikutsertaan dalam KB. [FOTO: DOK ADVOKASI BKKBN]
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
49
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Pulang Mudik Membangun Keluarga Akhir bulan ini, seluruh ummat Islam di seluruh dunia akan bersama-sama merayakan Hari Raya Idul Fitri 1435 H. Dalam budaya Indonesia, Hari Raya ini tidak sekadar dirayakan dengan pesta untuk mengakhiri ibadah Ramadhan satu bulan penuh, tetapi menjadi kesempatan bagi seluruh anggota keluarga dan handai taulan untuk saling bersilaturahmi dan maaf memaafkan satu dengan lainnya. Keluarga yang mampu maupun yang tidak mampu mengikuti budaya ini dengan segala usaha dan pengorbanannya. Media transportasi apapun dijejali penumpang pulang mudik untuk melaksanakan kebiasaan yang mengacu pada budaya yang sangat menarik iu.
Warga yang pulang mudik perlu memberi perhatian terhadap proses pemberdayaan keluarga. Perhatian sekecil apapun akan menolong usaha pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan keluarga yang ada di pedesaan. [FOTO: ADE S]
50
P
ADA kesempatan ini, budaya yang indah itu menjadi kekuatan budaya pengikat batin untuk saling berbagi, memberi hadiah dari yang berhasil selama satu tahun penuh kepada sanak saudaranya sebagai rasa bersyukur karena memperoleh keberkahan dari Allah, Tuhan yang Maha Kuasa. Yang kurang beruntung, pada hari raya itu biasanya memperoleh hadiah dari saudara atau sanak kadangnya yang berbaik hati. Oleh karena itu, biasanya di mana mana terlihat senyum tanda kegembiraan dan kebahagiaan. Dalam rangkaian pulang mudik, biasanya berbagai lembaga sosial, perusahaan besar dan
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
pemerintah mengadakan acara pulang mudik bersama dengan menyediakan bus atau fasilitas lain untuk memperingan pesta budaya bangsa itu, sekaligus sebagai rasa solidaritas sesama anak bangsa. DNIKS sebagai koordinator lembaga sosial kemasyarakatan mengadakan kerja sama dengan berbagai lembaga lain seperti Hipprada, Gerakan Pramuka, Dompet Duafa, dan lainnya menyediakan PosPos sepanjang perjalanan antara Jakarta dan tempat-tempat tujuan di kawasan timur. Di setiap Pos disediakan pelayanan sekadarnya bagi para penumpang bus atau sepeda motor yang kelelahan, ingin melaksanakan ibadah sholat atau keperluan lainnya. Dengan berkembangnya puluhan ribu Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di hampir semua desa di Indonesia, utamanya di Jawa, diharapkan keluarga yang berasal dari desa dan bekerja di kota-kota, “orang kota”, dalam rangka pulang mudik, diharapkan menyempatkan diri berbincangbincang tentang upaya pemberdayaan keluarga untuk mengentaskan kemiskinan. Setiap anggota, “orang kota” yang pulang mudik berbagi lebih nyata dengan mem-
bantu usaha yang sedang digalakkan dalam berbagai bidang, utamanya bidang kesehatan, pendidikan, wirausaha dan pelestarian sekaligus pemanfaatan lingkungan. Sebaiknya perbincangan dimulai dari keadaan rumah keluarga dan tetangga sekitarnya. Setiap keluarga perlu melihat bahwa keadaan rumah keluarga atau tetangganya memenuhi syarat kesehatan yang memadai agar kehidupan keluarganya makin nyaman untuk mengantar keluarga yang bersangkutan menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera. Dalam bidang kesehatan, keluarga yang kurang beruntung dibantu membenahi rumah dan lingkungannya agar memenuhi syarat rumah sehat dengan melihat lantai, atap dan dindingnya (aladin). Apakah lantai rumahnya masih berlantai tanah, memiliki jendela dan atapnya bocor. Di samping itu apakah mempunyai kakus sendiri atau terpaksa setiap pagi menumpang tetangganya. Kalau kakusnya menumpang atau membuang kotoran di sungai atau di halaman rumahnya, perlu dibujuk dan dibantu membuat kakusnya sendiri. Untuk membuat kakus sederhana dibutuhkan anggaran tidak lebih dari Rp. 200 – Rp 300 ribu rupiah, semata mata untuk bahan baku utamanya. Pengerjaannya dapat dilakukan secara gotong royong. Dalam bidang pendidikan, perlu diperhatikan apakah keluarganya atau keluarga tetangganya mempunyai anak usia sekolah. Kalau ada anak usia sekolah, perlu didorong dan ditolong agar semua anak usia sekolah dapat disekolahkan dengan baik. Usahakan mendorong mulai anak usia dini, utamanya dari keluarga kurang mampu, segera dikirim ke PAUD agar ibunya dapat mengikuti kegiatan Posdaya dalam proses pemberdayaan. Dalam bidang ekonomi, kepada setiap keluarga dianjurkan kepada semua anggotanya yang telah dewasa mengikuti pelatihan ketrampilan untuk membuka usaha. Perlu diusahakan pendampingan bagi keluarga kurang mampu agar bisa memulai usaha ekonomi mikro. Oleh karena itu keluarga perantau “orang kota” yang pulang mudik diharapkan membantu keluarga yang ditinggalkan di kampung, atau tetangganya, untuk kalau belum bergabung dalam Posdaya, segera bergabung dalam Posdaya. Keluargakeluarga itu dibantu melalui beberapa opsi. Pertama, dibantu modal, biarpun sedikit, agar bantuan itu digabungkan dengan modal yang diperoleh dari fasilitas yang disediakan Posdaya di kampungnya. Opsi kedua, hasil produk
dibeli untuk oleh-oleh kalau kembali ke kota tempatnya bekerja untuk dipasarkan dan dijual di kota agar diperoleh harga dan keuntungan yang lebih baik. Usahakan membawa oleh-oleh kembali ke Jakarta atau kota besar lain berupa produk lokal dengan kemasan yang disempurnakan agar bisa dipamerkan kepada khalayak yang lebih luas. Keluarga yang pulang mudik perlu memberi petunjuk tentang produk yang bisa dianggap dibutuhkan oleh keluarga di tempat bekerja agar produk lokal bisa laku jual dan menguntungkan. Kalau perlu, selama pulang mudik diadakan kursus pembuatan produk-produk yang dibutuhkan oleh keluarga di perkotaan sehingga produk dari desa dapat mempunyai citra baru yang laku jual di kota. Disamping itu perlu dicari variasi baru di desa yang kiranya dapat menjadi suatu produk yang bisa digemari oleh masyarakat kota, segera diproduksi, laku jual serta menguntungkan. Sebagai warga yang pulang mudik, “orang kota”, perlu memberi perhatian terhadap proses pemberdayaan tersebut. Perhatian sekecil apapun akan menolong usaha pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan keluarga kita yang ada di pedesaan. Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin. *) Penulis adalah Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com.
