Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain
Studi Perancangan Mountain Bicycle Club Terkait Interaksi Kekeluargaan Antar Pesepeda Gunung Kumara Keke Drs. Budi Isdianto, M.Sn Program Studi Sarjana Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email:
[email protected]
Kata Kunci : klub, sepeda gunung, olahraga Abstrak Semenjak pertama kali diciptakan pada tahun 1790 oleh bangsa Eropa sepeda telah mengalami pertumbuhan jumlah varian yang cukup signifikan hingga sekarang. Pada mulanya sepeda memiliki esensi dasar sebagai alat transportasi semata yang dapat memudahkan pengguna berpindah-pindah tempat. Namun karena teknologi yang ditanamkan pada sepeda semakin berkembang pesat dan canggih, sepeda tidak hanya menjadi sarana transportasi alternatif yang disandingkan dengan kendaraan bermotor melainkan telah menjadi sarana olahraga yang cukup dilirik masyarakat modern, khususnya yaitu yang dibahas oleh penulis di sini adalah sepeda gunung.
Abstract Since bicycle first created in 1790 by the European, it has grown a significant amount type of variance to the present. At first a bicycle holds the basic essence as a tool of transportation mode that can allow users to move easily without having to spend money for fuels. However, because of the advance-embedded-technology in the bicycle, it is not only a means of alternative transportation (compares to engined vehicle) but it has become a sport life style which modern society do start to use it as their new hobby; especially a mountain bike.
Pendahuluan Bersepeda sekarang tidak hanya menjadi hobi, tetapi sudah merupakan gaya hidup bagi sebagian masyarakat kota. Terlebih dengan meningkatnya secara drastis jumlah pengguna sepeda di Indonesia pada jaman sekarang. Menurut data yang penulis himpun dari Asosiasi Industri Pesepedaan Indonesia (AIPI) jumlah pengguna sepeda di Indonesia mencapai 6 juta pengguna diikuti dengan kenaikan sebesar 10% tiap tahunnya. Memontum ini mirip dengan kebangkitan sepeda gunung yang sempat booming pada tahun 90an dengan naik daunnya sepeda lokal merek Federal yang dikenal masyarakat umum sebagai sepeda murah namun handal untuk melahap trek bebatuan alam pegunungan.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 1
Studi Perancangan Mountain Bicycle Club Terkait Interaksi Kekeluargaan Antar Pesepeda Gunung
Gambar 1. Pesepeda di Indonesia
Peningkatan jumlah pengguna sepeda gunung juga diikuti dengan lahirnya berbagai komunitas pesepeda dalam berbagai jenis pengklasifikasian mulai dari aliran gaya bersepeda yang diikuti (XC, FR, DH, dan sebagainya), merk sepeda yang dipakai, domisili asal pesepeda, dan lain-lain. Komunitas sendiri menurut Kertajaya Hermawan mempunyai definisi; sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values. Dengan adanya peningkatan jumlah sepeda gunung yang signifikan dan kerap bertambah secara drastis tiap tahunnya, maka mulai banyak bermunculan jalur sepeda gunung yang berada di alam terbuka seperti pegunungan ataupun di perbukitan daratan tinggi yang dibuka atau dipergunakan secara mandiri tanpa melibatkan suatu institusi besar. Sebenarnya pemerintah telah melihat potensi kebangkitan olahraga sepeda gunung namun belum sampai pada tahap pembangunan infrastruktur penunjang yang dibiayai secara penuh. Hampir semua fasilitas penunjang yang berada di sekitar jalur sepeda gunung dibuat secara swadaya oleh masyarakat sekitar dan sesama komunitas pecinta sepeda gunung dengan kondisi seadanya. Contoh kasus yang penulis temui fasilitas-fasilitas tersebut didirikan dengan hanya mengandalkan tenda-tenda seperti tenda makanan kaki lima pinggir jalan tanpa adanya fasilitas mandi-cuci, hal tersebut mengindikasikan bahwa sarana infrastuktur berupa fasilitas penunjang di sekitar jalur-jalur sepeda gunung dapat dikatakan belum layak atau masih jauh dari ideal. Jadi dapat diasumsikan ketika para pesepeda gunung selesai bermain, mereka akan langsung pulang begitu saja ke rumah masingmasing.
Fasilitas-fasilitas penunjang tersebut berfungsi untuk tempat berkumpul bagi para pesepeda sebelum dan sesudah menjalankan aktivitasnya, yaitu bersepeda di jalur atau trek sepeda. Jadi dapat penulis katakan bahwa perancangan fasilitas yang memadai dapat meningkatkan nilai potensi baik secara ekonomi dan komunal mengingat jalur-jalur tersebut ramai dilalui oleh para pesepeda. Terlebih penting fasilitas-fasilitas penunjang tersebut berperan vital dalam pembentukan komunikasi interaksi dua arah antar individu atau komunitas pesepeda gunung yang saling bertemu. Apabila fasilitas yang tersedia dapat dikategorikan ideal; yaitu memenuhi semua kebutuhan dasar dari pesepeda, maka interaksi yang dihasilkan maka lebih intim, hangat dan tentunya suasana kekeluargaan akan lebih terjalin. Pesepeda gunung yang menggunakan fasilitas ideal tersebut 2 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1
Rufaidah
tentunya akan betah berlama-lama hanya untuk berkumpul membagi cerita, bertukar pikiran, dan bercengkerama akrab dengan lainnya. Sebuah bangunan untuk mengakomodir pesepeda gunung secara spesifik yang didukung fasilitas memadai yang dapat mengadaptasi suasana kehangatan, keintiman, kekeluargaan layaknya di rumah dapat menawarkan nilai jual tersendiri. Nilai jual yang dimaksud penulis adalah dalam perancangan kali ini bangunan dapat memberikan pengalaman berinteraksi lebih antar individu sesama pengguna sepeda gunung sehingga pengunjung datang ke sebuah klub atau tempat berkumpulnya suatu komunitas tidak hanya datang dan pergi namun lebih ke pengalaman akan keterikatan yang terjadi antara manusia, sepeda, dan bangunan yang dikunjungi. Untuk itulah perlunya sebuah bangunan yang dapat mengakomodir semua kebutuhan pesepeda dan komunitas gunung di atas. Sebuah tempat dengan keterikatan kekeluargaan yang kental dipadu dengan tensi yang terjaga sehingga antar komunitas bisa saling mengenal dengan baik dapat dibangun melalui pendekatan perancangan interior yang terstuktur namun tetap melihat pada aspek-aspek yang berkaitan langsung dengan kebiasaan atau sifat yang umumnya menempel pada pesepeda gunung beserta komunitasnya. Sehingga bangunan yang dirancang tepat sasaran dan mengena di benak para pengunjung karena merupakan hasil adaptasi dari intisari pengamatan keunikan-keunikan spesifik pesepeda gunung yang dijadikan (semacam) acuan tak tertulis dalam proses perancangan Mountain Bicycle Club ini. Hasil Studi Analisis Pada penerapannya bangunan Mountain Bicycle Club akan dibuat dengan gaya modern dikarenakan dari sifat teknis sepeda yang memiliki sifat up to date dan menonjolkan kompleksitas. Sedangkan apabila dilihat dari karakter pengguna sepeda gunung, intisari yang penulis dapatkan pesepeda gunung memiliki sifat yang fun, dinamis, semangat kebersamaan yang erat, dan kuat karena mampu menyelesaikan trek di gunung yang tidak mudah. Untuk kesan dari alam yang dilalui pesepeda gunung penulis menyimpulkan bahwa alam identic dengan kebebesan eksplorasi dengan identitas unik yaitu spot-spot alam yang tidak akan didapatkan di tempat lain. Sehingga gaya yang digunakan dalam perancangan ini adalah Iconic Open Space.
Gambar 2. Area Check Point
Fasilitas untuk sekedar duduk-duduk, berkumpul yang pada akhirnya menimbulkan interaksi antar individu di dalamnya menjadi poin utama dalam perancangan kali ini karena nilai komunal sangat berpengaruh di tempat khusus yang dirancang untuk mewadahi suatu komunitas, khususnya komunitas sepeda gunung pada gedung Mountain Bicycle Club. Mountain Bicycle Club yang saya rancang bertemakan Iconic Open Space ini diperkaya dengan pendekatan bentukbentuk geometris yang asimetris tegas sehingga membentuk karakter yang kuat. Adapun warna yang cukup kontras diberikan untuk aksen adalah warna yang dipakai dalam logo federasi sepeda sedunia atau UCI (Union Cycliste Internationale) yaitu biru, merah, kuning, hitam, dan hijau.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 3
Studi Perancangan Mountain Bicycle Club Terkait Interaksi Kekeluargaan Antar Pesepeda Gunung
Gambar 3. Colour Chart
Gambar 4. Snack Corner
Gambar 5. Kafe dan Bar 4 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1
Rufaidah
Penggunaan material cenderung bersifat ekspos, mudah dibersihkan dan memiliki durabilitas yang tinggi. Material juga bersifat raw untuk menonjolkan kesan industrial.
Gambar 6. Mini Bar Area
Penutup Berkembang pesatnya jumlah kepemilikan sepeda di Indonesia merupakan indikasi bahwa sepeda mulai diminati masyrakat umum sebagai metode olahraga alternatif. Seiring dengan bertambah pesepeda yang aktif dan mulai serius menjalankan hobinya, maka juga mulai bermunculan komunitas-komunitas sepeda, yaitu salah satunya komunitas sepeda gunung. Namun sayangnya dengan kemunculan komunitas-komunitas pesepeda gunung tersebut belum diimbangi dengan suatu wadah yang dapat merangkul anggota dari komunitas tadi dengan dilengkapi fasilitas yang baik. Oleh karena itu kehadiran sebuah fasilitas yang memadai dan dapat mengakomodir kebutuhan esensial dari komunitas pesepeda gunung sehingga mereka dapat bermain sepeda dengan aman dan nyaman memang sangat diperlukan. Selain itu nilai-nilai komunal yang berada di dalam suatu komunitas sangat perlu diperhatikan. Karena berawal dari interaksi yang sederhana namun tetap intens suatu komunitas dapat tetap eksis. Perancangan desain interior yang baik pada suatu bangunan mempunyai andil dalam pembentukan interaksi bagi pengguna di dalamnya. Pembimbing Artikel ini merupakan laporan perancangan Tugas Akhir Program Studi Sarjana Desain Produk FSRD ITB. Pengerjaan tugas akhir ini disupervisi oleh pembimbing Drs. Budi Isdianto, M.Sn Daftar Pustaka Yee, Roger. Sports & Recreational Facilities, New York : Visual Reference Publications, 2006. Konya, Allan. Sports Building; A Briefing and Design Guide, London : Architectural Press Ltd. 1986. Fried, Giel. Managing Sports Facilities, New York : Human Kinetics. 2005. Vidiella, Allex Sanchez. Sourcebook of Contemporary Architecture, New York : Harper Design. 2011. Schittich, Christian. In Detail: Interior Surfaces and Materials; Aesthetics, Technology and Implementation, London : Birkhauser. 2008. Bahamon, Alejandro. Light Colour Sound; Sensory Effects in Contemporary Architecture, Singapore : Page One. 2010. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 5
Studi Perancangan Mountain Bicycle Club Terkait Interaksi Kekeluargaan Antar Pesepeda Gunung
http://sipil.ub.ac.id/kajian-karakteristik-pesepeda-dan-pengenbangan-lajur-sepeda-di-wilayah-perkotaan-surabaya. Kajian Karakteristik Pesepeda dan Pengembangan Lajur Sepeda di Wilayah Surabaya. http://katenzo.multiply.com/journal/item/29/Trek-Cikole-Jayagiri-Eldorado-Pondok-Hijau. Eldorado Pondok Hijau.
Trek
Cikole
Jayagiri
http://www.bsn.go.id/news_detail.php?news_id=2330. Industri Sepeda Masih Jadi ‘Tukang Jahit’. http://lipsus.kontan.co.id/v2/sepeda/read/21/Sepeda-booming-bisnis-pun-melejit. Sepeda Booming Bisnis Pun Melejit. http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2012/07/120727_bike_magazine.shtml. Sepeda Olahraga Paling Sehat? http://www.yesmagazine.org/planet/how-to-make-biking-mainstream-lessons-from-the-dutch. How to Make Biking Mainstream; Lessons From The Dutch. http://www.pinkbike.com http://vitalmtb.com/
6 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1