26
SUMMARY
SUTRIONO. Effectiveness Petrogenoland Super Net with the different traps type for Controlling Plant Pests Fruit Flies In Mentimun (Cucumissativus L).Supervising Commission, Chairman Ir. Nuraida, M.P, Member : Syafrizal Hasibuan, S.P, M.P.
This research was conducted in Bayam Road Lk. II, Kelurahan SiumbutUmbut. District Of Gyration East, Sub-Province Grindings of Provinsi Sumatera North. With height of place ± 13 m from sea level. Research time executed in April 2015. The research used a randomized block design (RAK) factorial with two factors and three replications. The first factor is four level Different Attractants (A), These is : A0 = Tanpa Attractants (Kontrol), A1 = Petrogenol, A2 = Super Net. The second factor is three level different traps type, These is : P1 = Mineral water bottle with a funnel upside down, P2 = Mineral water bottle, Fitted with a mouthpiece standing beside bottle, P3= Mineral water bottle, Standing position two funnel fitted in pairs on the sides, P4 = Mineral water bottle with two holes left and right side. Parameters measured were the identification of fruit flies were trapped, sex ratio, number of fruit fly populations trapped, the intensity of the fruit fly attack. Statistical analysis showed that atrractant significantly affect the sex ratio of male fruit flies and female fruit flies, Total population, while the trap models only significantly affect the sex ratio of male fruit flies and Total population. interaction attractants and traps models only significantly affect the sex ratio of male fruit flies, population size, and intensity of attacks.
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
27
RINGKASAN
SUTRIONO. Efektivitas Petrogenol dan Super Net dengan model Perangkap yang Berbeda Untuk Mengendalikan Hama Lalat Buah pada Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.), dengan Komisi Pembimbing Ir. Nuraida, M.P, sebagai ketua dan Syafrizal Hasibuan, S.P., M.P., sebagai anggota. Penelitian ini dilaksanakan di Jln. Bayam Lingkungan II, Kelurahan Siumbut - Umbut, Kecamatan Kisaran Timur, Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 13 m dpl, Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2015. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua factor perlakuan dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah Atraktan (A) yang berbeda, terdiri dari 3 taraf yaitu A0 = Tanpa Aktraktan (Kontrol), A1 = Petrogenol, A2 = Super Net. Faktor kedua adalah Model perangkap, yaitu terdiri dari 4 taraf yaitu P1 = Botol air mineral dengan corong terbalik, P2 = Botol air mineral, posisi berdiri dipasangi 1 corong disamping botol, P3 = Botol air mineral, posisi berdiri dipasangi 2 buah corong yang dipasang disisi-sisinya, P4 = Botol air mineral dengan 2 buah lubang disisi kiri kanannya. Parameter yang diamati adalah Identifikasi lalat buah yang terperangkap, Nisbah kelamin, Jumlah Populasi lalat buah yang terperangkap, Intensitas serangan lalat buah.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa atraktan berpengaruh nyata terhadap nisbah kelamin lalat buah jantan dan lalat buah betina, jumlah populasi sedangkan model perangkap hanya berpengaruh nyata terhadap nisbah kelamin lalat buah jantan, jumlah populasi. interaksi atraktan dan model perangkap hanya berpengaruh nyata terhadap nisbah kelamin lalat buah jantan, jumlah populasi dan intensitas serangan.
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Identifikasi lalat buah yang terperangkap Hasil pengamatan 1 – 7 hari setelah pemasangan perangkap, setelah dilakukan identifikasi secara morfologi hanya dijumpai satu jenis lalat buah yaitu Bactrocera dorsalis dengan ciri-ciri seperti pada tabel 1. Tabel 1. Ciri-ciri Lalat Buah Hasil Identifikasi No
Ciri-ciri Lalat Buah
1
Femur antara coklat-kuning hingga kuning-coklat dengan pola merah-hitam gelap.
2
Dasar skutum hitam dan tidak ada spot kuning pada antena mesonotal sutur
3
Pola kosta sayap memanjang sampai pada ujung sayap; tidak terdapat pola sayap selain pola kosta dan cubital streak; pola kosta tepat atau melebihi R2+3
4
Abdomen tidak berpetiole; terga ruas IIIV bermembran bentuk oval sampai panjang; Terga III-V abdomen warna merah coklatdengan pola T gelap dan atau gelap garis pinggirnya (Bactrocera dorsalis Hendel)
Gambar Spesimen
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
29
2. Nisbah Kelamin Hasil pengamatan nisbah kelamin lalat buah jantan dan lalat buah betina yang terperangkap selama 7 hari pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 3 - 8. Perbandingan antara nisbah kelamin lalat buah jantan dan betina untuk semua perlakuan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rataan Hasil Pengamatan Nisbah Kelamin Lalat Buah B. dorsalis Selama 7 Hari. Perlakuan
Nisbah Kelamin Jantan
Betina
P1
2,54 a
1,21
P2
2,56a
1,16
P3
2,55a
1,25
P4
2,95b
1,41
A0
0,71 a
0,71 a
A1
3,41 b
1,49 b
A2
3,83 c
1,57b
Interaksi A0P1
0,71 a
0,71
A0P2
0,71 a
0,71
A0P3
0,71 a
0,71
A0P4
0,71 a
0,71
A1P1
3,10 b
1,46
A1P2
3,39 b
1,33
A1P3
3,32 b
1,41
Perangkap
Atraktan
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
30
A1P4
3,84 c
1,78
A2P1
3,82 c
1,45
A2P2
3,57 c
1,45
A2P3
3,62 c
1,64
A0P4
4,29 d
1,74
KK
7,38%
17,45%
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5% berdasarkan uji BNT.
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa nisbah kelamin lalat buah jantan tertinggi ditunjukkan pada perlakuan Super Net (A2) yaitu 3,83 ekor, berbeda tidak nyata dengan perlakuan Petrogenol (A1) yaitu 3,41 ekor dan tanpa aktraktan (A0) 0,71 ekor. Selanjutnya nisbah kelamin lalat jantan tertinggi diperoleh pada perlakuan botol air mineral dengan 2 buah lubang disisi kiri kanannya (P4) yaitu 2,95 ekor, berbeda tidak nyata dengan perlakuan botol air mineral posisi berdiri dipasangi2 buah corong yang dipasang disisi-sisinya (P3) yaitu 2,55 ekor, botol air mineral posisi berdiri dipasangi 1 corong disamping botol (P2) yaitu 2,56 ekor dan botol air mineral dengan corong terbalik (P1) yaitu 2,54 ekor yang merupakan nisbah kelamin lalat buah jantan terendah.
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
31
Pengaruh aktraktan dan model perangkap terhadap nisbah kelamin lalat buah jantan dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.
Gambar 8. Pengaruh Aktraktan terhadap Nisbah Kelamin Lalat Buah Jantan
Gambar 9.
Pengaruh Model Perangkap terhadap Nisbah Kelamin Lalat Buah Jantan
Sedangkan pengaruh interaksi aktraktan dan model perangkap terhadap nisbah kelamin jantan tertinggi ditunjukkan pada perlakuan Petrogenol dan botol air mineral dengan 2 buah lubang disisi kirikanannya (A2P4) yaitu 4,29 ekor. Berbeda tidak nyata dengan perlakuan Petrogenol dan botol air mineral dengan 2 buah lubang disisi kirikanannya (A1P4) yaitu 3,84 ekor, berbeda tidak nyata dengan perlakuan Super Net dan botol
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
32
air mineral dengan corong terbalik (A2P1) yaitu 3,82 ekor, Super Net dan botol air mineral posisi berdiri dipasangi 1 corong disamping botol (A2P2) yaitu 3,57 ekor, Super Net dan botol air mineral posisi berdiri dipasangi2 buah corong yang dipasang disisi-sisinya (A2P3) yaitu 3,62 ekor. Selanjutnya berbeda tidak nyata dengan perlakuan Petrogenol dan botol air mineral dengan corong terbalik (A1P1) yaitu 3,10 ekor, Petrogenol dan botol air mineral posisi berdiri dipasangi 1 corong disamping botol (A1P2) yaitu 3,39 ekor, Petrogenol dan botol air mineral posisi berdiri dipasangi2 buah corong yang dipasang disisi-sisinya (A1P3) yaitu 3,32 ekor dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa aktraktan terhadap seluruh jenis perangkap yaitu 0,71 ekor. Pengaruh interaksi aktraktan dan model perangkap terhadap nisbah kelamin lalat buah jantan dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10.
Pengaruh Interaksi Model Perangkap terhadap Nisbah Kelamin Lalat Buah Jantan
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
33
Pada Tabel 2 juga dapat dilihat bahwa nisbah kelamin lalat buah betina tertinggi ditunjukkan pada perlakuan Super Net (A2) yaitu 1,57 ekor, tidak berbeda nyata dengan perlakuan Petrogenol (A1) yaitu 1,49 ekor tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa aktraktan (A0) 0,71 ekor. Selanjutnya nisbah kelamin lalat betina tertinggi diperoleh pada perlakuan botol air mineral dengan 2 buah lubang disisi kiri kanannya (P4) yaitu 1,41 ekor, tidak berbeda nyata dengan perlakuan botol air mineral posisi berdiri dipasangi2 buah corong yang dipasang disisi-sisinya (P3) yaitu 1,25 ekor, botol air mineral posisi berdiri dipasangi 1 corong disamping botol (P2) yaitu 1,16 ekor dan botol air mineral dengan corong terbalik (P1) yaitu 1,21 ekor. Pengaruh aktraktan terhadap nisbah kelamin lalat buah betina dapat
Nisbah Kelamin Lalat Betina (ekor)
dilihat pada Gambar 11.
2.00 1.60 1.20 0.80 0.40 0.00 Tanpa Aktraktan
Petrogenol
Super Net
Aktraktan
Gambar 11.
Pengaruh Atraktan terhadap Nisbah Kelamin Lalat Buah Betina
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
34
3. Jumlah populasi lalat buah B. dorsalis yang terperangkap. Hasil pengamatan jumlah populasi lalat buah jantan yang terperangkap selama 7 hari pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 9 - 11. Rataan pengaruh aktraktan dan model perangkap terhadap jumlah populasi lalat buah yang terperangkap dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Hasil Pengamatan Jumlah Populasi Lalat Buah B. dorsalis Selama 7 Hari. Perlakuan
Jumlah Populasi
Perangkap P1
2.70 a
P2
2.70 a
P3
2.72 a
P4
3.16 b
Atraktan A0 A1 A2 Interaksi A0P1 A0P2 A0P3 A0P4 A1P1 A1P2 A1P3 A1P4 A2P1 A2P2 A2P3 A0P4 KK
0.71 a 3.67 b 4.08 c
0.71 a 0.71 a 0.71 a 0.71 a 3.37 b 3.58 b 3.55 b 4.18 c 4.02 c 3.81 c 3.91 c 4.58 d
7,29%
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5% berdasarkan uji BNT.
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
35
Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian aktraktan berpengaruh sangat nyata terhadap kepadatan populasi lalat buah yang terperangkap mulai dari 1 sampai 7 hari setelah pemasangan alat perangkap. Sedangkan perlakuan model perangkap yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah populasi lalat buah yang terperangkap pada hari pertama sampai hari kelima, akan tetapi interaksi perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah populasi lalat buah yang terperangkap pada seluruh pengamatan. Pada Tabel 3 pada perlakuan atraktan yang berbeda dapat dilihat bahwa jumlah populasi lalat buah yang terperangkap tertinggi ditunjukkan pada perlakuan Super Net(A2) yaitu 4,08 ekor, berbeda nyata dengan perlakuan Petrogenol (A1) yaitu 3,67 ekor dan perlakuan tanpa aktraktan (A0) 0,71 ekor. Selanjutnya pada perlakuan perangkap yang berbeda tertinggi diperoleh pada perlakuan botol air mineral dengan 2 buah lubang disisi kiri kanannya (P4) yaitu 3,16 ekor, berbeda nyata dengan perlakuan botol air mineral posisi berdiri dipasangi 2 buah corong yang dipasang disisi-sisinya (P3) yaitu 2,72 ekor, botol air mineral posisi berdiri dipasangi 1 corong disamping botol (P2) yaitu 2,70 ekor dan botol air mineral dengan corong terbalik (P1) yaitu 2,70 ekor.
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
36
Rata-rata jumlah populasi lalat buah akibat pengaruh aktraktan dan model perangkap dapat dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 13.
Gambar 12.
Pengaruh Atraktan terhadap Jumlah Populasi Lalat Buah
Gambar 13.
Pengaruh Model Perangkap terhadap Jumlah Populasi Lalat Buah
Sedangkan pengaruh interaksi aktraktan dan model perangkap terhadap jumlah populasi lalat buah yang terperangkap ditunjukkan pada perlakuan Petrogenol dan botol air mineral dengan 2 buah lubang disisi kirikanannya (A2P4) yaitu 4,58 ekor. Berbeda tidak nyata dengan
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
37
perlakuan Petrogenol dan botol air mineral dengan 2 buah lubang disisi kiri kanannya (A1P4) yaitu 4,18 ekor, tidak berbeda nyata dengan perlakuan Super Net dan botol air mineral dengan corong terbalik (A2P1) yaitu 4,02 ekor, Super Net dan botol air mineral posisi berdiri dipasangi 1 corong disamping botol (A2P2) yaitu 3,81 ekor, Super Net dan botol air mineral posisi berdiri dipasangi 2 buah corong yang dipasang disisi-sisinya (A2P3) yaitu 3,91 ekor. Selanjutnya berbeda tidak nyata dengan perlakuan Petrogenol dan botol air mineral posisi berdiri dipasangi 1 corong disamping botol (A1P2) yaitu 3,58 ekor, Petrogenol dan botol air mineral posisi berdiri dipasangi2 buah corong yang dipasang disisi-sisinya (A1P3) yaitu 3,55 ekor, Petrogenol dan botol air mineral dengan corong terbalik (A1P1) yaitu 3,37 ekor dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa aktraktan terhadap seluruh jenis perangkap yaitu 0,71 ekor. Pengaruh interaksi aktraktan dan model perangkap terhadap Jumlah
Jumlah Populai Lalat Buah ekor)
Populasi lalat buah yang terperangkap dapat dilihat pada Gambar 14.
Tanpa Aktraktan Petrogenol Super Net
5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 P1
P2
P3
P4
Model Perangkap
Gambar 14.
Pengaruh Interaksi Model Perangkap terhadap Jumlah Populasi Lalat Buah Jantan
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
38
4. Intensitas Serangan Hasil pengamatan intensitas serangan lalat buah selama 7 hari pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 33-35. Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian aktraktan dan jenis
perangkap
yang berbeda
berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan lalat buah pada tanaman mentimun pada hari pengamatan 1-7. Pada perlakuan atraktan yang berbeda dapat dilihat bahwa intensitas serangan lalat buah tertinggi ditunjukkan pada perlakuan tanpa aktraktan (A0) 23,85%, tidak berbeda nyata dengan perlakuan Petrogenol (A1) dan Super Net (A2) yaitu 23,19 ekor Selanjutnya pada perlakuan perangkap yang berbeda tertinggi diperoleh pada perlakuan botol air mineral posisi berdiri dipasangi 1 corong disamping botol (P2) danbotol air mineral dengan 2 buah lubang disisi kiri kanannya (P4) yaitu 24,54%, berbeda nyata dengan perlakuan botol air mineral posisi berdiri dipasangi 2 buah corong yang dipasang disisi-sisinya (P3) yaitu 20,42% dan botol air mineral dengan corong terbalik (P1) yaitu 24,14%
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
39
Rataan pengaruh aktraktan dan model perangkap terhadap intensitas serangan lalat buah dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Hasil Pengamatan Intensitas Serangan Lalat Buah B. dorsalis Hendel Selama 7 Hari. Perlakuan
Intensitas serangan
Perangkap P1
24.14a
P2
24.54a
P3
20.42 a
P4
24.54a
Atraktan A0
23.85 a
A1
23.19 a
A2
23.19 a
Interaksi A0P1
18.56 a
A0P2
26.05c
A0P3
23.23b
A0P4
27.55c
A1P1
24.99c
A1P2
26.96c
A1P3
17.83a
A1P4
22.99a
A2P1
28.87c
A2P2
20.62a
A2P3
20.19a
A2P4
23.07a
KK
13,34 %
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5% berdasarkan uji BNT.
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
40
Rata-rata intensitas serangan lalat buah akibat pengaruh aktraktan dan model perangkap dapat dilihat pada Gambar 15 dan Gambar 16.
Gambar 15.
Pengaruh Atraktan terhadap Intensitas Serangan Lalat Buah
Gambar 16.
Pengaruh Model Perangkap terhadap Intensitas Serangan Lalat Buah
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
41
Sedangkan pengaruh interaksi aktraktan dan model perangkap terhadap intensitas serangan lalat buah yang terperangkap ditunjukkan pada perlakuan A2P1 yaitu 28,87% tidak berbeda nyata dengan perlakuan A0P2 yaitu 26,05%, A0P4 yaitu 27,55%, A1P1 yaitu 24,99% dan A1P2 yaitu 26,96%. Selanjutnya berbeda nyata dengan perlakuan A0P1 yaitu 18,56%, A0P3 yaitu 23,23%, A1P3 yaitu 17,83%, A1P4 yaitu 22,99%, A2P2 yaitu 20,62%, A2P3 yaitu 20,19%, A2P4 yaitu 23,07%, Pengaruh interaksi aktraktan dan model perangkap terhadap intensitas serangan lalat buah yang terperangkap dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17.
Pengaruh Interaksi Model Perangkap terhadap Intensitas Serangan Lalat Buah
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
42
B. Pembahasan 1. Efektivitas Petrogenol dan Super Net untuk mengendalikan hama Lalat buah pada tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) Hasil analisis secara statistika menunjukkan bahwa penggunaan petrogenol dan Super Net berpengaruh nyata terhadap jenis lalat buah yang terperangkap. Nisbah kelamin, jumlah populasi yang terperangkap dan intensitas serangan. Adanya pengaruh terhadap jenis lalat buah yang terperangkap dengan menggunakan model perangkap yang berbeda disebabkan oleh serangga B. dorsalis merupakan hama utama pada tanaman mentimun, selain itu pada saat penelitian tingkat ketersediaan sumber makanan bagi hama ini berlimpah karena buah mentimun sebahagian besar dalam kondisi siap panen. Dalam penelitian yang dilaksanakan dari hari pengamatan ke-I hingga ke-VII yang tertangkap banyak terdapat pada model perangkap Super Net. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Rukmana dan Sugan di (2007) yang menyatakan bahwa. Aktifitas lalat buah dalam mencari tanaman inang ditentukan oleh warna dan aroma dari buah, karena hama lalat buah lebih menyukai warna kuning pada saat buah menjelang masak dalam mengenali inangnya untuk bertelur. Selain itu Iwashi, dkk (2000) juga menyatakan bahwa Metil Eugenol merupakan food lure (yang dibutuhkan oleh lalat buah untuk di konsumsi).
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
43
Pengendalian lalat buah dengan umpan atraktan akan berhasil apabila perangkap dipasang secara trus menerus dan dalam jumlah yang banyak (Sunarno, 2012). Pengaruh Aktraktan berpengaruh sangat nyata pada setiap hari pengamatan terhadap jumlah populasi lalat buah dengan rata-rata jumlah populasi sebesar 19,82 ekor. Sedangkan terhadap intensitas serangan aktraktan hanya berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan lalat buah pada hari pengamatan ke- VII yaitu sebesar 32,64%. Perbedaan
populasi
selain
karena
faktor
makanan,
faktor
lingkungan di sekitar tanaman tempat penelitian yang tidak dilakukan sanitasi sehingga banyak gulma yang tumbuh terlebih pada pada bagian pertanaman mentimun. Karena di samping menyerang tanaman mentimun juga memiliki inang alternatif di sekitar tanaman mentimun untuk melangsungkan perkembangbiakannya. Soesilohadi (2002) dalam disertasinya menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kelimpahan populasi lalat buah dengan kelimpahan populasi buah dari tanaman inang. Berdasarkan penelitian di laboratorium Universitas Sumatra Utara oleh Pangesti ningsih dkk (2012), dihasilkan bahwa komposisi rasio seks berpengaruh nyata terhadap perkawinan. Dalam penelitian itu dihasilkan bahwa komposisi rasio seks jantan betina yang mengalami perkawinan tertinggi adalah jumlah jantan dan betina yang paling banyak yaitu 200 jantan : 100 betina (2:1). Keberhasilan
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
44
perkawinan dipengaruhi lalat buah yang telah memakan senyawa methil eugenol. Seftiarini dan Amelia (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemaparan ME dapat meningkatkan keberhasilan kawin pada B.dorsalis. Soesilohadi dkk (2005) dalam jurnal berkala ilmiah menyatakan bahwa rasio seks (jantan/betina) lalat buah cenderung menurun dengan meningkatnya kelimpahan inangnya demikian pula peningkatan suhu udara cenderung menurunkan rasio seks lalat buah. Pada Gambar 12 dan Gambar 13 menunjukkan bahwa tinggi rendahnya populasi lalat buah yang tertangkap juga dipengaruhi oleh keadaan iklim, populasi lalat buah mengalami penurunan seperti pada hari pengamatan ke-III (2,68 ekor), ke-V (2,77 ekor) dan ke-VII (2,85 ekor). Pada pengamatan ke-III (24 ˚C) sampai pengamatan ke-V (31˚C), hal di atas menunjukkan bahwa lalat buah tidak menyukai suhu terlalu rendah tetapi menyukai suhu yang juga tidak terlalu tinggi, intensitas serangan dan populasi lalat buah akan meningkat pada keadaan iklim sesuai, pada saat suhu rendah berkisar 26 ˚C (Rukmana dan Sugandi, 2000).
2. Pengaruh Model Perangkap terhadap Lalat Buah Bactrocera dorsalis Hendel Hasil analisis statistika pada Tabel Rangkuman menunjukkan bahwa model perangkap berpengaruh nyata terhadap nisbah kelamin lalat buah jantan, jumlah populasi dan intensitas serangan lalat buah. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam nisbah kelamin lalat buah jantan
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
45
tertinggi diperoleh dengan menggunakan model perangkap botol air mineral dengan 2 buah lubang disisi kiri dan kanannya (P4) yaitu masingmasing sebanyak 2,95 ekor, sedangkan lalat buah betina yang terperangkap hanya sebanyak1,41 ekor. Hasil analisis sidik ragam kepadatan populasi pada hari pengamatan ke-I hingga hari ke-VII juga menunjukkan bahwa model perangkap hanya berpengaruh nyata terhadap kepadatan populasi pada hari pengamatan ke-I sampai hari ke-V. Berbanding terbalik dengan hasil analisis aktraktan yang berpengaruh sangat nyata pada semua umur amatan. Menurut Bangun (2009) perlu diperhatikan untuk menambah keefektifan pemasangan perangkap adalah perangkap harus dipasang pada tanaman pada ketingian 150 cm dari atas permukaan tanah. Lalat jantan mampu terbang 4 – 15 mil (6,44 – 24,14 km) tergantung pada kecepatan dan arah angin. Lalat buah banyak berterbangan diantara pohon buah mentimun bila buah sudah hampir matang atau masak. Hasil penelitian Sunarno dan Popoko (2013) yang menyatakan bahwa lalat buah yang berkeliling untuk mencari asal bau atraktan dengan menggunkan sejumlah isyarat visual ataupun kimia untuk menentukan inangnya/asal bau dari atraktan sehingga mempengaruhi jumlah lalat yang masuk ke dalam perangkap yang bentuknya berbeda-beda, semakin banyak celah pada perangkap maka semakin mudah lalat buah menemukan asal bau dari atraktan.
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
46
3. Pengaruh Interaksi Aktraktan dan Model Perangkap terhadap Lalat Buah B.dorsalis Hendel Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi akraktan dan model perangkap berpengaruh nyata terhadap nisbah kelamin lalat buah jantan, jumlah populasi dan intensitas serangan. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil identifikasi lalat yang terdapat pada pertanaman mentimun ditemukan 1 jenis lalat buah yang tertangkap, yaitu Bactrocera dorsalis Hendel, hal ini disebabkan B. dorsalis merupakan hama utama pada tanaman mentimun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Archrom, dkk. (2001) bahwa B. dorsalis menyerang tanaman mentimun. Selamaini, lalat buah dari jenis B. dorsalis sangat mendominasi kawasan Asia Pasifik dengan jumlah tanaman inang yang cukup beragam, yakni sekitar 26 jenis tanaman inang. Lalat buah jenis B. dorsalis menyerang berbagai buah dan sayuran (Kardinan, 2003). Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Siwi, dkk (2006) yang menyatakan bahwa Metil Eugenol dapat menarik lalat buah dari sub Bactrocera, sehingga pada perangkap Metil Eugenol hanya terdapat satu jenis lalat buah yaitu B. dorsalis. Hasil analisis statistika pada Tabel Rangkuman juga dapat dilihat bahwa pemberian aktraktan dan model perangkap berpengaruh nyata terhadap nisbah kelamin lalat buah jantan saja dengan hasil tertinggi diperoleh dari perlakuan A2P4 sebanyak 4,29 ekor.
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
47
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bangun (2009) yang dilakukan di lapangan menunjukkan bahwa Metil Eugenol mampu menangkap 20 – 1000 lalat buah setiap minggunya untuk setiap perangkap, aktraktan ini juga mampu menurunkan tingkat kerusakan hingga 40%. Kandungan Metil Eugenol sebesar 30% masih cukup efektif untuk menangkap hama lalat buah (Kuswadi, 2003). Hasil yang diperoleh menunjukkan populasi lalat buah di pertanaman mentimun berbeda tidak jauh tiap harinya dengan populasi tertinggi di hari ke-VI sebanyak 2,89 ekor, tingkat jumlah populasi tertinggi diperoleh dari perlakuan Petrogenol dan model perangkap botol air mineral dengan 2 buah lubang disisi kiri dan kanannya (A1P4) sebesar 4,17 ekor dengan tingkat jumlah populasi rata-rata sebesar 19,82 ekor. Intensitas serangan tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan Super Net dan botol air mineral dengan corong terbalik (A2P1) sebesar 46,36% dengan intensitas serangan rata-rata rata-rata yang diperoleh sebesar 34,43% dengan kategori serangan sedang. Perolehan tersebut disebabkan oleh warna aktraktan Super Net adalah kuning sehingga menarik lalat buah untuk masuk ke dalam botol air mineral yang hanya memiliki satu pintu masuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kardinan (2003) yang menyatakan bahwa warna kuning yang menarik perhatian lalat buah sering digunakan sebagai perangkap.
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
48
Hal tersebut di atas didukung oleh hasil penelitian Marikun, dkk. (2014) yang menyatakan bahwa warna perangkap yang paling efektif digunakan untuk pengendalian hama lalat buah adalah warna kuning karena dapat menangkap lalat buah dalam jumlah yang cukup tinggi, yaitu 24 ekor / perangkap / 5 hari.
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
49
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Aktraktan berpengaruh nyata terhadap nisbah kelamin lalat buah jantan dan lalat buah betina, serta jumlah populasi. 2. Model perangkap hanya berpengaruh nyata terhadap nisbah kelamin lalat buah jantan dan jumlah populasi. 3. Interaksi aktraktan dan model perangkap hanya berpengaruh nyata terhadap nisbah kelamin lalat buah jantan, jumlah populasi dan intensitas serangan. B. Saran Disarankan dalam pengendalian hama lalat buah Bactrocera spp. agar menggunakan atraktan jenis Petrogenol atau Super Net dan model perangkap dengan botol mineral dengan dua lubang di sisi kanan dan kirinya.
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan