Tahun 3 Buku 4
REMAJA Buku Pegangan Guru
Surat-Surat Paulus
Berjaga-jaga dan Berdoa April/Mei/Juni)
Berjaga-jaga dan berdoa! Sungguh sebuah gagasan yang luar biasa! Kita perlu memulai setiap hari dengan memohon Allah menolong kita untuk melihat taktik tipu muslihat Iblis, sekaligus dapat melihat jelas akibat-akibat dari dosa. Kita perlu memohon Allah untuk membuat kita peka terhadap dosa dan membencinya, sehingga akan menemukan jalan untuk menjauhinya. Mohonlah pertolongan dari Allah pada saat-saat pencobaan!
“Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Matius 26:41)
ÿ Diterbitkan oleh Majelis Pusat Gereja Yesus Sejati Indonesia
Tahun 3 Buku 4
REMAJA Buku Pegangan Guru
Surat-Surat Paulus
Judul Surat-Surat Paulus Surat-surat Paulus memainkan peranan yang sangat penting dalam menguatkan iman dari banyak gereja dan jemaat mula-mula. Ketiga belas surat ini dapat dibagi menjadi tiga kategori: A. Enam surat perjalanan penginjilan Surat Galatia (perjalanan penginjilan yang pertama, tahun 40-49 M); surat 1 dan 2 Tesalonika (perjalanan penginjilan yang kedua, tahun 50-59 M); surat 1 dan 2 Korintus, surat Roma (perjalanan penginjilan yang ketiga, tahun 50-59 M) B. Empat surat penjara (ditulis di Roma, tahun 60-62 M) Surat Efesus Surat Filipi Surat Kolose Surat Filemon C. Tiga surat penggembalaan Surat 1 Timotius (ditulis di Makedonia, tahun 6366 M)
Surat-Surat Paulus Surat 2 Timotius (ditulis di Roma, tahun 67 M) Surat Titus (ditulis di Makedonia, tahun 63-66 M) Di Alkitab, surat-surat itu tidaklah disusun menurut aturan kronologis, tetapi menurut panjang suratnya. Surat yang lebih panjang ditujukan kepada gereja-gereja dan yang lebih pendek ditujukan kepada perorangan. Surat-surat awal Paulus ditulis kirakira 25 tahun setelah kematian Tuhan Yesus, sementara surat-surat terakhir Paulus mungkin ditulis sebelum penulisan keempat kitab Injil. Profil pribadi: Paulus adalah seorang rasul bagi bangsabangsa non-Yahudi. Dikenal pula dengan Saulus, nama Yahudinya. Keluarga Paulus dan dirinya berasal dari suku Benyamin, tetapi setelah bertobat, dia dikenal dengan nama Paulus. Tempat tinggal: Paulus tinggal di Antiokhia, Siria (Kis. 13:1), tetapi menempuh perjalanan ke seluruh Kerajaan Romawi dan
menetap paling lama di Korintus dan Efesus. Pekerjaan: Pekerjaan Paulus adalah tukang kemah (Kis. 18:1-3) Pengalaman perubahan hidup: Melihat sebuah penglihatan di jalan menuju Damsyik, yang membawanya kepada pertobatan dan dipanggil menjadi seorang rasul (Kis. 9:1-32; Gal. 1:1-24). Pada mulanya, Paulus memandang dirinya sebagai seorang pemimpin Kristen yang penting, tetapi kemudian, memandang dirinya sebagai seorang “yang paling hina dari semua rasul” (1 Kor. 15:9). Lalu, Paulus menyadari bahwa “di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik” (Rm. 7:18) dan dirinya adalah seorang “yang paling hina di antara segala orang kudus” (Ef. 3:8). Akhirnya, Paulus menempatkan dirinya sebagai seorang “yang paling berdosa” (1 Tim. 1:15).
Daftar Isi Selamat Datang di Kurikulum Remaja Memahami Para Remaja Anda Beberapa Keinginan Para Remaja (1-2) Bagaimana Saya Berkomunikasi Secara Tepat Guna kepada Murid-Murid?
i-ii iii iv-v
vi
Membangun Persahabatan Bersama dengan Murid-Murid vii Bagaimana Membuat Murid-Murid Tetap Termotivasi dan Tertarik?
viii
Lomba Ayat Hafalan dan Bacaan Kitab untuk Minggu ini
ix
Ayat Hafalan untuk Kwartal ini
x-xi
Surat-Surat Paulus Sasaran dan Renungan Bagi Para Guru 1. Surat Roma 2. Surat 1 Korintus 3. Surat 2 Korintus 4 Surat Galatia 5. Surat Efesus 6. Surat Filipi 7. Surat Kolose 8. Surat 1 Tesalonika 9. Surat 2 Tesalonika 10. Surat 1 Timotius 11. Surat 2 Timotius 12. Surat Titus dan Filemon 13. Ulasan
xiii 1 11 25 37 45 61 69 79 89 99 107 115 123
Selamat Datang di Kurikulum Remaja Buku ini telah dirancang untuk membantu para Guru Pendidikan Agama untuk merencanakan dan menjadikan suasana belajar dan mengajar menjadi lebih terarah kepada murid-murid. Karena pengaruh firman Allah yang dahsyat, para Guru Pendidikan Agama memohon agar dapat menyaksikan sendiri setiap langkah perubahan dari muridmurid dalam memahami dan menerapkan Alkitab di dalam kehidupan mereka. Di sini, Anda akan menemukan berbagai bahan yang diperlukan untuk mengajar kebenaran firman Allah yang tidak berubah selamanya.
Judul Pelajaran Ringkasan dari Lima Kitab Taurat
Kurikulum ini meliputi:
Bacaan Kitab
Mat. 24-25; 22:31-32; Yoh. 5:39; Kel. 20-23; Im. 17-26; Ul. 5:12-26
CONTOH
Sasaran Pelajaran 1. 2.
Memahami pentingnya mempelajari Perjanjian Lama dan mengenal pengajaran utama dari Lima Kitab Taurat Menjadi termotivasi untuk mempelajari Alkitab dan beroleh pemahaman bagaimana menjalankan hidup mereka
Ayat Alkitab
Karena Aku berkata kepadamu: “Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” (Mat. 5:18)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini Kejadian 1-10
i
Surat-Surat Paulus
Semua pelajaran ini didasarkan pada: (Tidak tertera di dalam Buku Aktivitas Murid)
Latar Belakang Alkitab Sumber tambahan yang berkaitan dengan pelajaran untuk diketahui bagi para guru dan murid. Pemanasan Sesuatu yang menawan perhatian murid-murid, agar mereka dapat memulainya. Pemahaman Alkitab Bimbinglah murid-murid di dalam menemukan kebenaran firman Allah yang tidak berubah selamanyamelalui penerapan pemahaman Alkitab di dalam kehidupan nyata.
(Lembar Kerja Murid hanya dalam bentuk yang sederhana)
Menguji Pemahaman Ujilah pemahaman keseluruhan dari murid murid. Anda dapat melakukannya dengan berbagai cara yang berbeda. Salah satunya adalah menanyakan suatu pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang mereka telah pelajari. Penerapan Kehidupan Bantulah setiap murid untuk menerapkan firman Allah di dalam kehidupan mereka sama seperti Roh Kudus memimpin mereka. Motivasilah murid-murid melakukan tindakan untuk melatih apa yang mereka telah pelajari. Bagaimana mereka melakukan tindakan itu? Kapankah mereka melakukannya? Renungan dan Doa Mintalah murid-murid untuk berbagi apa yang mereka masih ingat setelah pelajaran berlangsung dan akhirilah di dalam doa.
Ingatlah!!!
Sasaran dan pengajaran guru ada tertulis pada setiap pendahuluan pelajaran. Bacaan Kitab untuk Minggu ini dan Ayat Hafalan ada tertulis pada setiap pelajaran. Pastikan membacanya sebelum mempersiapkan dan mengajar murid-murid.
Surat-Surat Paulus
ii
Memahami Para Remaja
Adalah penting mengajarkan dan memperlengkapi para remaja dengan dasar kekuatan yang kokoh, yaitu iman yang teguh. Sekarang ini, kita bersama dengan angkatan yang sedang mencari jawaban yang benar. Sekalipun mungkin telah mengalami suka maupun duka di dalam kehidupan atau kemerosotan rohani, mereka tetap ingin mengetahui siapa yang membuat suatu perbedaan di dalam dunia ini. Para remaja yang menjadi percaya kepada Allah akan dianggap tidak masuk akal, karena mereka pun hidup di dunia yang penuh dengan kekerasan terhadap hukum-hukum Allah. Sebagai akibat dari hal ini adalah timbulnya wabah penyakit, kerusaksan lingkungan dan kekerasan rumah tangga. Oleh karena itu, mereka diperhadapkan dengan keputusan-keputusan penting setiap harinya. Apa yang mereka putuskan dapat mempengaruhi nilai-nilai Kehidupan, iman, pendidikan, pilihan dalam berteman, pekerjaan, pernikahan dan kehidupan bergereja. Selain itu, para remaja mungkin berjuang menghadapi tekanan dari teman sebaya, gaya hidup, penyalahgunaan, persoalan keluarga, sebagaimana pula dengan jati diri. Dengan kata lain, mereka diombangambingkan oleh perubahan, entahkah secara rohani, perasaan, sosial maupun jasmani.
iii
Surat-Surat Paulus
Para remaja membutuhkan sesuatu dan seseorang bagi mereka untuk disandari, apapun yang dianggap layak untuk menjadi pegangan hidup mereka. Lalu, tugas kita adalah membimbing para remaja untuk menyaksikan kuasa Allah di dalam dunia yang selalu berubah ini. Sangat mengherankan, para remaja ingin menjadi ‘rohani’. sekalipun seluruh masyarakat berada di sekitar mereka. Oleh karena itu, mereka perlu mendengarkan banyak kesaksian pribadi dan kebenaran Alkitab mengenai bagaimana kasih Allah telah menyentuh kehidupan orang lain serta pengharapan apa saja yang dimiliki, sekalipun kita hidup di dunia yang sering kali tidak berperikemanusiaan. Bagaimana kita dapat meneguhkan iman mereka di dalam Tuhan, yang mengasihi dan peduli kepada mereka lebih daripada siapapun juga?
Beberapa Keinginan Para Remaja (1)
1. Mengasihi dan Diterima Para remaja memiliki suatu keinginan yang besar untuk diterima oleh temanteman sebayanya dan memperhatikan apa yang orang lain pikirkan mengenai diri mereka. Mereka kuatir mengenai bagaimana orang lain memperhatikan mereka secara jasmani (penampilan: terlalu tinggi, terlalu pendek, terlalu gemuk, terlalu kurus, pemahaman mengenai seks) dan secara mental (kepandaian: terlalu pandai atau terlalu bodoh). Mereka pun memperhatikan para teman, guru, olahragawan, personal media sebagai contoh bagi diri mereka. Oleh karena itu, cara guru menyatakan iman dan keyakinan akan menjadi saksi yang positif bagi diri mereka. 2. Menjalin hubungan dengan Allah atau Mencari Keyakinan Iman
3.
Merasakan Pengalaman Pribadi Bersama dengan Allah
Dalam kehidupan mereka sampai saat ini, para remaja mungkin masih belum memiliki banyak pengalaman pribadi bersama dengan Allah. Kehidupan ibadah mereka sepertinya telah teratur berjalan dengan menghadiri kebaktian di gereja ataupun di kelas dan berdoa sebelum tidur. Sekalipun keteraturan ini baik, tetapi masih belum cukup. Sekarang, saatnya memotivasi mereka untuk berdoa secara tekun, sehingga dapat menyadari peran Allah dalam kehidupan sehari-hari mereka. Bagikan beberapa kesaksian pribadi yang akan menyentuh hati mereka. Dengan demikian, mereka akan mulai melihat Allah sebagai sahabat, penghibur dan penasihat pribadi bagi diri mereka.
Pada usia seperti ini, para remaja tidak lagi akan datang ke gereja hanya disebabkan orangtua menyuruh mereka melakukannya. Mereka mulai mengembangkan hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. Sekalipun kemampuan berpikir para remaja akan menyebabkan mereka mempertanyakan apa peranan Allah dan Alkitab di dalam kehidupan sehari-hari, tetapi penting bagi Guru Pendidikan Agama senantiasa menantang mereka untuk menyediakan waktu dalam berdoa dan beribadah di luar kelas dan gereja, sehingga dapat membangun iman mereka sendiri. Sasaran kerohanian mereka adalah menemukan makna dan tujuan hidup mereka melalui Yesus Kristus.
Surat-Surat Paulus
iv
Beberapa Keinginan Para Remaja
kemampuan untuk membiarkan mereka mengetahui kelayakan diri mereka. Para remaja menghormati orangtua dan orang dewasa lainnya secara konsisiten. Ketika mereka membuat keputusan sendiri dan belajar dari kesalahan, hal itu akan membuat mereka menemukan jati dirinya sendiri dan apa yang diyakininya. Ketika melakukannya, mereka pun dapat menjadi setia terhadap keyakinan dan nilai-nilai kehidupan mereka. 4.
4.
5.
Memahami Tujuan Hidup yang Sesungguhnya
Para remaja ingin mengetahui siapa sesungguhnya diri mereka. Pada usia kritis seperti ini, mereka mulai bertanya kepada diri sendiri, “Apakah tujuan hidup saya?” dan “Apakah maksud dari semuanya ini?” Seorang remaja perlu memandang diri sendiri sebagai seseorang yang berbeda dan yang layak untuk mencapai keberhasilan dari masa transisi menuju masa dewasa. Keyakinan diri mereka begitu kuat, hingga merasa perlu membuktikan diri sebagai seseorang yang berkemampuan untuk itu. Beberapa orangtua tidak ingin membiarkan anak-anak mereka pergi seorang diri hingga menjadi berlebihan, karena merasa kuatir akan adanya ancaman perkembangan diri dari anakanak mereka. Sebagai akibatnya, para remaja akhirnya memberontak kepada orangtua. Sebagai Guru Pendidikan Agama, kita perlu menunjukkan dukungan dan motivasi serta memberikan nasihat yang membantu mereka. Kita pun perlu meneguhkan talenta dan
v
Surat-Surat Paulus
Kemurnian dan Kekudusan
Mungkin karena usia yang masih muda dan kurang begitu berpengalaman di dalam dunia yang nyata ini, para remaja sering kali merasa bahwa mereka dapat mengatasi segala sesuatunya, bila berusaha dengan cukup keras. “Saya dapat mengatasinya,” demikianlah pikir mereka. “Itu boleh saja terjadi kepada diri mereka, tetapi tidak akan terjadi kepada diri saya!” Di satu sisi adalah positif memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Bagaimanapun, ketika menghadapi banyak perncobaan yang sesungguhnya, mereka mungkin belum siap untuk menghadapi semuanya dengan ‘kepala dingin’. Sekalipun tidak perlu memberitahukan mereka dengan cerita-cerita dari banyak orang yang telah gagal untuk tetap murni dan kudus, kita tetap perlu membiarkan mereka memahami kenyataan dan kesulitan-kesulitan itu. Tantanglah mereka untuk berpikir mengenai apa yang penting bagi diri mereka dan motivasilah agar tetap teguh kepada apa yang mereka yakini.
Bagaimana Saya Berkomunikasi Secara Tepat Guna kepada Murid-Murid?
1. Sambutlah setiap murid pada tiap-tiap bagian pelajaran Sambutan yang bersahabat dan yang ramah menyatakan perhatian yang sepenuhnya. Ungkapan seperti “bagaimana keadaan kamu?” dapat menyatakan perhatian yang tulus. Ungkapan seperti “luar biasa bertemu dengan kamu!” dapat mengubah harihari dari seseorang. Sambutan kita hanya memerlukan waktu sekitar 30-40 detik, tetapi murid-murid akan begitu merasakan bahwa kita benar-benar peduli kepada mereka. 2.
Kirimlah sebuah kartu/email atauhubungilah melalui telepon untuk mengetahui seseorang sedang melakukan hal apa
Dengan mengatakan, “Saya takjub bagaimana kamu dapat melakukannya”, akan membuat suatu perbedaan yang menonjol di dalam kehidupan seseorang. Sekalipun perbuatan ini hanya memerlukan waktu 4-5 menit dan harga yang tidak seberapa dari selembar kartu, tetapi akan membuat hari-hari para remaja bersemangat kembali. 3.
Undanglah setiap murid ke ru- mah dalam acara persekutuan atau kejadian istimewa lainnya
Kenangan terindah kita dari melayani Tuhan dihasilkan melalui persekutuan atau kejadian istimewa lainnya. Setiap persekutuan akan memberikan suatu kesempatan yang baru untuk menunjukkan rasa simpati dan empati kepada seseorang. 4.
Berdoalah bersama dengan mereka
Para remaja perlu mengetahui bahwa para guru ternyata mendoakan mereka dengan tekun. Sekalipun mereka mungkin begitu sibuk dengan aktivitas belajar, kita hendaknya senantiasa mengingatkan bahwa berdoa bersama pada saat-saat tertentu itu merupakan satu-satunya cara untuk memohon hikmat dan kekuatan dari Allah.
Surat-Surat Paulus
vi
Membangun Persahabatan Bersama dengan Murid-Murid
Pada abad 21 ini, hampir semua remaja berkomunikasi melalui email setiap harinya. Dengan bantuan internet, banyak orang menemukan cara yang luar biasa untuk tetap dapat berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar mereka yang tidak dapat berbicara langsung dan dengan orangorang yang tinggalnya berjauhan. Sebagai Guru Pendidikan Agama, penggunaan email untuk menjangkau murid-murid merupakan cara yang indah di dalam membangun persahabatan.
Sejak mengetahui murid-murid dapat mengirimkan email yang sedikit lebih mendalam daripada sekedar katakata sambutan atau pujian, Anda mungkin dapat ajukan pertanyaan yang merangsang pikiran murid-murid mengenai apa yang sedang terjadi di dunia saat ini, apa yang mereka yakini, bagaimana hubungan mereka dengan keluarga atau mungkin mulailah dengan suatu pertanyaan yang pribadi mengenai hubungan mereka dengan Allah. Fakta menunjukkan bahwa murid-murid merasa senang bila menemukan email di mailbox mereka, sekalipun Anda dan mereka jarang berkomunikasi. Setidaknya, pikirkan
vii
Surat-Surat Paulus
email apa yang dapat memotivasi muridmurid agar mengetahui bahwa mereka berada di dalam pikiran Anda atau mengetahui bahwa Anda mengharapkan mereka berhasil di dalam ujian atau aktivitas olahraga. Bahkan Anda dapat membuat hari-hari mereka penuh semangat dengan memberikan pujian atau motivasi tertulis di dalamnya. Untuk menjangkau murid-murid secara tepat guna melalui email, tulislah pesan Anda secara singkat (cukup satu paragraf atau satu kalimat). Hidup di dalam masyarakat yang serba cepat ini, tidak banyak dari antara kita yang ingin memeriksa sebuah email yang panjang isinya. Begitu pula penting untuk menjawab pesan dalam waktu 1-2 hari. Murid-murid mencari Anda untuk memperoleh dukungan dan bimbingan. Anda akan segera kehilangan kepercayaan dari mereka, bila tidak ada balasan dari Anda selama satu minggu ke depan. Tetap usahakan menggunakan nada kalimat yang ramah di dalam menulis email Anda. Biarkan mereka mengetahui bahwa Anda selalu berada di dekat mereka, terutama ketika salah seorang murid sedang sakit jasmani atau lemah rohani. Kutiplah sebagian ayat Alkitab dan gunakan humor secara bebas. Para remaja tidak akan menanggapi secara positif kepada guruguru yang selalu menyalahkan. Tetaplah berada di sana dan jadilah teladan. Email adalah alat komunikasi yang luar biasa dengan murid-murid. Kiranya Allah meneguhkan iman muridmurid dan menanamkan pemahaman akan firman-Nya kepada mereka.
Bagaimana Membuat Murid-Murid Tetap Termotivasi dan Tertarik?
Kamu dapat menggunakan... 1. Permainan 2. Video klip 3. Diskusi untuk menemukan solusi atau gagasan lainnya 4. Poster 5. Pertanyaan yang menarik atau topik-topik yang hangat 6. Kesaksian atau pujian yang menyentuh hati 7. Saat-saat perenungan untuk mengintrospeksi diri 8. Kesetiaan dan kerajinan Ketika membawakan pelajaran, kamu dapat menggunakan... 1. Suatu gaya dari seorang guru ketika mengajar murid-murid 2. Suatu penggalian Alkitab yang mendalam 3. Suatu tulisan singkat yang menarik perhatian murid-murid 4. suatu film yang bermakna dalam dan yang berkaitan dengan topik pelajaran Guru dapat menguji pemahaman murid-murid dengan... 1. Meminta murid-murid untuk berbagi apa yang mereka telah pelajari 2. Menanyakan beberapa pertanyaan mengenai pemahaman Alkitab 3. Meminta murid-murid untuk menemukan moral yang baik selama pelajaran 4. Menanyakan siapa tokoh yang murid-murid ingin jadikan bagian dari kehidupan mereka 5. Meminta murid-murid untuk menerapkan pemahaman Alkitab di dalam kehidupan sehari-hari
Surat-Surat Paulus
viii
Lomba Ayat Hafalan Apakah Anda mengetahui bahwa dengan bersama-sama menghafal Ayat Hafalan di dalam kelas, dapat memberikan saat yang paling baik dalam mengajarkan firman Allah? Kebanyakan orang beranggapan bahwa murid-murid kelas Remaja telah mengetahui banyak mengenai ayat-ayat dalam Alkitab. Bagaimanapun, anggapan itu tidaklah benar. Oleh karena itu, kita sebagai Guru Pendidikan Agama haruslah lebih menekankan bagian pelajaran ini daripada yang lainnya. Mengapa? Karena dengan mengingat ayat Alkitab dapat membantu murid-murid bertahan menghadapi pencobaan dan membangun iman yang lebih teguh. Pastikan bahwa ini merupakan hal yang melibatkan para guru dan murid. Tantanglah murid-murid untuk dapat mengingat Ayat Hafalan bersama dengan Anda setiap minggunya. Adalah gagasan yang positif, bila Anda dan murid-murid dapat mengucapkan ketiga belas Ayat Hafalan pada akhir kwartal. Ini merupakan cara yang luar biasa untuk memotivasi Anda dan muridmurid. Mungkin Anda dapat menantang murid-murid dengan sebuah lomba. Buatlah lomba itu sebagai tantangan yang nyata dan lihatlah siapa yang dapat mengucapkan Ayat Hafalan paling banyak pada perlombaan itu. Anda dapat memberikan apapun macam penghargaan kepada murid-murid yang menang. Karena perlu mengulang Ayat Hafalan dari minggu ke minggu, Anda dapat menghabiskan waktu lebih banyak untuk membicarakannya bersama murid-murid. Biarkan firman Allah itu mempengaruhi kehidupan
ix
Surat-Surat Paulus
pribadi murid-murid dan menjadi bagian dari kehidupan mereka. Setelah suatu periode waktu tertentu, Anda pasti akan melihat kehidupan muridmurid bertumbuh seperti yang Allah kehendaki. Intinya adalah bila muridmurid mendapati Anda sedang serius dalam menghafal Ayat Alkitab, mereka pun akan melihatnya sebagai suatu cara yang penting untuk bertumbuh lebih menyerupai Yesus Kristus. Kiranya Allah senantiasa meneguhkan semangat pelayanan kita kepada muridmurid. Bacaan Kitab untuk Minggu ini
1. Roma 1-16 2. 1 Korintus 1-16 3. 2 Korintus 1-13 4. Galatia 1-6 5. Efesus 1-6 6. Filipi 1-4 7. Kolose 1-4 8. 1 Tesalonika 1-5 9. 2 Tesalonika 1-3 10. 1 Timotius 1-6 11. 2 Timotius 1-4 12. Titus 1-3 dan Filemon
Ayat Hafalan untuk Bulan April, Mei dan Juni
1.
“Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus. Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum Taurat, bermegah dalam Allah.” (Rm. 2:16-17)
2.
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Kor. 6:19-20)
3.
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Kor. 5:17)
4.
“…bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus…” (Gal. 2:16)
5.
“Satu tubuh dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.” (Ef. 4:4-6)
6.
“Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah, aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” (Flp. 3:8)
7.
“Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu, hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” (Kol. 2:6-7)
8.
“Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” (1 Tes. 5:23)
9.
“Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu.” (2 Tes. 1:11)
Surat-Surat Paulus
x
Ayat Hafalan untuk Bulan April, Mei dan Juni
10. “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Tim. 4:12) 11. “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.” (2 Tim. 2:22) 12. “Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia.” (Tit. 3:8)
xi
Surat-Surat Paulus
Halaman Kosong
Surat-Surat Paulus
xii
Sasaran
Surat-Surat Paulus
Surat-Surat Paulus Surat-surat Paulus memainkan peranan yang sangat penting dalam menguatkan iman dari banyak gereja dan jemaat mula-mula. Ketiga belas surat ini dapat dibagi menjadi tiga kategori: A. Enam surat perjalanan penginjilan Surat Galatia (perjalanan penginjilan yang pertama, tahun 40-49 M); surat 1 dan 2 Tesalonika (perjalanan penginjilan yang kedua, tahun 50-59 M); surat 1 dan 2 Korintus, surat Roma (perjalanan penginjilan yang ketiga, tahun 50-59 M) B. Empat surat penjara (ditulis di Roma, tahun 6062 M) Surat Efesus Surat Filipi Surat Kolose Surat Filemon C. Tiga surat penggembalaan Surat 1 Timotius (ditulis di Makedonia, tahun 63-66 M) Surat 2 Timotius (ditulis di Roma, tahun 67 M) Surat Titus (ditulis di Makedonia, tahun 63-66 M)
xiii
Surat-Surat Paulus
Renungan Bagi Para Guru Firman Allah adalah peta harta karun rohani bagi kita dan Roh Kudus adalah penuntun kehidupan bagi kita. Membaca surat-surat Paulus, dapat menggerakkan semangat hingga bernyala-nyala dalam diri kita. Kehidupan Paulus memberikan kita kekuatan untuk berjalan dan melayani Allah, karena Dia telah berjanji untuk senantiasa menyertai kita. Ketika tetap berjalan, tetap berpaut padanya, maka seperti yang dikatakan dalam kitab Yesaya, kita akan seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. Sesungguhnya, begitu berhenti hidup bagi Kristus, kita akan mulai mati secara rohani. Hidup dalam hadirat Allah merupakan inti dari kehidupan umat Kristen.
Larilah dalam Perlombaanmu “Sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah.” (Filipi 2:16)
pelajaran
Surat Roma
1
Bacaan Kitab
Rm. 12:1-2; Dan. 1:1-21; 2:14-49; 6:1-28
Sasaran Pelajaran
1. Memperkenalkan struktur dan pengajaran dari kitab Roma 2. Mengajarkan bagaimana murid-murid memperkenalkan Injil keselamatan kepada orang lain 3. Memotivasi murid-murid untuk menjalani hidup kudus, sehingga memuliakan Allah
Ayat Alkitab
“Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus. Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum Taurat, bermegah dalam Allah.” (Rm. 2:16-17)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Roma 1-16
Latar Belakang Alkitab Surat-Surat Paulus Dua puluh tujuh kitab yang terdapat dalam Perjanjian Baru dapat dibagi menjadi tiga bagian: 1. Kitab-kitab Sejarah (empat kitab Injil dan Kisah Para Rasul) 2. Surat-surat (tiga belas surat Paulus dan delapan surat umum) 3. Penglihatan (kitab Wahyu) Surat-surat Paulus memainkan peranan yang begitu penting dalam menguatkan beberapa gereja mula-mula maupun iman jemaat mula-mula. Ketiga belas surat ini dapat dibagi menjadi tiga kategori:
Surat-Surat Paulus
1
A.
Surat-surat Perjalanan Surat Galatia (perjalanan penginjilan pertama, tahun 40-49 M) Surat 1 dan 2 Tesalonika (perjalanan penginjilan kedua, tahun 50-59 M) Surat 1 dan 2 Korintus, surat Roma (perjalanan penginjilan ketiga, tahun 50-59 M)
B.
Empat Surat Penjara (ditulis di Roma, tahun 60-62 M) Surat Efesus Surat Filipi Surat Kolose Surat Filemon
C.
Tiga Surat Penggembalaan Surat 1 Timotius (ditulis di Makedonia, tahun 63-66 M) Surat 2 Timotius (ditulis di Roma, tahun 67 M) Surat Titus (ditulis di Makedonia, tahun 63-66 M)
Di Alkitab, surat-surat itu tidaklah disusun menurut aturan kronologis, tetapi menurut panjang suratnya. Surat yang lebih panjang ditujukan kepada gereja-gereja dan yang lebih pendek ditujukan kepada perorangan. Surat-surat awal Paulus ditulis kira-kira 25 tahun setelah kematian Tuhan Yesus, sementara surat-surat terakhir Paulus mungkin ditulis sebelum penulisan keempat kitab Injil. Latar Belakang Surat Roma A. Setelah Kerajaan Selatan, Yehuda, dihancurkan (tahun 586 Sebelum Masehi), orang-orang Yahudi menjadi pengembara. Dari cerita mengenai kehidupan Akwila dan Priskila, kita mengetahui bahwa orang-orang Kristen Yahudi tinggal di Roma pada awal tahun 49 M ketika Klaudius mengeluarkan maklumat untuk mengusir orang-orang Yahudi dari kota itu (Kis. 18:2). B. Surat kepada jemaat Roma ditulis di Korintus saat-saat akhir dari perjalanan penginjilan Paulus yang ketiga pada tahun 57-58 M (Kis. 19:21; 20:2; 18:1,11). Paulus tidak menulis surat ini seorang diri, tetapi dia mendiktekannya kepada Tertius (Rm. 16:22). C. Paulus tidak mendirikan gereja di Roma. Sesungguhnya, dia belum pernah melihat bangunan gereja di Roma saat surat itu ditulis. D. Saat surat itu ditulis, jemaat Roma berada dalam konflik seorang dengan yang lainnya mengenai persoalan sunat dan apakah itu penting untuk keselamatan atau tidak sama sekali. Kata-kata Kunci A. Injil berarti kabar baik, berkaitan dengan hidup, mati dan kebangkitan Yesus Kristus. B. Pembenaran berarti membebaskan atau menunjukkan keadilan. Dalam bahasa Yunani, istilah ini resmi dipakai untuk keputusan yang menguntungkan di ruang pengadilan dan Allahlah sebagai Hakim yang memimpin penghakiman itu. C. Pengudusan berarti menjadi kudus, suci dan dipakai khusus untuk perkaraperkara kudus.
2
Surat-Surat Paulus
Pemanasan Apakah makna ‘Injil Keselamatan’ bagi kalian? Mintalah murid-murid menuliskan jawaban mereka di sehelai kertas dan bagikan jawababnya kepada yang lainnya. (Batasilah waktu hingga lima menit)
Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Ikhtisar Umum Surat Roma secara sistematis menjelaskan mengenai Injil Keselamatan dengan konsep ‘pembenaran oleh iman.’ Konsep ini dapat ditemukan dalam 1:16-17, “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: Orang benar akan hidup oleh iman.” Untuk mempertahankan konsep ini, Paulus membuktikan bahwa semua orang adalah berdosa, baik orang Yahudi maupun orang non-Yahudi. Orang-orang nonYahudi berbuat dosa kepada Allah setiap harinya dalam hidup mereka; orang-orang Yahudi berbuat dosa kepada Tuhan, karena mereka tidak memegang hukum Taurat. Oleh karena itu, semua orang dihukum. Satu-satunya pilihan untuk menanggung penghukuman itu adalah Yesus Kristus, yang telah mati bagi dosa-dosa kita, melalui penumpahan darah-Nya. Ketika menerima Kristus melalui iman, kita dibenarkan atau dijadikan benar di hadapan Allah. Dalam baptisan air, kita mati dan bangkit bersama dengan Yesus Kristus dan dikuduskan oleh darah-Nya. Kemudian, barulah kita dapat hidup berkemenangan oleh kuasa Roh Kudus dan berjalan bersama dengan-Nya. Struktur surat Roma dapat diuraikan sebagai berikut: A. Pendahuluan (1:1-17) B.
Pengajaran (1:18-15:13) 1. Dosa/Penghukuman (1:18-3:20) 2. Pembenaran (3:21-5:21) 3. Pengudusan (6:1-8:39) 4. Keselamatan umat pilihan Allah (9-11) 5. Penerapan kehidupan dari Iman Kristen (12:1-15:13)
C. Penutup (15:14-16:29) Bagian # 2 – Pemahaman Alkitab dari Surat Roma A. Pendahuluan (1:1-17) Setelah memberi salam kepada orang-orang percaya, Paulus mengemukakan alasannya menulis surat Roma, yaitu:
Surat-Surat Paulus
3
a. Memenuhi kerinduannya secara rohani untuk bergabung dengan orang-orang percaya itu (1:8-10) b. Membagikan karunia rohaninya (1:11-12) c. Menghasilkan buah di antara orang-orang percaya (1:13) d. Membayar hutangnya terhadap Injil (1:14-15) Lalu, dia memperkenalkan tema dari surat Roma, yang disampaikan dengan kata-katanya sendiri sebagai Injil adalah Kebenaran Allah. Kebenaran ini dimulai dengan iman dan diakhiri pula dengan iman, “seperti ada tertulis: Orang benar akan hidup oleh iman” (1:17). B. Injil Keselamatan (1:18-15:3) 1. Dosa/Penghukuman Pada mulanya, Injil mengendalikan dosa mereka.
keselamatan
menolong
banyak
orang
dalam
a. Dosa orang-orang non-Yahudi (1:18-32) Orang-orang non Yahudi seharusnya mengakui keberadaan Allah, karena hati nurani mereka (1:19) dan bukti dari penciptaan (1:20). “Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya, pikiran mereka menjadi sia-sia da hati mereka yang bodoh menjadi gelap.” Oleh karena itu, Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka dan membiarkan mereka hidup dalam homoseksualitas dan segala macam dosa (1:28-32). b. Dosa orang-orang Yahudi (2:1-29) Orang-orang Yahudi memegahkan iman mereka kepada Allah dan menghakimi kehidupan dari orang-orang non-Yahudi. Bagaimana, mereka sendiri bukannya tidak memiliki dosa. Bahkan dengan perjanjian sunatpun, mereka ternyata tidak lebih baik daripada orang-orang non-Yahudi, karena tidak menjalankan hukum dan perintah-perintah yang mereka telah sangat ketahui. c. Dosa semua umat manusia (3:1-20) Tidak peduli orang Yahudi atau orang non-Yahudi, semuanya telah kehilangan kemuliaan Allah. Tidak seorangpun dapat berdiri di hadapan penghakiman Allah dan dinyatakan benar melalui hukum Taurat. Satu-satunya hanya dapat dibenarkan melalui iman (bandingkan dengan Gal. 3:12). 2. Pembenaran (3:21-5:21) Pembenaran (Rm. 4:2,5; 5:1) berarti membebaskan atau menunjukkan keadilan. Dalam bahasa Yunani, istilah ini resmi dipakai untuk keputusan yang menguntungkan di ruang pengadilan dan Allahlah sebagai Hakim yang memimpin penghakiman itu. Sekalipun kita semua adalah orang-orang yang berdosa, Allah telah memberikan kita kesempatan untuk dibenarkan, sehingga dapat luput dari penghukuman yang seharusnya kita terima. Keselamatan kita diberikan melalui anugerah Allah dan penebusan dari kematian Kristus.
4
Surat-Surat Paulus
a. Pembenaran hanya melalui iman (3:21-31) i. Manusia tidak dapat dibenarkan melalui perbuatan baik (3:27), melakukan hukum Taurat (3:28) atau tradisi sunat (4:11). Pembenaran ini adalah melalui anugerah Allah, darah Kristus dan iman dari seseorang, yang membuat dirinya dibenarkan di hadapan Allah (3:24-25; 4:25; 5:9). ii. Pembenaran oleh Allah bukanlah sebuah izin untuk bebas berbuat dosa lagi. Ketika percaya Kristus, kita dibenarkan dari dosa-dosa yang telah diperbuat dahulu (3:25). Ketika menerima anugerah ini, kita seharusnya secara sadar berusaha untuk berjalan di jalan Tuhan. b. Contoh dari pembenaran oleh iman, yaitu Abraham (4:1-25) i. Abraham adalah bapa iman kita. Allah memanggil, memberkati dan memperbanyak keturunannya (Yes. 51:2). ii. Abraham tidak dibenarkan oleh sebab perbuatan-perbuatannya (4:1-8), sunat (4:9-10) atau hukum Taurat (4:13); dia dinyatakan benar oleh Allah, karena imannya yang tidak goyah. – Abraham terkenal oleh sebab perbuatannya. Dia mengikuti perintah Allah, bahkan sampai mengorbankan putranya, Ishak, di atas mezbah. Bagaimanapun, Abraham dinyatakan benar sebelum dia memiliki anak, ketika Allah menjanjikannya banyak keturunan (Kej. 15:5-6). – Abraham tidak mengandalkan sunat, agar dibenarkan (Rm. 4:10-11). – Pada zaman Abraham, belum ada hukum seperti hukum Taurat Musa. iii. Ciri khas dari iman Abraham: – Dia percaya kepada janji Allah (4:13-16). – Dia percaya bahwa kuasa Allah dapat membangkitkan orang mati (Ibr. 11:17-19) – Dia percaya bahwa Allah dapat mengubah yang tidak ada menjadi ada (Rm. 4:17). c. Keuntungan orang yang dibenarkan oleh sebab iman (5:1-21): i. Hidup dalam damai sejahtera dengan Allah melalui Tuhan kita, Yesus Kristus (5:1). ii. Beroleh jalan masuk kepada kasih karunia Allah (5:2). iii. Bermegah dalam kesengsaraan (5:3). iv. Dipenuhi dengan kasih Kristus (5:5). v. Beroleh hidup (5:18). Pada mulanya, kita terbelenggu oleh dosa yang masuk ke dalam dunia melalui Adam dan dikutuk untuk mati (5:12). Karena dibenarkan melalui rencana keselamatan Kristus, kita dapat menerima hidup. 3. Jalan Menuju Pengudusan (6:1-8:39) a. Melalui baptisan air, kita memakukan diri yang lama di kayu salib (6:1-9). i. Kita mati, dikuburkan dan bangkit bersama dengan Kristus (Rm. 6:3-8). ii. Baptisan air merupakan saat penting dalam hidup, karena kita keluar dari kuasa Iblis dan masuk ke dalam perlindungan Allah. Status kita diubah dari seorang hamba dosa menjadi anak Allah. Kita diberikan kesempatan untuk hidup baru (6:4) dan menjadi senjata-senjata kebenaran (6:13).
Surat-Surat Paulus
5
b. Pergumulan kita terhadap dosa belumlah berakhir dengan baptisan air i. Kita masih akan mengalami saat-saat lemah, karena ada dua hukum yang berperang di dalam diri kita – hukum Allah dan hukum dosa (7:18-25). ii. Oleh sebab sifat dosa kita yang alami dan tinggal di dalam dunia yang penuh dosa, yang dikendalikan oleh Iblis, kita seringkali ditaklukkan oleh dosa (7:21). c. Kita harus mengandalkan Roh Kudus untuk ‘mati terhadap dosa’ dan menemukan kebebasan di dalam Kristus (6:4) i. Roh Kudus membebaskan seseorang dari hukum dosa dan maut (8:1-2). ii. Selama berada di dunia, dosa akan berusaha menarik kita untuk menjauh dari Allah. Hanya Roh Kuduslah yang akan memberikan kita kuasa untuk memandang bahwa diri sendiri telah mati bagi dosa (6:11). Ketika kita mati bagi dosa, kita dengan sendirinya akan membenci segala hal yang berdosa dan menjauhi kejahatan. iii. Bila orang Kristen tidak berdoa, dia tidak dapat memiliki kepenuhan kuasa Roh Kudus. Akan sulit baginya untuk menanggung pencobaan dan akan sangat mudah dikalahkan oleh keinginan-keinginan dosa. 4. Keselamatan umat pilihan Allah (9:1-11:36) a. Memahami hak pilih dari Allah yang berdaulat i. Allah memilih seseorang sesuai dengan janji-Nya (9:6-9), bukan oleh sebab perbuatan atau tindakan kita (9:10-13). ii. Allah memiliki kebebasan mutlak dalam memutuskan siapa yang akan diselamatkan. Dia memilih seseorang berdasarkan pilihan-Nya (9:11-13), kemurahan-Nya (9:15) dan otoritas-Nya (9:20-21). iii. Kita tidak berhak mempertanyakan keadilan Allah, karena kita semua diselamatkan oleh kemurahan-Nya (9:15). b. Status pilihan dari keturunan Yahudi i. Status khusus ‘pilihan’ dari keturunan Yahudi merupakan bukti dari otoritas Allah yang mutlak. ii. Orang-orang Yahudi mengejar kebenaran melalui perbuatan dan bukannya melalui iman (9:32). Mereka tidak memahami kebenaran Allah dan mendirikan kebenaran mereka sendiri (10:3). Oleh karena itu, mereka tidak percaya atau mengakui Kristus dan keselamatan yang diberikan kepada orang-orang non-Yahudi (10:9-21). iii. Keturunan Yahudi akhirnya akan diselamatkan karena janji Allah kepada Abraham (11:1-36). 5. Pembaruan – Penerapan Hidup dari Iman Kristen (12:1-15:13) Bagian akhir dari menerima Injil Keselamatan adalah menjalankannya. Kita membalas kasih Allah dengan memelihara diri tetap kudus dan menyatakan Kristus kepada orang-orang di sekitar kita. a. Terhadap Allah, kita... (12:1-2): – ...mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Allah (12:1).
6
Surat-Surat Paulus
–
...janganlah menjadi serupa dengan dunia, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budi kita (12:2) b. Di gereja, kita bertujuan untuk... (12:3-8): – ...menjadi rendah hati dan berpikirlah dengan tenang (12:3). – ...tetap bersatu dan bekerja sama untuk membangun tubuh Kristus (4-8; Ef. 4:11-16; 1 Kor. 12). c. Di masyarakat, kita... (13:1-14): – ...tunduk terhadap otoritas pemerintah (13:1-14). – ...melakukan kewajiban kita sebagai warga negara (13:6-7). d. Terhadap sesama, kita... (14:1-22): – ...menerima kelemahan sesama dengan iman dan tidak menghakiminya (14:1-13). – ...melakukan segala sesuatu berdasarkan kasih (14:5-12). – ...berhati-hati, agar tidak menyebabkan saudara-saudara seiman jatuh tersandung, bahkan jika itu berarti mengabaikan kebebasan kita (14:1318). – ...mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun (14:19). C. Penutup (15:14-16:28) Paulus mengakhiri dengan menyatakan amanat dirinya sebagai seorang pemberita Injil bagi orang-orang non-Yahudi, membagikan rencananya untuk mengunjungi Roma dan menyampaikan salam kepada jemaat di sana.
Menguji Pemahaman 1. Apakah pesan penting dari surat Roma? 2. Apakah lima hal utama yang Paulus gunakan untuk menjelaskan Injil Keselamatan? 3. Menurut surat Roma, mengapa orang-orang non-Yahudi dihukum? Mengapa orang-orang Yahudi dihukum? Mengapa semua manusia dihukum? 4. Apakah makna dari pembenaran? Mengapa kita harus dibenarkan? 5. Mengapa penting bagi kita untuk dibaptis? Apakah setelah dibaptis, kita bebas dari dosa? 6. Apakah yang diajarkan surat Roma kepada kita mengenai hak pilih dari Allah yang berdaulat mengenai keselamatan? 7. Bagaimana kita membalas kemurahan Allah?
Surat-Surat Paulus
7
Penerapan Kehidupan “Apakah yang Kalian Akan Perbuat?” Kadang, sangatlah sulit untuk menjalani sebuah kehidupan yang berkorban. Bacalah skenario dan saran berikut berdasarkan pengajaran dari surat Roma. Skenario 1 Johnny adalah seorang siswa tingkat 10 (setara dengan SMU kelas 1 di Indonesia), sekaligus merupakan jemaat Gereja Yesus Sejati dari angkatan kedua, yang dibaptis ketika dia masih bayi. Sekalipun menjadi dewasa di gereja, tetapi tidak pernah ada anak yang sebaya dengannya. Sebagai akibatnya, kebanyakan dari teman-temannya adalah bukanlah jemaat. Suatu hari, Johnny dan James sedang berdiri dekat lockers (lemari penyimpan barang untuk murid) di sekolah. Segerombolan gadis sedang lewat dan salah seorang dari antara mereka tersenyum kepada Johnny. Setelah mereka lewat, Jamespun memberi sikutan kepada Johnny. James: “Hei, menurutku dia menyukaimu. Apakah kamu akan mengajaknya pergi?” Johnny: “Tidak, aku rasa aku belum siap untuk berpacaran.” James: “Apakah kamu bercanda? Kamu sungguh pemalu. Kamu adalah satusatunya pria di kelas kita yang tidak pernah memiliki kekasih. Apakah ada masalah denganmu?” Johnny (dengan muka merah padam): “Tidak, hentikanlah!” Pertanyaan – pergumulan apakah menurut kalian yang sedang dihadapi Johnny? Saran apakah yang kalian akan berikan kepada Johnny berdasarkan Roma 12:1-2? (Johnny sedang bergumul dengan tekanan dari seorang teman dan godaan untuk penyesuaian dirinya. Roma 12:1-2 memberitahukan untuk “persembahkan tubuhmu (kita) sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: Ini adalah ibadahmu (kita) yang sejati. Janganlah kamu (kita) menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu (kita) dapat membedakan manakah kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Oleh karena itu, merupakan kehendak Allah bagi kita untuk memelihara tubuh tetap kudus. Pula, seseorang seharusnya stabil dalam emosi, mental dan rohani sebelum seseorang berpacaran. Skenario 2 Keluarga Sasha percaya kepada Tuhan ketika dia bersekolah pada tingkat 4 (setara dengan SD kelas 4 di Indonesia). Dia menjadi dewasa di gereja dengan sukacita dan tidak pernah melewatkan hari Sabat sejak saat itu. Saat remaja, Koordinator Guru Pendidikan Agama merekomendasikan dirinya untuk mengikuti Persekutuan Guru Pendidikan Agama dan menjadi guru bantu di kelas Madya. Dengan sukacita, Sasha menerima tanggung jawab itu. Bagaimanapun, ketika mulai membantu di kelas Madya, dia menyadari bahwa guru-guru Pendidikan Agama di kelas itu tidaklah mempersiapkan diri seperti yang seharusnya diperkirakannya. Beberapa di antara mereka adalah ibu-ibu yang tidak dapat berbicara dalam bahasa Inggris dengan fasih. Yang lainnya, mengajar
8
Surat-Surat Paulus
dengan kaku dari buku tanpa alat bantu visual apapun. Sesungguhnya, dia pun menduga bahwa mereka hanyalah membaca pelajaran sesaat sebelum pelajaran dimulai. “Sungguh mengecewakan,” pikir Sasha. “Aku yakin bahwa diriku dapat berbuat lebih baik, sekiranya mereka mengizinkanku mengajarkan pelajaran itu daripada hanya menjadikanku seorang guru bantu.” Pertanyaan – Apakah ada yang salah dengan sikap Sasha? Saran apakah yang kalian akan berikan kepadanya dari Roma 12:3? (Sikap Sasha menunjukkan kesombongan. Roma 12:3 memberitahukan: “Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi daripada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.” Skenario 3 Jennifer adalah putri seorang diaken. Seumur hidupnya, dia merasa bahwa dirinya seolah-olah berada di dalam akuarium; orang-orang selalu memperhatikan dan mengevaluasi tindakannya. Pada suatu hari Sabat, saat makan siang, Jane menemukan Jennifer sedang menangis di kamar mandi. “Apakah yang terjadi?” tanya Jane. “Aku tidak tahan lagi! Sungguh tidak adil! Mengapa orang-orang selalu mengatakan hal yang menakutkan mengenai diriku?” isak Jennifer. “Aku tidak dapat melakukan apa-apa!” Dia memberitahu Jane bahwa ibunya telah memarahinya, karena mengenakan pakaian berwarna merah muda yang agak transparan ke gereja. Beberapa ibu merasa bahwa pakaian itu terlalu ketat dan terbuka, terutama untuk putri seorang diaken. “Aku benci itu! Aku ingin mereka mati!” tangis Jennifer. Pertanyaan – Apakah ada yang salah dengan sikap atau perbuatan Jennifer? Bila kalian adalah Jane, apakah yang kalian akan katakan kepada Jennifer berdasarkan Roma 12:17-18; 14:13 dan 14:21? (Jennifer tidak menyadari bahwa pakaian yang dipilihnya dapat menyebabkan orang lain tersandung. Dia sangat pendendam, kita haruslah menasihatinya dengan: 1. Roma 12:17-18, “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” 2. Roma 14:13, “Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung!” 3. Rom 14:21, “Baiklah engkau jangan makan daging atau minum anggur atau sesuatu yang menjadi batu sandungan untuk saudaramu.”
Surat-Surat Paulus
9
Renungan dan Doa Tuhan Yesus yang terkasih, Terima kasih atas pengorbanan-Mu. Karena Engkau telah mati di kayu salib menggantikan kami, sehingga kami dapat dibenarkan dan luput dari hukuman atas dosa-dosa kami. Sungguh, anugerah-Mu luar biasa dan mengherankan. Ketika kami melanjutkan perjalanan hidup, tolonglah kuatkan iman kami, sehingga dapat memepercayai-Mu seperti Abraham. Penuhilah kami dengan Roh KudusMu dan tolonglah kami dalam mengalahkan pencobaan-pencobaan pada masa muda. Tolonglah kami, agar dapat menjadi kudus dan murni sebagai persembahan yang hidup, sehingga dapat menunjukkan kasih-Mu kepada semua orang yang berada di sekitar kami dan menarik mereka kepada Injil Keselamatan. Dalam nama-Mu yang kudus, kami berdoa. Amin.
10
Surat-Surat Paulus
pelajaran
Surat 1 Korintus
2
Bacaan Kitab 1 Korintus 1-16
Sasaran Pelajaran
1. Memotivasi murid-murid untuk memuliakan Allah dengan menjalani hidup yang kudus 2. Mengajarkan murid-murid pentingnya memiliki kesatuan di dalam gereja 3. Mengajarkan murid-murid untuk mengandalkan hikmat rohani dan kasih ketika menangani konflik-konflik yang ada di dalam gereja.
Ayat Alkitab
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Kor. 6:19-20)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) 1 Korintus 1-16
Latar Belakang Alkitab Kota Korintus hampir dimusnahkan oleh bangsa Romawi pada tahun 146 SM (Sebelum Masehi) dan dibangun kembali pada tahun 44 SM sebagai koloni bagi tempat tinggal para budak Romawi yang telah dibebaskan dan rakyat jelata yang terlantar. Karena letaknya yang strategis di Yunani selatan, kota Korintus dengan segera menjadi pusat perdagangan dan sebagai salah satu kota termakmur di Kerajaan Romawi. Sekalipun Korintus dikenal oleh sebab pengejarannya akan pengetahuan dan filsafat, tetapi dikenal pula oleh sebab percabulannya. Kelonggaran standar moral itu sangat dipengaruhi oleh penyembahan kepada Aprodite, dewi cinta dan praktek prostitusi agama.
Surat-Surat Paulus
11
Korintus adalah sebuah daerah perkotaan utama (selain di Anthiokia), yang mendapat pemberitaan Injil dari Paulus. Bersama dengan rekan-rekan kerja seperti Timotius, Silas, Akwila, Priskila dan Febe, Paulus mengadakan berbagai pertemuan rumah tangga dan mengajar selama 18 bulan. Pertemuan-pertemuan rumah tangga di Korintus akan berkumpul bersama secara periodik untuk mengambil bagian dalam perjamuan Tuhan (Perjamuan Kudus). Setelah Paulus menyeberang ke Laut Tengah untuk memberitakan Injil di Efesus, Apolos pun menggembalakan jemaat Korintus. Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Korintus ditulis sekitar tahun 57 M (1 Kor. 16:8-9), sekaligus merupakan tanggapan pribadi Paulus dalam wujud surat atas pertanyaan-pertanyaan dari jemaat Korintus dan berita-berita konflik yang berkembang di dalam gereja saat itu. Surat ini ditulis di Efesus dan diantarkan oleh Timotius.
Pemanasan Apakah yang kita akan lakukan ketika menjumpai pertanyaan-pertanyaan rohani atau alkitabiah dalam hidup sehari-hari? Sekalipun teman-teman dapat memberikan beberapa jawaban, kita biasanya lebih suka bertanya kepada orangtua, guru Pendidikan Agama yang dapat dipercaya atau pendeta yang memiliki lebih banyak hikmat rohani dan dapat membedakan. Bagaimanapun, apakah yang kita lakukan ketika mereka tidak berada di sekitar kita? Kita dapat menelepon atau mengirimkan email kepada mereka. Gereja Korintus pun mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan karunia-karunia rohani dan kebangkitan. Sebagai gereja yang masih baru, mereka merasa cara terbaik untuk berhubungan adalah dengan menulis surat kepada rasul mereka. Sebagai balasannya, Paulus menuliskan surat 1 Korintus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Dia pun menggunakan kesempatan itu untuk memberikan petunjuk tambahan berdasarkan berita yang mereka dengar dari keluarga Kloe (1:11). Melalui surat itu, kita dapat belajar mengenai beberapa persoalan yang mungkin kita hadapi sekarang dan bagaimana cara menanganinya dengan cara yang saleh.
Pemahaman Alkitab Surat 1 Korintus Surat 1 Korintus seperti biasanya dimulai dengan tujuan, salam dan ucapan syukur Paulus. Kemudian, isi dari surat ini ditujukan kepada serangkaian persoalan utama seputar jemaat Korintus.
12
Surat-Surat Paulus
Persoalan-persoalan utama itu meliputi: A. Perpecahan gereja (pasal 1-4) B. Persoalan-persoalan moral (pasal 5-6) C. Perkawinan (pasal 7) D. Makanan yang dipersembahkan kepada berhala (pasal 8-10) E. Ketidaktertiban dalam gereja (pasal 11) F. Karunia-karunia rohani (pasal 12-14) G. Kebangkitan (pasal 15) A. Perpecahan Gereja (pasal 1-4) Sekalipun gereja Korintus diberkati dengan karunia-karunia dengan limpahnya (1:7), banyak perpecahan dan perselisihan yang terjadi di kalangan jemaat: a. Salah mengira hikmat rohani sebagai hikmat duniawi (pasal 1-2) Kebudayaan Yunani yang dominan pada saat itu menyebabkan pengejaran akan pengetahuan dan sering dimasukkan ke dalam diskusi-diskusi filsafat (Kis. 17:21). Beberapa jemaat menganggap Injil sebagai hikmat duniawi yang harus dikejar, dibanggakan dan diperdebatkan. Di sini, Paulus mengingatkan mereka bahwa “supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah” (1 Kor. 2:5). Hanya orang-orang yang mengejar hikmat rohanilah yang dapat memahami rahasia dan anugerah Allah. b. Mengikuti pemimpin palsu (pasal 3) Jemaat Korintus menyalahpahami peran dari para pembawa pesan Injil seperti Paulus, Apolos dan Petrus. Mereka menyetarakan diri dengan para hamba Allah itu dan memperdebatkan di antara mereka sendiri mengenai siapa ‘pemimpin rohani’ yang terbaik. Sebagai rekan sekerja Allah, seharusnya tidak ada yang harus diperdebatkan atau dimegahkan. Siapapun yang menanam atau menyiram, Allahlah yang memberi pertumbuhan. Yesus Kristus, Tuhan kita adalah satusatunya Pemimpin kita. Kita hanya bekerja sama dengan Dia untuk mencapai tujuan yang sama (3:7). c. Yang berhikmat menurut pandangan mereka (pasal 4) Beberapa jemaat menganggap diri mereka berhikmat dan memegahkan talenta dan karunia rohani yang mereka miliki (4:7-8). Bahkan kekayaan rohani dari jemaat Korintus menyebabkan mereka menjadi sombong dan memandang rendah orang lain. Untuk mengingatkan keparahan kekeliruan mereka ini, Paulus menggunakan banyak perbandingan untuk menunjukkan bagaimana hambahamba Allah yang benar tidak akan mengejar kehormatan atau kemuliaan duniawi. Mereka bekerja, berjerih lelah, memberkati dan bertahan demi Kristus, tetapi dipandang sebagai orang bodoh dan menjadi tontonan (4:9-10). Oleh karena itu, kita seharusnya meneladani para hamba Allah dan memperlakukan mereka dengan rasa hormat.
Surat-Surat Paulus
13
B. Persoalan-Persoalan Moral (pasal 5-6) a. Percabulan – inses/berhubungan seks antar saudara (pasal 5-6) 1. Membuang kecemaran demi kemurnian Gereja adalah sebuah lembaga kudus yang tidak dapat mentolerir percabulan, ketamakan, penyembahan berhala, fitnah, kemabukan dan penipuan (5:9-11). Ketika dikatakan bahwa ada seorang jemaat sedang berzinah dengan ibu tirinya, Paulus menggunakan perumpamaan ragi. Untuk mencegah gereja menjadi cemar dan sombong, para jemaat disarankan untuk ‘membuang ragi yang lama’ (5:7) dan ‘orang itu harus diserahkan kepada Iblis, agar tubuhnya binasa’ (5:5). 2. Memuliakan Allah dengan tubuh kita (6:12-20) Beberapa jemaat Korintus memandang tubuh mereka sebatas tubuh jasmani saja bahwa seks diciptakan untuk tubuh dan tubuh diciptakan untuk seks. Kaum Hedonis (sekelompok orang yang hanya mencari kesenangan dunia) pada masa itu, bahkan meyakini bahwa untuk melenyapkan keinginan daging, seseorang haruslah berusaha dengan berbagai cara untuk memuaskannya. Untuk mengoreksi pandangan keliru ini, Paulus mengatakan bahwa perbuatanperbuatan jasmani pun dapat mempengaruhi kehidupan rohani seseorang. Setelah rohani seseorang bersatu dengan Allah, tubuh kita menjadi Bait Roh Kudus. Tubuh jasmani bukan lagi milik kita, karena diri kita telah dibeli dengan suatu harga. Oleh karena itu, kita haruslah memuliakan Allah, baik dengan tubuh maupun roh kita (6:19-20). Catatan untuk Guru Pendidikan Agama: “Sesuatu yang benar di tempat yang salah dan waktu yang salah merupakan sesuatu yang salah.“ Seks adalah hal baik yang diciptakan Allah untuk kenikmatan suami isteri di dalam ikatan pernikahan. Namun, ketika sesuatu yang baik digunakan di luar tujuan sebenarnya dan dipergunakan secara tidak sah, seks menjadi tidak bermoral dan keliru. Istilah ‘percabulan’ (5:1) berasal dari kata Yunani ‘porneia’ yang berarti perilaku seksual yang tidak sah, yaitu dari seks pranikah sampai perzinahan. Kata ini merupakan akar kata Yunani yang kita serap dari kata bahasa Inggris – pornografi. Cara terbaik untuk menghindari ketidakbenaran seperti ini adalah menjauhkan diri dari percabulan (6:18). b. Perkara hukum dalam gereja (6:1-8) 1. Menyelesaikan perselisihan di dalam gereja Para jemaat Korintus tidak dapat saling mengampuni, bahkan menyeret saudarasaudara seiman mereka ke pengadilan untuk dihakimi di hadapan orang-orang yang tidak percaya. Perbuatan seperti ini bukan hanya melukai jemaat, tetapi mempermalukan pula nama Allah. Paulus menyarankan di 1 Korintus 6:1-6 bahwa orang-orang Kristen seharusnya jangan menuntut saudara-saudara mereka, tetapi kembali ke gereja untuk menyelesaikan perkara-perkara kecil yang ada. 2. Pengampunan adalah kuncinya Sebagai jemaat Kristus, kita harus memperlakukan seorang dengan yang lainnya dengan kasih dan pengampunan. Perpecahan dan perselisihan dapat dihindari, bila setiap orang mau saling mengampuni ketika melakukan kesalahan
14
Surat-Surat Paulus
(6:7). Bila Allah dapat membersihkan dan mengampuni orang-orang berdosa – orang cabul, penyembah berhala, pezinah, banci, pemburit, pencuri, orang kikir, pembauk, pemfitnah dan penipu (6:9-10) – dan menguduskan mereka melalui baptisan air, bukankah betapa kita harus lebih lagi mengampuni pelanggaran seorang saudara? Catatan untuk Guru Pendidikan Agama: Melatih ‘kewaspadaan terhadap keluhan.’ Hari ini, kita pun haruslah berhati-hati apabila mengeluh kepada teman-teman yang belum percaya mengenai persoalan-persoalan di dalam gereja kita. Lagipula, siapakah yang mau bergabung dengan sebuah kelompok yang selalu bertengkar dan berselisih? Sebaliknya, kita haruslah berusaha berdamai seorang dengan yang lainnya dan menarik orang-orang ke gereja dengan kasih kita. C. Perkawinan (pasal 7) a. Suami dan istri (7:1-5) Sementara percabulan mendominasi latar belakang suatu kebudayaan, ada beberapa jemaat yang beranggapan bahwa hubungan intim itu menjijikkan, bahkan di dalam perkawinan sekalipun. Paulus menanggapi hal ini dengan pengajaran bahwa perkawinan merupakan lembaga suci yang didirikan oleh Allah. Hubungan intim dalam perkawinan merupakan hal yang berkenan kepada Allah, sekaligus merupakan berkat bagi pria dan wanita yang dipersatukan di dalam Tuhan. Setiap pasangan di dalam perkawinan haruslah memperlakukan pasangannya dengan rasa hormat. Setelah menikah, seseorang haruslah memberikan dirinya bagi pasangannya, kecuali untuk berdoa dan untuk waktu yang singkat. b. Hidup Melajang (7:6-9) Para pria dan wanita lajang dapat berkonsentrasi dalam melayani Tuhan, sementara itu, orang-orang yang menikah sibuk dengan tanggung jawab keluarga. Bagaimanapun, Paulus tidak menuntut orang lain mengikuti teladannya untuk hidup melajang dan justru menekankan bahwa karunia hidup melajang itu pastilah diberikan oleh Allah (bandingkan dengan Mat. 19:10-11). c. Perceraian (7:10-24) Bila seseorang memiliki pasangan yang bukan orang percaya, jemaat itu tidak boleh meninggalkannya. Sebaliknya, dia justru harus dengan kasih membawa pasangannya kepada Tuhan. Jemaat hanya dapat menceraikan pasangannya, bila dia berbuat zinah. Tetapi, adalah lebih baik untuk hidup bersama demi anakanak. Bila terjadi perceraian, wanita tidak dapat menikah lagi sampai mantan suaminya meninggal. d. Menikah Lagi (7:25-40) Menurut Paulus, adalah sah bagi para janda untuk menikah lagi selama mereka menikah di dalam Tuhan. Tetapi, lebih berbahagia, apabila tetap menjadi seorang janda. Catatan untuk Guru Pendidikan Agama: Persiapan untuk perkawinan – muridmurid kelas Remaja dapat mulai mempersiapkan diri untuk menikah dalam sebuah pernikahan kudus dengan mengumpulkan konsep-konsep alkitabiah atau
Surat-Surat Paulus
15
kebenaran mengenai pernikahan, memelihara diri tetap kudus secara seksual terhadap pasangan mereka kelak dan mempersembahkan waktu yang berharga dari kehidupan lajang mereka bagi pekerjaan Allah. D. Makanan yang Dipersembahkan kepada Berhala (pasal 8-10) a. Tidak mengambil bagian dengan roh-roh jahat Penyembahan berhala merajalela di kota Korintus dan banyak binatang dipersembahkan sebagai korban di dalam kuil-kuil berhala. Bagian yang tidak terpakai dari daging binatang itu dijual ke pasar atau dihidangkan pada perayaan umum atau di restoran yang letaknya dekat dengan kuil. Beberapa jemaat Korintus yang memegahkan diri karena memiliki pengetahuan (8:1), mengira bahwa itu tidaklah berdosa untuk memakan daging yang telah dipersembahkan kepada berhala, karena: 1) mereka tidak percaya kepada berhala dan 2) Paulus pun menyetujui bahwa berhala bukanlah Allah yang sesungguhnya (8:4). Bagaimanapun, menyantap makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala dapat menyebabkan kita bersekutu dengan roh-roh jahat (10:20), kita haruslah menghindarinya, apapun resikonya. b. Mempertimbangkan jemaat yang lebih lemah imannya Gereja mula-mula telah memerintahkan orang-orang percaya untuk menahan diri terhadap hal-hal yang telah dipersembahkan kepada berhala (Kis. 15:29). Bila jemaat yang lebih lemah imannya melihat orang percaya yang lebih kuat imannya makan di kuil-kuil berhala, jemaat yang imannya lebih lemah dapat menodai hati nurani mereka. Oleh karena itu, Paulus meminta jemaat Korintus untuk tetap belajar mengasihi dalam pengejaran mereka akan hak dan kebebasan. E. Ketidaktertiban di dalam gereja (pasal 11) a. Penutup kepala (11:1-16) Etika seorang wanita pada masa surat 1 Korintus ditulis adalah kebiasaan orang Yunani, yaitu seorang wanita terhormat haruslah menutup kepala mereka (perempuan sundal ditandai dengan penggundulan rambutnya). Oleh karena itu, Paulus menyarankan kepada para wanita untuk memelihara rambut panjang sebagai kemuliaan mereka. Sekalipun saat sekarang ini tidak perlu memelihara rambut panjang secara literal, tetapi saudari-saudari seiman masih harus memegang semangat kesetiaan, kerendahan hati dan ketaatan yang sama, baik di gereja maupun di rumah. b. Perjamuan Tuhan – pembagian dan penghormatan (pasal 11:17-34) i.
16
Berbicara pada waktu makan Pada masa gereja mula-mula, orang-orang Kristen berkumpul untuk bersekutu dalam perjamuan malam yang akan diakhiri dengan Perjamuan Kudus. Persoalan yang terjadi di Korintus adalah tidak meratanya pembagian makanan selama perjamuan malam. Beberapa orang makan dengan rakusnya, sementara yang lain kelaparan (21). Tidak ada orang yang mau menantikan jemaat lainnya (22). Paulus tidak suka dengan perbuatan seperti itu dan mengingatkan mereka bahwa tujuan dari perjamuan malam adalah untuk menunjukkan kasih persaudaraan.
Surat-Surat Paulus
ii. Ketidakkhidmatan selama Perjamuan Kudus Perjamuan Kudus pun dilaksanakan dengan tidak khidmat dan kacau. Oleh karena itu, Paulus memperingatkan orang-orang percaya untuk memperhatikan keberadaan tiap-tiap jemaat selama perjamuan malam dan dengan hormat, mengambil bagian dari tubuh dan darah Kristus. Bila tidak demikian, mereka sesungguhnya, makan dan minum dosa sendiri. Catatan untuk Guru Pendidikan Agama: Lebih dari sekedar yang dikenakan orangorang pada zaman para rasul, para wanita akan memelihara rambut panjang mereka dan menutupinya sebagai tanda kehormatan. Bahkan bila seorang wanita melakukan perbuatan yang membangun seperti berdoa dan bernubuat (berkhotbah) dengan kepala yang tidak ditutup akan membuat dia merasa malu (11:6). Ini mengajarkan kepada kita pentingnya berdandan yang benar ketika beribadah di Rumah Allah. Sekalipun rasa hormat yang berasal dari dalam hati paling penting, tetapi kita pun haruslah menjaga penampilan luar kita. Kita tidak ingin rambut/pakaian/aksesoris menarik perhatian dan menyebabkan orang melirik kita untuk kedua kalinya. Sebaliknya, kita haruslah menjaga, agar pakaian tetap rapi, bersih dan pantas, sehingga dapat memuliakan Allah dari dalam hati maupun penampilan luar. F. Karunia-karunia Rohani (pasal 12-14) a. Banyak karunia untuk satu tubuh (pasal 12) Gereja Korintus diberkati dengan banyak karunia rohani – hikmat, pengetahuan, iman, kesembuhan, mujizat, nubuat, membedakan roh dan bahasa roh (pasal 14-16). Sayangnya, beberapa jemaat berusaha untuk saling membandingkan dan merasa lebih unggul dalam karunia-karunia mereka. Paulus mengoreksi hal itu dengan menggunakan perumpamaan tubuh. Dalam satu tubuh, tidak ada bagian tubuh yang lebih penting atau kurang penting. Karena semua anggota tubuh saling bergantung yang satu terhadap lainnya dalam fungsinya. Demikian pula, tidak ada karunia rohani yang lebih unggul atau kurang unggul. Kita perlu menggunakan karunia-karunia yang telah diberikan Roh Kudus untuk bekerja bersama-sama, sehingga jemaat Kristus dapat saling memberi kesejahteraan dan dimuliakan. b. Karunia yang terbesar adalah kasih (pasal 13) Gereja Korintus diberikan karunia rohani dengan limpahnya, namun kekurangan kasih, sehingga menyebabkan jemaat terbagi-bagi ke dalam golongan-golongan. Di sini, Paulus mengingatkan mereka bahwa kasih merupakan karunia yang terbesar. Kasih lebih besar daripada pengetahuan, iman, perbuatan. Kasih mau berkorban dan sempurna. Kasih dapat mengalahkan keirihatian, kesombongan dan kemegahan diri yang disebabkan oleh pembagian talenta yang tidak sama. Hanya melalui kasihlah, semua karunia rohani, perbuatan dan tanggung jawab jemaat dapat bernilai. c. Membangun dengan karunia-karunia rohani (pasal 14) i.
Paulus menyebutkan dua macam bahasa roh, yaitu berbahasa roh (14:2), yang menjadi bukti dari menerima Roh Kudus dan bernubuat dalam bahasa roh (14:3), yang merupakan karunia untuk menyampaikan khotbah dalam bahasa roh.
Surat-Surat Paulus
17
ii. Banyak orang percaya di gereja Korintus diberkati dengan karunia bernubuat dalam bahasa roh. Beberapa di antaranya dapat memberitakan Injil dalam bahasa roh dan melakukannya tanpa dapat mengendalikannya atau menafsirkannya. Ini menyebabkan terjadi kekacauan selama kebaktian. iii. Kita seharusnya menyembah Alalh dengan hati yang tenang. Baik menyanyikan himne maupun memberikan kesaksian, semuanya haruslah dilakukan dengan tertib dan untuk kemajuan bersama. G. Kebangkitan (pasal 15) Dalam gereja Korintus, ada banyak ajaran bidat dan kultur kepercayaan yang bertentangan dengan kebenaran kebangkitan Kristus. Pembelaan Paulus: a. Kebangkitan Yesus Kristus merupakan suatu kejadian yang dapat dibuktikan dan disaksikan. b. Kematian dan kebangkitan Kristus merupakan dasar dari iman kita, pengajaran utama dari Injil dan dasar dari keselamatan kita. c. Bila menyangkal realita mengenai kebangkitan Kristus, kita akan menjadi siasia. Setelah menyampaikan tujuh kategori utamanya, Paulus memberikan nasihat dan perintahnya yang akhir. Dia mendesak orang-orang percaya di Korintus untuk terikat dalam persekutuan, saling mengasihi dan peduli terhadap para hamba Allah. Akhirnya, dia menasihati, agar mereka senantiasa “berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat!” (16:13) dan melakukan segala sesuatu dalam kasih. Catatan untuk Guru Pendidikan Agama: Kebangkitan adalah penting bagi kita untuk memahami bahwa Yesus Kristus adalah manusia pertama yang pernah dibangkitkan dari kematian dan hidup selamanya. Lazarus dan beberapa orang lainnya dalam Perjanjian Lama memang pernah dihidupkan kembali dari kematian, tetapi tidak seorang pun yang pernah bangkit dan hidup selamanya, kecuali Yesus Kristus. Saat Kristus bangkit, Dia tidak lagi berada pada kehidupan yang sama dan dengan cara yang sama seperti keadaan sebelumnya. Tetapi, tubuh-Nya diubah menjadi tubuh rohani, tidak lagi menjadi milik dunia ini. Ketika Alkitab menggunakan istilah ‘kebangkitan,’ itu selalu merujuk pada kebangkitan Kristus dan kebangkitan itu sedang menanti kita kelak ketika Kristus datang kembali yang kedua kalinya.
Menguji Pemahaman 1. Dua hal apakah yang memotivasi Paulus untuk menulis suratnya yang pertama kepada gereja Korintus? 2. Tujuh hal apakah yang Paulus tuliskan di dalam suratnya itu?
18
Surat-Surat Paulus
3. Mengapa gereja Korintus terpecah-pecah? 4. Dua persoalan moral besar apakah yang terjadi di gereja Korintus? Apakah yang Paulus sarankan untuk dilakukan berkenaan dengan persoalan itu? 5. Menurut 1 Korintus 5-7, kapankah hubungan intim itu merupakan hal yang baik? Kapankah hal itu merupakan hal yang buruk? 6. Bila berhala adalah Allah yang palsu, mengapa kita tidak boleh menyantap makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala? 7. Ketidaktertiban apakah yang terjadi selama kebaktian di Korintus? Apakah sumber penyebab dari ketidaktertiban ini? 8. Menurut 1 Korintus 12, mengapa jemaat di suatu gereja menerima karunia rohani yang berbeda-beda? 9. Mengapa penting bahwa kita percaya terhadap kebangkitan Kristus?
Penerapan Kehidupan Bagian A – Persoalan Gereja Korintus pada Masa Kini Masing-masing skenario berikut ini menggambarkan persoalan utama yang dihadapi oleh gereja Korintus. a. Bacalah skenario yang ada dan kaitkan dengan persoalan gereja Korintus. b. Rangkumlah secara singkat apa yang telah terjadi dalam gereja Korintus dan nasihat Paulus. c. Berikan solusi pada masa kalian sekarang ini untuk persoalan yang serupa berdasarkan pengajaran surat 1 Korintus. Skenario 1 “Saya suka spaghetti!” kata Jerry. Mark dan dia mengetahui bahwa hari itu adalah minggu keempat di gereja mereka dan selalu akan ada spaghetti. Mereka memastikan bahwa diri mereka berada di barisan depan pada saat makan siang. Ketika tiba giliran mereka, masing-masing mengambil piring yang penuh dengan spaghetti dan piring tambahan yang berisi bakso daging. Dengan gembira, mereka pergi ke ruang kelas untuk makan. Dua puluh menit kemudian, Larissa masuk dengan membawa sepiring kecil spaghetti dan saus. “Apakah kamu sedang diet?” ejek Jerry. “Tidak,” jawab Larissa. “Tidak banyak lagi spaghetti yang tersisa ketika aku mengambilnya.” Kaitan dengan persoalan yang ada dalam gereja Korintus – Ketidaktertiban (pasal 11) Selama perjamuan malam, para jemaat tidak saling memperhatikan. Tidak seorangpun yang menantikan sesamanya. Beberapa jemaat makan dengan begitu banyaknya, sementara yang lainnya kelaparan. Paulus menasihati gereja itu untuk saling memperhatikan dan menunjukkan kasih persaudaraan saat perjamuan malam itu.
Surat-Surat Paulus
19
Skenario 2 Danny telah menjadi seorang jemaat di Gereja Yesus Sejati dan di dalam hatinya, dia mengetahui bahwa Allah telah menciptakan dunia ini. Bagaimanapun, ketika belajar fisiologi manusia di kelas biologi, dia mulai bertanya-tanya apakah orang yang telah meninggal selama ribuan tahun, tulangnya dapat berubah menjadi tubuh rohani atau tidak. Kaitan dengan persoalan yang ada dalam gereja Korintus – Kebangkitan (pasal 1516) Karena populernya kebudayaan dan ajaran bidat bangsa Yunani, beberapa jemaat Korintus menjadi sangat kesulitan dalam mempercayai kebangkitan Kristus. Paulus menegaskan kembali mengenai kebenaran, pentingnya dan pengharapan akan kebangkitan Kristus dan kedatangan-Nya yang kedua kalinya kelak. Skenario 3 Shannon dan Karen adalah sepasang sahabat, baik di gereja maupun di sekolah. Mereka pun bersahabat dengan Trisha. Trisha bukan seorang percaya, tetapi dia telah berkali-kali diajak ke gereja. Suatu hari, Shannon dan Karen berdebat. Karena ingin membenarkan diri, Shannon menelepon Trisha dan mulai membicarakan kepribadian Karen yang keras kepala. Segera, mereka menyebutkan kesalahan Karena dan membicarakan sifat-sifatnya. Kaitan dengan persoalan yang ada dalam gereja Korintus – Persoalan moral (pasal 5-6) Jemaat Korintus tidaklah dapat saling mengampuni. Mereka justru saling menuntut dan membawa lawan mereka untuk dihakimi oleh pihak ketiga, mereka yang bukan jemaat. Dengan berbuat demikian, bukan hanya melukai saudara-saudari seiman, tetapi mempermalukan pula Allah dan gereja-Nya. Hal itu dapat pula menghalangi pemberitaan Injil kita. Skenario 4 Itu adalah minggu pertama bulan November dan Debby pergi ke rumah temannya, Grace, untuk menyelesaikan pekerjaan kelompok mereka. Ketika mereka sedang bekerja, tiba-tiba Grace mengeluarkan sekantong besar permen. “Apakah kamu mau?” tawar Grace. “Aku telah membohongi adikku yang masih kecil setahun ini.” Kaitan dengan persoalan yang ada dalam gereja Korintus – Makanan yang dipersembahkan kepada berhala (pasal 8-10) Beberapa jemaat Korintus meyakini bahwa makanan yang dipersembahkan kepada berhala bukanlah menjadi persoalan selama mereka tidak percaya kepada berhala. Bagaimanapun, Paulus memberitahukan bahwa kita seharusnya menahan diri terhadap makanan seperti itu, agar tidak menyebabkan orang lain jatuh dan jangan bersekutu dengan roh-roh jahat. Skenario 5 Pendeta Terrance adalah salah seorang pendeta kesukaan David. Khotbahkhotbahnya menyentuh dan penuh dengan pengetahuan alkitabiah. Setelah menghabiskan sepanjang minggu bersama dengan pendeta itu pada saat Retreat Pemuda, David bertekad untuk mulai mengumpulkan khotbah-khotbah pendeta Terrance secara pribadi. Dengan gembira, dia menceritakan idenya ini kepada
20
Surat-Surat Paulus
sahabatnya, Sean. Bagaimanapun, Sean tidak merasa antusias. “Apakah kamu bercanda?” balasnya. “Menurutku, dia itu membosankan. Seharusnya kamu lebih banyak mendengarkan khotbah dari Pendeta Leonard. Menurut pendapatku, dia jauh lebih baik.” Kaitan dengan persoalan yang ada dalam gereja Korintus – Gereja terpecah-pecah (pasal 1-4) Persoalan utama dalam gereja Korintus adalah terpecah-pecahnya pandangan jemaat terhadap pendeta. Mereka tidak memahami peran dari para hamba Allah dan mengikatkan diri dengan para pendeta kesukaan mereka. Paulus mengingatkan jemaat bahwa semua pendeta adalah sama. Setiap jemaat seharusnya menghargai berbagai karunia dari para pendeta yang berbeda. Skenario 6 Berbagai hal mulai berubah pada kehidupan Megan, ketika tiba-tiba semua temannya mulai berpacaran. Mereka tidak memiliki banyak waktu lagi untuk dirinya dan berkomunikasi kepadanya di telepon. Ketika mereka menceritakan betapa dahsyatnya perasaan jatuh cinta itu, Megan mulai kehilangan ketetapan hatinya untuk melayani Tuhan. Sebaliknya, dia justru makin lama semakin ingin memiliki pula seseorang yang istimewa di dalam hidupnya. Kaitan dengan persoalan yang ada dalam gereja Korintus – Perkawinan (pasal 7) Percabulan merupakan persoalan yang terjadi dalam gereja Korintus. Oleh karena itu, Paulus menulis surat untuk mengajarkan mereka bukan hanya mengenai percabulan, tetapi pula mengenai perkawinan dan hidup melajang. Paulus menyarankan jemaat yang masih hidup melajang untuk melayani Tuhan pada masa muda mereka, sebelum terbebani oleh tanggung jawab keluarga. Mereka dapat melayani Tuhan dengan lebih efektif. Skenario 7 Itu adalah minggu yang ketiga, saat Kevin mendapat giliran untuk bermain piano pada hari Jumat dan hari Sabtu. “Mengapa tidak ada seorangpun yang dapat naik panggung mimbar dan melakukan sesuatu di sini?” pikirnya. “Mengapa selalu harus diriku? Orang-orang seusiaku hanya duduk saja di sana.” Kaitan dengan persoalan yang ada dalam gereja Korintus – Karunia-karunia rohani (pasal 12-14) Jemaat di gereja Korintus diberkati dengan berbagai macam karunia rohani. Tetapi, mereka menjadi sombong dan membanding-bandingkan karunia yang mereka miliki. Paulus mengajarkan bahwa jemaat merupakan satu tubuh yang memiliki banyak anggota. Semua anggota memiliki karunia dan fungsi yang berbeda, sehingga kita dapat melayani dan memuliakan Tuhan bersama-sama. Pertanyaan untuk direnungkan: Solusi-solusi pada zaman sekarang terhadap persoalan-persoalan itu (berdasarkan pengajaran surat 1 Korintus): 1. Saran apakah yang kalian akan berikan kepada Jerry dan Mark? 2. Saran apakah yang kalian akan berikan kepada Danny? 3. Saran apakah yang kalian akan berikan kepada Shannon?
Surat-Surat Paulus
21
4. 5. 6. 7.
Saran apakah yang kalian akan berikan kepada Debby? Saran apakah yang kalian akan berikan kepada David dan Sean? Saran apakah yang kalian akan berikan kepada Megan? Saran apakah yang kalian akan berikan kepada Kevin?
Bagian B – Apakah Kasih yang Sejati? Sepanjang sejarah manusia, orang-orang telah berusaha untuk menjelaskan pengertian dari kasih. Banyak puitisi, penulis, musisi dan ahli filsafat telah berusaha untuk mengungkapkan pikiran mereka mengenai cinta dalam segala macam media. Kasih telah dibandingkan dengan gunung, lautan, desau angin, pengorbanan diri dan lain sebagainya. Apakah sebenarnya penjelasan Allah mengenai kasih? Paulus memberitahukan jawabannya dalam 1 Korintus 13. Dalam aktivitas berikut, marilah kita memikirkan penjelasan Allah mengenai kasih dan renungkan bagaimana kita pun dapat membagikan kasih ini kepada orang-orang yang berada dalam kehidupan kita (lihatlah pada tabel setelah bagian Renungan dan Doa).
Renungan dan Doa Memang mudah membayangkan betapa jengkelnya Paulus menghadapi semua persoalan dan pertanyaan rumit dari gereja Korintus. Gereja Korintus bagaikan seseorang yang baru menjadi remaja, yang memiliki begitu banyaknya potensi pelayanan, sering bertindak tergesa-gesa, merasa bingung dan selalu dicobai oleh suasana percabulan. Untuk menolong gereja itu, Paulus secara sistematis, tegas, sabar dan penuh kasih menjawab pertanyaan demi pertanyaan dan menunjukkan jalan yang benar kepada mereka. Sebagai hasilnya adalah selama ribuan tahun – petunjuk kehidupan yang kuno itu masih tetap berlaku dalam kehidupan kita yang nyata sekarang ini. Sebagai guru-guru Pendidikan Agama kelas Remaja, marilah kita belajar melalui teknik mengayomi Paulus terhadap jemaat Korintus. Marilah kita dengan sungguh-sungguh memperhatikan kehidupan rohani para siswa kita, memberikan jawaban yang alkitabiah atas pertanyaan mereka dalam kehidupan yang nyata, membangun hubungan berdasarkan karunia terbesar dari kasih Allah.
