SURVEI LANDAIAN SUHU DAERAH PANAS BUMI SUMANI Yuanno Rezky, Robertus S. L. Simarmata Kelompok Penyelidikan Panas Bumi Kata kunci : Sumani, panas bumi, landaian suhu, pengeboran. ABSTRAK Lapangan panas bumi Sumani, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat, dipilih menjadi lokasi penyelidikan karena berdasarkan hasil penyelidikan terdahulu diketahui memiliki daerah prospek seluas 10,5 km2 dan potensi panas bumi sekitar 36 MWe. Daerah panas bumi Sumani secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Lokasi berada pada koordinat geografis 100°30'3" 100°42'07" BT dan 0°37'57" - 0°46'37" LS. Daerah Panas Bumi ini terletak di timurlaut Kota Padang dengan jarak sekitar 34 km yang dapat dicapai perjalanan darat. Survei landaian suhu merupakan lanjutan dari survei terpadu geologi, geokimia dan geofisika, survei aliran panas serta magnetotellurik pada tahun sebelumnya. Lokasi bor SMN-1 terletak pada posisi 677,429 mT dan 9,915,311 mU, proyeksi UTM zona 47 belahan bumi selatan dengan elevasi sekitar 544 m dpl. Sedangkan Lokasi bor SMN-2 terletak pada posisi 679,184 mT s.d. 9,915,445 mU (UTM WGS 84, zona 47S) dengan elevasi 448 m, Nagari Tanjung Bingkung, Kabupaten Solok. Batuan penyusun sumur landaian suhu SMN-1 mulai dari permukaan hingga kedalaman 706.00 m disusun oleh batuan vulkanik berupa andesit, andesit basaltik, perselingan breksi tufa, dan breksi andesit serta sisipan tufa dengan dominasi oleh batuan breksi andesit. Pada umumnya batuan telah dipengaruhi oleh proses hidrotermal, dengan intensitas ubahan bervariasi dari lemah hingga sedang-kuat (SM/TM = 2 – 71%). Batuan penyusun sumur landaian suhu SMN-2 mulai dari permukaan hingga kedalaman 427,00 m disusun oleh batuan vulkanik berupa andesit, breksi tufa, breksi andesit serta sisipan batulempung dengan dominasi oleh batuan andesit dan breksi andesit. Batuan dipengaruhi oleh proses hidrotermal, diperlihatkan oleh mineral ubahan mulai dari permukaan hingga kedalaman akhir dengan intensitas ubahan bervariasi dari lemah hingga sedang (SM/TM = 4 – 49%). Secara keseluruhan tipe ubahan didominasi tipe argillic (didominasi mineral lempungan, klorit, montmorilonit, smektit) yang juga berfungsi sebagai batuan penudung panas (caprock). Permeabilitas dan porositas primer batuan pada sumur SMN-1 dan SMN-2 sebagian besar cukup baik, dibentuk oleh rongga antar butir pada batuan piroklastik berupa breksi tufa. Permeabilitas sekunder formasi batuan dibentuk oleh intensitas rekahan, kekar dan breksiasi yang cukup tinggi pada beberapa interval kedalaman, khususnya dijumpai pada satuan andesit dan breksi andesit. Kemunculan kekar-kekar sebagian terisi oleh mineral sekunder yang membentuk veinlet network, serta striasi (gores garis) pada beberapa zona. Berdasarkan temperatur formasi terkoreksi pada sumur SMN-1, dapat ditarik nilai ratarata landaian suhu sebesar 12,1 oC/100 meter atau sekitar 4 x landaian suhu bumi normal (± 3C per 100 m). Sedangkan pada sumur SMN-2, dapat ditarik nilai rata-rata landaian suhu sebesar 13,7 oC/100 meter atau sekitar 4 x landaian suhu bumi normal (± 3C per 100 m).
1
1. PENDAHULUAN
beberapa satuan batuan (Gambar 4a), antara lain:
Penyelidikan kepanasbumian secara terpadu dengan metode geologi, geokimia dan geofisika dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi tahun anggaran 2011. Selanjutnya penyelidikan geofisika dengan metode Magnetotellurik (MT) dan metode aliran panas juga telah dilakukan pada tahun anggaran 2013.
1) Breksi Tufa (BT), Andesit (A), Breksi Andesit (BA), Andesit Teroksidasi (AO), Breksi Andesit Terubah (BAT), Breksi Tufa Terubah (BTT), dijumpai di kedalaman 0 - 336.45 m. 2) Breksi Lava Tufaan Terubah (BLTT), Andesit (A), Breksi Andesit (BA), Breksi Andesit Basaltik (BAB), Andesit Basaltik (AB), dijumpai di kedalaman 336.45 706.00 m (kedalaman akhir).
Daerah panas bumi Sumani secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Berada pada koordinat geografis 100°30'3" - 100°42'07" BT dan 0°37'57" - 0°46'37" LS. Lokasi bor SMN-1 terletak pada posisi 677,429 mT dan 9,915,311 mU, proyeksi UTM zona 47 selatan dengan elevasi sekitar 544 m dpl. Sedangkan Lokasi bor SMN-2 terletak pada posisi 679,184 mT s.d. 9,915,445 mU dengan elevasi 448 m. (Gambar 1).
Batuan telah mengalami ubahan hidrotermal, dengan mineral-mineral ubahan dalam contoh batuan secara lebih rinci dibahas sebagai berikut.
Mineral lempung, (1 - 29% dari total mineral), dijumpai hampir di semua kedalaman terdiri dari jenis smektit dan montmorilonit.
Kalsit, (1 - 40% dari total mineral), dijumpai hampir di semua kedalaman mulai kedalaman 41 m.
Klorit (1 - 40 % dari total mineral), dijumpai hampir di semua kedalaman mulai banyak hadir di kedalaman 93 m.
Pirit (1 - 6 % dari total mineral), dijumpai mulai di beberapa interval kedalaman dalam jumlah sedikit.
Oksida besi, (1 – 30% dari total mineral), dijumpai sebagian besar di batuan vulkanik.
Kuarsa sekunder (1 - 18 % dari total mineral), hadir sebagai hasil ubahan dari masadasar dan fragmen, dijumpai di beberapa interval kedalaman.
Anhidrit (2 - 10% dari total mineral), dijumpai pada interval kedalaman 117 – 155 m dalam jumlah sedikit, colorless.
SMN-1
Litologi sumur SMN-1 dari permukaan hingga kedalaman akhir (706,00 m) berdasarkan analisis megakospis dari contoh batuan bor disusun oleh
Illit (2 - 6% dari total mineral), dijumpai di beberapa interval kedalaman dalam jumlah sedikit.
Epidot (1 - 3% dari total mineral), dijumpai hanya di kedalaman 19 dan
Hasil survei MT dikompilasikan dengan data geosain lainnya yang meliputi data geologi, geokimia, dan geofisika (Gambar 2). Berdasarkan kompilasi, perkiraan daerah prospek panas bumi dideliniasi di sekitar kemunculan mata air panas Karambia dan Lakuak dengan luas area sekitar 10,5 km2. Pengeboran sumur landaian suhu Sumani (strike hole) dilakukan dengan mesin bor Atlas Copco tipe CS14 dengan target kedalaman 700 m (Gambar 3). Ruang lingkup pekerjaan survei landaian suhu meliputi kegiatan geologi sumur (wellsite geology) yang meliputi analisis/deskripsi batuan (cutting/coring) secara megaskopik maupun mikroskopik, dan pengukuran logging temperatur yang dimaksudkan untuk mengetahui temperatur (initial temperature) aktual formasi. 2. GEOLOGI SUMUR
2
Kalsit, (1 - 12% dari total mineral), dijumpai hampir di semua kedalaman mulai kedalaman 21 m.
Klorit (1 - 18% dari total mineral), dijumpai hampir di semua kedalaman mulai banyak hadir di kedalaman 426 m.
Pirit (0 - 1% dari total mineral), dijumpai mulai di beberapa interval kedalaman. Kadang hadir pada bagian pinggir vein dan mengisi rongga/rekahan di batuan.
Oksida besi, (1 – 32% dari total mineral), dijumpai sebagian besar di batuan vulkanik.
Kuarsa sekunder (1 - 3% dari total mineral), hadir sebagai hasil ubahan dari masadasar dan fragmen, dijumpai di beberapa interval kedalaman..
Anhidrit (1 - 10% dari total mineral), dijumpai di beberapa interval kedalaman, terutama di kedalaman 80 – 88 m dalam jumlah sedikit.
SMN-2
Litologi sumur SMN-2 dari permukaan hingga kedalaman akhir (427,00 m) berdasarkan analisis megakospis dari contoh batuan bor disusun oleh beberapa satuan batuan (Gambar 4b), antara lain:
Illit (1 - 15% dari total mineral), dijumpai di beberapa interval kedalaman dalam jumlah sedikit.
Epidot (1 - 6% dari total mineral), dijumpai hanya di beberapa interval kedalaman. Hadir sebagai fosil ubahan yang terdapat pada fragmen.
Zeolit (1 - 3% dari total mineral), dijumpai di beberapa interval kedalaman. Hadir sebagai veinlet bersama kuarsa dan kalsit mengisi rekahan, dan juga sebagai hasil ubahan dari masadasar.
30 m dalam jumlah sedikit.
Zeolit (1 - 5% dari total mineral), dijumpai di beberapa interval. Hadir sebagai veinlet bersama kuarsa dan kalsit mengisi rekahan, dan juga sebagai hasil ubahan dari masadasar.
Konduktivitas panas berkisar antara 11,6 – 14,92 W/mK. Selama kegiatan pengeboran sumur landaian suhu SMN-1 sampai kedalaman akhir, terjadi hilang sirkulasi lumpur pembilas secara partial (PLC) di kedalaman 102 m. Banyak dijumpai kekar-kekar gerus, rekahan-rekahan dan breksiasi yang sebagian terisi kalsit, mineral lempung, oksida besi, zeolit dan kuarsa sekunder. Hasil pengukuran temperatur lumpur masuk (Tin) dan temperatur keluar (Tout) sumur SMN -1 adalah sebagai berikut ; (Tin) 21.2-43.7 C, (Tout) 21.5-47.5 C. dT max = 10 C.
1) Endapan Koluvium (Ko), Andesit (A), Breksi Tufa (BT), Breksi Andesit (BA), dijumpai di kedalaman 0 - 120,30 m 2) Batulempung sisipan batupasir (Blp), Andesit (A), Breksi Tufa (BT), Andesit Terkekarkan (AT), Breksi Andesit (BA), dijumpai di kedalaman 120,30 - 427,00 m (kedalaman akhir).
Konduktivitas panas 0,924 – 1,67 W/mK.
Batuan telah mengalami ubahan hidrotermal, dengan mineral-mineral ubahan dalam contoh batuan secara lebih rinci dibahas sebagai berikut.
berkisar
antara
Selama kegiatan pengeboran sumur landaian suhu SMN-2 sampai kedalaman akhir, tidak terjadi hilang sirkulasi lumpur pembilas baik secara partial (PLC) maupun total (TLC). Namun, terjadi influx air mulai dari kedalaman 161,80 m, dan banyak dijumpai kekar-kekar gerus, rekahan-rekahan dan breksiasi yang
Mineral lempung, (1 - 21% dari total mineral), dijumpai hampir di semua kedalaman terdiri dari jenis smektit, montmorilonit dan sedikit kaolinit.
