Pengetahuan dan Informasi Safety
PEN TY Persuasif, I nformatif, Naratif
Edisi 44 / IV / Mei 2013
Tangani Material Secara Aman Handle Materials Safely! GMF Vision: World class MRO of customer choice in 2015 GMF Mission: To provide integrated and reliable aircraft maintenance solutions for a safer sky and secured quality of life of mankind GMF Values: Concern for People, Integrity, Professional, Teamwork, Customer Focused
Mei 2013 | 1
Pengetahuan dan Informasi Safety
PEN TY Persuasif, I nformatif, Naratif
Edisi 44 / IV / Mei 2013
Tangani Material Secara Aman Handle Materials Safely!
GMF Vision: World class MRO of customer choice in 2015 GMF Mission: To provide integrated and reliable aircraft maintenance solutions for a safer sky and secured quality of life of mankind GMF Values: Concern for People, Integrity, Professional, Teamwork, Customer Focused
Mei 2013 | 13
PROLOG
Pengelolaan Material, Awal Sebuah Kualitas
Material Management, the Beginning of Quality
P
aterial handling is one of the important phases in the overall production process because it affects the product’s quality. That is why the material handling is performed strictly from when the material is received until it is used in the production process. A proper handling aims to ensure the material characteristic and performance does not change when it is needed. It must also ensure the material life limit does not exceed the expiry date. There are many aspects that must be fulfilled in material management, because material management is one of the subjects to be audited by aviation authority. Discrepancies in material usage can be fatal for flight safety. That is why the requirements in material handling, as one material management aspects, must be as clear as possible to prevent ambiguity and misunderstanding. In material management, there are processes that may look simple such as giving a tag/sign on serviceable and unserviceable material, but it is sometime forgotten or missed for various reasons. Even though the tagging is very important to avoid unairworthy material to be used in the production process that can lower the work quality. By raising material management as the main topic of May 2013 edition of Penity, it is hoped that the awareness of GMF personnel regarding the material handling requirement will increase. From this edition, we can learn and add our knowledge of proper material management so that our work quality will also improve. Please send us any suggestion or critics to improve Penity. Thank you and happy reading.
enanganan material merupakan salah satu tahap penting dalam keseluruhan proses produksi karena mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Karena itu, penanganan material telah dilakukan secara ketat sejak barang diterima hingga digunakan dalam produksi. Pengelolaan yang benar bertujuan supaya karakteristik dan performa material tidak berubah ketika dibutuhkan. Begitu juga dengan usia material yang tidak boleh melebihi masa kadaluwarsa. Banyak aspek yang harus dipenuhi dalam pengelolaan material karena otoritas penerbangan menjadikan pengelolaan material sebagai obyek yang diaudit. Ketidaksesuaian penggunaan material juga bisa berdampak fatal terhadap keselamatan penerbangan. Karena itu, ketentuan dalam penanganan material, sebagai salah satu aspek material management, harus dibuat sejelas mungkin sehingga tidak menimbulkan tafsir atau interpretasi lain yang keluar dari substansinya. Dalam pengelolaan material, ada proses yang kadang terlihat sederhana seperti memberikan tanda pada serviceable dan unserviceable material. Tapi, hal-hal seperti ini kadang terlupakan karena berbagai alasan. Padahal, tanda pembeda ini sangat penting untuk menghindari barang yang tidak layak digunakan dalam produksi yang bisa menurunkan kualitas pekerjaan. Dengan mengangkat pengelolaan material sebagai materi utama Penity edisi Mei 2013 ini, diharapkan kesadaran insan GMF terhadap ketentuan penanganan material makin meningkat. Dari sajian edisi ini diharapkan kita bisa belajar dan menambah wacana tentang pengelolaan material yang lebih baik sehingga kualitas pekerjaan kita juga membaik. Kami tunggu saran dan kritik pembaca. Terima kasih dan selamat membaca.
M
Diterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng - Indonesia, PO BOX 1303 - Kode Pos 19130, Telepon: +62-21-5508082/8032, Faximile: +62-21-5501257. Redaksi menerima saran, masukan, dan kritik dari pembaca untuk disampaikan melalui email
[email protected]
2 | Mei 22013 0133
OPINI
GMF Sudah Tepat Upayakan AS9110
A
erospace Standard (AS) 9110 merupakan standar sistem manajemen mutu yang digunakan untuk perawatan pesawat komersial maupun militer oleh perusahaan MRO. Penggunaan standar internasional ini untuk memastikan persyaratan tentang sistem manajemen kualitas dipenuhi oleh perusahaan perawatan pesawat. GMF sudah tepat mengajukan sertifikasi AS9110 karena banyak manfaat yang bisa didapatkan, terutama untuk GMF Engine Maintenance. Beberapa manfaat itu antara lain menyediakan akses bagi GMF untuk best practices dari industri kedirgantaraan, menunjukkan komitmen GMF memberi produk dan layanan berkualitas kepada pelanggannya, mengangkat sistem manajemen mutu GMF ke standar global yang telah diadopsi industri kedirgantaraan, meningkatkan dan memperluas pasar/basis pelanggan GMF di dunia. Saat ini, GMF Engine Maintenance sedang dalam proses verifikasi bahwa prosedur yang dijalani telah memenuhi
persyaratan AS9110. Setiap modifikasi yang dibutuhkan akan dilengkapi dan disosialisasikan. Setelah itu kami akan mereview semuanya untuk memastikan semua proses itu sudah sesuai dengan prosedur. Assessment AS9110 ini dilakukan pada Mei 2013. Dalam hal ini, bagian terpenting adalah mendokumentasikan semua proses dalam prosedur dan semua personel melakukannya dengan benar melengkapi seluruh tugas yang diminta. Selain itu, ada dua bagian penting lainnya yakni mendokumentasikan ketidaksesuaian (non conformance) dan menentukan akar penyebab ketidaksesuaian itu. Tujuannya untuk memastikan setiap masalah diselesaikan dengan proses yang efektif untuk mencegah hal serupa terjadi lagi. Michael Jo McEwen* (Advisor) (Berpengalaman 20 tahun di industri penerbangan, termasuk menerapkan ISO9000 dan AS9100 Standard Series serta Lead Assessor terlatih. Pernah menjabat General Electric MRO Quality Management System Representative dan konsultan Six Sigma sebelum bergabung dengan GMF)
IOR Terbaik Bulan Ini
Serabut Aft Sling A330 Banyak yang Putus Aft sling A330 yang berlokasi di Hangar 3 line 7, serabutnya sudah banyak yang putus. Kondisi ini dikhawatirkan dapat membahayakan komponen/engine dan juga manpower/pekerjanya. Mohon pihak terkait segera melakukan corrective action. (dilaporkan oleh : Heriyanto/ 531976)
Responsible Unit Responsible unit telah melakukan pemeriksaan dan penggantian sling A330 yang rusak dengan sling yang baru.
BEFORE
AFTER
Tanggapan Redaksi Redaksi mengucapkan terima kasih kepada saudara Heriyanto yang melaporkan hazard ini melalui IOR. Redaksi juga mengucapkan terima kasih kepada responsible unit yang segera melakukan corrective action dengan cepat dan tepat sehingga potensi bahaya dapat dicegah sedini mungkin.
Redaksi Penity menyediakan hadiah untuk pengirim IOR Terbaik Bulan Ini. Silakan mengambil hadiahnya di Unit TQ Hangar 2 dengan menghubungi Bapak Yogi setiap hari kerja pukul 09.00-15.00 WIB
Mei 2013 | 3
KOMUNITAS
Benang Basah dan Budaya Keselamatan
P
enggunaan APD (alat pelindung diri) selama bekerja masih dianggap sebagai kewajiban seperti halnya pemakaian helm bagi pengendara motor atau seat belt bagi pengendara mobil. Perangkat pengaman ini dipakai hanya karena takut ditilang polisi lalu lintas. Padahal pemakaian helm dan seat belt adalah kebutuhan dasar pengendara motor dan mobil. Begitu juga APD yang digunakan hanya ketika ada Safety Coordinator di area kerja. Padahal keselamatan kerja adalah kebutuhan dasar pekerja seperti halnya gaji dan lain-lain. Secara umum fungsi utama Safety
Coordinator adalah “To identify, eliminate, and control hazardous conditions that may lead to injury and/or property damage using safety standards, best management practices, and analytical techniques.” Dalam struktur budaya keselamatan di GMF AeroAsia, peran dan tanggung jawab Safety Coordinator adalah sebagai kepanjangan tangan Accountable Manager (CEO) GMF AeroAsia dalam menjaga dan memastikan kondisi aman
bagi pekerja, lingkungan maupun peralatan kerja. Supaya peran dan tanggung jawab itu dapat berjalan secara efektif, Safety Coordinator harus mendapatkan wewenang dalam menegakkan peraturan. Suatu peraturan dapat berjalan efektif jika dibarengi dengan sanksi dan yang tidak kalah penting adalah dampak dari sanksi yang diberikan. Karena itu “wewenang, sanksi, dampak” merupakan
Nanang TB
Wet Thread and Safety Culture
F
or some people, the usage of PPE (Personal Protective Equipment) while working is still considered as a duty or obligation, similar to the usage of helmet for motorcycle rider and seatbelt for car driver. They only use it because they do not want to be fined by the traffic police. Whereas helmet and seat belt are the basic need for the safety of the drivers. This is the same as when the PPE are used only when a Safety Coordinator is in the work area, even though work safety is a basic need
4 | Mei 2013
for employees, no different from salary, allowance, etc. Generally, the main function of a Safety Coordinator is “To identify, eliminate, and control hazardous conditions that may lead to injury and/or property damage using safety standards, best management practices, and analytical techniques.” In GMF AeroAsia’s safety culture structure, the role and responsibility of Safety Coordinator is as the representative
of GMF AeroAsia’s Accountable Manager (CEO) in ensuring and maintaining a safe condition for employees, environment, and work equipment. In order for the role and responsibility can be performed effectively, Safety Coordinator must have the authority to enforce the rules and regulations. Rules and regulations can run effectively if it is accompanied by penalties and its effect for the personnel. Therefore, “Authority, Penalties, and Effect” are the three keywords in implementing safety
KOMUNITAS
tiga kata kunci dalam implementasi budaya keselamatan. Dengan wewenang yang dimiliki, maka Safety Coordinator berhak menghentikan suatu pekerjaan jika tidak memenuhi kriteria aman. Dia berwenang melarang orang yang tidak memiliki kepentingan memasuki area kerja tertentu serta memberikan sanksi kepada pekerja yang tidak mematuhi peraturan, dan lain-lain. Untuk mendukung wewenang yang dimiliki, Safety Coordinator perlu dibekali alat pendukung seperti Red Flag Raise (RFR) dan Black Point (BP). Red Flag
culture. Through their authority, Safety Coordinator can suspend a work process if it does not fulfill the safe criteria. They can also prohibit unauthorized personnel from entering certain work area, and give penalties to employees that violates the rules and regulation, etc. To support the authority of Safety Coordinator, they are provided with support equipment such as the Red Flag Raise (RFR) and Black Point (BP). Red Flag Raise (RFR) is the authority to suspend work process in the work area that doesn’t fulfill the safe criteria by displaying/waving a red flag in the area. If the safe criteria have been fulfilled, then the Safety Coordinator can give the green flag as a sign that the work process is safe. The Black Point is the Safety Coordinator’s authority to give minus point to employees that violates work safety regulation. The accumulated minus point will reduce the value of the related personnel’s IPR (Individual Performance Review). In this context, the minus point is the penalty for violating regulation, while decreasing the IPR value is the effect
Raise (RFR) adalah kewenangan untuk menghentikan proses kerja di suatu area kerja yang tidak memenuhi kriteria aman dengan mengibarkan bendera merah di area tersebut. Jika kriteria aman sudah terpenuhi, maka Safety Coordinator berhak memberikan bendera hijau sebagai tanda proses kerja aman. Sedangkan Black Point adalah kewenangan Safety Coordinator memberikan poin minus kepada pekerja yang diketahui tidak mematuhi peraturan keselamatan kerja. Akumulasi poin minus akan mengurangi nilai IPR (Individual Performance Review) pekerja bersangkutan. Dalam konteks ini, poin minus adalah sanksi akibat tidak mematuhi peraturan. Sedangkan pengurangan nilai IPR merupakan dampak dari sanksi berupa akumulasi poin minus. Jika wewenang ini dimiliki oleh Safety Coordinator, budaya
keselamatan lebih cepat terbangun. Bagi sebagian kalangan, membangun budaya keselamatan dianggap mustahil karena seperti menegakkan benang basah. Padahal benang basah dapat ditegakkan dengan cara memegang dua ujung benang secara bersama. Ujung yang satu adalah wewenang yang diberikan kepada Safety Coordinator dan ujung yang lain adalah menegakkan peraturan, memberikan sanksi kepada yang melanggar dengan sanksi yang memiliki dampak. Supaya benang yang basah itu tegak sendiri, peganglah dua ujungnya hingga benang itu kering. Di tengah situasi kesadaran tentang budaya keselamatan masih harus ditingkatkan, peran Safety Coordinator tentu sangat penting. Peran itu akan makin berkurang jika budaya keselamatan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari. Karena itu, analogi menegakkan benang basah di atas perlu kita renungkan. Kesadaran berbudaya selamat kadang harus diawali dengan sebuah ketegasan. (Nanang TB)
from the accumulated minus point. If these authorities are given to the Safety Coordinators, then safety culture will be established faster. For some people, building safety culture is considered impossible because it is like up righting a wet thread, but it can be done by pulling the thread from both sides. One side is the authority given to Safety Coordinator, and the other side is the enforcement of regulation, giving penalties to violators with effective penalties. In order for a wet thread
to be upright, both sides of the thread must be pulled until the thread is dry. In this situation where awareness for safety culture must still be improved, the role of Safety Coordinator is very significant. The role will eventually decrease if safety culture becomes an inseparable part of the daily activities. That is why we must contemplate the previous analogy of up righting a wet thread. The awareness of safety culture must sometimes be started with decisiveness. (Nanang TB)
Mei 2013 | 5
PERSUASI
Ancaman bahaya penanganan material yang bersifat katastropik seperti cidera parah atau terkena hernia akibat kesalahan dalam mengangkat material. Oleh: Erman Noor Adi ( GM. Safety Performance Monitoring)
P
engelolaan dan penanganan material yang mencakup penerimaan, persediaan hingga distribusi material sangat penting bagi perusahaan manufaktur maupun nonmanufaktur seperti perusahaan maintenance, repair & overhaul (MRO). Ketidaktepatan dalam pengelolaan material tidak hanya menimbulkan biaya yang sangat besar, tapi juga menyebabkan pekerjaan tidak efektif. Apalagi pengelolaan material juga menyimpan potensi bahaya (hazard) yang harus ditangani dengan baik dan benar sehingga hazard itu tidak menimbulkan kerugian. Potensi hazard dalam penanganan material untuk mesin pres contohnya, luka yang disebabkan oleh jepitan (nips & pinches), tepi yang tajam (sharp edges), atau permukaan yang kasar (rough surfaces). Potensi bahaya itu juga bisa muncul akibat mengangkat dan memposisikan (lifting & positioning) maupun kebisingan (noise) yang ditimbulkan. Luka yang ditimbulkan bisa berupa memar atau lecet hingga kejadian yang bersifat
M
aterials handling which include receiving, provisioning and distribution of material is very important for both manufacturing and non-manufacturing companies such as maintenance repair & overhaul (MRO) organization. Inaccuracy in the material handling not only cause enormous costs, but also leads to ineffective work. Moreover, material handling also holds the potential danger (hazard) that must be managed properly so that it does not cause any harm. Potential hazard in material handling of pressing machine such as, injuries caused by pinching (nips and pinches), sharp edges or a rough surface. The potential danger could also arise caused by material lifting and positioning, or by the generated noise.The infilcted injuries can be in the form of bruises or blisters to catastrophic incidents for the people who handle the material or the environments where material handling is conducted. There are catastrophic risks of material handling such as
Tangani Material Handle Materials Secara Aman Safely! katastropik bagi orang-orang yang menangani material atau lingkungan tempat penanganan material dilakukan. Ancaman bahaya penanganan material yang bersifat katastropik seperti cidera parah atau terkena hernia akibat kesalahan dalam mengangkat material. Kalau hazard ini benar-benar terjadi, tidak menutup kemungkinan korban tidak dapat bekerja sepanjang sisa hidupnya. Karena itu, dalam penanganan material, kepatuhan terhadap prosedur kerja menjadi faktor penting menghindarkan diri dari ancaman bahaya. Begitu juga dengan kesiapan peralatan yang akan digunakan. Untuk mengelola material dengan benar, aspek pertama yang harus diketahui adalah jenis dan proses penggunaan material tersebut. Untuk material yang akan diproses di mesin cetak, tahapan pertama yang harus diketahui adalah apakah kondisi material itu berupa gulungan (coils), kotak
6 | Mei 2013
severe injuries or getting a hernia due to errors in lifting the material. If this risks really occured, the victim may unable to work for the rest of his life. Therefore, in material handling, compliance to work procedures is an important factor to avoid the hazard, as well as the readiness of the equipment to be used. To handle the material properly, the first aspect to be aware of is the type and the processing of such material. For the material to be processed at the printing press, the first stage to know is whether the conditions are in the form of rolls of material (coils), boxes, bar, or strip, as well as with the packaging whether metal strapping, fillers, or flammable plastic that must first be dismantled or can be used immediately. Knowing the weight of the material is very important to determine whether the handling should be performed manually or mechanically. The weight of material also serves to determine the type of equipment used such as cranes, hoists, forklifts,
PERSUASI
(boxes), bar, atau strip. Begitu juga dengan kemasannya apakah logam tegap (metal stripping), pengisi (fillers), atau plastik yang mudah terbakar (flammable plastics) yang harus dibongkar lebih dulu atau langsung bisa digunakan. Mengetahui bobot material sangat penting untuk menentukan apakah penanganannya dilakukan secara manual atau mekanikal. Bobot material ini juga berfungsi untuk menentukan jenis alat yang digunakan seperti crane, hoist, forklift, handtruck yang memiliki potensi bahaya, baik bagi material yang dibawa, operator maupun lingkungan sekitarnya. Setelah bobot material diketahui, tata letak kerja yang memadai untuk material harus dipertimbangkan sehingga ancaman bahaya bisa dideteksi sejak awal. Setelah sampai di tempat, proses memasukkan material ke tempat kerja harus dilakukan secara cermat baik ketika menggunakan peralatan mekanikal atau manual. Proses ini berlangsung secara hati-hati sebelum memasuki tahap berikutnya yakni proses pemotongan, pengetokan, penandaan. Untuk beberapa operasi berbahaya, harus dirancang
handtruck which has the potential hazards for the materials brought, the operator and the surrounding environment. Once the weight of the material is known, adequate working layout for materials should be considered so that the potential hazards can be detected early. After reaching the intended place, the process of inserting material to the workplace should be done carefully both when using mechanical or manual equipment. This process should be performed carefully before entering the next stage which is the process of cutting, beating, tagging. For several dangerous operations, it should be designed in such a way that the operator is not exposed to sparks, burns, pinched, or sharp material injuries. Before they are formed in pressing machines, usually the metallic materials are cleaned with solvent to remove the lubrication remnants. In this process the operator must pay attention to the health aspects because of the solvent materials can cause breathing disorder. Therefore, the selection of a solvent that is used should be adjusted to the needs, both from
sedemikian rupa agar operator tidak terkena percikan api, luka bakar, terjepit, atau luka benda tajam. Sebelum dibentuk di mesin pres, biasanya material berupa logam dibersihkan dengan pelarut untuk menghilangkan bekas pelumasan. Dalam proses ini operator harus memperhatikan aspek kesehatan karena bahan yang digunakan bisa mengganggu pernafasan. Karena itu, pemilihan bahan pelarut yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan, baik dari aspek jumlahnya maupun jenisnya. Setelah material dinyatakan siap, mesin pres harus dipastikan siap lebih dulu sehingga proses pekerjaan menjadi efektif dan efisien. Dalam penanganan material ini, ada kalanya kejadian kecil seperti tergores tepian material yang tajam sehingga menimbulkan luka. Karena itu, penempatan material harus mempertimbangkan lingkungan di sekitarnya sehingga posisi material tepat. Ketidaksesuaian dalam penempatan ini bisa menyebabkan material jatuh dan menimpa kaki. Dalam bobot tertentu, kejatuhan material ini bisa menyebabkan kaki patah atau bahkan hancur. Untuk itu, mengangkat dan memposisikan material harus mendapatkan prioritas dalam melatih operator pengelola material.
the number and type. Once the material is ready, preparing for the pressing machine should be the first thing to do, so that the work processes become effective and efficient. In material handling, there are times with small events such as scratch by sharp edges which caused injury. Therefore, in the placement of the material we must consider the surrounding environment so that it can be placed properly. The uneven placement can cause the materials fell on foot. In certain weight, hit by the materials can cause a broken leg or even crushed. Therefore, material lifting and positioning should get priority in the training for material handling operator. Training is essential for material handling operators to raise awareness about the importance of safety and health at work. Completeness of equipment and compliance to procedures will not provide maximum benefit if the operator does not have a high awareness toward hazards. Some incidents that happened to operators were triggered by a lack of awareness about this threat. Operators, especially the experienced ones, usually pay less attention to the completeness of personal protective equipment because they feel confident with what they are doing. This
Mei 2013 | 7
PERSUASI Pelatihan sangat penting bagi operator pengelola material untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan dalam bekerja. Peralatan yang lengkap, kepatuhan pada prosedur tidak akan memberikan manfaat yang maksimal jika operator tidak memiliki kesadaran yang tinggi terhadap ancaman bahaya. Beberapa kejadian yang menimpa operator justru dipicu oleh kurangnya kesadaran tentang ancaman bahaya ini. Operator, terutama yang berpengalaman, biasanya kurang memperhatikan kelengkapan alat pelindung diri karena sudah yakin dengan apa yang dilakukan. Sikap ini malah menyebabkan kejadian yang tidak diinginkan. Bagaimana pun juga, alat pelindung diri seperti kaus tangan dan kacamata keselamatan sangat penting dalam menangani material dari logam. Begitu juga dengan baju pelindung untuk melindungi tubuh dari ancaman tumpahan bahan pelarut misalnya. Sepatu keselamatan juga penting untuk penanganan material dari logam. Dalam penanganan material dari logam, operator dipersyaratkan menggunakan helmet atau topi keras untuk melindungi kepala. Helmet tidak dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh. Tapi, jika operator bekerja di daerah terbatas yang melibatkan ruang kepala terbatas, helmet dapat melindungi kepala dari potensi cidera. Topi keras dan peralatan pelindung diri yang lain ini sangat penting untuk operasi sekunder seperti pengelasan, penggilingan dan pembersihan material logam. Terlepas dari bahaya fisik yang harus diantisipasi ketika material bergerak, selama dan setelah aktivitas membentuk logam, ada segudang potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan. Karena itu, pengetahuan untuk mengatasi masalah kesehatan ini harus dimiliki sekarang juga untuk menciptakan suatu industri yang higienis. Analisa udara dan lingkungan harus dilakukan secara berkesinambungan untuk membangun lingkungan kerja yang aman dan sehat. Masalah kesehatan menjadi tema penting setelah faktor keselamatan dapat teratasi. Tingkat kesehatan lingkungan kerja harus terus dianalisis. Jika analisis kuantitatif menunjukkan ancaman bahaya terhadap kesehatan di atas batas yang dapat diterima, maka langkah yang harus dilakukan adalah mengurangi tingkat ancaman hingga mencapai nilai yang dapat diterima. Pada akhirnya, kebersihan pribadi memiliki peran penting dalam menekan potensi bahaya kesehatan di lingkungan kerja, terutama dalam pengelolaan material. Karena itu, bersihkan pekerjaan dan area kerja dengan mengurangi debu, kotoran, asap, minyak, bau, dan semua aspek lain dari pekerjaan. Untuk meningkatkan kesadaran tentang keselamatan dan kesehatan dalam pengelolaan material, fungsi dan peran manajemen perusahaan sangat penting selain peran masing-masing individu. Setiap pihak perlu bahu-membahu menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat sehingga terhindar dari bahaya dan penyakit lainnya.
