Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 – 7 Mei 2009
SURVEI TINGKAT UTILISASI SIMULASI UNTUK OPERASI KONSTRUKSI BERULANG Fauziah Shanti C. S. M. dan Muhamad Abduh Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10 Bandung Email:
[email protected]/
[email protected];
[email protected]
ABSTRAK Persaingan ketat di industri konstruksi menuntut para praktisi untuk selalu melakukan inovasi dan beradaptasi dengan perubahan. Keadaan ini ternyata sangat kontra-produktif dengan permasalahan efisiensi yang mengelayuti dunia industri konstruksi. Waste yang terjadi di industri konstruksi mencapai 57%. Waste dapat diatasi dengan melakukan perencanaan dan evaluasi yang baik, salah satu cara yang diusulkan untuk melakukannya adalah dengan teknik simulasi untuk perancangan dan analisa operasi konstruksi berulang. Namun tampaknya teknik simulasi ini masih jarang dilakukan oleh kalangan praktisi konstruksi. Survei ini bertujuan untuk mengetahui tingkat utilisasi simulasi untuk operasi konstruksi berulang di kalangan kontraktor. Metode yang dilakukan pada survei ini adalah dengan melalui pendekatan kuesioner kepada praktisi konstruksi di perusahaan kontraktor besar di wilayah Jakarta dan Bandung. Ternyata hasil survei menunjukkan bahwa teknik simulasi untuk tujuan umum maupun untuk operasi konstruksi berulang telah biasa dilakukan oleh para praktisi. 79% responden telah melakukan simulasi pada tahap pre planning dan evaluasi pada pelaksanaan operasi konstruksi, dan 21% tidak melakukannya. Empat permasalahan utama yang dihadapi para praktisi adalah permasalahan ketersediaan data sebagai bahan input pada sistem simulasi, SDM yang tidak terampil untuk melakukan simulasi, kesulitan pemodelan untuk simulasi, dan waktu running data yang cukup lama. Aplikasi spreadsheet paling banyak digunakan oleh para praktisi untuk melakukan teknik simulasi, sehingga potensial untuk dilakukan pengembangan teknik simulasi untuk operasi konstruksi berulang dengan menggunakan aplikasi spreadsheet. Kata kunci: simulasi, operasi konstruksi berulang, spreadsheet.
1. PENDAHULUAN Persaingan industri konstruksi yang ketat menuntut kalangan profesional di industri ini untuk selalu berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan. Terbukanya pasar industri konstruksi di luar negeri merupakan suatu tantangan sekaligus potensi bagi para pelaku bisnis konstruksi dalam negeri untuk mengembangkan bisnisnya. Potensi tersebut ternyata kontra-produktif dengan kenyataan yang ada di industri konstruksi secara umum di dunia. Kenyataan tersebut adalah bahwa ternyata industri konstruksi saat ini masih bergelut dengan masalah efisiensi dalam pelaksanaan operasi konstruksinya. Menurut Ballard (2000), telah terjadi pemborosan (waste) sebesar 57%, yaitu berupa kegiatan yang menggunakan sumber daya tetapi tidak menghasilkan nilai yang diharapkan (value), sedangkan kegiatan yang memberikan nilai tambah hanya sebesar 10% dan kegiatan pendukung sebesar 33%. Dalam rangka untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi konstruksi, perusahaan konstruksi harus mencari cara yang tepat dalam merencanakan, melaksanakan, serta mengendalikan operasi konstruksi berulang di lapangan, terutama untuk mengurangi waktu siklus dan variabilitasnya. Cara yang diusulkan adalah dengan menggunakan teknik simulasi dalam perancangan dan analisa operasi konstruksi agar operasi konstruksi dapat berjalan optimal dengan sumber daya yang telah direncanakan. Survei ini dilakukan untuk melihat potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh para praktisi di kalangan kontraktor dalam melakukan teknik simulasi untuk operasi konstruksi berulang.
