SUPPLY – DEMAND MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI DALAM RANGKA MENDUKUNG INVESTASI INFRASTRUKTUR NASIONAL Disampaikan dalam rangka CONBUILD MINING and RENEWABLE INDONESIA 2012
PUBLIC WORKS DAY : SEMINAR NASIONAL PUBLIC WORKS DAY : SEMINAR NASIONAL “PELUANG PASAR MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI
UNTUK MENDUKUNG PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR NASIONAL” JAKARTA, 4 MEI 2012
1
LINGKUP BAHASAN LINGKUP BAHASAN 1. 2 2. 3. 4. 5.
Pendahuluan Kebutuhan Investasi Infrastruktur Di Indonesia Kebutuhan Investasi Infrastruktur Di Indonesia Nilai Strategis Material Dan Peralatan Konstruksi Penerapan Sistem Rantai Pasok Di Industri Konstruksi p Keseimbangan Supply Dan Demand Material Dan Peralatan Konstruksi 6. Strategi Pengembangan Material Dan Peralatan b l l Konstruksi Ke Depan 7 Penutup 7.
2
1 1.
PENDAHULUAN
• Kontribusi sektor konstruksi terhadap PDB : 10,2 % • Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi (2011: 6,5%) tidak didukung dengan laju pertumbuhan infrastruktur 3 5 – 4% dari PDB, PDB sedangkan untuk • Belanja infrastruktur 3,5 mendukung pertumbuhan ekonomi 6‐7% dibutuhkan j infrastruktur sebesar minimal 5% dari PDB belanja • Untuk menjamin pertumbuhan ekonomi dibutuhkan estas , tetap tetapi kurangnya u a g ya infrastruktur ast u tu menjadi e jad sa salah a investasi, satu kendala yang menghambat pengembangan investasi perekonomian
2.
2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 ‐
TOTAL Rp 1.924 T T
ESTIMASI KEBUTUHAN DAN GAP PENDANAAN INVESTASI INFRASTRUKTUR INDONESIA 2010 2014 INVESTASI INFRASTRUKTUR INDONESIA 2010‐2014
323 T
??
Swasta 345 T BUMN 340 T APBD 355 T APBN 560 T
Kebutuhan Investasi 2010‐2014
Perkiraan Pendanaan
Gap
• Kebutuhan Pembiayaan Infrastruktur berdasarkan minimum 5% dari PDB Tahun 2010 2010‐ 2014 mencapai Rp. 1.924 triliun, dimana kemampuan pemerintah hanya sebesar Rp. 560 triliun (termasuk DAK), serta potensi pendanaan lain (BUMN, Swasta dan APBD) sebesar Rp. 1.041 triliun. • Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi minimal 7% pada akhir tahun 2014, masih terdapat gap pembiayaan sebesar Rp 323 triliun. Sehingga diharapkan peran pemerintah lebih ditingkatkan.
Indikasi Investasi Untuk Infrastruktur Dalam MP3EI
Catatan: Jumlah tersebut terdiri dari investasi dari Pemerintah, Badan Usaha milik Negara, dan sektor swasta
Perbandingan Anggaran Perbandingan Anggaran Kementerian PU 2011 & 2012 NO
BIDANG
ANGGARAN 2011 (MILYAR RP)
ANGGRAN 2012 (MILYAR RP)
PERUBAHAN (%)
1
Sumber Daya Air
12.808
16.445
28,40
2
g Bina Marga
27.869
30.950
11,06 ,
3
Cipta Karya
13.395
12.829
(4,23)
4
y Lainnya
2.398
2.338
((2,50) , )
Total
56.470
62.563
10.79
Dengan adanya APBN‐P, anggaran Kemen PU 2012 menjadi: Rp. 75,12 Triliun (naik 30% dari 2011)
3.
KONSTRUKSI ADALAH SISTEM INDUSTRI KONSTRUKSI ADALAH SISTEM INDUSTRI MANUFAKTUR BANGUNAN
BARANG
PRODUK KONSTRUKSI
JASA
9
INPUT SUMBER DAYA KONSTRUKSI
BIAYA
SDM
INDUSTRI KONSTRUKSI
1. SISTEM USAHA DAN KELEMBAGAAN 1. SISTEM PENYELENGGARAAN 2. SISTEM INVESTASI 3. SISTEM PENINGKATAN KAPASITAS
PRODUK KONSTRUKSI
INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI
INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN
MATERIAL INFRASTRUKTUR INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR
PERALATAN
INFRASTRUKTUR Energi &MIGAS
10
R i Rasional l Nilai Nil i Strategis S i MPK y Kegiatan infrastruktur semakin meningkat, tetapi
sumber daya MPK terbatas, y Peningkatan kapasitas produksi MPK perlu waktu g p p p relatif lama dan seringkali terhambat dengan isu g g lingkungan y Pemenuhan kebutuhan MPK melalui impor perlu dibatasi agar industri nasional MPK tetap dibatasi agar industri nasional MPK tetap berkembang
PENERAPAN SISTEM RANTAI PASOK DI INDUSTRI KONSTRUKSI
12
Tabel 1. 1 Karakteristik Manufaktur dan Konstruksi NO.
KOMPONEN PROSES
MANUFAKTUR
KONSTRUKSI
1.
Sistem Produksi
Berbasis pabrik
Berbasis proyek
2.
Bersifat tetap
Bersifat sementara
3.
Organisasi Pengeloaan Sistem Produksi Transaksional
Pemenuhan pasar, jangka panjang
Kontrak ad‐hoc, jangka pendek
4.
Proses Produksi
Lebih kontinyu
Sesuai permintaan
5.
Koridor Produk
Lebih sempit/monolit
Lebih luas
6.
Pemasok
Lebih terbuka, sangat ketat dengan nilai
Dibawa oleh pemasok vokalnya.
Note: Industri Konstruksi kurang efisien dibandingkan Industri Manufaktur 13
EFISIENSI INDUSTRI MANUFAKTUR VS INDUSTRI KONSTRUKSI Manufaktur
Konstruksi Value Added 10%
Waste 26% Support Activity 12%
Value Added 62%
Waste 57%
Support Activity 33%
Source: Lean Construction Institute
Untuk meningkatkan efisiensi industri konstruksi, Untuk meningkatkan efisiensi industri konstruksi diterapkan lean construction (penerapan supply chain management)
5 5.
KESEIMBANGAN SUPPLY‐ DEMAND MATERIAL & PERALATAN KONSTRUKSI MATERIAL &
15
Tabel 2: Kebutuhan Material dan Peralatan Konstruksi 2012 ‐ 2014 KEBUTUHAN PERTAHUN NO
JENIS MPK
Berdasarkan RPJM
Berdasarkan MP3EI
2012
2013
2014
2012
2013
2014
1.
Semen (Juta ton)
12,1
13,9
16,0
12,1
18,6
21,4
2 2.
B j (Juta Baja (J ton))
53 5,3
60 6,0
70 7,0
76 7,6
10 1 10,1
12 6 12,6
3.
Aspal (Ribu ton)
1250
1,7
2,0
2800
3,7
4,7
4.
Alat Berat (Ribu Unit)
42
50
60
38,1
51
64
16
PORSI PENGGUNAAN MPK PORSI PENGGUNAAN MPK Porsi Penggunaan MPK (%) No.
Jenis MPK
Infrastruktur
Non Infrastruktur
25 – 30
70 – 75
1
Semen
2
Baja
40
60
3
Aspal
95
5
4
Al t B t Alat Berat
20 20
80
17
supply – demand MPK utama demand MPK utama Berdasarkan Keseimbangan supply Anggaran Infrastruktur
RPJM 2010 2010 – 2014 pada 2014 pada tahun 2012 DEMAND NO
JENIS MPK
SATUAN
SUPPLY
INFRA STRUKTUR
NON INFRSTR
TOTAL
KESEIMBANGAN RASIO UTILITAS
1.
Semen
Juta Ton
60,57
12,1
36,3
48,4
80%
2.
Baja
Juta Ton
18,9
5,3
8,0
13,3
70%
3.
Aspal
Ribu Ton
890
1250
65
1315
147%
4.
Alat Berat
Ribu Unit
150
42
168
210
140%
18
Keseimbangan Supply – Demand MPK Utama Berdasarkan Perkiraan Anggaran Infrastruktur MP3EI Pada Tahun 2012 2012 *) DEMAND
NO
JENIS MPK
SATUAN
SUPPLY
INFRA STRUKTUR
NON INFRSTR
TOTAL
KESEIMBANGAN RASIO UTILITAS
1.
Semen
Juta Ton
60,57
12,1
36,3
48,4
80%
2.
Baja
Juta Ton Juta Ton
18,9
7,6
11,4
19,0
100%
3.
Aspal
Ribu Ton
890
2800
150
2950
331%
4 4.
Alat Berat
Ribu Unit
150
38 1 38,1
152 4 152,4
190
127%
*) Estimasi alokasi anggaran MP3EI pada tahun 2012 sebesar 15% dari total k b h anggaran. kebutuhan 19
Komparasi Konsumsi Semen Per‐Kapita di Negara Asia Tenggara
Kebutuhan Baja Nasional:
Negara Viet Nam Pilipina Indonesia Thailand Malaysia Brunei Jepang Singapura
PDB/kapita (US$) 1.054 1.847 2.252 3 937 3.937 7.014 38.442 38.723
Konsumsi Semen kg/kapita/tahun 298 150 151 417 600 724 471 893
Sumber: Berbagai sumber tahun 2008 g
Viet Nam, Thailand dan Malaysia dapat menjadi pembanding daya saing bagi Indonesia Rata‐rata PDB/kapita US$ 4 002 dan konsumsi semen/kapita 420 kg Indonesia. Rata‐rata PDB/kapita US$ 4.002 dan konsumsi semen/kapita 420 kg
Kebutuhan Baja Nasional:
Negara Viet Nam Pilipina Indonesia Thailand Malaysia Taiwan Korea Jepang Singapura g p Australia
Komparasi Konsumsi Baja p j Per‐Kapita d Negara Asia
PDB/kapita (US$) 1.054 1.847 2.252 3 937 3.937 7.014 17.013 19.076 38.442 38.723 47.430
Konsumsi Baja/tahun/kapita 94,8 , 39,4 38,7 203 1 203,1 297,7 693,3 1.222,4 608,4 775,1 367,1
Sumber: Bank Dunia (2008) Sumber: Bank Dunia (2008)
Viet Nam, Thailand dan Malaysia dapat menjadi pembanding daya saing bagi Indonesia. Rata‐rata PDB/kapita US$ 4.002 dan konsumsi baja/kapita 198 kg
STRATEGI PENGEMBANGAN MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI Penerapan Sistem rantai pasok di Industri Konstruksi Pengembangan Informasi Kebutuhan MPK Pengembangan Informasi Kebutuhan MPK Pembangunan Sarana dan Prasarana distribusi MPK Efi i i i t Efisiensi sistem distribusi semen. di t ib i Optimalisasi penggunaan bahan baku lokal pada industri Baja industri Baja. • Pengembangan Industri aspal Buton. • Peningkatan komponen lokal pada industri alat berat. P i k t k l k l d i d t i l tb t • Pengembangan Sistem Informasi Sumber Daya Investasi. Investasi • • • • •
22
KESIMPULAN • Pembinaan material dan peralatan konstruks diarahkan untuk : – menjamin terpenuhinya kebutuhan, menjamin terpenuhinya kebutuhan, – meningkatkan efisiensi penyelenggaraan konstruksi, konstruksi – pengembangan industri material dan peralatan k t ki konstruksi.
• Seluruh stakeholder MPK diharapkan bekerja sama secara sinergis. 23
TERIMA KASIH TERIMA KASIH 24