Sumber, Struktur, dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi : Analisis Data Patanas 2010
SUMBER, STRUKTUR, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI : ANALISIS DATA PATANAS 2010 Source, Srtucture, and Distribution of Rice Farmers’ Households Income: 2010 Patanas Data Analysis M. Maulana dan Supriyati Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161
ABSTRACT Among food crops grown in rural areas, rice is the principal crop among farmers, which imply that all effort that is undertaken to raise rice farmers’ income would lead to the improvement in farmers’ welfare in general. This study aims to investigate deeper and discuss about sources, structure and distribution of the income of these rice farmers. The analysis indicates that agricultural sector contributes obout 50 percent to total household income of farmer and the remaining income is derived from non-farm activities. The structure of household income is dominated by revenues from the production activities over the wetland that contributes about 42.15 percent, followed by non-agricultural laborers and trading. Meanwhile, the farmer's income distribution is more unequal. To correct this unequality job opportunities outside the agricultural sector have to be magnified. Key words : agriculture, income, paddy farmers ABSTRAK Jumlah rumah tangga petani padi adalah paling dominan diantara komoditas pangan lain sehingga segala usaha untuk meningkatkan pendapatan petani padi berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan petani secara keseluruhan. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis dan membahas sumber, struktur, dan distribusi pendapatan petani padi berdasarkan hasil survei penelitian Patanas 2010. Hasil analisis menunjukkan bahwa kontribusi pendapatan dari sektor pertanian terhadap total pendapatan rumah tangga mencapai 50,31 persen, sementara nonpertanian 49,69 persen. Struktur pendapatan rumah tangga didominasi oleh pendapatan dari lahan sawah yang kontribusinya mencapai 42,15 persen, diikuti buruh nonpertanian, dan usaha dagang. Sementara distribusi pendapatan petani semakin timpang. Perlu memperbesar kesempatan kerja di sektor luar pertanian. Kata kunci : pertanian, pendapatan, petani padi
PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi atau beras secara nasional merupakan komoditas strategis. Jumlah rumah tangga petani padi adalah paling dominan diantara komoditas pangan lain, yang secara keseluruhan jumlah rumah tangga petani padi
473
M. Maulana dan Supriyati
mencapai 65 persen dari total rumah tangga usaha tani (BPS, 2009), sehingga program dan kebijakan pembangunan pertanian dan perdesaan yang ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan petani padi juga berdampak terhadap rumah tangga perdesaan secara umum. Meski pemerintah telah melakukan berbagai program dan kebijakan untuk meningkatkan produksi padi dan pendapatan masyarakat secara umum, namun masalah ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat tani dan masyarakat perdesaan sampai saat ini masih tetap menjadi permasalahan strategis. Semakin berkembangnya sektor pertanian, diharapkan terjadi peningkatan pendapatan masyarakat, desa terutama petani padi. Pendapatan merupakan salah satu indikator ekonomi, dengan kata lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat semakin meningkat, dengan diikuti membaiknya distribusi pendapatan petani padi. Pada dasarnya, ketimpangan dalam distribusi pendapatan mencerminkan ketimpangan dalam distribusi pemilikan harta (aset). Dalam ketimpangan harta atau lebih umum disebut sebagai ketimpangan pemilikan sumber daya, akan menyebabkan ketimpangan dalam pemilikan distribusi pendapatan antara petani padi. Tidak dapat dipungkiri bahwa pertanian di Indonesia pada umumnya dicirikan dengan banyaknya jumlah petani kecil. Ciri umum petani kecil tersebut adalah kepemilikan lahan tanah sempit dan sumber pendapatan mereka umumnya tidak hanya berasal dari sektor pertanian. Untuk menambah penghasilan, diperlukan pekerjaan sampingan walaupun program peningkatan produksi pertanian pangan cukup berhasil. Namun, manfaat dari program tersebut secara nasional ternyata belum dapat dinikmati oleh sebagian besar petani khususnya petani kecil. Karena pendapatan merupakan salah satu indikator ekonomi, dengan kata lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat meningkat dan diikuti dengan membaiknya distribusi pendapatan. Tujuan kajian ini adalah untuk menganalisis dan membahas sumber, struktur, dan distribusi pendapatan petani padi berdasarkan hasil survei penelitian Patanas 2010 yang dilakukan oleh Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian untuk memahami hasil pembangunan yang telah dicapai dan memahami permasalahan yang dihadapi. Hasil kajian ini dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik bagi penyempurnaan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan perdesaan lebih lanjut.
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Analisis pendapatan rumah tangga ditujukan untuk memahami besarnya tingkat pendapatan rumah tangga, distribusi pendapatan rumah tangga dan
474
Sumber, Struktur, dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi : Analisis Data Patanas 2010
struktur pendapatan rumah tangga. Peningkatan pendapatan rumah tangga antarwaktu dapat digunakan sebagai indikator meningkatnya daya beli rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya. Distribusi pendapatan rumah tangga yang diukur dengan Indeks Gini dapat digunakan sebagai indikator ketimpangan pendapatan rumah tangga sebagai akibat ketidakmerataan aksesibilitas rumah tangga terhadap sumber daya ekonomi. Sedangkan struktur pendapatan rumah tangga dapat digunakan untuk melihat seberapa besar lapangan kerja dan usaha pertanian mampu berkontribusi terhadap pendapatan rumah tangga. Tingkat pendapatan rumah tangga dalam penelitian ini dibagi atas dua kelompok besar, yaitu: (a) pendapatan rumah tangga yang berbasis lahan pertanian dan (b) pendapatan rumah tangga yang tidak berbasis lahan pertanian. Pengelompokan ini digunakan untuk memahami sejauh mana tekanan terhadap lahan pertanian sebagai sumber pendapatan rumah tangga perdesaan. Pendapatan berbasis lahan dapat dirinci atas: (1) nilai produksi berbagai komoditas pertanian yang dihasilkan petani dan (2) pendapatan yang diperoleh dari kegiatan berburuh tani. Sedangkan pendapatan yang tidak berbasis lahan dapat dirinci atas: (1) pendapatan tetap sebagai pegawai, (2) pendapatan dari kegiatan berburuh nonpertanian, (3) pendapatan dari usaha industri rumah tangga, (4) pendapatan dari usaha perdagangan, (5) pendapatan dari transfer/kiriman uang, dan (6) pendapatan dari mencari di alam bebas (menggali pasir, mencari kayu, dan sebagainya) .
Metode Analisis Salah satu variabel penting dalam profil rumah tangga perdesaan adalah apakah pendapatan masyarakat perdesaan terdistribusi secara merata atau sebaliknya terjadi ketimpangan pendapatan antarrumah tangga tersebut. Untuk mengetahui distribusi pendapatan rumah tangga, digunakan suatu indeks sebagai ukuran ketimpangan, yaitu Indeks Gini yang diformulasikan sebagai berikut (Glewwe, 1986; Adams etal.,1995). G (y) =
2 Cov ( yi , p ( yi )) ........................................................................ (1) y
Dimana: G (y) = Koefisien gini total pendapatan rumah tangga
y Rata-rata pendapatan rumah tangga yi = Total pendapatan rumah tangga ke i p( yi ) Urutan pendapatan petani, yaitu p = 1 untuk urutan rumah tangga berpendapatan terendah dan p = n untuk urutan rumah tangga berpendapatan tertinggi, dan n = Jumlah populasi rumah tangga yang dianalisis.
475
M. Maulana dan Supriyati
Nilai G berada pada selang 0 dan 1. Distribusi termasuk kategori timpang apabila nilai G > 0.5; kategori sedang bila 0.4
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer, yang diperoleh dari hasil penelitian Panel Petani Nasional (Patanas) yang dilakukan oleh tim peneliti Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian pada tahun 2010. Penelitian Patanas (Panel Petani Nasional) telah dilakukan sejak lama oleh Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian dan merupakan kajian yang bersifat panel, dirancang untuk memantau dan memahami berbagai perubahan jangka panjang profil rumah tangga di daerah perdesaan. Kajian Patanas menghasilkan data panel mikro, gabungan data time series dan cross section. Penelitian Patanas pada tahun 2010 dilakukan di lima provinsi sentra produksi padi, yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan yang, mencakup 14 kabupaten. Pada tiap-tiap kabupaten, dipilih satu desa contoh, dan dari tiap-tiap desa contoh dipilih 40 responden yang terdiri dari 25 responden bekerja sebagai petani dan 15 responden non bertani.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sumber dan Struktur Pendapatan Petani Secara agregat (desa contoh di Jawa dan luar Jawa), kontribusi pendapatan dari sektor pertanian dan nonpertanian terhadap total pendapatan rumah tangga relatif sama (50,31 vs 49,69%). Namun, apabila dicermati lebih dalam untuk wilayah Jawa dan luar Jawa, menunjukkan gambaran yang berbeda (Tabel 1). Di Jawa, kontribusi sektor pertanian sedikit lebih tinggi dibandingkan sektor nonpertanian, sementara di luar Jawa kontribusi sektor nonpertanian lebih tinggi. Tingginya kontribusi pendapatan nonpertanian di luar Jawa disebabkan tingginya peranan sektor pertanian terhadap total pendapatan, utamanya di Sulawesi Selatan. Kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan rumah tangga menurut provinsi berkisar antara 38-62 persen, tertinggi di Jawa Barat dan terendah di Sulawesi Selatan. Provinsi Jawa Barat merupakan satu-satunya provinsi contoh yang sektor pertaniannya masih merupakan sumber pendapatan utama rumah tangga. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor pertanian di desa contoh di atas 50 persen.
476
Sumber, Struktur, dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi : Analisis Data Patanas 2010
Kontribusi sektor pertanian menurut kabupaten contoh sangat beragam, bervariasi dari 19-72 persen, terendah di Kabupaten Cilacap dan tertinggi di Kabupaten Karawang. Di desa contoh di Jawa Barat, kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan rumah tangga masih dominan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih merupakan sumber utama pendapatan rumah tangga. Fenomena di desa contoh Jawa Tengah, berbeda dengan desa contoh di Jawa Barat. Secara umum, di Jawa Tengah kontribusi pendapatan sektor pertanian lebih kecil (19-48%) dibandingkan dengan sektor nonpertanian (51-81%). Di Jawa Timur, di dua kabupaten contoh (Jember dan Lamongan) kontribusi sektor pertanian relatif tinggi (63-66%), sementara di Kabupaten Banyuwangi terjadi hal yang sebaliknya (peranan sektor nonpertanian lebih tinggi dibandingkan sektor pertanian). Di Sumatera Utara, fenomena di dua kabupaten contoh berbeda. Di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, peranan sektor pertanian relatif tinggi, sementara di Kabupaten Serdang Bedagai peranan sektor nonpertanian lebih dominan. Sementara itu, fenomena di kabupaten contoh di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian relatif kecil dibandingkan dengan sektor nonpertanian. Tabel 1. Kontribusi Pendapatan Rumah Tangga dari Sektor Pertanian dan Nonpertanian di Desa Patanas, 2010
Provinsi/ Kabupaten
Desa
Sumber Pendapatan (%) NonPertanian pertanian
Nilai Total Pendapatan (Rp. 000/tahun)
Jawa Barat 1. Indramayu 2. Subang 3. Karawang
Tugu Simpar Sindangsari
62,05 55,57 61,97 72,77
37,95 44,43 38,03 27,23
32.664 34.384 42.499 21.108
Jawa Tengah 1. Cilacap 2. Klaten 3. Sragen 4. Pati
Padangsari Demangan Mojorejo Tambahmulyo
40,07 18,97 37,45 46,46 48,50
59,93 81,03 62,55 53,54 51,50
26.153 19.821 20.193 36.098 28.501
Jawa Timur 1. Jember 2. Banyuwangi 3. Lamongan
Padomasan Kaligondo Sungegeneng
57,63 66,05 37,92 63,05
42,37 33,95 62,08 36,95
27.743 31.578 21.709 29.941
52,72
47,28
28.583
Jawa Sumut 1. Asahan 2. Serdang Bedagai
Kwala Gunung Lidah Tanah
52,04 63,34 43,58
47,96 36,66 56,42
29.023 24.859 33.186
Sulsel 1. Sidrap 2. Luwu
Carawali Salu Jambu
38,32 37,84 39,09
61,68 62,16 60,91
32.957 40.745 25.170
Luar Jawa
44,75
55,25
30.990
Jawa+Luar Jawa
50,31
49,69
29.271
477
M. Maulana dan Supriyati