Dengan berkembangnya puluhan ribu Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di hampir semua desa di Indonesia, utamanya di Jawa, diharapkan keluarga yang berasal dari desa dan bekerja di kota-kota, “orang kota”, dalam rangka pulang mudik, diharapkan menyempatkan diri berbincangbincang tentang upaya pemberdayaan keluarga untuk mengentaskan kemiskinan.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
51
PENDIDIKAN
Universitas Trilogi
Siapkan Dosen dan Mahasiswanya Terjun Ke NTT Dalam waktu dekat, Universitas Trilogi Jakarta akan menerjunkan sejumlah mahasiswa dan dosennya ke beberapa kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk memberdayakan masyarakat di sana. Kalau perlu, membangun kampus jarak jauh dengan mendatangkan dosennya ke NTT. Terobosan-terobosan menarik ini disampaikan Ketua Dewan Pembina Universitas Trilogi Prof Dr Haryono Suyono saat menerima kedatangan sejumlah bupati dari Provinsi NTT, yaitu Bupati Timur Tengah Selatan (TTS) Paul VR Mella, Sekda Kabupaten Belu Petrus Bere dan Bupati Malaka Herman Nai Ulu.
Bupati TTS, Bupati Malaka dan Sekda Belu, NTT gembira bisa berdialog langsung dengan seluruh pengurus Universitas Trilogi. [FOTO-FOTO: RAHMA]
L
UAR biasa! Ungkapan kekaguman ini terlontar dari lisan ketiga bupati yang merasa mendapat perhatian dari kalangan perguruan tinggi. Pasalnya, mereka telah lama menanti-nantikan kesempatan ini, namun belum juga ada perguruan tinggi yang menawarkan. Kerjasama dengan perguruan tinggi merupakan hal menarik, karena diharapkan bisa meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang cenderung pasif. Ketiga kabupaten ini merupakan daerah yang berbatasan dengan Negara Timor Leste. “Orang Timor satu suku, satu bahasa, sehingga Kabupaten Belu, Kabupaten Malaka, Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS), Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU) menampung semua yang pindah dari Timor Timur ke NTT,” tukas Petrus Bere, Sekda Kabupaten Belu. Kabupaten Belu yang sebagian besar mata pencariannya bercocok tanam, merupakan petani miskin dengan sumberdaya manusia yang rendah. “Karena itu kerja sama dengan per-
52
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
guruan tingi merupakan kehormatan besar bagi kami. Diharapkan, ilmu pengetahuan dan teknologi bisa lebih kuat. Dan ke depan, kita sama-sama bahu membahu membangun bersama,” lanjut Petrus. Kabupaten Belu, belum lama ini mengalami pemekaran dengan terbentuknya kabupaten baru yaitu Kabupaten Malaka. Sebagai kepala daerah yang baru, Herman Nai Ulu juga terkejut ternyata di Kabupaten Malaka pernah ada kegiatan yang diprakarsai Institut Pertanian Bogor (IPB). “Bahkan ada kegiatan yang sudah disentuh Universitas Trilogi pun saya tidak tahu,” cetusnya. Diakuinya, persoalan banjir di daerahnya susah dikendalikan. Hingga sampai saat ini pun sudah ada banyak kajian-kajian, namun belum juga terpecahkan. “Kerja sama kami dengan perguruan tinggi sebaiknya dilakukan kajian secara keseluruhan, karena kami kabupaten baru. Setelah itu baru dipilah, mana yang lebih diutamakan untuk memulai pembangunan
setahap demi setahap. Dengan demikian pembangunan bisa terencana dengan baik.” Menanggapi ini, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, berjanji akan membawa semacam regional development planning, sesuai sumber daya manusia lokalnya. “Untuk penguatan bidang-bidang kita buatkan satu dokumen. Kami pun ketika menjadikan sekolah tinggi ke universitas membuat university development planing. Tujuannya, supaya jangan sampai kita membuat program tapi tidak dibutuhkan, sesuai kapasitas daerahnya.” Pertemuan yang dihadiri Sekretaris Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPIJ) Drs Indra Kartasasmita, MSc ini mendapat perhatian penuh dari Prof Dr Haryono Suyono. “Saya tahu persis daerah NTT, karena sudah sepuluh kali lebih berkunjung ke sana. NTT satu tantangan luar biasa dalam ukuran KB. Sejak Gubernur Ben Mboy (1978), kita sudah berusaha keras.” Diceritakannya lagi, pada waktu perpisahan Timor Timur dengan Indonesia, lebih dari lima kali Prof Haryono Suyono membawa kelompok PBB untuk menuju perbatasan, hingga mengubah Belu menjadi tanah air baru. “Pada waktu itu pemerintah melakukan kesalahan, karena membantu para pengungsi, bukan penduduk asli yang miskin. Uang dari PBB diprotes oleh penduduk asli.” Untuk mengatasi krisis kemiskinan di NTT ini, Prof Haryono Suyono sudah melakukan analisis seperti yang diminta Presiden Habibie. Hasil analisis itu antara lain, bahwa selama 10 – 20 terakhir, tiap tahun ada prosentase penurunan jumlah kemiskinan. Sisa penduduk yang miskin di Timor Timur dibagi penurunan dua tahun itu baru selesai 300 tahun. “Jadi pada 1998/1999 sudah diketahui bahwa kemiskinan di NTT baru selesai dalam waktu 300 tahun. Kalau percepatannya sama dengan 10 tahun terakhir, perlu ada revolusi pengentasan kemiskinan. Jadi analisis itu sudah ada,” tegasnya. Revolusi besar-besaran ini, kata Prof Haryono Suyono dimulai dari revolusi sumber daya
manusianya dan revolusi semangat membangun bersama-sama. “Jadi perlu kita gerakkan satu semangat. Tidak hanya pemerintahnya tapi juga rakyat. Rakyat tidak boleh diberi secara cuma-cuma. Tapi harus seakan-akan dikerjapaksakan. Karena, semangat membangun di NTT ada semacam semangat kalau bisa diberi, jangan disuruh kerja.”
Bupati Timur Tengah Selatan (TTS) Paul VR Mella menyampaikan rasa suka citanya bisa diajak kerjasama dengan Universitas Trilogi.
Masyarakat di NTT Perlu Pendampingan Teknologi yang digunakan di NTT juga sangat berbeda dengan di Jawa. Tanah di NTT berbatu-batu sehingga memerlukan teknologi berbeda. “Kalau bupati mengerahkan rakyat membakar semangat, mengumpulkan 500 orang harus dikumpulkan dalam waktu seminggu, karena penduduknya terpecahpecah dan harus didatangkan secara bertahap. Jarak rumah mereka jauh-jauh. Penduduk yang sekian ratus ribu itu tidak
Mahasiswa yang terjun ke NTT harus siap mental dengan kondisi alam dan sumberdaya manusia di NTT yang berbeda jauh dengan Pulau Jawa.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
53
Perlu waktu satu minggu untuk mengumpulkan warga dalam suatu kegiatan, karena jarak rumah yang berjauhan. [FOTO: ISTIMEWA]
54
bisa terkumpul dalam satu kelompok, tapi terpisah dalam banyak pedesaan, yang kadang satu desa isinya 10 sampai 15 keluarga. Jadi, permintaan ketiga bupati ini harus ditanggapi dengan sikap mental berbeda dengan keadaan sekitar kita,” jabarnya. Diakuinya, Provinsi NTT sejak Orde Baru hingga sekarang, sudah kenyang dengan janjijanji pembangunan. Kerjasama dengan perguruan tinggi tidak sekedar mengenalkan dosen mau mengadakan penelitian perencanaan pembangunan, tapi juga mempersiapkan desa penelitian jangka pendek dan jangka panjang. Selain itu, perlu juga melanjutkan apa yang sudah dikerjakan masyarakat untuk dimodernisir. “Misalnya, peternakan harus di link dengan induk yang bisa memberikan hasil lebih. Tanaman yang bisa tumbuh di daerah berbatu kurang air, tanah tidak subur. Benihnya atau bijinya bukan 1,5 meter baru berbuah dan baru 14 bulan bisa panen. Kita bawa ke sana tanam pisang yang sudah direkayasa teknologi dalam 8 bulan sudah dipanen.” Satu teknologi yang diaplikasikan sederhana sehingga rakyat tidak tergantung pada dosen mahasiswa Untri atau IPB. Mengirimkan mahasiswa ke NTT bisa juga dilakukan
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
dengan cara beasiswa agar yang bisa ikut lebih banyak. “Misalnya, Pemda memiliki beasiswa 5 orang, yang dikirim 10 orang. Separuh beasiswa dibayar Untri dan yayasan pendukung Untri. Opsi kedua, ada kesulitan bahwa universitas ini tidak bisa membuka kampus di Kupang. “Tapi kita tidak perlu buka kampus di sana. Mahasiswa bisa mendaftar kuliah di Untri tapi kuliahnya di NTT, dosennya yang kita kirim kesana. Hal ini sudah diterapkan di Universitas Airlangga. Kuliahnya tetap di Jakarta, tetapi kampusnya di Surabaya. Sehingga biaya Untri mengirim dosen jauh lebih murah daripada biaya 50 mahasiswa ke Jakarta.” Tim Untri juga bisa mendidik guru-guru untuk menjadi semacam pembina dari desadesa. Biasanya guru mempunyai kemampuan sebagai penggerak pedesaan. Guru-guru itu nantinya digerakkn mengembangkan Posdaya di desa-desa, baik pendidikan, kesehatan, wirausaha pertanian dan non pertanian. Sehingga dengan sendirinya, latihan praktis ini tanpa menolak kultur yang terjadi di sana. Guru-guru itu menjadi semacam pembina wilayah untuk kontinyu menerima kedatangan dosen mahasiswa yang melakukan semacam KKN. Berbeda dengan masyarakat Jawa yang sebagian besar semangatnya tinggi, masyarakat di NTT perlu pendampingan. Disinilah peran guru, pegawai pemda membaur di masyarakat dalam kegiatan sukarela. Dengan sendirinya rakyat desa bisa lebih semangat. Semangat pendampingan ini bisa meningkatkan semangat masyarakat NTT. “Saya usul, mahasiswa, dosen Untri yang akan diterjunkan ke beberapa kabupaten di NTT jangan tunggu sampai Oktober, tapi harus segera mungkin,” pungkasnya. RW
PENDIDIKAN
Pendidikan Karakter Kunci Kedisiplinan Mengurangi angka keclakaan betapa penting dan strategisnya pendidikan karakter bangsa. Pendidikan karakter bangsa merupakan sebuah proses yang berlangsung secara terus menerus agar bangsa Indonesia memiliki karakter bangsa yang kuat.
M
ASIH tingginya jumlah korban meninggal dunia di Indonesia, karena kecelakaan lalu lintas. Meski terhitung menurun pada 2013 dari tahun sebelumnya, tetapi angkanya masih cukup tinggi. Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mencatat pada tahun 2010 sebesar 31.244 jiwa yang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Sedangkan tahun 2011, sebesar 32.657 jiwa dan 2012 korban meninggal dunia adalah sebesar 27.441 jiwa. Sementara itu pada 2013, sebesar 25.157 jiwa. Sementara jumlah kecelakaan di DKI Jakarta selama tahun 2013 tercatat sebanyak 5.959 kejadian dengan korban meninggal sebanyak 616 orang dan mayoritas adalah pengguna sepeda motor. Dari jumlah tersebut penyebab terbesar kecelakaan adalah pengemudi lengah. Korban kecelakaan ini, selain disebabkan oleh tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor, faktor kesalahan manusia (human error) juga turut berperan besar terhadap terjadinya kecelakaan di Indonesia. Rendahnya kesadaran berlalu lintas dan pemahaman yang terbatas mengenai keamanan berkendara (road safety) merupakan beberapa masalah mendasar yang harus segera diatasi. Menurut Menko Kesra, Dr Agung Laksono, negara tidak perang tetapi banyak korban akibat kecelakaan. “Oleh karena itu perlunya pembenahan karakter bangsa,” kata Agung Laksono saat memberi sambutan dalam “Dialog Publik Asuransi Jasa Raharja Komitmen Prime Untuk Pelayanan”, yang diselenggarakan Jasa Raharja, Universitas Trilogi, Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI dan Dinas Lalulintas DKI di Kampus Universitas Trilogi Jakarta baru-baru ini. “Dengan adanya Asuransi Jasa Raharja akan semakin lengkap proteksi perlindungan sosial terhadap masyarakat. Secara bertahap telah ada asuransi sosial di bidang kecelakaan,” imbuhnya. Dalam sambutannya, Menko Kesra menyebut, undang-undang sistem jaminan sosial telah melahirkan dua badan penyelenggara
jaminan sosial. Pertama, di bidang kesehatan dengan diperolehnya jaminan kesehatan untuk seluruh rakyat Indonesia. Kedua, adalah jaminan kecelakaan kerja, baik pekerja di pabrik, di perkebunan maupun pekerja di pertambangan dan pekerja lainnya. Setelah itu akan ada lagi yaitu jaminan pensiun dan jaminan kematian. Menko Kesra menekankan dalam mengurangi angka kecelakaan betapa penting dan strategisnya pendidikan karakter bangsa. Karena pendidikan karakter bangsa itu harus merupakan sebuah proses yang berlangsung secara terus menerus agar bangsa Indonesia memiliki karakter bangsa yang kuat. “Jangan sampai kita membangun bangsa melupakan karakternya sehingga tidak jelas,” ujarnya, sambil memberi contoh bangsa Jepang, walaupun dalam perang telah meluluhlantakan negaranya tetapi mereka memiliki karakter yang kuat sehngga dalam waktu singkat mereka sudah bisa membangun kembali bangsanya sendiri.
Rektor Universitas Trilogi Jakarta Prof Dr Asep Syaefudin memberikan kenangkenangan kepada Menko Kesra Dr HR Agung Laksono. [FOTO: HARI]
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
55
Prof Dr Haryono Suyono saat memberi paparan di acara Dialog Publik Jasa Raharja di auditorium Universitas Trilogi Jakarta. [FOTO-FOTO: HARI]
Menko Kesra Dr HR Agung Laksono diwawancarai media usai memberikan sambutan.
