No.34/Th.2/ Sya’ban 1429H/Agustus 2008
Jum’at – IV
TAKABUR (SOMBONG) Ustzh. Umi Hanik Kata takabur berasal dari kata “ Kabiru” yang berarti besar. Untuk itu takabur bisa berarti sifat seseorang atau sekelompok orang merasa diri besar. Sedangkan orang yang bersifat besar itu disebut mustakbir. Sifat sombong tersebut bisa juga menjagkit pada sekelompok orang / suatu golongan/organisasi/partai. Takabur atau sombong adalah tingkah laku hati yang merupakan keinginan untuk menampakkan diri di hadapan orang/golongan lain. Orang yang sombong merasa dirinya lebih baik dari yang lain dan berkeinginan untuk selalu ditampilkan dan di banggakan/dipuji dihadapan orang lain. Begitu juga golongan/kelompok yang sombong merasa golongan/kelompoknya yang paling benar, paling baik, dan paling........paling lainnya. Takabur terbagi menjadi dua macam, yakni takabur batin dan takabur zahir. Takabur batin yaitu seorang atau suatu kaum /golongan yang merasa di dalam hati bahwa dia/mereka mengungguli yang lainnya di dalam sifat kesempurnaan. Adapun Takabur zahir (tampak) yaitu beberapa tingkah laku yang tampak akibat dari takabur batin tersebut. Objek atau sasaran takabur ada tiga macam, yaitu : 1. Takabur kepada Allah SWT; apabila seorang tidak mau menggunakan aturan yang telah di tetapkan oleh Allah SWT, bahkan menentang kebenaran hukum Allah. Contoh yang diabadikan oleh Allah adalah Raja Namrud, Raja Fir’aun, Abu Jahal, dan Abu Lahab. 2. Takabur kepada Rasulullah Muhammad SAW; apabila seorang atau sekelompok orang yang beribadah kepada Allah tidak seperti yang pernah di contohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Bahkan melakukan kegiatan yang di yakini sebagai ibadah sementara kegiatan tersebut tidak pernah di contohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW, bahkan kegiatan tersebut lebih banyak mudhorot dari pada manfaatnya. 3. Takabur kepada makhluk-makhluk Allah SWT. Hal ini terarah pada bidang-bidang yang menjadi dasar timbulnya takabur. Terdapat sembilan macam, yakni: ilmu, amal, nasab (keturunan), rupa, kekuatan badan/umur, kekayaan, kedudukan, banyak teman, sanak keluarga, dan keahlian. Islam mengajarkan kepada seluruh umatnya bahwa seseorang dianggap mulia di sisi Allah bukan karena ilmunya atau kedudukannya atau umurnya yang lebih tua atau masih muda, akan tetapi karena ketaqwaannya kepada Allah SWT, seperti firman Allah ……… 1
Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu.” (Q.S. Al-Hujurat: 13). Takabur atau sombong merupakan sifat yang tercela karena akan membawa seseorang menganggap rendah orang lain. Allah SWT sangat membenci orang yang memiliki sifat takabur seperti firman Allah :
Artinya: ”Jangalah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” (Q.S. Lukman: 18) Firman Allah SWT yang lain :
Artinya: ”Sesungguhnya Allah tidak mencintai (membenci) orang-orang yang sombong. Rasullah SAW memperingatkan umatnya untuk menjauhkan diri dari sifat sombong. Rasullah SAW bersabda :
Artinya : ”Tidak akan masuk sorga orang yang dalam hatinya ada sifat sombong seberat zarrah (atom yang terkecil).” (H.R. Muslim) Allah SWT tidak menyukai orang yang takabur. Oleh karena itu, hiasilah perbuatan kita dengan sifat tawadu. Bersikap untuk merendahkan diri pada Zat yang Maha Agung, sehingga kita mampu berserah diri terhadap kebenaran atas hukumhukum Allah dan Rasul-Nya, tidak memandang siapa yang mengatakannya atau dari kelompok mana nasihat tersebut berasal. Firman Allah SWT :
Artinya: “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. “(Q.S. Al-Qashash: 83). Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barang siapa yang merendahkan diri karena Allah maka Allah meluruhkannya dan barang siapa yang sombong maka Allah akan merendahkannya. “(H.R. Ibnu Majah dan Abu Na’im). 2
AKIBAT NEGATIF DARI TAKABUR Akibat buruk dari sifat takabur (sombong) ada tujuh, yakni : 1. Tidak akan masuk surga diakhirat kelak, didunia orang/kaum/kelompok tersebut akan tersiksa dengan kesombongannya sendiri. 2. Ilmu yang dimilikinya tidak akan berkembang karena kesombongannya, bahkan ilmunya tidak akan bermanfaat bagi orang/kelompok lain. 3. Orang/sekelompok orang yang sombong sulit berbuat benar, karena sifat sombong tidak menerima kebenaran dan tidak tunduk pada kebenaran, maka orang/sekelompok orang yang sombong tidak mau menerima nasehat orang/kelompok lain, namun sebaliknya ia selalu menginginkan nasehatnya atau perkataannya di dengar orang/kelompok lain, selalu ingin di hormati, selalu ingin di hargai, bahkan selalu ingin di jadikan kaum/kelompok/golongan terhormat. 4. Orang/sekelompok orang yang sombong tidak mampu mencintai orang/kelompok lain dan menghargai dengan tulus, karena selalu bersifat egois. 5. Orang/sekelompok orang yang sombong tidak mampu menahan amarah, tidak mau menerima nasehat orang/kelompok lain, bahkan selalu menghina orang/kelompok lain. 6. Orang/sekelompok orang yang sombong tidak akan tawadu (rendah hati) baik kepada Allah dan Rasul-Nya maupun sesama makhluq. 7. Orang/sekelompok orang yang sombong tidak akan bersyukur, karena dia merasa apa yang telah dimilikinya adalah atas kemampuan dirinya sendiri. CARA-CARA MENGHILANGKAN SIFAT TAKABUR Sebelum memahami cara-cara menghilangkan sifat takabur yang berada di dalam diri kita, hendaknya kita mengetahui terlebih dahulu hal-hal yang menyebabkan timbulnya sifat takabur. Setelah mengetahui dasar-dasar kesombongan, sepatutnya kita menghindari diri dari sifat tersebut. 1. Sombong karena ilmu. Dalam kehidupan sehari-hari, hindarilah sifat sombong karena merasa memilki ilmu yang banyak, merasa menjadi orang yang ’alim karena ilmu yang dimilikinya, merasa menjadi golongan/kelompok yang haq sebelum diuji daya tahannya. Karena, Allah SWT menggambarkan bahwa manusia sangat sedikit sekali diberi ilmu pengetahuan. Allah sajalah yang maha memiliki ilmu. Bahkan dalam salah satu ayat Allah menantang orang-orang yang sombong untuk bersatu lalu menciptakan seekor lalat saja, namun tidak ada yang mampu melakukannya. 2. Sombong Karena Amal Segala amal yang dilakukan harus dengan niat yang ikhlas tanpa mengharapkan imbalan berupa pujian/sanjungan/suara ataupun bayaran . Salah satu ciri ikhlas adalah tidak ingin dipuji orang, tidak mengharapkan dukungan suara, tidak mengharapkan imbalan materi/bayaran karena amal ibadah yang dilakukannya. Imbalan berupa pahala 3
yang di janjikan Allah luasnya seluas langit dan bumi, bagi hambanya yang ikhlas, masih relakah kita menukar ganjaran pahala dari Allah tersebut dengan sesuatu yang tidak bernilai ?. Imam Al-Ghazali berkata: “Barang siapa meyakini bahwa dirinya lebih unggul amal ibadahnya dari orang lain maka betul-betul rusak semua amal ibadahnya. 3. Sombong karena Keahlian atau Keterampilan Keahlian atau keterampilan merupakan karunia dari Allah SWT. Orang/sekelompok orang yang sombong akan keterampilan yang dimilikinya berarti ia tidak mengakui pemberian dan tidak mensyukuri nikmat dari Allah. Firman Allah SWT :
Artinya : ‘Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
ETIKA BERDO`A 1. Terlebih dahulu sebelum berdo`a hendaknya memuji kepada Allah kemudian bershalawat kepada Nabi SAW. Suatu ketika Nabi SAW pernah mendengar seorang lelaki sedang berdo`a di dalam shalatnya, namun ia tidak memuji kepada Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi, maka Nabi SAW bersabda kepadanya: "Kamu telah tergesa-gesa wahai orang yang sedang shalat. Apabila anda selesai shalat, lalu kamu duduk, maka memujilah kepada Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya, dan bershalawatlah kepadaku, kemudian berdo`alah". (HR. At-Turmudzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani). 2. Mengakui dosa-dosa, mengakui kekurangan (keteledoran diri) dan merendahkan diri, khusyu', penuh harapan dan rasa takut kepada Allah di saat anda berdo`a. Allah SWT berfirman yang artinya:" Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera di dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo`a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu` kepada Kami". (Al-Anbiya': 90). 3. Berwudhu' sebelum berdo`a, menghadap Kiblat dan mengangkat kedua tangan di saat berdo`a. Di dalam hadits Abu Musa Al-Asy`ari Radhiallaahu anhu disebutkan bahwa setelah Nabi SAW selesai melakukan perang Hunain :" Beliau minta air lalu berwudhu, kemudian mengangkat kedua tangannya; dan aku melihat putih kulit ketiak beliau". (Muttafaq'alaih). 4. Benar-benar (meminta sangat) di dalam berdo`a dan berbulat tekad di dalam memohon. Rasulullah SAW bersabda: "Apabila kamu berdo`a kepada Allah, 4
maka bersungguh-sungguhlah di dalam berdo`a, dan jangan ada seorang kamu yang mengatakan :Jika Engkau menghendaki, maka berilah aku", karena sesungguhnya Allah itu tidak ada yang dapat memaksanya". Dan di dalam satu riwayat disebutkan: "Akan tetapi hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam memohon dan membesarkan harapan, karena sesungguhnya Allah tidak merasa berat karena sesuatu yang Dia berikan". (Muttafaq'alaih). 5. Menghindari do`a buruk terhadap diri sendiri, anak dan harta. Rasulullah SAW bersabda: "Jangan sekali-kali kamu mendo`akan buruk terhadap diri kamu dan juga terhadap anak-anak kamu dan pula terhadap harta kamu, karena khawatir do`a kamu bertepatan dengan waktu dimana Allah mengabulkan do`amu". (HR. Muslim). 6. Merendahkan suara di saat berdo`a. Rasulullah SAW bersabda: "Wahai sekalian manusia, kasihanilah diri kamu, karena sesungguhnya kamu tidak berdo`a kepada yang tuli dan tidak pula ghaib, sesungguhnya kamu berdo`a (memohon) kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia selalu menyertai kamu". (HR. Al-Bukhari). 7. Berkonsentrasi di saat berdo`a. Rasulullah SAW bersabda: "Berdo`alah kamu kepada Allah sedangkan kamu dalam keadaan yakin dikabulkan, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah tidak mengabulkan do`a dari hati yang lalai". (HR. AtTurmudzi dan dihasankan oleh Al-Albani).
“Waktu Shalat Dhuhur adalah 11:58”
5