PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA – SULAWESI TENGAH Oleh : Bakrun, Setiadarma Dirasutisna, Alanda Idral, Eddy Sumardi., Rahman Hasan, Timor Situmorang, Emanuel M.Foeh SUBDIT PANAS BUMI
ABSTRACT The investigation area is situated in Marana area with thermal features as hotsprings with temperature range between 50o and 94o C. The hot springs mostly has chloride and bicarbonate waters type. Morphological unit of the area can be divided into high undulating hill morphology to low undulating hill morphology and alluvial plain morphology with the height range between 200 and 1500 meters above sea level. The rock units of Marana geothermal area, Donggala regency consiste of Green schist rocks unit (TrS), Gneiss granite rock unit (Trg), Granite rock unit (Tg), Sedmentary rock unit (QTs), Limestone tock unit (Qgp) and Alluvium (Qal) The investigation results indicate geothermal systems that are recognized by geoelectrical data as low to medium anomaly zones indicating hot fluid reservoirs located at deep narrow zones along fault zones. The geothermal temperatures are estimated between 154o C to 237o C with the total prospect area is about 6 km2, and the estimated geothermal potential is about 40 Mwe SARI Daerah penyelidikan panas bumi terletak di daerah Marana, Kabupaten Donggala dengan indikasi permukaan berupa manifestasi mata air panas yang mempunyai temperatur 50-94 0C. Tipe air panas ini termasuk ke dalam tipe air panas khlorida dan bikarbonat. Morfologi daerah penyelidikan termasuk jenis perbukitan bergelombang tajam, sedang hingga lemah serta pedataran dengan ketinggian antara 200 – 1500 meter dari muka laut. Batuan penyusun stratigrafi daerah panas bumi Marana dapat dibagi menjadi 6 satuan yaitu Satuan Batuan Sekis hijau (TrS), Satuan Batuan Granit genis (Trg), Satuan Batuan granit (Tg), Satuan Batuan Sedimen (QTs), Batugamping (Qgp), dan Aluvium (Qal). Berdasarkan data geologi, geokimia dan geofisika diperkirakan adanya zona akumulasi panas yang membentuk sistem panas bumi di bawah permukaan dengan ditandai oleh adanya anomali tahanan jenis sedang – rendah. Reservoir panas bumi terdapat pada lapisan yang dangkal, berada pada zona sesar. Hasil perhitungan temperatur dengan menggunakan geotermometer diperoleh kisaran antara 154° C – 237°C. Luas daerah prospek kurang lebih 6 Km², dengan perkiraan potensi panas bumi sebesar 40 Mwe. Daerah ini cukup prospek untuk dikembangkan lebih lanjut dengan melakukan pemboran landaian suhu sampai kedalaman 250 m di daerah prospek Marana. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelidikan Kabupaten Donggala merupakan salah satu Kabupaten di Sulteng yang mempunyai sumber daya panas bumi dengan potensi cukup besar dan mungkin dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di masa mendatang. Daerah prospek panas bumi ini terletak di desa Masaingi, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
Kapasitas tenaga listrik yang tersedia untuk kabupaten Donggala sampai dengan akhir tahun 2001 masih kurang dari 10 MW yang menggunakan energi Diesel (PLTD) dan air (PLTA). Kapasitas yang tersedia masih sangat kecil sehingga masih banyak daerah kecamatan maupun daerah pemukiman yang belum terjangkau listrik. 1.2 Maksud dan Tujuan Penyelidikan ini dilakukan untuk mendapatkan 37-1
Gambaran geologi, sifat kimia, dan karakteristik fisika batuan dan fluida di daerah panas bumi Marana dengan metode geologi, geokimia dan geofisika secara terpadu. Tujuan dari penyelidikan ini adalah untuk menentukan sebaran panas bumi baik lateral maupun vertikal, mengetahui kondisi batuan, fluida bawah permukaan (air panas), serta potensi energi panas bumi di daerah penyelidikan. 1.3 Posisi dan Pencapaian Daerah Lokasi daerah penyelidikan terletak di desa Masaingi, yang berjarak sekitar 39 km dari Kota Palu. Penyelidikan ini lebih dikonsentrasikan di sekitar wilayah manifestasi panas bumi di desa Masaingi, yang secara administratif berada di wilayah Kecamatan Sindue, Kabupaten Dong gala, Propinsi Sulawesi Tengah. Luas daerah penyelidikan berkisar 18 x 15 km2, yang termasuk ke dalam 2 (dua) kecamatan yaitu Sindue dan Tawaili dengan posisi geografis antara 119o 46’ 00’’- 119o 54’ 00” BT dan 00o 30’ 00”– 00o 41’ 00” LS (Gambar 1-1). II HASIL PENYELIDIKAN 2.1 Geologi Jenis morfologi daerah penyelidikan didominasi oleh perbukitan bergelombang tajam, sedang hingga lemah yang tersusun oleh kerucut intrusi batuan granit dengan ketinggian antara 200 – 1500 m dari permukaan laut. Secara umum bentuk topografi cenderung melandai ke arah pantai yang juga mencerminkan penekukan topografi akibat struktur maupun tingkat erosi kuat. Batuan penyusun stratigrafi daerah panas bumi Marana berdasarkan jenis batuan yang tersingkap adalah sebagai berikut: batuan sekis hijau, granit genisan berumur Pra Tersier (Kapur - Trias), sedangkan granit-granodiorit berumur Tersier (Mio-Pliosen) dan mempunyai penyebaran yang luas (>30 %) terdapat di bagian utara-barat laut daerah penelitian. Satuan batuan granit dan granodiorit jenis batuan beku dalam (pluton) dominan mengandung kalium felspar tinggi. Hasil Pertarikhan Jejak Belah (Fision Track Dating) menunjukkan adanya terobosan baru berupa gang yang berbutir sedanghalus berupa andesit yang membentuk singkapan yang berumur ± 200 ribu tahun (0.2 ± 0.1 juta tahun) dari hasil analisis Fision Track. Satuan batuan metamorf jenis sekis hijau merupakan batuan tertua di daerah ini berumur Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
pra Tersier (TrS) diperkirakan sebagai batuan alas (basement). Satuan sedimen ini termasuk kelompok formasi Tinombo yang sebarannya > 20% dari daerah penyelidikan yang membentuk perbukitan rendah dan dataran di bagian barat daya daerah penyelidikan. Satuan ini cukup kompak yang terdiri dari konglomerat, batu pasir, halus-lanau, setempat-setempat berselingan dengan batulempung karbonatan dan batugamping klastik, terlihat terlas dengan baik (Gambar 2-1). 2.1.1 Manifestasi panas Bumi Manifestasi panas bumi yang muncul di permukaan di daerah penyelidikan diduga akibat adanya tubuh terobosan batuan granit, granodiorit maupun batuan metamorf serta sesar Masaingi sebagai kontrol pemunculan panas bumi daerah ini. Manifestasi berupa rembesan mata air panas melalui batuan sedimen yang menopang di tubuh batuan granit yang tidak memperlihatkan adanya ubahan hidrotermal. Jenis manifestasi panas bumi berupa rembesan mata air panas yang berkelompok di 6 (enam) lokasi sebagai berikut: - Masaingi, Desa Masaingi - Marana/Marawa I, Desa Masaingi - Marana.Marawa II, desa Masaingi - Marana/Marawa III, desa Masaingi - Mapane, Desa Wani - Buayana, Desa Wani. Temperatur paling tinggi 89-94 °C berada di kelompok manifestasi panas bumi Masaingi dengan temperatur udara bebas pada saat pengukuran 32 °C, pH netral antara 7 – 8, tercium bau belerang keras, secara fisik terlihat warna air jernih, adanya bualan gas. 2.1.2 Hidrogeologi Daerah penyelidikan geologi Marana secara umum termasuk daerah tadah hujan meliputi sekitar 70 % dari daerah penyelidikan. Volume air tanah yang terperangkap di daerah penyelidikan nampaknya cukup tinggi terbukti dengan banyak mata air yang keluar melalui rekahan batuan granit. Sungai-sungai besar yang merupakan sungai utama di bagian barat (di luar daerah penyelidikan) mulai dari kota Palu hingga ke utara tidak pernah kering dan bermuara ke selat Makassar. Anak sungai tergolong besar (lebar) akibat erosi, dan bermuara ke sungai utama dengan kondisi selalu berair. Pada musim kemarau dijumpai beberapa anak sungai kering, yang merupakan sungai musiman akibat sifat 37-2
batuannya yang poros. Kemunculan mata air ini menunjukkan bahwa air tanah terakumulasi jauh di bawah permukaan tanah. Zona reservoir ini terbentuk oleh media struktur dan tidak mencerminkan adanya ubahan batuan di permukaan. Clay cap yang merupakan batuan penudung terbentuk oleh mineral-mineral ubahan yang terjadi akibat fluida pada temperatur rendah seperti K-felspar, Ortoklas dan plagioklas menjadi kaolinit di sepanjang zona struktur. Dugaan adanya daerah akumulasi panas di bawah permukaan terindikasi pemunculan air panas bersuhu tinggi di Masaingi/Marana ditunjang oleh hasil pengamatan geomagnet dan gaya berat yang mengidikasikan adanya suatu intrusi. Dari hasil penyelidikan geolistrik diketahui adanya tubuh reservoir pada kedalaman dangkal, kemungkinan tubuh reservoir sebagai tempat terakumulasinya panas pada kedalaman tertentu. Beberapa indikasi permukaan berupa air panas di bagian selatan yang temperatur rendah diperkirakan sebagai out flow. 2.2 Geokimia Air panas Hasil ploting pada diagram segitiga Cl - SO4 HCO3 (Giggenbach,1988) menunjukkan bahwa mata air panas Masaingi, Marana 1, dan Marana 2, termasuk ke dalam tipe khlorida, sedangkan Mata air panas Bayosa, Yompo 1, dan Yompo-2 termasuk ke dalam tipe bikarbonat. 2.2.1 Suhu Bawah Permukaan Geotermometer kimia tergantung dari adanya keseimbangan antara mineral dan fluida yang dipengaruhi oleh suhu dan keberadaannya terawetkan sampai fluida tersebut muncul di permukaan. Air panas tipe klorida dengan pH netral merupakan tipe yang paling cocok untuk dipergunakan sebagai geotermometer, karena di daerah panas bumi Masaingi mempunyai tingkat keasaman yang rendah atau pH tinggi yang berkisar antara 7.4 – 8.1. Nilai perbandingan dari atomic elements tidak reaktif B/Cl (dalam Molar) berkisar antara 0.01 sampai 0.59. Nilai ini relatif rendah sehingga berdasarkan perbandingan unsur kimiawi yang merupakan indikasi terhadap suhu disimpulkan bahwa suhu bawah permukaan daerah panas bumi Donggala mempunyai suhu tinggi. Nilai perbandingan molar Na/K berkisar antara 16.03 – 54.49, menghasilkan perkiraan suhu bawah permukaan ≥200 oC, karena pH air panas Masaingi netral dan termasuk ke dalam tipe air Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
panas khlorida, maka nilai ini lebih mewakili kondisi bawah permukaan yang sebenarnya. Nilai perbandingan Na terhadap Li berkisar antara 82.18 - 605.76 yang merupakan indikasi bahwa suhu bawah permukaan sangat tinggi. Berdasarkan data diatas, maka suhu bawah permukaan di daerah penyelidikan ini akan lebih tepat bila menggunakan geotermometer Na/K Giggenbach. Hasil perhitungan dengan menggunakan rumusrumus geotermometer, suhu bawah permukaan menunjukkan kisaran temperatur antara 154 – 237°C. 2.3 GEOFISIKA 2.3.1 Geomagnet Hasil penyelidikan geomagnet mengindikasikan adanya struktur sesar/patahan yang ditunjukkan oleh liniasi anomali magnit yang berarah hampir utara – selatan (baratlaut – tenggara), dan timurlaut – baratdaya, serta ditandai dengan kemunculan mata air panas daerah Marana dan Mapane (di selatan daerah penyelidikan). Anomali dengan kemagnitan tinggi - sedang yang terdapat di bagian tengah, selatan dan utara daerah penyelidikan diperkirakan mempunyai hubungan erat dengan batuan intrusi (granit dan granodiorit). Anomali magnit rendah di bagian utara dan timur (timurlaut), ditafsirkan sebagai batuan malihan yang tidak mempunyai kaitan dengan mata air panas (Gambar 2-2). Anomali rendah muncul di bagian tengah daerah penyelidikan yang diduga mempunyai kaitan dengan munculnya manifestasi mata air panas di daerah ini. Hasil penafsiran secara kwalitatip menunjukkan bahwa daerah penyelidikan dido-minasi oleh batuan granit/granodiorit dan batuan metamorf yang telah mengalami pelapukan kuat. 2.3.2 Gayaberat Secara umum kerapatan kontur anomali gaya berat berarah timurlaut – baratdaya, hal ini mengindikasikan adanya struktur sesar yang dominan berarah timurlaut - baratdaya. Pengkutuban anomali positif dan negatif tampak mengelompok di bagian tengah di sekitar manifestasi mata air panas, kondisi ini mempertegas adanya zona sesar yang berarah timurlaut – baratdaya. Sesar-sesar tersebut diduga mengontrol pemunculan manifestasi panas bumi di daerah Marana (MAP. Marana 1; 2 dan 3 serta Masaingi). Seperti telah disebutkan sebelumnya, keberadaan kutub-kutub positif dan negatif di 37-3
lokasi ini mempertegas keberadaan sesar yang berarah baratlaut - tenggara yang merupakan sesar regional di daerah penyelidikan. Selain sesar-sesar diatas, juga ditemukan sesar yang berarah hampir timur-barat. Peta anomali gayaberat mengindikasikan adanya 7 buah sesar di daerah penyelidikan. Tiga buah sesar berarah timurlaut-baratdaya, dua sesar sisanya masing-masing berarah baratlaut tenggara dan hampir timur-barat. Anomali positif yang tampak pada anomali sisa dan pada penampang gaya berat mengin-dikasikan adanya batuan intrusi di daerah penyelidikan dan diperkirakan merupakan heat source dari sistim panas bumi yang ada di daerah Marana (Gambar 2-3). Model gayaberat 2-D dibuat melalui penampang AB yang memotong MAP Masaingi, pemodelan tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran geologi bawah permukaan di daerah sekitar manifestasi MAP Masaingi secara lebih tegas. Intrusi granit/granodiorit? diduga muncul di sekitar lokasi ini dengan kontras densitas 0.5 gr/cm3. Batuan intrusi ini memotong batuan sedimen di sekitarnya yang mempunyai kontras densitas lebih kecil. Bagian atas batuan intrusi ini ditutupi oleh batuan granitik dengan kontras densitas yang kecil (0.1gr/cm3). Sistem air panas di daerah ini diperkirakan terperangkap pada rekahan/retakan batuan suatu tubuh reservoir yang berada pada kedalaman sekitar 1000 meter, dengan kata lain, batas bawah lapisan penudung berada pada kedalaman <1000 m. 2.3.3 Geolistrik dan Head-On Hasil pemerataan geolistrik memperlihatkan daerah bertahanan jenis rendah makin meluas dengan bertambahnya kedalaman ke arah selatan dan tenggara dengan kontras tidak terlalu besar, sedangkan anomali bertahanan jenis tinggi cenderung melebar di bagian utara dan menghilang di bagian baratdaya dengan kontras cukup besar. Secara geologi, daerah bertahanan jenis rendah ditafsirkan sebagai batuan sedimen yang cenderung menebal ke arah selatan, sedangkan batuan bertahanan jenis tinggi ditafsirkan sebagai batuan beku berupa batuan granit lapuk-segar yang tersebar di bagian utara dan cenderung miring ke arah selatan. Kondisi demikian mencerminkan makin ke arah selatan - tenggara batuan sedimen makin dalam. Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
Berdasarkan peta tahanan jenis, hal yang menarik adalah munculnya anomali tahanan jenis relatip tinggi di bagian tengah daerah penyelidikan (titik C2000 dan E2000) pada bentangan AB/2=750 dan AB/2=1000m. Hal ini menjadi menarik karena di sekitar titik-titik ukur tersebut muncul mata air panas Marana dan mata air panas Masaingi. Fenomena ini kemungkinan diakibatkan adanya struktur sesar yang memotong daerah tersebut, serta diperkuat oleh kelurusan anomali magnet total dan anomali sisa gayaberat pada lokasi tersebut. Berdasarkan indikasi dari peta tahanan jenis, luas daerah yang diduga sebagai areal prospek adalah seluas ± 6 km2 (Gambar 2-4). Penampang pendugaan tahanan jenis sebenarnya memperlihatkan ketebalan dan kedalaman lapisan sedimen pada lapisan kedua dan ketiga yang ditafsirkan sebagai perselingan lapisan lem- pung, pasir halus-kasar, kerakal-bongkah dan konglomerat, dengan ketebalan rata-rata 200-650 meter, terdapat pada kedalaman 500-800 meter. Sedangkan di bawahnya ditafsirkan sebagai batuan beku, terbentuk dari granit terdapat pada kedalaman 500- >800 meter dan cenderung lebih dalam ke arah selatan. Metode Head-on memperlihatkan hasil yang cukup baik dalam menentukan posisi sesar di daerah penyelidikan. Pada penampang lintasan P, terdapat 3 buah sesar dengan kemiringan 70o, 75o dan 80o, ke arah barat. Pada lintasan R, seperti halnya lintasan P, terdapat 2 buah sesar, dekat ke permukaan dengan kemiringan 65o, dan 80o ke arah barat, sedangkan dugaan struktur dalam terdapat pada titik R-1400, dengan kemiringan 60o arah ke barat. Struktur utama dari hasil pengukuran Head-On pada lintasan P dan R berarah hampir utara selatan dengan kemiringan 80o ke arah barat yaitu struktur yang mengontrol pemunculan air panas Masaingi. 2.4 Model Panas Bumi Penampang model panas bumi (Gambar 2-5) menggambarkan bentuk dan posisi akumulasi panas di zona-zona hancuran sepanjang struktur rekahan. Penampang model ini dibuat memotong struktur graben yaitu barat – timur yang menam pakkan posisi bawah permukaan tubuh reservoir panas bumi yang diperkirakan. Masa panas dari sisa panas magmatik akibat kegiatan terobosan muda berupa intrusi melalui celah-celah/rekahan batuan granit. Air meteorik yang masuk sebagian dapat langsung meresap kebawah permukaan melalui struktur, rekahan dan porositas batuan menjadi air 37-4
tanah dan sebagian lagi teralirkan langsung ke sungai. Kemudian masa panas tersebut berakumulasi dengan air tanah membentuk sistem air panas yang terperangkap pada rekahan/retakan batuan dan perkiraan awal suatu reservoir berada pada kedalaman > 500 meter.
b.
2.5 Potensi Panas Bumi Daerah prospek terdapat di sekitar air panas Masaingi dengan tahanan jenis antara 50 - 75 Ohm-m, yaitu pada lintasan E (E-1000 dan E2000) dan lintasan D (D-3000). Potensi panas bumi dihitung dari nilai suhu bawah permukaan dan luas daerah prospek yang didapat dari zona maksimum peta Hg tanah (Gambar 2-6) dan hasil pemetaan geolistrik yang mencapai luas prospek ± 6 km2. Dengan suhu reservoir terduga (TRes) sebesar ± 237oC, maka diperoleh potensi energi sebesar ± 40 Mwe.
DAFTAR PUSTAKA
III SIMPULAN DAN SARAN 3.1 Simpulan a. Peranan struktur sesar Masaingi sangat penting sebagai kontrol geologi dan panas bumi di daerah ini, disamping merupakan media saluran naiknya panas ke permukaan dan juga berfungsi sebagai tempat berakumulasi panas sepanjang jalur rekahan tersebut. b. Gejala panas bumi yang terindikasi di permukaan terdapat di desa Masaingi dan Wani. c. Sumber panas diperkirakan dari tubuh terobosan terakhir (muda) atau batuan gang yang tidak muncul di permukaan, hal ini ditunjang oleh anomali tinggi disekitar air panas dari hasil penyelidikan magnet dan gaya berat.
3.2 Saran a. Untuk mengetahui penetrasi yang lebih dalam perlu dilakukan penyelidikan dengan metode lainnya, misalnya CSAMT atau MT.
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
Jika dilanjutkan penyelidikan dengan pemboran landaian suhu agar difokuskan pada daerah manifestasi panas bumi Marana, desa Masaingi, Kecamatan Sindue, pada titik amat E-2000 atau D-3000.
1.
Bemmelen R.W., 1949. The Geology of Indonesia, Vol. IA, Goverment Printing Office, The Hague 2. Breiner.S. 1973. Application Manual for Portable Magnetometers 3. Fournier, R.O., 1981. Application of Water Geochemistry Geothermal Exploration and Reservoir Engineering, “Geothermal System : Principles and Case Histories”. John Willey & Sons, New York. 4. Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal Solute Equilibria Derivation of Na – K - Mg – Ca Geoindicators, Geochemica et Cosmochemica, Acta 52, 2749 – 2765. 5. Hasan A.R. dkk. 2003. Peta geologi rinci daerah Panas Bumi Pulu, Sulawesi Tengah. 6. Koga, A., 1978. Hydrothermal Geochemi stry, A text for the 9th International Group Training Course on Geothermal Energy heald at Kyushu University. 7. Lawless, J., (1995) Guidebook An Introduction to Geothermal System, Short Course, Unocal Ltd., Jakarta. 8. Mahon K., Ellis A.J., 1977. Chemistry and Geothermal System, Academic Press, Inc. Orlando. 9. Sukamto Rab., dkk. 1973. Peta Geologi Tinjau Lembar Palu, Sulawesi Tengah, skala 1 : 250.000 10. Sukido, D.Sukarna dan K.Sutisna, 1993 Laporan Geologi Lembar Palu, 11. Telford and Sheriff, 1990. Applied Geophy sics, Cambridge University
37-5
Gambar.1-1 Peta daerah lokasi penyelidikan Panas Bumi terpadu daerah Marana, Donggala, Sulawesi Tengah
Gambar. 2-1 Peta Geologi Daerah panas Bumi Marana
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
37-6 37-6
PETA ANOMALI MAGNIT TOTAL DAERAH MARANA, KEC.SINDUE,KAB.DONGGALA SULAWESI TENGAH
ala Ku o Tib
Tibo
9944000
Kuala
Tibo
U
Tanjungkuning
Tobesule Bin
Saloya
loy sa
rom a Sa gg an Bin
a gg an
9942000
a
Bi
ga ng na
bo
Binangga Tompana
i ing sa Ma
Teluk apida Batum ga ng na Bi
9940000
u En
Kio
ga ang Bin
Jono
Enu
0
1000
2000
3000
4000
Enu
Maliko
Karumba
Bin
9938000 S E T L A
ngga Bina
an
gg
a Uw
a ete
ti Mao
M S A A S A K
Maoti
gga
Ma ran a
R
Bin an
Ape
Tobou Taripa
9936000 Bi
Marana
ng na
ga
Ma
sa
gi in
Masaingi
Sumari
Umala
Binangg
9934000
a Toaya
Pumbasa
KETERANGAN
Bamba Rangaranga
Toaya
> 100 Gamma
Bunta
oa gga Kalik Binan
9932000
100 Gamma sampai -100 Gamma
Bi na ng ga
Le ro
Kadiaya
Simou
< -100 Gamma
Bonda
Pompoya
Kontur anomali magnit
Sisera
rone k Uwe Telu
9930000
Lero
Wetea
Toambe
Bina
ngg
a a Num
Struktur Karama
Nolayan Binangga Boi
Mata air panas
Dalaka
9928000
Jalan raya, jalan desa
Lumbubaka Kamboji
Kungguma
Salumbone gga an Bin
Ka
ili
Sungai
Labuan
Mapane
9926000
808000
810000
812000
814000
816000
818000
820000
822000
Gambar 2-2 Peta Anomali Magnet Total Daerah Panas Bumi Marana
Gambar 2-3: Peta Anomali Sisa - Orde 2 Densiti = 2.69, Daerah Panas bumi Marana/Marawa R90
Tibo
R89
R120 R119
Kuala
Tanjungkuning R88
250
R18 R17
Saloya R87R86
R97 Tobesule R85 R96 750
Binangga Tom pana
750
R84
R12
R83
u En
R11
ga R28R29 Jono ang Bin R27 R10 R25R26 Enu R9
R8
250
R7 Karumba R6
B5000 B4000 C5000
0
B
T L A S E A R S S K A M A
Bunta F0
6000
8000
750
Kota Kecamatan
Jalan raya beraspal
Sungai dan anak sungai
Kontur selang 50 meter Titik Pengamatan /pengambilan data
G1500
R114
F1000 G2000 G1000
4000
KETERANGAN F7500
gga F7000 R5 BinanA1000 B2000 Maoti R4 C3000 D4000 F6000 E4000 Ape A0 B1000 Tobou C2000 D3000 F5000 G6000 Taripa 250 E3000 Marana R116R117 R95 C1000 D2000 G5000 F4000 Masaingi BS E2000 R94 Sumari R93 R92 D1000 F3000 G4000 Umala A E1000 250 a Toaya Binangg Pumbasa D0 R115 F2000 G3000 Bamba E0 Rangaranga
Toaya
2000
E7000
Maliko E6000
D5000 C4000 E5000
ti Mao
500
250
R82 D7000
C6000
250
ida umap k Bat Telu
R16 R15 R14 R13
PETA ANOMALI SISA - ORDE2 density = 2.69 DAERAH PANAS BUMI MERAWA / MARANA DESA MASAINGI KEC. SINDUE KABUPATEN DONGGALA PROPINSI SULAWESI TENGAH
500
Tibo
250
R113 R112
Kadiaya R111
G0 Bonda R109 R110 Pompoya R36 one R107 R108 wer U R35 Lero Teluk
Bina
R52
ngga
Kaliko
Sesar
a
500
R51 Simou R50 R49 SiseraR48 R47
.A aN
uma
.
B
Garis Penampang
Manifestasi air panas
Gambar 2-3 Peta Anomali Sisa Orde-2, Densitas 2,69 Daerah Marana
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
37-7
Gambar GF-19 ala Ku
Tibo
Kuala
o Tib
250
Kio
a Bin
ng
ga
u En Jono
500
B4500 25 0
C6000
E.7000
D6500 B4000
C5500
E.6500
D6000
C4500
A1500 oti a aM B2500 ngg BinaA1000 B2000 MaotiA500
C4000
A R S S K A M A
B0
Marana
1000
2000
3000
4000
a
Jalan raya beraspal
F6000 G.6500
G.6000
F5000
50
G.5000 G.4500
E.1500 F3000
F2000
0
Sumari
Kontur selang 50 meter
G.4000 G.3500
B
250
Pumbasa
G.3000 G.2500
G.2000
D Le ro
F500
G.1500 G.1000
gg Binan
Bin
Kadiaya
an gg a
F0
G.500 G.0 Bonda Pompoya ne wero U k Lero Telu
Toambe
B
Garis Penampang
Manifestasi air panas Sisera aN ngg Bina
Wetea
uma 250
Karama Tahanan jenis sedang-tinggi ( batuan beku )
Tahanan jenis rendah-sedang ( batuan sedimen ) Lumbubaka i ail Kungguma aK gg an Bin
Kamboji Salumbone Labuan
Mapane
812000
.
A 500
Dalaka
810000
.
ikoa a Kal
Simou
Nolayan Binangga Boi
9928000
Titik Pengamatan /pengambilan data
G1500
E.0
RangarangaF1500 Toaya F1000
9930000
Sungai dan anak sungai
G.5500
F4500 F4000
F3500
Bunta
9932000
Taripa
250
E.500
D0
Bamba
Bin
a E.1000 a Toay Binangg F2500
D500
M
Kota Kecamatan
750
E.2000
E
D1000 C0 Umala
ga
KETERANGAN
ea et Uw
E.2500
D2000 D1500
C500
F
E.3000 ng
D2500
C1500
C1000
Masaingi
E.3500
D3000
C2000
F7500
gi Ape ain as F5500
E.4000
D3500
C2500
B1000
Tobou
a gg an Bin
F6500
E.4500
D4000
C3000
B1500 A0
B500
808000
0
F7000
E.5000
D4500
C3500
Bin an gg a
T L A S E
A
C
E.5500
D5000
Ma ra n a
B3000
E.6000
D5500
250
A2000
Karumba
Maliko
C5000
B3500
9934000
750
D7000
250
9936000
750
250
B5000
Enu
9938000
Binangga Tom pana
gi ain as
bo
g an
u
ya lo sa
Bin
En
M
a gg an Bin
m aro aS gg an Bin
a gg an Bin
25 0
da mapi Batu Teluk
9940000
Tobesule
Saloya
ga
PETA TAHANAN JENIS SEMU ( AB/2=1000 m) DAERAH PANAS BUMI MARANA DESA MASAINGI KEC. SINDUE KABUPATEN DONGGALA PROPINSI SULAWESI TENGAH
500
250
Tanjungkuning
9942000
Tibo
50 0
9944000
814000
816000
818000
10
20
25
30
40
50
60
70
75
80
90
100 125 150 250 275 300 370
250
820000
822000
Gambar 2-4: Peta Sama Tahanan Jenis Semu AB/2=1000 m, Daerah Panas bumi Marana
Gambar 2-5. Model Tentatif Panas Bumi
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
37-8
ala Ku
Tibo
250
a gg an Bin
Binangga Tom pana
nu aE ngg Jono ina
750
750
500
D.6500
25 0
250
M.5
E.7000
E.6500 D.6000 Maliko E.6000
M.7
M.6
1000
2000
3000
4000
KETERANGAN
a ete Uw 750
Jalan raya beraspal Taripa
250
50
Kontur selang 50 meter
G1500
oa Kalik gga Binan
Kadiaya
G.0 Bonda Pompoya e eron Uw k lu Lero Te
9930000
Toambe
Bin an gg a
G.1050 G.500
Sungai dan anak sungai
0
250
Le ro
A R S S K A M A
F.0
Kota Kecamatan
50 0
T L A S E
Bin an gg aM ara na
E.5500 C.4000 D.4950 E.5000 C.3500 E.4500 D.4000 R.4 C.3000 i F.6000 D.3500 E.4000ing Ape G.6500 C.2500 a as F.5550 Tobou M D.3000 E.3500 R.3 a C.2000 F.5000 G.6000 g g C.1800 E.3000 an C.1600 D.2500 R.2 F.4500 G.5500 Bin Marana C.1500 E.2500 C.1000 D.2000 F.4000 G.5000 E.2100 R.1 Masaingi E.2000 D.1550 E.1900 C.500 G.4450Sumari F.3450 C.250 D.1000 E.1500 F.3000 G.4000 Umala a D.500 E.1000 a Toay Binangg F.2500 G.3500 E.600 Pumbasa D.0 F.1850 G.3000 E.0 Bamba RangarangaF.1500 G.2450 Toaya F.1000 G.2000 Bunta F.500 G.1500
aoti MM.4 gga inan M.3 R.5 M.1 B M.2 Maoti
a gg an Bin
D.5500
250
R.7 Karumba R.6
9932000
Titik Pengamatan /pengambilan data
Manifestasi air panas
500
Simou
Sisera aN ngg Bina
Wetea
uma 250
Karama
Nolayan Binangga Boi Dalaka
9928000
Lumbubaka i ail Kungguma aK gg an Bin
Kamboji Salumbone Labuan
Mapane
808000
0
250
D.7000
Enu R.9
9938000
9934000
Kio
PETA SEBARAN ANOMALI HG DALAM TANAH DAERAH PANAS BUMI MARANA DESA MASAINGI KEC. SINDUE KABUPATEN DONGGALA PROPINSI SULAWESI TENGAH
o mb aro aS gg an Bin
B
ya lo sa
a apid Batum
Bin
a
R.8
9936000
a gg an
Teluk
9940000
gg an
u En
gi ain as M
Tobesule
Saloya
Bin
25 0
500
250
Tanjungkuning
9942000
Gambar GK-9
Tibo Kuala
o Tib
9944000
810000
812000
814000
816000
818000
0
25
50
75
100
150
200
250
300
350
250
820000
822000
Gb.2-6 Peta Anomali Hg Tanah Daerah Panas Bumi Marana/Marawa
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
37-9