2.5.3
PARIWISATA
Kabupaten Lamandau merupakan daerah hutan tropis. Keadaan landscape daerah ini yang terdiri dari perbukitan, sungai dan jeram ditambah lagi dengan adat istiadat dan budaya masyarakat yang beragam menjadikan daerah ini sangat tepat untuk dikembangkannya obyek pariwisata yang diharapkan akan lebih besar kontribusinya terhadap pendapatan daerah. Tabel 30 Jumlah Kunjungan Domestik dan Non Domestik Tahun Jumlah (orang) Domestik Non Domestik (lokal) (luar negeri) 2014 2013
34 22
84 65
2012 2011 2010
8 5 2
29 22 9
Sumber: Disparsenibud Kabupaten Lamandau, per Juni 2014
Kondisi kepariwisataan di Kabupaten Lamandau cukup banyak tetapi masih sangat perlu ditingkatkan promosinya untuk lebih meningkatkan kunjungan wisatawan baik asing maupun domestik. Adapun objek wisata tersebut terdiri dari wisata alam dan wisata budaya sebagai berikut:
1. Obyek Wisata Alam Dengan infrastruktur yang beragam, seperti hutan, bukit, air terjun dan sejumlah jeram. Obyek wisata alam ini antara lain : a. Silikan sangilipan Obyek wisata ini terletak di Desa Hulu Jajabo Kecamatan Delang dengan obyek utama berupa air terjun ; obyek wisata ini dapat ditempuh dengan jalan darat sejauh + 130 km (2 jam) dari Nanga Bulik menuju Desa Hulu Jajabo dengan kondisi jalan yang sangat baik (aspal).
b. Silikan Muhur Obyek wisata ini terletak di Desa Hulu Jajabo Kecamatan Delang dengan obyek utama berupa air terjun ; obyek wisata ini dapat ditempuh dengan jalan darat sejauh + 140 km (2 jam) dari Nanga Bulik c. Silikan Tambai Obyek wisata ini terletak di Desa Penyombaan Kecamatan Delang dengan obyek utama berupa air terjun ; obyek wisata ini dapat ditempuh dengan jalan darat sejauh + 130 km (2 jam) dari Nanga Bulik d. Silikan 33 Tingkat Obyek wisata ini terletak di Desa Penyombaan Kecamatan Delang dengan obyek utama berupa air terjun ; obyek wisata ini dapat ditempuh dengan jalan darat sejauh + 130 km (2 jam) dari Nanga Bulik e. Silikan Garung Obyek wisata ini terletak di Desa Lopus Kecamatan Delang dengan obyek utama berupa air terjun ; obyek wisata ini dapat ditempuh dengan jalan darat sejauh + 126 km (2 jam) dari Nanga Bulik menuju Desa Lopus dengan kondisi jalan yang sangat baik (aspal) f. Susur Sungai Wisata Susur sungai dengan menggunakan Tubing (Ban Dalam) dapat dijumpai di desa Lopus Kecamatan Delang. g. Silingan Sukam
Obyek wisata ini terletak di Desa Sekombulan, Kecamatan Delang dengan obyek utama air terjun; obyek ini dapat ditempuh dengan jalan darat sejauh 70 km dari Nangan Bulik atau juga dapat dicapai dengan sungai selama 4 jam. h. Bukit Sampuraga Tempat ini terletak di Desa Karang Besi, Kecamatan Belantikan Raya dengan objek wisata alam (Legenda). Menuju tempat ini dapat dicapai melalui jalan darat sejauh + 60 km dari Nanga Bulik atau juga dapat dicapai dengan sungai selama 3,5 jam.
i. Bukit Sebayan Obyek wisata panorama alam, flora dan fauna ini, berada di Desa Kudangan, Kecamatan Delang. Bukit ini dipercaya sebagai surga bagi penganut Kaharingan yang telah meninggal dan telah melalui ritual ayah (tiwah). j. Air Terjun Palikodan Obyek wisata panorama alam ini, berada di Desa Palikodan, Kecamatan Bulik Timur. Obyek wisata alam ini merupakan sungai dangkal dengan air jernih yang mengalir deras. Sangat cocok bagi wisatawan yang memiliki hobi arum jeram. 2. Obyek Wisata Budaya a. Rumah Betang Dinding Tambi Obyek wisata ini berada di Kelurahan Tapin, Kecamatan Lamandau dengan obyek-obyek Situs Budaya dan dapat ditempuh dengan jalan darat sejauh 60 km dari Nanga Bulik atau juga dapat dicapai melalui sungai selama 2 jam.
b. Rumah Betang Rumbang Bulin Rumah Betang ini terletak di Desa Bakonsu, Kecamatan Lamandau dengan obyek-obyek Situs Budaya. Lokasi dapat ditempuh melalui jalan darat darat sejauh 40 km dari Nanga Bulik atau juga dapat dicapai melalui sungai selama 1,5 jam. c. Rumah Betang Rumbang Perak dan Rumah Betang Rumbang Rongas Lokasinya ada di Kelurahan Kudangan, Kecamatan Delang dengan obyekobyek Situs Budaya. Lokasi dapat ditempuh melalui jalan darat darat sejauh 70 km dari Nanga Bulik atau juga dapat dicapai melalui sungai selama 4 jam. d. Bebantan Laman Merupakan acara ritual selamatan Desa dan pembersihan benda-benda pusaka yang dilakukan oleh masyarakat dayak tomun yang menganut kepercayaan Hindu Kaharingan. Acara ini dilakukan pada setiap tanggal 7 dan bulan 7 setiap tahun. e. Festival Bamboo Rafting Festival ini merupakan acara untuk memeriahkan Bebantan Laman dan juga bertujuan menarik minat wisatawan manca negara di Kecamatan
Delang. Untuk kedepannya Festival ini akan dijadikan sebagai event tahunan. f. Ayah Bosar/Tewah Ritual Ayah Bosar/Tewah adalah upaca pemakaman adat dari Suku Dayak Tomun yang masih memegang teguh Agama Kaharingan. Di beberapa Kecamatan, Ayah/Tewah dilakukan 2 tahun setelah pemakaman atau ketika diperkirakan daging sudah tidak ada lagi yang masih menempel di tulang jenazah. Tulang kemudian dikumpulkan, dibersihkan dan ditempatkan di tempat khusus yang disebut Sandung. Bagi orang kaya atau berstatus tinggi (bangsawan), biasanya dilakukan upacara penuh disebut "Ayah Bosar" dan dapat berlangsung selama 3-4 hari. Adapun masyarakat umum dan mereka yang ingin lebih praktis, upacara ini umumnya dilakukan segera setelah tempat pemakaman (pada hari yang sama). Seekor sapi atau kerbau yang akan dikorbankan pada prosesi Ayah Bosar ini sebelumnya diikat pada sejenis patung yang disebut Sapundu. Umumnya pada acara Ayah Bosar/Tewah ini selalu disertai dengan Tari Kanyan. g. Babolin Ritual pengobatan adat Dayak Tomun. h. Ritual Penyambutan Tamu Ritual tradisional menyambut tamu agung ini oleh Dayak Tomun yang datang ke Kabupaten Lamandau. Ritual ini dilakukan atas dasar keyakinan bahwa tamu agung yang datang tersebut membawa berkah bagi penduduk setempat dan untuk pengembangan daerah. Ritual ini dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : 1) Totak Pantan : Pantan adalah semacam gerbang atau pintu masuk bangunan. Pantan dilambangkan sebagai bahaya yang menghalangi orang untuk mencapai tujuan mereka. Para tamu yang datang disambut dan dipandu menuju pintu masuk desa dan kemudian melakukan pemotongan simpul daun pandan menggunakan Mandau (semacam senjata tradisional Dayak) dan memasuki desa dengan diirngi tarian dan arak-arakan penyambutan;
2)
3)
Kobat Tongang : setelah Pantan dipotong, para tamu akan dipersilakan untuk mengikuti prosesi yang disebut Kobat Tongang yang dipimpin oleh sesepuh setempat. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan semacam doa untuk para tamu agar bertahan hidup, umur panjang, keberuntungan dan diberkati pada setiap pekerjaan sehingga mencapai keberhasilan. Tongang adalah tali kecil yang diikatkan di pinggang seperti gelang; Baigal : Bagian terakhir dari rangkaian ritual penyambutan tamu yang disebut Baigal, merupakan jenis tari tradisional yang menggambarkan kebahagiaan mereka untuk kedatangan tamu. Tarian ini dipimpin oleh satu atau dua anggota adat local yang dihormati dan 2 pasang tamu diundang untuk menari. Siapa saja yang diundang untuk menari tidak boleh menolak. Sebelum tarian, mereka duduk di tengah-tengah lingkaran untuk disuguhi minuman tradisional. Tarian ini diiringi dengan musik yang disebut "Bagondang" dan berlangsung sampai 5-8 menit.
i. Festival Babukung Babukung merupakan bagian dari ritual adat kematian bagi suku dayak tomun yang masih menganut agama Kaharingan. Istilah babukung berasal dari kata bukung, yang dalam bahasa dayak tomun adalah sebutan bagi orang yang menari dengan menggunakan properti penutup wajah berupa topeng.