Total pendapatan rumah tangga per tahun di Jawa relatif lebih rendah dibandingkan dengan luar Jawa (Rp 28,5 vs Rp 30,9 juta). Sementara itu, pendapatan rumah tangga antarprovinsi berkisar antar Rp 26 - Rp 32,9 juta, terendah di Jawa Tengah dan tertinggi di Sulawesi Selatan. Total pendapatan rumah tangga antarkabupaten contoh sangat bervariasi, yaitu berkisar antara Rp 19,8 – Rp 42,5 juta, terrendah di Kabupaten Cilacap, dan tertinggi di Kabupaten Subang. Hal ini menunjukkan bahwa di desa contoh di Jawa variasi pendapatan yang relatif besar (dari Rp 19,8-Rp 42,5 juta), sementara di luar Jawa variasi pendapatan rumah tangga lebih kecil (Rp 24,8-Rp 40,7 juta). Dengan mengacu pada sumber pendapatan rumah tangga, maka struktur pendapatan rumah tangga di wilayah penelitian ditampilkan pada Tabel 2. Struktur pendapatan rumah tangga menggambarkan tentang kontribusi dari setiap kegiatan usaha terhadap total pendapatan rumah tangga di setiap wilayah perdesaan. Secara agregat (Jawa dan luar Jawa), struktur pendapatan rumah tangga didominasi oleh pendapatan dari lahan sawah yang kontribusinya mencapai 42,15 persen, buruh nonpertanian (22%) dan usaha dagang (11%). Tingginya kontribusi pendapatan dari lahan sawah hal ini logis oleh karena penelitian dilakukan di wilayah berbasis lahan sawah dengan komoditas dominan padi. Pada wilayah tersebut terlihat bahwa diversifikasi pendapatan sektor pertanian relatif kecil, terlihat dari rendahnya kontribusi pendapatan dari usaha nonsawah maupun dari kegiatan buruh tani. Sementara itu, pada sektor nonpertanian, pendapatan rumah tangga sebagian besar bersumber dari kegiatan buruh nonpertanian, usaha dagang, dan lainnya. Tabel 2. Struktur Pendapatan RT Menurut Sumber Pendapatan di Desa Patanas Menurut Wilayah 2010 (%) Jabar
Jateng
Jatim
Jawa
Sumut
Sulsel
A. Pertanian 62,05 1. Usaha Pertanian a. Lahan Sawah 57,64 b. Lahan Tegal 0,23 c. Lahan Kebun 0,60 c. Lahan Pekarangan d. Tambak dan kolam 0,26 e. Ternak 1,00 2. Buruh Pertanian 2,32 B. Nonpertanian 37,94 1. Usaha Industri 0,31 2. Pengusaha dan Pekerja Bangunan 3. Pengusaha dan Pekerja Angkutan 0,36 4. Pedagang/Pekerja Penjualan 12,93 5. Pekerja Jasa lainnya 3,52 6. Profesional/ Tatalaksana 7. Kiriman 0,01 8. TKI/TKW 1,65 9. Buruh Nonpertanian 13,04 10. Lainnya 6,12 Total Pendapatan (Rp 000) 32.664 Sumber: Data primer Patanas 2010 (diolah).
40,08
57,62
52,72
52,04
38,33
Luar Jawa+Luar Jawa Jawa 44,75 50,32
28,56 0,79 0,46 0,12 0,38 5,26 4,51 59,91 4,99 0,14 0,37 15,71 0,35 1,79 4,47 24,76 7,33 26.153
49,38 0,32 2,11 5,81 42,39 0,23 0,09 6,39 1,84 2,34 2,65 20,40 8,45 27.743
44,59 0,37 0,38 0,04 0,32 2,88 4,14 47,27 2,00 0,08 0,26 12,04 1,87 0,68 1,43 2,20 19,47 7,24 28.583
40,35 0,64 4,74 0,71 5,60 47,95 0,25 0,20 0,21 9,31 1,43 1,03 0,90 18,37 16,25 29.023
33,12 0,99 0,39 2,39 0,27 1,17 61,69 0,59 8,05 0,78 36,68 15,59 32.957
36,50 0,83 0,21 3,49 0,48 3,24 55,25 0,12 0,10 0,41 8,64 1,08 0,48 0,42 28,11 15,89 30.990
Sumber Pendapatan
478
42,15 0,51 0,32 0,03 1,28 2,16 3,87 49,70 1,43 0,08 0,31 11,01 1,63 0,62 1,13 1,53 22,09 9,87 29.271
Sumber, Struktur, dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi : Analisis Data Patanas 2010
Secara rataan pada wilayah Jawa dan luar Jawa, struktur pendapatan rumah tangga sedikit berbeda. Di desa contoh Jawa, pendapatan rumah tangga didominasi oleh pendapatan dari lahan sawah, buruh nonpertanian dan usaha dagang. Sementara di desa contoh luar Jawa, pendapatan rumah tangga didominasi oleh pendapatan dari lahan sawah, buruh nonpertanian dan lainnya. Pada sektor pertanian, peranan lahan nonsawah relatif kecil. Di Jawa, sumber pendapatan rumah tangga adalah dari sawah jual dan kegiatan buruh tani dan usaha ternak, sementara di luar Jawa umumnya sumber pendapatan adalah dari usaha tambak dan kolam dan kegiatan berburuh tani. Kontribusi pendapatan dari usaha ternak masih relatif kecil di Jawa, yaitu sebesar 2,88 persen sementara di luar Jawa hanya 0,48 persen. Kontribusi pendapatan dari kegiatan berburuh tani relatif kecil yaitu 4,14 persen di Jawa dan 3,24 persen di luar Jawa. Hal ini disebabkan karena karena pada usaha tani padi sudah berkembang mekanisasi pertanian, terutama dalam pengolahan tanah dan berkembangnya herbisida. Disamping itu, kesempatan kerja sektor pertanian kurang menarik, terutama bagi tenaga kerja muda. Pada sektor nonpertanian, baik di Jawa maupun luar Jawa, pendapatan rumah tangga sebagian besar bersumber dari kegiatan buruh nonpertanian, usaha dagang dan lainnya. Di Jawa, usaha dagang menduduki peringkat kedua dan lainnya peringkat ketiga, sementara di luar Jawa terjadi hal yang sebaliknya. Berkembangnya buruh nonpertanian dan pekerja penjualan mengindikasikan bahwa kegiatan yang berkembang di wilayah penelitian adalah kegiatan yang tidak memerlukan modal. Hal ini mendukung bahwa tidak berkembang sektor nonpertanian di perdesaan salah satunya adalah karena keterbatasan modal. Kontribusi pendapatan berburuh nonpertanian di Jawa 19,47 persen dan di luar Jawa jauh tinggi lagi (28%). Struktur pendapatan rumah tangga selain berbeda antarwilayah, juga berbeda antarprovinsi. Di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Utara peranan sektor pertanian masih dominan dengan kontribusi masing-masing berturut-turut sebesar 62,05; 57,62; dan 52,04 persen, hal yang sebaliknya terjadi di Provinsi Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. Tingginya kontribusi pendapatan sektor nonpertanian di kedua provinsi tersebut antara lain disebabkan karena tingginya pendapatan dari kegiatan buruh nonpertanian. Seperti halnya gambaran antarwilayah, pendapatan sektor pertanian di semua provinsi masih didominasi oleh pendapatan dari usaha pertanian di lahan sawah. Kontribusi pendapatan dari kegiatan berburuh tani yang relatif besar (sekitar 5% dari total pendapatan) terjadi di Provinsi Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Jawa Tengah. Nampaknya usaha ternak belum berkembang di provinsi contoh, kecuali di Jawa Tengah, yang hanya memberikan kontribusi sebesar 5,2 persen terhadap total pendapatan rumah tangga. Pada sektor nonpertanian, pendapatan rumah tangga sebagian besar bersumber dari kegiatan buruh nonpertanian, usaha dagang, dan lainnya. Kontribusi pendapatan dari kegiatan buruh nonpertanian yang relatif besar hampir terjadi di semua provinsi kecuali di Provinsi Jawa Tengah.
479
M. Maulana dan Supriyati
480
Sumber, Struktur, dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi : Analisis Data Patanas 2010
Struktur pendapatan rumah tangga antarkabupaten contoh juga menunjukkan variasi yang cukup besar (Tabel 3). Dari desa/kabupaten contoh terlihat bahwa dominasi peranan sektor pertanian sebagai sumber pendapatan rumah tangga semakin tergeser. Hal ini terlihat dari kontribusi pendapatan sektor pertanian yang bervariasi dari 19-72 persen. Dominasi pendapatan sektor pertanian terhadap total pendapatan terdapat di enam kabupaten contoh Kabupaten Karawang, Jember, Asahan, Lamongan, Subang, dan Indramayu), dan sebaliknya di delapan kabupaten contoh lainnya. Pendapatan rumah tangga sektor pertanian didominasi pendapatan usaha tani lahan sawah, sementara peranan usaha lain dan kegiatan berburuh tani relatif kecil. Kecuali di Kabupaten Jember dan Asahan, kegiatan berburuh tani memberikan kontribusi pendapatan yang relatif besar (>10%), dan di Kabupaten Sragen usaha ternak memberikan kontribusi pendapatan yang relatif besar (11,7%). Pendapatan sektor nonpertanian di kabupaten contoh secara umum didominasi oleh pendapatan dari berburuh nonpertanian, perdagangan, dan lainnya. Kontribusi pendapatan dari berburuh nonpertanian berkisar antara 6-51 persen, terendah di Kabupaten Jember dan tertinggi di kabupaten Luwu. Kabupaten-kabupaten dengan kontribusi pendapatan dari berburuh nonpertanian yang relatif besar (> 35%) adalah Kabupaten Luwu, Cilacap, dan Banyuwangi, yang peranannya sedang (15-35%) adalah Kabupaten Sidrap, Asahan, Lamongan, Pati, Sragen, dan Klaten, sementara kabupaten contoh lainnya kontribusinya relatif rendah (< 15%). Usaha perdagangan dan pekerja di bidang perdagangan berkembang di semua kabupaten contoh dengan memberikan kontribusi berkisar antara 2,74-22,41 persen. Kontribusi dari usaha/pekerja perdagangan tertinggi di Kabupaten Indramayu dan Klaten, sementara terendah di Kabupaten Lamongan. Industri perdesaan nampaknya belum berkembang di perdesaan Patanas, hal ini terlihat bahwa usaha industri hanya ditemui di delapan kabupaten contoh, dengan kontribusi terhadap pendapatan total rumah tangga relatif kecil (0,222,48%), kecuali di Kabupaten Pati yang kontribusinya mencapai 13,19 persen. Transfer pendapatan (kiriman dari TKI/TKW dan non-TKI/TKW) juga merupakan salah satu sumber pendapatan rumah tangga, namun transfer pendapatan nampaknya tidak terjadi di semua kabupaten contoh, dan kontribusi transfer pendapatan relatif kecil. Kontribusi kiriman non-TKI/TKW berkisar antara 0,03-6 persen, sementara kontribusi kiriman TKI/TKW berkisar antara 0,53-8 persen. Pendapatan rumah tangga antarkabupaten contoh bervariasi dari Rp 19,8Rp 42,5 juta per tahun, terendah di Kabupaten Cilacap dan tertinggi di Kabupaten Subang. Tingkat pendapatan rumah tangga dipengaruhi antara lain: (a) tingkat pengusaan aset; (b) tingkat teknologi dan keberhasilan usaha tani; (c) kesempatan kerja dan berusaha di wilayah tersebut. Struktur Pendapatan Menurut Skala Usaha Tani Rumah Tangga Tidak Memiliki Garapan (luas lahan = 0) Tingkat pendapatan rumah tangga yang tidak memiliki lahan garapan di delapan wilayah kabupaten di Jawa, persentase kontribusi dari sektor pertanian
481
M. Maulana dan Supriyati
pada umumnya sangat kecil yaitu sebesar 11,95 persen untuk agregat di Jawa dan itupun berasal dari kegiatan berburuh tani dengan kisaran 3,45 persen sampai 89,36 persen. Oleh karena itu, kontribusi dari nonpertanian sangat dominan kecuali untuk wilayah Kabupaten Jember yang kontribusi dari sektor nonpertanian hanya sebesar 10,64 persen. Kontribusi yang paling dominan dari sektor nonpertanian adalah dari kegiatan buruh nonpertanian yaitu sebesar 31,95 persen dan dari kegiatan berdagang yaitu sebesar 20,87 persen (agregat Jawa). Kondisi yang demikian adalah wajar, karena rumah tangga tidak memiliki lahan sehingga sumber pendapatan yang utama dari nonpertanian. Untuk wilayah kabupaten di luar Jawa, yaitu Kabupaten Asahan, Serdang Bedagai, Sidrap, dan Luwu, kontribusi sektor pertanian juga sangat kecil (10,78% agregat luar Jawa) dan kontribusi dari sektor nonpertanian (89,22%), terutama diperoleh dari kegiatan buruh nonpertanian (44,56%) dan berdagang (21,02%). Mengenai keragaan tingkat pendapatan rumah tangga tanpa lahan garapan disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Persentase Tingkat Pendapatan Rumah Tangga pada Skala Tidak Memiliki Lahan Garapan di Delapan Kabupaten di Jawa, 2010 Kabupaten Uraian
Indramayu
Subang
Karawang
Cilacap
Klaten
Sragen
Jember
Banyuwangi
Lamongan
Sawah
-
0,25
-
0,32
3,03
-
Tegal
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1,13
-
-
-
Kebun
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pekarangan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Tambak
-
0,03
-
-
-
-
1,93
-
-
-
Kolam
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Ternak kecil
-
-
-
-
-
-
0,17
-
-
0,59
Ternak besar
-
-
-
-
-
-
0,50
1,52
-
15,70
Unggas
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Buruh pertanian
20,94
7,31
8,65
3,89
9,86
3,45
4,55
89,36
18,30
10,92
Total pertanian
Pati
20,94
7,59
8,65
4,21
12,89
6,04
6,07
89,36
34,59
12,05
TKI TKW
7,43
3,68
15,40
3,48
-
0,33
1,04
-
-
-
Sewa aset
2,97
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4,05
2,41
-
-
-
2,84
3,64
Kiriman Lain
25,38
0,16
9,15
5,51
3,74
11,15
6,35
3,24
2,10
3,82
Buruh nonpertanian
23,75
21,03
24,22
64,35
20,05
17,84
36,60
2,28
14,25
44,77
Industri
11,89
-
-
5,70
5,43
7,75
45,76
-
-
-
Pekerjaan bangunan
-
-
-
-
2,11
-
-
-
-
-
Pekerjaan angkutan
5,65
2,55
1,67
-
-
-
-
-
-
-
Pedagang
1,98
17,27
31,48
10,86
53,37
56,89
1,25
-
-
12,39
Jasa
-
47,72
9,43
1,83
-
-
2,93
5,12
-
23,39
Tata laksana
-
-
-
-
-
-
-
-
46,21
-
79,06
92,41
91,35
95,79
87,11
93,96
93,93
10,64
65,41
87,95
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Total nonpertanian Total
482
Sumber, Struktur, dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi : Analisis Data Patanas 2010
Tabel 5. Persentase Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Tidak Memiliki Lahan Garapan di Empat Kabupaten di Luar Jawa, 2010
Uraian Sawah Tegal Kebun Pekarangan Tambak Kolam Ternak kecil Ternak besar Unggas Buruh pertanian Total pertanian TKI TKW Sewa aset Kiriman Lain Buruh nonpertanian Industri Pekerjaan bangunan Pekerjaan angkutan Pedagang Jasa Tata laksana Total nonpertanian Total
Asahan 46,87 46,87 5,13 0,55 31,89 15,56 53,13 100
Kabupaten Serdang Sidrap Berdagai 0,46 2,92 6,79 1,83 10,17 1,83 3,12 3,12 7,69 33,81 46,84 34,75 0,96 1,85 21,04 29,60 5,22 89,83 98,17 100 100
Luwu 1,82 8,72 10,54 10,53 78,93 89,46 100
Luar Jawa 0,13 1,09 9,56 10,78 0,86 1,46 19,09 44,56 0,27 0,51 21,02 1,44 89,22 100
Rumah Tangga dengan Lahan Garapan 0,1 – 0,25 Hektar Tingkat pendapatan rumah tangga dengan luas lahan garapan 0,1 – 0,25 ha di delapan wilayah kabupaten di Jawa, kontribusi dari sektor pertanian tidak dominan yaitu berkisar 6,14 – 41,90 persen dengan agregat di Jawa sebesar 19,34 persen dan terutama dari kegiatan usaha tani padi dengan kontribusinya sebesar 15,20 persen. Dengan kondisi tersebut, pada rumah tangga dengan lahan garapan 0,1 – 0,25 ha masih bertumpu pada sektor nonpertanian yang kontribusinya sebesar 80,66 persen (agregat Jawa). Akan tetapi dibandingkan dengan wilayah di empat kabupaten di luar Jawa, kontribusi dari sektor pertanian bervariasi yaitu sebesar 4,09 – 60,37 persen dan secara agregatnya sebesar 42,70 persen. Namun kontribusi dari kegiatan usaha tani padi sawah adalah sebesar 27,23 persen dan buruh tani sebesar 12,88 persen. Sedangkan dari sektor nonpertanian dari sebesar 57,30 persen, kontribusi kegiatan buruh nonpertanian yang paling dominan yaitu sebesar 44,40 persen. Keragaan tingkat pendapatan rumah tangga dengan luas lahan garapan 0,1 – 0,25 ha disajikan pada Tabel 6 dan 7.
483
M. Maulana dan Supriyati
Tabel 6. Persentase Tingkat Pendapatan Rumah Tangga pada Skala Lahan Garapan 0,10 – 0,25 Hektar di Delapan Kabupaten di Jawa, Tahun 2010 Kabupaten Uraian Sawah Tegal Kebun Pekarangan Tambak Kolam Ternak kecil Ternak besar Unggas Buruh pertanian Total pertanian TKI TKW Sewa aset Kiriman Lain Buruh nonpertanian Industri Pekerjaan bangunan Pekerjaan angkutan Pedagang Jasa Tata laksana Total nonpertanian Total
Indramayu 0 85,67 14,33 100,00 100
Subang 0 0 100
Karawang 39,03 0,51 39,54 27,04 33,42 60,46 100
Cilacap
Klaten
Sragen
Pati
Jember
5,92 0,22 6,14 0,72 2,23 0,53 25,70 64,68 93,86 100
30,96 10,94 41,90 5,32 0,70 23,88 28,20 58,10 100
13,48 0,73 14,21 4,39 76,46 4,94 85,79 100
17,47 6,56 5,65 29,68 3,55 23,10 36,56 7,11 70,32 100
11,98 9,15 21,12 4,48 4,04 52,55 78,88 100
Banyuwangi 19,69 3,73 23,42 0,81 1,22 3,50 66,58 2,03 2,44 76,58 100
Lamongan 11,82 11,82 70,25 17,93 88,18 100
Tabel 7. Persentase Tingkat Pendapatan Rumah Tangga pada Skala Lahan Garapan 0,10 – 0,25 Hektar di Empat Kabupaten di Luar Jawa, 2010 Uraian Sawah Tegal Kebun Pekarangan Tambak Kolam Ternak kecil Ternak besar Unggas Buruh pertanian Total pertanian TKI TKW Sewa aset Kiriman Lain Buruh nonpertanian Industri Pekerjaan bangunan Pekerjaan angkutan Pedagang Jasa Tata laksana Total nonpertanian Total
484
Asahan 23,12 5,30 21,83 50,25 5,12 39,32 5,30 49,75 100
Kabupaten Serdang Sidrap Berdagai 38,08 60,37 6,77 44,85 60,37 12,98 8,65 31,12 39,63 2,40 55,15 39,63 100 100
Luwu 4,09 4,09 95,91 95,91 100
Luar Jawa 27,25 2,59 12,88 4270 4,21 5,31 44,40 0,78 2,59 57,30 100
Sumber, Struktur, dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi : Analisis Data Patanas 2010
Rumah Tangga dengan Lahan Garapan 0,25 – 0,50 Hektar Untuk kategori rumah tangga ini, pada lokasi kabupaten di Jawa kontribusi sektor pertanian berkisar antara 11,94 – 88,41 persen dengan agregat sebesar 43,59 persen. Sedangkan pada wilayah kabupaten di luar Jawa berkisar antara 26,22 – 67,22 persen dengan agregat sebesar 49,27 persen. Kondisi tersebut memberi gambaran bahwa pada skala luas lahan garapan 0,25 – 0,50 ha, kontribusi dari sektor pertanian dan nonpertanian relatif seimbang, dimana secara agregat kontribusi dari kegiatan usaha tani padi sawah di Jawa adalah sebesar 39,70 persen dan di luar Jawa 49,27 persen (Tabel 8 dan Tabel 9). Tabel 8. Persentase Tingkat Pendapatan Rumah Tangga pada Skala Lahan Garapan 0,25 – 0,50 Hektar di Delapan Kabupaten di Jawa, Tahun 2010 Kabupaten Uraian Sawah Tegal Kebun Pekarangan Tambak Kolam Ternak kecil Ternak besar Unggas Buruh pertanian Total pertanian TKI TKW Sewa aset Kiriman Lain Buruh nonpertanian Industri Pekerjaan bangunan Pekerjaan angkutan Pedagang Jasa Tata laksana Total nonpertanian Total
Indramayu 5,95 1,07 4,90 11,94 2,67 0,18 85,22 88,05 100
Subang 78,35 10,06 88,41 0,18 8,26 3,14 11,59 100
Karawang 48,22 0,92 4,19 53,33 12,28 34,39 46,67 100
Cilacap
Klaten
Sragen
Pati
Jember
11,24 1,68 0,24 14,56 27,73 6,68 0,37 3,32 61,24 0,55 72,27 100
22,51 1,38 4,33 28,22 0,86 1,61 11,50 43,04 0,66 1,65 12,45 71,78 100
22,03 0,26 13,76 36,04 52,21 11,75 63,96 100
38,09 0,91 1,87 9,73 50,59 2,59 4,41 31,74 2,62 8,04 49,41 100
32,85 2,32 16,70 51,87 31,4 0,31 12,94 2,37 29,35 48,13 100
Banyuwangi 38,29 1,55 39,84 10,52 49,64 50,16 100
Lamongan 39,70 2,66 1,22 43,59 23,82 0,34 29,87 1,00 1,38 56,41 100
Rumah Tangga dengan Lahan Garapan 0,5 – 1,0 Hektar Tingkat pendapatan rumah tangga pada skala lahan ini, untuk wilayah kabupaten di Jawa terlihat lebih tinggi dari kontribusi sektor nonpertanian dengan kisaran 29,62 persen sampai 91,29 persen dengan agregat sebesar 62,39 persen. Akan tetapi di luar Jawa yaitu di Kabupaten Asahan, Serdang Bedagai, Sidrap, dan Luwu agregatnya hanya sebesar 39,57 persen. Namun demikian pada wilayah Kabupaten Luwu lebih dominan yaitu sebesar 86 persen (Tabel 10 dan Tabel 11).
485
M. Maulana dan Supriyati
Tabel 9. Persentase Tingkat Pendapatan Rumah Tangga pada Skala Lahan Garapan 0,25 – 0,50 Hektar di Empat Kabupaten di Luar Jawa, Tahun 2010 Uraian
Asahan
Sawah Tegal Kebun Pekarangan Tambak Kolam Ternak kecil Ternak besar Unggas Buruh pertanian Total pertanian TKI TKW Sewa aset Kiriman Lain Buruh nonpertanian Industri Pekerjaan bangunan Pekerjaan angkutan Pedagang Jasa Tata laksana Total nonpertanian Total
Tabel 10.
62,99 0,51 3,72 67,22 1,35 0,83 12,64 3,89 1,08 12,98 32,78 100
Kabupaten Serdang Sidrap Berdagai 48,02 37,95 9,91 0,69 0,17 2,28 61,05 37,95 0,51 3,33 17,99 32,61 1,72 4,05 14,67 18,72 7,40 38,95 62,05 100 100
Luwu
Luar Jawa
24,65 1,57 26,22 1,85 6,22 53,87 11,83 73,78 100
44,59 2,13 0,51 0,21 1,73 49,27 1,00 2,74 29,03 0,37 0,87 10,86 1,52 4,35 50,73 100
Persentase Tingkat Pendapatan Rumah Tangga pada Skala Lahan Garapan 0,50 – 0,10 Hektar di Delapan Kabupaten di Jawa, Tahun 2010 Kabupaten
Uraian Sawah Tegal Kebun Pekarangan Tambak Kolam Ternak kecil Ternak besar Unggas Buruh pertanian Total pertanian TKI TKW Sewa aset Kiriman Lain Buruh nonpertanian Industri Pekerjaan bangunan Pekerjaan angkutan Pedagang Jasa Tata laksana Total nonpertanian Total
486
Indramayu 68,50 0,67 2,31 2,11 5,55 79,13 2,11 3,16 11,20 4,41 20,87 100
Subang 29,62 29,62 10,31 42,26 17,81 70,38 100
Karawang 83,41 83,41 16,59 16,59 100
Cilacap
Klaten
Sragen
Pati
Jember
54,03 4,12 58,15 2,50 5,11 34,24 41,85 100
29,65 3,75 6,27 0,74 40,42 0,46 42,67 4,96 11,50 59,58 100
33,51 3,18 6,73 18,01 61,43 1,52 11,39 15,47 5,39 4,80 38,57 100
55,37 1,61 0,80 57,79 0,98 24,82 16,42 42,21 100
74,11 0,11 0,02 4,58 1,86 10,61 91,29 1,35 1,91 3,65 1,80 8,71 100
Banyuwangi 38,38 1,13 0,97 40,98 0,24 58,32 0,97 59,52 100
Lamongan 51,28 0,07 0,68 1,75 2,41 6,20 62,39 1,49 46,80 37,61 100
Sumber, Struktur, dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi : Analisis Data Patanas 2010
Tabel 11. Persentase Tingkat Pendapatan Rumah Tangga pada Skala Lahan Garapan 0,50 – 0,10 Hektar di Empat Kabupaten di Luar Jawa, 2010 Kabupaten Uraian
Luar Jawa
Asahan
Serdang Berdagai
Sawah Tegal Kebun Pekarangan Tambak Kolam Ternak kecil Ternak besar Unggas Buruh pertanian
40,32 -
44,71 0,79 1,91
25,84 -
64,30 7,70 14,00
36,94 0,12 0,79 1,72
Total pertanian
40,32
47,41
25,84
86,00
39,57
TKI TKW Sewa aset Kiriman Lain Buruh nonpertanian Industri Pekerjaan bangunan Pekerjaan angkutan Pedagang Jasa Tata laksana
1,39 47,97 10,52 -
47,81 4,78 -
21,66 3,36 42,96 5,19 -
14,00 -
17,20 2,93 33,65 2,77 0,72 3,16 -
Total nonpertanian
59,68
52,59
74,16
14,00
60,43
100
100
100
100
100
Total
Sidrap
Luwu
Rumah Tangga dengan Lahan Garapan > 1 Hektar Pada sektor ini, tingkat pendapatan rumah tangga di delapan wilayah kabupaten di Jawa (Indramayu, Subang, Karawang, Cilacap, Klaten, Sragen, Jember, Banyuwangi, dan Lamongan) kontribusi dari sektor pertanian merupakan tumpuan utama dengan agregat sebesar 71,45 persen dan kontribusi dari kegiatan usaha tani padi sawah mencapai 65,50 persen. Kondisi ini berbeda dengan di luar Jawa, dimana kontribusi dari sektor pertanian agregatnya hanya sebesar 39,57 persen dan nonpertanian mencapai 60,43 persen. Kondisi ini memberi gambaran bahwa petani di luar Jawa yang memiliki garapan > 1 hektar pada umumnya memiliki pekerjaan di luar pertanian dengan pendapatan yang lebih besar dari usaha tani padi sawah (Tabel 12 dan 13).
487
M. Maulana dan Supriyati
Tabel 12. Persentase Tingkat Pendapatan Rumah Tangga pada Skala Lahan Garapan > 1 Hektar di Delapan Kabupaten di Jawa, 2010 Kabupaten Uraian Sawah Tegal Kebun Pekarangan Tambak Kolam Ternak kecil Ternak besar Unggas Buruh pertanian Total pertanian TKI TKW Sewa aset Kiriman Lain Buruh nonpertanian Industri Pekerjaan bangunan Pekerjaan angkutan Pedagang Jasa Tata laksana Total nonpertanian Total
Indramayu 51,32 0,74 2,73 0,07 1,13 2,10 1,17 69,25 9,03 0,06 0,10 8,22 0,02 12,21 1,10 30,74 100
Subang 73,10 0,22 0,21 0,58 74,12 7,53 0,01 11,48 6,86 25,88 100
Karawang 93,98 93,98 0,66 4,40 0,96 6,02 100
Cilacap
Klaten
Sragen
Pati
Jember
33,11 33,11 39,46 24,66 0,59 2,17 66,89 100
55,15 0,20 0,87 56,22 8,12 7,36 11,90 16,39 43,78 100
42,01 0,59 20,93 0,30 63,83 5,43 0,35 2,79 23,66 0,88 3,07 36,17 100
57,40 6,50 3,58 1,06 0,37 3,96 72,86 1,42 0,06 0,08 3,06 2,08 20,44 27,14 100
51,56 1,95 7,59 56,10 7,18 24,05 12,09 0,58 43,90 100
Banyuwangi 43,17 1,04 44,21 16,98 24,26 14,55 55,79 100
Lamongan 93,82 0,11 0,24 94,17 0,63 5,20 5,83 100
Tabel 13. Persentase Tingkat Pendapatan Rumah Tangga pada Skala Lahan Garapan > 1 Hektar di Empat Kabupaten di Luar Jawa, 2010 Uraian Sawah Tegal Kebun Pekarangan Tambak Kolam Ternak kecil Ternak besar Unggas Buruh pertanian Total pertanian TKI TKW Sewa aset Kiriman Lain Buruh nonpertanian Industri Pekerjaan bangunan Pekerjaan angkutan Pedagang Jasa Tata laksana Total nonpertanian Total
488
Asahan 52,13 0,70 9,40 7,67 0,78 0,22 76,90 5,25 0,14 17,71 23,10 100
Kabupaten Serdang Sidrap Berdagai 47,14 58,15 3,97 0,10 0,30 51,11 58,55 31,89 17,95 1,23 0,63 1,97 19,56 13,80 1,68 1,62 48,89 41,45 100 100
Luwu 30,60 4,22 1,64 9,59 46,05 0,91 0,19 46,73 6,12 53,95 100
Luar Jawa 36,94 0,12 0,79 11,72 39,57 17,20 2,93 33,65 2,77 0,72 3,16 60,43 100
Sumber, Struktur, dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi : Analisis Data Patanas 2010
Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Distribusi pendapatan rumah tangga yang akan menunjukkan kemerataan atau ketimpangan pendapatan antarrumah tangga dapat didekati melalui konsep World Bank, yaitu 40 persen populasi dengan pendapatan terbawah memiliki pangsa pendapatan kurang dari 12 persen total pendapatan dikatakan memiliki ketimpangan berat, untuk kisaran antara 12-17 persen memiliki ketimpangan sedang, dan untuk sebaran dengan kondisi lebih dari 17 persen dikatakan ringan. Hasil analisis menunjukkan bahwa distribusi pendapatan rumah tangga secara agregat (Jawa dan luar Jawa) berada pada ketimpangan berat. Distribusi pendapatan rumah tangga wilayah Jawa dan luar Jawa juga menunjukkan fenomena yang sama yaitu berada pada ketimpangan berat (Tabel 14). Apabila dicermati pangsa pendapatan dari 40 persen populasi terlihat bahwa ketimpangan pendapatan di wilayah Jawa lebih berat dibandingkan dengan luar Jawa. Distribusi pendapatan antarprovinsi seperti yang terlihat dalam Tabel 14, dapat diartikan sebagai berikut: (a) untuk Provinsi Jawa Barat, 40 persen rumah tangga dengan pendapatan terbawah memiliki pangsa pendapatan sekitar 9,28 persen; (b) untuk Provinsi Jawa Tengah, 40 persen rumah tangga dengan pendapatan terbawah memiliki pangsa pendapatan sekitar 9,27 persen; (c) untuk Provinsi Jawa Timur, 40 persen rumah tangga dengan pendapatan terbawah memiliki pangsa pendapatan sekitar 10,18 persen; (d) untuk Provinsi Sumatera Utara, 40 persen rumah tangga dengan pendapatan terbawah memiliki pangsa pendapatan sekitar 12,01 persen; dan (e) Untuk Provinsi Sulawesi Selatan, 40 persen rumah tangga dengan pendapatan terbawah memiliki pangsa pendapatan sekitar 9,56 persen. Dengan kondisi demikian dapat dikatakan bahwa kesenjangan pendapatan rumah tangga di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan berada pada ketimpangan yang berat, di Provinsi Sumatera Utara berada pada ketimpangan sedang. Distribusi pendapatan antarkabupaten contoh berada pada ketimpangan yang berat (10 kabupaten) dan sedang (4 kabupaten) seperti yang terlihat dalam Tabel 15. Untuk kabupaten contoh yang berada pada ketimpangan yang berat (11 kabupaten), 40 persen rumah tangga dengan pendapatan terbawah memiliki pangsa pendapatan berkisar antara 7,22-10,8 persen. Kabupaten contoh dengan ketimpangan pendapatan paling berat adalah Kabupaten Sidrap. Kabupaten contoh yang berada pada ketimpangan pendapatan sedang adalah Kabupaten Jember, Pati, Asahan, dan Luwu dengan pangsa pendapatan 40 persen rumah tangga dengan pendapatan terbawah berturut-turut adalah 12,64, 13,29, 14,68 dan 12,86 persen. Kabupaten Asahan merupakan kabupaten contoh dengan ketimpangan pendapatan yang paling baik dibandingkan dengan kabupaten contoh lainnya. Pendekatan lain yang dipakai untuk mengukur ketimpangan/kemerataan pendapatan adalah pendekatan Indeks Gini (G). Nilai G berada pada selang 0 dan 1. Distribusi termasuk kategori ketimpangan berat apabila nilai G > 0.5; kategori ketimpangan sedang bila 0.4
489
M. Maulana dan Supriyati
490
Sumber, Struktur, dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi : Analisis Data Patanas 2010
491
M. Maulana dan Supriyati
Tabel 16. Indeks Gini Pendapatan Rumah Tangga di Desa Patanas, Menurut Wilayah dan Kabupaten Contoh, Tahun 2010 Provinsi/ Kabupaten Jawa Barat 1. Indramayu 2. Subang 3. Karawang Jawa Tengah 1. Cilacap 2. Klaten 3. Sragen 4. Pati Jawa Timur 1. Jember 2. Banyuwangi 3. Lamongan Jawa Sumut 1. Asahan 2. Serdang Bedagai Sulsel 1. Sidrap 2. Luwu
Desa Tugu Simpar Sindangsari Padangsari Demangan Mojorejo Tambahmulyo Padomasan Kaligondo Sungegeneng
Kwala Gunung Lidah Tanah Carawali Salu Jambu
Luar Jawa
Indeks Gini 0,53 0,52 0,53 0,50 0,52 0,56 0,53 0,50 0,48 0,54 0,46 0,57 0,56 0,52 0,50 0,41 0,57 0,57 0,63 0,47 0,52 0,52
Jawa+Luar Jawa
Dengan menggunakan pendekatan Indeks Gini (G), besaran Indeks Gini Kabupaten contoh berada pada kisaran 0,41 sampai dengan 0,63. Hanya empat Kabupaten (Asahan, Jember, Luwu dan Pati) dari 14 kabupaten contoh yang berada pada ketimpangan sedang, sementara 10 kabupaten lainnya berada pada tingkat ketimpangan berat
KESIMPULAN DAN SARAN
Kontribusi pendapatan dari sektor pertanian terhadap total pendapatan rumah tangga mencapai 50,31 persen sementara nonpertanian 49,69 persen. Di Jawa, kontribusi pendapatan sektor pertanian sedikit lebih tinggi dibandingkan sektor nonpertanian, sementara di luar Jawa kontribusi sektor nonpertanian lebih tinggi. Karena kajian ini dilakukan di wilayah sentra padi, mudah dipahami struktur pendapatan rumah tangga didominasi oleh pendapatan dari lahan sawah yang kontribusinya mencapai 42,15 persen, diikuti buruh nonpertanian (22%), dan usaha dagang (11%). Diversifikasi pendapatan sektor pertanian relatif kecil, dilihat dari rendahnya kontribusi pendapatan dari usaha nonsawah maupun dari kegiatan
492
Sumber, Struktur, dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi : Analisis Data Patanas 2010
buruh tani. Sementara itu, pada sektor nonpertanian, pendapatan rumah tangga sebagian besar bersumber dari kegiatan buruh nonpertanian, usaha dagang, dan lainnya. Distribusi pendapatan pertanian yang ditunjukkan melalui Indeks Gini cenderung mengarah pada kisaran kesenjangan yang semakin lebar. Distribusi pendapatan tidak merata. Agar terjadi diversifikasi pendapatan dan usaha serta mengurangi ketimpangan pendapatan rumah tangga dapat dilakukan dengan memperbesar kesempatan kerja di sektor luar pertanian, misalnya dengan pengembangan industri perdesaan. Pengembangan industri perdesaan yang dapat memanfaatkan hasil pertanian akan membuka kesempatan kerja perdesaan. Dengan berkurangnya desakan kebutuhan atas tanah dan diikuti dengan pengembangan teknologi pertanian dan peningkatan intensitas tanam maka pendapatan buruh tani dan golongan berpendapatan rendah dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA BPS. 2009. Data Strategis BPS. Jakarta Rachman, H.P.S dan Supriyati. 2005. Struktur dan Distribusi Pendapatan Rumah tangga Petani Lahan Sawah di Jawa dan Luar Jawa. Soca Volume 5, No 2 Juli 2005.
493