Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
STUDI TENTANG CANDI BRAHU : KAJIAN TERHADAP FUNGSI CANDI ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan ( S – 1 ) Program Studi Sejarah Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universtas Nusantara PGRI Kediri
Disusun Oleh : NINDA AYU SINARINGRUM NPM : 11.1.01.02.0029
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIAKEDIRI 2015
Ninda Ayu Sinaringrum | NPM:11.1.01.02.0029 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 1||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Ninda Ayu Sinaringrum | NPM:11.1.01.02.0029 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 2||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Ninda Ayu Sinaringrum | NPM:11.1.01.02.0029 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 3||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
STUDI TENTANG CANDI BRAHU : KAJIAN TERHADAP FUNGSI CANDI Ninda Ayu Sinaringrum 11.1.01.02.0029 Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan - Prodi Pendidikan Sejarah
[email protected] Drs. Agus Budianto, M.Pd1 dan Dr. Zainal Afandi, M. Pd 2 UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi dari hasil pengamatan dan pengalaman peneliti yang pernah melaksanakan kegiatan observasi di candi tersebut, peneliti ingin memperkenalkan candi yang kurang diketahui oleh masyarakat. Selain itu peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai candi Brahu, sebab hingga saat ini candi tersebut masih digunakan sebagai tempat pemujaan, meskipun hanya pada hari besar saja. Permasalahan penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah sejarah candi Brahu? (2) Apa fungsi candi Brahu ?. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan melakukan penelitian di dukuh Jambu Mente, desa Bejijing, Trowulan. Instrumen peneliti berupa pedoman observasi dan pedoman wawancara. Adapun sumber data penelitian berupa benda peninggalan sejarah yaitu Candi Brahu, sumber llisan yaitu juru kunci, dan naskah-naskah kuno.Kesimpulan hasil penelitian ini adalah candi Brahu merupakan candi peninggagalan kerajaan Majapahit Candi Brahu sudah dibangun sebelum masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan diperkirakan di bangun pada masa raja Brawijaya I. Dapat dikatakan bahwa Candi Brahu merupakan candi yang paling tua dibandingkan dengan candi-candi lainnya yang ada di Trowulan. Candi Brahu didirikan oleh Mpu Sindok yang sebelumnya ia merupakan raja dari Kerajaan Mataram Kuno yang ada di Jawa Tengah. Hal ini dijelaskan dari nama Brahu dihubungkan diperkirakan berasal dari kata 'Wanaru' atau 'Warahu', yaitu nama sebuah bangunan suci keagamaan yang disebutkan di dalam prasasti tembaga 'Alasantan'. Menurut cerita rakyat Candi Brahu berfungsi sebagai penyimpanan abu jenazah yang sekarang digunakan sebagai tempat ibadah agama Budha yanng dilakukan setiap hari besar saja.Berdasarkan simpulan hasil penelitian ini, direkomendasikan: (1) Candi Brahu merupakan candi peninggalan kerajaan Majapahit yang dibangun untuk penyimpanan abu jenazah raja Brawijaya I-IV (2) Candi merupakan bangunan yang sakral dan suci, candi Brahu ini merupakan tempat pemujaan terhadap dewa. Kata kunci: candi, fungsi
Ninda Ayu Sinaringrum | NPM:11.1.01.02.0029 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 4||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Selain itu yang menarik bagi penullis
I. LATAR BELAKANG Candi Brahu berdenah bujur sangkar,
adalah dari dulu hingga saat ini Candi
menghadap ke barat. Pada keempat sisinya
Brahu
terdapat penampil (bagian yang menjorok
masyarakat sekitar candi. Dari situlah
keluar). Ruang yang menghadap ke barat
penulis ingin meneliti candi tersebut.
merupakan ruang utama, disini terdapat
masih
Penulis
tetap
dalam
digunakan
kegunaan
oleh
proposal
dinding
skripsi ingin meneliti : “Studi Tentang
temboknya sudah runtuh. Menurut cerita
Candi Brahu : Kajian Terhadap Fungsi
rakyat candi Brahu adalah makam dari raja
Banngunan Candi”.
altar
(tempat
sesaji)
tetapi
Brawijaya I sampai dengan IV. Menurut cerita rakyat, Candi Brahu berfungsi
sebagai
perabuhan
atau
membakar mayat, tetapi tidak ada bukti arkeologis yang mendukung cerita rakyat tersebut. Bilik Candi saat ini telah kosong, tetapi didinding timur bilik masih terdapat Altar tempat sesaji. Namun saat ini setelah banyak sejarawan yang meneliti tidak ditemukan sisa-sisa abu ataupun bekas abu di dalam Candi. Selain itu Candi Brahu merupakan
salah
satu
candi
yang
mempunyai gaya candi yang berbeda dengan yang lainnya, sebab berdasarkan wujud arsitektur yang masi bertahan hingga koni. Bangunan Hindu-Budha di wilayah jawa timur yang berkembang antara abad ke-13 dan abad-16 dapat dibagi ke dalam lima gaya, yaitu gaya Singhasari, gaya candi Brahu, gaya candi Jago, candi Batur, dan
Punden
Aris.Catuspatha
Berundak
(Agus Arkeologi
Majapahit:2011).
Ninda Ayu Sinaringrum | NPM:11.1.01.02.0029 FKIP - Sejarah
II. METODE A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian
merupakan
serangkaian
upaya pencarian sesuatu secara sistematis. Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan
peneliti
adalah
melalui
pendekatan kualitatif yaitu dengan cara mengumpulkan
data
melalui
naskah
wawancara, media elektrik, dan buku. Sehingga dapat menjadi suatu kesimpulan atau tujuan dari peneliti kualitatif yaitu dapat
menggambarkan
realita
empiric
dibalik fenomena secara lebih mendalam, rinci, dan akurat. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini akan menggunakan jenis penelitian deskripsi, karena dalam hal ini peneliti
menceritakan
tentang
sejarah
Candi Brahu dan Fungsi candi Brahu yang memungkinkan peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamatinya.
simki.unpkediri.ac.id || 5||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
B. Kehadiran Peneliti
E. Sumber Data
Peneliti bertindak sebagai observer
Data
yang
dipergunakan
dalam
sekaligus pengumpul data,. Dalam hal ini
penyelesaian penelitian ini berasal dari
peneliti
sumber data primer yang meliputi hasil
terjun
ke
lapangan
untuk
melalkukan suatu pengamatan terhadap
wawancara
dari
berbagai
bentuk candi serta pengambilan gambar
informan,antaralain :
sebagai data dokumentasi penelitian.
1. Paper : Artikel mengenai peninggalanpeninggalan kerajaan Majapahit, Buku
C. Tahapan Penelitian
No
Waktu/2015 Janua Febru Ma Ap ri ari ret ril
O Kegiatan
1. Penyusunan proposal 2. Observasi lapangan 3. Pengumpulan sumber data lainnya
panduan
penelitian,
Capusthaka
Arkeologi
Majapahit,
dan
buku
M mengenai Jun pengertian dan fungsi candi ei i
pengarang Soekmono 2. Person : Bapak Suyono, Ibu Suryanti
3. Objek : Candi Brahu, Ds. Bejijong,
Trowulan Mojokerto F. Prosedur Pengumpulan Data
4. Wawancara narasumber 5. Pengolahan data
Mengumpulkan
data
merupakan
pekerjaan yang sulit dan melelahkan karenadata yang diambil dalam penelitian
6. Penyusunan laporan
haruslah objektif. Oleh karenanya penulis D. Tempat dan Waktu Penelitian
memilih beberapa metode, antara lain:
1) Tempat penelitian
1. Metode Observasi
Penelitian akan dilakukan diwilayah Jawa
Timur
Kabupaten
khususnya
Mojokerto
di
daerah
tepatnya
di
Metode
observasi
adalah
cara
pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan
dengan
sistematik
tentang
Dukuh Jambu Mente, Desa bejijong,
fenomena-fenomena yang diselidiki,baik
Kec. Trowulan
secara langsung maupun tidak langsung. Observasi
adalah
Rentan waktu penelitian dimulai pada
pencatatan
secara
tanggal
unsur-unsur yang tampak dalam suatu
2) Waktu penelitian
16
Februari
2015
dan
diperkirakan akan selesai pada 16 Juli
pengamatan sistematik
dan
terhadap
gejala.
2015.
Ninda Ayu Sinaringrum | NPM:11.1.01.02.0029 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 6||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
2. Wawancara/Interviue
III.
Wawancara yang digunakan peneliti
HASIL DAN KESIMPULAN
1. Deskrpsi Setting/Lokasi Penelitian
dengan
Pada kesempatan kali ini peneliti
memakai pedoman wawancara sebagai alat
meneliti mengenai Candi Brahu, disini
bantu untuk memperjelas alur pembahasan
peneliti fokus pada fungsi bangunan candi.
adalah
wawancara
tersrtuktur
Candi Brahu terletak di Desa Bejijong, 3. Metode Dokumentasi Dalam
Trowulan Mojokerjo, penulis memilih
penelitian
kualitatif,
Candi Brahu karena keberadaannya yang
penggunaan dokumen merupakan salah
kurang dikenal oleh masyarakat. Dalam
satu metode pengumpulan data, karena
melakukan penelitian ini tentu ada pihak
dokumen merupakan sumber data yang
yang
berupa bahasa tertulis, foto atau dokumen
penelitian, dalam melakukan penelitian
elektronik
peneliti harus meminta izin di kantor
G. Teknik Analisis Data
BPCB Mojokerto.
membantu
dalam
melakukan
Aktivtas yang dilakukan dalam analisis data yaitu: a. Data reduction: data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu di catat secara teliti dan
2. Sejarah Candi Brahu
rinci b. Data display (penyajian data): setelah data
Gambar: Lokasi Candi Brahu
di
reduksi
maka
langkah
selanjutnya adalah mendisplaykan data c. Verification: langkah ketiga adalah
Candi Brahu merupakan salah satu situs
peninggalan
Majapahit
yang
bernuansa Buddha. Penggunaan Candi Brahu
sebagai
tempat
pelaksanaan
kegiatan penarikan kesimpulan dan
perayaan ritual merupakan sebuah sarana
klarifikasi
untuk memanfaatkan kembali situs Candi Brahu sebagai salah satu peninggalan
H. Pengecekan Keabsahan Temuan
agama Buddha di masa lalu. Pelaksanaan Agar
hasil
dapat
perayaan ritual keagamaan di Candi Brahu
dipertanggung jawabkan maka diperlukan
dapat memberikan suasana sakral yang
pengecekan
yang
berpadu dengan kemegahan candi yang
disajikan valid atau tidak, maka diperlukan
berasal dari masa silam. Hal ini juga
teknik keabsahan/kevalidan data.
diperjelas oleh salah satu Bhiksu yang
data
penelitian
apakah
data
Ninda Ayu Sinaringrum | NPM:11.1.01.02.0029 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 7||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
pada
waktu
itu
ikut
serta
dalam
melaksanakan kegiatan ritual tersebut.
dinding barat atau dinding depan candi. Atap candi juga tidak berbentuk prisma
Candi Brahu didirikan oleh Mpu
bersusun atau segi empat, melainkan
Sindok yang sebelumnya ia merupakan
bersudut banyak dengan puncak datar.
raja dari Kerajaan Mataram Kuno yang ada
Candi Brahu dibangun dari bata yang
di Jawa Tengah. Hal ini dijelaskan dari
direkatkan satu sama lain dengan sistem
nama Brahu dihubungkan diperkirakan
gosok.
berasal dari kata 'Wanaru' atau 'Warahu',
Bagian tubuh candi Brahu sebagian
suci
besar merupakan susunan batu bata baru
keagamaan yang disebutkan di dalam
yang dipasang pada masa pemerintahan
prasasti tembaga 'Alasantan'.
Belanda. Sebagian besar candi-candi di
yaitu
nama
sebuah
bangunan
Brahu
Trowulan dibangun menggunakan batu
terdiri dari kaki candi, tubuh candi dan
bata merah, karena mengandung unsur
atap candi. Kaki candi terdiri dari bingkai
religi atau kepercayaan.
Struktur
bangunan
candi
bawah, tubuh candi serta bingkai atas.
Candi Brahu berukuran tinggi 27 m,
Bingkai tersebut terdiri dari pelipit rata,
didalamnya terdapat bilik berukuran 4x4
sisi genta dan setengah lingkaran. Dari
m. Namun kondisi lantainya telah rusak.
penelitian yang terdapat pada kaki candi
Di kompleks candi ada semacam altar yang
diketahui terdapat susunan bata yang
berbentuk
strukturnya terpisah, diduga sebagai kaki
pembongkaran struktur bata pada bilik ini
candi
masa
ditemukan sisa-sisa arang yang kemudian
sebelumnya. Ukuran kaki candi lama ini
dianalisa di Pusat Penelitian Tenaga Atom
17,5 x 17 m. Dengan demikian struktur
Nasional (BATAN) di Yogyakarta. Hasil
kaki yang sekarang merupakan tambahan
analisa
dari bangunan sebelumnya. Kaki candi
pertanggalan radio karbon arang candi
Brahu terdiri dari dua tingkat dengan
Brahu berasal dari masa antara tahun 1410
selasarnya serta tangga di sisi barat yang
hingga 1646 M.
yang
dibangun
pada
belum diketahui bentuknya dengan jelas. Bentuk tubuh candi Brahu tidak tegas persegi,
melainkan
bersudut
banyak,
Mahameru.
tersebut
Pada
menunjukkan
waktu
bahwa
Atap candi Brahu tingginya kurang lebih 6 m. Pada sudut tenggara atap terdapat sisa hiasan berdenah lingkaran
tumpul dan berlekuk. Bagian tengah
yang
tubuhnya
seperti
Berdasarkan gaya bangunan serta profil
pinggang. Lekukan tersebut dipertegas
sisa hiasan yang berdenah lingkaran pada
dengan pola susunan batu bata pada
atap candi yang diduga sebagai bentuk
melekuk
ke
dalam
Ninda Ayu Sinaringrum | NPM:11.1.01.02.0029 FKIP - Sejarah
diduga
sebagai
bentuk
stupa.
simki.unpkediri.ac.id || 8||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
stupa, para ahli menduga bahwa candi Brahu
bersifat
Budhis.
Selain
itu
b. Tubuh
candi
tempat
bilik
utama
didirikan di bagian belakang, bentuk
diperkirakan candi Brahu umurnya lebih
dasar denahnya empat persegi panjang
tua dibandingkan dengan candi-candi yang
c. Seluruh bangunan dibuat dari bahan
ada di situs Trowulan bahkan lebih tua dari
yanng tahan lama, umumnya bata.
kerajaan Majapahit itu sendiri. Dasar dugaan
ini
adalah
prasasti
tembaga
Alasantan yang ditemukan kira-kira sekitar 45 m di sebelah barat
3. Fungsi Candi Brahu Bangunan
candi
adalah
sebuah
candi Brahu.
bangunan yang mengandung unsur budaya
Prasasti tersebut dikeluarkan oleh raja
India, tetapi dalam pelaksanaannya para
Empu Sendok dari Kahuripan pada tahun
seniman Indonesia hanya menggunakan
861 Saka atau 9 September 939 M.
dasar-dasar teoristis yang tercantum dalam
Diantara isinya menyebutkan nama sebuah
Silpasastra sebagai dasar untuk konsep
bangunan suci yaitu wanaru atau warahu.
pelaksanaannya. Kesenian yang sangat
Nama istilah inilah yang diduga sebagai
khas terutama dari segi arsitektur ini, tidak
asal nama candi Brahu sekarang.
dapat dikatakan sebagai ciptaan seniman
Candi ini adalah gambaran sinkretisme
Hindu asli, karena sampai saat ini para ahi
keagamaan antara agama Hindu dan agama
purbakala
Budha, Awalnya candi ini berfungsi
menggabungkan dengan pasti gaya seni
sebagai
bangunan candi di Indonesia dengan salah
tempat
pembakaran
raja-raja
Majapahit . Namun asumsi tersebut tidak terbukti. sinkretisme
Dan
dengan
tersebut,
hingga
gambaran saat
belum
berhasil
untuk
satu candi di India. Candi
merupakan
bangunan
dari
ini
bebatuan yang berfungsi sebagai bangunan
pemeliharaan candi Brahu dilakukan oleh
keagamaan,di Indonesia kebanyakan candi
kedua agama tersebut.
berfungsi sebagai tempat peribadatan atau
Berbeda dengan ritual pemujaan pada
tempat pemujaan dewa, sebab di tempat
situs pemujaan lainnya, di sini aktifitas
itulah
tersebut dilakukan hanya dengan cara
bersemayamnya
meletakkan sesaji pada bagian depan dan
beberapa candi yang berfungsi sebagai
pintu candi yang menghadap ke arah barat.
tempat
Ciri gaya Brahu sebagai berikut:
penyimpanan abu jenazah para raja, serta
a. Bagian kaki candi terdiri atas beberapa
pemujaan terhadap roh nenek moyang atau
teras (tingkatan), teras atas lebih sempit
raja yang sudah meninggal, selain itu ada
dari teras bawahnya
candi yang berfungsi sebagai tempat
Ninda Ayu Sinaringrum | NPM:11.1.01.02.0029 FKIP - Sejarah
dipercaya para
pengajaran
sebagai dewa,ada
agama,
tempat juga
tempat
simki.unpkediri.ac.id || 9||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
menyimpan
berbagai
yang
bahwa setelah rakyat berganti agama
menyangkut lambang jasmaniah raja yang
mereka masih tahu benar apa yang menjadi
disimpan
inti dan yang paling penting berharga dari
dalam
benda
peripih,
petirtaan(
pemandian ) dan gapura.
suatu candi. Begitu pula sama yang terjadi
Namun pada saat ini candi Brahu hanya
digunakan
sebagai
tempat
sembahyang bagi umat Budha. Waktu
dengan Candi Brahu, menurut cerita rakyat bahwa
Candi
Brahu
adalah
tempat
penyimpana abu jenazah Raja Brawijaya.
sembahyang pun tidak menentu kapan saja,
Namun setelah dilakukan penelitian
ujar Suryono sebagai juru kunci candi.
tidak terdapat bekas ataupun sisa abu,
Meskipun
Brahu
diperkirakan abu jenazah tersebut sudah
sebagian besar memeluk agama islam
hilang karena candi Brahu sebdiri sudah
mereka tetap menghargai ritual-ritual yang
mengalami pemugaran. Maka drai itu
ada
untuk melestarikannya sekarang Candi
di
masyarakat
candi
sekitar
Brahu
dan
senantiasa
menjaga, serta melestarikannya.
Brahu
digunakan
sebagai
tempat
Hampir semua ahli sejarah sependapat
beribadah. Namun demikian, tidak berarti
bahwa konsep dan arsitek candi berasal
mencari-cari kiranya ada abu jenazah yang
dari pengaruh Hindu dari India yang
khusus disimpan dalam candi itu kita
menyebar
anggap
pengaruhnya
hingga
ke
sebagai
sisipan
belaka
Nusantara sekitar abad ke 4 hingga abad ke
diusahakan
15. Pengertian pengaruh Hindu di sini
membenarkan dan melengkapi teorinya
adalah untuk menyebut semua bentuk
tentang makna candi.
pengaruh yang berasal dari India yang
guna
Menurut Soekmono.1977. candi fungsi
masuk ke Nusantara pada periode yang
dan
disebutkan di atas. Pengaruh-pengaruh itu
Semaranng Press.
diantaranya agama/kepercayaan Hindu dan
Stutterheim
yang
pengertiannya.
Semarang:
IKIP
akan
Maka candi yanng sebagai bangunan yang digunakan untuk menyimpan abu jenazah raja, dan sekaligus menjadi “istana” sang raja yang telah bersatu kembali dengan dewa penitisnya dan diwujudkan sebagai patung, sekaligus menjadinpula lambang dari gunung Mahameru tempat bersemayam para dewa.
kenyataan bahwa sebagian besar dari
Kemungkinan juga abu jenazah yang
candi-candi telah dibongkar pondasinya
diletakkan di bilik candi itu hanya untuk
dan hilang peti pripihnya, sehingga jelas
diupacarakan sebelum abu jenazah tersebut
Budha dengan tata cara ritualnya, Bahasa dan tulisan (Sansekerta dan Palawa), Konsep
kasta
dalam
masyarakat
(stratifikasi sosial), sistem pemerintahan feodal dan arsitektur bangunan. Dalam
hal
ini
kita
ingat
Ninda Ayu Sinaringrum | NPM:11.1.01.02.0029 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 10||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
dilarungkan di sungai Brantas. Namun
ikut serta dalam melaksanakan kegiatan
masyarakat pada jaman dahulu mengira
ritual tersebut.
kalau abu jenazah tersebut disimpan dibilik candi.
jelaskan oleh Soekmono (1973:83-84)
Oleh keterangan seorang pendanda dari Bali yang di tulis oleh Soekmono dalam bukunya, bahwa mula-mula karena pembakaran
dan
kemudian
karena
pembuangan abu jenazah ke laut atau sungai, tidak memberi peluang sedikitpun untuk
menganggap
kuil
itu
makam.
Pedanda dari itu menjelaskan “bahwa penanaman abu jenazah di halaman pura hanyalah mungkin terjadi dalam waktu peperangan atau pada waktu tidak ada kesempatan sama sekali untuk membuang abu itu ke laut atau sungai. Soalnya ialah bahwa tidak masuk akal bagi orang Bali jika abu jenazah, biar dia orang yang tertinggi sekallipun, ditanam dalam suatu pura. Apa yang berasal dari mayat tidak boleh dibawa ke dalam kuil, karena mengotorinya”.
pelaksanaan
merupakan
sebuah
sebagai berikut: Yang menjadi sumber mula-mula sekali dari anggapan seakan-akan candi adalah bangunan pemakaman, tidak lain daripada cerita yang hidup dikalangan rakyat, kalau sekarang ternyata bahwa cerita itu bersumber kepada ketidaktahuan dan salah pengertian, maka menjadi jelas pula mengapa penafsiran candi sebagai makam tidak dapat dukungan apalagi pembuktian dari bahan-bahan serta keterangan-keterangan autentik yang telah kita kumpulkan, sesungguhnya semua petunjuk yang telah kita peroleh dari telaah kita ini menjurus kepada ketertarikan kesimpulan bahwa candi memang tidak berfungsi sebagai bangunan pemakaman biar hanya untuk menanam abu jenazahnya sekalipun, sebaliknya yang berulang kali menampilkan diri adalah pengertian candi sebagai kuil. Penggunaan Candi Brahu sebagai tempat
ritual
buddhis
adalah
untuk
fungsi
Candi
Brahu
melakukan
ritual
mengembalikan
Penggunaan Candi Brahu sebagai tempat
Fungsi Candi sebagai kuil juga di
perayaan
ritual
sarana
untuk
memanfaatkan kembali situs Candi Brahu sebagai salah satu peninggalan agama Buddha di masa lalu.Pelaksanaan perayaan ritual keagamaan di Candi Brahu dapat memberikan suasana sakral yang berpadu dengan kemegahan candi yang berasal dari masa silam. Hal ini juga diperjelas oleh salah satu Bhiksu yang paada waktu itu Ninda Ayu Sinaringrum | NPM:11.1.01.02.0029 FKIP - Sejarah
sebagai
tempat
keagamaan
khususnya
agama
Buddha.Dengan begitu keberadaan Candi Brahu
benar-benar
memiliki
fungsi
maksimal, selain sebagai objek wisata juga sebagai pusat ritual agama Budha itu sendiri
(Wawancara
dengan
Bhiksu
Nyanadhiro selaku wakil dari Maha Vihara Mojopahit 28 November 2013). Dalam bilik candi, pada ketiga sisinya kita dapati bangunan altar yang fungsinya simki.unpkediri.ac.id || 11||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
dahulu untuk menempatkan arca-arca dewa
Sisa
dan sajian bila ada upacara. Di tengah-
pondasinya yang terpendam di dalam
tengah dinding timur di atas altar terdapat
tanah, sudah tidak nampak dari permukaan
sebuah nis (rongga) kecil untuk menempat-
tanah.
kan lampu. Nis ini dahulunya kecil tetapi
reruntuhannya
Disamping
hanya
peninggalan
tinggal
berupa
kemudian menjadi besar karena ulah
bangunan di desa Muteran ini pernah
tangan jahil.
diketemukan pula sebuah pot perunggu
Di bagian atap candi masih dapat kita
yang berisi berbagai benda dari logam an-
lihat beberapa bentuk menara atap sebagai
tara lain enam buah arca yang tingginya
rangkaian perbingkaian atau hiasan atap.
kira-kira 10 cm, terbuat dari bahan emas
Secara lengkap bentuk puncak atap candi
dan perak, beberapa perhiasan cincin,
Brahu rupanya berbeda dengan atap candi
gelang, perhiasan kepala dan perhiasan
Bajangratu
rambut.
yang
merupakan
susunan
Juga
terdapat
sebuah
talam
piramid bertingkat dan ditutup dengan
berbentuk seperti tempat buah dari bahan
bentuk kubus. Bagian puncak candi Brahu
perak dengan garis tengah 25,7 cm. Di
rupanya berbentuk bulat seperti stupa.
bagian bawahnya terdapat tulisan dengan
Dilihat dari ukurannya candi Brahu
huruf Jawa Kuno. Benda-benda temuan ini
merupakan candi yang cukup besar di
merupakan temuan yang sangat penting,
Trowulan. Secara arkeologis agak sulit
khususnya
juga untuk menentukan fungsi sebuah
kaitannya dengan candi Brahu dan untuk
candi. Mengingat bahwa di dalam bilik
penelitian
terdapat susunan altar, maka kemungkinan
umumnya. Misalnya di antara patung
besar
temuan
candi
pemujaan
Brahu
merupakan
(file//candi
candi
Brahu_Pusaka
Jawatimuran.htm). Berdekatan
bagi
desa
sejarah
terdapat
Muteran
Majapahit
Budha
dan
pada
Wairocana,
Kuwera dengan Yakshi atau Caewi, istri Kuwera. Kesemuanya bersifat budhis tis.
dengan
candi
Brahu
Dalam hal ini bila dikaitkan dengan
dahulunya kita dapati beberapa candi lain
candi Brahu, yang kemungkinan puncak
yang dibuat dari batu bata. Candi tersebut
candinya
ialah Gentong. Keempat candi itu semua
kemungkinan besar candi Brahu itu seperti
sudah runtuh dan sudah tidak dapat
halnya
ditemukan lagi tempatnya.
budhistis.
berbentuk
candi
stupa,
Jabung,
juga
maka
bersifat
Hanya Candi Gentong yang dapat
Aktifitas religi di Candi Brahu tidak
ditemukan kembali situsnya, yaitu kira-kira
banyak dijumpai. Berbeda dengan situs-
400 meter di sebelah timur candi Brahu.
situs lainnya, seperti candi Sumurupas,
Ninda Ayu Sinaringrum | NPM:11.1.01.02.0029 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 12||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Candi Kedaton, dan makam Kencono
Di sekitar candi Brahu pernah ditemukan
Wungu, yang banyak digunakan untuk
benda-benda kuno, antara lain :
semadi dan nyepi oleh peziarah, aktifitas di
benda-benda semisal perhiasan dari
Candi
Brahu
tidak
meneninggalkan
emas dan perak.
aktifitas ritual. Aktifitas ritual setelah
6 buah arca yang bersifat agama Budha.
pemugaran justru diperlihatkan oleh umat
piring
Budha. Pada Bulan Agustus tahun 2010 diadakan peringatan Hari Besar Asadha. Setelah itu, pada pada bulan Mei tahun 2011 diadakan peringatan Hari Raya
perak
yang
bagian
bawah
bertuliskan tulisan kuno. 4 lempeng prasati tembaga dari jaman sindok. Perekonomian
masyarakat
sekitar
Waisak secara besar-besaran yang dihadiri
candi Brahu
kurang lebih oleh 5000 umat Buddha dari
keberadaan
berbagai daerah di Indonesia. Dalam
Masyarakat
perayaan tersebut, para penganut Buddha
mengenal dan mempercayai adanya hal-hal
melakukan
membawa
yang bersifat ghaib. Kepercayaan yang
beberapa perlengkapan upacara, misalnya
bersifat ghaib tersebut merupakan hal
sesaji, benda-benda ritual, dan alat-alat
yang mereka anggap penting
ritual untuk melaksanakan ritual oleh
dilakukan
segenap umat Buddha yang hadir.
Masyarakat sekitar candi Brahu memiliki
ritual
dengan
sangat terbantu dengan candi skitar
demi
Brahu candi
tersebut.
Brahu
kepentingan
juga
untuk mereka.
Kalau sekarang ternyata bahwa cerita
keahlian, mereka hidup dengan bertani.
itu bersumber kepada ketidaktahuan dan
Hal ini terlihat seperti terlintas sewaktu
salah pengertian, maka jelas pula mengapa
hampir sampai di lokasi candi Brahu yaitu
penafsiran candi sebagai makam tidak
lading-ladang yang sangat luas dan siap
mendapat dukungan, apalagi pembuktian,
memanen(pada waktu observasi).
dari
bahsn-bahan
serta
keterangan
authentik.
Jadi dapat dikatakan kehidupan sosial mereka juga terpengaruhi oleh kehidupan
Dapat ditarik kesimpulan bahwa candi
sosial kehidupan leluhur mereka. Seperti
memang tidak pernah berfungsi sebagai
upacara-upacara dalam hal pembangunan
bangunan pemakaman, biar hanya untuk
bangunan, pembuatan kesenian, dan lain
menanam
sekalipun.
sebagainya. Hal ini tidak hanya dapat
Sebaliknya pengertian yang berulang kali
ditemikan di Trowulan,melainkan dapat
menampilkan diri adalaah pengertian candi
ditemukan
sebagai kuil.
Jawa, kehidupan sosial masyarakat Jawa
abu
jenazah
Ninda Ayu Sinaringrum | NPM:11.1.01.02.0029 FKIP - Sejarah
hampir di seluruh wilayah
simki.unpkediri.ac.id || 13||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
tidak jauh-jauh dari hal-hal klenik atau
pura mengabdikan dirinya kepada raja
sinkreitisme.
Jayakatwang.
Mereka melakukan upacara-upacara tertentu
untuk
meng-awali,
melakukan
dalam
Menurut cerita rakyat bahwa Candi Brahu
digunakan
sebagai
tempat
kegiatan,
dan
penyimpanan abu jenazah raja brawijaya I-
sesudahmelakukan kegiatan
keseharian,
IV, namun setelah diteliti tidak ada sisa
kegiatan-kegiatan musiman, atau upacara-
abu yang terdapat didalam bilik candi.
upacara
Mereka
Kemungkinan abu jenazah itu hanya
mempercayai upacara-upacara itu sebagai
sedang dilakukan penghormatan terakhir
suatu yang sakral dan merupakan suatu
sebelum dilarungkan ke sungai atau laut.
keharusan atau kewajiban yang apabila
Pada saat ini Candi Brahu juga masih
tidak
ritual
mereka
keagamaan.
maka
akan
digunakan yaitu sebagai tempat pemujaan
hal-hal
atau
atau upacara pada hari-hari besar atau pada
sesuatu yang tidak mereka harapkan yang
hari penting agama Budha, tetapi harinya
akan merugikan mereka sendiri.
tidak menentu.
Kesimpulan
Saran
menimbulkan
Candi
lakukan, terjadinya
Brahu
setelah
Berdasarkan simpulan hasil penelitian
karena
di Candi Brahu Trowulan Mojokerto di
serangan dari raja Jayakatwang, Raden
atas, maka dapat direkomendasikan bahwa
Wijaya,
:
Kertanegara
berawal
meninggal
menantu
dunia
raja
Kertanegara
berusaha melanjutkan dinasti Singhasari. Raden Wijaya berhasil melarikan diri dari
1. Bagi BPCB Hendaknya
selalu
memberikan
serangan Jyakatwang dan mengungsi ke
keluasan lebih terhadap geneerasi muda
desa
yanng mau mengambil atau mencari
Kudadu.
prajuritnya
Disana
mendapat
ia
bersama yang
informasi mengenai peninggalan cagar
sangat baik dari kepala desa Kudadu.
budaya di Jawa Timur utamanya di daerah
Mereka
untuk
Trowulan agar menambah semangat para
berteduh dan dijamu makanan. Setelah itu
penerus bangsa untuk mempelajari sejarah.
Raden Wijaya melanjutkan perjalanan ke
Sehingga para penerus bangsa nantinya
Madura untuk meminta bantuan Arya
tidak buta akan sejarah negarannya sendiri.
Wiraraja. Disana Raden Wijaya diterima
2. Bagi Pemerintah
dengan baik, Raden Wijaya diberi nasihat
Hendaknya
diberi
tempat
perlakuan
tinggal
oleh Arya Wiraraja yaitu dengan berpura-
Ninda Ayu Sinaringrum | NPM:11.1.01.02.0029 FKIP - Sejarah
lebih
memperhatikan
cagar alam yang ada di Indonesia, agar simki.unpkediri.ac.id || 14||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
senantiasa
terjaga
dan
terawat
keindahannya, nilai sejarahnya. 3. Bagi Masyarakat Masyarakat
sekitar
hendaknya
lebih
kepeduliannya
terhadap
cagar
budaya
meningkatkan peninggalan-
peninggalan pada zaman dahulu agar tetap dapat dinikmati oleh para penerus bangsa.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. Suharismi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Aris Munandar. Agus.2011. Catuspatha Arkeologi Majapahit. Jakarata:Wedatarma Widya Sastra. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2007. Mutiara-mutiara Majapahit. Dinukil Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Tjokro Soedjono, Trowulan Bekas Ibukota Majapahit [Booklet]. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987/1988. Prastowo. Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media. Sjamsudin. Helius.2012. Sejarah.Yogjakarta: Ombak.
Metodologi Penerbit
Soekmono.1977. Candi dan Pengertiannya. Semarang: IKIP Semarang Press.
Ninda Ayu Sinaringrum | NPM:11.1.01.02.0029 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 15||