2. OPERASI KONSTRUKSI BERULANG Survei ini dilakukan untuk melihat penngunaan teknik simulasi di level operasi, seperti halnya yang telah dijelaskan dalam Halpin dan Riggs (1992). Hierarki lingkup konstruksi digunakan untuk melakukan pembagian wewenang dan sumber daya dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Level operasi konstruksi merupakan level terendah yang fokus pada aksi di lapangan dalam rangkaian work task yang ada. Operasi konstruksi menghasilkan penempatan suatu bagian konstruksi yang dapat didefinisikan dan secara alami memiliki struktur proses teknologi dan penugasan. Suatu operasi konstruksi sangat berhubungan dengan alat untuk mencapai suatu produk akhir dan secara alami dapat berulang.
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M – 49
Fauziah Shanti C. S. M. dan Muhamad Abduh
Suatu operasi konstruksi dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut, suatu tim kerja atau pekerja akan datang ke lokasi di mana pelaksanaan tugas akan dilakukan. Satu tim kerja dengan tugas spesifik tersebut akan meninggalkan produk setengah jadi hasil tugasnya untuk selanjutnya menjadi lokasi pelaksanaan tugas tim kerja selanjutnya. Setiap tim kerja tetap akan memberikan kontribusi penambahan komponen atau kualitas kepada produk akhir (value). Proses produksi seperti ini yang kemudian disebut sebagai ’Parade of Trades’. Jadi meskipun suatu proyek konstruksi biasanya dianggap sebagai suatu yang unik, tetapi sebenarnya dalam pelaksanaan di lapangan terdapat suatu proses dan operasi konstruksi yang tidak unik bahkan berulang kali dilakukan dengan metoda dan sumber daya yang sama. Perulangan operasi konstruksi ini menjadi suatu peluang untuk dilakukan suatu perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan usaha perbaikan yang menerus.
3. PRE PLANNING DAN EVALUASI UNTUK PELAKSANAAN OPERASI KONSTRUKSI BERULANG Kajian yang dilakukan Abduh dan Roza (2006) menunjukkan bahwa kontraktor besar Indonesia masih memiliki masalah dalam pengurangan waktu siklus dan variabilitas operasi konstruksinya. Pengurangan waktu siklus dapat diatasi dengan melakukan perencanaan yang baik pada proses produksi serta membuat proses tersebut mengalir. Perencanaan proses produksi meliputi pendetailan perencanaan hingga ke tingkat work task, perencanaan jumlah, komposisi, hingga produktivitas SDM yang terlibat. Aliran proses produksi dapat berjalan dengan baik jika telah dilakukan analisa ukuran dan jumlah tugas yang direncanakan apakah sudah sesuai dengan kemampuan produksi, analisa constraint yang menghambat jalannya proses produksi, analisa waktu delay dan waktu tunggu dari proses produksi yang telah berjalan, dan analisa non value adding activities. Pengendalian variasi dalam pelaksanaan operasi konstruksi dapat dilakukan dengan adanya kegiatan evaluasi pada setiap proses pelaksanaan operasi konstruksi. Hasil penelitian Abduh dan Roza (2006) tersebut dapat implementasikan pada perlunya suatu pre planning dan evaluasi pada pelaksanaan operasi konstruksi berulang dalam rangka untuk mengurangi waktu siklus dan pengendalian variabilitasnya. Pre planning merupakan perencanaan rinci yang dilakukan sebelum mengeksekusi suatu pekerjaan. Pre planning adalah rencana keseluruhan pekerjaan yang meliputi kerangka kerja, rencana antisipasi terhadap terjadinya kejadian tak terduga yang tidak diharapkan, dan rencana rinci pelaksanaan pekerjaan pada tingkat tugas tukang/pekerja (work task). Pre planning dapat bermanfaat untuk: memperjelas persiapan dan pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat mencapai produktivitas yang diharapkan. Setelah melakukan pre planning, maka pada milestone-milestone atau progres-progres tertentu yang ditetapkan di proses pelaksanaan operasi konstruksi berulang, maka perlu dilakukan evaluasi untuk menilai apakan pelaksanaan telah sesuai dengan rencana, dan koreksi perbaikannya jika diperlukan. 4. SISTEM SIMULASI DAN PERKEMBANGAN TEKNIK SIMULASI UNTUK OPERASI
KONSTRUKSI BERULANG Secara sederhana, simulasi bisa diartikan sebagai suatu imitasi dari sistem dinamis menggunakan model komputer dengan tujuan untuk mengevaluasi dan meningkatkan kinerja sistem. Menurut Schriber (1987), simulasi adalah suatu pemodelan dari sebuah proses atau sistem dengan tujuan model tersebut mampu merespon menyerupai sistem aslinya (mimic) terhadap kejadian-kejadian yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Mempelajari perilaku sistem akan lebih praktis apabila eksperimen dilakukan menggunakan model sistem tersebut, bukan dengan sistem sebenarnya. Hal ini dikarenakan bereksperimen dengan sistem sebenarnya berisiko tinggi bagi keselamatan. Bagi banyak orang, model hanya diartikan sebagai model fisik seperti miniatur bangunan, prototype kendaraan, dan sebagainya. Akan tetapi, kebanyakan model yang diperlukan dalam simulasi adalah model matematis, yaitu suatu model yang merepresentasikan sistem secara lojik dan dalam sejumlah relasi kuantitatif yang mana kita bisa melakukan manipulasi terhadapnya untuk melihat bagaimana sistem akan merespon. Berdasarkan hasil kajian dari Abduh (2007), maka perkembangan teknik simulasi untuk operasi konstruksi berulang telah berlangsung cukup lama, yaitu sejak tahun 1970an, sejak Daniel W. Halpin mengembangkan pemodelan CYCLONE hingga saat ini dengan dikembangkannya teknik simulasi berbasis web yang bernama WebCYCLONE. Beberapa teknik simulasi untuk operasi konstruksi berulang yang telah dikembangkan adalah Insight (Kalk 1980), RESQUE (Chang 1986), UM-CYCLONE (Ioannou 1989), MicroCYCLONE (Halpin 1990), COOPS (Liu 1991), CIPROS (Odeh et al. 1992), DISCO (Huang 1994), STROBOSCOPE (Martinez 1996), SIMPHONY (AbouRizk dan Mohamed 2000), COST (Cheng et. Al. 2000), RISim (Chua and Li 2002), WebCYCLONE (Halpin et al. 2003). Perkembangan dari sistem simulasi ini dapat dilihat pada gambar 1.
M - 50
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Survei Tingkat Utilisasi Simulasi untuk Operasi Konstruksi Berulang
Gambar 1. Perkembangan sistem simulasi untuk operasi konstruksi (Abduh, 2007) 5. ADOPSI
TEKNIK SIMULASI INDONESIA
UNTUK
OPERASI
KONSTRUKSI BERULANG
DI