3
sebagian terisi kalsit, mineral lempung, oksida besi, zeolit dan kuarsa sekunder.
temperatur maksimum terbaca sebesar 79,40C. (Gambar 7)
Hasil pengukuran temperatur lumpur masuk (Tin) dan temperatur keluar (Tout) sumur SMN-2 adalah sebagai berikut ; (Tin) 19,9-35,6C, (Tout) 30,0-38,3C. dT max = 4,8C. Dari hasil analisis porositas dan permeabilitas, didapatkan permeabilitas antara 0.00009 mdarcy hingga 48.94478 mdarcy. Sedangkan porositas antara 21 % hingga 33 %.
Pengukuran logging temperatur terakhir dilakukan dari permukaan sampai kedalaman lubang bor 700 meter, temperatur di permukaan terukur sebesar 27,40 C. Sedangkan pada dasar lubang bor (700 meter) terukur 99,20 C setelah t-logging tool direndam di kedalaman 700 m selama ± 12 jam, temperatur maksimum terbaca sebesar 102,90C. (Gambar 8)
3. LOGGING TEMPERATUR
SMN-1
SMN-1
Pekerjaan logging temperatur tahap pertama dari permukaan sampai kedalaman lubang bor 140 meter, temperatur dipermukaan tanah/posisi kedalaman sama dengan nol terukur sebesar 20,8 C. Sedangkan pada dasar lubang bor (140 meter) terukur 31,7 C setelah temperature logging tool direndam di kedalaman 140 m selama ± 12 jam, temperatur maksimum terbaca sebesar 34,2 C. (Gambar 9)
Pekerjaan logging temperatur tahap pertama dari permukaan sampai kedalaman lubang bor 150 meter, temperatur dipermukaan tanah/posisi kedalaman sama dengan nol terukur sebesar 16.7 C. Sedangkan pada dasar lubang bor (150 meter) terukur 48,20 C setelah logging tool temperature direndam di kedalaman 150 m selama ± 12 jam, temperatur maksimum terbaca sebesar 54,40C. (Gambar 5)
Kemudian dari pekerjaan logging temperatur tahap kedua dari permukaan sampai kedalaman lubang bor 300 meter, temperatur dipermukaan tanah/posisi kedalaman sama dengan nol terukur sebesar 31,4 C. Sedangkan pada dasar lubang bor (300 meter) terukur 48,0 C setelah temperature logging tool direndam di kedalaman 300 m selama ± 12 jam, temperatur maksimum terbaca sebesar 53,2 C. (Gambar 10)
Kemudian dari pekerjaan logging temperatur tahap kedua dari permukaan sampai kedalaman lubang bor 315 meter, temperatur dipermukaan tanah/posisi kedalaman sama dengan nol terukur sebesar 28,80 C. Sedangkan pada dasar lubang bor (315 meter) terukur 62,60 C setelah temperature logging tool direndam di kedalaman 315 m selama ± 12 jam, temperatur maksimum terbaca sebesar 68,80C. (Gambar 6). Selanjutnya dari pekerjaan logging temperatur tahap ketiga dari permukaan sampai kedalaman lubang bor 500 meter, temperatur dipermukaan tanah/posisi kedalaman sama dengan nol terukur sebesar 24,40 C. Sedangkan pada dasar lubang bor (500 meter) terukur 78,50 C setelah logging tool temperature direndam di kedalaman 500 m selama ± 12 jam,
Selanjutnya dari pekerjaan logging temperatur tahap terakhir dilakukan dari permukaan sampai kedalaman lubang bor 419 meter, temperatur dipermukaan tanah/posisi kedalaman sama dengan nol terukur sebesar 36,4 C. Sedangkan pada dasar lubang bor (419 meter) terukur 56,2 C setelah temperature logging tool direndam di kedalaman 419 m selama ± 12 jam, temperatur maksimum terbaca sebesar 59,9 C. (Gambar 11)
4
4. PEMBAHASAN
hilang sirkulasi lumpur pembilas secara partial (PLC) di kedalaman 102,00 m. Banyak dijumpai kekar-kekar gerus, rekahan-rekahan dan breksiasi yang sebagian terisi mineral lempung, oksida besi dan kalsit. PLC diduga disebabkan oleh permeabilitas sekunder berupa rekahan, pengekaran hingga breksiasi pada satuan andesit/breksi andesit serta permeabilitas primer yang cukup tinggi berupa rongga antar butir pada batuan piroklastik.
