BAGAIMANA MENJADI PEGAWAI YANG AMANAH?
Oleh: Syaikh Abdul Muhsin bin Hamad Al-Abad
MUKADIMAH Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas penyempurna dan pelengkap agama dan penghulu para rasul serta imam orang-orang yang bertaqwa nabi kita, Muhammad dan atas keluarga serta shahabat-shahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari Kiamat. Amma ba’du Ini adalah risalah singkat berupa nasihat untuk para pegawai dan karyawan dalam menunaikan pekerjaan-pekerjaan yang diamanahkan kepada mereka. Aku menulisnya dengan harapan agar mereka mendapat manfaat darinya, dan supaya mambantu mereka untuk mengikhlaskan niat-niat mereka serta bersungguhsungguh dalam bekerja dan menjalankan kewajibankewajiban mereka. Aku memohon kepada Allah agar semua mendapatkan taufik dan bimbingan-Nya.
1. AYAT-AYAT MENGENAI MENUNAIKAN AMANAH
KEWAJIBAN
Diantara ayat-ayat mengenai kewajiban menunaikan amanah dan larangan berkhianat adalah firman Allah Azza wa Jalla. ِ نن ّلل َىسَِن ّللَنَيّلل ّللمت َّللمكْأ ّللَُّإّللَ نّلل َهل ّللهَ َّىّلل ِل َ َ ّلل ّللكََّللَأ ا ْ ّللَُّؤَُ نّللن ّللْم َ ْك ْر ْم َأ َهّلل َّ ِن ْ ََهّلل َّ ِن َه ّْلل ِ َََظ ْتأ ِم ِ امنَََ ّللمَنّلل َََهّلل َّ ِن َ ََىَّللَْا اّللَُ ْت ْم َ نرَّللص ّلل
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menunaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila kalian menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. [An-Nisa: 58] Ibnu Katsir berkata dalam tafsir ayat ini, “Allah Ta’ala memberitakan bahwasanya Ia memerintahkan untuk menunaikan amanah-amanah kepada ahlinya. Di dalam hadits yang hasan dari Samurah bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
َّللََّللّْلل ّللك َي ا ّلل ْن َي ّللُلّلل َ َك ّلل ّللمّْلل ّللكي َّىّللل نّللََََ ّلل ّللكََّللدّلل “Tunaikan amanah kepada orang yang memberi amanah kepadamu, dan janganlah kamu menghianati orang yang mengkhianatimu” [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ahlussunnan]
Dan ini mencakup semua bentuk amanah-amanah yang wajib atas manusia mulai dari hak-hak Allah Azza wa Jalla atas hamba-hamba-Nya seperti: shalat, zakat, puasa, kaffarat, nazar-nazar dan lain sebagainya. Dimana ia diamanahkan atasnya dan tidak seorang hamba pun mengetahuinya, sampai
kepada hak-hak sesama hamba, seperti ; titipan dan lain sebagainya dari apa-apa yang mereka amanahkan tanpa mengetahui adanya bukti atas itu. Maka Allah memerintahkan untuk menunaikannya, barangsiapa yang tidak menunaikannya di dunia diambil darinya pada hari Kiamat”.
Dan firman-Nya. ِ اَ ّللا ََهّلل اّلل ْنََََْ َ ّللا ا ّللكسََْ َىِيْيّلل نّللْؤ ّللهَ ّْلل ْ َىر ِ ُك ْ َأ ّللُنّللَ نّلل ّللكََّللَا ْت َأ ّللُا ّلل ْنََََْ ّلل ا ّلل ََلّلل ْمَنّلل “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanahamanah yang dipercayakan kepadamu sedangkan kamu mengetahui” [Al-Anfal: 27]
Ibnu Katsir berkata, “Dan khianat mencakup dosadosa kecil dan besar yang lazim (yang tidak terkait dengan orang lain) dan muta’addi (yang terkait dengan orang lain). Berkata Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas mengenai tafsir ayat ini, “Dan kalian mengkhianati amanah-amanah kalian”. Amanah adalah ama-amal yang diamanahakn Allah kepada hamba-hamba-Nya, yaitu faridhah (yang wajib), Allah berfirman: “Janganlah kamu mengkhianati” maksudnya: janganlah kamu merusaknya”. Dan dalam riwayat lain ia berkata, “(Janganlah kalian
mengkhianati Allah dan Rasul) Ibnu Abbas berkata, “(Yaitu) dengan meninggalkan sunnahnya dan bermaksiat kepadanya”.
Dan firman-Nya. َََِّ َضسّلل َ ت ّللم ّللََُأ ّللالّللل َ َ ّلل ّللكََّللدّلل ّللا ّللر ِ َلسّلل ّللهَّْللَُ م نّللن َّللمّللَّللنَيّلل ِّللَا ّللُ ََىا ّللَُ َ ّلل َأا َى َ ّللا ْه َل ّلل تَنْ ّللُ ّللم ّللملّلل ّللهَ ك َس ّللهَ ّللُن ّلل َقفّلل َشيّلل الَْ َكَ ّللمَنّلل ََِّهْ َ َ َ ّلل “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia, sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” [Al-Ahzab: 72]
Ibnu Katsir berkata setelah menyebutkan pendapat-pendapat mengenai tafsir amanah, diantaranya ketaatan, kewajiban, din (agama), dan hukum-hukum had, ia berkata, “Dan semua pendapat ini tidak saling bertentangan, bahkan ia sesuai dan kembali kepada satu makna, yaitu at-taklif serta menerima perintah dan larangan dengan syaratnya. Dan jika melaksanakan ia mendapat pahala, jika meninggalkannya dihukum, maka manusia menerimanya dengan kelemahan, kejahilan, dan kezalimannya kecuali orang-orang yang diberi taufik oleh Allah, dan hanya kepada Allah tempat meminta pertolongan”.
Firman Allah Ta’ala. ّللأَاَْنّلل ّللُ ّللا َهْه َأ ّلل ّللكََّللَاه َأ ْه َأ ّللَُىِيْيّلل “Dan orang-orang yang memelihara amanahamanah (yang dipikulnya) dan janji-janji” [AlMukminun: 8]
Ibnu Katsir berkata, “Yaitu, apabila mereka diberi kepercayaan mereka tidak berkhianat, dan apabila berjanji mereka tidak mungkir, ini adalah sifat-sifat orang mukminin dan lawannya adalah sifat-sifat munafikin, sebagaimana tercantum dalam hadis yang shahih.
ْال ََى ْمسّللََْ ا ّللْد َ ٌّللثّلل: َِال َّإّلل ذ ّللمْ ّلل ّللميّلل ّلل، َخ ّللُ ّللاّْلل ّللَُّإّلل ن ّلل ََلّلل ّلل، ََّللَنّلل َ َ اْميّلل ّللَُّإّلل “Tanda munafik ada tiga: apabila berbicara berdusta, apabaila berjanji ia mungkir dan apabila diberi amanat dia berkhianat”.
Dalam riwayat lain. ذ ّللمْ ّلل َِال َّإّلل ّللمّْلل ّلل، َخ ّللُ ّللاّْلل ّللَُّإّلل َّلل ّللا ّللر َّللَ ّلل ن ّلل ََلّلل ّلل، ََ ّللأ ّللَُّإّلل “Apabila berbicara ia berdusta, dan apabila berjanji ia mungkir dan apabila bertengkar ia berlaku keji”.
2. HADITS-HADITS TENTANG MENUNAIKAN AMANAH Diantara hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kewajiban menjaga amanah dan ancaman dari meninggalkannya adalah sebagai berikut.
Hadits Pertama. ْ ْْْ ّلله ِ الِ ّللأ ّللالّللنَه أ َّلل َنسّلل ّللمَ َّللَ ّللا ه ّللْرْ ّللَررّلل نّللَأ ّللا َي ِال ٍ ّللكاَ ل َأ ّللُ ّلل َهْ ّلل َلِل َىسِِ ؤ ِ َلِل ِ ْأ ّللاَ ّللَاْ ََىشّلل ََ ّلل ْ َه ّللأ مل َىتَِ ّلل اَ ْا َّلل ّللم ّلل َه ْ ّلل َّللشّللَ ّللا ن ّلل ّلل ا ّللَرََ ؤ: ادْا ّللكك ّللل ْ ع َّللشّللَ ّللا الِ ّللأ ّللالّللنَه ْ ََ ََىشّلل ََْ َّلل: ام ّللم الْْ ّللَُْ ّللُ ّلل َ ّللاَّلل ّللُ َّللَ ّللا ّللْ َّللتّللراّلل َّللَ ّللا ّللكَ ّلل م ْه َأ ْ ََ َّلل: مل َّإّللَ ّللمكِل ّْلل َت ّللم َم ىّلل َأ َّلل َل َّللَ ّللا ّللمْْيّللهْ َّلل ّلل: ّللاي ْلَىتَِ ن ْ ّللأَاْ نّللَْيّلل ِ َّللَ ّللا: ضنََّللإ َت ْ َظرَّللَ ََك ّلل ََ ّلل ّللكََّللدْ َّللتإّلل ْ َه ّللأ َّللَ ّللا ّللادا َى ّلل: َاَ ّللا ّْللَ نّللََ هّلل َّللَ ّللا َىتَِ ّللادّلل: َخ َ ُْ ظرَّللَ ََك ّلل ن ّلل َهله ّللِنَر َّىّللل ََ ّلل َك ْر َّللَ ّللا َّ ّلل:َاّْلل َّإّلل ضَ ّللاك ْ ّللهَا ّللمن ّلل َىتَِ ّللادّلل “Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ketika Nabi di suatu majelis berbicara kepada orang-orang, datanglah seorang Arab badui lantas berkata. ‘Kapan terjadinya Kiamat? Rasulullah terus berbicara, sebagian orang berkata, ‘Beliau mendengar apa yang dikatakannya dan beliau membencinya’, sebagian lain mengatakan, ‘Bahkan ia tidak mendengar’, sehingga tatkala beliau menyelesaikan pembicaraannya beliau berkata, ‘Mana orang yang bertanya tentang hari Kiamat?’ Ia berkata, ‘Ini aku wahai Rasulullah’, Rasul bersaba, ‘Apabila amanah
telah disia-siakan maka tunggulah hari Kiamat’. Ia bertanya lagi, ‘Bagaimana menyia-nyiakannya?’ Beliau menjawab, ‘Apabila diserahkan urusan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah hari Kiamat” [Diriwayatkan Al-Bukhari]
Hadits Kedua ِ الِ ّللأ ّللالّللنَه ّللََ ّللا ه ّللْرْ ّللَررّلل نّللَأ ّللا َي: أ َّللَ ّللا ّللكي لَّىّلل نّللإَََ ّلل ّللكََّللدّلل ّللُ ّلل َهْ ّلل َلِل َىسِِ ؤ َّللََّللّْلل ّللك َي ا ّلل ْن َي ّللُلّلل َ َكّلل ّللمسّللّْلل “Dari Abu Hurairah, ia berkata, ‘Rasulullah telah bersabda, “Tunaikanlah amanah kepada orang yang memberi amanah kepadamu, dan janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud 3535 dan At-Tirmidzi 1264, ia berkata, “ini adalah hadits hasan gharib”. Lihatlah, As-Silsilah Ash-Shahihah oleh Al-Albani 424]
Hadits Ketiga ِ ْ َّللَ ّللا ّللا َسه: اَ ْا َّللَ ّللا ِ َلِل ِ ا ّللالّللنَه أ نّللَّللٍ ّللا َي ْ َه ّللأ لِ ّللأ ّللُ ّلل: ن ّلل ُِ ْا َه ْ ّلل َهْ ّللأض ّلل َصثّللر ّلل َ ْراْن ّلل ّللُ ََ ّلل ّللكََّللدّلل ََْس ْت ْأ ك َي ا ّلل َفشّللْ َُْنّلل ّللك ِ َى “Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Yang pertama hilang dari urusan agama kalian adalah amanah, dan yang terakhirnya adalah shalat” [Diriwayatkan oleh Al-Khara-ithi dalam Makarimil
Akhlak hal. 28. Lihat, As-Silsilah Ash-Shahihah oleh Al-Albani 1739]
Hadits Keempat. َ ٌّللثّلل: ِ الِ ّللأ ّللالّللنَه أ ّللاي ه ّللْرْ ّللَررّلل نّللَأ ّللا َي َّللَ ّللا ّللُ ّلل: ْال ْ ََى ْمسّللََ اّْللد َهْ ّلل َ َِِلِل َىس ّلل ّلل ذ ّللمْ ّلل َِال َّإّلل ّللميّلل ّلل، َخ ّللُ ّللاّْلل ّللَُّإّلل ن ََل ّلل، ََّللَنّلل َ َ اْميّلل ّللَُّإّلل “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda, “Tanda seorang munafik ada tiga: apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mungkir, dan apabila diberi amanah ia berkhianat” [Diriwayatkan AlBukhari dan Muslim]
3. PEGAWAI YANG MENUNAIKAN PEKERJAANNYA DENGAN IKHLAS MENDAPAT BALASAN DUNIA DAN AKHIRAT Apabila seorang pegawai menunaikan pekerjaannya dengan sungguh sungguh mengharapkan pahala dari Allah, maka ia telah menunaikan kewajibannya dan berhak mendapatkan balasan atas pekerjaannya di dunia dan beruntung dengan pahala di kampung akhirat. Telah datang nashnash syar’iyah yang menunjukkan bahwasanya upah dan pahala atas apa yang dikerjakan oleh seorang dari pekerjaan didapat dengan ikhlas dan mengharapkan wajah Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. صّْللَّللد ن ّلل ّللك ّللر ّللك َي َّ ِل َِاَ ّللََ ْه َأ َكي مّللينر َأ ّللَن ّللَر ِل َ ٍَّ َ ّللث ن ّلل َُ ّللك ََ ْرُع ن ّلل َُ َ ّلل ِ ّلل ْ ِ ر ك َه ع َ ت َ َ نه ا َُّ َنّللاَ َر ضَأ َََكغّللَ ّللَ إّللىّْلل ّللْ َف ّللَ َل ّللُ ّللكي َىسَِن ّللَنَيّلل ّلل َ ّلل ّلل َ ّلل َّللاظن َم “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikanbisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepada-Nya pahala yang besar” [An-Nisa: 114]
Imam Bukhari (55) dan Imam Muslim (1002) telah meriwayatkan dari Abu Mas’ud bahwasanya Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda. َىر ْا ْل نّلل ََفّللّْلل ََّإّلل ِ َّْللَّللد َ ىّللهْ َّلل ْه ّللَ ّْللَُ كّللتِْ ّللهَ ن ّلل َهله ّللالّللل ّلل “Apabila seseorang menafkahkan untuk keluarganya dengan ikhlas maka itu baginya adalah sedekah”.
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Sa’ad bin Abi Waqash Radhiyallahu ‘anhu.
َْه ّللُاَ هّلل َ ّللهَ ا ّلل َِكّللغأ َّللفّللشّللدَ ا ْ َسف ْْ ّللُىّلل َتإ ِ َِأ اّللاَ َّلللْ ّللهَ َش ّللمدَْىلؤ ّللمكِل َ ّللهَ نْا َرأّلل َّل أ َ َ نّللاّْلل ََك ّللر “Dan tidaklah engkau menafkahkan satu nafkah karena mengharapkan wajah Allah melainkan engkau mendapatkan pahala dengannya hingga sesuap yang engkau suapkan di mulu istrimu” [Diriwayatkan AlBukhari dan Muslim]
Nash-nash ini menunjukkan bahwasanya seorang Muslim apabila ia menunaikan kewajibannya terhadap sesama hamba lepaslah tanggung jawabnya, dan bahwasanya ia hanya akan mendapatkan balasan dan pahala dengan ikhlas dan mengharapkan wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
4. MENJAGA JAM KERJA KEPENTINGAN PEKERJAAN
UNTUK
Wajib atas setiap pegawai dan pekerja untuk menggunakan waktu yang telah dikhususkan bekerja pada pekerjaan yang telah dikhususkan untuknya. Tidak boleh ia menggunakannya pada perkaraperkara lain selain pekerjaan yang wajib ditunaikannya pada waktu tersebut. Dan tidak boleh ia menggunakan waktu itu atau sebagian darinya untuk kepentingan pribadinya, atau kepentingan orang lain
apabila tidak ada kaitannya dengan pekerjaan; karena jam kerja bukanlah milik pegawai atau pekerja, akan tetapi untuk kepentingan pekerjaan yang ia mengambil upah dengannya. Syaikh Al-Mu’ammar bin Ali Al-Baghdadi (507H) telah menasihati Perdana Menteri Nizhamul Muluk dengan nasihat yang dalam dan berfedah. Di antara yang dikatakannya diawal nasihatnya itu. “Suatu hal yang telah maklum hai Shodrul Islam! Bahwasanya setiap individu masyarakat bebas untuk datang dan pergi, jika mereka menghendaki mereka bisa meneruskan dan memutuskan. Adapun orang yang terpilih menjabat kepemimpinan maka dia tidak bebas untuk bepergian, karena orang yang berada di atas pemerintahan adalah amir (pemimpin) dan dia pada hakikatnya orang upahan, ia telah menjual waktunya dan mengambil gajinya. Maka tidak tersisa dari siangnya yang dia gunakan sesuai keinginannya, dan dia tidak boleh shalat sunat, serta I’tikaf… karena itu adalah keutamaan sedangkan ini adalah wajib”. Di antara nasihatnya, “Maka hiudpkanlah kuburanmu sebagaimana engkau menghidupkan istanamu” [1] Dan sebagaimana seseorang ingin mengambil upahnya dengan sempurna serta tidak ingin dikurangi bagiannya sedikitpun, maka hendaklah ia tidak mengurangi sedikitpun dari jam kerjanya untuk sesuatu yang bukan kepentingan kerja. Allah telah
mencela Al-Muthaffifin (orang-orang yang curang) dalam timbangan, yang menuntut hak mereka dengan sempurna dan mengurangi hak-hak orang lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
نّللُ َىَْ ْه َأ ّللم ّللَُّإّللَ ّْلل َتك َّللَََْنّلل َىسَِن ّللالّللل َ َمك ّللَىََْ َّإّللَ َىِيْيّلل ىَ َل ْم ّللفَفنيّلل ّللُ َْ َل ْ شَْ ّْْْلل ّْلل ََ ّللْ ّللاظنأ ْىنّلل ََ ِك ٌََََِْْنّلل نّللَِ ْهأ نُْ ِىّلل ّْلل ّْلل ظ ؤي نّلل ّللل ْ َْنت ْرُنّلل ُِمّلل ََْ ْه َأ َن َ ََى ّللََىّللمنيّلل ى ّللر ْ ِذ َىس “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. Yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka meminta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah oran-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. Pada suatu hari yang besar. Yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam” [Al-Muthaffifin: 1-6]
5. KRITERIA - KRITERIA MEMILIH PEKERJA DAN PEGAWAI Landasan dalam memilih seorang pegawai atau pekerja hendaklah ia seorang yang kuat lagi amanah. Karena dengan kekuatan ia sanggup melaksanakan pekerjaan yang diembankan kepadanya, dan dengan amanah ia menunaikan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan amanah ia akan meletakkan perkara-perkara pada tempatnya. Dan
dengan kekuatan ia sanggup menunaikan kewajibannya. Allah telah memberitakan tentang salah seorang putri penduduk Madyan bahwasanya ia berkata kepada bapaknya tatkala Musa mengambilkan air untuk keduanya. َ َ َاكّللمَا َراْ ن ّلل ّللَإ ّللَْ َّمَ ّْللَ ْه ّللمَ َّللَىّلل إ
ْ َ َاك ّللم َ ّللا َرأّلل ّللكي ّللَن ّللَر َّ ِن َ َ ّللكنيْ ََىشّللَ ؤ
“Ya bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja kepada kita. Karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya” [Al-Qashash: 26]
Dan Allah berfirman tentang Ifrit dari bangsa Jin yang mengutarakan kesanggupannya kepada Sulaiman Alaihissalam untuk mendatangkan singgasana Balqis.
َْ نّللن َّلل َِ ّللل َه اانّْلل نّللَّللَ ََىا َي َكيّلل ا َفرْإَ َّللَ ّللا ِكشّللَكّْلل كي اّللشْ ّلل ّلل ّلل ّلل َ نك ْ َ َني ىش
لّللنَه ّللا ّللَََُّأ
“Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya” [AnNaml: 39]
Maknanya, ia menggabungkan antara kemampuannya untuk membawa dan mendatangkannya serta menjaga apa yang dibawanya. Allah juga telah menceritakan tentang Yusuf Alaihissalam bahwasanya ia berkata kepada raja. َ َ ّلل َأا َّللنّلل َ ي ّللالّلل ِل َاَ ّللَ َلسأ َّللَ ّللا
َ ّللالن َأ ّللمفن ف َََّأ
“Jadikanlahlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan” [Yusuf: 55]
Lawan dari kuat dan amanah adalah lemah dan khianat. Dan itu alasan untuk tidak memilih seseorang dalam bekerja dan sebab-sebab sebenarnya untuk mecopotnya dari pekerjaan. Tatkala Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu menjadikan Sa’ad bin Abi Waqqash sebagai gubernur Kufah, dan sebagian orang-orang jahil negeri itu mencelanya di sisi Umar, maka Umar memandang maslahah dengan mencopotnya dari jabatan untuk menjaga dari terjadinya fitnah dan agar tidak seorangpun dari mereka mengganggunya. Akan tetapi Umar ketika sakit menjelang wafatnya telah menentukan enam orang shahabat Rasulullah yang dipilih dari mereka seorang yang akan menjabat
khalifah setelahnya. Di antara mereka adalah Sa’ad bin Abi Waqqash, lantas Umar khawatir bahwa pencopotannya dari jabatan gubernur Kufah disangka karena ketidaklayakannya memimpin, maka umar menepis prasangka tersebut dengan perkataannya, “Jika kepemimpinan jatuh kepada Saad, maka dia layak untuk itu. Dan jika tidak hendaklah siapa pun dari kalian yang menjadi pemimpin meminta bantuannya, karena sesungguhnya aku tidak mencopotnya karena kelemahan dan khianat” [Diriwayatkan Al-Bukhari: 3700]
Dan didalam Shahih Muslim: (1825) ِ َّللَ ّللا ا ّلل َتكّللَملْسأا نّلللّلل: م ّللر َْ َلإْ َّللَ ّللا إّلل َأ نّللَأ ّللا َي: َاَ ْا ّْلل ْ َه ّللأ ذَّلل ّلل َنّللْا ّلل ْ ّلل َّللَ ّللا ٌ ْ ِأ ّللك َستسأ ّللالّللل: ََْخ ََِّّْلل إّلل َأ نّلل ّللََ ّلل ن َ ض ، َ ه َ ّلل َّ ُ د َ ّلل َ ك ن ، َ ه َ ّلل َّ ُ ْ َ ْ َ ّلل َىش ّللنَ ّللكدَ ّلل َ ّلل ّلل ّلل ّلل ّلل ّلل َ ّلل ّلل ِ ْ َ َ َن ّللهَ ّللالّللنَه َىيْ ّللُنَِو َ ّللُشَ ّللهَ ن ّللَيّللهّللَ ّللك َي َّلِ ّللَُّللّْللَ ّللكد َ َن “Dari Abu Dzar, ia berkata, “Aku berkata, ‘Hai Rasulullah! Tidaklah engkau memperkerjakan aku?’ Ia berkata, ‘Maka beliau menepuk pundakku dengan tanggannya kemudian bersabda, ‘Hai Abu Dzar, sesungguhnya engkau lemah, dan sesungguhnya pekerjaan itu adalah amanah, dan sesungguhnya ia adalah kehinaan dan penyesalan di hari Kiamat kecuali orang yang mengambilnya dengan haknya dan menunaikan kewajiban padanya”.
Dalam riwayat lain di Shahih Muslim (1826) ِ َلِل ِ الِ ّللأ ّللالّللنَه اَ ْا ن ّلل ِن إّلل َأ نّللَأ ّللا َي ْ َه ّللأ َّللَ ّللا ّللُ ّلل: َن ّلل ّللأَرّلل أَََّ إّلل َأ نّللَّللَ ّْلل َهْ ّلل َضَنفّلل ّلل، ىسّلل َفتأ نْمحؤ ّللكَ ىّللّْلل نْمحؤ ّللَََُّأ، ٌََسّللني ّللالّللل اّللم ّلل ّللك ّللر ِن لّلل، ُىِنّلل ِي ا ّللّللَ لّلل ّلل ّللْكنَأ ّللكَ ّللا “Dari Abu Dzar bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hai Abu Dzar sesungguhnya aku melihatmu lemah dan sesungguhnya aku mencintai untukmu apa yang kucintai untuk diriku, janganlah sekali-kali engkau memimpin dua orang dan janganlah sekali-kali engkau mengurus harta anak yatim”.
6. ATASAN ADALAH TELADAN BAGI BAWAHANNYA DALAM BERSUNGGUHSUNGGUH ATAU MALAS Apabila para atasan pegawai melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka dengan sempurna, pegawai-pegawai yang menjadi bawahannya akan mecontoh mereka. Dan setiap pemimpin dalam suatu pekerjaan akan diminta pertanggung jawabannya terhadap dirinya dan orang-orang yang dipimpinnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. أانِكه ّللا َي ّللَ ّللم َت ْ ََ َا ّللأَا ْملؤ ْت َأ، ّللُه ّللَْ ّللأَا َى َسَن ّللا ّلللل َىِيْ ْر ّللََ َ ّللك َن ّلل ّللا َس ْهأ ّللك َت ْ ََ َا، َىر َ ُ ّللا َس ْه َأ ّللك َت ْ ََ َا ّللُه ّللَْ َّللنَكه ن ّلل َهل ّللالّللل ّللأَا ْا ْل ّلل، ر ْ ّللُ ََى ّللم َرن ّلل َأ ّللُ ّللُىّللْا ّللَ َغل ّللهَ ّللَنَإ ّللالّللل ّللأَا ّللند ّللا َس ْه َأ ّللك َت ْ ََىّللدَ ّللُه ّلل، ْ َِْ َّللكَا ّللالّللل ّللأَا ّللُ ََى ّلل ّلل انَْا ّللا َسه ْ ّللك َت ْ ََ َا ه ّللَْ ّللُ ّلل، ّللأانِكه ّللا َي ّللك َت ْ ََ َا ّللُ ْملؤ ْت َأ ّللأَا َّلل ْتلؤ ْت َأ نلّلل “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawabannya tentang apa yang dipimpinnya. Seorang amir yang memimpin manusia, ia memimpin mereka dan akan diminta pertanggung jawabannya tentang mereka, seorang laki-laki pemimpin atas keluarganya dan ia akan diminta pertangung jawabannya tentang mereka, dan seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suami dan anaknya, dia akan diminta pertanggung jawabannya tentang mereka dan seorang budak pemimpin atas harta tuannya dan dia akan diminta pertanggung jawabannya terhadapnya, ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan diminta pertanggung jawaban terhadap apa yang dipimpinnya” [Diriwayatkan Al-Bukhari ; 2554 dan Muslim : 1829 dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma]
Dan apabila para atasan menjaga pekerjaanpekerjaan dalam segala waktu-waktunya, mereka akan menjaga teladan yang baik bagi orang-orang yang mereka pimpin.
Seorang penyair berkata. “Dan engkau selama melakukan yang engkau perintahkan niscaya orang yang engkau perintahkan melakukannya”.
