JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
1
Studi Literatur Rapid Visual Screening untuk Mengetahui Potensi Kerentanan Bangunan Terhadap Bahaya Gempa Fadilah Alfia Nuri, Dr. techn. Pujo Aji, ST., MT., dan Endah Wahyuni, ST., MSc., PhD. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected], endah@ ce.its.ac.id Abstrak - Indonesia negara yang rawan gempa. Gempa bumi berdampak korban jiwa dan harta, serta kerusakan infrastruktur, baik retak-retak maupun ambruk dan hancur. Namun pada kenyataanya, belum semua gedung direncanakan kegempaannya dan tidak ada data kerentanan bangunan jika terjadi gempa untuk gedung-gedung di Indonesia. Rapid visual screening (RVS) merupakan metode penilaian kerentanan suatu bangunan terhadap potensi bahaya gempa berdasarkan observasi visual dari eksterior bangunan, interior jika memungkinkan, sehingga pelaksanaannya relatif cepat (ATC, 2002). Tugas akhir ini mengaplikasikan penggunaan RVS untuk memetakan kerentanan bangunan di Indonesia terhadap bahaya gempa berdasarkan FEMA 154. Pengaplikasian RVS tersebut dimaksudkan untuk melihat seberapa besar RVS pada FEMA 154 bisa diterapkan di Indonesia dengan studi kasus bangunan di ITS. Terdapat tahapan-tahapan untuk melaksanakan metode RVS ini, salah satunya adalah pelaksaan survei di lapangan. Dalam mengisi formulir saat survei di lapangan harus memverifikasi data yang ada dengan yang di lapangan serta mengisi kolom-kolom yang ada di formulir RVS. Terdapat 15 jenis struktural dasar yang diklasifikasikan oleh FEMA 154 pada formulir RVS. Dari hasil pengisian formlir RVS pada studi kasus (bangunan ITS), maka didapatkan bahwa skor akhir pada formulir ITS dan laporan perencaan gedungnya sesuai. Maka posedur RVS ini bisa digunakan untuk menilai kerentanan banguanan di Indonesia. Kata Kunci : Rapid Visual Screening, FEMA 154, Gempa. I. PENDAHULUAN
Rapid visual screening (RVS) merupakan metode penilaian kerentanan suatu bangunan terhadap potensi bahaya gempa berdasarkan observasi visual dari eksterior bangunan, interior jika memungkinkan, sehingga pelaksanaannya relatif cepat (ATC, 2002). Tugas akhir ini pengaplikasian penggunaan RVS untuk bangunan di Indonesia. Pengaplikasian RVS tersebut dimaksudkan untuk melihat seberapa besar RVS pada FEMA 154 bisa diterapkan di Indonesia. Sehingga bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk pedoman mengenai sistem penilaian gedung terhadap kerentanan gempa yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada dan bisa di terapkan di Indonesia. B. Perumusan Masalah Permasalahan Utama : Bagaimana penggunaan RVS dengan FEMA 154 untuk memetakan kerentanan bangunan terhadap gempa di Indonesia (studi kasus di ITS) ? Detail Permasalahan : 1. Bagaimana sejarah metode Rapid Visual Screening bangunan terhadap kerentanan gempa? 2. Bagaimana perencanaan dan manajemen Rapid Visual Screening? 3. Bagaimana pengumpulan formulir data RVS? 4. Bagaimana penggunaan hasil dari RVS? 5. Bagaimana contoh aplikasi dari RVS? 6. Bagiamana studi kasus RVS terhadap bangunan di ITS? C. Tujuan Tujuan Utama : Penggunaan RVS utuk memetakan kerentanan gempa di Indonesia (studi kasus di ITS). Detail Tujuan : 1. Diketahui sejarah metode RVS bangunan terhadap kerentanan gempa. 2. Didapat perencanaan dan manajemen RVS. 3. Didapat pengumpulan formulir data RVS. 4. Didapat penggunaan hasil dari RVS. 5. Didapat contoh aplikasi dari RVS. 6. Didapat studi kasus RVS terhadap bangunan di ITS.
A. Latar Belakang Indonesia negara yang rawan gempa, karena merupakan daerah pertemuan dari 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Bisa dibuktikan dengan banyaknya kejadian gempa yang banyak memakan korban jiwa, contohnya gempa dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004, gempa di Jogja pada 27 Mei 2006, serta gempa di Jayapura. Gempa bumi berdampak korban jiwa dan harta, serta kerusakan infrastruktur. Namun D. Batasan dan Ruang Lingkup pada kenyataanya, belum semua gedung direncanakan kegempaannya dan tidak ada data kerentanan bangunan jika Teori RVS menggunakan FEMA 154. terjadi gempa untuk gedung-gedung di Indonesia. Indonesia Bangunan yang ditinjau diasumsikan memiliki parameter yang sama dengan standar FEMA 154 hanya mempunyai buku Panduan Praktis Pemeriksaan Studi kasus yang digunakan adalah bangunan di ITS Kerusakan Bangunan akibat Gempa Bumi disusun oleh Peneliti Puslitbang Permukiman Kementerian Pekerjaan E. Manfaat Umum. Padahal seperti istilah lebih baik mencegah daripada mengobati yang harus kita lakukan. Jadi diperlukan suatu Pemetaan kebutuhan rehabilitasi akibat gempa di Indonesia panduan untuk menilai kerentanan bangunan terhadap gempa yang mudah untuk dilakukan.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 Sebagai referensi untuk dikembangkan dengan memperhatikan parameter - paremeter mendekati kondisi di Indonesia. II. METODOLOGI Metoda penyelesaian ini tergambar dalam flow chart pada Gambar 1 dibawah ini:
Gambar 1 Diagram alir penyelesaian tugas akhir III. STUDI LITERATUR A. Sejarah Metode Rapid Visual Screening Metode RVS bermula dari FEMA 154 yang terbit pada tahun 1988, Rapid visual screening of buildings for potential seismic hazards: A Handbook. Buku Pegangan ini memberikan "Sidewalk survey" pendekatan yang memungkinkan pengguna untuk mengklasifikasikan bangunan yang disurvei menjadi dua kategori: aman atau harus dievaluasi lebih rinci. Selama dekade berikutnya FEMA 154 edisi pertama, prosedur RVS digunakan oleh organisasi sektor swasta dan lembaga pemerintah di Amerika Serikat untuk mengevaluasi lebih dari 70.000 bangunan nasional (ATC, 2002). Data dan informasi yang dikumpulkan selama dekade pertama tersebut digunakan untuk memperbarui metode RVS pada FEMA 154 edisi kedua. Revisi prosedur RVS mempertahankan kerangka yang sama dan pendekatan terhadap prosedur asli, tapi menggabungkan sistem penilaian yang direvisi kompatibel dengan kriteria gerakan tanah di FEMA 310, Handbook for Seismic Evaluation of Bulildings - A Prestandard (ASCE, 1998), dan data estimasi kerusakan yang dikembangkan oleh FEMA – Earthquake Loss Estimation Methodology HAZUS (NIBS, 1999). B. Perencanaan dan Manajemen RVS Ada beberapa langkah yang diperlukan dalam merencanakan dan melaksanakan RVS pada bangunan berpotensi berbahaya gempa. Urutan umum pelaksanaan prosedur RVS meliputi :
2 1. Perencanaan anggaran dan biaya perkiraan: Untuk pelaksanaan RVS secara menyeluruh akan diperlukan banyak tenaga, biaya, dan waktu. Namun dalam tugas akhir ini hanya memakai studi kasus bangunan di ITS, sehingga tidak memerlukan banyak biaya. 2. Perencanaan pralapangan: Dalam memutuskan prioritas urutan bangunan yang di survei bisa dikarenakan oleh anggaran, waktu, dan tingkat bahaya suatu kawasan (yang paling utama) 3. Pemilihan dan review formulir: Ada tiga jenis formulir yang masing-masing dibagi berdasarkan wilayah kegempaan seperti berikut: rendah (Low/L), sedang (Medium/M), dan tinggi (High/H). 4. Kualifikasi dan Pelatihan Screener: Pelatihan dilakukan oleh salah satu departemen yang paling berpengalaman 5. Akuisisi dan review data pra lapangan: Informasi tentang sistem struktur, usia atau hunian (yaitu kegunaan) mungkin tersedia dari sumber tambahan. Data ini harus ditinjau dan disusun sebelum memulai survei lapangan. Disarankan bahwa informasi ini ditambahan, bisa dengan ditulis langsung pada formulir yang akan dipakai. 6. Review dokumen konstruksi: Bila mungkin, dokumen desain dan konstruksi bangunan harus ditinjau sebelum melakukan survei lapangan untuk membantu screener mengidentifikasi jenis sistem struktural untuk masingmasing bangunan. 7. Pelaksaan RVS di lapangan 8. Memeriksa kualitas dan penerimaan data lapangan: Untuk memeriksa kualitas dari skrining, diperlukan orang yang ahli mengenai bangunan dan gempa. Data yang ada bisa dikoreksi seperlunya oleh para ahli. C. Pengumpulan Data Rapid Visual Screening Setelah memilih formulir berdasarkan pada tingkat kegempaan daerah yang akan ditinjau, Formulir diselesaikan untuk setiap bangunan yang ditinjau melalui tahap pelaksanaan berikut: 1. Memeriksa dan memperbarui informasi bangunan: Ruang yang disediakan di bagian kanan pada formulir untuk catatan informasi identifikasi bangunan (yaitu, alamat, nama, jumlah lantai, tahun pembangunan, dan data lainnya). 2. Berjalan di sekitar gedung untuk mengidentifikasi ukuran dan bentuknya, serta membuat sketsa bangunan pada formulir: Pada sketsa seharusnya menunjukkan: Tinggi bangunan, lebar bangunan, dimensi-dimensi yang ada, dan menekankan fitur-fitur khusus (retak atau konfigurasi masalah yang signifikan) 3. Menentukan dan mencatat kategori hunian. Pembagian kelas hunian dijelaskan di bawah ini (dengan indikasi umum beban hunian) : Gedung pertemuan: beban hunian bervariasi yaitu sebanyak 1 orang per 10 sq.ft, tergantung pada kondisi duduk tetap atau bergerak. Komersial: beban hunian bervariasi, yaitu 1 orang per 50 sampai 200 sq.ft. Layanan darurat: beban hunian biasanya 1 orang per 100 sq ft.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 Gedung pemerintahan : Beban hunian bervariasi , gunakan 1 orang per 100 200 sq ft. Industrial : Biasanya, beban huniannya 1 orang per 200 persegi ft kecuali gudang, yang mungkin 1 orang per 500 sq ft Perkantoran: menggunakan 1 orang per 100 sampai 200 sq ft). Perumahan: Jumlah orang untuk hunian perumahan bervariasi dari sekitar 1 orang per 300 sq ft di tempat tinggal, untuk mungkin 1 orang per 200 sq ft di hotel dan apartemen, 1 per 100 sq ft di asrama). Sekolah: Beban hunian bervariasi, gunakan 1 orang per 50 sampai 100sq. ft) 4. Menentukan jenis tanah, jika tidak diidentifikasi selama proses perencanaan pralapangan: Informasi data tanah harusnya dicari saat tahap perencanaan. Jika tidak ada, perlu diidentifikasi jenis tanahnya saat pelaksanan di lapangan. Jika tidak ada dasar untuk mengklasifikasikan jenis tanah, maka diasumsikan jenis tanah E. Namun, untuk satu lantai atau dua lantai/ bangunan dengan tinggi atap sama dengan atau kurang dari 25 kaki, dapat diasumsikan jenis tanah kelas D ketika kondisinya tidak diketahui. 5. Mengidentifikasi potensi bahaya nonstruktural: Macammacam pilihan bangunan nonstruktural yang bisa membahayakan adalah Unreinforced Chimneys, Parapets, dan Heavy Cladding. 6. Mengidentifikasi seismic lateral-load resisting dan melingkari skor dasar pada formulir. Lima belas jenis bangunan yang digunakan dalam Prosedur RVS meliputi: 2 [1] Rangka kayu- bangunan dengan luas <5.000 ft (W1) 2 [2] Rangka kayu- Bangunan dengan luas >5.000 ft (W2) [3] Bangunan baja rangka pemikul momen (S1) [4] Bangunan rangka baja dengan bracing (S2) [5] Bangunan light metal (S3) [6] Bangunan rangka baja dengan shear wall beton cor di tempat (S4) [7] Bangunan rangka baja dengan dinding batu tanpa perkuatan (S5) [8] Bangunan beton dengan rangka pemikul momen (C1) [9] Bangunan beton dengan dinding geser (C2) [10] Bangunan beton dengan dinding pasangan bata tanpa perkuatan (C3) [11] Bangunan Tilt -up (PC1) [12] Bangunan rangka beton pracetak (PC2) [13] Bangunan batu diperkuat lantai fleksibel dan atap diafragma (RM1) [14] Bangunan batu diperkuat dengan lantai kaku dan atap diafragma(RM2) [15] Bangunan batu tanpa perkuatan dengan bearing wall (URM) 7. Mengidentifikasi dan melingkari sesuai kondisi bangunan pada masing-masing skor modifikasi. Faktorfoktoryang dinilai meliputi: Mid-Rise Buildings. Jika bangunan memiliki lantai 4 sampai 7 . High-Rise Bulidings. Jika bangunan memiliki banyak lantai 8 atau lebih. Vertikal Irregularity. Jika bangunan berbentuk tidak teratur secara vertikal, atau jika beberapa dinding tidak vertikal..
3 Plan Irragularity. Jika bangunan bentuk denahnya tidak teratur dengan bentuk E, L, T, U, atau + . Pre-Code. Skor modifikasi ini berlaku untuk bangunan di wilayah kegempaan moderat dan tinggi, dan berlaku jika bangunan yang ditinjau dirancang dan dibangun sebelum diterapkan kode seismik yang berlaku untuk jenis bangunan itu. Post-Benchmark. Skor modifikasi ini berlaku jika bangunan yang ditinjau dirancang dan dibangun setelah kode seismik untuk jenis bangunan itu diberlakukan. Soil Type C, D, or E. Skor modifikasi disediakan untuk Jenis Tanah C, D, dan E. Jika tidak tersedia data atau bimbingan yang memadai selama tahap perencanaan untuk mengklasifikasikan jenis tanah, harus diasumsikan jenis tanah E. Namun, untuk bangunan satu atau dua lantai dengan tinggi atap sama dengan atau kurang dari 25 meter, dapat diasumsikan jenis tanah kelas D. 8. Menentukan skor akhir, dan memutuskan apakah evaluasi lebih rinci diperlukan: Berdasarkan hasil skor akhir, screener dapat memutuskan apakah bangunan tersebut aman atau memerlukan evaluasi lebih rinci yang kemudian dicatat pada lingkaran "YES" atau "NO" di kolom kanan bawah. 9. Memotret bangunan dan melampirkan foto: Foto bangunan yang jelas dan bisa menampakkan keseluruhan bangunan (bentuk bangunan dan elevasi). 10. Bagian Komentar: Kolom terakhir ini untuk komentar screener jika mungkin ingin memberi catatan mengenai bangunan yang diskrining, hunian, kondisi, kualitas data atau kondisi yang tidak biasa/ tidak ada dalam jenis yang tersedia. D. Penggunaan Hasil dari Rapid Visual Screening Dalam pelaksanaan RVS penafsiran Final Structural Score, S, Pemilihan keputusan skor RVS merupakan salah satu yang terpenting. Disini menjelaskan tentang pembacaan nilai skor akhir terhadap angka kemungkinan keruntuhan bangunan terhadap bahaya gempa. Pada dasarnya skor akhir adalah perkiraan probabilitas bangunan akan runtuh jika terjadi gerakan tanah atau gempa. Basic Struktural Hazard Score didefinisikan sebagai logaritma negatif (basis 10) dari probabilitas runtuhnya bangunan yang dapat dituliskan dengan BSH = -log10 (ATC, 2002b). Sebagai contoh, skor akhir S=3 berarti ada kesempatan 1 dari 103, Atau 1 dari 1000 kemungkinan bangunan itu akan runtuh jika terjadi gerakan tanah tersebut. Sebuah skor akhir S= 2 berarti ada kesempatan 1 dari 10 2, Atau 1 dari100, bahwa bangunan akan runtuh jika tanah tersebut terjadi gerakan. Penentuan aman atau tidaknya bangunan yang ditinjau bedasarkan skor akhir bangunan tersebut. Nominal angka skor yang membatasi menurut FEMA 154 adalah 2. Hal itu berdasarkan dari National Bureau of Standards (NBS, 1980) E. Contoh Aplikasi dari Rapid Visual Screening Contoh aplikasi dari RVS ini adalah ilustrasi penerapan prosedur RVS pada beberapa gedung di USA (lihat Gambar 2)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
1
Informasi Bangunan
Untuk alamat, kode pos, jumlah lantai, luas area semua lantai, nama bangunan, dan penggunaan sudah 2.4.1 dan didapatkan pada saat perencanaan pra-lapangan, namun harus diverifikasi saat survei di lapangan. Dan 4 untuk tahun dibangun, nama screener , dan tanggal 4.8.1 poin 1 skrining bisadiisi saat survei.
2
Sketsa Bangunan
Untuk sketsa bisa dipakai denah gedung ini yang 2.4.2 dan didapatkan dari PIMPITS (Pusat Implementasi dan Perencanaan ITS), namun diverifikasi di lapangan 4.8.1 poin terlebih dahulu. 2
3
Gedung perpustakaan ini kira-kira seluas 200m2 setinggi 6 lantai. Gedung ini dimasukkan dalam 2.4.4 dan bangunan perkuliahan. Sesuai dengan sub bab 2.4.4 untuk bangunan sekolah beban huniannya adalah 1
Jenis Hunian
orang/50-100 ft 2 , luas bangunan ini 2000x6 m2 = 12.000 4.8.1 poin m2 = 130.000 ft 2 maka beban huniannya adalah 4 130.000/100=1300 orang s/d 130.000/50 =2600 orang. Jadi, bisa dipilih beban hunian 1000+. 2.4.3 dan Jenis Tanah E menurut Laboratorium Mekanika Tanah 4 Jenis Tanah 4.8.1 poin Jurusan Teknik Sipil ITS 3 2.4.5 dan Bahaya non5 Tidak ada bangunan nonstruktural yang berbahaya 4.8.1 poin struktural 5 Skor 6 Struktural dasar
Skor Modifikasi
Karena gedung ini setinggi 6 lantai, maka dipilih mid rise. Gedung ini dibangun setelah ditetapkannya 2.4.7 dan peraturan mengenai konstruksi beton, maka ditandai untuk post benchmark. Jenis struktur tanahnya adalah 4.8.1 poin tanah lunak (lempung). 7
8 Skor Akhir
Dan pada akhirnya didapatkan skor akhir 3,1 , maka 2.4.8 dan tidak perlu identifikasi lebih lanjut untuk gedung ini 4.8.1 poin karena dirasa cukup aman (skor akhir >2). 8
9 Foto
Foto diambil bisa menggunakan kamera handphone 2.4.9 dan atau kamera yang lain. Dan sesbisa mungkin foto bisa 4.8.1 poin menampakkan keseluruhan bangunan. 9
10 Komentar
Tidak ada komentar yang perlu ditambahkan.
Gambar 2 – Contoh formulir RVS F. Studi Kasus Berdasarkan SNI 1726 tahun 2012, Kota Surabaya pada periode 0,2 detik percepatan respon gempanya adalah sebesar 0,5-0,6 g (Gambar 3) dan untuk peiode 1 detik sebesar 0,2-0,3 g (berada pada 2 warna, lihat Gambar 4). Dengan demikian, Kota Surabaya berada pada High Seismicity menurut pembagian zona gempa berdasarkan FEMA 154.
Menurut dokumen konstruksi, gedung ini merupakan jenis struktur beton. Dan seteleh dipastikan saat 2.4.6 dan survei memang benar bangunan beton. Dari hasil survei menunjukkan bahwa gedung ini masuk dalam jenis struktur C1, karena tidak ada shear wall dan 4.8.1 poin 6 dinding bukan dari URM.
7
2.4.10 dan
Gambar 3 – Peta zona gempa Surabaya periode 0,2 detik
Gambar 4 – Peta zona gempa Surabaya periode 1 detik Setelah menentukan formulir RVS, yakni High Seismicity Form, maka bisa dilanjutkan untuk survei di lapangan. Untuk studi kasus pada tugas akhir ini dipakai bangunan gedung perpustakaan, teknik mesin, robotika, dan asrama mahasiswa. Sebagai contoh proses pengisian formulir RVS gedung perpustakaan pada saat survei bisa dilihat pada Tabel 1. Untuk formulir hasil survei gedung perpustakaan lihat Gambar 5, gedung teknik mesin lihat Gambar 6, gedung robotika lihat Gambar 7, dan asrama mahasiswa lihat Gambar 8. Tabel 1 Proses Pengisian Formulir Survei Gedung Perpustakaan No
Bagian
Analisa
Subbab
Informasi Bangunan
Untuk alamat, kode pos, jumlah lantai, luas area semua lantai, nama bangunan, dan penggunaan sudah 2.4.1 dan didapatkan pada saat perencanaan pra-lapangan, namun harus diverifikasi saat survei di lapangan. Dan untuk tahun dibangun, nama screener , dan tanggal 4.8.1 poin 1 skrining bisadiisi saat survei.
Sketsa 2 Bangunan
Untuk sketsa bisa dipakai denah gedung ini yang 2.4.2 dan didapatkan dari PIMPITS (Pusat Implementasi dan Perencanaan ITS), namun diverifikasi di lapangan 4.8.1 poin terlebih dahulu. 2
1
Gedung perpustakaan ini kira-kira seluas 200m2
Gambar 5 – Formulir RVS perpustakaan
4.8.1 poin 10
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
Gambar 7 – Formulir RVS gedung Teknik Mesin
5
Gambar 9 – Formulir RVS Asrama Mahasiswa Keempat bangunan ITS diatas sebagai studi kasus untuk penggunaan metode RVS dalam penilaian kerentanan bangunan terhadap potensi bahaya gempa. Gedung yang pertama yakni gedung perpustakaan dinyatakan aman karena mendapatkan skor akhir 3,1 hal ini sesuai dengan Laporan Perencanaan Strukur Gedung Perpustakaan (PIMPITS,1994) yang telah direncanakan tahan gempa. Gedung kedua yakin gedung Teknik Mesin juga dinyatakan aman dengan skor akhir 3,1 hal ini sesuai dengan Laporan Perencanaan Strukur Gedung Teknik Mesin (PIMPITS, 1974) yang telah direncanakan kegempaannya. Gedung ketiga yakni gedung robotika dinyatakan aman pula karena mendapatkan skor akhir 2,7 hal ini sesuai dengan Laporan Perencanaan Strukur Pusat Kajian Robotika Nasional (PIMPITS, 2009) yang telah direncanakan tahan gempa. Gedung Asrama Mahasiswa juga dinyatakan aman dengan skor akhir 2,6 sehingga dinyatakan aman dan memang sesuai perencanaannya yang telah direncanakan tahan gempa sesuai dengan Laporan Perencanaan Struktur Asrama Mahasiswa (PIMPITS, 2007). Karena dari hasil keempat formulir RVS dan laporan perencaan struktur keempat gedung tersebut sesuai, maka prosedur RVS bisa diterapkan untuk menilai kerentanan bangunan terhadap bahaya gempa di Indonesia. IV. PENUTUP
Gambar 8 – Formulir RVS gedung Robotika
4.1 Kesimpulan Rapid visual screening of buildings for potential seismic hazards, yang bermula dari terbitnya Laporan FEMA 154 pada tahun 1988, Rapid visual screening of buildings for potential seismic hazards: A Handbook. Ada beberapa langkah yang diperlukan dalam merencanakan dan melaksanakan RVS pada bangunan berpotensi berbahaya gempa, meliputi:
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
perencanaan anggaran dan biaya perkiraan perencanaan pra-lapangan pemilihan dan review formulir kualifikasi dan Pelatihan Screener akuisisi dan review data pra lapangan review dokumen konstruksi pelaksaan RVS di lapangan memeriksa kualitas dan penerimaan data lapangan Setelah memilih formulir berdasarkan pada tingkat kegempaan daerah yang akan ditinjau, formulir diselesaikan untuk setiap bangunan yang ditinjau. Tahap pelaksanaannya yaitu: memeriksa dan memperbarui informasi identifikasi bangunan membuat sketsa bangunan pada formulir menentukan dan mencatat kategori hunian menentukan jenis tanah mengidentifikasi potensi bahaya nonstruktural mengidentifikasi seismic lateral-load resisting mengidentifikasi skor modifikasi menentukan skor akhir melampirkan foto pada formulir bagian komentar Pada dasarnya skor akhir adalah perkiraan probabilitas bangunan akan runtuh jika terjadi gerakan tanah atau gempa. Dalam metode ini dengan rumus BSH = -log10. Penentuan aman atau tidaknya bangunan yang ditinjau bedasarkan skor akhir bangunan tersebut. Nominal angka skor yang membatasi menurut FEMA 154 adalah 2. Hal itu berdasarkan dari National Bureau of Standards (NBS, 1980). Contoh aplikasi dari RVS ini adalah ilustrasi penerapan prosedur RVS pada beberapa gedung di USA. Dari contoh tersebut bisa dijadikan gambaran untuk melakukan prosedur dari RVS. Bangunan ITS sebagai studi kasus untuk penggunaan metode RVS dalam penilaian kerentanan bangunan terhadap potensi bahaya gempa adalah gedung perpustakaan, gedung teknik mesin, gedung robotika, dan asrama mahasiswa. Dari hasil formulir RVS keempat gedung tersebut dirasa sesuai dengan laporan perencaan struktur dari masing-masing bangunan. Prosedur RVS bisa digunakan untuk memetakan kerentanan bangunan terhadap gempa di Indonesia berdasarkan studi kasus yang ditinjau. Hanya saja perlu penyesuaian untuk formulir yang dipakai sesuai dengan kondisi bangunan dan peraturan yang ada di Indonesia. 4.2 Saran Dalam tugas akhir ini hanya didapatkan bahwa prosedur RVS bisa digunakan untuk gedung di Indonesia. Perlu ditinjau lebih lanjut mengenai komponen skor penilaian dan pembagaian wilayah gempa. Dan kemudian diharapkan adanya prosedur yang sudah benar-benar sesuai dan yang pada akhirnya bisa digunakan untuk memetekan bangunan di Indonesia. Dengan begitu akan meminimalisasi resiko keruntuhan bangunan apabila terjadi gempa.
6 DAFTAR PUSTAKA [1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
.
ATC, (2002), Rapid Visual Screening of Buildings for Potential Seismic Hazards: Supporting Documentation (2nd edition), FEMA 155 Report, Federal Emergency Management Agency, Washington D.C. ASCE, 1998, Handbook for the Seismic Evaluation of Buildings — A Pre-standard, FEMA 310 Report, Federal Emergency Management Agency, Washington D.C. NIBS, 1999, Earthquake Loss Estimation Methodology HAZUS, Technical Manual, Vol. 1, prepared by the National Institute of Building Sciences for the Federal Emergency Management Agency, Washington, D.C. P2T, 1994, Laporan Perencanaan Strukur Gedung Perpustakaan, Proyek Pengembangan Teknik ITS, Surabaya P2T, 1974, Laporan Perencanaan Strukur Gedung Teknik Mesin, Proyek Pengembangan Teknik ITS, Surabaya PIMPITS, 2009, Laporan Perencanaan Strukur Pusat Kajian Robotika Nasional, Pusat Implementasi dan Perencanaan ITS, Surabaya PIMPITS, 2007, Laporan Perencanaan Struktur Asrama Mahasiswa, Pusat Implementasi dan Perencanaan ITS, Surabaya