Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
SURVEY MICROGRAVITY UNTUK MONITORING PENGARUH INJEKSI DAN PRODUKSI SUMUR DI LAPANGAN SAGO-LIRIK RIAU Oleh :
M. Yusuf Jatnika, Tri Sunarno Irianto, Handri Utama, B. Muntoyo (Unit Bisnis Pertamina EP Lirik) Dr. Wawan Gunawan A. Kadir, Msc (LPPM-ITB) PatraOffice Tower 7th floor, room 707 Jl. Gatot Subroto Kav 32-34 Jakarta 12950 e-mail :
[email protected] dan
[email protected]
Abstraks Lapangan Sago secara geografis berada di Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau, terletak ±140 km disebelah selatan kota Pekanbaru dengan luas + 12 km2. Kegiatan ekplorasi dimulai tahun 1925 dikembangkan ekplorasi sejak tahun 1941. Jumlah sumur aktif 51 sumur produksi dan 10 sumur injeksi dari 107 sumur yang ada. Struktur Sago merupakan penghasil minyak terbesar di Lirik Trend dengan formasi Lakat dan Tualang serta mempunyai 7 Lapisan batu pasir H, J, K, L, M, N, O dan P sebagai lapisan penghasil minyak utama pada struktur ini. Cadangan Oil in place sebesar 328.542,4 MSTB, recoverable reserve 170.426,5 MSTB dengan recovery factor RF sebesar 51,9 %. Kumulatif produksi minyak sampai dengan 31 Desember 2006 sebesar 135.856,8 MSTB, atau perkiraan sisa cadangan minyak per 31 Desember 2006 sebesar 34.569,7 MSTB. Mekanisme strukturnya adalah “Water Drive” serta untuk mempertahankan tekanan reservoir dilakukan injeksi air melalui 10 sumur injeksi. Saat ini Produksi minyak sebesar 1500 BOPD, 76000 BFPD. 98% KA. Air yang diinjeksikan kembali sekitar 45000 BWPD. Untuk menginjeksikan kembali seluruh air yang dihasilkan diperlukan penambahan sumur injeksi baru. Metoda untuk mengetahui efektivitas injeksi dan letak penambahan sumur injeksi baru maka dilakukan survey micro gravity. Tujuan umum survey ini diharapkan dapat diturunkan informasi yang berhubungan dengan : 1. 2. 3. 4. 5.
Heterogenitas reservoir; Pola lintasan antara injector-monitor / production well; Mengetahui penyebaran lateral air injeksi; Menilai pengaruh positif dan negatif injeksi terhadap proses produksi; Merekomendasikan reposisi injektor untuk meningkatkan efisiensi penyapuan.
Keywords : microgravity, anomali Bueguer
IATMI 2007-TS-04
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
PENDAHULUAN Struktur Sago secara geografis berada di Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau, terletak ±140 km disebelah selatan kota Pekanbaru dengan luas + 12 km2. Kegiatan ekplorasi dimulai tahun 1925 dikembangkan ekplorasi sejak tahun 1941. Jumlah sumur aktif 51 sumur produksi dan 10 sumur injeksi dari 107 sumur yang ada (Gambar 1). Struktur Sago merupakan penghasil minyak terbesar di Lirik Trend dengan formasi Lakat dan Tualang serta mempunyai 7 Lapisan batu pasir H, J, K, L, M, N, O dan P sebagai lapisan penghasil minyak utama pada struktur ini. Cadangan Oil in place sebesar 328.542,4 MSTB, recoverable reserve 170.426,5 MSTB dengan recovery factor RF sebesar 51,9 %. Kumulatif