Maknanya, apabila engkau memerintahkan orang lain dari bawahanmu agar melakukan kewajibannya, dan engkau terlebih dahulu menunaikan kewajiban, maka sesungguhnya orang yang selainmu akan mematuhimu dan melaksanakan apa yang engkau perintahkan kepadanya. 7. PERLAKUAN PEGAWAI KEPADA ORANG LAIN SEPERTI APA IA INGIN DIPERLAKUKAN. Nasihat memiliki kedudukan yang agung di dalam Islam, oleh karenanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
َْىسِص َن ّللُدْ َىَْ َْي، َ َْلسّلل: ّللاَّللَ ى ّللم َيا: ا ََىه ّللُىتكّللََه ِه ْ ََى ْمتلمنَيّلل د ّللُ ّلل ِم ّللُى ّللر ّللُ ّللاَ ِككه َأ “Agama adalah nasihat’, kami berkata, ‘Untuk siapa?’, Beliau bersabda, ‘Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan para pemimpin kaum muslimin serta sesama mereka” [Diriwayatkan oleh Muslim 55 dari Abu Tamim bin Aus Ad-Dari Radhiyallahu ‘anhu]
Dan berkata Jarir bin Abdullah Al-Bajali Radhiyallahu anhu, “Aku telah berba’iat kepada Rasulullah atas mendirikan shalat, membayar zakat dan menasihati untuk setiap Muslim” [Diriwayatkan Al-Bukhari 57 dan Muslim 56] Sebagaimana seorang pegawai atau karyawan apabila ia punya kebutuhan pada yang lain, orang lain itu wajib memperlakukannya dengan mu’amalah yang baik. Maka wajib pula atasnya untuk memperlakukan orang lain dengan mu’amalah hasanah (perlakuan yang baik).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda. َ َ َُّ كيْ ْْ ّللُه ّللَْ ّللكسنِكْهْ اه َّلل َلك ّللم َى ّللاسِدّلل ّللَُْْْ ّللَ ّللل َى ِسَأ ّللاي ْْنّلل مَ نّلل ّللٍ ن ّلل َن نّلل ّللمحِ َّلل ّللم َي، َ َ َ ِ ِ َ ََْ ََرَر ّللَُىنّلل، َّىّللنَه َُّْْ ا ّللل ن ّلل َن ُْْحؤ َىيْ َىسَِن َّىّللل ّللُىنّللمأ َه “Maka barangsiapa yang ingin dijauhkan dari api nereka dan masuk surga, hendaklah ia meninggal sedang ia beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hendaklah ia memperlakukan manusia sebagaimana ia ingin diperlakukan” [Diriwayatkan oleh Muslim]
Dalam hadits yang panjang dari Abdullah bin Amr. Dan maknanya adalah perlakukanlah manusia sebagaimana engkau ingin diperlakukan.
Rasulullah bersabda. ّلل َنَه ُْْحؤ ّللمكِل ن ّلل ّللمْ ْ ْم َأ كيْ َُّْْ لّلل
َىسّلل َفته ُْْحؤ ّللك
“Tidak sempurna keimanan salah seorang dari kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri” [Diriwayatkan AlBukhari 13 dan Muslim 45 dari Anas]
Allah Ta’ala telah mencela orang yang memperlakukan orang lain tidak seperti ia ingin diperlakukan dalam firman-Nya.
نّللُ َىَْ ْه َأ ّللم ّللَُّإّللَ ّْلل َتك َّللَََْنّلل َىسَِن ّللالّللل َ َمك ّللَىََْ َّإّللَ َىِيْيّلل َى َل ْم ّللفَفنيّلل ّللُ َْ َل ْ َْنت ْرُنّلل ُِمّلل ََْ ْه َأ “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. Yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka meminta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi” [Al-Muthaffifin: 13]
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. َ ْت َأىّلل ّللُمّللراّلل ِ ْاشْ ََقّلل لّلل َن ْتأ ّللا ّللم ِر ّلل َه َّ ِن ْ ََ ْ ّللك ّللهإ، َََُهّللَأ ّللُ ّللك َس، َىِّللسّللَأ ّللُ ّللُنََ ّلل ّلل، َ َ ّلل َُّللَ ّللا َ َن ّللل، َى ّللمَا ّللَُّ ّلل ضَ ّللاد َىت ّللؤَُّا ّللُمّللي ّللررّلل ّلل
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas kalian durhaka kepada para ibu, pelit dan rakus, menguburkan anak perempuan hidup-hidup, dan membenci untuk kalian tiga perkara yaitu ; kata-kata omong kosong, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta” [Diriwayatkan Al-Bukhari 2408 dan Muslim 593 dari Al-Mughirah bin Syu’bah]
Di dalam hadits ini terdapat celaan terhadap yang rakus lagi pelit, yang mengambil dan tidak memberi. Allah telah mngingatkan wali-wali anak-anak yatim bahwasanya mereka khawatir terhadap anak keturunan mereka yang kecil-kecil kalau mereka tinggalkan. Allah berfirman.
ل َهِ ّلل نّللكِشَََّْلل َل ّللالّللنَه َأ َّللََََْ ض ّللَََََ إْ َأِْدَ َ َّلللفه َأ ك َي ا ّللّللر ْمََ ّللى ََ َىِيْيّلل ّللُ َىنّلل َن ّلل ََْاََْْْ َّلل ََ َل ّللُ َىنّللشَْى ّلل “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” [An-Nisa; 9]
Maknanya, sebagaimana mereka ingin anak-anak keturunan mereka nantinya diperlakukan dengan baik, maka wajib atas mereka untuk berlaku baik terhadap anak-anak yatim yang mereka menjadi wali atasnya.
8. PEGAWAI MENDAHULUKAN DAHULU DALAM BERURUSAN
YANG
Termasuk sikap adil dan insaf; hendaknya seorang pegawai tidak mengahirkan orang yang duluan dari orang-orang yang berurusan, atau mendahulukan orang yang belakangan. Akan tetapi ia mendahulukan berdasarkan urusan yang terdahulu. Dalam hal yang seperti ini memudahkan pegawai dan orang-orang yang berurusan.
Telah datang dalam sunnah Rasulullah apa yang menunjukkan atas itu. Dari Abu Hurairah, ia berkata, ْ ْأ ّللاَ ّللَاْ ََىشّلل ََ ّللْ ّلله ِ الِ ّللأ ّللالّللنَه َأ َّلل َن ّللس ّللم ِالْْ ّللكاَ لٍ َأ ّللُ ّلل َه ْ ّلل َلِل َىسِِ ؤ ن ّلل ّلل ا ّللَرََ ؤ ْ ََُّْللشّللَ ّللا ّلل ِ َلِل ِ الِ ّللأ ّللالّللنَه َّللشّللَ ّللا: مل َىتَِ ّللادْا ّللككّللل ْ َه ّللأ اَ ْا َّلل ّللم ّلل الْْ ّللُ ّلل َهْ ّلل َ ع ْ ََ َّلل: ّللمكِل َمّْلل َت ّللم ىّلل َأ َّلل َل ْ ََ َىشّلل ََْ َّلل: ام ّللم م ْه َأ َّللَ ّللا ّللُ َّللَ ّللا ّللْ َّللتّللراّلل َّللَ ّللا ّللكَ ّلل ْ ّلل ّلل ع َّإَّلل ّلل ّلل َّللَ ّللا ّللادا َى ّلل: َّْللَ نّللََ هّلل ََ ّللا ّللمْْيهْ وَ ّلل: تَ ّللاي َىتَِ ْل ن ّللأَا ْ نَْيّلل ِ َّللَ ّللا: ضنَ ّللَإ اَ ّللا ْ َادّلل َّللَ ََك ّللظر ََ ّلل ّللكََّللدْ َّللتإّلل ْ َه ّللأ َّللَ ّللا َىتَِ ّلل: َخ ّلل ضَ ّللاك ْ ّللهَاَّ ّللمن ّلل َّللَ ّللا:َاّْلل َّإّلل َ ُْ ادّلل َّللَ ََك ّللظر ن ّلل َهله ّللِنَر َّىّللل ََ ّلل َك ْر َىتَِ ّلل “Ketika Nabi di suatu majelis berbicara kepada orang-orang, datanglah seorang Arab badui lantas berkata. ‘Kapan terjadinya Kiamat? Rasulullah terus
berbicara, sebagian orang berkata, ‘Beliau mendengar apa yang dikatakannya dan beliau membencinya’, sebagian lain mengatakan, ‘Bahkan ia tidak mendengar’, sehingga tatkala beliau menyelesaikan pembicaraannya beliau berkata, ‘Mana orang yang bertanya tentang hari Kiamat?’ Ia berkata, ‘Ini aku wahai Rasulullah’, Rasul bersaba, ‘Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah hari Kiamat’. Ia bertanya lagi, ‘Bagaimana menyianyiakannya?’ Beliau menjawab, ‘Apabila diserahkan urusan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah hari Kiamat” [Diriwayatkan Al-Bukhari]
Hadits ini menunjukkan bahwasanya Rasulullah tidak menjawab si penanya tentang hari Kiamat melainkan setelah ia selesai berbicara kepada orangorang yang telah mendahuluinya. Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam uraiannya, “Disimpulkan darinya memberi pelajaran berdasarkan yang duluan, dan begitu juga dalam fatwa-fatwa, urusan pemerintahan dan lain sebagainya”. Dan disebutkan dalam biografi Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari di kitab Lisanul Mizan karangan Al-Hafizh Ibnu Hajar, “Dan Ibnu Asakir mengeluarkan dari jalan Abu Ma’bad Utsman bin Ahmad Ad-Dainuri ia berkata, ‘Aku menghadiri majelis Muhammad bin Jarir dan hadir juga menteri Al-Fadhal bin Ja’far bin Al-Furat, dan dia telah
didahului oleh seseorang. Maka berkata Ath-Thabari kepada orang tersebut, ‘Tidakkah engkau ingin membaca?’ Maka ia menunjuk kepada si menteri. Maka Ath-Thabari berkata, ‘Apabila giliran untukmu maka janganlah engkau terganggu oleh Dajlah (nama sungai) atau Efrat (Al-Furat)’. Aku katakan, “Dan ini sebagian dari keunikan dan kemahiran bahasanya serta tidak tertariknya ia pada anak-anak dunia”.