56
karakter bangsa sehingga tidak memiliki kemandirian,” ujar Menko Kesra Agung Laksono menambahkan. Adapun narasumber yang tampil antara lain, H Dedi Sudrajat, SH, MM (Kacab Jasa Raharja DKI Jakarta), AKBP Pol Dr Bakharuddin Muhammadyah, SH, Sik, MSi (Wadirlantas Polda Metro Jaya), M Akbar, MSc (Kadis Perhubungan DKI Jakarta), H Shafruhan Sinungan (Ketua DPD Organda DKI Jakarta). Dan selaku tuan rumah Prof Dr Asep Syaefuddin, Rektor Universitas Trilogi, Jakarta. Sementara itu, Ketua Dewan Lebih lanjut Menko Kesar mengatakan, Pembina Universitas Trilogi, Prof Dr Haryono pendidikan karakter bangsa merupakan ja- Suyono mengatakan, pelayanan prima Jasa waban terhadap perkembangan situasi ke- Raharja dengan “motto prime” tidak ada yang kinian. Perkembangan global bisa menimbul- kurang dalam arti konsepsi maupun falsafah. kan ancaman, termasuk tayangan yang berbau Berdasarkan pengalaman pribadi, yang telah berpengalaman 30 tahun menggeluti program pornografi yang bisa diakses oleh masyarakat. Karena hal itu akan berpengaruh terhadap KB adalah berbagai tantangan yang harus dihapenilaian etika dan budaya sendiri. “Untuk itu, dapi. Seperti ada seorang ibu yang tidak memalangkah baiknya perguruan tinggi diajak bawa kartu nikah tetapi membawa anak balita untuk melaksanakan pendidikan karakter datang ke tempat pelayanan KB mereka tetap dilayani dan tidak meminta kartu nikah. bangsa,” kata Agung Laksono. “Saya telah 30 tahun berpengalaman beDengan memiliki karakter bangsa, mantan Ketua DPRI dan Menteri Pemuda dan Olah kerja mirip dengan Jasa Raharja adalah bekerja Raga ini berpendapat mereka juga berdisiplin dengan dokter, bidan, bupati maupun dengan termasuk disiplin berlalulintas di jalan raya. pemerintah daerah,” tuturnya. Mantan Menko Kesra ini pun menyebut, Seperti yang dilaporkan pihak Jasa Raharja korban kecelakaan lalulintas setiap tahun menumbuhkan budaya yang tidak cacatnya, berjumlah puluhan ribu. “Kecelakaan itu budaya yang tidak saja dalam lingkungan Jasa akibat kelalaian, kelalaian akibat tidak disiplin Raharja harus disebarluaskan. Sehingga bukan dan tidak disiplin akibat tidak memiliki sekedar lewat, tetapi menghubungi jaringan pelayanan tidak saja dengan Jasa raharja tetapi juga pihak Polisi Lalulintas, pihak Organda, bahkan sampai dengan jajaran Dinas Pekerjaan Umu (PU) yang mungkin jalannya rusak. Proses budaya ini, kata Prof Haryono harus meyatu, bahwa pelayanan itu bukan sekedar pelayanan setelah terjadi kecelakaan tetapi pelayanan yang mencegah sehingga premi yang terkumpul pada Jasa Raharja tidak jadi digunakan untuk menyantuni karena tidak ada yang celaka. Kemudian uang
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
premi tersebut diberikan kepada pihak Polisi Lalulintas, PU dan Organda untuk membuat jalan agar mulus dan tidak menimbulkan kecelakaan. “Sehingga mereka membantu kepada Jasa Raharja untuk memberikan pelayanan yang sifatnya lebih preventif,” katanya. Menurut Haryono, pelayanan dalam suatu penerimaan inovasi yang indah dan diberikan service dalam 25 menit oleh Jasa Raharja itu saja tidak cukup. Kalau Jasa Raharja memberikan pelayanan Prime hendaknya yang sifatnya pro aktif. Pertama, tidak bisa berdiri sendiri tetapi program ini harus menjadi garapan sehingga mirip dengan singkatan Jasa Raharja atau Prime. Haryono menambahkan, sebagai ilmu penerimaan suatu ilmu inovasi diperlukan setidak-tidaknya tiga komponen yang penting. Komponenn pertama, sebagai pelayanan telah dipenuhi oleh Jasa Rahaja dengan baik. Kom ponen kedua, dari pelayanan adalah masyara katnya sendiri. Baik Jasa Raharja, Polisi Lalu lintas, maupun Organda bukan saja memberikan pelayanan yang terbaik, tetapi harus menyatu dengan masyarakat, berbaur dengan masyarakat. Untuk itu, Universitas Trilogi siap membawa konsep Prime ini kepada masyarakat. Sehingga masyarakat mepunyai karakter, budaya, sikap, kemauan dan bisa melaksanakan yang diinginkan Jasa Raharja, Kepolisian lalulintas maupun Organda. “Sehingga kepadatan jalan tidak dituduh sebagai pembunuh yang lebih ganas dari peperangan di Indonesia,” ujarnya. Oleh kar ena itu, lanjut dia, dengan pendekatan masyarakat Universitas Trilogi dengan dosen pembimbing dan mahasiswanya siap terjun ke desa untuk membangun daya disiplin lalulintas, asuransi Jasa Raharja untuk disampaikan kepada masyarakat. Komponen yang ketiga, adalah informasi, pendidikan dan advokasi. Sebagai pembina Univeristas Trilogi, Prof Haryono mengajak para dosen dan mahasiswa dengan salah satu program studinya, yaitu komunikasi dan vidiovisual dan lainnya untuk membangun informasi, komunikasi yang bisa membangun karakter dan budaya bangsa yang memenuhi syarat dan yang dikehendaki Asuransi Jasa Raharja, pihak Kepolisian dan Organda. Prof Haryono dalam kesempatan tersebut juga mengajak mengembangkan aturan hukum untuk mendidik masyarakat diikuti disiplin
dan mempunyai rogram pendidikan. Bukan disiplin mati, tetapi disiplin sebagai pelajaran untuk mencegah kecelakaan. Diharapkan kecelakaan lalulintas bukan lagi menyaingi kecelakaan atau kematian yang disebabkan penyakit, tetapi kecelakaan yang memang sama sekali tidak bisa dicegah. Selain mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang terbangun dengan baik sehingga terlenggara dialog publik yang sangat bermanfaat, selaku tuan rumah kegiatan ini Rektor Universitas Trilogi, Jakarta Prof Dr Asep Syaefuddin, juga mengemukakan saat ini 197 mahasiswa di kampusnya tengah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN). Mereka tengah menempa diri dalam kegiatan KKN Posdaya. “Dalam kegiatan KKN tersebut, mahasiswa membawa Tridharma ketengah masyarakat. Tridharma yang tidak dipisah-pisah baik pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang semuanya terintegrasi,” ujarnya. Sebanyak 197 mahasiswa Universitas Trilogi melakukan kegiatan KKN di wilayah Jakarta Timur. Mereka terdiri dari mahasiswa program sstudi Akutansi dan Managemen. KKN ini akan dibagi menjadi 39 kelompok didampingi 50 dosen. Para dosen selain menjadi pendamping juga mempunyai tugas untuk penuisan yang bisa dibawa keruang kuliah untuk para mahasiswa. Mer eka tersebar di 10 Kecamatan, 10 Kelurahan dan lebih 30 RW sebagai RW unggulan akan menjadi sasaran KKN para mahasiswa Universitas Trilogi. “Di tengah mahasiswa KKN juga bisa ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh PKK, Majelis Taklim baik yang bersifat pemberdayaan, pendidikan maupun usaha kecil dan mikroserta kegiatan Koperasi,” tandasnya. HARI
Auditorium Universitas Trilogi Jakarta dipenuhi audiens peserta Dialog Publik Jasa Raharja.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
57
PENDIDIKAN
Hasil Disertasi Kepala LPM Universitas Pancasila
Jadi Acuan Posdaya, Organisasi yang Visioner Prestasi yang dicapai Dr Lies Putriana, SE, MM sungguh membanggakan. Disertasinya yang berjudul “Kinerja Karyawan Industri Sepeda Motor Jepang di DKI Jakarta, Pengaruh Budaya dan Gaya Kepemimpinan Transformasi terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen serta Dampaknya terhadap Kinerja Karyawan” telah melahirkan gagasan baru untuk mengembangkan Pos-pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di DKI Jakarta.