produksi minyak sampai dengan 31 Desember 2006 sebesar 135.856,8 MSTB, atau perkiraan sisa cadangan minyak per 31 Desember 2006 sebesar 34.569,7 MSTB. Mekanisme strukturnya adalah “Water Drive” serta untuk mempertahankan tekanan reservoir dilakukan injeksi air melalui 10 sumur injeksi. Saat ini Produksi minyak sebesar 1500 BOPD, 76000 BFPD, 98% KA. Air yang diinjeksikan kembali sekitar 45000 BWPD. Untuk menginjeksikan kembali seluruh air yang dihasilkan diperlukan penambahan sumur injeksi baru. Metoda untuk mengetahui efektivitas injeksi dan letak penambahan sumur injeksi baru maka dilakukan survey micro gravity. Geologi a. Umum Pada dasarnya pulau Sumatera dibagi menjadi 3 cekungan besar yang merupakan back arc basin (cekungan belakang busur) dari suatu hasil rangkaian seri tektonik lempeng Pulau Sumatera ketiga cekungan tersebut dipisahkan satu dengan lainya oleh adanya tinggian – tinggian :
IATMI 2007-TS-04
-
Antara cekungan Sumatera Utara dengan cekungan Sumatera Tengah di pisahkan tinggian Asahan Cekungan Sumatera tengah dengan cekungan Sumatera Selatan dipisahkan tinggian tiga puluh. Sedangkan disebelah barat daya ketiga cekungan tersebut dibatasi oleh pegunungan bukit barisan dan oleh sesar besar sumatera yang memanjang dari aceh sampai lampung, Struktur Sago termasuk didalam cekungan Sumatera Tengah. (Gambar 2).
b. Kerangka Geologi Cekungan Sumatera tengah Kerangka geologi cekungan Sumatera Tengah dimulai dengan fase rifting yang memungkinkan untuk pengendapan formasi Kelesa, sedimentasi pada kala itu diawali dengan fluviatil didalam sistim half Grabben dari depresi bengkalis (bengkalis trough). Karena subsiden secara cepat terjadi sebagai akibat patahan aktif memungkinkan terbentuknya patahan yang aktif berkembang menjadi grabben pengendapan sedimen batu lempung didalam grabben tersebut secara prinsipil sebagai batuan induk lapangan lapangan yang terdapat didaerah ini. Pada akhir oligosein terjadi ketidak selarasan (uncorformity) memisahkan formasi kelesa dengan formasi formasi yang berada diatasnya, ketidak selarasan ini menandai mulainya fase pengisian (pengendapan). Pengendapan formasi Lakat terjadi pada lingkungan fluviatil berangsur kearah lingkungan laut dangkal dengan diendapkan formasi Tualang, kedua formasi ini (Lakat & Tualang) merupakan reservoir penghasil minyak utama untuk cekungan untuk Sumatera Tengah ini. Sedimentasi berlanjut sampai Miosen tengah pada lingkugan laut dalam dengan diendapkan shale (batu lampung) dari formasi Telisa sampai formasi Binio. Pada miosen akhir terendapkan batuan formasi Korinci yang menempati bagian dangkal dari cekungan ini. Pada Plio – plestosin adanya aktifitas tektonik meyebabkan kenampaan sekarang ini, selama waktu tersebut pembalikan struktur terjadi
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
beberapa tempat dari cekungan dan bersamaan dengan itu diendapkan batuan formasi Nilo pada daerah yang rendah (Gambar 2 & 3).
transisi (Lakat) s/d neritik (Tualang) dimana puncak transgressi pada saat pengendapan lapisan batu pasir M. Pengolahan Data Gaya Berat
c. Struktur Sago Struktur Sago merupakan salah satu bagian dari rangkaian antiklonorium Lirik Trend yang mempunyai arah Barat laut - Tenggara. Struktur Sago merupakan antiklin asimetris dengan kemiringan lereng bagian timur laut lebih curam. Struktur Sago terbagi menjadi tujuh blok (perlu dikaji ulang) dan dibatasi oleh sesar sesar normal berarah Timur Laut Barat Daya. Terdapatnya sesar naik barang kali yang terletak disebelah timur laut dengan arah Barat Laut Tenggara adalah merupakan batas perangkap antiklin dari Struktur Sago. (Gambar 4) d. Stratigrafi Sago Formasi yang tertembus pengeboran Struktur Sago berurutan dari tua kemuda yaitu formasi Lakat, Tualang dan Telisa. Lapisan penghasil minyak pada Struktur Sago berasal dari formasi Lakat dan formasi Tualang yang berumur Miosen awal. Formasi Lakat yang produktif penghasil minyak yaitu lapisan batu pasir P,O,N dan M sedangkan formasi Tualang penghasil minyak yaitu lapisan batu pasir L,J,K dan H. Penentuan lapisan penghasil minyak berdasarkan pada karakteristik dari masing – masing lapisan yang diperlihatkan pada log listrik, beberapa lapisan memperlihatkan bahwa terdapat lapisan batu serpih yang menerus diantara lapisan batu pasir sehingga dapat memisahkan lapisan penghasil minyak menjadi beberapa lapisan lebih tipis tetapi tetap produktif. (Gambar 5) e. Lingkungan pengendapan Berdasarkan dari data log lithologi untuk formasi Lakat perselingan antara batu pasir dan serpih lebih didominasi batu pasir sedang untuk formasi Tualang perselingan batu pasir dan serpih lebih didominasi batu serpih, dengan demikian dapat disimpulkan lapisan – lapisan tersebut diendapkan pada lingkungan IATMI 2007-TS-04
Dalam pengolahan data gayaberat, terdapat beberapa koreksi yang harus dilakukan sebelum diinterpretasikan. Beberapa koreksi tersebut adalah : a. Koreksi Spheroid dan Geoid. Koreksi ini didasarkan pada kenyataan bahwa bentuk bumi lebih mendekati bentuk spheroid, sehingga digunakan spheroid referensi sebagai pendekatan untuk muka laut rata-rata (geoid) dengan mengabaikan efek benda diatasnya. Spheroid referensi (g lintang) diberikan oleh persamaan GRS67 (Geodetic Reference System 1967) :
(
g( ) = 978031.8 1 + 0.005304 sin2 + 0.0000059 sin2 2
dengan
)
adalah sudut lintang dalam radian.
b. Koreksi Pasang Surut (Tidal) Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan efek gayaberat benda-benda di luar bumi seperti matahari dan bulan. Efek gayaberat bulan di titik P pada permukaan bumi diberikan oleh persamaan potensial berikut ini: Um = G(r )
c R
3
dimana :
3
1 3
sin2
1 3
sin2
= lintang,
t = moon hour angle,
sin 2 sin cos t + cos 2 cos 2 cos 2t
= deklinasi, c = jarak rata-rata ke
bulan. c. Koreksi Apungan (Drift) Koreksi apungan diberikan sebagai akibat adanya perbedaan pembacaan gayaberat dari stasiun yang sama pada waktu yang berbeda, yang disebabkan karena adanya guncangan
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
pegas alat gravimeter selama proses transportasi dari satu stasiun ke stasiun lainnya. Untuk menghilangkan efek ini, akusisi data didesain dalam suatu rangkaian tertutup, sehingga besar penyimpangan tersebut dapat diketahui dan diasumsikan linier pada selang waktu tertentu (t). g drift = n tn
g1 t1
(t n
t1)
SBA = FAA BC
f.