9. PEGAWAI HARUS MEMILIKI SIFAT IFFAH (MENJAGA KEHORMATAN) DAN BERSIH DARI MENERIMA SOGOKAN DAN HADIAH. Setiap pegawai wajib menjadi seorang yang menjaga kehormatan dirinya, berjiwa mulia dan kaya hati. Jauh dari memakan harta-harta manusia dengan batil, dari apa-apa yang diberikan kepadanya berupa suap walau dinamakan dengan hadiah. Karena apabila dia mengambil harta manusia dengan tanpa hak berarti ia memakannya dengan batil, dan memakan harta dengan cara batil merupakan salah satu sebab tidak dikabulkannya do’a. Muslim meriwayatkan di dalam shahihnya (1015) dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah telah bersabda, ٌّنَََِ َّلِ لّللّْلل َشِّلل ْل ّلل ّلل، َهّلل ّللَُّ ِن ِ ٌَّنَح ِ ن ّلل ّللك ّللر َ ّللمَ ََى ْمَُّ كسنَيّلل ن ّلل ّللك ّللر ََن نّللْؤ ّلله ْ َِىس، َهّلل َّ ِن النَيّلل َه ْ َىر ََ ّللَُ َا ّللملْ َََ َى ِنَ ّللَِأ كيّلل ْملْ َََ ؤ َّللشّللَ ّللا ََى ْم َر ّلل:َا ْل ّللَْنّللْؤ ّلله َََّأ ى ََُ ّلل ّلل ِ ْ ََى مُّك سَن( ّللال َن َأ اّلل ََ ّللمل ََنّلل َ ّللم: ١٥) َّللشّللَ ّللا: َك َي َ ْملَْ ا ّللكسََْ َىيْيّلل نْؤ ّللهَ ّْلل
َى ِ شرر( ّللأمّلل ََسّللَ ْم َأ ّللكَ ّلل: ١٧٢) َىر ْا ّللل إّللم ّللّللر ٌ ْ ِأ ن ّلل َق ّللَ ّلل ٌّنَ ّللَِأ ِ ش َى ِ تفّلل ّللر ْْ ن ْل َ َ ّلل ت ّللمََ َّىّللل ّْللّْللَْه ّْلل ْمْؤ ن َِِّلل ّللر ِ َأذَ َى ْ ّللم ّللرَ َْ ّللُ ّللكلِّلل َأذَ ّْلل ّلل تهْ ّللم ّللرَ َْ ّللُ ّللك َّلل ْمهْ ّْلل ّلل َ ّلل ّلل ْ ِ ّلل ْ ََى ّللُ ّللرَْ ّللُِي ّلل، ىيىّْلل ْْ َتكّلل ّللاَذْ َمَل “Hai manusia! Sesungguhnya Allah Mahabaik tidak menerima kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan orang-orang beriman dengan apa yang telah diperintahkannya kepada para rasul, maka Ia berfirman, "Wahai rasul-rasul makanlah kamu dari yang baik-baik dan beramallah kamu dengan amalan yang baik. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (alMukminun:51) dan Ia berfirman :"Wahai orangorang yang beriman makanlah kamu dari apa yang baik-baik dari apa yang telah Kami rizkikan kepadamu (al-Baqarah : 172). Kemudian beliau menyebutkan seorang yang telah berjalan jauh dalam keadaan kusut dan berdebu, membentangkan kedua tangannya ke langit (berkata), 'Wahai Rabb! wahai Rabb!, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, dan pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dengan yang haram, lantas bagaimana do'anya dikabulkan untuk itu?!".
Diantara dalil yang jelas yang memerintahkan menjauhi memakan harta dengan cara batil apa yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam shahihnya (7152), dari Jundab bin Abdullah Radhiyallahu anhu, berkata.
ََِ ّلل تَن كيّلل ّللكَْْ َسكيْ نّلل ُِ ّللا َّ ِن ٌّنَ َّلِ لّللّْللم َ ْم ّللل ن ّلل َن َ َاك ّلل ّلل َ ّلل َّلل َ سْهْ َََّلَ ََ ّلل، ا َّلل ّللمي َ ّلل َ ّلل َ ّلل ّلل ّلل ِ َلنّللفَّلل َل، ا ّللُ ّللكي ن ّلل َه ّللرََه ْ َّللْ َيك ّللمفه َم َلَ َى ّللاسد ّللَُّللنَيّلل َّلل َنسّللهْ لْْ ّللَُ ّللا ن َن َ َاكّلل َ ّلل َّلل َل ّللنف ّللَ َل “Sesungguhnya yang pertama busuk dari manusia adalah perutnya, maka barangsiapa yang sanggup untuk tidak memakan melainkan yang baik maka lakukanlah, dan barangsiapa yang bisa untuk tidak dihalangi antara dia dan surga walau dengan segenggam darah yang ditumpahkannya maka lakukanlah”
Dan yang juga diriwayatkannya (2083) dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. َ َن َىسَِن ّللالّللل انّلل ِي ىّللنّللم َ ك َي َْن ّلل ّللمثّللا نّللك َي ََى ّللمَ ّللا ن ّلل ّللَيّلل َ ّللمَ ََى ّللم َر َْ ّْللِّللَىأ لّلل م ّللك َّْللم ّللر “Sungguh akan datang pada manusia suatu zaman di mana seseorang tidak peduli dengan cara apa dia mengambil harta, apakah dari yang halal atau dari yang haram”.