22
Surat-Surat Paulus
Menurut 1 Korintus 13:4-8
...bagaimana Allah telah kasihiku?
...bagaimana dapat kasihi keluargaku?
...bagaimana dapat kasihi temanku?
...bagaimana dapat kasihi gerejaku?
...bagaimana dapat kasihi musuhku?
...bagaimana dapat kasihi pasangan hidupku?
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati. Ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan. Surat-Surat Paulus
23
Halaman Kosong
24
Surat-Surat Paulus
pelajaran
Surat 2 Korintus
3
Bacaan Kitab Surat 2 Korintus
Sasaran Pelajaran
1. Belajar mengenai sukacita, keputusasaan, tanggung jawab dan otoritas dari seorang pemberita Injil, melalui pengalaman Paulus dalam surat 2 Korintus 2. Memotivasi murid-murid untuk mendoakan para pemberita Injil, agar bersukacita dalam melayani pekerjaan Allah
Ayat Alkitab
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Kor. 5:17)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) 2 Korintus 1-13
Latar Belakang Alkitab Tampaknya surat 1 Korintus berpengaruh terhadap gereja Korintus, karena Paulus tidak pernah lagi menyebutkan perkara-perkara hukum di antara jemaat (1 Kor. 6:1-8) atau perbuatan yang tidak tertib selama Perjamuan malam (1 Kor. 11:11-34). Bagaimanapun, setelah surat 1 Korintus disampaikan, berita-berita yang kembali kepada Paulus bahwa guru-guru palsu (para misionaris Kristen Yahudi) telah tiba di Korintus dan berusaha merusak karakter dan pengajarannya. Dengan segera, Paulus meninggalkan pelayanannya di Efesus dan pergi ke Korintus. Kunjungan itu dikenal dengan kunjungan yang menyakitkan, karena Paulus menjadi bersedih hati (2 Kor. 2:1; 12:14,21; 13:1-2). Setelah kembali ke Efesus, Paulus dengan terbuka merasa telah dihina di Korintus (2 Kor. 2:5-8). Ini memotivasinya untuk menulis ‘surat yang bernada keras’ (2 Kor. 2:4), yang ditulis di Efesus dan disampaikan oleh Titus (7:5-16). Lalu, Paulus harus meninggalkan Efesus, karena kerusuhan yang timbul akibat hasutan Demetrius (Kis. 19:23-20:1). Dia memberitakan Injil di Troas dan pergi ke Makedonia.
Surat-Surat Paulus
25
Di situlah, Titus membawa kabar baik bahwa jemaat Korintus telah menanggapi ‘surat yang bernada keras,’ yang akhirnya, meluruskan jalan mereka (2 Kor. 7:5-16). Oleh karena itu, Paulus menuliskan pasal 1-9 dari surat 2 Korintus untuk mengungkapkan kelegaan hati dan sukacitanya serta menggerakkan untuk dilakukannya pengumpulan persembahan bagi gereja di Yerusalem. Setelah mendengar ada persoalan lagi di Korintus, dia menulis pasal 10-13 dan mengjrimkan surat itu ke Korintus melalui Titus (8:16-24). Kemudian, Paulus pergi ke Korintus (12:14; 13:1-2). Kunjungan ketiga ini (tahun 56 M) berhasil, karena jemaat Korintus dengan sukarela berpartisipasi dalam persembahan untuk memberi bantuan kepada gereja di Yerusalem (Rm. 15:26). Selama menetap di situ, Paulus menulis surat Roma. (Lihatlah Pelajaran 2 untuk informasi tambahan yang berkaitan dengan sejarah Korintus.)
Pemanasan Apakah makna dari istilah ‘rasul’? (Orang yang diutus). Pada zaman sekarang ini, siapakah yang dapat disamakan dengan seorang rasul? Apakah para rasul haruslah seorang pendeta penuh waktu yang telah ditahbiskan? Atau apakah kita semua adalah para rasul? Tanggung jawab apa yang dimiliki dari seorang rasul? Melalui tulisan Paulus dalam surat 2 Korintus, kita dapat belajar perihal sukacita, pencobaan, keputusasaan dan penghiburan dari seorang rasul pada abad pertama. Ketika mempelajari pengalaman-pengalaman Paulus, marilah kita mengingat kerasulan kita sendiri dan kerasulan para pendeta yang sekarang. Marilah kita memutuskan untuk berpartisipasi dalam pekerjaan Allah dan berdoa bagi para hamba-Nya.
Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Ikhtisar Umum Surat 2 Korintus merupakan pendahuluan dan pembelaan Paulus atas kerasulannya. Ada tiga tujuan utama dari surat itu, yaitu: 1) menjawab tuduhan dari rasul-rasul palsu tentang karakter Paulus, 2) memotivasi jemaat berjuang bagi pertumbuhan rohani mereka dan berpartisipasi dalam pekerjaan Allah, 3) membela otoritas Paulus sebagai seorang rasul, sehingga pelayanannya tidak dipermalukan. Melalui surat 2 Korintus, kita dapat melihat sukacita dan keputusasaan Paulus sebagai seorang rasul pemberita Injil, yang dengan giat menyelesaikan tugas kerasulannya, dan hatinya yang sungguh-sungguh untuk melayani dan membantu jemaat Korintus. Struktur isi dari surat 2 Korintus: 1. Hati Seorang Rasul (pasal 1-5) A. Karakter Paulus (pasal 1-2) B. Pelayanan Paulus (pasal 3-4) C. Motivasi Paulus (pasal 5)
26
Surat-Surat Paulus
2. Harapan Seorang Rasul (pasal 6-9) A. Berharap agar orang-orang percaya memisahkan diri dari segala kecemaran dosa dan hidup kudus (pasal 6). B. Berharap agar orang-orang percaya bertumbuh dalam roh (pasal 7). C. Berharap agar orang-orang percaya dapat memberi dengan sukacita (pasal 8-9). 3. Otoritas Seorang Pemberita Injil (pasal 10-13) A. Tujuan dari Otoritas Paulus (pasal 10) B. Pembelaan terhadap Otoritas Paulus (pasal 11) C. Rencana Kunjungan Paulus yang ketiga (pasal 12:14-13:14) Bagian # 2 – Hati Seorang Rasul (pasal 1-5) A. Karakter Paulus (pasal 1-2) a. Penuh ucapan syukur (1:1-11) Sebagai seorang rasul, Paulus selalu menghadapi banyak pencobaan dan kesukaran. Pengalaman-pengalaman penderitaan ini mengajarkannya untuk memiliki pengharapan melalui iman. Oleh karena itu, dia dapat menghibur jemaat yang sedang mengalami pencobaan dan mengajarkan mereka untuk mengucap syukur dalam segala keadaan. b. Hati yang suci (1:12-24) Saat dituduh memiliki pikiran yang berubah-ubah (karena Paulus mengubah rencananya untuk mengunjungi Korintus), satu-satunya pembelaan Paulus adalah sebuah hati nurani yang bersih. Alalh dapat menjadi saksi bahwa dia melakukan segala sesuatu dengan kudus dan jujur. c. Mengampuni (2:1-11) Karena kasih, Paulus menasihati jemaat untuk mengampuni dan merangkul orangorang yang telah menentangnya. Mereka yang telah membuat Paulus bersedih hati ini bukanlah saudara-saudara yang melakukan perbuatan inses (1 Kor. 5), tetapi justru yang dengan terang-terangan menentang Paulus. d. Perbuatan (2:12-17) Paulus mengenakan dan menyebarkan keharuman Kristus. Tidak peduli ke manapun pergi, dia menyebarkan Inji, memajukan gereja dan memuliakan Tuhan. Catatan untuk Guru Pendidikan Agama: Keharuman dari kehidupan dan kematian (2:16) Di sini, Paulus menggunakan gambaran dari arak-arakan kemenangan pasukan Romawi untuk menggambarkan keharuman Kristus. Pada arak-arakan seperti ini, para imam akan berjalan di belakang para tawanan, mengikuti pedupaan yang diisi penuh dengan kemenyan. Bagi para pemenang, bau harum yang berasal dari pendupaan akan menjadi bau harum sukacita, kemenangan dan kehidupan. Bagi para tawanan yang berjalan agak jauh di depan, itu merupakan bau harum kematian, yang ditandai dengan datangnya hukuman. Di sini, Paulus membandingkan diri dan rekan-rekan sekerjanya bagaikan berjalan di dalam arak-arakan itu, memberitakan Injil kemenangan Yesus Kristus (Jenderal Pemenang). Bagi orang-orang yang menerima Injil,
Surat-Surat Paulus
27
bau harum itu merupakan aroma kehidupan, sama seperti para pemenang dalam arak-arakan itu, tetapi bagi orang-orang yang menolaknya, itu merupakan aroma kematian, sama seperti bagi para tawanan. B. Pelayanan Paulus (pasal 3-4) a. Diberikan oleh Allah (3:1-11) Kuasa Allah dapat terlihat di dalam iman dan pembaruan hidup dari jemaat Korintus. Gereja Korintus merupakan sebuah surat rekomendasi yang membuktikan bahwa pelayanan Paulus berasal dari Allah. b. Kejujuran (4:1-6) Paulus tidak berlaku licik, tetapi berhati-hati, agar tidak salah menjelaskan firman Allah, hanya menyatakan kebenaran Kristus. c. Pengorbanan diri (4:7-12) Paulus memandang dirinya sebagai bejana tanah liat yang tidak berharga, yang membawa Injil yang berharga. Demi injil, dia rela ditindas, dibingungkan, dianiaya dan dipukul. Karena penderitaan seperti inilah, kehidupan Yesus justru dinyatakan dalam kehidupan dan pelayanan Paulus. d. Seumur hidup (4:13-18) Paulus mempersembahkan hidupnya bagi Allah, karena dia merasa penderitaannya bagi Allah dianggap ringan, bila dibandingkan dengan kemuliaan kekal yang jauh lebih besar kelak. Sudut pandang inilah yang membuat dia tetap berfokus pada kerohanian dan kekekalan (hal-hal yang tidak tampak). C. Motivasi Paulus (pasal 5) a. Menaruh keyakinan pada pengharapan kekal (5:1-10) Sebuah kemah dapat dibongkar pasang dengan cepat. Kemah bersifat sementara dan tidak tetap. Paulus meyakini bahwa kehidupan di dunia ini sama seperti kemah, singkat dan penuh kesengsaraan. Selama mendiami tubuh, dia jauh dari Allah. Oleh karena itu, dia berfokus pada bangunan kekal yang ada di surga, bertujuan untuk menyenangkan Allah dan memotivasi jemaat untuk berbuat demikian. b. Digerakkan oleh kasih Kristus (5:11-21) Sebelum bertobat, Paulus keliru menilai Kristus menurut ukuran manusia. Setelah itu, Paulus menyadari bahwa Kristus yang tidak bersalah telah mati, karena dosa-dosa semua umat manusia. Digerakkan oleh kasih seperti inilah, Paulus menjadi utusan Kristus, mendamaikan manusia dengan Allah. Di sini, Paulus meminta kepada kita dengan sangat agar tidak menghakimi seorangpun menurut ukuran manusia, tetapi berpartisipasi dalam pekerjaan pendamaian.
28
Surat-Surat Paulus
Bagian # 3 – Pengharapan Seorang Rasul (pasal 6-9) A. Berharap agar orang-orang percaya memisahkan diri dari segala kecemaran dosa dan hidup kudus (pasal 6). a. Orang-orang percaya adalah hamba-hamba Allah (6:1-10) Paulus berharap, agar jemaat tidak akan menerima anugerah Allah dengan siasia. Mereka haruslah menderita bagi Kristus dan berhati-hati atas perbuatan mereka, sehingga hamba Allah tidak dipersalahkan. b. Orang-orang percaya adalah anak-anak Allah (6:11-18) Para pengikut Kristus bukanlah pasangan yang seimbang dengan orangorang yang berada dalam kegelapan rohani dan melanggar hukum. Paulus mengingatkan orang-orang percaya bahwa mereka adalah bait dari Allah yang hidup dan Kristus tinggal di dalam diri mereka. Bila mereka berasal dari orangorang non-Yahudi dan menghindari ketidakkudusan, mereka akan disebut anakanak Allah. B. Berharap agar orang-orang percaya bertumbuh di dalam roh (pasal 7) a. Menyatakan kebenaran dengan kasih (7:1-4) Paulus sangat mengasihi orang-orang percaya Korintus, sehingga dia rela hidup dan mati bersama dengan mereka. Kasih ini mendorongnya untuk berbicara dengan berani tentang kesalahan orang-orang percaya dan resiko yang akan mereka hadapi. b. Penghiburan seorang pelayan (7:5-16) Titus menegaskan bahwa orang-orang percaya mengindahkan peringatan Paulus dan bertobat dengan penuh penyesalan. Pertumbuhan rohani orangorang percaya Korintus sangat menghibur Paulus, walaupun dia mengalami banyak pencobaan pada saat itu. C. Berharap agar orang-orang percaya dapat memberi dengan sukacita (pasal 8-9) a. Teladan dari jemaat Makedonia (8:1-15) Paulus menggunakan teladan kerelaan yang tulus dari jemaat Makedonia, yang memberi persembahan untuk memotivasi jemaat Korintus, agar melakukan hal yang sama. Dia berharap orang-orang percaya dapat berpartisipasi dalam kasih karunia Allah dan mengambil bagian dalam persekutuan dalam melayani orangorang kudus. b. Bersikap ramah terhadap para hamba Allah (8:16-24) Paulus menasihati gereja untuk menunjukkan kasih dan bersikap ramah terhadap Titus dan saudara-saudara yang diutus untuk mengumpulkan persembahan bagi Yerusalem. Dia menekankan kerajinan, etos kerja, reputasi yang baik dan peran mereka sebagai para utusan yang setia.
Surat-Surat Paulus
29
c. Buah-buah dari persembahan (9:1-15) Kadang, belumlah cukup hanya berpikir mempersembahakan harta, waktu atau talenta kita. Di sini, Paulus memuji kerelaan hati jemaat dalam memberi, sekaligus memotivasi mereka untuk mempersiapkannya jangan sampai tidak berbuat sesuai dengan janji mereka. Dia pun mengingatkan bahwa orang-orang yang memberi dengan murah hati akan menerima kemurahan dari Tuhan. Mereka akan membuat orang lain merasakan kehangatan saudara-saudari seiman, termotivasi oleh iman dan memuliakan Allah. Catatan untuk Guru Pendidikan Agama: Persembahan untuk Yerusalem – Mengapa hal itu penting? Ada beberapa alasan mengapa orang-orang Kristen Yahudi di Yerusalem membutuhkan pertolongan dari gereja-gereja non-Yahudi: (1) Setelah menjadi Kristen, orang-orang Yahudi di Yerusalem mungkin telah ‘dihukum’ dengan cara harus kehilangan status sosial dan ekonomi mereka. (2) Pembagian bersama dalam Kis. 2:44-45; 4:32,34-35 telah menekankan pada kondisi kemeralatan hidup dari orang-orang Yahudi yang menjadi Kristen. (3) Terjadi kelaparan pada tahun 46 M (Kis. 11:27-30), meningkatkan kelangkaan akan bahan makanan dan kelebihan penduduk di Palestina. (4) Sebagai ‘induk gereja,’ Gereja Yerusalem didukung oleh sejumlah besar guru dan pengunjung. (5) Orang-orang Yahudi Palestina dikenakan pajak ganda, baik dari bangsa Yahudi maupun bangsa Romawi. Oleh karena itu, selama tahun 52-57 M, Paulus berusaha keras untuk mengumpulkan persembahan untuk “orang-orang miskin di antara orang-orang kudus di Yerusalem” (Rm. 15:26). Persembahan itu bukan hanya perbuatan yang menunjukkan kasih persaudaraan, tetapi lebih daripada itu, kesatuan orang-orang Yahudi dan non Yahudi dalam Kristus. (Uraian singkat ini diambil dari Zondervan NIV Bible Commentary, 1994, volume 2, halaman 661-662) Bagian # 4 – Otoritas Seorang Pemberita Injil (pasal 10-13) A. Tujuan dari Otoritas Paulus (pasal 10) a. Membangun kerohanian orang-orang percaya (10:1-11) Beberapa orang percaya menuduh Paulus telah menggunakan cara dan motif duniawi dalam memberitakan Injil. Mereka mengecamnya, karena berani dalam hal tulisan saja, tetapi secara pribadi bersikap lemah. Paulus mengingatkan mereka bahwa dia tidak berjuang secara duniawi. Otoritas kerasulannya diberikan oleh Allah untuk membangun kerohanian dari orang-orang percaya. Dia memiliki otoritas untuk menjadi ‘berani,’ tetapi berharap agar tidak menggunakan otoritasnya dan mengoreksi orang-orang percaya yang belum bertobat pada kunjungan berikutnya. b. Menerima pujian dari Allah (10:12-18) “Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan” (10:18). Tidak seperti rasul-rasul palsu, Paulus tidak bermegah atas perbuatannya sendiri atau mengambil keuntungan dari pekerjaan orang lain. Motifnya dalam memberitakan Injil adalah untuk memperoleh pujian dari Allah.
30
Surat-Surat Paulus
B. Pembelaan atas Otoritas (Kemegahan) Paulus (pasal 11) Sebagai ‘bapa dari mempelai wanita’ secara rohani, Paulus dipenuhi dengan kecemburuan ilahi terhadap gereja Korintus. Dia ingin mempersembahkan gereja itu kepada Kristus sebagai perawan suci pada hari terakhir (hari kedatangan Yesus yang kedua kalinya). Bagaimanapun, seperti ular memperdayai Hawa, rasul-rasul palsu pun mengancam kemurnian iman gereja. Oleh karena itu, Paulus meminta orang-orang percaya untuk berlaku ‘agak bodoh’ ketika dia menggunakan taktik para lawannya mengenai ‘kemegahan’ untuk membela otoritas kerasulan dan ajaranajarannya. Kemegahan itu meliputi: a. Pengetahuan akan Allah (11:1-6) Paulus menanggapi kriteria duniawi yang menghakimi dirinya. Dia mengakui bahwa dirinya tidak terlatih untuk berbicara sefasih para rasul palsu. Bagaimanapun, pengetahuannya dalam Allahlah yang menutupi kekurangannya itu. b. Kemandirian dalam keuangan (11:7-15) Merupakan hak seorang rasul untuk memperoleh nafkah dari orang-orang percaya (1 Kor. 9:3-18). Oleh karena itu, beberapa orang merasa bahwa Paulus memandang dirinya sebagai rasul yang hina, karena bersikeras terhadap ajaran-ajaran kemandirian. Paulus mengingatkan orang-orang percaya bahwa kemandiriannya secara keuangan merupakan perbuatan kasih yang disengaja. Dia berhati-hati, agar tidak membebani siapapun, sehingga tidak seorangpun dapat menuduh dirinya memperoleh keuntungan pribadi. c. Pengalaman-pengalaman dari seorang rasul (11:16-12:13) Sekilas, tampaknya Paulus berusaha untuk membuktikan kesetaraan dirinya dengan kemegahan dari ‘rasul-rasul yang luar biasa’ itu. Bagaimanapun, dia hanya bermegah di dalam kelemahannya, agar kuasa Kristus dapat dinyatakan. Kemegahan Paulus meliputi: i. Menderita bagi Kristus (11:16-12:13) ii. Pengalaman-pengalaman rohani mengenai surga (12:1-4) iii. Kelemahan jasmani (12:5-10) iv. Tanda, mujizat dan perbuatan ajaib (12:11-13) C. Rencana Kunjungan Paulus yang Ketiga (12:14-13:14) a. Pengharapan dan keyakinan (12:19-21) i. Demi orang-orang percaya, Paulus berjanji tidak akan menjadi beban dalam hal keuangan (12:14-15). Sama seperti orangtua, dia rela mengorbankan tenaga dan uangnya untuk memelihara jiwa-jiwa orang percaya. ii. Selama kunjungan, Paulus berharap menemukan orang-orang percaya yang menjalani hidup mereka dengan damai dan merdeka dari dosa-dosa yang lama – ketidakkudusan, perzinahan dan percabulan (12:19-21). Sama seperti orangtua, dia pun mengancam akan bereaksi sebaliknya, bila mereka terus melanggarnya. iii. Paulus berharap, agar orang-orang percaya menguji iman mereka sendiri (13:1-10).
Surat-Surat Paulus
31
b. Perkataan penutup (13:11-14) Terakhir, Paulus memotivasi orang-orang percaya untuk menjadi sempurna, penghibur yang baik, yang memiliki satu pikiran, hidup dalam damai dan diam dalam hadirat Allah.
Menguji Pemahaman 1. Apakah tiga alasan utama mengapa Paulus menulis surat 2 Korintus? 2. Apakah empat ciri khas (masing-masing) dari karakter dan pelayanan Paulus? 3. Menurut pasal 5, apa dua motivasi Paulus di balik pelayanannya? Bagaimana dia menggunakan perumpamaan mengenai kemah? 4. Apakah tiga pengharapan Paulus terhadap orang-orang percaya Korintus? 5. Mengapa kita harus memisahkan diri dari segala kecemaran dosa dan hidup kudus? 6. Mengapa Paulus ‘bermegah’? Apakah yang dia ‘megahkan’?
Penerapan Kehidupan Bagian A – Mengadopsi Hamba Tuhan Kadang, memang tidak mudah untuk menjadi seorang pemberita Injil. Seperti Paulus, seorang hamba Tuhan penuh waktu yang harus pergi jauh, memimpin seminar-seminar pelatihan dengan baik dan menyediakan makanan rohani untuk banyak gereja dan jemaat. Karena sifat dari pekerjaan mereka, para hamba Tuhan lebih banyak mengalami pencobaan dan keputusanasaan dibandingkan dengan banyak jemaat lainnya. Oleh karena itu, adalah penting bagi kita untuk mendoakan para hamba Tuhan dalam pelayanan mereka secara rutin. Dalam aktivitas ini, marilah kita mengembangkan kebiasaan untuk memasukkan para hamba Tuhan dalam doa-doa kita. Marilah kita mengadopsi satu atau dua hamba Tuhan dari gereja kita – memberi perhatian lebih seperti halnya orangtua yang mengadopsi anak – dan mendoakannya bagi mereka mulai dari sekarang sampai pada akhir kwartal. Kita perlu beberapa menit lamanya dalam satu hari untuk berpartisipasi dalam pekerjaan kudus ini! Pilihan Catatan Doa: Para Guru Pendidikan Agama boleh hamba Tuhan manakah yang akan dimasukkan ke dalam ‘catatan doa bagi hamba Tuhan’ dan ditempelkan di dalam ruang kelas. Di akhir setiap minggunya, murid-murid dapat menuliskan doa-doa mereka atau ayat-ayat Alkitab yang memotivasi di lembar catatan itu. Lembar catatan itu boleh pula dikirim sebagai hadiah bagi hamba Tuhan ‘yang teradopsi’ pada akhir kwartal.
32
Surat-Surat Paulus
Nama hamba Tuhan yang aku akan ‘adopsi’: Saat terakhir aku mendoakan untuknya: Tanggung jawab hamba Tuhan di gereja: Hal-hal yang dapat mencobai/ mencemaskan/membuat hamba Tuhan merasa putus asa: Tiga hal yang aku dapat bantu doakan untuk hamba Tuhan: Bagaimana caraku berpartisipasi dalam pekerjaan kudus dengan mendoakan hal-hal ini: Seberapa seringkah aku membuat rencana untuk mendoakan hamba Tuhan: Berapa lamakah aku mendoakan hamba Tuhan setiap kalinya: Tanggal mulai mendoakan hamba Tuhan: Tanggal akhir mendoakan hamba Tuhan:
Surat-Surat Paulus
33
Minggu dari...
Permohonan doa bagi hamba Tuhanku
Tanggal rampung doanya
Pelajaran 3 Pelajaran 4 Pelajaran 5 Pelajaran 6 Pelajaran 7 Pelajaran 8 Pelajaran 9 Pelajaran 10 Pelajaran 11 Pelajaran 12 Pelajaran 13 Bagian B – Memberi dengan Sukacita: Itu adalah Sebuah Rencana! Paulus memberitahu kita dalam 2 Korintus 9:6-7, “Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” Dalam aktivitas ini, marilah kita membuat rencana mengenai apa yang kita akan berikan untuk Tuhan dan bagaimana kita dapat mewujudkannya. Bagian 1: Kenalilah lingkup bantuan pekerjaan kudus a. Pendidikan Agama b. Pelayanan Literatur c. Pelayanan Internet d. Seminar Pelatihan e. Penginjilan f. Administrasi Gereja g. Pelayanan Musik h. Kelompok Doa i. Persekutuan Pemuda j. Lain-lain
34
Surat-Surat Paulus
a. Lingkup pekerjaan kudus manakah yang masih kosong dan diperlukan di gerejaku? b. Dari lingkup-lingkup ini, manakah yang aku paling sukai untuk berpartisipasi di dalamnya? c. Apakah tugas khusus dalam lingkup ini yang aku akan suka lakukan? d. Apakah aku dapat melakukan tugas ini dengan benar? Bagian 2: Evaluasi aset kita dalam usaha membantu pekerjaan kudus a. Waktu b. Tenaga c. Talenta d. Doa e. Kekayaan f. Keahlian g. Pengetahuan h. Lain-lain 1. 2. 3. 4.
Apakah aset yang kuperlukan untuk lakukan pekerjaan kudus pada bagian 1? Apakah aset yang telah kumiliki? Apakah aset yang harus kuperoleh untuk melayani Tuhan di lingkup ini? Bagaimana aku membuat rencana untuk memperoleh asset-aset ini? Tujuan harian apakah yang aku dapat buat? Tujuan mingguan apakah yang aku dapat buat? Tujuan tahunan apakah yang aku dapat buat?
Bagian 3: Tujuan jangka panjang 1. Bagaimana aku melihat diriku berpartisipasi dalam melakukan pekerjaan kudus di universitas? 2. Bagaimana aku melihat diriku berpartisipasi dalam melakukan pekerjaan kudus selama 10 tahun ke depan?
Renungan dan Doa Membaca surat 1 Korintus seakan-akan kita melihat langsung kehidupan gereja pada abad pertama, sementara membaca surat 2 Korintus seakan-akan melihat langsung kehidupan hamba Tuhan pada abad pertama. Pada pelajaran ini, kita dapat menyaksikan hati, keyakinan dan pengharapan dari seorang rasul. Sungguh terharu menyaksikan kesungguhan Paulus dan perhatian kebapaan terhadap sebuah gereja muda, yang sempat berseberangan pandangan dan memberontak terhadap dirinya.Sungguh pilu melihat keputusasaannya sebagai orangtua, yang anak-anak perempuannya telah meragukan ajaran-ajarannya, bahkan menyerah terhadap pengaruh-pengaruh dari luar dan mencemarkan kekudusan dan kesetiaan mereka kepada Allah. Tetapi, sungguh puas, mengetahui bahwa Allah kita yang Maha kuasa hadir untuk menolong para hamba-Nya dalam menyelesaikan kesulitan-kesulitan di dalam keluarga rohani dan berbalik kepada-Nya. Ketika kita menyelesaikan surat 2 Korintus, marilah kita berdoa, agar Allah membimbing kita ketika menabur benih firman dalam pelayanan pikiran dan hati para pemuda. Marilah kita memohon hikmat rohani kepada Allah, sehingga dapat membimbing para siswa sama seperti Paulus membimbing gereja Korintus.
Surat-Surat Paulus
35
Halaman Kosong
36
Surat-Surat Paulus
pelajaran
Surat Galatia
4
Bacaan Kitab Surat Galatia
Sasaran Pelajaran
1. Memotivasi murid-murid untuk sungguh-sungguh memahami apa yang mereka percayai (sebagai contoh: Apakah maknanya bagi kita bahwa Kristus telah mati bagi kita? Mengapa kita hidup bagi Kristus?) 2. Menolong murid-murid bersyukur atas anugerah dan kasih karunia Allah 3. Mengajarkan murid-murid bagaimana hidup sebagai seorang Kristen
Ayat Alkitab
“…bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus…” (Gal. 2:16)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Galatia 1-6
Latar Belakang Alkitab Galatia, sebuah propinsi Roma, yang terletak di sebelah utara Laut Tengah, di sebelah selatan dari Asia Kecil. Tempat-tempat seperti Antiokhia di Pisidia, Ikonium, Listra, Derbe dan lain sebagainya – merupakan tempat-tempat Paulus memberitakan Injil dan mendirikan banyak gereja – semua berada di propinsi Galatia. Pada perjalanan penginjilan Paulus yang pertama ke tempat ini, banyak orang-orang nonYahudi menerima kebenaran dan dengan ramah menyediakan kebutuhan Paulus dan rekan-rekan sekerjanya. Bagaimanapun, setelah Paulus meninggalkan daerah itu, orang-orang tertentu yang mendukung Yudaisme menyesatkan mereka dengan mengatakan kepada orang-orang percaya di Galatia bahwa mereka haruslah berpegang pada hukum Taurat orang Yahudi dan melakukan sunat. Selanjutnya, orang-orang ini memfitnah Paulus dengan mengatakan bahwa dia adalah seorang rasul yang palsu.
Surat-Surat Paulus
37
Untuk menyelamatkan iman dari jemaat Galatia, Paulus menulis surat untuk memotivasi mereka, agar memahami kebenaran Injil bahwa kita dibenarkan oleh iman. Paulus menekankan dalam suratnya bahwa karena orang-orang Kristen telah diselamatkan oleh iman, mereka seharusnya jangan lagi diperhamba oleh hukum Taurat.
Pemanasan Pada saat-saat tertentu dalam hidup, adalah penting bahwa kita memahami apa yang kita yakini. Mungkin kita dibaptis ketika masih bayi dan makin dewasa di gereja. Mungkin kita yakin terhadap hal itu; tetapi entahlah karena apa suatu hari menjadi lemah iman, kita semua tetap berada di dalam gereja, karena kita telah mengalami anugerah Allah. Tetapi, bila tidak mencari pemahaman yang sempurna atas iman kita dan dengan teguh berakar dalam kebenaran, kita akan dengan mudahnya disesatkan ketika menghadapi suatu tantangan hidup. Inilah yang terjadi pada gereja-gereja di Galatia. Ketika mendengar Injil untuk pertama kalinya, mereka menerima Roh Kudus, karena percay kepada Tuhan. Namun, mereka tidak teguh berakar dalam kepercayaan kepada Tuhan dan mengabaikannya ketika diperhadapkan pada versi kebenaran yang diputarbalikkan. Dalam menanggapi kegagalan untuk berpegang teguh dalam iman mereka, Paulus menulis surat ini untuk mengingatkan mengenai kepercayaan mereka itu. Dengan menggunakan contoh-contoh Alkitab, Paulus menjelaskan secara rinci kepada jemaat Galatia, kebenaran-kebenaran inti dari iman Kristen. Dan lagi, Paulus pun memberikan perintah-perintah bagaimana mereka seharusnya senantiasa hidup sebagai seorang Kristen.
Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Ikhtisar Umum Di Galatia, Paulus mengawali suratnya dengan menyampaikan pesan mengenai ketidakyakinan orang-orang percaya di Galatia ketika para pendukung Yudaisme mencemarkan pikiran mereka. Lalu, Paulus mengajarkan jemaat Galatia suatu doktrin mengenai pembenaran oleh iman dan bagaimana mereka dapat hidup dengan iman. Surat itu dibagi sebagai berikut: A. Pendahuluan (1:1-5) B. Mempertahankan satu Injil yang tidak akan pernah berubah (1:6-10) C. Bukti kerasulan Paulus (1:11-2:21) i. Asal mula dari kerasulan Paulus (1:11-17) ii. Hubungan Paulus dengan rasul lainnya (1:18-2:21)
38
Surat-Surat Paulus
D. Pembenaran oleh iman (3:1-4:31) i. Tidak seorangpun dapat dibenarkan karena melakukan hukum Taurat (3:110) ii. Hanya hidup oleh iman (3:11-29) iii. Hukum Taurat dan Anugerah (4:1-31) E. Hidup oleh iman (5:1-6:18) i. Kemerdekaan di dalam Kristus (5:1-15) ii. Kemenangan atas keinginan daging melalui Roh Kudus (5:16-26) iii. Saling berbagi beban (6:1-10) iv. Bermegah atas salib (6:11-18) Bagian # 2 – Pemahaman Alkitab atas Surat Galatia A. Mempertahankan Satu Injil yang Tidak Akan Pernah Berubah (1:6-10) Jemaat Galatia tidak memegang teguh terhadap Injil Kristus. Setelah menerimanya, mereka diusik oleh pendukung-pendukung Yudaisme, mereka segera mengikuti Injil lainnya. Oleh karena itu, Paulus dengan keras memberitahukan bahwa “sekalipun kami atau seorang malaikat dari surga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu; terkutuklah dia.” Sikap ingin menyenangkan Allah dalam segala keadaan dan keteguhannya terhadap kebenaran ini ditunjukkan oleh Paulus dalam bagian ini adalah layak untuk kita teladani (Yud. 3; Kis. 4:19-20). B. Bukti Kerasulan Paulus (1:11-2:21) Ketika orang-orang Yahudi, yang merupakan orang-orang yang meyakini Yudaisme, memfitnah Paulus dengan mengatakan bahwa dia bukanlah rasul dan tidak memiliki otoritas atas apa yang dia beritakan, jemaat Galatiapun menjadi terperdaya. Paulus, yang selalu menghargai posisi yang telah diberikan kepadanya ini, memberikan bantahan dalam surat ini atas fitnahan orang-orang Yahudi dengan menggunakan fakta-fakta untuk membuktikan bahwa Injil yang dia beritakan sungguhsungguh berasal dari Allah. a. Asal mula Kerasulan Paulus (1:11-17) Paulus menekankan sebuah fakta bahwa kerasulannya bukanlah berasal dari manusia, tetapi melalui kehendak Yesus Kristus dan Bapa Surgawi; dia telah dikhususkan ketika masih berada di dalam kandungan ibunya. Sekalipun dahulu dia taat kepada Yudaisme dan telah menganiaya orang Kristen secara luar biasa, Allah tetap memanggilnya dan menyatakan keselamatan dari Kristus dalam hatinya. Oleh karena itulah, Paulus dipanggil untuk memberitakan Injil kepada orang-orang non-Yahudi (Kis. 9:1-16; 22:3-21; 2 Tes. 2:13; Ibr. 5:4; Yoh. 15:16; Bil. 16:3; Mrk. 10:40). b. Hubungan Paulus dengan rasul lainnya (1:18-2:21) i. Saat Paulus dipanggil Allah, dia sebelumnya pergi ke Arab, lalu kembali ke Damsyik selama sekitar tiga tahun. Setelah itu, dia mengunjungi Petrus di Yerusalem (tempat tinggalnya selama 15 hari) dan bertemu dengan Yakobus. Dari urutan kejadian-kejadian ini, kita dapat ketahui bahwa bukan hanya kerasulan Paulus tidak diberikan oleh manusia, tetapi dia pun ternyata bukan belajar dari perkataan manusia mengenai apa yang dia katakan.
Surat-Surat Paulus
39
ii. Empat belas tahun kemudian, Paulus pergi lagi ke Yerusalem, karena wahyu. Kali ini, dia pergi untuk membahas persoalan orang-orang nonYahudi yang percaya kepada Tuhan. Paulus bersaksi kepada tua-tua dan rasul lainnya mengenai bagaimana dia memberitakan Injil kepada orangorang non-Yahudi. Setelah mendengar hal ini, para rasul memberikan suatu tanda persekutuan kepada Paulus dan menerimanya sebagai salah seorang dari antara mereka. Para rasul mengakui bahwa sama seperti mereka merupakan para rasul untuk orang-orang Yahudi, demikian pula Paulus merupakan rasul untuk orang-orang non-Yahudi (2:9; Kis. 15). iii. Lalu, saat Petrus pergi ke Antiokhia, dia makan bersama dengan orangorang percaya non-Yahudi. Tetapi, saat orang-orang yang memegang hukum sunat datang, Petrus segera mundur dan menarik diri dari orangorang non-Yahudi itu. Melihat hal ini, orang-orang Yahudi yang datang bersama dengan Petrus ke Antiokhia pun mengikuti kemunafikannya. Pada saat itu, Paulus melihat bahwa apa yang mereka sedang perbuat itu tidaklah sesuai dengan kebenaran Injil. Oleh karena itu, Paulus menegur Petrus saat itu pula, sekaligus menunjukkan kesalahan mereka. Kita melihat dari antusiasme Paulus dalam memegang kebenaran bahwa kerasulannya tidak kurang sedikitpun daripada rasul lainnya (2:11-14). C. Pembenaran oleh Iman (3:1-4:31) a. Tidak seorangpun dapat dibenarkan karena melakukan hukum Taurat (3:1-10) Dalam 3:2, Paulus bertanya kepada jemaat Galatia: “Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil?” Jawabannya tentu jelas (adalah karena percaya kepada pemberitaan Injil). Karena Allah menyebut Abraham orang benar, karena dia percaya; bahwa itu terjadi sebelum hukum Taurat dan sunat ada. Demikianlah, orang-orang yang hidup dari hukum Taurat berada di bawah kutuk. Sebab tidak seorangpun yang hidup dari daging dapat dibenarkan melalui hukum Taurat. Sebaliknya, tujuan dari hukum Taurat adalah membiarkan orang-orang memahami hakikat dari dosa dan menjadi jera terhadap akibatnya; sehingga, membawa orang-orang pada pengharapan dan mencari jalan keselamatan. b. Hanya hidup oleh iman (3:11-29) Dari ayat-ayat ini, Paulus menjelaskan bahwa Allah menginginkan orang-orang non-Yahudi dibenarkan oleh iman. Lalu, Paulus mengutip Kejadian 15:6, “Lalu percayalah Abraham kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Oleh karena itu, orang-orang yang hidup oleh iman akan diberkati bersama-sama Abraham. Sesuai dengan janji Allah kepada Abraham, bangsa-bangsa akan diberkati karena keturunan Abraham. Keturunan yang dimaksud adalah Yesus Kristus. Melalui kayu salib, Kristus telah dikutuk, karena kita dan menebus kita dari kutuk hukum Taurat. Melalui Yesus Kristuslah berkat Abraham turun pada orang-orang non-Yahudi. Semua orang terbelenggu oleh dosa di bawah hukum Taurat. Namun, dengan percaya kepada Yesus Kristus, berkat yang dijanjikan akan turun kepada orang-orang percaya. Selanjutnya, ketika meletakkan iman kita kepada Tuhan Yesus dan dibaptis di dalam-Nya, kita telah menjadi keturunan-keturunan Abraham dan menjadi ahliahli waris surgawi yang berhak menerima kehidupan yang kekal.
40
Surat-Surat Paulus
c. Hukum Taurat dan Hukum Anugerah (4:1-31) i. Melanjutkan ayat yang terakhir, Paulus menjelaskan bahwa untuk hidup di bawah hukum Taurat pada zaman Perjanjian Lama adalah sama seperti seorang ahli waris yang masih belum dewasa. Sama seperti seorang anak kecil yang berada di bawah perlindungan para penjaga dan pembantunya; orang-orang yang berada di bawah hukum Taurat haruslah memelihara upacara-upacara keagamaan dan peraturan dari hukum Taurat. Ketika tidak melakukannya, mereka akan dihukum. Selain itu, sekalipun telah membaca kitab hukum Taurat dan berpegang pada peraturan-peraturannya, mereka pun tidak memahami maksudnya. Sebaliknya, orang-orang percaya pada Perjanjian Baru telah menerima status sebagai anak melalui penebusan Tuhan Yesus. Roh Kudus masuk ke dalam hati mereka sambil berseruseru ‘Abba, Bapa,’ menjadi suatu jaminan kehidupan kekal bagi keturunan ini. Karena alasan inilah, orang-orang percaya pada Perjanjian Baru telah menerima berkat dan kuasa yang luar biasa dan terus bertumbuh, karena anugerah Allah (4:1-7; 2 Kor. 3:13-14; Rm. 8:17). ii. Lalu, Paulus mengingatkan cerita mengenai Hagar dan Sarah untuk mengajarkan tentang anugerah. Keturunan Hagar dan keturunan Sara, sesungguhnya, menubuatkan dua perjanjian (4:21-31). Di satu sisi, Hagar adalah seorang hamba perempuan dan putranya, Ismael, lahir karena kehendak dan keinginan manusia. Anaknya berasal dari daging dan diusir, agar tidak memperoleh bagian dalam milik pusaka (Kej. 16:3-4,15; 21:9-12; 25:5). Orang-orang percaya dari gereja sejati adalah keturunan-keturunan rohani dari Abraham. Sama seperti Ishak, orang-orang percaya lahir melalui Roh Kudus yang dijanjikan dan memilikinya sebagai jaminan untuk menerima warisan surgawi (Ef. 1:14). D. Hidup oleh iman (5:1-6:18) a. Kemerdekaan dalam Kristus (5:1-15) “Karena Kristus telah memberikan kemerdekaan, kita haruslah berdiri teguh dalam anugerahNya. Kita tidak perlu lagi menjadi hamba dari hukum Taurat dan dibelenggu oleh kuk perhambaan (5:1). Oleh karena itu, mempertahankan sunat dan berusaha untuk dibenarkan dengan memegang hukum Taurat adalah tindakan menyia-nyiakan anugerah Allah dan kita terlepas dari Kristus. Bagi orang-orang yang melakukan hal seperti itu, keselamatan dari kayu salib tidaklah memiliki makna lagi baginya. Paulus menulis: “Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.” Tentu saja, sekalipun dipanggil untuk merdeka, kita janganlah mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk memuaskan keinginan kita dan membiarkan dosa berkuasa atas kita lagi. b. Menang atas keinginan daging melalui Roh Kudus (5:16-26) Dalam ayat ini, Paulus menunjukkan bahwa keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh Kudus. Adalah penting bahwa kita tunduk pada pimpinan Roh Kudus, karena perbuatan-perbuatan daging telah nyata – perzinahan, percabulan, kecemaran dan lain sebagainya – berasal dari Iblis. Orang-orang yang melakukan hal-hal seperti itu tidaklah dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Selain itu, karena telah menerima kehidupan melalui Roh Kudus, kita pun
Surat-Surat Paulus
41
harus berjalan dalam Roh Kudus dan menghasilkan buah Roh – kasih, sukacita, damai sejahtera dan lain sebagainya. Dengan berbuat demikian, kita akan dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah, apabila menghasilkan buah roh yang melimpah.
c. Saling berbagi beban (6:1-10) Dalam hal berbagi beban, Paulus melanjutkan dengan mengatakan bahwa bila seseorang telah dikalahkan oleh dosa, kita haruslah dengan hati yang lemah lembut membawa orang itu kembali. Sambil berbuat demikian, kita perlu berjagajaga, karena mungkin akan dicobai. Namun, Paulus menunjukkan bahwa kita perlu secara aktif menunjukkan kasih dan permohonan atas kelemahan dan kekurangan dari saudara-saudari seiman kita. Kita perlu saling mendukung dan berbagi beban. Selanjutnya, kita perlu berusaha semaksimal mungkin dalam menyediakan kebutuhan para hamba Tuhan dan pekerja kudus lainnya di gereja. Ini agar mereka tidak terbeban oleh perkara-perkara duniawi dan akan dapat berfokus untuk melayani Tuhan. Paulus menganjurkan, agar kita tidak menjadi lelah dalam melakukan semua perbuatan baik ini, “karena pada waktunya kita akan menuai jika kita tidak menjadi lemah.” d. Bermegah pada salib (6:11-18) Dalam bagian terakhirnya, Paulus menunjukkan motif-motif yang bengkok dan kemunafikan dari guru-guru palsu yang telah menyesatkan jemaat Galatia. Nabi-nabi palsu ini ingin terlihat benar dan bermegah dalam kedagingan mereka. Mereka memotivasi jemaat untuk disunat, padahal mereka sendiri tidak memegang hukum Taurat. Bagaimanapun, kita melihat bahwa Paulus adalah berbeda. Dia melakukan apa yang benar di hadapan Allah dan hanya bermegah pada salib Kristus. Dia rela mengabaikan semua yang ada di dunia demi keselamatan dari salib. E. Penutup Dalam Galatia 6:15, Paulus mengakhiri suratnya dengan menulis, “Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.” Dalam seluruh suratnya, Paulus menekankan bahwa menjalankan hukum Taurat dan peraturan-peraturannya tidaklah penting. Yang penting adalah apakah kita memperbarui kehidupan kita, seperti yang dicatatkan dalam Titus 3:5, “Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus.”
Menguji Pemahaman 1. Mengapa Paulus menulis surat ini kepada gereja-gereja di propinsi Galatia? 2. Apakah tujuan dari pada hukum Taurat? (Bila keselamatan hanya datang melalui Kristus, lalu mengapa Allah memberikan hukum Taurat kepada umat Israel?
42
Surat-Surat Paulus
3. Mengapa kita harus ‘hidup oleh Roh’ dan tidak menuruti keinginan daging kita? 4. Tuliskan ‘perbuatan-perbuatan daging dan ‘buah Roh Kudus.’ 5. Tuliskan ayat-ayat dari surat Galatia, yang kalian sukai atau yang penting menurut kalian dan jelaskan alasannya.
Penerapan Kehidupan Bagian A – Memetik Buah Galatia 5:22-23 mencatatkan buah Roh. Sebagai orang Kristen, kita senantiasa berusaha untuk menghasilkan buah Roh. Seringkali, kita melihat buah Roh yang ada pada kehidupan saudara-saudari seiman dan kita merasa rindu pula untuk memilikinya. Selama Youth Theological Training Course (setara dengan Kursus Alkitab Lanjutan di Indonesia) di suatu musim panas, sembilan orang pemuda bertekad untuk saling memetik buah roh dari kehidupan mereka. Buah ini adalah sesuatu yang dimiliki oleh mereka masing-masing atau buah yang seharusnya mereka kejar untuk hasilkan. Setiap pemuda memiliki satu buah dan bertekad bahwa pada tahun depan, mereka akan berkumpul kembali untuk melihat apa yang telah diperbuat dengan buah mereka itu dan akan memilih buah lainnya untuk dikejar. Kalian pun dapat melakukan hal yang sama! Dalam daftar berikut, tuliskan nama seseorang yang ada di kelas, yang paling menunjukkan pengejaran dari buah (Roh) tertentu dalam kehidupannya, selain yang telah ada. Sebagai contoh, mungkin kalian meletakkan nama Joe dengan ‘buah damai sejahtera’ di samping namanya, karena dia jarang menyebabkan terjadinya perpecahan dalam kelompok atau di ‘buah sukacita’ di samping namanya, karena dia tampak selalu ceria. Ketika kalian telah selesai menuliskan nama-nama dalam daftar itu, bagikan kepada yang lainnya, daftar yang kalian tuliskan berikut buah Roh di samping tiaptiap nama yang ada. Ketika setiap orang telah terlibat dalam aktivitas ini, tanyakan kepada setiap orang, buah manakah yang menurut dia tidak ada dalam hidupnya dan apa sebabnya. Kelilingi kelompok itu sampai setiap orang memiliki kesempatan untuk mengatakannya. Kasih Sukacita Damai sejahtera Kesabaran Keramahan Kebaikan Kesetiaan Kelemahlembutan Pengendalian diri
_____________________ _____________________ _____________________ _____________________ _____________________ _____________________ _____________________ _____________________ _____________________
Surat-Surat Paulus
43
Bagian B – Ucapkanlah Syukur! Kita telah belajar melalui pelajaran ini untuk bersikap menghargai dan bersyukur atas anugerah Allah. Ini adalah lirik lagu ‘Give Thanks.’ Give thanks with a grateful heart Give thanks unto the Holy One Give thanks because He’s given Jesus Christ, His Son. And now let the weak say, “I am strong” Let the poor say, “I am rich Because of what the Lord Has done for us.” 1. Kapankah kita merasa sangat bersyukur kepada Tuhan? Mengapa? 2. Bagaimana kita belajar untuk bersyukur kepada Tuhan setiap waktu? Memang tidak mudah untuk bersyukur atau bersukcaita itu, terutama ketika kita mengalami pencobaan, tetapi seperti yang disarankan oleh pujian tadi, kita perlu untuk mengucap syukur kepada Tuhan dengan sepenuh hati, karena Dia telah memberikan Yesus Kristus kepada kita. Nyanyikan pujian ini bersama-sama dan mintalah semua siswa untuk memberikan pendapat mereka mengenai pujian ini.
Renungan dan Doa Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani #.356: “Imanlah Kemenangan.” Pujian ini memberitahu bahwa selama beriman kepada Kristus, kita akan menang atas dunia ini. Itu berarti bahwa bila bersandar dan berjalan menurut pimpinan Roh Kudus, kita akan dapat mengalahkan keinginan daging, mengejar hidup beriman dan kekudusan. Marilah senantiasa berjuang untuk iman yang berakar dalam pada Kristus, sehingga kita boleh memastikan kemenangan atas hidup yang akan menghasikan buah untuk kemuliaan-Nya. Marilah kita senantiasa mengucap syukur untuk nama-Nya yang indah!
44
Surat-Surat Paulus
pelajaran
Surat Efesus
5
Bacaan Kitab Surat Efesus
Sasaran Pelajaran
1. Memeriksa kembali iman kita dan berdirilah bersama Kristus 2. Memperbarui kembali kehidupan rohani, sehingga kita dapat hidup untuk memuliakan Allah 3. Berjalan dalam kesatuan dan ketaatan terhadap kehendak-Nya yang baik.
Ayat Alkitab
“Satu tubuh dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.” (Ef. 4:4-6)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Efesus 1-6
Latar Belakang Alkitab Surat Efesus ditulis sekitar tahun 61 M saat Paulus menjadi tahanan di Roma (Ef. 3:1; 4:1; 6:20). Surat ini terutama ditulis untuk orang-orang non-Yahudi yang bertobat, yang menjadi penopang dari gereja Efesus, Paulus mencari penjelasan lebih lanjut mengenai tanda-tanda keselamatan yang diberikan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita dan memancarkan terang rahasia Injil. Sekalipun Paulus tidak dapat mengunjungi dan menggembalakan gereja di Efesus, tetapi dia memberi perintah, mengajar dan memotivasi orang-orang percaya melalui sebuah surat yang disampaikan oleh Tikhikus – surat kepada jemaat Efesus. Seumur hidupnya, Paulus dapat sepenuhnya menggunakan waktu-waktunya di penjara untuk terus menggembalakan gereja. Surat-surat untuk jemaat Efesus, Filipi dan Kolose dan kepada Filemon ditulis selama Paulus dipenjarakan di Roma. Secara berurutan, surat-surat ini dikelompokkan dan dikenal sebagai Surat-surat Penjara.
Surat-Surat Paulus
45
Setelah dibebaskan, Paulus pergi dan menulis surat kepada Timotius dan Titus sebelum dia ditangkap kembali. Saat dipenjara kedua kali inilah, Paulus menghasilkan surat lain untuk Timotius dan akhirnya, sampai pada kemartirannya di Roma pada waktu pemerintahan Kaisar Nero. Surat Efesus pun disebut kitab Yosua Perjanjian Baru. Sekalipun ada banyak persamaan dalam ajaran-ajaran antara kedua kitab ini, tetapi persamaan utamanya terletak pada tema utamanya – menerima warisan yang telah dijanjikan. Kitab Yosua mencatatkan bagaimana umat pilihan memperoleh Tanah Kanaan yang telah dijanjikan, sementara surat Efesus menggambarkan bagaimana seorang percaya menerima warisan surgawi.
Pemanasan Seringkali, ketika menjalani kehidupan yang nyaman dan santai, kita cenderung untuk membiarkan kepuasan jasmani itu menguasai diri kita. Ketika membiarkan kerohanian kita melemah, bahkan kenangan-kenangan yang berharga – mengenai bagaimana kita mengenal Alalh dan segala berkat dan anugerah yang Dia telah berikan – menjadi kenangan yang jauh. Sementara, semua orang menikmati perayaan-perayaan pada saat-saat berkelimpahan, sedikit orang yang menggunakan waktu untuk menelusuri kembali asal mula dari semua berkat itu. Kita mengetahui bahwa segala hal yang indah di dalam hidup kita telah diberikan Allah kepada kita. Jadi, ketika bersenang-senang atas berkat-berkat Allah, kita haruslah bertanya kepada diri sendiri: “Apakah kita menjalankan iman dan hidup dengan menunjukkan penghargaan yang tinggi atas apa yang Allah telah berikan kepada kita? Allah telah memberikan kita kesempatan untuk menjadi karya besar-Nya, sehingga dapat memuliakan-Nya dan berguna bagi orang-orang di sekitar kita. Sungguh malang, bila kita menyia-nyiakan kesempatan itu. Apakah kita telah lupa bahwa kita adalah “bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu (kita) memberitakan perbuatan-perbuatan yang besari dari Dia, yang telah memanggil kamu (kita) keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib?” (1 Pet. 2:9). Apakah kita mengetahui nilai diri kita yang sesungguhnya dan berdiri bersama dengan Kristus?
Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Ikhtisar Umum Efesus pernah menjadi pusat Kerajaan Romawi dalam bidang kebudayaan, politik dan perdagangan. Karena terletak di pantai barat Asia Kecil (sekarang Turki), Efesus memberikan kemudahan akses ke Sungai Cayster dan Laut Tengah. Iklimnya yang sejuk dan lembah-lembah yang subur menyebabkan daerah itu memiliki reputasi kemewahan dan kesenangan. Bagaimanapun, kota Efesus dikenal terutama sebagai pusat keagamaan.
46
Surat-Surat Paulus
Sekalipun terletak di Asia dan sangat dipengaruhi oleh bangsa Yunani dan Romawi, tetapi Efesus merupakan kota perlindungan dari salah satu tujuh Keajaiban Dunia zaman kuno – Kuil Artemis, kuil untuk dewa bangsa Yunani, Artemis (bangsa Romawi menyebutnya Diana), yang dibangun dengan menggunakan 127 tiang raksasa. Dengan tinggi hampir 25 meter dan pada masing-masing tiang dibuatkan patung raja-raja yang berdiri di atasnya. Sekalipun bangunan raksasa ini telah dihancurkan sebelum kunjungan Paulus, tetapi kelompok orang yang setia kepada Artemis masih ada. Paulus melakukan kunjungan singkat di sini saat dia kembali dari Antiokhia dari perjalanan penginjilannya yang kedua (Kis. 18:19-22). Selama perjalanan penginjilannya yang ketiga, Paulus tinggal selama tiga tahun di Efesus (Kis. 20:31). Selama kunjungan Paulus yang pertama, kerusuhan besar terjadi saat seorang pandai perak yang bernama Demetrius menyebabkan keributan yang menimbulkan kerugian dalam usaha (Kis. 19:23-41), karena orang-orang yang telah kembali kepada Kristus tidak lagi menyembah dewi Artemis orang Efesus. Di kota inilah sejumlah besar tukang sihir bertobat (Kis. 19:17-20) dan banyak mujizat yang terjadi (Kis. 19:11-12). Di sinilah, dua belas pengikut Yohanes Pembaptis dibaptis. Setelah itu, Paulus menumpangkan tangan ke atas mereka dan mereka menerima Roh Kudus. Tidak seperti surat Roma dan 1 dan 2 Korintus, surat kepada jemaat Efesuspun tidak mengangkat persoalan serius di dalam gereja. Tetapi, Paulus memperingatkan para pemimpin gereja untuk mewaspadai penyusupan ajaran-ajaran palsu. Pada akhir perjalanan penginjilannya yang ketiga (Kis. 20:13-35), Paulus bertemu dengan para tua-tua Efesus di kota pesisir, Miletus. Paulus memberitahu mereka untuk mewaspadai ‘serigala-serigala dari luar’ dan kejatuhan jemaat dari dalam; semua faktor ini akan berusaha untuk menghalau jemaat dengan mengajarkan hal-hal yang jahat. Beberapa perkiraan bahwa ini pasti merupakan salah satu alasan utama yang memotivasi Paulus untuk menulis surat ini. Dalam surat Wahyu, jemaat Efesus dipuji karena tekadnya dalam mencegah guru-guru dan ajaran-ajaran palsu merayap masuk ke dalam gereja (Why. 2:2). Bagaimanapun, satu hal yang menentang mereka adalah bahwa mereka gagal dalam mempertahankan kasih yang mula-mula kepada Yesus Kristus (Why. 2:4). Dalam 1 Timotius 1:5, Paulus memotivasi Timotius (yang kemudian berada di Efesus) bahwa “tujuan nasihat itu adalah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas.” Tema dan pesan kasih haruslah ditekankan berkali-kali pada orang-orang percaya di Efesus. Salah satu catatan tambahan yang menarik adalah bahwa dari 107 kali Paulus menggunakan kata ‘kasih’ dalam seluruh suratnya, 19 di antaranya terdapat dalam surat kepada jemaat Efesus ini. Surat ini diawali dengan kasih (1:5-6) dan diakhiri dengan kasih (6:23-24). Isi dari surat Efesus sama dengan isi dari surat Kolose, yang menyebutkan bahwa surat-surat itu ditulis selama masa penjara yang sama di Roma. Keduanya menekankan pada pembenaran oleh iman (2:8). Setengah pertama dari surat Efesus (pasal 1-3) ditujukan pada doktrin-doktrin utama dari iman Kristen dan bagaimana membawa kebenaran-kebenaran ini dan menerapkannya dalam kehidupan Kristen. Tidak peduli betapa berbedanya latar belakang kita, kita semua perlulah bergabung bersama-sama di dalam Kristus. Setengah kedua dari surat itu diikuti dengan pembahasan mengenai peperangan rohani yang dapat dialami oleh tiap-tiap orang ketika menjalani hidup serupa dengan Kristus.
Surat-Surat Paulus
47
Bagian # 2 – Studi Alkitab tentang Efesus A. Salam dan Pemberian Hormat (1:1-3) Paulus memuji orang-orang kudus di Efesus, karena menjadi setia kepada Yesus Kristus. Dia pun menyebutkan bahwa Tuhan Yesus telah memberkati mereka dengan berkat-berkat surgawi di dalam Kristus. Dengan puji-pujian Paulus kepada jemaat di sana dan ucapan syukur kepada Allah, kita dapat melihat bahwa dia sungguh-sungguh merindukan jemaat Efesus. B. Anugerah dalam Kristus a. Berkat-berkat Kekal i. Menjadi anak-anak Allah (1:4-10) Sesuai dengan kehendak-Nya yang baik, Allah memilih kita sebelum penciptaan dunia untuk menjadi kudus dan tidak bercela di hadirat-Nya. Dalam kasih, Dia menentukan kita untuk dijadikan sebagai anak-anak-Nya melalui Yesus Kristus. Oleh karena itu, merupakan hak dan kehendak mutlak dari Pengangkat (Allah) dan hak istimewa bagi kita, orang yang diangkat. Berkat-berkat seperti ini sungguh tidak ternilai harganya! ii. Warisan surgawi (1:11-14) Selain menjadi anak-anak Allah, kita haruslah percaya pada kebenaran dan ditandai oleh meterai Roh Kudus, yang merupakan jaminan warisan surgawi kita dan kemuliaan pada akhirnya. b. Hikmat rohani (1:15-23) Dalam ayat ini, Paulus menunjukkan doa-doanya bagi jemaat Efesus. Dia memohon kepada Allah, Bapa kita yang mulia, agar dapat memberikan jemaat di Efesus Roh hikmat dan wahyu, sehingga dapat mengenal-Nya dengan benar dan dengan jelas mengenal kuasa dan otoritas Allah yang tidak tertandingi sebagai Penguasa utama gereja. Demikian pula, kita haruslah berdoa memohon hikmat rohani untuk memperoleh pemahaman dan pengenalan akan Allah yang lebih baik dan memperbaiki kembali kasih dan perjanjian kita terhadap Yesus Kristus setiap harinya. Yeremia 9:24 berkata, “Tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: Bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.” c. Anugerah Keselamatan i. Mati dalam dosa (2:1-3) Sebelum diselamatkan, kita hidup di bawah kuasa Iblis – kita mengikuti keinginan daging dan pikiran kita, memuaskan sifat-sifat kita yang selalu berdosa. Di hadapan Allah, kita dianggap sebagai anak-anak murka, yang mati dalam pelanggaran dan tidak memenuhi persyaratan atas kebaikanNya. ii. Setelah menerima anugerah (2:4-22) Bagaimanapun, karena kasih-Nya yang besar dan tidak terukur, Allah melepaskan kita dari kematian, membiarkan tahu bahwa
48
Surat-Surat Paulus
kita dapat diselamatkan melalui iman di dalam-Nya – bukan karena usaha kita sendiri. Melalui darah Yesus yang berharga dan Roh Kuduslah, kita yang dahulu adalah orang-orang non-Yahudi dan secara rohani terlepas dari Kristus, sekarang dapat menjadi anggota-anggota keluarga Allah. Kita bergabung dan dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Kita semua terbiasa dengan ungkapan “apa yang kamu tabur, itulah yang kamu tuai” dan “tidak ada makan siang yang gratis.” Dalam hidup ini, kita belajar bahwa apa yang kita peroleh berasal dari apa yang kita taburkan ke dalamnya. Bila menginginkan sesuatu, selalu ada harga yang harus dibayar. Syukurlah, Allah tidak menetapkan standar ini kepada kita, karena Dia berkata, “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN” (Yes. 55:8). Allah tidak menuntut terlalu banyak dari pada kita. Selama kita mau percaya, keselamatan-Nya akan datang kepada kita.
Karena iman, Abraham taat ketika ia dipanggil untuk pergi ke suatu tempat yang kelak akan ia akan terima sebagai milik pusakanya (Ibr. 11:8). Karena iman, Abraham mempersembahkan putranya, Ishak (Ibr. 11:17). Karena iman, Musa memilih mengabaikan kesenangan dosa dan sebaliknya, menderita demi Kristus (Ibr. 11:24-29). Sebaliknya, apakah yang kita telah perbuat dengan iman? Memahami bahwa iman merupakan pengharapan yang belum menjadi kenyataan dan tanpa iman tidak mungkin berkenan kepada Allah. d. Berbagi rahasia dan kasih Kristus i. Rahasia Kristus (3:1-13) Ayat ini mengungkap rahasia yang sebelumnya tidak diketahui. Rahasianya adalah bahwa melalui Injil, orang-orang non-Yahudi menjadi ahli waris bersama dengan orang Israel, menjadi anggota-anggota dari satu tubuh dan mengambil bagian yang sama dalam janji Yesus Kristus, Tuhan kita. Paulus menjadi seorang hamba dari Injil ini dan hamba bagi orang-orang nonYahudi. Melalui gereja, berbagai ragam hikmat Allah akan diperkenalkan, sehingga membuka pintu keselamatan bagi orang-orang non-Yahudi. ii. Kasih Kristus (3:14-21) Kasih Allah tidaklah terukur. Allah dapat melakukannya dengan tidak dapat terukur, lebih dari semua yang kita pohonkan atau bayangkan. Paulus pun berdoa bagi orang-orang percaya, agar diteguhkan di dalam Tuhan, agar tidak kehilangan keberanian hanya karena Paulus berada dalam penjara. Dia menasihati orang-orang percaya, agar selalu berakar dan berdasar dalam kasih, untuk memuliakan Kristus. Tidaklah dapat disangkal bahwa berbagai tantangan akan kita hadapi dalam memberitakan Injil kepada orang banyak pada hari dan zaman ini. Kemakmuran masyarakat dan prestasi pribadi memperkuat keyakinan manusia pada kemampuannya sendiri. Perlahan-lahan hadirat Allah menjadi tidak relevan lagi. Bagaimananpun, kita tidak dapat menggunakan semua kecenderungan ini sebagai alasan untuk tidak memberitakan Injil. Selain itu, adalah amanat kita sebagai orang Kristen untuk memberitakan Injil setiap saat. “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.
Surat-Surat Paulus
49
Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku” (1 Kor. 9:16-17). Pada akhir zaman, kasih Kristuslah yang akan memotivasi dan mewajibkan kita untuk melakukan pekerjaan-Nya (2 Kor. 5:14-15). C. Perbuatan yang Saleh a. Hidup Bersama (4:1-16) Ayat ini meletakkan petunjuk bagi kehidupan orang Kristen secara bersamasama, di dalam gereja. Gereja adalah tubuh Kristus dan kita orang-orang percaya, adalah para jemaatNya. Kita harus berjuang untuk saling bersatu dan berpegangan tangan, bertumbuh dan membangun tubuh di dalam kasih, sehingga setiap jemaat melakukan pekerjaannya. Ini ditekankan pada ayat 2-3 “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera” karena kita semua adalah milik tubuh yang sama yang berbagi satu Roh, satu iman dan satu baptisan. Setiap orang percaya harus menggunakan karunia yang telah diberikan Allah untuk saling membantu bertumbuh di dalam iman, hikmat, karakter dan kasih. b. Kehidupan Pribadi i. Jangan meniru perbuatan orang-orang non-Yahudi (4:17-32). Kita perlu menanggalkan diri kita yang lama, yang penuh dengan kejahatan dan keinginan yang menipu. Kita tidak lagi dapat memberikan diri kepada kepuasan nafsu, dusta, pencurian dan perkataan yang tidak sehat. Ini berarti membuang segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah dan segala bentuk kejahatan. Lalu, menjadi ciptaan baru di dalam perilaku dan pikiran, karena kita diciptakan untuk menjadi serupa dengan Allah dalam kebenaran dan kekudusan yang sejati. Pula, menjadi “ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu (kita).” Kata Yunani dari ‘baru’ bukanlah merujuk pada sesuatu yang merupakan hal yang paling baru atau paling akhir. Sebaliknya, kata itu merujuk pada sesuatu yang memiliki sifat atau hakikat yang berbeda. Oleh karena itu, sifat kita yang baru adalah manusia baru yang diciptakan di dalam Kristus Yesus. Dengan bersatu, kita akan menjadi kuat. Kita pun mengetahui pepatah ini: ‘Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.’ Pengkhotbah 4:12 memberitahu kita bahwa, “Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.” Gereja adalah tubuh rohani, yang memiliki kekuatan terbesar ketika semua pihak melayani sebagai satu kesatuan atau satu tubuh yang rohani. Menang atau kalah tidaklah dapat segera dipastikan dalam peperangan rohani yang lama dan berlarut-larut. Oleh karena itu, kita haruslah saling memperhatikan dan mendukung dengan membantu seorang kepada yang lainnya tanpa henti. Seperti Yoab, komandan pasukan Daud mengatakan kepada saudaranya, Abisai saat berperang dengan bangsa Amon dan Aram “Jika orang Aram itu lebih kuat daripadaku, maka haruslah engkau menolong aku, tetapi jika bani Amon itu lebih kuat daripadamu, maka aku akan datang menolong engkau” (2 Sam. 10:11). Bila ada perbedaan pendapat, janganlah berubah menjadi
50
Surat-Surat Paulus
musuh dan biarkan hal itu menjadi sebuah pendapat saja. Sebaliknya, ketulusan dan kemurahan hati akan membawa setiap orang dalam damai sejahtera. Jangan biarkan Iblis memanfaatkannya untuk mengubah kita menjadi saling bermusuhan. Surat ini merinci kepercayaan-kepercayaan Kristen dalam kehidupan nyata. Jelaslah bahwa Alkitab bukan hanya kitab sejarah orang Yahudi atau hanya sebuah kitab moral. Alktiab mengandung banyak penerapan pengajaran seputar kehidupan sehari-hari. Dengan tinggal di dalam aturan-aturan ini akan menjamin ketersediaan berkat yang tidak ada habis-habisnya bagi kita. Dari kata penutup suratnya, Paulus mengakui bahwa kehidupan Kristen bukanlah berakhir pada catatan moralitas saja, tetapi catatan peperangan rohani pula. Namun, kehidupan moral yang lurus meletakkan dasar yang penting bagi kehidupan rohani yang berkemenangan. Hanya ketika menjalani kehidupan yang saleh di rumah, di sekolah, dengan tetangga, di gereja dan di manapun serta bersandar pada kehendak Allahlah yang akan membuat kita dapat berdiri dengan teguh. ii. Meneladani Kristus (5:1-21) Ingatlah bahwa Kristus mengasihi kita dan telah menyerahkan diri-Nya bagi kita. Bagaimana cara kita mengasihi-Nya? Dengan tidak melakukan perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya hasilkanlah buah terang – kebaikan, keadilan dan kebenaran. Kita perlu menggunakan waktu terbaik kita untuk dipenuhi dengan Roh Kudus dan rendahkanlah dirmu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus. Dengan berbuat demikian, kita menjadi berbeda dan memisahkan diri menjadi kudus terhadap orang-orang yang tidak percaya. Kita janganlah pernah meragukan kebaikan Allah. Hanya ketika tidak ragu, kepercayaan dan iman kita kepada-Nya akan bertumbuh, karena menyadari bahwa Allah sungguh-sungguh penuh dengan kebaikan dan layak menerima semua penyembahan kita. c. Kehidupan Keluarga i. Antara suami dan Istri (5:22-33) Suami-suami hendaklah mengasihi istri mereka sama seperti tubuh mereka sendiri, sebagaimana Kristus mengasihi jemaat dan menyerahkan diri-Nya. Istri-istri, tunduklah kepada suami-suami mereka seperti kepada Tuhan. ii. Anak-anak dan orangtua (6:1-4) Anak-anak hendakah mentaati orangtua mereka di dalam Tuhan, karena inilah yang benar. Orangtua janganlah menyakiti hati anak-anak mereka; sebaliknya, mereka hendaknya membesarkan anak-anak dalam didikan dan perintah Tuhan. Keluarga yang saleh merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dan kesejahteraan gereja. iii. Tuan-tuan dan hamba-hamba (6:5-9) Hamba-hamba hendaklah mentaati tuan mereka yang di dunia dengan rasa hormat dan takut dan dengan tulus hati, sama seperti mentaati Kristus. Mereka haruslah melayani dengan sepenuh hati, seolah-olah sedang melayani Tuhan dan bukan melayani manusia. Tuan-tuan hendaklah memperlakukan hamba-hamba mereka dengan cara yang sama.
Surat-Surat Paulus
51
Tuan-tuan tidak boleh mengancam hamba-hamba mereka, karena baik tuan maupun hamba sama-sama memiliki Tuan yang sama di surga dan Dia tidak memandang muka kepada siapapun. Baik hamba maupun tuan hendaklah sama-sama mengendalikan diri dan saling menunjukkan penghormatan yang pantas.
Penekanan utama Paulus dalam ayat ini adalah menunjukkan kepada para pembaca akan kewajiban mereka, yaitu orang-orang yang memiliki wewenang atas hal itu. Suami-suami haruslah meneladani Kristus. Orangtua seharusnya jangan memunculkan amarah dari anak-anak mereka. Tuan-tuan jangan mengancam hamba-hamba mereka. Yang ingin Paulus sampaikan kepada kita adalah bahwa melayani lebih penting daripada berkausa atas orang lain. Melayani adalah sebuah hak istimewa dan kita dapat belajar untuk memiliki sikap melayani yang sehat di dalam Tuhan Yesus. Paulus menuliskan dalam Filipi 2:5-8, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Yesus tidak menggunakan hak istimewa dan otoritas-Nya sebagai Allah untuk menjadi raja dan tuan atas manusia; sebaliknya Dia merendahkan dan mengosongkan diri-Nya menjadi seorang hamba bagi kita semua. Kita membaca pula dalam Yohanes 13:12-16 mengenai Yesus membasuh kaki para murid-Nya. Ini merupakan sebuah tugas yang seharusnya disediakan dan dikerjakan untuk seorang hamba yang kedudukannya paling rendah di dalam rumah. Sekalipun Yesus, sebagai Anak Allah, dapat menuntut ketaatan dari pada kita semua, Dia melakukannya terlebih dahulu untuk menunjukkan teladan bagi kita. Oleh karena itu, kita semua haruslah berusaha lebih keras untuk taat dalam perjalanan hidup kita bersama-Nya. Seringkali, kita cenderung membiarkan emosi dan perasaan mengendalikan pikiran dan mengambil keputusan bagi diri sendiri. Ini adalah resep yang berbahaya dan membawa bencana bagi kehidupan Kristen! Sebaliknya, kita haruslah memiliki kepenuhan Roh dan memperbaharui pikiran dan kesetiaan yang akan membantu kita mengambil keputusan-keputusan yang baik pada tahap-tahap kacau dalam kehidupan kita. Sebagai contoh, Daniel menetapkan hatinya bahwa dia tidak akan mencemarkan dirinya dengan hidangan raja yang lezat atau dengan anggur yang dia minum (Dan. 1:8). D. Bagian Akhir a. Peperangan Rohani i. Musuh (6:10-12) “Perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulupenghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”
52
Surat-Surat Paulus
ii. Perlengkapan Rohani (6:13-18) “Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruth perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus.” Paulus memotivasi jemaat di Efesus untuk memperlengkapi diri mereka dengan perlengkapan rohani Allah, sehingga mereka dapat bertahan terhadap serangan Iblis. Pada saat yang sama, Paulus pun meminta jemaat untuk mendoakan dirinya, “supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil” (6:19). Demikian pula, sebagai orang-orang percaya, kita seharusnya tidak mengabaikan untuk mendukung para pemberita Injil yang selalu berada dalam peperangan rohani di garis depan dengan mendoakan mereka. b. Penghiburan dan ucapan syukur (6:21-24) Paulus meminta Tikhikus untuk menyampaikan apa yang sedang dilakukannya dan memberikan mereka berkat-berkatnya, sehingga orang-orang percaya dapat terhibur. c. Penutup Pusat dari tema surat Efesus adalah gereja sebagai tubuh Kristus dan bagaimana menerapkan ajaran-ajaran gereja di dalam kehidupan kita. Hanya ada satu tubuh. Gereja Tuhan seharusnya tidak terbagi-bagi, sama seperti anggota tubuh kita tidak terbagi-bagi pula. Pertumbuhan rohani yang seimbang dari tiap-tiap anggota jemaat akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dari sebuah gereja. Kita haruslah dengan giat mengambil inti dari prinsip-prinsip yang berkaitan dengan kehidupan gereja, kehidupan keluarga dan kehidupan pribadi. Gereja melambangkan mempelai perempuan dari Yesus Kristus. Oleh karena itu, seharusnya gereja dapat berdandan dengan baik setiap saat dan siap untuk menyambut kedatangan mempelai pria. Kiranya kita secara teratur mengintrospesi diri, sehingga menjadi dewasa untuk membantu gereja dengan talenta-talenta tertentu yang kita miliki dan dipersiapkan untuk menyaksikan kemuliaan Yesus Kristus.
Surat-Surat Paulus
53
Menguji Pemahaman 1. Bagaimana Paulus menggunakan persamaan suami dan istri untuk menjelaskan hubungan antara Kristus dan jemaat? 2. Apakah seluruh perlengkapan senjata Allah? 3. Menurut kalian, apakah maksud dari ‘menanggalkan manusia lama’ dalam Efesus 4:22? 4. Jelaskan perbedaan antara hikmat dan kecerdasan. Berikan contoh sebagai sebuah hal yang berbeda dan perbandingannya.
Penerapan Kehidupan Perlengkapan Senjata Allah Sebagai orang Kristen, kita perlu untuk memakai seluruh perlengkapan senjata Allah, agar dapat menghadapi pertempuran dengan baik. Berikut adalah kesaksian-kesaksian yang berkenaan dengan masing-masing perlengkapan senjata Allah. Berikatpinggangkan kebenaran (Ef. 6:14) Seorang saudari yang baru percaya diajarkan tentang Sepuluh Perintah Allah. Sebagai hasilnya, dia mulai lebih berjaga-jaga diri dalam memegang hukum ke-8, “Jangan mencuri.” Di tempat kerja, saudari ini tidak akan mau menggunakan telepon perusahaan atau mesin fotokopi untuk keperluan pribadi. Di rumah, dia tidak akan mau menggunakan software yang tidak ilegal. Bahkan ketika makanpun, dia tidak akan mengambil tisu yang berlebih dari Mac Donald untuk dibawa pulang ke rumahnya. Pada suatu musim panas, saudari ini membawa anaknya ke pusat perbelanjaan. Anaknya melihat uang kertas satu dollar di lantai pusat perbelanjaan itu dan bertanya kepada dirinya sendiri, “Uang siapakah ini?” Dia memberitahu anaknya bahwa uang itu bukanlah milik siapapun dan anak itu dapat menyimpannya. Segera setelah anaknya mengambil uang itu, dia merasakan kepalanya panas. Dia mulai merasa sangat tidak nyaman dan bertanya-tanya apakah Roh Kudus sedang menegur dirinya, sehingga dia menyuruh anaknya untuk meletakkan uang itu kembali di lantai. Minggu berikutnya, dia pergi ke pusat perbelanjaan lainnya dan melihat uang kertas dollar yang lainnya. Anak dari saudari ini melihat uang itu dan kembali bertanya, “Milik siapakah uang itu?” Saudari itu memberikan jawaban yang sama dan seketika itu juga kepalanya terasa panas lagi. Dia mulai bertanya-tanya apakah ini adalah pengajaran dari Roh Kudus.
54
Surat-Surat Paulus
Sebulan kemudian, saudari ini belajar melalui pelajaran dari kelas Pendidikan Agama anaknya bahwa Perintah ke-8 di dalam Alkitab anak-anak berkata, “Kamu tidak boleh mengambil apa yang bukan milikmu.” Inilah penjelasan yang paling sederhana dari perintah Allah “Jangan mencuri” – Jangan mengambil apa yang bukan milikmu. Setelah menyadari hal ini, saudari itu mengetahui bahwa inilah yang Tuhan wajibkan dari kita, yaitu memegang kebenaran dalam segala keadaan. Berbajuzirahkan keadilan (Ef. 6:14) Sejak kanak-kanak, Thomas telah mengetahui bahwa hari Sabtu adalah hari Sabat – hari perhentian yang didirikan oleh Allah. Orangtua dan guru-guru Pendidikan Agamanya telah menjelaskan kepadanya bahwa dia haruslah selalu berusaha semaksimal mungkin untuk mengkhususkan hari kudus itu untuk mengingat anugerah Allah dan lebih dekat kepada-Nya. Dia pun mengetahui bahwa memegang hari Sabat adalah salah satu dari Sepuluh Perintah. Karena sepanjang yang dapat diingatnya, dia selalu menghindari aktivitas pada hari Sabat; semua teman yang tidak berasal dari gereja mengetahui bahwa Thomas tidak dapat pergi bersama dengan mereka pada hari Sabtu. Pada waktu liburan musim dinginpun, salah seorang teman baik Thomas memenangkan paket main ski gratis untuk empat orang di sebuah tempat peristirahatan yang indah. Teman-temannya sangat gembira dan menginginkan Thomas ikut bersama dengan mereka. “Ayolah, ini hanya sekali. Kita tidak akan pernah memiliki kesempatan seperti ini lagi. Aku yakin Allah tidaklah keberatan, bila kamu meninggalkan kebaktian Sabat satu kali saja,” kata salah seorang temannya. Yang lainnya bertanya kepada Thomas, “Mengapa kamu bersikeras untuk pergi ke gereja pada hari Sabtu? Bukankah itu pokok persoalannya? Pergi ke gereja hanyalah sebuah ritual. Lihatlah, begitu banyak orang Kristen yang menipu orang banyak dan sekelompok orang yang munafik; jadi pergi ke gereja tidak akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik.” Bahkan teman-teman Thomas yang beragama Kristen pun menyetujui pendapat itu. “Aku mengetahui bahwa memegang hari Sabat adalah persoalan besar bagimu, tetapi kita tidak hidup pada zaman Perjanjian Lama lagi. Paulus mengatakan dalam Roma 14 bahwa tidak peduli pada hari apa kamu beribadah kepada Tuhan, karena yang penting adalah kamu melakukannya setiap hari. Jadi, mengapa kamu tidak pergi bersama dengan kami pada hari Sabtu ini? Kamu dapat merenungkan dan memuji Allah selagi menuruni lereng. Kamu mengenal kami, kami tidak pernah melakukan hal yang buruk seperti mengkonsumsi minuman yang berakohol, memakai obat-batan atau berpesta pora. Akhir pejan ini, kami akan pergi dengan papan salju. Kita memliki paket luar biasa ini secara gratis, yang hanya dapar dipakai pada akhir pekan ini saja. Semuanya telah lunas dan orangtua kita menyetujuinya, kita hanya kehilangan satu hal yaitu kamu. Ayolah, ikutlah bersama kami. Kamu telah menyembah Allah setiap hari, tetapi satu kali ini saja kamu pergi dengan teman-teman terbaikmu.” Setelah mendengarnya, Thomas tidak mengetahui harus bagaimana menjawab mereka sekalian. Tetapi, dua ayat yang diingatnya melintas dalam pikirannya. Salah satunya adalah Yohanes 14:21, yaitu Tuhan Yesus telah berkata bahwa orang-orang yang mengasihi-Nya akan berpegang pada perintah-perintahNya. Ayat lainnya adalah dari Yesaya 58:13-14 mencatatkan bahwa bila kamu menahan diri dari menginjak-injak hari Sabat dengan mengejar keinginan atau urusanmu sendiri, tetapi sebaliknya, menyukai dan menghormati hari kudus Tuhan, Allah akan memberkatimu. Memegang hari Sabat merupakan perintah Allah. Bila Thomas pergi dan menikmati akhir pekannya, dia telah membenarkan tindakannya,
Surat-Surat Paulus
55
sehingga hati nuraninya tidak akan mengganggu pikirannya. Tetapi bila dia melakukannya, siapakah yang mengetahui apa yang mungkin akan dilakukannya kelak? Dia telah melihat banyak teman gerejanya yang tidak lagi datang ke gereja. Itu selalu dimulai dari hal yang sederhana dan tidak berbahaya, seperti pertunjukan, darmawisata, acara olahraga dan lain sebagainya. Mereka semua lambat laun telah menjadi terlalu sibuk untuk datang kebaktian. Akhirnya, bahkan bila tidak lagi sibuk sekalipun, mereka merasa lebih baik untuk beristirahat di rumah saja. Thomas tidak mau hal itu terjadi terhadap dirinya. Thomas menyadari bahwa dia haruslah berdiri teguh di dalam Firman Allah dan tidak membiarkan pikiran semacam itu mengacaukan hatinya. Setelah merenungkannya, Thomas memberitahu teman-temannya bahwa dia benar-benar harus memegang hari Sabat. Bila dia tidak memegangnya, Allah tidak akan berkenan kepadanya dan itu merupakan suatu kekalahan dari tujuan untuk menjadi seorang Kristen. Sebagai akibatnya, teman-teman Thomas tidak pernah memintanya lagi untuk melakukan apa-apa. Sekalipun Thomas merasa sedih, karena harus kehilangan kesempatan besar untuk bergabung dengan teman-temannya, tetapi dia merasa bersukacita, karena dapat melakukan apa yang benar. Dia telah memelihara hatinya dengan berpegang teguh pada pengajaran-pengajaran dari Alkitab. Kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil Damai Sejahtera (Ef. 6:15) Pada tahun 1981, setelah usaha misi penginjilan yang kurang berhasil di Nigeria, beberapa pendeta Gereja Yesus Sejati pulang ke rumah mereka masing-masing dengan transit terlebih dahulu melalui Liberia. Sambil menanti kepulangan dari Liberia, mereka memutuskan untuk membagikan semua selebaran yang masih ada di tangan mereka di bandara itu. Seseorang yang telah mengambil dan membaca selebaran itu, menulis surat ke gereja untuk mengungkapkan rasa tertariknya terhadap Injil. Hal ini tentu membuka jalan untuk misi penginjilan tambahan, mengawali pendirian gereja-gereja di negara itu. Sampai sekarang, ada lebih dari 300 jemaat di Liberia. Seorang saudari dari Afrika memperoleh penglihatan mengenai Tuhan Yesus saat disalibkan. Ketika melihat betapa besar penderitaan Tuhan dan seluruh darah yang telah dicurahkan-Nya, dia menangis dengan begitu sedihnya dan bertanya, “Tuhan, apa yang aku dapat lakukan untuk-Mu?” Tuhan Yesus berkata, “Kamu harus memberitakan Injil untuk-Ku.” Pergunakanlah Perisai Iman (Ef. 6:16) Ada seorang saudari yang diajarkan pelajaran mengenai iman melalui sebuah mimpi. Di dalam mimpinya, dia dipojokkan oleh dua penjahat yang kejam. Ketika mereka mulai mendekatinya perlahan-lahan, dia merasa putus asa dan bingung, sehingga mulai berdoa kepada Tuhan. Tiba-tiba, seorang pria berpakaian putih muncul. Dia memegang tangan dari saudari ini dan membawanya ke dalam awanawan sampai tiba di suatu padang gurun. Di sana, Dia mendudukkan saudari itu di atas sebuah batu. Sebuah suara berkata, “Percayalah kepada Tuhan dan kamu akan dibebaskan.” Lintasan cahaya memancar di angkasa. Dia melihat kedua tangannya yang baru saja dipegang oleh pria ini dan mendapati bahwa kedua tangannya itu ditetesi oleh darah. Mimpi itu dijelaskan kepada saudari ini: Yesus telah menderita dan mati untuk kita; Dia telah mencurahkan darah-Nya untuk menebus dosa-dosa kita. Allah akan merasa bersukacita, bila kita menghargai pengorbanan-Nya dan beriman kepada-Nya.
