Tabel 11. Komposisi pemberian kredit Bank NTT 2011-2012 No 1 2 3
Jenis kredit Per 31 Desember 2011 Kredit modal kerja [kmk] 2.693.270.220 Kredit investasi [ki] 378.541.567 Kredit komsumtif 187.531.422.882 Total 190.603.234.669 Sumber: Indikator ekonomi Kabupaten Kupang, 2012
Per 30 Juni 2012 3.492.396.903 891.038.204 198.137.240.789 202.520.675.896
Melihat komposisi pem berian kredit y ang di berikan oleh bank NTT kepada masyarakat Kabupaten K upang diatas menunjukan bahwa jenis kredit k onsumtif [ kk] yang lebih besar presentasenya dimana tahun 2011 mencapai 98,39% dari total kredit yang di berikan dan sampai dengan semester satu tahun 2012 mencapai 97,83%, dan paling kecil ada pada j enis kredit investasi [ki] yang mencapai 0;20% tahun 2011 dan sampai den gan se mester sa tu tahun 2012 mencapai 0, 44%. U ntukjenis kredit kredit modal k erja [kmk] per bedaannya t idakterlalu si gnifikan di mana tahun 20 11 m encapai 1,41% sampai den gan semester sa tu tahun 201 2 m encapai 1, 72%. D ari k etiga jenis kredit di at as dan ber dasarkan r ealisasi kredit y ang di ber ikan t erlihat bahw a masyarakat K abupaten K upang l ebih m endominasi pada k redit konsumtif. H al in i mengambarkan bahwa masyarakat Kabupaten Kupang lebih mengutamakan kebutuhan konsumtif dari pada usaha meningkatkan ekonomi melalui kredit modal kerja dan k redit investasi sehingga terlihat lambatnya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten K upang. Me elihat r ealitas yang t erjadi m aka pe merintah pe rlu m elakukan langkah-langkah un tuk memacu masyarakat k abupaten kupang ag ar m ampu membuka lapangan kerja dan usaha yang dapat memperbaiki ekonomi masyarakat.
68
BAB II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN KUPANG 2.1.
Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten Kupang
Hasil analisis dan penetapan KPJu unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di se tiap kecamatan di Kabupaten Kupang dilakukan dengan Metode Perbandingan Eksponensial ( MPE) dengan berdasarkan pada 4 ( empat) kriteria dan bobo t kepentingannya (Lihat laporan tingkat provinsi). Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Kupang. Hasil proses agregasi den gan m enggunakan metode B orda, d itetapkan m aksimum 10 ka ndidat KPJu unggulan Kabupaten Kupang yang mempunyai nilai skor tertinggi. Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi unt uk setiap t ujuan pene tapan K PJu ungg ulan, serta skor t erbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 10 Tabel 12. Skor-terbobot Tingkat Keunggulan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Kupang Tujuan (Skor Terbobot) Skor Pertumbuhan Penciptaan Peningkatan Sektor Usaha Terbobot Rangking Ekonomi Lapangan Daya Saing Gabungan (0,2692) Kerja (0,3615) Produk (0,3694) Peternakan 0.2242 0.1566 0.0910 0.1506 1 Tanaman Pangan 0.1312 0.1641 0.1460 0.1486 2 Perikanan 0.0877 0.1168 0.2060 0.1419 3 Perkebunan 0.0725 0.0809 0.1036 0.0871 4 Pertambangan 0.0366 0.0767 0.1162 0.0805 5 Angkutan 0.0760 0.0635 0.0806 0.0732 6 Perdagangan 0.0729 0.0652 0.0771 0.0717 7 Jasa 0.0783 0.0913 0.0343 0.0668 8 Kehutanan 0.0718 0.0532 0.0652 0.0627 9 Pariwisata 0.0838 0.0628 0.0413 0.0605 10 Sumber: Hasil Olahan Data primer
Pada Tabel 12 terlihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dalam rangka penetapan KPJu unggulan di Kabupaten Kupang adalah sektor peternakan. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masingmasing t ujuan, secara ke seluruhan dalam r angka m encapai t ujuan pen etapan K PJu unggulan U MKM m aka se ktor usa ha Peternakan juga m enjadi pr ioritas pertama. Untuk penciptaan lapangan kerja sektor tanaman pangan, dan se ktor perikanan untuk tujuan peningkatan daya saing. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah sektor usaha tanaman pangan, perikanan, perkebunan, pertambangan, angkutan, perdagangan Jasa, kehutanan dan pariwisata..
69
2.2.
KPJU Unggulan Per Sektor di Kabupaten Kupang
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pel aksanaan FGD bese rta bobo t kepentingan m asing-masing kriteria y ang t elah di hasilkan sebelumnya ( Tabel 12), anal isis A HP m enghasilkan K PJu ungg ulan se tiap se ktor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel13 Tabel 13. Rangking dan S kor-terbobot K PJu U nggulan per S ektor U saha di Kabupaten Kupang Sektor Usaha/ Skor KPJu Unggulan Terbobot Tanaman Pangan 1 Padi Sawah 0.2306 2 Jagung 0.1657 3 Padi Ladang 0.1299 4 Kacang Hijau 0.1290 5 Kacang Tanah 0.1072 Unit-Unitan 1 Alpukat 0.1697 2 Jeruk 0.1528 3 Nenas 0.1399 4 Nangka 0.1232 5 Pisang 0.1196 Peternakan 1 Sapi 0.2506 2 Babi 0.1818 3 Ayam Pedaging 0.1379 4 Kambing 0.1109 5 Kerbau 0.0690 Angkutan 1 Angkutan barang umum 0.2595 2 Angkutan bus perbatasan 0.1464 3 Angkutan laut domestik 0.1393 penumpang (dalam kabupaten) 4 Angkutan bus dalam kota 0.1358 5 Angkutan penyeberangan umum 0.0891 (antar kabupaten) Perdagangan 1 Hasil pertanian/Hortikultura 0.2673 2 Ternak dan hasil-hasilnya 0.2059 3 Sembako 0.0811 4 Bahan bakar 0.0767 5 Saprodi pertanian /sapronak 0.0709 Kehutanan 1 pemungutan madu 0.2416 2 budidaya madu 0.1183 3 bambu 0.1166 4 penyadapan aren dan nira lontar 0.1012 5 cendana (pohon) 0.0963 Pariwisata 1 Pondok wisata (home stay) 0.1717 2 Warung makan 0.1549 3 Kedai makanan 0.1495 4 Jasa boga 0.1295 5 hotel melati 0.0919 Sumber: Hasil Olahan Data primer No
No
Sektor Usaha/ KPJu Unggulan Sayuran
1 2 3 4 5
Bayam Kangkung Sawi Bawang Merah Kacang Panjang
1 2 3 4 5
Kelapa Jambu Mete Pinang Kemiri Kopi
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Perkebunan
Perikanan Usaha budidaya rumput laut Usaha Penangkapan ikan di laut Usaha budidaya di perairan umum Usaha Budidaya ikan di laut Usaha budidaya tambak Industri Industri meubel penyamakan kulit Industri barang rumah tangga dari tanah liat Industri kopra Pengolahan dan pengawetan ikan dan pengawetan ikan dan produk ikan Jasa-jasa Perbengkelan Jasa sewa kendaraan penumpang Tenda/Musik/Alat masak, dll Sewa traktor/saprodi lainnya Sewa kos-kosan Pertambangan Batu bangunan Unsur Mangan Mangan Pasir Tanah urukan
Skor Terbobot 0.2080 0.1633 0.1275 0.1238 0.1207 0.2729 0.2492 0.1374 0.0937 0.0790 0.3192 0.2457 0.1001 0.0864 0.0746 0.1843 0.1497 0.0966 0.0957 0.0937 0.2234 0.1203 0.1154 0.1125 0.1040 0.3345 0.1552 0.1342 0.0879 0.0827 0.3345
70
2.3.
KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Kupang Dalam r angka m emenuhi k ebutuhan i nformasi t entang penet apan kompetensi inti daer ah di lakukan penet apan K PJu unggulan Li ntas sektor. D engan mempertimbangkan bobot k epentingan at au pr ioritas setiap se ktor usa ha ( Tabel 12) serta hasi l sk or K PJu ungg ulan setiap se ktor u saha y ang t elah di peroleh ( Tabel 13) dilakukan analisa dengan menggunakan Metoda Bayes. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 ( sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 14. Pada Tabel 14, dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor di Kabupaten K upang adalah usaha t ernak sapi, R umput l aut, babi, penangkapan i kan, dan ay am pot ong. Hasil l engkap be rupa r angking a tau ur utan K PJu u nggulan l intas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. 10 K PJu Li ntas Sektor y ang M empunyai N ilai S kor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Kupang No KPJu Unggulan 1 Sapi 2 Usaha budidaya rumput laut 3 Babi 4 Usaha Penangkapan ikan di laut 5 Ayam Pedaging 6 Hasil pertanian/Hortikultura 7 Batu bangunan 8 Kelapa 9 pemungutan madu 10 Kambing Sumber: Hasil Olahan Data primer
Skor Terbobot 0.05030 0.04388 0.03648 0.03377 0.02768 0.02731 0.02373 0.02284 0.02246 0.02225
Sektor Usaha Peternakan Perikanan Peternakan Perikanan Peternakan Perdagangan Pertambangan Perkebunan Kehutanan Peternakan
Pada ur utan ke ena m dan se terusnya, se bagai K PJu ungg ulan l intas sektor berturut-turut adalah hasil hor tikultura, batu ban gunan,kelapa, pemungtan m adu dan ternak kambing. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu unggulan lintas sektor, maka sektor unggulan di K abupaten K upang u mumnya ber ada pada se ktor usa ha peternakan dan pe rikanan. H asil anal isis lintas sektor un tuk K PJu ungg ulan memperlihatkan bahw a masyarakat K abupaten K upang m asih t erkonsentrasi kepada kegiatan usaha budidaya peternakan dan usaha penangkapan di laut. 2.4.
Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Kupang
Kedudukan KPJu Unggulan di Kabupaten Kupang berdasarkan hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut:
71
Tabel 15. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Kupang No 1 2 3
KPJu Unggulan
Sapi Usaha budidaya rumput laut Babi Usaha Penangkapan ikan di 4 laut 5 Ayam Pedaging 6 Hasil pertanian/Hortikultura 7 Batu bangunan 8 Kelapa 9 pemungutan madu 10 Kambing Sumber: Hasil Olahan Data primer
Skor Potensi Prospek 4,3 5,0 4,0 3,5 4,0 3,3 4,0 3,5 4,0 2,5 4,0 3,5 3,5
3,5 3,5 3,5 3,5 4,0 3,5 3,0
Kriteria Potensi Prospek Baik Sangat Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Kurang Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Kuadran I I I I I I II I I I
Seperti dapat di lihat pa da T abel 15 di atas, t erdapat 6 KPJu U nggulan lintas Sektor, dalam anlisis kuadran KPJu tersebut berada pada Kuadran I, yaitu mempunyai Prospek dan Potensi saat ini yang sangat baik atau baik.
72
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
3.1.
Kesimpulan
3.1.1. Pada tataran tujuan, untuk pengembangan UMKM, terpenting adalah untuk tujuan “peningkatan daya saing produk” diikuti berturut turut oleh “penyerapan tenaga kerja” kemudian “ pertumbuhan e konomi. K ondisi de mikian, menunjukkan bahwa para pemikir, pengambil kebijakan serta praktisi pengembangan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Timur (termasuk untuk Kabupaten K upang) sa ngat m enyadari pent ingnya day a sa ing pr oduk dalam pengembangan UMKM di NTT, karena tanpa daya saing, output dari UMKM akan su lit ber saing di pasa r. Ketidak m ampuan ber saing di pasa r ak an berakibat pada rendahnya ketahanan dan keberlanjutan UMKM. 3.1.2. Kriteria penent uan K PJU U nggulan t erpenting ( ranking kepentingan) be rturutturut adal ah 1 ) ketersediaan t eknologi, 2) ketersediaan pasa r, 3) m anegemen usaha, 4) penyerapan tenaga kerja, 5) ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan, 6 ) ketersediaan sarana produksi, 7 ) aksesibilitas terhadap/kebutuhan modal, 8) su mbangan t erhadap per ekonomian daer ah, 9) harga/nilai tambah, 10) ketersediaan bahan baku dan y ang terakhir adalah 11) aspek sosial budaya. 3.1.3. Untuk pen gembangan UMKM, sektor utama di Kabupaten Kupang adalah sektor Peternakan diikuti ber turut-turut ol eh: Tanaman P angan, Perikanan, Perkebunan, P ertambangan, A ngkutan, P erdagangan, Ja sa, K ehutanan, dan Pariwisata. 3.1.4. Sepuluh K PJU U nggulan l intas sektor un tuk penegmbangan U MKM d i Kabupaten K upang berturut-turut adal ah: 1) S api, 2) U saha budi daya r umput laut, 3) Babi, 4) Usaha Penangkapan ikan di laut, 5) Ayam Pedaging, 6) Hasil pertanian/Hortikultura, 7) Batu bangunan, 8) kelapa, 9) pemungutan madu, dan 10) kambing. 3.1.5. Dari sudut pandang potensi dan pr ospek, masing-masing dengan kategori baik sampai sangat baik adalah: 1) Sapi, 2) Usaha budidaya rumput laut, 3) Babi, 4) Usaha P enangkapan i kan di l aut, 5) A yam P edaging, 6 ) Ha sil pertanian/Hortikultura, 7) kelapa, 8) kelapa, 9) pemungutan madu, dan 10) kambing. 3.2.
Rekomendasi
3.2.1. Upaya ber bagai pi hak dalam peng embangan U MKM d i N TT t ermasuk Kabupaten Kupang mestinya memberi perhatian yang tinggi pada minimal 5 (lima) hal penting sebagai necessery condition (syarat k eharusan) yaitu: peningkatan kemampuan teknologi usaha, pengembangan ketersediaan pasar, pembinaan m enegemen usa ha, p enyerapan t enaga kerja (padat karya), dan peningkatan ketrampilan tenaga kerja UMKM. Faktor-faktor lainnya bukanlah tidak penting, t etapi l ebih m erupakan suffisien condition (syarat ke cukupan) dalam pengembangan dan pembinaan UMKM di NTT. 73
3.2.2. Dalam r uang l ingkup rekomendasi ( 1), di harapkan ber bagai pi hak yang berperan dalam pengembangan UMKM di Kabupaten Kupang disarankan untuk mengembangkan U KM di bi dang K PJU U nggulan y ang se cara pot ensi dan prospek tergolong baik dan sangat baik, yaitu: Usaha Ternak Sapi khususnya penggemukkan, U saha P enangkapan I kan di Laut , usa ha t ernak babi ( bibit maupun pedaging), Usaha Budi Daya Rumput Laut, serta Usaha Ternak Ayam Pedaging. 3.2.3. Upaya untuk mengembangan dan memberdayakan ke-10 KPJu Unggulan UMKM dapat dilaksanakan secara efektif dan be rkelanjutan, sebaiknya diawali dengan identifikasi dan pem etaan masing-masing KPJu Unggulan oleh masing sektor (SKPD) yang implementasinya dilaksanakan secara terkoordinasi. Untuk menghindari t erjadinya ketimpangan pr ogram, di sarankan a gar d ibentuk sebuah forum atau kelompok kerja pengembangan dan pem berdayaan UMKM di bawah koordinasi langsung oleh Sekretaris Daerah. 3.2.4. Lembaga perbankan – terutama BUMN – diharapkan partisipasi aktifnya untuk turut se rta m embantu membina dan mengembangkan K PJu dar i asp ek teknis perbankan se hingga memungkinkan pa ra pelaku U MKM lebih mudah mengakses pembiayaan y ang ber asal dar i per bankan. P erlu di pertimbangkan untuk m embentuk se buah badan k oordinasi per bankan di t ingkat l okal y ang secara reguler dapat berkoordinasi langsung dengan para pelaku UMKM, yang berfungsi se babagi forum komunikasi dan konsultasi ant ara pi hak per bankan dengan par a pel aku U MKM. U ntuk i tu K antor Perwakilan B I N TT dan B upati Kupang dapat memprakarsai terbentuknya wadah tersebut.
74
BAB I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN ROTE NDAO 1.1
Fisik wilayah
Wilayah K abupaten R ote N dao t erletak di ant ara 10° 25 dan 11 00 Li ntang Selatan (LS) dan 121° 49 dan 1230 26 Bujur Timur (BT). Kabupaten Rote Ndao dengan ibukota Ba’a secara administratif memiliki batas-batas wilayah adalah Sebelah Utara dengan Laut Sawu, Sebelah Selatan dengan Samudera Hindia, Sebelah Timur dengan Laut Banda, dan Sebelah Barat dengan Laut Sawu. Total luas wilayah daratan Kabupaten Rote Ndao adalah 1.731 km2 yang terdiri dari 96 pul au, 6 pul au diantaranya berpenghuni, sedangkan sisanya merupakan pulau kecil y ang t idak ber penghuni. S ecara adm inistratif pem erintahan, K abupaten Rote Ndao terdiri dari 10 kecamatan dan 80 desa /kelurahan. Sepuluh kecamatan dimaksud adalah Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Timur, Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan P antai B aru, K ecamatan R ote B arat, K ecamatan R ote B arat Lau t, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Landu Leko dan Kecamatan Ndao Nuse. Kecamatan Rote Timur merupakan kecamatan yang terluas, yaitu deng an l uas wilayah se besar 304, 94 km2 (23,82% dar i l uas Kabupaten R ote Ndao), se dangkan K ecamatan R ote S elatan merupakan kecamatan terkrcil, yaitu dengan luas wilayah sebesar 73,34 km2 (5,73% dari luas Kabupaten Rote Ndao). Kabupaten Rote Ndao terletak paling selatan Indonesia dan menempatkannya pada posi si per alihan a ntara daerah b asah Indonesia dan daer ah kering A ustralia. Angin y ang bertiup berganti setiap tahun dari dua arah yang berlawanan i kut mempengaruhi iklim di daerah ini sehingga terjadi pergantian musim yang periodiknya tidak seimbang antara musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan hany a berlangsung selama 4 s ampai 5 bulan (Nopember sampai Maret), sedangkan sisanya yaitu 6 sampai 7 bulan (April sampai Oktober) merupakan musim kemarau. Pulau Rote bertipe iklim E menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson. Suhu lingkungan harian bervariasi pada setiap musim. Pada musim kemarau suhu udara dapat mencapai 34oC. R ataan cu rah hu jan k urang da ri 1500 m m per tahun dan u mumnya sa ngat bervariasi. Kemiringan l ereng merupakan sudut y ang di bentuk oleh permukaan l ahan dengan bidang horisontal (true slope) yang dinyatakan dalam persen, baik lereng tunggal maupun lereng majemuk. Secara umum Kabupaten Rote Ndao tidak mempunyai g unung y ang tinggi di at as 1000 m dari per mukaan l aut, ha nya m emiliki ketinggian kurang da ri 500 m da ri per mukaan l aut. B entuk l ahan be rombak sa mpai bergelombang dan m erupakan ba gian dar i pr oses pengangkatan ( uplift) se hingga tanah-tanah y ang t erdapat di P ulau R ote um umnya m erupakan t anah m uda deng an solum yang dangkal. Tanah-tanah muda umumnya dicirikan dengan belum terbentuknya horison tanah secara sempurna.
1.2
Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Rote Ndao tahun 20 10 sebanyak 119.408 jiwa yang t erdiri dar i 54 .452 l aki-laki dan se banyak 53.171 w anita, a tau r asio l aki-laki terhadap wanita sebesar 102,41. 75
Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepala Keluarga Serta Kepadatan Penduduk per 2
km di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2012 Luas Jumlah Penduduk No Kecamatan 2 (km ) KK (Jiwa) 1 Rote Timur 304.94 4326 16069 2 Pantai Baru 176.18 3242 11884 3 Rote Tengah 162.51 1013 7684 4 Lobalain 145.71 4756 19419 5 Rote Barat 128.37 2346 9723 6 Rote Barat Laut 172.43 5036 20137 7 Rote Selatan 73.34 1897 4786 8 Rote Barat Daya 114.57 4628 17921 Jumlah 1278.05 27244 107623 Sumber: Kabupaten Rote Ndao Dalam Angka (BPS, 2007)
2
Rata-Rata Per km (Jiwa) (KK) 53 14 67 18 47 6 133 33 76 18 117 29 65 26 156 40 89 23
Penyebaran penduduk di K abupaten R ote N dao r elatif t idak m erata, y aitu dengan jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Rote Barat Laut sebanyak 18,71% dar i total pend uduk Kabupaten R ote Ndao, di susul di K ecamatan Lobal ain sebesar 18,08% dan Rote Barat Daya sebesar 16,65%. Penduduk dengan kerapatan terkecil berada di Kecamatan Rote Selatan yaitu sebanyak 4,45% atau sebanyak 4.786 jiwa. Bila dilihat berdasarkan tingkat kepadatan penduduknya, Kecamatan Rote Barat Daya m emiliki t ingkat kepadatan pendudu k t ertinggi y aitu 156 j iwa per k m2, d iikuti Kecamatan Lobalain, yaitu 133 j iwa per km 2. Sedangkan kepadatan terendah terdapat di K ecamatan R ote Tengah y aitu 47 j iwa per km2. Laju per tumbuhan pe nduduk kabupaten Rote Ndao adalah sebesar 1,00% per tahun. Berdasarkan persentase penduduk y ang bekerja pada tahun 2012, se bagian besar pendudu k (70,33%) be kerja pad a se ktor primer (pertanian), di ikuti pada sektor sekunder ( petambangan, i ndustri, l istrik, gas, ai r, dan k onstruksi) y aitu se besar 15,36%, sektor tersier (perdagangan, angkutan, keuangan dan jasa) sebesar 11,69%. Tabel 2. No 1 2 3 4
Persentase P enduduk 15 T ahun ke A tas yang B ekerja pada L apangan Kerja Utama di Kabupaten Rote Ndao
Sektor/Lapangan Usaha Primer Sekunder Tersier Lainnya Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao, 2011
1.3
Persentase Penduduk 70,33 15,36 14,31 100
Potensi Sumber daya Alam
Potensi sumber daya alam Kabupaten Rote Ndao yang utama adalah pertanian dan perikanan. Potensi pertanian meliputi pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering. Je nis t anaman utama y ang di usahakan m eliputi t anaman pan gan, sa yuran, buah-buahan, dan tanaman perkebunan. Luas areal pengusahaan pertanian mencapai 128.640 ha. Selain pertanian darat, Kabupaten Rote Ndao memiliki potensi sumber daya pertanian dan perikanan laut. Kabupaten R ote N dao m emiliki su mber day a hut an se luas 45.766 H a y ang terdiri: (1 ) hu tan l indung (24.701 H a), (2) h utan pr oduksi ( 19.000 Ha), dan ( 3) mangrove (1.365 Ha). Dari potensi hutan tersebut baru ditata batas seluas 36.254,54 Ha t erdiri dar i hut an su aka al am dan w isata 3. 562 H a, hut an l indung 17. 929,73 H a, hutan produksi 11.131,90 Ha, dan hutan mangrove 7.157,29 Ha. 76
Terbentuknya pul au R ote m enurut teori y ang ada antara l ain t eori keseimbangan dan teori tubrukan. Pulau Rote terbentuk sebagai akibat dari tubrukan antara sistem busur Banda yang berhubungan dengan benua Asia dengan lempengan Australia. Dalam tubrukan tersebut lempengan Australia berada di bawah lempengan Asia se hingga se cara b erangsur-angsur P ulau R ote t erangkat ( uplift) ke permukaan. Bukti adanya pengangkatan Pulau Rote adalah ditemukannya batu karang atau koral. Kabupaten Rote Ndao memiliki bentangan alam (landscape) yang bervariasi. Daerah pant ai m emiliki k etinggian 0 sa mpai 10 m di atas permukaan l aut ( dpl), sedangkan pada ba gian t engah memiliki k etinggian 200 sa mpai 1500 m dpl . S ecara umum ada beber apa ordo tanah yang dapat dijumpai di Kabupaten Rote Ndao yaitu Entisol, Inceptisol, Alfisol, Molisol, dan Vertisol. Air m erupakan sa lah s atu komponen u tama bagi kehidupan makluk hidup termasuk tanaman. Ketersediaan i nfrastruktur at au pr asarana penunj ang pengembangan pen gairan m erupakan komponen y ang per lu m endapat per hatian sebab keberlanjutan produksi dan atau usaha yang dikembangkan tidak akan berhasil apabila faktor tersebut diabaikan. Dari aspek ketersediaan air tanah dan air permukaan cukup po tensial. B erdasarkan hasi l k ajian N uningsih d kk. ( 2005) di dapatkan bah wa sejak tahun 1992 sampai 2001 telah dibangun sebanyak 30 unit/titik sumur bor yang tersebar di se luruh k ecamatan di K abupaten R ote N dao. T inggi m uka ai r da ri keseluruhan sumur bor antara 2,80 sampai 28,40 m, sementara debitnya berkisar dari 0,90 sampai 343,38 liter detik-1 meter-1. Pola pengg unan ruang/tataguna l ahan di kabupaten R ote N dao um umnya sama dengan pola penggunaan ruang/tataguna lahan di daerah lainnya di NTT. Selain lahan unt uk pe rkampungan, hut an dan l ahan t idur, pen ggunaan si sa l ahan y ang l ain dapat di manfaatkan unt uk u saha-usaha p roduktif. S elain per kampungan, hut an dan lahan t idur, se bagian lahan-lahan pr oduktif y ang ada telah di manfaatkan ol eh masyarakat se tempat untuk usa ha di bi dang pe rtanian ( tanaman pan gan dan hortikultura), per kebunan, per ikanan, dan pet ernakan.Jika di lihat dar i j enis tanaman yang diusahakan ternyata cukup beragam hanya saja pola pengelolaannya masih bersifat subsisten tradisional sehingga hasil yang diperoleh masih rendah. Potensi k ehutanan di K abupaten R ote N dao m eliputi ar eal k awasan hut an seluas 45.766 H a y ang t erdiri: (1) hut an l indung (24.701 H a), (2) hu tan pr oduksi (19.000 H a), dan (3) mangrove ( 1.365 H a). D ari pot ensi h utan t ersebut ba ru di tata batas seluas 36.254,54 Ha terdiri dari hutan suaka alam dan wisata 3.562 Ha, hutan lindung 17.929,73 Ha, hutan produksi 11.131,90 Ha, dan hutan mangrove 7.157,29 Ha. Tabel 3. Distribusi Luasan Lahan Pertanian Menurut Pola Usaha Tani di Kabupaten Rote Ndao Kecamatan
Lahan Kering Sawah (Ha) (Ha) Rote Timur 23.910 6.584 Pantai Baru 14.884 2.734 Rote Tengah 15.820 7.770 Lobalain 10.478 4.093 Rote Barat Rote Barat Laut 17.966 6.880 Rote Selatan Rote Barat Daya 12.597 4.924 Total (Ha) 95.655 32.985 Sumber: Kabupaten Rote Ndao Dalam Angka (BPS, 2011)
Total (Ha) 30.494 17.618 23.590 14.571 24.846 17.521 128.640
77
1.4
Infrastruktur
Ketersediaan sa rana d an pr asarana w ilayah, bai k j umlah m aupun jenisnya merupakan p rasyarat y ang ha rus mendapat p erhatian k e depan. Pada t ahun 20 12 Kabupaten R ote N dao memiliki pan jang jalan negara 30, 08 km, p rovinsi 48, 93 km, jalan kabupaten 369,22 km dan jalan desa dan atau non status 116,46 km. Selain itu, terdapat 38 buah jembatan dengan total panjang jembatan 311,50 m. Jalan dan jembatan yang menghubungkan pusat kabupaten dengan pusatpusat ke camatan y ang ada, dapat di katakan cu kup t ersedia. K endala ya ng di hadapi saat i ni ber kaitan er at dengan kualitas prasarana j alan dan jembatan y ang ada, akibatnya walaupun dari aspek j arak relatif dekat, akan tetapi dengan k ualitas prasarana yang kurang memadai menyebabkan biaya transportasi manusia, barang dan j asa m enjadi t inggi, t ermasuk w aktu tempuh m enjadi l ebih l ama. D emikian juga prasarana j alan y ang m enghubungkan pusa t k ecamatan dan desa -desa y ang umumnya telah tersedia walaupun masih didominasi oleh jalan tanah. Jalan provinsi yang berada dalam kondisi yang baik hanya berkisar 32% sedangkan jalan kabupaten yang masih baik mencapai 60%. Kabupaten Rote Ndao juga Memiliki pelabuhan laut utama di Pantai B aru dan Baa sebagai pelabuhan induk yang melayani mobilisasi masyarakat dan bar ang yang datang dar i K upang ke Rote dan se baliknya at au dar i t empat den gan m enggunakan ferry maupun kapal perintis. Selain itu, terdapat pula pelabuhan pembantu di Papela. Dari 80 buah desa /kelurahan y ang ad a di K abupaten R ote N dao, 49 desa / kelurahan ( 61%) merupakan desa pant ai, maka k etersediaan pr asarana pel abuahan laut menjdadi penting. Umumnya pada semua wilayah kecamatan telah tersedia pelabuhan, mulai dari status pelabuhan rakyat sampai yang dikelola oleh pemerintah (ASDP) dengan intesitas dan aktivitas bongkar muat yang cukup tinggi Berdasarkan gambaran prasarana transportasi di atas, dapat dikatakan bahwa masih diperlukan penataan dan perbaikan sekaligus peningkatan fungsi baik prasarana transportasi darat dan laut, apabila kita mengharapkan kelancaran transportasi barang dan j asa y ang l ebih bai k termasuk dal am m enunjang kegiatan pe rdagangan ba rang dan jasa pertanian dari dan kewilayah Kabupaten Rote Ndao. Kabupaten Rote Ndao juga memiliki satu buah pelabuhan udara, yaitu Bandara Udara Lek unik dengan klasifikasi klas V. Bandara ini terletak di Kecamatan Lobalain yang berjarak 6,75 km dari kota Baa. Bandara Lekunik menjadi salah satu alternatif transportasi antara Kabupaten Rote Ndao (ibu kota Provinsi NTT) dengan Kabupaten Rote Ndao dengan lama waktu tempuh kurang dari 15 menit. 1.5
Ekonomi Wilayah
Perkembangan e konomi wilayah Kabupaten R ote N dao dalam t iga tahun terakhir cukup signifikan dapat dilihat pada grafik pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rote Ndao. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 sebesar 4,68 persen, kemudian meningkat lagi pada tahun 2010 menjadi sebesar 5,14 persen Dalam tahun 2011 terakhir pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan menjadi 5,67 persen. Laju per tumbuhan ek onomi di picu ol eh se ktor jasa 29, 86 persen dan perdagangan se besar 2 8,5 per sen dar i k eseluruhan per tambahan pr oduk r egional domestik brutto.
78
pertumbuhan
6 5 4 3 2 1 0
4.68
5.14
5.67 4.68 5.14 5.67
2009
2010
2011
Gambar 1. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rote Ndao Tahun 2009-2011
1.5.1 Konsumsi Domestik Pengeluaran konsumsi penduduk Kota Kuang menurut kelompok pengeluaran diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel BPS tahun 2011, yang mencakup dua kelompok y aitu konsumsi m akanan dan bu kan makanan. P ersentase pengeluaran konsumsi m akanan dan konsumsi buk an m akanan dar i penduduk Kabupaten R ote N dao dibandingkan pr ovinsi NTT m enurut golongan peng eluaran dapat dibaca pada tabel 4. di bawah ini. Tabel 4. Persentase Penduduk Kabupaten Rote Ndao dan Menurut Golongan Pengeluaran Konsumsi perbulan Tahun 2011 No
Gol Pengeluaran
1 < 100.000 2 100.000 – 149.000 3 150.000 – 199.000 4 200.000 – 299.000 5 300.000 – 499.999 6 ≥ 500.000 Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao, 2012
Persentase Rote Ndao 0,75 5,43 14,63 26,57 31,32 21,29
NTT 0,44 7,23 15,98 29,25 28,67 12,55
1.5.2 Struktur Ekonomi Wilayah Struktur ekonomi wilayah Kabupaten Rote Ndao dapat dilihat pada Produk Domestik Regional Brutto(PDRB), karena PDRB menggambarkan produksi barang dan jasa dari a ktivitas sektor/lapangan usaha. Perekonomian Kabupaten R ote Ndao berdasarkan harga konstan lebih banyak didukung oleh sektor jasa-jasa dengan sumbangan sebesar 43.18% pada tahun 2011, kemudian diikuti oleh sektor Jasa-jasa, sebesar 23.91%, sector perdagangan dan hot el sebesar 16.65 sektor b angunan dan konstruksi 6.10%; dan sektor pengangkutan dan komunikasi 5.14%. Sumbangan yang paling k ecil t erdapat pada se ktor l istrik, gas dan ai r m inum y akni se bbesar 0, 41%. Struktur ekonomi Kabupaten Rote Ndao telihat pada tabel 5. di bawah ini.
79
Tabel 5. Struktur PDRB Kabupaten Rote Ndao Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2009 - 2011 No
Tahun (Persen) 2009 2010 2011 44,73 43,95 43,18 1,28 1,26 1,22 1,92 1,85 1,78 0,35 0,38 0,41 6,27 6,19 6,10 16,19 16,44 16,65 5,19 5,16 5,14 1,58 1,59 1,61 22,49 23,20 23,91 100 100 100
Lapangan Usaha
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Minum Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Restoran, dan Hotel Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa – jasa Jumlah Sumber : Kabupaten Rote Ndao Dalam Angka, BPS, 2012
1.6
Potensi UMKM Jumlah dan perkembangan UMKM di Kabupaten Rote Ndao tahun 2009-2011 dalam se ktor i ndustri dan per dagangan ce nderung m eningkat j umlahnya dar i t ahun 2009 ketahun 2011 seperti nampak pada tabel 6. di bawah ini. Tabel 6. Jumlah UMKM, dalam sektor Industri dan perdagangan di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2011 No A. 1 2 B. 1 2 3 C.
Sektor/Sub Sektor
Industri Menengah: Makanan, minuman dan tembakau Industri kayu bambau dan rotan Industri kecil : Industri Makanan, minuman dan Tembakau Industri tekstil pakaian jadi dan kulit Industri perabot rumah tangga Sektor Perdagangan Total Sumber BPS Kabupaten Rote Ndao 2011
Jumlah Perusahaan (unit)
Tenaga kerja (Orang)
Nilai Investasi (Rp )
11 1
261 173
225.726.000 365.325.000
24 1 14 122 173
117 25 93 669
404.263.000 90.000.000 498.445.000 1.583.759.000
Jumlah Perusahaan U MKM dan n ilai produksi industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga di Kabupaten Rote Ndao pada Tahun 2011 berjumlah 173 unit perusahaan, t otal tenaga k erja 669 orang dan t otal i nvestasi se besar 1. 583.759.000. adapun UMKM di sektor perdagangan berjumlah 122 unit perusahaan tidak tersedia data tentang tenaga kerja dan nilai investasi. Kebijakan pemerintah Kabupaten Rote Ndao sejalan dengan pemerintah pusat dalam peni ngkatan a kses permodalan bag i U MKM dan k operasiyang m eliputi kebijakan un tuk: ( 1) meningkatkan kapasitas kelembagaan dan a kses UMKM pada sumber pe mbiayaan yang m eliputi pr ogram pe ngembangan s kema kredit i nvestasi bagi U MKM, m eningkatkan e fektivitas fungsi dan per an K onsultan K euangan M itra Bank (KKMB), ( 2) m emperkuat si stem pen jaminan kredit ba gi U MKM yang m eliputi program peni ngkatan s ertifikasi t anah unt uk memperkuat penj aminan kr edit U MKM, peningkatan pe ran Lem baga P enjaminan K redit bag i U MKM, d an pr ogram pengembangan sistem resi gudang sebagai i nstrumen pembiayaan bagi UMKM, (3) mengoptimalkan pemanfaatan dana non per bankan untuk pemberdayaan UMKM yang 80
meliputi pr ogram un tuk meningkatkan e fektivitas pemanfaatan dana ber gulir APBN untuk pem berdayaan U MKM se rta restrukturisasi pengeloaan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada BUMN . Pengembangan k ewirausahaan dan su mberdaya m anusia m eliputi k ebijakan untuk: (1) meningkatkan mobilitas dan kualitas SDM melalui program peningkatan askes UMKM pada mobilitas dan kualitas SDM, peningkatan peran Perguruan Tinggi dalam pen gembangan Bussines Development Services Provider (BDS-P) dan pemberdayaan UMKM, pengembangan Koperasi Sivitas Akademika, dan peningkatan program Sarjana Pencipta Kerja Mandiri (Prospek Mandiri), (2) mendorong tumbuhnya kewirausahaan yang berbasis teknologi dengan melaksanakan program pembentukan Pusat I novasi U MKM u ntuk peng embangan kewirausahaan deng an m engoptimalkan peran lembaga yang sudah ada. Peningkatan peluang pasar bagi produk UMKM terdiri atas kebijakan untuk: (1) mendorong dan berkembangnya kreasi produk UMKM melalui program pengembangan i nstitusi pr omosi pr oduk UMKM, pen ingkatan ef ektivitas pengembangan klaster sentra IKM melalui pendekatan One Village One Product, dan program pengembangan akses pasar produk UMKM melalui hotel, (2) mendorong berkembangnya pasar tradisional dan t ata hubungan dagang antar pelaku pasar yang berbasis kemitraan melalui program pemberdayaan pasar tradisional dan peningkatan peran per itel m odern dalam m embuka a kses pasar b agi pr oduk UMKM, ( 3) mengembangkan si stem i nformasi angk utan k apal unt uk U MKM de ngan pr ogram fasilitasi i nformasi tentang an gkutan kapal unt uk U MKM, dan ( 4) m engembangkan sinergitas pasar dengan program pengembangan pasar yang terintegrasi antara pasar penunjang, pasar induk dan pasar tradisional.
1.7
Perbankan UMKM
Industri per bankan be rfungsi se bagai penghi mpun dan peny alur dana masyarakat memegang peranan sentral dalam perkembangan usaha dan perekonomian termasuk didalamnya usaha UMKM. Proses penghimpunan dan penyaluran dana t ersebut a kan sa ngat ber pengaruh t erhadap a ktivitas UMKM. K risis moneter yang mulai terjadi tahun 1998 dan pada saat ini meskipun belum terjadi krisis namun terdepresiasinya nilai mata uang rupiah terhadap US dollar, menyebabkan meningkatnya kewajiban dalam rupiah bagi bank yang menghimpun dana dalam valuta asing. Disisi lain lesunya sektor riil menyebabkan meningkatnya kredit macet, sehingga mengakibatkan pula menurunnya kualitas aktiva produktif bank. Jumlah bank umum yang beroperasi di Kabupaten Rote Ndao sampai deng an akhir tahun 2012 tercatat sebanyak tiga unit kantor cabang bank, yang terdiri dari dua bank Pemda NTT dan satu unit bank BRI. Jumlah nasabah yang menabung uangnya di bank-bank tersebut mencapai 19.042 nasabah dengan total tabungan mencapait Rp. 145.523.298.566.- Jumlah kredit yang telah disalurkan kepada para kreditur oleh Bank BRI sebesar Rp 45.157.584.000.- dan bank NTT sebesar Rp 96.324.810.567.-
81
BAB II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN ROTE NDAO 2.1
Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten Rote Ndao
Hasil analisis dan penetapan KPJu unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan Metode Perbandingan Eksponensial ( MPE) dengan berdasarkan pada 4 ( empat) kriteria dan bobot kepentingannya (Lihat laporan tingkat provinsi). Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon K PJu ungg ulan p er se ktor usa ha un tuk t ingkat Kabupaten Rote N dao. Ha sil proses agregasi den gan m enggunakan metode B orda, di tetapkan m aksimum 1 0 kandidat KPJu unggulan Kabupaten Rote Ndao yang mempunyai nilai skor tertinggi. Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi unt uk setiap t ujuan pene tapan K PJu ungg ulan, serta skor t erbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Skor Terbobot Tingkat Keunggulan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Rote Ndao Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan Peningkatan Pertumbuhan Sektor Usaha Lapangan Daya Saing Ekonomi Kerja Produk (0,2692) (0,3615) (0,3694) Tanaman Pangan 0,1382 0,1674 0,1394 Peternakan 0,1561 0,1168 0,1213 Pariwisata 0,1234 0,1086 0,1399 Perindustrian 0,0907 0,1180 0,0975 Perdagangan 0,0830 0,0715 0,0827 Perikanan 0,0661 0,0637 0,0947 Kehutanan 0,0720 0,0732 0,0797 Jasa-Jasa 0,1088 0,0575 0,0598 Perkebunan 0,0614 0,0877 0,0580 Angkutan 0,0641 0,0520 0,0718 Pertambangan 0,0360 0,0836 0,0551 Sumber: Hasil Olahan Data primer
Skor Terbobot Gabungan
Ranking
0,1492 0,1291 0,1242 0,1031 0,0788 0,0758 0,0753 0,0721 0,0697 0,0626 0,0603
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pe rtumbuhan e konomi dal am r angka pen etapan K PJu un ggulan di K abupaten Rote N dao adal ah se ktor P erdagangan, se dangkan sektor usa ha per ikanan m emiliki skor terbobot tertinggi untuk tujuan penciptaan lapangan kerja, dan tujuan peningkatan daya sa ing pr oduk. D engan m emperhatikan bobot k epentingan dar i m asing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM m aka se ktor us aha Tanaman P angan merupakan pr ioritas pertama. S ektor usaha l ain ber dasarkan t ingkat kepentingannya ber turut-turut adal ah sektor usa ha peternakan, pariwisata per industrian, sektor usa ha per dagangan, perikanan, kehutanan, jasa-jasa, perkebunan, angkutan dan pertambangan.
82
2.2.
KPJU Unggulan Per Sektor di Kabupaten Rote Ndao Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pel aksanaan FGD bese rta bobo t kepentingan m asing-masing kriteria y ang t elah di hasilkan sebelumnya (Tabel 7), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rangking dan Skor Terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Rote Ndao
1 2
Sektor Usaha/ KPJu Unggulan Padi dan Palawija Kacang Tanah Padi Sawah Ubi Jalar Jagung Padi Ladang Buah-Buahan Pisang Semangka Nangka Mangga Pepaya Peternakan Sapi Ayam Kampung
3 4 5
Babi Kambing Kerbau
No 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Pariwisata Kedai makanan Warung makan Pertunjukkan seni/budaya hotel melati Penyediaan makanan keliling Perdagangan 1 Hasil pertanian/Hortikultura 2 Sembako 3 Ternak dan hasil-hasilnya 4 Bahan bangunan 5 Ikan dan hasilnya Angkutan 1 Angkutan barang umum (truk, pick up) 2 Angkutan bus antar kota 3 Angkutan bus pariwisata 4 Angkutan laut domestik penumpang 5 Angkutan bus dalam kota Pertambangan 1 Tanah urukan 2 Pasir 3 Batu bangunan Sumber: Hasil Olahan Data primer 1 2 3 4 5
SkorTerbobot
No
0,2000 0,1689 0,1432 0,1427 0,0933
1 2 3 4 5
0,1715 0,1618 0,1161 0,1159 0,0997
1 2 3 4 5
0,1928
1 2
0,1817 0,1553 0,1355 0,1218 0,1892 0,1500 0,1317 0,1133 0,1091 0,1591 0,1581 0,1279 0,1254 0,1050 0,1653 0,1460 0,1297 0,1091 0,1030
3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Sektor Usaha/ KPJu Unggulan Sayuran Bawang Merah Kangkung Terong Kacang Panjang bawang putih Perkebunan Kelapa Pinang Jambu Mete Jarak Pagar Kemiri Perikanan Usaha budidaya rumput laut Usaha Penangkapan ikan di laut Usaha budidaya tambak Tambak garam Usaha budidaya di perairan umum Industri industri gula lontar Industri kain tenun ikat minyak kayu putih Penggilingan padi Pengergajian kayu (mis: untuk menjadi balok) Jasa-jasa Perbengkelan Sewa kos-kosan Jasa travel (ticket) Keuangan Servis perbaikan elektronik Kehutanan Penyadapan Aren dan Nira Lontar Pemungutan Madu Budidaya madu
SkorTerbobot 0,2186 0,0640 0,0439 0,0537 0,2535 0,3324 0,2100 0,1181 0,1024 0,0596 0,3806 0,2105 0,1147 0,1009 0,0467 0,2019 0,1958 0,1904 0,0806 0,0745 0,2128 0,1722 0,1637 0,0987 0,0914 0,2528 0,1457 0,1114
Bambu
0,1078
Budidaya madu
0,1006
0,4946 0,2139 0,1779
83
2.3
KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Rote Ndao
Dalam r angka m emenuhi k ebutuhan i nformasi t entang penet apan kompetensi inti daer ah di lakukan penet apan K PJu unggulan Li ntas sektor. D engan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 7.) serta hasi l sk or K PJu ungg ulan se tiap se ktor usa ha y ang t elah di peroleh ( Tabel 8.) dilakukan analisa dengan menggunakan Metoda Bayes. Berdasarkan hasi l anal isis, di peroleh 10 (sepuluh) K PJu un ggulan l intas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 9. Pada T abel 9. dapat di lihat bahw a 5 (lima) K PJu un ggulan l intas sektor di Kabupaten Rote Ndao adalah Industri Gula Lontar (terutama untuk produksi Gula Lempeng, dan Gula Semut), Industri Kain Tenun Ikat, Minyak Kayu Putih, Usaha Ternak Sapi dan U saha Ternak Ayam Kampung. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan K PJu un ggulan l intas sektor usa ha be rdasarkan ni lai s kor t erbobot m asingmasing KPJu dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Rote Ndao No KPJu Unggulan 1 Industri gula lontar 2 Industri kain tenun ikat 3 minyak kayu putih 4 Sapi 5 Ayam Kampung 6 Kedai makanan 7 Perbengkelan 8 Babi 9 Usaha budidaya rumput laut 10 Warung makan Sumber: Hasil Olahan Data primer
Skor Terbobot 0,0280 0,0272 0,0264 0,0253 0,0238 0,0237 0,0208 0,0204 0,0203 0,0188
Sektor Usaha Industri Industri Industri Peternakan Peternakan Pariwisata Jasa-Jasa Peternakan Perikanan Pariwisata
Pada ur utan ke ena m dan se terusnya, se bagai K PJu ungg ulan l intas sektor berturut-turut adalah kedai makan, perbengkelan, usaha ternak babi, usaha budi daya rumput l aut, dan w arung m akan. A pabila di telaah l ebih l anjut da ri 10 K PJu ungg ulan lintas sektor, maka sektor unggulan di Kabupaten Rote Ndao umumnya berada pada sektor usaha peternakan dan perikanan. 2.4
Hasil Analisis Perspektif Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Rote Ndao
Kedudukan K PJu U nggulan di Kabupaten R ote N dao berdasarkan hasi l penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut:
84
Tabel 10. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Rote Ndao No
KPJu Unggulan
1 Industri gula lontar 2 Industri kain tenun ikat 3 minyak kayu putih 4 Sapi 5 Ayam Kampung 6 Kedai makanan 7 Perbengkelan 8 Babi 9 Usaha budidaya rumput laut 10 Warung makan Sumber: Hasil Olahan Data primer
Skor 4,0 4,5 2,5 3,5 3,0 4,0 4,0 3,5 2,5 4,0
Prospek Kategori Sangat baik Sangat baik Cukup baik Sangat baik Baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Cukup baik Sangat baik
Skor 4,0 4,5 3,5 3,5 3,0 4,0 3,5 3,5 4,0 4,0
Potensi Kategori Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Kuadran I I I I II I I I III I
Seperti dapat di lihat pada T abel 10. di atas, terdapat 6 KPJu U nggulan lintas Sektor, dalam anlisis kuadran KPJu tersebut berada pada Kuadran I, yaitu mempunyai Prospek dan Potensi saat ini yang sangat baik atau baik.
85
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 3.1.
Kesimpulan
3.2.
