PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS VII DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DI SMP NEGERI 1 SUNGAI RUMBAI KABUPATEN DHARMASRAYA Syafrita Marlina¹, Yetty Morelent², Hj. Syofiani² 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Email :
[email protected] ABSTRACT This study aimed to describe the increase in students' speaking skills class VII ¹ with methods of cooperative learning teams games tournaments in SMP I River Tassel Dharmasraya , include (1) pronunciation and intonation , (2) sentence structure , (3) fluency , and (4) loudness of speech. Theories and concepts used in this study is Abdurahman and Elya Ratna ( 2003) for data analysis , Ermawati Arif and Munaf Yarni (2003) for theory talk , Robert E. Slavin (2009) learning model used , and Suharsimi Arikunto (2010) for research methods .This type of research is action research with a sample size of 30 people. Research procedures conducted in two cycles , the first cycle and held two meetings held twice a second cycle of face to face meetings. Each cycle is carried out through the groove of planning , implementation , observation and reflection . The results of the data analysis showed that the ability to speak VII.A grade students through cooperative learning model teams games tournaments (TGT) increased this can be seen in (1) pronunciation and intonation up 28 % , (2) sentence structure rose 18.7 %. (3) the smooth rose 10 % , and (4) the loudness of the sound rose 18.67 % .Based on the results of this study concluded that the cooperative learning model Teams Games Tournament (TGT) can improve their speaking ability . Keywords : Speaking Skills , Cooperative Learning Model Type Teams Games Tournament __________________________________________________________________________ Pendahuluan Pada
waktu-waktu
terakhir
ini
bergerak dalam bidang pengetahuan yang
semakin dirasakan betapa pentingnya fungsi
lain semakin memperdalam dirinya dalam
bahasa sebagai alat komunikasi. Kenyataan
bidang teori dan praktik bahasa. Semua
yang dihadapi dewasa ini adalah bahwa,
orang menyadari bahwa interaksi dan segala
selain ahli-ahli bahasa, semua ahli yang
macam kegiatan dalam masyarakat akan
kemudian
lumpuh tanpa bahasa (Keraf, 1980:1).
melisankan
Keraf, (1980:2) menyatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang mempergunakan
simbol-simbol
siswa juga karya
menuturkan,
dituntut
mampu
sastra,
berupa
membawakan,
dan
membacakan karya sastra (KTSP: 2006).
vokal
Tujuan
pembelajaran
ini
(bunyi ujaran) yang bersifat abitrer, yang
mengarahkan siswa untuk menjadi peserta
dapat diperkuat dengan gerak-gerik badan
aktif
yang nyata. Ia merupakan symbol karena
mempelajari
rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat
komunikasi,
ucap
makna
pengetahuan tentang bahasa. Oleh sebab itu,
yang
standar kompetensi (SK), kompetensi dasar
diberikan kepada sesuatu yang dapat diserap
(KD), indikator dan materi pembelajaran
panca indra.
bahasa dan sastra Indonesia dalam KTSP
manusia
tertentu.
harus
Symbol
adalah
Menurut berbicara
diberikan makna
Tarigan,
merupakan
(2008:16) kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk
selalu
dalam
pembelajaran. bahasa
sebagai
lebih
melatih
Siswa alat
daripada
siswa
sekadar
untuk
terampil
berkomunikasi baik lisan maupun tulis (KTSP: 2006).
mengekspresikan,
Diskusi pada dasarnya merupakan
menyatakan, atau menyampaikan pikiran,
suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan
gagasan, dan perasaan.
terarah, baik dalam kelompok kecil atau
Dengan demikian maka, berbicara
besar dengan tujuan untuk mendapatkan
itu lebih daripada hanya sekedar pengucapan
suatu
bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah
keputusan bersama mengenai suatu masalah
suatu
(Arif dan Munaf, 2003:95).
alat
untuk
gagasan-gagasan
mengomunikasikan
yang
disusun
serta
pengertian,
kesepakatan,
Berdasarkan
hasil
dan
wawancara
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-
peneliti dengan guru bidang studi bahasa
kebutuhan sang pendengar atau penyimak
Indonesia di SMP N 1 Sungai Rumbai
(Tarigan, 2008:16).
