Sifat Agung dari Tiga Permata Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin Monday, September 9, 13
2965F5FD
• Buddha •
Puncak proses evolusi spiritual selama 4 asaṅkheyya kappa dan 100.000 putaran dunia.
•
‘Budh’ = “memahami, mengerti, telah bangun”: karena dia telah memahami 4KM dan bangkit dari kubangan avijjā (ketidak-tahuan)
•
Pacceka Buddha memahami ajaran tetapi tidak mampu mencerahkan mahluk.
•
Satu sistem-dunia (lokadhātu) di satu era hanya mempunyai satu Sammā Sambuddha.
• • •
Amatassa dātā = pemberi tanpa-kematian. Varado = pemberi cinta-yang-paling-murni. Dhammassāmi = Tuan dari Dhamma (kebenaran).
Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin
Monday, September 9, 13
2965F5FD
• Buddha •
Na me ācariyo atthi = aku tidak mempunyai guru (pengetahuan adiduniawi).
• • •
Beliau mempunyai guru duniawi, seperti Ālāra Kālāma dan Uddaka Rāmaputta.
Sabbaññū = Yang Maha Mengetahui. Brahmana Dona: “Deva, gandhabba, yakkha, manusia?”
•
Buddha: “Aku telah menghancurkan kondisi untuk terlahir sebagai Deva...dst.”
• Monday, September 9, 13
“Seperti halnya teratai biru; muncul ke permukaan, tidak tercemari oleh air; oleh dunia Aku tidak tercemari, oleh karena itulah brahmana, Aku adalah Buddha.” (AN.4.36)
• Buddha •
•
“Sekarang, kaitannya dengan sesuatu yang tidak pernah terdengar sebelumnya, seseorang memahami Kebenaran melalui usahanya sendiri, dan karenanya dia mencapai kemaha-tahuan, dan menguasai daya-daya spiritual. Orang seperti ini disebut Buddha yang-telah-tercerahkansempurna-atas-usaha-sendiri.” (Pug 29)
Sammā Sambuddha karena tidak hanya mengerti tetapi juga mengajar serta mencerahkan mahluk lain. Kemampuan yang demikian membedakanNya dengan Pacceka Buddha, yang meskipun tercerahkan atas usaha sendiri tetapi dia tidak mempunyai kemampuan untuk mencerahkan orang lain.
Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin Monday, September 9, 13
2965F5FD
• Buddha •
Beliau bukan “juru-selamat”
•
Kemurnian dan ketidak-murnian tergantung sepenuhnya pada diri sendiri. (Dhp. 165)
•
Kamu sendirilah yang harus berusaha. Tathāgatha hanya menunjukkan jalan. (Dhp.276)
•
Jadilah pulau untuk dirimu sendiri; jadilah pelindung untuk dirimu sendiri; janganlah mencari perlindungan pada orang lain. (DN. 2.100)
•
Pencapaian kebuddhaan adalah realisasi dari kebenaran tentang kemunculan-yang-saling-bergantungan (paṭiccasamuppāda) [V 1.4-5; M 1. 6-7]
• Monday, September 9, 13
Pencapaian Nibbāna (M 1.167).
• 2 dari 8 arti ‘Tathāgata’ (DA 1.59-67) 1. Tathā-āgato “yang telah datang”: seseorang yang telah datang ke tengahtengah kita dengan membawa pesan ‘ketanpa-matian’. Beliau mempunyai kualitas seperti:
•
Aspirasi (patthānā = mengarah kepada, mengharapkan, keinginan, permintaan, doa; S 2.99,154; A 1.224; 3.47; 5.212 / Dhs 1059 / Miln 3) adalah keadaan batin yang mengarah kepada pengharapan mulia seperti menjadi Buddha, paccekka Buddha, Arahat dll). Patthānā juga bisa diartikan sebagai ‘kebulatan tekad’ (paṇidhāna).
•
3 tingkat Pāramī : pāramī (mengorbankan kepemilikan eksternal) upapāramī (=lebih tinggi; mengorbankan anggota tubuh sendiri); paramattha pāramī (=tertinggi; mengorbankan nyawa sendiri)
• •
5 Persembahan Agung : anggota tubuh, mata, kekayaan, pangkat, anak-istri. 37 Faktor Pencerahan
Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin Monday, September 9, 13
2965F5FD
• 2 dari 8 arti ‘Tathāgata’ (DA 1.59-67) 2. Yang-telah-pergi (tathā gato)
• Monday, September 9, 13
•
Bodhisattva telah pergi dari beberapa Buddha di masa lalu (bertemu dan berkonsultasi dengan Buddha Vipassī sampai ke Buddha Kassapa) sampai ke kelahiranNya di Lumbini.
•
Gambaran perjalanan yang dilihat dari perspektif lain, yakni dari sudut pandang ‘keberangkatan’ dan eksistensi transenden, bukan dari sudut pandang ‘kedatangan’.
•
Terminologi ini merujuk kepada selesainya latihan spiritual Bodhisatta yang membawaNya ke pembebasan akhir; mengatasi 5 rintangan, 8 jhāna, 18 pandangan-terang yang dimulai dengan hancurnya pemahamam tentang kekekalan dan berujung pada hancurnya 10 belenggu dan realisasi 4 Jalan Adi-duniawi yang memutus 10 belenggu.
Catatan: lihat juga Loka Sutta (AN 4.23; It.112/121-123) dan Sundarika Bhāradvāja Sutta (Sn 455-486)
• Arahaṃ = arahat 1. Ārakā = dia benar-benar jauh dari semua kilesa karena dia telah mencabut semua jejak-jejak mereka dengan Jalan. Dikarenakan oleh jauhnya jarak inilah dia disebut Arahaṃ (pantas, layak). 2. Ari hata. Musuh-musuh (ari), yakni kilesa, telah dihancurkan oleh Jalan --dikarenakan musuh-musuhnya telah dihancurkan dengan cara demikian maka dia adalah arahaṃ. 3. Arā hatā. Roda kelahiran kembali mempunyai satu pusat yakni ketidak-tahuan dan nafsu-keinginan, dan peleknya telah lapuk dan mati. Jeruji-jerujinya (arā), yaitu formasi-formasi telah dihancurkan oleh kapak kebijaksanaan --dikarenakan jerujijeruji roda telah dihancurkan dengan cara demikian, maka dia adalah arahaṃ.
Sembilan Sifat Agung Buddha Monday, September 9, 13
• Arahaṃ = arahat 4. Arahati. Dia pantas (arahati) menerima kebutuhan pokok, jubah, makanan, tempat tinggal dan obatobatan, dan mempunyai segala kualitas untuk disembah karena dia adalah objek yang paling baik untuk persembahan --dikarenakan oleh kepantasanNya untuk menerima kebutuhan pokok, dia disebut arahaṃ. 5. Rahābhāva. Dia tidak berperilaku seperti orang tidak bijaksana di dunia dengan menunjukkan kepandaiannya akan tetapi melakukan kejahatan secara sembunyisembunyi karena takut akan reputasi jelek -- karena dia tidak melakukan kejahatan secara tersembunyi, dia disebut arahaṃ.
Sembilan Sifat Agung Buddha Monday, September 9, 13
• Sammā Sambuddho (tercerahkansempurna-atas-usaha-sendiri)
•
Dia telah tercerahkan sempurna atas usaha sendiri karena telah menemukan dan memahami segala sesuatu dengan benar dan oleh dirinya sendiri.
•
Berkaitan dengan penguasaan beliau terhadap 4KM dalam 3 fase dan 12 aspek, Buddha menyatakan:
•
Abhiññeyyaṃ abhiññātaṃ bhāvetabbañ ca bhāvitaṃ pahātabbaṃ pahīnaṃ me tasmā Buddho’smi brāhmaṇa. (Yang harus dipahami secara langsung telah dipahami; yang harus ditumbuh-kembangkan telah ditumbuh-kembangkan, yang harus ditinggalkan telah ditinggalkan oleh Ku; oleh karena itulah, brahmana, aku adalah Buddha). [Sn 558]
Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin Monday, September 9, 13
2965F5FD
• Vijjācaraṇa sampanno (Sempurna dalam kebijaksanaan dan perilaku)
• • • •
Dia berbicara apa yang dia lakukan.
•
Analisa detail dari Vijjā dan caraṇa bisa dilihat di Ambaṭṭha Sutta (D 3); Sāmaññaphala Sutta (D 2) dan Sekha Sutta (M 53).
Vijjā merujuk kepada pengetahuan dan kebijaksanaan Buddha. Caraṇa merujuk pada perbuatan beliau. Konsitensi antara perbuatan dan ucapan. (lihat: Tathāgata Loka Sutta, A.4.23.3a)
Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin Monday, September 9, 13
2965F5FD
•
Vijjā (Pengetahuan) [Vism.VII.133] 1. Pandangan terang tentang batin-dan-materi. 2. Pengetahuan tentang daya cipta batin. 3. Pengetahuan tentang berbagai kesaktian. 4. Pengetahuan telinga-deva. 5. Pengetahuan mengetahui pikiran orang lain. 6. Pengetahuan untuk mengetahui kehidupan lampau. 7. Pengetahuan mata-deva. 8. Pengetahuan akan hancurnya semua noda.
Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin Monday, September 9, 13
2965F5FD
•
Caraṇa (Perilaku)
• •
Puññakiriya vatthu: Dāna, Sīla dan bhāvanā. Sīla, catuparisuddhi sīla (PIAP), indriya saṁvara, bhojane mattaññutā, jāgariyānuyoga, saddhā, sati, hiri, ottappa, bāhu sacca, vīriya: 4 jenis usaha (padhāna), paññā; jhāna 1, 2, 3 dan 4.
•
Monday, September 9, 13
Bāhu sacca: mempunyai kebiasaan untuk belajar dan merenungkan teks sehingga bisa memahami perbedaan diantara pañcūpādānakkhandha, dhātu, āyatana dimana kesemuanya ini adalah KM 1.
•
Merenungkan dan mempelajari paṭiccasamuppāda untuk mengetahui asal mula dari pañcakkhandha, yang merupakan KM 2.
•
Belajar dan mempraktikkan 4 satipaṭṭhāna untuk mengetahui jalan dari lenyapnya penderitaan, yang merupakan KM 4.
•
Mengetahui dan melihat 5 khandha dan asal kemunculannya. (Vipassanā ñāṇa 1 dan 2)
•
Vijjā dan Caraṇa
•
Kamma lampau yang diperlukan untuk mencapai Magga dan Phala yang harus dilatih secara seimbang.
•
Caraṇa tanpa vijjā seperti seseorang yang bisa berjalan tetapi buta.
•
Vijjā tanpa caraṇa seperti seseorang yang bisa melihat tapi cacat (tidak bisa berjalan).
•
Tidak berlatih keduanya seperti seorang buta dan lumpuh. Dia disebut assutava puthujjana (orang biasa yang tidak terpelajar)
•
Berlatih keduanya seperti seseorang yang bisa berjalan dan mempunyai mata.
Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin Monday, September 9, 13
2965F5FD
•
Kurangnya Vijjā (Kebijaksanaan)
•
Jika seseorang hanya berlatih caraṇa:
•
Bertemu ajaran Buddha, lahir sebagai manusia, hidup di tempat yang tepat, lahir dengan fisikjasmani sehat dengan indera lengkap, terlahir dari orang tua yang baik, terlahir pada saat Buddha, Dhamma dan Saṅgha eksis.
•
Tetapi tanpa latihan Kebijaksanaan yang cukup meskipun terlahir dengan kondisi seperti tersebut maka dia tidak akan mampu memahami dan melihat Dhamma dengan benar, meskipun diajarkan langsung oleh Buddha.
Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin Monday, September 9, 13
2965F5FD
•
Contoh Orang-orang yang kurang Vijjā (Kebijaksanaan)
•
Raja Pasenadi: tidak mampu mencapai magga dan phala. Walaupun berdiskusi Dhamma dengan Buddha, tetapi yang didiskusikan hanyalah Dhamma yang tidak mendalam yang hanya berada pada tingkatan konseptual. (S I.III, Kosala Saṃyutta)
•
Bhikkhu Sāti: bertemu dan menjadi murid Buddha tetapi tidak mampu memahami Dhamma. Dia berpendapat bahwa hanya satu kesadaran yang sama: yang berpindah dari satu ke lain kehidupan dan dan juga mengalami hasil dari kamma baik ataupun buruk. Dikarenakan kurangnya praktik vijjā dia tidak bisa memahami Dhamma dengan baik, meskipun dikelilingi oleh bhikkhu yang bijak dan bahkan diajarkan oleh Buddha sendiri, dia tetap saja tidak bisa memahami Paṭiccasamuppāda.
Monday, September 9, 13
•
Contoh Orang-orang yang Kurang Caraṇa
•
Walaupun punya pengetahuan Dhamma yang luas tetapi perilakunya seperti orang yang tidak berbudaya: suka marah, serakah, melanggar sila, sombong.
•
Berkecenderungan terlahir di 4 alam apāya yang akan membuatnya sulit untuk keluar karena kurangnya kesempatan untuk berlatih caraṇa di alam tersebut.
•
Cerita Kura-kura Buta. (Bālapaṇḍita Sutta, M 3.3.9)
Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin Monday, September 9, 13
2965F5FD
•
Contoh Orang-orang yang Kurang Caraṇa
•
Seandainyapun terlahir sebagai manusia dia akan terlahir pada saat tidak ada ajaran Buddha.
•
Ajaran Buddha sangat jarang muncul dimana ada masa yang lama sekali (bertrilyun tahun) tanpa kemunculan Buddha. (A 1.13 [Eka puggalo vaggo]; A 5.3.5.3 [Sārandada Sutta])
•
Meskipun terlahir pada masa Buddha, dia akan terlahir dengan orang tua dan di tempat yang tidak tepat, dengan pandangan-salah, tidak ada kebijaksanaan untuk memahami ajaran Buddha.
•
Hidup penuh kesulitan, sakit-sakitan.
Monday, September 9, 13
• Contoh Orang-orang yang Kurang Berlatih Caraṇa
• Anak Mahādhana: miskin di usia tua, tidak mampu merealisasi Dhamma, terlahir di Neraka.
• Raja Ajātasattu Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin Monday, September 9, 13
2965F5FD
Selesai Pariyatti Sāsana
www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin
Monday, September 9, 13
2965F5FD