Rekomendasi
1.3.1. Pada t ataran tujuan, unt uk peng embangan U MKM, t erpenting adal ah unt uk tujuan “peningkatan daya saing produk” diikuti berturut turut oleh “penyerapan tenaga kerja” kemudian “ pertumbuhan e konomi. K ondisi de mikian, menunjukkan bahwa para pemikir, pengambil kebijakan serta praktisi pengembangan UMKM di Provinsi N usa Tenggara T imur (termasuk u ntuk Kabupaten Rote Ndao) sangat menyadari pentingnya daya saing produk dalam pengembangan U MKM di N TT, karena t anpa d aya sa ing, out put dar i UMKM akan su lit be rsaing di pas ar. K etidak mampuan ber saing di pasa r ak an berakibat pada rendahnya ketahanan dan keberlanjutan UMKM. 1.3.2. Kriteria penen tuan K PJU U nggulan t erpenting (ranking kepentingan) be rturutturut adal ah 1) ketersediaan t eknologi, 2 ) ketersediaan pasa r, 3) manegemen usaha, 4) penyerapan tenaga kerja, 5) ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan, 6) ketersediaan sa rana pr oduksi, 7) a ksesibilitas terhadap/ kebutuhan modal, 8) sumbangan terhadap perekonomian daerah, 9) harga/nilai tambah, 10) ketersediaan bahan bak u dan y ang terakhir adal ah 11) aspek sosial budaya. 1.3.3. Untuk peng embangan U MKM, se ktor ut ama di Kabupaten R ote N dao adalah sektor Pertanian ( tanaman pan gan) diikuti be rturut-turut ol eh: Peternakan, Pariwisata, Perindustrian, Perdagangan, Perikanan, Kehutanan, Jasa-jasa, Perkebunan, Angkutan, dan Pertambangan. 1.3.4. Sepuluh K PJU U nggulan l intas sektor unt uk pene gmbangan U MKM d i Kabupaten Rote Ndao berturut-turut adalah: 1) Industri gula lontar, 2) Industri kain tenun ikat, 3) minyak k ayu putih, 4) Sapi, 5) Ayam Kampung, 6) kedai makanan, 7 ) per bengkelan, 8) babi , 9 ) usa ha b udidaya r umput l aut, da n 10) warung makan. 1.3.5. Dari sudut pandang potensi dan pr ospek, masing-masing dengan kategori baik sampai sangat baik adalah : 1) Industri gula lontar, 2) Industri kain tenun ikat, 3) minyak kayu putih, 4) sapi, 5) kedai makanan, 6) perbengkelan, dan 7) warung makan. 3.2.1. Upaya ber bagai pi hak dalam peng embangan U MKM d i N TT t ermasuk Kabupaten Rote Ndao mestinya memberi perhatian yang tinggi pada minimal 5 (lima) hal penting sebagai necessery condition (syarat k eharusan) yaitu: peningkatan kemampuan teknologi usaha, pengembangan ketersediaan pasar, pembinaan m enegemen usa ha, p enyerapan t enaga kerja (padat karya), dan peningkatan ketrampilan tenaga kerja UMKM. Faktor-faktor lainnya bukanlah tidak penting, t etapi l ebih m erupakan suffisien condition (syarat ke cukupan) dalam pengembangan dan pembinaan UMKM di NTT. 3.2.2. Dalam r uang l ingkup rekomendasi ( 1), di harapkan ber bagai pi hak yang berperan dalam pen gembangan UMKM di Kabupaten Rote Ndao disarankan untuk mengembangkan UKM di bi dang K PJU U nggulan y ang se cara p otensi 86
dan prospek tergolong baik dan sangat baik, yaitu: Industri Gula Lontar, Industri Tenun Ikat, Industri Minyak Kayu Putih, Usaha Ternak Sapi, Kedai Makan Perbengkelan, dan Warung Makan. 3.2.3. Upaya untuk mengembangan dan memberdayakan ke-10 KPJu Unggulan UMKM dapat dilaksanakan secara efektif dan be rkelanjutan, sebaiknya diawali dengan identifikasi dan pe metaan masing-masing KPJu Unggulan oleh masing sektor (SKPD) yang implementasinya dilaksanakan secara terkoordinasi. Untuk menghindari t erjadinya ketimpangan pr ogram, di sarankan a gar d ibentuk sebuah forum atau kelompok kerja pengembangan dan pem berdayaan UMKM di bawah koordinasi langsung oleh Sekretaris Daerah. 3.2.4. Lembaga perbankan – terutama BUMN – diharapkan partisipasi aktifnya untuk turut se rta m embantu membina dan mengembangkan K PJu dar i asp ek teknis perbankan se hingga memungkinkan pa ra pelaku U MKM lebih mudah mengakses pembiayaan y ang ber asal dar i per bankan. P erlu di pertimbangkan untuk m embentuk se buah badan k oordinasi per bankan di t ingkat l okal y ang secara reguler dapat berkoordinasi langsung dengan para pelaku UMKM, yang berfungsi sebabagi f orum k omunikasi dan konsultasi ant ara pi hak per bankan dengan pa ra pel aku U MKM. U ntuk i tu B upati R ote N dao dapat ber koordinasi dengan perbankan setempat, terutama Bank NTT dan pihak Perwakilan BI NTT untuk memprakarsai terbentuknya wadah tersebut.
87
BAB I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN SABU RAIJUA 1.1
Kondisi Fisik Wilayah
Kabupaten S abu R aijua se cara fisik terletak diantara 10 0 25’7,12” - 100 49’45,83” Li ntang S elatan dan ant ara 121 0 16’10,78 - 1220 0’30,26” B ujur T imur. Adapun batas-batas kabupaten Sabu Raijua adalah sebagai berikut: sebelah Utara, Timur dan Barat dengan Laut Sabu dan Selatan dengan Samudera Hindia. Secara geografis Kabupaten S abu R aijua mengalami m usim k emarau yang panjang mencapai 8 bulan kemarau A pril sa mpai deng an O ktober dan em pat bul an hujan y akni bul an Maret s/ d N opember. P ada Tahun 2012 jumlah hari huj an ada 90 hari, dan r ata-rata sangat r endah curah hu jan rendah. Curah hu jan t ertinggi pad a bulan Januari yakni 185,3mm dan curah hujan terendah bulan Mei yaitu 34,7mm. Ratarata curah hujan pada tahun 2012 mencapai 62,11 mm. Rata-rata ketinggian wilayah di Kabupaten Sabu Raijua berada pada adalah 0100 meter diatas permukaan laut. Disamping itu, pada umumnya permukaan tanahnya berbukit-bukit dengan rata-rata kemiringan 450 dengan perincian sebagai berikut: • 00 - 100 = 15 % • 100 – 500 = 55 % • 500 - 1000 = 30 % Jenis tanah y ang do minan di w ilayah K abupaten S abu R aijua adal ah A lluvial, Grumosol, Litosol, dan Mediteran dengan tekstur tanah halus sampai kasar. Selain itu, terdapat juga gunung-gunung kapur yang terbentang di sepanjang kawasan kabupaten ini. Data iklim mencakup data tentang temperatur (suhu) berkisar 23 0 pada malam hari dan 300 pada siang hari. dan tekanan udara, kondisi angin (kelembaban, arah dan kecepatan), penyinaran matahari dan intensitas hujan di Kabupaten Sabu Raijua. Sebagian besar flora di Kabupaten Sabu Raijua terdiri dari padang rumput yang luas, pohon lontar, pohon pi nus, g ewang dan hutan mangrove. Sementara faunanya terdiri atas hewan-hewan m enyusui besa r se perti k erbau,sapi, kambing dan babi , dom ba, dan hewan ungagas, ayam dan itik. Dari aspek Pemerintahan Kabupaten Sabu Raijua terdiri dari enam kecamatan, 58 desa dan l ima kelurahan. Adapun Ju mlah kecamatan, l uas wilayah, dan j umlah desa/kelurahan dapat dlihat pada tabel 1. berikut ini. Tabel 1. Jumlah kecamatan, luas wilayah, dan jumlah desa/kelurahan No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Jumlah Desa/Kel 1 Raijua 39.05 2 Sabu Barat 185.16 3 Hawu Mehara 62.81 4 Sabu Timur 37.21 5 Sabu Lia’E 57.62 6 Sabu Tengah 78.62 Total 460.47 Sumber: Sabu Raijua dalam angka, 2012
5 18 10 10 8 12 63
Kecamatan S abu B arat den gan l uas wilayah t erbesar 185. 16 km2 dan Kecamatan Sabu Timur dengan luas wilayah terkecil 37,21 km2. 88
1.2
Demografis
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk Kabupaten Sabu Raijua tahun 2010 berjumlah 72.960 jiwa, sedangkan pada tahun 2011 berjumlah 74.403 j iwa. Dengan demikian telah terjadi penambahan pendudu k sebesar 1,98 % pada tahun 2011. Berdasarkan jenis kelamin, di tahun 2011 jumlah penduduk laki-laki sebanyak 38. 113 or ang dan per empuan 36. 290 or ang, se hingga r asio j enis kelamin pada tahun tersebut adalah sebesar 105 yang berarti secara umum setiap 100 or ang penduduk pe rempuan terdapat 105 or ang l aki-laki. S ementara i tu, a da se banyak 19.851 keluarga di kabupaten ini pada tahun 2011 dengan r ata-rata anggota keluarga sebanyak 4 jiwa/keluarga. Tingkat k epadatan penduduk di ka bupaten Sabu R aijua pada tahun 2011 adalah 162 jiwa/km2. Kepadatan penduduk berbeda di masing-masing kecamatan atau secara um um dapat di katakan bahw a persebaran pendudu k belum se penuhnya merata. H awu M ehara dengan j umlah penduduk 15.598 jiwa di tahun 2 011 dan l uas wilayah 62, 81 km2 merupakan kecamatan de ngan t ingkat kepadatan pendud uk tertinggi yakni jiwa/km2. Sebaliknya, Sabu Tengah, merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yakni 94 jiwa/km2. Sementara i tu, Sabu B arat, y ang ber penduduk terbanyak se rta m erupakan pusat pemerintahan dan aktifitas ekonomi, memiliki kepadatan penduduk sebesar jiwa/km2 atau l ebih r endah dar i S abu Li ae, R aijua dan S abu Timur. Hal in i t idak terlepas dari luas wilayahnya yang mencapai 185,16 km2, sedangkan lima kecamatan lainnya mempunyai luas dibawah 80 km2 1.3
Potensi Sumber Daya Alam
Potensi sumber daya alam di Kabupaten sabu Raijua yang utama meliputi pertanian dan perikanan. Potensi pertanian meliputi pertanian lahan basah 2,49 % dan pertanian l ahan k ering 97,51%. Je nis tanaman ut ama y ang di usahakan meliputi tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, dan tanaman perkebunan kelapa. Luas areal pengusahaan pertanian mencapai 42.323 ha. Selain pertanian darat, Kabupaten Sabu Raijua memiliki pot ensi sumber day a perikanan laut serta tambak garam. Kabupaten Sabu R aijua m emiliki s umber day a hut an seluas 7548 ha y ang t erdiri dar i hut an lindung seluas 7.523 Ha dan hutan mangrove 25 ha. Air m erupakan sa lah s atu komponen u tama bagi k ehidupan makluk hidup termasuk t anaman. Ketersediaan infrastruktur at au pr asarana penunj ang pengembangan pen gairan m erupakan komponen y ang per lu m endapat per hatian sebab keberlanjutan produksi dan atau usaha yang dikembangkan tidak akan berhasil apabila faktor tersebut diabaikan. Dari asp ek ketersediaan ai r tanah dan air pe rmukaan c ukup po tensial telah dibangun cekdam di Mesara, Sabu Barat, Sabu Timur dan Sabu Tengah. Pola penggunan ruang/tataguna lahan di Kabupaten Sabu Raijua umumnya sama dengan pola penggunaan ruang/tataguna lahan di daerah lainnya di NTT. Selain lahan untuk perkampungan, hu tan dan l ahan t idur, pen ggunaan si sa l ahan y ang l ain dapat dimanfaatkan untuk usaha-usaha produktif. 1.4
Infrastruktur Wilayah
Infrastruktur wilayah Kabupaten Sabu Raijua, merupakan kebutuhan mendesak karena kabupaten i ni hasi l pem ekaran baru dar i K abupaten K upang sehingga 89
dibutuhkan gedung pemerintah. Jalan dan j embatan merupakan prasyarat yang harus mendapat perhatian ke depan. Jalan dan j embatan yang menghubungkan pusat kabupaten dengan pusat-pusat kecamatan yang ada, dapat dikatakan sudah tersedia namun dal am kondisi r usak. K endala y ang di hadapi sa at i ni ber kaitan er at den gan kualitas prasarana jalan dan jembatan yang ada, akibatnya walaupun dari aspek jarak relatif dekat, akan tetapi dengan kualitas prasarana yang kurang memadaii menyebabkan bi aya t ransportasi manusia, bar ang dan j asa m enjadi tinggi, termasuk waktu tempuh menjadi lebih lama. Kondisi infrastruktur jalan raya di Kabupaten Sabu Raijua Tabel 2. Tabel 1.2. Kondisi Jalan Provinsi di Kabupaten Sabu Raijua tahun 2010-2011 No 1 2 3
Kondisi Jalan Baik Sedang Rusak Total Sabu Raijua dalam angka, 2012
Tahun 2010 (km)
16.50 10.50 18 45
Tahun 2011 (km)
9.5 10.5 25 45
Demikian j uga prasarana j alan y ang menghubungkan pu sat kecamatan dan desa-desa yang umumnya telah tersedia walaupun masih didominasi oleh jalan tanah. Jalan provinsi yang berada dalam kondisi yang rusak hanya berkisar 55% sedangkan jalan kabupaten yang masih baik mencapai 45%. Kabupaten Sabu Raijua juga Memiliki pelabuhan laut utama di Seba-Sabu Barat, dan pelabuhan Biu di Sabu Timur dan juga di Pulau Raijua sebagai pelabuhan induk yang melayani mobilisasi masyarakat dan barang yang datang dari Kupang ke Sabu dan se baliknya at au dar i t empat lain S umba Fl ores dan S ulawesi, dengan menggunakan ferry ASDP, PELNI maupun kapal perintis. Dari 63 buah desa /kelurahan y ang ada di K abupaten Sabu Raijua, lebih dar i 60% desa/kelurahan merupakan desa pan tai, m aka ketersediaan prasarana pelabuahan laut menjadi penting karena baik pelabuhan rakyat maupun yang dikelola oleh pemerintah (ASDP) dengan intesitas dan aktivitas bongkar muat yang cukup tinggi. 1.5
Ekonomi Wilayah
Perkembangan ekonomi suatu wilayah secara umum dapat dilihat dari berbagai perubahan, seperti peningkatan produksi, pertumbuhan dan aktivitas perekonomian, jumlah i nfrastruktur dan se bagainya. H al ini s ejalan deng an t ujuan pem bangunan wilayah i tu se ndiri y akni l ebih m eningkatkan kemakmuran rakyatnya y ang pad a akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat di suatu wilayah. 1.5.1
Konsumsi Domestik
Konsumsi dom estik pe nduduk K abupaten S abu R aijua m enurut kelompok pengeluaran di peroleh dar i S urvei S osial E konomi Nasional ( Susenas) P anel BPS tahun 2011, y ang mencakup dua kelompok y aitu konsumsi m akanan dan bu kan makanan. K eadaan pengeluaran konsumsi makanan dan konsumsi bukan m akanan dari penduduk Kabupaten Sabu Raijua dapat dibaca pada tabel 3. di bawah ini.
90
Tabel 3. Pengeluaran perbulan Konsumsi Makanan Penduduk di Kabupaten Sabu Raijua No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kelompok Barang Makanan Padi-padian Ubi-ubian Ikan Daging telur dan Susu Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan Lemak Bahan Minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi Lainnya Makanan & Minuman Jadi Total Sabu Raijua dalam angka, 2011
Nilai Konsumsi (Rp) 69.333 1.879 7.137 11.769 1.740 14.002 9.318 2.571 4.061 25.693 2.584 1.554 18.028 185 324,85
Nilai Konsumsi bahan makanan Penduduk di Kabupaten sabu Raijua yang dominan adalah konsumsi padi-padian, bahan minuman dan makanan jadi. A dapun konsumsi domestik kelompok non makanan dapat dilihat pada tabel 1.4. di bawah ini. Tabel 1.4. Pengeluaran perbulan Konsumsi Non Makanan Penduduk di Kabupaten Sabu Raijua No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kelompok Barang Non Makanan Perumahan, Bahan Bakar, Penerangan & Air Barang dan Jasa Biaya Pendidikan Biaya Kesehatan Pakaian, Alas Kaki & Tutup Kepala Barang Tahan Lama Pajak Pemakaian dan Premi Asuransi Pesta dan Upacara Total Sabu Raijua dalam angka, 2012
Nilai Konsumsi (Rp) 43.697 19.197 5.342 1.574 4.612 8.704 1.024 1.501 85.655,34
Dari dat a pen geluaran p enduduk Sabu R aijua d alam se bulan nam pak bahwa Pengeluaran ba rang konsumsi bahan makan masih l ebih t inggi dar i peng eluaran konsumsi non makanan; 1.5.2
Struktur Ekonomi
Kabupaten Sabu R aijua m erupakan kabupaten baru hasi l pemekaran dar i Kabupaten Kupang kabupaten induk. Kabupaten Sabu Raijua pada saat ini tahun 2013 telah menjalani sekitar empat tahun sebagai kabupaten mandiri juga mengalami berbagai peningkatan di beberapa sektor ekonomi. Hingga tahun 2012, estimasi total nilai t ambah se ktor-sektor e konomi at as dasar harga be rlaku di ka bupaten i ni mencapai 441, 99 m ilyar r upiah at au m eningkat 13, 34% dari tahun se belumnya. Sementara, atas dasar harga konstan bernilai 170,28 milyar rupiah atau meningkat sebesar 6,68% dari tahun 2011.