56
Surat-Surat Paulus
Terimalah ketopong keselamatan (Ef. 6:17) Sekitar tahun 320 M, Kaisar Licinius menguasai setengah dari Kekaisaran Romawi sebelah timur. Karena musuhnya, Kaisar Konstantin, yang secara terang-terangan mentolerir kekristenan, tetapi sebaliknya, Licinius justru memberantas orang-orang Kristen, karena kuatir akan mengancam kedudukannya. Dia mengeluarkan larangan atas semua praktek ibadah orang Kristen dan memaksa semua rakyatnya untuk memberikan persembahan kepada dewa-dewa Romawi. Selama musim dingin, di sebuah kota kecil yang terpencil, Sebaste, empat puluh prajurit yang berasal dari bangsa Armenia menjadi Kristen. Ketika diperintahkan untuk memberi persembahan kepada dewa-dewa Romawi, mereka justru menolak untuk mentaatinya. Sebagai akibatnya, mereka ditelanjangi dan dibawa ke tengah danau beku sampai mereka mati beku. Hanya bila meninggalkan kepercayaan mereka, mereka akan segera dibebaskan. Bak air panas telah diletakkan di pantai untuk mencobai mereka. Ketika malam tiba, ada seorang prajurit yang menyerah, karena kedinginan dan menyangkal imannya, meninggalkan 39 prajurit lainnya yang mati membeku. Lalu, salah seorang dari penjaga yang berada di pantai itu beroleh sebuah penglihatan. Dia melihat sekelompok malaikat muncul. Para malaikat itu meletakkan mahkota kehidupan ke atas kepala orang-orang yang binasa, karena iman mereka seperti sebuah pujian menyanyikan, “Forty martyrs and forty crowns.” Tiba-tiba, dia melihat sebuah mahkota melayang di udara. Tampaknya mahkota terakhri ini adalah milik dari seorang prajurit yang telah menyangkal imannya itu. Lalu penjaga itu berkata kepada prajurit itu, “Bila kamu telah melihat apa yang aku telah lihat, kamu tidak akan pernah meninggalkan mahkotamu. Marilah, aku akan menggantikan tempatmu dan mahkotamu akan menjadi milikku.” Tanpa berpikir lagi, penjaga itu segera melepaskan pakaiannya dan bergabung dengan 39 orang yang berada di danau beku itu. Ironisnya, menurut tradisi yang terkenal, prajurit yang menyerahkan mahkotanya justru mati saat dia masuk ke dalam bak air panas yang menantinya – perbedaan suhu antara danau beku dan bak air panas sangatlah tinggi, sehingga dia mati karena terkejut. Empat puluh prajurit rela menyerahkan nyawa mereka demi kebenaran, karena mengetahui bahwa mahkota kehidupan telah menanti mereka. Demikian pula, pada masa-masa sukar, kita haruslah senantiasa memandang pada keselamatan yang sedang menanti kita dan mengambil kekuatan yang berasal dari ketopong keselamatan. Terimalah Pedang Roh – Firman Allah (Ef. 6:17) Sejauh yang dapat diingat seseorang, Tatiana selalu menjadi aktivis sosial. Sebagai mahasiswi tingkat dua, dia dikenal begitu ramah dan bersahabat. Tatiana pun telah menjadikan kepercayaan kepada Allah itu sebagai hal penting dari kepribadiannya sebagaimana dengan keahliannya bermasyarakat. Sebagai hasilnya, Tatiana memiliki reputasi sebagai seorang Kristen yang setia, sekalipun akhir-akhir ini, untuk berdiri teguh dalam imannya telah menimbulkan banyak persoalan hidup. Kebanyakan teman baik dari Tatiana di tim hoki lapangan mulai mengkonsumsi minuman beralkohol dan berpesta pora pada akhir pekan. Suatu hari, setelah latihan, Ellen, kapten tim senior, sekaligus salah seorang gadis yang paling terkenal di sekolah, memberikan Tatiana sebuah undangan pribadi untuk pergi ke pesta yang akan diadakan di rumahnya pada hari Sabtu malam. Tanpa berpikir lagi, Tatiana menerima undangan Ellen. Selama kebaktian hari Sabat pada minggu itu, seluruh pikirannya terfokus pada pesta.
Surat-Surat Paulus
57
Dia mengetahui bahwa mengkonsumsi minuman beralkohol di bawah usia bukan hanya berbahaya, tetapi bertentangan pula dengan kehendak Allah. Dia masih mengingat sebuah ayat dari 1 Petrus 4:3 yang telah diajarkan oleh Guru Pendidikan Agamanya dengan tujuan tertentu sebelum memulai tahun pertamanya di kampus. “Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang.” Tatiana masih belum mampu menolaknya, bahkan berpikir bahwa bila mengabaikan undangan Ellen, dia akan dikeluarkan dari timnya. Dan bila dikeluarkan dari tim, dia akan tampak seperti seorang yang bersikap bodoh hanya karena tidak mau mengkonsumsi minuman beralkohol. Sesungguhnya, apakah Tatiana dapat menahan diri untuk mengkonsumsi minuman beralkohol saat di sana? Sebelum kebaktian berakhir, Tatiana menemui Lisa, teman baiknya di dalam Kristus, dan memberitahukan hal ini kepadanya. Lisa menyarankan, agar Tatiana datang ke rumahnya. Dengan lemah lembut, Lisa mengingatkan Tatiana perihal perjanjian (dalam 2 Timotius 2:22) yang mereka telah buat dalam hidup mereka, “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersamasama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.” Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Bagaimana kita dapat mengikat pinggang dengan kebenaran, sehingga akan selalu melakukan apa yang benar dan berkenan di hadirat Allah? 2. “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Mat. 5:20). Apakah maksud dari “tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orangorang Farisi?” Bagaimana berbajuzirahkan kebenaran dapat memelihara hati kita terhadap kemerosotan rohani? 3. Pernahkah kalian mengedarkan selebaran untuk orang lain sebelumnya? Bagaimana perasaan kalian? Pernahkah kalian berbicara kepada teman-teman atau yang bukan anggota keluarga dan kerabat mengenai Yesus Kristus? Bila belum pernah, mengapa? 4. Perisai digunakan untuk melindungi kita dari bahaya. Bagaimana iman dapat bertindak sebagai perisai? Bagaimana kematian Tuhan Yesus menolong kita dalam iman? 5. Empat puluh prajurit rela menyerahkan nyawa mereka demi kebenaran, karena mengetahui bahwa mahkota kehidupan menanti mereka. Apakah kalian akan rela menyerahkan hidup kalian demi kebenaran? 6. Firman Allah adalah senjata yang efektif, yang kita miliki dalam menghindari pencobaan. Bagaimanapun, seperti sebilah pedang, kalian haruslah ahli dalam menggunakannya, agar menjadi efektif. Bagaimana kalian melatih diri dengan Firman Allah, sehingga dapat menjadi seorang ahli pedang rohani?
58
Surat-Surat Paulus
Renungan dan Doa Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 168: “Laskar Kristus Maju.” Kita adalah laskar-laskar Tuhan yang sedang berjuang dalam peperangan rohani bersama dengan-Nya. Untuk berperang dengan efektif, kita haruslah melindungi diri dengan seluruh perlengkapan senjata Allah. Ke manapun kita pergi, apapun yang kita lakukan, haruslah memastikan bahwa kita membawa kebenaran, keadilan, Injil damai sejahtera, iman, keselamatan dan Firman Allah bersama dengan kita. Hanya dengan berbuat demikian, kita akan sepenuhnya diperlengkapi dan dipersiapkan dengan baik untuk menghadapi peperangan rohani. Kiranya Tuhan memberkati kita masing-masing, sehingga dapat menjadi laskar-laskar Kristus yang teguh.
Surat-Surat Paulus
59
Halaman Kosong
60
Surat-Surat Paulus
pelajaran
Surat Filipi
6
Bacaan Kitab
Surat Filipi; Kis. 16:6-40
Sasaran Pelajaran
1. Bersukacita di tengah kesukaran 2. Meneladani Yesus Kristus 3. Mendahulukan Allah dalam kehidupan kita
Ayat Alkitab
“Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah, aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” (Flp. 3:8)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Filipi 1-4
Latar Belakang Alkitab Paulus menulis surat ini saat dia dipenjara untuk pertama kalinya di Roma, sekitar tahun 62 M. Gereja Filipi berlimpah dalam kasih dan seringkali menyediakan kebutuhan penginjilan Paulus. Setelah mendengar berita penangkapannya, jemaat Filipi mengumpulkan uang dan kebutuhan lain dan mengirimkannya untuk Paulus. Epafrodituslah yang menyampaikan pemberian itu dari jemaat Filipi, tetapi dia jatuh sakit selama perjalanan atau saat berada di Roma. Setelah sembuh, dia diutus kembali ke Filipi untuk menyampaikan surat dari Paulus ini. Gereja Filipi pertama kali didirikan di propinsi Makedonia, di Eropa. Selama perjalanan penginjilannya yang kedua, Paulus tinggal Troas di propinsi Asia dan tidak lama kemudian, berangkat menuju Makedonia sebagai tanggapan terhadap penglihatan dari Allah (Kis. 16:8-10). Biasanya, Paulus dan Silas akan berkhotbah di rumah ibadat setempat, tetapi rupanya saat itu, tidak ada satupun rumah ibadat yang didirikan di Filipi. Dan karena itulah, mereka pergi ke luar pintu gerbang kota untuk menemukan kumpulan orang yang sedang berdoa.
Surat-Surat Paulus
61
Ini menunjukkan bahwa penduduk Yahudi pada waktu itu masih sedikit. Karena menurut peraturan orang Yahudi, sebuah rumah ibadat dapat didirikan, bila terdapat sedikitnya sepuluh orang Yahudi yang tinggal di suatu tempat tertentu. Paulus dan Silas bertemu dengan sekelompok wanita yang sedang berdoa dan beribadah selama hari Sabat, termasuk Lidia dan seisi rumah tangganya yang kemudian menjadi orang Kristen pertama yang bertobat di seluruh Eropa (Kis. 16:14-15). Lalu, kepala penjara Filipipun dan keluarganya turut bertobat (Kis. 16:16-34). Filipi ternyata diambil dari nama Philip II, ayah dari Alexander Agung, suatu kota dengan letak yang begitu strategis, di persimpangan jalan yang disebut Egnatian Way, yang menghubungkan Eropa dengan Asia. Kota ini pun beruntung dalam hal sumber daya alam, sumber mata air yang banyak dan tambang emas di daerah itu. Di bawah pemerintahan Romawi, Filipi diberikan status tertinggi sebagai ibukota propinsi, yang merupakan koloni Romawi, sekaligus diberikan hak istimewa. Orang-orang yang lahir di kota ini dianggap sebagai warga negara Romawi. Kewarganegaraan dapat dibeli, dimiliki dan dipindahkan. Mereka memiliki hak istimewa terhadap catatan-catatan perkara hukum sipil di Pengadilan Romawi, dan mereka dibebaskan dari pembayaran pajak atas pendapatan dan atas tanah.
Pemanasan Sekolah, teman, orangtua, kerabat, gereja. Semuanya dapat menjadi sumber dari persoalan hidup manusia, tetapi bagaimana itu dapat mempengaruhi kita dan bagaimana pula mengatasinya tiap-tiap persoalan yang ada. Mintalah murid-murid kelas Remaja untuk memikirkan kembali saat-saat mereka tetap bersikap tenang dan ‘berkepala dingin,’ seperti ketika dua orang dari antara teman-teman berdebat dan mereka tetap memiliki suatu pendapat. Atau ketika mereka memiliki tugas besar di sekolah untuk diselesaikan. Antara keterampilan hidup dan pengetahuan rohani, bagaimana cara mereka menghilangkan stress dan memperoleh kedamaian dalam hati? Tanyakan kepada murid-murid apakah mereka memahami perbedaan antara sukacita dan kegembiraan? Apakah mereka katakan bahwa sukacita berasal dari dalam hati, sementara kegembiraan berasal dari luar, bahwa sukacita tidak memerlukan alasan untuk mempengaruhinya, tetapi kegembiraan memerlukannya? Mintalah murid-murid untuk memberikan jawaban mereka.
62
Surat-Surat Paulus
Pemahaman Alkitab Pengajaran dari Jemaat Filipi Surat untuk jemaat Filipi disebut surat sukacita, karena surat itu menjelaskan sukacita Paulus di dalam Tuhan, sekalipun dia mengalami penderitaan. Surat Filipi tidaklah memuat pengajaran filsafat yang mendalam, tetapi Paulus justru memotivasi jemaat Filipi untuk meneguhkan iman mereka dengan menunjukkan kehidupannya pribadinya bahwa sukacita sejati hanya berasal dari Yesus Kristus. Tidak ada bentukbentuk pencobaan yang dapat mengurangi semangat dan kasihnya untuk Allah. Kesulitan bukanlah alasan untuk menyimpang dari standar dan harapan Yesus. Sebaliknya, justru mengajarkan Paulus untuk mencukupkan diri dalam segala keadaan. Filipi merupakan lebih dari sekadar sebuah surat, karena isinya yang menyelami kehidupan seorang Kristen yang berkecukupan dan memotivasi orangorang percaya untuk tidak menghiraukan situasi yang terjadi, karena kita masih dapat berpegang pada Yesus sebagai harta kita yang terbesar dan memperoleh sukacita di dalam dan melalui Allah. A. Bersukacita di tengah Penderitaan Sekalipun Paulus berbicara perihal sukacita di tengah penderitaan sejak permulaan suratnya, tetapi hal yang paling penting dibuat pada akhir suratnya. Bersukacita selama titik terendah di dalam kehidupan tampaknya merupakan sesuatu yang bersifat paradoks (saling bertentangan). Tetapi kehidupan Paulus merupakan kesaksian nyata bahwa hal ini dapat dicapai olehnya. Bagaimana caranya? Melalui Allah yang memberi kekuatan kepadanya (4:13). Dan untuk apakah Allah memberi kekuatan kepadanya? Agar Paulus dapat mencukupkan diri dalam segala hal. Apapun situasinya, entahkah mudah ataupun sulit, Allah dapat membimbing kita untuk melaluinya. Ketika kehidupan ini lancar, kita memerlukan Dia untuk menjaga kita tetap rendah hati dan merasa cukup dalam menikmati berkat-berkat yang ada. Ketika kehidupan ini terasa sulit, kita memerlukan Dia pula untuk menjaga kita tetap setia dan yakin akan kehendak-Nya yang baik bagi kita. Pada saat baik ataupun buruk, Dia dapat memberikan kita kekuatan untuk mengendalikan diri, memiliki pikiran dan hati yang tenang dan teduh. Menggunakan pesan kesatuan dalam surat kepada jemaat Efesus, Paulus mungkin menderita secara fisik, tetapi secara rohani, dia bersukacita (2:17-18). Dia adalah orang yang berada bersama dengan Yesus dan bersekutu dengan orangorang percaya. Dia beroleh sukacita bersama dengan rekan-rekan sekerjanya di Filipi dalam penyebaran Injil (1:4-6). Dia bersukacita, karena kepercayaan dan kemajuan iman jemaat di sana (1:7,9-11,19-26). Dia bersukacita terhadap saudara-saudara seiman yang menyaksikan anugerah penderitaannya, sehingga termovasi untuk menjunjung salib demi Injil (1:12-14). Dan dia merasa terhibur, karena rasa simpati, doa dan pemberian dari jemaat Filipi (2:25; 4:14-18). Dia memotivasi mereka untuk terus bersatu di dalam Juruselamat mereka, di dalam Roh, Injil, kasih dan perbuatan mereka.
Surat-Surat Paulus
63
B. Meneladani Kristus Meneladani Yesus Kristus adalah salah satu aspek untuk menjadi satu di dalam-Nya. Kita semua adalah anggota dari tubuh-Nya dan oleh sebab itu, seharusnya bekerja untuk keutuhan gereja. Dengan mengikuti teladan-Nya yang mengagumkan dari apa yang seharusnya seorang saleh perbuat, kita dapatlah bersinar sebagai keturunan-keturunan Abraham yang rohani (Kej. 22:17-18; Ibr. 11:11-12). a. Kerendahan hati (2:3-11) Tentu saja, Yesus Kristus merupakan teladan terbaik dari kerendahan hati. Itu merupakan salah satu aspek terbesar dalam kehidupan-Nya mengenai kasih terhadap Allah dan manusia. Dia tidaklah pernah membebani orang lain. Jemaat Filipi merupakan sebuah gereja yang murah hati dan Paulus mengingatkan bahwa kemurahan hati mereka tidak akan menjadi sia-sia, karena mereka mengikuti teladan Yesus Kristus. Dan bila mereka menjadi satu dengan Yesus Kristus dalam kehidupan, mereka akan mnejadi satu pula dengan-Nya dalam kematian. Ketika seorang sahabat memerlukan seseorang untuk berbicara segera, adalah hal yang biasa untuk mendengarkan dan ada untuknya. Itu merupakan teladan dari sikap kasih dan rendah hati. Tentu saja, tidak selalu mudah untuk menunjukkan kerendahan hati, tetapi sama seperti Paulus katakan: “Dia (Allah) yang memberi kekuatan kepadaku (kita).” Dan bila kalian berusaha bersamasama, Dia akan membantu kalian untuk melaluinya. Dan yang lebih hebat lagi, Dia dapat memakai kita tanpa sepengetahuan diri kita. Perbuatan baik yang tidak disadari, yang tampaknya bukan apa-apa secara pribadi, ternyata dapat memiliki makna yang mendalam bagi penerimanya atau orang yang menyaksikannya. Kita hanya perlu menjadi perabot yang dapat dipakai oleh Allah (2 Tim. 2:21). b. Bersinar (2:12-15; 3:12; 4:8-9) Keselamatan merupakan proses yang berkelanjutan dan ketika telah dewasa rohani, ketaatan kepada Allah janganlah didasarkan pada kehadiran para pemimpin gereja, tetapi lebih karena memahami bahwa Tuhan menerangi hati kita masing-masing. Tindakan kita seharusnya menunjukkan bahwa kita adalah anak-anak Allah, ahli waris rohani dari Abraham. Bila orang-orang dunia suka berdebat, tidak harmonis dan rusak moralnya, kita seharusnya penuh damai, tidak suka mengeluh dan suci. Sebagai terang dunia, kita seharusnya berjuang untuk apapun yang akan memuliakan Yesus Kristus (Mat. 5:14-16). c. Dua tokoh teladan (2:19-30) Paulus menyebut Timotius dan Epafroditus untuk diutus ke Filipi. Epafroditus menyampaikan surat, sementara Paulus berharap dapat mengutus Timotius untuk memeriksa keadaan jemaat pada saat itu. Mereka adalah dua tokoh teladan dari orang-orang yang meneladani Kristus dalam kerendahan hati dan bersinar seperti bintang-bintang dalam tindakan mereka. Di hadapan Paulus, Timotius sungguh-sungguh memperhatikan orang lain dan dengan sepenuh hati melayani Injil. Dia menunjukkan kesetiaan dan rasa hormat kepada Paulus, termasuk membantu pelayanannya. Epafroditus adalah seorang rekan sekerja dan laskar dalam menyebarkan Injil. Dia melakukan pekerjaan kudus, mendukung dan mempertaruhkan nyawanya untuk itu.
64
Surat-Surat Paulus
C. Mengutamakan Yesus Kristus Tidak ada keraguan bahwa Paulus menempatkan Yesus Kristus sebagai yang terutama di dalam hidupnya. Setelah Yesus Kristus memanggilnya, tujuan hidupnya adalah menyebarkan Injil. Tidak ada pikiran mengenai karir atau menghasilkan uang. Paulus memiliki martabat melalui garis keturunan Yahudinya dan kedudukannya sebagai seorang Farisi, tetapi dia membuang semua pujian manusia itu dan menukarnya untuk Yesus (3:3-9). Dia menegaskan dan memprioritaskan kembali hidupnya, karena memahami dan sungguh menghargai keselamatan dari Yesus Kristus (3:10-11). Dan dalam mengutamakan Yesus dalam hidup, kita memiliki tujuan yang indah yang kita harus tekankan. Kehidupan kekal bersama dengan Juruselamat yang penuh kebaikan sedang menanti, tetapi kita perlu hidup dengan mencapai apa yang telah diberikan-Nya kepada kita – keselamatan. Kita perlu lebih memperhatikan perkara-perkara ilahi daripada perkara-perkara duniawi (3:2-4:1). Murid-murid kelas Remaja seharusnya tidak merasa terbeban dengan gagasan bahwa Yesus Kristus ingin menjadi yang terutama di dalam kehidupan kita. Itu merupakan perjuangan yang terus-menerus, terutama ketika mereka memiliki ambisi dan kewajiban di dunia ini. Murid-murid kelas Remaja sedang bergumul dalam menyeimbangkan urusan sekolah, kehidupan sosial dan Allah, begitu pula antara apa yang mereka dan orangtua inginkan. Yesus Kristus tidak selalu dijadikan yang teratas dari daftar hidup mereka. Tetapi, bila mereka mengutamakan Allah, Dia tidak akan pernah membuat mereka menyesalinya.
Menguji Pemahaman 1. Apakah tema utama dalam surat kepada jemaat Filipi? 2. Bagaimana kita bersukacita di tengah penderitaan? 3. Bagaimana kita dapat meneladani Yesus Kristus? 4. Mengapa kita perlu meneladani Yesus Kristus? 5. Apakah yang Paulus peroleh dari mengutamakan Yesus Kristus dalam hidupnya?
Surat-Surat Paulus
65
Penerapan Kehidupan Bagian A – Pengaruh Survei Siapakah yang memegang kuasa terbesar atas apa yang kalian pikirkan, lakukan dan ucapkan? Langkah 1: Rata-ratakan masing-masing bagian berikut menurut tingkat pengaruh mereka terhadap pikiran dan perilaku kalian. Berilah tanda silang pada kategori yang tersedia. Langkah 2: Kembalilah dan beri tanda + atau - di sebelah kiri dari setiap pengaruh yang terdaftar untuk menunjukkan apakah pengaruh itu begitu positif (+) atau negatif (-). Bila menurut kalian pengaruh itu tidak positif ataupn negatif, berilah tanda 0. +/-/0
Pengaruh
Ibu Ayah Teman sekolah Saudara kandung Pemberita Injil Tuhan Yesus Saudara/i seiman Kerabat Internet Televisi Film Majalah Musik Buku
66
Surat-Surat Paulus
Tidak ada
Sedikit
Banyak
Terlalu Banyak
Mintalah murid-murid kelas Remaja untuk saling berbagi kepada yang lainnya dan jelaskan dengan cara apa pengaruh ini berdampak terhadap diri mereka? Bagaimana mereka dapat mengurangi pengaruh-pengaruh negatif yang ada? Apakah ada pengaruh lainnya yang belum disebutkan? Kecenderungan atau kesimpulan apakah yang mereka buat? Bagian B – Permainan Mencocokkan Apakah sudut pandang murid terhadap kehidupan Paulus dan surat-suratnya? Bagaimana mereka melihat kaitan di antaranya? Langkah 1: Pilihlah seorang murid untuk menjadi orang yang mencocokkan. Langkah 2: Berikan semua murid pertanyaan pertama dan mintalah mereka menuliskan jawabannya. Sebagai contoh: “Bila Anda adalah Paulus, hal apakah yang paling diharapkan dari jemaat Filipi akan dikirimkan untuk Anda?” Langkah 3: Setelah semua murid menuliskan jawaban mereka, biarlah seorang pencocok menunjukkan jawaban pertama dari seorang murid kepada yang lainnya, sambil menjelaskan mengapa dia memilih jawaban itu. Langkah 4: Lalu, mintalah murid lainnya untuk memperlihatkan jawaban mereka dan lihatlah seberapa banyakkah dari jawaban itu yang cocok dengan milik orang yang mencocokkan. Berikan angka untuk jawaban yang banyak kecocokkannya. Mintalah orang yang jawabannya tidak cocok untuk menjelaskan pilihan mereka. Inilah cara yang baik bagi murid untuk melihat bagaimana pendapat setiap orang. Langkah 5: Ulangilah langkah 1-4 dengan ‘orang yang mencocokkan’ selanjutnya dengan menggunakan pertanyaan berikut. Pertanyaan lain yang mungkin: 1. Bila Anda adalah seorang jemaat Filipi, barang apakah yang Anda akan kirimkan untuk Paulus? 2. Bila Anda memiliki pilihan antara hidup untuk Kristus atau mati adalah suatu keuntungan, manakah yang Anda akan pilih? 3. Bila Anda adalah Paulus, apakah yang akan menjadi kesulitan terbesar Anda sebagai seorang tahanan? 4. Bila Anda menempuh perjalanan penginjilan, satu barang apakah yang pasti Anda akan bawa? 5. Bila Anda menempuh sebuah perjalanan penginjilan yang jauh, satu paket barang perawatan apakah yang Anda harapkan dari saudara-saudari seiman untuk dikirimkan kepada Anda? 6. Apakah yang tampaknya sulit bagi Anda untuk korbankan – uang atau martabat?
Surat-Surat Paulus
67
7. Aspek apakah dari kasih Yesus Kristus yang secara pribadi mempengaruhi tindakan Anda? 8. Yang manakah dari saksi-saksi iman yang tercatat dalam Ibrani 11, yang paling Anda kagumi? 9. Bila Anda adalah seorang jemaat Filipi, apakah yang Amda akan lakukan untuk mendukung para pekerja kudus? 10. Apakah yang Anda akan lakukan untuk mendukung para pekerja kudus yang sekarang? 11. Cerita Alkitab mengenai doa manakah yang paling mempengaruhi Anda secara pribadi?
Renungan dan Doa Sekalipun Paulus berada dalam penjara, suratnya kepada jemaat Filipi sering menyebutkan sukacita yang dia miliki, walau sedang alami penderitaan. Dengan bersatunya Kristus di dalam hidupnya, dia diberikan kekuatan untuk memperoleh kedamaian dan kepuasan dalam segala keadaan. Dan Paulus mengingatkan jemaat Filipi mengenai keyakinannya dalam melampaui kebesaran keselamatan dari Yesus Kristus. Murid kelas Remaja adalah mereka yang sedang beranjak dewasa dengan sebuah dunia yang bebas dan kemungkinan-kemungkinan yang menanti mereka. Adalah hal serius untuk memikirkan semua keputusan dalam kehidupan mereka yang berkaitan dengan kematian dan hari penghakiman. Allah tidaklah bermaksud untuk menakut-nakuti, tetapi untuk menghibur. Paulus tidak pernah memikirkan Yesus Kristus dan kematian sebagai akhir yang menakutkanl; dia justru memandangnya sebagai sukacita yang tidak terlukiskan dan sebuah keberadaan yang jauh lebih mulia. Dan sekalipun Paulus berkata: “Tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar,” Yesus Kristus selalu merupakan motivasi yang positif dalam kehidupan imannya. Allah ingin menjadi sama untuk kita. Melalui pasang surut dalam kehidupan kita, Allah ingin menjadi sebuah motivasi yang positif dalam fokus kerohanian kita, sehingga dapat bertumbuh di dalam iman.
68
Surat-Surat Paulus
pelajaran
Surat Kolose
7
Bacaan Kitab Surat Kolose
Sasaran Pelajaran
1. Membantu murid untuk memahami latar belakang dan pengajaran utama dari surat Kolose 2. Memotivasi murid untuk berakar dan dibangun di dalam Kristus 3. Memotivasi murid untuk mengejar pembaruan hidup di dalam Kristus
Ayat Alkitab
“Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu, hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” (Kol. 2:6-7)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Kolose 1-4
Latar Belakang Alkitab Kolose adalah sebuah kota kecil yang terletak di Lycus (Sungai Frigia), yang subur dengan pegunungan sepanjang hampir 161 kilometer di sebelah timur Efesus di Asia Kecil. Kolose merupakan pusat perdagangan yang penting dan terkenal akan kain wol hitamnya yang mengkilat. Daerah ini kaya akan kandungan mineral dan selalu menjadi sasaran gempa bumi. Bagaimanapun pada zaman Paulus, kota ini sudah merosot dalam semangat dan kepopulerannya. Paulus menulis surat kepada jemaat Kolose kira-kira tahun 61 M ketika berada dalam penjara di Roma. Paulus belum pernah mengunjungi gereja ini, seperti yang dijelaskan dalam ayat 1:7; 2:1 dan 4:12. Mungkin saja gereja di Kolose ini ditemukan oleh seorang percaya Kolose, Epafras. Epafras datang mengunjungi Paulus selama dia dipenjarakan di Roma. Kunjungan dan laporan dari orang Kolose itulah yang menggerakkan hati Paulus untuk menulis sepucuk surat bagi jemaat Kolose.
Surat-Surat Paulus
69
Pada masa itu, ajaran bidat mengancam, terutama kepada gereja non-Yahudi. Sifat ajaran bidat ini menggabungkan elemen-elemen seperti perdebatan dari masyarakat Yunani (2:4,8,10), hukum sunat (2:11-17), ilmu kebatinan dunia timur (2:18-23). Sunat, peraturan-peraturan tentang makanan dan praktek-praktek ritual, termasuk pertapaan, penyembahan kepada malaikat, dan penggunaan pengalamanpengalaman mistis sebagai pendekatan dalam bidang kerohanian. Ajaran bidat semacam ini menyebabkan jemaat Kolose mencari keselamatan melalui akal budi dan pemikiran manusia. Mereka menyangkal kemuliaan Kristus, penebusan-Nya dan jaminan keselamatan-Nya. Untuk melindungi kebenaran firman Allah dan kemurnian iman orang-orang percaya, Paulus menulis untuk memperingatkan orang-orang percaya Kolose terhadap ajaran-ajaran bidat itu.
Pemanasan Pernahkah kalian bertemu dengan seseorang yang membaca dan percaya pada horoskop, menggunakan ilmu pengetahuan atau filsafat untuk menyangkal keberadaan Allah atau praktek-praktek yoga untuk memperoleh pencerahan? Bagaimana cara kalian memberitakan Injil kepada orang-orang macam demikian mengenai Kristus? Bagaimana cara kalian mempertahankan iman, bila sebaliknya, mereka berusaha meyakinkan kalian? Dalam surat Kolose, Paulus menulis surat untuk sebuah gereja yang berada di bawah serangan ajaran bidat seperti itu. Melalui pelajaran ini, marilah kita belajar bagaimana mempertahankan diri terhadap ajaranajaran palsu dan berdiri teguh di dalam Kristus.
Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Ikhtisar Umum Kolose mungkin dianggap sebagai surat yang paling berpusat kepada Kristus dalam seluruh Alkitab. Surat Kolose menekankan bahwa kita dapat memperoleh anugerah Allah dan hikmat rohani-Nya hanya melalui Tuhan Yesus Kristus. Kristus adalah satu-satunya yang kita sembah sebagai Kepala dari seluruh prinsip dan kuasa. Pasal 1-3 menjelaskan doktrin teologi Kristen, sementara bagian akhir dari pasal 3 dan 4 memuat nasihat bagi kehidupan orang Kristen. A. Di dalam Kerajaan Kristus (pasal 1) i. Kita dapat menerima pengharapan sejati ii. Kita dapat mengalami kepenuhan Allah iii. Kita memiliki bagian dalam pekerjaan Tuhan B. Dibangun di dalam Kristus (pasal 2) i. Menghindari keduniawian atau kejatuhan iman ii. Mencegah iman yang timbul karena kebiasaan atau hukum iii. Membangun iman yang teguh di dalam Kristus
70
Surat-Surat Paulus
C. Hidup di dalam Kristus (pasal 3) i. Ciri khas dari kehidupan di dalam Kristus ii. Pembaruan hidup di dalam Kristus iii. Perwujudan hidup di dalam Kristus D. Mengejar Kehidupan di dalam Kristus (pasal 4) i. Di dalam doa ii. Di dalam hubungan kita dengan sesama iii. Di dalam hubungan kita dengan rekan sekerja dalam Kristus Bagian # 2 – Pengajaran dalam Surat Kolose A. Di dalam Kerajaan Kristus (pasal 1) a. Kita dapat menerima pengharapan sejati (1:3-8,12-14) i. Pengharapan sejati bukanlah bersifat duniawi atau materi. Pengharapan sejati bersifat surgawi (1:5), tidak dapat layu (1 Pet. 1:4) dan merupakan bagian yang ditentukan untuk orang-orang kudus (1:12). Kita hanya dapat menerima pengharapan kekal ini melalui Kristus. ii. Hanya darah Kristuslah yang berharga, yang dapat mengampuni dosa-dosa kita, melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memungkinkan kita hidup dalam Kerajaan Allah (1:13-14). b. Kita dapat mengalami kepenuhan Allah (1:9-12) i. Dalam Kerajaan Kristus, kita dapat sepenuhnya diperdamaikan dengan Allah (1:20-22). Melalui darah Kristus di kayu salib, kita dapat berdamai dengan Allah dan tinggal dalam damai sejahtera bersama-Nya. Ketika memohon sesuatu dari pada-Nya, kita dapat dikuduskan dan tidak bercela. Ini adalah sesuatu yang orang-orang non-Kristen harap dapat mereka capai melalui kemampuan manusia, tetapi yang ternyata tidak akan pernah dapat mereka capai (2:23). ii. Kita dapat dipenuhi dengan pengenalan akan Allah dan pengertian yang rohani (1:9). Melalui Roh Kudus, kita akan memiliki hikmat untuk membedakan yang benar dan yang salah. Kita akan dapat berfokus pada perkara-perkara rohani, memahami dan mentaati rencana Allah bagi kita dan berkenan kepada-Nya (1:10). iii. Kita dapat mengalami kepenuhan kuasa Allah (1:11) Kuasa Allah akan membuat kita memiliki kesabaran dan sukacita. iv. Di dalam Kerajaan Kristus, kita dapat mengalami kepenuhan kemuliaan Allah (15-19) Kita akan mengetahui bahwa Yesus Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan (1:15), bahwa Dia lebih utama dalam segala sesuatu (1:18) dan seluruh kepenuhan Allah ada di dalam-Nya (1:19).
Surat-Surat Paulus
71
c. Kita mengambil bagian dalam pekerjaan Allah i. Pekerjaan Kristus adalah untuk menyelamatkan kita. Oleh karena itu, kita seharusnya memegang iman dengan teguh, sehingga pekerjaan Allah dapat diselesaikan (1:23). ii. Pekerjaan Allah adalah untuk menyelamatkan seluruh umat manusia. Karena telah menerima anugerah Allah, kita seharusnya memandang pemberitaan Injil sebagai tanggung jawab kita. Kita seharusnya meneladani etos kerja dari orang-orang kudus yang ada sebelum kita hidup (1:24-29) dan memberitakan Injil setiap saat untuk menggenapi pekerjaan keselamatan. B. Dibangun di dalam Kristus (pasal 2) a. Menghindari keduniawian dan kejatuhan iman (2:8-18) i. Dalam gereja Kolose, ajaran-ajaran bidat merusak iman sampai ke tahap keduniawian hingga menyangkal jati diri Kristus sebagai Allah dan Juruselamat. Ajaran-ajaran itu menggunakan filsafat manusia yang kosong dan palsu, ajaran turun-temurun dan azas-azas dunia untuk menafsirkan keilahian dan kemanusiaan dari Kristus. Demikian pula, orang-orang zaman sekarang ini menggunakan filsafat dan ilmu pengetahuan untuk meragukan Kristus dan mujizat-mujizat yang telah dilakukan-Nya. ii. Ajaran-ajaran bidat memperkenalkan praktek-praktek sunat dan menjalankan hari-hari raya dan pemujaan terhadap malaikat. iii. Semua ini adalah konsep penyembahan yang keliru Hanya ketika berakar di dalam Kristus, kita dapat bertahan terhadap pencobaan dan berpegang teguh dalam kebenaran. b. Mencegah iman timbul karena kebiasaan atau hukum (2:20-23) i. Ajaran-ajaran bidat berusaha untuk membuktikan iman mereka melalui pertapaan (penyangkalan diri terhadap semua kesenangan). Akhirnya mereka menjadi sama seperti orang-orang Farisi, yang imannya bersifat sesuai dengan hukum yang dianutnya dan berdasarkan pada penampilan luar serta perbuatan saja. ii. Kita seharusnya bersandar pada Roh Kudus untuk membangun iman yang tulus, yang dimulai dari dalam ke luar. c. Membangun Iman yang teguh di dalam Kristus (2:6-7) Ayat-ayat ini memberitahukan bahwa kita haruslah berakar dan dibangun di dalam Kristus dan berdiri teguh di dalam iman. Untuk melakukan ini, kita harus: i. Sungguh-sungguh mengenal Kristus (2:3,9-10). Tuhan Yesus adalah satu-satunya dasar dari iman kita (1 Kor. 3:11). Kita dapat menerima segala hikmat, pengetahuan dan anugerah hanya melalui Dia. ii. Memahami tujuan dari hukum Taurat (2:16-17) Melalui Kristus, kita dapat memahami semangat dari hukum Taurat. Tujuan hukum Taurat adalah untuk membuktikan jati diri Kristus dan memimpin manusia untuk percaya kepada-Nya.
72
Surat-Surat Paulus
iii. Saling memotivasi dan berhubungan (3:16) Sebagai tubuh Kristus, kita dapat saling membantu dengan saling mengajar dan menasihati dengan mazmur, puji-pujian dan nyanyian rohani (saling menjadi perantara). iv. Hidup setia dalam iman (3:5) Pertahanan diri terbaik terhadap ajaran bidat adalah hidup setia dalam iman yang merupakan kebebasan dari perbudakan dosa. C. Hidup di dalam Kristus (pasal 3) a. Ciri khas dari kehidupan di dalam Kristus (3:1-4) i. Hidup di dalam Kristus adalah sesuatu yang baru. Dalam Kolose 3:1, ayat ini dimulai dengan “karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.” Ketika dibangkitkan kembali, kita menerima hidup yang baru. Dengan hidup yang baru ini, kita seharusnya menetapkan tujuan yang baru pula untuk mengarahkan pikiran kita kepada perkara-perkara yang di atas, bukan yang di bumi (3:2). ii. Hidup di dalam Kristus adalah sesuatu yang stabil. Ketika hidup kita tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah (3:3), iman kita akan tetap stabil, teguh dan tidak goyah oleh tekanan-tekanan dari luar (Rm. 8:3537). Kestabilan di dalam Kristus terutama menjadi berharga bagi para remaja berkenaan dengan perubahan cepat dan tekanan dari teman-temannya. iii. Hidup di dalam Kristus adalah sesuatu yang mulia. Ketika Kristus yang adalah kehidupan kita menyatakan diri kelak, kita pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia di dalam kemuliaan (3:4). b. Pembaruan hidup di dalam Kristus (3:5-17) i. Menanggalkan manusia lama (3:5-9). Setelah kita menerima hidup yang baru dari Allah, kita seharusnya mematikan semua kebiasaan buruk, pikiran yang jahat dan perbuatan jahat kita yang lainnya. Ini termasuk percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan, marah, geram, kejahatan, fitnah, kata-kata kotor dari mulut kita dan dusta. ii. Mengenakan manusia baru (3:10-17). Manusia baru senantiasa memperbarui pengetahuan yang benar akan Kristus (3:10). Dia kudus, pemurah, baik, rendah hati, lemah lembut dan tahan menderita. Dia menanggungnya bersama dengan saudara-saudari seiman dan pengampun. Dia pengasih, penuh ucapan syukur, damai dan dipenuhi oleh firman dan hikmat Allah. c. Perwujudan hidup di dalam Kristus (3:18-4:1) i. Di dalam lingkungan rumah (3:18-21). Ketika ‘diri kita’ yang baru dinyatakan dalam lingkungan rumah, Kristus akan menjadi kepala rumah tangga di dalamnya. Setiap orang akan menyelesaikan tugas-tugas mereka untuk membangun keluarga yang bahagia dan diberkati. Suami-suami dan istri-istri akan saling mengasihi, anak-anak akan taat, orangtua-orangtua akan mengasihi dan semua orang akan saling menghormati.
