ABSTRAK
Sul Modanggu. 2013. Pengembangan Budaya Sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo Dibimbing Oleh Bapak Dr. Arwildayanto, M.Pd dan Ibu Warni T. Sumar, M.Pd Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui penguatan visi dan misi dalam mengartikulasikan kepada warga sekolah (2) mengetahui nilai-nilai budaya yang dikembangkan (3) mengetahui simbol-simbol budaya dalam pengembangan budaya (4) mengetahui Peran kepala sekolah dalam pengembangan budaya sekolah (5) hambatanhambatan dalam pengembangan budaya sekolah Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) penguatan visi dan misi dalam mengartikulasikan kepada warga sekolah melalui program jangka panjang dan program jangka pendek yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sekolah seperti intrakulrikuler dan ekstrakurikuler. (2) nilai-nilai budaya yang dikembangkan yaitu religius, toleransi, disiplin, mandiri, peduli lingkungan, gemar membaca dan kerja keras. (3) simbol-simbol budaya dalam pengembangan budaya yaitu display piala, logo, motto, slogan-slogan, maskot sekolah dan piagam penghargaan. (4) Peran kepala sekolah dalam pengembangan budaya sekolah yaitu membangun sistem reward dan punishment dan membangun hubungan sosial dan emosional, dan (5) hambatan-hambatan dalam pengembangan budaya sekolah baik ituinternal maupun eksternal yaitu faktor siswa, orang tua dan masyarakat Untuk itu disarankan: (1) kepala sekolah lebih meningkatkan kemampuan manajerial dalam pengembangan budaya sekolah sehingga terjadi peningkatan kualitas secara berkesinambungan. (2) guru agar lebih memperhatikan peserta didik yang melanggar aturan sekolah baik itu disiplin waktu maupun disiplin berpakaian (3) orang tua dapat meningkatkan peran dan tanggungjawab terhadap pendidikan anaknya dan meningkatkan pengawasan dan kewaspadaan terhadap perkembangan akhlak dan perilaku anak. (4) meningkatkan partisipasi dan keterlibatannya dengan memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada kegiatan-kegiatan pengembangan budaya sekolah. (5) Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut yang mampu mengungkapkan lebih dalam tentang budaya sekolah sehingga apabila ada aspek-aspek pengembangan budaya yang belum tercakup dalam penelitian ini dapat disempurnakan oleh peneliti selanjutnya. kata kunci: budaya sekolah
ABSTRACT
Sul Modanggu. 2013. Cultural Development Schools in SMK Negeri 1 Gorontalo (Thesis: Supervised Dr. Arwildayanto, M.Pd and Warni T. Sumar, M.Pd) This study aims to (1) determine reinforcement in articulating the vision and mission of the school community (2) determine the values of the culture that developed (3) determine cultural symbols in the development of culture (4) determine the principal role in the development of school culture ( 5) barriers in the development of school culture
The method used in this study is a qualitative method. Techniques of data collection using interviews, observation, and documentation. Analysis using qualitative analysis. These results indicate that (1) the strengthening in articulating the vision and mission of the school community through long-term programs and short term courses conducted through activities such as school and extracurricular intrakulrikuler. (2) the values of the culture that developed religious, tolerance, discipline, self-reliant, caring environment, likes to read and work hard. (3) cultural symbols in the cultural development of the display trophies, logos, mottos, slogans, and charter school mascot award. (4) The principal's role in the cultural development of the school is to build a system of reward and punishment and build social and emotional relationships, and (5) barriers in the development of both ituinternal school culture and external factors that students, parents and community It is suggested that: (1) the principal further enhance the managerial capabilities in the development of school culture so that there is continuous quality improvement. (2) teachers to pay more attention to students who violate the school's code of discipline both time and discipline dress (3) parents can enhance the role and responsibilities towards their children's education and improve oversight and awareness of moral development and behavior of children. (4) increase the participation and involvement by providing both moral and material support to the development of cultural activities of the school. (5) For further research, further research should be done that is able to reveal more about the culture of the school so that if there are aspects of cultural development that has not been covered in this study can be refined by further research. Keywords: Cultural Development School
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan dan fungsi sosial bagi manusia memegang peranan yang sangat penting karena dapat membentuk watak dan kepribadian manusia tersebut sehingga berguna bagi kelangsungan hidupnya di masyarakat. Pada dasarnya pendidikan adalah suatu upaya terus menerus yang mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan agar mampu menghadapi tantangan hidup.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke peserta didik. Berbagai kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku di sekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat serta memiliki semangat berkompetisi secara adil dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari. Pandangan di atas menunjukkan bahwa sekolah harus mampu memberikan pendidikan yang bermutu pada peserta didik, yaitu pendidikan yang tidak hanya membentuk intelektual dan spiritual peserta didik namun pendidikan yang juga mampu membentuk karakter peserta didik. Budaya sekolah adalah salah satu sistem untuk meningkatkan mutu sekolah khususnya dalam membentuk karakter peserta didiknya. Zamroni (2003:149) mengatakan bahwa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, ritual, mitos yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah disebut budaya sekolah. Budaya sekolah dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah. Sekolah menjadi wadah utama dalam transmisi kultural antar generasi. Budaya sekolah merupakan salah satu bidang operasional Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dimana model pengelolaan yang memberikan kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada kepala sekolah dalam mengelola sekolahnya sehingga lebih mandiri. Dengan
kewenangan tersebut setiap sekolah harus dapat menciptakan budaya sekolahnya sendiri sebagai identitas diri, dan juga sebagai rasa kebanggaan akan sekolahnya. Salah satu keunikan dan keunggulan sebuah sekolah adalah memiliki budaya sekolah (school culture) yang kokoh, dan tetap eksis. Perpaduan semua unsur baik kepala sekolah, guru, staf, peserta didik, dan orang tua yang bekerjasama dalam menciptakan komunitas yang lebih baik melalui pendidikan yang berkualitas, serta bertanggung jawab dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, menjadikan sebuah sekolah unggul dan favorit di masyarakat. Sekolah sebagai suatu komunitas pendidikan membutuhkan seorang figur pemimpin yang dapat mendayagunakan semua potensi yang ada dalam sekolah untuk suatu visi dan misi sekolah. Sebuah sekolah harus mempunyai misi menciptakan budaya sekolah yang menantang dan menyenangkan, adil, kreatif, inovatif, terintegratif, dan dedikatif terhadap pencapaian visi, menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam perkembangan intelektualnya dan mempunyai karakter taqwa, jujur, kreatif, mampu menjadi teladan, bekerja keras, toleran dan cakap dalam memimpin, serta menjawab tantangan akan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia yang dapat berperan dalam perkembangan iptek dan berlandaskan imtaq. Dalam mengembangkan budaya sekolah harus berkiblat pada visi dan misi sekolah yang tidak hanya menonjolkan akademik saja tetapi juga kegiatan ekstrakurikuler dalam kerangka pengembangan potensi diri siswa dan pembentukan karakter siswa menjadi pribadi yang beriman, kreatif, dan berprestasi. Selain itu visi dan misi sekolah yang tidak hanya mencerdaskan otak saja, tetapi juga watak peserta didik serta mengacu pada empat tingkatan kecerdasan umum yaitu Intelligence Quetion (IQ), Emotional Quetion (EQ), Spiritual Quetion (SQ), dan Social Quetion.
Keterlibatan orang tua dalam menunjang kegiatan sekolah, keteladanan guru “mendidik dengan benar, memahami bakat, minat dan kebutuhan belajar anak, menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan serta memfasilitasi kebutuhan belajar anak”, dan prestasi peserta didik yang membanggakan. Hal ini yang akan menyuburkan budaya sekolah. Kegiatan-kegiatan itu menjadi gengsi tersendiri dalam suatu sistem yang utuh (komprehensif) melalui indikator yang jelas, sehingga karakter atau watak peserta didik dapat terpotret secara optimal melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sekolah. Kegiatan itu akan menjadi budaya dan berpengaruh dalam perkembangan peserta didik selama berada di sekolah itu. Pengembangan budaya sekolah sangat ditentukan oleh lingkungan fisik, lingkungan sosial, nilai-nilai yang berkembang di sekolah dan keteladanan. Untuk membangun budaya sekolah sangat dipengaruhi pengembangan budaya fisik sekolah yang rapi, bersih, dan sejuk, serta lingkungan sosial yang damai , saling toleran tetapi disiplin dalam menegakkan aturan dan didukung dengan keteladanan kepala sekolah dan guru. Uraian diatas menunjukkan bahwa untuk dapat mengembangkan budaya sekolah, kepemimpinan kepala sekolah yang sangat diperlukan untuk memperkuat budaya sekolah dalam hal ini untuk dapat mengartikulasikan visi, misi, tujuan, nilai-nilai, keunikan, sistem simbol kepada warga sekolah. Sehingga dengan budaya sekolah yang kuat dapat meningkatkan keefektifan sekolah guna mencapai tujuan pendidikan. SMK Negeri 1 Gorontalo sebagai salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang ada di Provinsi Gorontalo yang menyelenggarakan pendidikan sebagaimana sekolah-sekolah lainnya. Dalam mengembangkan budaya sekolah, SMK Negeri 1 Gorontalo tidak luput dari permasalahan yang cukup rumit, oleh karena itu dalam proses mengembangkan budaya sekolah harus benar-benar di kelola secara efektif, sehingga dapat menjalankan misinya dengan baik dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan pada SMK Negeri 1 Gorontalo, menunjukkan bahwa SMK Negeri 1 Gorontalo adalah Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dan mempunyai budaya sekolah yang kuat, hal ini terlihat pada beberapa nilai budaya sekolah yang dikembangkan antara lain 1) Religius, 2) Toleransi, 3) Disiplin, 4) Mandiri, 5) peduli lingkungan, 6) Gemar Membaca, 7) Kerja Keras. Tetapi dalam kenyataanya masih ada beberapa peserta didik yang belum menjalankannya. Antara lain 1) masih ada peserta didik yang tidak mematuhi peraturan sekolah 2) masih ada peserta didik yang tidak disiplin waktu yakni terlambat datang ke sekolah, walaupun sudah diberikan sanksi berulang-ulang tetapi peserta didik masih saja melakukan hal tersbut, 3) masih ada peserta didik (perempuan) yang tidak memakai jilbab seragam yang sesuai dengan peraturan sekolah, budaya seperti ini sudah melekat pada beberapa peserta didik. Apabila kondisi ini dibiarkan berlangsung terus menerus, akan muncul persoalan baru dari waktu ke waktu, yang akan mengakibatkan kegiatan-kegiatan proses pembelajaran menjadi tidak teratur yang dapat pula merembes pada kegiatan-kegiatan lainnya seperti kegiatan ekstrakurikuler Berdasarkan uraian di atas, maka kepala sekolah diharapkan dapat mengatasi tantangan sekolah di masa depan, untuk itu kepala sekolah harus mempunyai visi dan misi yang kuat yang akan mendukung pengembangan budaya sekolah, di mana dalam melaksanakan kepemimpinannya kepala sekolah dapat berperan sebagai teladan dan juga harus memahami kebiasaan yang baik di sekolah untuk terus dikembangkan. Budaya sekolah yang dimaksud adalah budaya yang digunakan untuk melihat ke arah mana bergulirnya perubahan baik positif maupun negatif, dan juga bagaimana memahami kombinasi antara sesuatu yang tampak dan tidak tampak dalam sekolah. Semua hal yang tampak yakni bangunan sekolah, struktur bangunan, logo sekolah yang terpampang dan visi misi atau slogan-slogan yang dipajang di dinding sekolah.
Sedangkan yang tidak tampak dari semua itu adalah bagaimana setiap individu memiliki pemahaman mendalam tentang semua itu yang akan mempengaruhi perilaku selama di sekolah. Semua hal yang tampak dan tidak tampak pada dasarnya berkontribusi pada bagaimana warga sekolah yakni guru, peserta didik, kepala sekolah, administrator, orang tua, dan masyarakat membentuk dan memperkuat budaya yang positif. Dengan demikian, setiap warga sekolah diharapkan memiliki kesadaran untuk selalu memastikan bahwa hal tersebut sesuai dengan budaya sekolah yang diharapkan. Mencermati problem yang dihadapi oleh SMK Negeri 1 Gorontalo, maka perlu dilakukan studi khusus melalui penelitian guna mengetahui kesesuaian apa yang diharapkan dengan kenyataan di lapangan serta kendala-kendala yang dihadapi oleh sekolah tersebut dengan berbagai indikator yang diukur dalam budaya sekolah. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dan membahasnya secara ilmiah melalui penelitian dengan judul “Pengembangan Budaya Sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo”. B. Fokus Penelitian Berdasarkan konteks penelitian tersebut, maka fokus penelitian ini kemudian dijabarkan sebagai berikut : 1.
Mengartikulasikan visi dan misi kepada warga sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo
2.
Nilai-nilai budaya yang dikembangkan di SMK Negeri 1 Gorontalo
3.
Simbol-simbol budaya yang dikembangkan dalam pengembangan budaya sekolah di SMK Negeri 1 Gororntalo
4.
Peran kepala sekolah dalam pengembangan budaya sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo
5.
Hambatan-hambatan dalam pengembangan budaya sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo.
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengembangan budaya sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo, selain itu tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui artikulasi visi dan misi kepada warga sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo
2.
Untuk mengetahui nilai-nilai budaya yang dikembangkan di SMK Negeri 1 Gorontalo
3.
Untuk mengetahui simbol-simbol budaya yang dikembangkan dalam pengembangan budaya di SMK Negeri 1 Gorontalo
4.
Untuk mengetahui Peran kepala sekolah dalam pengembangan budaya sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo
5.
Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pengembangan budaya sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo
D. Manfaat Penelitian Ada beberapa manfaat dalam penelitian ini, yaitu : 1.
Bagi kepala sekolah, penelitian ini akan memberikan manfaat dalam upaya meningkatkan pengembangan budaya sekolah bagi lembaga sekolah untuk menunjang keberhasilan organisasi pendidikan dalam tujuan pendidikan.
2.
Bagi guru dapat memberikan pemahaman dan manfaat dalam proses pengembangan budaya sekolah agar dapat memberikan kontribusi yang optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan.
3.
Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam upaya melaksanakan penelitian khususnya peningkatan pemahaman peneliti berkaitan dalam pengembangan budaya sekolah
4.
Bagi dinas pendidikan, dapat memberikan informasi tentang pengembangan budaya sekolah yang telah diusahakan SMK Negeri 1 Gorontalo untuk ditularkan kepada sekolah lainnya.
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Budaya Sekolah Komariah (2005:96) mengemukakan budaya berasal dari kata etimologis, bentuk jamak dari budaya adalah kebudayaan yang berasal dari bahasa sanskerta budhayah yang merupakan bentuk jamak dari budi, yang artinya akal atau segala sesuatu yang berhubungan dengan akal pikiran manusia. Demikian juga dengan istilah yang artinya sama, yaitu kultur yang berasal dari bahasa latin, colere yang berarti mengerjakan atau mengolah. Jadi, budaya atau kultur disini dapat diartikan sebagai segala tindakan manusia untuk mengolah atau mengerjakan sesuatu. Masaong & Ansar (2011: 187) budaya sebagai produk lembaga yang berakar dari sikap mental, komitmen, dedikasi, dan loyalitas setiap personil lembaga. Budaya merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat yang mencakup cara berpikir, perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak. Budaya adalah asumsi-asumsi dasar dan keyakinan-keyakinan di antar para anggota kelompok atau organisasi. Budaya juga dapat dilihat sebagai suatu perilaku, nilai-nilai, sikap hidup, dan cara hidup untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan dan cara memandang persoalan serta pemecahannya. Budiningsih (2008: 18-19) budaya merupakan suatu kesatuan yang unik dan bukan jumlah dari bagian-bagian. Suatu kemampuan kreasi manusia yang immaterial, berbentuk kemampuan psikologis seperti ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, dan sebagainya. Chatab
(2007:17) mengemukakan budaya mencerminkan asumsi bersama yang banyak atau kurang, tentang apa yang penting, bagaimana menyelesaikannya dan bagaimana banyak orang seharusnya berperilaku didalam sekolah. Mengacu pada pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa budaya merupakan pandangan hidup yang diakui bersama mencakup cara berpikir, berperilaku dan nilai-nilai yang tercermin dalam komitmen dan loyalitas individu dalam merespon kebutuhan sekolah. Komariah (2005:101) sekolah sebagai suatu organisasi, memiliki budaya tersendiri yang dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakankebijakan pendidikan, dan perilaku orang-orang yang berada di dalamnya. Sebagai suatu organisasi, sekolah menunjukkan kekhasan sesuai dengan core bisnis yang dijalankan, yaitu pembelajaran. Budaya sekolah semestinya menunjukkan kapabilitas yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran, yaitu menumbuhkembangkan peserta didik sesuai dengan prinsipprinsip kemanusiaan. Masaong & Ansar (2011: 187) mengemukakan budaya sekolah sebagai sistem makna yang dianut bersama oleh warga sekolah yang membedakannya dengan sekolah lain. Budaya sekolah disebut kuat bila guru, staf dan stakeholder lainnya saling berbagi nilai-nilai dan keyakinan. Sikap-sikap, nilai-nilai, norma-norma, perilaku-perilaku dan harapan-harapan di antara warga sekolah. Bila sudah terbentuk maka keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, dan harapan-harapannya cenderung relatif stabil serta memiliki pengaruh yang kuat terhadap sekolah. Good (dalam Kurnia, 2012:24) budaya sekolah merupakan jaringan kompleks dari berbagai interaksi aktor dalam sekolah yang dimanifestasikan dalam tradisi yang dibangun di antara guru, peserta didik, orang tua, administrator untuk menghadapi berbagai tantangan dan mencapai tujuan. Selain itu, budaya sekolah bisa dimaknai dengan harapan bagaimana
seseorang berperilaku berdasarkan nilai-nilai yang telah ada yang juga mencerminkan tujuan dari sekolah itu sendiri. Budaya sekolah yang kondusif ditandai dengan terciptanya lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Budaya sekolah yang kondusif sangat penting agar peserta didik merasa senang dan bersikap positif terhadap sekolahnya, agar guru merasa dihargai, serta orang tua dan masyarakat merasa diterima dan dilibatkan Townsend (dalam Mulyasa, 2012:90). Hal ini dapat terjadi melalui penciptaan norma dan kebiasaan yang positif, hubungan dan kerja sama yang harmonis yang didasari oleh sikap saling menghormati. Selain itu budaya sekolah yang kondusif mendorong setiap warga untuk bertindak dan melakukan sesuatu yang terbaik yang mengarah pada prestasi peserta didik yang tinggi. Dan budaya sekolah yang kondusif juga akan membangkitkan semangat belajar, dan akan membangkitkan potensi-potensi peserta didik sehingga dapat berkembang secara optimal. Kurnia (2012: 32) budaya sekolah penting perannya terhadap kesuksesan sekolah dengan beberapa alasan. Pertama, budaya sekolah merupakan identitas bagi para guru dan staf di sekolah. Kedua, budaya sekolah merupakan sumber penting stabilitas dan kelanjutan untuk menginterpretasikan apa yang terjadi di sekolah. Ketiga, budaya sekolah membantu menstimulus antusiasme guru dan staf dalam menjalankan tugasnya. Karena budaya sekolah merupakan hasil dari perjalanan panjang setiap orang yang berada di sekolah, maka perubahan di sekolah tidak bisa dilakukan secara tepat. Perlu cara pandang positif dan juga kesabaran yang tinggi dan waktu yang panjang dalam melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana kita memunculkan kesadaran akan pentingnya perencanaan strategis untuk memastikan bahwa kita berjalan dijalur yang benar.
Memperhatikan konsep diatas, maka dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah merupakan pola-pola yang mendalam, kepercayaan nilai, upacara, simbol-simbol dan tradisi yang terbentuk dari rangkaian, kebiasaan dan sejarah sekolah, serta cara pandang dalam memecahkan persoalan-persoalan yang di sekolah. B. Karakteristik Budaya Sekolah Budaya sekolah berkaitan dengan cara warganya mempersepsikan karakteristik budaya sekolah, bukannya mereka menyukai budaya itu atau tidak. Artinya budaya itu merupakan istilah deskriptif. Pemahaman ini penting untuk bisa membedakan antara budaya sekolah dan kepuasan kerja Masaong & Ansar, (2011: 190). Kepuasan kerja berhubungan dengan bagaimana perasaan karyawan terhadap harapan sekolah, sistem imbalan (reward), dan yang serupa. Meskipun kedua istilah itu mempunyai karakteristik yang hampir sama, akan tetapi sebaiknya diingat bahwa istilah budaya sekolah bersifat deskriptif sedangkan kepuasan kerja bersifat evaluatif. Budaya sekolah memiliki empat karakteristik yaitu: 1) Budaya sekolah bersifat khusus (distinctive) karena masing-masing sekolah memiliki sejarah, pola komunikasi, sistem dan prosedur, pernyataan visi dan misi, 2) Budaya sekolah pada hakikatnya stabil dan biasanya lambat berubah. Budaya sekolah akan berubah bila ada ancaman ‘krisis’ dari sekolah yang lain, 3) Budaya sekolah biasanya memiliki sejarah yang bersifat implicit dan tidak eksplisit, 4) Budaya sekolah tampak sebagai perwakilan simbol yang melandasi keyakinan dan nilainilai sekolah tersebut. Karakteristik budaya sekolah yang lain seperti dikemukakan Nurkolis (dalam Masaong 2011: 191) adalah : pertama, budaya sekolah akan lebih mudah dipahami ketika elemen-elemennya terintegrasi dan konsisten antara yang satu dengan yang lain. Kedua, sebagian besar warga sekolah harus menerima nilai-nilai budaya sekolah. Ketiga, sebagian
besar budaya sekolah berkembang dari kepala sekolah yang memiliki pengaruh besar terhadap gurunya. Keempat, budaya sekolah bersifat menyeluruh pada semua sistem. Kelima, budaya sekolah memiliki kekuatan yang bervariasi, yaitu kuat atau lemah bergantung pada pengaruhnya terhadap perilaku warga sekolah. Chatab (2007:15-16) mengemukakan ada empat karakteristik budaya organisasi (sekolah) yaitu : 1) Basic assumptions/Anggapan dasar Anggapan dasar ini memberitahu para anggota organisasi (sekolah) bagaimana para anggota/pegawai merasakan, berpikir dan adanya sentuhan tentang banyak hal di dalam organisasi (sekolah) 2) Values / Nilai Values merupakan keyakinan dasar yang berperan sebagai sumber inspirasi kekuatan, motivasi dan pendorong seseorang dalam mengambil sikap, tindakan dan keputusan, serta bahkan dalam menggerakkan dan mengendalikan perilaku seseorang dalam upaya pembentukan Corporate Culture 3) Norms/Norma Para pegawai jangan mengkritik bosnya di depan publik! Mengapa? Jawabannya adalah Norma. Peran norma adalah menuntun bagaimana para anggota organisasi seharusnya berkelakuan di dalam situasi tertentu. Hal ini menggambarkan peraturan yang tidak tertulis (tidak harus ditulis) dari perilaku. 4) Artifacts / Artefak Ini merupakan wujud kongkrit seperti system, procedures, sistem kerja, peraturan, struktur dan aspek fisik dari organisasi. Istilah sistem kerja atau work systems menunjukkan bagaimana pekerjaan dari suatu organisasi dilksanakan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan Karakteristik budaya sekolah adalah sifat yang khas dari sekolah meliputi nilai- nilai, norma, sikap, mitos, kontrol koordinasi dan motivasi, etika, dan kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam perjalanan panjang suatu sekolah yang lebih menekankan pada penghayatan segi-segi simbolik, tridisi, riwayat sekolah yang kesemuannya akan membentuk keyakinan, kepercayaan diri dan kebanggaan akan sekolahnya. C. Mengartikulasikan Visi dan Misi Kepada Warga Sekolah Rohiat
(2010:99-100)
mengemukakan
visi
adalah
imajinasi
moral
yang
menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di masa yang akan datang. Imajinasi ke depan seperti itu akan selalu diwarnai oleh peluang dan tantangan yang diyakini akan terjadi di masa mendatang sebagai sekolah dengan standar internasional. Sedangkan misi adalah tindakan atau upaya untuk mewujudkan. Misi merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi sekolah. Lebih lanjut Siagian (dalam Masaong 2011:201) mendefinisikan visi dan misi merupakan maksud dan kegiatan utama yang membuat organisasi memiliki jati diri yang khas sekaligus membedakannya dengan organisasi (sekolah) lainnya. Demikian pula halnya sekolah, visi dan misi yang telah dirumuskan harus menggambarkan karakteristik unik sekolah yang dapat diterjemahkan dalam aktivitas-aktivitas yang lebih operasional. Lebih lanjut Gaffar (dalam Danin 2005:71) mengemukakan visi adalah daya pandang jauh ke depan, mendalam, dan luas yang merupakan daya pikat abstrak yang memiliki kekuatan amat dahsyat dan dapat menerobos segala batas-batas fisik, waktu dan tempat. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa visi dan misi merupakan hal yang saling menyatu, karena visi dan misi merupakan sumber harga diri dan tujuan bersama bagi warga sekolah yang membedakannya dengan sekolah lainnya.
Kepala sekolah dituntut untuk merumuskan dan menetapkan visi dan misi sekolah sebagai kesatuan ide dan perekat bagi warga sekolah. Untuk mewujudkan visi dan misi sekolah yang dirumuskan perlu ditetapkan tugas dan fungsi masing-masing individu. Wahyudi (2009:18) sebuah visi memiliki gambaran yang jelas, menawarkan suatu cara yang inovatif untuk memperbaiki, mendorong adanya tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mewujudkan perubahan yang lebih baik, gagasan visi muncul dari pimpinan (kepala sekolah), karena visi merupakan atribut kepemimpinan,. Visi dan misi yang kuat menjadi milik sekolah melalui proses yang terkelola dan terencana secara baik oleh kepala sekolah. Saskhin & Mouy (dalam Masaong 2011:202) menjelaskan empat langkah dalam membangun visi yang kuat, yakni; (1) mengekspresikan visi, (2) menjelaskan sebuah visi, (3) melaksanakan sebuah visi, (4) memperluas jangkauan sebuah visi. Melalui proses tersebut, visi sekolah Dapat dipahami, dihayati dan dilaksanakan oleh warga sekolah sesuai peran dan tanggungjawabnya masing-masing. Oleh karena itu, dalam melakukan rekruitmen kepala sekolah harus diutamakan yang memiliki pemahaman tentang visi dan misi agar dapat mewujudkan tujuan sekolah secara efektif. Selain itu kepala sekolah mengumumkan dan menjabarkan visi dan misinya pada semua warga sekolah, (stakeholders) dan masyarakat. Dengan demikian visi dan misi bersifat kuasa dalam menggerakkan sekolah. Selain itu, visi merupakan kepemilikan dan komitmen dasar sekolah, yang didambakan staf dan masyarakat luas. Kurnia (2012: 49) sebagai nilai utama yang mesti dipahami oleh setiap warga sekolah, visi dan misi sekolah penting untuk selalu di ingatkan dalam setiap momen dan kesempatan. Selain itu, berdasarkan nilai utama tersebut, masing-masing pihak harus didorong untuk selalu berperan sesuai dengan tugas dan kewajibannya untuk mencapainya. Tanpa adanya dorongan dan motivasi, itu semua akan berdampak buruk pada sekolah. Dan pada gilirannya, hanya akan mengorbankan nasib anak bangsa di masa yang akan datang.
Mengacu pada pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa visi dan misi sekolah dapat dijadikan acuan oleh kepala sekolah dan seluruh warga sekolah agar menjadi daya dorong untuk melakukan setiap kegiatan dalam rangka mencapai tujuan sekolah. D. Nilai-Nilai Budaya Sumantri (dalam Gunawan 2012:31) menjelaskan bahwa nilai adalah hal yang terkandung dalam diri (hati nurani) manusia yang lebih memberi dasar pada prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata hati. Sekolah sebagai organisasi mempunyai nilai-nilai yang diyakini oleh warganya yang termanifestasi pada cara berpikir, bertindak dan menyikapi hal-hal yang terkait dengan sekolah (Masaong & Ansar, 2011: 203). Nilai dan keyakinan dalam kepemimpinan merupakan landasan filosofi semangat sekolah (spirit of school), sehingga sekolah dapat bergerak sesuai dengan visi dan misi yang diharapkan. Nilai dan keyakinan kepala sekolah tentang sekolah yang dipimpinnya merupakan dimensi terdalam dari nilai-nilai universal yang diemban, sekaligus merupakan refleksi dari nilai dan keyakinan masyarakat sekolah. Nilai dan keyakinan yang dimiliki kepala sekolah, biasanya termanifestasikan dalam diri sekolah. Di mana kepala sekolah berupaya agar nilai dan keyakinannya dapat menjadi harapan dan milik sekolah. Peran dan tanggung jawab kepala sekolah adalah untuk mentransformasi nilai dan keyakinan agar terwujud sebagai bentuk perilaku sekolah. Kepala sekolah mengarahkan nilai dan keyakinan untuk membangun budaya sekolah yang unggul. Kurnia
(2012: 53-54) Mengembangkan budaya sekolah positif dengan aktivitas
bermakna disebut dengan ritual, tradisi dan seremoni. Melihat tiga konsep yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya tersebut. Pertama, ritual merupakan proses atau rutinitas sehari-hari yang ditanamkan dengan makna yang dalam. Ritual bukan sekedar aksi-aksi teknis. Dalam hal ini, ritual membantu dalam mentransformasikan pengalaman ke dalam berbagai kegiatan.
Kedua, tradisi merupakan kegiatan bermakna yang hubungan dengan sejarah tertentu dan maknanya yang dilakukan dari tahun ke tahun. Tradisi biasanya tidak dilakukan dalam komunitas yang besar. Tradisi merupakan bagian dari sejarah yang mengikat aktor-aktor di dalamnya dalam akar kebudayaanya. Ketiga, seremoni merupakan kegiatan yang ditunjukan untuk meningkatkan semangat. Seremoni dilakukan oleh seluruh orang yang terlibat dalam sekolah untuk menanamkan nilai-nilai budaya. Ritual, seremoni dan tradisi merupakan alat untuk mengkomunikasikan nilai. Oleh karena
itu
sangatlah penting untuk
memperhatikan ruang dimana
hal tersebut
ditumbuhkembangkan pada warga sekolah. Kebaikan apapun tanpa didukung oleh ruang yang baik hanya akan memperburuk keadaan. Ruang tersebut tidak saja ruang dalam pengertian fisik, tetapi juga personal dan sosial. Mengajarkan kebersihan ketika sekolah dalam keadaan kotor dan sampah berserakan tentunya hanya akan menjadikan pelajaran tersebut tidak dapat dipercaya. Nilai dan keyakinan akan dapat memberikan kontribusi besar dalam menggerakkan sekolah sangat tergantung pada peran dan tanggung jawab kepala sekolah. Ia dituntut untuk mengkomunikasikan nilai-nilai dan keyakinan sekolah agar memberikan dampak positif terhadap perilaku stafnya. Siswa, guru, karyawan, orang tua, dan masyarakat harus memahami, menghayati dan mengartikulasikan nilai-nilai budaya untuk menggerakkan semua sumber daya sekolah dalam mencapai tujuan. Kepala sekolah dituntut dapat membangun nilai dan keyakinan sekolah yang kokoh sebagai landasan mewujudkan sekolah yang baik. Nilai dan keyakinan tersebut dapat menjadi landasan moral perilaku warga sekolah. Kepala sekolah membangun nilai dan keyakinan anggota didasarkan pada visi dan misi sekolah tersebut. Majid (dalam Gunawan 2012:32) merumuskan Sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter yaitu; (1) cinta kepada Allah SWT dan semesta beserta isinya, (2)
tanggng jawab, disiplin, dan mandiri, (3) jujur, (4) hormat dan santun, (5) kasih sayang, peduli, dan kerjasama, (6) percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, (7) keadilan dan kepemimpinan (8) baik dan rendah hati, dan (9) toleransi, cinta damai dan persatuan. Lebih lanjut dalam pengembangan budaya dan karakter peserta didik Kemdiknas (2010:9-10) merumuskan 18 nilai yang harus dikembangkan di sekolah antara lain ; Religius, jujur, disiplin, peduli lingkungan, toleransi, gemar membaca, kerja keras, kreatif, mandiri, peduli sosial, tanggung jawab, demokratis, cinta damai, bersahabat/komunikatif, menghargai prestasi, rasa ingin tahu dan semangat kebangsaan dan cinta tanah air Sagala (2011:205) mengemukakan kedisiplinan juga merupakan nilai budaya yang dapat dikatakan salah satu ciri utama sekolah, kedisiplinan di sekolah mencakup berbagai dimensi, antara lain : 1) Disiplin dalam kehadiran. Dalam hal ini peserta didik yang terlambat tidak diperkenankan masuk kelas, namun disuruh belajar di perpustakaan sampai jam pelajaran tertentu usai. Kemudian di akhir jam sekolah, anak tersebut akan diberikan jam pelajaran tambahan, 2) Disiplin pergaulan antar peserta didik, 3) Disiplin dalam kegiatan belajar dan ujian, 4) Disiplin dalam pengawasan anak yang ijin atau membolos, 5) Disiplin dalam kegiatan ritual, 6) Disiplin kehadiran guru, dengan jam dalam sistem seperti di perusahaan, dan 7) Disiplin dalam pengawasan, guru tidak boleh memberikan les kepada peserta didik di luar sekolah. Darmadi (2009:143) pengamalan nilai merupakan sesuatu hal yang sangat pribadi karena nilai itu berada dalam lubuk kalbu hati seseorang. Pendidikan nilai juga harus membantu peserta didik mengenai berbagai nilai, baik nilai disiplin, religius maupun nilai
moral. Tidak hanya memberi kerangka formal agar peserta didik bersifat terbuka pada nilainilai, akan tetapi hanya dapat terjadi kalau ada hubungan antar pribadi antara pendidik dan peserta didik. Mengacu pada pendapat yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai budaya
akan memberikan arahan untuk bekerja dan melakukan perbuatan-
perbuatan yang baik. Hal ini akan memberikan dampak positif kepada warga sekolah agar segala perbuatannya dapat dipertanggungjawabkan. E. Simbol-Simbol Budaya Zendin (dalam Masaong 2011: 205) mengemukakan simbol yaitu tindakan atau obyek-obyek material yang diterima secara sosial sebagai gambaran nyata tentang sesuatu. Simbol sekolah dapat sebagai suatu bentuk pemakaman yang lebih kongkrit dari tujuan yang diinginkan. Simbol dapat berupa tindakan-tindakan nyata yang dapat membawa implikasi sekolah dalam menanggulangi faktor penghambat keberhasilan. Aktivitas-aktivitas sekolah dapat ditampilkan dalam bentuk simbol yang jelas yang dapat memberi makna dan harapan terhadap warga sekolah sehingga menjadi ciri tersendiri dalam pengembangan budaya mutu sekolah secara efektif dan efisien. Lebih lanjut Komariah (2005:103) mengatakan simbol yaitu setiap objek, tindakan, kejadian kualitas, dan hubungan yang memberikan sarana bagi penyampaian makna. Di samping itu, simbol dapat berupa ketersediaan sarana-prasarana yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan sekolah. Semua sarana dan prasarana pendidikan sebagai simbol dari upaya-upaya yang sedang dilakukan dalam angka meningkatkan mutu sekolah. Kelengkapan sarana pembelajaran di kelas dan fasilitas penunjang lainnya akan memberikan dampak positif demi terciptanya budaya sekolah. Selain itu, lingkungan sekolah yang sehat dan kondusif akan memberi dampak terciptanya mutu sekolah secara optimal.
Keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari kuatnya sistem simbol (kekhasan) yang diciptakan di sekolah yang dapat membedakan dengan sekolah lain. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan apresiasi siswa, guru, karyawan, orang tua, dan masyarakat terhadap keunggulan sekolah. Melalui simbolisasi dapat diilustrasikan tentang sesuatu yang dihargai, bermakna, dan yang diinginkan dalam mencapai tujuan sekolah. Selain hadir dalam bentuk fisiknya, simbol juga menghadirkan makna terdalam dari apa yang menjadi cita-cita dan tujuan sekolah. Simbol merupakan ekspresi sentimen bersama dan komitmen yang suci yang dapat mengikat banyak orang untuk mencapai suatu tujuan. Simbol bisa menyatukan orang dan menghidupkan kebanggaan Kurnia (2012:97). Bangunan, display piala, moto, maskot sekolah, piagam penghargaan dan logo merupakan simbol pencapaian sekolah yang dianggap perlu untuk dikomunikasikan karena menggambarkan spirit dan keyakinan dari warga sekolah itu sendiri. Memperhatikan paparan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menciptakan budaya sekolah yang positif, bukan saja tentang bagaimana menanamkan nilainilai positif melalui interaksi yang baik dari setiap warga sekolah, melainkan juga bagaimana menvisualisasikan nilai-nilai tersebut dalam keseharian. Dalam hal ini simbol-simbol budaya dapat menyatukan seseorang dengan orang lain dan menjadi semangat dan keyakinan dari warga sekolah tersbut. F. Peran Kepala Sekolah Dalam Pengembangan Budaya Sekolah Komariah (2005:80) mengemukakan kepemimpinan pendidikan yang diperlukan saat ini adalah kepemimpinan yang didasarkan pada jati diri bangsa yang hakiki yang bersumber dari nilai-nilai budaya dan agama, serta mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan khususnya dan umumnya atas kemajuan-kemajuan yang diraih di luar sistem sekolah. Lebih lanjut Riduwan (2012:112-113) mengemukakan setiap kepala sekolah mempunyai cara dan kemampuan atau kompetensi berbeda-beda dalam
memjalankan kepemimpinannya, perbedaan tersebut bergantung pada tingkat pendidikan, pemahaman terhadap bawahan, dan situasi serta kondisi yang dihadapinya. Mulyasa (2006:90) Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolahnya melalui programprogram yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan budaya sekolah merupakan kajian yang masih relatif baru (Masaong 2011:193). Kajian ini dilandasi asumsi dasar, bahwa kepemimpinan kepala sekolah akan efektif apabila didukung oleh budaya sekolah yang kuat. Kepemimpinan memberi orientasi pada terbentuknya budaya sekolah yang kuat (strong cultural) guna mendukung kesuksesan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan yang berorientasi pada pengembangan budaya sekolah dapat diartikan sebagai upaya kepala sekolah untuk mempengaruhi, merubah dan atau mempertahankan budaya sekolah yang kuat untuk mendukung terwujudnya visi, misi dan tujuan sekolah Caldweu & Spink, Yukl (dalam Masaong 2011-193). Nilai, keyakinan dan perilaku kepala sekolah menjadi bagian penting untuk melihat keefektifan budaya sekolah. Mengacu pada penjelasan yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa kepala sekolah dalam mengembangkan budaya sekolah senantiasa merujuk pada kemampuannya mengembangkan budaya unggul di sekolah. Kepala sekolah hendaknya menekankan pentingnya membangun budaya yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas proses pendidikan di sekolah. Masaong & Ansar (2011: 195-196) mngemukakan langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh kepala sekolah dalam pengembangan budaya sekolah antara lain: (1) kepala sekolah mengartikulasikan visi dan misi sekolah dalam rangka menciptakan kesatuan ide (the unity of idea) tentang sekolah sesuai yang dicita-citakan, (2) mengartikulasikan nilai-nilai dan keyakinan dalam organisasi sekolah, (3) menciptakan sistem simbol yang dapat memperkuat
keunikan sekolah, (4) membangun sistem reward yang sesuai yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada di sekolah, (5) membangun hubungan sosial dan emosional antara siswa, guru, dan masyarakat sesuai komitmen dan visi sekolah. Lebih lanjut Dwi Harjoko (2012) mengemukakan reward dan punishment dikenal sebagai ganjaran, merupakan dua metode yang lazim diterapkan di sebuah organisasi, instansi, atau perusahaan yang menargetkan adanya produktivitas kerja yang tinggi dari para karyawannya. Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para pegawai. Metode ini bisa mengasosiasikan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dicapai. Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward merupakan bentuk penguatan yang positif; maka punishment sebagai bentuk penguatan yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersifat pedagogis menuju kearah yang lebih baik. Sumarso (2010 22:24) penerapan reward dan punishment dalam dunia pendidikan dapat diterapkan sepanjang hal tersebut tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Penerapan reward dan punishment juga tidak hanya diterapkan kepada siswa yang berprestasi atau yang melanggar tata-tertib, tetapi juga dapat diterapkan kepada guru-guru agar mereka berdisiplin dalam mengajar untuk memenuhi tugas mereka memberikan pelajaran kepada siswanya.
Pada dasarnya keduanya sama-sama dibutuhkan dalam memotivasi seseorang, termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam meningkatkan kinerjanya. Keduanya merupakan reaksi dari seorang pimpinan terhadap kinerja dan produktivitas yang telah ditunjukkan oleh bawahannya; hukuman untuk perbuatan jahat dan ganjaran untuk perbuatan baik. Melihat dari fungsinya itu, seolah keduanya berlawanan, tetapi pada hakekatnya samasama bertujuan agar seseorang menjadi lebih baik, termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam bekerja. Dalam proses penataan birokrasi menjadi efektif lagi menyenangkan, hendaklah pemerintah dengan tegas memperhatikan dan menata sistem reward dan punishment. Hal ini harus diimplemntasikan sampai level bawah pemerintahan. Dengan begitu, diharapkan kualitas birokrasi meningkat, begitu pula kinerja aparat birorasi dalam dunia kerja semakin bermutu. Reward yang diberikan pun harus secara adil dan bijak. Jika tidak, reward malah menimbulkan rasa cemburu dan ”persaingan yang tidak sehat” serta memicu rasa sombong bagi pegawai yang memperolehnya. Tidak pula membuat seseorang terlena dalam pujian dan hadiah yang diberikan sehingga membuatnya lupa diri. Oleh karena itu, prinsip keadilan sangat dibutuhkan dalam pemberian reward. Berdasarkan penjelasan tersebut dikemukakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah mempunyai orientasi untuk membangun budaya yang kuat dan mempertahankan budaya yang baik. Budaya sekolah yang kuat dapat dilihat dari kuatnya visi dan misi sekolah, keyakinan dan nilai yang baik, sistem simbol, sistem penghargaan (reward and punishment), hubungan sosial dan emosional yang konstruktif antara warga sekolah dan masyarakat. G. Pengembangan Budaya Sekolah Rohiat (2010:94) mengemukakan bahwa Sasaran dari pengembangan budaya sekolah adalah terwujudnya budaya sekolah yang kondusif dan bermutu untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah sehingga program-program yang dapat dikembangkan antara lain;
(1) pensosialisasian budaya mutu sekolah, (2) peningkatan perencanaan program pengembangan budaya mutu sekolah, (3) peningkatan implementasi budaya mutu sekolah, (4) peningkatan supervisi, monitoring dan evaluasi dalam program budaya mutu sekolah, (5) peningkatan manejemen program budaya mutu sekolah. Strategi yang dapat dilakukan untuk mewujudkan sasaran tersebut antara lain; (1) melaksanakan workshop/pelatihan secara internal di sekolah, (2) melakukan kerjasama dengan komite sekolah, (3) melakukan kerjasama dengan masyarakat, (4) melakukan kerja sama dengan LPTI/instansi yang relevan, (5) melakukan kerjasama dengan dunia usaha/industri. Hasil yang diharapkan dapat diperoleh dari sasaran tersebut adalah; (1) terwujudnya sosialisasi budaya mutu sekolah, (2) tercapainya peningkatan perencanaan program pengembangan budaya mutu sekolah, (3) tercapainya peningkatan implementasi budaya mutu sekolah, (4) tercapainya peningkatan supervisi, monitoring, dan evaluasi dalam program budaya mutu sekolah, (5) tercapainya peningkatan manajemen program budaya mutu sekolah. Menurut Gunawan (2012:195-196) pengembangan budaya sekolah juga dapat dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri yaitu: Kegiatan rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman. Kegiatan spontan, yakni kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga. Misalnya, mengumpulkan sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
Keteladanan, merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baiksehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin, keberhasilan dan kerapian, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur, dan kerja keras. Pengondisian
atau conditioning
yaitu penciptan kondisi
yang
mendukung
keterlaksanaan pendidikan karakter. Misalnya kondisi toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas. Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa pengembangan budaya sekolah sangat ditentukan oleh lingkungan fisik, lingkungan sosial, nilai-nilai yang berkembang di sekolah dan keteladanan. Untuk membangun budaya sekolah sangat dipengaruhi pengembangan budaya fisik sekolah yang rapi, bersih, dan sejuk, serta lingkungan sosial yang damai, saling toleran tetapi disiplin dalam menegakkan aturan dan didukung dengan keteladanan kepala sekolah dan guru.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Latar Penelitian Penelitian dilkasanakan untuk mendeskripsikan pengembangan budaya sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan mengingat bahwa budaya sekolah adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam mendukung proses pembelajaran di sekolah dan bagaimana peran kepala sekolah dan stakeholder dalam mendukung pengembangan budaya sekolah. Bagaimana peran kepala sekolah dalam mengartikulasikan
visi dan misi kepada warga sekolah, serta bagaimana warga sekolah memahami visi, misi, nilai-nilai, simbol-simbol budaya dan hambatan-hambatan dalam pengembangan budaya. Lokasi penelitian ini terdapat di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo, Jalan Ternate Kelurahan Tapa Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo. Lokasi ini secara geografis mudah dijangkau sehingga memudahkan untuk mengadakan penelitian. B. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini didesain sebagai jenis penelitian studi kasus yaitu suatu pendekatan dimana peneliti berusaha memahami arti peristiwa berupa gejala yang terjadi di lokasi penelitian terkait masalah yang diteliti dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penggunaan jenis dan pendekatan ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan data temuan penelitian dalam bentuk kalimat-kalimat berupa keterangan atau pernyataan-pernyataan dari informan sesuai dengan kenyataan yang ada. Oleh karena itu maka peneliti akan bersikap objekif terhadap setiap data yang ditemukan di lapangan. C. Kehadiran Peneliti Mengacu pada pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan, maka kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Kehadiran peneliti ini yaitu untuk mengamati secara langsung keadaan di lapangan tentang kondisi mutu pendidikan dan budaya sekolah yang ada di lokasi penelitian. Kehadiran peneliti di lokasi diawali dengan penjajakan lokasi penelitian untuk mendapatkan data awal, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan berupa observasi dan kegiatan wawancara untuk mendaptkan data penelitian. Kehadiran peneliti di lokasi penelitian sebagai pengamat non partisipatif yang akan mengamati setiap program, kegiatan dan hal-hal lain yang diperlukan oleh peneliti. Peneliti tidak akan mempengaruhi atau merubah program, kegiatan dan semua hal yang peneliti temukan untuk dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, kehadiran
peneliti tidak dapat diwakilkan dengan instrumen lain, karena dengan kehadiran peneliti di lokasi penelitian dapat mengkonfirmasi kembali pada subyek apabila informasi yang diperoleh kurang atau tidak sesuai dengan tafsiran peneliti. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti akan hadir di lokasi penelitian sewaktu-waktu baik terjadwal maupun tidak terjadwal. Hal itu dimaksudkan untuk mengetahui lebih mendalam tentang pengembangan budaya sekolah.
D. Data dan Sumber Data 1. Data Data dalam penelitian ini berasal dari berbagai sumber yang dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik selama kegiatan penelitian berlangsung. Data yang diperoleh merupakan bahan mentah yang diolah dengan baik melalui berbagai analisis dan melahirkan berbagai informasi. Seluruh data yang diperoleh peneliti mengenai Pengembangan Budaya Sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo yaitu: Tabel 3.1. Data dan kegiatan NO 1
DATA Penguatan
visi
dan
KEGIATAN misi
dalam Observasi dan Wawancara
mengartikulasikan kepada warga sekolah 2
Nilai-nilai yang dikembangkan
3
Simbol-simbol dalam pengembangan budaya Observasi, Wawancara dan sekolah
4
Observasi dan Wawancara
Dokumentasi
Peran kepala sekolah dalam pengembangan Observasi dan Wawancara budaya sekolah
5
Hambatan-hambatan budaya sekolah
dalam
pengembangan Observasi dan Wawancara
2. Sumber Data Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh sumber data itu menunjukkan asal informasi dan data itu harus diperoleh dari data sumber yang tepat. Apabila sumber data tidak tepat, maka akan mengakibatkan data yang terkumpul tidak relevan dengan permasalahan yang diteliti. Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu manusia dan bukan manusia. Sumber data manusia berfungsi sebagai subyek atau informan kunci (key informants) dan dalam penelitian ini sumber data tersebut terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, guru agama, guru bimbingan konseling, ketua komite dan ketua osis. Sedangkan sumber data yang bukan manusia adalah dokumen yang relevan dengan fokus penelitian seperti gambar, foto dan catatan-catatan yang ada kaitannya dengan fokus penelitian seperti surat pelanggaran kewajiban masuk kerja (Arikunto 2006:107). Sumber data dalam penelitian ini adalah beberapa stakeholder yang terlibat dalam Pengembangan Budaya Sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo Tabel 3.2. Data informan SMK Negeri 1 Gorontalo NO
INFORMAN
KODE
JABATAN
ALASAN
kepala Sekolah
Kepala sekolah orang yang memiliki banyak informasi tentang sekolah yang dipimpinnya, termasuk situasi dari sekolahnya.
INFOR MAN 1
Drs. Rustam Umalu, M.Si
KS
2
Yance Van Gobel, S.Ap
KK
3
Rinto Buheli, S.Pd
WKSK
ketua Komite Memiliki informasi yang dibutuhkan,relevan dan memadai. wkl. kepala
Karena
informan
sekolah (kesiswaan)
tersebut yang memiliki pengetahuan khusus, informatif dan dekat dengan situasi yang mnjadi fokus penelitian.
GBK
Guru BK
Memiliki informasi yang dibutuhkan,relevan dan memadai.
4
Dra. Ningsi Langago, Mmpd
5
Arjun podungge, S.Ag
GA
Guru Agama
Memiliki informasi yang dibutuhkan,relevan dan memadai
6
Rizky Hioda
KO
ketua Osis
Karena sasaran yang dominan dalam pengembangan budaya adalah adalah peserta didik, jadi mereka memiliki informasi yang sangat dibutuhkan.
E. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah sebelumnya disusun pedoman wawancara. Berdasarkan pedoman wawancara tersebut peneliti mengadakan wawancara dengan informan. Hasil wawancara saling dikolaborasikan serta dianalisis dan dideskripsikan sebagai hasil penelitian. Untuk mendukung kegiatan pengumpulan data tersebut digunakan teknik sebagai berikut: 1.
Wawancara, Wawancara merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data,
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tanya jawab langsung dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, guru agama, guru bimbingan konseling, ketua komite dan ketua osis selaku perwakilan dari seluruh peserta didik. Dalam kegiatan wawancara,
peneliti menggunakan panduan sehingga wawancara dapat berjalan sesuai kebutuhan penelitian dan akan dilaksanakan secara berulang-ulang sampai diperoleh data yang meyakinkan tentang apa yang akan diteliti. Adapun tahapan dalam wawancara ini yaitu: Tahap pertama, peneliti menentukan siapa orang yang akan di wawancarai sebagai informan kunci. Informan kunci adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan wawancara, seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan dan ketua osis. Tahap kedua, peneliti mempersiapkan wawancara dengan daftar pertanyaan sementara yang memuat hal-hal pokok yang akan disampaikan lewat wawancara berdasarkan fokus penelitian. Tahap ketiga, melakukan wawancara dan tetap memelihara suasana yang kondusif dan produktif. Pada tahap ini peneliti mengajukan berbagai pertanyaan yang bersifat umum dengan menciptakan suasana santai dan penuh keakraban. Disamping memberikan informasi yang akurat, informan diberi kesempatan secara bebas dan terbuka untuk mengorganisasi jalan pikiran sendiri, dan selanjutnya pertanyaan tersebut difokuskan pada hal-hal yang diungkap sesuai fokus penelitian dengan berpedoman pada beberapa pertanyaan yang telah disampaikan. Pada tahap wawancara ini juga peneliti dibantu oleh teman untuk mengambil gambar atau foto untuk dijadikan sebagai bukti bahwa peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan informan. Tahap keempat, menghentikan wawancara sementara setelah peneliti mendapatkan informasi dan pada akhir percakapan peneliti akan merangkum kembali dan mengecek kembali apakah yang telah disampaikan informan itu sudah benar atau belum. Wawancara dilakukan secara manual dengan menggunakan alat tulis menulis, dan dibantu dengan alat perekam berupa handphone, namun dari segi etikanya sebelum merekam peneliti memohon ijin dan menyampaikan kepada informan yang diwawancarai tersebut. Hal
ini dimaksudkan agar wawancara berlangsung dengan lancar dan informan dapat memberi informasi secara akurat, terbuka dan menyeluruh tanpa keraguan terhadap peneliti. 2.
Obeservasi, Teknik ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya, dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak Sugiyono (2012:310). Pengamatan yang akan dilakukan peneliti akan cenderung lebih aktif terlibat untuk bisa melihat langsung kegiatan pengembangan budaya sekolah. Dalam hal ini yang menjadi fokus pengamatan peneliti yakni: (a) Mengartikulasikan visi dan misi kepada warga sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo, (b) Nilai-nilai budaya yang dikembangkan di SMK Negeri 1 Gorontalo, (c) Simbol-simbol budaya yang dikembangkan di SMK Negeri 1 Gorontalo, (d) Peran kepala sekolah dalam pengembangan budaya sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo, (e) Hambatan-hambatan dalam pengembangan budaya sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo 3.
Dokumentasi, Dokumentasi dipergunakan sebagai pengumpulan data yang telah ada
berupa catatan dari hasil wawancara atau data sekunder. Teknik ini patut dilakukan untuk dijadikan pelengkap dari data primer yang telah didapatkan melalui observasi. data ini sengaja dibutuhkan untuk diambil sebagai rujukan untuk mendapatkan informasi mengenai pengelolaan ketenagaan di SMK Negeri 1 Gorontalo. F. Analisi Data Analisis data dilakukan dengan cara membuat rekapan hasil wawamcara sambil mengidentifikasi hasil wawancara dan merapikan data hasil penelitian. Proses analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif melaui proses data reduction (reduksi data), data display (sajian data), dan verification (Miles dan Huberman, dalam Sugiyono 2012 : 401).
1. Reduksi Data Merupakan suatu penelitian pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabsahan, dan transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari cacatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini kami lakukan dengan mentransfer hasil rekaman ke dalam CD agar mudah diakses lewat Laptop. Mereduksi data diperlukan untuk membantu peneliti dalam menulis semua hasil data lapangan sekaligus merangkum, memilih dan memilah hal-hal pokok serta menganalisisnya (Sugiyono, 2012 : 338). Tahapan ini dimaksudkan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang hasil di lapangan, mempermudah dalam mengecek kembali bila diperlukan dan membantu dalam memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. 2. Sajian Data Penyajian data dalam penelitian kualitatif dimaksudkan untuk menyederhanakan informasi yang kompleks ke dalam informasi yang sederhana, selektif, dan membantu pemahaman tentang maknanya. Hal ini dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang bermakna dan memberikan kemungkinan adanya penarikan simpulan. 3. Verifikasi Data Verifikasi data dimaksudkan untuk menarik kesimpulan dari keseluruhan yang telah direduksi dan display guna menampilkan makna umum dan elemen – elemen data yang ada sebagai hasil akhir penelitian. Tindak lanjut dari verifikasi data adalah menyusun laporan dalam bentuk skripsi secara lengkap. G. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan uji kredibilitas, yaitu untuk mengetahui apakah data yang terkumpul dapat dipercaya, sehingga mampu apa yang diteliti. Teknik ini dilakukan dengan cara triangulasi. Teknik triangulasi dilakukan dengan mengecek kebenaran dan kecocokan hasil interpretasi dari simpulan yang sudah dirumuskan pada dokumen yang
pernah diperoleh atau pula pada hasil obeservasi yang pernah dilakukan di SMK Negeri 1 Gorontalo. H. Tahap-Tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian yang dilakukan penulis meliputi : 1) Tahap Orientasi Pada tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup : a. Mengkaji, mengamati situasi, kondisi dan keadaan nyata pada SMK Negeri 1 Gorontalo. b. Mengkaji dan menganalisis permasalahan umum dan spesifik pada lingkungan SMK Negeri 1 Gorontalo c. Membaca dan mencari literartur yang relevan dan menunjang masalah Pengembangan Budaya Sekolah. 2) Tahap Eksplorasi Pada tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup : a. Mengadakan wawancara dengan responden yakni kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, guru agama, guru bimbingan konseling, ketua komite dan ketua osis yang sesuai dengan indikator penelitian dan pertanyaan penelitian. b. Mencatat dan memberikan informasi yang disampaikan responden dengan menggunakan alat bantu seperti buku catatan, handphone dan kamera digital. c. Menganalisis dan menginterpretasi data hasil wawancara dan pengamatan. d. Membuat cacatan sementara hasil penelitian, yang merupakan hasil konsultasi dengan dosen pembimbing. 3) Tahap Membercheck pada tahap ini, kegiatan yang seyogyanya dilakukan oleh peneliti adalah : a. Merangkum hasil analisis data yang dibuat dalam bentu laporan (draf).
b. Memberi dan mengadakan serta memberikan laporan hasil analisis responden untuk dikaji kembali sesuai dengan data dan informasi yang diberikan. c. Memperbaiki kembali mengenai kekeliruan hasil koreksi dan responden. d. Hasil perbaikan tersebut dikonsultasikan kembali pada dosen pembembing sampai akhirnya mendapat pengarahan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1.
Deskripsi Penelitian Penelitian tentang Pengembangan Budaya Sekolah di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo
pada awalnya dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada bulan Januari sampai Juni 2013. Observasi dilakukan untuk mengetahui dengan jelas kegiatan-kegiatan yang ada hubungannya dengan Pengembangan Budaya Sekolah Berdasarkan kegiatan pengamatan dan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan baik kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan peserta didik. Didapatkan gambaran mengenai Pengembangan Budaya Sekolah. Adapun hasil wawancara terkait dengan temuan terhadap Pengembangan Budaya Sekolah merujuk pada data observasi yang ada di SMK Negeri 1 Gorontalo dapat diuraikan sebagai berikut: 1.1
Mengartikulasikan Visi dan Misi Kepada Warga Sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo
a. Visi dan Misi Sekolah Kepala sekolah dituntut untuk merumuskan dan menetapkan visi dan misi sekolah sebagai kesatuan ide dan perekat bagi warga sekolah. Kepala sekolah SMK Negeri 1
Gorontalo merumuskan dan menetapkan visi dan misi sekolah sesuai dengan kebutuhan sekolah yang dipimpinnya yaitu sekolah kejuruan. Yang menjadi visi kepala sekolah adalah lembaga pendidikan dan pelatihan yang dapat menghasilkan tamatan yang profesional dan mandiri. Hal ini ditegaskan oleh kepala sekolah bahwa : Dalam pengembangan budaya di SMK Negeri 1 Gorontalo mengacu pada visi dan misi sekolah. visi sekolah yaitu lembaga pendidikan dan pelatihan yang dapat menghasilkan tamatan yang profesional dan mandiri sedangkan misi sekolah, pertama meningkatkan manajemen sekolah dengan pendekatan bisnis, kedua meningkatkan mutu pembelajaran, ketiga meningkatkan kemampuan berbahasa inggris warga sekolah, keempat meningkatkan kerja sama dunia usaha dan dunia industri, kelima mengembangkan jiwa kewirausahaan warga sekolah, keenam mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler dan kreativitas siswa, dan ketujuh meningktakan kesehatan, kebersihan, keindahan/kerindangan, serta kenyamanan lingkungan sekolah. (1.1/W/KS/21.5.13) Visi dan misi sekolah sangat penting untuk mendukung terwujudnya budaya yang kuat. Hal itu ditegaskan oleh wakil kepala sekolah bagian kesiswaan bahwa : Visi dan misi kepala sekolah adalah salah satu pedoman dalam mengembangankan budaya sekolah agar terbentuk budaya yang kuat. Yang menjadi visi sekolah yaitu lembaga pendidikan dan pelatihan yang dapat menghasilkan tamatan yang profesional dan mandiri sedangkan misi sekolah yaitu meningkatkan manajemen sekolah dengan pendekatan bisnis, meningkatkan mutu pembelajaran, meningkatkan kemampuan berbahasa inggris warga sekolah, meningkatkan kerja sama dunia usaha dan dunia industri, mengembangkan jiwa kewirausahaan warga sekolah, mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler dan kreativitas siswa, meningktakan kesehatan, kebersihan, keindahan/kerindangan, serta kenyamanan lingkungan sekolah. (1.1/W/WKSK/28.5.13) Informasi dikonfirmasi kembali dengan guru agama selaku pokja pengembangan budaya menjelaskan bahwa : Visi sekolah yaitu lembaga pendidikan dan pelatihan yang dapat menghasilkan tamatan yang profesional dan mandiri sedangkan misi sekolah yaitu meningkatkan manajemen sekolah dengan pendekatan bisnis, meningkatkan mutu pembelajaran, meningkatkan kemampuan berbahasa inggris warga sekolah, meningkatkan kerja sama dunia usaha dan dunia industri, mengembangkan jiwa kewirausahaan warga sekolah, mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler dan kreativitas siswa, meningktakan kesehatan, kebersihan, keindahan/kerindangan, serta kenyamanan lingkungan sekolah. Visi dan misi kepala sekolah adalah salah satu bentuk tujuan sekolah yang didambakan warga sekolah dimasa depan. (1.1/W/GA/14.5.13)
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi visi sekolah dalam pengembangan budaya sekolah yaitu lembaga pendidikan dan pelatihan yang dapat menghasilkan tamatan yang profesional dan mandiri sedangkan misi sekolah yaitu meningkatkan manajemen sekolah dengan pendekatan bisnis, meningkatkan mutu pembelajaran, meningkatkan kemampuan berbahasa inggris warga sekolah, meningkatkan kerja sama dunia usaha dan dunia industri, mengembangkan jiwa kewirausahaan warga sekolah, mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler dan kreativitas siswa, meningktakan kesehatan, kebersihan, keindahan/kerindangan, serta kenyamanan lingkungan sekolah. Temuan peneliti dilapangan yaitu visi dan misi yang dipajang di pintu masuk sekolah dan dokumentasi yang telah dilampirkan. b. Artikulasi Visi dan Misi Sekolah Kepala sekolah SMK Negeri 1 Gorontalo berupaya mengartikulasikan visi dan misi sekolah melalui program jangka panjang dan program jangka pendek yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sekolah. Visi dan misi sekolah adalah salah satu cerminan dari kepemimpinan kepala sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh informasi menjelaskan bahwa : Kepala sekolah selalu berupaya memberi penguatan dalam menyampaikan dan mensosialisasikan visi dan misi kepada warga sekolah melalui program jangka pendek dan program jangka panjang yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sekolah. Semua warga sekolah diharapkan memahami dan melaksanakan visi dan misi yang tercermin pada kegiatan-kegiatan di sekolah, kepala sekolah menegaskan bahwa visi dan misi sekolah merupakan cerminan dari kepemimpinan kepala sekolah. (1.1/W/KS/21.5.13) Informasi didukung oleh wakil kepala sekolah bagian kesiswaan menjelaskan bahwa : Upaya kepala sekolah dalam mengartikulasikan visi dan misi dilakukan melalui program jangka panjang dan progran jangka pendek yang dilakukan melalui kegiatan sekolah baik ekstrakurikuler maupun intrakurikuler. Kepala sekolah mensosialisasikan visi dan misi sekolah pada upacara bendera, tahun ajaran baru dan
rapat yang dilakukan oleh pihak sekolah dengan orang tua peserta didik. (1.1/W/WKSK/28.5.13) Informasi
dikonfirmasi kembali dengan guru bimbingan konseling menjelaskan
bahwa : Kepala sekolah memberi penguatan dalam mensosialisasikan visi dan misi kepada warga sekolah melalui program jangka panjang dan program jangka pendek, kepala sekolah menghimbau agar warga sekolah bersama-sama membangun budaya sekolah yang sehat dengan mengacu pada visi dan misi sekolah. (1.1/W/GBK/21.5.13) Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan diatas maka disimpulkan bahwa penguatan visi dan misi kepala sekolah dalam mengartikulasikan kepada warga sekolah melalui program jangka panjang dan program jangka pendek yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sekolah baik ekstrakurikuler maupun intrakurikuler dan kepala sekolah mensosialisasikan visi dan misi sekolah pada tahun ajaran baru, upacara bendera dan rapat pihak sekolah dan orang tua peserta didik.
c. Implementasi Visi dan Misi Sekolah Kepala sekolah berupaya untuk mengimplementasikan visi dan misi sekolah melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Hal ini ditegaskan oleh kepala sekolah waktu diwawancarai di ruangannya yang menjelaskan bahwa: Implementasi dari visi dan misi sekolah sudah cukup baik, hal ini terlihat dari kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang meningkat seperti motivasi belajar peserta didik di dalam kelas semakin meningkat, banyak peserta didik yang mendapatkan penghargaan di bidang ekstrakurikuler seperti lomba-lomba kesenian dan olahraga, warga sekolah bekerja sama dalam menegakkan disiplin dan menjaga kebersihan lingkungan. Implementasi visi dan misi menjadi bagian penting dalam pembentukan budaya sekolah secara berkesinambungan. (1.1/W/KS/21.5.13)
Implementasi visi dan misi sekolah terlihat dari beberapa kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang cukup membanggakan, seperti yang ditegaskan oleh guru agama selaku pokja pengembangan budaya menjelaskan bahwa : Penerapan visi dan misi sekolah sangat jelas terlihat dari kreatifitas peserta didik yang cukup baik seperti dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang mendapat penghargaan dan cukup membanggakan, kegiatan-kegiatan keagamaan yang sudah meningkat dan alumni SMK Negeri 1 Gorontalo yang sudah banyak terjun ke dunia usaha karena bekal ilmu yang mereka peroleh dari sekolah. (1.1/W/GBK/21.5.13) Informasi dikonfirmasi kembali dengan guru bimbingan konseling yang menjelaskan bahwa: Implementasi visi dan misi sekolah sudah cukup baik, kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler yang menonjol seperti kesenian, olahraga, lomba berbahasa inggris maupun kegiatan-kegiatan ekstrakuriluer lainnya yang dari tahun ke tahun mendapat penghargaan baik tingkat sekolah maupun nasional adalah sebagai bentuk implementasi visi dan misi sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan diatas maka disimpulkan bahwa implementasi visi dan misi sekolah sudah cukup baik, hal ini terlihat dari kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler yang cukup meningkat seperti lomba kesenian dan olahraga, lomba berbahasa inggris, penegakan disiplin dan kreatifitas peserta didik yang meningkat dan banyak mendapatkan penghargaan dari tingkat sekolah maupun nasional. 1.2
Nilai-Nilai Budaya Yang Dikembangkan dalam Pengembangan Budaya Sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo
Nilai merupakan standar untuk mempertimbangkan dan meraih perilaku tentang baik atau tidak baik dilakukan, nilai yang dapat menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif baik bagi yang menjalankan maupun bagi orang lain. Nilai-nilai budaya yang dikembangkan di SMK Negeri 1 Gorontlao antara lain 1). Religius, 2). Toleransi, 3). Disiplin, 4). Mandiri, 5) Peduli Lingkungan, 6). Gemar Membaca, 7) Kerja Keras. a. Nilai Religius
Nilai religius adalah nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan sekolah. seperti yang ditegaskan melalui wawancara dengan kepala sekolah yang menjelaskan bahwa : kegiatan-kegiatan religius yang di kembangkan SMK Negeri 1 Gorontalo adalah budaya 5 S ( senyum, sapa, salam, santun dan salawat), berdoa sebelum dan sesudah belajar, sholat Dzuhur dan jumat bersama, dan peringatan hari-hari besar agama islam. (1.2/W/KS/21.5.13) Tujuan dikembangkan nilai religius selain untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan pada warga sekolah disamping itu untuk mengikuti lomba-lomba yang diadakan oleh sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh wakil kepala sekolah bagian kesiswaan bahwa : Segala bentuk kegiatan-kegiatan religius yang dilakukan oleh peserta didik baik dari tingkat kota maupun dalam lingkungan sekolah yaitu pesantren yang biasa dilakukan di bulan suci ramadhan, peringatan hari-hari besar islam seperti maulid Nabi, isra mi’raj, sholat jumat dan Sholat Dzuhur bersama. Semua bentuk kegiatan religius dilaksanakan warga sekolah walaupun hanya dalam bentuk sederhana. (1.2/W/WKSK/28.5.13) Informasi dikonfirmasi kembali dengan guru agama selaku pokja pengembangan budaya menjelaskan bahwa : Biasanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dalam menerapkan nilai religius yang pertama memperingati hari-hari besar agama kemudian pada saat bulan suci ramadhan diadakan pesantren, sholat jumat, sholat Dzuhur berjamaah, dan membiasakan agar keseharian siswa jika bertemu guru atau orang lain di himbau agar memberi salam, senyum, dan menyapa. Dan karena SMK Negeri 1 Gorontalo adalah sekolah keterampilan maka kami menghimbau agar siswa terampil dalam urusan dunia dan terampil dalam urusan beragama. (1.2/W/GA/14.5.13) Informasi didukung oleh ketua komite menjelaskan bahwa : Komite sekolah selalu mendukung apa yang telah menjadi program-program sekolah terutama nilai-nilai keagamaan seperti memperingati hari-hari besar agama kami memberi bantuan berupa sumbangan, pembuatan toyopu, walima yang diberikan oleh orang tua siswa kepada sekolah. (1.2/W/KK/23.5.13) Informasi didukung oleh ketua osis yang mewakili seluruh peserta didik menjelaskan bahwa : Untuk kegiatan religius yang sering kami lakukan yaitu memberi salam, dan sholat Dzuhur dan Jumat yang wajib dilakukan oleh peserta didik laki-laki dan mengadakan hari-hari besar keagamaan seperti maulid Nabi dan isra mi’raj. (1.2/W/KO/15.5.13)
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan nilai religius sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari baik guru staf dan peserta didik itu sendiri. Kegiatan-kegiatan religius yang dilaksanakan di sekolah antara lain 5 S ( senyum, sapa, salam, santun dan salawat), berdoa sebelum dan sesudah belajar, sholat Dzuhur dan jumat di sekolah dan memperingati hari-hari besar keagamaan seperti maulid nabi dan isra mi’raj. b. Nilai Toleransi Nilai toleransi diperlukan dalam pengembangan budaya sekolah terutama untuk warga sekolah agar dapat memberikan dan menunjukan rasa hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, adat, suku, dan agama. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh informasi menjelaskan bahwa : Nilai toleransi yang diterapkan oleh warga sekolah yaitu toleransi antar umat beragama, saling menghormati antar umat beragama, saling berpartisipasi pada sesama misalnya jika ada guru, staf dan peserta didik yang mengalami musibah maka warga sekolah sama-sama membantu meringankan beban meraka, mengajarkan peserta didik mengerti dan memahami arti dari nilai toleransi, menghargai dan menjunjung tinggi pendapat orang lain sebagai bentuk penerapan nilai toleansi. (1.2/W/KS/21.5.13) Informasi didukung oleh guru agama selaku pokja pengembangan budaya menjelaskan bahwa : Semua warga sekolah dihimbau agar selalu menanamkan nilai-nilai toleransi, guru harus menjadi contoh baik bagi peserta didik, menghimbau agar seluruh peserta didik memberikan perlakuan yang sama terhadap sesama peserta didik tanpa membedabedakan suku, ras, agama, golongan, status sosial, status ekonomi, dan selalu menghargai pendapat orang lain terutama saat diskusi dalam kelas agar tercipta solidaritas antara peserta didik. (1.2/W/GA/14.5.13) Informasi didukung oleh ketua osis yang mewakili seluruh peserta didik menjelaskan bahwa : Peserta didik diajari bagaimana menghargai pendapat orang lain, saling membantu dan tidak membeda-bedakan agama lain. Di kelas ada yang beragama muslim dan non muslim, jadi pada saat pelajaran agama akan dimulai yang non muslim di arahkan ke perpustakaan untuk membaca buku, (1.2/W/KO/15.5.13)
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan nilai toleransi yang di kembangkan yaitu guru menjadi contoh yang baik bagi peserta didik, mengajarkan pada peserta didik pentingnya nilai toleransi, saling menghormati dan menghargai antar umat beragama, menghargai pendapat orang lain dan saling membantu tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, dan golongan. c. Nilai Disiplin Nilai disiplin sangat berperan dalam pengembangan budaya sekolah agar warga sekolah dapat menunjukkan sikap dan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh informasi menjelaskan bahwa : Nilai disiplin adalah perilaku yang menunjukan nilai-nilai kepatuhan dan disiplin yang diterapkan di sekolah seperti disiplin waktu dan disiplin berpakaian. Dan upaya pihak sekolah adalah memantau langsung dan mengadakan evaluasi dilapangan dan memberikan penghargaan bagi yang tidak melanggar disiplin sekolah agar peserta didik termotivasi untuk mematuhi peraturan sekolah, hal ini berlaku untuk seluruh warga sekolah. (1.2/W/KS/21.5.13) Informasi didukung oleh wakil kepala sekolah bagian kesiswaan menjelaskan bahwa : Walaupun SMK Negeri 1 Gorontalo memiliki peserta didik yang kapasitasnya cukup banyak dan terbagi dalam dua sip yaitu sip pagi dan siang tetapi pihak sekolah selalu mengutamakan kedisiplinan terhadap peserta didik baik itu disiplin waktu maupun disiplin seragam dan jika ada peserta didik yang melanggar aturan maka pihak sekolah langsung menanganinya yakni memberi teguran dan arahan kepada peserta didik tersebut agar tidak mengulanginya. (1.2/W/WKSK/28.5.13) Informasi didukung oleh guru agama selaku pokja pengembangan budaya menjelaskan bahwa : Disiplin yang diterapkan di sekolah yang wajib dipatuhi oleh seluruh warga sekolah yaitu disiplin waktu dan disiplin seragam seperti memakai sepatu hitam, jilbab yang sesuai dengan peraturan sekolah. Dengan nilai-nilai religius yang ditanamkan kepada peserta didik maka kedisiplinan juga akan lahir dengan sendirinya, biasanya kalau sudah mendengar suara azan tanpa disuruh atau diberitahu peserta didik langsung datang menghampiri mushola.
(1.2/W/GA/14.5.13) Informasi didukung oleh guru bimbingan konseling menjelaskan bahwa : Disiplin yang diterapkan di sekolah yaitu disiplin waktu, diharapkan warga sekolah bisa menghargai waktu dan disiplin berpakaian. Pihak sekolah berupaya agar memberikan sanksi kepada peserta didik yang terlambat datang ke sekolah dan himbauan disetiap apel pagi agar peserta didik disiplin. (1.2/W/GBK/21.5.13) Informasi didukung oleh ketua osis yang mewakili seluruh peserta didik menjelaskan bahwa : Peserta didik dihimbau mematuhi segala peraturan yang ada di sekolah seperti disiplin berpakaian, memakai seragam sekolah menyesuaikan dengan hari dan disiplin waktu dan bagi peserta didik yang mematuhi peraturan sekolah akan diberikan penghargaan oleh pihak sekolah. (1.2/W/KO/15.5.13) Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan nilai disiplin sudah cukup optimal karena kerjasama antar warga sekolah yang mau menegakan disiplin dan upaya pihak sekolah dengan menghimbau peserta didik agar menerapkan peraturan sekolah dan memberikan penghargaan kepada mereka yang mematuhi peraturan tersebut. Disiplin yang diterapkan antara lain disiplin waktu, disiplin berpakaian dan disiplin atribut.
d. Nilai Mandiri Mandiri sangat diperlukan agar warga sekolah tidak mudah bergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh informasi menjelaskan bahwa : kepala sekolah menghimbau kepada peserta didik dapat mengembangkan potensinya tanpa harus selalu disuruh orang lain, pengembangan nilai-nilai mandiri biasanya diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler misalnya pramuka dan PMI yang melatih peserta didik agar bisa mandiri dan . (1.2/W/KS/21.5.13) Informasi
dikonfirmasi kembali dengan wakil kepala sekolah bagian kesiswaan
menjelaskan bahwa :
Pramuka adalah salah satu kegatan ekstrakurikuler yang dapat melatih peserta didik untuk mandiri dan terkait dengan kemandirian, peserta didik walaupun tanpa dibimbing dan disuruh oleh guru, mereka sudah mengetahui hal-hal mana yang baik dan buruk, disamping itu karena SMK Negeri 1 Gorontalo adalah sekolah kejuruan terkait dengan pembelajaran, peserta didik dihimbau bukan hanya belajar di sekolah tetapi di rumah maupun dilapangan yang berkaiatan dengan dunia usaha. (1.2/W/WKSK/28.5.13) Informasi didukung oleh guru agama selaku pokja pengembangan budaya menjelaskan bahwa : Sikap mandiri peserta didik ditunjukan dalam kegiatan pembelajaran misalnya guru memberikan tugas, peserta didik harus mengerjakan tugasnya sendiri tanpa bantuan orang lain kecuali tugas kelompok, misalnya mencari informasi lewat internet dan buku. Intinya peserta didik tidak harus bergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan tugasnya. (1.2/W/GA/14.5.13) Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan diatas maka disimpulkan bahwa penerapan
nilai
mandiri
dilakukan
melalui
kegiatan-kegiatan
intrakurikuler
dan
ekstrakurikuler seperti kegiatan PMI, pramuka, mengerjakan tugas tanpa bantuan orang lain dan melatih peserta didik agar mampu mandiri. e. Peduli Lingkungan berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh informasi menjelaskan bahwa : SMK Negeri 1 Gorontalo adalah salah satu sekolah lingkungan (adiwiyata) yang ada di propinsi gorontalo yang mendaptkan penghargaan yang diberikan langsung oleh menteri lingkungan hidup. Jadi seluruh warga sekolah diharapkan agar peduli kepada lingkungan dan kegiatan yang biasanya dilakukan yaitu memungut sampah, menanam pohon, dan membuat slogan-slogan peduli lingkungan. (1.2/W/KS/21.5.13) Informasi didukung oleh kepala sekolah bagian kesiswaan menjelaskan bahwa : SMK Negeri 1 Gorontalo pernah meraih penghargaan yaitu sekolah Adiwiyata, kami mendapatkan penghargaan dari menteri lingkungan hidup, dimana warga sekolah dihimbau selalu peduli dengan lingkungan dan ikut serta dalam hari-hari besar lingkungan, dan pada saat memperingati hari peduli lingkungan, kami selalu mengadakan lomba membuat slogan-slogan atau himbauan-himbauan yang berhubungan dengan lingkungan. Misalnya slogan yang bersifat mengajak contohnya lingkunganku, halamanku, alamku, kemudian indah lingkunganku sehat sekolahku. (1.2/W/WKSK/28.5.13) Informasi didukung oleh guru bimbingan konseling menjelaskan bahwa :
Peserta didik dibiasakan hidup bersih, tanpa di perintah oleh guru, kegiatan yang dilakukan seperti, masuk lingkungan sekolah harus memungut sampah begitu juga masuk ke ruang kelas sebelum pembelajaran dimulai peserta didik membersihkan ruang kelasnya masing-masing, mengadakan lomba membuat slogan-slogan, pihak sekolah selalu menghimbau kepada peserta didik agar selalu menjaga kebersihan dan peduli terhadap lingkungan. (1.2/W/GBK/21.5.13) Informasi didukung oleh Komite Sekolah menjelaskan bahwa : Salah satu program sekolah yang sangat didukung oleh komite sekolah yaitu kepedulian lingkungan dimana komite sekolah ikut bertanggung jawab dalam menyediakan sarana prasarana sekolah seperti pembuatan tempat sampah, pembuatan maskot sekolah. Dan kegiatan yang dilakukan seperti memungut sampah jika masuk ke lingkungan sekolah, memungut sampah sebelum jam pelajaran dimulai dan menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat (1.2/W/KK/23.5.13). Informasi didukung oleh ketua osis yang mewakili seluruh peserta didik menjelaskan bahwa peserta didik dihimbau agar selalu menjaga lingkungan agar tetap bersih, kegiatan yang kami lakukan seperti memungut sampah sebelum jam pertama di mulai dan ikut dalam pembuatan slogan-slogan peduli lingkungan (1.2/W/KO/15.5.13) Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan diatas maka disimpulkan bahwa nilai peduli lingkungan sangat dijunjung tinggi oleh warga sekolah, dimana SMK Negeri 1 Gorontalo adalah salah satu sekolah yang mendapat penghargaan dari menteri lingkungan hidup yakni sekolah adiwiyata dan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan adalah memungut sampah ketika sudah berada di lingkungan sekolah dan sebelum pelajaran pertama di mulai dan juga peserta didik ikut serta dalam pembuatan slogan-slogan peduli lingkungan. f. Gemar Membaca berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh informasi menjelaskan bahwa : Gemar membaca adalah program yang baru diterapkan dalam rencana aksi sekolah SMK Negeri 1 Gorontalo karena program ini juga sangat penting, dan seperti yang kita semua tahu membaca akan membuka jendela dunia. Jadi gemar membaca ini harus kita tanamkan kepada peserta didik karena dengan begitu peserta didik bisa memperluas wawasan, dan sekolah menyediakan perpustakaan yang siap dipergunakan untuk mendukung menumbuhkan budaya gemar membaca. (1.2/W/KS/21.5.13)
Informasi didukung oleh wakil kepala sekolah bagian kesiswaan menjelaskan bahwa : Dalam ruang lingkup sekolah biasanya peserta didik hanya mengetahui bahwa belajar itu hanya di dalam kelas tetapi pihak sekolah menghimbau agar peserta didik bisa mempergunakan tempat-tempat lain untuk belajar selain ruang kelas yaitu perpustakaan yang bisa digunakan dan dimanfaatkan untuk menambah wawasan peserta didik. (1.2/W/WKSK/28.5.13) Informasi didukung oleh Ketua Osis yang menjelaskan bahwa : peserta didik selalu dihimbau oleh kepala sekolah dan guru agar dapat menambah wawasan dengan selalu membaca buku, peserta didik juga selalu mengunjungi perpustakaan untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. (1.2/W/KO/15.5.13) Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan diatas maka disimpulkan bahwa nilai gemar membaca adalah salah satu program yang baru dikembangkan karena sangat penting bagi peserta didik untuk dapat menambah wawasan dengan selalu membaca dan mengunjungi perpustakaan. g. Kerja Keras Kerja keras sangat diperlukan untuk menunjukkan perilaku agar sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas baik itu belajar atau pekerjaan dengan sebaik-baiknya walaupun seringkali menemui hambatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh informasi menjelaskan bahwa : Nilai kerja keras adalah program baru dalam rencana aksi sekolah untuk itu warga sekolah dihimbau untuk menanamkan nilai kerja keras agar nantinya bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik walaupun seringkali menemui hambatan. Dan peserta didik juga dihimbau agar supaya bersaing secara sehat. Kegiatan yang dilakukan biasanya pembuatan slogan-slogan tentang giat belajar dan bekerja keras. (1.2/W/KS/21.5.13) Informasi didukung oleh wakil kepala sekolah bagian kesiswaan menjelaskan bahwa : kegiatan yang dilakukan seperti pembuatan slogan-slogan dan budaya kerja keras ditunjukan peserta didik dengan cara bersaing secara sehat untuk mendapatkan juara kelas karena mendapatkan penghargaan dari sekolah maupun dari orang tua dan hal
ini termotivasi dengan pujian-pujian dari pihak sekolah, teman dan orang tua. (1.2/W/WKSK/28.5.13) Informasi didukung oleh ketua osis yang menjelaskan bahwa : peserta didik dihimbau agar menanamkan nilai kerja keras, peserta didik dihimbau untuk bisa mengejar cita-cita perlu usaha dan kerja keras. Kegiatan yang peserta didik lakukan antara lain pembuatan slogan-slogan yang berhubungan dengan kerja keras. (1.2/W/KO/15.5.13) Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Nilai kerja keras adalah program baru dalam rencana aksi SMK Negeri 1 Gorontalo dan kepala sekolah selalu menghimbau kepada warga sekolah untuk berusaha dan bekerja keras dalam mencapai cita-cita yang diinginkan walaupun seringkali menemui hambatan dan juga diusahakan agar bersaing secara sehat dan kegiatan yang dilakukan antara lain bersaing untuk mendapatkan juara kelas dan pembuatan slogan-slogan. 1.3
Simbol-Simbol Budaya Yang Dikembangkan dalam Pengembangan Budaya di SMK Negeri 1 Gorontalo
Setiap sekolah mempunyai simbol-simbol yang menjadi keunikan sekolah tersebut, simbol-simbol yang ada di sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah dan mempunyai nilainilai yang perlu dihargai oleh warga sekolah. Display piala, maskot sekolah, piagam penghargaan,
logo
merupakan
simbol-simbol
pencapaian
sekolah
yang
perlu
dikomunikasikan kepada warga sekolah, hal ini ditegaskan melalui wawancara dengan kepala sekolah yang menjelaskan bahwa : Simbol-simbol budaya sekolah yang dikembangkan antara lain slogan-slogan, display piala, maskot sekolah, piagam penghargaan, logo. Masing-masing simbol tersirat nilai-nilai yang perlu di terapkan seperti persaudaraan, persatuan, keberanian, keimanan dan kemandirian. Simbol-simbol ditampakkan dalam lingkungan sekolah agar warga sekolah dengan mudah menerapkannya. (1.3/W/KS/21.5.13)
Informasi didukung oleh wakil kepala sekolah bagian kesiswaan menjelaskan bahwa :
Semua simbol yang ada di SMK Negeri 1 Gorontalo mempunyai nilai-nilai yang perlu ditanamkan kepada seluruh warga sekolah agar dalam pelaksanaan dan penerapan budaya di sekolah dapat berlangsung lebih efektif, seperti maskot sekolah dan sloganslogan yang dipajang di pohon-pohon dan di dinding sekolah dan logo baru sekolah yang pada tahun 2011 di buat oleh peserta didik sendiri yang tentunya memiliki makna dan nilai yang tinggi bagi sekolah. (1.3/W/WKSK/28.5.13) Informasi dikonfirmasi kembali dengan guru bimbingan konseling menjelaskan bahwa : Pihak sekolah mengupayakan simbol-simbol yang menggambarkan nilai-nilai sekolah di tampakkan dalam bentuk slogan-slogan atau maskot yang dipajang di dinding sekolah. Hal ini dilakukan agar mudah bagi warga sekolah untuk menerapkannya karena setiap kali melihat ajakan seperti itu warga sekolah termotivasi untuk melakukannya. (1.3/W/GBK/21.5.13) Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan diatas maka disimpulkan bahwa simbol-simbol budaya yang dikembangkan di SMK Negeri 1 Gorontalo antara lain display piala, logo, slogan-slogan dan piagam penghargaan. Simbol-simbol tersebut tersirat nilai-nilai persaudaraan, persatuan, keberanian, keimanan, kemandirian, dan disiplin yang tinggi. Selain itu dengan adanya simbol-simbol budaya yang dipajang di dinding dan pohon-pohon sekolah maka akan mudah bagi warga sekolah untuk melihat, memahami dan menerapkannya. 1.4
Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Budaya Sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo
Kepala sekolah memiliki peranan penting dalam pengembangan budaya sekolah. Kuatnya budaya sekolah tergantung bagaimana bentuk peran kepala sekolah dalam membangun sistem reward dan punishment dan membangun hubungan sosial dan emosional antara guru staf dan peserta didik a. Membangun Sistem Reward dan Punishment Sistem reward dan punishment adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keefektifan kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan budaya sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh informasi menjelaskan bahwa : penghargaan biasa diberikan kepada guru, staf dan peserta didik yang berprestasi atau yang mematuhi peraturan sekolah, biasanya untuk peserta didik yang berprestasi diberikan piagam dan untuk yang mematuhi peraturan sekolah diberikan pujian-pujian atau himbauan-himbauan agar supaya prestasi tersebut dapat dipelihara sehingga nantinya peserta didik memasuki dunia usaha atau instansi pemerintah sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Untuk guru dan staf biasanya pemberian insentif dan piagam . Dan yang paling penting adalah makna dari reward yang diberikan adalah salah satu upaya kepala sekolah dalam meningkatkan keefektifan kepemimpinannya untuk mencapai visi dan misi sekolah. Dan punishment atau hukuman yang diberikan kepada guru, staf, dan peserta didik yang melanggar peraturan sekolah seperti datang terlambat biasanya untuk staf tata usaha adalah tidak mendapatkan uang transfortasi dan teguran langsung, untuk guru dan siswa adalah teguran, jika itu dilakukan berulang-ulang maka akan diberikan surat peringatan. Biasanya hukuman diberikan sesuai tingkat kesalahan yang dilakukan oleh guru, staf, dan peserta didik. (1.4/W/KS/19.6.13) Informasi didukung oleh wakil kepala sekolah bagian kesiswaan menjelaskan bahwa : Semua peraturan yang ada di sekolah wajib dipatuhi oleh seluruh warga sekolah dan jika melanggar akan diberikan sanksi sesuai dengan jenis dan tingkat kesalahan yang diperbuat, begitupula dengan guru staf dan peserta didik yang mematuhi peraturan sekolah akan diberikan penghargaan. Biasanya hukumannya seperti teguran dan pemberian surat peringatan, sedangkan untuk penghargaan seperti pujian-pujian atau bahkan piagam kepada guru dan peserta didik yang berprestasi dan mematuhi peraturan sekolah. (1.4/W/WKSK/20.6.13) Informasi dikonfirmasi kembali dengan guru agama selaku pokja pengembangan budaya menjelaskan bahwa : Kepala sekolah memberikan penghargaan sesuai dengan prestasi kerja baik itu guru staf maupun peserta didik, seperti piagam dan pujian-pujian dengan penghargaan itu maka warga sekolah termotivasi untuk melakukan pekerjaan dengan baik terutama peserta didik begitu juga sebaliknya hukuman diberikan seperti teguran langsung, teguran tertulis dan pemberian surat peringatan. Hukuman diberikan sesuai dengan tingkat kesalahan yang diperbuat. (1.4/W/GA/28.5.13) Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan diatas maka dapat disimpulkan bahwa peran kepala sekolah dalam pengembangan budaya sekolah terutama dalam membangun sistem reward dan punishment cukup adil karena kepala sekolah tidak memandang baik itu guru staf dan peserta didik jika mereka mematuhi peraturan sekolah
maka akan diberikan penghargaan seperti piagam, pujian-pujian, bahkan insentif untuk memberikan motivasi kepada warga sekolah, begitupun sebaliknya jika melanggar akan diberikan sanksi dan hukuman diberikan sesuai dengan jenis dan tingkat kesalahan yang diperbuat. b. Membangun Hubungan Sosial dan Emosional Membangun hubungan sosial dan emosional adalah salah satu bentuk kepemimpinan kepala sekolah yang berkaitan dengan kecerdasan emosi dan sosial. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh informasi menjelaskan bahwa : Membangun hubungan sosial dan emosional antara kepala sekolah, guru, staf, dan peserta didik menjadi salah satu peran kepemimpinan kepala sekolah. Untuk menciptakan keefektifan dari kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah membangun hubungan sosial dan emosional kepada seluruh komponen sekolah biasanya seperti hubungan emosional keagamaan, ketauladanan, silaturahmi, kekeluargaan dan mengadakan rapat informal. Mengunjungi guru dan staf yang sedang sakit, mengadakan arisan keluarga guru dan staf. Dengan hubungan sosial dan emosional yang baik akan terbentuk budaya sekolah yang kuat. (1.4/W/KS/19.6.13) Informasi didukung oleh wakil kepala sekolah bagian kesiswaan menjelaskan bahwa : Warga sekolah dihimbau oleh kepala sekolah agar selalu membangun hubungan sosial dan emosional kepada sesama guru dan terutama kepada peserta didik. Biasanya seperti hubungan kesejawatan, ketauladanan, kekeluargaan, keagamaan, rapat mingguan dan mengadakan silaturahmi. (1.4/W/WKSK/20.6.13) Informasi didukung oleh ketua osis yang mewakili seluruh peserta didik menjelaskan bahwa : Kepala sekolah membangun hubungan sosial dan emosional dengan peserta didik seperti emosional keagamaan yaitu mengadakan buka bersama pada bulan suci ramadhan, hubungan kekeluargaan, dan mengadakan rapat informal dengan kepala sekolah. (1.4/W/KO/24.6.13) Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan diatas maka disimpulkan bahwa peran kepala sekolah dalam membangun hubungan sosial dan emosional dengan warga sekolah antara lain mengadakan rapat mingguan, rapat informal, hubungan kesejawatan,
hubungan ketauladanan, keagamaan, kekeluargaan, arisan keluarga dengan guru dan mengunjungi guru dan staf yang sedang sakit . 1.5
Hambatan-Hambatan dalam Pengembangan Budaya Sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo
Hambatan-hambatan yang dihadapi baik yang bersifat internal maupun eksternal sangat berpengaruh terhadap perubahan sekolah kearah yang lebih baik.
a. Kendala Internal Hambatan internal yang dihadapi sangat berpengaruh terhadap perubahan sekolah. Kendala internal yang dihadapi seperti kesadaran dari peserta didik untuk menjalankan peraturan sekolah seperti yang dijelaskan oleh kepala sekolah bahwa: Kendala internal yang biasa kepala sekolah hadapi antara lain karena sekolah mempunyai peserta didik yang cukup banyak jadi untuk membangun komitmen dengan peserta didik sangat susah, biasanya peserta didik melihat temannya yang melanggar disiplin misalnya berpakaian yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah maka peserta didik lainnya akan mengikuti hal tersebut, jadi faktor diri sendiri yang susah kami tanamkan. (1.5/W/KS/19.6.13) Informasi didukung oleh wakil kepala sekolah bagian kesiswaan menjelaskan bahwa : Kendala internal yang sering dihadapi oleh sekolah adalah peserta didik itu sendiri tetapi bukan semua peserta didik namun ada beberapa saja, yang paling sering yaitu dalam hal penegakan disiplin, walaupun kami sudah berusaha memberikan peringatan tetap saja masih ada yang melanggar. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kesadaran dari peserta didik tersebut. (1.5/W/WKSK/20.6.13) Informasi dikonfirmasi kembali dengan guru agama selaku pokja pengembangan budaya menjelaskan bahwa : Kesadaran diri dari peserta didik yang menjadi kendala sekolah karena sekolah memiliki pelajar yang kapasitasnya cukup banyak jadi untuk membangun kesadaran mereka lebih ekstra ditingkatkan seperti peserta didik yang suka melanggar peraturan sekolah seperti tidak disiplin dan merokok. oleh karena itu, saya lebih menanamkan
nilai-nilai keagamaan agar mereka terhindar dari sifat-sifat yang merugikan diri sendiri. (1.5/W/GA/28.5.13) Selain itu guru bimbingan konseling menjelaskan bahwa: Peserta didik adalah salah satu kendala internal sekolah, biasanya peserta didik yang selalu bermasalah langsung kami bimbing dan diarahkan tetapi setelah diarahkan malah peserta didik tersebut makin melanggar aturan sekolah, hal ini karena kurangnya kesadaran diri dan sifat mengikuti perilaku bahkan kebiasaan temannya. (1.5/GBK/21.5.13) Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa hambatanhambatan internal dalam pengembangan budaya sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo yaitu faktor peserta didik karena sulitnya membangun komitmen dengan peserta didik sehingga berimbas pada nilai kedisiplinan dan nilai religius seperti penegakan disiplin, melanggar aturan sekolah seperti merokok. b. Kendala Eksternal Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang memberikan porsi terbesar terhadap pembentukan karakter dan kepribadian peserta didik, pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama, kedua orang tuanyalah yang bertanggung jawab terhadap masa depan anak tersebut. Demikian pula dengan lingkungan masyarakat ikut menentukan karena peserta didik banyak berada di lingkungan keluarga dan masyarakat daripada di lingkungan sekolah Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh informasi menjelaskan bahwa : Kendala-kendala eksternal yaitu kerja sama orang tua dan lingkunagan masyarakat, peserta didik ditekankan untuk selalu melakukan hal-hal yang baik di lingkungan sekolah tetapi belum tentu mereka ulangi lagi diluar sekolah dan juga kepala sekolah sangat menghimbau kepada peserta didik agar menghindari minuman keras dan merokok oleh karena itu dukungan orang tua dan msyarakat sangat diperlukan. (1.5/W/KS/19.6.13) Informasi didukung oleh wakil kepala sekolah bagian kesiswaan menjelaskan bahwa :
Peserta didik lebih banyak berada di lingkungan keluarga dan masyarakat daripada di lingkungan sekolah jadi sangat diperlukan kerja sama anatara sekolah dengan masyarakat. Seperti ada peserta didik yang merokok, minum minuman keras atau bahkan hal-hal yang tidak baik maka orang lain yang melihat itu mempertanyakan bahwa peserta didik itu anak siapa dan sekolah dimana, hal ini akan berdampak negatif pada sekolah kami dan masa depan peserta didik tersebut. (1.5/W/WKSK/20.6.13) Informasi dikonfirmasi kembali dengan guru agama selaku pokja pengembangan budaya menjelaskan bahwa : perilaku-perilaku tidak baik peserta didik akan berdampak pada peserta didik lainnya, yang tadinya mereka tidak merokok atau minum minuman keras maka dengan pengaruh dari teman tersebut akan membuatnya ikut-ikutan merokok dan miras untuk itu perlu dukungan dari orang tua dan masyarakat, bagi orang tua agar lebih memperhatikan dan membekali anaknya dengan nilai-nilai keagamaan. (1.5/W/GA/28.6.13) Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan diatas maka dapat disimpulkan bahwa hambatan-hambatan eksternal yang dihadapi SMK Negeri 1 Gorontalo yaitu dukungan dari orang tua dan masyarakat. Peserta didik yang merokok dan minum minuman keras hal ini karena kurangnya dukungan orang tua dan masyarakat, kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya, kemana dan apa saja yang mereka lakukan setelah pulang sekolah karena peserta didik lebih banyak di lingkungan keluarga dan masyarakat daripada di lingkungan sekolah. 2.
Temuan Dalam Penelitian
2.1
Mengartikulasikan Visi dan Misi Kepada Warga Sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo Temuan penelitian mengenai artikulasi visi dan misi kepada warga sekolah antara lain
: program jangka pendek dan program jangka panjang meliputi visi dan misi sekolah yang terpampang nyata di pintu masuk yang dapat dilihat oleh seluruh warga sekolah dan semua orang yang masuk ke dalam lingkungan SMK Negeri 1 Gorontalo. Visi sekolah yaitu lembaga pendidikan dan pelatihan yang dapat menghasilkan tamatan yang profesional dan
mandiri sedangkan misi sekolah, pertama meningkatkan manajemen sekolah dengan pendekatan bisnis, kedua meningkatkan mutu pembelajaran, ketiga meningkatkan kemampuan berbahasa inggris warga sekolah, keempat meningkatkan kerja sama dunia usaha dan dunia industri, kelima mengembangkan jiwa kewirausahaan warga sekolah, keenam mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler dan kreativitas siswa, dan ketujuh meningktakan kesehatan, kebersihan, keindahan/kerindangan, serta kenyamanan lingkungan sekolah. Temuan peneliti diperjelas dengan dokumentasi berupa foto tentang program jangka pendek dan jangka panjang seperti visi dan misi sekolah yang telah dilampirkan pada halaman 113. Untuk memudahkan pemahaman atas penjelasan diatas, maka digambarkan peta konsep sebagai berikut :
Visi Dan Misi Sekolah 3. Artikulasi Visi 4. Dan Misi
Program Jangka Panjang Dan Jangka Pendek
Kegiatan Sekolah
Implementasi Visi Dan Misi Diagram 4.1. Peta Konsep nilai-nilai budaya yang dikembangkan di SMK Negeri 1 Gorontalo 2.2 Nilai-Nilai Budaya Yang dikembangkan di SMK Negeri 1 Gorontalo 2.2.1 Nilai Religius Temuan penelitian tentang nilai religius meliputi : etika memberi dan menjawab salam, berdoa sebelum pelaksanaan pembelajaran, melakukan kegiatan rutin sholat Dzuhur, sholat jum’at bersama bagi yang muslim, peringatan hari-hari besar islam di sekolah seperti
maulid Nabi. Temuan peneliti diperjelas dengan dokumentsi berupa foto tentang sloganslogan nilai religius yang telah dilampirkan. 2.2.2 Nilai Toleransi Temuan penelitian tentang nilai toleransi meliputi : semua warga sekolah bekerja sama dalam kegiatan keagamaan seperti dalam kegiatan pembuatan walima dan saling menghargai pendapat orang lain di saat diskusi kelas. Temuan peneliti diperjelas dengan dokumentasi berupa foto tentang slogan-slogan nilai toleransi yang telah dilampirkan. 2.2.3 Nilai Disiplin Temuan penelitian tentang nilai disiplin meliputi : disiplin waktu, disiplin kelas, disiplin atribut sekolah, disiplin berpakaian seperti memakai seragam sekolah menyesuaikan hari, jilbab sesuai dengan peraturan sekolah, sepatu hitam, upaya pihak sekolah dalam meningkatkan disiplin siswa dengan cara memberikan himbauan-himbauan untuk siswa agar mematuhi peraturan sekolah dan memberikan motivasi dan penghargaan bagi siswa yang mematuhi peraturan sekolah. Temuan peneliti diperjelas dengan dokumentasi berupa foto mengenai nilai disiplin yang telah dilampirkan. 2.2.4 Nilai Mandiri Temuan penelitian tentang disiplin mandiri meliputi : kegiatan ekstrakurikuler seperti kegiatan pramuka, olahraga, kesenian, wirausaha, kegiatan pesantren dan melatih peserta didik agar mampu mandiri. Temuan peneliti diperjelas dengan dokumentasi berupa foto tentang nilai mandiri. 2.2.5 Nilai Peduli Lingkungan Temuan penelitian tentang peduli lingkungan meliputi : memungut sampah pada saat masuk lingkungan sekolah dan membersihkan ruang kelas sebelum jam pelajaran pertama dimulai, jumat bersih, memperingati hari-hari peduli lingkungan dengan pembuatan sloganslogan dan menanam pohon untuk mencegah kerusakan alam. Temuan peneliti diperjelas
dengan dokumentasi berupa foto peserta didik yang membersihkan depan kelas sebelum jam pelajaran pertama, piala adiwiyata yang menjadi salah satu simbol dari nilai peduli lingkungan dan dokumentasi berupa file tentang layanan mutu. 2.2.6 Nilai Gemar Membaca Temuan penelitian tentang nilai gemar membaca meliputi : banyaknya peserta didik yang memanfaatkan perpustakaan, koridor dan lorong-lorong sekolah sebagai tempat membaca dan belajar. 2.2.7 Nilai Kerja Keras Temuan penelitian tentang nilai kerja sama meliputi : slogan-slogan yang berisi katakata mengajak dan memotivasi warga sekolah untuk bekerja keras, piala-piala yang terpajang menunjukan hasil kerja keras oleh warga sekolah. Temuan peneliti diperjelas dengan dokumentasi berupa foto slogan-slogan nilai kerja keras yang telah dilampirkan. Untuk memudahkan pemahaman atas penjelasan diatas, maka digambarkan peta konsep sebagai berikut :
Nilai-Nilai Budaya Yang Dikembangkan
Nilai Religius
Nilai Toleransi
Nilai Disiplin
Nilai Mandiri
Nilai Peduli Lingkungan
Nilai Gemar Membaca
Nilai Kerja Keras
Implementasi NilaiNilai Budaya sekolah Diagram 4.2. Peta Konsep nilai-nilai budaya yang di kembangkan di SMK Negeri 1 Gorontalo
2.3
Simbol-Simbol Budaya Yang Dikembangkan di SMK Negeri 1 Gorontalo Temuan penelitian tentang simbol-simbol budaya meliputi : display piala, maskot
sekolah, piagam penghargaan, logo dan slogan-slogan. Simbol-simbol budaya tersebut menjadi keunikan SMK Negeri 1 Gorontalo, dan terlihat dari banyaknya simbol budaya yang dipajang di pohon dan dinding sekolah yang menjadi salah satu nilai yang dihargai oleh warga sekolah. Temuan peneliti diperjelas dengan dokumentasi yang telah dilampirkan. Untuk memudahkan pemahaman atas penjelasan diatas, maka digambarkan peta konsep sebagai berikut : Simbol-Simbol Budaya Yang Dikembangkan
Display Pialaz
Maskot sekolah
Piagam Penghargaan
SloganSlogan
logo
Implementasi Simbol-Simbol Budaya Sekolah
Diagram 4.3. Peta Konsep Simbol-simbol budaya yang di kembangkan di SMK Negeri 1 Gorontalo 2.4
Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Budaya Sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo
2.4.1 Membangun Sistem Reward Dan Sistem Punishment Temuan penelitian tentang peran kepala sekolah dalam membangun sistem reward meliputi : piagam dan pujian-pujian yang diberikan kepada guru dan peserta didik yang berprestasi, seperti salah seorang guru yaitu Maryam Ibrahim, M.Pd mendaptkan penghargaan guru teladan dari tingkat kota dan penghargaan yang diberikan kepada peserta didik yang mendapat nilai tertinggi di ujian nasional.
Berhubungan dengan temuan penelitian tentang hukuman (punishment) yang diberikan kepada warga sekolah, maka kepala sekolah menerapkan PP nomor 53 tahun 2010 untuk tentang pelanggaran wajib kerja. Peraturan tersebut meliputi : biasanya untuk guru dan staf yang melakukan pelanggaran kewajiban masuk kerja mempunyai tingkat dan jenis hukuman misalnya untuk Hukuman ringan biasanya teguran secara langsung jika tidak masuk kerja selama 5 hari dan teguran tertulis jika tidak masuk kerja selama 6-10 hari. Hukuman sedang seperti punundaan kenaikan gaji berkala 1 tahun jika tidak masuk kerja 16-20 hari, penundaan kenaikan pangkat 1 tahun jika 21-25 hari tidak masuk kerja dan penurunan pangkat 1 tingkat selama 1 tahun jika 26-30 hari tidak masuk kerja. Hukuman berat seperti penurunan pangkat 1 tingkat selama 3 tahun jika 31-35 hari tidak masuk kerja, pemindahan dalam rangka penurunan jabatan 1 tingkat untuk 36-40 hari tidak masuk kerja, pembebasan jabatan untuk 41-45 hari tidak masuk kerja dan pemberhentian dengan hormat/tidak dengn hormat untuk 46 hari atau lebih. Sedangkan untuk peserta didik yang melakukan pelanggaran ringan seperti bolos, terlambat datang ke sekolah, tidak memakai seragam sesuai peraturan sekolah biasanya di tegur secara langsung jika tetap dilakukan akan diberikan surat peringatan dan jika melakukan pelanggaran berat seperti berkelahi sesama peserta didik yang mengakibatkan luka fatal, membawa minuman keras, merokok di lingkungan sekolah akan langsung dikeluarkan dari sekolah. Temuan ini diperjelas dengan dokumentasi yang telah dilampirkan. 2.4.2 Membangun Hubungan Sosial Dan Emosional Kepala sekolah membangun hubungan sosial dan emosional dengan guru staf dan peserta didik melalui : untuk guru dan staf biasanya melakukan rapat mingguan, memberikan supevisi kepada guru, begitu pula dengan siswa, kepala sekolah membangun hubungan sosial dan emosional melalui bentuk hubungan ketauladanan dan kesejawatan seperti dalam
penerapan disiplin, kepala sekolah datang tepat waktu sehingga secara tidak langsung memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, Untuk memudahkan pemahaman atas penjelasan diatas, maka digambarkan peta konsep sebagai berikut : Peran Kepala Sekolah Dalam Pengembanagn Budaya Sekolah
Membangun Sistem Reward Dan Punishment
Membangun hubungan sosial dan emosional
Implementasi Budaya Sekolah
Diagram 4.4. Peta Konsep peran kepala sekolah dalam pengembangan budaya di SMK Negeri 1 Gorontalo 2.5
Hambatan-Hambatan dalam pengembangan Budaya Sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo
2.5.1 Kendala Internal Temuan dalam penelitian tentang kendala internal yang dihadapi oleh sekolah meliputi : komitmen yang susah dibangun karena banyaknya peserta didik, faktor diri sendiri yakni kurangnya kesadaran siswa itu sendiri, seperti yang ditemukan peneliti ada empat orang peserta didik yang dikeluarkan karena kedapatan membawa minuman keras di lingkungan sekolah dan juga masih ada peserta didik yang melanggar tata tertib sekolah, baik dari disiplin berpakaian maupun disiplin waktu. 2.5.2 Kendala Eksternal
Temuan dalam penelitian tentang kendala eksternal yang dihadapi oleh sekolah meliputi : dukungan dari orang tua dan lingkungan pergaulan peserta didik di masyarakat juga ikut menghambat. Untuk memudahkan pemahaman atas penjelasan diatas, maka digambarkan peta konsep sebagai berikut : Hambatan-Hambatan Dalam Pengembangan Budaya Sekolah
Kendala Internal
Kendala Eksternal DAMPAK
Diagram 4.5. Peta Konsep hambatan-hambatan dalam pengembangan budaya di SMK Negeri 1 Gorontalo
B.
Pembahasan Hasil Penelitian
1.
Mengartikulasikan Visi dan Misi Kepada Warga Sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo Mengartikulasikan visi dan misi kepada warga sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo,
dimana kepala sekolah dapat menggambarkan harapan dan cita-cita sekolah di masa mendatang, berupaya mengartikulasikan visi dan misi melalui program kerja jangka pendek dan jangka panjang, berupaya memberikan penguatan dalam mensosialisasikan visi dan misi kepada warga sekolah, kepala sekolah berupaya menerapkan visi dan misi dalam kehidupan sekolah sehari-hari karena dengan visi dan misi yang kuat mencerminkan kuatnya kepemimpinan kepala sekolah. kekuatan visi dan misi adalah untuk meningkatkan semangat dan sebagai sumber inspirasi bagi guru, staf, dan peserta didik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Contohnya, kepala sekolah berupaya mengartikulasikan visi dan misi sekolah pada warga sekolah melalui upacara bendera, penerimaan siswa baru dan rapat dengan orang tua peserta didik. Selain itu, visi dan misi sekolah ditampakkan dalam bentuk program jangka panjang dan jangka pendek seperti rencana aksi sekolah yang memuat nilai-nilai budaya. Hal ini didukung oleh pendapat Kurnia (2012:37), bahwa visi dan misi pada dasarnya menggambarkan harapan sekolah di masa mendatang. Selain itu hal tersebut juga merupakan sumber semangat (spirit) dari sejumlah aktivitas yang dilakukan sekolah dan bagaimana hal tersebut dapat dipahami dapat dilihat dari sejauh mana kemampuan kepala sekolah dalam memotivasi, mendorong kemajuan, dan saling mendukung satu sama lain. Sedangkan Massaong dan
Ansar
(2011:202-203)
menjelaskan
bahwa kepala sekolah dapat
mengemukakan dan menjabarkan visi dan misinya pada semua warga sekolah, stakeholders dan masyarakat. Dengan demikian visi dan misi bersifat kuasa dalam menggerakan sekolah. Selain itu visi merupakan kepemilikan dan komitmen dasar sekolah, yang didambakan staf dan masyarakat luas.
2.
Nilai-Nilai Budaya Yang Dikembangkan dalam Pengembangan Budaya Sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo Nilai adalah suatu jenis kepercayaan, yang letaknya berpusat pada sistem kepercayaan
seseorang, tentang bagaimana seseorang sepatutnya, atau tidak sepatutnya dalam melakukan sesuatu, atau tentang apa yang berharga dan yang tidak berharga untuk dicapai (Gunawan, 2012:31). Selanjutnya, Sumantri (dalam Gunawan 2012:31) menyebutkan bahwa nilai adalah hal yang terkandung dalam diri (hati nurani) manusia yang lebih memberi dasar pada prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata hati. Hasil temuan diatas mengenai nilai-nilai budaya yang dikembangkan di SMK Negeri 1 Gorontalo antara lain :
Pertama nilai religius meliputi etika memberi dan menjawab salam, doa sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai, melakukan kegiatan rutin sholat dzuhur dan sholat jumat di sekolah bagi yang beragama islam, memperingati hari-hari besar islam, dan memperingati Isra Mi’raj. Kedua nilai toleansi yaitu semua warga sekolah bekerja sama dalam kegiatan keagamaan seperti dalam kegiatan pembuatan walima, saling menghargai pendapat orang lain di saat diskusi kelas, menghargai dan menjunjung tinggi pendapat, sikap, dan tindakan orang lain sebagai motivasi untuk menerapkan nilai toleransi. Ketiga disiplin yaitu disiplin waktu, disiplin kelas, disiplin atribut sekolah, disiplin berpakaian seperti memakai seragam sekolah menyesuaikan hari, jilbab sesuai dengan peraturan sekolah, sepatu hitam, upaya pihak sekolah dalam meningkatkan disiplin siswa dengan cara memberikan himbauan-himbauan untuk siswa agar mematuhi peraturan sekolah dan memberikan motivasi dan penghargaan bagi siswa yang mematuhi peraturan sekolah. Keempat mandiri yaitu kegiatan ekstrakurikuler seperti kegiatan pramuka, PMI, olahraga, kesenian, wirausaha, dan melatih peserta didik agar mampu mandiri. Kelima peduli lingkungan peneliti yaitu memungut sampah pada saat masuk lingkungan sekolah dan membersihkan ruang kelas sebelum jam pelajaran pertama dimulai, jumat bersih, memperingati hari-hari peduli lingkungan dengan pembuatan slogan-slogan dan menanam pohon untuk mencegah kerusakan alam. Keenam gemar membaca yaitu banyaknya peserta didik yang memanfaatkan perpustakaan, koridor dan lorong-lorong sekolah sebagai tempat membaca dan belajar. Ketujuh kerja keras yaitu banyaknya slogan-slogan yang menyatakan semangat dan motivasi untuk selalu bekerja keras dan sajian piala sebagai bentuk kerja keras dari warga sekolah. Nilai- nilai budaya yang dikembangkan di SMK Negeri 1 Gorontalo tersebut harus
ditanamkan kepada warga sekolah terutama peserta didik agar peserta didik mempunyai karakter yang positif. Berdasarkan temuan peneliti tentang nilai-nilai budaya yang dikembangkan di SMK Negeri 1 Gorontalo maka nilai budaya yang paling berhasil adalah nilai peduli lingkungan, karena kerjasama warga sekolah yang tinggi untuk menjaga lingkungan sekolah tetap bersih dan ditemukan banyak slogan-slogan yang menggambarkan peduli lingkungan. Selain itu, SMK Negeri 1 Gorontalo mendapatkan penghargaan sekolah lingkungan (Adiwiyata) yang diberikan langsung oleh menteri lingkungan hidup. Nilai budaya yang tidak berhasil adalah nilai disiplin. Upaya sekolah untuk menerapkan disiplin cukup tinggi tetapi masih ada peserta didik yang melanggarnya. Ari Ginanjar dalam (Gunawan 2012:32) menjelaskan setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk pada sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Asma al-Husna (nama-nama Allah yang baik) dan dari sekian banyak karakter yang dapat diteladani dari nama-nama Allah tersebut, ia merangkumnya menjadi tujuh karakter dasar, yakni : jujur, tanggungjawab, disiplin, visioner, adil, peduli dan kerjasama. 5.
Simbol-Simbol Budaya Yang Dikembangkan dalam Pengembangan Budaya Sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo
Sekolah memiliki simbol masing-masing sesuai visi dan misi sekolah, simbol sebagai sarana untuk mengkomunikasikan nilai-nilai kepada warga sekolah sehingga memberikan keunikan tersendiri yang membedakannya dari sekolah lain. Berdasrkan temuan peneliti, simbol-simbol budaya yang dikembangkan di SMK Negeri 1 Gorontalo yaitu display piala, maskot sekolah, logo, motto, piagam penghargaan dan slogan-slogan dan upaya untuk mengimplementasikan simbol-simbol budaya tersebut ditampakkan di dinding sekolah,
piagam penghargaan dan display piala yang dipajang di ruang tunggu agar bisa di lihat oleh warga sekolah. Kurnia (2012:97) mengatakan simbol merupakan bentuk ekspresi dari sekolah yang mengikat banyak orang untuk mencapai suatu tujuan, simbol bisa menyatukan orang dan menghidupkan kebanggaan. Bangunan, display piala, motto, maskot sekolah dan logo merupakan simbol pencapaian sekolah yang dianggap perlu untuk dikomunikasikan karena menggambarkan spirit dan keyakinan dari warga sekolah itu sendiri. Hal ini dipertegas oleh pendapat Masaong dan Ansar (2011:205) bahwa simbol dapat berupa ketersediaan sarana-prasarana yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan sekolah. Semua sarana dan prasarana pendidikan sebagai simbol dari upaya-upaya yang sedang dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. kelengkapan sarana pembelajaran di kelas dan fasilitas penunjang lainnya akan memberikan dampak positif bagi terciptanya budaya sekolah selain itu lingkungan sekolah yang sehat dan kondusif akan memberi dampak terciptanya mutu sekolah secara optimal. 4.
Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Budaya Sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo
4.1
Membangun Sistem Reward Dan Sistem Punishment Pengembangan budaya sekolah hendaknya disertai dengan sistem imbalan meskipun
tidak selalu dalam bentuk barang atau uang. Reward dan punishment juga dapat meningkatkan motivasi guru dan peserta didik untuk hadir tepat waktu pada kegiatan pembelajaran didalam kelas. Oleh karena itu peran kepala sekolah sangat diperlukan agar memperhatikan warga sekolah yang patut diberikan reward dan punishment. Berdasarkan temuan peneliti reward dan punishment yang diberikan yaitu piagam, insentif dan pujianpujian dan pemberian hukuman sesuai jenis dan tingkat kesalahan yang diperbuat seperti melanggar tata tertib sekolah.
Masaong dan Ansar (2012: 206) mengatakan penghargaan sebagai bentuk reward yang diberikan kepada semua guru dan staf baik dalam bentuk uang, promosi, penghargaan dan atau pengakuan akan memberikan motivasi yang kuat bagi terwujudnya budaya yang baik. Sementara penghargaan di sekolah biasa dilakukan dalam bentuk yang sederhana seperti pujian, dorongan dan motivasi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Demikian pula penghargaan dapat diberikan oleh guru-guru kepada para siswanya di kelas. 4.2
Membangun Hubungan Sosial Dan Emosional Membangun hubungan sosial dan emosional sebagai bentuk hubungan kepemimpinan
kepala sekolah yang menekankan pendekatan kecerdasan emosi. Berdasarkan temuan peneliti yaitu kepala sekolah membangun hubungan sosial dan emosional dengan guru staf dan peserta didik melalui : untuk guru dan staf biasanya melakukan rapat mingguan, memberikan supevisi kepada guru, mengadakan arisan keluarga guru dan staf, begitu pula dengan siswa, kepala sekolah membangun hubungan sosial dan emosional melalui bentuk hubungan ketauladanan dan kesejawatan. Masaong dan Ansar (2011:206-207) mengatakan membangun hubungan sosial dan emosional antara guru, peserta didik dan staf yang baik, akan melahirkan budaya sekolah yang sehat bagi terwujudnya proses pendidikan yang berkualitas. Paling tidak tiga komponen sekolah yaitu guru, peserta didik dan staf dapat menciptakan kondisi lingkungan yang produktif. Hubungan ini tentu akan lebih bermakna apabila kepala sekolah memberikan apresiasi yang positif terhadap semua proses pendidikan di sekolah. Untuk itulah tugas dan tanggungjawab kepala sekolah akan besar pengaruhnya bagi terwujudnya hubungan sosial dan emosional yang sehat. 5.
Hambatan-Hambatan dalam Pengembangan Budaya Sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo
Setiap perubahan ke arah perbaikan yang akan dilakukan oleh suatu organisasi termaksud organisasi sekolah pasti ada faktor penghambatnya. Faktor penghambat biasanya bersumber dari internal sekolah maupun eksternal sekolah. 5.1
Kendala Internal Temuan dalam penelitian tentang kendala internal yang dihadapi oleh sekolah
meliputi : komitmen yang susah dibangun karena banyaknya peserta didik, seperti ada empat orang peserta didik yang dikeluarkan karena kedapatan membawa minuman keras di lingkungan sekolah dan juga masih ada peserta didik yang melanggar tata tertib sekolah, baik dari disiplin berpakaian maupun disiplin waktu. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi belajar yang diberikan kepada peserta didik tersebut seperti yang dikemukakan (Ahmadi, 1991 : 79) motivasi memegang peranan penting dalam proses belajar. Motivasi berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Seseorang yang motivasinya lemah tampak acuh tak acuh terhadap pelajaran, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran dan sering meninggalkan pelajaran yang mengakibatkan kesulitan dalam belajar maupun kurangnya kesadaran pada hal-hal yang lain. 5.2
Kendala Eksternal Temuan dalam penelitian tentang kendala eksternal yang dihadapi oleh sekolah
meliputi : dukungan dari orang tua yakni kurangnya perhatian keluarga terhadap penanaman nilai-nilai keagamaan pada peserta didik dan lingkungan pergaulan peserta didik di masyarakat juga ikut menghambat. Hal menunjukkan bahwa faktor ekonomi keluarga juga ikut menghambat, dimana peserta didik sering tidak masuk sekolah karena tidak mempunyai uang transportasi dan minimnya pendidikan keagamaan yang diberikan orang tua kepada anaknya sehingga peserta didik sering terjerumus pada hal-hal yang merugikan mereka seperti miras dll.
Hal ini didukung oleh pendapat Hasbullah (1996 : 89) tugas utama keluarga dalam pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabi’at anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga lain.
Pembahasan diatas secara keseluruhan diperjelas dengan peta konsep berikut ini :
Penguatan visi dan misi dalam mengartikulasikan kepada warga sekolah
Visi dan misi sekolah Artikulasi visi dan misi
Program jangka panjang / pendek
Religius
ENGEMBANGAN BUDAYA SEKOLAH DI SMK NEGERI 1 GORONTALO
Toleransi Disiplin Nilai-nilai budaya yang dikembangkan
Mandiri Peduli Lingkungan Gemar membaca Kerja keras
Implementasi Budaya Sekolah
Simbol-simbol budaya yang dikembangkan
Peran kepala sekolah dalam pengembangan budaya sekolah
Hambatan-hambatan dalam pengembangan budaya sekolah
Display piala, piagam penghargaan, logo, sloganslogan, maskot sekolah
Membangun sistem reward / punishment Membangun hubungan sosial dan emosional
Kendala internal Kendala eksternal
Gambar 4.6. Peta konsep nilai-nilai budaya yang di kembangkan di SMK Negeri 1 Gorontalo
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan Berdasarkan pemaparan data serta hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut : 1. Penguatan visi dan misi dalam mengartikulasikan kepada warga sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo melalui program jangka panjang dan program jangka pendek yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sekolah seperti intrakulrikuler dan ekstrakurikuler. Kepala sekolah mengartikulasikan visi dan misi sekolah kepada warga sekolah melalui upacara bendera, tahun ajaran baru dan rapat yang dilakukan dengan orang tua peserta didik, hal ini dilakukan agar semua komponen sekolah mengetahui, memahami dan menerapkan apa yang menjadi visi dan misi sekolah. 2. Nilai-nilai budaya yang dikembangkan di SMK Negeri 1 Gorontalo antara lain (1) Nilai Religius meliputi 5 S ( senyum, sapa, salam, santun dan salawat), berdoa sebelum dan
sesudah belajar, sholat Dzuhur dan jumat di sekolah dan memperingati hari-hari besar keagamaan seperti maulid nabi dan isra mi’raj. (2) Nilai Toleransi yakni guru menjadi contoh yang baik bagi peserta didik, mengajarkan pada peserta didik pentingnya nilai toleransi, saling menghormati dan menghargai antar umat beragama, menghargai pendapat orang lain dan saling membantu tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, dan golongan. (3) Nilai Disiplin meliputi disiplin waktu, disiplin berpakaian, disiplin atribut, mematuhi peraturan sekolah dan memberikan penghargaan bagi warga sekolah yang mematuhi peraturan sekolah. (4) Nilai Mandiri dilakukan melalui kegiatan-kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler seperti kegiatan PMI, pramuka, mengerjakan tugas tanpa bantuan orang lain dan melatih peserta didik agar mampu mandiri. (5) Peduli Lingkungan dilakukan dengan memungut sampah ketika sudah berada di lingkungan sekolah dan sebelum pelajaran pertama di mulai dan juga peserta didik ikut serta dalam pembuatan slogan-slogan peduli lingkungan. (6) Gemar Membaca dilakukan dengan menghimbau kepada peserta didik untuk menambah wawasan dengan selalu membaca buku, peserta didik diarahkan ke perpustakaan untuk belajar, membaca dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru . (7) Kerja Keras dilakukan dengan cara peserta didik bersaing untuk mendapatkan juara kelas, penghargaan dan pembuatan slogan-slogan 3. Simbol-simbol budaya yang dikembangkan di SMK Negeri 1 Gorontalo antara lain display piala, logo, motto, slogan-slogan, maskot sekolah dan piagam penghargaan. Simbol-simbol tersebut
mengandung nilai persaudaraan, persatuan, keberanian,
ketaqwaan, keimanan, kemandirian, dan disiplin yang tinggi. 4. Peran kepala sekolah dalam pengembangan budaya sekolah antara lain (1) membangun sistem reward dan punishment seperti piagam, pujian-pujian, bahkan insentif untuk memberikan motivasi kepada warga sekolah, begitupun sebaliknya jika melanggar akan diberikan sanksi dan hukuman diberikan sesuai dengan jenis dan tingkat kesalahan yang
diperbuat. (2) membangun hubungan sosial dan emosional melalui rapat mingguan, rapat informal, hubungan kesejawatan, hubungan ketauladanan, keagamaan, kekeluargaan, arisan keluarga dengan guru dan mengunjungi guru dan staf yang sedang sakit. 5. Hambatan-hambatan dalam pengembangan budaya sekolah antara lain (1) kendala internal dalam pengembangan budaya sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo yaitu sulitnya membangun komitmen dengan peserta didik sehingga berimbas pada nilai kedisiplinan dan nilai religius seperti penegakan disiplin, melanggar aturan sekolah seperti merokok. (2) kendala eksternal yang dihadapi SMK Negeri 1 Gorontalo yaitu kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya, kemana dan apa saja yang mereka lakukan setelah pulang sekolah karena peserta didik lebih banyak di lingkungan keluarga dan masyarakat daripada di lingkungan sekolah.
B. Saran-Saran Berdasarkan simpulan data diatas dapat dikemukakan beberapa saran untuk beberapa pihak sebagai berikut:
1.
Untuk kepala sekolah, dapat mempertahankan budaya sekolah yang telah berkembang dan berusaha mengembangkan nilai-nilai budaya sebagai ruh bagi kegiatan pendidikan di sekolah dan lebih meningkatkan kemampuan manajerial dalam pengembangan budaya sekolah sehingga terjadi peningkatan kualitas secara berkesinambungan.
2.
Guru mata pelajaran pertama agar lebih memperhatikan peserta didik yang melanggar aturan sekolah baik itu disiplin waktu maupun disiplin berpakaian dan tanggungjawab untuk mengembangkan budaya sekolah merupakan tanggungjawab semua tenaga pendidik dan semua warga sekolah, bukan hanya wali kelas atau guru jam pelajaran pertama
3.
Orang tua wajib memberi dukungan penuh dan meningkatkan peran dan tanggungjawab terhadap pendidikan anaknya dan meningkatkan pengawasan dan kewaspadaan terhadap perkembangan akhlak dan perilaku anak.
4.
Untuk dinas pendidikan, dapat kiranya memberikan perhatian yang besar terhadap pengembangan budaya di sekolah sehingga setiap sekolah dapat mengembangkan budaya sekolah dengan baik dan meningkatkan partisipasi dan keterlibatannya dengan memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada kegiatan-kegiatan pengembangan budaya sekolah.
5.
Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut yang mampu mengungkapkan lebih dalam tentang budaya sekolah sehingga apabila ada aspekaspek pengembangan budaya yang belum tercakup dalam penelitian ini dapat disempurnakan oleh peneliti selanjutnya.