91
Tabel 5.
PDRB Kabupaten Sabu Raijua Atas Dasar Konstan dan harga Berlaku Tahun 2010-2012 (juta rupiah) Tahun Harga Konstan Harga Berlaku 2010 327.243,53 146.943,14 2011 389.962,72 159.624,95 2012 441.994,03 170.283,30
Sabu Raijua dalam Angka, 2012
Distribusi PDRB Kabupaten Sabu Raijua hingga tahun 2011 masih didominasi oleh sektor pertanian. Namun, dal am tiga tahun terakhir, Persentasenya mengalami penurunan. Di tahun 2010 se ktor pertanian berkontribusi sebesar 48,60%, sedangkan pada t ahun 2012 menjadi 39, 85%. S ektor j asa-jasa m erupakan kontributor t ertinggi kedua den gan pe ranan sebesar 20, 48% di t ahun 2010. Pada t ahun 20 11, kontribusi sektor yang didominasi jasa pemerintahan umum ini meningkat hingga 25,20%, namun kemudian turun menjadi 24,51% di tahun berikutnya. Pada urutan ketiga adalah sektor perdagangan, ho tel dan restoran den gan per anan se besar 19, 27% di t ahun 2012. Peranan ini meningkat dibanding dua tahun sebelumnya. Sementara itu, sektor lain yang kontribusinya masih cukup signifikan terhadap pembentuk nilai PDRB Kabupaten Sabu R aijua adal ah sektor ban gunan/konstruksi. T ahun 2010, ni lai tambah se ktor i ni sebesar 5, 34% dari t otal ni lai P DRB di t ahun y ang sa ma. S eiring den gan meningkatnya aktifitas pembangunan infrastruktur untuk mendukung pembangunan di Sabu Raijua, peranan sektor konstruksi masih juga terus meningkat hingga 8,32% di tahun 2012. Kabupaten S abu R aijua secara resmi t erbentuk pada t ahun 2009, dengan pendapatan daer ah i ni t ercatat hany a 10, 16 m ilyar r upiah. N amun dem ikian di t ahun berikutnya 2010 meningkat menjadi 120,22 milyar rupiah atau bertambah lebih dari 110 m ilyar r upiah. A ngka t ersebut t erus meningkat menjadi 289, 33 m ilyar di tahun 2011 atau meningkat sekitar 141% dari tahun 2010. Sumber pendapatan pemerintah Sabu Raijua tahun 2011 masih bersumber dari Dana P erimbangan khususnya dar i D ana A lokasi U mum ( DAU) dan Dana A lokasi Khusus (DAK). T otal Kontribusi Dana P erimbangan pada pendapa tan pem erintah Kabupaten S abu R aijua t ahun 2011 m encapai 91 %. S ementara itu, pe ranan Pendapatan A sli D aerah m asih bel um s ignifikan y akni hany a se kitar 2 %. Realisasi belanja daerah ini tahun 2009 hanya sebesar 4,65 milyar rupiah dan kemudian bertambah sekitar 99 milyar rupiah di tahun 2010. Pada tahun 2011, realisasi belanja daerah mencapai 200,64 milyar rupiah atau meningkat sekitar 102% dari tahun 2010. Dari total belanja selama tahun 2011 tersebut, sekitar 59% termasuk dalam j enis belanja l angsung y ang penggunaan u tama unt uk bel anja m odal dan b elanja bar ang dan jasa. 1.6
Potensi UMKM
Pemerintah Kabupaten Sabu R aijua mendukung pembangunan dan pertumbuhan UMKM dan K operasi dengan m enyediakan fasiltas m odal da n pemberdayaan m elalui dinas Perindustrian dan P erdagangan se rta koperasi. K arena UMKM perlu d itumbuh k embangkan se hingga m enjadi kokoh dan ber akar dal am masyarakat, agar dapat mendukung per ekonomian nasi onal deng an tetap memperhatikan kendala dan peluang yang ada utnuk terus ditingkatkan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang lebih baik dari sebelumnya. 92
Meskipun secara k uantitas belum terjadi peni ngkatan dan per tumbuhan y ang sangat si gnifikan di mana pada t ahun 20 10 jumlah UMKM d i Sabu Raijua 70 UMKM meningkat menjadi hanya 101 UMKM pada tahun 2011. Namun Hal ini cukup berarti bahwa adan ya kesadaran dan m inat dari m asyarakat untuk secara b ersama-sama membangun diri sebagai pelaku usaha dan dapat meningkatkan perekonomian melalui UMKM dan Koperasi. Jumlah dan perkembangan UMKM di Kabupaten Sabu Raijua tahun 2010-2011 dalam se ktor i ndustri dan per dagangan ce nderung m eningkat j umlahnya dar i t ahun 2010 ke tahun 2011 seperti nampak pada tabel 6. Tabel 6. Jumlah Dan Perkembangan UMKM Menurut Sektor Usaha di Kabupaten Sabu Raijua Tahun 2010-2011 Sektor Industri pengolahan/penggilingan Gas dan Air Minum perdagangan eceran Angkutan dan pergudangan Jasa Perorangan Total Sumber: Sabu Raijua Dalam Angka, 2012
1.7
Jumlah UMKM Tahun 2010
26 4 32 8 70
Jumlah UMKM Tahun 2011
26 4 48 8 15 101
Perbankan dan UMKM
Perbankan ber fungsi s ebagai pen ghimpun da n peny alur dana masyarakat memegang peranan sentral dalam perkembangan usaha dan per ekonomian termasuk didalamnya usaha UMKM. Proses penghimpunan dan peny aluran dana t ersebut akan sangat berpengaruh terhadap aktivitas UMKM. Krisis moneter yang mulai terjadi tahun 1998 dan pada sa at i ni m eskipun bel um terjadi kr isis namun terdepresiasinya ni lai mata uan g rupiah t erhadap U S dol lar, menyebabkan m eningkatnya ke wajiban dal am rupiah bagi bank yang menghimpun dana dalam valuta asing. Disisi lain lesunya sektor riil m enyebabkan m eningkatnya kr edit macet, se hingga m engakibatkan pul a menurunnya kualitas aktiva produktif bank. Jumlah bank umum yang beroperasi di Kabupaten Sabu Raijua sampai dengan akhir t ahun 2012 t ercatat se banyak satu unit kantor ca bang ban k BRI, dan satu unit bank NTT. Jumlah nasabah yang menabung uangnya di bank-bank tersebut mencapai 8.185 nasabah dengan total tabungan mencapai jumlah Rp. 122.825.274.000.- Jumlah kredit yang telah disalurkan kepada para masyarakat oleh Bank BRI tidak tersedia data sedangkan oleh bank NTT sebesar Rp 44.808. 000.000.-
93
BAB II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN SABU RAIJUA 2.1
Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Provinsi NTT
Hasil analisis dan penetapan KPJu unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di se tiap kecamatan di K abupaten S abu R aijua di lakukan de ngan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dengan berdasarkan pada 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya (Tabel 7.). Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per se ktor u saha unt uk tingkat K abupaten S abu R aijua. Hasil pr oses agregasi den gan m enggunakan metode B orda, di tetapkan maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kabupaten Sabu Raijua yang mempunyai nilai skor tertinggi. Berdasarkan hasi l FG D, anal isis AHP m enghasilkan s kor t erbobot se tiap se ktor ekonomi unt uk setiap t ujuan p enetapan K PJu ungg ulan, se rta skor t erbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Sabu Raijua Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan Peningkatan Pertumbuhan Sektor usaha Lapangan Daya Saing Ekonomi Kerja Produk (0,2692) (0,3615) (0,3694) Tanaman Pangan 0,1676 0,1741 0,1429 Peternakan 0,1350 0,1411 0,1439 Perikanan 0,1378 0,0944 0,1233 Perdagangan 0,1181 0,1085 0,1167 Angkutan 0,0888 0,0789 0,0752 Perkebunan 0,0640 0,1042 0,0640 Jasa-Jasa 0,0440 0,0686 0,1091 Pariwisata 0,0841 0,0843 0,0632 Perindustrian 0,0598 0,0547 0,0638 Kehutanan 0,0521 0,0432 0,0528 Pertambangan 0,0489 0,0481 0,0450 Sumber: Hasil Olahan Data primer
Skor Terbobot Gabungan 0,1608 0,1405 0,1168 0,1141 0,0802 0,0785 0,0770 0,0765 0,0594 0,0491 0,0472
Ranking 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pada Tabel 7. dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai ketiga t ujuan penel itian dalam r angka pene tapan K PJu ungg ulan di K abupaten S abu Raijua adal ah se ktor u saha t anaman pan gan. M emiliki sk or t ertinggi pada t ujuan pertumbuhan e konomi, dan t ujuan penci ptaan l apangan kerja. S edangkan unt uk peningkatan day a sa ing pr oduk m aka sektor usaha pet ernakan memiliki ni lai yang lebih bai k. D engan memperhatikan bobot kepentingan da ri m asing-masing t ujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM maka sektor usaha Tanaman Pangan merupakan prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan t ingkat k epentingannya berturut-turut adal ah P eternakan, Perikanan, Perdagangan, angkutan, perkebunan, Jasa-jasa, Pariwisata, perindustrian, kehutanan dan Pertambangan. 94
2.2
KPJU Unggulan Per Sektor di Kabupaten Sabu Raijua Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pel aksanaan FGD bese rta bobo t kepentingan m asing-masing kriteria y ang t elah di hasilkan sebelumnya ( Tabel 7.), analisis AHP m enghasilkan K PJu ungg ulan se tiap se ktor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Sabu Raijua No 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3
Sektor Usaha/ KPJu Unggulan Padi dan Palawija Kacang Hijau Kacang Tanah Jagung Padi Sawah Ubi Jalar Buah-Buahan Mangga Pepaya Alpukat Pisang Jeruk Peternakan Kambing Ayam Kampung Ayam Ras Pedaging Kerbau Sapi Pariwisata hotel melati Warung makan hotel melati Penyediaan makanan keliling Kedai makanan Perdagangan Bahan bangunan Elektronik
Hasil pertanian/Hortikultura 4 Sembako 5 Bahan bakar Angkutan 1 Angkutan penyeberangan umum (antar kabupaten) 2 Angkutan laut domestik penumpang 3 Angkutan ojek motor 4 Angkutan barang umum Pertambangan 1 Pasir 2 Tanah urukan 3 Batu bangunan Sumber: Hasil Olahan Data primer
SkorNo Terbobot 0,2208 0,1896 0,1399 0,1323 0,0752
1 2 3 4 5
0.3107 0.2706 0.1425 0.1141 0.0485
1 2 3 4 5
0,2158 0,1739
1 2
0,1462 0,1124 0,1030
3 4 5
0,2728 0,1888 0,1547 0,1274
1 2 3 4
0,1228
5
0.2086 0.1762
1 2
0.1432
3
0.1414 0.1225
4 5
0.3654
1
0.3654
2
0.0943 0.0612
3 4
Sektor Usaha/ KPJu Unggulan Sayuran Cabai Kangkung Terong Kacang Panjang Bayam Perkebunan Kelapa Jarak Pagar Jambu Mete pinang
Perikanan Usaha budidaya rumput laut Usaha Penangkapan ikan di laut Usaha Budidaya ikan di laut Industri industri gula lontar Industri meubel Penggilingan padi Industri kain tenun ikat Industri tempe Jasa-jasa Sewa kos-kosan Jasa sewa kendaraan penumpang
Kehutanan Penyadapan Aren dan Nira Lontar Pemungutan Asam
SkorTerbobot 0.1366 0.1352 0.1322 0.1175 0.1136 0.5025 0.0371 0.0137 0.0032 0.5026 0.2625 0.1213
0.3309 0.1471 0.1100 0.0959 0.0801 0,7566 0,2917
0.4605 0.4142
0.3484 0.2792 0.2588
95
Dalam r angka m emenuhi k ebutuhan i nformasi t entang penet apan ko mpetensi inti daer ah di lakukan penet apan K PJu unggulan Li ntas sektor. D engan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 7.) serta hasi l sk or K PJu ungg ulan setiap se ktor usa ha y ang t elah di peroleh ( Tabel 8.) dilakukan analisa dengan menggunakan Metoda Bayes. 2.3
KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sabu Raijua
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 ( sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 9. Pada Tabel 9. dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor usaha adalah Kacang hijau, cabai, mangga, kelapa, kambing. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masingmasing KPJu dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sabu Raijua No
Sektor usaha
1 Tanaman Pangan 2 Sayuran 3 Buah-Buahan 4 Perkebunan 5 Peternakan 6 Perikanan 7 Kehutanan 8 Tambang 9 Industri 10 Perdagangan Sumber: Hasil Olahan Data primer
Skor Terbobot 0.2208 0.1366 0.3107 0.5025 0.2158 0.5026 0.4605 0.3484 0.3309 0.2086
KPJu Unggulan Kacang Hijau Cabai Mangga Kelapa Kambing Usaha budidaya rumput laut Penyadapan Aren dan Nira Lontar Pasir industri gula lontar Bahan bangunan
Pada ur utan ke enam dan se terusnya, se bagai K PJu unggul an l intas sektor berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, penyadapan nira lontar, industri gula lontar, dan bahan bangunan. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu unggulan lintas sektor, m aka k omoditi ungg ulan yang t eridentifikasi relatif t ersebar pada beber apa sektor/subsektor. Numun dem ikian hasi l anal isis lintas sektor unt uk K PJu ungg ulan memperlihatkan bahw a m asyarakat K abupaten S abu R aijua m asih mengandalkan sektor primer dalam kegiatan usahanya. 2.4
Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sabu Raijua
Kedudukan KPJu U nggulan di K abupaten S abu R aijua ber dasarkan hasi l penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut:
96
Tabel 10. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sabu Raijua No 1 2 3 4 5 6
KPJu Unggulan
Kacang Hijau Cabai Mangga Kelapa Kambing Usaha budidaya rumput laut Penyadapan Aren dan Nira 7 Lontar 8 Pasir 9 industri gula lontar 10 Bahan bangunan Sumber: Hasil Olahan Data primer
Skor 4,0 3,5 4,0 4,0 4,5 3,5
Potensi Kriteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Skor 4,5 5,0 4,0 4,0 5,0 3,5
Prospek Kriteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
3,5
Sangat Baik
3,0
Baik
II
4,0 3,5 4,0
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
4,0 4,0 2,5
Sangat Baik Sangat Baik Cukup Baik
I I III
Kuadran I I I I I I
Seperti dapat dilihat pada Tabel 10. di atas, di antara 10 KPJu Unggulan dalam anlisis kuadran, seluruh KPJu berada pada Kuadran I, yaitu mempunyai Prospek dan Potensi Saat ini yang Sangat Baik atau Baik.
97
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 3.1.
Kesimpulan
3.1.1. Peningkatan day a sa ing pr oduk menjadi t ujuan t erpenting dal am pengembangan U MKM kemudian tujuan “penyerapan tenaga k erja” dan “pertumbuhan e konomi. K ondisi dem ikian, m enunjukkan bahw a par a pem ikir, pengambil kebijakan serta pr aktisi pen gembangan U MKM d i Kabupaten S abu Raijua menyadari pentingnya daya saing produk dalam pengembangan UMKM, karena tanpa daya saing, output dari UMKM akan sulit bersaing di pasar. Ketidak mampuan bersaing di pasar akan berakibat pada rendahnya ketahanan dan keberlanjutan UMKM. 3.1.2. Kriteria penen tuan K PJU U nggulan terpenting ( ranking kepentingan) be rturutturut adal ah 1) ketersediaan t eknologi, 2) ketersediaan pasa r, 3) manegemen usaha, 4) penyerapan tenaga kerja, 5) ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan, 6) ketersediaan sa rana pr oduksi, 7) a ksesibilitas terhadap/ kebutuhan modal, 8) sumbangan terhadap perekonomian daerah, 9) harga/nilai tambah, 10) ketersediaan bahan bak u dan y ang t erakhir adal ah 11) aspek sosial budaya. 3.1.3. Untuk pengembangan UMKM, sektor utama di Kabupaten Sabu Raijua adalah sektor Pertanian diikuti ber turut-turut ol eh: Peternakan, P erikanan, Perdagangan, A ngkutan, P erkebunan, Jasa-jasa, P ariwisata, P erindustrian, Kehutanan, dan Pertambangan. 3.1.4. Sepuluh K PJU Unggulan l intas sektor unt uk p enegmbangan U MKM d i N TT berturut-turut adalah: 1) Kacang Hijau, 2) cabai, 3) mangga, 4) kelapa, 5) kambing, 6) Usaha budidaya rumput laut, 7) Penyadapan Aren dan Nira Lontar, 8) pasir, 9) Industri gula lontar, dan 10) Perdagangan bahan bangunan. 3.1.5. Dari sudut pandang potensi dan pr ospek, masing-masing dengan kategori baik sampai sangat baik adalah : 1) Kacang Hijau, 2) cabai, dan 3) mangga. 3.2.
Rekomendasi
3.2.1. Upaya ber bagai pi hak dalam pen gembangan UMKM di N TT termasuk di Kabupaten Raijua mestinya memberi perhatian yang tinggi pada minimal 5 (lima) hal penting sebagai necessery condition (syarat k eharusan) yaitu: peningkatan kemampuan teknologi usaha, pengembangan ketersediaan pasar, pembinaan m enegemen usa ha, peny erapan t enaga kerja (padat karya), da n peningkatan ketrampilan tenaga kerja UMKM. Faktor-faktor lainnya bukanlah tidak penting, t etapi l ebih merupakan suffisien condition (syarat ke cukupan) dalam pen gembangan d an pem binaan U MKM di N TT termasuk d i K abupaten Sabu Raijua. 3.2.2. Dalam r uang l ingkup rekomendasi ( 1), di harapkan ber bagai pi hak yang berperan dal am pen gembangan U MKM di N TT di K abupaten S abu R aijua disarankan untuk mengembangkan UMKM di bidang KPJU Unggulan yang secara potensi dan prospek tergolong baik dan sangat baik, yaitu: Usaha tani
98
Kacang H ijau, Cabai, Mangga, K elapa, U saha T ernak K ambing, B udidaya Rumput Laut, Penyadapan Nira Lontar, dan Industri Gula Lontar. 3.2.3. Upaya untuk mengembangan dan memberdayakan ke-10 KPJu Unggulan UMKM dapat dilaksanakan secara efektif dan be rkelanjutan, sebaiknya diawali dengan identifikasi dan pemetaan masing-masing KPJu Unggulan oleh masing sektor (SKPD) yang implementasinya dilaksanakan secara terkoordinasi. Untuk menghindari t erjadinya ketimpangan pr ogram, di sarankan a gar di bentuk sebuah forum atau kelompok kerja pengembangan dan pem berdayaan UMKM di bawah koordinasi langsung oleh Sekretaris Daerah. 3.2.4. Lembaga perbankan – terutama BUMN – diharapkan partisipasi aktifnya untuk turut se rta m embantu membina dan mengembangkan K PJu da ri asp ek teknis perbankan se hingga memungkinkan pa ra pelaku U MKM lebih mudah mengakses pembiayaan y ang ber asal dar i per bankan. P erlu di pertimbangkan untuk m embentuk se buah badan k oordinasi per bankan di t ingkat l okal y ang secara reguler dapat berkoordinasi langsung dengan para pelaku UMKM, yang berfungsi se babagi forum komunikasi dan konsultasi ant ara pi hak per bankan dengan para pelaku UMKM. Untuk itu Bupati Sabu Raijua dapat berkoordinasi dengan perbankan setempat, terutama Bank NTT dan pihak Perwakilan BI NTT untuk membentuk wadah tersebut.
99
BAB I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
1.1. Kondisi Fisik Wilayah Secara astronomi Timor Tengah Selatan terletak antara 9º26' - 10º10" Lintang Selatan dan 124º49'01" - 24º04'00" Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Timor Tengah Selatan memiliki batas-batas: Utara – Kabupaten Timor Tengah Utara. Timur – Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu. Selatan – Laut Timor. Barat – Kabupaten Timor Tengah Selatan. Kabupaten TTS tercatat memiliki luas 3.955,36 km2 yang mencakup 32 (tiga puluh dua) kecamatan. Wilayah kecamatan terluas adalah kecamatan Amanuban Selatan seluas 326,01 km2 (8,24%) dan tersempit kecamatan Kota Soe seluas 28,08 km2 (0,71%). Secara rataan, letak wilayah Kabupaten TTS 847 m dpl, di mana terdapat dua kecamatan yaitu Mollo Utara dan Fatumnasi berada pada ketinggian masing-masing 1.007 m dpl dan 1.480 m dpl. Sementara wilayah kecamatan yang relatif rendah dan berada pada ketinggian kurang dari 100 m dpl yaitu kecamatan Amanuban Selatan, Noebeba, Boking dan kecamatan Toianas. Khusus kecamatan Mollo Utara dan Fatumnasi merupakan dua wilayah kecamatan yang berada di sekitar kawasan gunung Mutis, yang sekaligus merupakan wilayah hulu Daerah Aliran Sungai Benain dan Noelmina. Dengan kedudukan lokasi yang demikian, menjadikan kedua wilayah kecamatan memiliki peran strategis dalam konteks tata air di seluruh wilayah Timor Barat. Dari sisi fisiografis, Kabupaten TTS memiliki topografi yang didominasi dari bergelombang sampai berbukit dengan proporsi yang cukup besar sementara yang datar relatif rendah. Kemiringan antara 0-8% mencakup wilayah seluas 2,59%; 8-25% mencakup wilayah seluas 18,88%; 26-40% mencakup wilayah seluas 71,70% dan sisanya 6,82% dari total luas wilayah memiliki kemiringan >40%. Dengan kondisi topografi yang demikian, mengindikasikan bahwa upaya pengelolaan lahan untuk mendukng kegiatan produktif di tingkat masyrakat dan wilayah harus menjadi prioritas. Penyebaran jenis batu gamping, batu pasir dan batu lumpur merupakan jenis batuan yang dominan dan hampir terdapat di semua wilayah kecamatan. Janis batuan gamping, pasir dan batuan lumpur mencakup luasan wilayah seluas 47,73%; kemudian lempung mencapai 27,96%; batuan koral seluas 18,75% dan sisanya 5,56% meliputi jenis batuan filit sekis dan aluvium sungai-sungai muda. Indikator iklim yang dapat menggambarkan tentang kondisi iklim di suatu wilayah adalah jumlah hari hujan dan curah hujan. Dibandingkan dengan wilayah kabupaten lainnya di Timor Barat, Kabupaten TTS relatif memiliki hari hujan yang relatif banyak. Pada tahun 2010 tercatat jumlah curah hujan sebanyak 1.696 mm dan tahun 2011 sebanyak 1.567 mm. Jumlah curah hujan terbanyak terjadi pada bulan November s/d Mei (di atas 100-302 mm) sementara pada bulan-bulan lain, umumnya di bawah 100 mm per bulan. Rataan curah hujan tercatat 23.727 mm pada tahun 2010 dan sebanyak 26.138 mm pada tahun 2011. Dengan kondisi iklim yang demikian menyebabkan, Kabupaten TTS memiliki tipe iklim B sampai C menurut kalisifikasi Schmidt Ferguson, dengan 9 bulan basah dan 3 bulan kering. 100
Jumlah dan penyebaran sumber air baik untuk keperluan pertanian, industri dan air baku rumah tangga sangat bervariasi. Namun demikian ketersediaan sumber air berupa air tanah dan air permukaan sangat ditentukan oleh fluktuasi curah hujan yang ada. Bahkan pengukuran ratio Qmax/Qmin (sebagai ukuran yang menggambarkan situasi banjir pada badan sungai) memperlihatkan gap yang cukup besar. Pada bulan-bulan tertentu yang terkategori bulan kering, nilai Qmin bisa mencapai angka nol. Mencermati kondisi yang ada menyebabkan upaya konservasi air dalam bentuk pembangunan embung-embung untuk optimalisasi penggunaan air permukaan diperkirakan menjadi solusi dalam menjamin ketersediaan air bagi kebutuhan pertanian dan rumah tangga. Karena pada wilayah-wilayah tertentu masih dijumpai kelangkaan air, tidak saja untuk kebutuhan pertanian akan tetapi termasuk juga bagi pemenuhan air baku masyarakat. 1.2. Demografis Aspek kependudukan di Kabupaten TTS memperlihatkan dinamika perkembangan yang dinamis, tidak saja bersumber dari pertumbuhan penduduk secara almiah akan tetapi juga dipengaruhi oleh arus migrasi masuk dan keluar yang cukup signifikan. Sampai tahun 2011, tercatat jumlah penduduk di Kabupaten TTS sebanyak 449.881 jiwa yang meningkat dari 441.155 jiwa pada tahun 2010. Jumlah rumah tangga sebanyak 111.939, dengan kepadatan geografis sebesar 114 jiwa/km2. Tingkat kepadatan tertinggi 1.427 jiwa/km2 di kecamatan Kota So’E dan terendah sebesar 34 jiwa/km2 di kecamatan Fatumnasi. Tingginya tingkat kepadatan di kecamatan Kota So’E patut dipahami mengingat wilayah kecamatan ini merupakan ibu kota Kabupaten TTS dengan berbagai daya tarik yang kuat untuk penduduk lebih memilih tinggal dan bermukim menetap di wilayah tersebut. Proporsi jumlah penduduk Kabupaten TTS berada pada kelompok umur 15-64 tahun sebanyak 57,54% sementara pada kelompok 0-14 tahun sebanyak 37,16% dan sisanya 4,90% pada kelompok umur di atas 64 tahun. Dengan pola penyebaran penduduk menurut kelompok umur yang demikian berkonsekuensi kepada ketersediaan angkatan kerja dan tenaga kerja yang ada. Jumlah angkatan kerja sebanyak 84,74% (208.932 jiwa) di mana laki-laki sebanyak 116.274 jiwa dan perempuan 92.658 jiwa. Dari total angkatan kerja dan telah bekerja, sebanyak 78,64% bekerja pada sektor pertanian. Hal ini memberikan pembuktian bahwa pertanian dalam arti luas masih merupakan sektor yang menarik bagi angkatan kerja, sehingga kedepan perlu mendapat perhatian yang lebih luas lagi. Hal ini disebabkan karena dari total angkatan kerja yang ada, sebanyak 67,34% adalah mereka yang terkategori dengan tingkat pendidikan SD (tamat dan tidak tamat) termasuk yang tidak pernah bersekolah. Hampir sama seperti kabupaten lainnya di NTT, penduduk dengan tingkat pendidikan SD atau sederajad masih lebih dominan dengan tingkat pendidikan lainnya. Tercatat sebanyak 67,54% adalah penduduk di atas 10 tahun dengan tingkat pendidikan tertinggi sampai SD. Dengan kondisi yang demikian dapat dipastikan akan berdampak kepada status pengetahuan dan keterampilan penduduk dalam meraih pekerjaan kedepan. Pada gilirannya hanya sektor pertanian umumnya dan sektorsektor informal lainnya masih tetap menjadi sektor yang menarik untuk mereka jadikan sebagai lapangan kerja utama, karena secara relatif tidak membutuhkan keterampilan lebih dibanding sektor lainnya. Akibatnya tingkat produktivitas sektor-sektor tersebut menghadapi tekanan untuk bisa mmeningkat secara signifikan. 101
1.3.
Potensi Sumber Daya Alam
1.3.1. Sektor Pertanian a)
Subsektor tanaman pangan
Sub sektor pertanian tanaman pangan dalam hal ini yang berkenaan dengan luas areal dan produksi berbagai jenis komoditi tanaman pangan memperlihatkan tersedianya potensi paling tidak selain untuk pemenuhan kebutuhan atau permintaan lokal, akan tetapi juga ketika terjadi surplus diperkirakan sebagai sumber penerimaan bagi masyarakat. Pada Tabel 1 disajikan perkembangan luas panen beberapa komditi pangan strategis di Kabupaten TTS. Tampak bahwa dari semua jenis komoditi yang ada, hanya komoditi ubi kayu yang memperlihatkan perkembangan yang positip. Sementara jenis komoditi lainnya memperlihatkan perkembangan yang fluktuatif bahkan menurun dari dari tahun 2009-2011. Tabel 1. Perkembangan Luas Panen Tanaman Pangan (ha) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis Tanaman Padi Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Kedelai Kacang Hijau
2009 3.498 65.503 11.381 9.605 1.260 267 1.723
2010 2.933 51.328 4.965 1.161 953 6 626 Sumber : DDA Kabupaten TTS, Tahun 2012.
2011 3.378 42.577 15.745 1.355 927 6 601
Perkembangan (%) -0,49 -19,34 80,37 -35,60 -13,55 -48,88 -33,83
Gambaran perkembangan luas panen yang cenderung menurun pada hampir sebagian besar komoditi tanaman pangan penting, kemungkinan disebabkan oleh kondisi iklim yang kurang mendukung akibat curah hujan yang rendah pada dua tahun terakhir. Namun demikian apabila dikaitkan perkembangan produksi tanaman pada kurun waktu yang sama, justru memperlihatkan peningkatan produksi, terutama pada jenis komoditi padi, jagung dan ubi kayu. Sementara jenis komoditi pangan lainnya menurun (Tabel 2). Dari gambaran perkembangan luas panen dan produksi khususnya padi, jagung dan ubi kayu, pada hakekatnya dapat dikatakan terjadi peningkatan produktivitas jenis tanaman tersebut yang sekaligus menjadi peluang penting bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan wilayah bersangkutan. Tabel 2. Perkembangan Produksi Tanaman Pangan, Tahun 2009-2011 (Ton) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Janis Tanaman Padi Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Kedelai Kacang Hijau
2009 12.430 110.752 45.524 28.815 1.009 214 1.380
2010 7.355,60 61.571 3.971 3.483 764 5 501 Sumber : DDA Kabupaten TTS, Tahun 2012.
2011 11.633 119.216 62.980 4.080 927 6 601
Perkembangan (%) 8,66 24,61 697,36 -35,39 -1,47 -38,83 -21,87
Sementara itu pertumbuhan yang negatif pada kurun waktu 2009-2011 untuk jenis tanaman ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau diduga kuat erat kaitannya dengan berkurangnya luas panen. Berdasarkan kondisi yang ada, dapat dikatakan bahwa untuk mendorong peningkatan produktivitas tanaman pangan di 102
Kabupaten TTS, tidak saja untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat setempat di satu sisi, dan pada sisi yang lain sebagai sumber penerimaan masyarakat, maka diperlukan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi dengan tetap mempertimbangkan potensi sumberdaya penunjang utama, baik lahan, infrastruktur wilayah dan partisipasi masyarakat khususnya masyarakat petani. b) Subsektor tanaman Hortikultura Secara umum produksi sayur-sayuran di Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2011 sebesar 43.079 ton. Dimana produksi terbesar wortel 10.500 ton di ikuti ketimun sebesar 5.760 ton, petsai/sawi 5.580 ton (Tabel 3). Sedangkan untuk Jumlah produksi buah-buahan di Kabupaten Timor Tengah Selatan pada Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Produksi Tanaman Sayur-sayuran Tahun 2011 (ton) No Jenis Sayuran Produksi (Ton) Presentase 1 BawangMerah 965 2.24 2 BawangPutih 340 0.79 3 BawangDaun 410 0.95 4 Kentang 150 0.35 5 Kubis 720 1.67 6 Petsai/Sawi 5.580 12.95 7 Wortel 10.500 24.37 8 KacangMerah 1.881 4.37 9 KacangPanjang 660 1.53 10 Cabe 765 1.78 11 Tomat 2.880 6.69 12 Terong 1.720 3.99 13 Buncis 3.870 8.98 14 Ketimun 5.760 13.37 15 LabuSiam 3.830 8.89 16 Kangkung 2.690 6.24 17 Bayam 258 0.60 18 Kembang Kol 100 0.23 Jumlah 43.079,00 100.00 Sumber : BPS Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2012 Produksi tanaman buah-buahan di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang tertinggi adalah tanaman pepaya (3.263 ton), diikuti produksi tanaman jeruk 2.417 ton. c)
Subsektor perkebunan
Komoditi tanaman perkebunan yang dominan diusahakan dan dihasilkan oleh masyarakat di Kabupaten TTS tergambar pada Tabel 5. Dari sejumlah jenis tanaman perkebunan yang ada dan telah berproduksi, tampak bahwa produksi terbanyak pada tanaman kemiri, kemudian kelapa dan jambu mente. Ketiga jenis tanaman perkebunan ini, tampaknya untuk kemiri dan jambu mente merupakan komoditi penting dan orientasi perdagangan umumnya keluar wilayah TTS. Ini berarti bahwa dorongan peningkatan produksi dan produktivitas merupakan aspek penting yang harus terus ditingkatkan, agar supaya nilai tambah yang diraih paling tidak diharapkan dapat menopang peningkatan kesejhateraan masyarakat setempat.