Surat-Surat Paulus
73
ii. Di dalam lingkungan masyarakat (3:22-4:1) Kita seharusnya bertindak hormat kepada Tuhan ketika sedang bekerja dan hidup di dalam lingkungan masyarakat. Biia kita menyelesaikan tugas di kantor dan mengabdi kepada atasan yang di dunia ini, kita akan dapat membangun orang lain. D. Mengejar Kehidupan di dalam Kristus – Penerapan Iman (pasal 4) a. Di dalam doa (4:2-4) i. Berdoalah untuk diri kita sendiri. Mari “bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur” (4:1), sehingga kerohanian kita dapat bertumbuh dan terpelihara. ii. Berdoalah untuk pekerjaan Allah. Selagi mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Kristus yang kedua kalinya, marilah kita berdoa untuk para hamba Allah. Berdoalah agar Allah membuka pintu-pintu bagi pemberitaan firman dan menyampaikan rahasia Kristus. b. Di dalam hubungan kita dengan sesama (4:5-6) i. Pergunakan hikmat dalam berhubungan dengan orang-orang di luar sana. Kita seharusnya menggunakan setiap kesempatan untuk memberitakan Injil. Bagaimanapun, kita seharusnya mempergunakannya dengan hati-hati dan bijak, sehingga kita jangan sampai tersesat. ii. Perlakukan sesama dengan lemah lembut. Marilah kita tetap rendah hati dan mengejar perdamaian dengan semua orang, sehingga nama Tuhan dimuliakan. c. Di dalam hubungan kita dengan rekan sekerja dalam Kristus (4:7-18) i. Menunjukkan keramahan terhadap rekan-rekan sekerja. Sebagai orang Kristen, tugas kita adalah untuk menunjukkan keramahan dan dukungan kepada para pemberita Injil. Marilah kita menyambut keberadaan mereka dan menerima ajaran dan nasihat mereka. ii. Bekerja bersama-sama dengan satu hati. Marilah kita menggunakan karunia-karunia yang berbeda untuk membangun orang-orang percaya dan mendirikan gereja.
Menguji Pemahaman 1. Menurut Kolose 1, apakah tiga manfaat yang kita dapat peroleh dari menjadi bagian dalam Kerajaan Allah? 2. Dalam aspek apakah kita akan dapat mengalami kepenuhan Allah? 3. Menurut Kolose 2, persoalan apa sajakah yang ada dalam gereja Kolose? Bagaimana kita dapat menghindari persoalan yang serupa? (Lihatlah 2:6-7)
74
Surat-Surat Paulus
4. Empat hal apakah yang kita dapat lakukan untuk membangun iman yang teguh di dalam Kristus? 5. Apakah tiga ciri khas dari hidup di dalam Kristus? 6. Bagaimana kita dapat mengalami pembaruan hidup dan menyatakan Kristus di dalam hidup? 7. Dalam aspek apakah kita harus menjadi serupa dengan Kristus, menurut Kolose 4?
Penerapan Kehidupan Menanggalkan Manusia Lama, Mengenakan Manusia Baru Mengejar kehidupan di dalam Kristus merupakan proses seumur hidup yang memerlukan kedisiplina dan ketetapan hati untuk menanggalkan kekang dan bagianbagian dari manusia lama kita dan menggantinya dengan sifat-sifat dari manusia baru kita. Dalam latihan ini, marilah menggali sifat-sifat dari manusia lama dan manusia baru kita dan renungkan bagaimana kita dapat membuang atau memperoleh setiap sifat itu. a. Menanggalkan Manusia Lama 1. Kembalilah ke Kolose 3:5-9. Sebutkan semua sifat manusia lama. 2. Tuliskan contoh dari tiap-tiap sifat negatif di tempat yang telah tersedia (jumlahnya 11 sifat dan contoh). a. Percabulan – (berhubungan seks dengan seseorang yang belum atau telah menikah) b. Kenajisan – (tidak menjadi kudus dalam pikiran, menonton film-film yang tidak baik) c. Hawa nafsu (daging) – (menuruti keinginan untuk bermain video game tanpa dapat mengendalikan diri) d. Nafsu jahat – (keinginan untuk melukai seseorang) e. Keserakahan – (perasaan serakah dan menginginkan lebih banyak membeli atau mengenakan pakaian dengan merk ternama) f. Marah – (amarah yang meledak-ledak terhadap saudara kandung) g. Geram – (Memiliki sifat yang tidak terkendali) h. Kejahatan – (mengatakan kata-kata yang tidak berarti mengenai seseorang dengan maksud untuk merendahkan orang itu) i. Fitnah – (mengatakan hal-hal yang tidak benar terhadap seseorang) atau hujat – (menggunakan nama Allah dengan sembarangan) j. Perkataan kotor – (menggunakan perkataan yang tidak baik ketika berbicara dengan teman) k. Dusta – (berkata tidak jujur kepada orangtua mengenai alasan pulang terlambat)
Surat-Surat Paulus
75
3. Lingkari dan sebutkan lima sifat buruk teratas yang kalian perjuangkan di dalam doa untuk tidak melakukannya lagi. 4. Tuliskan lima ketetapan hati (masing-masing satu) untuk membantu kalian membuang sifat manusia lama di bulan depan (lihatlah Gambar 1): Gambar 1 manusia lama
manusia baru
b. Mengenakan Manusia Baru 1. Kembali ke Kolose 3:12-15. Sebutkan semua sifat manusia baru. a. Kudus b. Belas kasih c. Murah hati d. Rendah hati e. Lemah lembut f. Sabar g. Saling menanggung beban h. Saling mengampuni i. Pengasih j. Penuh damai k. Penuh syukur l. Perkataan Kristus diam di dalam dirinya dengan berlimpah m. Saling mengajar dan menasihati dalam mazmur, puji-pujian dan nyanyian rohani. n. Mengucap syukur kepada Allah di dalam hati o. Melakukan segala sesuatu dalam nama Kristus
76
Surat-Surat Paulus
2. Lingkarilah lima sifat manusia baru yang dapat menggantikan pergumulan manusia lama kalian. 3. Dalam Gambar 2, sebutkan masing-masing sifat manusia baru dan satu sasaran yang kalian dapat capai di bulan berikutnya untuk menjadi manusia baru. Gambar 2 manusia baru Sasaran 1
Sasaran 2
Sasaran 3
Sasaran 4
Sasaran 5
Renungan dan Doa Kita tidak boleh menyia-nyiakan kedudukan kita dan teguh berdiri sebagai anak-anak Allah yang berharga. Kita pernah berada dalam perhambaan dosa, tetapi Tuhan Yesus telah membayar harga yang mahal untuk membawa kita keluar dari cengkeraman dosa dan masuk ke dalam anugerah penebusan-Nya. Karena Kristus telah mati untuk kita, maka “kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.” Kita tidak perlu lagi membuktikan iman kita dengan perbuatan seperti menderita kelaparan, bersunat atau menjalankan perayaan-perayaan keagamaan. Bagaimanapun, dunia kita sekarang ini dipenuhi dengan ajaran-ajaran bidat yang membuat kita merasa bingung dan ragu. Di sekolah atau di tempat kerja, kita akan menemukan orang-orang yang menggunakan ilmu pengetahuan, logika, filsafat, hikmat duniawi dan tradisi manusia untuk menyerang atau melemahkan iman kita. Agar berdiri teguh di dalam Kristus, kita haruslah berakar dan dibangun di dalam kebenaran Alkitab. Kiranya kita dapat saling menasihati untuk mengejar kehidupan yang setia di dalam Kristus dan memperbarui kehidupan sehari-hari, sehingga kita dapat memelihara iman dan dengan berani memberitakan firman Allah.
Surat-Surat Paulus
77
Halaman Kosong
78
Surat-Surat Paulus
pelajaran
Surat 1 Tesalonika
8
Bacaan Kitab
Kis. 16-18; surat 1 Tesalonika
Sasaran Pelajaran
1. Memotivasi murid untuk hidup berkenan kepada Allah, entahkah pada saat baik maupun buruk 2. Menekankan pentingnya pemberitaan Injil 3. Mengajarkan murid untuk mempersiapkan diri terhadap kekekalan dengan tujuan untuk mencapai kekudusan rohani
Ayat Alkitab
“Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” (1 Tes. 5:23)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) 1 Tesalonika 1-5
Latar Belakang Alkitab Kota Tesalonika (sekarang Salonica/Thessaloniki) adalah sebuah kota yang makmur, karena letaknya yang strategis dekat ujung barat laut dari Laut Tengah. Egnatian Way (Jalan Egnatian) yang menghubungkan Tesalonika dengan Roma ke Timur, sehingga menyebabkan kota ini menjadi salah satu pusat perdagangan terkaya di Kekaisaran Romawi. Saat surat 1 Tesalonika ditulis, Tesalonika merupakan ibukota, sekaligus kota terbesar dari propinsi Makedonia, yang penduduknya kirakira 200 ribu jiwa. Tesalonika merupakan salah satu kota pertama di benua Eropa yang diinjili oleh Paulus dan Silas. Kunjungan mereka ke sana diawali dari suatu penglihatan bahwa “ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!” (Kis. 16:9). Selama perjalanan penginjilan Paulus yang kedua itulah, gereja Tesalonika didirikan di sana.
Surat-Surat Paulus
79
Setelah meninggalkan Tesalonika, kesejahteraan dari jemaat yang baru percaya ini selalu ada dalam pikiran Paulus. Karena kasihnya yang besar untuk mereka, Paulus mengutus Timotius untuk berkunjung ke sana, menasihati dan memeriksa kemajuan rohani mereka (1 Tes. 3:2). Dan Timotiuspun akhirnya bergabung kembali di Korintus dengan membawa kabar-kabar yang menggembirakan mengenai iman mereka (Kis. 18:1,5; 1 Tes. 3:6-7). Paulus menulis surat untuk mengungkapkan kelegaan hatinya dan memberi beberapa nasihat kepada mereka. Surat Paulus yang pertama untuk jemaat Tesalonika ditulis sekitar tahun 51 M. Surat ini dianggap menjadi satu-satunya dari surat-surat Paulus yang paling awal (dengan surat Galatia sebagai satu-satunya surat sebelumnya). Surat Tesalonika memuat perhatian penuh Paulus terhadap jemaat di sana. Di dalamnya, Paulus memotivasi orang-orang percaya Tesalonika untuk mempertahankan kekudusan mereka dan memuji mereka, karena kesetiaan mereka sewaktu mengalami penganiayaan. Paulus pun mengoreksi tuduhan-tuduhan palsu yang timbul setelah kedatangannya. Dia menjelaskan kebenaran berkenaan dengan orang-orang Kristen yang telah mati sebelum kedatangan Tuhan. Dalam membicarakan kematian, Paulus mengingatkan orang-orang percaya bahwa kepastian berdiri di hadapan Allah merupakan jaminan terbesar dari segala sesuatunya. Menurut struktur surat, tiga pasal pertama bersifat lebih pribadi, sementara dua pasal terakhir cenderung terhadap praktek penerapan dari doktrin-doktrin yang Paulus ajarkan.
Pemanasan Bagaimana kekudusan berkaitan erat dengan kehidupan kekal? Apakah yang akan terjadi terhadap kita, bila kita meninggal pada hari ini? Apakah kita memiliki jaminan dari keselamatan kita? Dalam masyarakat yang penuh dengan perilaku seksual ini, mempertahankan kekudusan merupakan pergumulan terbesar untuk pemuda-pemudi kita sekarang. Bagaimanapun, tetap hidup dalam kekudusan bukanlah satu-satunya persoalan dari zaman sekarang ini. Kekudusan rohani pun merupakan bagian penting dari menyenangkan hati Allah dan mempersiapkan diri kita untuk menyambut kedatangan-Nya yang kedua kali. Dalam pelajaran ini, marilah kita belajar bagaimana Paulus mengkaitkan hidup takut akan Allah dengan pengharapan kita akan kehidupan yang kekal.
Pemahaman Alkitab Pengajaran dari Surat 1 Tesalonika A. Ikhtisar Umum Sekalipun diberkati dengan akal budi dan materi yang berlimpah, Tesalonika bukanlah sebuah kota yang menyambut hangat kehadiran Injil. Karena Paulus tidak dapat menghabiskan banyak waktu di sana untuk meletakkan dasar yang lebih teguh, sehingga begitu memperhatikan kehidupan jemaat yang baru percaya
80
Surat-Surat Paulus
di dalam lingkungan yang kurang bersahabat (secara rohani) seperti ini. Di dalam surat ini, kita dapat melihat bagaimana Paulus membangun kerohanian dari jemaat yang baru percaya. Pertama, dia memotivasi jemaat untuk terus melanjutkan kesetiaan mereka kepada Tuhan. Kedua, dia mengajarkan jemaat bagaimana menerapkan pengajaran Kristus di dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, dia mengingatkan jemaat mengenai Injil Kristus dan pengharapan akan kedatangan-Nya yang kedua kali. Dengan berbuat demikian, Paulus membantu jemaat Tesalonika untuk menanamkan dalam pikiran mereka, bahwa mereka dapat hidup layak dan berkenan, karena pengorbanan Tuhan. B. Iman Jemaat Tesalonika yang Patut Dipuji Gereja di Tesalonika didirikan di tengah masa penganiayaan besar. Bagaimanapun, bukannya jatuh dalam iman ketika di bawah penganiayaan, sebaliknya, mereka justru sejahtera di dalam iman dan jemaat semakin bertambah jumlahnya. Di sini, ada beberapa hal yang kita dapat pelajari melalui iman mereka: a. Ketahanan rohani (1:3-6) Sekalipun orang-orang percaya di Tesalonika mengalami penganiayaan karena iman mereka, mereka justru memperlihatkan pekerjaan iman, perbuatan kasih dan kesabaran dalam pengharapan. b. Semangat memberi (1:7-8) Karena telah mengalami sukacita dari Roh Kudus, iman dari orang-orang percaya di Tesalonika menjadi teguh. Mereka menjadi teladan bagi semua orang percaya di Makedonia dan Akhaya dan dikenal karena semangat mereka dalam memberi (2 Kor. 8:1-8). Mereka rela membantu orang-orang percaya lainnya dalam keuangan, sekalipun mereka sendiri memerlukannya. Sebagai hasilnya, iman dari jemaat Tesalonika menyentuh jemaat lainnya di daerah setempat (Makedonia) maupun di luar daerah itu (Akhaya). c. Suatu kesaksian bagi orang lain (1:9-10) Perubahan hidup dari jemaat Tesalonika menjadi kesaksian hidup bagi orang lain. Orang banyak dapat melihat bagaimana mereka berubah dari menyembah berhala menjadi melayani Allah yang hidup dan benar. C. Paulus, Teladan Hidup Kristen Dalam pasal 2, Paulus mengkaitkan kejadian-kejadian yang memicu kunjungannya dan pendirian gereja di Tesalonika. Dalam prosesnya, dia memberi teladan kehidupan Kristen bagi jemaat yang baru percaya. a. Tidak gentar oleh persoalan yang timbul (2:1-2) Sebelum kunjungan ke Tesalonika, Paulus mengalami penghinaan dan dipenjara di Filipi. Kunjungannya ke Filipi ditandai dengan perlawanan yang keras dan penganiayaan (Kis. 17:5-9). Bagaimanapun, Paulus tetap berani dan bersemangat sepenuh hatinya dalam memberitakan Injil Tuhan. Penganiayaan mungkin dapat menurunkan semangat juang, tetapi penganiayaan dapat pula menjadi sebab bagi pertumbuhan rohani. Dalam Yakobus 1:2-4, dikatakan bahwa pencobaan dan penganiayaan yang timbul dalam kehidupan akan menguji sifat-
Surat-Surat Paulus
81
sifat kita. Demikian pula, penderitaan dapat menghasilkan persekutuan dan membantu orang-orang percaya secara bersama menjadi satu di dalam Kristus Yesus.
b. Termotivasi oleh kasih (2:3-8) Penginjilan Paulus tidak berasal dari motif-motif yang tidak kudus – demi kepentingan pribadi. Sebaliknya, dia justru memberitakan Injil sejati untuk menyenangkan hati Allah. Dia tidak mencari pujian dari manusia, tetapi memperlakukan jemaat dengan kasih sama seperti seorang ibu mengasihi bayinya. c. Bersaksi melalui perbuatan (2:9) Pelayanan Paulus dengan sendirinya memerlukan dana. Tetapi menyadari bahwa jemaat mula-mula di Tesalonika bukanlah orang yang kaya, Paulus bekerja siang malam, agar tidak menjadi beban bagi seorangpun, sambil memberitakan Injil Allah. Paulus dan rekan-rekan sekerjanya pun bersaksi melalui kehidupan mereka sehari-hari (2:10). Ini mengajarkan kita bahwa kesalehan, keadilan dan ketidakbercacatan dari kehidupan Paulus merupakan saksi-saksi terbaik bagi pemberitaan Injil. D. Membangun Iman melalui Motivasi Dalam pasal 3, Paulus terus menunjukkan perhatiannya terhadap jemaat Tesalonika. a. Menunjukkan perhatian setiap saat (3:1-5) Saat Paulus menemukan bahwa jemaat mengalami kesusahan, dia segera mengutus seorang pekerja untuk memberikan mereka kelepasan rohani dan motivasi. Kita pun seharusnya bersikap proaktif dalam menunjukkan kasih. Kita seharusnya memegang kesempatan untuk membantu orang lain dengan menunjukkan perhatian ketika mereka dalam keadaan yang paling membutuhkan. b. Motivasi melalui pujian (3:6-9) Paulus memberikan pujian yang tinggi berupa menaruh kenang-kenangan yang baik terhadap jemaat Tesalonika, karena mereka mempertahankan kesetiaan mereka di bawah pencobaan (1:3). Menunjukkan penghargaan yang tulus atas kekuatan dan kebajikan orang lain adalah cara yang paling positif untuk memotivasi orang lain. c. Doa yang tidak putus-putus (3:10-13) Salah satu karunia terbaik yang seseorang dapat berikan adalah melakukan doa syafaat. Siang dan malam, Paulus dengan sungguh-sungguh berdoa, agar Allah mencukupkan apa yang masih kurang dalam iman dari jemaat Tesalonika. Sekalipun mereka setia dalam menanggung pencobaan, tetapi mereka adalah jemaat yang baru percaya, yang memerlukan tuntunan dan perhatian. Paulus berdoa, agar Allah menguatkan hati jemaat, sehingga mereka menjadi tidak bercela dan kudus di hadirat Allah saat kedatangan-Nya yang kedua kali.
82
Surat-Surat Paulus
E. Memotivasi Pertumbuhan Rohani Pasal 4 dan 5 memuat perintah praktis dalam hal apa yang masih kurang dalam pengetahuan jemaat Tesalonika mengenai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Pasal-pasal ini memotivasi orang-orang percaya, agar menerapkan kebenaran dalam kehidupan Kristen mereka. a. Bertujuan untuk memperoleh dasar kerohanian yang lebih tinggi Paulus memotivasi orang-orang percaya, agar berjuang untuk memperoleh dasar kerohanian yang lebih tinggi dengan cara: i. Mengejar kekudusan hidup terhadap percabulan (4:1-8; 5:23) Mereka adalah para petobat baru, yang selalu dikelilingi oleh perbuatanperbuatan yang tidak bermoral dan tidak beriman. Oleh karena itu, Paulus menasihati mereka untuk menjauhkan diri dari percabulan dan menjalani kehidupan yang kudus. Hari ini, kita pun tidak kurang rentannya terhadap tekanan-tekanan duniawi, bila dibandingkan dengan jemaat Tesalonika. Kita haruslah senantiasa mengintrospeksi diri dan “menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus” (2 Kor. 10:5). Kita harus pula membiarkan firman Allah menguduskan dan menyucikan kita (Ef. 5:26). ii. Hidup dengan tertib (4:9-11) Jemaat Tesalonika telah mengetahui bagaimana saling mengasihi, tetapi Paulus menasihati mereka untuk berusaha melakukannya lebih daripada sekedar itu. Dia meminta, agar mereka tidak hanya mengasihi, tetapi mempertahankan pula gaya hidup tertib untuk menjadi teladan bagi orangorang yang tidak percaya. Dia memotivasi mereka untuk mengejar hidup yang sopan, yang mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan sendiri untuk membiayai kebutuhan hidup mereka sendiri. iii. Bersyukur dan bersukacita (5:16-18) Ketika sedang bekerja keras untuk Tuhan, tidak dapat dihindari bahwa kita mengalami keadaan yang membuat kita merasa putus asa. Pada masamasa itu, kita haruslah mengingat bahwa merupakan kehendak Allah bagi kita untuk bersukacita, berdoa dan merasa cukup dalam segala keadaan. b. Mempersiapkan diri untuk kedatangan Tuhan yang kedua kali Paulus menasihati, agar jemaat mempersiapkan diri untuk kedatangan Kristus yang kedua kali dengan melakukan: i. Kewaspadaan rohani (5:1-10) Banyak orang di dunia hidup di dalam kegelapan dan terus berbuat dosa tanpa rasa takut kepada Allah atau penghakiman-Nya kelak. Bagaimanapun, kita adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita haruslah sadar dan menaruh perintah-perintah Allah di dalam pikiran kita. Kita janganlah seperti orang-orang malam (kegelapan), yang tidur secara rohani dan bersukaria dalam kesenangan dunia seperti orang yang mabuk. Sebaliknya, kita seharusnya melindungi hati sendiri dengan perisai iman dan kasih. Kita pun seharusnya melindungi pikiran sendiri dengan meneruskan pengharapan dan keselamatan yang dari Allah.
Surat-Surat Paulus
83
ii. Saling memberi dukungan (5:11-14) Karena kita hanyalah manusia, kita tidak dapat menghindari semua pengalaman pada saat-saat lemah. Untuk membangun iman di dalam tubuh Kristus, kita perlu saling membangun dan mendukung. iii. Tetaplah Berdoa (5:17) Kekuatan manusia sungguh terbatas. Untuk mengatasi pencobaan dan penganiayaan dunia, kita haruslah selalu berdoa untuk menerima kuasa yang lebih besar dari Allah. iv. Menguji segala sesuatu (5:19-21) Bagaimana kita mengetahui apa yang benar dan yang salah di dalam masyarakat yang jamak ini? Standar penilaian yang terbaik didasarkan pada kebenaran dan hikmat yang diberikan oleh Roh Kudus. Dengan demikian, kita akan dapat menguji dan menegaskan kehendak Allah yang baik, yang berkenan kepadaNya dan yang sempurna (Rm. 12:2). F. Kebangkitan Sebagai orang-orang yang baru percaya, jemaat Tesalonika memiliki pertanyaan seputar kematian dan kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Oleh karena itu, Paulus menggunakan bagian dari suratnya sebagai sesi tanya jawab. Dengan mengulas kebenaran seputar kedatangan Yesus yang kedua kalinya, membantu kita pula untuk tetap berfokus pada tujuan akhir dari iman kita. a. Apakah yang akan terjadi pada saat kebangkitan (4:16) i. Kita akan mengetahui dengan pasti ketika Tuhan datang, karena Dia akan turun dari surga dengan sebuah seruan, dengan suara penghulu malaikat dan suara sangkakala Allah (4:16). ii. Orang-orang Kristen yang telah mati di dalam Tuhanlah yang akan bangkit pertama kalinya (4:13; 1 Kor. 15:23). iii. Orang-orang kepunyaan Kristus yang masih hidup akan diubah (4:17). iv. Orang-orang Kristen yang telah diubah akan berkumpul di awan-awan bersama dengan orang kudus yang telah ‘tidur’ (mati) sebelumnya untuk bertemu dengan Tuhan di angkasa. Orang-orang kepunyaan Kristus akan tinggal bersama dengan Tuhan selamanya (4:17). b. Pengajaran dari kebangkitan – apakah yang harus kita lakukan bersama-sama sekarang? i. Kita tidak perlu merasa takut akan kematian. Ketika orang-orang yang terkasih di dalam Kristus meninggal, kita seharusnya tidak berdukacita sampai begitu rupa seperti orang-orang yang tidak percaya, yang tidak memiliki pengharapan akan hidup yang kekal (4:13). Kita wajib menghibur keluarga yang sedang berduka (4:18), memenuhi kebutuhan dan menguatkan iman mereka. Dengan berbuat demikian akan menunjukkan semangat kepemilikan di antara anggota-anggota rumah tangga Allah.
84
Surat-Surat Paulus
ii. Dengan berharap pada kekekalan yang luar biasa seperti ini, kita seharusnya terus berusaha memberitakan Injil, agar lebih banyak orang yang dapat diselamatkan pada hari kedatangan Tuhan yang kedua kalinya.
Menguji Pemahaman 1. Mengapa Paulus katakan bahwa jemaat Tesalonika adalah sebuah gereja teladan? Apakah yang kita dapat pelajari dari mereka? 2. Bagaimana Paulus memuji jemaat Tesalonika? Kelebihan apa sajakah yang dia tunjukkan? 3. Bagaimana sikap Paulus ketka memotivasi jemaat Tesalonika? 4. Apakah tiga tujuan rohani yang Paulus berikan kepada jemaat Tesalonika? 5. Bagaimana Paulus memotivasi jemaat mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Tuhan yang kedua kalinya? 6. Menurut surat 1 Tesalonika, apakah yang akan terjadi pada orang-orang Kristen yang mati sebelum kedatangan Kristus yang kedua kalinya?
Penerapan Kehidupan Bagian A – Tiga Langkah Rencana untuk Hidup Kudus terhadap Percabulan Sebagai orang-orang percaya yang hidup di bawah pengaruh perubahanperubahan hormonal pada masa remaja, bagaimana kita dapat menjadi kudus dan tetap hidup dalam kekudusan? Lihatlah tabel berikut dan bacalah ayat-ayat mengenai tetap hidup dalam kekudusan. Lalu, renungkan bagaimana ayat-ayat itu menjadi teladan bagi kehidupan kalian.
Surat-Surat Paulus
85
Langkah-Langkah
Apakah yang Alkitab telah sampaikan?
Bagaimana terapkan ayat dalam hidupku?
1. Bacalah Ayub 31:1
Ayub membuat sebuah tekad yang sungguh untuk tidak mengikuti keinginan daging. Tekad itu ditanamkan dalam hatinya untuk menuntun dirinya pada saat sebelum dan selagi pencobaan itu datang.
Aku seharusnya bertekad untuk tetap murni dan kudus. Pada tahap ini, aku akan berencana bertindak ketika mengalami pencobaan-pencobaan yang tidak diharapkan.
2. Bacalah Kejadian 39:12 dan 2 Timotius 2:22
Yusuf menjauh dari godaan secara fisik dengan melarikan diri.
Aku akan menghindari atau menyingkirkan diriku dari situasisituasi yang merusak kekudusan dan imanku terhadap Allah.
3. Bacalah Mazmur 119:9 dan Galatia 5:16-25
Seorang muda dapat mempertahankan kelakukannya bersih dengan menjaganya sesuai dengan firman Allah. Kita dapat menghindari hawa nafsu daging dengan berjalan di dalam Roh Allah.
Aku dapat bersandar pada firman Allah dan Roh-Nya yang kudus untuk membimbing dan mentahirkanku dalam kehidupan seharihari. Aku seharusnya menyempatkan diri untuk berdoa dan membaca Alkitab, agar mendekat kepada Allah.
Bagian B – Menelaah Biaya dan Manfaat Hidup kudus mungkin menyebabkan kita mnejadi tampak aneh di tengah arus dunia, karena untuk menjadi ‘terpisah dan kudus,’ mungkin perlu menjauhkan diri dari norma-norma budaya seperti berdansa, memainkan video games, berpesta pora dan kondisi sosial lainnya yang menyatu dengan dosa dan godaan. Sekalipun harga tekad untuk tidak lagi ‘bersenang-senang’ mungkin tampaknya begitu besar, tetapi manfaat yang dipreoleh sesungguhnya jauh lebih besar. Dalam aktivitas berikut, marilah kita membantu murid-murid menggambarkan biaya dan manfaat dari kenikmatan jasmani dan kekudusan rohani. Langkah 1: Mintalah semua murid untuk memikirkan ide mengenai pencobaan-pencobaan yang mungkin dapat merusak kekudusan mereka (contoh: Berpacaran, berdansa, menonton acara televisi, film-film orang dewasa, video games, papan iklan, novel roman, majalah…)
86
Surat-Surat Paulus
Langkah 2: Adakanlah pemilihan suara dan pilihlah tiga pencobaan yang paling sulit untuk dihadapi. Langkah 3: Isilah analisis berikut untuk masing-masing dari tiga pencobaan. Sebuah contoh telah dibuat untuk diperhatikan oleh semua murid. Mereka dapat mengisinya dalam tabel kosong berikut.
Pencobaan (contoh: Mengunjungi situs yang sebenarnya aku tidak boleh kunjungi)
...menyerah pada pencobaan sekarang
Biaya
...menolak pencobaan sekarang
Manfaat
Biaya
Manfaat
sedikit merasa bersalah
gembira, heran akan hal-hal yang baru
sangkal diri dari apa yang temanteman dapat atau boleh lihat
hati nurani tidak merasa bersalah
Apakah yang akan kurasakan 20 tahun yang lalu, bila aku...
aku mungkin kecanduan situs-situs porno, karena kebiasaan yang terbentuk di kelas Remaja
tahu akan informasi dunia
tidak terlalu banyak
dapat menjadi teladan bagi anakanakku
Apakah yang akan kurasakan ketika meninggal dan menghadap Allah, bila aku...
aku akan dihakimi karena semua perbuatanku
tidak ada
tidak ada
sukacita dapat berdiri di hadapan Allah tanpa sesal hati terhadap kunjungan ke situs porno
Apakah yang menjadi hasilnya, bila aku...
Surat-Surat Paulus
87
Pencobaan (contoh: Mengunjungi situs yang sebenarnya aku tidak boleh kunjungi)
...menyerah pada pencobaan sekarang
Biaya
Manfaat
...menolak pencobaan sekarang
Biaya
Manfaat
Apakah yang menjadi hasilnya, bila aku...
Apakah yang akan kurasakan 20 tahun yang lalu, bila aku...
Apakah yang akan kurasakan ketika meninggal dan menghadap Allah, bila aku...
Renungan dan Doa Jemaat Tesalonika dianggap sebagai orang-orang Kristen teladan yang mengasihi Tuhan, karena memberi kepada orang-orang yang membutuhkan dengan murah hatinya dan memberitakan-Nya melalui iman mereka. Tetapi, mereka memiliki banyak potensi untuk bertumbuh dalam kerohanian dan belajar. Hanya karena setia kepada Tuhan, bukan berarti bahwa mereka tahan uji terhadap penganiayaan dan pencobaan tiap-tiap hari terhadap percabulan, ketidaktertiban hidup dan ketidakpedulian. Mereka pun belum mengerti benar terhadap doktrin-doktrin dasar seperti kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Kita mungkin menemukan banyak dari murid-murid kelas Remaja yang sama seperti jemaat Tesalonika. Sekalipun mereka mengasihi Tuhan dan datang ke gereja, tetapi baru sebatas merasakan hadirnya hal-hal rohani di usia belia mereka. Mereka memiliki keinginan untuk melakukan hal yang baik dan bekerja untuk Tuhan, tetapi hadapi tantangan dari teman-teman sebaya dan situasi-situasi yang menggoda. Marilah kita belajar melalui Paulus dan membimbing mereka dengan lemah lembut dan kasih; marilah kita berdoa, agar mereka dapat bertumbuh di dalam Tuhan, mengatasi pencobaan-pencobaan masa muda, memberitakan firman dan memiliki tujuan untuk mencapai kekekalan di dalam kehidupan mereka sehari-hari.
88
Surat-Surat Paulus
pelajaran
Surat 2 Tesalonika
9
Bacaan Kitab
Kis. 17; surat 2 Tesalonika
Sasaran Pelajaran
1. Mempelajari bagaimana memotivasi seseorang yang sedang mengalami penganiayaan 2. Membantu murid mengenali tanda-tanda akhir zaman 3. Memotivasi murid mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Kristus yang kedua kali dengan mengejar gaya hidup yang saleh dan produktif
Ayat Alkitab
“Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu.” (2 Tes. 1:11)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) 2 Tesalonika 1-3
Latar Belakang Alkitab Surat Paulus yang kedua untuk jemaat Tesalonika ditulis di Korintus kira-kira setengah tahun setelah surat yang pertama (kira-kira tahun 50-51 M). Surat yang pertama telah begitu memotivasi jemaat Tesalonika. Bagaimanapun, guru-guru palsu segera mulai mengacaukan pesan Paulus yang berkaitan dengan eskatologi (doktrin mengenai akhir zaman). Bahkan beberapa di antaranya meniru Paulus dengan mengajar dalam namanya (2 Tes. 2:1-2). Sebagai akibatnya, banyak jemaat yang berhenti bekerja, karena mereka meyakini bahwa dunia hampir berakhir. Mereka menjadi para pemalas yang membuang-buang waktu dan meninggalkan pekerjaan mereka. Ini membuat situasi kacau di kalangan gereja. Oleh karena itu, Paulus menuliskan surat kedua ini dengan tiga tujuan:
Surat-Surat Paulus
89
1. Memotivasi jemaat yang mengalami penganiayaan. 2. Mengoreksi ajaran-ajaran palsu mengenai kedatangan Tuhan yang kedua kali. 3. Menasihati jemaat, agar kembali bekerja dan menjalani hidup yang saleh, gaya hidup yang produktif. Catatan: Untuk memperoleh permahaman yang lebih menyeluruh mengenai latar belakang dari surat 2 Tesalonika, Anda dapat mengulang kembali bagian Latar Belakang Alkitab pada Pelajaran 8.
Pemanasan Dalam berita-berita, kita mendengar para pemimpin agama yang menubuatkan bahwa dunia akan berakhir pada suatu tanggal tertentu. Beberapa pengikutnya, bahkan menjual harta mereka, berkumpul di suatu tempat tertentu dan pada waktu tertentu sambil menantikan kedatangan Tuhan. Sayangnya, Kristus tidak pernah muncul pada waktu yang ditentukan itu dan gerakan itu berakhir dengan tragedi atau kekecewaan. Apakah salah untuk meyakini keterdesakan dari akhir zaman itu akan segera tiba waktunya? Bagaimana kita seharusnya hidup dalam mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Kristus yang kedua kalinya?
Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Ikhtisar Umum A. Motivasi i. Memuji pertumbuhan rohani ii. Mengingatkan kembali tentang tujuan akhir 1. Menderita untuk Kerajaan Allah 2. Menghukum orang-orang yang menentang kebenaran iii. Berdoa untuk pekerjaan Tuhan B. Eskatologi i. Bertahan dalam pencobaan ii. Mengenali dosa atau pelanggaran manusia iii. Berdiri teguh dalam pengharapan C. Menjalani hidup yang saleh dan produktif i. Di dalam doa ii. Di dalam perbuatan iii. Di dalam kasih
90
Surat-Surat Paulus
Bagian # 2 – Pengajaran dari Surat 2 Tesalonika A. Motivasi (pasal 1) a. Memuji pertumbuhan rohani (1:3-4) Paulus mengawali suratnya dengan memotivasi jemaat Tesalonika yang mengalami penganiayaan hebat. Dia memberikan pujian, karena ketekunan dan pertumbuhan rohani mereka dalam hal: i. Iman Jemaat tidak gentar terhadap penganiayaan. Sebaliknya, iman mereka makin lama semakin bertumbuh dalam menghadapi pencobaan dan penganiayaan. ii. Kasih Sekalipun sedang menderita, tetapi mereka secara proaktif memperhatikan, menghibur dan mendukung orang lain (Ibr. 10:32-34). Ini menunjukkan kepenuhan kasih mereka. iii. Kemampuan untuk menghibur orang lain Paulus merasa terhibur dengan iman dari jemaat Tesalonika. Dia memegahkan mereka dan dapat bersyukur kepada Allah oleh karena mereka. Demikian pula, kita dapat menghibur dan meyakinkan para orangtua dan mereka yang berusia lebih tua bahwa kita tetap berdiri teguh ketika menghadapi penganiayaan dan berpegang pada prinsip-prinsip alkitabiah. b. Mengingatkan kembali tentang tujuan akhir (1:5-10) Kadang, cara terbaik untuk tetap fokus adalah menyimpan tujuan akhir di dalam ingatan mereka. Filipi 3:14 berbicara mengenai penekanan pada “tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” Demikian pula, Paulus membantu jemaat Tesalonika terfokus kembali pada tujuan untuk: i. Memasuki Kerajaan Allah (1:5) Tuhan berkenan kepada orang-orang yang menderita demi nama-Nya (Mat. 5:10). Karena jemaat telah menderita untuk Kerajaan Allah, mereka memiliki jaminan untuk menerima upah dari Tuhan. ii. Berdiri di hadapan Tuhan pada hari terakhir (1:8-10) Allah itu memang adil. Sekalipun orang-orang jahat mungkin tampak merajalela pada suatu saat, tetapi pada akhirnya, Allah akan menghukum mereka yang menentang kebenaran dan yang mengakibatkan penderitaan (6-7). Dia akan memberikan upah kepada orang-orang yang telah menderita demi nama-Nya, sehingga mereka yang menjadi kepunyaan-Nya itu akan menyaksikan kemuliaan Tuhan. c. Berdoa untuk pekerjaan Tuhan (1:11-12) Seorang atlet dimotivasi untuk melakukan yang terbaik selama sebuah pertandingan olahraga berlangsung, terlebih lagi ketika ada fans dan pendukung yang memberikan semangat di sampingnya. Konsep yang sama diterapkan pula pada peperangan rohani. Adalah jauh lebih mudah berperang dalam perjuangan yang baik ketika kita memiliki seseorang yang mendukung kita melalui doa.
Surat-Surat Paulus
91
Di sini, Paulus mengatakan: i. Bahwa Allah akan memperhitungkan jemaat Tesalonika layak atas panggilanNya. ii. Bahwa Allah akan menolong orang-orang percaya untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya yang baik. iii. Bahwa Allah akan memberikan kekuatan kepada orang-orang percaya dalam pekerjaan kudus mereka. Tujuan di balik semua ini adalah untuk memuliakan Yesus Kristus, Tuhan kita. B. Eskatologi – Pengajaran mengenai Akhir Zaman (pasal 2) Dalam bagian kedua dari suratnya, Paulus menjelaskan perihal akhir zaman. Dia bukan hanya mengoreksi ajaran-ajaran palsu mengenai kedatangan Kristus yang kedua kali, tetapi mengajarkan pula bagaimana jemaat mempersiapkan diri dan bereaksi terhadap kedatangan Kristus yang kedua kalinya itu. a. Bertahan dalam pencobaan (2:1-3) Untuk bertahan dalam pencobaan, kita haruslah: i. Memahami tanda-tanda akhir zaman (2:2) Akan ada rumor dan kejadian-kejadian rohani yang mengawali kedatangan Tuhan yang kedua kalinya. Untuk berdiri teguh dalam hal ini, orang-orang percaya haruslah dapat membedakan yang benar dan yang salah. ii. Dengan sabar menantikan Tuhan (2:3) Tuhan Yesus dengan jelas memberitahukan bahwa kita akan dapat mengamati dan mengetahui tanda-tanda akhir zaman yang sudah mendekat (Mat. 24:34). Dia pun berkata: “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri” (Mat. 24:36). Sebagai orang Kristen, semua yang kita lakukan adalah menantikan kedatangan Tuhan dengan sabar dan tekun. Kedua, kita janganlah membuat pernyataan mengenai waktu kedatangan Tuhan atau janganlah percaya pada spekulasi orang lain. b. Mengenali durhaka/pelanggaran manusia (2:3-12) Hari Tuhan tidak akan datang sebelum durhaka (pelanggaran manusia dalam New International Version – NIV) dinyatakan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk dapat mengenali beberapa durhaka manusia. i. Ciri khas (2:4) Manusia durhaka akan menentang Allah dan berusaha untuk “meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Dia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah...dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu.” (2:4,9). Bagaimanapun di bawah terang kebenaran, manusia durhaka ini akan tampak seperti tiruan Allah yang jahat dan sombong. ii. Pembatasan (2:9) Sekalipun manusia durhaka akan tetap disertai dengan kuasa Iblis untuk melakukan mujizat-mujizat, tetapi waktu dan kuasanya dibatasi oleh Tuhan (2:7). Manusia durhaka mungkin dapat menipu orang lain, tetapi Roh Kudus akan memberi petunjuk dan menjauhkan kita dari tipu dayanya itu, selama kita takut akan Allah dan berdiri teguh di dalam iman.
92
Surat-Surat Paulus
iii. Akhir (2:8) Manusia durhaka akan dibunuh oleh nafas mulut Tuhan dan dimusnahkan dengan kedatangan-Nya yang dahsyat. Akhirnya, manusia durhaka akan gagal dan dihukum untuk selama-lamanya. c. Berdiri teguh dalam pengharapan (2:13-17) i. Memelihara iman (2:15) Orang-orang percaya seharusnya tidak terpengaruh oleh ajaran-ajaran palsu yang berkenaan dengan akhir zaman. Kita memang mengharapkan kedatangan Tuhan akan segera tiba, tetapi jangan menanggapinya dengan berlebihan. Kita seharusnya berpegang teguh pada ajaran-ajaran yang telah diajarkan kepada kita, baik melalui perkataan (khotbah) atau tulisan (Alkitab). Kebenaran akan menolong kita membedakan yang benar dan yang salah, mengalahkan keinginan yang mementingkan diri sendiri dan menghindari ajaran bidat dan kecenderungan dunia. ii. Mengejar kekudusan (2:13) Salah satu cara untuk berdiri teguh dalam pengharapan adalah dengan terus-menerus dan secara aktif mengejar kekudusan dan kemajuan rohani melalui Roh Kudus. C. Menjalani Hidup yang saleh dan produktif (pasal 3) Pasal 3 merupakan bagian Penerapan Kehidupan dari surat 2 Tesalonika. Di sini, Paulus menasihati jemaat untuk membuang kemalasan untuk mencapai peningkatan-peningkatan dalam bidang berikut: a. Di dalam doa (3:1-5) i. Berdoa untuk para hamba Tuhan (3:1-3) Jemaat Tesalonika diminta untuk berdoa bagi Paulus, Silas dan Timotius, agar mereka dapat memberitakan Injil dengan baik, terlepas dari para pengacau dan orang jahat serta memuliakan Tuhan. Hari ini, kita pun harus ingat untuk mendoakan para hamba Tuhan, sehingga mereka tidak patah semangat dalam penginjilan mereka. ii. Berdoa untuk diri kita sendiri (3:5) Kita seharusnya berdoa, agar Tuhan mengarahkan hati kita ke dalam kasihNya dan dalam kesabaran Kristus. b. Di dalam perbuatan (3:6-12) i. Tindakan yang tertib (3:6-11) Paulus menasihati jemaat untuk hidup dengan tertib. Dalam kehidupan seharihari dan interaksi kita dengan orang lain, kita seharusnya menggunakan kebenaran Alkitab sebagai prinsip penuntun kehidupan kita. Kita seharusnya menjauhkan diri dari saudara-saudari yang tidak taat atau yang tidak tertib hidupnya, menghormati gereja dan menjalani hidup untuk memuliakan Allah dan membangun sesama.
Surat-Surat Paulus
93
ii. Bekerja dengan tenang (3:12) Sekalipun mengharapkan kedatangan Kristus yang kedua kalinya, kita janganlah hanya duduk-duduk sepanjang hari tanpa berbuat apa-apa. Sebaliknya, jemaat perlu menghindari kemalasan dan menjadi bagian dari masyarakat yang produktif. Kita perlu untuk bekerja dan jalani kehidupan yang jujur, sehingga dapat memiliki penghasilan untuk menghidupi diri sendiri, keluarga dan pekerjaan kudus. Dengan cara ini, kita tidak akan menjadi beban bagi orang lain dan akan dapat membantu pekerjaan Tuhan. c. Di dalam kasih (3:13-15) i. Jangan jemu-jemu berbuat kebaikan (3:13) Kita seharusnya berusaha sebaik mungkin untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Ketika kaya dalam kebajikan (1 Tim. 6:18), kita sesungguhnya, telah menunjukkan semangat kesatuan di dalam keluarga Kristus (1 Yoh. 3:17-18). ii. Saling menasihati (3:14-15) Dengan kasih, jemaat menghibur hati yang hancur, memotivasi yang lemah, memperingatkan yang tidak taat dan saling mengindahkan peringatanperingatan. Dengan cara ini, tubuh Kristus dapat bertumbuh dalam kasih menuju kesempurnaan.
Menguji Pemahaman 1. Apakah tiga alasan utama, sehingga Paulus menulis surat kedua untuk jemaat Tesalonika? 2. Bagaimana Paulus memotivasi jemaat Tesalonika yang sedang menderita oleh sebab kepercayaan mereka? 3. Menurut pasal 2, sikap apakah yang seharusnya dimiliki oleh orang Kristen mengenai kedatangan Tuhan yang kedua kalinya? Apakah yang mereka dapat lakukan untuk mempersiapkan diri menyambut akhir zaman? 4. Siapakah yang akan muncul sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali? Bagaimana dengan ciri khas, pembatasan dan akhirnya? 5. Mengapa penting untuk menjauhkan diri dari kemalasan? Sebaliknya, apakah yang kita harus lakukan?
94
Surat-Surat Paulus
Penerapan Kehidupan Ke manakah Perginya Waktuku? Dalam surat 2 Tesalonika, Paulus menasihati jemaat untuk menjauhkan diri dari kemalasan dan jalanilah hidup yang saleh dan produktif. Sekalipun mungkin sedikit dari antara kita yang hanya duduk-duduk saja menantikan kedatangan Tuhan, tetapi sangatlah mungkin bahwa kita tidak menggunakan waktu kita dengan bijak sebagaimana seharusnya. Latihan pertama ini akan membantu kita melihat di mana sebagian besar dari waktu yang ada kita habiskan. Bahan-bahan yang diperlukan: 5-6 spidol/pensil warna untuk setiap murid Petunjuk: 1. Setiap kotak adalah SATU JAM. Gunakan pensil/pen untuk mewarnai semua waktu luang yang kita miliki pada tabel berikut. Ini adalah waktu yang tidak dapat kalian kendalikan. Waktu yang tidak bebas untuk dipilih, termasuk: – fungsi-fungsi waktu yang digunakan untuk kelangsungan hidup (waktu makan, waktu tidur, waktu buang air kecil/besar) – memerlukan waktu untuk menjalankan kewajiban yang sehat (waktu perawatan) – pekerjaan (saat bersekolah, saat bekerja, termasuk saat berkendara) – Lain-lain __________ (pekerjaan paruh waktu, bila membutuhkan uang tambahan) 2. Tempat berwarna putih yang tersisa seharusnya menjadi waktu untuk kalian pilih.Hitunglah kotak-kotak putih yang ada. – Waktu luang kalian PER MINGGU adalah __________ JAM – Bagilah waktu luang kalian dengan tujuh hari dalam seminggu. – Waktu luang kalian PER HARI adalah __________ JAM 3. Gunakan pensil warna untuk menandai setiap kategori berikut. Kalian dapat memasukkan kategori-kategori yang termasuk jumlah waktu penting per harinya. – Ibadah kelompok (waktu ke gereja, ke persekutuan) – Ibadah pribadi (doa pribadi dan pembacaan Alkitab) – Menjalin sebuah hubungan (waktu yang dihabiskan bersama keluarga dan teman-teman, telepon, email) – Perbaikan diri (belajar, berlatih dengan menggunakan peralatan) – Kegiatan santai (olahraga, hobi, bepergian, membaca, menonton, musik dan bermain internet) – Lain-lain __________
Surat-Surat Paulus
95
CIRI KHAS DALAM SATU MINGGU DARI KEHIDUPAN _______________ Minggu
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
6:00 AM 7:00 AM 8:00 AM 9:00 AM 10:00 AM 11:00 AM 12:00 PM 1:00 PM 2:00 PM 3:00 PM 4:00 PM 5:00 PM 6:00 PM 7:00 PM 8:00 PM 9:00 PM 10:00 PM 11:00 PM 12:00 AM 1:00 AM 2:00 AM 3:00 AM 4:00 AM 5:00 AM 4. Hitunglah jumlah kotak dari tiap-tiap warna. – Waktu rata-rata yang kalian habiskan dalam ibadah kelompok per minggu adalah __________ jam – Waktu yang kalian habiskan untuk ibadah pribadi per minggu adalah __________ jam – Waktu yang kalian habiskan untuk menjalin sebuah hubungan adalah __________ jam
96
Surat-Surat Paulus
– – –
Waktu yang kalian habiskan untuk perbaikan diri adalah __________ jam Waktu yang kalian habiskan untuk kegiatan santai adalah __________ jam Waktu yang kalian habiskan adalah __________ setiap minggunya adalah __________ jam
5. Hitunglah persentase dari waktu luang yang kalian habiskan pada tiap-tiap kategori dengan membagi jumlah jam dengan total waktu luang yang ada. Hitunglah persentase menurut aturan. (Pilihan: Buatlah diagram dengan angka dari persentase itu.) 6. Renungkan: Apakah ada hal yang mengejutkan mengenai bagaimana kalian menggunakan waktu luang yang ada? Menurut tabel waktu kalian, apakah ada peningkatan jumlah kemalasan dalam hidup kalian? Apakah kehidupan kalian sekarang lebih saleh, lebih produktif atau justru lebih malas? Lingkarilah deretan angka berikut untuk mengetahui di manakah diri kalian berada: Bersikap malas atau menyia-nyiakan hidup
– 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 8 – 9 – 10 –
Bersikap saleh, produktif dalam penggunaan waktu yang bijak
7. Tuliskan tiga hal yang ingin kalian ubah mengenai penggunaan waktu pribadi dan bagaimana kalian dapat memperbaiki kehidupan pribadi.
Renungan dan Doa Ketika kita menantikan kedatangan Tuhan yang kedua kali, banyaklah ajaran bidat dan palsu yang akan muncul untuk memperdaya dunia hingga menyebabkan orang-orang percaya mengabaikan kebenaran yang semula. Oleh karena itu, kita haruslah melatih diri dalam ketajaman membedakan ajaran dan membiarkan Roh Kudus dan kebenaran yang memimpin kehidupan kita sehari-hari. Seperti Amsal 16:25 memberitahu kita: “Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” Marilah kita berdoa, agar Tuhan memberikan kekuatan dan hikmat, sehingga kita dapat luput dari kebinasaan yang kekal dan tetap tinggal di jalan kehidupan. Marilah kita mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Tuhan yang kedua kalinya sebagai hamba-hamba Kristus yang setia dan berguna.
Surat-Surat Paulus
97
Halaman Kosong
98
Surat-Surat Paulus
pelajaran
Surat 1 Timotius
10
Bacaan Kitab
Surat 1 Timotius; surat Efesus
Sasaran Pelajaran
1. Mengajarkan murid bagaimana menjadi pemimpin-pemimpin muda di gereja, mengatasi tantangan yang mungkin akan mereka alami bersama dengan jemaat lainnya 2. Memotivasi murid untuk memahami apa dan mengapa mereka percaya, sehingga iman mereka dapat bertahan terhadap pandangan-pandangan yang tidak alkitabiah 3. Mengingatkan kembali murid bahwa perbuatan saleh adalah yang diharapkan ada di lingkungan gereja, Rumah Tangga Allah
Ayat Alkitab
“Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Tim. 4:12)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) 1 Timotius 1-6
Latar Belakang Alkitab Dengan melihat sekilas kitab Kisah Para Rasul (17:14-15; 18:5; 20:4) dan sejumlah surat Paulus (1 Kor. 4:17; Flp. 1:1; 2:19-23; Kol. 1:1; 1 Tes. 1:1; 3:2; 2 Tes. 1:1; Flm. 1), hubungan dirinya yang erat dengan Timotius menjadi bukti nyata. Dengan memanggil Timotius ‘anak di dalam iman,’ nyatalah bahwa hubungan guru dan murid berubah menjadi ikatan antara bapa dan anak. Timotius terlahir dari ayah orang Yunani dan ibu orang Yahudi, Eunike; bertobat pada sewaktu perjalanan penginjilan Paulus yang pertama saat Paulus dan Barnabas diusir oleh orang-orang Yahudi dan mereka pergi ke Ikonium untuk memberitakan Injil di kampung halaman Timotius, Listra, di propinsi Galatia.
Surat-Surat Paulus
99
Saat Paulus kembali ke Listra pada perjalanan penginjilannya yang kedua, dia membimbing Timotius untuk bekerja bersama di dalam pelayanan (Kis. 16:1-3). Timotius menyertai Paulus ke Berea, Atena, Korintus dan Yerusalem dan dia diutus ke Korintus, Filipi dan Tesalonika sebagai wakil Paulus, sering pula untuk menyampaikan persoalan jemaat kepada Paulus. Timotius bersama dengannya selama dalam pemenjaran Paulus yang pertama kali di Roma dan setelah dilepaskan, dia diutus ke Filipi untuk memberikan kabar baik (tahun 62-64 M). Lalu, Timotius bergabung dengan Paulus di Efesus dan menetap di sana, sementara Paulus melanjutkan pemberitaan Injil ke Makedonia. Pada saat itulah, Paulus menulis surat 1 Timotius, surat penggembalaannya yang pertama dari tiga surat, yang memuat prinsip-prinsip kepemimpinan yang bermanfaat di dalam Rumah Allah, sebagaimana pula petunjuk mengenai menjalani hidup yang benar.
Pemanasan Apakah kalian masih datang ke gereja, karena alasan berikut – kebiasaan dari orangtua kalian? Apakah iman kalian sungguh-sungguh adalah iman dari diri kalian sendiri? Apakah kalian memiliki pertanyaan yang tidak terjawab yang menghalangimu untuk menyakini Allah lebih mendalam? Boleh-boleh saja memiliki pertanyaan-pertanyaan, yang seharusnya mengarahkan diri pada perenungan pribadi, pencerahan dalam persekutuan, perenungan firman dan doa. Mengenal dan memahami Allah merupakan proses yang luar biasa dan menyenangkan (dalam skala besar); dengan mengakui bahwa hal ini memang tidak selalu mudah untuk dirasakan. Siswa kelas Remaja memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk melayani di gereja. Agar menjadi seorang hamba yang efektif, menjadi seorang pemimpin, kita perlulah mengetahui kepada siapa kita melayani dan percaya serta apa yang Dia inginkan dari hal-hal itu.
Pemahaman Alkitab Pengajaran dari Surat 1 Timotius Sekalipun Timotius berusia kira-kira 40 tahun pada saat itu, dia masih dianggap terlalu muda untuk memimpin dan mengarahkan gereja yang digembalakannya. Sekalipun memiliki pengetahuan rohani lebih daripada jemaat lainnya di gereja, Timotius menghadapi persoalan-persoalan, seperti bagaimana orang lain memandang keberadaan dirinya. Dalam hal ini, faktor usialah yang menjadi persoalan. Sekalipun siswa kelas Remaja tidak mengalami pertumbuhan rohani (dan jasmani) yang sama seperti Timotius, mereka mungkin dapat mengkaitkan hambatan yang ada dan sudut pandang dari seseorang. Paulus menulis surat ini adalah untuk menasihati Timotius mengenai bagaimana memelihara kebenaran Allah, bagaimana gereja seharusnya berperan
100
Surat-Surat Paulus
dan bagaimana mengembangkan kepemimpinan yang baik. Sebagai surat yang lebih praktis dibandingkan dengan surat pengajaran, hal-hal yang telah disebutkan justru dapat membangun diri sendiri tanpa dihalangi oleh lainnya. Surat ini bukanlah sebuah tulisan yang cemerlang seperti surat Roma dan lebih menyerupai sebuah surat yang sungguh-sungguh ditujukan kepada satu orang, gagasan-gagasan yang ditulis adalah sama seperti yang dipikirkan. Catatan: Lihatlah pada Pelajaran 5 (Surat Efesus) untuk latar belakang kota dan gereja. A. Ajaran-Ajaran Palsu dan Mitos (Takhyul dan dongeng) Tujuan Timotius tinggal di Efesus adalah untuk mengoreksi ajaran-ajaran palsu manusia dan yang mengabdikan diri pada dongeng dan silsilah (1:3-4). Tujuan dari perintah-perintah itu bagi Timotius sendiri dan jemaat Efesus adalah untuk belajar mengasihi melalui hati yang suci, hati nurani yang murni dan iman yang tulus ikhlas (1:5). a. Ajaran-ajaran palsu (1:3-11; 6:3-10) Sekalipun sebagian besar dari jemaat di Efesus adalah orang-orang Yahudi yang telah bertobat menjadi Kristen, namun ajaran-ajaran palsu yang berkenaan dengan hukum Taurat muncul, karena beberapa orang justru memperoleh keuntungan dari hal ini. Ditambah lagi dengan kemegahan dan kurangnya pemahaman, guru-guru palsu ini tidak merasa bersalah atasnya timbulnya kebingungan dan perselisihan. • Kesombongan (sedikitnya pengenalan akan Allah) dan perselisihan masih ada dalam perdebatan-perdebatan gereja sekarang ini. Bagaimana cara kalian membaurkan situasi seperti ini? b. Mitos (4:1-8) Rupanya penduduk Efesus mengambil batasan-batasan yang tidak perlu berdasarkan alasan-alasan budaya. Mitos-mitos ini mungkin telah ada sejak dahulu ketika mereka berkembang dewasa atau satu-satunya mitos yang mereka seringkali dengar, seperti sebuah mode. Hal ini dapat mengkondisikan persoalan-persoalan etnosentris yang kita miliki sekarang (percampuran antara kebudayaan Asia, kebudayaan Amerika, pengajaran Alkitab, pengharapan gereja). • ‘Penjaga lama’ gereja sekarang cenderung menjadi lebih Asia secara kebudayaan. Ini menjadi persoalan bagi pemuda yang lebih berpikiran budaya barat. Ada jurang antara dua kelompok budaya ketika keduanya turut memainkan bagian dari pengertian-pengertian yang ‘baik’ dalam kerohanian gereja. Inikah hal yang dapat disampaikan? Bila demikian, apakah yang akan menjadi hal yang saleh? Bila tidak, apakah sebabnya? B. Pengharapan Bagi Orang Percaya (pasal 2-3; 5-6:1-2) Untuk menunjukkan kasih kepada Allah dan segenap anggota keluarga-Nya, saudara-saudari seiman bertanggung jawab untuk berperilaku dengan cara tertentu. Gereja merupakan tiang penopang dan dasar kebenaran dan jemaat haruslah menunjukkan dasar realitas dari Yesus Kristus ini.
Surat-Surat Paulus
101
Dan orang-orang yang menginginkan kehormatan dengan melayani Tuhan dalam kapasitas yang lebih besar sebagai seorang penatua atau diaken, ada pengharapanpengharapan yang lebih besar di dalam peran itu dan orang-orang yang ada dalam otoritas, kedudukan yang tinggi. Berikut adalah hal-hal penting bagi siswa kelas Remaja. a. Berdoa (2:1-7) Permohonan doa melebihi orang-orang yang kita ketahui telah diselamatkan dan yang kita doakan agar diselamatkan. Allah ingin menyelamatkan semua orang dan Dia hanya meminta kita untuk berdoa dan memperhatikan hal yang sangat berarti bagi-Nya ini. • Apakah yang kalian dapat masukkan ke dalam permohonan doa kalian sekarang? Bagaimana kalian membuatnya menjadi sepenuh hati? b. Saudara-saudara (2:8; 3:1-13; 5:1,17-20; 6:1-2) Persyaratan untuk menjadi seorang penatua atau diaken mungkin tampak merupakan pemikiran yang sangat jauh, tetapi semua persyaratan itu membuat orang yang lebih tua, yang diperkenan Allah berlaku juga untuk orang-orang yang lebih muda: Sabar, dapat mengendalikan diri, terhormat, ramah, dapat mengajar, tidak mabuk, lemah lembut, pendamai, rendah hati, tidak tamak, tulus, setia di dalam iman, menghormati perempuan. Pula, mereka janganlah berdoa dengan marah dan tidak menegur orang-orang yang lebih tua. Kita perlulah menjadi teladan bagi saudara-saudara yang lebih muda. • Apakah yang menurut kalian merupakan teladan khusus dari perilaku persaudaraan yang baik? Satu hal apa yang kalian dapat perbuat untuk menjadi teladan yang lebih baik bagi orang-orang yang lebih muda? c. Saudari-saudari Seiman (2:9-15; 5:2-16) Para perempuan seharusnya berpakaian sederhana, sopan dan pantas, seperti berpakaian untuk Allah dan bukan untuk manusia. Untuk memperoleh perhatian dari Allah, mereka mendandani diri dengan perbuatan-perbuatan saleh. Belajar dengan tenang dan taat sepenuhnya berarti menjadi ‘tenang, tidak mengganggu dan taat.’ Tampaknya, ini bertentangan dengan gagasan kemerdekaan dari kaum perempuan di dalam masyarakat modern. Tetapi saran Paulus justru berkaitan dengan pembelajaran dan ditujukan untuk menciptakan lingkungan tertib bagi yang berbuat demikian. Pula, untuk kaum laki-laki, memperlakukan perempuan yang lebih tua sebagai ibu dan perempuan yang lebih muda sebagai saudari, dengan kekudusan yang mutlak. • Apakah tantangan untuk berperilaku saleh seperti ini bagi saudari-saudari? • Bahkan para saudara dapat memberikan penguatan yang negatif (misalkan: menguatkan hati suadari itu untuk berpakaian dengan gaya yang lebih duniawi). Apakah yang kalian dapat lakukan secara pribadi untuk membantu saudari-saudari (yang lebih muda/lebih tua dari usia kalian) untuk menjadi lebih saleh? C. Seorang Pemimpin Baik yang tidak menghiraukan keadaan Beberapa jemaat di Efesus mungkin tidak memiliki pikiran seperti Timotius karena usianya, tetapi seorang pemimpin gereja yang baik bukanlah diukur menurut berapa banyak suara yang dia peroleh dari persetujuan jemaat. Seorang pemimpin gereja yang baik diukur dengan perkenanan dari Allah.
102
Surat-Surat Paulus
a. Belajar dan terus belajar (1:18-19; 4:6-16) Timotius memang dibesarkan di dalam kebenaran oleh neneknya, Lois dan ibunya, tetapi dia lebih banyak belajar dari Paulus dalam perjalanan penginjilannya yang kedua. Dan dia terus belajar ketika Paulus memberikannya lebih banyak petunjuk dan hikmat melalui suratnya. Sama seperti kita memotivasi jemaat untuk membaca Alkitab setiap harinya, demikianlah Paulus menyuruh Timotius untuk mempersembahkan dirinya bagi pembacaan Kitab Suci. Dan agar tidak menyimpang dari kepercayaannya, Timotius haruslah merenungkan dan menyelidiki doktrin-doktrin dengan seksama. b. Syarat-syarat seorang pemimpin yang baik di gereja (4:6-16; 6:11-21) Seorang pemimpin yang baik, memahami bahwa dia bukannya hanya seorang pekerja, tetapi seorang teladan pula bagi orang lain yang melihatnya melakukan pekerjaan itu. Oleh karena itu, setiap pemimpin yang baik mengingat bahwa peran dan tindakannya dapat mempengaruhi orang lain, baik secara positif maupun negatif. Orang yang sungguh-sungguh diperkenan oleh Allah adalah orang-orang yang dapat memimpin karena Dia akan memakainya. Paulus memotivasi Timotius untuk mengejar hal-hal berikut untuk menjadi seorang pemimpin yang baik: i. Sama seperti Yesus, seorang pemimpin di gereja melayani. Gunakan otot-otot rohani itu! Timotius diperintahkan untuk mengatur, mengajar dan memberitakan Injil. ii. Sama seperti Yesus, seorang pemimpin gereja yang efektif dekat dengan Allah dan secara rohani bertumbuh. Paulus menyuruh Timotius untuk senantiasa mempelajari Kitab Suci dan mengejar sifat-sifat yang baik – keadilan, kesalehan, iman, kasih, kesabaran dan kelemahlembutan. iii. Sama seperti Yesus, fokus! Timotius diperingatkan, agar menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat mengubah imannya – kesombongan, cinta akan uang, perkara-perkara duniawi, perkataan yang tidak baik dan pemikiran yang berlawanan. Dia seharusnya berpegang pada pengharapan dan kegigihan untuk berperang dalam perjuangan iman yang baik. iv. Sama seperti Yesus, kasih. Di dalam surat penggembalaan ini, Paulus memberikan petunjuk dalam skala besar kepada Timotius mengenai bagaimana melayani berbagai jemaat di gereja; mengampuni dan mentolerir terhadap anggota keluarganya sendiri.
Surat-Surat Paulus
103
Menguji Pemahaman 1. Apakah tujuan Timotius tinggal di Efesus dan apakah hasilnya dari tujuan itu? 2. Paulus memperingatkan Timotius terhadap ajaran-ajaran palsu apakah? 3. Apakah yang kita dapat pelajari untuk berperang melawan ajaran-ajaran palsu dan guru-guru palsu? 4. Perilaku apakah yang diharapkan dari antara kita sebagai para pemuda di gereja? 5. Apakah persyaratan dari seorang pemimpin yang baik?
Penerapan Kehidupan Bagian A – Mempelajari Kembali Lima Dasar Kepercayaan Lima Dasar Kepercayaan Gereja Yesus Sejati berbeda dengan aliran kekristenan yang lainnya. Teman-teman Kristen mungkin bertanya-tanya mengapa iman kepercayaan kita dan ketika mereka menanggapi tidak mempercayainya, kita mungkin bertanya-tanya apakah yang kita percayai selama ini benar adanya. Marilah kita mengulang kembali apa yang kita percayai dan mengapa kita percaya itu. Langkah 1: Bagilah murid-murid ke dalam dua kelompok. Guru dapat memilih atau memberikan tugas secara acak, kepercayaan yang dimiliki setiap orang. Sekelompok rekan yang tidak memiliki kepercayaan yang sama. Langkah 2: Pada babak pertama, rekan yang pertama akan menjelaskan kepada rekannya mengenai kepercayaan itu dan mengapa itu menjadi Dasar Kepercayaan Gereja Yesus Sejati. Boleh melihat ke dalam Alkitab. Rekan lainnya seharusnya mengajukan pertanyaan dengan maksud ingin tahu. Langkah 3: Pada babak kedua, rekan yang kedua akan melakukan hal yang sama dengan kepercayaan yang ditugaskan kepadanya. Langkah 4: Bila ada cukup banyak kelompok, pilihlah pasangan untuk menjelaskan sebuah Dasar Kepercayaan di hadapan semua orang. Demikian pula, setiap siswa akan menjelaskan dan menjawab pertanyaan dari kelas dengan tangkas.
104
Surat-Surat Paulus
Diskusikan sebagai satu kelas, hal apa sajakah yang utama dan sulit dipisahkan dari yang telah disebutkan di atas. Lihatlah pada Buku Inti Kebenaran Alkitab dan buku Pertanyaan dan Jawaban Dasar-Dasar Kepercayan Gereja Yesus Sejati untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai tiap-tiap Kepercayaannya. Dasar-dasar Kepercayaan – Apa dan Mengapa Hari Sabat Kudus Hari Tuhan ditetapkan sebagai hari yang kudus (Kej. 2:3); hari perhentian yang ditujukan untuk Dia (Kel. 16:23). Hari Sabat merupakan hari terakhir dalam satu minggu – hari Sabtu, sesuai dengan kalender Romawi. Kita mengetahui bahwa orang-orang Yahudi Orthodoks mengikuti tradisi dan memegang Sabat mulai hari Jumat malam. Allah memerintahkan orang-orang Israel memegang hari Sabat di dalam Sepuluh Perintah Allah (Kel. 20:8-11). Gereja mula-mula selalu memegang hari Sabat (Kis. 13:14) bukan karena tradisi legal, tetapi karena hakikat rohani dari pada hari Sabat. Baptisan Air Berdasarkan baptisan Yohanes Pembaptis – diselam ke dalam air yang hidup. Yesus memberikan teladan ketika Dia dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Baptisan Yohanes merupakan baptisan pertobatan, setelah kematian Yesus, baptisan itu adalah untuk penebusan dosa (Kis. 2:38; 22:16). Para murid-Nya membaptis orang lain pula ketika Dia masih hidup (Yoh. 4:2). Setelah Yesus bangkit dan kembali ke surga, mereka terus membaptis orang-orang percaya yang baru (Kis. 8:38). Basuh Kaki Membasuh kaki orang-orang percaya. Terjadi setelah sakramen baptisan air. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya pada perjamuan terakhir. Pada mulanya, Petrus menolak, sehingga Yesus berkata, “Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh. 13:15). Perjamuan Kudus Memperingati pengorbanan dan kematian Yesus (1 Kor. 11:24-26) dan mengambil bagian di dalam tubuh dan darah-Nya (1 Kor 10:16). Melakuan perjamuan terakhir selama Hari Raya Paskah. Roti adalah tubuh dan cawan adalah darah, yang secara rohani berubah setelah pengucapan syukur (Mat. 26:26-28). Satu roti dipecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil, karena hanya ada satu tubuh Allah (1 Kor. 10:16-17). Karena ragi melambangkan hal negatif di dalam Alkitab, maka roti adalah tidak beragi dan “hasil pokok anggur” adalah sari buah anggur, sebab anggur (arak) difermentasikan melalui ragi. Roh Kudus Roh Kudus adalah Yesus (Yoh. 14:16-17), yang adalah Allah sendiri (Kis. 5:3-4). Sekalipun ada gerakan-gerakan dari Roh Kudus dalam Perjanjian Lama, itu tidak terjadi sampai Yesus bangkit dan kembali ke surga serta Roh Kudus tinggal di dalam manusia (Kis. 1:1-5). Roh Kudus pertama-tama dicurahkan saat hari raya Pentakosta (Kis 2:1-4). Roh Kudus dicurahkan ke atas orang-orang non-Yahudi sebagai tanda bahwa keselamatan Allah tidaklah terbatas pada orang-orang Yahudi saja (Kis 10:4448). Buktinya dengan berbahasa roh (Kis 2:4; 10:46; 19:6). Roh Kudus perlu mutlak bagi keselamatan seseorang (Yoh. 3:5; Rm. 8:9; 2 Kor. 1:22).
Surat-Surat Paulus
105
Bagian B – Perubahan Dimulai dari Kalian – Menjadi Seorang Hamba Allah yang Lebih Baik Kekurangan apa sajakah yang ada pada pekerjaan gereja yang kita lakukan? Apakah yang kita dapat lakukan untuk memperbaikinya? Langkah 1 Mintalah murid-murid menuliskan tugas-tugas mereka di gereja sekarang di selembar kertas dan dengan cara apakah mereka akan memperbaiki pekerjaan itu. Mereka dapat pula menuliskan pekerjaan yang diharapkan dapat mereka ambil bagian di masa datang? Langkah 2 Mintalah murid-murid memberikan lembaran kertas mereka kepada orang yang berada di sebelah mereka. Setelah melihat lembar milik temannya itu, mintalah mereka menuliskan nasihat atau motivasi bagaimana temanmu itu dapat mencapai tujuannya. Berilah 30 detik dan terus mengedarkan kertas itu sampai setiap murid memperoleh kembali lembarannya. Langkah 3 Mintalah murid-murid memberikan nasihat dan motivasi yang mereka kira itu bermanfaat.
Renungan dan Doa Beberapa murid kelas Remaja menghadapi tanggung jawab yang meningkat dalam pekerjaan gereja dan mereka dapat mengkaitkannya dengan beban yang mungkin Timotius rasakan. Memang memerlukan kesabaran dan kerendahan hati seseorang untuk menjadi cukup bijak menggembalakan semua orang di dalam kasih dan kesalehan. Paulus memotivasi Timotius untuk tetap teguh dengan belajar dan merenungkan Kitab Suci setiap harinya. Pengenalan akan Allah membawa kita lebih dekat kepada-Nya. Makin kita dekat, semakin mudah bagi-Nya untuk memakai diri kita sebagai perabot-Nya. Bukanlah atas kehendak Timotius atau kehendak kita yang membuat diri dengan lemah lembut dan bijak menggembalakan jemaat dan melakukan pekerjaan gereja, tetapi merupakan kehendak Allahlah.
106
Surat-Surat Paulus
pelajaran
Surat 2 Timotius
11
Bacaan Kitab Surat 2 Timotius
Sasaran Pelajaran
Menjadi hamba Kristus yang teladan
Ayat Alkitab
“Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.” (2 Tim. 2:22)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) 2 Timotius 1-4
Latar Belakang Alkitab Paulus menulis surat 2 Timotius (suratnya yang terakhir) kira-kira tahun 67 M saat pemenjaraannya yang kedua di Roma dan sebelum penganiayaan dirinya. Tidak seperti pada saat pemenjaraannya yang pertama kalinya di Roma, yang lebih menyerupai rumah tahanan, Paulus kali ini terkunci di dalam penjara dan hanya ada sedikit harapan untuk dibebaskan. Hanya Lukas yang menemani Paulus. Tidak seperti suratnya yang pertama kepada Timotius, yang isinya sebagian besar merupakan nasihat praktis dan penggembalaan, surat yang kedua ini penuh dengan penghiburan rohani dan penginjilan – menjadi setia dan memberitakan kabar baik. Dua tema berasal dari kasih Paulus kepada Yesus Kristus dan kasihnya kepada Timotius. Hubungan Paulus dan Timotius yang erat terbukti dari ucapan salamnya, yang menyebutkan Timotius sebagai anaknya yang terkasih dan keinginannya, agar Timotius datang ke Roma sebelum dia meninggal. Hubungan mereka mengalami kemajuan dari hubungan antara guru-murid dan tuan-hamba menjadi hubungan bapa-anak di dalam iman.
Surat-Surat Paulus
107
Pemanasan Kalian melihat bahwa orang-orang yang sebaya atau lebih muda dari diri kalian memerlukan beberapa motivasi di dalam iman mereka. Saudara-saudari ini dicobai untuk menjalani kehidupan yang lebih dari seperti teman-teman non-Kristen mereka atau teman-teman Kristen yang sambil lalu saja. Apakah yang kalian akan katakan untuk memotivasi macam orang demikian? Apakah yang kalian akan lakukan untuk menggembalakan orang ini? Pikirkan kembali saat-saat seseorang mengatakan sesuatu yang membangun kerohanian kalian.
Pemahaman Alkitab Pengajaran dari Surat 2 Timotius Sekalipun Paulus dipenjara dan hanya Lukaslah yang menemaninya, tetapi dia menulis surat akrab ini yang memuat motivasi dan pengharapannya kepada Timotius. Setelah mengalami kehidupan yang sukar dan dianiaya selama bertahuntahun sebagai rasul Yesus Kristus, Paulus tidak merasa menyesal dan berdiri teguh dalam imannya. Dia menasihati Timotius, yang tidak mau menderita sebanyak itu, untuk melakukan hal yang sama. Surat-surat Paulus memberikan teladan bagi hamba Kristus, dan itu memberikan pengajaran mengapa mencapai standar itu merupakan tujuan yang berharga. Catatan: Lihatlah pula Pelajaran 10 yang memuat latar belakang dari aspek-aspek penting dari surat Paulus yang pertama kepada Timotius. A. Teladan dari Hamba Kristus Paulus menulis hampir setengah dari kitab-kitab dalam Perjanjian Baru. Antara pengajarannya dan pandangan sekilas dari kehidupannya sebagai seorang rasul (di luar kitab Kisah Para Rasul), dia mungkin adalah seorang Kristen paling terkenal di dalam Alkitab. Sekalipun kita belajar mengenai Petrus dan Yohanes terlebih dahulu melalui Injil, kita hanya mendengar dari mereka dalam beberapa surat pendek setelah kemunculan mereka di dalam kitab Kisah Para Rasul. Yesus Kristus adalah standar yang diinginkan setiap orang Kristen dan Paulus merupakan teladan terbaik dari orang yang telah berhasil mendekati tujuan itu. a. Gunakan karunia dan terapkan pengetahuan rohani (1:6; 3:16-17) Paulus memotivasi Timotius untuk “mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku ke atasmu” (1:6). Sekalipun kita tidak mengetahui karunia khusus apa yang Timotius terima, kita dapat melihat bahwa dia merasa takut untuk menggunakannya. Tetapi seperti yang kita ketahui dari perumpamaan tentang talenta (Mat. 25:14-30), bila Allah memberikan kita suatu keahlian, Dia mengharapkan kita dapat menggunakannya.
108
Surat-Surat Paulus
Kadang, kita mungkin beranggapan bahwa diri kita ini tidak memiliki talenta untuk diberikan melayani kepada Allah, tetapi bila kita memiliki hati untuk melayaniNya, Dia akan membuka jalan untuk kita. Seorang hamba teladan harus pula memahami Kitab Suci dan menerapkannya. Dia haruslah membaca Alkitab, merenungkannya dan hidup di dalamnya. Mengetahui kepada siapa dia percayai dan apa yang dia percayai itu memelihara imannya menjadi mantap, sehingga membuat dirinya mengikutinya pula dan pemberitaaan Firman Allahpun menjadi lebih mudah.
b. Pemberita Injil (1:7-14; 4:1-5) Yesus Kristus memberikan para murid sebuah amanat yang agung: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28:19-20a). Pelayanan Paulus mencerminkan hal ini saat memberitakan Injil melalui tiga perjalanan penginjilannya dan nasihat melalui surat-suratnya. Dia memotivasi Timotius demikian: “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” (2 Tim. 4:2). Jangan malu memberitakan Injil. Janganlah kita menjadi takut. Pada zaman Paulus dan Timotius, penganiayaan terhadap orang Kristen berlangsung hebat di bawah pimpinan Kaisar Nero, tetapi Paulus lebih memperhatikan kematian rohani daripada kematian jasmani. Dia mengetahui nilai keselamatan dari Yesus Kristus, bahkan bila orang lain tidak mengetahuinya, dia tidak merasa malu terhadap dirinya maupun Allah yang sangat banyak membantunya. c. Kuat di dalam Kristus (2:1-7) Paulus memberikan tiga perumpamaan bagaimana Timotius dapat menjadi kuat di dalam Kristus (mungkin siswa kelas Remaja memiliki pengaruh lain yang kuat, yang dapat mereka bahas). Perumpamaan mengenai prajurit menekankan pada tiga sifat: Kesabaran, fokus dan kesetiaan. Paulus katakan bahwa untuk mengatasi masa-masa sulit atau pencobaan, ikutilah Yesus Kristus. Perumpamaan mengenai olahragawan menekankan pada ketaatan. Bila kehidupan merupakan sebuah permainan yang diciptakan oleh Allah, satusatunya cara agar seseorang dapat memenangkan hadiah yang kekal adalah bermainlah menurut aturan-Nya. Bila tidak, kita haruslah mendapat hukuman. Hukuman itu dapat berupa dicobai untuk mengabaikan peraturan-peraturan Allah karena tampaknya bertolak belakang dengan cara untuk menjadi berhasil di dunia. Tetapi, hadiah yang diperoleh tentu lebih baik daripada hadiah dari dunia. Perumpamaan mengenai petani menekankan pada kerja keras dan usaha. Kerja keras petani menghasilkan buah, sehingga sudahlah sepantasnya bila dia diberi hadiah. Tidak peduli jumlah talentanya, bekerja keras untuk Allah sangatlah dianjurkan. Seperti Yakobus berkata, “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yak. 2:26).
Surat-Surat Paulus
109
d. Berhati-hati dalam perkataan (2:14-19,23-26) Tubuh Kristus memiliki banyak anggota dan memang ada dari beberapa di antaranya secara alami tidak rukun. Sehingga hal itu mencobai kita untuk menghardik, menjadi pasif – agresif dan menjadi marah, tetapi Paulus mengingatkan Timotius, agar tidak bertengkar dan mengubah keadaan, penuh kesabaran dan kerendahan hati untuk mengurangi perdebatan, terutama ketika kalian adalah bagian itu dari tubuh-Nya, tetapi kuasa kelemahlembutan tidak dapat diragukan lagi. “Dengan kesabaran seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang” (Ams. 25:15). Sekalipun teguran dan peringatan dapat menjadi efektif dalam mengoreksi orang lain, tetapi kelemahlembutan dan kebijakan menggunakan kesabaran dan kasih untuk mengubah orang-orang di sekitarnya. “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah” (Ams. 15:1). Hubungan antara saudara-saudari seiman adalah unik dan sekalipun sulit untuk terbuka mengenai perasaan atau persoalan pribadi, karena takut tampak buruk di hadapan jemaat, tetapi sesungguhnya sangat memuaskan menjadi terbangun secara rohani melalui teman-teman. e. Dipersiapkan untuk tujuan yang mulia (2:20-22) Ini merupakan ayat yang terkenal bagi sebagian besar siswa kelas Remaja, tetapi ayat ini tidak pernah gagal untuk menjadi pengingat terhadap potensi tetap yang masing-masing dari antara mereka miliki. Perabot di dalam rumah, yang dicatatkan pada ayat 20, sama dengan peran para hamba di dalam perumpamaan tentang talenta – tidak peduli seseorang tampak jauh lebih baik daripada yang lainnya, tetapi bagi Tuannya, potensinya adalah sama. Hamba yang memiliki lima talenta bukanlah dianggap lebih baik daripada hamba yang memiliki dua talenta. Demikian pula, perabot yang terbuat dari emas dan perak, tidak selalu lebih baik daripada perabot yang terbuat dari kayu dan tanah liat. Semua perabot itu memiliki potensi yang bermanfaat, tetapi itu hanya bila perabot itu menguduskan diri mereka terhadap tujuan-tujuan yang kurang mulia (kurang mulia di sini berarti dikarakteristikkan dengan kehinaan, kerendahan dan ketidakberartian,” menurut Merriam – Webster). Jadi sebuah perabot emas yang asyik dalam kehinaan, akan menjadi kurang nilainya daripada cawan tanah liat yang bersih di hadirat Tuannya. Paulus menguraikan semua hal yang hina di dalam ayat 22, dan seperti Yesus Kristus katakan dalam Matius 12:43-45, ‘keinginan jahat’ tidaklah dapat hanya ditinggalkan. Tempat itu perlulah diisi kembali dengan keadilan, iman, kasih dan damai sejahtera. f.
Kesetiaan dan kesabaran (3:1-15) Pemahaman dari ketidaksalehan pada akhir zaman kedengarannya biasa saja. Kita mendengar atau melihat semua ini di dalam berita, majalah, acara televisi atau dari orang yang kita kenal. Dunia bukan hanya telah jatuh ke dalam perangkap perilaku-perilaku yang demikian, tetapi sesuai dengan ayat 5 – “rupa kesalehan” – jemaat akan menjadi mangsanya pula. Kemurtadan berarti meninggalkan iman atau agama seseorang adalah kata yang sering digunakan untuk bagian ini.
110
Surat-Surat Paulus
Di tengah ketidaksalehan dan penganiayaan, Paulus memotivasi Timotius untuk berdiri teguh berpegang pada ajaran-ajaran Kitab Suci dan dengan melihat teladan dari kesabaran dari pada dirinya.
B. Motivasi untuk menjadi Seorang Hamba yang Teladan Paulus memberikan beberapa peringatan rohani untuk memotivasi Timotius. a. Membalas anugerah Yesus (1:9-12) Paulus katakan bahwa dia dan Timotius diselamatkan dan dipanggil kepada suatu hidup yang kudus bukanlah tanpa tujuan. Dalam anugerah Yesus Kristus, ada tujuan di dalamnya. Paulus merendahkan hati dan dengan mengagumkan menerima kemurahan ini tanpa ragu, dia mengambil amanat yang Yesus Kristus rancang untuknya (Kis. 9:1-29; 1 Tim. 1:12-17). b. Keselamatan (2:8-12; 4:6-8) Sekalipun Paulus harus mengalami kesukaran sebagai seorang hamba yang teladan dari Yesus Kristus, dia mengetahui ada hadiah yang kekal atas ketegarannya ini. Paulus merasa aman, karena mengetahui dirinya bahwa mati bersama Yesus, bertahan terhadap kesukaran dan memelihata iman akan membawanya kepada mahkota kebenaran dan kehidupan serta pemerintahan bersama dengan-Nya. Kasih dan pengertian Paulus yang mendalam mengenai kehidupan kekal memotivasinya untuk “sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal.“ Paulus tetap menjadi seorang hamba yang teladan, bukan hanya untuk keselamatan dirinya sendiri, tetapi untuk keselamatan orang lain pula.
Menguji Pemahaman 1. Apakah tiga perumpamaan yang Paulus pergunakan untuk menggambarkan menjadi kuat di dalam Kristus dan sifat apa sajakah yang seharusnya diteladani? 2. Perabot seperti apakah yang dapat bermanfaat bagi Tuannya dan dipersiapkan untuk setiap pekerjaan yang baik? 3. Apakah yang seharusnya dihindari oleh seorang hamba yang teladan? 4. Bagaimana seorang hamba yang teladan itu dapat tetap teguh? 5. Bagaimana kehidupan Paulus menjadi teladan bagi Timotius? 6. Apakah yang Paulus tuntut dari Timotius?
Surat-Surat Paulus
111
Penerapan Kehidupan Bagian A – Mendukung Iman Orang Lain Pikirkan tujuan dan tema dari surat terakhir Paulus ini. Lakukan dan motivasilah saudara-saudari dengan menuliskan salah satu dari dua surat berikut: Pilihan 1: Tuliskan surat 2 Timotius versi masa kininya. Pikirkan tentang gereja, jemaat dan masyarakat yang sekarang ini. Nasihat apakah yang kalian akan berikan kepada Timotius mengenai hal-hal yang sebaiknya dihindari dan hal-hal yang diharapkan? Motivasi apakah yang kalian akan berikan? Persoalan apakah yang kalian akan sebutkan dan solusi apakah yang kalian akan sarankan? Apakah lagi yang kalian dapat masukkan ke dalamnya? Pilihan 2: Tuliskan surat jawaban kepada Paulus. Bayangkan diri kalian sebagai Timotius. Hal apa sajakah yang kalian akan katakan untuk menghibur Paulus? Nasihat manakah yang membantu? Tantangan apa sajakah yang masih kalian hadapi? Pertanyaan apa sajakah yang masih kalian miliki? Apakah lagi yang kalian dapat masukkan ke dalamnya? Bagian B – Ketidaksalehan Apakah yang siswa kelas Remaja hadapi sekarang? Paulus tidak pernah menyebutkan secara khusus – keinginan jahat dari masa muda –, sementara beberapa hal ada pada diri kalian, hal baru dan khusus apakah yang ada untuk siswa kelas Remaja di gereja Anda? Ketidaksalehan apakah dari akhir zaman ini yang sedang mereka hadapi (tidak selalu merupakan pencobaan bagi mereka)? Langkah 1: Potonglah lembaran kertas dan siapkan sebelum pelajaran dimulai. Langkah 2: Berikan selembar kertas kepada siswa (sediakan lebih banyak) dan mintalah mereka menuliskan pencobaan-pencobaan yang mereka alami dan perilaku non-Kristen yang mereka alami. Mereka haruslah menulis SATU percobaan atau perilaku nonKristen di setiap lembar. Mintalah mereka untuk melipat dan meletakkannya ke dalam sebuah kantong. Langkah 3: Ketika telah selesai, berikan kantong itu kepada seorang siswa dan mintalah dia mengeluarkan semua lipatan kertas itu dan membacakannya dengan keraskeras. Mintalah siswa yang lainnya membahas bagaimana hal ini menjadi sebuah persoalan. Apakah hal itu lazim? Mintalah mereka membahas bagaimana mereka dapat memecahkan persoalan itu dan langkah apa sajakah yang mereka akan ambil. Tanyakan mereka cara memotivasi teman-teman sekelas untuk bertindak dan
112
Surat-Surat Paulus
memecahkan persoalan itu; seringkali persoalan itu sederhana, tetapi siswa tidak ingin mengalami akibatnya – kehilangan teman-teman sekolah dan lain sebagainya. Langkah 4: Berikan kantong itu kepada siswa berikutnya dan ulangi lagi langkah 3. Ketika kantong itu telah beredar ke sekeliling, bila ada yang mengulangi topik yang dapat dibahas lebih lanjut dan bila siswa telah membicarakannya, para Guru Pendidikan Agama haruslah menyimpan topik-topik yang diulang ini di dalam otaknya, sehingga kelak dapat menasihati siswa lagi di masa yang akan datang.
Renungan dan Doa Dengan orangtua rohaninya yang segera tidak dapat lagi membimbing imannya, Timotius berada dalam posisi yang sama dengan beberapa siswa kelas Remaja yang mulai menemukan hubungan mereka dengan Allah sebagai sesuatu yang lebih daripada sekedar perhatian dari orangtua mereka. Teladan yang Paulus telah berikan mungkin tampak seperti pencapaian yang berlebihan bagi Timotius, yang tidak diragukan lagi tampak seperti itu bagi kebanyakan siswa kelas Remaja. Tetapi, Paulus memiliki kunci untuk membuatnya menjadi mudah – Kitab Suci. Melalui pembacaan dan perenungan Alkitab setiap harinya, semua orang dapat memahami siapa Allah dan apa yang Dia inginkan dengan lebih baik. Dan yang mengherankan, di antara Firman dan Roh-Nya, kita menjadi orang seperti yang Dia inginkan menjadi lebih mudah. Daripada dimotivasi ke arah yang benar terus-menerus, lebih baik kita secara alami menempuh arah itu dengan mudah dan gembira.
Surat-Surat Paulus
113
Halaman Kosong
114
Surat-Surat Paulus
pelajaran
Surat Titus dan Filemon
12
Bacaan Kitab
Surat Titus, surat Filemon, surat 1 Timotius, surat Kolose
Sasaran Pelajaran
1. Melatih pengendalian diri terhadap perbuatan yang tidak baik dan mengejar perbuatan yang memuliakan Allah 2. Mengampuni orang lain sama seperti Yesus Kristus telah mengampuni kita
Ayat Alkitab
“Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguhsungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia.” (Tit. 3:8)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Titus 1-3 dan Filemon
Latar Belakang Alkitab Titus adalah seorang Kristen Yunani (Gal. 2:3), yang setelah bertobat, membantu Paulus dalam perjalanan penginjilannya yang kedua dan ketiga serta menjadi pembantu Paulus yang terdekat dan paling dipercaya. Oleh karena itu, saat Paulus melihat kebutuhan, agar seseorang menangani gereja-gereja di Kreta, dia memilih “anakku yang sah menurut iman kita bersama,” Titus. Gereja-gereja di Kreta didirikan pada saat pemenjaraan Paulus yang pertama kali. Kreta merupakan pulau yang terbesar di Yunani, dengan panjang sekitar 257 km dan lebar 56 km, yang terletak di sebelah selatan Laut Tengah. Orang-orang Kreta mengembangkan agrikultur dan perdagangan yang maju pesat, sehingga membuat pulau itu menjadi salah satu pusat bisnis utama di zaman kuno. Bagaimanapun, tampaknya kemakmuran ini membawa orang-orang Kreta pada gaya hidup yang berlebihan. Seperti yang dikutip Paulus dari puisi Yunani Epimenides di dalam 1:12, “Dasar orang Kreta pembohong, binatang buas, pelahap yang malas.”
Surat-Surat Paulus
115
Paulus menulis suratnya kepada Titus kira-kira pada waktu yang sama ketika surat 1 Timotius ditulis (tahun 62-64 M), antara waktu pemenjaraannya yang pertama dan kedua di Roma. Surat-surat itu termasuk salah satu dari tiga surat penggembalaan Paulus; dua lainnya adalah surat 1 dan 2 Timotius, yang telah kita pelajari. Surat ini begitu mirip dengan surat 1 Timotius, karena ditujukan kepada tema-tema ajaran palsu, organisasi gereja dan kehidupan Kristen. Surat Filemon, ditulis sekitar tahun 60-61 M sebelum surat Titus atau surat penggembalaan lainnya ditulis, termasuk salah satu dari empat surat penjara Paulus (tiga surat lainnya adalah surat Efesus, Filipi, Kolose). Tikhikus dan Onesimus menyampaikan surat ini bersama dengan surat Paulus kepada jemaat Kolose. Filemon, orang Kolose (Kol. 4:9,17) dan salah seorang petobat Paulus (Flm. 19) adalah orang kaya yang membuka rumahnya untuk tempat pertemuan ibadah. Termasuk orang yang disalami oleh Paulus adalah isteri Filemon, Apfia dan anaknya, Arkhipus, yang juga membantu gereja. Sekalipun arti nama Onesimus adalah ‘berguna,’ salah seorang dari budak-budak mereka, Onesimus adalah sangat berlawanan sebagai seorang pencuri yang sedang melarikan diri. Tetapi, Allah membawa Onesimus ke Roma, tempat dia bertemu dan setelah menjadi Kristen, hidup sesuai arti namanya. Surat kepada Filemon memberikan gambaran sekilas secara pribadi mengenai hubungan gereja mula-mula dan institusi perbudakan. Perbudakan merupakan bagian penting dari Kerajaan Romawi dan tidak lazim bagi sebuah keluarga untuk memiliki budak lebih dari satu orang. Sebagai ganti dari memakai tenaga mereka hanya untuk pekerjaan yang kasar/fisik, para majikan mendidik beberapa dari budak mereka untuk bekerja sebagai dokter, guru, akuntan dan lain sebagainya. Tetapi, tetap saja sebagai komoditi, melarikan diri dari seorang majikan merupakan kejahatan yang dapat dijatuhi hukuman mati dalam kebanyakan kasus. Memang Perjanjian Baru tidak mengutuk kepemilikan budak, tetapi memperkenalkan perbuatan baik terhadap mereka dan mengakui persamaan para budak dan majikan mereka secara rohani (Flm. 16; Gal. 3:28; Ef. 6:9; Kol. 4:1; 1 Tim. 6:1-2).
Pemanasan Dalam kedua surat itu, Paulus menunjukkan bahwa orang-orang Kreta, seperti Titus dan Filemon seharusnya cenderung untuk berbuat baik sebagai orang-orang Kristen yang bertobat. Mereka tidak boleh tetap berada di jalan hidup mereka yang sebelumnya, bagaimanapun baiknya, tetapi perlu menjadi serupa dengan gambar Kristus. Perubahan apa sajakah yang telah dilakukan ketika kalian dewasa secara rohani sebagai seorang Kristen? Renungkan kekuatan dan kelemahan dari diri kalian. Apakah yang kalian telah pupuk? Kemenangan? Apakah yang tetap menjadi tantangan? Apakah yang telah dikembangkan di dalam tantangan?
116
Surat-Surat Paulus
Pemahaman Alkitab Sekalipun Titus adalah sebuah surat pendek, tetapi itu mencakup tema yang sama seperti surat 1 Timotius. Sebuah gereja memerlukan struktur organisasi yang baik, doktrin yang dapat dipercaya dan ajaran yang benar untuk menyelesaikan amanat yang telah diberikan oleh Allah. Lihatlah Pelajaran 10 untuk rinciannya. Paulus memberitahu Titus bahwa melalui anugerah Allah, yang memperkenalkan pekerjaan-pekerjaan baik di antara umat-Nya, jemaat dapat melatih pengendalian diri dan membangun gereja. Dengan mempraktekkan sifat-sifat Kristen seperti ‘garam dunia’ dan ‘terang dunia’ (Mat. 5:13-14), mereka meneladani Yesus Kristus dan memuliakan Dia. Surat pendek Paulus kepada Filemon mengenai Onesimus menekankan pada pengampunan dan pemeriksaan kembali hubungan majikan-budak Kristen dalam Yesus Kristus. Sama seperti Onesimus menghadapi tugas sebagai orang Kristen, untuk memperbaiki kesalahannya di masa yang lalu dan kembali kepada majikannya, Paulus memohon dengan sangat kepada Filemon untuk menanggapi dengan kebaikan Kristen yang sama, menerima Onesimus yang sekarang menjadi saudara di dalam Kristus dan menunjukkan kasih dan kemurahan kepadanya. Bagian # 1 – Pengajaran dari Surat Titus A. Kepemimpinan Gereja Sejak zaman para rasul mula-mula di Yerusalem, ktia mengetahui penting dan dampak kepemimpinan yang efektif di gereja. a. Para penatua atau penilik jemaat (1:5-9) Karena kunjungan Paulus ke Kreta sebelum pemenjaraannya yang pertama adalah singkat (Kis. 27:7-9,12-13,21), Titus ditugaskan untuk meneruskan pekerjaan untuk memperbaiki struktur organisasi gereja itu, terutama dengan mengangkat orang-orang yang berkualitas untuk menjadi penatua. Itu adalah persyaratan yang sama, yang kemudian Paulus katakan kepada Timotius di dalam 1 Timotius 3:2-7. Catatan pada ayat 7, Paulus menggunakan kata ‘uskup’ dalam terjemahan New King James Version (NKJV), yang berarti penilik, sekaligus merujuk pula kepada penatua. b. Guru-guru palsu (1:10-16) Memang pada mulanya, para pemimpin penggembalaan dibentuk untuk membagikan makanan kepada jemaat orang Yunani dan jemaat orang Yahudi Ibrani (Kis. 6:1-7), tetapi saat Paulus menulis surat kepada Titus bahwa mereka ternyata melayani lebih untuk tujuan-tujuan rohani, selain tugas-tugas adminitratif mereka. Kestabilan gereja dan kepemimpinan yang efektif adalah penting, karena mereka melindungi jemaat dari kemurtadan dalam iman. Paulus menekankan pentingnya peran ini kepada para penatua Efesus, mengumpamakan mereka sebagai seorang gembala, jemaat sebagai kawanan domba dan guru-guru palsu sebagai serigala (Kis. 20:28-31).
Surat-Surat Paulus
117
Paulus ingin Titus belajar bagaimana mengenali guru-guru palsu dan bagaimana cara menghadapi mereka. Mereka kebanyakan adalah para pembicara dan penipu yang memberontak, sama seperti guru-guru palsu di Efesus, tetapi di Kreta, Titus pun harus menghadapi ‘kelompok bersunat’ – orang-orang Kristen Yahudi. Mereka membebani hukum Taurat Yahudi kepada orang-orang Kristen non-Yahudi untuk tujuan memperoleh keuntungan dengan tidak jujur.
B. Kehidupan yang Saleh Dalam 2:11-14, Paulus katakan bahwa kasih karunia Allah dapat mendidik kita untuk meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan agar dapat mengendalikan diri dan hidup benar. Kehidupan Yesus Kristus menunjukkan adanya kasih karunia ini bahwa kehidupan yang saleh dapat dicapai melalui Dia yang memberikan kekuatan kepada kita. Dan kasih karunia ini memotivasi orang-orang Kristen berjuang untuk hidup saleh, karena hutang kita atas kasih. Yesus Kristus mengorbankan diri-Nya untuk menebus kita dari kejahatan dan menguduskan diriNya bagi mereka. Penebusan saja tidak menjadikan kita sebagai salah satu milik kepunyaan-Nya; kekudusan juga perlu. a. Pengendalian diri (2:1-10) Dalam terjemahan New International Version (NIV) untuk pasal ini, kata ‘pengendalian diri’ berulang kali muncul dan dapat dipergunakan sebagai aspek utama dari perilaku di tengah berbagai kelompok gereja. Sebagai tambahan untuk pelajaran sebelumnya, kebanyakan siswa kelas Remaja terbiasa dengan Galatia 5:22-23 mengenai buah Roh Kudus dan mengetahui bahwa pengendalian diri merupakan salah satu bagiannya. Melatih pengendalian diri dapat menjadi hal yang sulit pada tiap-tiap tingkatan usia. Kita ingin menikmati hidup dan kadang dengan melatih pengendalian diri, kita merasa seolah-olah kehilangan sesuatu. Tetapi, mengendalikan diri berarti menyeimbangkan sifat kita yang berdosa dan yang menyenangkan hati Allah (Rm. 8:5-8). Paulus memotivasi Titus untuk mendidik laki-laki dan perempuan yang lebih lanjut usianya di gereja Kreta, untuk melatih pengendalian diri mereka sebagai teladan bagi laki-laki dan perempuan yang lebih muda usianya. Laki-laki dan perempuan yang lebih muda usianya dan para budak seharusnya melatih pengendalian diri untuk memuliakan Allah dan memberitakan keselamatan Yesus Kristus, menunjukkan bahwa mereka adalah para pengikut-Nya di dalam perbuatan dan bukan hanya dalam nama saja. b. Berbuat Baik (3:1-11) Gagasan untuk menjadi taat dan lemah lembut sulit untuk diterima oleh para pemuda modern. Sebagian, mungkin itu karena perkataan seperti kehendak yang lemah, menginjak-injak atau tidak ada kekuatan di dalam pikiran ketika kita memikirkan perihal ketaatan. Tetapi, kita mengetahui bahwa itu bukanlah hal yang buruk. Sebaliknya, Allah tidak akan menuntut hal ini dari pada kita. Ketaatan membutuhkan kepercayaan (Ef. 5:24), balasan (Ef. 5:33) dan yang terpenting adalah ketaatan kepada Allah. Pula sulit untuk tidak memfitnah orang lain, penuh damai dan perhatian dan menunjukkan kerendahan hati yang sejati. Tetapi, tidak peduli kecenderungan-kecenderungan dalam masyarakat, kebanyakan orang dipengaruhi oleh orang-orang yang berbuat baik.
118
Surat-Surat Paulus
Paulus pun mengingatkan Titus untuk memotivasi jemaat Kreta untuk melakukan perbuatan baik sebagai tanda bahwa mereka adalah ciptaan baru di dalam Kristus (2 Kor. 5:17). Bila rupa mereka ‘sebelumnya’ termasuk kebodohan, ketidaktaatan, dendam, iri hati, kebencian dan hawa nafsu, maka rupa mereka ‘setelahnya’ seharusnya hanya berbuat kebaikan. Paulus pun menyebutkan, seperti di dalam surat-suratnya yang lain, bahwa perbuatan baik kita adalah setitik debu yang sungguh tidak sebanding dengan apa yang Yesus Kristus telah perbuat bagi kita. Dia menyelamatkan kita, sekalipun kita tidak layak atau tidak dapat membalas-Nya. Dan sekalipun kita berada jauh di bawah sana, Dia akan mengangkat kita menjadi ahli waris kehidupan kekal bersama dengan-Nya.
Bagian # 2 – Pengajaran dari Surat Filemon A. Pengampunan Yang menarik, Paulus menggunakan nada pasif-agresif dalam surat pribadinya untuk menyentuh Filemon dengan arah yang benar (8-9,13-14,18-19,21). Itu dapat menjelaskan dari tidak hadirnya kata ‘mengampuni.’ Padahal memang itulah yang Paulus ingin Filemon lakukan. Melalui percakapan 70 kali tujuh kali antara Yesus Kristus dengan Petrus dan perumpamaan mengenai hamba yang jahat (Mat. 18:2135), kita mengetahui pentingnya pengampunan. Tetapi dengan meninggikan status Onesimus sebagai saudara di dalam Kristus, kita dapat melihat bahwa pengampunan seperti Kristus termasuk kerendahan hati. Paulus tidak memotivasi Filemon untuk mengampuni Onesimus dari kemuliaan seorang majikan baik yang tinggi, tetapi lebih pada persamaan kedudukan sebagai saudara seiman. Perlu kerendahan hati untuk memberikan pengampunan; juga diperlukan kerendahan hati untuk menerimanya dan membiarkan dendam berlalu. B. Hamba-hamba Kristus Hubungan antara Onesimus dan Filemon menggaungkan hubungan orang Kristen dengan Yesus Kristus. Kita adalah para budak dan Yesus Kristus adalah Majikan kita. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, adalah mudah untuk melupakan apa yang bukan milik kita. Tetapi, kita telah dibeli dan ditebus dengan sebuah harga (1 Kor. 6:19-20), dengan darah Anak Domba Allah. Kita adalah milik Allah dan satusatu cara yang Dia inginkan adalah kita mengakuinya dengan memelihara tubuh kita, bait-Nya yang kudus. Sebagai orang-orang Kristen, kita bukan lagi hamba dosa, tetapi hamba-hamba kebenaran (Rm. 6:15-23).
Menguji Pemahaman 1. Mengapa Titus pergi ke Kreta dan apa tujuan dari pelayanannya di sana? 2. Apakah tujuan dari pengendalian diri? 3. Mengapa kita seharusnya berbuat baik?
Surat-Surat Paulus
119
4. Apakah persamaan dan perbedaan antara surat Titus dan surat 1 Timotius? 5. Mengapa Filemon harus mengampuni Onesimus?
Penerapan Kehidupan Bagian A – Melatih Pengendalian Diri Ketika menghadapi sebuah situasi yang para siswa seharusnya melatih pengendalian diri, apakah yang mereka dapat katakan atau lakukan? Langkah 1: Mintalah siswa memberikan contoh ketika mereka menghadapi pencobaan dan perlu melatih pengendalian diri. Mereka dapat melakukannya tanpa mencantumkan nama dengan menuliskannya di atas lembaran-lembaran kertas, melipatnya dan memberikannya kepada Anda atau Anda dapat membahasnya secara terbuka di dalam kelas. Langkah 2: Bagilah siswa menjadi kelompok yang terdiri dari 2-4 orang per kelompok. Inilah waktu untuk memerankan sebuah lakon yang pendek! Langkah 3: Gunakan skenario yang dibagikan kepada siswa pada langkah 1 dan mintalah kelompok untuk memilih satu skenario untuk diperankan. Berikan mereka waktu untuk memutuskan bagaimana adegan itu dibuka, bagaimana pengendalian diri dilakukan atau tidak dilakukan dalam peran dan hasilnya. Bagian B – Mengampuni atau Tidak Mengampuni Memang tidak mudah untuk memohon pengampunan dan tidak mudah pula untuk sungguh-sungguh mengampuni, tetapi itulah yang Allah minta untuk kita perbuat. Itu tidak berarti bahwa Dia ingin kita melupakan dan menjadi naif di masa yang akan datang, tetapi Dia ingin kita belajar untuk mengampuni seperti Dia mengampuni. Bagilah siswa menjadi dua kelompok. Inilah waktu untuk berdebat! Lemparkan koin dan biarkan tim yang menang memutuskan hal yang ingin mereka perdebatkan. Pilihan 1: Sebuah kelompok akan berdebat agar Filemon mengampuni Onesimus dan kelompok lainnya akan berdebat pula untuk tidak mau mengampuninya. Pilihan 2: Buatlah skenario untuk diperdebatkan oleh siswa atau terhadap pengampunan. Sebagai contoh: Seseorang sedang berbicara di belakang Anda dan tidak menganggap keberadaan diri Anda sebagai seorang teman,
120
Surat-Surat Paulus
karena dia memiliki kekasih atau teman baru, seseorang yang tidak lagi menjadi teman baik bagi Anda, seseorang yang dengannya Anda berbagi pekerjaan gereja menyisakan semua pekerjaan itu untuk Anda, seseorang yang mengambil keuntungan dari Anda (untuk kendaraan, uang, pekerjaan rumah, catatan dan lain sebagainya), seseorang yang mencuri dari Anda, seseorang yang berdusta kepada Anda dan lain sebagainya. Catatan: Ingatkan siswa bahwa perdebatan jangan sampai menjadi perselisihan. Tidak ada nama panggilan. Perdebatan itu haruslah cerdas, terdengar seperti argumen dan dapat dipercaya dan temukan kekurangan yang ada pada pihak-pihak yang berlawanan dalam perdebatan Anda. Dalam perdebatan itu, pihak yang satu akan memperdebatkan mengenai apa yang Allah inginkan, tetapi siswa tidak harus selalu memenangkan perdebatan tanpa berdebat dengan baik. Guru akan menjadi hakimnya.
Renungan dan Doa Siswa kelas Remaja sedang memperoleh banyak kemerdekaan dan kebebasan dari orangtua mereka tahun demi tahun. Mereka sedang memperoleh izin mengemudi, mulai meninggalkan rumah dan pergi kuliah. Jadi memikirkan pelatihan pengendalian diri dan menjadi hamba-hamba Kristus mungkin bukan sebuah permohonan bagi mereka. Mereka sedang memasuki masa pencarian jati diri dan batasan-batasan suara yang membatasi gerak mereka. Tetapi, siswa mungkin tidak menyadari bahwa banyak orang mengalami dan mengadopsi kejahatan dalam usaha mereka memenuhi rasa ketidakamanan atau kehampaan emosional. Bila Anda memandang Allah bagi kepenuhan emosional, Dia akan menyediakannya. Dan bila para siswa merenungkan perjalanan mereka sendiri yang luar biasa melalui Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) Siswa, banyak dari antara mereka yang mungkin dapat memahami bagaimana Dia memenuhi itu semua.
Surat-Surat Paulus
121
Halaman Kosong
122
Surat-Surat Paulus
pelajaran
Ulasan
13
Sasaran Pelajaran
1. Mengulang kembali setiap surat Paulus yang ada dalam kwartal ini 2. Membantu siswa mengingat pengajaran-pengajaran penting dari setiap surat Paulus dan menerapkannya dalam kehidupan mereka sendiri
Ulasan Bagian # 1 – Kuis Ayat Hafalan Tujuan dari kuis ini adalah untuk membantu para siswa dan guru mengulang kembali dan mengingat ayat-ayat Alkitab. Kami sangat merekomendasikan para siswa dan guru untuk menggunakan kuis ini. Isilah tempat yang kosong (jumlah nilai 40) 1. (nilai 4) “Sebab aku mempunyai __________ (keyakinan) yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga __________ (orang Yunani). Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari __________ (iman) dan memimpin kepada __________ (iman), seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.” (Rm. 1:16-17) 2. (nilai 4) “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah __________ (bait) Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah dan bahwa kamu bukan __________ (milik kamu sendiri)? Sebab kamu telah __________ (dibeli) dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan __________ (tubuh) mu!” (1 Kor. 6:19-20) 3. (nilai 2) “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah __________ (ciptaan) baru; yang __________ (lama) sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Kor. 5:17)
Surat-Surat Paulus
123
4. (nilai 4) “...tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan __________ (hukum Taurat), tetapi hanya oleh karena __________ (iman) dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena __________ (iman) dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan __________ (hukum Taurat). Sebab: Tidak ada seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat.” (Gal. 2:16) 5. (nilai 4) “Satu tubuh dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu __________ (Tuhan), satu __________ (iman), satu __________ (baptisan), satu __________ (Allah) dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.” (Ef. 4:4-6) 6. (nilai 2) “Malahan segala sesuatu kuanggap __________ (rugi), karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya __________ (sampah), supaya aku memperoleh Kristus” (Flp. 3:8) 7. (nilai 3) “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu __________ (tetap di dalam) Dia. Hendaklah kamu __________ (berakar) di dalam Dia dan __________ (dibangun) di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” (Kol. 2:6-7) 8. (nilai 3) “Semoga Allah damai sejahtera __________ (menguduskan) kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan __________ (tak bercacat) pada __________ (kedatangan) Yesus Kristus, Tuhan kita.” (1 Tes. 5:23) 9. (nilai 3) “Karena itu kami senantiasa __________ (berdoa) juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu __________ (layak) bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan __________ (kehendak)mu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu.” (2 Tes. 1:11) 10. (nilai 4) “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau __________ (muda). Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam __________ (tingkah laku)mu, dalam kasihmu, dalam __________ (kesetiaan)mu dan dalam __________ (kesucian)mu.” (1 Tim. 4:12) 11. (nilai 4) “Sebab itu __________ (jauhilah) nafsu orang muda, kejarlah __________ (keadilan), kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang __________ (berseru) kepada Tuhan dengan hati yang __________ (murni).” (2 Tim. 2:22) 12. (nilai 3) “Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan __________ (pekerjaan) yang __________ (baik). Itulah yang baik dan ___________ (berguna) bagi manusia.” (Tit. 3:8)
124
Surat-Surat Paulus
Bagian # 2 – Surat-Surat dan Pesan-Pesan Tujuan dari bagian ini adalah untuk membantu siswa mengingat surat-surat Paulus dan pesan-pesan utamanya. Bila siswa tidak terbiasa dengan surat-surat itu, disarankan, agar mereka diberikan review singkat oleh guru sebelum menjalani bagian tes ini. A. Sebutkan tiga belas surat Paulus agar nama semua surat itu muncul di dalam Alkitab: 1. ____________________ 2. ____________________ 3. ____________________ 4. ____________________ 5. ____________________ 6. ____________________ 7. ____________________ 8. ____________________ 9. ____________________ 10. ____________________ 11. ____________________ 12. ____________________ 13. ____________________ B. Cocokkan nama dari surat-surat Paulus dengan gagasan utama yang disebutkan: 1. Paulus menulis surat ini untuk gereja non-Yahudi yang baru, yang tidak menonjol. Jemaat di gereja ini telah menerima iman dengan setia, tetapi mereka diombangambingkan oleh guru-guru orang Yahudi, yang mengajarkan pentingnya hukum Taurat dan sunat. Paulus menggunakan surat ini untuk menyangkal perbudakan dari hukum Taurat dan menasihati jemaat untuk hidup sebagai manusia mereka di bawah Kristus – orang merdeka yang bergumul dengan sifat mereka yang berdosa dan menghasilkan buah Roh di dalam kehidupan mereka sehari-hari. ____________________ (Surat Galatia) 2. Ini adalah surat pertama untuk gereja yang memiliki banyak pertanyaan seputar kebangkitan. Surat ini menjelaskan proses kebangkitan dan apa yang akan terjadi terhadap umat Kristen yang meninggal sebelum kedatangan Tuhan. ____________________ (Surat 1 Tesalonika) 3. Beberapa orang percaya bahwa karena Tuhan Yesus akan segera datang, mereka tidak perlu lagi bekerja. Mereka duduk-duduk saja sepanjang hari, menantikan Tuhan dan tidak melakukan apa-apa. Paulus menyampaikan hal ini di dalam suratnya dan mengulangi pernyataan kebenaran mengenai kebangkitan. ____________________ (Surat 2 Tesalonika)
Surat-Surat Paulus
125
4. Paulus menulis surat ini untuk gereja yang memiliki banyak karunia dan persoalan. Para jemaat diberkati dengan karunia bernubuat dalam bahasa roh, tetapi kebaktian mereka tidak tertib. Orang-orang tidak mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus dengan sikap hormat dan kepala dari jemaat perempuan tidaklah ditutupi. Gereja tidak berfungsi sebagai satu tubuh, bahkan mentolerir perbuatan zinah. ____________________ (Surat 1 Korintus) 5. Dalam surat ini, Paulus membela kerasulannya, sehingga pelayanannya tidak dipermalukan. Dia menghadapi tuduhan dari rasul-rasul palsu dan menjelaskan mengapa dia bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri. Dia ‘bermegah’ atas kelemahannya sambil menyatakan kelebihannya sebagai seorang rasul. Dia pun memotivasi jemaat untuk memenuhi janji mereka membantu saudarasaudara yang kurang beruntung di Yerusalem. _____________________ (Surat 2 Korintus) 6. Surat ini berisi penjelasan yang paling lengkap dari Paulus mengenai Injil Keselamatan. Surat ini berbicara mengenai bagaimana kita dibenarkan karena iman dan dikuduskan oleh darah Kristus di dalam baptisan. ____________________ (Surat Roma) 7. Sekalipun ditulis di dalam penjara, surat ini disebut sebagai injil kasih, karena kasih sering disebutkan di dalamnya. Paulus menggambarkan hubungan kasih antara suami-istri, orangtua-anak, majikan-hamba dan memotivasi jemaat untuk mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah. ____________________ (Surat Efesus) 8. Ini adalah surat penjara Paulus dari Roma yang berbicara perihal sukacita di dalam penderitaan. Dia berterima kasih kepada gereja ini, karena kasih dan partisipasi mereka di dalam pelayanan dan memotivasi mereka untuk meneladani Kristus dan mengutamakan Dia di dalam kehidupan mereka. ____________________ (Surat Filipi) 9. Gereja ini dibingungkan oleh campuran antara filsafat dunia dan ajaran-ajaran bidat. Jemaat mengejar pengetahuan rohani dengan cara yang sama dengan mengejar pengetahuan duniawi dan memiliki persoalan dengan pertapaan duniawi dan penyembahan kepada malaikat. Paulus menulis surat ini dari dalam penjara untuk membantu jemaat berfokus kembali kepada Kristus dan ‘mengenakan manusia baru.’ ____________________ (Surat Kolose) 10. Surat ini ditulis untuk majikan yang budaknya melarikan diri dan menjadi orang yang percaya Kristus. Pesan utamanya adalah pengampunan dan perkenanan. ____________________ (Surat Filemon) 11. Surat ini ditulis sebagai motivasi untuk seorang pemberita Injil muda. Surat ini dipenuhi dengan nasihat praktis mengenai bagaimana memelihara kebenaran Allah, bagaimana gereja harus berfungsi dan bagaimana mengembangkan kepemimpinan yang saleh. ____________________ (Surat 1 Timotius)
126
Surat-Surat Paulus
12. Surat ini ditulis untuk seorang pemberita Injil muda yang memimpin gerejagereja di Kreta. Dalam surat ini, Paulus memberitahu pemberita Injil itu mengenai bagaimana cara memilih penatua (penilik jemaat) untuk membantu urusan gereja dan bagaimana memotivasi tiap-tiap pelaksanaan administrasi di dalam gereja dapat berjalan sesuai dengan Firman Allah. ____________________ (Surat Titus) 13. Ini merupakan surat Paulus yang terakhir sebelum dia dieksekusi. Di dalamnya, Paulus memotivasi seorang pemberita Injil muda untuk menjadi setia terhadap kebenaran dan memberitakan kabar baik. Dua tema di dalam surat ini adalah kasih Paulus untuk ‘anak-anak’nya dan untuk Kristus. ___________________ (Surat 2 Timotius) Bagian # 3 – Permainan Mengulang Pilihan 1: Mengasah Otak Untuk setiap surat Paulus, pilihlah satu dari dua ‘kata kunci’ yang ada untuk menjawab pertanyaan berikut. Ini dapat dilakukan secara pribadi maupun kelompok. 1. Jelaskan dengan perkataan sendiri apa maksud dari kata ini. 2. Bagaimana kata ini disesuaikan dengan tema dari surat-surat Paulus yang disebutkan? 3. Bagaimana penerapannya dalam kehidupanku sekarang? Pilihan 2: Gambar Ini adalah permainan yang menyenangkan, siswa dapat mengungkapkan gagasan utama dari setiap surat Paulus di dalam gambar. Bahan: Papan tulis warna putih, spidol, lonceng, jam atau penunjuk waktu, kertas, gunting, topi atau tas yang berisi lembaran-lembaran kertas. Persiapan: Tulis atau ketikkan KALIMAT-KALIMAT KUNCI pada selembar kertas kecil. Lipatlah kertas itu dan letakkan di dalam tas atau topi untuk digambar. Bila siswa tidak terbiasa dengan kalimat-kalimat kunci itu, Anda dapat mengulangnya kembali secara singkat sebelum permainan dimulai. Peraturan: 1. Siswa boleh menggunakan Alkitab 2. Orang yang sedang menggambar tidak boleh mengucapkan atau menuliskan kalimat itu. 3. Siswa tidak boleh menggambar lagi setelah waktu habis. Cara bermain: 1. Bagilah siswa menjadi dua kelompok. 2. Siswa dari setiap kelompok akan memperoleh giliran untuk menggambar sebuah KALIMAT KUNCI yang ada di dalam topi atau tas. 3. Siswa akan menyerahkan KALIMAT KUNCI itu kepada Guru Pendidikan Agama dan memiliki waktu satu menit (atau waktu yang diberikan) untuk menggambarkan KALIMAT KUNCI itu di papan tulis.
Surat-Surat Paulus
127
4. Ketika siswa itu menggambar, anggota kelompoknya dapat menebak jawabannya. Bila Guru Pendidikan Agama mendengar kalimat yang benar (tidak perlu kata per kata), kelompok itu akan menerima 2 angka dan boleh menggambar kalimat lainnya. 5. Selama satu menit, kelompok itu dapat mengucapkan “MINTA PETUNJUK” dan menerima sebuah petunjuk dari Guru Pendidikan Agama dan yang menebak jawaban itu mendapat angka 1 (bukan angka 2). 6. Guru Pendidikan Agama akan membunyikan lonceng setelah satu menit. 7. Bila kelompok itu tidak dapat menebak pada waktu yang diberikan, kelompok lainnya dapat mendiskusikan dan menebak kalimat itu untuk memperoleh 2 angka sebelum pindah pada giliran mereka. 8. Kelompok yang memiliki angka terbanyaklah yang menang. Kalimat Kunci: SURAT ROMA Kalimat kunci: “Dibenarkan karena iman” (4:24-5:1) Kalimat kunci: “Persembahan yang hidup” (12:1) SURAT 1 KORINTUS Kalimat kunci: “Tubuhmu adalah bait Roh Kudus” (6:19) Kalimat kunci: “Perjamuan Tuhan” (11:20) SURAT 2 KORINTUS Kalimat kunci: “Menabur banyak” (9:6) Kalimat kunci: “Rasul-rasul yang tak ada taranya” (11:5) SURAT GALATIA Kalimat kunci: “Hamba perempuan dan perempuan merdeka” (4:30) Kalimat kunci: “Buah Roh” (5:22) SURAT EFESUS Kalimat kunci: “Anak-anak Terang” (5:8) Kalimat kunci: “Pedang Roh yaitu firman Allah” (6:17) SURAT FILIPI Kalimat kunci: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan” (4:4) Kalimat kunci: “Kewargaan kita adalah di dalam surga” (3:20) SURAT KOLOSE Kalimat kunci: “Berakar di dalam Dia (Kristus) dan dibangun di atas Dia (Kristus)” (2:6) Kalimat kunci: “Pikirkanlah perkara yang di atas” (3:2) SURAT 1 TESALONIKA Kalimat kunci: “Sangkakala Allah berbunyi” (4:16) Kalimat kunci: “Tuhan datang seperti pencuri pada malam” (5:2) SURAT 2 TESALONIKA Kalimat kunci: “Manusia durhaka” (2:3) Kalimat kunci: “Saudara yang bermalas-malasan” (pasal 3)
128
Surat-Surat Paulus
SURAT 1 TIMOTIUS Kalimat kunci: “Berdoa dengan menadahkan tangan” (2:8) Kalimat kunci: “Akar dari segala kejahatan ialah cinta uang” (6:10) SURAT 2 TIMOTIUS Kalimat kunci: “Layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja” (2:15) Kalimat kunci: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah” (3:16) SURAT TITUS DAN FILEMON Kalimat kunci: “Sehat dalam iman” (Tit. 1:13) Kalimat kunci: “Bukan lagi sebagai hamba” (Flm. 1:16)
Renungan dan Doa Selama kwartal ini, kita telah mempelajari secara singkat semua surat Paulus dalam Perjanjian Baru. Dari surat-surat ini, kita telah memperoleh pengetahuan yang banyak mengenai iman Paulus sebagai seorang percaya, sikapnya sebagai seorang pekerja dan hatinya sebagai seorang hamba. Dalam surat Roma, Galatia, dan Kolose, kita melihat Paulus terbiasa dengan Kitab Suci dan keyakinan yang berakar di dalam Kristus, sehinga dia membela Injil dan meletakkan doktrin-doktrin dasar untuk gereja-gereja non-Yahudi. Dalam surat 1 dan 2 Timotius, Titus, 1 dan 2 Tesalonika dan 2 Korintus, kita belajar mengenai kerendahan hati, etos kerja dan pemahaman Paulus yang jelas dari panggilan kerasulannya. Akhirnya, dalam surat 1 Korintus, Efesus, Filipi dan Filemon, kita menyaksikan kasih Paulus bagi gerejagereja dan berharap atas kesatuan dan pertumbuhan rohani mereka. Marilah kita belajar dari teladan Paulus mengenai iman dan kecakapan kerjanya; marilah kita berusaha keras untuk mengetahui apa yang kita percayai, bekerja dengan giat untuk Tuhan dan membalas kasih Allah dengan memperhatikan tubuh Kristus.
Surat-Surat Paulus
129
Halaman Kosong
Halaman Kosong
Halaman Kosong
llllllllllllllllll “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:23)
“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna. Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.”
(2 Korintus 12:9)
“Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu.” (Titus 2:7)
Pendidikan Agama
REMAJA Tahun 3 Buku 4
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Timotius 3:16)
True Jesus Church General Assembly, USA (Buku ini hanya dipergunakan di dalam Gereja Yesus Sejati) Edisi Revisi 1, 2012