Dr Lies Putriana, SE, MM saat ujian sidang disertasi terbuka yang dihadiri banyak sahabat dan keluarga terdekat. [FOTO-FOTO: RAHMA]
58
D
ISERTASI yang disampaikan dalam sidang terbuka untuk meraih gelar Doktor dalam bidang ekonomi, Universitas Pancasila Jakarta ini berhasil mendapat nilai 3,67 dari 9 tim penguji yang dipimpin Prof Dr Sucipto. Tim penguji lainnya adalah Prof Vincent Didiek Wiet Aryanto,Phd, Dr Husein Umar,MM,MBA, Prof Dr Wibowo, MPhil, Dr Hanes Riyadi, MM. Prof Dr Bambang Purwoko, SE MA, AAM, dan Prof Dr Noor Salim,SE,MM. Wanita kelahiran Sumedang, 1 April 1957 ini juga berhasil membawa pulang predikat cumlaude (sangat memuaskan) dan dinyatakan lulus sebagai Doktor Ekonomi ke-17 Universitas Pancasila. “Kami bangga, Bu Lies telah menyelesaikan studinya dalam bidang ekonomi dengan cukup baik. Ternyata yang dipelajari
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
adalah variable-variabel yang berhubungan dengan kinerja. Sehingga apa yang dipelajari dalam studi tentang perusahaan sepeda motor Jepang bisa dipraktekkan dan ditularkan kepada saudara-saudara kita yang bekerja dalam Pos-pos Pemberdayaan Keluarga,” ungkap Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang mengikuti dengan seksama sidang terbuka mitra kerjanya ini. Dr Lies Putriana, SE, MM merupakan Kepala Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Universitas Pancasila yang secara intens ikut memperjuangkan pengembangan Posdaya di DKI Jakarta. Tak sedikit bentukbentuk pelatihan dan permodalan yang diberikan untuk para anggota Posdaya hasil kerjasama Universitas Pancasila dan Yayasan Damandiri. Menurut Prof Haryono Suyono, segala se-
suatu yang menyangkut budaya, organisasi, komitmen maupun komitmen pimpinan dan segala sesuatu yang dipelajari dari hasil disertasi Lies Putriana, bisa diterapkan organisasi Posdaya. Hanya saja, Posdaya memiliki kultur yang sama karena dari desa yang sama. “Dengan sendirinya, apabila budaya organisasi tidak berlaku dan tidak meningkatkan kinerja organisasi Posdaya, barangkali pada tingkat ini budaya organisasi Posdaya punya pengaruh tinggi terhadap kinerja Posdayanya.” Salah satu yang menonjol, jelas Prof Haryono Suyono, komitmen punya keakuratan yang tinggi secara langsung maupun tidak langsung, terhadap kinerja. Oleh karena itu dalam setiap pembentukan Posdaya, diperlukan komitmen dari pimpinan dan seluruh anggota Posdaya. “Tanpa komitmen, kita tidak bisa meningkatkan organisasi. Karena, Posdaya suatu proses dengan kepemimpinan visioner.” Ditambahkannya, apa yang dipelajari dari disertasi Lies Putriana dinilainya sangat tepat. Posdaya yang organisasinya menganut visioner, pola kepemimpinan bisa diterapkan. “Budaya organisasi lebih tepat diterapkan di Posdaya, karena budayanya sama. Sedang di perusahaan motor Jepang itu multikultural, ada orang Jepang dan Indonesianya. Jadi bagaimana pola kepemimpinan dan budaya organisasi dengan kinerja. Itu yang bisa dipelajari dan diterapkan kepada Posdaya di seluruh Indonesia,” ungkapnya. Inti dari disertasi tersebut, sebenarnya berlatarbelakang dari kesuksesan perusahaan Jepang mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Hal inilah yang mendorong para peneliti/ praktisi ingin mengetahui kunci keberhasilan atau kunci sukses otomotif Jepang di berbagai zona negara-negara di Asia. Berdasar penelitian Lies, karakteristik personal dan daya kepemimpinan serta budaya organisasi dan kepuasan kerja inilah yang ditemukannya saat awal melakukan penelitiannya di lapangan. Menanggapi pernyataan Prof Haryono Suyono soal penerapan hasil disertasinya
Dr Lies Putriana bisa tersenyum bahagia usai Sidang Disertasi Terbuka foto bersama dengan sahabat dan kakak tercinta.