103
Tabel 5. Kondisi Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten TTS Tahun 2011. Jenis Tanaman
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kelapa Kemiri Kapuk Jambu Mente Pinang Kopi Kakao Vanili Siri
Belum Menghasilk an (ha) 6.620 9.989 2.031 3.560 272 538 292 38 114
Sudah Menghasilkan (ha) 3.458 4.327 882 695 175 95 27 3 149
Tidak Menghasilkan (ha) 606 65 27 430 23 27 0 7 7
Total Luas Areal (ha) 10.684 14.381 2.940 4.685 470 660 319 48 270
Produksi (ton) 1.232 2.785 174 280 110 38 11 1 75
Sumber : DDA Kabupaten TTS, Tahun 2012. Namun demikian dapat dipastikan bahwa khusus tanaman kemiri hampir tidak tersentuh aspek budidaya, di mana hasil yang diperoleh umumnya berasal dari tanaman yang tidak mendapatkan sentuhan aspek budidaya. Untuk beberapa jenis tanaman perkebunan lainnya relatif produksi yang dihasilkan masih rendah, yang mana kondisi ini erat kaitannya dengan umur produksi yakni luas areal tanaman yang menghasilkan masih relatif terbatas. Pada Gambar 1. memperlihatkan proporsi kategori jenis tanaman perkebunan yang belum menghasilkan, menghasilkan dan tidak menghasilkan. 100.00
Proporsi
80.00
Belum menghasilkan (%)
60.00
Sudah menghasilkan (%)
40.00 20.00
Tidak menghasilkan (%)
0.00
Jenis Komoditi Perkebunan
Gambar 1. Proporsi Tanaman Perkebunan menurut Kategori Tanaman Belum Menghasilkan, Menghaslkan dan Tidak Menghasilkan di Kabupaten TTS Tampak bahwa umumnya kategori jenis tanaman yang belum menghasilkan relatif lebih besar dibanding yang sudah menghasilkan dan lebih besar dari yang tidak menghasilkan. Kecuali pada jenis tanaman vanili, luasan tanaman yang tidak menghasilkan masih lebih luas dibanding yang telah menghasilkan. Gambaran luasan yang ada sekaligus memberikan pemahaman bahwa untuk mendapatkan produksi tanaman perkebunan yang tinggi, diperlukan upaya nyata melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi secara lebih memadai, dengan tetap mengedepankan aspek budidaya dan agribisnis secara konsisten dan komprehensif. Hal ini penting mengingat orientasi produksi dari sejumlah besar komoditi perkebunan pada hakekatnya merupakan komoditi perdagangan utama. 104
d) Subsektor peternakan Komoditi peternakan merupakan komoditi penting dalam perekonomian regional Kabupaten TTS. Hal ini disebabkan secara fisik kewilayahan berpotensi dalam mendukung tumbuh dan berkembangnya usaha peternakan rakyat, terutama jenis ternak ruminansia besar seperti sapi, kerbau dan kuda. Bahkan khususnya ternak sapi potong, apabila membandingkannya dengan jumlah populasi yang ada di kabupatenkabupaten di Timor Barat, jumlah ternak sapi di kabupaten TTS adalah yang terbanyak. Data DDA, BPS NTT (2012), bahwa sampai tahun 2011, jumlah penyebaran ternak sapi potong di NTT sebanyak 778.633 ekor, untuk daratan Timor Barat sebanyak 533.679 ekor (68,54%); daratan Flores sebanyak 132.377 ekor (17,00%), daratan Sumba sebanyak 62.494 ekor (8,03%), dan kelompok kabupaten lainnya sebanyak 50.063 ekor (6,43%). Khusus membandingkan jumlah populasi ternak sapi di kabupaten-kabupaten Timor Barat, terbanyak terdapat di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yakni sebanyak 167.834 ekor (31,45%). Tabel 6 Jumlah dan Perkembangan Populasi Ternak No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis Ternak Sapi Kerbau Kuda Kambing Babi Ayam
2009 138.953 397 2.954 34.508 308.427 389.002
Tahun 2010 139.509 402 2.925 35.550 320.425 389.041
2011 167.857 474 1.118 40.019 191.806 554.316
Perkembangan (%/tahun) 10,36 9,58 -31,38 7,80 -18,13 21,25
Sumber : DDA Kabupaten TTS, Tahun 2012. Pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa sampai tahun 2011, untuk ternak besar, ternak sapi potong merupakan terbanyak, sementara ternak kecil selain unggas (ayam), babi merupakan jenis ternak kecil yang terbanyak. Bahkan pada tingkat perkembangan, hanya jenis ternak sapi, kerbau, kambing dan ayam yang memperlihatkan perkembangan positip pada kurun waktu 2009-2011. Situasi yang ada sekaligus memperjelas kepada kita bahwa jenis ternak tersebut merupakan jenis ternak potensial yang dapat diandalkan bagi peningkatan kesejhteraan masyarakat peternak. Dan bahwa potensi dimaksud jelas juga didukung oleh kondisi fisik wilayah dan sosial masyarakat yang secara berkelanjutan menopang tingkat perkembangannya kedepan. Untuk jenis ternak yang mengalami tingkat perkembangan yang negatif merupakan hal penting yang harus diupayakan penanganannya, seperti untuk ternak babi, di mana terdapat kecenderungan permintaan yang terus meningkat baik di dalam maupun luar wilayah demikian juga dari aspek sosial budaya tidak mengalami banyak kendala yang dihadapi. e)
Subsektor perikanan
Pada hakekatnya aspek perikanan dapat dikategorikan ke dalam usaha panangkapan dan usaha budidaya. Untuk usaha penangkapan, umumnya dilaksanakan di laut, sementara usaha budidaya lebih pada areal perairan umum, tambak, dan kolam.
105
Tabel 7. Jumlah Produksi Perikanan Menurut Macam Produksi (Kg) No Macam Produksi Tahun 2009 Tahun 2010 1. Periikanan Laut/tangkap 52.142 53.185 2. Perikanan Darat : a. Perairan umum 29.391 29.979 b. Tambak 3.025 3.086 c. Kolam 332 338,64 d. Kubai 2.150 2.193 Sumber : DDA Kabupaten TTS, Tahun 2012.
Tahun 2011 68.750 na na 335,80 na
Berdasarkan data yang tersedia, memperlihatkan bahwa produksi perikanan yang bersumber dari usaha penangkapan, relatif memberikan hasil produksi yang lebih baik dibanding usaha budidaya perairan umum (Tabel 7). Jika data yang ada dibandingkan dengan produksi perikanan pada beberapa Kabupaten lainnya di NTT relatif rendah, akan tetapi harus juga diakui bahwa sub sektor perikanan di Kabupaten TTS paling tidak diharapkan dapat menopang perekonomian masyarakat setempat. Bentuk usaha yang dapat didorong pengembangannya adalah melalui usaha penangkapan dan budidaya dengan penyesuaian terhadap kapasitas dan kemampuan sumberdaya nelayan maupun petani ikan setempat. f)
Subsektor kehutanan
Sub sektor kehutanan berperan penting dalam konteks agroekosistem di wilayah kabupaten TTS. Hal ini sejalan dengan letak lokasi Kabupaten TTS yang sebagian besar wilayah termasuk dalam wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS), dalam hal ini pada bagian hulu DAS Benain-Noelmina. Dengan kedudukan yang demikian, secara fisik kewilayahan menempatkan Kabupaten TTS sangat menentukan kondisi tata air di Timor Barat umumnya, di mana perubahan ekosistem yang terjadi di Kabupaten TTS baik langsung maupun tidak langsung turut berpengaruh terhadap kondisi fisik di kabupaten-kabupaten lainnya di Timor Barat yang merupakan wilayah tengah dan hilir DAS. Tabel 8. Luas Kawasan Hutan Menurut Pola Tata Guna, 2011 No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis Kawasan Hutan Hutan Lindung Cagar Alam Hutan Marga Satwa Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi Terbatas Taman Buru
Luas (ha) 54.973,74 15.155,19 5.918,00 78.924,52 3.961,42 2.006,67
Prosentase 34,16 9,42 3,68 49,04 2,46 1,25
Sumber : DDA Kabupaten TTS, Tahun 2012. Luas kawasan hutan produksi tetap dan hutan lindung relatif lebih luas dibanding dengan kawasan hutan lainnya. Selanjutnya bahwa dari luasan kawasan yang ada, hingga saat ini oleh masyarakat dijadikan sebagai areal pengumpulan hasil hutan bukan kayu (HHBK), seperti asam, madu, dll. Hasil pengumpulan sejumlah jenis HHBK tersebut selanjutnya merupakan sumber pendapatan penting bagi masyarakat yang bermukim di dalam dan sekitar kawasan hutan tersebut. 1.3.2. Sektor pertambangan Sektor pertambangan dan penggalian memberikan sumbangan kecil terhadap PDRB Kabupaten Timor Tengah Selatan. Pada tahun 2011 sumbangan sektor ini sekitar 1,19%. Pada tahun 2011 produksi galian C paling banyak untuk sirtu gunung 106
dengan luas produksi 237.800.000 m2 dengan cadangan 3.274.834.999 m3. Untuk pasir ornament dan batu gneis belum di produksi tetapi mempunyai cadangan yang cukup besar masing-masing 2.500.000 m3 dan 482.151.000 m3. (Tabel 9) Tabel 9. Jenis Bahan Galian Golongan C dan Cadangan di Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Jenis Galian Pasir Sirtu Sungai Gamping Pasiran Gamping Padam Marmer Pasir/Sirtu Pasir Ornament Lempung Pasir Kwarsa/Karbonat Sirtu Gunung Batu Gamping Batu Koral Batu Warna Tufaan Gneis Kalsit Napal Beulorit
2
Luas (M ) 8.499.000 128.116.483 119.874.500 456.25 63.861.000 111.437.500 1.750.000 19.062.500 237.800.000 95259250 228.665.500 3.777.480 23.822.000 1687500 76.625.000 186.412.500
3
Potensi Cadangan (M ) 37.937.100 919.518.433 9.882.043.166 18.149.615 5.240.486.528 2.354.484.296 2.500.000 1.501.875 338.457.375 3.274.834.999 2.646.252.225 8.596.007.800 2.713.200 241.902.125 482.151.000 911250 4.135.677.801 105.375.000.000
Sumber: BPS, Kabupaten Timor Tengah Selatan Dalam Angka 2012 Sektor pertambangan meskipun perannya dalam perekonomian Kabupaten Timor Tengah Selatan masih relatif kecil, namun masih terdapat potensi usaha bagi UMKM yang dapat dikembangkan. Potensi pertambangan pasir paling banyak terdapat di kecamatan Amanatun Selatan, sirtu sungai terbanyak terdapat di Kecamatan Mollo Selatan, gamping pasiran banyak terdapat di Kecamatan Kuanfatu, dan marmar paling banyak terdapat di Kecamatan Amanatun Selatan. 1.3.3. Sektor perindustrian Peran sektor perindustrian dalam perekonomian Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2011 terlihat dari sumbangan sektor ini sebesar 0,62%, dan Jumlah perusahaan bidang industri tahun 2012 di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebanyak 4956 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 6.189 tenaga kerja. Jumlah industri terbanyak adalah industri rumah tangga sebanyak 4581 usaha dengan jumlah tenaga kerja 4.996 tenaga kerja. Jumlah industri dan jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Jumlah Industri dan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2012 No
Jenis Industri
1 2
Industri Besar Industri Kecil
3
Industri Rumah Tangga
Jumlah
Jumlah Industri
Jumlah Tenaga Kerja 4 371
30 1.163
4.581
4.996
4.956
6.189
Sumber: BPS, Kabupaten Timor Tengah Selatan Dalam Angka 2012 107
1.3.4. Sektor perdagangan dan koperasi Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor ke tiga terbesar dalam sumbangannya terhadap PDRB tahun 2011 yaitu 8,26%. Perkembangan Jumlah Unit Usaha Sektor Perdagangan dari Tahun 2008-2011 dapat dilihat pada tabel 11. Untuk Sektor Perdagangan Besar mengalami peningkatan dari 3 unit usaha tahun 2011 menjadi 20 unit usaha Tahun 2011. Sedangkan unit usaha perdagangan kecil mengalami penurunan dari 242 unit usaha tahun 2008 menjadi 523 unit usaha Tahun 2011. Tabel 11. Perkembangan Jumlah Unit Usaha Sektor Perdagangan Tahun 2008 - 2011 di Kabupaten Timor Tengah Selatan No 1 2 3 4
Tahun 2008 2009 2010 2011
Usaha Besar
Usaha Menengah 3 3 10 20
Usaha Kecil 108 108 124 131
242 242 374 523
Sumber: BPS, Kabupaten Timor Tengah Selatan Dalam Angka 2012 Untuk KUD yang secara spesifik berkontibusi dalam turut serta membangun masyarakat di desa dengan kegiatan utamanya menggalang kekuatan ekonomi pedesaan, sampai tahun 2011 dari 14 unit KUD yang ada, tercatat jumlah anggota sebanyak 6.174 orang dengan total asset senilai Rp.1.411.217.000,-. Volume usaha mencapai nilai sebesar Rp.1.753.085.000,-, termasuk lembaga ini menggunakan modal yang berasal dari luar sebesar Rp.1.256.358.000,-. Berdasarkan gambaran perkembangan keuangan dari sejumlah lembaga KUD ini, secara implisit mengindikasikan bahwa tersedia potensi yang dapat diperdayagunakan untuk menopang perkembangan ekonomi masyarakat pedesaan yang berkepentingan terhadap kebutuhan permodalan dan atau jenis pembiayaan lainnya. 1.3.5. Sektor Pariwisata, Hotel dan Restoran Jumlah hotel di Kabupten Timor Tengah Selatan tahun 2011 sebanyak 10 unit hanya terdapat di Ibu Kota Kabupaten Kota SoE yang terdiri dari 159 kamar dan 302 tempat tidur. Sedangkan banyak tamu yang menginap di hotel pada tahun 2011 berjumlah 8.374 orang yang terdiri dari 8.327 warga negara Indonesia dan 47 warga negara asing. Terdapat 10 unit hotel dan jumlah kamar yang dimiliki adalah 208 dan 373 tempat tidur. Usaha di bidang restoran pada tahun 2011 memberikan sumbangan PDRB atas dasar harga berlaku sebesar Rp 99.672 juta atau 0,01%. Dengan jumlah restoran 105 buah dan tenaga kerja 3.162 orang. 1.3.6. Sektor pengangkutan dan komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011 menyumbang Rp 52.146.29 ribu atau 2,05% dari total PDRB Timor Tengah Selatan (atas harga berlaku). Jumlah angkutan bis, mini bis comi, truk dll pada tahun 2011 berjumlah 732 unit. Jenis kendaraan bermotor yang banyak dijumpai di Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah truck, pick up sebanyak 487 unit. Kantor pos dan perusahaan telekomunikasi berperan penting dalam memperlancar komunikasi. Pada tahun 2011, jumlah kantor pos di Kabupaten Timor Tengah Selatan masing 4 unit Kantor Pos dan 1 unit kantor Telkom. 108
1.3.7. Sektor jasa dan konstruksi Kontribusi sektor bangunan dan konstruksi terhadap PDRB berdasarkan harga berlaku pada tahun 2011 sebesar Rp 52.146.29 ribu atau 4,29% dari total PDRB tahun 2011. Kontribusi dari sektor jasa merupakan sektor kedua tertinggi yang memberikan kontribusi terhadap PDRB tahun 2011 lebih banyak berasal dari jasa pemerintahan umum Rp 693.689.85 juta atau 27,27%.