Menurut orang-orang yang mengambil harta tanpa peduli ini ; bahwasanya yang halal adalah yang berada
di tangan dan yang haram adalah yang tidak sampai ke tangan. Adapun yang halal dalam Islam adalah apa yang telah dihalalkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan yang haram adalah yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Telah datang dalam sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hadits-hadits yang menunjukkan dilarangnya aparat pekerja dan pegawai mengambil sesuatu dari harta walaupun dinamakan hadiah, diantaranya hadits Abi Sa’id Hamid As-Saidi, ia berkata.
ِ َلِل ِ الِ ّللأ ّللا ّلللنَه اَ ْا َ َاكّلل ََ ّللملّلل ْ َه ّللأ َ ََ ْي هْ ّللى ْْ ّللشَ ْا ََ ّللاَْ كيّلل ّللأ ْاثَ ّللُ ّلل َهْ ّلل ا ّللم ّللر نّللَأ ّللَُ ََيْ ّللا َم َرُ َّللَ ّللا َىلؤكَِنّللد ْ صّْللَّللد ّللالّللل ِ َّللَ ّللا َّللْ ّللْ َّلللّلل ِمَ َى: ىّلل ْت َأ َ ّللهيّلل ِ َلِل ِ الِ ّللأ ّللالّللنَه َْ ىأ ّللُ ّللهيّلل ْ َه ّللأ ََىم َس ّللِر ّللالّللل ّللُ ّلل َه ْ ّلل اَ ْا َّللشّلل ّلل َْ َّللَ ّللا ىأ ن ْ َهْ ّلل َ ّلل ّلل ِ ّللَُّللَ ّللا ّللالّللنه ّللُنٌسّللل: َّللنّللشْ ََ ْا ن ََ ّللَيْهْ ّللاَكل ّللكََّللَ ْا: َّللُ ّللهيّللَ ىّلل ْت َأ ّللهيّلل َه َّلل ّللُمّْلل ْ ْ نّلل َْ َّىّللنَه َهّْللونّللْْ ّْلل َس ْ ىأ ن َهْ ّلل، ظ ّللر ّللمكِل ن ْ َكه َّللنَإ َأ نّلل َُ نّللَنَه َّللنَإ َأ َّللَّللّْلل نّللَّللثّلل لّلل، ّْللفٍ ّللَُىِي ّْلل ََ ّللْ َه ّللاَ ّللَ َّلِ ّلل ْ َ ْق َت ََ ك َس ّللهَ ك َس ْت َأ ن ّلل ّللمْ َ ّْللسّللَ ْا لّلل َنّللْا ْك ّللُ ِم اسْشه ّللالّللل ّللَُْ ملْهْ ََىش ّللنَ ّللكد ْ َأ ىّلل ّللهَ ّللَشّلل ّللرر َ َّلل َُ ْأِّللَ ََ ىّلله ْ ّللََن ََر َ ٌَ ْ ِأ نََ ْرا ّلل قّللَر َ ن ّلل َُ َْ ّلل ّلل ِ ْ ا َف ّللأن َْسّللَ ّللمكِل ّْللّْللَْه ّللأَّلل ّللم ْ َّللَ ّللا ٌ ِأ َّ ََ ّللنَه ّللرا ّلل َأ: ِراّللنَي ّللك َّلللِ َغإْ ّلله َل َىل ْه ِأ “Rasulullah mempekerjakan seseorang dari suku AlAsad, namanya Ibnul Latbiyyah untuk mengumpulkan zakat, maka tatkala ia telah kembali ia berkata, ‘Ini untuk engkau dan ini untukku dihadiahkan untukku’. Ia (Abu Hamid) berkata, ‘Maka Rasulullah berdiri di atas mimbar, lalu memuja dan memuji Allah dan bersabda, ‘Kenapa petugas yang aku utus lalu ia mengatakan, ‘Ini adalah untuk kalian dan ini
dihadiahkan untukku?! Kenapa dia tidak duduk di rumah bapaknya atau rumah ibunya sehingga dia !?melihat apakah dihadiahkan kepadanya atau tidak !Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya Tidaklah seorangpun dari kalian menerima sesuatu darinya melainkan ia datang pada hari Kiamat sambil membawanya di atas lehernya onta yang bersuara, atau sapi yang melenguh atau kambing yang mengembik’, kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sampai kami melihat putih kedua ketiaknya, kemudian bersabda dua kali, ‘Ya Allah, apakah aku telah menyampaikan?” [Diriwayatkan AlBukhari 7174 dan Muslim 1832 dan ini adalah ]lafazhnya
Dan di dalam shahih Bukhari (3073) dan shahih Muslim (1831) –dan dengan lafazhnya- dari Abu Hurairah, ia berkata. ّللَ ّللَ ِ َ ِلل ِ ا ِل ّللأ ّللا ّلللنَه ِ َْ َه ّللأ ْ ظ ّللمهْ ّللا ََىغْلْ ََ َيّللم ّللّللر ّللْ ََْ إّللَأّلل ّللُ ّلل َه ْ ّلل اَ ْا َ َن ّللمَ َّلل ّلل نر ه ّللأَّللِّللك ّللالّللل ََىشنّللَ ّللكد ّْلل ََ ّللْ ّْلل ّللاأ َْ نّلل ّللمّْلل ْم َأ نّلل ِين ْ َىف لّلل َّ :للَ ّللا ٌ ْ ِأ نّلل َك ّللراْ ّللُ ّللاظ ّللأِ َّللَ َ ّلل ّلل ّلل ْ اَ ّللا ّْللَ ّْ :للشْ ََ ْا ْأِّللَ ََ ىهّْلل ّلل َ ْ َ ّلل ّلل ّلل ق َن َ ىّْلل ن َكللْْ ل َ :مَ ََ ْا نِيسأ َ ،نّلل ََلّلل َشكّْلل ََْ ّلل َه ّللأ ْ ن ّللأَّلل ّللِكه ّللالّللل ََىش ّللنَ ّللكد ّللْ ََ ّللْ ّللْاأ َْ نّلل ّللمّْلل ْم َأ ن ْ َىف ّللن ِي لّلل ّللَْ ّ :للنشَْ ْاَّلل ّللمم ّللُ ّللمدَ ىّلله ْ َّلل ّللر َ ق َن ََ ىّللّْلل ن ّلل َكللْْ لّلل َّ :للمّللَْ ََ ْا نّلل َِيسأ َ اَ ّللا ن ّلل ّللمّْلل ْم َأ فنّلل ِين ْ َى لّلل ،ن ّلل ََلّلل َشكّْْلل َّللَْ ّلل َه ّللأ ْ نّلل َِيسأ َ اَ ّللا ّْللَ ّْ :للشَْ ْا ٌْغّللَ ََ ىّلل ّللهَ قّللَر َ ّللأَّللِّللكه ّللالّللل ََىشنّللَ ّللكد ّْلل ََ ّللْ ّْللاأ َْ َه ّللأ ْ ق َن ََ ىّللّْلل نّلل َكللْْ لّلل ْ ََ :اَّللمّللَْ ََىشنّللَ ّللكد ََ ّللّْْلل ّْلل ّللاأ َْ ن ّلل ّللمّْلل ْم َأ ن ْ َىفنّلل ِي لّلل ،نّلل ََلّلل َشكّْْلل َّللَْ ّلل ن ّلل َكللْْ لّلل ْ ََ :اَّللمّللَْ نّلل َِيسأ َ ٍ ّللأَّلل ّللِكه ّللالّللل َه ّللأ ْ اَ ّللا ّللَْ َّ :لل ّللنشَْ ْا َ ّللنَ َي ىّلل ّللهَ َّلل َف َ ْ َ ّلل ّلل أَّللَاَ َّللِّللكه ّللأ ّللالّللل ََىشنّللَ ّللكد ّْلل ََ ّللْ ّْللاأ َْ ن ّللمّْلل ْم َأ نىفنّلل ِي لّلل ،ن ََلّلل َشكّْْلل َّللَْ ّلل ق َن ََ ىّللّْلل ق َن َ ىّللّْلل ن ّلل َكللْْ لّلل َّ :للمّللَْ ََ ْا ن ّلل َِيسأ َ اَ ّللا ّْللَ َّ :للنّللشَْ ْا ا َّللنف ْْ ،ن ّلل ََلّلل َشكّْْلل َّللَْ َ ّلل َه ّللأ ْ
ََ ّللأَّلل ّللِكه ّللالّللل ََىش ّللنَ ّللكد ّللْ ََ ّللْ ّللْاأ َْ ن ّلل ّللمّْلل ْم َأ ن ْ َىف ّللن ِي لّلل ْ ّللأ َّلل ّللنشَْ ْا كإَ ّلل: َْاَ ّللا ّلل ّلل ّلل ّلل ّلل َ َ َّللمَْ ََ ْا ن َِيسأ: ق َن ََ ىّللّْلل ن َكللْْ لّلل َه ن ََلّللشكّْْلل َّللَْ ّلل “Rasulullah berbicara kepada kami pada suatu hari, maka beliau menyebutkan Ghulul [1] dan beliau menganggapnya perkara yang besar, kemudian ia berkata, ‘Aku akan temui salah seorang kalian yang datang pada hari Kiamat di atas lehernya ada onta yang bersuara, ia berkata, ‘Hai Rasulullah, tolonglah aku’, maka aku (Rasulullah) mengatakan, ‘Aku tidak mampu berbuat apa-apa untukmu sedikitpun, sungguh aku telah menyampaikan kepadamu’, Aku tidak temui salah seorang dari kalian datang pada hari Kiamat dengan kuda di atas pundaknya yang memiliki hamhamah (suara), lantas ia berkata, ‘Hai Rasulullah! Bantulah aku’, maka aku berkata, ‘Aku tidak bisa membantu sedikitpun, sungguh aku telah menyampaikan kepadamu’, Aku tidak dapatkan salah seorang darimu datang pada hari Kiamat dengan kambing yang mengembik diatas pundaknya seraya berkata, ‘Hai Rasulullah! Tolonglah aku’, Maka aku menjawab, ‘Aku tidak mampu berbuat apa-apa untukmu, aku telah menyampaikan kepadamu’, Aku akan dapatkan salah seorang dari kalian datang pada hari Kiamat dengan membawa jiwa yang menjerit, lantas ia berkata, ‘Hai Rasulullah! Tolonglah aku’, Maka aku berkata, ‘Aku tidak memiliki apa-apa untukmu, sungguh aku telah menyampaikan kepadamu’, Aku akan mendapatkan salah seorang dari kalian datang pada hari Kiamat dengan pakaian
diatas pundaknya ada shamit (emas dan perak), lalu ia berkata, ‘Hai Rasulullah! Tolonglah aku’, maka aku akan menjawab, ‘Aku tidak memiliki apa-apa untukmu, sungguh aku telah menyampaikan kepadamu”. Riqa di dalam hadits ini maksudnya adalah pakaian dan shamit adalah emas dan perak. Diantaranya hadits Abu Hamid bahwasanya Rasulullah bersabda.
As-Sa’di,
ْ َِْلْ ََ َا ََىَْ ِمَا ّللهّْللَ ّلل “Hadiah-hadiah (khianat)”.
para
pekerja
adalah
ghulul
Diriwyatkan oleh Ahmad (23601) dan lainnya, dan lihat takhrijnya di kitab Irwa Al-Ghalil oleh AlAlbani (2622), dan ini semakna dengan hadits yang telah lalu dalam kisah Ibnu Al-Latbiyyah. Diantaranya hadits Adi bin Umairah, ia berkata, “Aku mendengar bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. َ ْ ِل ْ َه ّْللمَاأ َل ّللمَنّلل َّلل َََّلله ْ َّلل ّللمَ ك َننّلل َ َ َّلل ّللتكّلل ّللمسّللَ ّللا ّللمل ّللالّللل ك َس ْت َأ َ َاكّلل ََ ّللم َلسّللَاْ ّللك َي ََْىشنّللَ ّللكد ّْلل ََ ّلل
“Barangsiapa diantara kalian yang kami pekerjakan atas suatu pekerjaan, lalu ia menyembunyikan dari kami satu jarum atau yang lebih kecil, maka dia adalah ghulul dan ia akan datang dengannya pada hari Kiamat” [Dikeluarkan oleh Muslim]
Diantaranya hadits Buraidah dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda. ْ َا ِلْ ََ َّلل ْه ّللَ إّللىّْلل َّلل ََّْلل نّلل ّللَي ّلل َّلل ّللمَ أ َمَََ َّلل ّللرمّلل ََسّللَاْ ّللا ّللمل ّللالّللل َ َاكّلل ََ ّللم َلسّللَاْ ّللكي “Barangsiapa yang kami pekerjakan atas suatu pekerjaan, lalu kami memberinya bagian, maka apa yang diambilnya setelah itu adalah perbuatan khianat” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan isnad shahih, dan dishahihkan oleh Al-Albani]
Dan dalam biografi Iyadh bin Ghanam dari kitab Shifatush Shafwah oleh Ibnul Jauzi (1/277), ketika itu ia sebagai gubernur Himsh dalam pemerintahan Umar, bahwasanya ia berkata kepada sebagian kerabatnya dalam sebuah kisah yang panjang, ‘Demi Allah! Jika aku digergaji lebih aku sukai daripada aku berkhianat seperak uang atau aku melampaui batas!”. Aku memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar membimbing setiap pegawai dan pekerja dari kaum muslimin untuk menunaikan pekerjaannya sesuai dengan yang diridhai Allah Tabaraka wa Ta’ala, dan
ia mendapatkan pahala serta akhir yang terpuji di dunia dan akhirat. Dan semoga Allah bershalawat dan salam serta memberikati hamba-Nya dan rasul-Nya, nabi kita Muhammad dan atas keluarga serta shahabatshahabatnya.
[Disalin dari kitab Kaifa Yuaddi Al-Muwazhzhaf AlAmanah, Penerbit Daarul Qasim Lin Nasyr, Riyadh, Cet I 1420H, Penulis Syaikh Abdul Muhsin bin Hamad Al-Abad, Penerjemah Agustimar Putra, Cetakan I, Penerbit Darul Falah, PO BOX 7816 JATCC 13340 Jakarta] _______ Footnote [1]. Al-Ghulul maksudnya perbuatan curang dan yang dimaksud hadits ini adalah mengmbil ghanimah (rampasan perang) dengan sembunyi-sembunyi sebelum dibagikan (pen).