Hasil kajian dari Halpin dan Martinez (1999) pada Abduh (2007) menekankan bahwa sudah banyak aplikasi yang diterapkan dari teknik-teknik simulasi yang dikembangkan untuk operasi konstruksi berulang. Dari hasil analisa penerapan teknik simulasi untuk operasi konstruksi berulang telah terbukti meningkatkan produktivitas mulai dari 30% hingga 200% Keberhasilan aplikasi teknik simulasi untuk operasi konstruksi berulang pada industri konstruksi di luar negeri ternyata tidak diikuti oleh kalangan praktisi konstruksi di Indonesia. Nilai tambah pada peningkatan efisiensi operasi konstruksi di lapangan belum menjadi motivasi bagai kalangan praktisi konstruksi di Indonesia untuk mengadopsi teknik simulasi ini. Di Indonesia teknik simulasi untuk operasi konstruksi berulang baru sebatas diterapkan di kalangan akademisi sebagai bahan penelitian dan pembelajaran, seperti yang telah dilakukan oleh Abduh dan Ginting (2003) dan Wirahadikusumah dan Abduh (2006). Abduh (2007) mengindikasikan bahwa rendahnya adopsi ini disebabkan oleh kompleksitas operasi konstruksi dan usaha yang dibutuhkan untuk mempersiapkan suatu model representasi. Meskipun metoda pemodelan, seperti CYCLONE yang kemudian diperkaya oleh STROBOSCOPE serta SIMPHONY, bertujuan untuk dapat melakukan representasi operasi konstruksi dengan valid, realistis, komprehensif dan dapat dilakukan dengan cukup mudah, praktisi tetap perlu menyediakan waktu dan usaha yang lebih untuk melakukannya serta pengetahuan simulasinya pun harus cukup memadai. Selain itu, ketidaktersediaannya data di dunia konstruksi untuk membuat model berjalan dengan baik ketika simulasi dilakukan masih sangat jarang. Beberapa permasalahan di atas diperparah dengan stereotype dari praktisi konstruksi yang tidak mau mencoba inovasi, mencari langkah pragmatis, serta sulit untuk berubah ketika tiba pada perancangan dan pelaksanaan suatu operasi konstruksi. Dengan demikian, aplikasi simulasi operasi konstruksi berulang hanya dilakukan pada operasi konstruksi yang besar, signifikan, dan relatif baru saja serta dilakukan terbatas dalam suatu mekanisme konsultansi ataupun di lingkungan akademik semata.
6. TUJUAN DAN METODA PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara lebih mendalam mengenai utilisasi teknik simulasi pada operasi konstruksi berulang di beberapa perusahaan kontraktor besar di Indonesia dan permasalahan yang dihadapi oleh para praktisi dalam mengaplikasikan teknik simulasi tersebut. Penelitian ini dirancang dengan pendekatan survei yang dilakukan secara terbatas pada sample perusahaan kontraktor di Wilayah Jakarta dan Bandung. Survei ini didesain untuk mendapatkan fakta dari para responden mengenai potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh para praktisi di kalangan kontraktor dalam melakukan teknik simulasi untuk operasi konstruksi berulang. Hasil dari identifikasi pada survei ini diharapkan dapat dijadikan suatu masukan bagi pengembangan teknik simulasi pada pelaksanaan operasi konstruksi berulang. Target responden yang diharapkan dari survei ini adalah para profesional dari kalangan kontraktor yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1.
Merupakan staf atau kepala bagian teknik atau operasional di perusahaan dan pernah menangani proyek, baik sebagai engineer, site manager maupun project manager.
2.
Berpengalaman menangai proyek konstruksi dan memiliki pengetahuan mengenai operasi kontruksi.
3.
Berpengalaman dalam melaksanakan operasi konstruksi berulang pada proyek-proyek yang memiliki kegiatan proyek yang liner dan tipikal.