Kabupaten Dharmasraya pada tanggal 20
Pada
jenjang
pendidikan
SMP,
Desember
2012
menyatakan
pembelajaran berbicara bertujuan agar siswa
permasalahan
mampu mengungkapkan pikiran, pendapat,
pelaksanaan pembelajaran berbicara, yaitu:
gagasan,
(1) kemampuan berbicara siswa masih
dan
perasaan
secara
lisan,
yang
muncul
bahwa pada
rendah, (2) siswa masih kesulitan untuk
Pada
dasarnya
tujuan
utama
berbicara baik dalam formal dan informal,
berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar
(3) metode guru yang digunakan belum
dapat menyampaikan pikiran dengan efektif,
sesuai dalam proses pembelajaran sehingga
sebaiknya
daya pikir dan imajinasi siswa masih
makna
kurang. Hal ini terlihat pada pencapaian
dikomunikasikan.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata
mengevaluasi efek komunikasinya terhadap
pelajaran bahasa Indonesia di kelas VII,
pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-
yaitu KKM 75.
prinsip
Kajian Teori
pembicaraan, baik secara umum maupun
2.1.1.1 Berbicara
perorangan (Tarigan, 2008:16).
Berbicara menurut Keraf, (1980:321)
sang segala
yang
pembicara sesuatu Dia
memahami yang
harus
mendasari
ingin mampu
segala
situasi
2.1.1.2 Tujuan Berbicara
adalah (a) mendorong, (b) meyakinkan, (c)
Tujuan khusus berbicara menurut
berbuat dan bertindak, (d) memberitahukan,
Keraf, (1980:323) yaitu sebagai suatu
(e) menyenangkan.
tanggapan khusus, yang diharapkan dari
Sedangkan menurut
Arsjad dan Mukti (1991:17) berbicara
pendengar-pendengar
merupakan
menyelesaikan
kemampuan
mengucapkan
setelah
uraiannya.
Sedangkan
bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan
menurut
kata-kata
berbicara mempunyai tiga tujuan umum,
menyatakan,
untuk
mengekspresikan,
menyampaikan
pikiran,
gagasan, dan perasaan.
(2003:11)
juga
menyatakan
bahwa:
(2008:17)
bahwa
yaitu (a) memberitahuan, melaporkan, (b) menjamu,
Senada dengan itu, Arif dan Munaf
Taringan
pembicara
menghibur,
(c)
membujuk,
mengajak, mendesak, dan menyakinkan. 2.1.1.3 Jenis-Jenis Berbicara
“Berbicara bukanlah sekadar pengucapan
Berdasarkan proses atau tatacara
bunyi-bunyi atau kata-kata, tetapi berbicara
terjadinya sebuah pembicaraan, sependapat
merupakan
untuk
dengan Lana dan Gani (dalam Arif dan
menyampaikan gagasan yang disusun dan
Munaf 2003:21-22) membagi berbicara
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
menjadi dua, yaitu berbicara satu arah dan
pendengar atau penyimak”.
berbicara dua arah. Berbicara satu arah
salah
satu
alat
merupakan
kegiatan
berbicara
mengungkapkan pendapat,
untuk
pikiran, dan
perasaan kepada orang lain tanpa terjadinya proses
interaksi
kehidupan
timbal
sehari-hari
balik. kita
Dalam menemui
Berdasarkan
cara/metode
penyajiannya, Arif dan Munaf (2003:24-27) membagi
berbicara
berbicara
serta-merta,
berbicara
berbicara satu arah pada kegiatan pidato,
dengan
wawancara, dan khotbah.
dengan metode menghafal, berbicara dengan
Sementara
arah
metode naskah, dan berbicara dengan
merupakan kegiatan menyampaikan pikiran,
metode ekstemporan. Berbicara dengan
dan
lain,
metode serta-merta adalah seseorang yang
kemudian mendapat tanggapan balik dari
secara serta merta atau secara tiba-tiba dan
pendengar secara langsung. Berbicara dua
mendadak diminta berbicara di depan orang
arah dapat kita temukan dalam kegiatan
banyak/audiens. Orang ini tampil sesuai
tanya jawab, diskusi, dan drama. Berbicara
dengan kebutuhan sesaat, tanpa persiapan
satu arah merupakan kegiatan berbicara
yang cukup sebelumnya, karena kesepakatan
untuk mengungkapkan pendapat, pikiran,
berbicara itu datang tanpa diduga.
perasaannya
berbicara
kepada
dua
metode
menjadi
orang
dan perasaan kepada orang lain tanpa
Lebih
lanjut
Arif
dan
Munaf,
terjadinya proses interaksi timbal balik.