d. Koreksi Udara Bebas (Free-Air Correction) Merupakan koreksi pengaruh ketinggian terhadap medan gravitasi bumi, yang merupakan jarak stasiun terhadap spheroid referensi. Besarnya faktor koreksi (Free Air Correction/FAC) untuk daerah ekuator hingga lintang 45o atau -45o adalah –0,3085 mGal/m. Sehinga besarnya anomali pada posisi tersebut menjadi FAA (Free Air Anomali), yaitu: FAA (R + h) = gobs
Selain metode Nettleton’s, estimasi rapat massa dapat pula diturunkan melalui metode Parasnis. Selanjutnya, setelah BC diberikan, anomali gayaberat menjadi Simple Bouguer Anomaly :
Koreksi Medan (Terrain Correction) Koreksi ini diterapkan sebagai akibat dari adanya pendekatan Bouguer. Bumi tidaklah datar tapi berundulasi sesuai dengan topografinya. Hal ini yang bersifat mengurangi dalam SBA (Simple Bouguer Anomaly), sehingga dalam penerapan koreksi medan, efek gayaberat blok-blok topografi yang tidak rata harus ditambahkan terhadap SBA. Dengan demikian anomali gayaberat menjadi: CBA = SBA + TC
CBA = gobs g + 0,3085h BC + TC
g(R ) + 0,3085h
dengan CBA adalah Complete Bouguer e. Koreksi Bouguer (Bouguer Correction/BC) Koreksi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan benda berupa slab tak berhingga yang besarnya diberikan oleh persamaan: BC = 0,04185h
dengan h adalah elevasi dan
adalah massa
jenis. Salah satu metode yang digunakan untuk mengestimasi rapat massa adalah metode Nettleton. Dalam metode ini dilakukan korelasi silang antara perubahan elevasi terhadap suatu referensi tertentu dengan anomali gayaberat-nya, sehingga rapat massa terbaik diberikan oleh harga korelasi silang terkecil sesuai dengan persamaan: n
k = i=1
n
( g) i hi
( hi )2
i=1
IATMI 2007-TS-04
Anomaly dan TC adalah Terrain Correction.
NILAI GAYA PENGUKURAN DISTRIBUSINYA
BERAT PERTAMA
HASIL DAN
Survey microgravity di daerah survey dilakukan pada blok area dengan luas lebih kurang 3000 x 4000 m2. Spasi antar stasion pengukuran adalah 100 m, sehingga total stasion sebanyak 900 buah. Untuk mendapatkan gayaberat observasi (gobs) setiap stasion, koreksi yang diterapkan pada gayaberat pengukuran adalah koreksi apungan (drift) dan pasang surut (tidal). Surveys distribusi stasion gayaberat dan peta topografi Lapangan Sogo-Lirik ditunjukkan pada Gambar 6 dan Gambar 7. Peta topografi ini diperoleh dari hasil pengukuran ketinggian pada tiap titik gayaberat menggunakan altimeter yang diikat oleh data sumur.
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
Sesuai dengan gravimeter yang digunakan dalam survey ini, akurasi harga gayaberatnya adalah sekitar 0.005 mGal (atau 5 µGal) untuk ketiga gravimeter. Walaupun demikian, untuk menjaga kualitas harga gayaberatnya, pengukuran gayaberat dikontrol dengan menerapkan sistem pengukuran dengan lintasan tertutup. Ini artinya bahwa stasion base selalu diamati dua (2) kali, masing-masing sebelum dan setelah pengukuran gayaberat di lapangan. Selanjutnya, kualitas harga gayaberatnya direfleksikan oleh perbedaan dua pengukuran stasion base tersebut setelah dikoreksi gayaberat pasang surut. Nilai perbedaan itu biasa disebut sebagai nilai apungan (drift) dari gravimeter pada perioda pengukuran yang Harga drift seluruh alat secara bersangkutan. umum didalam interval harga drift yang direkomendasikan oleh pembuatnya (LaCoste & Romberg LLC dan Scientrex Inc.). Gayaberat observasi (Gambar 8) merupakan nilai gayaberat tiap stasion pengukuran yang telah diikatkan dengan titik ikat yang telah diketahui nilai gayaberat absolutnya. Sedangkan anomali gayaberat Bouguer merupakan gayaberat observasi yang telah dikoreksi oleh semua efek yang tidak diharapkan dalam pengukuran. Kemudian dilakukan proses filtering terhadap anomali Bouguer tersebut menggunakan teknik moving average dengan lebar jendela 7 x 7 (Gambar 9). Berdasarkan peta anomali Bouguer dapat diestimasi struktur sesar beserta kompartemenisasi yang terbentuk akibat struktur tersebut (Gambar 10). Peta tersebut menunjukkan adanya kesesuaian pola struktur dengan peta struktur Top M daerah Sago-Lirik (Gambar 11 dan Gambar 12). Selanjutnya, dibuat penampang berarah NWSE pada peta anomali Bouguer tersebut untuk digunakan dalam pemodelan kedepan (Gambar 13). Sebagai hasil akhir, diperoleh penampang kontras densitas bawah permukaan Sago-Lirik, Riau (Gambar 14). Berdasarkan penampang kontras densitas bawah permukaan dapat diinterpretasikan area yang merupakan daerah prospek baru (Gambar 15)
IATMI 2007-TS-04
ANALISIS DATA PENGUKURAN PERTAMA SURVEY MICROGRAVITY
Analisis Struktur
1. Berdasarkan peta anomali gayaberat Bouguer (Gambar 9 dan Gambar 10), dapat ditunjukkan adanya kelurusan pola kontur anomali yang berarah NW-SE dan NE-SW. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa terdapat dua sistem sesar pada daerah survey, yaitu : a) Sesar utama dengan arah NW-SE yang diinterpretasikan sebagai reverse fault (F0 phase). Arah sesar ini sesuai dengan Sistem Sesar Sumatra. b) Sesar-sesar lain dengan arah N-S hingga NNE-SSW yang diinterpretasikan sebagai normal faults dan terbentuk pada Rift phase (F1 phase). Daerah yang berada diantara sesar-sesar turun tersebut merepresentasikan blok yang naik dan blok yang turun akibat terdorong oleh sesar. 2. Daerah yang berada pada bagian NW dan bagian SE dengan nilai anomali gravity tinggi dapat diprediksi sebagai daerah yang merupakan prospek baru. Daerah ini berkemungkinan memiliki sistem sesar yang sama dengan sesar-sesar turun yang berada pada daerah tengah survey. Untuk membuktikan hipotesis ini, maka diperlukan perluasan daerah survey gravity ke bagian NW dan SE. 3. Hasil pemodelan kedepan data anomali gravity Bouguer (Gambar 14) menunjukkan bahwa kemungkinan terdapat prospek baru pada reservoir yang lebih dalam. Hal ini mendukung justifikasi survey seismik 3D. 4.
Hasil korelasi antara peta anomali gayaberat Bouguer dan peta struktur Top M pada daerah survey (Gambar 12) menunjukkan bahwa : Terdapat kesesuaian antara peta anomali gayaberat Bouguer dan peta struktur Top M. Sistem sesar turun pada daerah survey menunjukkan kompartemenisasi, yaitu
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
kompartemen I, II, III, IV dan V. Sesarsesar ini dapat berupa sesar sealing atau unsealing. Untuk mengetahui informasi ini, maka diperlukan survey time-lapse microgravity yang akan dilakukan pada periode berikutnya. KESIMPULAN 1. Data gayaberat hasil pengukuran pertama
(periode Desember 2006) telah memenuhi kualitas standar, sehingga data ini siap dijadikan sebagai data referensi bagi pengukuran berikutnya untuk memperoleh peta anomali 4D microgravity. 2. Berdasarkan peta anomali gayaberat Bouguer dapat diinterpretasikan bahwa terdapat dua sistem sesar, yaitu Sesar utama berarah NW-SE (searah Sistem Sesar Sumatra) sebagai reverse fault (F0 phase). Sesar-sesar lain berarah N-S hingga NNE-SSW sebagai normal faults dan terbentuk pada Rift phase (F1 phase). Daerah yang berada diantara sesar-sesar turun tersebut merepresentasikan blok yang naik yang blok yang turun akibat terdorong oleh sesar. 3. Daerah yang berada pada bagian NW dan bagian SE dengan nilai anomali gravity tinggi dapat diprediksi sebagai daerah yang merupakan prospek baru. Untuk membuktikan hipotesis ini, maka diperlukan perluasan daerah survey gravity ke bagian NW dan SE. Selain itu berdasarkan hasil pemodelan kedepan data anomali gayaberat Bouguer, juga dimungkinkan terdapat prospek baru pada reservoir yang lebih dalam. Hal ini mendukung justifikasi survey seismik 3D. 4. Terdapat kesesuaian antara peta anomali gayaberat Bouguer dan peta struktur Top M, dimana sistem sesar turun pada daerah survey menunjukkan kompartemenisasi, yaitu kompartemen I, II, III, IV dan V. Untuk mengetahui apakah sesar yang ada bersifat sealing atau unsealing, maka diperlukan survey timelapse microgravity yang akan dilakukan pada periode berikutnya.
