Hidrotopografi Lahan
1.6.
1
Hidrotopografi Lahan
Peta hidro-topografi adalah peta yang memperlihatkan elevasi lahan relatif terhadap elevasi muka air sungai di sekitarnya. Pada lokasi yang terpengaruh oleh pasangsurut, elevasi muka air di sungai harus menggambarkan pada waktu pasang dan surut baik pada musim hujan maupun kemarau. Pengelolaan air dapat dibedakan antara pengelolaan tata air mikro (on farm water management) dan pengelolaan tata air makro (canal water management). Pengelolaan tata air mikro mempunyai beberapa tujuan utama yaitu menjaga ketersediaan air untuk tanaman, membuang air yang berlebih di lahan, serta mencuci keasaman/garam dan toksisitas tanah. Pengelolaan tata air makro bersifat mendukung kegiatan pengelolaan tata air mikro. Tujuan utama pengelolaan tata air makro adalah mengatur elevasi muka air di saluran pembuang utama sehingga memungkinkan berjalannya sistim drainase lapangan. 1.6.1. Topografi Lahan Pengukuran topografi lahan dilakukan berdasarkan elevasi BM Lokal IPB-2 di sekitar Workshop MRC dengan asumsi elevasi +2.00 m. Elevasi lahan di lokasi MRC berkisar antara kontour + 1.60 - +3.00 m, di mana lahan terendah berada di sekitar bagian Barat Laut, dan tertinggi (leeve) berada di sekitar Barat Daya dan Tenggara (Gambar 1.6.1 dan 1.6.2). Di beberapa tempat dipasang BM pembantu dimana posisi koordinat dan elevasinya tercantum pada Tabel 1.6.1.
Tabel 1.6.1. Posisi titik acuan (BM, dalam meter) di lokasi MIFEE Nama BM IPB-1 BM IPB-2 BM IPB-3 BM IPB-4/P2DR
X 428407.4 429101.8 429870.6 431541.6
Y 9069366.1 9069144.6 9067830.8 9066705.0
Z + 1.96 m + 2.00 m + 2.03 m + 1.65 m
Di lokasi MRC terdapat 3 buah pintu air PA-1, PA-4, dan PA-3 yang tidak jelas fungsinya. Pintu dalam keadaan selalu tertutup berarti menahan air pasang/asin S. Maro tidak masuk ke saluran drainase dan juga menahan air di saluran tidak terbuang ke S. Maro pada waktu surut. Idealnya pintu air harus berfungsi pada MH, menahan air pasang/asin tidak masuk ke saluran dan membuang air di saluran pada waktu surut. Pada MK pintu selalu tertutup supaya air pasang tidak masuk ke saluran dan mempertahankan air tetap berada di saluran pada waktu surut. Profil melintang saluran di sekitar PA-3 disajikan pada Gambar 1.6.3, di mana beda tinggi antara lahan dan muka air saluran mencapai 1.54 m. Hal ini berarti peluang drainase air hujan di outlet PA-3 masih tinggi. Evaluasi hubungan antara debit air drainase dengan muka air saluran disajikan pada subbab berikutnya.
Created by Dedi K and Arin, Nov 2008, ed. 17/4/2009
Hidrotopografi Lahan
2
3.3 3.2 3.1 3 2.9 2.8 2.7 2.6 2.5 2.4 2.3 2.2 2.1 2 1.9 1.8 1.7 1.6 1.5 1.4
Gambar 1.6.1. Elevasi lahan relatif di Lokasi MIFEE
Created by Dedi K and Arin, Nov 2008, ed. 17/4/2009
Hidrotopografi Lahan
3
Gambar 1.6.2. Peta topografi di lokasi Medco Research Center for MIFFE ± 100 ha
Created by Dedi K and Arin, Nov 2008, ed. 17/4/2009
Hidrotopografi Lahan
4
+1.98m +1.19m 1:1 +0.44m 1.05m -0.61m 1.80m
5.40m
Gambar 1.6.3. Penampang melintang saluran drainase di PA-3 1.6.2. Evaluasi Sistem Drainase pada Musim Hujan Kemungkinan drainase gravitasi pada MH dikaji dengan evaluasi kondisi saluran drainase sampai ke outlet PA-3 di S. Maro (Gambar 1.6.4a dan 1.6.4b). Profil elevasi muka air, dasar saluran, dan tanggul saluran drainase tersebut tercantum pada Gambar 1.6.5. Di lokasi outlet PA-3 terdapat BM IPB-4/P2DR elevasi + 1.65 m. Fluktuasi elevasi muka air S. Maro pada waktu pasang-surut selama survei dilakukan (Agustus 2008) tercantum pada Gambar 1.6.6, sedangkan elevasi muka air pasang-surut pada MH didapatkan berdasarkan informasi penduduk setempat (Gambar 1.6.7). Pada kondisi MK (Agustus 2008), elevasi muka air dalam saluran drainase yang menuju Sungai Maro relatif konstan, sekitar +0.54 - +0.44 meter, di mana titik nol jarak berada di awal saluran sekitar PA-4 dan titik akhirnya adalah BM IPB-4 di dekat PA-3 di Sungai Maro (Gambar 1.6.5). Elevasi muka air saluran di daerah depresi sekitar + 0.7 meter, artinya pada lahan terrendah pun, air masih bisa dialirkan ke saluran drainase. Elevasi muka air di saluran drainase lebih tinggi dari muka air sungai pada waktu surut musim kemarau (Gambar 1.6.6). Hal ini menunjukkan pentingnya pengaturan pintu PA-3 dalam posisi tertutup pada MK yang bertujuan mempertahankan elevasi muka air di saluran drainase utama sebagai pasok air irigasi untuk tanaman. Kondisi pada MH berdasarkan wawancara dengan penduduk di sekitar lokasi tersebut, muka air sungai saat pasang mencapai elevasi +2.00 m dan pada waktu surut mencapai elevasi +0.30 m (Gambar 1.6.7). Jika PA-3 tidak ditutup, maka lahan yang lebih rendah dari +2.00 meter (sekitar 58 Ha) berpotensi tergenang saat pasang. Akan tetapi dengan menutup PA-3 dan pemeliharaan tanggul keliling maka air pasang tidak akan masuk ke lahan. Elevasi muka air S. Maro pada surut terrendah sekitar +0.30 m. Pada awal musim hujan dilakukan pengamatan muka air Sungai Maro selama 2 kali 24 jam di lokasi outlet PA-3 yakni pada tanggal 8-10 November 2008 dan tanggal 2527 Januari 2009, seperti disajikan pada Gambar 1.6.8 dan 1.6.9. Hasil pengukuran menunjukkan dalam satu hari terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut. Pasang siang hari (jam 12.00) adalah yang tertinggi, dan surut terendah terjadi pada dini hari. Amplitudo pasang-surut sekitar 2.5 m. Elevasi pasang tertinggi sekitar + 0.600 m, surut terrendah 2.200 m. Elevasi lahan di atas + 1.50 m, maka selama 24 jam air dapat di buang secara gravitasi ke sungai Maro tanpa harus menggunakan pompa. Tipe pintu air yang diperkirakan sesuai dengan kondisi ini adalah tipe overflow yang di set pada elevasi +0.6 meter.
Created by Dedi K and Arin, Nov 2008, ed. 17/4/2009
Hidrotopografi Lahan
5
Dengan mengasumsikan bahwa kemiringan saluran drainase exisiting (S) adalah 0.0001, koefisien kekasaran Manning untuk saluran tanah tipe lempung padat adalah 0.025, modulus drainase 6.3 liter/detik/ha, luas drainase 100 Ha, serta penampang melintang saluran drainase seperti Gambar 3. Jika pintu overflow nya disetel pada elevasi +0.60 m, maka elevasi muka air saluran drainase saat kondisi puncak sekitar +1.10 m dengan kecepatan aliran 0.23 m/detik. Kecepatan tersebut masih di bawah kecepatan maksimum yang diijinkan, tetapi elevasi muka air di saluran hampir menyentuh tanggul saluran drainase (+1.19 m), walaupun tetap masih jauh di bawah dari elevasi lahan terrendah (+1.50 m).
Gambar 1.6.4 a. Evaluasi drainase gravitasi lewat saluran drainase utama ke outlet PA-3 di S.Maro.
Created by Dedi K and Arin, Nov 2008, ed. 17/4/2009
Hidrotopografi Lahan
6
Gambar 1.6.4b. Sistim drainase utama pada musim hujan
Created by Dedi K and Arin, Nov 2008, ed. 17/4/2009
Hidrotopografi Lahan
7
Elevasi (m) 2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Jarak (m) Muka Air di Saluran
Jalan
Tanggul Saluran
Gambar 1.6.5. Profil memanjang saluran drainase dari lokasi ke outlet di PA-3 Sungai Maro (Agustus 2008)
Created by Dedi K and Arin, Nov 2008, ed. 17/4/2009
Lahan
Hidrotopografi Lahan
8
BM IPB-4 (+1.65 m)
Air di saluran (+ 0.44 m) 1.3 Air Pasang, 26/8/08 jam 11 (+ 0.35) 2.4
Air Surut, 26/8/08 jam 8.30 (- 0.75)
Gambar 1.6.6. Kondisi pasang dan surut muka air Sungai Maro di PA-3 saat musim kemarau Agustus 2008
Air Pasang (+ 2.0 m) 0.35 m BM IPB-4 (+1.65 m)
Air di saluran (+ 1.50 m) Air Surut (+ 0.3 m)
Gambar 1.6.7. Perkiraan kondisi pasang dan surut muka air S. Maro di PA-3 saat musim hujan (menurut keterangan penduduk)
1.0 0.5 0.0 0:00 -0.5
12:00
0:00
12:00
0:00
12:00
-1.0 -1.5 -2.0 -2.5
Gambar 1.6.8. Elevasi muka air pasang surut S. Maro di lokasi outlet PA-3 (8-10 November 2008)
Created by Dedi K and Arin, Nov 2008, ed. 17/4/2009
0:00
Hidrotopografi Lahan
9
Fluktuasi muka air S. Maro di PA3 tanggal 25-27 Januari 2009
Elevasi Muka Air (m) 1.000
0.500
0.000 0:00
12:00
0:00
12:00
0:00
12:00
-0.500
-1.000
-1.500
-2.000
-2.500 Jam dan Tanggal
Gambar 1.6.9. Elevasi muka air pasang surut S. Maro di lokasi outlet PA-3 (25-27 Januari 2009)
Gambar 1.6.10. Pemasangan peil schaal di outlet S. Maro (8-10 November 2008)
Created by Dedi K and Arin, Nov 2008, ed. 17/4/2009
0:00