2003:24-27) mengatakan bahwa metode
Dalam kehidupan sehari-hari kita menemui
serta-merta
monologika
pidato,
menghafal, metode menghafal adalah satu
wawancara, dan khotbah, Lana dan Gani
cara yang digunakan pembicara untuk
(dalam Arif dan Munaf 2003:21-22).
menyampaikan pikiran dan perasaan di
pada
kegiatan
berbeda
dengan
metode
Berdasarkan tingkat keresmian, Arif
depan orang banyak/audiens dengan bantuan
dan Munaf (2003:23) membagi berbicara
daya ingat yang kuat dan kekayaan materi
menjadi berbicara formal dan berbicara
yang dimiliki. Karena, sebelum pembicara
informal. Berbicara formal adalah kegiatan
tampil berbicara, biasanya ada hal-hal yang
berbicara yang dilakukan di depan forum
dipersiapkan sebelumnya. Ada yang menulis
resmi dengan tema tertentu dan pastilah
naskah lengkap pidato kemudian dilafalkan,
mediumnya bahasa Indonesia ragam baku.
dan ada yang hanya mencari/membaca
Berbicara
kegiatan
bahan-bahan yang ada kaitannya dengan
berbicara yang dilakukan pada acara-acara
topik yang akan dipidatokannya. Kemudian
tidak resmi.
berbicara dengan metode naskah biasanya
informal
adalah
sebelum
tampil
berbicara,
pembicara
mempersiapkan
naskah
lengkap,
ketika
tenang, dan tidak kaku, (b) pandangan harus
tampil berbicara naskah itu dibacanya kata
diarahkan
demi kata, kalimat demi kalimat sehingga
kesediaan menghargai pendapat orang lain,
perhatian pembicara tertuju pada naskah
(d) gerak-gerik dan mimik yang tepat, (e)
tersebut. Metode ini sering kita lihat pada
kenyaringan suara, (f) kelancaran, (g)
pidato kenegaraan yang ditayangkan di
relevansi atau penalaran, dan (h) penguasaan
televisi (Arif dan Munaf 2003:25-26).
topik (Arsjad dan Mukti, (1991:17-22).
Metode selanjutnya
penyajian
metode
berbicara
ekstemporan
yaitu
kepada
lawan
bicara,
(c)
2.1.1.5 Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Keterampilan lainnya (Menyimak, Membaca, dan Menulis).
dalam metode ini, kadang-kadang disiapkan konsep
naskah
dengan
tidak
Menurut Tarigan, (2008:8) hubungan
perlu
menghafal kata demi kata. Dengan catatan tersebut, pembicara dengan bebas berbicara, serta bebas pula memilih kata-kata sendiri. Catatan tadi digunakan untuk mengingat urutan-urutan idenya (Arif dan Munaf,
keterampilan berbicara dengan keterampilan lainnya (menyimak, membaca, dan menulis) yaitu: menyimak dan membaca bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi menulis
2003:27).
sedangkan
berbicara
merupakan
cara
dan untuk
mengekspresikan makna atau arti. Dari 2.1.1.4 Faktor Penunjang Keefektifan
berbicara sangat erat hubungannya dengan
Berbicara Arsjad dan Mukti, membagi faktor penunjang keefektifan berbicara menjadi faktor
penjelasan tersebut bahwa keterampilan
kebahasaan
dan
faktor
non-
kebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi: (a)
keterampilan lainnya (menyimak, membaca, dan
(diksi),
dan
pembicaraan.
(d)
ketepatan
Sedangkan
faktor
sasaran non-
kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara adalah: (a) sikap yang wajar,
karena
merupakan
satu
kesatuan dari aspek berbahasa. 2.1.2 Model Pembelajaran Menurut Asma, (2006:23) model
ketepatan ucapan, (b) penepatan nada, sendi, dan durasi yang sesuai, (c) pilihan kata
menulis)
pembelajaran terbagi atas 3 komponen yaitu: model
pembelajaran
kompetitif,
model
pembelajaran individualistik, dan model pembelajaran kooperatif.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Kooperatif Slavin,
mengatakan
pembelajaran
kooperatif
bahwa
1) Student Teams Achievement Division (STAD)
merupakan
Pembelajaran kooperatif tipe STAD
pembelajaran yang merujuk pada berbagai
ini para siswa dibagi dalam tim belajar yang
macam metode pengajaran di mana
para
terdiri atas empat orang yang berbeda-beda
siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar
kecil untuk saling membantu satu sama
belakang etniknya. Guru menyampaikan
lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.
pelajaran lalu siswa bekerja dalam tim
Dalam
siswa
mereka untuk memastikan bahwa semua
diharapkan dapat saling membantu, saling
anggota tim telah menguasai pelajaran.
mendiskusikan, dan berargumentasi untuk
Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai
mengenai materi secara sendiri-sendiri di
saat itu dan menutup kesenjangan dalam
mana saat itu mereka tidak diperbolehkan
pemahaman
untuk saling bantu. Skor kuis para siswa
kelas
kooperatif,
para
masing-masing
(Slavin,
2009:4).
dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-
2.1.2.3
Unsur-Unsur
Pembelajaran
masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat
Kooperatif.
kemajuan
yang
diraih
siswa
Menurut Lie, (dalam Asma, 2006:16)
dibandingkan hasil yang mereka capai
unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif
sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan
adanya
positif,
untuk memperoleh skor tim dan tim yang
tanggung jawab perseorangan, tatap muka,
berhasil memenuhi kreteria tertentu akan
komunikasi antar anggota, dan evaluasi
mendapatkan sertifikat atau penghargaan
proses kelompok.
lainnya (Slavin, 2009:11)
saling
ketergantungan
2) Jigsaw II 2.1.3.3
Metode-Metode
Pembelajaran
siswa bekerja dalam anggota kelompok yang
Kooperatif Slavin, beberapa
Tipe pembelajaran jigsaw II ini
(2009:9)
metode-metode
kooperatif di antaranya:
mengemukakan
sama, yaitu empat orang dengan latar
pembelajaran
belakang yang berbeda seperti dalam STAD dan TGT. Para siswa ditugaskan untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain,
biasanya bidang studi sosial. Tiap anggota
menguasai gagasan utama dan kemampuan
tim ditugaskan secara acak untuk menjadi
komprehensif lainnya (Slavin, 2009:16).
ahli
5) Accelerated Instruction (TAI)
dalam
aspek
tertentu
dari
tugas
membaca tersebut (Slavin, 2009:14). 3) Teams Games Tournaments (TGT)
Model pembelajaran ini para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes
Metode ini menggunakan pelajaran
penempatan dan kemudian melanjutkannya
yang sama yang disampaikan guru dan tim
dengan tingkat kemampuan mereka sendiri.
kerja yang sama seperti dalam STAD, tetapi
Secara umum anggota kelompok bekerja
menggantikan
turnamen
pada unit pelajaran yang berbeda. Teman
mingguan, di mana siswa memainkan game
satu tim saling memeriksa hasil kerja
akademik dengan anggota tim lain untuk
masing-masing
menyumbangkan poin bagi skor timnya
jawaban
(Slavin, 2009:13).
menyelesaikan berbagai masalah (Slavin,
4) Cooperative Integrated Reading and
2009:15).
Composition (CIRC)
dan menulis pada kelas sekolah dasar pada
2.1.4 Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament dalam Keterampilan Berbicara TGT adalah model pembelajaran
tingkat yang lebih tinggi dan juga pada
yang didahului dengan penyajian materi
sekolah menengah. Guru menggunakan
pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan
novel atau bahan bacaan yang berisi latihan
memberikan sejumlah pertanyaan kepada
soal dan cerita. Para siswa ditugaskan untuk
siswa. Setelah itu, siswa duduk berkelompok
berpasangan dalam tim mereka untuk belajar
untuk mendiskusikan dan menyelesaikan
serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif,
pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang
termasuk membaca cerita satu sama lain,
diberikan oleh guru. Model pembelajaran ini
membuat prediksi mengenai bagaimana
juga dapat digunakan untuk memecahkan
akhir dari sebuah cerita naratif, saling
masalah yang tingkat kesulitannya terbatas.
merangkum cerita satu sama lain, menulis
Hal
tanggapan terhadap cerita dan melatih
pembelajaran dalam model pembelajaran
pengucapan, penerimaan, dan kosa kata.
kooperatif tipe TGT adalah struktur bekerja
Para siswa juga belajar dalam timnya untuk
sama dalam kelompok-kelompok kecil,
CIRC komprehensif
kuis
dengan
merupakan
program
untuk mengajar membaca
ini
dan
menggunakan saling
disebabkan
membantu
karena
lembar dalam
struktur
melakukan permainan dan pertandingan serta
memberikan
penghargaan
3.2.2 Tempat Penelitian
kepada
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
kelompok yang mendapatkan skor tertinggi
N
(Asma, 2006:54).
Dharmasraya
Metodologi
Sungai Rumbai Kabupaten Dharmasraya
3.1 Metode Penelitian
pada semester 1 tahun pelajaran 2012/2013.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian
1
Sungai
Rumbai
yang
Kabupaten
terletak
Kecamatan
3.2.3 Waktu Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). (Arikunto 2012:3)
Penelitian ini dilaksanakan pada
mengatakan bahwa “Penelitian Tindakan
bulan Oktober sampai bulan November
Kelas adalah suatu pencermatan terhadap
2013. Penentuan penelitian mengacu pada
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan
kalender Akademik sekolah sesuai dengan
yang sengaja dilakukan di sebuah kelas
materi pembelajaran yang akan diteliti pada
secara
penelitian
bersama”.
Tindakan
tersebut
tindakan
kelas.
Pelaksanaan
diberikan oleh guru atau dengan arahan dari
penelitian ini menggunakan model siklus.
guru yang dilakukan oleh siswa.
Hal ini sesuai dengan pemikiran 3.3 Prosedur Penelitian
Menurut Arikunto (2012:16) PTK
Arikunto
(2012:
16)
yang
terikat oleh siklus-siklus yang dilaksanakan
mengemukakan bahwa model siklus ini
sampai tujuan penelitian tercapai. Setiap
terdiri
siklus
perencanaan, pelaksanaan, pengaman, dan
terdiri
(planning),
(2)
dari
(1)
tindakan
perencanaan (acting),
(3)
dari
refleksi.
empat
Apabila
komponen
siklus
satu
yaitu
belum
pengamatan (observing), dan (4) refleksi
menunjukkan tanda-tanda perubahan atau
(reflecting) yang merupakan konsep pokok
perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan
sebuah penelitian tindakan (action research).
penelitian dianjurkan pada siklus II.
3.2.1 Subjek Penelitian
3.4 Sumber Data
Subjek penelitian ini adalah siswa
Sumber data dalam penelitian ini
kelas VII di SMP Negeri 1 Sungai Rumbai
terdiri dari beberapa komponen yakni (1)
Kabupaten
tahun
siswa untuk mendapatkan data tentang minat
pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa
belajar dan hasil belajar, (2) guru untuk
30 yang terdiri dari siswa laki-laki 10 orang
melihat tingkat keberhasilan implementasi
dan siswa perempuan 20 orang.
pembelajaran
Dharmasraya
pada
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif, (3) teman sejawat
masing-masing satu kali dengan menerapkan
serta kolaborator, dimaksudkan sebagai
model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
sumber data untuk melihat PTK secara
3.7 Teknik Analisis Data
komprehensif baik dari siswa maupun guru.
Teknik
yang
digunakan
untuk
menganalisis data dalam penelitian ini
3.5 Intrument Penelitian Instrumen Penelitian yang digunakan
adalah teknik analisis data kulitatif dan
pada penelitian ini adalah lembar observasi,
teknik
catatan
tes.
perbandingan nilai berbicara pada siklus I
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
dan siklus II. Analisis kualitatif berasal dari
tes, angket, dan observasi. Data yang
hasil pengamatan dan catatan lapangan.
diperoleh dari hasil tes dikumpulkan pada
Analisis dilakukan sesuai dengan hasil
setiap
pengamatan
lapangan,
siklus
mengetes
angket
penelitian
kemampuan
dan
dengan
berbicara
cara siswa.
analisis
data
kuantitatif
ketika
pelaksanaan
pembelajaran berbicara penerapan teknik
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan
pemberian tugas.
berbicara, sebelum melakukan tindakan
3.8 Indikator Keberhasilan
siklus satu diperlukan tes awal terhadap
yaitu
Indikator
keberhasilan diterapkan
kemampuan berbicara siswa. Selanjutnya
berbicara
telah
pada siklus I dan siklus II tes dilakukan
semester
dengan
masing-masing satu kali dengan menerapkan
Minimal (KKM) yaitu 75% apabila ada
model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
siswa yang dapat melebihi nilai KKM. Maka
3.6 Teknik Pengumpulan Data
dapat dikatakan tuntas dan diberi pengayaan.
Kriteria
pada
untuk awal
Ketuntasan
Pengumpulan data dilakukan dengan
Apabila ada siswa yang mendapat nilai
cara tes, angket, dan observasi. Data yang
kurang dari KKM, maka dikatakan belum
diperoleh dari hasil tes dikumpulkan pada
tuntas. Siswa yang belum tuntas diharapkan
setiap
ikut remedial.
siklus
mengetes
penelitian
kemampuan
dengan
berbicara
cara siswa.
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan
Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian
berbicara, sebelum melakukan tindakan
Penelitian ini dilaksanakan di kelas
siklus satu diperlukan tes awal terhadap
VII-A SMPN 1 Sungai Rumbai Kabupaten
kemampuan berbicara siswa. Selanjutnya
Dharmasraya, pada Mata Pelajaran Bahasa
pada siklus I dan siklus II tes dilakukan
Indonesia
semester
I,
tahun
ajaran
2013/2014 selama satu bulan, yakni bulan November. 4.1.1Siklus I Pelaksanaan
tindakan
kelas
dilaksanakan dalam dua siklus. Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII-A SMPN 1 Sungai Rumbai Kabupaten
Dharmasraya.
Siklus
I
dilaksanakan berdasarkan dari data studi pendahuluan. Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan, yaitu hari sabtu 02 November dan 09 November 2013. 4.1.2 Siklus II Pelaksanaan pembelajaran berbicara pada siklus 2 dilaksanakan 2 kali pertemuan,
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
08 09 010 011 012 013 014 015 016 017 018 019 020 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030
70 70 70 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 70 70 70 70 70 70 75 75 75 75
85 85 85 90 90 90 90 90 90 90 90 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85
Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik
yakni pada hari senin tanggal 11 November 2013 dan sabtu, 16 November 2013. Siklus 2 ini juga terdiri dari empat tahap yang meliputi
perencanaan,
pelaksanaan,
Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pengolahan data penelitian keterampilan
pengamatan, dan refleksi.
berbicara siswa kelas VII-1 di SMPN I
Perbandingan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas VII-1 SMP Negeri 1 Sungai Rumbai Kabupaten Dharmasraya Siklus I dan Siklus II
Sungai Rumbai Kabupaten Dharmmasraya,
No
(TGT) dapat disimpulkan sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Kode Subjek 01 02 03 04 05 06 07
Nilai Siklus I 60 70 70 70 70 70 70
Nilai siklus II 85 90 90 95 95 95 95
Keterangan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments
1. Penerapan Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik
model
pembelajaran
kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran keterampilan pelajaran
berbicara
bahasa
pada
Indonesia
mata dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam hal lafal dan intonasi naik 28%.
2. Penerapan
model
pembelajaran
Jurusan Bahasa Sastra Indonesia
kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran keterampilan pelajaran
berbicara
bahasa
pada
Indonesia
FBSS UNP.
mata
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar
dapat
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi)
meningkatkan kemampuan siswa dalam hal struktur kalimat naik 18,7%. 3. Penerapan
model
pembelajaran
kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran keterampilan pelajaran
berbicara
bahasa
pada
mata
Indonesia
Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto,
model
pembelajaran
kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran keterampilan pelajaran
berbicara
bahasa
pada
mata
Indonesia
dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam hal kenyaringan suara naik 18,67%.
Penelitian
Arsjad, Maidar G dan Mukti U. S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
meningkatkan kemampuan siswa dalam
4. Penerapan
2010.
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
dapat
hal kelancaran naik 10%.
Suharsimi.
Indonesia.
Jakarta:
Erlangga Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang: UNP Press. Keraf,
Gorys.
1980.
Pembelajaran
Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Balai Pustaka. Muslich, Masnur. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Moleong, J. Lexi. 2007. Metode Penelitian
Daftar Rujukan Abdurrahman
dan
Elya
Ratna.
2003.”Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra”.(buku ajar). Padang: FBSS UNP. Arif,
Ermawati
dan
2003.”Pengajaran
Yarni
Munaf.
Keterampilan
Berbicara”. (buku ajar). Padang: Rahayu, Sri. 2008. “Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe Numbered Head Together (NHT)
Terhadap
Hasil
Belajar
Kualitatif.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya. Petriyanti, 2013. “Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas VII SMPN 2 Singkarak Kabupaten Solok dengan Metode Bermain Peran”. Skripsi Padang: Universitas Bung Hatta. Fisika Kelas X SMAN 5 Padang”. Skripsi. Padang: Universitas Negeri Padang.
Slavin.
E
Robert.
2009.
Cooperative
learniang. Bandung: Nusa Media. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara: Karya Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Taringan, Henry Guntur. 2009. Strategi Pengajaran Bahasa.
dan
Pembelajaran
Bandung:
Angkasa