suara mereka foreword Kata sambutan dari kepala PP INSW selaku Pemimpin Umum INSW Magz
03
48
Menampilkan opini beberapa tokoh yang patut disimak: Mochamad Ardi, Soekarwo, dan Benny Soetrisno
main portal Bicara INSW berarti juga bicara Indonesia Single Risk Management (ISRM). Karena dari sinilah percepatan layanan dan efisiensi biaya ditentukan.
@ the moment
04
52
teropong INSW LARTAS, Yang jelas, Larangan yang dikeluarkan, harus tetap diawasi dan dapat memberikan manfaat bagi negara.
Mozaik galeri yang merangkum peristiwaperistiwa yang terjadi di lingkungan PP INSW
pojok regulasi
26
60
Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK-6/PMK.010/2017 tanggal 26 Januari 2017 tentang Penetapan Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor.
perspektif INSW mulai diterapkan secara mandatory di Pelabuhan Belawan sejak tahun 2009. Sistem INSW telah membantu percepatan proses impor-ekspor.
oase
40
64
Jendela wawasan yang membagikan pengetahuan, inspirasi dan ide-ide yang akan memperkaya khazanah wawasan.
PE M IM P IN U MU M: Djadmiko P EMIMP IN R EDA K S I : Harmen Sembiring WA K I L P E M I M PI N R E DA K S I : Andrie Kriesniawan RE DAKTUR: Maulana Ali, Ali Manshur, Damar Wijayanto, Tatiana JP F OTO G R AF E R : Ibrahim Ghozi S E K R E TAR I AT: Budiyanti AL AMAT RE DA K S I: PP INSW, Gedung Sarana Jaya 3, Jl. Rawamangun No. 59C, Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat Telp. 021-2148 0000 / 2148 0001 / 2148 0002 (Hunting). Majalah Ini dapat diakses melalui www.insw.go.id
DJADMIKO Kepala PP INSW
waktu edikasi sebuah negeri bisa dilihat bagaimana negeri
itu menggunakan waktunya untuk membangun peradaban bangsa. Waktu menjadi indikator paling penting untuk mengetahui seberapa besar dedikasi diberikan. Di sinilah Presiden JOKO WIDODO sejatinya ingin berdiri. Dwelling time yang berhasil diturunkan dari 5 hari ke 3 hari dirasakan masih belum memadai bagi sebuah dedikasi. Presiden meminta waktu sandar di pelabuhan dalam kegiatan ekspor impor lebih dipersingkat lagi menjadi 2 hari. Ketika waktu dipertaruhkan sebagai indikator utama maka efisiensi menjadi kata kunci berikutnya. INSW telah mendeklarasikan dirinya sebagai lembaga yang bekerja dengan jargon efisiensi, transparansi, konsistensi dan simplifikasi. Itu artinya pertaruhan berikutnya adalah bagaimana INSW bekerja secara sistemik agar dapat ikut berperan menciptakan efisiensi untuk menurunkan dwelling time dari 3 hari menjadi 2 hari.
Di sinilah Indonesia Single Risk Management (ISRM) bukan hanya dibutuhkan tetapi akan menjadi salah satu pijakan penting menuju efisiensi tersebut. Sistem pengelolaan manajemen risiko secara terintegrasi akan menjadi sebuah keniscayaan untuk menekan dwelling time menjadi lebih singkat lagi. Penerapan manajemen risiko bukan kali ini saja dilakukan. Sebagai contoh, di jajaran Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, penerapan manajemen risiko sudah menjadi kewajiban dalam kegiatan sehari-hari. Pelaku usaha yang berisiko rendah akan mendapatkan pelayanan dan pengawasan yang lebih cepat dibandingkan dengan pelaku usaha yang punya risiko ringgi. Manajemen risiko akan mengenali dan mengetahui secara presisi tingkat risiko setiap pelaku usaha. ISRM akan mengelola semua risiko aktivitas ekspor impor secara nasional yang melibatkan berbagai kementerian dan lembaga secara sistematis dan terintegrasi.
Indonesia tak akan berhenti membangun bangsa dan negara ini. Dengan sekuat tenaga, dengan berbagai sumber daya, beragam cara dan terobosan. Juga komitmen dan kesungguhan yang besar.
f ore word
D
ISRM sesungguhnya adalah sebuah dedikasi untuk membangun negeri ini dengan cara mengenali, mengetahui dan memahami berbagai risiko dan mengelolanya agar terhindar dari dampak risiko tersebut. Dedikasi inilah yang sedang diterapkan dalam mengelola risiko dalam kegiatan ekspor impor. Edisi kali ini, redaksi menyuguhkan bagaimana sesungguhnya ISRM didefiisikan dan diterjemahkan dalam pelaksanaan. Sejumlah ahli dan praktisi serta regulator dimintai pendapatnya untuk memberi gambaran lebih lengkap dan komprehensif. Selamat membaca.
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
3
Oleh:
Hari S. Noegroho Deputi I PP INSW, Kementerian Keuangan
ISRM:
Kendali Risiko
4
DWELLING TIME masih menjadi isu penting tim ekonomi di bawah kendali Presiden JOKO WIDODO. Sebagai pintu gerbang pertama, di sinilah sejatinya, wajah Indonesia dipertaruhkan. Upaya peningkatan level Indonesia sebagai negara yang mudah dalam melakukan kegiatan bisnis tidak lepas dari bagaimana arus keluar-masuk barang ditangani dengan cepat. Bicara DWELLING TIME tidak bisa tanpa membicarakan INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW). Bicara INSW berarti juga bicara INDONESIA SINGLE RISK MANAGEMENT (ISRM). Karena dari sinilah percepatan layanan dan efisiensi biaya ditentukan.
ISRM
ma in porta l
di Satu Pintu menawarkan single identity bagi pelaku usaha untuk menjalani proses bisnis. Identitas tunggal ini
memungkinkan terjadinya peningkatan efisiensi layanan dan efektivitas pengawasan dalam proses ekpor-impor. Sebelum ISRM dioperasikan, masing-masing Kementerian/Lembaga memiliki aturan sendiri, yang seringkali tumpang tindih, redundant, atau duplikatif. ISRM adalah pintu bagi penyederhanaan prosedur dan perizinan, dimana sinergitas adalah anak kuncinya. Dalam setiap transaksi perdagangan selalu memunculkan risiko. Risiko bukan untuk dihindari tetapi dikelola. Manajemen risiko adalah kegiatan identifikasi area risiko, dan mengukur nilai setiap area risiko yang ada di balik suatu kegiatan. Identifikasi ini akan mempermudah pencegahan risiko yang tidak dikehendaki, atau mencapai tujuan kegiatan dengan risiko sekecil mungkin. Kegiatan Manajemen risiko sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan sehari-sehari yang kerap dilakukan siapa saja. Hanya saja, tidak disadari bahwa tindakannya merupakan bagian dari manajemen risiko.
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
5
Perkembangan ilmu manajemen
Dalam melaksanakan INSW,
layanan tanpa membedakan
telah mendorong manfaat
mengintegrasikan seluruh
tingkat risiko yang dihadapi.
manajemen risiko untuk
layanan ekspor-impor, banyak
mengamankan proses manajemen.
ditemukan perbedaaan tata
Untuk menyetarakan proses
Dengan memanfaatkan informasi
kelola layanan di antara instansi
layanan tersebut diperlukan
historis sebagai dasar untuk
pemerintah peserta INSW.
peningkatan kesetaraaan
melakukan analisa risiko,
Perbedaan ini mengakibatkan
kualitas dan kecepatan layanan
manajemen risiko mampu
pada ketidaksetaraan kualitas
dengan menerapkan perbedaan
mencegah kemungkinan terjadinya
dan kecepatan layanana di antara
prosedur layanan dan percepatan
risiko ataupun mempersiapkan
instansi peserta INSW. Umumnya
pembuatan keputusan. Pembedaan
solusi pencegahan kerugian apabila
ketidaksetaraan terjadi akibat
berdasarkan hasil integrasi terapan
risiko terjadi. Berkembangnya
proses layanan tidak membedakan
manajemen risiko dari instansi.
pengunaan Teknologi Informasi
siapa yang dilayani dan risiko
dan Komunikasi (TIK) dalam
transaksi yang diproses. Akibatnya,
Untuk menerapkan manajemen
manajemen, menyebabkan
semua eksportir-importir, atau
risiko di semua instansi peserta
terapan manajemen risiko bisa
setiap jenis transaksi berlaku
INSW diakui tidak mudah. Banyak
dipermudah. Otomasi proses
standar proses dan pembuatan
batasan yang harus diatasi agar
manajemen risiko menyatu dalam
keputusan yang sama. Kinerja
manajemen risiko di semua instansi
Manajemen Sistem Informasi.
layanan akan sama untuk semua
peserta INSW dapat dilaksanakan.
Manajemen risiko yang semula lebih dimanfaatkan sebatas untuk menilai kemungkinan risiko suatu kegiatan usaha— diperlukan untuk pencegahan risiko dan mempersiapkan solusi apabila risiko terjadi—akhirnya berkembang menjadi solusi untuk mempermudah dan mempercepat proses pembuatan keputusan. Percepatan pembuatan keputusan bisa diotomasi dengan memanfaatkan informasi basis pengetahuan (knowledge base) yang dihasilkan dari proses identifikasi dan penilaian risiko dalam Management Information System (MIS). Dengan terbentuknya knowledge base, proses pembuatan keputusan akan dapat dipercepat dengan mutu keputusan yang standar. Ini dapat membantu percepatan layanan dengan kualitas standar.
6
"Diperlukan integrasi manajemen risiko agar diperoleh hasil penilaian risiko yang bisa disepakati oleh seluruh instansi." — H a r i S . N oeg r oh o
Batasan-batasan yang sering dijumpai di antaranya terkait SDM yang tidak paham tentang manajemen risiko. Satuan kerja pelaksana manajamen risiko agar dikelola secara berkeinambungan juga tidak utuh dimengerti. Instansi peserta INSW memiliki fokus (concern) berbeda dalam menerapkan manajemen
INTEGRASI MANAJEMEN RISIKO
risiko di setiap instansi. Hal ini terjadi karena masing-
I
masing instansi memiliki tugas dan fungsi berbeda.
ntegrasi manajemen risiko akan menjadi mudah bila dilaksanakan untuk kepentingan satu entitas dengan concern yang sama. Sebab,
manajemen risiko berjalan
concern yang sama. Dengan begitu, akan diperoleh nilai risiko yang
optimal, tindakan yang harus
sama untuk digunakan oleh semua pihak. Namun, dengan INSW
dilakukan adalah melengkapi
yang terdiri dari banyak entitas K/L, sementara concern berbeda,
semua instansi dengan SDM
diperlukan integrasi atas hasil manajemen risiko di masing-maing
dan organisasi kerja pelaksana
entitas dengan knowledge base yang dihimpun di setiap entitas.
ma in porta l
untuk semua entitas dapat dikembangkan satu knowledge base dengan
Untuk menjamin pelaksanaan
menajemen risiko. Kemudian, mempersiapkan manajamen
Dengan integrasi hasil penilaian risiko, maka hasil integrasinya dapat
risiko di masing-masing
mewakili tingkat risiko dari semua K/L berdasar pertimbangan dari banyak
instansi, sesuai dengan concern
sudut analisa dengan concern yang berbeda. Untuk dapat mengintegrasikan
masing-masing instansi.
manajemen risiko di INSW diperlukan tiga tahapan proses ISRM, yaitu:
Perbedaan concern yang ada dari masing-masing
instansi akan menyebabkan kemungkinan perbedaan hasil analisa. Karenanya, diperlukan integrasi manajemen risiko agar diperoleh hasil penilaian risiko yang bisa disepakati oleh seluruh instansi untuk dipergunakan sebagai acuan bersama. Ini penting agar tercapai kesetaraan perlakuan, proses layanan dan kecepatan pembuatan keputusan berdasar data yang akurat di semua instansi peserta INSW.
Implementasi manajemen risiko di setiap K/L peserta INSW. Agar bisa diintegrasikan, diperlukan penggunaan sumber data sama untuk dianalisa sesuai dengan concern masingmasing. Sehingga bila kemudian hasilnya diintegrasikan dapat dijamin berasal dari objek risiko yang sama.
Menghimpun semua nilai atas setiap area risiko yang menjadi concern dari semua K/L ke Portal INSW, untuk digabungkan sebagai single risk reference atas setiap area risiko.
Melakukan normalisasi/ harmonisasi berdasar risk variance atas nilai risiko antar K/L dari setiap area risiko, untuk dapat menjadi nilai risiko bersama.
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
7
terapan INSW, secara institusi, setiap K/L dapat menentukan sendiri tingkat risiko layanan maupun prosedur yang berlaku. Sayangnya, kesetaraan layanan di semua instansi peserta INSW memerlukan penyetaraan penilaian risiko agar ada kesetaraan layanan, oleh karenanya diperlukan
"Atas dasar nilai risiko, setiap transaksi layanan dapat dilaksanakan segmentasi prosedur untuk penyesuaian proses layanan dengan nilai risiko yang berlaku."
integrasi nilai risiko bersama. Dalam layanan INSW, ada tiga kelompok layanan yang memerlukan dukungan hasil integrasi manajemen risiko atau ISRM. Yaitu, jasa layanan dokumen
Dengan ketiga tahap ISRM tersebut
terjadi—maka, nilai risiko pelaku
eksport-impor, jasa pemeriksaan
akan diperoleh nilai risiko bersama
usaha tidak lagi dipergunakan dan
yang dapat dipermudah dengan
yang menjadi dasar bagi semua
dijalankan. Analisa risiko transaksi
memperhatikan nilai risiko
K/L untuk menetapkan jenis
nilainya bisa berbeda dengan nilai
berdasar profile pelaku ekspor-
segmentasi proses dan keputusan
risiko pelaku ekspor-impor.
impor. Dan, pergerakan barang,
agar layanan bisa dipercepat
yang sangat tergantung pada risiko
bagi Penerima Layanan dan
Terapan manajemen risiko
komoditi yang dipindahkan. Fase
Transaksi yang berisiko rendah.
dalam layanan INSW hanya dapat
ini tidak memerlukan integrasi
dilaksanakan oleh K/L peserta
risiko karena diselenggarakan
Dalam melaksanakan layanan
ISRM, bila terapan ISRM sudah
oleh satu entitas sejenis yaitu
dikenal adanya dua kelompok
menghasilkan area dan nilai
operator pelabuhan. Dengan
pemanfaatan nilai risiko: Risiko
risiko bersama hasil analisa
memperhatikan profile transaksi
yang melekat pada pelaku ekspor-
risiko. Lantas, bagaimana
sama dengan profile historis dari
impor dan risiko transaksi eksport-
manajemen Risiko, yang umumnya
pelaku ekspor-impor, maka berlaku
impor. Risiko pelaku ekspor-impor
dipergunakan dalam minimalisasi
nilai risiko hasil integrasi. Bila tidak
dibuat berdasar historical profile
risiko usaha atau merencanakan
diperlukan analisa risiko transaksi,
pelaku ekspor-impor. Untuk itu,
solusi bila risiko terjadi, dapat
berdasar rumusan yang ditentukan
diperlukan data profile pelaku
dipergunakan dalam layanan?
untuk menilai risiko transaksi
ekspor-impor sebagai pelengkap
yang hasilnya bisa berbeda dengan
nilai risiko yang melekat pada
Relasi antara risiko dan layanan
masing-masing pelaku usaha.
bisa diawali dari sudut pandang
Risiko transaksi merupakan
“bahwa tidak semua kegiatan
Atas dasar nilai risiko, setiap
kombinasi area risiko yang akan
yang dilayani mengandung risiko”.
transaksi layanan dapat
berlaku sama dengan risiko
Sebenarnya bagi kegiatan yang
dilaksanakan segmentasi prosedur
pelaku usaha. Ini terjadi bila profile
diketahui berisiko rendah dapat
untuk penyesuaian proses layanan
transaksi, sama dengan profile
meminimalisir prosedur dan
dengan nilai risiko yang berlaku.
risiko yang tercatat dalam data
kemudahan proses pembuatan
Sehingga seluruh tindakan
pelaku usaha. Jika ditemukan
keputusan. Dengan begitu layanan
petugas atau otomasi proses
perbedaan profile atau ada faktor
menjadi efisien, cepat dan bisa
dilaksanakan dan dilindungi
dari area risiko lain—sesuai
dipertanggung-jawabkan karena
sesuai ketentuan dengan sistem
dengan transaksi layanan yang
didukung dengan data. Dalam
dan prosedur yang berlaku.
8
nilai risiko pelaku ekspor-impor.
RENCANA JANGKA PANJANG
M
elaksanakan ISRM secara lengkap tidak mungkin bisa
mungkin dilaksanakan lengkap
dilaksanakan dengan cepat. Banyak batasan yang harus
dalam waktu singkat, sementara
diselesaikan agar ISRM dapat dijalankan secara profesional di semua
kebutuhan ISRM untuk layanan harus
K/L. Namun, mengingat kebutuhan terapan ISRM sangat penting
bisa dilaksanakan segera. Untuk itu
bagi peningkatan layanan ekspor-impor saat ini, maka tidak mungkin
diperlukan adanya cetak biru sebagai
implementasi awal ditunda dan harus bisa dilaksanakan secepatnya.
panduan pelaksanaan ISRM jangka panjang di semua K/L dan INSW. Dan,
Agar tidak lepas dari tujuan ISRM,
untuk diolah menjadi satu penilaian
untuk memenuhi kebutuhan sesuai
diperlukan cetak biru atau Road Map
risiko bersama di semua K/L
rencana kerja tahunan diperlukan
ISRM lengkap untuk pelaksanaan
peserta ISRM. Dengan adanya nilai
strategi dan kebijakan sebagai
jangka panjang. Supaya ISRM segera
risiko bersama maka K/L pengguna
panduan pelaksanaan yang segera
dapat diterapkan, diperlukan strategi
ISRM bisa menetapkan segmentasi
dpaat dilakukan, tanpa terikat pada
percepatan implementasi dengan
prosedur yang berlaku dibagi setiap
keterbatan yang diketemukan.
solusi inovatif yang bisa dijalankan.
peringkat risiko, sehingga semua Untuk implementasi ISRM jangka
Dari ketiga tahapan terapan ISRM,
layanan oleh petugas terlindungi
pendek, maka batasan data dan
ada dua hal yang sulit dipenuhi
secara hukum.
terapan manajemen risiko internal
dalam jangka pendek, yaitu :
K/L diatasi sementara dengan terapan Agar tujuan akhir pelaksanaan
analisa kualitatif. Makudnya agar
ISRM berjalan secara profesional,
segera diperoleh kesepakatan risiko
perencanaan jangka panjang dalam
bersama antar K/L. Untuk dapat
cetak biru ISRM diperlukan sebagai
mempercepat layanan—berdasar
panduan implementasi ISRM
pada tingkatan risiko dalam terapan
tahunan. ISRM sebagai terapan
ISRM—diperlukan pengaturan
Integrated Risk Management antar
prosedur layanan dan pemeriksaan
SDM dengan kemampuan melaksanakan analisa risiko dan organisasi pelaksana kegiatan rutin operasional dalam menjalankan manajemen risiko ditingkat K/L, yang belum dimiliki oleh banyak K/L.
K/L/ pemerintah sangat diperlukan
yang berlaku sesuai tingkat risiko.
untuk menjadi dasar penentuan
Selanjutnya, hal ini menjadi menjadi
sistem dan prosedur dalam layanan
dasar hukum atas tindak layanan dan
maupun pemeriksaan pada proses
pemeriksaan yang harus dilaksanakan
ekspor-impor. Percepatan dan
oleh Petugas berdasar peringkat
efisiensi layanan diperoleh dari
Risiko transaksi hasil ISRM
Untuk solusi cepat terapan ISRM,
dengan tingkat risiko bersama
Untuk memenuhi rencana jangka
kedua keterbatasan tersebut
hasil ISRM. Semakin rendah risiko
panjang, dalam perencanaan kerja
dapat dihindari sementara waktu.
yang diijalankan, prosedur semakin
tahunan perlu dibuat realisasi dari
Caranya, dengan menjalankan
minimal agar layanan bisa dipercepat.
tahap-tahap implementasi sesuai
proses analisa risiko kualitatif bagi
Semakin tinggi risiko, dapat dilakukan
cetak biru. Sehingga, secara bertahap
pelaku ekspor-impor yang bisa
pengawasan yang lebih ketat.
ISRM akan di implementasikan
Penyediaan data realisasi ekspor-impor nasional secara time series, terstruktur siap untuk dipergunakan sebagai analisa risiko oleh seluruh K/L, berikut fasilitas pendukung kemudahan analisa risiko bagi seluruh K/L.
adanya segmentasi prosedur sesuai
diberikan prioritas berdasar tingkat kepatuhan dan profil kegiatannya.
sesuai kaidah standar manajemen Dengan terapan ISRM dan
risiko yang berlaku. Mengingat ISRM
segmentasi prosedur layanan
hanya bisa dijalankan pada sistem
Hasil analisa risiko kualitatif berikut
maupun pembuatan keputusan
elektronik, maka semua K/L peserta
profile pelaku usaha yang dibuat
dalam proses ekspor-impor,
INSW harus ikut melaksanakan
oleh semua K/L peserta ISRM
maka percepatan layanan dapat
proses secara elektronik, walaupun
(BPOM, Karantina dan Bea Cukai)
terlaksana tanpa mengurangi unsur
bila terpaksa mempergunakan web-
diperlakukan sebagai hasil tahap
pengawasan dan keamanannya.
entry di Portal INSW. Karena tanpa
pertama. Selanjutnya, disatukan
Kompleksitas dan batasan dalam
data elektronik maka ISRM tidak
dalam Single Stakeholder Information
terapan ISRM sebenarnya tidak
mungkin dijalankan.
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
9
ma in porta l
upaya mempercepat kegiatan
Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Diperlukan Antisipasi Risiko dari Gerakan Produk yang Dinamis 10
T
antangan berat yang dihadapi Indonesia saat berkompetisi di lingkungan global adalah persoalan inefisiensi. Hal ini dapat
berdampak pada buruknya persepsi investor yang ujungnya adalah keputusan untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Dalam laporan survei terakhir Bank Dunia, Oktober 2016, tingkat kemudahan berusaha di Indonesia (Ease of Doing Business/EODB) berada pada posisi 91. Posisi ini naik 15 peringkat dari sebelumnya 106. Kenaikan terbesar dalam sejarah penilaian EODB di Indonesia. Sebuah prestasi yang layak disyukuri. Namun begitu, tidak berarti lantas berpuas diri. Indonesia saat ini masuk jajaran top reformers bersama Kazakhstan. Kedua negara ini dinilai sukses mereformasi tujuh indikator, yaitu: starting a business, getting electricity, registering property, getting credit, paying taxes, trading cross borders, dan enforcing contracts. Di tengah prestasi itu, Presiden JOKO WIDODO malah menargetkan Indonesia harus dijawab oleh Kementerian/Lembaga. Sejumlah rencana aksi harus segera disiapkan, tidak terkecuali INSW yang bertopang pada kesuksesan dari pelaksanaan Indonesia Single Risk Management (ISRM). Tujuan akhir dari ISRM adalah membentuk pola pengelolaan risiko bersama antar Kementerian/Lembaga (K/L). Pada titik ini, masing-masing K/L dapat mengambil peran sesuai tugas dan fungsinya secara harmonis dan terintegrasi. Sehingga menjadi jelas, siapa melakukan apa, siapa bertanggungjawab terhadap apa. Proses ISRM dapat dianalogikan seperti proses produksi ban berjalan. Hasil pekerjaan (output) satu
DR Ir. Rina Msi. Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM)
K/L akan menjadi bahan (input) bagi K/L lain dalam satu rangkaian sistem IT INSW. Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) DR. IR. RINA Msi kepada INSWMagz mengatakan, BKIPM telah membentuk tim internal untuk penerapan manajemen risiko di BKIPM. Selain itu, BKIPM juga tengah menyusun Peraturan Menteri terkait penerapan manajemen risiko. Bahkan, 20 Unit Pelaksana Tugas (UPT) Karantina Ikan saat ini sudah menggunakan sistem INSW dan memanfaatkan informasi yang ada di INSW. Penerapan manajemen risiko, menurut Rina, dalam operasional sebenarnya sudah berjalan di Karantina Ikan. “Karena fokus utama kita di produk, maka kita melakukan pengelompokan produk menjadi yang low risk dan high risk. Mekanisme pengawasannya dilakukan sejak awal melalui analisa perusahaan dan pemanfaatan instalasi karantina di 20 UPT tersebut,” tegas Rina.
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
11
ma in porta l
masuk 40 besar dunia dalam kemudahan berusaha. Sebuah tantangan yang
Kegiatan di BKIPM sekitar 90 persen pengawasan Karantina Ikan adalah terkait dengan ekspor. Sedangkan, impor hanya 10 persen. Kegaitan tersebut, dilakukan dengan proses yang tergolong cepat, yakni rata-rata hanya sekitar 0,03 hari. Saat ini, K/L yang relatif paling maju dan terstruktur dalam menerapkan manajemen risiko adalah Bea dan Cukai. Menanggapi keraguan yang muncul, apakah pendekatan manajemen risiko di Bea dan Cukai dapat diadopsi di BKIPM, Rina mengakui, tidak semua yang dipakai Bea dan Cukai cocok dengan BKIPM. Pasalnya, BKIPM memiliki spesifikasispesifikasi yang menjadi fokus pengawasan BKIPM. Pendekatan manajemen risiko Bea Cukai menggunakan ERNA (EXISTANCE, RESPOSIBILITY, NATURE OF BUSINESS). Sedangkan, pendekatan BKIPM harus dimulai dari komoditasnya, yakni ikan atau memenuhi SJMKHP atau tidak hasil perikanan. “Apakah komoditas tersebut legal atau tidak, apakah ikannya boleh nggak dikeluarkan dari Indonesia, memenuhi SNI atau tidak. Itu concern kita untuk ekspor. Sedangkan untuk impor, ikan invasive otomatis tidak boleh diimpor. Artinya, risikonya sangat tinggi,” terang Rina. Intinya, lanjut Rina, komoditas, kualitas, legalitas dan baru kemudian perusahaanya. Indikator risiko bergerak di aspek-aspek tersebut. Bea dan Cukai berfokus pada penerimaan negara, sedangkan karantina ikan mengutamakan keberlanjutan dan kualitas. Dari sini dapat
12
disimpulkan: semua instansi memiliki indikator risiko, walaupun starting-nya berbeda satu dengan lainnya. Karena perbedaan inilah, menurut Rina, justru dibutuhkan kerjasama antar K/L. Jika semua informasi yang dibutuhkan sesuai concern (fokus) dan kemudian dapat diintegrasikan dan selalu terupdate, akan sangat berguna bagi kesuksesan ISRM dan pelaksanaan di masing-masing K/L. Mengenai kemungkinan BKIPM menggunakan profil pelaku usaha yang saat ini cukup lengkap tersedia di Bea Cukai, menurut Rina, saat ini belum diperlukan. Dalam diskusi-diskusi yang telah dilakukan, awalnya memang mengarah pada penggunaan profil pelaku usaha yang tersedia di Bea Cukai. Namun, belakangan muncul kekhawatiran, yakni terlalu bergantung pada Bea Cukai dalam hal updating. Atas dasar itu, kemudian BKIPM memutuskan untuk membangun profil pelaku usaha sendiri. Profil ini nantinya tetap bisa diintegrasikan dan dibagi dengan K/L lainnya. Seperti pada instansi lainnya, BKIPM yang merupakan bagian dari INSW menginginkan setiap informasi yang dibutuhkan untuk pengawasan dapat terlihat dalam satu jendela INSW. BKIPM menginginkan, selain company profile, ada poin-poin tentang perikanan. Misal, grade perusahaan menurut perspektif Karantina Ikan dan mutu hasil perikanan. Jika semua tersedia di INSW, maka proses pengawasan Karantina Ikan dapat lebih cepat. Sayangnya, saat ini INSW belum memiliki semua itu. Karena itulah, sekali lagi, diperlukan koordinasi dengan K/L untuk menjamin
kelengkapan data. Selain itu, profil perusahaan juga harus update. Untuk itulah, mekanisme perlu diatur. Informasi mengenai regulasi juga harus ada sehingga dapat diketahui mana barang yang boleh keluar dan yang tidak boleh. Rina berpendapat, parameter pengambilan keputusan di BKIPM pada dasarnya sama dengan ERNA di Bea Cuka. Hanya saja, BKIPM ada tambahan faktor-faktor terkait keamanan pangan, serta sumber daya hayati. Jika informasi yang relevan dengan parameterparameter tersebut tersedia, maka akan mempermudah. Hal yang penting lainnya adalah soal historical data transaksi. Umpama ada konsumen prioritas di BPOM, tapi ternyata historical transaksi di Karantina Ikan pernah melakukan ketidakpatuhan, maka status prioritas itu dapat dipertimbangkan ulang. Peran INSW-lah yang menjembatani pembagian informasi tersebut. Keterbukaan antar K/L menjadi sangat penting. Sebab boleh jadi, ada perusahaan yang selain impor ikan, juga impor komoditas lainnya. Pada kasus lainnya, satu produk, namun pengawasannya beririsan lebih dari satu K/L, misal susu yang mengandung minyak ikan. Sesuai amanat Paket kebijakan, sasaran ISRM adalah menurunkan dwelling time. Menurut Rina, bila ISRM berjalan secara lengkap untuk semua komoditas, pengaruh pada dwelling time akan signifikan. Untuk di perikanan, kontribusi Karantina Ikan terhadap dwelling time tidak terlalu besar. Pasalnya, saat ini proses pemeriksaan Karantina Ikan sudah cepat jadi tidak berpengaruh signifikan ke dwelling time.
Pendekatan Karantina Ikan tidak hanya di border, tetapi dari hulu ke hilir sudah dilakukan pangawasan. “Kita ada instalasi karantina ikan. Pengawasan secara rutin bahkan per bulan. Kita punya UPT di seluruh Indonesia yang melakukan pengawasan tersebut. Jadi pada saat pelaksanaan ekspor-impor, beban pengawasannya sudah berkurang, minimal setengah,” terang Rina. Sehingga tidak disadari, BKIPM telah menjalankan risk management. Misalnya, BKIPM sudah memiliki Mutual Recognition Agreement (MRA) dengan negara lain. Ini tak lain adalah pelaksanaan konsep risk management. Sebab, konsep risk management adalah bagaimana membantu pelaku usaha untuk mempermudah pelaksanaan ekspor-impor dengan tidak memperlemah pengawasannya, meski diakui tidak semua produk dapat periksa. Ia memberikan gambaran, jika semua dikategorikan sebagai high risk,
maka prosesnya akan lama. Ada beberapa hal yang tidak disadari sebagai bagian dari manajemen risiko. Pengawasan sebelum barang dikirim dapat dikategorikan sebagai pengurangan/pengelolaan risiko, walaupun tidak dinyatakan eksplisit sebagai manajemen risiko. Selama ini pengertian manajemen risiko dipahami hanya sebatas tindakan di border. Mengenai kemungkinan BKIPM menggunakan profil pelaku usaha yang saat ini cukup lengkap tersedia di Bea Cukai, menurut RIna, itu dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan. BKIPM sendiri memiliki spesifikasi risiko yang juga harus diperhatikan, khususnya risiko komoditas yang erat kaitannya dengan risiko profil pelaku usaha. Sejauh seluruh risiko yang ada dapat dilihat secara menyeluruh tanpa mengabaikan satu sama lain, maka tingkat risiko yang ada dapat dilihat secara menyeluruh tanpa mengabaikan satu sama lain, maka tingkat
risiko dari suati K/L tentu sangat membantu bagi penilaian tingkat risiko di K/L yang lain. Prasyarat pertukaran data tingkat risiko antar K/L tentunya diperlukan keterbukaan dan validitas data yang baik dan transparan dalam tatanan level yang sama antar K/L. “Jadi ini mempermudah pekerjaan petugas di lapangan,” tandas Rina. INSW merupakan bentuk aktualisasi dari good governance karena semua transaksi pelayanan kegiatan ekspor dan impor bisa terstruktur, terukur, terekam dan transparan. Namun dari perspektif Karantina Ikan, pergerakan produk Ikan saat ini sudah sangat mobile. Misal, udang di Perancis, dibudidayakan di Tarakan, dibenihkan di Situbondo, induknya masuk melalui Bandara Soekarno-Hatta Jakarta dari hasil pembudidayaan di Florida. Sehingga, risiko-risiko dari produk tersebut sangat besar dan tantangan pengawasannya sangat besar. Karena itu, BKIPM berharap PP INSW mampu menyediakan sistem yang bisa mengantisipasi risiko-risiko yang muncul akibat pergerakan produk perikanan yang sangat dinamis tersebut. (ALI MANSHUR & MAULANA ALI)
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
13
ma in porta l
"INSW merupakan bentuk aktualisasi dari good governance karena semua transaksi pelayanan kegiatan ekspor dan impor bisa terstruktur, terukur, terekam dan transparan." — D R I r . R i n a M s i .
Wawancara Khusus Kepala Badan Karantina Pertanian
Ir. Banun Harpini MSc
"Yang Paling Utama itu Komitmen Menjalankan ISRM"
I
ndonesia Single Risk Management (ISRM) tidak hanya perlu
INSWmagz: Artinya ISRM mampu
diketahui oleh semua Kementerian/Lembaga (K/L) tetapi juga harus
meningkatkan efisiensi pelayanan dan
diterapkan. Penerapan ini dimaksudkan sebagai upaya meminimalisasi
pengawasan lebih efektif. Bagaimana
risiko terkait kegiatan ekspor impor dan kepabeanan. Bagaimana
output implementasi ISRM ini?
Badan Karantina Pertanian (Barantan) memahami ISRM ini? Apa yang akan dilakukannya sesuai mandat Paket Kebijakan Ekonomi ke-XI? Berikut ini wawancara majalah INSW Magz dengan Kepala Badan Karantina Pertanian, Ibu IR. BANUN HARPINI, MSI (IBH) INSWmagz: Indonesia Single Risk Management (ISRM) merupakan salah satu poin penting yang disebutkan dalam Paket Kebijakan Ekonomi XI. Bagaimana Ibu memahami ISRM ini ? IBH: Indonesia Single Risk Management (ISRM) merupakan pengelolaan risiko pada kegiatan ekspor impor barang dalam sistem INSW yang dilakukan berdasarkan penerapan identitas tunggal dan penyatuan informasi pelaku usaha. ISRM menjadi landasan profil risiko dan single treatment dalam pelayanan perizinan di Kementerian/Lembaga (K/L). Outcome dari penerapan ISRM adalah penurunan dwelling time dan biaya logistik.
14
IBH: Outputnya dapat dilihat pada dua hal besar yaitu: ISRM harus mampu meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektivitas pengawasan dalam semua proses impor dan ekspor ISRM harus dapat meningkatkan tingkat kepatuhan pelaku usaha dengan perlakuan dan pelayanan yang sama serta jaminan kepastian penyelesaian proses impor dan ekspor.
INSWmagz: Barantan menjadi
tersebut. Di samping itu catatan
penerapan ISRM, Barantan
salah satu lembaga yang menjadi
histori pasca komoditas diintroduksi
telah memiliki Permentan No 5
sasaran uji coba penerapan
pertama kali ke Indonesia, sehingga
Tahun 2017 sebagai revisi dari
ISRM. Apa komentar Ibu?
diharapkan penyakit-penyakit
Permentan Nomor 12 tahun
yang belum eksis keberadaanya
2015. Permentan tersebut telah
di Indonesia akan dapat dicegah
dilengkapi dengan terbitnya
melalui mitigasi risiko ini.
Keputusan Kepala Badan
IBH: Saat ini sistem ISRM memang tengah diujicobakan di 4 (empat) K/L yaitu BC, BPOM, Barantan
Karantina Pertanian mengenai
dan BKIPM sebagai piloting
Pada 2015 lalu guna bersinergi
dalam pengimplementasiannya.
dengan K/L lain yang
Saya justru berterima kasih
dikoordinasikan di dalam
kepada PP INSW yang berperan
sistem INSW khususnya dalam
aktif dalam piloting proyek
pengaturan pengawasan BTKI
INSWmagz: Salah satu
pengembangan sistem ISRM ini dan
2012, telah diterbitkan pula
kendala terbesar saat ini untuk
mengotomasikan proses clearance
Permentan No 12 tahun 2015.
mewujudkan ISRM adalah karena
Karantina melalui sistem INSW.
Salah satu substansinya adalah ada
masing-masing Kementerian/
kategorisasi tingkat risiko komoditas
Lembaga memiliki tingkat
berdasarkan kode HS yang ada.
kematangan yang berbeda dalam
kementerian dan lembaga ini
Kategorisasi itu dibagi menjadi
menjalankan risk management
akan melancarkan proses ekspor
3 kelompok, yaitu: tingkat risiko
komoditas pertanian serta proses
tinggi dengan lama layanan
impor dengan tanpa mengabaikan
paling lama 21 hari, risiko sedang
mengatasi kendala ini?
tugas dan fungsi perkarantinaan.
dengan lama layanan 1-3 hari
IBH: Yang paling utama adalah
dan tingkat risiko rendah dengan
komitmen. Komitmen untuk
lama layanan maksimal 1 hari.
memperbaiki kondisi yang ada.
Saya berharap dengan adanya sistem yang terintegrasi antar
ISRM. Salah satu konsep yang
Pada tahun 2017 ini, sebagai
cukup mengemuka, menyebutkan
legal formal berkenaan dengan
dalam kerangka ISRM.
di internal instansinya. Menurut
ma in porta l
INSWmagz: Ada beberapa konsep
Pelayanan Karantina Pertanian
Ibu bagaimana solusi untuk
Dan kemauan untuk terlibat dalam koordinasi antar K/L, guna
bahwa ISRM dapat diterapkan dengan mempertukarkan informasi risiko antar Kementerian/Lembaga, sehingga keputusan tingkat risiko terhadap suatu pelaku usaha oleh suatu Kementerian/ Lembaga dapat dipengaruhi oleh informasi risiko dari Kementerian/ Lembaga lainnya. Bagaimana penerapan risk manajemen di Barantan sejak diuji coba? IBH: Sebenarnya, jauh sebelum diterapkannya ISRM ini, tugas karantina adalah melakukan mitigasi risiko. Risiko dari masuk dan menyebarnya hama penyakit khususnya bagi produkproduk pertanian impor. Faktor-faktor utama mitigasi risiko karantina adalah jenis komoditasnya serta daerah asal komoditas
"Saya berharap dengan adanya sistem yang terintegrasi antar kementerian dan lembaga ini akan melancarkan proses ekspor komoditas pertanian serta proses impor dengan tanpa mengabaikan tugas dan fungSi perkarantinaan."
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
15
mereview regulasi-regulasi yang
memanfaatkan profile risiko yang
OPTK) di negara asal merupakan
dapat mengakselerasi kondisi ideal
saat ini ada di Bea dan Cukai?
prasarat untuk penerapan
tersebut tercapai. Selanjutnya PP INSW harus memastikan bahwa tingkat kematangan masingmasing K/L dalam menjalankan risk management di internal instansinya telah diukur dan dipetakan dengan indikator dan tata cara yang tepat sesuai dengan tugas, fungsi dan karakteristik
IBH: Dalam konteks ISRM, tentu
ISRM Karantina Pertanian.
diharapkan Indonesia akan
Pemanfaatan Profile risiko
memiliki satu instrumen filtering
yang saat ini ada di Bea dan
yang sama di dalam menilai
Cukai, seharusnya dapat
tingkat risiko guna memperoleh
dilakukan untuk kepentingan
single profilling identity bagi para
penerapan manajemen risiko
importir kita dengan grade yang
yang disesuaikan dengan
telah disepakati dalam ISRM.
tugas, fungsi dan karakteristik pada masing-masing K/L.
masing-masing K/L entitas INSW.
Profil resiko yang dimiliki oleh Bea
Pengukuran tingkat kematangan
dan Cukai sekarang tentu akan
di masingmasing K/L dalam
sangat bagus untuk Bea dan Cukai
INSWmagz: INSW berencana
menjalankan risk management
namun belum tentu sesuai untuk
mengembangkan single submission
berdasarkan indikator kematangan
instansi lainnya. Contoh jalur hijau
yang menjadi platform untuk
agar dilakukan secara berkala.
yang ditetapkan Bea dan Cukai
penerapan ISRM, di samping
belum tentu berbanding lurus
informasi risiko yang dapat diakses
dengan tingkat risiko rendahnya
oleh Kementerian/Lembaga.
karantina. Untuk itu dengan ISRM
Single Submission nantinya
ini, kita bersama akan memiliki
akan menggantikan form-form
IBH: Masing-masing K/L harus
parameter-parameter yang
pengajuan perijinan di Kementerian/
menyusun roadmap dan action
lebih jelas yang lebih baik dalam
Lembaga.Bagaimana pendapat
plan peningkatan kapasitas
bersinergi antar KL dalam single
Ibu terkait rencana tersebut?
di masing-masing K/L dalam
profiling pelaku usaha di Indonesia.
INSWmagz: Apa yang harus dilakukan maaing-masing K/L?
rangka mempercepat terwujudnya
IBH: Harus ada advantages
Concern utama dalam penentuan
bagi pelaku-pelaku usaha yang
tersebut tidak hanya melulu pada
telah memperoleh profilling
pertimbangan faktor fiskal saja,
baik melalui ISRM. Termasuk
namun turut mempertimbangkan
salah satunya penerapan single
pula jenis komoditasnya serta
submission sebagai interface
negara asal komoditas tersebut,
dalam bertransaksi, dengan
sehingga ISRM akan menjadi
demikian mereka tidak perlu
instrumen penting dalam
lagi mengajukan impor deklarasi
perekonomian Indonesia ke depan
ke tiap-tiap K/L, cukup sekali
INSWmagz: Sejauh ini manajemen
tanpa mengabaikan tugas fungsi
saja melakukan permohonan
risiko sudah cukup maju diterapkan
melakukan pencegahan penyebaran
dan sistem harus sanggup
oleh Bea dan Cukai, namun demikian
hama penyakit dan pembangungan
mendistribusikannya secara
faktor risiko yang dinilai oleh Bea
pertanian yang berkelanjutan.
elektronik ke tiap K/L yang terlibat.
dan Cukai tentunya berbeda dengan
Penerapan manajemen risiko pada
Dengan demikian peran single
Badan Karantina Pertanian, selain
submission menjadi penting dalam
berdasarkan profil importir/pelaku
konteks ini. Tentu harus ada
usaha, juga sangat dipengaruhi oleh
perubahan dalam sistem yang
tingkat risiko dari media pembawa/
telah eksis selama ini di setiap K/L,
barang yang akan diimpor serta
termasuk bagi Barantan. Untuk itu
dinamika perkembangan status
Tim INSW segeralah melakukan
penyakit di negara pengimpor.
pendekatan-pendekatan terkait
Bahkan status penyakit (HPHK/
perubahan ini, baik aspek legal
ISRM menuju pada kondisi yang ideal. Agar dilakukan sosialisasi, pendampingan, monitoring & evaluasi dalam mengembangkan ISRM kepada entitas INSW (K/L, Pelaku usaha dan stakeholder lainnya).
Kementerian/Lembaga lainnya. Jadi perusahaan dengan tingkat risiko rendah di Bea dan Cukai tidak serta merta dapat memperoleh treatment khusus dalam proses pengurusan perijinan di Kementerian/ Lembaga. Menurut Ibu, bagaimana seharusnya Kementerian/Lembaga
16
maupun aspek TI-nya, yang membutuhkan waktu di dalam proses penyempurnaannya.
INSWmagz: Peran apa yang diharapkan dari sistem INSW untuk mendukung penerapan ISRM? IBH: Seperti yang selama ini kita ketahui bahwa Sistem INSW adalah sistem yang berfungsi melakukan single proses, single keputusan dan single submission. Tentu sudah
kontainer saja, karena hal itu
INSWmagz: Apa yang
sangat jelas perannya, bukan hanya
sudah bisa diatasi misalnya dengan
perlu dilakukan?
sekedar sebagai “hub”. Dengan kata
pengenaan tarif progresif bahkan
lain sistem INSW harus mampu
secara internal pun karantina
menjadi integrator antar sistem
sudah melakukannya dengan
yang ada sehingga 3 fungsi yang
penerapan Permentan 12 tahun
saya sebutkan itu dapat berjalan
2015 diseluruh pelabuhan impor
optimal. Dalam konteks ISRM,
utama. ISRM harus menjadi rujukan
engine ISRM harus berada di INSW
instrumen bersama baik bagi K/L,
sehingga konkretnya setiap pelaku
pelaku usaha serta pihak terkait
usaha dapat melakukan registrasi
menerus. Setelah itu integrasikan
dalam pemetaan tingkat kepatuhan
engine tersebut dengan aplikasi
perusahaan berdasarkan tingkat
single submission. Dengan demikian
risiko dan menjadi trigger menuju
rangkaian dari hulu sampai hilir
sistem yang lebih efesien,
telah diakomodir dalam sistem
transparan dan akuntabel dalam
INSW. Langkah terakhir adalah
pelayanan ekspor impor, tata kelola
sosialisasi pada dunia usaha
pelabuhan, iklim investasi, serta
dan secara bertahap dilakukan
parameter yang ditetapkan ISRM melalui sistem INSW. Grade hasil penilainya dapat diakses oleh K/L dan publik. Selanjutnya bagi pelaku usaha dengan 2 grade terbaik, (misal sangat patuh dan patuh) secara otomatis akan
pengelolaan logistik di tanah air.
dilayani transaksinya via Single Submission. Begitu seterusnya.
concern tiap K/L pada paket ISRM ini, lalu memfasilitasi dengan sistem aplikasi di Portal INSW, lakukan ujicoba dan trial terus
pemberlakuannya. Setelah itu mari kita lihat bersama, dievaluasi
INSWmagz: Apakah pemerintah
INSWmagz: Pada akhirnya, ISRM
ISRM ini dan seberapa optimis?
diharapkan dapat mempercepat
IBH: Sekali lagi, bahwa ini soal
penanganan kontainer ekspor dan
komitmen dan telah ditetapkan
impor sehingga mempersingkat
pada paket kebijakan ekonomi
dwelling time melalui penerapan
yang lalu, tidak ada pesimistis.
manajemen risiko secara terintegrasi
Kita sudah memulainya dengan
baik dalam proses pabean
sharing profil perusahaan dan
maupun perijinan. Menurut Ibu
tingkat resiko di tiap K/L. Beberapa
mencapai tujuan tersebut?
parameter mandatory yang menjadi
untuk penyempurnaan ke depan. dapat bersama-sama menerapkan
apakah ISRM akan efektif untuk
segera menetapkan parameter-
rangkaian pertemuan sudah kita lakukan guna menerapkan ISRM.
INSWmagz: Bagaimana pengalaman penerapan NSW di negara lain? IBH: Kita tentu sudah belajar penerapan NSW dari berbagai negara, namun menurut pandangan Barantan, sistem NSW Jepang-lah yang sesuai dan lebih memungkinkan untuk diterapkan di Indonesia khususnya pada model integrasi sistem teknologi
IBH: Mungkin terlalu sempit
Jadi kita optimis bahwa sistem
bila melihat ISRM hanya sebatas
informasi dari sejumlah K/L
ISRM ini dapat diterapkan bersama-
mempercepat penanganan
dan 3 aspek tujuan NSW seperti
sama dalam entitas INSW;
yang saya sebut di atas tadi. (*)
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
17
ma in porta l
dan dinilai dengan parameter-
IBH: Yang perlu dilakukan adalah
Wawancara Khusus Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi, SE, LLM
Sinergi Sistem Permudah Tugas dan Percepat Layanan 18
I
ndonesia Single Risk Management (ISRM) berperan penting dalam mendukung pelaksanaan Indonesia National Single Window (INSW). Melalui
ISRM, risiko yang tersebar di Kementerian/Lembaga (K/L) terkait dipadukan, dengan satu tujuan: mempercepat layanan. Tetapi, mengintegrasikan sistem yang di dalamnya terdapat banyak kepentingan dan aturan terkait tugas pokok dan fungsi (tupoksi) di beberapa K/L, tidak selalu mudah. Lalu bagaimana peran Direktorat Jenderal Bea Cukai sebagai institusi yang paling berpengalaman dan terdepan dalam urusan lalu-lintas dagang? Berikut pandangan Dirjen Bea Cukai HERU PAMBUDI kepada Ali Manshur dan Maulana Ali dari INSWMagz saat diwawancara beberapa waktu lalu.
INSWMagz: Bagaimana ide awal ISRM itu muncul? Heru Pambudi: Indonesia Single Risk Management (ISRM) sebenarnya merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden dalam rangka efisiensi biaya logistik nasional, termasuk juga mempercepat dwelling time. Untuk mencapai tujuan tersebut,
ma in porta l
lalu diadakan diskusi dengan tiga instansi, yakni Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Perdagangan. Dari sana kami sepakat ada langkah-langkah yang harus diambil. INSWMagz: Langkah apa yang disepakati paling penting untuk dilakukan ketika itu? Heru Pambudi: Simplifikasi prosedur dan perizinan. Langkah ini sudah dilakukan di Paket-Paket Kebijakan Ekonomi yang telah dirilis pemerintah, termasuk di dalamnya untuk memotong rantai birokrasi. Namun demikian, langkah tersebut dinilai belum cukup
Heru Pambudi Dirjen Bea Cukai
karena Presiden menargetkan agar kegiatan ekspor dan impor lebih efisien lagi. Dwelling time yang sebenarnya sudah turun dari sekitar lima hari menjadi saat ini sekitar tiga hari, diminta dipercepat lagi menjadi dua hari. Oleh karena itu, perlu ada langkah lanjutan, yaitu efisiensi dan simplifikasi secara sistem. INSWMagz: Konkritnya seperti apa? Heru Pambudi: ISRM intinya bagaimana mengintegrasikan sistem. Kalau bicara mengenai sistem yang mengintegrasikan Kementerian/Lembaga, yang berperan di sini tentu saja INSW. Tetapi, Ditjen Bea dan Cukai juga berbagi pengalaman atas pengelolaan manajemen risiko. Mengapa? karena dari awal tuntutan terhadap Bea dan Cukai sudah tinggi. Di satu sisi harus memperlancar perdagangan, di sisi lainnya menjamin pengawasan terkendali. Sejak tahun 90-an Bea dan Cukai telah menerapkan manajemen risiko dengan melakukan proses klasifikasi pelaku usaha. Kalau pelaku usaha dinilai baik atau berisiko rendah akan diberikan layanan cepat.
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
19
"INSW mengharmonisasi pelaksanaan peraturan Kementerian/Lembaga,
Juga sebaliknya. Kalau pelaku
Bagi pelaku usaha, sebenarnya
lebih cepat dinilai/dilayani di Bea
usaha dianggap berisiko tinggi
ia tidak terlalu peduli apakah
dan Cukai. Kalau sistem integrasi
maka dilakukan pengawasan
sedang menghadapi Ditjen Bea
manajemen risiko sudah semakin
secara mendalam. Untuk bisa
Cukai, BPOM, Karantina atau
terpadu dan semakin terpercaya,
menentukan tingkat risiko tersebut,
Kementerian/Lembaga lainnya,
bila ada perusahaan yang dinilai
maka diterapkan pengelolaan
mereka menganggap sedang
berisiko rendah oleh Kementerian/
dengan prinsip manajemen
sedang berhadapan dengan
Lembaga lainnya, maka Bea dan
risiko. Hal ini merupakan best
pemerintah. Oleh karena itu,
Cukai akan mempertimbangkan
practice yang berlaku secara
layanan Kementerian/Lembaga
untuk menilai berisko rendah juga,
internasional. Manajemen
sebagai representasi pemerintah
dan memberikan layanan dengan
risiko ini sudah berjalan secara
tersebut perlu dipadukan.
lebih cepat. Contoh lain, integrasi
terstruktur di Bea dan Cukai.
penilaian risiko adalah kerja sama INSWMagz: Dengan integrasi,
antara Bea dan Cukai dengan
INSWMagz: Berdasarkan
apa sebenarnya keuntungan yang
BKPM. Setelah mendapat ijin dari
pengalaman inikah yang membuat
didapat dari Kementerian/Lembaga?
BKPM, suatu perusahaan langsung dapat jalur hijau. Perlakuan ini
Ditjen Bea Cukai menjadi Heru Pambudi: Secara teknis,
karena BKPM sudah melakukan
dengan integrasi manajemen risiko,
verifikasi secara mendalam mulai
Heru Pambudi: Setidaknya,
banyak sekali keuntungan yang
dari rencana investasi, rekomendasi
saat ini Bea dan Cukai sudah
didapat. Kalau manajemen risiko
dari Kementerian/Lembaga
memiliki profile pelaku usaha yang
dilaksanakan secara terpisah,
teknis. Jadi, kalau BKPM sudah
diklasifikasikan menurut tingkat
masing-masing Kementerian/
memberikan ijin, artinya pemerintah
risikonya. Dengan profile tersebut,
Lembaga akan merasa penilaian
telah melakukan assessment.
maka diberikan treatment khusus
risikonya akurat menurut versi
kepada kelompok perusahaan
masing-masing. Tetapi, begitu
INSWMagz: Apakah semua
sesuai dengan tingkat risikonya.
manajemen risiko tersebut
risiko di Kementerian/Lembaga
Pengalaman tersebut yang di-share
diintegrasikan, belum tentu
bisa diintegrasikan?
ke Kementerian/Lembaga lainnya,
penilaian tersebut akurat. Contoh,
kemudian bersepakat untuk
perusahaan yang dianggap
Heru Pambudi: ISRM itu kalau
menerapkan manajemen risiko
baik oleh Bea dan Cukai belum
digambarkan seperti lingkaran-
secara nasional. Manajemen risiko
tentu demikian di BPOM. Atau
lingkaran. Manajemen risiko di Bea
secara nasional atau ISRM perlu
sebaliknya. Bila di BPOM suatu
dan Cukai, BPOM, Karantina dan
diterapkan karena saya meyakini
perusahaan dianggap baik
lain-lain yang selama ini terpisah
setiap Kementerian/Lembaga
karena sudah establish lama
terus disatukan, sehingga muncul
telah menjalankan manajemen
meskipun hanya bergerak di
irisan dari lingkaran-lingkaran
risiko sesuai dengan versi masing-
market domestic, namun ketika
tersebut. Saya menyadari tidak
masing. Yang diperlukan adalah
perusahaan tersebut hendak
semua risiko bisa diintegrasikan
menyatukan yang berbeda-beda
melakukan kegiatan ekspor dan
karena ada hal-hal yang secara
tersebut menjadi satu kesatuan
impor maka Bea dan Cukai menilai
spesifik menjadi concern dari
pengelolaan risiko. Tujuannya
perusahaan ini berisiko tinggi
Kementerian/Lembaga namun
adalah agar secara nasional
karena baru mulai melakukan
tidak menjadi concern bersama.
pemerintah dapat memberikan
kegiatan ekspor dan impor.
Misalnya, ketentuan teknis di
acuan pelaksanaan ISRM?
layanan yang cepat, bukan layanan
BPOM, Pertanian, dan sebagainya.
menurut versi Kementerian/
Dengan integrasi menajemen
Namun, saya meyakini banyak
Lembaga masing-masing.
risiko, perusahaan tersebut akan
sekali yang bisa diintegrasikan.
20
sehingga tidak tumpang tindih, redundant, atau duplikatif." —
h er u pa m b u di
Kalau ISRM sudah berjalan, layanan
INSWMagz: Jadi, tahapan apa yang
INSWMagz: Apa peran INSW yang
bisa dipercepat kepada pelaku
dilakukan untuk membangun ISRM?
diharapkan dalam pelaksanaan ISRM?
kepada pelaku usaha yang dinilai
Heru Pambudi: Untuk mewujudkan
Heru Pambudi: INSW harapannya
berisiko tinggi, pengawasannya
ISRM, langkah pertama yang perlu
bukan hanya sebagai tempat
dapat dilakukan secara bersama-
dilakukan adalah membuat profile
penyimpanan atau media pertukaran
sama juga. Kalau sebelumnya,
bersama supaya Kementerian/
data. Lebih dari itu, INSW sebagai
pengawasan dilakukan sendiri-
Lembaga dapat saling menilai
manajer bisnis proses layanan dan
sendiri. Pelaku usaha masih bisa
terhadap pelaku usaha yang sama.
pengawasan kegiatan ekspor dan
berkelit. Tapi kalau pengawasan
Pada awalnya pasti ada perbedaan-
impor antar Kementerian/Lembaga.
dilakukan bersama-sama
perbedaan, namun apabila terus
Karena fungsinya sebagai manager,
tentunya akan lebih efektif.
saling berkomunikasi secara
INSW tidak hanya menyediakan
usaha yang dinilai baik ataupun
tempat/media penyimpanan data,
yang lebih terpadu. Profile tersebut
tetapi juga mengatur pelaksanaan
mengelola perbedaan-perbedaan
nantinya ditempatkan di INSW.
bisnis proses ekspor dan impor
concern tersebut?
Langkah kedua adalah dilakukan
di antara Kementerian/Lembaga.
penilaian bersama terhadap
Namun demikian, disadari INSW
Heru Pambudi: Masing-masing
dokumen yang masuk secara
tidak akan mengatur konten dari
K/L memiliki Tupoksi berbeda dan
transaksional. Langkah ketiga
peraturan yang menjadi Tugas Pokok
menjalankan amanat peraturan
adalah memberikan treatment
dan Fungsi (Tupoksi) Kementerian/
perundangan masing-masing.
bersama-sama yang terintegrasi.
Lembaga. Sebagai manager, INSW
Tetapi dalam rangka menjalankan
Secara teknis untuk mempercepat
mengharmonisasi pelaksanaan
tupoksi yang berbeda-beda
proses ini maka perlu diterapkan
peraturan Kementerian/Lembaga,
tersebut, banyak sekali irisan-irisan
single submission dan single identity.
sehingga tidak tumpang tindih,
kepentingan yang dapat dijalankan
Single Submission artinya pelaku
redundant, atau duplikatif.
secara bersama-sama. Kita harus
usaha cukup sekali mengirim
berusaha keras mencari irisan-
dokumennya ke INSW untuk
INSWMagz: Apakah ada
irisan tersebut. Dengan mencari
pengurusan kepabeanan di Bea
pengalaman negara lain dalam
kesamaan area kepentingan
dan Cukai dan perijinan di K/L.
menjalankan integrasi manajemen
dan dikerjakan secara lebih
Selama ini dilakukan terpisah-
risiko secara nasional?
terintegrasi, maka pelaksanaan
pisah. Untuk single identity, ini
tugas tersebut akan dapat lebih
penting supaya teknis otomasi
Heru Pambudi: Indonesia
mudah dan akurat. Perbedaan
dapat lebih mudah. Sistem ID di
sebenarnya relatif maju dalam
tersebut tidak perlu dibikin
masing-masing Kementerian/
integrasi sistem layanan eskpor
sama, karena kalau disamakan
Lembaga itu berbeda-beda, maka
dan impor. Di beberapa negara,
akan menjadi satu entity. Dengan
perlu ada converter. Dengan single
integrasi manajemen risiko
ISRM, kita dapat mempermudah
ID, proses akan berjalan lebih
sudah jalan, beberapa negara lain
pelaksanaan tupoksi masing-
cepat dan murah karena system
sedang tahap pengembangan.
masing. Dengan berjalannya ISRM
masing-masing Kementerian/
Kami berbicara dengan Australian
dan dengan semakin meningkatnya
Lembaga tidak perlu mengelola
Border Force, kami berdiskusi
kesamaan cara pandang, trust,
data ID yang bermacam-macam.
mengenai model integrasi. Kami
maka irisan pekerjaan bersama
Contoh API, NIK, Nomor Industri,
berbicara juga dengan Hongkong,
antar Kementerian/Lembaga
itu elemen datanya relatif sama jadi
Amerika. Pada prinsipnya sama
akan semakin besar walaupun
sangat mungkin untuk disatukan.
karena semua mengikuti guideline
tidak mungkin semua tugas
WCO dan WTO Trade Facilitation
Kementerian/Lembaga masuk
Agreement on Risk Management.
dalam satu irisan tugas bersama.
(ALI MANSHUR & MAULANA ALI)
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
21
ma in porta l
intensif maka akan terwujud profile INSWMagz: Lalu, bagaimana
Wawancara Ketua Pelaksana Harian ISRM di DJBC dwi teguh wibowo,se
iSRM Dibangun dengan Kepercayaan K
ontribusi Indonesia National Single Window (INSW) dalam peningkat peringkat kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EODB) Indonesia cukup besar.
Sumbangan itu-- terutama terkait indicator trading across border—yang mengalami kenaikan 15 peringkat, diakui oleh Bank Dunia. Pada laporan EODB 2017, Bank Dunia menyebutkan bahwa peningkatan peringkat Indonesia dikarenakan Indonesia telah berhasil membuat proses ekspor dan impor semakin mudah melalui perbaikan layanan kepabeanan dan pengajuan dokumen yang telah difasilitasi oleh sistem INSW. Prestasi gemilang ini tentu saja tidak terlepas dari unsur-unsur yang mendukung kinerja INSW, termasuk keberadaan Indonesia Single Risk Management (ISRM). Sistem pengawasan dan penanganan risiko satu pintu, terbukti mampu memangka kerumitan prosedur dan perizinan yang seringkali tumpang tindih. Lantas, bagaimana ISRM ke depannya, terutama peranannya mendorong (EODB) Indonesia masuk jajaran 40 besar dunia. Berikut wawancara INSWMagz dengan Ketua Pelaksana Harian ISRM, Ditjen Bea dan Cukai DWI TEGUH WIBOWO, baru-baru ini.
22
INSWMagz: Peringkat Indonesia
INSWMagz: Bentuk konkrit
memakai itu. Tapi, ini sifatnya masih
dalam EODB naik dari 106 menjadi
integrasi data seperti apa?
sementara. Kalau semua K/L sudah benar-benar yakin, baru nantinya
91, salah satunya karena Indonesia Dwi Teguh Wibowo: Saat ini, Ditjen
database-nya disatukan dan dikelola
Apakah ini peran dari ISRM?
Bea dan Cukai telah melakukan
bersama-sama melalui INSW.
pemblokiran NIK terhadap sekitar
Tantangan saat ini adalah terkait
Dwi Teguh Wibowo: Saya tidak
674 importir yang tidak patuh
kepercayaan, khususnya menyangkut
langsung menjawab pertanyaan
dalam pelaporan SPT-nya. Ini baru
kerahasiaan data. Hal ini sebenarnya
itu (pengaruh ISRM ke dwelling
pemanfaatan single identity dalam
yang kita harapkan dari INSW.
time-red). Tetapi, bagaimana
konteks intergrasi antara Ditjen
Bagaimana INSW dapat meyakinkan
kita membangun ISRM benar-
Bea dan Cukai dan Ditjen Pajak. Ke
semua K/L bahwa data tersebut
benar sebagai solusi dalam
depan kita berencara untuk integrasi
aman dalam pengelolaan INSW.
pengawasan maupun pelayanan
dengan data kependudukan, di
secara keseluruhan dan lebih
Kementerian Dalam Negeri dan
INSWMagz: Apa langkah lanjutan
komprehensif. Kementerian/
data Angka Pengenal Impor (API)
setelah single identity terbentuk?
Lembaga (K/L) banyak mengalami
di Kementerian Perdagangan.
masalah terkait pengelolaan data.
Kalau single identity telah menyatu
Dwi Teguh Wibowo: Berikutnya
Karenanya, langkah pertama ISRM
dalam data base besar, maka
adalah menerapkan single submission
adalah membuat single identity.
bagaimana PP INSW mengelolanya.
(SSM). Saya setuju sekali dengan
Saat ini single identity telah masuk
Ini suatu hal yang saya kira
programnya INSW yang akan
dalam inisiatif program reformasi
pekerjaan yang besar sekali.
menerapkan SSM, dan diharapkan
Direktorat Jenderal Bea dan
Suatu prestasi, juga loncatan dari
dapat memenuhi kepentingan
Cukai (DJBC) dengan Direktorat
negara kita adalah bagaimana
seluruh K/L. Dalam arti, SSM
Jenderal Pajak (DJP). Pada kuartal
kita, K/L, tadinya berdiri masing-
digunakan bersama-sama untuk
pertama tahun ini sudah ada wujud
masing kemudian mengelola
penyampaian data dari pelaku usaha.
konkritnya yaitu, data Nomor Induk
risiko secara bersama-sama.
Setelah itu, mekanisme penggunaan datanya oleh masing-masing K/L.
Kepabeanan (NIK) yang sudah terintegrasi dengan data NPWP. Dengan integrasi tersebut,
INSWMagz: Integrasi data NIK
Artinya kalau diawalnya seluruh
dengan data Kependudukan
data dan informasi terkait importasi
apakah sudah dimulai?
dan sebagainya itu di-SSM-kan, maka semua variable data yang
pengelolaan data antara pajak dan beacukai dapat lebih efisien
Dwi Teguh Wibowo: Sudah.
diinginkan itu sudah masuk semua
dan efektif termasuk juga sharing
Kita sudah koordinasi dengan
di INSW. Sehingga, seluruh K/L bisa
informasi, bagaimana wajib pajak
Kementerian Dalam Negeri,
memanfaatkan data tersebut sesuai
berkegiatan di Bea dan Cukai dan
sebenarnya. Walaupun saat ini
yang diperlukan. Kemudian informasi
sebaliknya bagaimana kepatuhan
belum sampai tahap MoU, namun
lanjutan dari K/L seperti tentang
eksportir-impor dalam pelaporan
kerja sama integrasi data NIK
adanya ketidakpatuhan, under value,
SPT, pembayaran pajaknya, dan
(kepabeanan) dengan NPWP dan
dll sifatnya hanya response/feedback
sebagainya. Sehingga integrasi
NIK sudah dimulai. Tepatnya, kita
yang mekanisme akan diatur nanti.
tersebut membuat pengawasan
sudah melaksanakan cleancing
saling berkait antar K/L, bahkan
data-data tersebut. Saat ini, kita
Jadi informasi feedback tersebut
saling menutup celahnya.
masih belum menjadi satu link,
belum akan disatukan dalam
belum dijadikan satu database.
database. Kita akan lakukan itu
Tetapi memverifikasi data NIK
secara bertahap karena saya tidak
memakai data NPWP, atau data
tidak yakin semua K/L saat ini siap
Kependudukan. Konsepnya masih
agar datanya melebur jadi satu
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
23
ma in porta l
mampu memangkas dwelling time.
semua di database INSW. Jadi penting diketahui bahwa SSM itu mekanisme penyampaian data, belum menjadi dokumen secara resmi. Hanya nanti ketika data tersebut sudah sampai K/L yang dituju, misal Bea dan Cukai, Karantina, BPOM, maka K/L tersebut memberi feedback ke SSM-nya INSW. INSWMagz: Apakah itu saja sudah cukup? Dwi Teguh Wibowo: Langkah berikutnya, INSW harus membuat risk engine menjadi bagus. Dengan begitu, feedback yang masuk dari K/L, baik yang positif maupun negatif, dapat diolah untuk menilai risiko suatu eksportasi/importasi. Yang sebelumnya saya jelaskan
"Yang terpenting adalah membangun TRUST/kepercayaan antar K/L. Artinya, masing-masing harus saling terbuka. Semua pertimbangan pemberian tingkat risiko juga harus didukung data HISTORICAL-nya." — Dwi T eg u h
tadi prosesnya masih dalam tahap membentuk atau membangun ISRM dalam bentuk single profile melalui
importir MITA dan AEO tersebut. K/L
Jadi pelaku usaha merasa ketika
single identity dan SSM. Selanjutnya
juga dapat memberikan masukan
melakukan kegiatan ekspor-
adalah proses pematangan. Ketika
apabila ternyata perusahaan
impor berhadapannya dengan
sudah masuk proses pematangan
MITA dan AEO tersebut memiliki
Pemerintah keseluruhan, bukan
maka akan dapat diberikan single
history yang kurang baik di K/L
lagi terpisah-pisah Bea dan Cukai,
treatment. Tetapi kembali lagi,
tersebut, sehingga Bea dan Cukai
Karantina, BPOM, dll. Semuanya
single profile sangat penting untuk
dapat mempertimbangkan untuk
memberikan fasilitasi dengan
dapat memberikan single treatment
dilakukan penyesuaian. Di Bea
standar yang sama dan melakukan
dalam kegiatan ekspor dan impor.
cukai sendiri terdapat beberapa
pengawasan secara bersama-sama.
mekanisme penyesuaian status INSWMagz: Bisa dijelaskan
perusahaan, bisa di-punish, di-drop,
INSWMagz: Jadi, itu
lebih lanjut, seperti apa?
di-downgrade, dan sebagainya.
sebenarnya tujuan ISRM?
Bahkan, kalau memang melanggar, Dwi Teguh Wibowo: Bea dan Cukai
dapat juga dipidana. Penerapan
Dwi Teguh Wibowo: Ya. Dengan
saat ini telah memilki importir
pinalti dan denda sudah menjadi
begitu ada efisiensi dan efektivitas
prioritas yang tergabung dalam
hal biasa di Bea dan Cukai.
dalam pelayanan ekspor dan
MITA atau AEO. Penentuan layanan
Tetapi kalau di K/L, pemberian
impor, cost of logistic dapat lebih
prioritas tersebut salah satunya
treatment seperti ini barangkali
murah. Sehingga, ketika berbicara
juga setelah mempertimbangkan
belum biasa dilakukan. Hal ini
mengenai dwelling time, pengaruh
history transaksi ekspor-impor
yang perlu disepakati, sehingga
ISRM tidak hanya terhadap waktu
perusahaan tersebut. K/L lainnya
bisa mencapai single treatment.
penanganan kontainer di dalam
dapat menggunakan data profil dari
24
pelabuhan, tetapi proses pelayanan
ekspor-impor secara keseluruhan.
sangat berat dan membutuhkan
terintegrasi, saya kira perusahaan
Sebenarnya yang paling penting bagi
pembahasan panjang antar K/L.
yang telah mendapatkan fasilitas
pelaku usaha itu kepastian. Kalau
Jadi ISRM ke depan ditujukan
prioritas akan berpikir dua tiga
pemerintah dapat memberikan
untuk menyelesaikan masalah
kali untuk melakukan kecurangan.
kepastian mengenai waktu layanan,
yang lebih besar dibanding
Sangat berisiko buat bisnis
maka mereka dapat melaksanakan
sekedar masalah dwelling time.
mereka. Untuk itu, penting sekali
kegiatan usahanya secara lebih
untuk meyakinkan K/L bahwa
terencana, dengan begitu biaya
INSWMagz: Bagaimana
produksi dapat diefisienkan. Jadi,
mengenai concern di setiap
kepentingan kita sebenarnya sama. Yang terpenting adalah
katakan ISRM itu supporting, dan
membangun trust/kepercayaan
tidak bisa head to head secara
antar K/L. Artinya, masing-masing
langsung dengan dwelling time.
harus saling terbuka. Semua
Oleh karena itu, kalau ditanyakan
pertimbangan pemberian tingkat
gimana sih dwelling time apa
risiko juga harus didukung data
akan terpengaruh dengan adanya
historical-nya. Jadi jangan cuma
ISRM? Saya kira kalau secara
mengatakan concern-nya beda-
langsung mungkin pengaruhnya
beda, tetapi apakah concern tersebut
tidak signifikan, tetapi secara tidak
sudah diverifikasi. Bagaimana
langsung tetap berpengaruh.
hasil verifikasi tersebut. Karenanya kita harus fair, saling terbuka.
INSWMagz: Bisa dielaborasi lebih dalam?
Dwi Teguh Wibowo
INSWMagz: Jadi ISRM akan
Ketua Pelaksana Harian ISRM
berkembang sesuai meningkatnya
Dwi Teguh Wibowoh: Jadi begini, Lartas kita, dengan memakai HS
tingkat kepercayaan antar K/L? K/L yang berbeda-beda? Dwi Teguh Wibowo: Iya betul.
2017, itu sudah sampai 49 persen. Kalau dilakukan harmonisasi dan
Dwi Teguh Wibowo: Iya, tapi saya
sederhananya ya, ayo kita gabung
sinkronisasi regulasi antar K/L,
kira hampir sama. Kalau menurut
dulu. Kalau sudah gabung kita
prosesnya akan memerlukan waktu
saya, misal terkait komoditi,
sama-sama melihat, saling diskusi.
sangat panjang. Tapi kalau ISRM
beberapa K/L concern terhadap
Anda bisa mengoreksi kita, kita
diterapkan, misal K/L menggunakan
komoditi, Bea Cukai juga punya
bisa mengoreksi anda juga. Begitu
standar MITA atau AEO untuk
concern terkait komoditi. Dengan
seharusnya ISRM dibangun.
pelayanan dan pengawasan maka
ISRM, justru akan diperoleh
Bea Cukai sudah menunjukkan
prosesnya akan lebih cepat. Karena
informasi yang lebih lengkap karena
bahwa kita tidak menutup diri.
MITA dan AEO itu mencakup sekitar
semua K/L memberi feedback.
Pemblokiran 674 Wajib Pajak dari
40 persen dari total importasi.
Masing-masing akan saling
kegiatan ekspor dan impor adalah
Sehingga walaupun Lartas-nya 49
melengkapi. Misal, Kementerian
bentuk keterbukaan antara Ditjen
persen, tetapi karena kontribusi
Perdagangan akan memberikan
Bea dan Cukai dan Ditjen Pajak.
40 persen importasi diberikan
izin terhadap suatu distributor.
Artinya kan ini sesuatu yang positif
pelayanan prioritas, maka proses
Mereka bisa memanfaatkan data
untuk mengefektifkan pengawasan
pemeriksaanya akan lebih cepat
intelijen dari Bea dan Cukai. Begitu
dalam konteks pemerintah secara
mengingat jumlah yang diperiksa
juga sebaliknya, Bea Cukai bisa
keseluruhan, tidak terkotak-
berkurang. Bayangkan kalau kita
memanfaatkan hasil pengawasan
kotak antar K/L. (ALI MANSHUR,
hanya fokus memotong Lartas
pasar yang dilakukan Kementerian
MAULANA ALI & BUDIYANTI
yang 49 persen menjadi 17 persen
Perdagangan. Dengan demikian,
seperti Malaysia, effort-nya akan
kalau sudah informasi sudah
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
25
ma in porta l
dari konsep tersebut maka saya
Melongok Mekanisme Pengelolaan Lartas INSW A
da yang membuat Presiden JOKO WIDODO tak nyaman.
Menteri Keuangan SRI
Dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresiden Bogor,
MULYANI INDRAWATI
Jawa Barat, Senin (29/5) lalu, ia meminta jajarannya untuk
sebelumnya pernah
meninjau kembali tujuan dan fungsi larangan terbatas (Lartas).
mengingatkan, larangan impor terbatas pada beberapa
“Apakah masih diperlukan larangan terbatas? Apakah langsung
produk dinilai menjadi
kita masuk? Langsung penggantian dari kuota, langsung masuk
salah satu hambatan dalam
ke tarif?” tanya Presiden sore itu dihadapan para jajarannya.
kemudahan berusaha di Indonesia.
Menurut Presiden, jika basis larangan barang dapat menggunakan tarif akan lebih memudahkan dalam pengawasan
“Ini yang membuat sehingga
dan dapat menaikkan sisi penerimaan negara. Yang jelas,
susah mengadministrasi
Larangan yang dikeluarkan, harus tetap diawasi dan dapat
secara online dan perlu dilihat
memberikan manfaat bagi negara.
secara fisik,” kata Sri Mulyani.
26
yang ditentukan itu bertujuan
bahan baku yang dibutuhkan oleh
NASUTION merespon dengan
untuk melindungi keamanan
industri pengolahan di dalam negeri.
melakukan pembahasan di
nasional atau kepentingan
jajaran Kementerian untuk
umum, termasuk sosial, budaya
Pembatasan juga penting untuk
penanganan masalah ini. Besar
dan moral masyarakat.
melindungi kelestarian sumber
kemungkinan larangan terbatas menggunakan aturan tarif.
daya alam, meningkatkan nilai Barang larangan dan atau
tambah ekonomi bahan mentah
pembatasan dapat disimpulkan
dan/atau sumber daya alam, serta
“Larangan terbatas itu, lebih baik
sebagai barang yang dilarang
mengantisipasi kenaikan harga
pakai tarif saja daripada orang
dan atau dibatasi dan
yang cukup drastis dari komoditas
harus datang, minta izin, malah
pengatirannnya ditetapkan
ekspor tertentu di pasaran
tidak terukur,” tegas Darmin
dengan peraturan kementerian
internasional. Yang tidak kalah
selaku instansi teknis penerbit.
pentingnya, larangan dimaksudkan
Bagaimanapun larangan
untuk menjaga stabilitas harga
terbatas tetap diperlukan, meski
Pelarangan juga dimaksudkan
membicarakan persoalan ini seperti
untuk melindungi hak kekayaan
tidak berujung-pangkal. Boleh jadi
intelektual dan melindungi
Sementara, alasan utama dilakukan
ini karena banyaknya peraturan
kesehatan dan keselamatan
pembatasan impor adalah untuk
dan ketentauan barang Lartas,
manusia, hewan, ikan,
membangun, mempercepat,
atau bisa juga memang rumitnya
tumbuhan, dan lingkungan
dan melindungi industri tertentu
permasalahan Lartas itu sendiri.
hidup. Barang yang dilarang
di dalam negeri. Serta, untuk
komoditas tertentu di dalam negeri.
dan/atau dibatasi ditetapkan
menjaga neraca pembayaran
Yang pasti, pemerintah
dengan Peraturan Menteri,
atau neraca perdagangan.
melarang impor-ekspor barang
selaku instansi teknis penerbit.
dimaksudkan untuk kepentingan
Amanat dalam ratifikasi perjanjian
nasional. Berdasarkan Undang-
Kepentingan nasional sebagai
World Trade Organization (WTO),
Undang Nomor 7 Tahun
tujuan utama dari Lartas, memiliki
khususnya dalam GATT WTO
2014 tentang Perdagangan,
dimensi luas dalam perlindungan,
Article XX-XXI 1994, dalam bidang
pelarangan dan pembatasan.
seperti pada pembatasan ekspor.
perdagangan terkait tata niaga atau
pengendalian perdagangan
Pemerintah ingin menjamin
Lartas juga cukup jelas dan mengikat
luar negeri yang dilakukan
terpenuhinya kebutuhan dalam
bagi negara anggota yang telah
melalui perizinan dan standar
negeri dan menjamin ketersediaan
meratifikasinya, termasuk Indonesia.
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
27
te ropong I NS W
Menko Perekonomian DARMIN
MEKANISME DAN PENGAWASAN
T
eknis pelaksanaan pengawasan barang impor-
ketentuan mengenai pengawasan terhadap impor-
ekspor yang terkena ketentuan Lartas di Indonesia
ekspor barang larangan dan/atau pembatasan.
berlandaskan pasal 53 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, sebagaimana telah diubah
Hal itu diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006.
(PMK) nomor 224/PMK.04/2015 tentang Pengawasan terhadap impor-ekspor Barang Larangan dan/
Sesuai dengan praktik kepabeanan internasional,
atau Pembatasan. Aturan ini menyebutkan,
pengawasan lalu lintas barang yang masuk atau
barang impor-ekspor yang dilarang atau dibatasi
keluar dari daerah pabean dilakukan oleh instansi
merupakan jenis barang yang tercantum dalam
pabean. Agar pelaksanaan pengawasan peraturan
peraturan yang mengatur mengenai larangan dan/
larangan dan/atau pembatasan menjadi efektif dan
atau pembatasan impor-ekspor, yang disampaikan
terkoordinasi, instansi teknis yang bersangkutan
oleh instansi teknis kepada Menteri (Keuangan)
wajib menyampaikan peraturan dimaksud kepada
untuk dilakukan pengawasan oleh Direktorat
Menteri Keuangan untuk ditetapkan dan dilaksanakan
Jenderal Bea dan Cukai.
oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Instansi teknis yang menetapkan peraturan Untuk penyederhanaan pemberlakuan ketentuan
larangan dan/atau pembatasan atas impor-ekspor
terhadap impor-ekspor barang larangan dan/atau
wajib menyampaikan peraturan dimaksud kepada
pembatasan serta meningkatkan efektivitas pengawasan
Menteri Keuangan dengan ditujukan kepada
barang larangan dan/atau pembatasan, perlu diatur
Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
Prosedur Penyampaian Ketentuan Lartas
INSTANSI PENERBIT LARTAS
Penyampaian ketentuan Lartas yang diterbitkan oleh Instansi Teknis terkait disampaikan ke Menteri Keuangan u.p. Dirjen Bea dan Cukai;
28
PORTAL INSW
DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
Dirjen Bea dan Cukai kemudian melakukan penelitian administrasi dalam rangka menentukan pemenuhan untuk kebutuhan pengawasan;
Setelah peneltian selesai dilakukan dan telah ditetapkan, maka akan disampaikan ke PP INSW untuk dicantumkan dalam portal INSW sebagai referensi tunggal ketentuan Lartas
Untuk memastikan ketentuan Lartas dari instansi penerbit, Ditjen Bea dan Cukai melakukan sejumlah penelitian, terutama pada aspek kejelasan jenis barang yang dilarang atau dibatasi. Kemudian, kejelasan jenis dan format dokumen elektronik yang dipersyaratkan. Kejelasan satuan barang yang digunakan dalam dokumen perizinan, dalam hal
tanggal berlakunya penetapan
Saat ini, pencatuman ketentuan
Menteri yang ditandatangani oleh
Lartas dalam portal INSW
Direktur Jenderal atas nama
adalah pada portal Indonesia
Menteri. Pengawasan ketentuan
National Trade Reporsitory
larangan dan/atau pembatasan
(INTR) dan sistem smart engine
dilakukan berdasarkan
INSW. Pencatuman ini tidak
Pemberitahuan Pabean dan/
sekadar melakukan upload
atau Dokumen Pelengkap
atau update data pada sistem,
Pabean yang disampaikan
namun lebih kompleks karena
oleh importir atau eksportir.
demi kepentingan validasi dan
diatur kuotanya. Serta, tersedianya
Peraturan Presiden Nomor 35
instrumen administrasi yang
Tahun 2012 tentang Perubahan
dapat digunakan oleh Direktorat
atas Perpres Nomor 10 Tahun
Jenderal Bea dan Cukai untuk
2008 tentang Penggunaan Sistem
melakukan pengawasan.
Elektronik dalam Kerangka
Instrumen administrasi bisa berupa Harmonized System Code, uraian jumlah dan jenis importir atau eksportir, dan/atau keterangan/pernyataan lainnya dalam Pemberitahuan Pabean. Serta, dokumen pelengkap pabean berupa dokumen
Window (INSW), mengamanatkan bahwa Portal INSW menjadi acuan utama (single reference)
banyak hal strategis khususnya
perundang-undangan.
teknis kepabeanan. Sebab,
menerima penetapan Menteri Keuangan tentang barang yang dilarang dan/atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor dari Ditjen Bea dan Cukai.
INSTANSI PERIZINAN FINAL (penerbit ketentuan Lartas dan penerbit perizinan impor-ekspor)
Badan Pengawas Tenaga Nuklir Bank Indonesia Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
ketentuan Lartas tersebut.
bertentangan dengan peraturan
dari importir atau eksportir.
Kementerian Kesehatan
penerjemahan atas penetapan
proses kepabeanan menuntut
dalam portal INSW setelah
Badan Pengawas Obat dan Makanan
kebutuhan sistem dalam proses
entry point pertama dalam
pembatasan atau pernyataan
Kementerian Perdagangan;
kodefikasi dan parameter untuk
belum diatur atau tidak
pencantuman ketentuan Lartas
pembatasan terhitung sejak
diperlukan serangkaian
impor yang berlaku sepanjang
ketentuan larangan dan/atau
ketentuan larangan dan/atau
sistem INSW. Karenanya,
Posisi sistem INSW sebagai
PP INSW melakukan proses
Cukai melaksanakan pengawasan
pabean secara otomasi di
dalam pelaksanaan ekspor dan
yang dipersyaratkan sesuai
Direktorat Jenderal Bea dan
dengan dokumen pemberitahuan
Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Pertanian Kepolisian Republik Indonesia Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
te ropong I NS W
barang secara spesifik, identitas
Indonesia National Single
rekonsiliasi dokumen perizinan
permasalahan Lartas lebih banyak menyangkut proses bisnis kepabeanan, implementasi di sistem INSW, dan kebijakan pengaturan Lartas itu sendiri sehingga peran INSW saat ini sebagai salah satu garda depan membutuhkan aktualisasi kelembagaan.
INSPECTION GOVERNMENT Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Karantina Hewan di Badan Karantina Pertanian Karantina Tumbuhan di Badan Karantina Pertanian Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
29
INSTANSI PENERBIT REKOMENDASI IMPOR-EKSPOR Kementerian Pertanian Kementerian Perindustrian Badan Pengawas Obat dan Makanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Kelautan dan Perikanan Kementerian Kesehatan Kementerian Komunikasi dan Informatika
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kementerian Perhubungan
Badan Narkotika Nasional Kepolisian Republik Indonesia
Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Mabes TNI
Gubernur Kepala Daerah
Kementerian Pertahanan
Dinas Perdagangan dan Perindustrian
Kementerian Hukum dan HAM Badan Intelijen Negara (update terakhir, kewenangan sudah di limpahkan kepada Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu)
Penerbit Sertifikasi KPCS Intan Kasar Direktorat Metrologi, Kementerian Perdagangan
Nantinya—saat ini dalam tahap pengembangan—semua rekomendasi impor-ekspor dan perizinan final dapat diproses secara otomasi pada sistem Kementerian/Lembaga dan terintegrasi dalam sistem INSW. Dengan begitu, proses satu siklus kegiatan impor-ekspor sejak penerbitan rekomendasi impor-ekspornya sampai dengan realisasi perizinannya dapat diketahui, dijamin tingkat kevalidannya, digunakan dalam proses validasi dan rekonsiliasi perizinan dalam kegiatan kepabeanan dalam sistem INSW, dan dapat di monitoring oleh Kementerian/Lembaga penerbitnya.
ARAH PENGEMBANGAN
PP
INSW melihat pengelolaan Lartas dan perizinan impor-
ekspor sebagai satu kesatuan yang terintegrasi. Hal ini mutlak dilakukan karena terkait dengan berbagai aspek. Yaitu, mengenai kebijakan teknis dalam pengaturannya, operasional teknis dalam bidang kepabeanan dan operasional teknis dalam proses otomasi dan sistemik baik pada sistem Kementerian/ Lembaga maupun sistem INSW. Tidak sekedar integrasi teknis sistem inhouse dari masing-masing Kementerian/Lembaga(K/L) dengan sistem INSW, yang lebih penting adalah mengharmonisasikan pengelolaan Lartas dan perizinan, melakukan standarisasi dan simplifikasi, baik kebijakan dalam pengaturan merupakan hal yang juga harus diperhatikan.
30
"Harmonisasi, simplifikasi, dan standarisasi merupakan kunci dari pegelolaan kebijakan tata niaga. "
Simplifikasi mekanisme pengaturan ketentuan Lartas tidak terlepaskan dari keberhasilan koordinasi dan harmonisasi antar K/L teknis. Penyederhanaan ini mulai dari proses penerbitan perizinan sampai dengan mekanisme pengawasan atau implementasinya. Skema simplifikasi dan standarisasi ini dapat dilakukan melalui beberapa langkah atau upaya, sebagai langkah awal. Seperti, evaluasi dampak risiko dan urgensi kepentingan pengaturan
bisnis keseluruhan dari skema
atas suatu ketentuan tata niaga yang
dalam INSW membutuhkan
pengelolaan Lartas. Meski begitu,
pada akhirnya akan diketahui arah
kode HS (Harmonized System
pengembangan mutlak diperlukan
kebijakan dan implementasinya.
Code) atas komoditi yang terkena
core proses bisnis yang dapat
ketentuan Lartas. Kode HS
mengharmonisasikan kegiatan
Hasil evaluasi tersebut dapat
merupakan salah satu parameter
dan memberikan kepastian proses
disimpulkan suatu skema
untuk memenuhi kebutuhan
bisnis, aspek kecepatan dan
pengaturan pengawasan Lartasnya.
awal sistem validasi dalam
kevalidan (keakuratan) data, aspek
Misalnya, apakah pengawasannya
sistem INSW. Ketepatan dalam
hukum, dan aspek terkait lainnya.
diterapkan di border/entry point
pengklasifikasian kode HS mutlak
atau sebaliknya (pengawasan
diperlukan. Terlebih, perlakuan
Harmonisasi, simplifikasi, dan
di post border atau pengawasan
dan mekanisme penggunaan data
standarisasi merupakan kunci dari
sebelum peredaran). Konsep-
dalam implementasi di lapangan
pegelolaan kebijakan tata niaga.
konsep pengelolaan kebijakan
sangat penting, sebab terkait
Adanya koordinasi dan konsolidasi
tata niaga seyogyanya juga sejalan
kesamaan data yang dipakai
antar K/L maupun unit pelaksana
dengan konsep pengembangan
dan kesamaan persepsi. Ini
teknis yang berkepentingan
implementasi dan kebijakan lainnya,
merupakan konsep pendekatan
dari awal perumusan suatu
seperti konsep Indonesia Single Risk
teknis dalam pengembangan
kebijakan Lartas atau tata niaga
Management (ISRM) dan sistem
sistem Indonesia National Trade
merupakan hal yang mendasar.
Single Submission (SSM) yang saat
Repository (INTR), yaitu konsep
Sehingga saat implementasi
ini dalam pengembangan INSW.
single reference, sebagaimana
tidak akan menimbulkan
Sebab, kepentingan dan manfaat
diamanatkan dalam Peraturan
friksi atau permasalahan.
dari pengelolaan yang tepat ini akan
Presiden Nomor 35 Tahun 2012.
lebih berdaya guna apabila dapat Koordinasi dan konsolidas
dintegrasikan dan dimplementasikan
Pengembangan sistem yang
membutuhkan suatu instansi atau
dengan serangkaian proses yang lain.
dilakukan oleh PP INSW,
satuan tugas yang mempunyai
dilakukan dengan dua tahap
mandat yang kuat dalam
Kondisi-kondisi harmonis yang
pengembangan. Pertama,
memegang kontrol. Sebab,
dinamis dalam pengelolaan
pengembangan sistem aplikasi
rangkaian harmonisasi yang
kebijakan Lartas ini diharapkan dapat
pengelolaan Lartas antara DJBC
cukup kompleks, tidak hanya
memperbaiki lebih baik lagi tingkat
dengan PP INSW sebagai target
berbicara kebijakan, namun
waktu tunggu penyelesaian barang
awal dalam waktu dekat. Kedua,
juga sistem operasional, aspek
(dwelling time), menurunkan tingkat
pengembangan yang melibatkan
hukum. Maka, diperlukan
biaya logistik, serta meningkatkan
seluruh K/L, terintegrasi
rangkaian skema dan kesepakatan
peringkat Ease of Doing Business
pada tahap selanjutnya.
bersama yang seyogyanya
(EoDB) dan Logistic Performance Index
Pengembangan sistem ini
dapat diimplementasikan
(LPI) Indonesia. (TRI HARYONO SUHUD)
hanya bagian kecil dari proses
bersama pada akhirnya.
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
31
te ropong I NS W
Implementasi kententuan Lartas
S
ebagai urat nadi jalur perdagangan, kesuksesan pelaksanaan Indonesia National Singgle
Window (INSW) menjadi hal yang tidak dapat ditawar. Pada sistem yang terintegrasi, operasional INSW membutuhkan sinergi kuat antar unit dan kementerian, dimana Pengelola Portal INSW (PP INSW) sebagai leader-nya. Salah satu unit kerja penting yang diajak diskusi adalah Ditjen Perdagangan Dalam Negeri (Daglu) Kementerian Perdagangan. Isu-isu strategis terkait dengan Daglu adalah mengenai implementasi Single Submission (SSM), penerapan Indonesia Single Risk Management (ISRM), sinkronisasi dan validasi Indonesia
Oke Nurwan
National Trade Repository (INTR), rencana otomasi
Dirjen Daglu
pemotongan kuota, serta penyampaian data realisasi.
SINERGI MEMENANGKAN ISU STRATEGIS INSW "kedua belah pihak sepakat untuk segera menyusun rencana kerja dan program kerja, serta mengidentifikasi potensi hambatan dan solusi yang dapat ditempuh dalam mempercepat penerapan ISRM."
32
Isu ini menjadi begitu penting
“Namun sudah diajukan
akhir. Sebagai solusi sementara, PP
sebagai landasan yang harus
permohonan perizinan final ke
INSW mengharapkan Kemendag
dilaksanakan pada program
sistem Inatrade sejak 1 Maret
dapat menggunakan kartu kendali
kerja PP INSW Tahun 2017. Pada
2017,” tegas Oke.
realisasi untuk melakukan cross
pertemuan yang berlangsung akhir
check dengan data realisasi di
Februari 2017 bersama Kepala
Selain Dirjen Daglu, hadir pula
PP INSW, Dirjen Daglu OKE
Direktur Fasilitasi Ekspor dan
NURWAN tegas menyebutkan
Impor serta perwakilan Direktorat
Pada diskusi yang berjalan
akan mendukung program kerja PP
Ekspor Produk Pertambangan
hangat itu, Dirjen Daglu setuju
INSW. Kongkritnya, secara internal
dan Industri, Direktorat Produk
dengan konsep Indonesia Single
Oke akan melakukan koordinasi
Pertanian dan Kehutanan, serta
Risk Management (ISRM) yang
untuk menindaklanjuti isu strategis
Direktorat Impor.
dipaparkan Djadmiko. Bahkan,
terkait INSW.
sistem INSW.
akan segera menganalisa profile risiko perusahaan yang
Oke menyebut, implementasi Buku
Terbatas (Lartas) di sistem INSW,
dikombinasikan dengan komoditi.
Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI)
Kemendag menginginkan PP INSW
PP INSW mengharapkan Kemendag
2017 di Kemendag berjalan cukup
bisa menyusun Standard Operating
untuk memulai menerapkan pada
lancar. Namun begitu, di beberapa
Procedur (SOP) tentang aktivasi
perusahaan yang taat terhadap
unit di Kementerian/Lembaga
Lartas sebagai acuan K/L dalam
aturan perdagangan. Sebagai
(K/L) penerbit rekomendasi
melakukan update pada in house
bahan acuan, PP INSW juga
masih dihadapkan pada beberapa
sistem masing-masing. Agar K/L
akan berkoordinasi lebih lanjut
kendala dalam melakukan revisi
dapat memperoleh data realisasi
dengan pihak Direktorat Jenderal
rekomendasi ke Harmonized System
secara lengkap, Oke mengharapkan
Bea dan Cukai (DJBC) terkait
(HS) 2017 yang diterbitkan sebelum
PP INSW dapat mengkoordinasikan
penggunaan data perusahaan
1 Maret 2017.
integrasi pengiriman data
yang ada di Direktorat Jenderal
rekomendasi dan perijinan pada
Bea dan Cukai (DJBC).
sistem INSW. Perkembangan diskusi lainnya,
Djadmiko Kepala INSW
Atas hal ini, Kepala PP INSW
mengenai uji coba Single Submission
DJADMIKO mengharapkan
(SSM) yang telah mulai dilakukan
Kemendag dan K/L penerbit
di tiga K/L. “Untuk itu Kemendag
rekomendasi untuk menstandarkan
diharapkan untuk dapat ikut
satuan komoditi. Sedangkan
bergabung. Kemendag diharapkan
terhadap pengecualian atas
agar dapat merumuskan legal
perizinan, Kemendag diharapkan
formal terkait SSM tersebut
mendefinisikan pengecualian
sehingga pelaku usaha dapat
dengan jelas sehingga dapat
mengajukan permohonan perizinan
digunakan dalam proses validasi di
melalui Inatrade dan portal INSW
sistem INSW.
yang berbasis SSM,” ujar Djadmiko.
Terkait realisasi pemotongan
Dari diskusi ini, kedua belah pihak
kuota otomatis, disebutkan
sepakat untuk segera menyusun
belum sepenuhnya dapat
rencana kerja dan program kerja,
diimplementasikan. Ini disebabkan
serta mengidentifikasi potensi
karena masih diperlukan
hambatan dan solusi yang dapat
pembahasan lebih mendalam
ditempuh dalam mempercepat
dengan pihak Ditjen Bea dan Cukai
penerapan ISRM.
terkait pengiriman data realisasi
(DAMAR WIJAYANTO)
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
33
te ropong I NS W
Mengenai aktivasi Larangan
Pertemuan PP INSW & Ditjen Bea dan Cukai
Posisi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) sebagai institusi terdepan dalam rangkaian sistem penyelenggaraan INSW begitu penting. Pelaksanaan program Kerja Pengelola Portal Indonesia National Single Window (PP INSW) tidak dimungkiri memerlukan dukungan dan institusi ini. Atas alasan inilah, PP INSW mengajak DJBC melakukan dialog intensif membahas isu-isu strategis seputar INSW.
Beberapa topik penting yang
menegaskan, pihaknya mendukung PP
memerlukan dukungan dan
INSW dalam melaksanakan program
kesepahaman bersama adalah
kerjanya. Dalam dialog tersebut,
mengenai implementasi Single
Dirjen BC didampingi Sekretaris DJBC,
Submission (SSM), penerapan
Direktur Teknis Kepabeanan, Direktur
Indonesia Single Risk Management
Kepabeanan Internasional dan Antar
(ISRM), sinkronisasi dan validasi
Lembaga, Tenaga Pengkaji Bidang
Indonesia National Trade Repository
Penegakan Hukum Kepabeanan dan
(INTR), perluasan mandatory INSW,
Cukai, perwakilan Direktorat Informasi
penambahan SDM, Anggaran PP
Kepabeanan dan Cukai.
INSW, pengelolaan data sistem INSW dan ASEAN Single Window.
Ditegaskan Heru, bentuk dukungan itu akan ditindaklanjuti dengan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai
melakukan koordinasi internal untuk
HERU PAMBUDI pada pertemuan
menindaklanjuti ke delapan isu
yang digelar 10 April 2017 itu
strategis.
34
PERTAMA, program ISRM yang
penambahan disclaimer pada
dengan Badan Pusat Statistik
telah direspon baik oleh Presiden,
INTR yang menyatakan bahwa
(BPS) membahas manajemen
harus segera ditindaklanjuti untuk
keputusan final setiap aturan ada
pengelolaan data nasional
mencapai target pelaksanaan
pada masing-masing K/L penerbit
sehingga penyampaian data dapat
pada Agustus 2017. ISRM terbukti
Larangan Terbatas (Lartas). Posisi
lebih akurat dan real time.
sangat bermanfaat. Terbukti,
INTR hanya sebagai referensi. KETUJUH, penambahan SDM.
penetapan 308 Perusahaan Jalur Prioritas (PJP) berhasil
KEMPAT, mandatory INSW di
DJBC akan mengadakan rapat
mengurangi penumpukan 13 ribu
seluruh KPPBC agar segera
khusus internal terkait permintaan
kontainer. Karenanya, terhadap
direalisasikan dan diperluas,
penambahan pegawai di PP INSW,
308 perusahaan ini diupayakan
tidak hanya untuk BC 2.0 dan
mengingat saat ini DJBC juga
mendapatkan perlakuan sama di
BC 3.0 saja. Karenanya, PP
masih memerlukan SDM di 4
Kementerian/Lembaga (K/L) lain.
INSW akan membuat translator
Kanwil.
untuk sinkronisasi sistem CEISA dan sistem INSW. Pembuatan
KEDELAPAN, ASEAN
program ISRM, dibutuhkan perintah
translator diperkirakan selesai
Single Window (ASW). Untuk
langsung dari Menko Perekonomian
dalam waktu sebulan. Mandatory
keperluan ini, Dirjen BC akan
kepada para Menteri terkait agar
INSW diprioritaskan pada
mempersiapkan sistem agar dapat
para K/L melaksanakan ISRM.
pelabuhan ekspor komoditi migas,
menerima e-SKA Form D yang
Bentuk perintah tersebut berupa
barang tambang dan holtikultura.
akan mulai diimplementasi setelah PLF diratifikasi semua anggota
Surat Menko Perekonomian untuk meminta K/L melaksanakan ISRM,
KELIMA, anggaran PP INSW
yang akan segera dipersiapkan.
sampai dengan tahun 2018 masih
ASEAN.
berada pada anggaran DJBC.
Delapan isu esensial itu akan
KEDUA, sebagai persiapan atas
Hal ini berdampak pada pagu
dilanjutkan dengan sejumlah
terjadinya perubahan mendasar
anggaran PP INSW menjadi
tindakan. Yakni meminta Deputi
dalam teknis dan proses bisnis
terbatas dan kurang fleksibel.
Bidang Pengembangan dan
pengajuan dokumen di K/L maka
Mengingat pentingnya keberadaan
Operasional Sistem PP INSW
diperlukan sejumlah langkah,
PP INSWA, Dirjen BC mendukung
membuat translator untuk
yaitu rapat tingkat tinggi dengan
kemandirian anggaran PP INSW.
sinkronisasi sistem CEISA dan
pimpinan K/L untuk menyamakan
Sambil menunggu Perpres
sistem INSW, yang diharapkan
pemahaman terhadap SSM.
penguatan kelembagaan, PP
akan selesai dalam waktu 1
Penyusunan time frame
INSW bersama DJBC sepakat
sampai dengan 2 bulan. Kemudian,
pelaksanaan SSM dan penunjukan
melakukan persiapan bersama.
PP INSW bersama dengan DJBC
PP INSW sebagai koordinator.
Targetnya adalah pada tahun 2019
akan menyiapkan bahan dan
Kemudian, perlunya perintah dari
anggaran PP INSW sudah dapat
berkoordinasi untuk pelaksanaan
Presiden ke Menteri (K/L) untuk
mandiri.
rapat terbatas dengan K/L yang dihadiri Menko Perekonomian
melaksanakan SSM. KEENAM, mengenai pengelolaan
dan Menkeu untuk membahas
KETIGA, agar INTR tetap update,
data di INSW. PP INSW dapat
SSM, ISRM, dan Peraturan Lartas.
maka perlu ada delegasi wewenang
memberikan data realisasi Lartas
Dan, PP INSW mempersiapkan
yang diberikan kepada DJBC untuk
kepada K/L terkait dalam bentuk
perluasan mandatory system INSW
meng-upload sendiri aturan-
data agregat. Dirjen Bea dan Cukai
keseluruh pelabuhan yang terbuka
aturan baru, sedangkan PP INSW
di kesempatan itu mengusulkan
untuk perdagangan internasional.
menyiapkan sistemnya. Disepakati
dilaksanakan rapat koordinasi
(DAMAR WIJAYANTO)
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
35
te ropong I NS W
Untuk menjamin keterlaksanaan
Arahan dari
Menteri Dwelling Time menjadi tolok ukur penting untuk melihat pelayanan kecepatan arus keluar-masuk barang. Sebagai sebuah proses, lama waktu bongkar muat perlu mendapatkan pengawasan ketat. Salah satunya yang perlu dilakukan adalah mengintegrasikan sistem Trade System dan Port System dengan salah satu fitur yang dihasilkan Dashboard. Integrasi ini vital sebagai pemantauan dwelling time.
T
iga menteri hadir ke PP-PNSW. Ini perhelatan istimewa. Menteri Keuangan SRI MULYANI, Menteri Koordinator Perekonomian DARMIN NASUTION dan Menteri Perhubungan BUDI KARYA SUMADI kompak hadir. Sejumlah pejabat dari berbagai kementerian dan lembaga juga tak mau ketinggalan. Para pelaku usaha di bidang logistik juga merapat. Ini memang momen spesial untuk memastikan pentingnya manajemen risiko ISRM dalam kegiatan ekspor impor. Semua sepakat ISRM dapat menjadi faktor penting untuk mencukur waktu dwelling time dari 3,3 menjadi 2 hari. Itu artinya diperlukan integrasi sistem pendukung dashboard. Sri Mulyani mengatakan Dwelling Time menjadi tolok ukur penting untuk melihat pelayanan kecepatan arus keluar-masuk barang. "Sebagai sebuah proses, lama waktu bongkar muat perlu mendapatkan pengawasan ketat. Salah satunya yang perlu dilakukan adalah mengintegrasikan sistem
36
Trade System dan Port System dengan salah satu fitur yang dihasilkan Dashboard. Integrasi ini vital sebagai pemantauan dwelling time. Sedangkan penerapan ISRM harus dapat mempercepat proses penyelesaian formalitas ekspor impor." tegas Sri. Sesuai amanat Paket Kebijakan Ekonomi Tahap IX tentang sinergi pergerakan barang dan dokumen dalam rangka efisiensi logistik kepabeanan, PP INSW bekerja sama dengan Kementerian BUMN (Pelindo I, II, III, dan IV) melakukan integrasi sistem tersebut. Dengan adanya ketersediaan data pada dashboard nantinya diharapkan dapat membantu menganalisa dan penyelesaian masalah oleh stakeholders terkait guna menurunkan waktu dwelling time. Dashboard akan menjamin pemantauan lama waktu penanganan kontainer impor sejak bongkar dari kapal (staking) sampai dengan keluar dari pelabuhan (gate out) atau lebih dikenal dengan dwelling time.
Baik Menko Perekonomian, Menkeu maupun Menhub menginginkan PP INSW dapat melakukan harmonisasi peraturan di K/L tanpa menunggu terbitnya Perpres penguatan kelembagaan. "PP INSW tidak perlu menunggu perpres terbit untuk melakukan harmonisasi di semua K/L. Kemenko akan mendukung dan membantu mengkoordinasikan K/L terkait, ujar Darmin Nasution. PP INSW juga diminta untuk segera melaporkan evaluasi hasil kerja selama 10 (sepuluh) tahun sejak berdiri sampai dengan saat ini. Soal keberadaan pelabuhan, PP INSW diminta untuk membenahi dan mengoptimalkan 21 Pelabuhan Mandatory INSW sehingga dapat memantau dokumen perizinan, Kepabeanan, data pergerakan barang. Sesuai dengan amanat Paket Kebijakan XI, PP INSW diharapkan dapat menjadi lead dan mendorong implementasi ISRM sesuai target pada bulan Agustus 2017. (DAMAR WIJAYANTO)
te ropong I NS W
Berembuk Bangun Dashboard Upaya pembuatan DASHBOARD DWELLING TIME sebagai bagian dari kelancaran pelaksanaan INSW melibatkan berbagai pihak. Sinergi teknis dilakukan antara PP INSW, baik Kepala maupun para Deputi dengan berbagai pihak. Di antaranya, Direktorat Lalu Lintas dan Angkatan Laut-Kementerian Perhubungan, Direktorat Informasi dan Kepabeanan Cukai-DJBC, PT. Pelindo I, II, III, dan IV, Otorita Pelabuhan Tanjung Priok, dan KPU BC Tanjung Priok, dan perwakilan masing-masing Terminal Operator.
K
oordinasi yang dilakukan
dipilih dan prostrain-costrain
Pelindo II juga menilai, legal
akhir April hingga awal
dari masing-masing opsi.
formal penunjukan Person In
Mei itu untuk menentukan opsi
Charge (PIC) untuk pengaliran
model aliran data yang akan
Pelindo II menanggapi. Saat
data dari terminal ke Pelindo
digunakan dalam pembangunan
ini sedang dibangun acuan
diperlukan surat dari Dirjen
dashboard dwelling time. Selain
legal bentuk kerja sama antara
Perhubungan Laut, Kementerian
itu untuk koordinasi pengaliran
Pelindo II dan Indonesia Logistics
Perhubungan kepada Pelindo I,
data dan membangun komitmen
Community Service (ILCS)
II, III, dan IV. PP INSW diharapkan
dari pihak-pihak yang terlibat.
sehubungan dengan kegiatan
dapat membuat SOP pengaliran
pembangunan dashboard
data dwelling time dari terminal
PP INSW sebagai lead dari
dwelling time. Diakui, validasi
Pelindo dan dilanjutkan dari
pelaksanaan INSW membutuhkan
data dari terminal-terminal
Pelindo ke PP INSW.
data pembanding dari Pelindo I,
belum dilakukan oleh Pelindo II.
III dan IV untuk menjamin data
Karenanya, Pelindo II meminta
Sementara, Pelindo I mengaku,
yang disajikan oleh Pelindo II. PP
waktu paling lama satu bulan
selama ini aliran data dari
INSW juga mengajukan berbagai
untuk menjamin data yang
Transaction Processing System
opsi model aliran data yang dapat
dialirkan ke PP INSW valid.
(TPS) ke Pelindo I tidak
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
37
mengalami kendala. Bahkan, Pelindo I mengklaim
Kemenhub juga menegaskan agar validitas data
bertanggung-jawab dan menjamin validitas data yang
dashboard dwelling time harus mencapai 100%,
dikirimkan. Sebaliknya, sejumlah kendala masih
karena hasil perhitungan dwelling time tersebut akan
ditemui pada Pelindo III. Diakui masih terdapat data
dipergunakan sebagai referensi dalam pengambilan
hilang karena terkendala masalah pengiriman data.
kebijakan oleh pimpinan Kementerian/Lembaga.
Namun, saat ini telah ditemukan solusi model aliran data dengan CSV. Pelindo IV memandang perlunya
Sementara, Ditjen Bea Cukai (DJBC) mengungkapkan,
penyamaan persepsi soal perhitungan dwelling time.
sistem TPS dalam jaringan (daring) yang digunakan
Disebutkan, saat ini empty container oleh Pelindo IV
DJBC dikelola masing-masing Kantor Pelayanan.
tidak dimasukkan ke dalam perhitungan dwelling time.
Adapun data yang dialirkan sebagian masih dilakukan manual. Cakupan TPS daring terbatas pada pelabuhan
Kementerian Perhubungan menyampaikan sejumlah
tertentu, yakni Tanjung Perak, Tanjung Priok, Tanjung
kemajuan. Seperti, proses pembangunan Inaportnet
Emas, dan Soekarno Hatta. Diungkap pula, proses
dalam hal pergerakan barang baru dimulai tahun
bisnis kepabeanan yang berhubungan dengan
2017. Piloting Inaportnet untuk pergerakan barang
pengeluaran barang belum semua tercakup dalam
akan dilakukan di pelabuhan Tanjung Priok,
TPS daring. Terdapat perbedaan hitungan dwelling
karena dianggap telah memiliki fasilitas paling
time antara Bea Cukai dan terminal, kurang lebih
lengkap dalam hal monitoring pergerakan barang.
0,6 hari (data 2015). Untuk itu, DJBC mendukung
"Kemenhub juga menegaskan agar validitas data dashboard dwelling time harus mencapai 100%, karena hasil perhitungan dwelling time tersebut akan dipergunakan sebagai referensi dalam pengambilan kebijakan oleh pimpinan Kementerian/Lembaga."
38
opsi yang digunakan untuk pengiriman data dashboard dwelling time. DJBC menyarankan untuk penyeragaman perhitungan dwelling time dapat mengacu pada buku putih yang telah diterbitkan. Sejumlah hasil urun rembuk berbagai instansi disepakati. Antara lain, sambil menunggu kesiapan Inaportnet untuk menjadi konsolidator data, sementara tetap melanjutkan pelaksanaan opsi 2, yaitu Pelindo II berfungsi sebagai konsolidator data dari semua sistem PT. Pelindo (I, II, III, dan IV). Atas keputusan ini, Pelindo II mengaku memerlukan waktu maksimal satu bulan untuk menjamin validitas data yang diterima dan dikonsolidasikan, baik dari terminal-terminal
te ropong I NS W
di bawahnya maupun dari Pelindo I, III dan IV. sepakat untuk memantau data pada dashboard Di sisi lain, PP INSW menampilkan data sesuai
penerimaan data di INSW setiap hari, untuk
yang diterima dari PT. Pelindo II. Dalam rangka
dibandingkan dengan data masing-masing
evaluasi validitas data yang dikirim Pelindo
terminal yang dikirim ke Pelindo II. Pelaksanaan
II, PP INSW dapat meminta data langsung
tersebut dilaksanakan mulai 10 Mei 2017 lalu.
dari terminal dan juga Pelindo I, III, dan IV sebagai data pembanding. Untuk menjamin
Evaluasi hasil pemantauan dilaksanakan
keterlaksanaan, disepakati review validitas
per minggu—7 hari kalender—dengan
data secara rutin mingguan. Jika kemudian
tiga mekanisme. Pertama, masing-masing
ditemukan masalah validitas data, perbaikan data
terminal/Pelindo I, III, IV akan mengirimkan
dilakukan oleh PIC sumber data terkait, baik dari
email yang berisi informasi jumlah kontainer
terminal maupun dari Pelindo I, II, III dan IV.
gate out per hari yang dikirim ke Pelindo II. Bila terminal/Pelindo I, III, IV tidak mengirim
Atas permintaan aspek legal pengelolaan
email dimaksud, maka dianggap telah
dashboard dwelling time secara menyeluruh
menyetujui data seperti yang ditampilkan
termasuk SOP segera dibahas lebih lanjut oleh
pada dashboard pemantauan tersebut.
pihak terkait di bawah koordinasi Kementerian Perhubungan. Hasil pengecekan terhadap
Selanjutnya apabila ditemukan perbedaan antara
data dari 10 terminal oleh konsolidator data
data yang dikirim oleh terminal/Pelindo I, III,
untuk bulan April 2017 menghasilkan validitas
IV dengan data yang diterima INSW, Pelindo II
94,81%. Selanjutnya, ILCS akan melanjutkan
berkewajiban menjelaskan perbedaan tersebut.
pengecekan terhadap data dari 10 terminal
Mekanisme pemantauan ini dilakukan juga
untuk bulan Maret 2017 dan Mei 2017 dan
untuk data bulan Maret 2017 dan Mei 2017
akan dikomunikasikan dengan PIC masing-
(tanggal 1 s/d 9 Mei 2017) sebagai salah satu
masing entitas melalui Whats App Group.
bahan rapat tanggal 22 Mei 2017 dan seterusnya sampai dirumuskan mekanisme baru untuk
Hasil lainnya, INSW menyediakan dashboard
menjamin validitas data. Pelindo I, III dan IV
pemantauan penerimaan data kontainer gate out
mengirimkan data langsung ke INSW untuk
per hari dari Pelindo II di laman apps3.insw.go.id.
data pembanding dengan tiga mekanisme yang
Selanjutnya, Para PIC terminal dan Pelindo I, III, IV
dirumuskan lebih lanjut. (ANDRIE KRIESNIAWAN)
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
39
Pelaksanaan INSW Pelabuhan Belawan, Medan
Senyum Manis Petugas dan Kepuasan Pengguna Jasa Kemudian pada awal tahun 1980
dalam menjalankan kegiatan
pemerintah mulai menyusun
impor-ekspor, serta menjadi
rencana pembangunan terminal
penghubung muatan yang diangkut
peti kemas. Pada tanggal 10
oleh sarana pengangkut laut dan
Februari 1985, terminal peti
sarana pengangkut darat.
kemas Belawan mulai beroperasi.
S
Pelabuhan Indonesia I terus
Kegiatan lainnya, Pelabuhan
mengembangkan Pelabuhan
Belawan melayani bongkar—muat
Belawan. Sehinggal awal tahun
peti kemas untuk perdagangan
udah sejak lama Pelabuhan
2013, Pelabuhan Belawan mampu
domestik dan Internasional.
Belawan, Medan, menjadi
melayani arus bongkar muat peti
Komoditas utama yang dilayani
pelabuhan terpenting di Sumatera.
kemas hingga 1,2 juta twenty-
pada perdagangan internasional
Pelabuhan Belawan yang
foot equivalent units (TEUs) per
diantaranya karet, Crude Palm Oil
menyandang kelas utama bernaung
tahun dan akan meningkat secara
(CPO), kopi, besi, sparepart, barang
di bawah PT. Pelabuhan Indonesia
bertahap hingga mencapai 2 juta
elektronik, ban, dan pakan ternak.
I. Belanda membangun dermaga
TEUs per tahun.
Negara mitra dagang utama
Belawan lama untuk bersandar
ekspor dan impor adalah Malaysia,
berbagai jenis kapal, baik kapal
Saat ini Pelabuhan Belawan
Singapura, Australia, Cina, Negara-
kargo maupun kapal panumpang.
menjalankan fungsinya sebagai
negara Timur Tengah dan Eropa.
Pada tahun 1938, Pelabuhan
Pintu Gerbang (Gateway) yang
Belawan menjadi pelabuhan
merupakan sarana perlintasan
Sistem Indonesia National Single
terbesar di wilayah Hindia Belanda.
masuknya kapal/pengangkut laut
Window (INSW) mulai diterapkan
Aktivitas Pelabuhan Belawan
ke wilayah Republik Indonesia.
secara mandatory di Pelabuhan
dalam perkembangannya kian hari
Pelabuhan Belawan juga berperan
Belawan sejak tahun 2009.
semakin meningkat.
sebagai penghubung antar negara
Sistem INSW nyata-nyata telah
40
membantu percepatan proses
hanya dapat dilihat petugas Bea
petugas karantina melakukan
impor-ekspor, karena pelaku usaha
Cukai tetapi tidak dapat dikirim
pengawasan terhadap barang
tidak harus menunggu hardcopy
kembali kepada pelaku usaha.
karantina impor. Bila sebelum
dokumen perijinan dikirimkan
Sering juga ditemui jaringan yang
mandatory INSW petugas harus
dari Kementerian/Lembaga dari
terkadang down dan tidak ada call
aktif meminta laporan kepada
Jakarta. Data elektronik dokumen
center INSW, sehingga pelaku
pelaku usaha, maka setelah
tersebut telah dapat diterima oleh
usaha tidak dapat mengkonfirmasi
mandatory INSW petugas cukup
Bea dan Cukai Belawan melalui
dan memperoleh kepastian waktu.
mengecek melalui sistem. Di balik
sistem INSW. Proses customs clearance bisa berjalan lebih cepat.
kabar baik itu, petugas juga sering Terkait Larangan Terbatas (Lartas),
mengeluhkan beberapa kendala
INSW KPPBC TMP Belawan
dalam pelaksanaan mandatory
memberikan sejumlah catatan.
INSW. Seperti, listrik yang sering
Pertama, masih adanya jeda
mati, SDM di bidang IT masih
waktu pengaktifan Lartas di sistem
terbatas, dan pemasalahan hak
INSW, rata-rata sekitar satu bulan.
akses untuk aplikasi internal
Kedua, adanya peraturan Lartas
Barantan yang masih multi user.
yang belum update. Ketiga, belum Balai Karantina Medan
INSW. Terhadap hal ini, Direktorat
menginginkan supaya sistem
Jenderal Bea Cukai (DJBC)
INSW dapat berperan dan
sepakat hanya akan mengacu
dikembangkan lebih luas.
kepada sistem INSW sebagai single
Hal-hal yang perlu mendapat
reference. Dengan begitu, bila
pengembangan adalah mandatory
Lartas belum tersedia di sistem
sistem INSW untuk ekspor produk
INSW, maka barang impor-ekspor
karantina, penambahan data
tidak akan diperiksa dan akan
manifest, dan data pergerakan
memperoleh izin untuk keluar/
barang/container di pelabuhan.
masuk wilayah pabean. Ke depan,
Dari sisi pengguna jasa Balai
Kementerian/Lembaga penerbit
Karantina Medan, apa yang
perizinan dapat memperoleh hak
dilakukan INSW sangat positif dan
akses untuk memperbarui Lartas
mendapat sambutan baik karena
di sistem INSW secara lebih mudah
sangat membantu mempercepat
dan cepat.
dan menyederhanakan proses
p e rspe k tif
semua Lartas masuk ke sistem
pertukaran data terutama antara Hal senada disampaikan Balai
sistem Karantina dengan sistem
Dari sisi petugas, seperti diakui
Karantina Medan, yang menilai
Ditjen Bea dan Cukai. (DAMAR
Kantor Pengawasan dan Pelayanan
mandatory INSW telah membantu
WIJAYANTO & MAULANA ALI)
Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean Belawan, sistem INSW sangat membantu pekerjaan, terutama berfungsi sebagai acuan (single reference) pemeriksaan perizinan ekspor dan impor yang disampaikan oleh pelaku usaha. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala seperti response reject. Artinya, data ‘gagal’
"... Dari sisi pengguna jasa Balai Karantina Medan, apa yang dilakukan INSW sangat positif dan mendapat sambutan baik karena sangat membantu mempercepat dan menyederhanakan proses pertukaran data ..."
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
41
Pelaku Usaha Medan Berharap Perbaikan Sistem INSW Oleh: Damar
Wijayanto & Maulana Ali
Manfaat sistem INSW dalam rangka kegiatan ekspor-impor diakui telah dirasakan oleh pelaku usaha di Medan. Namun begitu, masih diperlukan beberapa perbaikan, seperti jaringan INSW terkadang masih mengalami gangguan.
“T
erkadang sistem INSW
perizinan maupun sistem dan
tentang ketentuan Larangan dan
mengalami gangguan,
jaringan yang dapat membuat
Pembatasan atas produk yang
kegiatan ekspor-impor terhambat.
akan diekspor atau diimpor yang
padahal kami perlu mengakses portal INSW.” curhat CV.
tersedia melalui menu Indonesia
Indomakmur Sentosa salah satu
‘’Kami kesulitan untuk
National Trade Repository (INTR)
importir keramik asal Medan.
berkonsultasi mengenai lartas dan
pada Portal INSW. Dengan informasi
Jika terjadi gangguan jaringan
ganguan sistem INSW”, ungkap
tersebut pelaku usaha dapat
pada sistem INSW, menyebabkan
perwakilan PT. Lancier Transport
mempersiapkan rekomendasi/
dokumen PIB dan/atau PEB tidak
selaku eksportir kayu, kopi, dan
perizinan yang diperlukan dari
dapat diproses dengan cepat.
ikan. Ia menceritakan, dokumen
Kementerian/Lembaga (K/L) terkait.
Pelaku usaha berharap ada solusi
perizinan SPEK (Surat Persetujuan
Sayangnya, peraturan dari K/L terkait
dan kepastian waktu yang jelas
Ekspor Kopi) yang diterbitkan
terkadang terlambat diunggah pada
untuk mengatasi hal tersebut.
oleh Dinas Pedagangan setempat
Portal INSW. Hal ni menyebabkan
Sehingga, kegiatan ekspor-impor
yang diunggah pada Portal INSW
timbulnya permasalahan dalam
bisa berjalan lancar.
tidak mencantumkan informasi
pelaksanaannya di lapangan.
detail barang, sehingga petugas
Dengan adanya perbaikan dan
Untuk kelancaran lainnya, pelaku
masih meminta dokumen asli dari
penyempurnaan sistem INSW
usaha juga berharap ada media
dokumen perizinan tersebut.
tersebut maka diharapkan akan
atau call center untuk dapat
terwujud 4 pilar INSW, yaitu:
berkomunikasi dengan petugas
Sistem INSW juga digunakan pelaku
Transparency, Consistency, Simplicity,
INSW secara real time terkait
usaha untuk mencari informasi
Efficiency yang sangat ditunggu oleh pelaku usaha di Medan.
42
p e rspe k tif
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
43
Implementasi INSW di KPPBC Tanjung Perak – Surabaya
Kawalan Langsung dari Tim Persiapan
S
ejak Oktober 2008, sistem
penggunaan sistem INSW dapat
INSW, terutama terkait komunikasi.
Indonesia National Single
mengefisienkan Sumber Daya
Ketika terjadi permasalahan sistem
Window (INSW) telah beroperasi
Manusia karena beban petugas
(down), misalnya, perizinan yang
secara mandatory di Pelabuhan
analyzing point menjadi berkurang.
telah dikirimkan oleh Kementerian/
Tanjung Perak, Surabaya. Di awal
Selain itu, terjadi efisiensi waktu
Lembaga namun belum masuk
penerapannya, sistem INSW sudah
dan biaya layanan karena sebagian
ke sistem INSW, Petugas Bea dan
dapat berjalan lancar. Hal ini
pemenuhan perizinan ekspor dan
Cukai tidak mendapatkan kejelasan
dimungkinkan karena pelaksanaan
impor diverifikasi dan diputuskan
mengenai status penyelesaian
operasionalnya mendapat kawalan
melalui sistem. Sebelum penerapan
permasalahan. Saat ini, sistem
langsung dari Tim Persiapan NSW.
sistem INSW, masih mungkin
INSW yang baru dua tahun dikelola
Terlebih, ketika itu, seluruh petugas
terjadi kasus pemalsuan dokumen
oleh lembaga permanen, PP INSW,
Bea dan Cukai mendapat pelatihan
perizinan.
hanya sebatas mengembangkan
penggunaan sistem INSW sebelum terjun langung di lapangan.
sistem help-desk yang menjadi “Saat ini, hal tersebut nyaris
contact point, apabila terjadi
mustahil terjadi karena perizinan
permasalahan penerapan
Keberadaan INSW dirasakan
disampaikan secara elektronik dan
sistem termasuk di daerah. Oleh
betul manfaatnya oleh pengguna
telah divalidasi oleh sistem,” tegas
karena itu, permasalahan terkait
sistem ini. Seperti diakui oleh
Efrizal.
komunikasi tersebut banyak
Kepala Kantor Pengawasan dan
ditemui di berbagai daerah yang
Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC)
Namun demikian, Efrizal mengakui,
telah menerapkan sistem INSW
Tipe Madya Pabean Tanjung
dalam perkembangannya terdapat
secara mandatory.
Perak EFRIZAL. Menurutnya,
kendala pada penggunaan sistem
44
Efrizal Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean Tanjung Perak
"penggunaan sistem INSW dapat mengefisienkan Sumber Daya Manusia karena beban petugas analyzing point menjadi berkurang. Selain itu, terjadi efisiensi waktu dan biaya layanan karena sebagian pemenuhan perizinan ekspor dan impor diverifikasi dan diputuskan melalui sistem." — ef r i z a l p e rspe k tif
Ke depan, Efrizal berharap
Jasa Kepabeanan (PPJK) yang
Kalangan PPJK mengusulkan,
perizinan yang dimasukkan
beroperasi di wilayah Pelabuhan
ke depan, surat dispensasi yang
dalam sistem INSW dapat
Tanjung Perak mengakui adanya
dikeluarkan oleh Kementerian/
ditambah. Seperti, surat
perbedaan layanan yang signifikan.
Lembaga dapat dimasukkan ke
registrasi kendaraan untuk
Sebelum ada INSW, semua proses
sistem INSW sehingga proses
ekspor yang dikeluarkan oleh
ekspor-impor bisa cepat karena
lebih cepat. Sejauh ini perizinan
Polri. Baru-baru ini, Bea dan
masih dapat “seenaknya”. Seperti,
yang sudah masuk sistem INSW
Cukai mengalami kesulitan
validasi pemenuhan ketentuan
memang baru izin final yang secara
dalam mengidentifikasi mobil
peraturan dan perizinan tidak
resmi telah ditetapkan dalam
ilegal, karena surat registrasi
dilakukan dengan ketat. Tetapi,
peraturan Kementerian/Lembaga.
yang diterbitkan oleh Polri belum
ini menimbulkan kegelisahan,
Sedangkan surat dispensasi yang
masuk dalam sistem INSW
karena dikemudian hari dapat
sifatnya incidental belum masuk
sebagai perizinan Larangan dan
menjadi masalah setelah dilakukan
sistem INSW. KPPBC mendukung
Pembatasan (LARTAS) ekspor.
audit oleh Bea dan Cukai. Namun,
usulan ini. Sebab, dengan begitu
Karenanya, KPPBC TMP Tanjung
setelah sistem INSW diterapkan,
validasi surat dispensasi lebih
Perak menginginkan, semakin
kepatuhan terhadap peraturan
akurat dan cepat.
banyak perizinan, seperti surat
dan perizinan dilakukan secara
registrasi kendaraan tersebut
ketat karena dokumen divalidasi
Usulan lainnya, semua peraturan
yang masuk dalam sistem INSW.
secara sistem sehingga benar-
ekspor dan impor, walaupun
Sehingga, dapat meminimalisir
benar dapat dibuktikan keasliannya.
tidak terkait langsung dengan
terjadinya “kebocoran” ekspor-
Terlebih lagi, sistem INSW juga
LARTAS, seperti Peraturan Menteri
impor karena validasi perizinan
memfasilitasi penyampaian
Keuangan tentang Anti Dumping,
telah lebih baik melalui proses
dokumen perizinan yang
juga dimasukkan dalam INTR/
yang tersistem.
dikeluarkan oleh Kementerian/
INSW. Sehingga apabila pelaku
Lembaga di Jakarta secara lebih
usaha membutuhkan informasi
Apresiasi atas kehadiran sistem
cepat karena dilakukan secara
semua peraturan terkait barang /
INSW juga datang dari pihak
elektronik. Tetapi, bila semua
HS tertentu, semua dapat tersedia
pengguna jasa. Perwakilan
proses dilalui, importir maupun
di INTR/INSW. (ALI MANSHUR &
dari Perusahaan Penyedia
eksportir dapat lebih tenang dan
MAULANA ALI)
tidak khawatir
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
45
Bersama Jatim Bangun Dashboard "Impor harus dikendalikan agar barang yang diimpor benar-benar aman dikonsumsi masyarakat dan tidak membahayakan kesehatan," — so e k a rwo
S
ebagai bentuk implementasi
yang diimpor benar-benar
sistem INSW di daerah,
aman dikonsumsi masyarakat
Pengelola Portal Indonesia
dan tidak membahayakan
National Single Window (PP
kesehatan,” tegas Soekarwo.
INSW) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa
Menurut Soekarwo kerjasama
Timur sepakat mengembangkan
pembangunan dashboard karena
pengaliran data ekspor-impor
Pemprov Jawa Timur kesulitan
untuk keperluan pengembangan
dalam memperoleh data kinerja
dashboard peningkatan ekspor
ekspor dan impor secara real time.
dan pengendalian impor. Kerja
Soekarwo Gubernur Jawa Timur
sama itu tertuang dalam Nota
Seperti diakui Dinas Perindustrian
Kesepahaman/Memorandum
dan Perdagangan Jawa Timur,
of Understanding (MoU) yang
sebelum ada sistem elektronik,
ditandatangani Kepala PP INSW
Pemprov Jawa Timur, dalam
dengan Sekreteris Daerah Provinsi
hal ini Dinas Perindustrian dan
Jawa Timur pada 27 Oktober 2016
Perdagangan, sebelumnya telah
di Surabaya.
melakukan kerja sama dengan Bea dan Cukai untuk mendapatkan
46
Gubernur Jawa Timur
salinan formulir Pemberitahuan
SOEKARWO menegaskan,
Ekspor Barang (PEB) dan
Pemprov Jawa Timur tidak
Pemberitahuan Impor Barang
anti impor. “Impor harus
(PIB). Atas dasar kerja ama ini,
dikendalikan agar barang
Disperindag dapat mengolah data
perumusan kebijakan penendalian
tidak layak untuk menanggung
ekspor dan impor secara real time.
harga dan perlindungan konsumen.
biaya tambahan.
Sayangnya, penyampaian salinan
Dalam konteks perlindungan
formulir tersebut berhenti setelah
konsumen, berdasarkan data dari
Disperindag berharap data
penyampaian PEB/PIB dilakukan
dashboard, Pemprov Jawa Timur
final PEB/PIB dapat masuk ke
secara elektronik. Pemprov Jawa
melakukan pengawasan pasar
sistem INSW. Sehingga, data
Timur tidak dapat mengandalkan
bekerjasama dengan Balai POM.
yang dihasilkan sistem INSW
data ekspor dan impor dari BPS
Pelanggaran yang ditemukan
lebih akurat dan perbedaanya
karena umumnya data BPS
dari hasil pengawasan oleh
dengan data yang dirilis oleh
memiliki jeda satu bulan.
Pemprov Jawa Timur umumnya
BPS semakin minimal. Sistem
diteruskan ke Balai POM untuk
INSW diharapkan juga dapat
Aliran data yang diterima INSW
dilakukan penindakan mengingat
meng-cover data perdagangan
berupa data agregat. Dashboard
Pemprov tidak memiliki wewenang
antar pulau/ antar daerah.
mengkompilasi data dari daerah,
penindakan.
Selama ini neraca perdagangan
seperti data Surat Keterangan Asal
s u a ra me re k a
untuk mendapatkan data kinerja
Provinsi Jawa Timur sering
(SKA), laporan realisasi impor,
Terkait evaluasi pelaksanaan
defisit. Padahal, ini terjadi karena
dan data dari instansi vertikal
dashboard, saat ini ada keluhan
impor tujuan daerah lain dicatat
di daerah, contohnya, kantor
dari pelaku usaha ekspor impor
sebagai impor Provinsi Jawa
Karantina dan Balai POM. Saat ini
terkait sistem INSW yang sering
Timur. Dengan adanya data
dashboard telah terwujud namun
bermasalah. Ini mengakibatkan
perdagangan antar daerah maka
tidak dipublikasikan karena sifatnya
adanya biaya yang harus
hal-hal semacam ini diharapkan
untuk internal pengambilan
ditanggung pelaku usaha seperti
semakin dapat diminimalisir. (ALI
kebijakan Pemerintah Provinsi
biaya demurrage. Mereka menolak
MANSHUR & MAULANA ALI)
Jawa Timur, misalnya untuk
dibebankan kesalahan, sehingga
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
47
Wawancara Khusus Wakil Ketua KADIN Indonesia
Benny Soetrisno
ISRM Bukan Mimpi Indonesia Single Risk Management (ISRM), sebagai bagian penting dari mega program Indonesia National Single Window (INSW) seringkali dikaitkan dengan dwelling time. Pelaku usaha sebagai pihak paling terdampak dari program ini tentu memiliki pandangan sendiri tentang ISRM: bagaimana dan apa manfaatnya. Serta, mungkinkan ISRM benarbenar dapat diwujudkan, apa aja kendalanya. Berikut wawancara INSWMagz dengan Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Benny Soetrisno.
48
INSWMagz: Menurut Anda, apakah benar ISRM dapat menjadi solusi dalam pengawasan maupun pelayanan? Benny Soetrisno (BS): Saya
menjelaskannya tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Tetapi bagaimana kita membangun ISRM benar-benar sebagai solusi dalam pengawasan maupun pelayanan secara keseluruhan lebih komprehensif. Banyak kendala kita dalam pengelolaan data di masingmasing institusi. Maka, dalam konsep pertama kita adalah single identity. Bagaimana kita menuju single identity. Sampai hari ini, single identity kita kuatkan dengan program reform Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) dengan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Itu juga dimasukkan dalam salah satu inisiatif program, joint program. Salah satu programnya adalah membentuk single identity,
dan ini sudah terlaksana. Quick win di kuartal yang sekarang ini sudah terlaksana. Data NIK itu sudah sama dengan data NPWP-nya pajak. Jadi, cukup menggunakan data NPWP. Ini dimaksudkan untuk mengetahui sebenarnya bagaiman kita mengelola data antara Pajak dan Bea Cukai. Sehingga, dengan data yang single ini, kita melihat Bea Cukai melayani dengan WP, termasuk dari WP-nya pajak. Tentu pajak juga berkepentingan bagaimana sih mengawasi WP-nya dalam berkegiatan di Bea Cukai. Sebaliknya, Bea Cukai ingin juga mengetahui kepatuhan si WP ini dalam pelaporan SPT, pembayaran pajaknya, dan sebagainya. Sehingga tentu ini saling mengaitkan. Jadi kalau seperti Dirjen bilang link-nya itu seperti ini erat, bukan link yang hanya asal nyambung. Tapi adalah link yang saling keterkaitan kemudian saling menutup celahnya.
INSWMagz: Dengan NIK Kemendagri bagaimana perkembangannya?
BS: Begini. Saat ini kita juga telah melakukan pemblokiran dan sebagainya. salah satu quick win kita adalah bagaimana kita memanfaatkan data Pajak atau Pajak memanfaatkan Bea Cukai meminta bantuan untuk memblokirkan atas importir yang tidak melakukan pembayaran pajak dengan baik. Itu sudah dua tahun kita lapor SPT dan sebagainya. Sehingga, direkomendasi pajak untuk kita blokir. Itu baru pemanfaatan single identity. Bisa dikembangkan ke arah sana. Oleh karenanya, ini tentu akan memengaruhi profile dari si WPnya. Ke depan, tentu kita lihat bagaimana mengembangkannya. Walaupun secara tidak tertulis kita join dengan NIK-nya kependudukan tetapi secara data itu sudah diakomodir dari Dukcapil. Jadi data kependudukan itu dari Kemendagri sudah diatur pengelolaan NIK dan NPWP, sudah jadi satu. Oleh karena itu ke depan bagaimana menggandeng lagi dengan API-nya dari Perdagangan. Sehingga itu akan menyatu dalam single identity. Sehingga, identitas-identitas dari NPWP atau WP ini otomatis sebenarnya dapat dipakai dari seluruh K/L. Kalau sudah menyatu menjadi satu database besar, selanjutnya tinggal bagaimana PP INSW mengelolanya. Ini suatu hal yang saya kira pekerjaan yang besar sekali. Suatu prestasi juga loncatan dari negara kita adalah bagaimana kita tadinya berdiri masing-masing kemudian mengelola risiko secara bersama. Itu sebenarnya tujuan besar, makanya kita membayangkan bagaimana sih ISRM ini akan mengelola itu, mencapai itu. Saya yakin bisa, dan ini telah kita buktikan. Bahwa Bea Cukai dengan pajak sudah jadi satu. Untuk pengelolaan risikonya.
BS: Kita sudah cleancing ke sana sebenarnya. Walaupun kita belum memakai MOU. Kerja sama antara data NIK dengan NPWP dan NIK, tapi kita sudah melaksanakan cleancing itu. Data Dukcapil itu. Saat ini, kita modelnya masih belum menjadi satu link, belum. Tetapi, memverifikasi data kita itu memakai data dukcapil (NIK). Masih dipakai seperti itu. Ini kan hanya antara. Artinya kalau meraka memang sudah bisa benar-benar diyakinkan untuk dikelola bersama. Terbenturnya soal kerahasiaan. Kita berharap juga nanti, ini harapan kepada PP INSW, bagaimana PP INSW meyakinkan seluruh K/L supaya bahwa dia-save, aman datanya dalam pengelolaan PP INSW. Bagaimana pun juga PP INSW juga akan mengembangkan aplikasinya.
INSWMagz: Kalau mengenai program single submission (SSM), tanggapan Anda? BS: Saya setuju sekali. Justru di sinilah. SSM ini diharapkan dapat memenuhi kepentingan seluruh K/L. Kalau prinsip awalnya, single sub mission digunakan bersama-sama, saya sangat sependapat. Tetapi bagaimana kalau setelah dia SSM, mengelola, nah nanti mekanismenya tinggal diatur setelah proses masingmasing K/L. Itu sangat berbeda. Artinya, kalau diawal informasi seluruhnya bahwa importasi dan sebagainya itu di-SSM-kan, variable datanya yang diinginkan itu sudah masuk semua di dalam sana. Kepentingan K/L, Bea Cukai, dan sebagainya sudah masuk. Saya kira seluruh K/L itu akan bisa memanfaatkan apa yang diperlukan.
Tapi nanti setelah diproses di Bea Cukai, ada hal-hal tertentu yang mungkin bisa diinformasikan. Misalnya, sebatas mem-feeding data, bahwa ada yang melakukan pelanggaran. Atau, cheating, under value, atau sebagainya. Itu informasi feedback yang diatur nanti. Tapi tidak an-sich seluruh data itu akan dijadikan satu di dalam database, itu menghambat. Saya kira itu harus bertahap. Kalau tidak malah reluctant ya. Saya tidak terlalu yakin bahwa seluruh K/L langsung saat itu juga, dia melebur jadi satu di dalam database PP INSW. Tetapi dikembalikan lagi. Kalau SSM-kan artinya pemberitahuan, belum menjadi dokumen secara resmi. Hanya nanti feedback-nya. Kalau Bea Cukai ada pemeriksaan, Karantina ada pemeriksaan, feedback-nya hanya report. Itu akan membuat risk engine menjadi bagus. Karena apa, tidak an sich yang negatif, tapi yang positif juga diberikan masukan. BPOM dan Kementerian Perdagangan melakukan operasi pasar, memberikan masukan. Misalnya, perusahaan ini melakukan pelanggaran dan sebagainya. Sehingga risk enginenya yang akan berkerja. Bagaimana profile itu akan menghasilkan suatu profile yang bersama-sama.
INSWMagz: Seberapa penting profile, dalam proses ini? BS: Semua ini adalah proses
membentuk, membangun. Sehingga kalau dalam perjalanannya, tentu ada proses mematangkan. Pematangan dari sebuah konsep manajemen risiko dari masing-masing K/L. Dalam proses pematangan, arahnya adalah memang benar-benar akan menjadi single profile dan single treatment. Karena salah satu contoh ya, kenapa kita bersikeras bahwa kenapa kok profile importir atau WP itu, sangat penting?
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
49
s u a ra me re k a
INSWMagz: Artinya, dari data yang sama bisa dimanfaatkan untuk kepentingan lebih luas?
karena inilah awal bagaimana kita melakukan treatment terhadap sebuah kegiatan. Iya kan. Nah suatu contoh. Kenapa MITA AEO? Kita lihat saja, saat ini katakanlah, ketika K/L lain belum menerapkan hal yang sama dengan yang telah dilakukan oleh Bea Cukai, kalau memang dinyatakan bahwa MITA atau penerima AEO ini tidak pantas untuk menjadi AEO atau MITA, itu akan direspon langsung ke Bea Cukai. Sehingga mereka memang harusnya diturunkan. Tetapi kalau memang mereka di dalam pelayanan atau pengawasan K/L lain atau di dalam bea cukai sendiri saja ada mekanisme, di-punish, didrop, di-downgrade, dan sebagainya bahkan kalau memang salah harus dipidana ya dipidana. Pinalti denda ya didenda, hal yang biasa itu.
INSWMagz: Jadi, poinnya adalah pemeriksaan? BS: Begini. Kalau hanya submit
SSM itu sebenarnya hal yang lumrah semua harus diajukan, ya kan? Tetapi tidak an sich bahwa dia harus melakukan verifikasi. Sehingga sebenarnya kalau memang Bea Cukai memberikan sebuah fasilitas itu harus tepat juga dinilai oleh K/L yang lain. Kalau memang tidak tepat, harus kita pertimbangkan juga. Bea Cukai harus mempertimbangkan ulang. Benar tidak ini sama dengan profile yang dikehendaki oleh masing-masing K/L. Nah dari arah itu kalau kita melihat tadi ya history tidak harus itu. Sehingga apa? pemerintah itu negara. Kita kan pertanyaannya bukan bea cukai atau K/L lain, tetapi pemerintah. Sebenarnya bagaimana sih pemerintah memperlakukan kegiatan fasilitasi bisnis, impor ini dan sebagainya. Nah itulah dengan penerapan ISRM, sehingga kita sama, satu suara. Pajak pun demikian, tidak sama. Kalau memang ada pengusaha
50
orientasinya ekspor kita dukung untuk ekspor. Sehingga tidak ada gangguan hambatan apapun di situ. Sehingga bisnis ini akan berjalan seoptimal mungkin. Ya kan? Tetapi kalau memang melanggar, ya kita ramai-ramai harus mem-punish dia. Memang tidak pantas dia diperlakukan seperti itu. Tujuan besarnya itu ke sana. Sehingga, efisiensi akan berjalan, efektivitas, cost logistic, dan sebagainya. Sehingga bicaranya terkait dwelling time tidak an sich waktu yang selesai di dalam pelabuhan.
"Saya kira bukan mimpi. ISRM itu adalah tujuan. Kita memang harus mempunyai ISRM. Bukan mimpi lagi." — b enn y s oet r i s n o
INSWMagz: Kenapa ada kesan tidak ada perencanaan yang tepat? BS: Misalnya, begini. Kenapa yang
jalur hijau BPOM, prioritasnya BPOM, Prioritas Bea Cukai, Prioritas Karantina, katakanlah, lama di pelabuhan karena sebenarnya tidak an sich masalah pelayanan. Tetapi dulunya, historical-nya bagaimana dapat memastikan ketepatan waktu di dalam proses pengadaan. Pengadaan barang sampai distribusi dan sebagainya atau produksinya. Itu bisa diprediksi oleh perusahaan. Kalau kita waktunya belum bisa tepat. Dia menggunakan ya, mungkin beberapa waktu ya. Yang di-lead time-nya mereka. Saya pastikan kalau barang ini bisa satu hari. Mungkin ya, satu hari bisa dipastikan. Tetapi kalau ternyata satu hari diperkirakan untuk mendukung industrinya, ternyata seminggu, ya tutup. Itu cost-nya lebih tinggi untuk menghentikan mesin dan sebagainya.
INSWMagz: Kesimpulannya, apakah ISRM memengaruhi dwelling time? BS: Dari konsep itulah makanya
ISRM itu supporting. Memang tidak head to head secara langsung untuk dwelling time. Karena apa, kalau dilihat gimana sih dwelling time
apa terpengaruh oleh ISRM? Saya kira secara langsung mungkin kalau dikatakan langsung ya akan mengurangi. Ya saya bisa mengatakan antara ya atau tidak. Saya kasih contoh. Larangan Terbatas (Lartas) kitakan sangat tinggi ya. Lartas kita yang kena HS 2017 ini, itu bahkan sudah sampai 51 persen. Nah proses harmonisasi, sinkronisasi untuk regulasi dan aturan Lartas itu kan masih cukup panjang. Kalau seluruh K/L menggunakan ISRM sebagai mekanisme pengawasan dan pelayanannya, katakanlah, pakai jalur MITA atau AEO, kita plototin bareng-bareng. Porsi AEO dan MITA itu hampir kurang lebih di atas 40 persen seluruh total importasi. Kalau di Tanjung Priok itu dia bisa mencapai di atas 40 persen. Artinya kan porsinya tidak 51% lagi. Bisa hampir separuhnya kan? Berartikan sekian persennya 25 atau lebih dari itu, yang seakan-akan Lartasnya. Bayangin kalau kita memotong 51% menjadi 17% seperti Malaysia. Nah maka konsep itu bukan an
BS: Saya kira bukan mimpi.
INSWMagz: Kementerian/ Lembaga memiliki perhatian (fokus) yang berbeda terhadap risiko. Menurut Anda? BS: Iya, saya kira hampir sama
ya. Kalau Bahasa saya sih, kita juga mengelola komoditi. Karena informasinya tadi mereka terputus putus. Pertanyaannya, kenapa Kementerian Perdaganan masih mewajibkan si importirnya melaporkan? Setelah impor, dia melakukan pelaporan. Padahal kalau SSM dia sudah
dapat informasinya. Feedbacknya adalah hasil pemeriksaan Bea Cukai. Karantina itu ada feedback. Ya kan? Sehingga mekanisme itu bisa dipotong.
INSWMagz: Kalau begitu apa yang sangat penting harus dibangun? BS: Ya, sekarang kita harus
membangun trust ya. Mereka harus membuka juga trust-nya. Fair. Artinya kita fair, kita samasama mengungkap ya kan? An sich apakah mereka melakukan itu, kita lihat historical-nya. Kita samasama, jadi kita jangan dikembalikan lagi mengerucut ke egonya masing-masing. Kita membuka diri. Secara sederhananya ya, ayo kita gabung dulu. Kalau saya gabung saja dulu, nanti kan sama-sama melihat. Anda bisa mengoreksi kita, kita bisa mengoreksi mereka.
INSWMagz: Menurut Anda, membangun ISRM apakah sebuah mimpi?
INSWMagz: Bagaimana dengan periode evaluasi Kementerian/ Lembaga yang berbeda-beda? BS: Tidak apa-apa. Itu namanya
maturity. Orang itu butuh kematangan di dalam proses. Ada yang bisa jalan cepat. Kalau kita kan memang ada beberapa treatment. Loh, kita ada surveillance loh. Surveillance, audit, itu mekanisme yang kita kembangkan terus. Tidak sich ya. Problemnya itu sebenarnya pemerintah itu menyatakan, kita semua perlu tidak sih barang yang itu diaduk-aduk di pelabuhan. Boleh saja diperiksa tapi, setelah datang, setelah dia di gudang, atau dua bulan sekali, tiga bulan sekali, atau audit, atau apa pun itu. Tapi tidak an sich setiap barang datang diimpor oleh seseorang itu dikeroyok di situ di tempat. Ini menjadi tidak menarik buat industri. Gitu. (DAMAR WIJAYANTO & MAULANA ALI)
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
51
s u a ra me re k a
sich, tidak berarti ISRM tidak dapat menyelesaikan seperti itu. Justru bisa menyelesaikan lebih ke depan itu jauh lebih besar dari sekedar hanya masalah dwelling time. Pertnyaan saya sebenarnya malah tidak sekecilnya masalah dwelling time tapi masalah besarnya kena. Apakah dia akan diperiksa secara priodik ya kan? Apakah dia akan hanya diaudit, post audit-nya oleh K/L itu dan sebagainya. Itu satu. Itu adalah mimpi besarnya ISRM.
ISRM itu adalah tujuan. Kita memang harus mempunyai ISRM. Bukan mimpi lagi. Saya ketua pelaksanaan harian di internal ISRM Bea Cukai. Saya berani menyatakan di rapat saya yang pertama, bahwa saya harus piloting ISRM dengan BPOM. Sekarang ISRM itu harus tool atau sebenarnya tujuan? Kalau tujuannya membangun tool, ya harusnya anggarannya dulu, segala macam. Tetapi kalau keterbatasan, bisa sambil paralel. Kalau kita mendorong industri segala macam, kita dorong bareng-bareng. Jangan masingmasing. Untuk mengurangi itu kembangkan manajemen risiko. Gitu. Pertukaran data dan sebagainya. Ya di situ. Ini sudah paket loh ya. Jadi kalau paket ini mestinya kita barengbareng menuju ke sana. Kalau tidak, ya salah kita bersama ini.
Sosialisasi Mandatory INSW di KPPBC TMP A: BANDUNG
Implementasi Berujung Perubahan Proses Bisnis dan Sistem
D
Sosialisasi dihadiri oleh pelaku
Sosialisasi dibuka oleh perwakilan
usaha, Perwakilan Ditjen Bea dan
KPPBC TMP A Bandung dan
Cukai (DJBC), Badan Pengawas
dipimpin oleh Deputi Bidang
Obat dan Makanan (BPOM), Badan
Hubangan Antar Lembaga PP
Karantina Pertanian (Barantan),
INSW HARMEN
Kementerian Perdagangan, Dinas
SEMBIRING.
Perindustrian dan Perdagangan
Acara dilanjutkan
alam rangka perluasan
(Disperindag) Provinsi Jawa
dengan
mandatory sistem Indonesia
Barat, Stasiun Balai Karantina
pemaparan
National Single Window (INSW),
Tumbuhan Bandung, Stasiun Balai
Perluasan Mandatory INSW oleh
PP INSW menggelar sosialisasi
Karantina Ikan Bandung, Balai
Kepala Divisi Monitoring dan
Mandatory Sistem INSW pada
POM Bandung, PT. EDI Indonesia,
Evaluasi, Deputi Bidang Proses
Kantor Pengawasan dan Pelayanan
dan pejabat/staf KPPBC Tipe
Bisnis, PP INSW. Selanjutnya,
Bea-Cukai Tipe Madya Pabean
Madya Pabean A Bandung.
pemaparan Asistensi Penerapan
(KPPBC TMP) A, Bandung pada tanggal 6 April 2017. Sosialisasi bertujuan untuk memberikan penjelasan rencana implementasi mandatory INSW yang berakibat pada perubahan proses bisnis dan sistem yang diaplikasikan di KPPBC Tipe Madya Pabean A Bandung kepada pelaku usaha dan Kementerian/ Lembaga penerbit lartas.
52
Lartas oleh Kasi Intelejen,
"Sosialisasi bertujuan untuk memberikan penjelasan rencana implementasi mandatory INSW yang berakibat pada perubahan proses bisnis dan sistem."
Larangan, Pembatasan dan KLN DJBC. Pada bagian lain ada pemaparan dan penjelasan Sistem INSW oleh Kepala Divisi Sistem, Aplikasi dan Operasional, Deputi Bidang Pengembangan dan Operasional Sistem PP INSW. Acara sosialisasi ditutup oleh Sekretaris PP INSW KUKUH S. BASUKI.
legal formal dan pengembangan
peserta uji coba sistem INSW akan
beberapa catatan penting yang
aplikasi. Tahap ketiga akan
diambil dari beberapa eksportir.
disampaikan peserta diskusi.
dilakukan uji coba pertukaran data
Hal ini dikarenakan kegiatan
Disperindag Provinsi Jawa Barat
melalui sistem INSW. Seluruh
ekspor di KPPBC TMP A Bandung
menanyakan dampak mandatory
tahap tersebut diperkirakan akan
lebih dominan dan berkelanjutan
INSW terhadap kelanjutan provider
selesai pada bulan Oktober 2017.
sehingga lebih ideal untuk
yang selama ini menangani
dilakukan uji coba.
operasional sistem penerbitan
Sedangkan, stasiun Karantina
Angka Pengenal Impor (API)
Tumbuhan Bandung menanyakan
Kemudian, barang kiriman
dan Surat Keterangan Asal
cakupan wilayah Implementasi
dari luar negeri segera akan
(SKA) di Kantor Disperindag.
Mandatory Sistem INSW pada
menggunakan aplikasi BC 2.0 yang
Atas pertanyaan ini, Kemendag
KPPBC TMP A Bandung dan
selama ini masih menggunakan
menjelaskan, aplikasi sistem
pengecekan lartas yang telah
Pemberitahuan Impor Barang
yang saat ini ada tetap berjalan
dilakukan di Stasiun Karantina
Tertentu (PIBT). Karenanya,
dan proses pengiriman data dari
Tanjung Priok. PP INSW
diharapkan implementasi
Disperindag ke sistem INSW yang
menyampaikan, cakupan wilayah
mandatory sistem INSW pada
dikoordinasikan melalui Inatrade.
mandatory sistem INSW di Bandung
KPPBC TMP A Bandung sesuai
adalah wilayah kerja KPPBC TMP
dengan jadwal yang telah
Sebaliknya, Kemendag meminta
A Bandung. Diantaranya Dry Port
direncanakan yaitu tanggal 1 Mei
kejelasan jadwal penyediaan
dan Bandara Hussain Sastranegara.
2017 sehingga dapat membantu
fitur realisasi pemotongan kuota
Sedangkan, jika eksportasi atau
petugas AP dalam mengecek lartas
di sistem INSW. Direktorat
importasi dilakukan melalui
untuk barang kiriman tersebut.
Penindakan dan Penyidikan
Tanjung Priok atau pelabuhan lain
DJBC menjelaskan, pembahasan
dan telah dilakukan pengecekan
Ke depan, perlu dilakukan
relisasi pemotongan kuota terbagi
lartas maka K/L tidak perlu
evaluasi teknis terhadap ujicoba
ke dalam tiga tahap. Pada tahap
melakukan pengecekan ulang
sistem INSW pada KPPBC TMP A Bandung untuk memastikan
pertama dilakukan identifikasi komoditi dan standarisasi satuan.
Di ujung pertemuan dihasilkan
kesiapan implementasi mandatory
Tahap kedua adalah perumusan
sejumlah kesimpulan. Yaitu,
INSW. (DAMAR WIJAYANTO)
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
53
@ th e mome nt
Diskusi berjalan hangat. Ada
INSW Hadiri Pertemuan TWGASW ke-38 MANILA
D
elegasi PP INSW bersama
bantuan dari USAID-ACTI selaku
secara mandiri. Indonesia yang
perwakilan dari Ditjen Bea
lembaga donor. Pihak Axway yang
selama ini membangun INSW
dan Cukai dan Badan Karantina
dikontrak USAID-ACTI melakukan
secara mandiri kemungkinan
Pertanian mewakili Indonesia
pemeliharaan ASW Gateway
besar akan melakukan
pada pertemuan The Working
menyampaikan perhitungan biaya
pemeliharaan secara mandiri
Group on Technical Matters for
dan technical support. Hasilnya,
mengingat kapasitas sumber
ASEAN Single Window (ASW-
harus disiapkan di level nasional
daya manusia yang dimiliki telah
TWG) ke-38 pada 14 – 17 Februari,
untuk kebutuhan pemeliharaan
dapat melaksanakannya.
di Sofitel Philippine Plaza Manila,
dan lisensi software ASW Gateway.
Filipina. Pertemuan dihadiri
Kelak, ketika ASW Gateway
Terkait pertukaran data e-SPS,
oleh seluruh perwakilan dari
diserahterimakan dari USAID-
ASEAN Secretariat telah melakukan
negara anggota ASEAN dan
ACTI kepada ASEAN Secretariat.
e-SPS Study dan preliminary
ASEAN Secretariat (ASEC).
Selanjutnya, diteruskan ke masing-
report study telah di-workshop-kan
masing negara anggota ASEAN.
pada tanggal 23-24 November
Isu utama yang dibahas pada
Setiap negara dapat memutuskan
2016 di Bangkok, Thailand.
pertemuan tersebut terkait
apakah melanjutkan untuk
Report dari e-SPS Study tersebut
pembiayaan maintenance ASW
menggunakan jasa Axway atau
akan dibahas terlebih dahulu di
Gateway setelah berakhirnya
dapat melakukan pemeliharaan
pertemuan ASEAN Sanitary and
54
kemudian menjadi pedoman dalam pertukaran data e-SPS melalui ASW. Report dari e-SPS study akan dijadikan Message Implementaion Guide and Process Specifications (MIG) untuk pertukaran e-SPS, yang berisi rancangan information flow dan struktur data (elemen data) dari e-SPS.
@ th e mome nt
Phyto-Sanitary Contact Point (ASCP) untuk
Gagal Disepakati di SEOM, Pembiayaan PMO ASW Dibawa ke AEM Retreat
S
enior Economic Official Meeting (SEOM) belum mencapai sepakat soal sumber
pembiayaan untuk kelanjutan pengelolaan PMO ASW. Pembiayaan dengan menggunakan ASEAN
Di tahap awal ini, Badan Karantina Pertanian
Operating Budget akan berakhir pada akhir
di Indonesia telah melakukan pertukaran eSPS
tahun 2017. SEOM sepakat untuk menaikkan
dengan beberapa Badan Karantina di negara lain
masalah ini ke forum tingkat Menteri, yaitu AEM
secara point to point and bilateral understanding
Retreat. Informasi ini didapat setelah delegasi
dengan menggunakan standar yang telah
PP INSW yang dipimpin Deputi Bidang Hubungan
disepakati antara kedua pihak. Sedangkan
Antar Lembaga Harmen Sembiring menghadiri
untuk eSPS yang diterbitkan oleh karantina
pertemuan ASEAN Single Window Steering
ikan masih memerlukan kesepakatan atas
Committee (ASWSC) ke 18 tanggal 28 Februari – 2
standar yang akan digunakan. Menurut timeline
Maret 2017 di Hua Hin, Thailand.
yang disepakati, pertukaran data e-SPS akan dimulai pada Desember 2017. (ALI MANSHUR)
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
55
Biaya PMO ASW Gunakan Anggaran ASEAN Secretariat Berkenaan dengan live operation ASW dengan mempertimbangkan kesiapan
A
SEAN Economic Ministers telah telah menyepakati,
biaya pengelolaan PMO ASW
teknis dan legal yang
akan menggunakan Anggaran
dihadapi, Indonesia, Malaysia
Operasional ASEAN Secretariat
dan Singapura sepakat live
(ASEAN Secretariat Operating
operation ASW (penggunaan
Budget/ AOB). Kepastian
e-Form D sebagai dasar
ini didapat dari delegasi
dalam pengambilan keputusan/
untuk pemberian bea masuk
Indonesia yang ikut menghadiri
kesepakatan oleh AEM.
preferensi) akan secara
pertemuan The Working Group
efektif mulai dilakukan satu
on Technical Matters for ASEAN
Terkait rencana pertukaran
bulan setelah semua Negara
Single Window (ASW-TWG) ke-
ASEAN Cutoms Declaration
menyelesaikan ratifikasi PLF.
39 tanggal 28 - 31 Maret 2017.
Documents (ACDD), negara
Sedangkan Thailand masih
Kesepakatan penggunaan
kesepakatan pemahanan
mengalami beberapa kendala
AOB tersebut disertai dengan
terkait pertukaran data ACDD.
teknis. Sehingga, menyatakan
beberapa catatan. Antara lain,
Bahwa elemen data dari ACDD
baru akan siap live operation
implementasi project tidak
mengacu pada informasi
pada akhir tahun 2017. Untuk
boleh dijadikan precedence bagi
terkait kegiatan ekspor dari
persiapan live operation
sektor/pilar AEC karena pada
masing-masing AMS. Selain itu,
ASW tersebut, PP INSW akan
dasarnya ASW bukan project
ertukaran data dari ACDD akan
memastikan kesiapan teknis
namun komitmen fasilitasi
digunakan untuk kebutuhan
berupa pengaliran data e-Form
perdagangan yang harus dijamin
risk management di negara
D ke CEISA dan kesiapan
operasionalnya. Kesepakatan
tujuan (importing countries).
Petugas BC serta kesiapan legal
telah sesuai dengan prinsip-
ACDD Message Implementation
yaitu revisi PMK 205/2015.
prinsip dasar pendanaan di
Guide and Process Specification
ASEAN, diantaranya article 5
(MIG) berisi information flow
Untuk mempersiapkan
ASEAN Charter tentang equal
pertukaran data ACDD dimana
pertukaran ACDD dan e-Phyto
rights and obligations of the AMS
untuk Indonesia data ACDD
yang rencananya mulai pada
dan kesepakatan diambil untuk
akan diekstrak dari data PEB
bulan April 2017 dan bulan
menjamin keberlanjutan jangka
yang diterima oleh INSW
Agustus 2017, akan dilakukan
panjang dari fasilitas ASW.
dari sistem DJBC. ACDD
enhancement pada ASW
Proposal / opsi-opsi sumber
mencakup 54 elemen data,
Gateway. Pertemuan sepakat
pembiayaan yang disampaikan
dimana sebagian besar elemen
biaya enhancement tersebut
ASEAN Secretariat merupakan
data bersifat optional (hanya
akan ditanggung oleh USAID-
bagian tak terpisahkan dan
14 elemen data yang berifat
ACTI. (ALI MANSHUR)
menjadi bahan pertimbangan
wajib). (ALI MANSHUR)
anggota ASEAN mencapai
56
Dukungan dari BKIPM
B
Pertemuan yang fasilitasi oleh Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga PP INSW itu bertujuan untuk mendapatkan dukungan terkait program yang dilaksanakan oleh PP INSW. Dalam pertemuan tersebut Djadmiko memaparkan isu strategis PP INSW yang berkaitan dengan BKIPM untuk mendapatkan tanggapan dari pimpinan BKIPM. Isu-isu yang disampaikan adalah implementasi Single Submission (SSM), penerapan Indonesia Single Risk Management (ISRM), sinkronisasi dan validasi Indonesia National Trade Repository (INTR), pembentukan unit Pengelola INSW di BKIPM, dan penyampaian data realisasi. Terkait isu-isu tersebut, BKIPM menyampaikan beberapa proses yang sedang berjalan. Diantaranya, BKIPM sangat hati-hati dalam menetapkan perusahaan kategori
low risk karena perusahaan perikanan tidak stabil dalam jangka panjang dan ekspor ikan juga terkait dengan impor ikan (sebagai bahan baku). Namun demikian, BKIPM berupaya untuk menyelesaikan kategorisasi pada bulan Agustus 2017. Selama ini BKIPM telah berkoordinasi langsung dengan DJBC dalam penentuan kategorisasi perusahaan perikanan (risk management). Hal tersebut dilakukan karena BKIPM merasa bahwa konsep yang dibangun PP INSW dan DJBC berbeda sehingga timbul petanyaan siapa yang menjadi pedoman. Di BKIPM pelaku uaha dibagi menjadi dua kategori, yaitu pelaku usaha yang dikategorikan low risk dan pelaku usaha yang dikategorikan high risk. Untuk pelaku usaha yang dikatagorikan kedalam low risk berjumlah 69 perusahaan berdasarkan selfassessment oleh BKIPM dari total sekitar 13.000 perusahaan yang ada di BKIPM. Terhadap dua kategori pelaku usaha tersebut akan diberikan perlakuan (treatment) tertentu sesuai dengan kategorinya. Untuk kategori pelaku usaha low risk akan mendapatkan kemudahan dalam rangka pelayanan dan pemeriksaan karantina ikan, kecuali jika ada wabah/penyakit dari negara asal maka akan diterapkan perlakuan khusus. Aturan hukum penerapan ISRM telah dimasukan dalam Prolegnas di KKP, terdiri
dari Peraturan Menteri dan Surat Keputusan Kepala Badan (juknis) yang ditargetkan selesai pada bulan Agustus 2017; Terkait INTR, PP INSW meminta ketegasan kedudukan BKIPM apakah dikategorikan sebagai inspection body di pelabuhan selain Ditjen Bea dan Cukai, sehingga peraturan yang dikeluarkan oleh BKIPM tidak harus mengikuti proses pada PMK 224. Namun demikian, peraturan yang dikeluarkan oleh BKIPM agar tetap dicantumkan pada INTRINSW, sehingga sistem INSW tetap menjadi single reference. Sebagai tindak lanjut pertemuan tersebut, Rina menegaskan, pihaknya akan segera melakukan koordinasi di internal BKIPM untuk menindaklanjuti hasil pertemuan dan akan menyampaikan surat resmi kepada PP INSW terkait daftar pelaku usaha yang dikategorikan low risk. Untuk mempermudah koordinasi, Rina juga telah menunjuk pejabat in charge yang akan menjadi counterpart PP INSW dalam membahas isu-isu strategis terkait program kerja PP INSW. Kedua belah pihak sepakat untuk segera disusun bahan-bahan terkait ISRM dan SSM untuk progress jangka pendek yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam implementasi ISRM dan SSM. (DAMAR WIJAYANTO)
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
57
@ th e mome nt
adan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) mendukung penuh PP INSW dalam melaksankan tugasnya, namun tetap mengacu pada rambu yang ada di Kementerian Kelautan dan Perikanan. Segala isu-isu strategis terkait PP INSW selalu akan dikoordinasikan secara internal. Penegasan ini disampaikan Kepala BKIPM RINA saat melakukan pertemuan dengan Kepala PP INSW DJADMIKO dalam rangkaian koordinasi program kerja PP INSW medio Mei 2017 lalu.
K
abar gembira buat PP Indonesia National Single Window (INSW). Setelah diperjuangkan cukup lama akhirnya Presiden JOKO WIDODO mengeluarkan mandat untuk memperkuat kelembagaan dan kewenangan PP INSW dengan fungsi yang lebih independen. Penegasan ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian DARMIN NASUTION saat meluncurkan Paket Kebijakan Ekonomi XV pertengahan Juni 2017. Mandat baru Presiden ini akan memperkokoh PP INSW dalam mengelola kegiatan ekspor impor sehingga lebih transparan, konsisten, efisien dan sederhana. Darmin Nasution menegaskan penguatan kelembagaan dan kewenangan INSW meliputi empat hal utama. Pertama, memberikan fungsi independensi badan INSW untuk dapat mengembangkan sistem elektronik pelayanan dan pengawasan ekspor impor, kepabeanan, dan kepelabuhan di seluruh Indonesia. Kedua, mengawasi kegiatan ekspor impor yang berpotensi sebagai illegal trading. Ketiga, membangun single risk management untuk kelancaran arus barang dan penurunan dwelling time. Keempat, sebagai competent authority dalam integrasi ASEAN Single Window dan pengamanan pelaksanaan FTA. Kepala PP INSW DJADMIKO menyambut baik mandat baru Presiden ini. Ia sedang menyiapkan berbagai langkah untuk melaksanakan mandat baru ini. “Mandat baru Presiden ini harus kita laksanakan dengan baik,” tegasnya. Menurutnya, sejumlah persiapan sedang dilakukan untuk menata
58
kelembagaan INSW. Berbagai kajian dan pembahasan dilakukan guna mendudukkan PP INSW secara tepat. Apalagi mandat Presiden ini juga menyangkut kesiapan PP INSW dalam Integrasi ASEAN Single Window dan pengamanan pelaksanaan FTA.
DAYA SAING Paket Kebijakan Ekonomi XV fokus pada upaya Pengembangan Usaha dan Daya Saing Penyedia Jasa Logistik Nasional. Porsi biaya logistik menyumbang sekitar 40% dari harga ritel barang, dan komponen terbesar dari logistik, yaitu 72% adalah ongkos transportasi. “Paket XV difokuskan pada Perbaikan Sistem Logistik Nasional untuk mempercepat Pengembangan Usaha dan Daya Saing Penyedia Jasa Logistik Nasional,” tegas Darmin, seperti rilis Humas Kemenko Perekonomian yang diterima redaksi INSWMagz. Selain tentang INSW, Paket kebijakan ekonomi kali ini juga memberi kesempatan Meningkatkan Peran dan Skala Usaha. Kebijakan yang dituju antara lain memberikan peluang bisnis untuk angkutan dan asuransi nasional dalam mengangkut barang ekspor impor, serta meningkatkan usaha galangan kapal/pemeliharaan kapal di dalam negeri. Kemudahan berusaha juga menjadi perhatian. Paket kebijakan ekonomi ini memberikan kemudahan berusaha dan pengurangan beban biaya bagi usaha penyedia jasa logistik nasional. Kebijakan yang didorong antara lain mengurangi biaya operasional jasa transportasi,
menghilangkan persyaratan perizinan angkutan barang, meringankan biaya investasi usaha kepelabuhanan, standardisasi dokumen arus barang dalam negeri, mengembangkan pusat distribusi regional, kemudahan pengadaan kapal tertentu, dan mekanisme pengembalian biaya jaminan peti kemas. Penyederhanaan tata niaga juga masuk dalam isi paket kebijakan ekonomi kali ini. Penyederhanaan ini diharapkan dapat mendukung kelancaran arus barang, dengan membentuk Tim Tata Niaga Ekspor Impor dalam rangka mengurangi Lartas dari 49% menjadi sekitar 19% atau mendekati ratarata non tariff barrier negaranegara ASEAN sebesar 17%. Dari sisi regulasi, terdapat 18 kebijakan yang telah dibuat, yaitu: Menghilangkan dan menerbitkan berbagai peraturan menteri (12 permen, 2 Surat Edaran, 1 surat Menko) yang dapat mendorong perluasan usaha dan meningkatkan daya saing penyedia jasa logistik nasional dalam membangun dan mengembangkan Sistem Logistik Nasional. Merevisi 3 Perpres yang disatukan menjadi 1 Perpres menyangkut INSW untuk mempercepat pengembangan dan penerapan pelayanan otomasi perizinan ekspor-impor, kepabeanan, dan Kepelabuhanan melalui penguatan kelembagaan dan kewenangan PP INSW. Menerbitkan 1 Inpres, untuk Penguatan Peran Otoritas Pelabuhan dalam mengelola kelancaran arus barang dim pelabuhan. Menerbitkan 1 Keputusan Menko Perekonomian tentang Tim Tata Niaga Ekspor Impor. (HER)
Joko Widodo Presiden RI
MANDAT BARU PRESIDEN:
Perkuat Lembaga INSW PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
59
HarmonizeD System (HS) 8 Digit & Implementasinya Pojok regulasi kali ini mengambil tema harmonized system (HS). berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK6/PMK.010/2017 tanggal 26 Januari 2017 tentang Penetapan Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor, terhitung mulai tanggal 1 Maret 2017, telah diberlakukan ASEAN Harmonized Tariff Nomenclature (AHTN) 2017.
60
A. DEFINISI •
•
HARMONIZED SYSTEM
BUKU TARIF KEPABEANAN INDONESIA
BTKI adalah Buku Tarif Kepabeanan Indonesia yang memuat nomenklatur klasifikasi barang
Coding System, yang biasa dikenal sebagai
yang disusun berdasarkan HS dan AHTN.
Harmonized System (HS) adalah “a multipurpose
Indonesia berperan aktif dan senantiasa
international product nomenclature”. Penyusunan
terlibat dalam proses pembahasan AHTN dan
sistem HS adalah berdasarkan konvensi
banyak mengusulkan pos AHTN. BTKI memuat
internasional yang disusun oleh WCO dan
Ketentuan Umum untuk Menginterpretasi
diratifikasi/digunakan oleh hampir seluruh
Harmonized System (KUMHS), Catatan Bagian,
negara di dunia sejak 1 Januari 1988. Konvensi
Catatan Bab, dan Catatan Sub Pos, serta
internasional tersebut mengatur tentang
Struktur Klasifikasi Barang dan Pembebanan
struktur klasifikasi barang perdagangan
Tarif. Besaran tarif bea masuk dan pos tarif
dalam bentuk kelompok-kelompok barang
yang ada dalam BTKI/AHTN ditetapkan oleh
berdasarkan pos dan sub-pos dan dilengkapi
Menteri Keuangan dan disusun berdasarkan
Ketentuan Umum Untuk Menginterpretasi
masukan dari Kementerian dan Instansi
serta Catatan. Indonesia mengesahkan
terkait, antara lain Kementerian Perindustrian,
konvensi tersebut melalui Keppres Nomor 35
Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Tahun 1993 tentang Pengesahan International
Kementerian Pertanian, Badan POM, dan
Convention on Harmonized Commodity Description
instansi pemerintah terkait lainnya.
and Coding System, beserta Protocol-nya. •
ASEAN HARMONISED TARIFF NOMENCLATURE
ASEAN Harmonised Tariff Nomenclature (AHTN) adalah sistem klasifikasi barang yang diterapkan secara seragam pada negara anggota ASEAN yang dilaksanakan dengan prinsip Transparency,
GAMBARAN SKEMA HARMONIZED SYSTEM
HS
XXXX.XX.
Consistency, Simplicity, dan Uniformity. Pelaksanaan AHTN mendasarkan pada Protocol Governing The Implementation of AHTN yang disahkan oleh Para Menteri Keuangan ASEAN
AHTN
tanggal 8 Agustus 2003. AHTN disusun dan dibahas berdasarkan masukan dari masingmasing negara ASEAN dalam forum AHTN
XXXX.XX.XX.
Task Force yang beranggotakan classification experts dari negara anggota ASEAN.
BTKI
XXXX.XX.XX. Sumber : Ditjen Bea dan Cukai
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
61
p ojok re g u l a si
Harmonized Commodity Description and
Harmonized System (HS) secara periodik (setiap 5 tahun) diamandemen oleh World Customs Organization (WCO), sehingga berdampak langsung pada AHTN dan BTKI yang harus disesuaikan dengan struktur HS yang baru sekaligus me-review struktur AHTN. HS bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan teknologi, perubahan pola perdagangan, dan menyesuaiakan dengan situasi dan kondisi di dunia.
B. SISTEM KLASIFIKASI BARANG 2017 Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK-6/PMK.010/2017 tanggal 26 Januari 2017 tentang Penetapan Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor, terhitung mulai tanggal 1 Maret
Pembebanan Bea Masuk termasuk Bea Masuk dengan skema tarif Free Trade Area, Bea Keluar dan Pajak Dalam Rangka Impor lainnya (Bea Masuk Umum/Most Favoured Nation (MFN), Bea Masuk Free Trade Agreement (FTA), BMAD (Bea Masuk Anti Dumping) dan BMTP (Bea Masuk Tindak Pengaman), Pajak Dalam Rangka Impor (PPN, PPnBM dan PPh Pasal 22), Dokumen perijinan dalam rangka larangan dan pembatasan impor/ekspor) Infrastruktur IT dan sistem komputer terkait proses kepabeanan (sistem Indonesia National Single Window (INSW), sistem CEISA-DJBC, dan sistem Kementerian/Lembaga) Peraturan Instansi Penerbit Peraturan yang terkait dengan HS Code (Peraturan LARTAS, Perijinan, Fasilitas, dsb) Perubahan pada sistem atau aplikasi lain dari Pelaku Usaha yang berbasis (menggunakan) HS code
2017 telah diberlakukan ASEAN Harmonized
Perkembangan struktur HS, AHTN,
Tariff Nomenclature (AHTN) 2017. Dengan
dan BTKI adalah sebagai berikut :
adanya perubahan sistem klasifikasi barang tersebut, maka pembebanan tarif bea masuk atas barang impor juga ditetapkan kembali.
TABEL PERKEMBANGAN STRUKTUR HS
Negara-negara anggota ASEAN sepakat untuk menerapkan a single tariff nomenclature dengan pertimbangan : Merupakan rekomendasi AHTN Task Force dan sesuai AHTN Protocol Mendukung AEC (ASEAN Economic Community)
2004 STRUKTUR KLASIFIKASI BAGIAN
10 DIGIT XXXX.XX.XX.XX 21
Sebagai dasar pembentukan ASEAN Single Window (ASW)
BAB
Sebagai embrio penerapan Single Document Export-Import (ASEAN Customs Declaration Document) antar negara anggota ASEAN
POS
1.247
SUB POS WCO
5.225
SUB POS AHTN
10.697
POS TARIF NASIONAL
11.173
Mengingat sistem klasifikasi barang digunakan untuk berbagai keperluan tarif dan non tarif di Indonesia, perubahan dan pemberlakuan BTKI 2017 (kode HS 8 digit sesuai struktur AHTN 2017) berdampak pada berbagai bidang yang terkait dengan pencantuman kode HS, diantaranya adalah :
62
Sumber : Ditjen Bea dan Cukai
C. IMPLEMENTASI SISTEM KLASIFIKASI BARANG 2017
Dengan adanya perubahan struktur tersebut, dalam struktur AHTN 2017 terdapat perubahan/amandemen untuk pelaksanaannya, diantaranya yaitu :
Sejak bulan Agustus 2016, Pengelola
1. Perubahan struktur klasifikasi
Portal Indonesia National Single Window
a. Penambahan pos/sub pos
(PP INSW) senantiasa berkoordinasi aktif
b. Penghilangan/penggabungan pos/sub pos
dengan Direktorat Jenderal Bea dan
c. Revisi redaksional
Lembaga (K/L) teknis untuk melakukan
Cukai (DJBC) dan seluruh Kementerian/ persiapan dalam pengimplementasian BTKI
2. Perubahan catatan penjelasan
2017 ini. Peran aktif seluruh K/L sangat
a. Catatan Bab dan Catatan Sub Pos
diperlukan dalam rangka kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan BTKI 2017.
b. Explanatory Notes to The HS
PP INSW juga telah mengkoordinasikan beberapa rapat pembahasan teknis dengan seluruh K/L teknis terkait dengan konversi kode HS Komoditi Larangan dan/atau Pembatasan (LARTAS) pada BTKI 2012 ke BTKI 2017 sebagai tindak lanjut dalam pemutakhiran
3. Tabel Korelasi (tabel yang berfungsi sebagai referensi untuk membantu menelusuri perubahan pos tarif dari BTKI 2012 ke BTKI 2017 dan sebaliknya)
database peraturan LARTAS pada Indonesia National Trade Repository (INTR). Dalam pelaksanaan implementasi secara teknis pemberlakuan BTKI 2017, PP INSW mengkoordinasikan proses bisnis dan teknis sistem operasional pemberlakuan
2007
2012
2017 8 DIGIT XXXX.XX.XX
21
21
21
BTKI 2017 dengan seluruh Kementerian/ Lembaga (K/L) yang terintegrasi, yaitu mekanisme proses pemberlakuan BTKI 2017 secara sistem dalam sistem INSW terkait mekanisme validasi dan rekonsiliasi perijinan impor/ekspor dengan dokumen pemberitahuan pabean impor/ekspor, serta
98 BAB BAB 01-97 DARI WCO, DAN BAB 98 KEBIJAKAN NASIONAL
perlakuan terhadap perijinan impor/ekspor
1.224
1.224
1.222
5.062
5.205
5.387
8.311
9.558
10.826
8.744
10.025
10.826 Sub Pos AHTN = Pos Tarif Nasional
Kementerian/Lembaga dalam sistem INSW. Dalam implementasi BTKI 2017 per tanggal 1 Maret 2017 tersebut, baik dari sisi teknis kebijakan pemberlakuan maupun dari sisi teknis sistem operasional, khususnya pada sistem INSW maupun sistem K/L yang terintegrasi dengan sistem INSW, tidak ada kendala dalam pelaksanannya dan dapat berjalan dengan baik. (TRI HARYONO SUHUD)
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
63
p ojok re g u l a si
c. Supplementary Explanatory Notes to The HS atau Catatan Penjelasan Tambahan adalah referensi yang memuat deskripsi, spesifikasi dan penjelasan teknis barang yang termasuk dalam subpos AHTN (8 digit) tertentu yang disusun oleh AHTN Task Force
Oleh:
Harmen Sembiring Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga PP INSW Kementerian Keuangan
Pertukaran e-Form D
Akhir Penantian Panjang
Implementasi ASW
64
dokumen yang diperlukan untuk
sidang Steering Committee ASW
Ekonomi ASEAN (MEA)
kegiatan ekspor dan impor dapat
(SC-ASW), akhirnya berhasil
sejak tahun 2015 telah
dipertukarkan secara elektronik.
disepakat untuk melaksanakan
menjadikan ASEAN sebagai
Dengan begitu, proses ekspor dan
ASW. Implementasi tersebut
kawasan perdagangan
impor dapat berjalan lebih cepat,
direncanakan bergulir pada
bebas bagi sepuluh negara
tepat, mudah dan murah. ASW
pertengahan tahun 2017 atau
anggotanya. Salah satu tujuan
juga bertujuan mengefisienkan
12 tahun setelah gagasan ASW
penting kehadiran pembentukan
prosedur ekspor dan impor di
dicetuskan. Kendala terbesar
MEA adalah meningkatkan
kawasan ASEAN, dimana pelaku
dalam merealisasikan ASW
hubungan perdagangan antar
usaha nantinya tidak harus
adalah sulitnya menemukan
sesama anggota ASEAN,
menyampaikan data dan informasi
kata sepakat, untuk sejumlah
sekaligus meningkatkan
yang sama secara berulang dan
persoalan seperti terkait
minat investasi di dalam
tumpang tindih. Ini dimungkinkan
masalah hukum, teknis
kawasan. Peluang pemanfaatan
karena pembagian data dan
maupun non teknis.
pasar di regional ini cukup
informasi akan difasilitasi secara
fantastis. Total GDP tahun 2015
elektronik melalui sistem ASW.
tercatat USD2.431,6 milIar.
o a se
P
elaksanaan Masyarakat
Sebagaimana diketahui, ASW dirancang sebagai
Gagasan pembangunan ASW
sebuah sistem regional yang
Berbagai kesepakatan
telah disepakati sejak 12 tahun
mengintegrasikan National
untuk mencapai sasaran
lalu melalui penandatanganan
Single Window (NSW) negara-
tersebut diantaranya adalah
Agreement to Establish and
negara anggota ASEAN yang
menurunkan, bahkan
Implement the ASEAN Single Window
telah atau sedang dibangun
menghilangkan tarif. Negara
oleh 10 kepala negara anggota
berdasar kebutuhan dan
anggota ASEAN juga sepakat
ASEAN pada tahun 2005 di Bali.
sistim hukum nasional
menjalankan sejumlah inisiatif
Setelah melalui pembahasan
masing-masing. Pada 2005,
fasilitasi perdagangan, salah
panjang dan berlarut-larut, meliputi
saat ASW dicetuskan, belum
satunya adalah ASEAN Single
39 kali sidang Technical Working
satupun negara anggota
Window (ASW). Melalui ASW
Group (TWG), 24 kali sidang Legal
ASEAN memiliki sistem SW
diharapkan seluruh dokumen-
Working Group (LWG) dan 18 kali
terpadu secara nasional.
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
65
Pada tahap awal implementasi ASW, anggota ASEAN sepakat untuk pertukaran dokumen SKA form D. Form ini adalah dokumen yang menjadi dasar pemberian keringanan bea masuk (preferential duty) dalam kerangka ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) yang akan dilakukan secara elektronik melalui ASW. Pertukaran SKA form D secara elektronik sangat penting untuk percepatan perdagangan di kawasan ASEAN. Yang terjadi saat ini, kegiatan ekspor dan Ketika itu, hanya ada sistim
jawab ASEAN Secretariat. Terkait
impor seringkali terkendala,
pelayanan publik di masing-
kendala legal, ditemui kendala
karena harus menunggu
masing Kementerian/Lembaga.
saat penyusunan prosedur dan
pengiriman hardcopy dokumen
Kondisi ini memerlukan waktu dan
protokol pertukaran data melalui
untuk memastikan keaslian
proses untuk mengintegrasikan,
ASW. Seperti prosedur pertukaran
dokumen yang diterima oleh Bea
baik untuk integrasi internal
dokumen perdagangan ekspor-
Cukai negara tujuan ekspor.
secara nasional maupun integrasi
impor atau OCP yang baru
eksternal secara regional ASEAN.
disepakati dan ditandatangani pada
Perkembangan sistim logistik
Indonesia termasuk negara yang
tanggal 29 Juli 2016. Sedangkan,
dan pertumbuhan perdagangan di
relatif cepat dalam pembangunan
protokol untuk pelaksanaan ASW
kawasan ASEAN—akibat adanya
INSW, hanya dua tahun sejak
atau PLF baru disepakati pada
MEA yang semakin dinamis—
komitmen ASW ditandatangi.
tanggal 4 September tahun 2015.
memerlukan kecepatan dan
Sistem Indonesia National Single
ketepatan pelayanan dokumen dan
Window (INSW) mulai berjalan
Pada pertemuan TWG-ASW akhir
pergerakan barang ekspor-impor.
tahun 2007. Saat ini tercatat hanya
Juli lalu di Brunei Darussalam,
Saat ini pengiriman barang antar
lima negara yang telah memiliki
disepakati bahwa implementasi
negara di kawasan ASEAN melalui
NSW, yaitu Indonesia, Singapura,
ASW akan dilaksanakan lima bulan
transportasi laut memakan waktu
Thailand, Malaysia, dan Vietnam.
setelah seluruh negara anggota
kurang dari empat hari, bahkan
ASEAN telah menyelesaikan
jika menggunakan transportasi
Salah satu kendala nonteknis
ratifikasi PLF. Dengan penyampaian
udara hanya butuh kurang dari
yang membuat implementasi ASW
instrumen ratifikasi oleh
empat jam. Jadi, jika dokumen
membutuhkan waktu lama, adalah
Filipina, maka saat ini semua
perdagangan seperti SKA form
terkait masalah lokasi penempatan
Negara Anggota ASEAN telah
D masih berbentuk hardcopy
server ASW. Untuk memutuskan
menyelesaikan ratifikasi PLF.
dan dikirim secara konvensional
ini, negara anggota ASEAN sampai
Dengan demikian, implementasi
maka akan menghambat
beberapa kali melakukan putaran
ASW akan dimulai secara efektif
kecepatan perdagangan di ASEAN
perundingan, menentukan di mana
pada bulan Desember 2017
khususnya dalam pemanfaatan
server ASW di tempatkan. Barulah
dengan pemberlakuan Surat
preferensi tarif AFTA.
setelah perundingan yang alot,
Keterangan Asal (SKA) secara
sepuluh negara anggota ASEAN
elektronik untuk mendapatkan
Sebagai contoh, barang yang
sepakat, server ASW ditempatkan
bea masuk preferensi.
diekspor dari Kualanamu, Medan
di Jakarta, di bawah tanggung
66
SKA pada tahun 2016 yang dikirim
Pada tahap selanjutnya, setelah
barang akan tiba dalam dua jam.
ke berbagai negara tujuan ekspor
pertukaran e-SKA Form D, ASW
Sehingga, untuk memanfaatkan
dalam rangka mendapatkan
sepakat akan mempertukarkan
preferensi tarif AFTA, maka SKA
preferensi tarif di negara tujuan
dokumen ASEAN Customs
form D harus sudah diterima Bea
ekspor. Dari jumlah tersebut ada
Declaration Document (e-ACDD)
Cukai Malaysia segera setelah
169.405 SKA. Diantaranya adalah
dan e-Phyto. E-ACDD merupakan
barang tiba. Seandainya tidak,
SKA -D dalam rangka AFTA yang
dokumen semacam deklarasi ekspor
maka proses pengeluaran barang
dikirim ke negara anggota ASEAN.
meskipun tidak mencakup semua
dari pelabuhan termasuk dalam
Jika pengiriman dokumen tersebut
elemen data dalam Pemberitahuan
mendapatkan preferential duty bisa
dilakukan oleh eksportir dengan
Ekspor Barang (PEB). Dengan
terganggu. Dengan pertukaran
menggunakan jasa perusahaan
pertukaran e-ACDD maka Negara
SKA Form D melalui ASW (e-SKA
pengiriman dokumen dengan biaya
pengimpor akan mendapatkan data
form D ), permasalahan ini dapat
rata-rata USD 40 per dokumen,
dan informasi yang sebelumnya
dihindarkan. Proses ekspor dan
total biaya pengiriman akan
telah disampaikan oleh eksportir
impor di kawasan ASEAN dengan
mencapai sekitar USD6,8 juta
ke otoritas kepabeanan di Negara
begitu dapat berjalan secara lebih
pertahun hanya oleh pengusaha di
pengekspor. Hal ini tentunya
cepat dan tidak memerlukan
Indonesia. Bila melalui pengiriman
sangat bermanfaat untuk proses
biaya pengiriman dokumen untuk
dokumen melalui ASW, eksportir
manajemen resiko di Negara
setiap transaksi perdagangan.
tidak perlu mengeluarkan biaya
pengimpor dan dapat mempercepat
dan e-SKA-D akan diterima oleh
pemeriksaan barang. Sementara
Berdasarkan data Kementerian
Bea Cukai negara tujuan ekspor
itu, dokumen e-Phyto merupakan
Perdagangan RI, Indoneia telah
secara “real time” dan terjamin
dokumen karantina tumbuhan yang
menerbitkan sebanyak 1.057.804
keaslian dan kebenarannya.
diterbitkan di negara pengekspor. Dengan pertukaran e-Phyto, maka dapat mempercepat prosedur karantina di negara pengimpor. Dokumen e-Phyto diprioritaskan karena dokumen tersebut relatif lebih mudah, karena telah memiliki standar internasional yang mapan. Sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk melakukan harmonisasi data antar Negara. Dengan kemajuan yang dicapai ASW ini, diharapkan proses dan prosedur kegiatan ekspor dan impor dapat diefisienkan dan dapat menguntungkan bisnis secara keseluruhan. Yang jelas,
"Dengan kemajuan yang dicapai ASW ini, diharapkan proses dan prosedur kegiatan ekspor dan impor dapat diefisienkan dan dapat menguntungkan bisnis secara keseluruhan."
penerapan ASW akan membuat daya saing kawasan ASEAN semakin meningkat. Pada akhirnya, arus investasi masuk ke kawasan sebagai tujuan pembentukan ASEAN dapat tercapai.
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
67
o a se
ke Kuala Lumpur, Malaysia
Oleh:
Ali Manshur & Budiyanti
PERAN KUNCI INSW dalam KEMUDAHAN BERUSAHA
I
ndonesia merupakan salah satu
dari segi kuantitasnya. Sehingga,
tanggal 26 Oktober 2016, Bank Dunia
negara berkembang dengan
produk UMKM nantinya dapat
mengumumkan, peringkat EODB
jumlah penduduk sangat besar.
bersaing dan dipasarkan ke luar
Indonesia berada pada peringkat
Saat ini Indonesia menempati
negeri. Kemudahan melakukan
91 dunia, naik 15 peringkat dari
urutan keempat di dunia. Kondisi
usaha pun gencar diberikan oleh
tahun sebelumnya yang berada
ini membuat Indonesia sebagai
pemerintah sebagai insentif bagi
pada peringkat 106. Kenaikan 15
salah satu target pasar yang
para pengusaha dalam menjalankan
peringkat dalam satu tahun tersebut
menarik bagi para produsen di
dan mengembangkan usahanya,
merupakan kenaikan tertinggi dalam
seluruh dunia. Dengan potensi
baik dari proses perizinan sampai
sejarah penilaian EODB Indonesia.
jumlah penduduk yang besar,
dengan penyediaan infrastruktur.
Indonesia dalam catatan Bank
seharusnya membuat Indonesia
Pemerintah menyediakan semua
Dunia masuk jajaran top reformers
menjadi negara penghasil produk-
hingga mempermudah proses.
bersama Kazakhstan. Indonesia dinilai sukses mereformasi tujuh
produk unggulan yang berdaya Tingkat Kemudahan berusaha
indikator, yaitu starting a business,
atau lebih dikenal sebagai Ease of
getting electricity, registering property,
Saat ini pemerintah sedang gencar
Doing Business (EODB) merupakan
getting credit, paying taxes, trading
mendorong para pelaku usaha,
indikator yang diperhatikan oleh
cross borders, dan enforcing contracts.
khususnya usaha mikro, kecil,
para calon investor sebelum
dan menengah (UMKM) untuk
menanamkan modalnya di Indonesia.
Kenaikan peringkat EODB Indonesia
terus meningkatkan kapasitasnya,
Dalam hasil survei OEDB 2017 yang
layak disyukuri. Pun begitu, Presiden
baik dari sisi kualitas maupun
dipublikasikan tahun lalu, tepatnya
Joko Widodo meminta pemerintah
saing di pasar internasional.
68
tidak cepat puas. Presiden telah
November sampai
Window. Survei EODB untuk
menargetkan agar Indonesia mampu
dengan Januari Bank
indikator Trading Across Borders
mencapai peringkat 40 besar dunia
Dunia menyebarkan
dilakukan untuk menilai kecepatan
dalam beberapa tahun mendatang.
kuesioner dengan
Hal ini tentunya tantangan yang cukup
menampung masukan
berat. Oleh karena itu, Kementerian/
dari pihak-pihak terkait.
Lembaga telah diminta untuk
Kemudian kuesioner
menyiapkan rencana aksi (action plan)
diisi oleh responden dan
ekspor yang dinilai adalah
guna mencapai target EODB tersebut.
datanya diverifikasi dan
CPO ke India dan impor
dianalisa oleh Bank Dunia.
Prosedur & Timeline
Proses pengisian, verifikasi dan
waktu dan biaya kegiatan ekspor dan impor di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta danTanjung Perak Surabaya. Komoditas
produk spare part otomotif dari Jepang.
analisa data kuesioner tersebut
Bank Dunia memilih
dilakukan mulai bulan Februari
komoditas/produk
sampai dengan Agustus. Dengan
tersebut karena
Laporan Ease of Doing Business
urutan waktu tersebut, maka Bank
(EODB) dari Bank Dunia terbit
Dunia umumnya mengumumkan
pertama kali pada tahun 2003. Pada
hasil survei yang dimuat dalam
waktu itu, EODB baru mencakup 5
Laporan EODB antara bulan
indikator dengan 133 Negara yang
September sampai Oktober.
disurvei. Pada edisi ke-14 yang
Dengan pemahaman terhadap
dipublikasikan tahun lalu, survei
prosedur dan timeline tersebut,
EODB mencakup 190 negara dengan
Pemerintah dapat berperan dalam
hasil survei Bank Dunia, eksportir
10 indikator yang dinilai yaitu: Starting
proses pengembangan kuesioner
membutuhkan waktu rata-rata 48
a business, Dealing with construction
dan penentuan responden yang
jam untuk proses ekspor (border
permits, Registering property, Getting
tepat, sehingga hasil survei
compliance) di Pelabuhan Tanjung
electricity, Paying taxed, Getting credit,
dapat menggambarkan realita
Priok, lebih singkat dari rata-
Protecting minority investors, Trading
bisnis sesungguhnya.
rata waktu di negara Asia Pasifik
dan Resolving insolvency. Survei
Peran INSW
ekspor/impor
o a se
across border, Enforcing contracts,
memiliki volume tertinggi secara nasional. Berdasarkan
selama 57 jam. Namun lebih lama dibanding waktu yang diperlukan di negara maju yang rata-rata
EODB mengukur tingkat reformasi regulasi yang dilakukan oleh suatu
Kontribusi INSW dalam peningkat
12 jam. Sedangkan di Pelabuhan
negara yang berdampak pada
peringkat EODB Indonesia,
Tanjung Perak Surabaya, proses
peningkatan kemudahan berusaha.
khususnya untuk indikator Trading
ekspor rata-rata membutuhkan
Across Border yang mengalami
waktu 72 jam. Sementara itu untuk
Untuk dapat meningkatkan peringkat
peningkatan 5 peringkat, diakui
kegiatan importasi, hasil survei
EODB diperlukan pemahaman
oleh Bank Dunia. Pada laporan
Bank Dunia menunjukkan waktu
prosedur dan timeline Bank Dunia
EODB 2017, Bank Dunia menyebut,
yang dibutuhkan importir rata-rata
dalam melakukan survei yang
peningkatan peringkat Indonesia
80 jam di Pelabuhan Tanjung Priok
dilakukan tiap tahun itu. Survei EODB
dikarenakan Indonesia telah berhasil
dan 168 jam di Pelabuhan Tanjung
dilakukan di dua kota besar masing-
membuat proses ekspor dan impor
Perak, lebih lama dari rata-rata
masing negara dengan responden
semakin mudah melalui perbaikan
negara Asia Pasifik selama 71
para profesional yang memahami
layanan kepabeanan dan pengajuan
jam dan negara maju yang hanya
peraturan dan prosedur terkait
dokumen yang telah difasilitasi oleh
membutuhkan waktu 9 jam.
setiap indikator yang diukur. Pada
sistem Indonesia National Single
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
69
Untuk mencapai target peringkat
(B/L) diterima oleh Surveyor.
Surabaya, Tanjung Emas Semarang,
EODB Indonesia menjadi 40
Sementara di lain pihak, B/L
Belawan Medan dan Soekarno-
besar dunia, maka untuk
umumnya diterima importir setelah
Hatta Makassar. Dashboard tersebut
indikator Trading Across Borders
barang tiba di pelabuhan. Dengan
menyediakan informasi rincian pada
upaya yang harus dilakukan
rapat koordinasi tersebut, disepakati
setiap tahapan dwelling time, mulai
pemerintah adalah mempercepat
bahwa sejak tanggal 10 Oktober 2016,
dari discharge, stacking, SPPB, job
waktu dan mengefisienkan
Surveyor tidak akan lagi menunggu
order, truck in, sampai dengan gate
biaya penanganan ekspor dan
dokumen B/L untuk menerbitkan
out. Dengan adanya data dwelling
impor lebih cepat dan lebih
LS. Rakor juga menyepakati, tidak
time yang rinci diharapkan jika terjadi
murah lagi dibanding catatan
diperlukan perubahan peraturan
permasalahan pergerakan barang
Bank Dunia pada survey EODB
untuk melaksanakan penghapusan
di pelabuhan, maka penangannya
2017. Untuk itu, PP INSW
persyaratan B/L dalam penerbitan LS
dapat lebih cepat dan tepat sasaran.
telah mempersiapkan dan
karena elemen nomor dan tanggal
melaksanakan beberapa rencana
B/L yang selama ini dicantumkan
Sejak tanggal 9 Februari 2017,
aksi sesuai dengan tugas dan
dalam LS tidak diverifikasi oleh
proses tracking dokumen PIB/PEB
fungsi PP INSW sebagai sistem
INSW maupun Bea Cukai dalam
dan Perijinan di Website INSW tidak
elektronik yang mengintegrasikan
proses customs clearance. Dengan
lagi memerlukan User ID INSW.
dan mengharmonisasikan
penyederhanaan prosedur maka
Kebijakan tersebut bertujuan untuk
proses bisnis dan sistem di
proses impor diharapkan akan
mempermudah importir maupun
Kementerian/Lembaga.
berjalan lebih cepat dan efisien.
eksportir agar secara langsung dapat
Pada 10 Oktober 2016, PP
Selanjutnya, pada 6 Februari 2017,
PEB dan dokumen perijinan yang
INSW melaksanakan rapat
PP INSW meluncurkan Dashboard
sedang diproses untuk keperluan
koordinasi dengan Kementerian
Dwelling Time yang berfungsi untuk
customs clearance. Dengan kebijakan
Perdagangan dan KSO Sucofindo–
memonitor lama waktu penanganan
tersebut, maka diharapkan dapat
Surveyor Indonesia untuk
container impor sejak bongkar dari
mengefisienkan biaya ekspor
menyederhanakan prosedur
kapal (discharge) sampai dengan
dan impor serta mempercepat
penerbitan Laporan Surveyor
keluar dari pelabuhan (gate out)
(LS) yang selama ini dinilai
pada setiap terminal di Pelabuhan
menghambat percepatan proses
Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Perak
memonitor posisi dokumen PIB/
clearance impor. Penyebabnya adalah LS hanya diterbitkan setelah dokumen Bill of Lading
70
pelayanan pabean perijinan karena
Across Borders, maka diharapkan
semua proses berjalan secara
memberikan sinyal positif ke
transparan dan akuntabel.
pelaku usaha bahwa pemerintah serius mengupayakan peningkatan
Serangkaian aksi yang dijalankan
kemudahan proses ekspor dan impor
PP INSW di atas diharapkan dapat
sehingga pada gilirannya hal ini dapat
berkontribusi dalam mempercepat
tereflesikan dalam peningkatan-
waktu dan mengefisienkan biaya
peringkat EODB Indonesia.
ekspor dan impor. Rencana aksi lainnya juga sedang dijalankan oleh Kementerian/Lembaga lain seperti Ditjen Bea dan Cukai dan PELINDO. Dengan koordinasi yang baik dan rencana aksi yang dijalankan oleh semua Kementerian/
o a se
lembaga yang menangani Trading
"Serangkaian aksi yang dijalankan PP INSW di atas diharapkan dapat berkontribusi dalam mempercepat waktu dan mengefisienkan biaya ekspor dan impor."
PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
71
INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Gedung Sarana Jaya 3, Jl. Rawamangun No. 59C, Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat Telp. 021-2148 0000 / 2148 0001 / 2148 0002 (Hunting)