8 | Mei 2013
attitude even causes unwanted incidents. However, personal protective equipment such as gloves and safety glasses is very important in dealing with the metallic material. Likewise with protective clothes to protect the body from threats such as solvent spills. Safety shoes are also important for material handling of metal goods. In handling the metals, the operator is required to use helmet or hard hat to protect the head. Helmet is not designed to protect the head from falling objects. But, if the operator is working in confined areas involving limited space for the head, helmet is used to protect the head from potential injury. Hard hats and other personal protective equipment are very important for secondary operations such as welding, grinding and cleaning of metallic material. Apart from physical hazard that should be anticipated when material is being processed, during and after the activity
of metal forming, there are a bunch of potential health hazards that can be generated. Therefore, the knowledge to overcome this problem should be owned at the first opportunity to create an industrial hygiene. Air and environmental analysis should be done continuously to create a safe and healthy work environment. Health will become an important issue after the safety factor can be resolved. Workplace health level should be analyzed continuously. If the quantitative analysis shows threats to health above the acceptable range, then the steps that must be done are to reduce the threat level to achieve an acceptable value. In the end, personal hygiene has an important role in suppressing the potential hazards of health in the workplace, particularly in material handling. Therefore, clean the work area by reducing dust, dirt, smoke, grease, odors, and all other unwanted materials. To raise awareness regarding safety and health in material handling, the function and role of company management is very important in addition to the role of each individual. Each party needs to work together to create a safe and healthy working environment, so that the dangers and other diseases can be avoided.
SELISIK
Pengelolaan Part Tidak Benar,
Sertifikat Dibekukan
S
ebuah perusahaan maintenance, repair & overhaul (MRO) menjalani audit untuk perpanjangan sertifikat pengakuan dari authority internasional yang telah dimilikinya. Sesuai audit notification yang diterima sebelumnya, audit direncanakan berlangsung selama lima hari. Tepat di hari yang ditentukan, audit dimulai dengan melakukan entry meeting. Auditor menyampaikan obyek yang akan diaudit sesuai rating MRO bersangkutan dalam bentuk checklist. Sedangkan MRO sebagai auditee memaparkan Quality & Safety System-nya untuk memenuhi authority requirements. Pada hari pertama, audit berjalan lancar tanpa ada temuan non conformities terhadap prosedur. Pendamping (escort) auditor dari pihak MRO merasa puas karena hasilnya sesuai harapan dan berharap hasil serupa di hari yang lain. Di hari kedua, auditor memeriksa maintenance record dan pengelolaan tools di beberapa tool store. Ketika memeriksa maintenance record
auditor melihat sebuah proses perawatan dengan penggantian sebuah engine mounting bolt. Berawal dari pemeriksaan maintenance record auditor menanyakan pengelolaan material yang dimulai dari material store baru hingga pengelolaan material yang unserviceable. Dalam audit ini auditor menemukan sebuah engine mount tanpa tag bercampur dengan non aircraft part. Temuan ini tergolong sangat signifikan dan mendasar dalam industri perawatan pesawat terbang. Auditor semakin serius mengamati setiap sudut area kerja karena curiga ada penyimpanan part yand tidak sesuai prosedur. Kecurigaan itu benar-benar terbukti ketika auditor menemukan pengelolaan part yang tidak baik terutama masalah taging dan segregasi.
TEKA-TEKI PENITY EDISI MEI 2013 Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memilih satu pilihan jawaban yang tepat 1. Disebut apakah proses penanganan material mulai dari preservasi, pengepakan, pengangkutan, penyimpanan termasuk segregasi dan distribusi hingga area produk yang membutuhkan? a. Material Focus b. Material Reward c. Material Handling.
2. Disebut apakah lembaran informasi karakteristik material yang berisi komposisi material, petunjuk penanganan, dan penyimpanannya? a. Material Specification Data Sheet b. Maintenance Material Sheet c. Material Overloading Control
3. “To identify, eliminate, and control hazardous conditions that may lead to injury and/or property damage using safety standards, best management practices, and analytical techniques.” Statement diatas merupakan fungsi dari? a. Safety Coordinator b. Safety Procedure c. Safety Briefing
4. Kewenangan untuk menghentikan proses kerja di suatu area kerja yang tidak memenuhi kriteria aman dengan mengibarkan bendera merah di suatu area disebut? a. Yellow Flag Raise (YFR). b. Red Flag Raise (RFR). c. Green Flag Raise (GFR)
5. Ketentuan mengontrol part yang memiliki usia penyimpanan tercantum dalam FAA Advisory Circular (AC) nomor berapa? a. No. 145-9. b. No. 135-9. c. No. 125-9.
Mei 2013 | 9
SELISIK Tanpa menunggu lebih lama, auditor memutuskan bahwa MRO ini telah melakukan penyimpangan quality and safety procedure yang serius. Temuan yang termasuk kategori level 1 ini bisa berdampak serius terhadap keselamatan penerbangan. Sebab, aircraft part tanpa tag ditemukan bercampur dengan non aircraft part. Temuan signifikan ini sudah cukup menjadi alasan bagi auditor untuk tidak melanjutkan proses auditnya sesuai rencana semula. Pada saat itu juga, auditor menyatakan audit sudah closed dan sertifikat approval dari authority yang dimiliki MRO ini dibekukan. Pembekuan certificate of approval tidak sekadar membuat MRO ini tidak bisa menjalankan bisnisnya, tapi membuat citranya menurun dalam industri perawatan pesawat. Dalam industri perawatan pesawat terbang, certificate of approval adalah surat ijin usaha yang harus dimiliki perusahaan MRO untuk menjalankan bisnisnya. Pembekuan sertifikat tentu saja berdampak buruk terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Seandainya sertifikat itu dapat diaktifkan kembali, tentu tidak mudah membangun kembali citra perusahaan yang menurun di mata pelaku industri penerbangan. Bagi sebagian orang, temuan audior bisa saja dinilai tidak seberapa
Nama / No. Pegawai Unit No. Telepon Saran untuk PENITY
karena tergolong sederhana, sepele, dan mungkin dianggap kecil. Namun, industri perawatan pesawat memiliki kualifikasi sendiri tentang level-level temuan. Biasanya disesuaikan dengan dampaknya terhadap keselamatan penerbangan. Keselamatan tidak hanya menyangkut properti, tapi juga manusia. Pelaku industri penerbangan tentu sangat paham bahwa semua aircraft part harus teridentifikasi secara jelas dan disegregasi antara aircraft part dan non aircraft part sesuai statusnya. Dengan identifikasi ini setiap orang yang terlibat dalam maintenance dapat membedakan aircraft part dan non aircraft part, termasuk part yang serviceable dan unserviceable. Begitu pula dengan part yang repairable dan part yang condemned untuk menghindari kemungkinan salah pemasangan part yang unserviceable ke dalam pesawat. (Saryono)
:.................................................................................................................................................................. :.................................................................................................................................................................. :.................................................................................................................................................................. :..................................................................................................................................................................
Jawaban dapat dikirimkan melalui email Penity (
[email protected]) atau melalui Kotak Kuis Penity yang tersedia di Posko Security GMF AeroAsia. Jawaban ditunggu paling akhir 15 Juni 2013. Pemenang akan dipilih untuk mendapatkan hadiah. Silahkan kirimkan saran atau kritik anda mengenai majalah Penity melalui email Penity (
[email protected]) Nama Pemenang Teka-Teki Penity Edisi Maret 2013
Jawaban Teka-Teki Penity Edisi Maret 2013
1. Batas pengambilan hadiah 15 Juni 2013 di Unit TQ A. AAQG, APAQG dan EAQG hanggar 2 dengan mengA. Menekan biaya (On Cost) melalui kerjasama hubungi Bp. Wahyu Prayogi anggotanya. setiap hari kerja pukul 09.0015.00 WIB A. Mempersiapkan dan memantau tindak lanjut dari 2. Pemenang menunjukkan ID pertemuan SAG serta mengelola dokumentasi pertemuan. card pegawai A. Line Maintenance Station (LMS) Denpasar memiliki 3. Pengambilan hadiah tidak beban kerja dan aktifitas cukup tinggi, sehingga dapat diwakilkan berpotensi menimbulkan hazard
1. B. AS 9100, AS 9110, dan AS 9120. 1. Andri Maulana / 1020541 / BIKMM 2. Aryan Setiawan / 580426 / TER-4 3. A. Azi / 1200004 / DCS
2. 3. 4.
4. Haryanti / 526003 / TBS 5. 5. Anton Kurniawan / 532499 / TBH
10 | Mei 2013
Ketentuan Pemenang
RUMPI
Ketidaktepatan dalam pengelolaan material tidak hanya menimbulkan biaya yang sangat besar, tapi juga menyebabkan pekerjaan tidak efektif. “Uang mungkin masih bisa dicari. Kalau waktu yang terbuang tidak mungkin kita daur ulang kembali.”
Peralatan lengkap, patuh pada prosedur tidak akan bermanfaat maksimal jika operator tidak punya kesadaran yang tinggi terhadap keselamatan. “Sadar risiko itu membuat orang lebih waspada dalam bekerja. Jangan karena peralatan lengkap lalu lupa diri.” Peran manajemen dan individu sangat penting untuk meningkatkan kesadaran tentang keselamatan dan kesehatan dalam pengelolaan material. “Kalau bukan kita sendiri yang bahu-membahu meningkatkan kesadaran, mau kepada siapa lagi kita
bersandar? “
SARAN MANG SAPETI
Mencegah Kecelakaan Kerja
Saat Material Handling
D
alam setiap penanganan material, baik dilakukan secara manual maupun memakai alat bantu seperti forklift atau trolley, potensi bahaya selalu mengancam. Menggotong atau mengangkat suatu benda yang berat misalnya, bisa menimbulkan cidera jika salah melakukannya. Jika beban material yang dibawa secara manual terlalu berat, potensi bahaya yang ditimbulkan antara lain cidera tulang belakang. Jika bobot material terlalu berat, gunakan alat bantu dengan kapasitas dan spesifikasi yang sesuai untuk membantu menangani material. Jika kita menggunakan alat bantu seperti forklift untuk membawa barang yang sangat berat, personel yang mengoperasikan forklift diwajibkan memiliki lisensi. Tujuannya untuk menjamin personel tersebut memenuhi kualifikasi dalam mengerjakan tugasnya. Kita harus sadar bahwa sudah banyak kejadian membahayakan jika seseorang yang tidak kompeten mengoperasikan alat bantu pengangkat barang ini.
Mei 2013 | 11
INTERPRETASI
“Material Shelf Life” Terkendali Keselamatan
dan Kualitas Terjamin
M
aterial handling adalah salah satu proses dalam Supply Chain Management berupa penanganan material mulai dari preservasi, pengepakan, pengangkutan, penyimpanan termasuk segregasi dan distribusi hingga area produk yang membutuhkan. Dalam proses penyimpanan misalnya, control terhadap usia material harus dilakukan secara ketat agar karakteristik material tidak berubah dan dapat digunakan sesuai fungsinya ketikadibutuhkan. Ketentuan mengontrol part yang memiliki usia penyimpanan tercantum dalam FAA Advisory Circular (AC) No. 145-9 sebagai panduan AMO dalam membuat Repair Station Quality Manual. Dalam Chapter 4-10 “Inspection and Quality Control System”, paragraf (g) “Receiving Policy” pada kalimat terakhir dinyatakan…, this section may include the
12 | M Me Mei Mei ei 220 2013 2013 0133
method for handling, storing, and using shelf life items and materials. Sedangkan pada paragraf (j) ”Incoming Inspection” pada item (5) disebutkan “Does the material have any shelf life limitations? If so, the procedures need to address how the material will be identified and controlled.” Dalam dua pernyataan ini, ada dua hal penting yang harus diperhatikan yakni identifikasi parts atau material dan metode atau cara melakukan handling atau mengontrol umur penyimpanan. Identifikasi berkaitan dengan jenis material dan karakteristiknya yang akan menentukan metode handling, penyimpanan dan penggunaan barang tersebut dalam produksi. Sedangkan umur suatu material sangat ditentukan dari karakteristiknya apakah rentan terhadap pengaruh temperature dan kelembaban atau tidak. Begitu juga saat
digunakan apakah butuh penanganan khusus. Untuk penanganan material ini dibutuhkan Material Specification Data Sheet (MSDS), lembaran informasi karakteristik material yang berisi komposisi material dan petunjuk penanganan serta penyimpanannya. Karena itu, ketika material diterima, usia penyimpanan atau tanggal kadaluarsa harus dicantumkan pada label atau tagging material. Sisa usia penyimpanan minimal yang dapat diterima harus ditetapkan agar secara ekonomis tidak merugikan karena melewati batas usia atau kadaluwarsa pada saat penyimpanan. Karakteristik material dan tanggal kadaluwarsa akan menentukan proses control dengan tujuan agar performanya tidak berubah ketika dibutuhkan. Begitu juga suhu dan kelembaban ruangan apakah membutuhkan tempa tkhusus atau tidak. Beberapa material, seperti material komposit Harus dikontrol lebih ketat suhu dan kelembabannya. Sistem penyimpanan (Inventory System) harus mampu mengidentifikasi material yang akan kadaluwarsa untuk menghindari kerugian atau pemakaian material yang sudah kadaluwarsa. Selain tanggal kadaluwarsa, sistem ini harus mampu menginformasikan jenis material dan lokasi penyimpanan untuk memudahkan petugas gudang mengatur peletakan dan pengambilan barang berdasarkan usia yang lebih tua. Dengan sistem ini pula material yang terlanjur kadaluwarsa bisa cepat dipisahkan agar tidak digunakan dalam proses perawatan pesawat. Kontrol usia penyimpanan material harus dilakukan sedemikian ketat karena material yang sudah kadaluwarsa akan berdampak pada kualitas produk jika digunakan dalam produksi. Ancaman bahaya tentu muncul jika material kadaluwarsa ini dipasang di pesawat. Karena itu, setiap AMO harus memiliki sistem yang mampu mengidentifikasi dan mengontrol material secara utuh dan menyeluruh.