Dari hasil pengeboran landaian suhu SMN-1 diketahui bahwa batuan penyusun sumur landaian suhu SMN-1 mulai dari permukaan hingga kedalaman 706,00 m disusun oleh batuan vulkanik berupa andesit, andesit basaltik, perselingan breksi tufa, dan breksi andesit serta sisipan tufa dengan dominasi oleh batuan breksi andesit yang diduga sebagai produk aliran lava dari Gunung Tinjau Laut (?). Sedangkan batuan penyusun sumur landaian suhu SMN-2 mulai dari permukaan hingga kedalaman 427,00 m disusun oleh batuan vulkanik berupa andesit, breksi tufa, breksi andesit serta sisipan batulempung dengan dominasi oleh batuan andesit dan breksi andesit yang juga diduga sebagai produk aliran lava dari Gunung Tinjau Laut (?).
Influx air pada SMN-2 dijumpai mulai di kedalaman 161,80 m. Banyak dijumpai kekar-kekar gerus, rekahan-rekahan dan breksiasi yang sebagian terisi mineral lempung, oksida besi dan kalsit. Influx diduga disebabkan oleh masuknya air formasi pada batuan yang memiliki permeabilitas sekunder berupa rekahan, pengekaran hingga breksiasi pada satuan andesit/breksi andesit serta permeabilitas primer yang cukup tinggi berupa rongga antar butir pada batuan piroklastik.
Pada umumnya batuan di sumur SMN-1 dan SMN-2 telah dipengaruhi oleh proses hidrotermal, hal ini diperlihatkan oleh mineral ubahan yang dijumpai di hampir semua interval kedalaman.
Koreksi temperatur menggunakan metode Horner Plot untuk mendapatkan nilai temperatur formasi (initial temperature) dengan hasil sebagai berikut;
Hasil analisis megaskopis dari inti bor SMN-1 dijumpai ubahan mulai dari permukaan hingga kedalaman akhir dengan intensitas ubahan bervariasi dari lemah hingga sedang-kuat (SM/TM = 2 – 71%). Secara keseluruhan tipe ubahan didominasi tipe argilik (dicirikan oleh himpunan mineral lempungan, silika, montmorilonit, smektit) hingga tipe propilitik (dicirikan oleh himpunan mineral klorit, kalsit, zeolit, smektit) yang berfungsi sebagai batuan penudung panas (caprock).
Initial Temperature (temperatur formasi) Sumur SMN-1 di kedalaman 150 m sebesar 69,163°C. di kedalaman 315 m sebesar 73,085°C, di kedalaman 500 m sebesar 87,382°C, di kedalaman 700 m sebesar 113,103°C. Initial Temperature (temperatur formasi) Sumur SMN-2 di kedalaman 140 m sebesar 35,7596°C, di kedalaman 300 m sebesar 57,7696°C, di kedalaman 419 m sebesar 78,11699°C.
Hasil analisis megaskopis dari inti bor SMN-2 dijumpai ubahan mulai dari permukaan hingga kedalaman akhir dengan intensitas ubahan bervariasi dari lemah hingga sedang (SM/TM = 4 – 49%). Secara keseluruhan tipe ubahan didominasi tipe argillic (didominasi mineral lempungan, klorit, montmorilonit, smektit) yang juga berfungsi sebagai batuan penudung panas (caprock).
Untuk Sumur SMN-1 nilai landaian suhu dari permukaan hingga kedalaman 150 m diperoleh sekitar 28,8 oC/100 meter. Dari kedalaman 150 m hingga 315 m nilai landaian suhu turun dengan nilai sebesar 2,38 oC/100 meter. Kemudian nilai landaian suhu dari kedalaman 315 m hingga 500 m kembali naik dengan nilai sebesar 7,7 oC/100 meter. Selanjutnya dari kedalaman 500 m
Hilang sirkulasi sebagian (partial loss circulation) dijumpai di SMN-1, yakni
5
hingga 700 m nilai landaian suhu mencapai 12,86 oC/100 meter. (Gambar 12). Dari keseluruh data tersebut jika ditarik rata-rata landaian suhu secara keseluruhan maka didapatkan nilai landaian suhu pada sumur SMN-1 sebesar 12,1 oC/100 meter.
permeabilitas tergolong cukup besar, sehingga memungkinkan fluida untuk lolos dari permukaan dan mempengaruhi data logging temperatur. Nilai konduktivitas panas SMN-1 berkisar antara 11,6 – 14,92 W/mK. Sedangkan SMN-2 berkisar antara 0,924 – 1,67 W/mK. Hasil pengukuran temperatur lumpur masuk (Tin) dan temperatur keluar (Tout) sumur SMN -1 adalah; (Tin) 21.2-43.7 C, (Tout) 21.5-47.5 C. dT max = 10 C. Hasil pengukuran temperatur lumpur masuk (Tin) dan temperatur keluar (Tout) sumur SMN-2 adalah; (Tin) 19,9-35,6C, (Tout) 30,038,3C. dT max = 4,8C. Initial Temperature (temperatur formasi) Sumur SMN-1 di kedalaman 150 m sebesar 69,163°C. di kedalaman 315 m sebesar 73,085°C, di kedalaman 500 m sebesar 87,382°C, di kedalaman 700 m sebesar 113,103°C. Initial Temperature (temperatur formasi) Sumur SMN-2 di kedalaman 140 m sebesar 35,7596°C, di kedalaman 300 m sebesar 57,7696°C, di kedalaman 419 m sebesar 78,11699°C. Dari keseluruh data logging tersebut jika ditarik rata-rata landaian suhu secara keseluruhan maka didapatkan nilai landaian suhu pada sumur SMN-1 sebesar 12,1 oC/100 meter atau sekitar 4 x landaian suhu bumi normal (± 3C per 100 m). Dari keseluruh data logging SMN-2 jika ditarik rata-rata landaian suhu secara keseluruhan maka didapatkan nilai landaian suhu sebesar 13,7 oC/100 meter atau sekitar 4 x landaian suhu bumi normal (± 3C per 100 m). Hal ini menunjukkan bahwa sumur SMN-1 dan SMN-2 memperlihatkan adanya potensi panas bumi yang layak untuk dikembangkan.
Nilai landaian suhu SMN-2 dari permukaan hingga kedalaman 140 m diperoleh sekitar 10,5 oC/100 meter. Sedangkan dari kedalaman 140 m hingga 300 m nilai landaian suhu naik sedikit dengan nilai sebesar 13,8 oC/100 meter. Kemudian nilai landaian suhu dari kedalaman 300 m hingga 419 m kembali naik dengan nilai sebesar 17,1 oC/100 meter (Gambar 13). Dari keseluruh data logging tersebut jika ditarik rata-rata landaian suhu secara keseluruhan maka didapatkan nilai landaian suhu pada sumur SMN-2 sebesar 13,7 oC/100 meter.
5. KESIMPULAN DAN SARAN Beberapa kesimpulan dapat dibuat mengenai kepanasbumian di daerah penyelidikan, yaitu, sbb: Sumur landaian suhu SMN-1 mempunyai kedalaman akhir 706,00 m, SMN-2 mempunyai kedalaman akhir 427,00 m berada di lingkungan vulkanik kuarter. Litologi disusun oleh batuan vulkanik berupa andesit, andesit basaltik, perselingan breksi tufa, dan breksi andesit serta sisipan tufa dan sisipan batulempung dengan dominasi oleh batuan breksi andesit yang diduga sebagai produk aliran lava dari Gunung Tinjau Laut (?). Pada umumnya batuan di sumur SMN1 dan SMN-2 telah dipengaruhi oleh proses hidrotermal, dengan intensitas ubahan bervariasi dari lemah hingga sedang-kuat. Secara keseluruhan tipe ubahan didominasi tipe argilik hingga tipe propilitik yang berfungsi sebagai batuan penudung panas (caprock). Permeabilitas antara 0.00009 mdarcy hingga 48.94478 mdarcy, sedangkan porositas antara 21 % hingga 33 %. Hal ini menunjukkan bahwa porositas dan
Untuk pengembangan daerah panas bumi Sumani di masa mendatang, disarankan untuk melakukan pengeboran eksplorasi dengan target kedalaman ±2000 m di dalam zona prospek, serta pengeboran landaian suhu di beberapa titik dengan target
6
kedalaman 750 – 1000 m untuk memperoleh data isothermal di bawah permukaan yang lebih baik.
gejala-gejala Panas bumi di daerah Sumatera Barat, Direktorat Geologi. Sumintadireja P., 2005, Vulkanologi dan Geotermal, Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung.
Ucapan Terima Kasih
Purbawinata, M.A., dkk., 2001, Laporan Penyelidikan Peningkatan Kegiatan G. Talang, Kab. Solok, Sumatera Barat, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim Pengeboran Landaian Suhu SMN-1 dan SMN-2 Sumani, Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi yang telah banyak membantu dalam proses penyelidikan hingga terselesaikannya tulisan ini. Serta kepada Pemerintah Kabupaten Solok, Dinas ESDM Kab Soloke,serta seluruh instansi terkait yang telah memberikan dukungan dan bantuannya dalam proses pengeboran landaian suhu daerah Sumani.
Silitonga dan Kastowo., 1995, edisi 2, Peta Geologi Lembar Solok, Sumatera Barat Skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung. Tim Survei Terpadu, 2011, Penyelidikan Panas Bumi Terpadu Daerah Panas Bumi Sumani, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat, Badan Geologi, Pusat Sumber Daya Geologi. Tim Survei Terpadu Geofisika, 2011, Penyelidikan Panas Bumi Geofisika Terpadu Daerah Panas Bumi Sumani, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat, Badan Geologi, Pusat Sumber Daya Geologi.
DAFTAR PUSTAKA Akbar, N., 1972. Inventarisasi dan Penyelidikan Pendahuluan terhadap
7
Gambar 1. Peta Lokasi daerah panas bumi Sumani
8
Gambar 2. Peta Kompilasi Geosains Daerah Panas Bumi Sumani
a)
b) Gambar 3. Konstruksi sumur landaian suhu SMN-1 dan SMN-2, Sumani
9
a)
b) Gambar 4. Composite Log sumur landaian suhu SMN-1 dan SMN-2, Sumani
10
KURVA TEMPERATUR VS KEDALAMAN (150 m) SUMUR BOR LANDAIAN SUHU SMN-1 LAPANGAN PANAS BUMI SUMANI
10
Temperatur (°C) 20 30
KURVA TEMPERATUR VS KEDALAMAN (315 m) SUMUR BOR LANDAIAN SUHU SMN-1 LAPANGAN PANAS BUMI SUMANI Temperatur (°C)
40
50
60
10
0
30
50
70
90
0 Temp probe logging naik
20
50 Temp probe logging naik
40
100
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
Temp probe logging turun
60
80
200
Temp probe logging turun
100
150
250 120
300
140
350
160 probe naik
probe turun
rendam
probe turun
rendam
probe naik
Gambar 5. Grafik temperatur vs kedalaman sumur bor SMN-1 di Kedalaman 150 m
Gambar 6. Grafik temperatur vs kedalaman sumur bor SMN -1 di Kedalaman 315 m
KURVA TEMPERATUR VS KEDALAMAN (500 m) SUMUR BOR LANDAIAN SUHU SMN-1 LAPANGAN PANAS BUMI SUMANI
KURVA TEMPERATUR VS KEDALAMAN (700 m) SUMUR BOR LANDAIAN SUHU SMN-1 LAPANGAN PANAS BUMI SUMANI
Temperatur (°C) 10.00
30.00
50.00
70.00
10
90.00
Temperatur (°C) 30 50
70
90
110
0
0
Temp probe logging naik
Temp probe logging naik
50 100
100
150
200
Temp probe logging turun
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
200 250
Temp probe logging turun
300
400
300 350
500
400 600
450 500
700 probe naik
probe turun
rendam
probe naik
Gambar 7. Grafik temperatur vs kedalaman sumur bor SMN -1 di Kedalaman 500 m
probe turun
rendam
Gambar 8. Grafik temperatur vs kedalaman sumur bor SMN -1 di Kedalaman 700 m
11
KURVA TEMPERATUR VS KEDALAMAN (300 m) SUMUR BOR LANDAIAN SUHU SMN-2 LAPANGAN PANAS BUMI SUMANI
KURVA TEMPERATUR VS KEDALAMAN (140 m) SUMUR BOR LANDAIAN SUHU SMN -2 LAPANGAN PANAS BUMI SUMANI
20
25
0
30
35
Temperatur (°C) 30 35
40
40
45
KURVA TEMPERATUR VS KEDALAMAN (419 m) SUMUR BOR LANDAIAN SUHU SMN-2 LAPANGAN PANAS BUMI SUMANI
50
55
30
0
Temperatur (°C)
35
0
40
45
50
55
Temperatur (°C)
Temp probe logging naik
50
20
50
100
40
100
Temp probe logging turun
150
60
80
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
Temp probe logging naik
150
200
250 100
Temp probe logging turun
200 Temp probe logging turun
300
120
250
350
140
400 160
300 probe naik
probe turun
rendam
probe naik
Gambar 9. Grafik temperatur vs kedalaman sumur bor SMN-2 di Kedalaman 140 m
probe turun
rendam
probe naik
Gambar 10. Grafik temperatur vs kedalaman sumur bor SMN-2 di Kedalaman 300 m
rendam
Gambar 11. Grafik temperatur vs kedalaman sumur bor SMN-2 di Kedalaman 419 m
Temperatur (°C)
Temperatur (°C)
0 26 20
probe turun
Thermal Gradient / Landaian Suhu Sumur SMN-2
Thermal Gradient / Landaian Suhu Sumur SMN-1 21
40
60
80
100
120
-20
-100
20
40
60
80
-70 69.163
landaian suhu : 10.5°C/100m landaian suhu : 28.8°C/100m
-200
-120
-300
kedalaman (m)
35.75962127
kedalaman (m)
Kedalaman (m)
Temp probe logging naik
73.0865 Initial Temperature
-400
-170 Initial Temperature
-220
landaian suhu : 13.8°C/100m
landaian suhu : 2.38°C/100m -270
-500
57.76961608
87.3816
-320
landaian suhu : 7.7°C/100m -600
-370
landaian suhu : 17.1°C/100m -700
-420
113.103
78.11698644
landaian suhu : 12.86°C/100m
Gambar 12. Thermal gradient (landaian suhu) sumur SMN-1
Gambar 13. Thermal gradient (landaian suhu) sumur SMN -1
12
60