untuk pengembangan Posdaya, Lies menyatakan siap membantu pengembangan Posdaya di seluruh Indonesia sesuai bidang ilmu yang digelutinya. “Gaya tranformasi nasional itu bisa diterapkan. Gaya kepemimpinan yang visioner dan inovasi lebih mudah diterapkan pada Posdaya dibanding perusahaan Jepang. Apa yang menjadi tujuan Posdaya, harus dicapai anggotanya,” tandasnya. RW
POSDAYA KITA Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran kecil. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ada Posyandu, ada BKB, ada PAUD-nya Ade Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi Posdaya, Posdaya, Posdaya milik kita Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera. Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
59
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Pilih Leader atau Manager Bulan Juli ini kita akan melihat hasil Pilpres yang sekian lama ditunggu-tunggu, terutama oleh para pendukung calon presiden dan para simpatisannya. Sebelum Pilpres berlangsung, untuk memberikan gambaran tentang visi dan misi para Capres, KPU telah menggelar Debat antar Capres/Cawapres yang disiarkan secara langsung oleh berbagai media Televisi, dengan tujuan agar para penonton dan masyarakat luas mengetahui kemampuan para calon pemimpin bangsa yang akan memimpin Indonesia 5 tahun ke depan.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang mampu melihat yang orang lain tidak melihatnya atau memperhatikannya. Seorang leader mampu menembus dan menerobos serta meng-create sesuatu yang menguntungkan rakyat banyak dan hasilnya untuk kesejahteraan bersama. [FOTO: DEDE H]
B
ERBAGAI persoalan bangsa mulai dari bidang ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan keamanan, sumberdaya manusia, Iptek dan persoalan yang lebih mendasar adalah persoalan kemiskinan juga dibahas dan diperbincangkan dalam debat tersebut dan jawaban dari masing-masing calon sangat berbeda satu dengan yang lain. Namun intinya adalah usaha untuk mengarah pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dari berbagai jawaban dan adu argumentasi yang dipaparkan oleh para capres, ada yang berpendapat bahwa perdebatan tersebut adalah perdebatan antara seorang Leader dan seorang Manager. Seorang Leader adalah pemimpin yang bisa dan mampu mendongkrak, menggerakkan, memberikan inspirasi, dorongan dan memotivasi kepada rakyatnya, sehingga rakyat bisa bangkit dan mampu berusaha untuk dirinya. Sedangkan Manager adalah pemimpin yang akan melakukan tugasnya dengan cepat, 60
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
tepat, baik dan benar sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Leader mengutarakan gagasan-gagasan besar dan gemilang dengan berbagai antisipasi yang mungkin terjadi di masa yang akan datang dan melihat masa depan sebagai tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia untuk menjadi negara yang lebih maju, mandiri dan sejahtera, sehingga menjadi negara yang disegani oleh negara lain. Diperkirakan ditangan leader, upaya membuat bangsa ini menjadi bangsa yang terhormat mendekati kenyataan, dan sekaligus sebagai penggerak atau triger untuk memulai sesuatu. oleh karena itulah, leader mampu membuat impian dan angan-angan menjadi kenyataan. Menurut Prof Dr Haryono Suyono, seorang Leader dalam bahasa Inggris “see the other don’t see” yang artinya seorang pemimpin adalah seseorang yang mampu melihat yang orang lain tidak melihatnya atau memperhatikannya. Orang lain tidak terpikirkan, seorang leader
mampu menembus dan menerobos serta meng-create sesuatu yang menguntungkan rakyat banyak dan hasilnya untuk kesejahteraan bersama. Dalam beberapa debat terlihat bahwa salah satu di antara dua calon pemimpin bangsa adalah seorang Leader, sedangkan yang lain terkesan sebagai seorang Manager yang baik, bekerja cepat dan tepat, sehingga masalahmasalah tehnis pun diungkap dalam debat. Dari pengalaman seorang manager, mereka mampu menyelesaikan tugas yang diembannya dengan sangat baik dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Manager melakukan tugasnya dengan baik dan benar, bahkan cepat, sehingga akan bekerja keras siang-malam untuk mengejar target yang telah ditentukan. Manager memiliki target-target tertentu dan harus selesai pada masa jabatannya dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan tugas yang diembannya, sedangkan Leader terus menerus melakukan inovasi-inovasi yang menguntungkan rakyat, meskipun cara-cara yang ditempuh kadang-kadang di luar prosedur atau menyalahi aturan main yang berlaku, sehingga gagasan-gagasannya selalu muncul dengan ide-ide baru yang segar dan membuat orang lain kagum akan gagasan-gagasan tersebut yang selalu baru dan menarik. Banyak orang berpendapat, bahwa kombinasi antara keduanya bila diberi kesempatan untuk memimpin bangsa akan terlihat suatu kombinasi yang manis dan menguntungkan bagi bangsa Indonesia, karena keduanya saling mengisi kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun sangat disayangkan keduanya terpaksa harus bersaing untuk merebutkan posisi nomor satu di negeri ini. Bila mereka berdua bisa bersatu alangkah indahnya Indonesia ini, cita-cita untuk membangun kehidupan yang lebih maju, mandiri dan sejahtera akan segera terwujud. Karena yang satu berpikir besar layaknya seorang Leader dan yang lain berpikir tehnis dan bisa bekerja cepat dan cerdas serta mampu menyerap aspirasi yang berkembang di masyarakat. Apa yang dibutuhkan dan diinginkan rakyat, dengan cara yang cepat dan tepat dipenuhi, sehingga kepuasan rakyat menjadi hal yang penting. Indonesia perlu adanya seorang Leader yang berpikir dan berjiwa besar, berpikir dan memandang permasalahan secara mendunia yang oleh David J Schwartz disebutkan sebagai “The Magic of the Thinking Big”. Seberapa besar keberhasilan yang diraih seseorang, sejalan dengan seberapa besar
orang mampu berpikir dan memandang suatu hal. Menjadi besar dimulai dengan menetapkan tujuan yang tinggi, mempunyai visi jangka panjang yang menyeluruh serta siap bersaing dengan yang terbaik. Di samping itu Indonesia juga perlu ada seorang Manager yang handal yang mampu mengapresiasi kepentingan rakyat. Menjadi pemimpin bukanlah hal yang mudah, tetapi harus yakin dan percaya diri bahwa mereka dapat dipercaya. Inilah yang terlihat dari para calon presiden kita, keduanya menunjukkan Dr Mulyono D Prawiro memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Memang tidak mudah menyatukan beragam kepribadian dan pendapat dalam setiap individunya, namun dengan adanya tekad yang kuat dan niat yang baik semua itu akan berjalan dengan baik. Kelebihan dan kekurangan para Capres mulai terlihat, terutama dari cara penyampaian visi dan misinya serta cara mengungkapkannya dalam suatu rangkaian kata-kata. Ada yang dengan tegas, berwibawa dan yakin akan mampu membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik dan melawan keraguraguan dan mengubahnya menjadi energi positif dan mengambil tindakan-tindakan nyata yang akan menguntungkan rakyat, terutama rakyat yang ada di desa-desa. Keinginan kuat untuk mendorong rakyat untuk bergerak maju, mandiri dan sejahtera, bahkan bercita-cita menyaingi bangsa-bangsa lain terutama di kawasan Asia. Kalau perlu menjadi macannya Asia. Ada juga yang berusaha agar rakyat tetap sehat, pintar dan cerdas dengan menyediakan berbagai fasilitas yang memadai untuk rakyat, sehingga rakyat dengan mudah dan murah bisa mengakses dimanapun berada. Penyediaan fasilitas oleh pemerintah dianggap membantu rakyat, seperti pendidikan gratis, pelayanan kesehatan gratis dan berbagai fasilitas-fasilitas lainnya yang digratiskan oleh pemerintah. Semuanya baik untuk rakyat dan semuanya menguntungkan rakyat. Mungkin di antara kita akan bertanyatanya dan ragu-ragu, kalau untuk pemimpin bangsa sebaiknya pilih yang mana, apakah seorang Leader atau Manager ? Ini berpulang kepada rakyat sendiri dan hati nurani yang akan menentukan, apakah Indonesia akan dipimpin seorang Leader atau Manager. *) Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta. Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
61
LAPORAN DAERAH
Presiden Mendatang Bisa Meneladani Pak Harto dan Harus Perhatikan Pendidikan Haul Pak Harto dipenuhi rakyat yang mecintainya. Tak dipungkiri rakyat yang mencintai almarhum Pak Harto begitu luar biasa loyalitasnya. Mereka datang dari berbagai daerah dan pelosok hadir di makam Astana Giri Bangun untuk memanjatkan doa di momen haul mantan Presiden RI kedua.
Salah satu Capres Letjen (Purn) TNI H Prabowo Subianto usai berziarah ke makam Bapak Pembangunan di Astana Giri Bangun (foto kanan). Mbak Titiek Soeharto usai berziarah diwawancarai media televisi swasta nasional di Astana Giri Bangun (foto kiri). [FOTO-FOTO: HARI]
62
S
IANG itu area makam Astana Giri Bangun yang terletak di kaki Gunung Lawu, Desa Karangbangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, sangat ramai. Ratusan kendaraan parkir di banyak tempat karena tempat parkir yang tersedia tidak dapat lagi mampu menampung. Pengunjung yang akan berziarah ke makam manatan Presiedn RI kedua yang karismatik dan dikenal dengan senyum khasnya yang ‘ngangenin’ tumpah ruah. Mereka datang dari mana-mana. Tujuan mereka satu, yaitu mendoakan mendiang Pak Harto berserta keluarga yang dimakamkan di Astana Giri Bangun. Mereka sangat mencintai Pak Harto. Karena besarnya rasa cinta menyebabkan mereka rela harus antri dan nyaris berdesak-desakan agar bisa melihat langsung bahkan berdoa di depan pusara pemimpin yang telah menjadikan jalan kesejahteraan rakyatnya melalui program pembangunan lima tahunan (Pelita). Makam Bapak Pembangunan pada hari Minggu 8 Juni lalu semakin semarak dan ge-
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
gap gempita penuh warna dengan kehadiran insan media baik televisi, media cetak, radio maupun online yang ingin meliputnya. Memang siang itu, makin spesial karena pada saat bersamaan calon presiden Prabowo Subianto ikut menghadiri acara haul Presiden RI kedua tersebut. Prabowo hadir bersama Ketua Umum Partai Golongan Karya Aburizal Bakrie, disambut langsung oleh mantan istrinya Siti Hediati Harijadi alias Mbak Titiek Soeharto bersama Siti Hardijanti Rukmana alias Mbak Tutut Soeharto. Selain itu secara kebetulan juga hadir sejumlah pejabat era pemerintahan Pak Harto, seperti mantan Menteri Perumahan Rakyat Akbar Tandjung, mantan Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat Haryono Suyono dan Menteri Koperasi Subiakto Tjakrawerdaja. Seperti diketahui mantan Presiden Soeharto lahir di Kemusuk,Sleman, Yogyakarta pada 8 Juni 1921. Pak Harto ditetapkan menjadi presiden RI kedua menggantikan Sukarno pada 27 Maret 1968 silam. Soeharto memimpin Indonesia hingga 21 Mei 1998. Dan pada 27 Januari
2008, HM Soeharto wafat pada usia 87 tahun, kemudian dimakamkan di Astana Giribangun, Matesih, Karanganyar bersebelahan dengan makan sang istri Siti Hartinah alias Ibu Tien Soeharto. Pesan pemberdayaan Sebagai salah seorang Ketua dari tujuh Yayasan yang didirikan almarhum HM Soeharto, Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan rasa syukurnya. Karena pada hari haul hari kelahiran mantan Presiden RI kedua tersebut, pengurus dari tujuh Yayasan bisa hadir di makam Astana Giri Bangun untuk memanjatkan doa sekaligus menyekar. “Alhamdulillah tadi teman-teman dari tujuh Yayasan, setelah menyelesaikan rapat koordinasi tujuh Yayasan di Solo pada 7 Juni 2014, dan pada tanggal 8 Juni mengadakan ziarah ke makam almarhum Pak Harto dan Ibu Tien Soeharto serta sesepuh keluarganya di Giri Bangun,” katanya. Mantan Kepala BKKBN ini merasa terharu karena pada haul tahun ini, peziarah yang datang melimpah ruah. Sehingga terpaksa harus didirikan tenda-tenda serta kursi untuk menampung para tamu peziarah. Banyak sekali rakyat biasa ikut berziarah dan mendoakan mengadakan tahlilan. Sehingga pada haul ini kegiatan tahlilan sambung menyambung. Haryono berharap semoga dalam ziarah tersebut, diharapkan selain mendoakan almarhum Pak Harto beserta keluarganya, juga mendoakan untuk calon presiden mendatang, entah itu Pak Prabowo maupun Pak Jokowi sesuai dengan pilihan rakyat itu bisa meneladani Pak Harto. “Semoga calon presiden mendatang, entah itu Pak Prabowo maupun Pak Jokowi sesuai dengan pilihan rakyat bisa meneladani Pak Harto, pertama dekat dengan rakyat, dan kedua, membangun bersama rakyat, serta ketiga, pembangunan itu difokuskan pada kebutuhan rakyat yang dapat mengangkat harkat hidup dan martabatnya,” ujar penerima anugerah Bintang Republik Indonesia ini. Tokoh bangsa satu ini pun berharap Presiden pilihan rakyat yang akan memimpin pembangunan Indonesia selama lima tahun mendatang, bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan sifat-sifat luhur bangsa, menghormati dan melaksanakan Pancasila, dan juga peduli terhadap sesamanya. Selain itu juga perlu memberi perhatian
yang tinggi pada pembangunan di bidang pertanian, karena sebagai negara agraris masyarakat kita masih didominasi oleh masyarakat petani. Maka, presiden mendatang harus perhatian tehadap bibit, pupuk, harga dari produksi tanaman-tanaman yang ditanam rakyat. “Sehingga penanaman yang dilakukan rakyat bukan karena memiliki sawah di desanya atau bisa jadi buruh, tetapi hasil pertaniannya itu memberi kenikmatan dan kesejahteraan pada rakyat. Jadi pemerintah harus ikut memberi perhatian dan hadir di komunitas petani, termasuk mengontrol harga yang wajar, memberikan insentif yang diperlukan agar hasil produksi pertanian itu bisa diangkut ke pasar-pasar yang membutuhkan,” ujarnya. Kemudian, lanjut Haryono, karena bidang pertanian itu musiman maka diperlukan pemimpin yang bukan hanya peduli terhadap usaha kecil. Tetapi seperti juga dilakukan Pak Harto melalui kegiatan Yayasan memberi intensif kepada calon-calon pengusaha yang musiman, yaitu pada saat tidak panen maupun tidak tanam, serta pada saat tidak musim hujan dan sebagainya sehingga petani tidak harus menunggu termangu selama musim kering atau musim penghujan maupun lainnya, nah ini akan memberikan kemakmuran yang lebih kepada petani-petani. “Presiden pilihan rakyat mendatang selain fokus pada sektor pertanian, tetapi juga harus memperhatikan pembangunan pendidikan hingga tingkat pedesaan agar bangsa yang akan datang bisa menjadi bangsa yang cerdas dan mengembangkan inovasi-inovasi yang bermanfaat. Harapan-harapan itulah yang kita harapkan pada calon presiden mendatang,” kata Prof Dr Haryono Suyono. HARI
Makam almarhum Pak Harto selalu ramai diziarahi masyarakat yang cinta kepadanya.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
63
LAPORAN DAERAH
Posdaya Anggrek 1 Tangerang
Gelar Pelatihan Pengolahan Ikan Posdaya Anggrek 1, yang berlokasi di RW 02 Desa Muara, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, benar-benar mendapat keberuntungan. Ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan pelatihan pengolahan hasil perikanan, yang diselenggarakan Balai Pendidikan dan Pelatihan (BPPP) Tegal, Jateng, pada 11-14 Juni 2014 lalu.
Instruktur pelatihan pengolahan ikan sedang memberikan materi kepada kader Posdaya peserta pelatihan. [FOTO-FOTO: HARI]
S
EBAGIAN wilayah pesisir Provinsi Banten, utamanya di daerah sekitar Tangerang sebelah utara mempunyai potensi perikanan yang membanggakan. Di tambak-tambak pun masyarakat pesisir utara daerah ini banyak membudidayakan ikan bandeng, udang dan sebagainya. Namun salah satu unggulannya adalah ikan bandeng. Ikan bandeng merupakan salah satu ikan konsumsi terpopuler di Idonesia. Hal ini sangat rasional sebab ikan bandeng yang mempunyai nama latin Chanos Forsskal atau dalam bahasa Inggrisnya lebih dikenal dengan sebutan Milkfish. Ikan bandeng adalah salah satu jenis ikan
64
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
favorit, karena selain mempunnyai rasa yang lezat juga kaya akan gizi. Ikan bandeng juga mempunyai nilai ekonomis tinggi. Ikan bandeng mempunyai kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan dan pertumbuhan. Ikan Bandeng, mengandung energi sebesar 129 kilokalori, protein 20 gram, karbohidrat 0 gram, lemak 4,8 gram, kalsium 20 miligram, fosfor 150 miligram, dan zat besi 2 miligram. Selain itu di dalam ikan bandeng juga terkandung vitamin A sebanyak 150 IU, vitamin B1 0,05 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Ikan Bandeng, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 80 persen. Protein bandeng cukup tinggi. Kondisi ini menjadikan bandeng sangat mudah dicerna dan baik dikonsumsi oleh semua usia untuk mencukupi kebutuhan protein tubuh, menjaga dan memelihara kesehatan serta mencegah penyakit akibat kekurangan zat gizi mikro. Ikan-ikanan termasuk bandeng ini rendah kolesterol. Lemak jenuh merupakan salah satu pemicu tersumbatnya pembuluh darah penyebab penyakit jantung koroner. Dengan rajin mengkonsumsi ikan merupakan salah satu cara diet tepat sebagai penangkal penyakit jantung koroner. Bandeng juga mengandung asam lemak
omega-3. Asam lemak ini dapat mencegah terjadinya penggumpalan keping-keping darah sehingga mengurangi risiko terkena arteriosklerosis dan mencegah jantung koroner. Asam lemak bandeng ini juga bersifat hipokolesterolemik yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Mampu meningkatkan daya tahan tubuh serta berperan dalam pertumbuhan otak pada janin serta pendewasaan sistem saraf. Sebagai bahan pangan, ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin, dan mineral yang sangat baik dan prospektif. Ikan juga mengandung asam lemak, terutama Omega3, yang sangat penting artinya bagi kesehatan dan perkembangan otak bayi untuk potensi kecerdasannya. Keunggulan utama protein ikan dibandingkan dengan produk lainnya adalah kelengkapan komposisi asam amino dan kemudahannya untuk dicerna. Adalah Posdaya Angrek 1, yang berlokasi di RW 02 Desa Muara Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, benarbenar mendapat keberuntungan. Karena ditunjuk sebagai Tuan Rumah penyelenggaraan Pelatihan Pengolahan hasil perikanan yang di selenggarakan Balai Pendidikan dan Pelatihan (BPPP) Tegal yang telah dilaksakan pada tanggal 11-14 Juni 2014 lalu. Kegiatan ini diikuti oleh 30 orang kader PKK yang tergabung dalam 5 Posdaya dari perwakilan 3 desa (Desa Muara, Kebun Cau dan Pangkalan). Pelatihan yang dilakukan adalah pengolahan ikan menjadi produk makanan yang sehat dan mempunyai nilai jual lebih baik. Untuk itu dipilihlah ikan yang banyak diternak oleh warga sekitar yaitu ikan bandeng. Unik, ternyata begitu diolah ikan bandeng yang selama ini hanya di goreng atau dibuat
pindang ternyata bisa juga dibuat menjadi nugget, otak-otak dan kaki naga. Ketiga makanan ini banyak disukai masyarakat, bukan saja anak-anak tetapi juga kalangan orang
Hj Hati Suharyati sumringah bersama para kader Posdaya dan Buyung, staf konsultan Yayasan Damandiri.
Peserta pelatihan sedang mempraktekkan materi pelatihan yang diberikan instruktur.
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014
65
Peserta pelatihan foto bersama Ketua TP PKK Kecamatan Teluk Naga Hj Hati Suharyati dan Buyung, staf konsultan Yayasan Damandiri.
dewasa. Tim BPPP Tegal yang diwakili Yudhie Hardian, AMd mengirimkan tenaga-tenaga profesional dari P2MKP Asa Nusantara Bogor, yang dalam hal ini diwakili Tatang dan Ahmad Sudarsono, SPi sebagai tenaga ahli pengajar. Pada hari kedua pelatihan, Hj Hati Suharyati, Ketua Tim Penggerak PKK tingkat kecamatan yang tidak lain adalah istri H Mulyadi, Camat Teluknaga mengunjungi dan ikutserta dalam kegiatan pelatihan yang menarik dan inovatif ini. Ketua PKK Kecamatan Teluknaga ini bahkan dengan semangat langsung ikut melakukan pengolahan ikan, walaupun amis dari ikan tercium, ia tetap ikut dan membaur dengan warga. “Saya sangat mengapresiasi kegiatan pelatihan yang inovatif ini, sehingga bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan maupun kemampuan masyarakat untuk mengolah
hasil budidaya ikannya menjadi berbagai makanan olahan yang menarik dan bernilai ekonomis,” kata Hj Hati Suharyati sumringah. Istri Camat H Mulyadi ini pun, mengarahkan agar peserta yang mendapat sertifikat dari BPPP Tegal untuk selanjutnya bisa dan dapat menjadi “Pelatih” untuk Posdaya-Posdaya yang belum mendapat pelatihan serupa. Hal senada juga diungkapkan Holilah M Yasin selaku tuan rumah dan istri M Yasin, Lurah Muara. Ia sangat peduli dengan kelangsungan kegiatan ini dan berterimakasih kepada BPPP Tegal dan P2MKP Asa Nusantara selaku penyelenggara kegiatan, terlebih dengan adanya pemberian mesin Food Prosesor yang akan menjaga kelangsungan kegiatan di kemudian hari. “Saya berterima kasih telah dijadikan sebagai tempat pelatihan yang sangat bermanfaat ini, semoga ke depan kegiatan seperti ini dapat dilakukan kembali. Karena dengan pelatihan seperti ini akan memotivasi sekaligus mendorong masyarakat menjadi kreatif dan inovatif, wawasannya bertambah,” tutur Holilah Yasin. Kegiatan pelatihan bagi kader Posdaya ini juga dihadiri dosen-dosen dari Universitas Trilogi, Perwakilan dari Yayasan Damandiri dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang, serta masyarakat. BUYUNG/HARI
Seluruh Pimpinan, Staf Redaksi dan Karyawan Majalah Gemari Mengucapkan:
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA RAMADHAN 1435 H Semoga seluruh amal ibadah kita diterima Allah SWT dan meraih gelar orang-orang yang bertakwa. Aamiin 66
Gemari Edisi 162/Tahun XV/Juli 2014