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M - 51
Fauziah Shanti C. S. M. dan Muhamad Abduh
7. PERANCANGAN SURVEI Penelitian ini diawali dengan melihat kondisi eksisting dari perusahaan kontraktor dalam hal penggunaan teknik simulasi untuk operasi pelaksanaan operasi konstruksi berulangnya. Dengan mengetahui keadaan eksisting tersebut, maka dapat diketahui permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan tersebut dalam melakukan teknik simulasi pada pelaksanaan operasi konstruksi berulangnya. Model kuesioner yang dikembangkan adalah model kuesioner tertutup, namun tetap memberikan kesempatan kepada responden untuk mengungkapkan data yang dimilikinya jika tidak terdapat pada pilihan jawaban yang disajikan. Model kuesioner ini selanjutnya akan dianalisa melalui statistik deskriptif. Model kuesioner yang menjadi alat bantu pada penelitian ini dapat dilihat di lampiran daftar pertanyaan kuesioner. Alur pertanyaan kuesioner dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Alur pertanyaan kuesioner
8. HASIL SURVEI Karakteristik Umum Survei mengenai tingkat utilisasi teknik simulasi untuk operasi konstruksi berulang yang dilakukan diawali dengan melakukan identifikasi mengenai demografi responden. Informasi mengenai responden ini diperlukan pada penelitian sebagai dasar pertimbangan bahwa implementasi teknik simulasi pada operasi konstruksi berulang merupakan suatu investasi yang tidak murah dan diperkirakan lebih mungkin dilakukan oleh perusahaan kontraktor berskala besar (berdasarkan modal usaha). Perusahaan yang berpartisipasi pada survei ini adalah perusahaan kontraktor BUMN sebanyak 29% dan perusahaan kontraktor swasta nasional sebanyak 71%. Jumlah responden
M - 52
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Survei Tingkat Utilisasi Simulasi untuk Operasi Konstruksi Berulang
yang mewakili perusahaan kontraktor tempat mereka bekerja adalah sebanyak 15 responden. Kategori perusahaan kontraktor hasil survei dapat dilihat pada gambar 3. Kategori Perusahaan
BUMN 29% SWASTA NASIONAL 71%
Gambar 3. Kategori Perusahaan Kontraktor Teknik Simulasi untuk Tujuan Umum Para responden menyatakan bahwa pada umumnya mereka telah melakukan teknik simulasi di berbagai kegiatan yang menyangkut pekerjaan mereka. Berdasarkan urutan dari pilihan responden, kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan simulasi adalah sebagai berikut: 1. Pengajuan harga penawaran proyek 2. Pengendalian biaya pelaksanaan proyek (RAP) 3. Penjadwalan proyek (schedulling) 4. Pelaksanaan operasi konstruksi di lapangan 5. Manajemen risiko proyek 6. Perencanaan kekuatan struktur bangunan
Kegiatan dengan teknik simulasi Pelaksanaan operasi konstruksi di lapangan
50%
Perencanaan kekuatan struktur bangunan
21%
Manajemen risiko proyek
21%
Pengendalian biaya pelaksanaan proyek (RAP) Penjadwalan proyek (schedulling)
79% 64%
Pengajuan harga penawaran proyek
79%
Gambar 4. Pengalaman kegiatan dengan simulasi oleh responden Hasil dari survei menunjukkan bahwa pelaksanaan operasi konstruksi menempati peringkat 4 dari pilihan responden, yaitu 50% responden melakukannya. Hasil ini menunjukkan bahwa pertanyaan-pertanyaan survei selanjutnya mengenai teknik simulasi untuk perancangan dan analisa operasi konstruksi berulang dapat dilanjutkan. Hasil survei selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4 di atas. Pada gambar 5 dan 6, menunjukkan hasil pendapat responden mengenai intensitas penggunaan teknik simulasi dan tingkat kesulitannya. Di perusahaan tempat para responden bekerja, intensitas penggunaan teknik simulasi dengan kategori “sering kali dan jarang dilakukan” menempati posisi yang sama, yaitu sebanyak 43%, sedangkan 14% responden menyatakan teknik simulasi “cukup sering dilakukan“ di perusahaan tempat mereka bekerja, dalam hal ini teknik simulasi hanya dilakukan pada proyek dengan tingkat kompleksitas dan nilai pekerjaan yang tinggi. Berdasarkan tingkat kesulitan responden ketika melakukan simulasi pada kegiatan-kegiatan yang telah dikerjakannya, hanya 7% dari responden yang menyatakan “mudah atau tidak menemui kendala samasekali” ketika melakukan simulasi, sedangkan 72% responden meyatakan “terkadang menemui kendala saat melakukan simulasi”, dan 21% menyatakan teknik simulasi yang dilakukannya “sulit”.
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M - 53
Fauziah Shanti C. S. M. dan Muhamad Abduh
Intensitaspenggunaan teknik simulasi
Tingkat kesulitan teknik simulasi Mudah (tidak menemui kendala samasekali) 7%
Sulit (selalu menemui kendala pada prosesnya) 21%
Jarang 43%
Sering 43%
Sedang (terkadang menemui kendala dalam prosesnya) 72%
Cukup sering 14%
Gambar 5. Intensitas penggunaan teknik simulasi untuk tujuan umum
Gambar 6. Tingkat kesulitan penggunaan teknik simulasi untuk tujuan umum
Pada umumnya para responden menyatakan bahwa teknik simulasi berguna untuk meningkatkan produktivitas pelaksanaan operasi konstruksi, yaitu 93%, hanya 7% dari responden yang menyatakan sebaliknya, namun para responden masih menemui beberapa permasalahan ketika melakukan teknik simulasi. Pokok-pokok permasalahan yang dihadapi oleh para responden ketika melakukan teknik simulasi disajikan pada gambar 7. Permasalahan yang dihadapi saat bersimulasi Tampilan simulasi kurang komunikatif
7%
Report simulasi tidak dapat dipahami
7%
Data sebagai bahan simulasi yang tidak lengkap
57%
Kesulitan pemodelan
36%
Biaya yang cukup mahal Alat bantu yang kurang memadai Waktu running data yang lama SDM yang kurang cakap
14% 7% 29% 50%
Gambar 7. Permasalahan yang dihadapi saat melakukan simulasi untuk tujuan umum Tidak adanya data yang dapat diproses untuk melakukan suatu simulasi dirasakan oleh para responden sebagai masalah yang paling utama dirasakan, 57 % responden menyatakan demikian. Data yang dimaksudkan adalah data produktivitas tenaga kerja yang tidak tersedia dengan lengkap dan data durasi suatu proses operasi konstruksi yang tidak akurat. Data-data ini merupakan bahan input dalam melakukan suatu simulasi operasi konstruksi. Hal lain yang dirasakan oleh para responden adalah permasalahan SDM yang kurang cakap dan terampil dalam melakukan teknik simulasi, yaitu sebanyak 50% responden mengalaminya. Permasalahan selanjutnya adalah mengenai pemodelan dari suatu proses untuk diinputkan ke dalam bahasa pemodelan simulasi, yaitu 36% responden mengalaminya. Permasalahan lainnya adalah mengenai waktu untuk melakukan running simulasi yang dirasakan cukup lama, biaya yang harus dikeluarkan, alat bantu simulasi, report simulasi yang tidak mudah dipahami, serta tampilan simulasi merupakan masalah yang tidak banyak dialami oleh para responden. Teknik Simulasi untuk Operasi Konstruksi Berulang Teknik simulasi dapat meningkatkan keberhasilan pelaksanaan proyek agar sesuai dengan rencana. Untuk proyekproyek yang sering dikerjakan, hasil analisa dari simulasi yang telah dikerjakan dapat dijadikan bahan analisa pada proyek-proyek sejenis yang akan dikerjakan. Sedangkan untuk proyek yang kompleks dan tingkat kesulitannya tinggi, teknik simulasi dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran sebelum implementasi proyek sesungguhnya. Gambar 8 berikut ini adalah proyek-proyek yang sering dikerjakan oleh para responden.
M - 54
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Survei Tingkat Utilisasi Simulasi untuk Operasi Konstruksi Berulang
Proyek yang dikerjakan Gedung bertingkat dengan tipe/luasan lantai tipikal
71%
Gedung/hotel dengan tipe ruang yang tipikal
29%
Perumahan (jenis/model/tipe sama)
21%
Perkerasan jalan
14%
Jembatan
21%
Terowongan
7%
Saluran
7%
Lainnya: bangunan monumental, oil and gas, parbrik/industrial plant
21%
Gambar 8. Proyek yang sering dikerjakan responden Para responden lebih sering mengerjakan proyek bangunan gedung bertingkat yang tipikal, yaitu sebanyak 71% responden menyatakan demikian. Hal ini membuat pertanyaan-pertanyaan survei selanjutnya dapat diterima, karena teknik simulasi akan lebih terasa manfaatnya jika dilakukan untuk proyek-proyek yang linier, seperti gedung bertingkat yang tipikal. Untuk proyek-proyek kompleks dan jarang dikerjakan teknik simulasi juga sangat besar manfaatnya untuk meningkatkan keberhasilannya implementasinya, yaitu seperti yang diungkapkan oleh 21% responden yang megerjakan proyek monumental yang spesifik, industrial plant, dan oil and gas construction. Survei ini mencoba mengidentifikasi tingkat utilisasi teknik simulasi untuk operasi konstruksi berulang dengan mengacu pada tahapan pre planning dan evaluasi sebagai tindaklanjut hasil kajian Abduh dan Roza (2006) yang mengidentifikasikan kelemahan dari kontraktor besar dalam mengurangi waktu siklus dan variabilitas pelaksaan operasi konstruksi. Teknik simulasi dijadikan alat bantu yang dianggap mampu untuk memperhitungkan dengan cermat waktu siklus dan variasi yang terjadi pada pelaksaan operasi konstruksi di tahap pre planning dan evaluasi. Dari hasil survei diketahui bahwa 79% dari responden telah melakukan teknik simulasi untuk pre planning dan evaluasi operasi konstruksi berulang dan hanya 21% yang tidak melakukannya. Para responden yang tidak melakukan teknik simulasi adalah karena: 1. Tidak memiliki pengalaman (karena samasekali belum pernah melakukannya) 2. Kesulitan akan sumber daya manusia yang terampil untuk melakukan simulasi 3. Tidak memiliki alat bantu yang memadai (komputer dan software yang tidak kompatibel) 4. Simulasi hanya akan menambah biaya pekerjaan 5. Tidak merasa perlu untuk melakukan simulasi Dari para responden yang telah melakukan teknik simulasi, maka permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh para responden dapat dilihat pada gambar 9 di bawah ini.
Permasalahan saat melakukan simulasi untuk operasi konstruksi berulang Report simulasi tidak dapat dipahami
7%
Data base simulasi tidak ada
14%
Data sebagai bahan simulasi yang tidak memadai Software yang tidak memadai
50% 7%
Kesulitan pemodelan
36%
Biaya yang cukup mahal Alat bantu yang kurang memadai Waktu running data yang lama SDM yang kurang cakap
21% 14% 29% 29%
Gambar 9. Permasalahan yang dihadapi responden saat melakukan simulasi pada pre planning dan evaluasi operasi konstruksi berulang
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M - 55
Fauziah Shanti C. S. M. dan Muhamad Abduh
Terdapat sedikit perbedaan dengan permasalahan yang dihadapi responden ketika melakukan simulasi untuk tujuan umum dengan ketika melakukan pre planning dan evaluasi untuk operasi konstruksi berulang, yaitu waktu running data ternyata juga menjadi salah satu permasalahan yang dominan. Di kalangan akademik, telah dikenal dasar aplikasi komputer yang digunakan para responden sebagai alat bantu untuk melakukan teknik simulasi pada operasi konstruksi berulang, yaitu dengan menggunakan MicroCYLONE, namun dari hasil survei, ternyata mayoritas responden menggunakan aplikasi spreadsheet sebagai alat bantu untuk melakukan teknik simulasi pada operasi konstruksi berulang, yaitu sebanyak 71%, sedangkan yang menggunakan aplikasi lainnya adalah sebanyak 29%. Hal