Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah Vol.1 No.20 – Jumadil Ula 1431H/Mei 2010M
ISSN: 2086-0706 Jum‟at - II
KIAT-KIAT TERHINDAR DARI SIFAT TAKABUR Ust. Kamaludin, SE
ABSTRAK
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.”(QS.An-Nahl:23). Pada dasarnya manusia mempunyai sifat-sifat terpuji dan tidak terpuji. Hanya saja dalam perjalanan hidupnya sifat-sifat yang dimilikinya itu ada yang tumbuh dominant. Salah satu diantara kedua sifat diatas adalah Ujub,Takabur, dan Berbangga-bangga (sombong). Sifatsifat itu merupakan suatu penyakit hati yang sulit untuk disembuhkan. Seseorang yang mempunyai ketiga sifat jelek (tercela) tersebut menganggap dirinya selalu “lebih” dan selalu “paling”. Paling mulia, paling agung, paling hebat, dan menganggap orang lain remeh dan hina, tiada apa-apanya bila dibandingkan dengan dirinya. Biasanya orang seperti ini sulit menerima saran atau kritik dari orang lain, walaupun kritik atau saran itu mengandung suatu kebenaran. Timbulnya sifat ketakaburan/kesombongan ini ialah karena seringnya lisan mengucapkan ; “AKU atau SAYA”. Pokoknya aku, contohnya : Kalau tidak ada saya manamungkin Majelis Ta‟lim ini ada atau maju, Kalau tidak ada saya usaha ini sukses atau Kalau tidak ada saya desa ini tidak akan maju ; dls. Jadi ke-Aku-an itulah yang selalu diucapkannya. Ucapan seperti ini adalah sama seperti apa yang pernah diucapkan oleh Iblis yang terlaknat dan 136 Kiat – Kiat Terhindar Dari Sifat Takabur 1 Ust. Kamaludin, SE, Pimpinan Redaksi Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah
Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah Vol.1 No.20 – Jumadil Ula 1431H/Mei 2010M
ISSN: 2086-0706 Jum‟at - II
terkutuk itu,seperti firman Allah yang artinya : “ Aku (Iblis) lebih baik daripadanya (daripada Adam), Engkau ya Tuhan menciptakan aku dari api ,sedangkan dia (Adam) Engkau ciptakan dari tanah liat.” (QS. Shod ayat : 17). Orang yang mempunyai sifat takabur ini dalam pergaulan dengan masyarakat selalu membesarkan dan membaggakan dirinya, ia selalu tampil kedepan untuk mencari perhatian dan pendapatnya tidak mau dibantah atau dikalahkan. Bila diberi petunjuk ia selalu menolak, dan bila ia punya pendapat ia selalu memaksakan pendapatnya itu diikuti oleh orang lain.Jika ditolak timbulah amarahnya. Pendeknya kalau seseorang itu merasa dirinya “lebih”, merasa dirinya “paling” dari yang lainnya maka itulah TAKABUR. Oleh karena itu hendaklah kita mengetahui bahwa sebenarnya orang yang baik dan mulia, agung dan terhormat itu ialah orang yang paling baik dan paling mulia menurut pandangn Allah SWT. Yang demikian itu hanya Allah sajalah yang mengetahui, sedangkan kita semua tidak bisa mengetahuinya. Kalau menurut Allah itu baik, maka orang itu baik diakhirnya, khusnul khotimah, baik dipenutup kehidupannya. Maka jika didalam diri kita mempunyai anggapan lebih baik dan lebih mulia dari yang lainnya, hal itu menunjukkan semata-mata karena kebodohan kita. Berikut beberapa kiat – kiat agar kita dapat terhindar dari sifat takabur seperti termaktub dalam kitab “Bidayatul Hidayah‟ karya Imam AlGhozali sebagai berikut : 1. Bila kamu melihat anak kecil yang belum banyak melakukan kesalahan, belum banyak melakukan ibadah, belum banyak dosa, maka katakan dalam hatimu; “Oh, anak itu belum berbuat dosa kepada Allah , tetapi saya ini banyak sekali dosa . Jadi anak itu tentu masih lebih baik daripada saya.” 137 Kiat – Kiat Terhindar Dari Sifat Takabur 1 Ust. Kamaludin, SE, Pimpinan Redaksi Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah
Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah Vol.1 No.20 – Jumadil Ula 1431H/Mei 2010M
ISSN: 2086-0706 Jum‟at - II
2. Atau jika kamu melihat seorang yang sudah tua, maka katakana dalam hatimu “Orang tua ini lahir lebih dulu daripada saya, dan lebih dulu menjalankan ibadah daripada saya dan tentunya ia lebih baik daripada saya.” 3. Dan Jika kamu melihat orang ahli ilmu (berilmu), katakan dalam hatimu “Orang ini banyak memiliki ilmu dan saya tidak memilikinya, ia mengajarkan ilmunya yang tidak saya kuasai,dan memahami sesuatu yang tidak saya fahami (yang belum saya mengerti), Bagaimana mungkin saya bisa lebih baik dari dia.” 4. Dan jika kamu bertemu dengan orang bodoh, maka tanyakan dalam hatimu;”Orang ini telah banyak berbuat maksiat karena kebodohanya, sedangkan saya berbuat maksiat kepada Allah, padahal saya berilmu (mengerti). Jadi balasan apa yang dia terima nanti, dan balasan apa pula yang saya terima nanti. Sungguh saya bisa menjadi lebih buruk dari dia.” 5. Dan bila kamu bertemu dengan orang kafir, maka katakanlah dalam hatimu;”Saya tidak tahu, bisa jadi nanti dia mati bertaubat, bisa jadi muslim dan mengakhiri hidupnya dengan kebajikan, Islamnya lulus, dosa-dosanya terhapus oleh amal–amal kebajikannya bagaikan lolosnya (rontoknya) rambut dari tepung. Hal itu sangat mungkin Allah membalik hatiku dan aku menjadi sesat, sehingga aku menjadi orang kafir, fasik dan mengakhiri hidup dengan kejelekan (Suu-ul Khotimah). Orang kafir itu mendapat tempat disisi Allah karena telah masuk Islam, sedangkan aku ……… bagaimana?”
138 Kiat – Kiat Terhindar Dari Sifat Takabur 1 Ust. Kamaludin, SE, Pimpinan Redaksi Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah
Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah Vol.1 No.20 – Jumadil Ula 1431H/Mei 2010M
ISSN: 2086-0706 Jum‟at - II
Jika kita mengukur diri kita dengan cara seperti diatas, maka kita dapat terhindar dari sifat takabur. Ketahuilah sesungguhnya orang yang mulia dan agung disisi Allah itu ialah orang yang baik diakhirnya, orang yang Husnul Khotimah. Dan itu hanya Allah saja yang mengetahuinya. Setelah kita mengetahui itu semua, tentu timbulah perasaan khawatir akan akhir kehidupan kita nanti. Jadi berserah diri kepada Allah sambil terus beribadah dengan tekun. Karena Allahlah yang membolak-balikan hati manusia. Dia yang memberikan petunjuk kepada siapa yang dikehendaki dan Dia pula yang menyesatkan kepada siapa yang dikehendakiNya. Berikut kami ketengahkan beberapa kisah perilaku sahabat Nabi Saw. Dimana mereka rendah hati, padahal mereka mulia ditengah-tengah masyarakat, mulia disisi malaikat, dan disisi Allah Swt. Dikisahkan tetang pribadi Umar Bin Abdul Aziz, yaitu bahwa pada suatu malam ia kedatangan seorang tamu. Seperti biasanya, setelah shalat Isya‟ ia menulis sesuatu, sedangkan tamunya yang berada disitu menyaksikan bahwa lampunya kedap-kedip hampir mati, lalu tamunya berkata, “Wahai Amirul Mukminin, bolehkah saya memperbaiki lampu itu?” Umar menjawab, “Bukan sikap orang baik jika mempekerjakan tamunya. Tamunya berkata, “Apakah perlu saya beritahukan kepada pelayan?” Umar menjawab, “Tidak usah, dia baru saja tidur.” Kemudian Umar bin Abdul Aziz bangkit dan mengambil minyak lalu mengisi lampunya itu. Tamunya lantas berkata, “Wahai Amirul Mukminin, kenapa Engkau sendiri yang mengerjakan?” Umar menjawab, “Ketika aku bangkit, aku adalah Umar, dan ketika kembali pun aku tetap Umar. Sebaik–baik manusia dihadapan Allah adalah orang yang rendah hati.‟ 139 Kiat – Kiat Terhindar Dari Sifat Takabur 1 Ust. Kamaludin, SE, Pimpinan Redaksi Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah
Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah Vol.1 No.20 – Jumadil Ula 1431H/Mei 2010M
ISSN: 2086-0706 Jum‟at - II
Diriwayatkan dari Qais bin Abu Hazim, ia berkata, “Ketika Sayidina Umar Bin Al-Khaththab r.a. tiba di Syam, ia disambut oleh para ulama dan pembesar disana. Lantas ia diminta untuk naik kereta supaya bias dilihat orang banyak. Kemudian Umar r.a. berkata, “Kamu kira bahwa ini dari sini, sesungguhnya urusan ini adalah dari sana,”sambil menunjukkan tangannya ke langit, „maka biarkanlah aku menentukan caraku sendiri.” Dalam riwayat lain diceritakan bahwa ketika Sayidina Umar bin Al-Khaththab hendak berangkat ke Syam, ia naik unta bergantian dengan pelayannya setiap berjalan satu farsakh (sekitar 8 km). Sewaktu hendak masuk Syam, kebetulan giliran pelayan itu yang mengendarai dan Sayidina Umar r.a. menuntun untanya. Kebetulan disitu ada genangan air, sehingga ia berjalan di genangan air itu sambil mengepit sandal diketiaknya seraya menuntun unta. Maka keluarlah Abu Ubaidah yang menjadi Gubernur Syam waktu itu seraya berkata , “Wahai Amirul Mukminin, para pembesar Syam semuanya akan keluar menyambut kedatanganmu, sungguh tidak baik, jika mereka melihat engkau dalam keadaan seperti ini. “Sayidina Umar r.a. lalu menjawab, “Allah telah memuliakan kami dengan Islam, maka kami tidak peduli dengan apa yang dikatakan orang.” Dikisahan pula tentang diri Salman Al-Farisi r.a. yaitu ketika ia menjadi Gubernur di Madinah. Ada seorang pejabat disana membeli sesuatu, kebetulan Salman lewat disitu, dan pejabat itu menyangka bahwa Salman itu seorang kuli, lalu berkata, “Mari kesini bawakan barang ini.” Maka Salman pun memanggul barang tersebut dan setiap bertemu orang-orang, mereka berkata, “Semoga Allah memperbaiki nasib Pak Gubernur, mari kami bawakan barang itu.” Namun Salman menolak memberikannya. Pejabat yang menyuruhnya berkata dalam hati.”Celaka saya ini, selama ini saya tidak pernah menganggap hina 140 Kiat – Kiat Terhindar Dari Sifat Takabur 1 Ust. Kamaludin, SE, Pimpinan Redaksi Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah
Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah Vol.1 No.20 – Jumadil Ula 1431H/Mei 2010M
ISSN: 2086-0706 Jum‟at - II
seseorang, melainkan kepada Pak Gubernur.” Lantas ia minta maaf kepada Salman seraya berkata,”Saya sama sekali tidak tahu. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kebaikan kepada Pak Gubernur.” Ia meminta agar Salman meletakkan barang itu. Namun Salman menolaknya dan membawanya sampai ke rumah pejabat itu. Setelah sampai dirumah, pejabat tersebut berkata kepada Salman, “Sejak saat ini saya tidak akan menghina orang lagi untuk selamalamanya. Dari beberapa kisah diatas mudah-mudahan kita dapat mengambil ibrah atau pelajaran bahwa Jabatan, Harta bukan menjadikan seseorang menjadi sombong melainkan Jabatan merupakan amanah, harta merupakan titipan yang semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah Rabbul Jaliil. Dan bagi orang-orang yang bertaqwa pujian orang terhadap dirinya tidak penting karena Allah telah memuliakannya dengan ajaran Islam seperti kisah Sayidina Umar Bin Khaththab diatas. Kata Imam Al Ghozali sebenarnya sifat-sifat Takabur, Riya‟, Hasud dan Ujub adalah sumber pokok penyakit hati. Ia adalah ibarat pohon yang bercabang-cabang, satu sama lain saling terkait. Dan semua itu timbulnya sejak awal mula adalah karena Cinta Dunia.seperti membanggakan Harta, Jabatan juga ingin mendapatkan pujian dari orang. Oleh sebab itu Nabi Saw.bersabda yang artinya, “Cinta dunia itu adalah sumber dari segala kejahatan/dosa.” Biasanya orang yang cinta dunia itu takut mati seakan akan kekal hidupnya sehingga lupa akan persiapan kehidupan diakherat nanti yang kekal abadi sehingga godaan setan serta dorongan hawa nafsu (jelek) mendominasi dirinya. Dan akibatnya disibukan oleh urusan duniawi tidak peduli halal dan haram sampai-sampai melupakan atau malas ibadah kepada Allah . 141 Kiat – Kiat Terhindar Dari Sifat Takabur 1 Ust. Kamaludin, SE, Pimpinan Redaksi Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah
Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah Vol.1 No.20 – Jumadil Ula 1431H/Mei 2010M
ISSN: 2086-0706 Jum‟at - II
Firman Allah Swt yang artinya :“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan diakherat akan Kami tambah keuntungan itu baginya. Dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan didunia.Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akherat.” (QS. Al-Isra‟:18). Mudahmudahan kita dapat dijauhkan oleh Allah dari sifat Takabur, Riya‟,Hasud dan Ujub. Sehingga ibadah kita bernilai disisi Allah Swt. Amin.
142 Kiat – Kiat Terhindar Dari Sifat Takabur 1 Ust. Kamaludin, SE, Pimpinan Redaksi Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah