TAKSIRAN MEAN DAN TOTAL PADA TWO STAGE ADAPTIVE CLUSTER SAMPLING
MAYRAMADAN MADYA PUTRA 0305010351
UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN MATEMATIKA DEPOK 2009
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
TAKSIRAN MEAN DAN TOTAL PADA TWO STAGE ADAPTIVE CLUSTER SAMPLING
Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Oleh: MAYRAMADAN MADYA PUTRA 0305010351
DEPOK 2009
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
SKRIPSI
: TAKSIRAN MEAN DAN TOTAL PADA TWO STAGE ADAPTIVE CLUSTER SAMPLING
NAMA
: MAYRAMADAN MADYA PUTRA
NPM
: 0305010351
SKRIPSI INI TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI DEPOK,
JULI 2009
Dra. RIANTI SETIADI, M.Si
FEVI NOVKANIZA, S.Si., M.Si
PEMBIMBING I
PEMBIMBING II
Tanggal Lulus Ujian Sidang Sarjana: 9 Juli 2009
Penguji I
: Dra. Rianti Setiadi, M.Si
Penguji II
: Dr. Dian Lestari
Penguji III
: Dr. Kiki Ariyanti S.
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur hanya kepada Allah SWT, yang telah memberikan segala nikmat dan karunianya kepada penulis sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Tugas akhir ini dapat selesai juga karena bantuan doa, moril, bimbingan, dan dorongan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Keluarga tercinta, ibu dan bapak penulis, kak Norman, kak Aco, kak Yuli, Susan, Messa, kak Meli dan tante Mis yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk terus berjuang menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Pembimbing tugas akhir penulis, Dra. Rianti Setiadi, M.Si dan Fevi Novkaniza, S. Si., M.Si, yang dengan sabar membimbing, memberi saran, dan bantuan selama proses pembuatan hingga tersusunnya tugas akhir ini. 3. Pembimbing akademik, Dra. Siti Nurrohmah, M.Si yang telah membimbing dan memberikan saran selama penulis menimba ilmu di Matematika UI. 4. Para dosen Departemen Matematika FMIPA-UI yang telah memberikan ilmu yang berguna kepada penulis, terutama kepada Dr. Yudi Satria MT, Dr. Dian Lestari, Dra. Saskya Mary, M. Si, Dra. Suarsih Utama, Rahmi Rusin S.Si, MSc.Tech, dan Mila Novita S.Si., M.Si yang telah memberikan saran, nasehat atau semangat kepada penulis selama pembuatan tugas akhir. 5. Seluruh karyawan Departemen Matematika FMIPA-UI, terutama mba Santi, pak Saliman, mas Irwan, dan pak Anshori yang telah membantu selama proses registrasi seminar.
i Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
ii
6. Teman-teman seperjuangan yang mengambil skripsi, Ida , Vani, Amri, Khuriyanti, Shinta, Ratih, Rizky, Rifky, Riesa, Syarah, Maul, Uun, Iif. 7. Vani, Ida, Shinta, Fika, Wicha, Dia, Yanu, Desti, Anggie yang telah memberikan semangat yang luar biasa kepada penulis. 8. Semua teman-teman angkatan 2005, Fika, Wicha, Dia, Ratna, Melati, Raisa, Nisma, Othe, Miranti, Rani, Desti, Anggie, Jessie, Akmal, Anggie, Puji, Shally, Gyo, Pute, Aini, Rif’ah, Rara, Yanu, Ranti, TH, Fery, Maria, Andre, Karlina, QQ, Aya, Merry, Yuni, Fia, Dian, Mia, Hamdan, Asep, Trian, Ridwan, Aris, Hairu, Udin, dll. 9.
Semua teman-teman angkatan 2003, 2004, 2006, 2007, dan 2008 terutama Dicky 03, Gele 03, Ajat 04, Bong 04, Ias 04, Rimbun 04, Nadya 04, Avidati 04, Lee 06, Rita 06, Syafirah 06, Yuri 06, ArRizqiyatul 06, Alberta 06, Winda 07, Farah 07, Shafira 07, Amanda 07, Hikmah 07, Widya 07, Nedia 07, Adit 07, Dhanar 07, Syahrul 07, Azhari 07, Zulfalah 07, yang telah membantu dan memberikan semangat. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini kurang sempurna. Oleh
karena itu penulis ingin memohon maaf bila masih terdapat kesalahan, karena penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, dan perlu diingat bahwa kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi orang yang membacanya. Penulis 2009
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
ABSTRAK
Metode two stage adaptive cluster sampling (2S-ACS) sangat baik digunakan untuk mengambil sampel dimana elemen yang akan diteliti sangat jarang atau berkelompok. Pada 2S-ACS, pengambilan sampel diawali dengan membagi wilayah penelitian menjadi unit-unit primer. Masing-masing unit primer dibagi menjadi unit-unit sampling. Pada tahap pertama, dipilih beberapa unit primer secara SRS. Pada tahap kedua, dari masing-masing unit primer yang terpilih pada tahap pertama, diambil beberapa unit sampling sebagai sampel awal. Kemudian, dilakukan proses penambahan sampel pada masing-masing unit sampling yang terpilih pada sampel awal. Ada dua skema yang dapat digunakan untuk menambahkan sampel, yaitu skema overlapping dan skema nonoverlapping. Pada skema overlapping, proses penambahan sampel diperbolehkan melewati batas unit primer, sedangkan pada skema nonoverlapping tidak diperbolehkan melewati batas unit. Pada masing-masing skema akan digunakan taksiran Horvitz-Thompson dan taksiran Hansen-Hurwitz untuk menaksir mean dan total populasi. Taksiran yang diperoleh adalah taksiran yang tak bias. Pada tugas akhir ini akan diberikan contoh penerapan two stage adaptive cluster sampling dengan menggunakan skema overlapping dan skema nonoverlapping. Kata kunci : taksiran Horvitz-Thompson; taksiran Hansen-Hurwitz; two stage adaptive cluster sampling; unit primer; unit sampling. ix+106 hal.;lamp.;gamb.;tab.; Bibliografi : 10 (1967-2002) iii Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .............................................................................
i
ABSTRAK .............................................................................................
iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................
vii
DAFTAR TABEL....................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
ix
BAB I.
PENDAHULUAN ....................................................................
1
1.1 Latar Belakang ................................................................
1
1.2 Permasalahan .................................................................
5
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................
5
1.4 Pembatasan Masalah .....................................................
6
1.5 Sistematika Penulisan .....................................................
6
BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................
8
2.1 Simple Random Sampling................................................
8
2.1.1 Taksiran Mean……................................................
11
2.1.2 Taksiran Total……………………………………….
16
2.2 Two Stage Sampling …...................................................
17
2.2.1 Taksiran Mean dan Total Populasi…………….… iv Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
18
v
2.3 Unequal Probability Sampling.........................................
28
2.3.1 Taksiran Horvitz-Thompson………………………
28
2.3.2 Taksiran Hansen-Hurwitz…….……………………
32
2.4 Adaptive Cluster Sampling...............................................
37
2.4.1 Keadaan Populasi…………………………………..
37
2.4.2 Cara Pengambilan Sampel………………………...
38
2.4.3 Penaksiran Mean dan Total Populasi………….…
40
2.4.3.1 Penaksiran Mean dan Total Populasi dengan Taksiran Horvitz-Thompson……
40
2.4.3.2 Penaksiran Mean dan Total Populasi dengan Taksiran Hansen-Hurwitz………
46
BAB III. TWO STAGE ADAPTIVE CLUSTER SAMPLING...................
50
3.1 Skema Overlapping .........................................................
53
3.1.1 Penaksiran Mean dan Total Populasi dengan Taksiran Horvitz-Thompson..................................
53
3.1.2. Penaksiran Mean dan Total Populasi dengan Taksiran Hansen-Hurwitz......................................
60
3.2 Skema Nonoverlapping ...................................................
68
3.2.1 Penaksiran Mean dan Total Populasi dengan Taksiran Horvitz-Thompson..................................
68
3.2.2 Penaksiran Mean dan Total Populasi dengan Taksiran Hansen-Hurwitz......................................
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
79
vi
BAB IV. CONTOH PENERAPAN METODE TWO STAGE ADAPTIVE CLUSTER SAMPLING..................
84
4.1 Skema Overlapping .........................................................
85
4.1.1 Taksiran Mean dan Total dengan Taksiran Horvitz-Thompson...................................
86
4.1.2 Taksiran Mean dan Total dengan Taksiran Hansen-Hurwitz....................................... 4.2 Skema Nonoverlapping ...................................................
90 93
4.1.1 Taksiran Mean dan Total dengan Taksiran Horvitz-Thompson...................................
94
4.1.2 Taksiran Mean dan Total dengan Taksiran Hansen-Hurwitz.......................................
96
BAB V. PENUTUP ...............................................................................
100
5.1 Kesimpulan ......................................................................
100
5.2 Saran ...............................................................................
103
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
104
LAMPIRAN ............................................................................................
105
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Sampel Dengan Skema Overlapping................................
85
Gambar 4.2 Sampel Dengan Skema Nonoverlapping..........................
93
vii Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Taksiran Dengan Skema Overlapping.........................
92
Tabel 4.2 Hasil Taksiran Dengan Skema Nonoverlapping...................
98
viii Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Double Ekspektasi.............................................................
105
Lampiran 2 Dekomposisi Variansi........................................................
106
ix Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengambilan sampel merupakan hal yang penting dalam melakukan suatu penelitian. Pengambilan sampel dilakukan untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam penelitian. Ada berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam pengambilan sampel. Pemilihan metode pengambilan sampel juga harus diperhatikan karena akan mempengaruhi hasil penelitian. Jika metode pengambilan sampel yang digunakan tidak sesuai, maka hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut dapat menyesatkan. Oleh karena itu, dalam pengambilan sampel perlu diketahui bagaimana keadaan dari populasi. Populasi merupakan kumpulan dari elemen-elemen yang merupakan objek penelitian dimana pengukuran akan diambil. Elemen-elemen tersebut seringkali dapat dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok yang merupakan partisi dari populasi terkait. Kelompok-kelompok ini disebut sebagai unit sampling. Pengambilan sampel dilakukan terhadap unit-unit sampling sedangkan pengukuran dilakukan terhadap elemen-elemen yang terdapat pada unit sampling yang terpilih sebagai sampel.
1 Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
2
Adakalanya unit sampling dan elemen merupakan hal yang sama. Sebagai contoh, misalkan akan diteliti rata-rata pertambahan berat ayam setelah diberi vitamin tertentu. Kemudian, ayam-ayam yang akan diteliti berada di dalam beberapa kandang dan pengambilan sampel dilakukan pada kandang ayam. Kemudian, pengukuran dilakukan pada ayam-ayam yang berada di dalam kandang yang terpilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini unit samplingnya adalah kandang sedangkan elemennya adalah ayam. Andaikan ayam-ayam yang akan diteliti tidak berada di dalam kandang dan pengambilan sampel dilakukan secara langsung pada ayam, maka unit sampling dan elemen dalam penelitian ini adalah sama yaitu ayam. Dalam penelitian, terutama penelitian lapangan populasi merupakan daerah yang mencakup seluruh wilayah penelitian. Wilayah penelitian dapat dibagi menjadi beberapa daerah penelitian/subwilayah yang merupakan partisi dari wilayah penelitian. Sampel dipilih dari daerah penelitian/subwilayah dan pengukuran dilakukan terhadap objek penelitian yang berada di dalam daerah penelitian/ subwilayah yang terpilih sebagai sampel. Dalam hal ini daerah penelitian/subwilayah merupakan unit sampling dan objek penelitian merupakan elemen. Dalam penelitian sering terjadi suatu kasus di mana elemen yang akan diteliti sangat jarang atau saling berkelompok. Dalam kasus ini, ketika pengambilan sampel dari unit sampling dilakukan dengan metode konvensional, ada kemungkinan bahwa elemen yang akan diteliti tidak ditemukan dalam unit sampling yang terpilih sebagai sampel, sehingga data
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
3
yang cukup tidak akan diperoleh. Ada juga kemungkinan lain bahwa elemen yang diperoleh dari unit sampling yang terpilih sebagai sampel hanya sedikit, tetapi elemen-elemen yang akan diteliti dapat ditemukan juga pada unit-unit sampling yang bertetanggaan dengan unit sampling yang terpilih sebagai sampel. Seandainya elemen-elemen yang terdapat pada unit-unit sampling yang bertetanggaan dengan unit sampling yang terpilih menjadi sampel, juga dapat dimasukkan menjadi elemen sampel, maka data yang diperoleh akan lebih memadai. Thompson (1990, 1992) memperkenalkan suatu metode pengambilan sampel yang akan memasukkan elemen-elemen yang ditemukan pada unitunit sampling yang bertetanggaan dengan unit sampling yang terpilih sebagai sampel untuk menjadi elemen sampel. Metode ini dikenal dengan adaptive cluster sampling. Cara pengambilan sampel pada adaptive cluster sampling diawali dengan membagi wilayah penelitian menjadi subwilayah-subwilayah yang disebut unit-unit sampling. Kemudian, ambil sampel awal (initial sampel) dari unit-unit sampling dengan teknik sampling yang sudah diketahui, misalnya simple random sampling (SRS). Jika dalam sampel awal tersebut terdapat elemen yang akan diteliti, maka unit-unit disekitarnya dijadikan sampel dan diteliti apakah terdapat elemen dan memenuhi kondisi tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti. Apabila terdapat elemen yang akan diteliti dan memenuhi kondisi yang diinginkan oleh peneliti, maka unit-unit disekitarnya juga akan dijadikan sampel dan diteliti apakah memenuhi kondisi tersebut.
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
4
Proses ini terus dilakukan hingga tidak ada lagi unit-unit disekitar unit sampling yang terpilih menjadi sampel dan memenuhi kondisi yang diinginkan oleh peneliti. Pada adaptive cluster sampling dapat diperoleh taksiran parameter (dalam tugas akhir ini dibatasi untuk mean dan total) yang tak bias dengan taksiran variansi yang tak bias pula. Metode adaptive cluster sampling memiliki beberapa kelemahan, yaitu ada kemungkinan bahwa elemen pada sampel akhir yang terbentuk akan sangat banyak. Kelemahan berikutnya adalah memerlukan banyak usaha/tenaga dalam meneliti unit-unit sampling yang menjadi sampel awal karena ada kemungkinan unit-unit sampling tersebut terletak berjauhan. Hal ini menjadi suatu kesulitan jika daerah yang menjadi objek penelitian sangat luas. Dalam tugas akhir ini akan diperkenalkan suatu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam adaptive cluster sampling, yaitu elemen pada sampel akhir sangat banyak, dan atau sampel awal terletak berjauhan. Metode ini dikenal dengan two stage adaptive cluster sampling. Berbeda dengan adaptive cluster sampling, pada two stage adaptive cluster sampling, daerah yang menjadi objek penelitian dibagi dahulu menjadi beberapa unit primer yang diperkirakan homogen. Kemudian, masing-masing unit primer dibagi menjadi unit-unit sampling. Selanjutnya, ambil beberapa unit primer secara SRS dan dari unit primer yang terpilih, pilih unit sampling sebagai sampel awal (initial sample) secara SRS. Setelah sampel awal terpilih, proses selanjutnya sama seperti adaptive
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
5
cluster sampling. Permasalahan yang perlu diselesaikan pada two stage adaptive cluster sampling adalah bagaimana mendapatkan taksiran mean populasi yang tak bias dengan taksiran variansi yang tak bias pula. Hal ini yang akan diselesaikan dalam tugas akhir ini.
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam tugas akhir ini adalah bagaimana mendapatkan taksiran tak bias untuk mean dan total dengan taksiran variansi yang tak bias, pada two stage adaptive cluster sampling.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :
Menjelaskan tentang metode two stage adaptive cluster sampling.
Mencari taksiran tak bias untuk mean dan total dengan taksiran variansi yang tak bias, pada two stage adaptive cluster sampling.
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
6
1.4 Pembatasan Masalah
Batasan masalah dalam skripsi ini antara lain :
Pemilihan unit primer dan sampel awal (initial sampel) hanya dilakukan dengan simple random sampling (SRS) tanpa pengembalian.
Banyaknya unit sampling pada masing-masing unit primer adalah sama.
Banyaknya unit sampling yang terpilih sebagai sampel awal pada masing-masing unit primer adalah sama.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan tugas akhir ini dibagi menjadi lima bab, yaitu BAB I : Pendahuluan Pada bab ini dibahas latar belakang, permasalahan, tujuan, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan tugas akhir ini. BAB II : Landasan Teori Pada bab ini dibahas mengenai landasan teori tugas akhir ini, yaitu simple random sampling, two stage sampling, unequal probability sampling, dan adaptive cluster sampling.
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
7
BAB III : Two stage adaptive cluster sampling Pada bab ini akan dijelaskan mengenai skema yang digunakan pada two stage adaptive cluster sampling. Pada masing-masing skema akan dijelaskan taksiran Horvitz-Thompson dan taksiran HansenHurwitz untuk menentukan taksiran mean dan total populasi. BAB IV : Contoh Penerapan Pada bab ini diberikan suatu ilustrasi / contoh penerapan metode two stage adaptive cluster sampling dengan menggunakan skema overlapping dan skema nonoverlapping. BAB V : Penutup Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang mendasari topik pada tugas akhir ini, yaitu Simple Random Sampling (SRS), Two Stage Sampling, Unequal Probability Sampling, dan Adaptive cluster sampling.
2.1 Simple Random Sampling
Simple Random Sampling (SRS) adalah metode pengambilan sampel dimana setiap kombinasi sampel yang mungkin, mempunyai probabilitas yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Sampel yang dipilih secara SRS disebut Simple Random Sample. SRS merupakan bentuk dasar dari probability sampling dan secara teoritis menjadi dasar dari bentuk sampling yang lebih rumit. Dalam pengambilan sampel, SRS dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pengembalian atau tanpa pengembalian. Dalam tugas akhir ini hanya akan dibahas SRS tanpa pengembalian. Teorema 2.1: Dalam SRS tanpa pengembalian, probabilitas suatu unit terpilih menjadi anggota sampel adalah sama yaitu
n , dimana n adalah ukuran sampel N
sedangkan N adalah ukuran populasi.
8 Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
9
Bukti :
Misalkan dipunyai unit pada populasi : {u1, u2,..., uN } Pandang suatu unit pada populasi, yaitu u1 p j Pr(u1 muncul pada pengambilan ke j ); j 1,2,...,n j = 1 maka p1
1 N
j 2 maka p2 Pr(u1 tidak muncul pada peng ambilan pertama dan u1 muncul pada pengambilan kedua) misalkan : F = kejadian u1 muncul pada pengambilan pertama F '= kejadian u1 tidak muncul pada pengambilan pertama G = kejadian u1 muncul pada pengambilan kedua dengan demikian, Pr( F )
1 1 1 , Pr(F ') 1 , Pr(G | F ') N N N 1
sehingga : p2 Pr(F ' G ) Pr(F ').Pr(G | F ') 1 1 1 . N N 1
1 N
j 3 maka p3 Pr(u1 tidak muncul pada pengambilan pertama, u1 tidak muncul pada pengambilan kedua, dan u1 muncul pada pengambilan ketiga)
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
10
misalkan : G ' kejadian u1 tidak muncul pada pengambilan kedua H kejadian u1 muncul pada pengambilan ketiga 1 dengan demikian, Pr(G ' | F ') 1 dan N 1 1 Pr(H | F ' G ') , sehingga : N 2 p3 Pr(F ' G ' H ) Pr(F ' G ').Pr(H | F ' G ') Pr(F ').Pr(G ' | F ').Pr( H | F ' G ') 1 1 1 1 . 1 . N N 1 N 2
1 N
pj
1 ; j 1,2,..., n N
Misalkan : 1 Pr(u1 terpilih dalam sampel ) D j kejadian u1 muncul pada pengambilan ke j
1 Pr(D1 D2 ... Dn ) karena kejadian D j saling lepas, maka :
1 Pr(D1 D2 ... Dn ) P (D1 ) P (D2 ) ... P (Dn )
1 1 1 ... N N N
n N
Hal yang sama juga berlaku untuk unit u2 , u3 ,..., uN .
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
11
Dengan demikian telah terbukti bahwa dalam SRS tanpa pengembalian, probabilitas suatu unit terpilih menjadi anggota sampel adalah sama yaitu
n . N
Selanjutnya, akan dibahas mengenai taksiran mean dan total pada SRS, beserta variansi dan taksiran variansi dari taksiran mean dan total.
2.1.1 Taksiran Mean
Misalkan y1, y 2 ,..., y n menyatakan suatu simple random sample dari suatu populasi u1, u2 ,..., uN sedemikian sehingga y i ui zi ; i 1,2,..., N dimana zi adalah variabel indikator, yaitu :
1, jika unit ke i terpilih sebagai sampel zi 0, jika unit ke i tidak terpilih sebagai sampel Mean populasi adalah rata-rata dari semua nilai pengamatan di populasi, yaitu :
1 1 N u1 u2 ... uN ui N N i 1
taksiran mean pada SRS adalah :
y
1 1 n y1 y 2 ... y n y i . n n i 1
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
12
Akan ditunjukkan bahwa y adalah taksiran tak bias untuk . Telah dibuktikan bahwa dalam SRS tanpa pengembalian, probabilitas suatu unit terpilih sebagai sampel adalah
n , maka : N
E [zi ] 0.Pr( zi 0) 1.Pr( zi 1) 1.Pr(unit ke i terpilih sebagai sampel)
n N
(2.1.1)
sehingga
1 n E[y ] E y i n i 1 1 N E ui zi n i 1
1 N ui .E[zi ] n i 1
1 N n ui . n i 1 N
1 N ui N i 1
Jadi, y adalah taksiran tak bias untuk . Untuk mencari variansi dari y , terlebih dahulu akan dicari variansi dan kovariansi dari variabel indikator zi , yaitu :
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
13
var[ zi ] E [ zi2 ] E [ zi ]
2
E [ zi ] E [ zi ]
2
2
n n N N n n 1 N N
(2.1.2)
E [ zi z j ] Pr( zi 1, z j 1) N 2 n2 N n
n( n 1) N (N 1)
(2.1.3)
cov[ zi , z j ] E [ zi z j ] E [zi ].E [z j ]
n(n 1) n n . N (N 1) N N
n n 1 .1 . N N N 1
(2.1.4)
Dengan demikian, 1 n var[ y ] var y i n i 1 1 N var ui zi n i 1
1 N 2 u var[ zi ] ui u j cov[ zi , z j ] 2 i n i 1 ij
n 1 N 2 n n n 1 u . 1 ui u j . . 1 . 2 i n i 1 N N i j N N N 1
uu 1 n n N 2 . 1 ui2 i j , karena n N N i 1 i j N 1
2
N N 2 u u u i j i ui , maka i j i 1 i 1
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
14
2 N 1 n N 2 N 2 1 u u u ( N 1) i i i nN N i 1 i 1 i 1 2 1 n N 2 1 1 N 1 ui 1 ui nN N i 1 N 1 N 1 i 1 2 1 n 1 N 2 N 1 . N. ui ui nN N N 1 i 1 i 1 2 1N n 1 N 2 1 N . ui ui n N N 1 i 1 N i 1
1N n 1 N 2 . ui n N N 1 i 1
N n N n
2
Dengan demikian,
var[ y ]
N
dengan 2
ui
i 1
N 1
2 N n n N
(2.1.5)
2
. Taksiran dari variansi tersebut adalah 2 y] s N n var[ n N
(2.1.6)
1 n 2 dimana s y i y . Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa taksiran n 1 i 1 2
variansi tersebut adalah taksiran yang tak bias, tetapi akan ditunjukkan dulu bahwa E [s 2 ] 2
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
15
1 n 2 E [s 2 ] E yi y n 1 i 1 n 1 2 .E y i y n 1 i 1
2 1 n .E y i y n 1 i 1
1 n 2 2 .E y i n y n 1 i 1
1 n 2 2 . E y i nE y n 1 i 1
1 n 2 2 . E y i nE y n 1 i 1
1 n . var[y i ] n var[ y ] n 1 i 1
1 2 1 n . n n.var[ y i ] n 1 n i 1
n 1 2 1 . n .var[ y i ] n 1 n i 1
1 2 1 n . n . var[ y i ] n 1 n i 1
1 2 1 . n .n 2 n 1 n 1 . ( n 1). 2 n 1 2
maka,
2 y ]] E s N n E [var[ n N N n .E [s 2 ] n.N 2 N n n N var[ y ]
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
(2.1.7)
(2.1.8)
16
Dengan demikian, taksiran variansi tersebut adalah taksiran yang tak bias.
2.1.2 Taksiran Total
Total populasi adalah N
N ui i 1
sedangkan taksirannya adalah
ˆ Ny
N n yi n i 1
lalu, karena
E[ˆ] E[Ny ] NE[y ] N . maka taksiran tersebut merupakan taksiran yang tak bias untuk total. Variansi untuk taksiran total adalah
var[ˆ] var[Ny ] N 2 var[ y ] N 2 .
2 N n 2 N ( N n ) n N n
dengan taksirannya adalah 2 2 ˆ] var[ Ny ] N 2 var[ y ] N 2 . s N n N (N n ) s var[ n N n
lalu, karena : ˆ]] E [var[ Ny ]] N 2E [var[ y ]] N 2 var[ y ] var[Ny ] var[ˆ] E [var[
maka dimana taksiran variansi tersebut merupakan taksiran yang tak bias untuk variansi dari taksiran total.
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
17
2.2 Two Stage Sampling
Dalam pengambilan sampel secara simple random sampling (SRS) tidak selamanya efektif, walaupun SRS merupakan metode sampling yang paling sederhana. Misalkan dalam penelitian yang mencakup daerah yang sangat luas, seperti hutan. Jika pengambilan sampel dilakukan secara SRS, maka peneliti akan memerlukan banyak tenaga, waktu dan biaya untuk meneliti unit-unit yang terpilih sebagai sampel karena kemungkinan besar unit-unit tersebut terletak berjauhan. Agar lebih efektif, pengambilan sampel dapat dilakukan dengan dua tahap. Pada tahap pertama pengambilan sampel dilakukan pada unit primer, kemudian pada tahap kedua pengambilan sampel dilakukan pada unit sekunder yang berada di dalam unit primer yang terpilih sebagai sampel. Pengambilan sampel seperti ini disebut Two Stage Sampling. Pada tugas akhir ini, pengambilan sampel pada masing-masing tahap hanya dilakukan dengan SRS tanpa pengembalian. Misalkan M adalah banyaknya unit primer pada populasi dan N i adalah banyaknya unit sekunder pada unit primer ke i. Misalkan ij menyatakan total pengukuran pada unit sekunder ke j dalam unit primer ke i pada populasi, maka total pengukuran pada unit primer ke i adalah
i j 1 ij , sedangkan total populasi adalah i 1 j 1 ij i 1 i . Ni
M
Ni
M
Selanjutnya, mean pada unit primer ke i adalah i i Ni , sedangkan mean
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
18
populasi adalah N , dimana N i 1Ni yaitu banyaknya unit sekunder M
pada populasi.
2.2.1 Taksiran Mean Dan Total Populasi
Misalkan m menyatakan banyaknya unit primer yang terpilih sebagai sampel pada tahap awal pengambilan sampel, sebut s1 sebagai kumpulan unit primer dalam sampel. Kemudian ni menyatakan banyaknya unit sekunder pada unit primer ke i yang terpilih sebagai sampel pada tahap kedua pengambilan sampel, y ij adalah total pengukuran pada unit sekunder ke j di dalam unit primer ke i, yang terpilih sebagai sampel. Karena ni unit sekunder dipilih secara SRS pada tahap kedua, maka taksiran mean dan total pada unit primer ke i adalah
ˆ i
1 ni
ˆi Ni ˆi
ni
y j 1
Ni ni
ij
ni
y j 1
ij
Selanjutnya, taksiran mean dan total populasi adalah
ˆ
M m ˆi Nm i 1
ˆ N.ˆ
M m ˆi m i 1
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
19
Misalkan s1 adalah himpunan semua unit primer yang terpilih sebagai sampel. Akan ditunjukkan bahwa diberikan himpunan s1 , taksiran total pada unit primer ke i adalah taksiran tak bias untuk total pada unit primer ke i. Dengan perkataan lain, akan ditunjukkan bahwa E [ˆi | s1 ] i sebagai berikut: Misalkan zij adalah variabel indikator, yaitu :
1, jika unit sampling ke j pada unit primer ke i terpilih sebagai sampel zij 0, jika unit sampling ke j pada unit primer ke i tidak terpilih sebagai sampel dimana Pr( zij 1| s1 )
ni , maka : Ni
N E [ˆi | s1 ] E i ni
ni
y j 1
ij
| s1
N Ni E i ij zij | s1 ni j 1 Ni N i ij E [zij | s1 ] ni j 1
Ni ni
N i ni
Ni
0.Pr(z j 1
ij
Ni
j 1
ij
ij
0 | s1 ) 1.Pr( zij 1| s1 )
ni Ni
Ni
ij j 1
i Kemudian, akan ditunjukkan bahwa ˆ dan ˆ adalah taksiran tak bias untuk mean dan total populasi. Misalkan zi adalah variabel indikator, yaitu :
1, jika unit primer ke i terpilih sebagai sampel zi 0, jika unit primer ke i tidak terpilih sebagai sampel
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
20
dengan Pr( zi 1)
m , maka : M E [ ˆ] E [E ( ˆ | s1 )] M m E E ˆi | s1 Nm i 1 M m E E [ˆi | s1] Nm i 1 M m E i Nm i 1 M M E i zi Nm i 1
M M i E [zi ] Nm i 1
M M m i. Nm i 1 M
1 M i N i 1
N
sedangkan untuk taksiran total E [ˆ] E [E (ˆ | s1 )] E [E (N.ˆ | s1 )] N.E [E ( ˆ | s1 )] N.
Jadi, ˆ dan ˆ adalah taksiran tak bias untuk dan . Selanjutnya akan dicari variansi dari ˆ dan ˆ . Variansi dari ˆ dapat diperoleh dengan menggunakan dekomposisi sebagai berikut : var[ ˆ ] var[E ( ˆ | s1 )] E [var( ˆ | s1 )]
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
(2.2.2)
21
Ada dua bagian pada (2.2.2) yang akan dicari Bagian pertama dari ruas kanan persamaan (2.2.2) adalah M m var[E ( ˆ | s )] var E ˆi | s1 Nm i 1 m M var E [ˆi | s1] Nm i 1 M m var i Nm i 1 M2 1 m 2 var i N m i 1 M2 var N2 M 2 M m u2 2 . N M m
u2 1 2 M (M m ) N m dimana u2 adalah variansi antar unit primer, yaitu u2
dengan 1
1 M 2 i 1 , M 1 i 1
1 M i yaitu mean per unit primer. M i 1
Bagian kedua dari ruas kanan persamaan (2.2.2) adalah
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
22
M m E [var( ˆ | s1 )] E var ˆi | s1 Nm i 1 M 2 m E var[ˆi | s1] Nm i 1 M 2 m i2 E N ( N n ) i i i ni Nm i 1 M 2 M i2 E N ( N n ) .zi i i i ni Nm i 1 M Nm
2 M
M Nm
2 M
Ni (Ni ni ) i 1
Ni (Ni ni ) i 1
i2 ni
.E [ zi ]
i2 m . ni M
i2 1 M M 2 Ni (Ni ni ) N m i 1 ni dimana i2 adalah variansi di dalam unit primer ke i, yaitu
i2
2 1 Ni ij i , dengan i i Ni yaitu mean di dalam unit primer ke Ni 1 j 1
i, untuk i = 1, 2, …, N. Jadi, variansi dari ˆ adalah
var[ ˆ]
u2 1 M M i2 1 M ( M m ) N ( N n ) i i i n N2 m N 2 m i 1 i
(2.2.3)
Taksiran dari (2.2.3) adalah 2 2 m ˆ] 1 M(M m) su 1 M N (N n ) si var[ i i i n N2 m N 2 m i 1 i
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
(2.2.4)
23
dimana su2
si2
1 m 1 m 2 ˆ ˆ ˆ , dengan i 1 ˆi dan 1 m 1 i 1 m i 1
2 1 ni y ij ˆi , untuk i= 1, 2,…m. ni 1 j 1
Akan ditunjukkan bahwa (2.2.4) adalah taksiran tak bias untuk (2.2.3)
ˆ]] E [E (var[ ˆ] | s )] E [var[ 1 1 s2 s2 1 M m E E 2 M (M m) u 2 Ni (Ni ni ) i | s1 m N m i 1 ni N 1 1 M m s2 s2 E E 2 M (M m) u | s1 E 2 Ni (Ni ni ) i | s1 m ni N m i 1 N 1 1 M m su2 si2 E E 2 M (M m ) | s1 E E 2 Ni (Ni ni ) | s1 m ni N N m i 1 E [si2 | s1 ] 1 M (M m ) m 1 M m 2 2 E E ˆi ˆ1 | s1 2 E Ni (Ni ni ) N (m 1)m i 1 N ni m i 1 (*) (II) (I)
Ada dua bagian yang akan dicari, pada bagian pertama (I) akan dicari dahulu bentuk (*) yaitu
m m 2 2 E E ˆi ˆ1 | s1 E E ˆi2 2ˆi ˆ1 ˆ1 | s1 i 1 i 1 m m 2 E E ˆi2 2 ˆ1 ˆi m ˆ1 | s1 i 1 i 1 2 2 m 1 m 1 m 2 E E ˆi 2 ˆi ˆi | s1 m i 1 m i 1 i 1 2 m 1 m 2 E E ˆi ˆi | s1 m i 1 i 1
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
24
2 m 1 m 2 E E ˆi | s1 E ˆi | s1 i 1 m i 1 2 m m 1 E E ˆi2 | s1 E E i 1ˆi | s1 m i 1
(b)
(a)
bentuk (a) dan (b) dapat dicari sebagai berikut : (a)
m m E E ˆi2 | s1 E E ˆi2 | s1 i 1 i 1
m 2 E E[ˆi | s1] var[ˆi | s1] i 1 m 2 E i2 Ni ( Ni ni ) i ni i 1 m 2 m E i2 E Ni (Ni ni ) i ni i 1 i 1 M i2 M 2 E i zi E Ni ( Ni ni ) .zi ni i 1 i 1
(b)
i2 m M 2 m M N ( N n ) i M i i i M i 1 ni i 1
var
1 m m 1 2 m E ( i 1ˆi ) | s1 E m E i 1ˆi | s1 1 E m
1 E m
2
2
i 1E ˆi | s1 m
m
i 1 i
2
ˆ | s1
m
i 1 i
m i 1 var[ˆi | s1 ]
i 1 Ni (Ni ni ) m
i2 ni
i2 1 m 2 E m i 1 Ni ( Ni ni ) m ni mE[ 2 ]
2 1 m E i 1 Ni ( Ni ni ) i m ni
m E [ ] var[ ] 2
2 1 M E i 1 Ni (Ni ni ) i .zi m ni
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
25
2 2 1 M i2 M m u 1 M m E [ i 1 i zi ] Ni (Ni ni ) .E zi m ni M m m i 1
1 M 2 M m u2 1 M i2 m i 1 i N ( N n ) i i i n M M m M i 1 i 2 M m 2 1 M m12 u i 1 Ni (Ni ni ) i M ni M sehingga (*) menjadi
m m m 2 1 E E ˆi ˆ1 | s1 E E2 [ˆi2 | s1] E E2 i 1ˆi m i 1 i 1 m M 2 m M i2 Ni (Ni ni ) i M i 1 ni M i 1
| s 2
1
i2 M m 2 1 M m12 N ( N n ) i u M i i ni M i 1 i2 m M 2 M m 2 m M 2 i m1 u M Ni (Ni ni ) n M i 1 M i 1 i
i2 1 M N ( N n ) i i i n M i 1 i
m M 2 m i M 12 1 u2 M i 1 M
i2 (m 1) M N ( N n ) i i i n M i 1 i
m M 1 M m . . ( i 1)2 u2 u2 M M 1 i 1 M
i2 (m 1) M Ni (Ni ni ) n M i 1 i
i2 m m (m 1) M .(M 1) u2 u2 u2 N ( N n ) i i i n M M M i 1 i
m u2
i2 m 2 m (m 1) M u u2 u2 N ( N n ) i i i n M M M i 1 i
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
26
m u2 u2
i2 (m 1) M N ( N n ) i i i n M i 1 i
( m 1) u2
i2 (m 1) M N ( N n ) i i i n M i 1 i
2 1 M i2 ( m 1) u Ni (Ni ni ) M i 1 ni
maka bentuk (I) adalah 1 M (M m ) m 2 E E ˆi ˆ1 | s1 2 N (m 1)m i 1
2 1 M i2 1 M (M m ) .( m 1) N ( N n ) i i i n u N 2 (m 1)m M i 1 i
u2 i2 1 1 M m M 2 M ( M m) Ni (Ni ni ) N m N2 m ni i 1 Selanjutnya akan dicari bentuk kedua (II) yaitu : E [si2 | s1 ] i2 1 M m 1 M m E N ( N n ) E N ( N n ) i i i i i i 2 N 2 m i 1 ni ni N m i 1 2 1 M M 2 E Ni (Ni ni ) i .zi N ni m i 1
i2 1 M M N ( N n ) i i i n .E [zi ] N 2 m i 1 i
i2 m 1 M M 2 N i ( N i ni ) . N m i 1 ni M
1 N2
M
i2
i 1
ni
Ni (Ni ni )
maka,
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
27
2 2 M ˆ]] 1 M (M m) u 1 M m N (N n ) i E [var[ 2 i i i m N2 m ni i 1 N
1 M 2 2 Ni (Ni ni ) i ni N i 1 2 1 M M 2 1 M 2 1 2 M (M m ) u 2 1 Ni (Ni ni ) i 2 Ni (Ni ni ) i N m N m i 1 ni N i 1 ni
u2 1 M M i2 1 2 M (M m ) Ni (Ni ni ) n N m N 2 m i 1 i var[ ˆ] ˆ]] var[ ˆ] maka var[ ˆ ] merupakan taksiran tak bias Jadi, karena E [var[
untuk var[ ˆ] . Selanjutnya, taksiran variansi untuk taksiran total adalah sebagai berikut ˆ] var[ N.ˆ] var[ ˆ] N 2 .var[ M (M m )
su2 M m s2 Ni (Ni ni ) i m m i 1 ni
Kemudian, karena ˆ]] E [var[ N.ˆ]] N 2E[var[ ˆ]] N 2.var[ ˆ] var[N.ˆ] var[ˆ] E [var[
maka, taksiran variansi tersebut merupakan taksiran tak bias untuk variansi dari taksiran total.
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
28
2.3 Unequal Probability Sampling
Jika dalam SRS probabilitas terpilihnya suatu unit adalah sama, tetapi adakalanya unit-unit dalam populasi memiliki probabilitas yang berbeda untuk terpilih sebagai sampel. Untuk kasus dimana unit-unit memiliki peluang yang berbeda untuk terpilih sebagai sampel, ada dua jenis taksiran yang dapat digunakan untuk menaksir mean dan total populasi, yaitu taksiran HorvitzThompson dan taksiran Hansen-Hurwitz.
2.3.1 Taksiran Horvitz-Thompson
Taksiran ini dapat digunakan ketika pengambilan sampel dilakukan dengan atau tanpa pengembalian. Misalkan dipunyai unit pada populasi {u1, u2 ,..., uN } berukuran N, kemudian diambil suatu sampel { y1, y 2 ,..., y n }
berukuran n dimana probabilitas terpilihnya unit ke i sebagai sampel tidak sama, sebut i . Taksiran Horvitz-Thompson untuk mean adalah
ˆ HT
1 n yi N i 1 i
Akan ditunjukkan bahwa taksiran ini adalah taksiran yang tak bias untuk mean. Sebelumnya, didefinisikan suatu variabel indikator z i yang bernilai 1 jika unit ke i terpilih menjadi sampel dan bernilai 0 jika unit ke i tidak terpilih menjadi sampel. Jadi,
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
29
E [ zi ] 0.Pr( zi 0) 1.Pr( zi 1) 1.Pr(unit ke i terpilih sebagai sampel) i
sehingga
1 n y E [ ˆ HT ] E i N i 1 i 1 N uz E i i N i 1 i 1 N u i E [zi ] N i 1 i =
1 N ui . i N i 1 i
1 N ui N i 1
(2.3.1)
maka, taksiran tersebut merupakan taksiran yang tak bias untuk mean. Untuk mencari variansi dari taksiran Horvitz-Thompson, terlebih dahulu akan dicari variansi dan kovariansi dari variabel indikator zi , yaitu : E [zi 2 ] 02.Pr( zi 0) 12.Pr( zi 1) 1.Pr(unit ke i terpilih menjadi sampel) i var[ zi ] E [ zi 2 ] [E [ zi ]]2 i i2 i (1 i )
cov[ zi , z j ] E [zi z j ] E [zi ].E [z j ] ij i j
Dimana ij adalah probabilitas unit ke i dan ke j terpilih menjadi sampel.
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
30
Variansi dan taksiran variansi dari taksiran mean Horvitz-Thompson adalah 1 n y var[ ˆ HT ] var i N i 1 i 1 N uz var i i N i 1 i N ui zi 1 var N2 i 1 i 2 N uu 1 N ui 2 var[ zi ] i j cov[ zi , z j ] N i 1 i i 1 j i i j
2 N ui u j N ui . (1 ) . ij i j i i i 1 j i i j i 1 i - (1 i ) N 1 N 2 ui2 ui u j ij i j N i i 1 j i i 1 i j
1 2 N
1 N2
ˆ ] 1 var[ HT N2
N
ij - i j u u i j i j j 1 N
i 1
n
ij - i j y i y j j 1 i j ij n
i 1
Akan dibuktikan bahwa taksiran variansi tersebut adalah taksiran yang tak bias untuk variansi dari taksiran mean:
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
31
ˆ ]] E 1 E [var[ HT 2 N
1 E 2 N
1 N2
N
n
i 1 N
i 1
ij - i j y i y j j 1 i j ij n
ij - i j ui u j zi z j j 1 i j ij N
ij - i j ui u j .E [ zi z j ] j 1 i j ij N
i 1
ij - i j i 1 j 1 i j ij 1 N N - 2 ij i j N i 1 j 1 i j var[ ˆ HT ]
1 N2
N
N
ui u j . ij ui u j (2.3.2)
ˆ ]] var[ ˆ ] , maka taksiran variansi tersebut merupakan Karena E[var[ HT HT
taksiran yang tak bias. Selanjutnya, taksiran Horvitz-Thompson untuk total adalah n
ˆ N.ˆHT i 1
yi
i
N
i 1
ui zi
i
.
Berdasarkan (2.3.1), diperoleh E [ˆHT ] E [N.ˆHT ] N.E [ ˆ HT ] N.
sehingga taksiran Horvitz-Thompson untuk total tersebut merupakan taksiran tak bias untuk total. Kemudian, variansi dari taksiran total dapat diperoleh sebagai berikut N N - var[ˆHT ] var[N ˆ HT ] N 2 var[ ˆ HT ] ij i j i 1 j 1 i j
ui u j
dan taksiran variansi
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
32
n n - ij i j ˆ ] var[ N ˆ ] N 2 var[ ˆ ] var[ HT HT HT i 1 j 1 i j ij
y i y j .
Berdasarkan (2.3.2), dapat diperoleh ˆ ]] E[var[ N.ˆ ]] N 2E[var[ ˆ ]] N 2 var[ ˆ ] var[N.ˆ ] var[ˆ ] E[var[ HT HT HT HT HT HT ˆ ] adalah taksiran tak bias untuk var[ˆ ] . sehingga var[ HT HT
2.3.2 Taksiran Hansen-Hurwitz
Taksiran ini biasa digunakan ketika pengambilan sampel dilakukan dengan pengembalian. Misalkan dari N unit pada populasi {u1, u2 ,..., uN } diambil suatu sampel berukuran n { y1, y 2 ,..., y n } dengan pengembalian. Misalkan pi adalah probabilitas terpilihnya unit ke i. Taksiran HansenHurwitz untuk mean adalah
ˆHH
1 n yi nN i 1 pi
Misalkan fi menyatakan berapa kali unit i terpilih sebagai sampel, dengan demikian fi berdistribusi binomial (fi b( n, pi )) , sehingga taksiran Hansen-Hurwitz dapat pula dinyatakan sebagai :
ˆHH
1 n yi 1 N ui fi nN i 1 pi nN i 1 pi
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
33
Karena fi b(n, pi ) , maka E [fi ] npi , sehingga taksiran Hansen-Hurwitz dapat pula dinyatakan dengan
1 n yi nN i 1 pi
ˆHH
1 N ui fi nN i 1 pi
f 1 N ui i N i 1 E [fi ]
Akan dibuktikan bahwa taksiran tersebut adalah taksiran yang tak bias untuk mean, yaitu : 1 n yi E [ ˆHH ] E nN i 1 pi 1 N f E ui i N i 1 E [fi ] 1 N E [fi ] ui N i 1 E [fi ]
1 N ui N i 1
(2.3.3)
Jadi, ˆ HH merupakan taksiran yang tak bias untuk mean. Untuk mencari taksiran variansi dari ˆ HH yang tak bias, didefinisikan variabel random T dengan nilai
ui u dan Pr T i pi , (i 1,2,..., N ) , Npi Npi
maka
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
34
ui u .Pr T i Npi Npi N u i .pi i 1 Npi
T E [T ]
T2 var[T ] E [T T ] 2
2
u u i T .Pr T i Npi Npi 2
u i .pi i 1 Npi N
Misalkan t adalah sampel random dengan distribusi dari variabel random T, dengan nilai
yi ; i 1,2,..., n , sehingga Npi
ˆHH
1 n yi 1 n ti t nN i 1 pi n i 1
dengan E[ ˆHH ] E[t ] T
Variansi dan taksiran variansi dari ˆ HH adalah
1 n 1 n var[ ˆ HH ] var t i 2 var t i n i 1 n i 1 1 2 .n.var[t i ] n
T2 n 2
1 N ui .pi n i 1 Npi
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
35
2 ˆ ] sT var[ HH n
n 1 ti t n(n 1) i 1
2
n yi 1 ˆ HH n(n 1) i 1 Npi
2
ˆ ] adalah taksiran yang tak Selanjutnya akan dibuktikan bahwa var[ HH
bias untuk var[ ˆHH ] 2 ˆ ]] E s E [var[ HH n 1 1 n .E ti t n n 1 i 1
2
1 n .E t i t n(n 1) i 1
1 .E t i t n(n 1) i 1
n
2
2
2 1 .E t i n t n(n 1) i 1 2 n 1 2 . E t i nE t n(n 1) i 1 n 2 1 2 . E t i nE t n(n 1) i 1 n
1 n . var[t i ] n var[ t ] n(n 1) i 1
1 1 n . n T2 n.var[ t i ] n(n 1) n i 1
n 1 1 . n T2 .var[ t i ] n(n 1) n i 1
1 1 n . n T2 . var[t i ] n(n 1) n i 1
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
36
1 1 . n T2 .n T2 n(n 1) n 1 . ( n 1). T2 n(n 1)
T2
n var[ ˆ HH ]
(2.3.4)
ˆ ] adalah taksiran yang tak bias untuk var[ ˆ ] . Jadi, var[ HH HH
Taksiran Hansen-Hurwitz untuk taksiran total adalah
ˆHH N.ˆ HH
1 n yi 1 N un i i n i 1 pi n i 1 pi
Berdasarkan (2.3.3), dapat diperoleh E [ˆHH ] E [N.ˆ HH ] N.E [ ˆ HH ] N.
sehingga taksiran Hansen-Hurwitz untuk total adalah taksiaran yang tak bias. Selanjutnya, variansi dari taksiran total tersebut adalah N2 var[ˆHH ] var[N ˆHH ] N var[ ˆHH ] n 2
2
ui .pi i 1 Npi N
dan taksiran variansi ˆ ] var[ N ˆ ] N 2 var[ ˆ ] var[ HH HH HH
2
n yi N2 ˆ HH .pi n(n 1) i 1 Npi
Kemudian, berdasarkan (2.3.4), dapat diperoleh ˆ ]] E[var[ N.ˆ ]] N 2E[var[ ˆ ]] N 2 var[ ˆ ] var[N.ˆ ] var[ˆ ] E[var[ HH HH HH HH HH HH ˆ ] merupakan taksiran tak bias untuk var[ˆ ] . sehingga var[ HH HH
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
37
2.4 Adaptive Cluster Sampling
Metode adaptive cluster sampling digunakan untuk mengambil sampel dimana elemen yang akan diteliti sangat jarang dan atau berkelompok. Metode ini ada dua jenis, tetapi pada tugas akhir ini hanya dibahas metode adaptive cluster sampling dengan sampel awal dipilih secara SRS tanpa pengembalian. Metode ini banyak digunakan dalam penelitian mengenai spesies langka, penyakit langka, atau mendeteksi wilayah dengan kandungan barang tambang terbanyak.
2.4.1 Keadaan Populasi
Populasi terdiri dari unit-unit sampling yang saling lepas. Pada metode adaptive cluster sampling, setiap unit-unit sampling (misalkan unit i), mempunyai tetangga yaitu unit-unit yang berada di sebelah kiri, kanan, depan, dan belakang unit i. Selain itu, peneliti akan menetapkan suatu syarat atau kondisi C untuk unit sampling. Dari unit-unit sampling yang ada pada populasi, diantaranya ada yang memenuhi kondisi C, ada pula yang tidak memenuhi kondisi C. Misalkan unit i adalah suatu unit sampling pada populasi yang memiliki tetangga unit p, q, r, dan s. Jika unit i tidak memenuhi kondisi C, maka unit i disebut sebagai network berukuran satu. Jika unit i memenuhi kondisi C, tetapi tidak ada satu pun unit tetangganya yang memenuhi kodisi C, maka
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
38
unit i juga disebut network berukuran satu. Jika unit i memenuhi kondisi C dan ada unit tetangganya yang memenuhi kondisi C (misalkan unit p dan r), maka unit p dan r digabung dengan unit i membentuk sebuah network berukuran tiga. Network ini dilambangkan dengan Ai , yaitu network yang dibentuk dari unit i. Sementara unit q dan s yang tidak memenuhi kondisi C tidak digabung dengan unit i dan masing-masing disebut sebagai network berukuran satu. Lalu, jika tetangga dari unit p dan r ada yang memenuhi kondisi C, maka unit-unit tersebut juga digabung dengan network Ai , sehingga ukuran network Ai bertambah. Proses ini terus terjadi hingga tidak ada unit-unit yang memenuhi kondisi C. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa populasi terdiri dari network-network berukuran tertentu yang saling lepas.