ini disebabkan karena mayoritas responden tidak mengetahui akan adanya pemodelan CYCLONE sebagai pemodelan dasar yang digunakan pada alat bantu simulasi untuk operasi konstruksi berulang. Para responden lebih terbiasa menggunakan aplikasi spreadsheet sebagai alat bantu dalam melaksanaan pekerjaannya, baik perkerjaan administrasi kantor sehari-hari maupun sebagai alat bantu simulasi pada pelaksanaan operasi konstruksi. Hal ini sesuai dengan harapan yang dungkapkan para responden mengenai bahasa simulasi yang akan digunakan pada aplikasi teknik simulasi untuk operasi konstruksi berulang. 86% responden mengharapkan aplikasi spreadsheet sebagai bahasa simulasi untuk pengembangan teknik simulasi operasi konstruksi berulang. Harapan para responden untuk pengembangan aplikasi teknik simulasi operasi konstruksi berulang dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Harapan responden untuk pengembangan aplikasi simulasi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Elemen Aplikasi Hardware Konsep software Tampilan software Bahasa simulasi Proses pengumpulan data Pemodelan Modul input Probabilitas kejadian Tampilan proses Report simulasi Up date data Tujuan report simulasi Analisa hasil simulasi
Harapan Tidak spesifik User friendly Dilengkapi ikon-ikon menu Spreadsheet Disediakan fasilitas data base Pemodelan dengan CPM atau CYLONE By form Perlu disediakan pilihan PDF event Ditampilkan proses simulasi Report dapat di customized Resource dan durasi Tingkat manajerial Produktivitas dan biaya
9. KESIMPULAN Dari hasil survei yang telah dilakukan diketahui bahwa para praktisi konstruksi telah menggunakan teknik simulasi baik untuk tujuan umum maupun untuk pelaksanaan operasi konstruksi berulang di lapangan. Namun teknik simulasi yang digunakan belum menggunakan alat bantu dari bahasa simulasi yang umum digunakan, tetapi lebih kepada penggunaan aplikasi spreadsheet saja. Hasil survei menunjukkan bahwa empat permasalahan utama yang dihadapi para praktisi saat melakukan simulasi untuk operasi konstruksi berulang adalah permasalahan ketersediaan data sebagai bahan input pada sistem simulasi, sumberdaya manusia yang tidak, kesulitan pemodelan simulasi, dan waktu running data saat simulasi. Berdasarkan harapan dari para resonden bagi pengembangan teknik simulasi untuk operasi konstruksi berulang, ternyata aplikasi spreadsheet merupakan aplikasi yang potensial untuk dijadikan dikembangkan sebagai alat bantu simulasi untuk operasi konstruksi berulang.
DAFTAR PUSTAKA Abduh, M. (2007). “Perkembangan Teknologi Simulasi untuk Perancangan dan Analisa Operasi Konstruksi Berulang”. Seminar Nasional Teknik Sipil 2007, Universitas Maranatha 16 Juni 2007. Bandung, Indonesia. Abduh, M, dan Roza, H.A. (2006). “Pengurangan Waktu Siklus dan Variabilitas Proses Konstruksi”, Prosid ICIC 1st, 1st ICI Conference. Hotel Sultan, Jakarta, 8 – 9 November 2006, Indonesia. Abduh, M., dan Ginting, A.O. (2003). “Selection of the Pasupati Bridge’s Construction Method Using Simulation,” Proceeding the 9th EASEC, December 2003. Bali, Indonesia. Ballard, G. (2000). “The Last Planner System of Production Control.” Ph.D. Diss., School of Civil Engrg, Faculty of Engineering, The University of Birmingham. Halpin. D. W. and Riggs, L. S. (1992). Planning and Analysis of Construction Operations, John Wiley and Sons, Inc., New York, N.Y., pp. 381. Schriber, T.J.1987. The Nature and Role of Sim in the Design of Manufacturing System. Society for Computer Sim. Wirahadikusumah, R.D., and Abduh, M. (2006). “The Application of Management Tools for Evaluating and Improving Production Process in a Concrete Batching plant”, Proceedings of the 2nd ACF International Conference 20 – 21 November 2006, Bali – Indonesia.
M - 56
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta