103
STUDY MANAJEMEN DISTRIBUSI UDANG KERING (EBI) PADA HOME INDUSTRI DI DESA BEKAWAN LUAR KECAMATAN MANDAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU
Oleh: HERIYANTO SYAHDANUR EVA SUNDARI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM RIAU ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis saluran distribusi serta perolehan informasi harga yang akurat oleh pengusaha home industri udang kering (ebi) didesa bekawan luar. Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu keseluruhan home industri yang ada diseda bekawan luar diambil sebagai sampel penelitian sehingga disebut juga sebagai sensus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplorasi, metode eksplorasi adalah penelitian yang dilaksanakan untuk menggali data dan informasi tentang topik atau isu-isu baru yang ditujukan untuk kepentingan pendalaman. Dengan demikian maka diperoleh hasil penelitian bahwa saluran distribusi yang digunakan oleh pengusaha udang kering dengan menggunakan pendistribusian langsung dan tidak langsung. Tidak adanya informasi harga yang diperoleh dari setiap pendisribusian yang dilakukan. Kata Kunci : distribusi dan harga. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan salah satu komoditi hasil tangkapan laut adalah udang. Udang merupakan salah satu produk hasil laut yang banyak disukai dan dikonsumsi oleh masyarakat walaupun ada diantara konsumen yang peka (alergi) terhadapnya. Dibandingkan dengan binatang darat, daging udang mempunyai eating quality yang lebih baik karena tidak liat, homogen serta tidak
mengandung pembuluh – pembuluh darah yang besar. Udang juga merupakan sumber makanan yang mengandung nilai gizi tinggi dan sehat untuk dikonsumsi. Sebagai salah satu komoditi pangan masyarakat Indonesia, udang termasuk bahan pangan yang mudah rusak dan menjadi busuk karena kadar airnya yang tinggi dan kandungan gizinya yang baik untuk pertumbuhan jasad renik pembusuk bekerja lebih cepat. Salah satu upaya untuk mengatasi sifat mudah rusak tersebut antara lain adalah dengan
104
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol 19 No. 2 Desember 2012
cara dengan cara dibekukan dan dikeringkan. Produk udang beku merupakan salah satu produk ekspor yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Akan tetapi pada usaha pembekuan udang ini memerlukan investasi yang besar dan hanya dilakukan untuk usaha skala besar. Lain halnya dengan usaha pengeringan udang, pada usaha pengeringan udang tidak memerlukan dana investasi yang terlalu besar. Di samping itu, tidak semua spesies komoditas udang segar memenuhi persyaratan dan ekonomis untuk di olah menjadi produk udang beku. Di antara spesies komoditas udang, udang krosok (Metapenaeus Sp) atau dibeberapa tempat sering juga disebut udang merah adalah jenis udang yang tidak diawetkan dengan cara dibekukan, antara lain karena ukurannya yang relative kecil. Jenis udang ini yang umumnya diawetkan dengan cara dikeringkan, dan produknya disebut udang kering atau ebi. Berdasarkan informasi yang didapat dari survei lapangan terhadap pengusaha pengolahan udang kering (ebi) di Desa Bekawan Luar Kecamatan Mandah. Pola pengolahan Udang Kering (Ebi) diolah dengan Skala Usaha Kecil Rumah Tangga dengan jumlah pengusaha sekitar 10 KK. Jumlah pengusaha di Bekawan Luar cukup stabil, namun tingkat produksinya akan meningkat pada musim-musim puncaknya yaitu : Periode 1 : Dari Bulan April sampai Bulan Mei Periode 2 : Dari Bulan Agustus sampai Bulan September Periode 3 : Dari Bulan November sampai Bulan Desember
Desa Bekawan Luar merupakan salah satu wilayah sentra produksi Udang Kering (EBI) di Kabupaten Indragiri Hilir. Cara pengolahan Udang Kering (Ebi) di Desa Bekawan Luar masih mengunakan cara tradisional yaitu dengan menggunakan tenaga manusia sebagai sumber daya pokok dalam pengolahan, selain tenaga manusia juga menggunakan mesin sebagai tenaga pembantu lainnya, dan cara pengeringan dengan menggunakan sinar matahari. Mesikupun demikian perkembangan usaha pengolahan Udang Kering disana telah mengalami kemajuan jika dibandingkan dengan tahun 1980an lalu, yang mayoritas proses produksinya menggunakan tenaga manusia secara keseluruhan. Namun pada saat ini cara pengeringan telah menggunakan mesin salai, dan proses pengelupasan kulitnya menggunakan mesin giling. Dengan adanya beberapa kemajuan tersebut memberikan manfaat positif bagi nelayan penagkap udang didaerah tersebut. Saluran Distribusi Menurut Chandra (2005:221), Saluran distribusi merupakan serangkaian partisipan organisasional yang melakukan semua fungsi yang dibutuhkan untuk menyampaikan produk dari penjual ke pembeli akhir. Menurut Philip Kotler (2007 : 178) saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Menurut Davey, pemilik perusahaan akan berusaha memasarkan produknya ke pasaran agar produk yang dihasilkan perusahaan tersebut
Study Manajemen Distribusi Udang… (Heriyanto, Syahdanur & Eva Sundari) 105
bisa diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi, yaitu: a. Karakteristik Pelanggan. Distributor umumnya diperlukan ketika pelanggan tersebar luas. Pada umumnya mereka berjumlah banyak akan tetapi secara regular mereka hanya membeli dalam jumlah kecil. b. Karakteristik Produk. Produk yang ditawarkan pada konsumen mempunyai kualitas yang baik. c. Karakteristik Distributor. Distributor lebih bermanfaat jika keahlian mereka akan kontak rendah-biaya, layanan, dan penyimpanan lebih penting dibandingkan kurangnya keterikatan pada suatu produk. d. Karakteristik Kompetitif. Saluran yang dipilih dapat dipengaruhi oleh saluran yang digunakan pesaing, dan mungkin akan berbahaya jika bergerak terlalu jauh dan terlalu cepat dari apa yang diharapkan pasar. e. Karakteristik Perusahaan. f. Karakteristik Lingkungan. Perubahan dalam lingkungan ekonomi dan hukum juga dapat menciptakan perubahan dalam struktur distributif. Selain itu Swastha mengatakan bahwa produsen harus memperhatikan berbagai macam faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan saluran distribusi. Faktor-faktor tersebut antara lain menyangkut : 1. Pertimbangan Pasar (Market Consideration) 2. Pertimbangan Barang (Product Consideration)
3. Pertimbangan Perusahaan (Company Consideration) 4. Pertimbangan Perantara (Middle Consideration) Strategi Struktur Saluran Distibusi Ada beberapa metode untuk memilih alternatif strategi struktur saluran distribusi (Tjiptono,:2002;206), yaitu : a. Postponement-Speculation Theory, teori ini mendasarkan pemilihan saluran distribusi pada resiko, ketidakpastian dan biaya yang tidak dapat timbul dalam transaksi. Penundaan (postponement), berarti berupaya mengurangi resiko dengan mencocokkan produksi dengan permintaan aktual pelanggan. Hal ini berarti efisien dalam saluran distribusi menjadi perhatian yang utama, sedangkan spekulasi berarti berupaya mengatasi resiko dengan mengubah gerakan perpindahan barang dalam saluran distribusi. Oleh karena itu aktifitas spekulasi ini menyebabkan skala ekonomis dalam produksi, mengurangi biaya pemesanan yang sering, dan menghilangkan opportunity cost. b. Good Approach, teori ini menyatakan bahwa karakteristik produk yang menentukan metode distribusi yang tepat dan ekonomis. Karakteristik produk yang dimaksud adalah : (1) Replacement rate yaitu tingkat pembelian dan penggunaan produk oleh pelanggan untuk mendapatkan kepuasan yang diharapkan dari produk tersebut. (2) Gross margin yaitu perbedaan harga jual dan biaya-biaya langsung yang terjadi di tingkat-tingkat distribusi untuk mendekatkan barang ke pelanggan.
106
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol 19 No. 2 Desember 2012
(3) Adjusment yaitu jasa-jasa yang harus diberikan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. (4) Time of consumption yaitu pemakaian produk yang memberikan nilai yang diharapkan. (5) Searching time yaitu waktu tempuh kendaraan ke pengecer atau jarak yang harus ditempuh pelanggan untuk membeli produk. (6) Financial approach pada pendekatan ini pilihan produsen pada saluran ditentukan oleh sumber keuangannya dan kebutuhan akan pengendalian distribusi produknya. Pengendalian ini maksudnya adalah keinginan produsen untuk dapat memutuskan harga eceran, outlet distribusi, pelayanan kepada pelanggan, fasilitas pelayanan dan iklan. (7) Pertimbangan lain, beberapa pertimbangan lain yang dapat digunakan adalah: 1. Perkembangan teknologi. 2. Faktor sosial dan standar etika, hal ini berkenaan dengan produk-produk yang bersifat sensitif dan bisa menimbulkan masalah sosial, missal minuman keras, produk yang berbau pornografi. 3. Regulasi pemerintah, misalkan obat dengan resep dokter tidak dapat dijual secara bebas. 4. Tipologi, pola populasi, dan daerah geografis, untuk daerah perkotaan, produsen melakukan distribusi langsung kepada pengecer sedangkan untuk daerah pedesaan mungkin memanfaatkan jasa pedagang grosir yang kemudian dilanjutkan kepada konsumen akhir.
5. Kebudayaan, sifat dan ciri kultural dapat berpengaruh terhadap adopsi struktur distribusi. Strategi cakupan distribusi a. Distribusi eksklusif. Distribusi ekslusif dilakukan oleh perusahaan dengan hanya menggunakan satu pedagang atau pengecer dalam daerah pasar tertentu. Keuntungan dari strategi ini adalah sebagai berikut: 1. Loyalitas perantara yang tinggi sehingga perusahaan dapat memperoleh dukungan penjualan yang besar dan data-data yang diperlukan untuk forecasting dan riset pasar. 2. Dapat meningkatkan citra produk. 3. Tingkat pengendalian yang tinggi atas harga dan jasa yang diberikan perantara. Sedangkan kerugian dari distribusi eksklusif adalah: 1. Volume penjualan yang rendah. 2. Perusahaan tergantung pada satu perantara, opportunity cost produsen disuatu daerah menjadi besar. 3. Distribusi eksklusif sering menjadi sasaran undangundang anti monopoli di beberapa negara. b. Distribusi intensif. Distribusi intensif yaitu produsen berusaha menyediakan produknya disemua retail outlet yang mungkin memasarkannya, strategi ini memberikan keuntungan bahwasannya produk perusahaan tersedia luas dipasar, namun alternatif ini mengandung resiko yaitu : 1. Item yang dijual harus murah harganya, turnover-nya cepat.
Study Manajemen Distribusi Udang… (Heriyanto, Syahdanur & Eva Sundari) 107
2. Sulit mengendalikan outlet yang banyak dan tersebar luas. 3. Komitmen retailer untuk melakukan promosi produk rendah. c. Distribusi selektif. Distribusi selektif yaitu strategi menempatkan produk perusahaan di beberapa retail outlet saja dalam suatu daerah tertentu. Hal ini dimungkinkan bila volume yang tinggi bisa diperoleh dari beberapa retail outlet saja, produk yang dapat didistribusikan adalah shopping goods atau bisa juga material product. Strategi ini memberikan keuntungan bahwa mampu memberikan cakupan pasar yang cukup luas dengan tingkat pengendalian yang besar tanpa biaya tinggi, disamping itu juga dapat memberikan keuntungan yang cukup besar untuk produsen yang cukup besar untuk produsen dan perantara. Namun kerugian dari strategi ini adalah apabila gagal memperoleh cakupan pasar bagi produk, maka resikonya tinggi. Strategi pengendalian saluran distribusi Tjiptono (2002:212) strategi pengendalian saluran distribusi (channel control strategy) adalah menguasai anggota dalam saluran distribusi agar dapat mengendalikan kegiatan mereka secara terpusat kearah pencapaian tujuan bersama. Adapaun tujuan dari strategi ini adalah: a. Untuk meningkatkan pengendalian. b. Memperbaiki ketidak efisienan. c. Mengetahui efektifitas biaya melalui kurva pengalaman. d. Mencapai skala ekonomis. “Agar menjadi pengendali saluran diperlukan komitmen
dan sumber data yang kuat sehingga dapat melaksanakan kewajiban sebagai pemimpin” (Tjiptono,2002:212). Strategi Manajemen Konflik Dalam Saluran Distribusi Tjiptono (2002:215) konsep sistem pada distribusi mensyaratakan adanya kerja sama antarsaluran. Meskipun demikian di dalam saluran selalu timbul struktur kekuatan sehingga kekuatan sehingga di antara anggota saluran sering terjadi perselisihan. Konflik tersebut dapat bersifat horizontal dan vertikal. a. Konflik Horizontal Konflik ini terjadi di antara para perantara yang sejenis. Konflik horizontal bisa berupa: 1. Konflik antar perantara yang menjual barang sejenis (contoh: toko computer versus toko komputer). 2. Konflik antar peranta yang menjual barang yang berbeda (contoh: toko komputer versus toko peralatan elektronik). Sumber konflik biasanya karena ada perantara yang memperluas lini produknya dengan lini baru dan tidak tradisional b. Konflik Vertikal Konflik ini terjadi antar anggota saluran distribusi dan terdiri dari: 1. Konflik antara produsen dan pedagang grosir (contoh: produsen langsung menjual ke pengecer). 2. Konflik antara produsen dan pengecer (contoh: independent retailer versus producer-owned retail store) Sumber konflik umumnya adalah ketidak samaan tujuan, hak dan perananyang tidak jelas, berbeda persepsi, dan sangat besarnya ketergantungan
108
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol 19 No. 2 Desember 2012
perantara kepada produsen. Untuk mengelola dan menangani konflik dalam saluran distribusi.
Jenis-Jenis Saluran Distribusi Ada beberapa alternatif jenis saluran yang dapat digunakan berdasarkan jenis produk dan segmen pasarnya, yaitu: 1) Saluran distribusi barang.
Konsumsi Saluran distribusi untuk barang konsumsi menurut Basu Swastha dan Irawan (2005:295) sebagai berikut :
2) Saluran distribusi barang industry Karena karakteristik yang ada pada barang industri berbeda dengan barang konsumsi, maka saluran distribusi yang dipakainya juga agak berbeda. Saluran distribusi barang industri juga mempunyai kemungkinan/
kesempatan yang sama bagi setiap produsen untuk menggunakan kantor/cabang penjualan. Kantor atau cabang ini digunakan untuk mencapai lembaga distribusi berikutnya. Ada empat macam saluran yang dapat digunakan untuk mencapai pemakai industri.
Study Manajemen Distribusi Udang… (Heriyanto, Syahdanur & Eva Sundari) 109
Keempat saluran distribusi itu adalah:
3) Saluran distribusi jasa Konsep saluran distribusi juga tidak hanya terbatas pada saluran distribusi barang berwujud saja. Produsen jasa juga menghadapi masalah serupa yakni bagaimana hasil mereka dapat diperoleh sampai ketangan konsumen. Bagi lembaga penyedia jasa, kebutuhan akan faedah waktu dan tempat menjadi jelas. Jasa harus ditempatkan pada lokasi yang mudah dicapai oleh pemakainya. Secara tradisional kebanyakan jasa-jasa dijual langsung oleh produsen kepada konsumen atau pemakai industrial. Tenaga perantara tidak digunakan jika jasa-jasa tidak dapat dipisahkan dari penjual, atau jika jasa diciptakan dan dipasarkan seketika itu juga. Pada tahun-tahun belakangan ini, beberapa pengusaha menyadari bahwa ciri tak terpisahkan pada jasa bukan menjadi halangan yang tak dapat ditanggulangi, sehingga jasa dapat disalurkan lewat sistem distribusi penjual.
HIPOTESIS penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : “ Pemasaran udang kering pada home industri di desa bekawan luar menggunakan saluran langsung dan tidak langsung yang mana melibatkan lembaga – lembaga pemasaran seperti agen dan Pengecer. POPULASI DAN SAMPEL Populasi Menurut Arikunto (2006 : 131) mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian, apabila ingin meneliti semua elemen yang ada maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah keseluruhan industri rumah tangga didesa bekawan luar yang berjumlah lebih kurang 9 Kepala Keluarga . Disini kita dapat melihat saluran distribusi yang digunakan oleh industri rumah tangga desa bekawan luar dalam menyalurkan produknya.
110
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol 19 No. 2 Desember 2012
Sampel Menurut Arikunto (2006: 131) jika kita hanya meneliti sebagian dari populasi maka penelitian ini disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Untuk penelitian yang dilakukan oleh peneliti didesa bekawan luar keseluruhan populasi diambil sebagai sampel yang berjumlah sebanyak 9 home industri, sehingga dengan demikian dapat dikatakan sebagai sensus. Karena keseluruhan populasi yang ada dijadikan sebagai sampel. Berikut ini adalah table sampel penelitian didesa bekawan luar Tabel 1. Sampel penelitian No Nama Home Industri 1 Phi Liong 2 Din Ki 3 Sin Cua 4 Kim Di Sing 5 Hok Sui Khi 6 Kian Siong 7 Hap Ki 8 Ek Ho 9 Si Chuan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Observasi Metode observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengamati dan mencatat secara sistematika terhadap objek yang diteliti. 2. Metode Interview Wawancara terpimpin adalah pengumpulan data yang dilakukan pewawancara untuk mendapatkan informasi dari terwawancara. Jadi metode penelitian ini merupakan metode pembantu dalam mengadakan penelitian karena teknik pengumpulan data dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab antara pihak yang memerlukan data dengan pihak yang memberikan data (Suharsini Arikunto 1999:126). 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah barang-barang tertulis, dengan cara membaca dan memahami buku-buku yang berkaitan dengan saluran distribusi, data yang diperoleh adalah data mengenai saluran distribusi yang digunakan industri rumah tangga selama 1 tahun. 4. Study Pustaka Pengumpulan data yang penulis lakukan dengan mencari buku-buku landasan teori yang berhubungan atau mendukung dengan penelitian yang dilakukan. HASIL PENELITIAN Home industri Udang kering didesa bekawan luar mulai dibaungun pada tahun 1979, dikarenakan desa bekawan merupakan salah satu daerah diriau yang kaya akan hasil laut dan salah satu komoditinya yaitu adalah udang, dikarenakan sifat udang yang mudah busuk sehingga dilakukan pengawetan udang dengan cara pengeringan. Oleh karena sifatnya masih berupa industri rumah tangga, maka kegiatan usaha pengolahan ebi kering hanya melibatkan anggota keluarga yang ada dengan pelaksana tugas utama ada pada diri pengusaha yang bersangkutan. Tiap pengusaha ratarata memiliki 4-7 orang tenaga kerja yang diupahkan dengan sistem bulanan. Bahan baku utama dalam memproduksi udang kering berupa udang merah dan Udang Duri, udang sebagai bahan baku diperoleh dengan kapal penangkapan udang milik
Study Manajemen Distribusi Udang… (Heriyanto, Syahdanur & Eva Sundari) 111
pribadi, dan ada sebagaian yang dibeli dari nelayan setempat. Proses penjualannya udang kering dilakukan secara individu oleh masing-masing home industri, namun pengirimannya dilakukan secara bersamaan, dengan jadwal yang telah ditentukan, hasil produk dipadarkan keberbagai tempat, diantaranya yaitu singapura, dan pekanbaru. Alasan para pelaku usaha dalam pengolahan ebi kering karena usaha tersebut sudah dilaksanakan secara turun temurun, ketersediaan bahan baku secara kontinue meskipun jumlahnya kadang tidak menentu karena tergantung kondisi pasang laut dan musim, serta terjaminnya pemasaran produk ebi kering oleh pengusaha yang juga tinggal di wilayah tersebut. Permintaan Produk Ebi atau udang kering tanpa kulit merupakan bumbu atau bahan tambahan yang digunakan pada berbagai jenis atau menu masakan, khususnya masakan Tionghoa dan Indonesia. Penggunaan ebi pada berbagai menu masakan adalah untuk memperoleh aroma udang dan sebagai penyedap rasa masakan. Konsumen produk ini adalah rumah tangga, restoran/hotel, industri catering, dan industri bumbu masakan. Belum ada statistik mengenai kebutuhan atau permintaan terhadap produk ebi, akan tetapi dapat dipastikan bahwa permintaan atau kebutuhan terhadap produk ini selalu ada. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa produksi ebi dari daerah produksi ebi, khususnya daerah bekawan luar selalu diserap pasar.
Penawaran Dari sisi penawaran, produksi ebi kering masih terbatas pada wilayah-wilayah sentra produksi udang tangkap. Seperti telah disampaikan sebelumnya, tidak semua jenis udang tangkap diolah menjadi ebi, akan tetapi dijual dalam bentuk segar atau diolah menjadi produk terasi. Jumlah produksi ebi tergantung pada jumlah hasil tangkapan udang dan hal ini tergantung musim. Pada musim Barat, jumlah produksi naik drastis, dan menurut informasi pedagang – pada musim Utara terjadi kelangkaan ebi di pasaran, dikarena hasil tangkapan yang cenderung menurun. Responden pengusaha di wilayah kajian, berdasarkan wawancara menyatakan bahwa setiap pengusaha akan melakukan proses produksi untuk berapapun jumlah udang basah yang tersedia (hasil tangkapan nelayan) dan di lain pihak pedagang perantara akan membeli berapapun jumlah ebi yang dihasilkan. Dengan demikian dari sisi penawaran, ebi udang akan selalu tersedia, kecuali pada home industri yang hanya memiliki 1 unit kapal pengkapan udang, dan pada Musim Angin Utara dan air pasang yang volumenya lebih kecil dari biasanya, karena pada musim tersebut jumlah kapasitas penangkapan udang akan mengalami penurunan. Peluang pasar produk ebi, dengan beberapa alasan, yaitu (1) merupakan produk konsumsi rumah tangga, dan merupakan salah satu “bumbu” dalam masakan, (2) mempunyai peluang pasar ekspor, khususnya Asia, singapura, Cina dan hongkong. Kendala yang dihadapi oleh pengusaha ebi pada skala rumah tangga/ skala kecil di wilayah kajian
112
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol 19 No. 2 Desember 2012
adalah dalam hal akses pasar yang lebih luas. Hal ini karena mereka menjual produknya secara sendirisendiri dalam jumlah yang terbatas sehingga menjadi tidak ekonomis jika menjual langsung produknya ke pasar di Palembang. Biaya pemasaran yang tidak ekonomis disebabkan antara lain karena sarana transportasi pemasaran yang masih terbatas pada moda angkutan sungai dengan biaya yang relatif tinggi. Walaupun produk ebi kering dapat disimpan lama, sehingga pengusaha ebi dapat melakukan stock dan dapat menunda penjualan untuk meningkatkan posisi tawar. Jumlah yang terbatas dan tidak adanya kemampuan untuk melakukan ”stock” ditambah dengan kemampuan untuk mengakses informasi mengenai peluang pasar yang ada menyebabkan pengusaha ebi tidak mempunyai kemampuan untuk mengakses pasar yang lebih luas. Proses Produksi Proses produksi dalam pembuatan ebi kering dimulai dengan penyiapan bahan baku, proses pencampuran dengan bahan pendukung yang lain serta bumbubumbu yang diperlukan. 1. Udang segar hasil tangkapan Udang segar hasil tangkapan nelayan menjadi bahan baku utama dalam proses produksi. 2. Pencucian dan pembersihan Bahan baku udang yang diproses sebelumnya dicuci dan dibersihkan dari bahan-bahan asing selain udang utuh, seperti ikan, kotoran dan lainlain. Proses pencucian udang dilakukan dengan menggunakan air bersih secara berulangkali. 3. Perebusan
Proses selanjutnya adalah merebus udang yang telah bersih dengan menggunakan air tawar bersih. Pada proses perebusan, air rebusan ditambahkan garam. Jumlah garam yang ditambahkan tergantung kepada apakah produk yang diinginkan ebi asin atau ebi ”tawar”. Produk ebi kering dari wilayah kajian tergolong pada kelompok ebi ”tawar”. Walaupun demikian dalam proses perebusan tetap ditambahan garam, yaitu sebanyak 2 kg setiap kali merebus 25 kg udang basah. Penambahan garam dalam proses perebusan juga bertujuan untuk meningkatkan daya keawetan ebi yang dihasilkan. Berikut adalah gamabr perebusan udang segar. Udang yang akan direbus dimasukkan kedalam wadah perebusan setelah air rebusan mendidih. Lama perebusan sejak udang dimasukkan kedalam wadah perebusan adalah sekitar 15 menit. Di wilayah kajian wadah perebusan adalah berupa panci stainless Untuk memperoleh mutu ebi yang baik, sebaiknya wadah perebusan adalah berupa bejana (panci) stainless steel. 4. Penirisan dan Penjemuran Setelah proses perebusan selesai, udang diangkat dari air rebusan kemudian dituangkan ke dalam ”kago” yang terbuat dari anyaman rotan untuk memisahkan massa udang dengan air rebusan. Pada tahap ini dilakukan penirisan air rebusan. Setelah udang ditiriskan kemudian udang dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran, dan dalam hal ini udang basah dihamparkan di atas ”jangkang”.
Study Manajemen Distribusi Udang… (Heriyanto, Syahdanur & Eva Sundari) 113
Jangkang adalah tempat penjemuran yang terbuat dari lihit kayu yang dibentuk seperti tikar. Di wilayah kajian, pada umumnya pengusaha udang mengumpulkan bahan baku udang dari pagi hingga malam hari, proses pembersihan dan pencucian sampai dengan penirisan dilakukan pada saat setiap kali kapal masuk membawa bahan baku. Kemudian penjemuran mulai dilakukan pada pagi harinya. Lama penjemuran tergantung kepada kondisi cuaca, apabila cuaca terik maka udang sudah kering dalam waktu antara 1 – 2 hari, namun jika kondisi tidak memungkinkan maka proses penjemuran bisa berlangsung selama dua hari atau lebih. Kualitas ebi ditentukan oleh kadar air atau tingkat kekeringan ebi, dimana semakin kering mutu ebi semakin baik. Ebi yang kurang kering selain menyulitkan dalam pengupasan kulit, juga menyebabkan ebi tidak tahan lama disimpan. Menurut penuturan pengusaha, pada cuaca yang terik penjemuran selama 2 hari akan menghasilkan ebi dengan kualitas yang baik, walaupun rendemen atau jumlah volume ebi yang dihasilkan
lebih sedikit dibandingkan dengan yang dijemur selama 1 (satu) hari. 5. Pengupasan Proses pengupasan dilakukan untuk memisahkan antara daging dengan kepala dan kulit kerasnya. Proses pengelupasan kulit dilakukan dengan menggunakan mesin giling. Pada wilayah kajian di desa bekawan luar, proses pengupasan dilakukan dengan cara udang kering dimasukkan ke dalam karung, kemudian udang yang dikumpulkan kedalam karung akan dimasukan kedalam mesin giling, dengan system 1 karung 1 kali giling. 6. Pembersihan Udang Kering Setelah udang kering digiling, maka tahanp selanjutnya dilakukan pengayakan dan penampian untuk memisahkan bagian kulit yang sudah terpisah, bubuk atau remahan daging udang dengan udang kering (ebi) yang masih utuh. 7. Packing / Pembungkusan Setelah seluruh proses produksi dilalui hingga pembersihan udang kering, maka tahap selanjutnya yaitu pemekingan udang kering yang akan diekspor maupun yang akan dijual kelokal. Sebelum produk dipacking udang kering harus dilembabkan terlebih dahulu sesuai permintaan para agen.
Tabel 2 Rekapitulasi Pendapat Responden Tentang Saluran Distribusi pada home industri udang kering didesa bekawan luar No. Variabel Skor Jawaban Skor 5 4 3 2 1 1 Penyaluran dilakukan secara - 6 1 2 29 langsung 2 Melibatkan lembaga distribusi 6 3 - - 42 dalam penyaluran 3 Adanya pengontrolan secara - - 9 - 18 langsung 4 Menggunakan distribusi panjang - - 7 2 - 25 untuk meningkatkan harga jual
114
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol 19 No. 2 Desember 2012
5
Jangka waktu penyaluran tepat waktu 6 Adanya penjadwalan dalam melakukan penyaluran 7 Adanya brand/ kode pengenal demi kelancaran penyaluran 8 Melayani pesanan dari pengencer dan konsumen 9 Terjadinya redistribusi karena kerusakan barang JUMLAH Sumber : Data Olahan.
3 5 1
-
-
38
8 1 -
-
-
44
2 7 -
-
-
38
-
-
-
6
3
15
-
-
2
6
1
19 268
Skor Maksimal
= Item X Nilai Tertinggi X Responden = 9X 5 X 9 = 405 Skor Minimal = Item X Nilai Terendah X Responden = 9X 1 X 9 = 81 Rata-rata = Skor Maksimal – Skor Minimal Item = 405 – 81 5 = 65 Berdasarkan tabel rekapitulasi diatas, maka untuk menentukan tingkat kategori saluran distribusi pada home industri udang kering desa bekawan luar dapat ditentukan sebagai berikut : Kategori Sangat Baik 337 - 405 Kategori Baik 269 - 337 Kategori Cukup Baik 201 - 269 Kategori Tidak Baik 133 - 201 Kategori Sangat Tidak Baik 65 – 133 Berdasarkan pada rekapitulasi pada tabel 2 dapat disimpulkan bahwa saluran distribusi pada home industri desa bekawan luar kriteria penilaian dalam kategori cukup baik, dapat dilihat jumlah total skor item yang diperoleh sebesar 268. Distribusi kegiatan distribusi terhadap suatu produk sangat perlu dilakukan dengan tujuan pemasaran. Strategi distribusi ini merupakan faktor yang mampu menentukan dalam memasarkan produknya dipasaran. Saluran distribusi diperlukan oleh
setiap perusahaan sebab produsen yang menghasilkan produk dengan memberi kegunaan bentuk bagi konsumen adalah barang sampai ketangannya, sedangkan penyalur memberi kegunaan waktu, tempat dan pemilikan atas produk tersebutoleh karena itu setiap produsen dalam menghasilkan produk yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen hendaknya bisa menyesuaikan saat dan dimana produk itu diperlukan serta siapa saja yang membutuhkan produk tersebut. Sistem pendistribusi yang demikian diharapkan lalu lintas
Study Manajemen Distribusi Udang… (Heriyanto, Syahdanur & Eva Sundari) 115
barang dari produsen ke konsumen akan lebih lancar dan konmunikasi tentang produk yang disalurkan akan lebih baik. Dipihak lain, saluran distribusi diharapkan terus terjaga agar produk yang
dihasilkan tetap tersedia pada saat waktu yang tepat, untuk itu diperlukan badan-badan yang akan menggambarkan tingkat saluran yang dilalui produk hingga sampai ke tangan konsumen akhir.
Saluran distribusi home industri desa bekawan luar :
Sumber ; home industri desa bekawan luar Dari gambar diatas dapat disimpulakn bahwa saluran distribusi yang digunakan oleh produsen udang kering pada home industri didesa bekawan luar menggunakan saluran distribusi pendek dan panjang. Pada gambar diatas menunjukan bahwa produsen udang kering pada home industri desa bekawan luar menyalurakn produk yang dihasilkan kepada agen, agen yang dilibatkan lebih dari 1 agen, dan masing-masing agen menyalurkan produk kepada pengencer, kemudian melalui pengencer maka produk akan sampai ketangan konsumen. Hal ini tentu memberikan dampak yang baik bagi produsen karena penyebaran produk tidak terbatas oleh saluran distribusi
karena produsen melibatkan beberapa agen yang mampu menyalurkan produk dipasar, sehingga hal ini membuat sistem penyaluran produk udamg kering akan makian efektif dan efisein, dengan demikian maka penyaluran produk yang dilakukan lebih merata. Dari hasil analisis data yang diperoleh penulis dapat dilihat bahwa pengusaha / produsen udang kering pada home industri telah memilih milih sistem penyaluran yang tepat, hal ini dapat dilihat bahwa selain menjual produk langsung kepada konsumen, produsen juga melibatkan beberapa agen dalam meyalurkan produk yang telah dihasilkan. Dikarenakan pendistribusian yang melakukan sistem penjadwalan
116
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol 19 No. 2 Desember 2012
sangat membantu agen agar produk yang disalurkan senantiasa tersedia, dengan jangka waktu yang tidak terlalu lama, apabila penyaluran yang dilakukan secara tidak efektif maka agen akan kesulitan dalam memasarkan produk dikarenakan ketersediaan julah produk yang tidak mampu memenuhi permintaan pasar. Dalam pemilihan saluran distribusi yang tampak pada gambar diatas yaitu distribusi langsung dan tidak langsung dari home industri udang kering didesa bekawan luar kepihak agen dan konsumen. Dengan demikian penyebaran produknya yang dilakukan telah efektif dan mampu meratakan penyabaran produk dipasaran, sehingga berapapun produk yang dihasilkan produsen tidak mengalami kesulitan dalam penyaluran. KESIMPULAN Dari uraian bab-bab sebelumnya serta hasil penelitian dan
pembahasan yang dilakukan oleh penulis pada home industri udang kering desa bekawan luar kecamatan mandah labupaten indragiri hilir, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengusaha home industri desa bekawan luar menggunakan dua jenis saluran distribusi yakni distribusi langsung dan distribusi tidak langsung. 2. Pemasaran udang kering pada home industri melibatkan beberapa agen sebagai lembaga utama dalam menyalurkaran produk. 3. Harga jual udang kering tidak memiliki standart harga, merupakan sebuah kelemahan dan kerugian bagi pihak produsen, karena harga jual produk disesuaikan dengan kualitas produk yang dihasilkan, dan tidak ada informasi harga akurat yang diperoleh oleh pengusaha / produsen.
DAFTAR PUSTAKA Al-aslamiyah, Lily So’idah, 2008. Pengaruh Saluran Distribusi dan Harga Terhadap Volume Penjualan Industri Rumah Tangga Sodak Di Desa Karangrejo kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan, UIN Malang. Fatich, Achmad, 2008. Pelaksanaan Saluran Distribusi yang Efektif Dalam Upaya Peningkatan Volume Penjualan pada Perusahaan Keripik Tempe Abadi Malang, UIN Malang. Anonymous. 2006. Keseimbangan Harga Menurut Ibn Khaldun, (online), (http://jic.jakarta.go.id/index.php?menu=bacaperadaban.php&id=7, diakses pada tanggal 13 January 2008 jam 07:18 am). Hal. 276-8. Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta.
Study Manajemen Distribusi Udang… (Heriyanto, Syahdanur & Eva Sundari) 117
Rineka Cipta. Assahuri, Sofyan, 2007, Manajemen Pemasaran, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta. Assahuri, Sofyan, 1978, Manajemen Produksi, PT. Rajagrafindo Persada. Basu Swastha. Dan Irawan. 2005. Menejemen Pemasaran Modern.Yogyakarta: Liberty. Charles Lamb W. 2001. Pemasaran. Terjemahan oleh David Octarevia. Jakarta: Salemba Empat. Hal. 268. Chandra, Gregorius. 2005. Strategi dan Program Pemasaran. Penerbit: Andi Davey, Rod. 2003. "How to be Better at Marketing" Meningkatan Kinerja Pemasaran. Jakarta: PT. Pabelan. Djaslim Saladin,(2003) manajemen pemasaran analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Bandung : Linda Karya Djaslim Saladin,2006. manajemen pemasaran, Bandung, Linda Karya Drs. DH. Basu Swastha. M.B.A. 1984. Azas-azas Marketing. Edisi ke-tiga. Yogyakarta: Liberty. Drs. Benyamin Molan. 2002. Glosarium Prentice Hall Untuk Manajemen dan Pemasaran. Jakarta: PT. Prenhallindo. Drs. Hartono, M.Pd. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset . Gitosudarmo, Indriyo, 2003, Pengantar Bisnis. Penerbit BPEE, cetakan 8, Edisi 3 yogyakarta. Khotler, philip, 1997, manajemen pemasaran, edisi 3, Indeks, jakarta. Khotler, philip, 2004, Markering Insight from A to Z. penerbit Erlangga, jakarta. Khotler, philip, 2007, Manajemen Pemasaran. edisi 12, Indeks, Jakarta. Khotler, Philip, AB. Susanto, 2000, Manajemen Pemasaran Indonesia. buku 2, selemba 4. Komarudin Sastradipoera, 2003. Manajemen Marketing, bandung : K appa-Sigma Kurniadi, Firmansyah, 2010. Pengaruh Biaya Promosi dan Distribusi Terhadap Peningkatan Volume Penjualan Pada CV. SEJATI di Srogen, Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
118
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol 19 No. 2 Desember 2012
Lamb W, Charles . 2001. Pemasaran. Terjemahan oleh David Octarevia. Jakarta: Salemba Empat. Lubis, Arlina Nurbiatul, 2004. Peranan Saluran Distribusi dalam Pemasaran Produk dan jasa, USU. Manullang, M.2006, Dasar – Dasar Manajemen, Gajah Mada University press, Yogyakarta. Molan, Drs. Benyamin. 2002. Glosarium Prentice Hall Untuk Manajemen dan Pemasaran. Jakarta: PT. Prenhallindo. P.R. Smith. 2001. Great Answer to Tough Marketing Questions : Jawaban Jitu Untuk Berbagai Pertanyaan Pemasaran Yang Sulit. Jakarta: Erlangga. Prof. Ir. Msc. Sukadarrumidi, Ph.D. 2004. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta: Gajahmada University Press Rod Davey. 2003. How To Be Better At Marketing : Meningkatkan Kinerja Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia. Sigit, Soehardi. 2003. Pemasaran Praktis. Yogyakarta: Gajamhmada University Press Siswanto, 2005, Pengantar Manajemen, penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta. Smith, P.R. 2001. Great Answer to Tough Marketing Questions : Jawaban Jitu Untuk Berbagai Pertanyaan Pemasaran Yang Sulit. Jakarta: Erlangga. Sugiyono, 2000, Metode Penelitian, Erlangga : jakarta. (Suryo A Soekarno, Republika Online, 04-Agustus-2004) Sutoso, Siswanto, 2002, Manajemen Pemasaran, Penerbit PT. Damar Mulia Pustaka, Jakarta. Swastha, basu, 2007, Azaz – Azaz Marketing. penerbit Liberty Offset, edisi 7 Yogyakarta, Yogyakarta. Swastha, Basu, 1999, Marketing, edisi 1, Liberty : yogyakarta. Swastha, basu, dan irawan, 2000, Manajemen Pemasaran Modern, edisi 2, Get. VHI, Penerbit Liberty, yogyakarta. Tjiptono, Fandy, 2005, strategi Pemasaran, Yogyakarta. Tjiptono, 2002, manajemen pemasaran, yogyakarta.
Study Manajemen Distribusi Udang… (Heriyanto, Syahdanur & Eva Sundari) 119
Warren j,.Keegan, 2003, Manajemen Pemasaran Global, Indeks Jakarta. William, j. Stanton, 1991. Prinsip Pemasaran, indeks, jakarta