IATMI 2007-TS-04
5. Sebagian besar lokasi sumur injeksi yang diusulkan oleh PERTAMINA telah sesuai, yang mana proses penyapuan injeksi air akan terjadi dalam setiap kompartemen dan pergerakannya dibatasi oleh zona sesar. Akan tetapi untuk meningkatkan efektivitas pergerakan air injeksi, diperlukan beberapa reposisi dan penambahan sumur injeksi, yaitu pada Kompartemen I dan IV perlu dilakukan reposisi sumur injeksi kearah utara, sedangkan pada Kompartemen III perlu dilakukan penambahan sumur injeksi pada bagian utaranya.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada General manager Unit Bisnis Pertamina EP Lirik Bpk Tubagus Nasiruddin atas dukungan dan izinnya untuk mempublikasikan kajian ini pada konvensi Nasional IATMI 2007 di Jogjakarta. Juga kepada Redarnis dan Zulfan yang telah membantu persiapan tulisan ini.
Riwayat penulis: 1. M. Yusuf Jatnika : Lulusan dari jurusan teknik Perminyakan ITB Tahun 1987, bergabung dengan ARCO Oil Company Indonesia sebagai Production Engineering Tahun 1987-2000. Tahun 2000-2006 bergabung dengan JOB Pertamina Lirik Petroleum ( JOB P-LP ), sebagai Head of Engineering dan Chief Petroleum Engineering. Tahun 2006 s/d sekarang bergabung dengan UBEP Lirik. 2. Handri Utama : Lulusan dari jurusan teknik Kimia ITB Tahun 1985, bergabung dengan Pertamina lebih dari 20 Tahun. Saat ini sebagai Manajer Operasi Unit Bisnis Pertamina EP. 3. Tri Sunarno Irianto : Lulusan dari jurusan Geologi Universitas Pembangunan Nasional ( UPN ) Tahun 1988-2006 bergabung dengan JOB Pertamina Lirik Petroleum sebagai Chief Geologi Produksi. Tahun 2006 s/d sekarang bekerja di Unit Bisnis Pertamina EP lirik. 4. Bambang Muntoyo : Lulusan dari
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
jurusan teknik Mesin Universitas Trisakti, lebih dari 25 Tahun bergabung dengan ARCO oil Company Indonesia, dengan jabatan terakhir sebagai Manager Production minyak ARCO bagian Barat. Tahun 2000 s/d 2006 bergabung dengan JOB Pertamina Lirik Petroleum ( JOB PLP ) menjabat sebagai Manager Operation. Tahun 2006 s/d sekarang bergabung dengan Unit bisnis Pertamina EP. 5. Dr. Wawan Gunawan A Kadir, M.Sc : Lulusan dari jurusan Geofisika UGM Tahun 1982, Lulus S2 Geofisika UGM th 1991, Lulus S3 Geofisika ITB th 1996, sekarang sebagai dosen bidang Digital Processing metoda gravity dan magnetic di ITB. DAFTAR PUSTAKA 1. Alis, R.G., T.M. Hunt, 1986, Analysis of exploration-induced gravity changes at Wairakei geothermal field, Geophysics 51, p.1647-1660. 2. Blakely, Richard.J, 1995, Potential Theory in Gravity and Magnetic Application, Cambridge Univ. Press. 3. Grant, F.S. and West, G.F., 1965, Interpretation Theory in Applied Geophysics, McGraw-Hill, Inc. 4. Hare J.L., J.F. Ferguson, C.L.V. Aiken and J.L. Braddy, 1999, The 4-D microgravity method for waterflood surveillance: A model study for the Prudhoe Bay reservoir, Alaska, Geophysics, v.44, No.1, p.76-87. 5. Hunt T.M. and W.M. Kissling, 1994, Determination of reservoir properties at Warirakei geothermal field using gravity changes measurement, J. Volcanol, Geotherm.Res, 63, p.129-143. 6. Kadir W.G.A., 1999, The 4-D gravity survey and its subsurface dynamics : a theoretical approach, Proceeding of 24 HAGI annual
IATMI 2007-TS-04
meeting, Surabaya, p.94-99. 7. Kadir W.G.A. and D. Santoso, 2000, Porosity estimation of a porous rock using 4D gravity survey, Proceeding of 2000 AAPG International Conference & Exhibition, Bali. 8. Kadir W.G.A., M.T. Zen, L. Hendrajaya, D. Santoso and S. Sukmono, 1996, Gravity evidence for the thinning of the crust around the North Sumatra area, Proceeding of Indonesian Petroleum Association, 25, p.8191. 9. Santoso D., W.G.A. Kadir and S. Alawiyah, 2000, Delineation of reservoir boundary using AVO analysis, Journal of Exploration Geophysics, ASEG, v.31, No.1 and 2, p.409412.
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
GAMBAR 1. LOKASI LAPANGAN SAGO
GAMBAR 2. KERANGKA GEOLOGI DAERAH SUMATERA TENGAH
IATMI 2007-TS-04
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
GAMBAR 3. STRATIGRAFI DILAPANGAN SAGO
GAMBAR 4. STRUKTUR LAPANGAN SAGO IATMI 2007-TS-04
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
GAMBAR 5. STRATIGRAFI LAPANGAN SAGO
GAMBAR 6. DISTRIBUSI STASION GAYABERAT DILAPANGAN SAGO-LIRIK, RIAU
IATMI 2007-TS-04
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
9966000
m 9965000
54 50 46
9964000
42 38 9963000
34 30 9962000
N
26 22
9961000 0
0.5 199000
18
1 km 200000
201000
202000
203000
204000
GAMBAR 7. PETA TOPOGRAFI LAPANGAN SAGO-LIRIK BESERTA DISTRIBUSI STASION PENGUKURAN ELEVASI
IATMI 2007-TS-04
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
GAMBAR 8. PETA GAYABERAT OBSERVASI LAPANGAN SAGO-LIRIK HASIL PENGUKURAN PERTAMA (PERIODE DESEMBER 2006) BESERTA DISTRIBUSI STASION PENGUKURANNYA
GAMBAR 9. PETA ANOMALI GAYABERAT BOUGUER LAPANGAN SAGO-LIRIK HASIL PENGUKURAN PERTAMA (PERIODE DESEMBER 2006) BESERTA DISTRIBUSI STASION PENGUKURANNYA IATMI 2007-TS-04
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
GAMBAR 10. PETA ANOMALI GAYABERAT BOUGUER LAPANGAN SAGO-LIRIK BESERTA ESTIMASI STRUKTUR DENGAN KOMPARTEMENSASINYA (KOMPARTEMEN I, II, III, IV DAN V)
GAMBAR 11. PETA STRUKTUR TOP M DILAPANGAN SAGO-LIRIK, RIAU IATMI 2007-TS-04
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
GAMBAR 12. KORELASI PETA ANOMALI GAYABERAT BOUGUER DAN PETA STRUKTUR TOP M BESERTA KOMPARTEMENSASINYA
GAMBAR 13. GARIS PENAMPANG NW-SE YANG DIGUNAKAN UNTUK PEMODELAN KEDEPAN DATA ANOMALI GAYABERAT BOUGUER
IATMI 2007-TS-04
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
GAMBAR 14. NILAI KONTRAS DENSITAS BAWAH PERMUKAAN YANG DITURUNKAN DARI ANOMALI GAYABERAT BOUGUER MELALUI PEMODELAN KEDEPAN
GAMBAR 15. NILAI KONTRAS DENSITAS BAWAH PERMUKAAN YANG DITURUNKAN DARI ANOMALI GAYABERAT BOUGUER MELALUI PEMODELAN KEDEPAN BESERTA AREA PROSPEK BARU IATMI 2007-TS-04