1.4.
Infrastruktur/Prasarana
1.4.1. Prasarana Jalan Aspek infrastruktur yang kuat berkaitan dengan pengembangan sektor-sektor unggulan di daerah adalah terkait prasarana jalan dan pelabuhan. Berdasarkan status jalan, sampa tahun 2011 jalan negara tercatat sepanjang 88,35 km, jalan provinsi 307,34 km dan jalan kabupaten 1.192,90 km. Untuk jalan negara dan jalan provinsi dari tahun 2009 yang lalu tidak mengalami peningkatan panjang jalan, sementara untuk jalan kabupaten mengalami peningkatan panjang dari 1.701,30 km pada tahun 2009 yang lalu. Dari sisi kualitas permukaan jalan khususnya jalan kabupaten yang langsung menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten TTS sangat memprihatinkan, di mana pada tahun 2009 panjang jalan yang rusak berat sepanjang 237,74 km (23%), dan rusak ringan sepanjang 477,16 km (40%) dari total panjang jalan kabupaten. Tabel 12. Kondisi Permukaan Jalan Status Jalan Kabupaten di Kabupaten TTS No
Kondisi Jalan
Panjang Jalan (km) 2009 2010 1. Baik 262,44 3 2. Sedang 178,94 842,7 3. Rusak 477,16 4. Rusak berat 274,37 347,2 Sumber : DDA Kabupaten TTS, Tahun 2012.
2011 15,4 805,7 371,8
Pada Tabel 12, memperlihatkan kondisi jalan yang baik terus mengalami pengurangan panjangnya yang mengakibatkan meningkatnya panjang jalan dengan kondisi sedang. Bahkan jalan dengan kondisi rusak berat terus mengalami peningkatan panjang dari 274,37 km pada tahun 2009 meningkat menjadi 371,8 km pada tahun 2011. Berdasarkan gambaran kondisi jalan Kabupaten yang biasanya menghubungkan pusat-pusat kecamatan dengan ibukota kabupaten dan jalan provinsi dan jalan negara yang relatif pada kondisi rusak berat, mengakibatkan arus barang dan jasa serta aktivitas ekonomi masyarakat dapat dipastikan mengalami hambatan, terlebih ketika memasuki musim penghujan. Bahkan dengan kondisi tersebut mengakibatka biaya transportasi barang dan jasa akan meningkat tajam. Prasarana jalan dan jembatan di Kabupaten TTS sangat vital, mengingat dengan kedudukan lokasi dan ketiadaan prasarana transportasi berupa pelabuhan laut dan bandara, menyebabkan arus perdagangan barang dan jasa masyarakat yang akan diperdagangkan keluar wilayah harus tetap menggunakan prasarana jalan yang tersedia, yang pada gilirannya berdampak kepada meningkatnya biaya transportasi. Pada situasi inilah mengakibatkan sering terjadinya hambatan kemajuan ekonomi di wilayah kabupaten ini.
109
1.4.2. Prasarana Pendidikan Dalam konteks pembangunan wilayah dan masyarakat, ketersediaan prasarana dan sarana kesehatan, pendidikan dan ekonomi merupakan prasayarat keharusan untuk terciptanya kemajuan wilayah dan masyarakat. Untuk itu terkait upaya untuk mendorong percepatan pengembangan komoditas dan jenis usaha unggulan di Kabupaten TTS yang diduga juga berkaitan secara langsug dan tidak langsung dengan ketersediaan ketiga jenis prasarana dan sarana di atas, harus menjadi cermatan sejak awal. Pada Tabel 13, memperlihatkan bahwa pada tahun 2011 terdapat variasi jumlah sekolah, guru dan murid menurut jenjang pendidikan dasar dan menengah di Kabupaten TTS. Dari sisi ketersediaan jumlah guru dan jenis jenjang pendidikan tampaknya sudah cukup mendekati ideal, akan tetapi jika ditelusuri menurut kualitas (proporsi guru bidang studi IPA), sama seperti di Kabupaten lainnya di NTT seringkali masih menjadi kendala). Tabel 13. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Menurut Jenjang Pendidikan Di Kabupaten TTS, Tahun 2011. Jenis Pendidikan Sekolah Dasar SMP Umum SMA Umum SMA Kejuruan Jumlah
Jumlah Sekolah 502 131 32 19 684
Jumlah Guru 4.979 1.907 785 476 8.147
Jumlah Rasio Rasio Rasio Murid Guru-Sekolah Murid-Guru Murid-Sekolah 81.252 9,92 16,32 161,86 24.662 14,56 12,93 188,26 10.030 24,53 12,78 313,44 4.599 25,05 9,66 242,05 120.543 11,91 14,80 176,23
Sumber : DDA Kabupaten TTS, Tahun 2012 (diolah) Berdasarkan rasio jumlah murid-guru dan jumlah murid-sekolah, tampaknya masih menyisakan kendala ketersediaan prasarana sekolah. Untuk itu, kedepan yang patut menjadi perhatian adalah pembangunan dan pengembangan prasarana gedung sekolah menurut jenis jenjang pendidikan secara lebih memadai menurut sebaran wilayah kecamatan, termasuk juga di dalamnya rehabilitasi dan penyediaan sarana penunjang pendidikan yang lebih memadai. Hal penting yang juga terkait dengan pendidikan, adalah keberadaan sekolah menengah kejuruan. Keberadaan jenis pendidikan ini, mengingat kebutuhan tenaga menengah terampil yang sesuai bidang pembangunan di daerah diharapkan dapat mengatasi kendala kebutuhan yang terus meningkat, sekaligus memperbaiki angkatan dan tenaga kerja yang umumnya masih terkendala dengan kualitasnya. 1.4.3. Prasarana Kesehatan Jumlah prasarana kesehatan utama yang saat ini ada dan tersedia di Kabupaten TTS adalah 2 unit Rumah Sakit, 28 unit puskesmas dan 56 puskesmas pembantu. Selain itu juga tersedia pusat layanan kesehatan lainnya seperti polindes, posyandu dan lainnya. Jika membandingkan jumlah penduduk dan ketersediaan prasarana dan sarana kesehatan yang ada saat ini, diperoleh bahwa secara umum masih diperlukan tambahan jumlah dan penyebaran prasarana dan sarana pelayanan kesehatan yang lebih memadai (Tabel 14).
110
Tabel 14. Jumlah dan Perbandingan Prasarana dan Sarana Pelayanan Kesehatan Di Kabupaten TTS, Tahun 2011 No
Uraian
Jumlah
1 2.
Jumlah Penduduk Prasarana Kesehatan : a. Rumah Sakit b. Puskesmas c. Puskesmas Pembantu Sarana Tenaga Kesehatan : a. Dokter b. Perawat c. Bidan d. Paramedis non-Perawat e. Paramedis lainnya
449.881
3.
Ratio PendudukPrasarana Kesehatan
2 28 56
Ratio PendudukSarana Kesehatan
224.941 16.067 8.034
55 128 159 55 42
8.180 3.515 2.829 8.180 10.711
Sumber : DDA Kabupaten TTS, Tahun 2012 (diolah) Bahkan ketika dibaca dari data yang tersedia, tenaga dokter ahli hampir tidak tersedia di Kabupaten ini. Dengan demikian kebijakan pembangunan bidang kesehatan kedepan masih sangat membutuhkan perhatian pemerintah yang disertai dengan partisipasi masyarakat tentang perilaku hidup sehat, sehingga ancaman penurunan derajad kesehatan akibat ancaman jenis penyakit strtegis dan penting dan terbanyak dijumpai (seperti ISPA, malaria, kulit, kurang gizi, dll) diharapkan semakin menurun.
1.5.
Ekonomi Wilayah
1.5.1. Konsumsi Domistik Terkait dengan konsumsi domistik, berkenaan dengan golongan pengeluaran perkapita dalam pola konsumsi bahan makanan dan pola konsumsi bukan makanan. Persentase golongan pengeluaran per kapita di Kabupaten TTS, pengeluaran per bulan terbesar pada golongan dengan pengeluaran per kapita Rp. 200.000,- – Rp. 299.999,- (29,44%). Pengeluaran per kapita ini, cenderung sama dengan pengeluaran per kapita pada sejumlah kota di NTT. Tabel 15. Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan, 2011 Golongan Pengeluaran < 100.000 100.000 – 149.999 150.000 – 199.999 200.000 – 299.999 300.000 – 499.999 500.000 – 749.999 750.000 – 999.999 ≥ 1.000.000
Persentase 2.84 21.1 22.37 29.44 16.13 5.44 1.13 1.55
Sumber : DDA Kabupaten TTS, Tahun 2012
111
Presentase
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Makanan Bukan Makanan
Golongan Pengeluaran
Gambar 2. Persentase Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan untuk Makanan dan Bukan Makanan Menurut Golongan Pengeluaran, 2011 Sumber : DDA Kabupaten TTS, Tahun 2012 1.5.2. Stuktur Ekonomi Wilayah Membahas mengenai perekonomian daerah, indikator yang dapat menggambarkan secara tegas tentang kondisi riil dari sisi makro regional adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pada Tabel 17 memperlihatkan nilai PDRB kabupaten TTS atas dasar berlaku (ADHB) dan atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2008 dan 2011. Tampak bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan PDRB Kabupaten TTS baik ADHB maupun ADHK. Demikian juga secara sektoral memperlihatkan bahwa pada kurun waktu 4 tahun terakhir memperlihatkan bahwa kontribusi sektor pertanian masih dominan dibanding sektor ekonomi. Tabel 16. PDRB Kabupaten TTS berdasarkan Harga Berlaku dan Harga Konstan (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Minum Bangunan–Konstruksi Perdagangan, Restoran & Hotel Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persw dan Js. Perush Jasa-jasa PDRB
Harga Berlaku 2008 2011 976.657,79 1.338.059,86 19.966,45 30.329,46 11.477,00 15.649,61 3.065,58 4.220,99 77.793,72 109.050,69 158.335,44 231.304,14 37.990,45 52.146,29 47.346,08 67.707,66 434.688,22 693.689,85 1.769.328,73 2.544.169,55
Harga Konstan 2008 2011 477.282,12 489.643,67 10.858,03 11.737,88 5.757,12 5.922,88 1.515,40 1.582,95 37.911,48 39.026,38 80.390,39 84.245,23 24.380,75 25.633,19 22.159,92 22.847,81 220.522,75 235.902,49 882.785,96 918.553,48
Sumber : DDA Kabupaten TTS, Tahun 2012 (diolah) Hal menarik yang terkait dengan kontribusi sektor ekonomi yang ada, walaupun dalam jumlah yang relatif rendah, telah terjadi perubahan struktur perekonomian regional di Kabupaten TTS, yang ditandai dengan penurunan relatif kontribusi sektor pertanian yang secara bersamaan terjadi peningkatan nilai absolut PDRB sektor pertanian atau primer di TTS. Sektor sekunder dan tersier memperlihatkan peningkatan relatif dari sejumlah sektor-sektor tersebut walaupun dalam jumlah yang 112
terbatas. Perubahan ini secara keseluruhan merupakan kondisi yang sangat baik dalam memicu perkembangan kedepan dari perekonomian regional dan perekonomian masyarakat di kabupaten TTS. Gambaran keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu wilayah, dapat juga ditelusuri melalui trend pertumbuhan ekonomi regional dalam hal ini pertumbuhan ekonomi sektoral. Pada Gambar 3 tergambarkan rataan pertumbuhan sektor ekonomi reggional kabupaten TTS, termasuk juga pertumbuhan ekonomi TTS pada kurun waktu 2008-2011. Tabel 17. Struktur Perekonomian Kabupaten TTS (%) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Minum Bangunan–Konstruksi Perdagangan, Restoran & Hotel Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persew dan Js. Perush Jasa-jasa
Harga Berlaku 2008 2011 55,26 52,63 1,13 1,19 0,65 0,62 0,17 0,17 4,40 4,29 8,96 9,10 2,15 2,05 2,68 2,66 24,60 27,29
Harga Konstan 2008 2011 54,19 51,68 1,23 1,32 0,65 0,63 0,17 0,18 4,30 4,11 9,13 9,33 2,77 2,87 2,52 2,48 25,04 27,40
Sumber : DDA Kabupaten TTS, Tahun 2012 (diolah) Tampak bahwa dari semua sektor, terdapat 5 sektor yang memperlihatkan tingkat pertumbuhan yang positip, yakni pertambangan dan penggalian; listrik, gas dan air minum; perdagangan dan restoran, angkutan dan komunikasi, serta sektor jasajasa. Sementara itu sektor-sektor lainnya memperlihatkan tingkat pertumbuhan yang negatif. Tingkat pertumbuhan yang negatif dari sejumlah sektor terkait, paling tidak mencerminkan tentang berkurangnya kapasitas dan potensi masing-masing sumberdaya pendukung dalam menggerakkan pertumbuhan sektor-sektor dimaksud.
Pertumbuhan Sektor Ekonomi TTS, Tahun 2008-2011 (%) 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 -1.00 -2.00 Perda Perta Indus Listrik Bang ganga mban tri , Gas unan Perta n, Re gan & Peng & Air – stora nian Peng olaha Minu Konst n & m ruksi galian n Hotel Pertumbuhan (%) -1.57 2.36 -1.18 0.70 -1.52 0.73
Keu, Peng Perse angk w Jasa-j utan dan PDRB & asa Js. Komu Perus nikasi h 1.23 -0.47 3.05
4.11
Gambar 3. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten TTS, Tahun 2008-2011 (%)
113
1.5.3. Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Kabupaten TTS Rata-rata pertumbuhan ekonomi kabupaten TTS dalam kurun waktu 2008-2011 mencerminkan totalitas kontribusi sektor ekonomi regional, di mana diperoleh rataan pertumbuhan sebesar 4,11% per tahun. Rataan pertumbuhan ini, tampaknya relatif tidak berbeda dengan rataan pertumbuhan ekonomi pada sejumlah kabupaten kota di NTT, akan tetapi sedikit lebih rendah di banding rataan pertumbuhan ekonomi NTT sebesar 5,63%. Kondisi pertumbuhan ekonomi yang cukup besar, tentunya merupakan kondisi yang kondusif dalam memberikan insentif bagi berkembangnya usaha-usaha ekonomi produktif dan kreatif, termasuk dalam kelompok usaha UMKM yang potensial untuk dikembangkan di wilayah kabupaten TTS. Terkait dengan kemampuan ekonomi daerah, dalam hal ini yang berkenaan dengan kapasitas dan kemampuan pemerintah daerah dalam mengimplementasikan sistem keuangan dan perekonomiannya, maka penelusuran dari indikator keuangannya dalam hal ini kemampuan untuk menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD) yang diperoleh. Pada Gambar 4, tergambarkan perkembangan PAD kabupaten TTS antara tahun 2009-2011.
Realisasi PAD Kabupaten TTS (Rp) 26.407.714.329 18.418.112.644 15.615.391.423
2009
2010
2011
Gambar 4. Nilai PAD Kabupaten TTS, Tahun 2009-2011 Dari Gambar 4 memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan PAD kabupaten TTS dari Rp.15 milyard lebih pada tahun 2009, menjadi Rp.26 milyard lebih pada tahun 2011. Atau terjadi peningkatan kurang lebih 69,11% pada kurun waktu 2 tahun tersebut. Perkembangan yang meningkat dari penerimaan daerah dalam bentuk pendapatan asli ini merupakan kondisi yang kondusif dalam upaya mengembangkan dan membiayai berbagai kebutuhan prasarana dan sarana, termasuk di bidang ekonomi wilayah dan masyarakat di kabupaten TTS.
1.6.
Perbankan dan UMKM
Sampai pada tahun 2011, jumlah lembaga keuangan berupa bank terdapat sebanyak 5 Bank berupa Kantor Cabang dan sejumlah kantor Kas Pembantu di beberapa wilayah kecamatan. Di samping itu juga terdapat sebanyak 14 unit lembaga Koperasi Unit Desa (KUD) 114