2.4.2 Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada adaptive cluster sampling diawali dengan membagi wilayah penelitian menjadi N unit-unit sampling. Dari N unit-unit sampling pada populasi, dipilih suatu sampel awal berukuran n1 unit secara SRS. Misalkan unit i adalah salah satu anggota dari sampel awal. Unit i tersebut diteliti apakah memenuhi kondisi C atau tidak. Jika unit i memenuhi kondisi C, maka unit-unit sampling yang bertetanggaan dengan unit i diperiksa. Jika unit sampling yang merupakan tetangga dari unit i juga
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
39
memenuhi kondisi C, maka unit tersebut dijadikan sampel dan unit sampling yang bertetanggaan dengannya juga diperiksa. Jika unit yang bertetanggaan dengan tetangga unit i juga memenuhi kondisi C, maka unit tersebut juga dijadikan sampel dan seterusnya. Proses ini dinamakan proses penambahan sampel dan berhenti ketika unit-unit sampling yang bertetanggaan dengan sampel tidak memenuhi kondisi C. Dari proses penambahan sampel, unit i membentuk suatu kumpulan unit-unit sampling yang merupakan suatu network berukuran tertentu yang dinotasikan dengan Ai . Network Ai yang dibentuk oleh unit i, juga merupakan network dalam populasi. Oleh karena itu, jika unit i terpilih dalam sampel awal maka network Ai dapat dianggap sebagai network yang terpilih dalam sampel. Hal yang sama dengan unit i juga dilakukan terhadap unit sampling lain yang terpilih pada sampel awal. Jika unit sampling yang terpilih pada sampel awal tidak memenuhi kondisi C, maka proses penambahan sampel tidak dilakukan dan unit tersebut merupakan network berukuran satu. Kemudian, jika suatu sampel awal memenuhi kondisi C, tetapi unit-unit sampling tetangganya tidak memenuhi kondisi C, maka sampel awal tersebut merupakan network berukuran satu pula.
2.4.3 Penaksiran Mean Dan Total Populasi
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
40
Metode adaptive cluster sampling merupakan unequal probability sampling. Hal ini disebabkan karena semakin besar ukuran suatu network, maka probabilitas network tersebut terpilih sebagai sampel semakin besar. Taksiran untuk mean dan total yang dapat digunakan dalam kasus unequal probability sampling seperti ini adalah taksiran Horvitz-Thompson dan taksiran Hansen-Hurwitz.
2.4.3.1 Penaksiran Mean Dan Total Populasi Dengan Taksiran HorvitzThompson
Misalkan N adalah banyaknya unit sampling pada populasi, n1 adalah banyaknya sampel awal, K banyaknya network pada populasi,
adalah
banyaknya network pada sampel, k* adalah total pengukuran pada network ke k dalam populasi, y k* adalah total pengukuran pada network ke k dalam sampel, i adalah total pengukuran pada unit ke i dalam populasi, y i adalah total pengukuran pada unit ke i dalam sampel, dan k adalah probabilitas network ke k terpilih sebagai sampel. Taksiran Horvitz-Thompson untuk mean tersebut didefinisikan sebagai berikut :
ˆ
1 y k* N k 1 k
Bentuk k dapat dicari sebagai berikut :
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
(2.4.1)
41
Misalkan x k adalah banyaknya unit sampling pada network ke k dan pk adalah probabilitas network ke k tidak terpilih sebagai sampel. Pada network ke k ada sebanyak x k unit sampling, sedangkan N xk unit tidak berada pada network k. Sehingga banyaknya cara memilih n1 unit dari N xk unit
N xk adalah , sedangkan banyaknya semua kemungkinan sampel adalah n1
N , maka probabilitas network ke k tidak terpilih sebagai sampel adalah n1 N xk N pk . Jadi, probabilitas network ke k terpilih sebagai sampel n1 n1 adalah N x k n1
k 1 pk 1
N n1
(2.4.2)
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa ˆ pada (2.4.1) adalah taksiran tak bias untuk mean. Sebelumnya, didefinisikan zk adalah variabel indikator, yaitu
1, jika network ke k terpilih sebagai sampel zk 0, jika network ke k tidak terpilih sebagai sampel dimana Pr( zk 1) k dan E [ zk ] 0.Pr( zk 0) 1.Pr( zk 1) 1.Pr(network k terpilih menjadi sampel) k
maka
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
42
1 y* E [ ˆ ] E k N k 1 k 1 K *z E k k N k 1 k
1 K k* E [ zk ] N k 1 k
1 K k* k N k 1 k
1 K * k N k 1
1 N i N i 1
(2.4.3)
sehingga ˆ merupakan taksiran yang tak bias untuk mean. Untuk mencari variansi dari taksiran mean pada (2.4.1), terlebih dahulu akan dicari nilai dari var[ zk ] dan cov[ zk , zk ' ] , yaitu :
var[ zk ] E [ zk 2 ] [E [ zk ]]2 02.Pr( zk 0) 12.Pr( zk 1) [E [ zk ]]2 k k2 k (1 k ) E [ zk zk ' ]
1
1
zz
zk 0 zk ' 0
k
k'
(2.4.4)
Pr( zk , zk ' )
1.1.Pr( zk 1, zk ' 1) Pr(network ke k dan network ke k' terpilih sebagai sampel) kk '
cov[zk , zk ' ] E [zk zk ' ] E [zk ].E [zk ' ] kk ' k k ' Sehingga variansi dari (2.4.1) dapat ditentukan sebagai berikut
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
(2.4.5)
43
1 y* var[ ˆ ] var k N k 1 k 1 K *z var k k N k 1 k K k* zk 1 2 var N k 1 k 1 2 N
K K * 2 k* k* ' k cov[ zk , zk ' ] var[ zk ] k 1 k ' k k k ' k 1 k
1 2 N
K K * 2 k* k* ' k . kk ' - k k ' . k (1- k ) k 1 k ' k k k ' k 1 k
- 1 K * 2 (1- k ) K k* k* ' kk ' k k ' 2 k N k 1 k k 1 k ' k k k '
1 N2
kk ' - k k ' * * k k ' k k ' k 1 k ' 1 K
K
(2.4.6)
dengan taksirannya adalah kk ' - k k ' * * ˆ] 1 var[ y k y k ' 2 N k 1 k '1 k k ' kk '
Bentuk kk ' dapat dicari sebagai berikut : Misalkan : pkk ' P (network k dan network k ' tidak terpilih sebagai sampel), maka pkk ' P ( zk 1 zk ' 1) N xk xk ' N = n1 n1
Kemudian, komplemen dari pkk ' adalah c c pkk ' P ( zk 1 zk ' 1)
P ( zk 1 zk ' 1)
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
(2.4.7)
44
c dengan demikian, pkk ' adalah probabilitas network k atau network k’ terpilih
sebagai sampel, maka c pkk ' 1 pkk '
1 P ( zk 1 zk ' 1) N xk xk ' N 1 n1 n1 Jadi, probabilitas network k dan network k’ terpilih sebagai sampel adalah c kk ' k k ' pkk '
N xk N N xk ' N N xk xk ' N 1 1 1 n n n n1 1 1 1 n1 n1 N x k N x k ' N x k x k ' 1 n1 n1 n1
N n1
(2.4.8)
ˆ ] adalah taksiran tak bias Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa var[
untuk var[ ˆ] : kk ' - k k ' * * ˆ]] E 1 E [var[ 2 y k y k ' N k 1 k ' 1 k k ' kk ' 1 K K - E 2 kk ' k k ' k* k* ' zk zk ' N k 1 k '1 k k ' kk ' 1 K K - 2 kk ' k k ' k* k* ' .E [ zk zk ' ] N k 1 k '1 k k ' kk '
kk ' - k k ' * * k k ' . kk ' k 1 k ' 1 k k ' kk ' 1 K K - 2 kk ' k k ' k* k* ' N k 1 k '1 k k ' var[ ˆ]
1 N2
K
K
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
(2.4.9)
45
maka taksiran variansi tersebut merupakan taksiran yang tak bias. Selanjutnya, taksiran Horvitz-Thompson untuk total adalah
ˆ N.ˆ k 1
y k*
k .
Akan ditunjukkan bahwa ˆ adalah taksiran tak bias untuk total. Berdasarkan (2.4.3) diperoleh
E[ˆ] E[N.ˆ] N.E[ ˆ] N .
(2.4.10)
sehingga ˆ adalah taksiran tak bias untuk total. Variansi dari taksiran total adalah K K - var[ˆ] var[N ˆ] N 2 var[ ˆ] kk ' k k ' k* k* ' k k ' k 1 k ' 1
dan taksiran variansi kk ' - k k ' * * ˆ] var[ N ˆ] N 2 var[ ˆ] var[ y k y k ' . k 1 k ' 1 k k ' kk '
Akan ditunjukkan bahwa taksiran variansi tersebut adalah taksiran yang tak bias. Berdasarkan (2.4.9), diperoleh ˆ]] E [var[ N ˆ ]] E [var[ ˆ ]] E [N 2 var[ ˆ ]] N 2E [var[ N 2 var[ ˆ ] var[N ˆ ] var[ˆ] ˆ] adalah taksiran tak bias untuk var[ˆ] . sehingga terbukti bahwa var[
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
(2.4.11)
46
2.4.3.2 Penaksiran Mean Dan Total Populasi Dengan Taksiran HansenHurwitz
Misalkan N adalah banyaknya unit sampling pada populasi, y i adalah total pengukuran pada unit ke i, dan m i adalah banyaknya unit sampling yang ada di network Ai . Taksiran Hansen-Hurwitz untuk mean didefinisikan sebagai berikut :
1 n yi N i 1 E [fi ]
1 N i fi N i 1 E [fi ]
atau dapat ditulis sebagai : (2.4.12)
Kemudian, misalkan fi adalah banyaknya sampel awal yang ada di network Ai (network yang dibentuk oleh unit ke i). Dengan demikian, fi berdistribusi
hypergeometrik (Hyper[N, m i , n1 ]) dengan E [fi ] n1mi N , dan persamaan (2.4.12) dapat ditulis sebagai berikut :
1 N i fi n1 i 1 mi
(2.4.13)
Taksiran pada persamaan (2.4.13) dinyatakan sebagai penjumlahan dari N unit sampling. Untuk mempermudah dalam perhitungan, persamaan
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
47
(2.4.13) dapat dinyatakan sebagai penjumlahan dari n1 network yang terpilih sebagai sampel, yaitu ;
1 n1 1 n1 i 1 mi
y j Ai
j
1 n1 wi n1 i 1 w
(2.4.14)
dimana w i adalah rata-rata pengukuran di Ai yang terdiri dari m i unit. Akan dibuktikan bahwa adalah taksiran tak bias untuk , yaitu : 1 n1 E [ ] E w i n1 i 1 1 n1 1 E yj n1 i 1 mi jAi 1 N f E i i n1 i 1 mi
1 N i .E [fi ] n1 i 1 mi
1 N i n1mi . n1 i 1 mi N
1 N i N i 1
(2.4.15)
karena E[ ] , maka adalah taksiran tak bias untuk . Dalam pemilihan sampel awal berukuran n1 digunakan SRS tanpa pengembalian. Berdasarkan konsep SRS dan persamaan (2.1.5) dan (2.1.6) variansi dan taksiran variansi dari dapat diperoleh sebagai berikut : (2.4.15)
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
48
var[ ]
N n1 N 2 w i Nn1(N 1) i 1
(2.4.16)
] var[
N n1 n1 2 w i Nn1(n1 1) i 1
(2.4.17)
Dengan memisalkan 2
n1 N 1 2 1 2 2 w dan s w i , i (N 1) i 1 (n1 1) i 1
maka cara yang sama seperti (2.1.7) dan (2.1.8) dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa ]] var[ ] E [var[
(2.4.18)
] adalah taksiran tak bias untuk var[ ] . sehingga, var[
Selanjutnya, taksiran Hansen-Hurwitz untuk taksiran total adalah
N.
N n1 1 n1 i 1 mi
N n1 y j w i N.w n1 i 1 j Ai
Akan ditunjukkan bahwa adalah taksiran tak bias untuk total. Berdasarkan (2.4.15), diperoleh
E[] E[N. ] N.E[ ] N Sehingga ˆ adalah taksiran tak bias untuk total. Berdasarkan (2.4.16) dan (2.4.17), variansi dan taksiran variansi dari taksiran total dapat diperoleh sebagai berikut var[ ] var[N ] N 2 var[ ]
N N n1 n1(N 1)
N
w i 1
i
2
n1 ] var[ N ] N 2 var[ ] N N n1 w 2 var[ i n1(n1 1) i 1 .
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
49
] adalah taksiran tak bias untuk var[] . Akan ditunjukkan bahwa var[
Berdasarkan (2.4.18), maka ]] E [var[ N ]] E [var[ ]] E [N 2 var[ ]] N 2E [var[ N 2 var[ ] var[N ] var[ ] ] adalah taksiran tak bias untuk var[] . sehingga var[
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
BAB III TWO STAGE ADAPTIVE CLUSTER SAMPLING (2S-ACS)
Pada bagian sebelumnya telah dibahas mengenai metode adaptive cluster sampling. Metode ini sangat berguna digunakan apabila elemen yang akan diteliti bersifat sangat jarang dan atau berkelompok. Akan tetapi, metode adaptive cluster sampling memiliki beberapa kelemahan, yaitu ada kemungkinan bahwa elemen pada sampel akhir yang terbentuk akan sangat banyak. Kelemahan berikutnya adalah memerlukan banyak usaha/tenaga dalam meneliti unit-unit sampling yang menjadi sampel awal karena ada kemungkinan unit-unit sampling tersebut terletak berjauhan. Hal ini menjadi suatu kesulitan jika daerah yang menjadi objek penelitian sangat luas. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dijelaskan mengenai suatu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, yaitu metode two stage adaptive cluster sampling (2S-ACS). Berbeda dengan adaptive cluster sampling, pada two stage adaptive cluster sampling, daerah yang menjadi objek penelitian dibagi dahulu menjadi unit-unit primer yang diperkirakan homogen. Kemudian, masing-masing unit primer dibagi menjadi unit-unit sampling. Selanjutnya, ambil beberapa unit primer secara SRS dan dari unit primer yang terpilih, pilih unit sampling sebagai sampel awal (initial sample) secara SRS. Masing-masing sampel
50 Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
51
awal diteliti apakah terdapat elemen dan memenuhi kondisi C. Jika dalam sampel awal terdapat elemen yang akan diteliti dan memenuhi kondisi C, maka unit-unit sampling yang bertetanggaan dengan sampel awal diperiksa. Jika pada unit sampling yang bertetanggaan dengan sampel awal terdapat elemen dan memenuhi kondisi C, maka unit-unit tersebut dijadikan sampel. Lalu, unit yang bertetanggan dengan unit-unit yang memenuhi kondisi C juga diperiksa, jika memenuhi kondisi C maka unit tersebut dijadikan sampel pula. Proses ini dinamakan proses penambahan sampel. Dalam penambahan sampel, pada 2S-ACS ada dua skema yang dapat digunakan, yaitu skema overlapping dan skema nonoverlapping. Pada skema overlapping, proses penambahan sampel diperbolehkan melewati batas unit primer, dan proses penambahan sampel berhenti ketika tidak ada lagi unit-unit sampling yang bertetanggaan dengan sampel yang memenuhi kondisi C. Pada skema nonoverlapping, proses penambahan sampel tidak diperbolehkan melewati batas unit primer. Dengan demikian, pada skema nonoverlapping, proses penambahan sampel berhenti ketika tidak ada lagi unit-unit sampling yang bertetanggaan dengan sampel yang memenuhi kondisi C atau ketika penambahan sampel telah mencapai batas unit primer. Sama halnya dengan adaptive cluster sampling, sampel yang diperoleh pada 2S-ACS merupakan network-network dengan ukuran tertentu. Jika suatu unit sampling yang terpilih pada sampel awal tidak memenuhi kondisi C, maka unit tersebut merupakan network berukuran satu. Kemudian, jika suatu unit sampling pada sampel awal memenuhi kondisi C,
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
52
tetapi unit-unit sampling tetangganya tidak memenuhi kondisi C, maka sampel awal tersebut merupakan network berukuran satu pula. Misalkan M adalah banyaknya unit primer pada populasi dan N i adalah banyaknya unit sampling pada unit primer ke i. Misalkan ij menyatakan total pengukuran pada unit sampling ke j dalam unit primer ke i, maka total pengukuran pada unit primer ke i adalah i j i 1 ij , sedangkan N
total pengukuran pada populasi adalah i 1 j i 1 ij i 1 i . M
N
M
Selanjutnya, mean / rata-rata pengukuran pada unit primer ke i adalah
i i Ni , sedangkan mean pengukuran pada populasi adalah N , dimana N i 1Ni yaitu banyaknya unit sampling pada populasi. Misalkan M
pula m adalah banyaknya unit primer yang terpilih sebagai sampel pada tahap pertama, ni adalah banyaknya unit sampling pada unit primer ke i (i = 1, 2, …, m) yang terpilih sebagai sampel awal pada tahap kedua, dan n0 adalah total sampel awal dimana n0 i 1 ni . m
Dalam hal penaksiran mean dan total, metode two stage adaptive cluster sampling merupakan unequal probability sampling. Jadi, taksiran Horvitz-Thompson dan taksiran Hansen-Hurwitz akan digunakan untuk menaksir mean dan total populasi pada masing-masing skema (skema overlapping dan skema nonoverlapping). 3.1 Skema Overlapping
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
53
Pada skema overlapping, proses penambahan sampel diperbolehkan melewati batas unit primer. Jadi, pada skema ini penambahan sampel berhenti ketika tidak ada lagi unit sampling yang bertetanggaan dengan sampel yang memenuhi kondisi C. Dengan perkataan lain, penambahan sampel pada 2S-ACS dengan skema overlapping sama dengan penambahan sampel pada adaptive cluster sampling, walaupun cara pengambilan sampel kedua metode adalah berbeda. Oleh karena itu, bentuk taksiran HorvitzThompson untuk mean dan total pada skema overlapping sama dengan bentuk taksiran pada adaptive cluster sampling.
3.1.1 Penaksiran Mean Dan Total Populasi Dengan Taksiran HorvitzThompson
Misalkan N adalah banyaknya unit sampling pada populasi, K adalah banyaknya network pada populasi, adalah banyaknya network pada sampel, k* adalah total pengukuran pada network ke k dalam populasi, y k* adalah total pengukuran pada network ke k dalam sampel, i adalah total pengukuran pada unit ke i dalam populasi, y i adalah total pengukuran pada unit ke i dalam sampel, dan k adalah probabilitas network ke k terpilih sebagai sampel, maka taksiran Horvitz-Thompson untuk mean adalah
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
54
ˆ
1 y k* N k 1 k .
(3.1.1)
Sama halnya dengan (2.4.3), maka taksiran mean pada (3.1.1) adalah taksiran tak bias untuk mean. Lalu, variansi dan taksiran variansi dari taksiran mean sama seperti (2.4.6) dan (2.4.7), yaitu var[ ˆ]
1 N2
kk ' - k k ' * * k k ' k k ' k 1 k ' 1 K
K
kk ' - k k ' * * ˆ] 1 var[ y k y k ' 2 N k 1 k '1 k k ' kk '
(3.1.2) (3.1.3)
dimana kj adalah probabilitas network ke k dan network ke k’ terpilih sebagai sampel. Berdasarkan (2.4.9), maka taksiran pada (3.1.3) adalah taksiran tak bias untuk (3.1.2). Selanjutnya, taksiran Horviz-Thompson untuk total adalah
ˆ N ˆ k 1
y k*
k
sama halnya dengan (2.4.10), maka ˆ adalah taksiran tak bias untuk total. Kemudian, variansi dan taksiran variansi dari taksiran total adalah K K - var[ˆ] kk ' k k ' k* k* ' k k ' k 1 k ' 1
kk ' - k k ' * * ˆ] var[ y k y k ' k 1 k ' 1 k k ' kk '
dan langkah seperti (2.4.11) dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa ˆ] adalah taksiran tak bias untuk var[ˆ] . var[
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
55
Meskipun bentuk taksiran Horvitz-Thompson pada two stage adaptive cluster sampling dengan skema overlapping dan adaptive cluster sampling adalah sama, namun bentuk k dan kk ' pada kedua metode berbeda. Bentuk k dan kk ' akan dijelaskan sebagai berikut : Misalkan x ik adalah banyaknya unit sampling pada network ke k di dalam unit primer i, Bk adalah himpunan unit primer yang beririsan dengan network ke k, g k adalah banyaknya anggota himpunan Bk , Cik adalah kejadian bahwa paling sedikit satu unit sampling dari network ke k yang ada pada unit primer i, terpilih sebagai sampel awal, C k adalah kejadian bahwa paling sedikit satu unit sampling pada network ke k terpilih sebagai sampel awal, maka :
Ck
C
ik
i Bk
sehingga
k Pr(Ck ) Pr( Cik ) i Bk
Pr(C
i Bk
ik
) Pr(Cik Ci ' k ) ... ( 1)gk 1 Pr( Cik ) i
i 'i
i Bk
Akan dicari terlebih dahulu bentuk dari Pr( Cik ) . Misalkan s1 adalah i Bk
himpunan dari unit primer yang terpilih sebagai sampel pada tahap pertama. Jika, diberikan s1 kejadian Cik saling bebas, maka
Pr( Cik ) Pr Cik | S1 .Pr(S1 ) S1 i Bk iBk Pr(S1 ). Pr Cik | S1 S1 Bk i Bk
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
56
M Karena Pr(S1 ) 1 dan ada sebanyak m
M gk cara bagi unit primer m gk
i Bk untuk berada dalam sampel, maka
M Pr( Cik ) 1 . Pr Cik | S1 i Bk m S1 Bk iBk M gk m gk Pr Cik | S1 M iBk m
Sementara Pr Cik | S1 dapat diartikan pula sebagai probabilitas network ke k pada unit primer i terpilih sebagai sampel, maka untuk mencari bentuk Pr Cik | S1 dapat dilakukan cara yang sama seperti (2.4.2), sehingga
Ni xik M gk m gk ni Pr( Cik ) 1 N M iBk i Bk i m n i
Dengan cara yang sama seperti diatas, Pr(Cik Ci ' k ) dapat ditentukan, yaitu :
M 2 Ada sebanyak cara bagi unit primer i dan i’ untuk berada dalam m 2 sampel, sehingga
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
57
Pr(Cik Ci ' k ) Pr Cik Ci ' k | S1 .Pr(S1 ) S1
Pr(S1 ). Pr Cik Ci ' k | S1 S1 i ,i '
M 1 . Pr Cik | S1 .Pr Ci ' k | S1 m S1 i ,i ' M 2 M .Pr Cik | S1 .Pr Ci ' k | S1 m 2 m
m(m 1) Ni xik Ni Ni ' xi ' k Ni ' . 1 1 M (M 1) ni ni ni ' ni '
M 1 Begitupun untuk mencari bentuk Pr(Cik ) . Karena ada sebanyak cara m 1 bagi unit primer i untuk berada dalam sampel, maka
Pr(Cik ) Pr Cik | S1 .Pr(S1 ) S1
Pr(S1 ). Pr Cik | S1 S1 i
M 1 . Pr Cik | S1 m S1 i M 1 M .Pr Cik | S1 m 1 m
m Ni xik Ni . 1 M ni ni
Dengan demikian,
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
58
k
Pr(C
ik
i Bk
) Pr(Cik Ci ' k ) ... ( 1)gk 1 Pr( Cik ) i
i ' i
i Bk
Ni xik Ni xik Ni ' xi ' k m ni m(m 1) ni ni ' 1 1 1 ... Ni i i 'i M (M 1) Ni Ni ' i Bk M ni ni ni ' Ni xik ni g k 1 m m 1 ...( m g k 1) ( 1) 1 N M M 1 ...(M g k 1) iBk i n i
(3.1.4)
Selanjutnya akan dicari bentuk kk ' yaitu probabilitas network ke k dan ke k’ terpilih sebagai sampel. Misalkan Ckk ' adalah kejadian bahwa paling tidak satu unit sampling di dalam network ke k dan ke k’ yang ada di dalam unit primer i, terpilih sebagai sampel awal. Karena Ck
C
ik
, maka
i Bk
Ckk ' Cik Cik ' iBk iBk ' Sehingga iB k
iBk '
kk ' Pr Cik Cik ' Pr Cik Pr Cik ' Pr Cik Cik ' iB iB iB i Bk ' k k' k k k ' Pr Cik Cik ' iB iBk ' k
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
59
Sementara Cik Cik ' Cikk ' , yaitu kejadian bahwa paling tidak iBk iBk ' i Bkk ' satu unit sampling dari network ke k atau ke k’ yang ada di dalam unit primer
i, terpilih sebagai sampel awal. Untuk mencari Pr Cikk ' , dapat iBkk ' digunakan cara yang sama ketika mencari Pr( Cik ) , yaitu i Bk
Pr Cikk ' Pr(Cikk ' ) Pr(Cikk ' Ci ' kk ' ) ... ( 1)gkk ' 1 Pr( Cikk ' ) i i ' i i Bkk ' iBkk ' iBkk ' dimana Bkk ' adalah himpunan unit primer yang beririsan dengan network ke k atau ke k’, dan g kk ' adalah banyaknya anggota himpunan Bkk ' . Oleh karena
itu, bentuk Pr Cikk ' , sama seperti bentuk (3.1.4), dengan x ik diubah iBkk ' menjadi xik xik ' , sehingga diperoleh Ni ( xik xik ' ) ni m Pr Cikk ' 1 iB iB M Ni kk ' kk ' ni Ni ( xik xik ' ) Ni ' ( xik xik ' ) ni ni ' m(m 1) ... 1 1 Ni Ni ' i i ' i M (M 1) ni ni ' Ni ( xik xik ' ) ni g kk ' 1 m m 1 ...( m g kk ' 1) ( 1) 1 M M 1 ...(M g kk ' 1) iBkk ' Ni ni
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
60
Akhirnya diperoleh bentuk kk ' sebagai berikut :
kk '
Ni ( xik xik ' ) ni m k k ' 1 N M i iBkk ' ni Ni ( xik xik ' ) Ni ' ( xik xik ' ) ni ni ' m(m 1) ... 1 1 N N i i' i i ' i M (M 1) ni ni ' Ni ( xik xik ' ) ni g kk ' 1 m m 1 ...( m g kk ' 1) ( 1) 1 (3.1.5) M M 1 ...(M g kk ' 1) iBkk ' Ni ni
Meskipun bentuk k dan kk ' sangat rumit, tetapi g k dan g kk ' biasanya kecil sehingga hanya beberapa suku yang dibutuhkan dalam perhitungan.
3.1.2 Penaksiran Mean Dan Total Populasi Dengan Taksiran HansenHurwitz
Misalkan y ij adalah total pengukuran pada unit sampling j di dalam unit primer i, pi adalah probabilitas unit primer ke i terpilih sebagai sampel dan pii ' adalah probabilitas unit primer ke i dan i’ terpilih sebagai sampel. Didefinisikan Aij yaitu network yang dibangun oleh unit sampling ke j dalam unit primer i, dan Aijl yaitu bagian dari network Aij yang ada di dalam unit
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
61
primer l. Misalkan fijl adalah banyaknya unit sampling pada sampel awal yang ada di network Aijl dan aijl adalah banyaknya unit sampling pada network Aijl . Dengan demikian, banyaknya sampel awal pada network Aij M
adalah fij . fijl . Taksiran Hansen-Hurwitz untuk mean adalah l 1
1 m ni y ij N i 1 j 1 E [fij . ]
(3.1.6)
Bentuk E[fij . ] dapat dicari sebagai berikut : Misalkan zl adalah variabel indikator, yaitu
1, jika unit primer ke l terpilih sebagai sampel zl 0, jika unit primer ke l tidak terpilih sebagai sampel dimana Pr( zl 1) pl . Jadi, apabila unit primer ke l tidak terpilih sebagai sampel maka fijl 0 , dan apabila unit primer ke l terpilih sebagai sampel maka fijl Hyper (Nl , aijl , nl ) dengan E[fijl | zl 1] nl aijl Nl , sehingga M
E [fij . ] E [fijl ] l 1 M
E [E [fijl | zl ]] l 1
E [fijl | zl 0].Pr[ zl 0] E [fijl | zl 1].Pr[ zl 1] M
l 1 M
E [fijl | zl 1].Pr[ zl 1] l 1 M
nl aijl
l 1
Nl
.pl
M
nl aijl pl Nl l 1
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
62
Nilai E[fij . ] adalah sama untuk setiap unit sampling pada network Aij , maka taksiran mean pada (3.1.6) dapat pula ditulis sebagai
1 m ni 1 y i ' j ' N i 1 j 1 E [fij . ] ( i ', j ')Aij
1 m ni Yij N i 1 j 1 E [fij . ]
(3.1.7)
dimana Yij adalah total pengukuran pada network Aij . Diasumsikan bahwa banyaknya unit sampling pada unit primer i adalah sama, dan banyaknya unit sampling yang terpilih sebagai sampel awal pada masing-masing unit primer juga sama, maka nilai pi dan ni Ni untuk setiap unit primer adalah sama. Oleh karena itu, nilai ekspektasi dari
ni pi Ni
fij . menjadi E [fij . ]
M
a , sehingga taksiran mean pada (3.1.7) dapat
l 1 ijl
ditulis sebagai berikut
1 m ni Yij N i 1 j 1 E [fij . ]
Y Ni 1 m ni Mij N i 1 j 1 aijl pi ni l 1
misalkan w ij Yij Aij dan w i
1 ni
ni
M
Ni 1 N i 1 pi ni m
ni
j 1
Yij
M
a
l 1 ijl
a adalah mean / rata-rata pengukuran dari network
l 1 ijl
w ij adalah taksiran mean pada unit primer ke i, maka
j 1
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
63
1 m Ni N i 1 pi ni
ni
w j 1
ij
1 m Ni w i N i 1 pi
Lalu, karena pemilihan unit primer dilakukan secara SRS tanpa pengembalian, maka pi m M , sehingga bentuk taksiran mean menjadi
1M m Ni w i N m i 1
(3.1.8)
Kemudian, karena w i adalah taksiran mean pada unit primer ke i, maka N i w i adalah taksiran total pada unit primer ke i. Jadi, dengan memisalkan ˆi Ni w i , maka (3.1.8) dapat ditulis sebagai berikut
1M m ˆi N m i 1
(3.1.9)
Taksiran mean pada (3.1.9) sama seperti bentuk taksiran mean pada persamaan (2.2.1) yang ada pada pembahasan Two Stage Sampling. Misalkan Wi j i 1w ij adalah total pada unit primer ke i, Wi Wi Ni N
Ni
(w ij Wi )2
j 1
Ni 1
adalah mean pada unit primer ke i, 2 i
adalah variansi di
dalam unit primer ke i, W . i 1Wi M adalah rata-rata per unit primer, dan M
(Wi W .)2 adalah variansi antar unit primer. M 1 i 1 M
u2
Misalkan s1 adalah himpunan semua unit primer yang terpilih sebagai sampel. Akan ditunjukkan bahwa diberikan himpunan s1 , taksiran mean dan
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
64
total pada unit primer ke i adalah taksiran tak bias untuk mean dan total pada unit primer ke i. Dengan perkataan lain, akan ditunjukkan E[wi | s1] Wi dan E [ˆi | s1] Wi sebagai berikut :
Misalkan zij adalah variabel indikator, yaitu :
1, jika unit sampling ke j pada unit primer ke i terpilih sebagai sampel zij 0, jika unit sampling ke j pada unit primer ke i tidak terpilih sebagai sampel
dimana Pr( zij 1| s1 ) 1 E [w i | s1 ] E ni 1 E ni
w | s ij 1 j 1
ni
Ni
1 ni
Ni
1 ni
Ni
1 ni
Ni
1 ni
Ni
1 Ni
j 1
j 1
j 1
j 1
ni , maka Ni
w z | s ij ij 1 j 1
w ij E [ zij | s1] w ij .0.Pr( zij 0 | s1 ) 1.Pr( zij 1| s1) w ij .1.Pr( zij 1| s1 ) w ij .
Ni j 1
ni Ni
w ij
Wi Ni Wi E[ˆi | s1] E[Ni w i | s1] Ni E[w i | s1] NiWi Wi Kemudian, akan
ditunjukkan bahwa adalah taksiran tak bias untuk mean populasi. Misalkan zi adalah variabel indikator, yaitu :
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
65
1, jika unit primer ke i terpilih sebagai sampel zi 0, jika unit primer ke i tidak terpilih sebagai sampel dimana Pr( zi 1)
n , sehingga N
E [ ] E [E [ | s1 ]] 1 M m E E ˆi | s1 N m i 1 1 M m E E [ˆi | s1 ] N m i 1 1 E N 1 E N
M m Wi m i 1 M M Wi zi m i 1
1M M Wi E [zi ] N m i 1
1M M Wi 0.Pr( zi 0) 1.Pr( zi 1) N m i 1
1M M Wi 1.Pr( zi 1) N m i 1
1M M m Wi N m i 1 M
1 M Wi N i 1
N
(3.1.10)
Jadi, adalah taksiran tak bias untuk mean populasi Selanjutnya, berdasarkan persamaan (3.1.9), variansi dari dapat dicari dengan menggunakan dekomposisi sebagai berikut var[ ] var[E ( | s1 )] E [var( | s1 )]
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
66
bentuk pertama dari dekomposisi variansi dapat dicari sebagai berikut : M m var[E ( | s1 )] var E ˆi | s1 Nm i 1 m M var E [ˆi | s1] Nm i 1 M m var Wi Nm i 1 M2 1 m 2 var Wi N m i 1 M2 var W N2 M 2 M m u2 2 . N M m
u2 1 2 M (M m ) N m sedangkan bentuk kedua dari dekomposisi variansi dapat dicari sebagai berikut : M m E [var( | s1 )] E var ˆi | s1 Nm i 1 M 2 m E var[ˆi | s1] Nm i 1 M 2 m i2 E N ( N n ) i i i ni Nm i 1 M 2 M i2 E N ( N n ) .zi i i i ni Nm i 1
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
67
M Nm
2 M
M Nm
2 M
Ni (Ni ni ) i 1
Ni (Ni ni ) i 1
i2 ni
.E [zi ]
i2 m . ni M
i2 1 M M 2 Ni (Ni ni ) N m i 1 ni Jadi, variansi dari adalah
var[ ]
u2 1 M M i2 1 M (M m ) Ni (Ni ni ) n N2 m N 2 m i 1 i
(3.1.11)
karena bentuk (3.1.11) sama seperti (2.2.3) pada yang ada pada pembahasan two stage sampling, maka bentuk taksirannya juga sama seperti (2.2.4), yaitu :
su2 si2 1 1 M m var[ ] 2 M(M m) 2 Ni (Ni ni ) N m N m i 1 ni dimana su2
(3.1.12)
2 2 1 m m 1 ni 2 N w N w m , dan s w ij w i , i i i i 1 i i m 1 i 1 ni 1 j 1
untuk i= 1, 2,…,m. Dengan cara yang sama seperti pada pembahasan two stage sampling, dapat dibuktikan bahwa taksiran variansi pada (3.1.12) ]] var[ ] . adalah taksiran takbias untuk (3.1.11) atau E [var[
Selanjutnya, taksiran Hansen-Hurwitz untuk total adalah
N. M m Ni w i m i 1
M m ˆi m i 1
sedangkan variansi dan taksiran variansi dari taksiran total tersebut adalah
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
68
var[ ] var[N. ] M (M m )
u2 m
i2 M M N ( N n ) i i i n m i 1 i
] var[ N. ] var[ M (M m )
su2 M m s2 Ni (Ni ni ) i m m i 1 ni
dengan mnggunakan cara yang sama seperti pada taksiran mean, dapat dibuktikan bahwa taksiran total dan taksiran variansi tersebut adalah taksiran tak bias untuk total dan variansi.
3.2 Skema Nonoverlapping
Pada skema nonoverlapping, proses penambahan sampel tidak diperbolehkan melewati batas unit primer. Dengan demikian, proses penambahan sampel berhenti ketika tidak ada lagi unit sampling yang bertetanggaan dengan sampel yang memenuhi kondisi C dan juga ketika penambahan sampel telah mencapai batas unit primer.
3.2.1 Penaksiran Mean Dan Total Populasi Dengan Taksiran HorvitzThompson
Misalkan N adalah banyaknya unit sampling pada populasi, K i adalah banyaknya network pada unit primer i, i adalah banyaknya network pada
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
69
unit primer i yang terpilih sebagai sampel, ik* adalah total pengukuran pada network k di dalam unit primer i pada populasi, y ik* adalah total pengukuran pada network k di dalam unit primer i pada sampel, ik adalah probabilitas i
network k pada unit primer i terpilih sebagai sampel, dan ˆi y ik* ik adalah k 1
taksiran total pada unit primer i, maka taksiran Horvitz-Thompson untuk mean adalah
ˆ1
M m i y ik* Nm i 1 k 1 ik M m ˆi Nm i 1
(3.2.1)
Dengan menggunakan cara yang sama seperti pada (2.4.2), akan diperoleh bentuk ik sebagai berikut
N xik Ni ik 1 pik 1 i ni ni
(3.2.2)
Kemudian, akan ditunjukkan bahwa ˆi adalah taksiran tak bias untuk total pada unit primer i. Misalkan s1 adalah himpunan unit primer dalam sampel, zik adalah variabel indikator, yaitu
1, jika network j pada unit primer i terpilih sebagai sampel zik 0, jika network j pada unit primer i tidak terpilih sebagai sampel dimana Pr( zik 1| s1 ) ik , maka
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
70
i y * E [ˆi | s1 ] E ik | s1 k 1 ik Ki * z E ik ik | s1 k 1 ik
ik* .E [ zik | s1] k 1 ik Ki
ik* .0.Pr( zik 0 | s1 ) 1.Pr( zik 1| s1) k 1 ik Ki
ik* .1.Pr( zik 1| s1 ) k 1 ik Ki
ik* . ik k 1 ik Ki
Ki
ik* k 1
i Jadi, ˆi adalah taksiran tak bias untuk i (total pada unit primer i). Kemudian, akan akan ditunukkan bahwa ˆ1 adalah taksiran tak bias untuk mean populasi. Misalkan zi adalah variabel indikator, yaitu
1, jika unit primer ke i terpilih sebagai sampel zi 0, jika unit primer ke i tidak terpilih sebagai sampel dimana Pr( zi 1)
m , maka M
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
71
E [ ˆ1 ] E [E [ ˆ1 | s1 ]] M m E E ˆi | s1 Nm i 1 m M E E [ˆi | s1 ] Nm i 1 M m E i Nm i 1 M M E i zi Nm i 1
M M i E [zi ] Nm i 1
M M m i. Nm i 1 M
1 M i N i 1
Jadi, ˆ1 merupakan taksiran tak bias untuk mean populasi. Untuk mencari variansi dari ˆ1 , sebelumnya akan dijelaskan dahulu i
* mengenai variansi dari ˆi y ik ik , atau variansi dari network pada unit k 1
primer i, yaitu : Berdasarkan (2.4.4) dan (2.4.5), diperoleh var[ zik | s1 ] ik (1 ik ) dan cov[( zik , zik ' ) | s1] ikk ' ik ik ' , sehingga
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
72
i y * var[ˆi | s1 ] var ik | s1 k 1 ik Ki * z var ik ik | s1 k 1 ik 2
Ki * * * ik var[ zik | s1] ik ik ' cov[( zik , zik ' ) | s1] k 1 ik k 1 k ' k ik ik ' Ki
2
Ki * ik ik ' ik ik (1 ik ) ik* ik* ' ikk ' ik ik ' k 1 ik k 1 k ' k Ki Ki 1 ik * * ikk ' ik ik ' ( ik* )2 ik ik ' ik ik ' k 1 ik k 1 k ' k Ki
Ki Ki ik ik ' ik* ik* ' ikk ' ik ik ' k 1 k ' 1
Dengan demikian, variansi dari ˆ1 dapat ditentukan sebagai berikut
var[ ˆ1 ] var[E ( ˆ1 | s1 )] E [var( ˆ1 | s1 )] M m i y ik* M m i y ik* var E | s E var | s1 1 Nm i 1 k 1 ik Nm i 1 k 1 ik M m Ki ik* zik M m var E | s1 E var ˆi | s1 Nm i 1 Nm i 1 k 1 ik M 2 m M m Ki ik* var E [ z | s ] E var ˆ | s ik 1 i 1 Nm i 1 Nm i 1 k 1 ik M 2 m Ki Ki ikk ' ik ik ' * * M m Ki ik* var . ik E Nm ik ik ' ik ik ' i 1 k 1 k ' 1 Nm i 1 k 1 ik M 2 M Ki Ki ikk ' ik ik ' * * M m Ki * var E ik ik ' .zi ik Nm Nm i 1 k 1 i 1 k 1 k ' 1 ik ik ' M m M var i Nm i 1 Nm 2
2 M
Ki Ki ikk ' ik ik ' * * .E [ zi ] ik ik ' ik ik ' i 1 k 1 k ' 1
1 m M M var i N m i 1 Nm
2 M
Ki Ki ikk ' ik ik ' * * m . ik ik ' ik ik ' M i 1 k 1 k ' 1
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
73
2
2 1 M M Ki Ki ikk ' ik ik ' M M m u 2 N M m N m i 1 k 1 k '1 ik ik '
* * ik ik '
u2 1 1 M M Ki Ki ikk ' ik ik ' * * 2 M (M m ) ik ik ' N m N 2 m i 1 k 1 k '1 ik ik ' Dengan demikian
var[ ˆ1 ]
u2 1 M M Ki Ki ikk ' ik ik ' * * 1 M ( M m ) ik ik ' N2 m N 2 m i 1 k 1 k '1 ik ik '
( i )2 1 M adalah variansi antar unit primer dan i M 1 M i 1 i 1 M
2 dimana u
adalah rata-rata antar unit primer. Dengan memisalkan
Ki Ki ik ik ' * * Vi ikk ' ik ik ' , variansi tersebut dapat ditulis sebagai berikut k 1 k '1 ik ik '
var[ ˆ1 ]
u2 1 M M 1 M ( M m ) Vi N2 m N 2 m i 1
Taksiran dari variansi tersebut adalah 2 m ˆ ] 1 M (M m ) su 1 M V i var[ 1 N2 m N 2 m i 1
m
dimana s 2 u
i 1
(ˆi i 1ˆi m)2 m
m 1
(3.2.3)
i i ik ik ' * * dan V i ikk ' y ik y ik ' . k 1 k ' 1 ikk ' ik ik '
Selanjutnya, dengan menggunakan cara yang sama seperti pada (2.4.8), akan diperoleh bentuk ikk ' sebagai berikut
N xik Ni xik ' Ni xik xik ' Ni ikk ' 1 i ni ni ni ni
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
(3.2.4)
74
ˆ ] adalah taksiran tak bias Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa var[ 1
untuk var[ ˆ1 ] , yaitu : ˆ ]] E [E (var[ ˆ ] | s )] E [var[ 1 1 1 1 s2 1 M m i i ik ik ' * * E E 2 M (M m ) u 2 ikk ' y ik y ik ' | s1 m N m i 1 k 1 k '1 ikk ' ik ik ' N 1 1 M m i i ik ik ' * * s2 E E 2 M (M m ) u | s1 E 2 ikk ' y ik y ik ' | s1 N m i 1 k 1 k '1 ikk ' ik ik ' m N 1 M m i i * * 1 s2 ik ik ' E E 2 M (M m ) u | s1 E E 2 ikk ' y ik y ik ' | s1 m N m i 1 k 1 k '1 ikk ' ik ik ' N
2 1 M (M m ) m m E E ˆ ˆ m | s1 i i 1 i 2 N (m 1)m i 1 (*) (I)
1 M m i i ikk ' ik ik ' * * E E y y | s ik ik ' 1 N 2 m i 1 k 1 k '1 ikk ' ik ik ' (II)
Ada dua bagian yang akan dicari, pada bagian pertama (I) akan dicari dahulu bentuk (*) yaitu
m m E E ˆi i 1ˆi m i 1
2
m | s1 E E ˆi2 2ˆi i 1
m
ˆ m
i 1 i
m
ˆ m | s1
i 1 i
2
m 1 m m 1 m E E ˆi2 2 ˆi ˆi m ˆi i 1 m i 1 i 1 m i 1
2
| s1
2 2 m 1 m 1 m E E ˆi2 2 ˆi ˆi | s1 m i 1 m i 1 i 1 2 m 1 m E E ˆi2 ˆi | s1 m i 1 i 1 2 m 1 m 2 E E2 ˆi | s1 E ˆi | s1 i 1 m i 1
1 m 2 m 2 E E ˆi | s1 E E ˆi | s1 m i 1 i 1 (a)
(b)
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
75
bentuk (a) dan (b) dapat dicari sebagai berikut : (a) m m E E ˆi2 | s1 E E ˆi2 | s1 i 1 i 1 m 2 E E [ˆi | s1 ] var[ˆi | s1 ] i 1
Ki Ki m ik ik ' E i2 ik* ik* ' ikk ' k 1 k ' 1 i 1 ik ik '
m Ki Ki ik ik ' m E i2 E ik* ik* ' ikk ' i 1 i 1 k 1 k '1 ik ik ' M Ki Ki * * ikk ' ik ik ' M 2 E i zi E ik ik ' .zi i 1 ik ik ' i 1 k 1 k '1
m M 2 m M Ki Ki * * ikk ' ik ik ' ik ik ' i M M i 1 i 1 k 1 k '1 ik ik '
(b)
var
1 m m 1 E E ( i 1ˆi )2 | s1 E E i 1ˆi | s1 m m
ˆ | s1 2 m i 1 var[ˆi | s1 ] 2
m
i 1 i
m 1 E i 1 E ˆi | s1 m K K 1 2 m m i i * * ikk ' ik ik ' E i 1 i i 1 ik ik ' m ik ik ' k 1 k '1 2 1 m Ki Ki * * ikk ' ik ik ' E mˆ i 1 ik ik ' m ik ik ' k 1 k '1
mE[ˆ 2 ]
1 m Ki Ki * * ikk ' ik ik ' E ik ik ' m i 1 k 1 k '1 ik ik '
m E[ˆ] var[ˆ] 2
1 M Ki Ki * * ikk ' ik ik ' E ik ik ' .zi m i 1 k 1 k '1 ik ik '
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
76
2 2 1 M M m u m E[ i 1 i zi ] m M m ik ik ' 1 M Ki Ki i 1 ik* ik* ' ikk ' .E zi m ik ik ' k 1 k '1
1 M 2 M m u2 m i 1 i M M m
1 M Ki Ki * * ikk ' ik ik ' ik ik ' M i 1 k 1 k '1 ik ik '
m
2
K K M m 2 1 M i i * * ikk ' ik ik ' u M i 1 ik ik ' M k 1 k '1 ik ik '
sehingga (*) menjadi
2 m m E E ˆi i 1ˆi m | s1 i 1 m 2 m 1 E E [ˆi2 | s1] E E i 1ˆi | s1 m i 1 m M ik ik ' m M Ki Ki i2 ik* ik* ' ikk ' M i 1 k 1 k '1 ik ik ' M i 1
m
2
K K M m 2 1 M i i * * ikk ' ik ik ' u i 1 ik ik ' M M ik ik ' k 1 k '1
m M i2 m M i 1
2
K K M m 2 m M i i * * ikk ' ik ik ' u M ik ik ' M i 1 k 1 k '1 ik ik '
1 M Ki Ki * * ikk ' ik ik ' ik ik ' M i 1 k 1 j 1 ik ik '
m M 2 i M M i 1
2
m 2 1 M u
(m 1) M Ki Ki * * ikk ' ik ik ' ik ik ' M i 1 k 1 k '1 ik ik '
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
77
m M 1 M m . . ( i )2 u2 u2 M M 1 i 1 M
(m 1) M Ki Ki * * ikk ' ik ik ' ik ik ' M i 1 k 1 k '1 ik ik '
m m (m 1) M Ki Ki * * ikk ' ik ik ' .( M 1) u2 u2 u2 ik ik ' M M M i 1 k 1 k '1 ik ik '
m u2
m 2 m (m 1) M Ki Ki * * ikk ' ik ik ' u u2 u2 ik ik ' M M M i 1 k 1 k '1 ik ik '
(m 1) M Ki Ki * * ikk ' ik ik ' m ik ik ' M i 1 k 1 k '1 ik ik ' 2 u
2 u
(m 1) M Ki Ki * * ikk ' ik ik ' ( m 1) ik ik ' M i 1 k 1 k '1 ik ik ' 2 u
ik ik ' 1 M Ki Ki ( m 1) u2 ik* ik* ' ikk ' M i 1 k 1 k '1 ik ik '
maka bentuk (I) adalah
1 M (M m ) m m E E ˆi i 1ˆi m 2 N (m 1)m i 1
2
| s1
2 1 M Ki Ki * * ikk ' ik ik ' 1 M (M m ) .( m 1) u ik ik ' N 2 (m 1)m M i 1 k 1 k '1 ik ik '
u2 1 M m M Ki Ki * * ikk ' ik ik ' 1 M ( M m ) ik ik ' N2 m N2 m i 1 ik ik ' k 1 k '1
Selanjutnya akan dicari bentuk kedua (II) yaitu :
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
78
1 M m i i ikk ' ik ik ' * * E E y y | s ik ik ' 1 N 2 m i 1 k 1 k '1 ikk ' ik ik '
1 M m Ki Ki ikk ' ik ik ' * * E E ik ik ' .zik zik ' | s1 2 N m i 1 k 1 k '1 ikk ' ik ik '
1 M m Ki Ki ikk ' ik ik ' * * E ik ik ' .E [ zik zik ' | s1 ] 2 N m i 1 k 1 k '1 ikk ' ik ik '
1 M m Ki Ki ikk ' ik ik ' * * E . ik ik ' ikk ' N 2 m i 1 k 1 k '1 ikk ' ik ik '
1 M M Ki Ki ikk ' ik ik ' * * E ik ik ' .zi N 2 m i 1 k 1 k '1 ik ik
1 M M Ki Ki ikk ' ik ik ' * * ik ik ' .E [ zi ] N 2 m i 1 k 1 k '1 ik ik '
1 M M Ki Ki ikk ' ik ik ' * * m ik ik ' . N 2 m i 1 k 1 k '1 ik ik ' M
1 N2
Ki Ki ikk ' ik ik ' * * ik ik ' ik ik ' i 1 k 1 k ' 1 M
maka, 2 Ki Ki M ik ik ' ˆ ]] 1 M (M m ) u 1 M m E [var[ ik* ik* ' ikk ' 1 2 2 N m N m i 1 ik ik ' k 1 k '1
1 2 N
K K i i * * ikk ' ik ik ' ik ik ' i 1 k 1 k '1 ik ik ' M
u2 1 M M Ki Ki * * ikk ' ik ik ' 1 2 M (M m ) 1 ik ik ' N m N 2 m i 1 k 1 k '1 ik ik ' 1 2 N
Ki Ki * * ikk ' ik ik ' ik ik ' i 1 k 1 k '1 ik ik ' M
u2 1 M M Ki Ki * * ikk ' ik ik ' 1 M ( M m ) ik ik ' N2 m N 2 m i 1 k 1 k '1 ik ik '
var[ ˆ1]
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
79
ˆ ]] var[ ˆ ] maka var[ ˆ ] merupakan taksiran tak bias Jadi, karena E[var[ 1 1 1
untuk var[ ˆ1 ] . Selanjutnya, taksiran Horvitz-Thompson untuk total adalah
ˆ1
M m i y ik* m i 1 k 1 ik M m ˆi m i 1
sedangkan variansi dan taksiran variansu untuk taksiran total tersebut adalah var[ˆ1 ] var[N.ˆ1] M M Ki Ki ikk ' ik ik ' * * M (M m ) ik ik ' m m i 1 k 1 k '1 ik ik '
u2
ˆ ] var[ N.ˆ ] var[ 1 1 M (M m )
su2 M m i i ikk ' ik ik ' * * y ik y ik ' m m i 1 k 1 k '1 ikk ' ik ik '
Dengan menggunakan cara yang sama seperti pada taksiran mean, dapat ditunjukkan bahwa taksiran total dan taksiran variansi tersebut adalah taksiran tak bias untuk total dan variansi dari taksiran total.
3.2.2 Penaksiran Mean Dan Total Populasi Dengan Taksiran HansenHurwitz
Misalkan y ij adalah total pengukuran pada unit sampling j di dalam unit primer i, aij adalah banyaknya unit sampling pada network Aij , fij adalah
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
80
banyaknya sampel awal pada network Aij , pi adalah probabilitas unit primer ke i terpilih sebagai sampel, dan pij adalah probabilitas unit primer ke i dan j terpilih sebagai sampel. Taksiran Hansen-Hurwitz untuk mean didefinisikan sebagai berikut
1
1 m ni y ij N i 1 j 1 E [fij ]
(3.2.5)
Bentuk E [fij ] dapat dicari sebagai berikut : Misalkan zi adalah variabel indikator, yaitu
1, jika unit primer ke i terpilih sebagai sampel zi 0, jika unit primer ke i tidak terpilih sebagai sampel dimana Pr( zi 1) pi . Jadi, apabila unit primer ke i tidak terpilih sebagai sampel maka fij 0 , dan apabila unit primer ke i terpilih sebagai sampel maka fij Hyper (Ni , aij , ni ) dengan E [fij | zi 1]
ni aij Ni
sehingga
E [fij ] E [E [fij | zi ]] E [fij | zi 0].Pr[ zi 0] E [fij | zi 1].Pr[ zi 1] E [fij | zi 1].Pr[ zi 1]
ni aij Ni
.pi
ni aij pi Ni Nilai E [fij ] adalah sama untuk setiap unit pada network Aij , maka taksiran mean pada (3.2.5) dapat pula ditulis sebagai
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
81
1
1 m ni 1 y i ' j ' N i 1 j 1 E [fij ] ( i ', j ')Aij 1 m ni Yij N i 1 j 1 E [fij ]
(3.2.6)
dimana Yij adalah total pengukuran pada network Aij . Misalkan w ij# Yij aij adalah mean dari network Aij , dan
w i#
1 ni
ni
w ij# adalah taksiran mean pada unit primer ke i. Lalu, karena
j 1
E[fij ] ni aij pi Ni maka taksiran mean pada (3.2.6) dapat ditulis sebagai
1
1 m ni Yij N i 1 j 1 E [fij ] 1 m ni Yij Ni N i 1 j 1 aij ni pi
1 m N i N i 1 pi ni
ni
j 1
Ni 1 1 N i 1 pi ni
Ni # 1 wi N i 1 pi
m
Yij
a
ij
ni
w j 1
# ij
m
karena pemilihan unit primer dilakukan secara SRS tanpa pengembalian, maka pi m M , sehingga
1
1M m Ni w i# N m i 1
(3.2.7)
Cara yang sama seperti (3.1.10) dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa
1 adalah taksiran tak bias untuk mean populasi.
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
82
Pada dasarnya, bentuk modifikasi taksiran Hansen-Hurwitz pada skema overlapping dan skema nonoverlapping adalah sama, tetapi pada skema nonoverlapping, network dibatasi oleh batas unit primer. Hal ini terlihat pada taksiran mean pada (3.1.8) dan (3.2.7), akan tetapi pada (3.1.8) simbol yang digunakan adalah w i , sedangkan pada (3.2.7) digunakan simbol w i# . Oleh karena bentuk taksiran mean pada (3.2.7) sama seperti (3.1.8),
maka bentuk variansi dan taksiran variansi dari (3.2.7) adalah sama seperti bentuk variansi dan taksiran variansi pada (3.1.11) dan (3.1.12), yaitu
u2 1 M M i2 1 M ( M m ) N ( N n ) i i i n N2 m N 2 m i 1 i
(3.2.8)
su2 si2 1 1 M m var[ 1] 2 M (M m) 2 Ni (Ni ni ) N m N m i 1 ni
(3.2.9)
var[ 1]
dimana su2
2 2 1 m m 1 ni # # 2 N w N w m , dan s w ij# w i# , i i i i 1 i i m 1 i 1 ni 1 j 1
untuk i= 1, 2,…,m. Untuk membuktikan bahwa taksiran variansi pada (3.2.9) adalah taksiran tak bias untuk (3.2.8), cara yang sama seperti pada skema overlapping dapat digunakan. Selanjutnya, taksiran Hansen-Hurwitz untuk total adalah
1 N.1 M m Ni w i# m i 1
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
83
sedangkan variansi dan taksiran variansi dari taksiran total tersebut adalah
var[1] var[N.1]
u2
i2 M M M (M m ) Ni (Ni ni ) m m i 1 ni ] var[ N. ] var[ 1
1
M (M m )
su2 M m s2 N i (N i n i ) i m m i 1 ni
Dengan cara yang sama seperti pada taksiran mean, taksiran total dan taksiran variansi tersebut adalah taksiran tak bias untuk total dan variansi dari taksiran total.
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
BAB IV CONTOH PENERAPAN METODE TWO STAGE ADAPTIVE CLUSTER SAMPLING
Pada pembahasan ini, akan dijelaskan suatu contoh penggunaan metode two stage adaptive cluster sampling untuk menaksir rata-rata berat jamur (dalam kg) per 100 meter persegi dan total berat jamur disuatu hutan. Jamur tersebut hidup berkelompok dan cukup sulit ditemukan. Misalkan hutan tersebut mempunyai luas 22.500 meter persegi dan dibagi menjadi sembilan unit primer, dimana masing-masing unit primer dibagi menjadi unit sampling sebanyak 25 unit, dengan masing-masing unit sampling seluas 100 meter persegi. Misalkan pada tahap pertama, dipilih empat unit primer sebagai sampel. Pada masing-masing unit primer, dipilih tiga unit sampling sebagai sampel awal. Dengan demikian, dalam contoh ini diperoleh M 9, Ni 25,
N 225, m 4, dan ni 3 . Dalam contoh ini, akan digunakan kondisi C {y j | y j 0, j 1,2,..., N } . Selanjutnya setiap unit sampling yang terpilih
sebagai sampel awal tersebut diperiksa apakah memenuhi kondisi C atau tidak. Kedua skema (skema overlapping dan skema nonoverlapping) akan diterapkan dalam contoh ini dan juga kedua jenis taksiran (Horvitz-Thompson
84 Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
85
dan Hansen-Hurwitz) akan digunakan untuk menaksir mean dan total populasi. 4.1 Skema Overlapping
Dengan menggunakan skema overlapping, sampel yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar (4.1). Pada Gambar (4.1), unit primernya adalah kotak persegi yang dicetak tebal dan masing-masing unit primer diberi nomor pada pojok kanan unit primer. Sementara kota-kotak persegi sebanyak 225 menunjukkan unit sampling dengan angka-angka pada unit sampling menunjukkan total pengukuran pada unit sampling tersebut.
Gambar 4.1. Sampel Dengan Skema Overlapping Keterangan : : unit sampling yang terpilih sebagai sampel awal Berdasarkan Gambar 4.1, terlihat bahwa sampel yang diperoleh sebanyak 12 buah network. Dari 12 network pada sampel, ada sebuah
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
86
network berukuran 14, satu network berukuran 10, satu network berukuran 4, dan sembilan network berukuran satu. Masing-masing total pengukurannya * adalah y1* 300 , y 2* 180, y 3* 178 , dan y 4* y 5* ... y12 0 . Kemudian,
akan dicari taksiran Horvitz-Thompson dan Hansen-Hurwitz untuk mean dan total.
4.1.1 Taksiran Mean Dan Total Dengan Taksiran Horvitz-Thompson
Telah disebutkan bahwa x ik adalah banyaknya unit sampling pada network ke k di dalam unit primer i, Bk himpunan unit primer yang beririsan dengan network ke k, dan g k adalah banyaknya unit primer yang beririsan dengan network ke k. Dengan demikian, x11 11, x41 3, x52 10, x93 4 B1 {1,4}, B2 {5}, B3 {9}
(4.1.1)
g1 2, g 2 1, g3 1
Selanjutnya akan dicari 1 , 2 , dan 3 , sebagai berikut : Telah disebutkan bahwa Cik adalah kejadian bahwa salah satu unit sampling dari network ke k yang ada pada unit primer i, terpilih sebagai sampel awal. Kemudian, karena keadaan (4.1.1), maka berdasarkan bentuk (3.1.4), nilai 1 , 2 , dan 3 dapat diperoleh sebagai berikut :
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
87
1 Pr(C11 C41 ) Pr(C11 ) Pr(C41 ) Pr(C11 C41 )
4 25 11 25 4 25 3 25 . 1 . 1 9 3 3 9 3 3
4.3 25 11 25 25 3 25 . 1 . 1 9.8 3 3 3 3 0.47461 2 Pr(C52 )
4 25 10 25 . 1 9 3 3 0.35652 3 Pr(C92 )
4 25 4 25 . 1 9 3 3 0.18744
Dengan demikian, taksiran Horvitz-Thompson untuk mean dan total dapat diperoleh yaitu
ˆ
1 3 y k* 225 k 1 k
1 300 180 178 225 0,47461 0,35652 0,18744 9,27385 ˆ N.ˆ 2086,62
Jadi, rata-rata berat jamur adalah 9,27385 kg per 100 meter persegi, sedangkan total berat jamur pada hutan tersebut adalah 2086,62 kg. Berikutnya akan dicari taksiran variansi dari taksiran mean tersebut. Sebelumnya, akan dicari dahulu nilai 12 , 13 , dan 23 sebagai berikut :
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
88
Telah disebutkan bahwa Bkk ' adalah himpunan unit primer yang beririsan dengan network ke k atau network ke k’, g kk ' adalah banyaknya unit primer yang beririsan dengan network ke k atau network ke k’, dan xikk ' xik xik ' adalah banyaknya unit sampling pada unit primer i yang beririsan dengan network ke k atau network ke k’. Dengan demikian,
B12 {1,4,5}, B13 {1,4,9}, B23 {5,9} g12 3, g13 3, g 23 2 x112 11, x412 3, x512 10
(4.1.2)
x113 11, x413 3, x913 4 x523 10, x923 4 Jadi, karena kondisi (4.1.2), maka berdasarkan bentuk (3.1.5), nilai
12 , 13 , dan 23 dapat diperoleh sebagai berikut
12 1 2 m iB12 M
Ni xi 12 1 ni
i
i ' i
Ni ni
m( m 1) Ni xi 12 1 ni M (M 1)
m(m 1)( m 2) N1 x112 1 n1 M (M 1)(M 2)
Ni Ni xi '12 1 ni ni
Ni ni
N1 N4 x 412 1 n4 n1 N x512 . 1 5 n5
N4 n4 N5 n5
12 0.47461 0.35652 { 94 (0.84174 0.33043 0.802174) (0.04636 0.11254 0.044178) 0.010625} 0.14609
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
89
13 1 3 m Ni xi 13 Ni 1 ni iB13 M ni m(m 1) Ni xi 13 1 i i ' i M (M 1) ni
m(m 1)(m 2) N1 x113 1 M (M 1)(M 2) n1
Ni Ni xi '13 1 ni ni
Ni ni
N1 N4 x413 1 n4 n1
N4 n4
N x913 . 1 9 n9
N9 n9
13 0.47461 0.18744 {0.37411 0.14686 0.18744 (0.04636 0.05917 0.02323) 0.00559} 0.07681
23 2 3 m N5 x523 N5 m N9 x923 N9 1 1 n5 M n9 n9 M n5
m(m 1) N5 x523 N5 N9 x923 N9 1 1 M (M 1) n5 n5 n9 n9
23 0.31304 0.18744 {(0.31304 0.18744) 0.04951} 0.056385
sehingga taksiran variansi dari taksiran mean dan taksiran total adalah kk ' - k k ' * * y k y k ' k 1 k ' 1 k k ' kk ' 1 3 3 kk ' - k k ' * * y k y k ' 2252 k 1 k '1 k k ' kk ' 1 209919,0131 164023,7954 732778,79 2252 101005,1609 189983,4187 177574,8051
ˆ] var[
1 2252
12 12
12,60559 ˆ] N 2 .var[ ˆ] 638158,2138 var[
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
90
4.1.2 Taksiran Mean Dan Total Dengan Taksiran Hansen-Hurwitz
Telah dijelaskan bahwa Yij adalah total pengukuran pada network Aij . Berdasarkan Gambar 4.1, diperoleh bahwa Y11 300,
Y31 0, Y51 180,
Y91 178,
Y12 0,
Y32 0, Y52 0,
Y92 0,
Y13 0,
Y33 0, Y53 0,
Y93 0,
Untuk mencari taksiran mean dan total dengan taksiran Hansen-Hurwitz, terlebih dahulu akan ditentukan w ij Yij
M
a
l 1 ijl
dan w i
1 ni
ni
w ij sebagai
j 1
berikut :
w11 21,42857
w 31=0
w 51 18
w 91 44,5
w12 0
w 32 0
w 52 0
w 92 0
w13 0
w 33 0
w 53 0
w 93 0
w1 7,14286
w3 0
w5 6
w 9 14,83
Dengan demikian, taksiran Hansen-Hurwitz untuk mean dan total dapat diperoleh sebagai berikut
1M m Ni w i N m i 1 9.25 (7,14286 0 6 14.83) 225.4 6,99405 N. 1573,661
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
91
Jadi, rata-rata berat jamur adalah 6,99405 kg per 100 meter persegi, sedangkan total berat jamur pada hutan tersebut adalah 1573,661 kg. Selanjutnya akan dicari taksiran variansi dari taksiran mean dan total 2 1 ni w ij w i i = 1, 3, 5, 9 tersebut. Sebelumnya akan dicari dahulu s ni 1 j 1 2 i
dan su2
1 m m Ni w i i 1Ni w i m m 1 i 1
2
sebagai berikut :
1 (21,42857 7,1428571)2 (0 7,1428571)2 (0 7,1428571)2 2 153,06122
s12
s32 0 1 (18 6)2 (0 6)2 (0 6)2 2 108
s52
1 (44,5 14,83)2 (0 14,83)2 (0 14,83)2 2 660,083
s92
1 m 25 Ni w i (7,14286 0 6 14,83) 174,8512 m i 1 4
2 1 m m Ni w i i 1 Ni w i m m 1 i 1 2 2 1 25 7,14286 174,8512 25 0 174,8512 3
su2
2
25 6 174,8512 25 14,83 174,8512
2
23204,4537
Jadi, taksiran variansi dari taksiran mean dan taksiran total dapat dicari dengan menggunakan bentuk (3.1.12), yaitu
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
92
2 2 m ] 1 M (M m ) su 1 M N (N n ) si var[ i i i n N2 m N 2 m i 1 i
1 23204,4537 9.25.22 9.5. 153,06122 0 108 660,083 2 225 4 4.3 12,66168 ] N 2 .var[ ] 641022,2337 var[
Dengan menggunakan skema overlapping, hasil taksiran yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Hasil Taksiran Pada Skema Overlapping Taksiran Horvitz-Thompson Taksiran Hansen-Hurwitz
ˆ 9,27385
6.99405
ˆ] 12,60559 var[
] 12,66217 var[
ˆ 2086,616
1573,661
ˆ] 638158,2138 var[
] 641022,2337 var[
Dari contoh terlihat bahwa untuk skema overlapping, ternyata taksiran Horvitz-Thompson sedikit lebih efisien dibandingkan taksiran HansenHurwitz.
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
93
4.2 Skema Nonoverlapping
Apabila skema nonoverlapping digunakan dalam penelitian ini, maka sampel yang diperoleh adalah sebagai berikut
Gambar 4.2. Sampel Dengan Skema Nonoverlapping Jumlah network yang diperoleh pada skema ini adalah sama dengan jumlah network yang diperoleh pada skema overlapping, namun pada skema ini ukuran network pertama adalah 11 sedangkan pada skema overlapping ukuran network pertamanya adalah 14. Misalkan y ik* adalah total pengukuran dari network ke k yang ada pada unit primer i. Kemudian, total * * pengukuran pada masing-masing network adalah y11 200 , y 52 180, * y 93 178 , sedangkan total pengukuran dari sembilan network lainnya adalah
nol.
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
94
4.2.1 Taksiran Mean Dan Total Dengan Taksiran Horvitz-Thompson
Untuk menentukan taksiran mean dan total dengan taksiran Horvitz_Thompson, terlebih dahulu akan dicari nilai dari 11 , 52 , dan 93 dengan menggunakan persamaan (3.2.2), yaitu 25 11 25 0,84174 3 3 25 8 25 1 0,80217 3 3
11 1 52
25 4 25 0,42174 3 3
93 1
Dengan demikian, taksiran Horvitz-Thompson untuk mean dan total adalah
ˆ1
M m i y ik* Nm i 1 k 1 ik
9 200 180 178 225.4 0,84174 0,80217 0,42174 8,84055 ˆ1 N.ˆ1 1989,125
Jadi, rata-rata berat jamur adalah 8,84 kg per 100 meter persegi, sedangkan total berat jamur pada hutan tersebut adalah 1989,125 kg. Selanjutnya untuk mencari taksiran variansi dari taksiran mean dan taksiran total yang ada pada persamaan (3.2.3), terlebih dahulu akan dicari m (ˆ ˆ m)2 i 2 i 1 i nilai V 1 , V 3 , V 5 , V 9 dan su sebagai berikut : m 1 i 1 m
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
95
3 3 1k 1k ' * * V 1 1kk ' y1k y1k ' k 1 k ' 1 1kk ' 1k 1k ' 11 11 * 2 111 y11 111 11 11
V 3 0
1 11 * y11 2 11 8934,66976
2
3 3 5k 5k ' * * V 5 5 kk ' y 5k y 5k ' k 1 k ' 1 5 kk ' 5 k 5 k '
52 52 * 522 y 52 522 52 52
1 52 * y 52 2 52 9960,73766
m
1 92 * y 92 2 92 103009,2
2
2
2
1 4 221,0139
m
s i 1
92 92 * 922 y 92 522 52 52
2
ˆ m (237,60331 0 224,39024 422,06186)
i 1 i
2 u
3 3 9k 9k ' * * V 9 9 kk ' y 9k y 9k ' k 1 k ' 1 9 kk ' 9 k 9 k '
(ˆi i 1ˆi m )2 m
m 1
1 (237,60331 221,0139)2 (0 221,0139)2 (224,39024 221,0139)2 3
(422,06186 221,0139)2
29851,34
Dengan demikian, taksiran variansi dari taksiran mean dan total dapat diperoleh sebagai berikut
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
96
2 m ˆ ] 1 M (M m ) su 1 M V i var[ 1 N2 m N 2 m i 1
1 29851,34 9 9.5. . 8934,66976 0 9960,73766 103009,2 2 225 4 4 12,05161 ˆ ] N 2 .var[ ˆ ] 610112,9881 var[
1
1
4.2.2 Taksiran Mean Dan Total Dengan Taksiran Hansen-Hurwitz
Dengan menggunakan skema nonoverlapping, diperoleh total pengukuran network sebagai berikut: Y11 200,
Y31 0, Y51 180,
Y91 178,
Y12 0,
Y32 0, Y52 0,
Y92 0,
Y13 0,
Y33 0, Y53 0,
Y93 0,
Kemudian akan dicari w ij# Yij aij dan w i#
1 ni
ni
w ij# , sebagai berikut :
j 1
# w11 18,18182
# w31 0
# w51 18
# w91 44,5
# w12 0
# w32 0
# w52 0
# w92 0
# w13 0
# w 33 0
# w 53 0
# w 93 0
w1# 6,06061
w 3# 0
w 5# 6
w9# 14,83
Maka taksiran Hansen-Hurwitz untuk mean dan total dapat dicari sebagai berikut
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
97
1M m Ni w i# N m i 1 9.25 . 6,06061 0 6 14,83 225.4 6,72348 1 N.1 1512,784
1
Jadi, rata-rata berat jamur adalah 6,72348 kg per 100 meter persegi, sedangkan total berat jamur pada hutan tersebut adalah 1512,784 kg. Selanjutnya akan dicari taksiran variansi dari taksiran mean dan total tersebut. Sebelumnya akan dicari dahulu variansi antar unit sampling pada unit primer ke 1, 3, 5, dan 9 dengan menggunakan bentuk
si2
1 ni w ij# w i# ni 1 j 1
2
, i = 1, 3, 5, 9, dan su2
1 m m Ni w ij# i 1Ni w ij# m m 1 i 1
sebagai berikut : 1 (18,18182 6,06061)2 (0 6,06061)2 (0 6,06061)2 2 110,19284
s12
s32 0 1 (18 6)2 (0 6)2 (0 6)2 2 108 1 s92 (44,5 14,83)2 (0 14,83)2 (0 14,83)2 2 660,083 s52
1 m 25 Ni w i# (6,06061 0 6 14,83) 168,0871 m i 1 4
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
2
98
2 1 m m Ni w ij# i 1 Ni w ij# m m 1 i 1 2 2 1 25 6,06061 168,0871 25 0 168,0871 3
su2
2
25 6 168,0871 25 14,83 168,0871
2
23320,3603
Jadi, taksiran variansi dari taksiran mean dan taksiran total dapt ditentukan dengan menggunakan bentuk (3.1.12), yaitu 2 2 m ] 1 M (M m ) su 1 M N (N n ) si var[ i i i n 1 N2 m N 2 m i 1 i
1 23320,3603 9.25.22 9.5. 110,19284 0 108 660,083 2 225 4 4.3 12,33863 ] N 2 .var[ ] 624642,9741 var[
1
1
Dengan menggunakan skema nonoverlapping, hasil taksiran yang diperoleh sebagai berikut: Tabel 4.2. Hasil Taksiran Pada Skema Nonoverlapping Taksiran Horvitz-Thompson Taksiran Hansen-Hurwitz
ˆ1 8,84055
1 6,72348
ˆ ] 12,05161 var[ 1
] 12,33863 var[ 1
ˆ1 1989,125
1 1512,784
ˆ ] 610112,9881 var[ 1
] 624642,9741 var[ 1
Dengan skema nonoverlapping, taksiran Horvitz-Thompson lebih baik dibandingkan taksiran Hansen-Hurwitz.
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
99
Berdasarkan contoh tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa untuk kedua skema, taksiran Horvitz-Thompson lebih efisien daripada taksiran Hansen-Hurwitz. Kemudian, taksiran Horvitz-Thompson dan taksiran Hansen-Hurwitz pada skema Nonverlapping menghasilkan taksiran variansi yang lebih kecil daripada skema Overlapping, sehingga pada contoh ini skema Nonverlapping lebih efisien daripada skema Overlapping. Walaupun demikian, hal ini tidak selalu terjadi, karena secara umum antara kedua jenis taksiran tersebut tidak ada yang lebih efisien secara seragam. Begitupun mengenai skema yang digunakan, skema mana yang lebih baik tidak dapat dibandingkan, karena pemilihan skema ditentukan oleh keadaan lapangan. Akan tetapi, berdasarkan berbagai macam penelitian yang telah dilakukan dan juga berdasarkan literatur-literatur yang telah ada (Thompson and Seber, 1996; Roesch, 1993; M. Salehi, 2003), menyarankan bahwa taksiran Horvitz-Thompson dengan skema Nonoverlapping cenderung lebih efisien untuk berbagai macam situasi.
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada BAB III, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada metode two stage adaptive cluster sampling, ada dua skema yang dapat digunakan yaitu skema overlapping dan skema nonoverlapping. Pada skema overlapping, proses penambahan sampel diperbolehkan melewati batas unit primer, sedangkan skema nonoverlapping, proses penambahan sampel tidak diperbolehkan melewati batas unit primer 2. Berikut adalah taksiran tak bias untuk mean dan total populasi, dengan variansi dan taksiran variansinya yang tak bias pula :
Skema Overlapping, dengan taksiran Horvitz-Thompson
1 y k* ˆ N k 1 k var[ ˆ]
1 N2
ˆ] 1 var[ N2
ˆ k 1
y k*
k
kk ' - k k ' * * k k ' k k ' k 1 k ' 1
K K - var[ˆ] kk ' k k ' k* k* ' k k ' k 1 k ' 1
kk ' - k k ' * * y k y k ' k 1 k ' 1 k k ' kk '
kk ' - k k ' * * ˆ] var[ y k y k ' k 1 k ' 1 k k ' kk '
K
K
100 Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
101
Skema Overlapping, dengan taksiran Hansen-Hurwitz :
1M m Ni w i N m i 1
var[ ]
M m ˆi m i 1
u2 1 M M i2 1 M ( M m ) N ( N n ) i i i n N2 m N 2 m i 1 i
su2 s2 1 1 M m var[ ] 2 M(M m) 2 Ni (Ni ni ) i N m N m i 1 ni var[ ] M (M m )
u2 m
i2 M M N ( N n ) i i i n m i 1 i
su2 M m si2 var[ ] M (M m ) Ni (Ni ni ) m m i 1 ni
Skema Nonoverlapping, dengan taksiran Horvitz-Thompson :
ˆ1
M m i y ik* M m ˆi Nm i 1 k 1 ik Nm i 1
var[ ˆ1]
ˆ1
M m i y ik* M m ˆi m i 1 k 1 ik m i 1
u2 1 M M Ki Ki ikk ' ik ik ' * * 1 M ( M m ) ik ik ' N2 m N 2 m i 1 k 1 k '1 ik ik '
2 i i m ikk ' ik ik ' * * ˆ ] 1 M (M m) su 1 M var[ y ik y ik ' 1 2 2 N m N m i 1 k 1 k '1 ikk ' ik ik '
M M Ki Ki ikk ' ik ik ' * * var[ˆ1] M (M m ) ik ik ' m m i 1 k 1 k '1 ik ik '
u2
su2 M m i i ikk ' ik ik ' * * var[ˆ1] M (M m) y ik y ik ' m m i 1 k 1 k '1 ikk ' ik ik '
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
102
Skema Nonoverlapping, dengan taksiran Hansen-Hurwitz :
1
1M m Ni w i# N m i 1
var[ 1]
1
M m Ni w i# m i 1
u2 1 M M i2 1 M ( M m ) N ( N n ) i i i n N2 m N 2 m i 1 i
su2 si2 1 1 M m var[ 1] 2 M(M m) 2 Ni (Ni ni ) N m N m i 1 ni var[1 ] M (M m )
u2 m
i2 M M N ( N n ) i i i n m i 1 i
su2 M m si2 var[1 ] M (M m ) Ni (Ni ni ) m m i 1 ni
3. Dalam penelitian dimana elemen yang diteliti bersifat sangat jarang atau saling berkelompok, 2S-ACS lebih baik untuk digunakan dibandingkan dengan metode konvensional dan adaptive cluster sampling, karena :
Data yang diperoleh pada 2S-ACS akan lebih memadai dibandingkan metode konvensional, karena pada 2S-ACS dilakukan proses penambahan sampel dari unit-unit tetangga sampel awal yang memenuhi suatu kondisi tertentu.
2S-ACS lebih efektif dalam hal meneliti unit sampling yang terpilih sebagai sampel awal, dibandingkan adaptive cluster sampling. Hal ini disebabkan karena pada 2S-ACS, pemilihan sampel awal hanya
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
103
dilakukan pada unit sampling yang berada di dalam unit primer yang terpilih pada tahap pertama, sehingga sampel awal tidak terlalu menyebar dan peneliti lebih mudah untuk meneliti sampel awal tersebut. Dengan demikian, meskipun wilayah penelitian sangat luas, tetapi usaha/tenaga yang dibutuhkan akan lebih sedikit dibandingkan metode adaptive cluster sampling.
5.2 Saran
1. Pembahasan pada tugas akhir ini dapat dilanjutkan dengan membahas taksiran Rao-Blackwell untuk mean dan total pada metode Adaptive cluster sampling dan Two stage adaptive cluster sampling. Dengan menggunakan taksiran Rao-Blackwell, akan dihasilkan variansi yang lebih kecil dibandingkan dengan taksiran HorvitzThompson dan taksiran Hansen-Hurwitz.
2. Ada baiknya dipelajari mengenai perbandingan antara taksiran Hansen-Hurwitz dan taksiran Horvitz-Thompson untuk adaptive cluster sampling.
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
104
DAFTAR PUSTAKA
Agustianto, Ikrar Aulia. (2001). Menaksir Parameter Populasi dengan Metode Adaptive Cluster Sampling. Departemen Matematika FMIPA-UI, Depok. Cochran, W. G. (1997). Sampling Techniques (Ed. Ke-3). New York: Wiley. Hogg, R. V. dan Craig, A. T. (1995). Introduction to Mathematical Statistics (Ed. Ke-5). New Jersey: Prentice Hall Inc. Mendenhall, W., Ott, L., dan Scheaffer, R. L. (1996). Elementary Survey Sampling (Ed. Ke-5). Boston: Wadsworth. Raj, Des. (1968). Sampling Theory. New York: McGraw-Hill. Salehi, M. M. dan Seber, G. F. A. (1997). Two Stage Adaptive Cluster Sampling. Biometrics. Vol. 53, 959-970. Thompson, S. K. (1990). Adaptive Cluster Sampling. Journal of The American Statistical Association. Vol. 85, 1050-1059. Thompson, S. K. (2002). Sampling (Ed. Ke-2). New York: Wiley. Thompson, S. K. and Seber, G. A. F. (1996). Adaptive Sampling. New York: Wiley. Yamane, Taro. (1967). Elementary Sampling Theory. New York: Prentice Hall.
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
LAMPIRAN 1 Double Ekspektasi
Jika X 1 dan X 2 adalah variabel random (bertipe diskrit/kontinu), maka dapat ditunjukkan bahwa : E [ X 2 ] E [E [ X 2 | X1]]
Bukti : Misalkan X 1 dan X 2 adalah variabel random bertipe diskrit yang memiliki pdf bersama f ( x1, x 2 ) , pdf marginal dari X 1 adalah f1( x1 ) f ( x1, x2 ) , dan pdf x1
marginal dari X 2 adalah f2 ( x2 ) f ( x1, x2 ) , maka x2
E [ X 2 ] x2f ( x1, x2 ) x1
x2
f ( x1, x2 ) x2 f1( x1 ) f1( x1 ) x1 x2 x2f ( x1 | x2 ) f1( x1 ) x1 x2 E [ X 2 | x1 ]f1( x1 ) x1
E [E [ X 2 | X1]]
Jadi, terbukti bahwa E [ X 2 ] E [E [ X 2 | X1]] . Hal yang sama dapat dilakukan untuk variabel random jenis kontinu.
105 Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009
106
LAMPIRAN 2 Dekomposisi Variansi
Jika X 1 dan X 2 adalah variabel random (bertipe diskrit/kontinu), maka dapat ditunjukkan bahwa : var[ X 2 ] E var[ X 2 | X1] var E[ X 2 | X1]
Bukti : var[ X 2 ] E[ X 22 ] {E[ X 2 ]}2
Berdasarkan pembuktian pada lampiran 1, diperoleh :
var[ X 2 ] E [E [ X 22 | X1]] E [E [ X 2 | X1]]
2
2 2 2 E [E [ X 22 | X1]] E E [ X 2 | X1] E E [ X 2 | X 1] E [E [ X 2 | X 1]]
2 2 2 E [E [ X 22 | X1]] E E [ X 2 | X1] E E [ X 2 | X 1] E [E [ X 2 | X 1]]
E E [ X 22 | X1] E [ X 2 | X1]
2
E E[ X
2
2 2 | X1 ] E [E [ X 2 | X1]]
E var[ X 2 | X1] var E [ X 2 | X1] Jadi, terbukti bahwa jika X 1 dan X 2 adalah variabel random, maka var[ X 2 ] E var[ X 2 | X1] var E[ X 2 | X1] .
Taksiran mean..., Mayramadan Madya Putra, FMIPA UI, 2009