Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
11 Pages
ISSN 2302-0253 pp. 85- 95
STUDI LAJU KOROSI TULANGAN PADA BETON RINGAN BUSA R. Dedi Iman Kurnia 1, Abdullah 2, M. Ridha 2 1) Magister Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh 23111, email:
[email protected] 2) Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh 23111
Abstract : Foamed Concrete being developed for use as a structural element of the building, for it would need to be done more in-depth study of the corrosion resistance. This research aims to measure the rate of corrosion of reinforcing steel in foamed concrete with Linear Polarization Resistance method (LPR). Specimens used were 2 pieces, is bar shaped with two variants, those are normal foamed concrete and conventional concrete as a benchmark. Reinforcement place in such a way so that concrete cover thickness become 2 cm and 3 cm. Specimen variant submersed in Sodium Chloride 3.5%. The specimen dimensions is 15 cm x 20 cm x 80 cm with 0.4 water rasio factor, 1.6 specific gravity, and average compressive strength 25 MPa. Used 4 longitudinal bar with diameter 10 mm and 7 cross bar with diameter 6 mm per 10 cm distance. The result of corrosion potential measurements using half-cell potential mapping technique will provide an overview of the location that have a high risk of corroded on the surface of specimen. At these location the corrosion rate measured using linear polarization resistance method for the determination of the corrosion rate. Data collection was performed every two weeks for eight weeks of immersion time. The results of this study indicate that the corrosion rate in a normal conventional concrete is higher than the normal foam concrete. The ability to resist Choride ion penetrasion of the specimens is influenced by the type of concrete, concrete permeability and concrete resistant, so give a different influence of the the corrosion rate value. Be reviewed from the behavior of its corrosion, the foamed concrete deserve to be as a structural element of the building. Keywords : Foamed concrete, corrosion rate, half-cell potential mapping, linear polarization resistance.
Abstrak : Beton busa terus dikembangkan untuk digunakan sebagai elemen struktural bangunan, untuk itu perlu kiranya dilakukan kajian lebih mendalam terhadap ketahanan korosinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur laju korosi pada baja tulangan dalam beton busa dengan metode Linear Polarization Resistance (LPR). Benda uji yang digunakan berjumlah 2 buah, benda uji berbentuk balok dengan dua variasi yaitu: beton busa normal serta beton normal konvensional sebagai pembanding. Ukuran benda uji 15cm x 20 cm x 80 cm dengan faktor air semen 0,4; specific gravity 1,6 dan f’c kuat tekan rata-rata 25 MPa. Digunakan 4 tulangan utama Ø10 mm dan 7 tulangan sengkang Ø6 mm dengan jarak per 10 cm. Setiap variasi benda uji direndam dalam larutan Natrium Klorida 3,5%. Hasil pengukuran potensial korosi menggunakan teknik half-cell potential mapping akan memberikan gambaran lokasi yang mempunyai resiko tinggi terkorosi pada permukaan benda uji. Pada lokasi ini dilakukan pengukuran laju korosi dengan metode linear polarization resistance untuk penentuan laju korosinya. Pengambilan data dilakukan dua minggu sekali selama delapan minggu waktu perendaman. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa laju korosi pada beton normal konvensional lebih tinggi dari pada beton busa normal. Kemampuan melawan penetrasi ion klorida dipengaruhi oleh varisai jenis beton, permeabilitas dan tahanan beton, sehingga memberikan pengaruh yang berbeda terhadap nilai laju korosi dari masing masing benda uji. Ditinjau dari perilaku korosi pada tulangannya, beton busa layak dijadikan sebagai elemen struktural bangunan. Kata Kunci : Beton busa, laju korosi, half-cell potential mapping, linear polarization resistance.
85 -
Volume 3, No. 2, Mei 2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala benda uji diberi perlakuan perendaman yang
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan, beberapa
langsung
korosinya menggunakan teknik half- cell
dengan laut. Kondisi wilayah yang seperti ini
potential mapping untuk menentukan titik
merupakan kondisi lingkungan yang korosif
dengan resiko terkorosi paling tinggi, kemudian
dan rawan terhadap serangan korosi. Oleh
akan dihitung laju korosinya dengan metode
karena itu setiap perencanaan konstruksi di
linear polarization resistance.
wilayah
wilayahnya
yang
berbatasan
sama. Dilakukan pengukuran nilai potensial
seperti
ini
perlu
Penelitian ini dilakukan terhadap beton
memperhitungkan ketahanan terhadap gempa.
busa dan beton normal dengan mutu rencana
Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah
beton f’c 25 MPa, FAS 0,4 dan SG 1,6. Media
dengan menggunakan beton ringan sebagai
perendaman berupa air laut buatan dari larutan
struktur dari bangunannya. Karena semakin
NaCl 3,5 %. Pengambilan data laju korosi
ringan suatu bangunan maka semakin kecil pula
benda uji dilakukan dua minggu sekali selama
gaya gempa yang bekerja pada bangunan
delapan minggu waktu perendaman.
tersebut. Korosi yang terjadi pada baja tulangan akan mengakibatkan turunnya kekuatan tarik
KAJIAN PUSTAKA
dari baja tulangan dan keretakan pada selimut
Konsep Beton Ringan Beton
beton
ringan
adalah
beton
yang
Selama ini sudah banyak informasi dan
mengandung agregat ringan dan mempunyai
penelitian yang dilakukan mengenai korosi baja
berat satuan tidak lebih dari 1900 kg/m3.
tulangan
sedangkan
Sedangkan agregat ringan adalah agregat dalam
informasi dan penelitian mengenai korosi pada
keadaan kering dan gembur mempunyai berat
beton ringan khususnya beton busa sangat
isi < 1100 kg/m3. Agregat ringan adalah agregat
sedikit kita jumpai. Oleh karena itu perlu
yang mempunyai kepadatan sekitar 300 – 1850
dilakukan kajian lebih mendalam tentang
kg/m3, mempunyai berat jenis yang ringan dan
penggunaan beton ringan seperti beton busa
porositas yang tinggi, yang dapat dihasilkan
sebagai elemen struktural, khususnya terhadap
dari agregat alam maupun hasil buatan,
ketahanan terhadap korosi pada tulangannya,
(Mulyono 2004).
sehingga
pada
beton
nantinya
normal,
beton
ringan
Menurut American Standard for Testing
layak
Materials (ASTM) C.330, agregat ringan dapat
digunakan sebagai elemen struktural. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk
dibedakan menjadi dua yaitu agregat alami dan
mengukur nilai laju korosi sesaat pada baja
agregat buatan. Agregat ringan buatan dapat
tulangan
kemudian
berupa expanded clay, shale, slate, perlite,
dibandingkan dengan laju korosi pada beton
vermiculite, atau fly ash yang dapat berasal dari
normal konvensional, dimana semua jenis
proses
dalam
beton
busa
pemanasan,
pendinginan
dan
Volume 3, No. 2, Mei 2014
dari - 86
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala industri cinder. Sedangkan agregat ringan alami
gas O2 dan air di atas permukaan baja, yang
meliputi jenis-jenis agregat diatomic, batu
masih tertutup oleh lapisan pasif, bereaksi,
apung, scoria, volcanic cinders dan tuff yang
bagian baja ini menjadi katoda. Kedua ion yang
semuanya termasuk batuan asli vulkanik,
terbentuk pada anoda dan katoda bergabung
(Mulyono, 2004).
membentuk senyawa hasil korosi. Fe(OH)2 sebagai bentuk awal senyawa hasil korosi akan berada di permukaan baja yang mengalami
Beton Busa Beton busa merupakan jenis beton ringan
korosi. Jika konsentrasi O2 tinggi, maka akan
yang paling mudah diproduksi. Abdullah,
terbentuk Fe(OH)3. Mekanisme korosi pada
(2007)
tulangan dalam beton seperti ditunjukkan pada
menyatakan
menghasilkan
beton
salah busa
satu
adalah
cara dengan
Gambar 1.
membuat gelembung-gelembung gas/ udara dalam campuran mortar sehingga menghasilkan material
yang
berstruktur
sel-sel,
yang
mengandung rongga udara dengan ukuran antara 0,1-1,0 mm. Busa yang terbentuk berupa balon-balon udara yang tidak saling berhubungan dan terdistribusi merata di dalam beton. Campuran beton busa terdiri dari semen, air dan foam. Porositas yang terjadi di dalam beton busa sebenarnya tidak membentuk jaringan kapiler, tetapi berupa balon-balon udara yang tidak saling berhubungan., (Swamy,1984).
Gambar 1.
Anoda, katoda, reaksi oksidasi dan hidrasi korosi tulangan Sumber : Broomfield (2007).
Laju Korosi Laju korosi dapat didefinisikan sebagai besarnya kehilangan berat bahan persatuan
Korosi Baja Tulangan dalam Beton Korosi didefinisikan sebagai kerusakan atau penurunan mutu suatu material yang diakibatkan oleh reaksi antar lingkungan dan material itu sendiri. Penetrasi oleh ion klorida dan karbonasi merupakan penyebab utama dari korosi (Broomfield 2007). Permukaan baja yang lapisan pasifnya hilang, menjadi anoda dari reaksi korosi baja tulangan. Elektron yang dilepaskan dari reaksi anoda ini, menyebabkan 87 -
Volume 3, No. 2, Mei2014
waktu. Laju korosi dapat juga didefinisikan sebagai besarnya kehilangan elektrokimia, yaitu laju korosi pada waktu pengukuran. Satuan laju korosi yang digunakan adalah mils per years (mpy), millimeter per years (mmpy) dan micrometer per years (µmpy). Dengan asumsi bahwa serangan korosi terjadi secara merata, maka laju korosi dapat dinyatakan sebagai laju penetrasi atau kehilangan ketebalan per satuan waktu, (Broomfield 2007).
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Untuk menentukan laju korosi (CR) pada pengukuran
laju
korosi
dapat
elektroda baku seperti elektroda kolomel jenis
dilakukan
SCE (Saturated Colomel Elekrode) dan SHE
berdasarkan hukum Faraday, (Fontana 1987)
(Standar Hydrogen Elektrode) dan AgCl,
dimana :
semakin negatif (aktif) potensial bahan semakin 𝑎𝑖
𝐶𝑅 𝑚𝑝𝑦 = 𝐾 𝑛𝐷 ....................................... (1)
kecendrungan
untuk terjadi
korosi,
(Fontana 1987).
Dimana, a i D K n
besar
Teknik
= berat atom logam Fe = densitas arus (μA/cm2) = densitas logam Fe (g/cm3) = konstanta (0,129 mpy) = nomor elektron yang hilang.
Half-cell
potential
mapping
merupakan suatu metode awal mendeteksi korosi tulangan dalam beton. Dengan teknik ini hanya dapat mendeteksi letak daerah korosi dengan resiko tertentu (Broomfield 2007). ASTM C867 adalah standar yang digunakan
Metode Half Cell Potensial Mapping Korosi pada tulangan baja dalam beton
untuk pengukuran half-cell potential mapping.
dapat terjadi jika antara anoda dan katoda
Berikut tabel nilai potensial pada permukaan
terdapat selisih potensial listrik. Nilai potensial
tulangan
suatu bahan diperoleh dengan mengukur selisih
menggunakan
potensial dari bahan tersebut dengan suatu
mapping untuk beberapa standar half-cell.
Tabel 1.
baja
yang teknik
diukur half-cell
dengan potential
Kriteria korosi tulangan baja untuk beberapa standar half-cell No
Copper copper sulphate
Silver Silver chloride
Hydrogen Electrode
Calomel Electrode
Corrosion Condition
1
> -200 mV
> -106 mV
> +116 mV
> -126 mV
Low risk (10%)
2
-200 to-350 mV
-106 to-256 mV
+116 to-34 mV
-126 to-276 mV
Intermediate risk
3
< -350 mV
< -256 mV
< - 34 mV
< -276 mV
High risk (90%)
4
< -500 mV
< -406 mV
< -184 mV
< -426 mV
Severe corrosion
Sumber : Broomfield (2007)
Sumber : Broomfield (2007)
Metode Linear Polarization Resistance (LPR)
pada tulangan baja, dan memberikan informasi
Metode tahanan polarisasi linier atau
yang rinci tentang potensial dari sampel yang
disebut juga Linear Polarization Resistance (LPR) adalah metode pengukuran laju korosi
diuji, (Law and Millard , 2000). Metode
tahanan
polarisasi
linier
berdasarkan fenomena elektrokimia. Teknik
menggunakan pergeseran kesetimbangan reaksi
pemantauan korosi dengan metode linear
elektrokimia dimana terjadi perubahan potensial
polarization resistance ini cepat dan tidak
elektroda dengan mengalirkan sejumlah arus
mengganggu, hanya membutuhkan koneksi ke
listrik ke elektroda. Terjadi kenaikan 10 mV
baja tulangan data yang dihasilkan dapat
sampai 20 mV atau kelebihan aktif-pasif dari
memberikan pemahaman tentang laju korosi
potensial korosi, (Broomfield 2007). Perubahan Volume 3, No. 2, Mei 2014
- 88
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala arus
listrik
diharapkan
berdampak
pada
Pengukuran laju korosi dengan metode LPR
perubahan nilai potensial suatu logam dari
akan menghasilkan perkiraan laju korosi yang
potensial alami logam terhadap potensial
lebih baik, apabila dilakukan perhitungan
korosi. Perubahan arus listrik tersebut akan
dengan rentang perubahan nilai potensial korosi
menghasilkan kerapatan arus yang merupakan
10
fungsi linier dari potensial elektroda, (M.Nuh
polarisasinya(gambar 2). Besarnya kemiringan
dan Sunara).
dari kurva polarisasi ini sama dengan tahanan
Berdasarkan asumsi Stern-Geary, arus terpolarisasi berubah secara linier seiring
sampai
20
mV
dalam
kurva
polarisasi (Rp), (Neil G. Thompson, Joe H. Payer).
dengan perubahan yang terjadi pada potensial.
Gambar 2.
Kurva polarisasi
METODE PENELITIAN
kandungan 3,5 % NaCl. Jumlah benda yang
Rancangan Penelitian
digunakan dua buah, terdiri dari beton busa
Subjek utama dari peneliian ini berupa
normal dan beton normal konvensional.
pengukuran nilai laju korosi tulangan akibat
Benda uji berupa balok beton seperti
pengaruh lingkungan perendaman, yang dalam
pada gambar 3, dibuat dengan kuat tekan
penelitian ini digunakan air laut buatan dengan
rencana f’c 25 MPa, FAS 0,4 dan SG 1,6.
89 -
Volume 3, No. 2, Mei2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Ukuran benda uji dibuat 15 cm x 20 cm x 80
7 tulangan sengkang Ø6 mm dengan jarak per
cm. Digunakan 4 tulangan utama Ø10 mm dan
10 cm.
Gambar 3.
Bentuk dan Ukuran Benda Uji Balok
jenis SCE (Saturated Colomel Elekrode), dan
Alat dan Media yang digunakan Peralatan penelitian
ini
yang meliputi
digunakan peralatan
dalam
sebuah kabel konektor. Metode yang digunakan
untuk
untuk pengujian potelsial korosi adalah sesuai
mendeteksi baja tulangan dan sengkang di
standar ASTM C 867.
dalam beton, digunakan profometer 3 buatan swiss.
Gambar 5.
Pegukuran potensial korosi beton Sumber : Millard (2000)
Gambar 4.
Set Up pemetaan tulangan dalam beton
Rangkai peralatan yang digunakan untuk mengukur tahanan polarisasi seperti pada
Sumber : Fajri (2011)
gambar 5, adalah Galvanostat, merek: Hokuto korosi
Denko, tipe: HA – 301, Oscilloscopes, merek:
menggunkan half cell potential mapping merek
Tektronix tipe: TDS 340, Reference Electrode,
SCRIBE
Meter
Saturated Calomel Electrode (SCE) merek:
(PC1018). Alat ini terdiri dari Multi Tester yang
TOA, tipe: HC-205C, Counter Electrode,
memiliki sensor berupa elektroda baku kolomel
stainless steel type AISI 304. Pemegang
Pengukuran
DHC
nilai
Digital
potensial
Half
Cell
Volume 3, No. 2, Mei 2014
- 90
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala reference elektrode (sce), berfungsi untuk
arus listrik, dengan demikian pengukuran
memegang elektroda agar tetap stabil. Bahan
terhindar dari kesalahan manusia.
kayu yang digunakan juga tidak menghantar
Gambar 6.
Set Up peralatan pegukuran laju korosi
Langkah – Langkah Penelitian
Data nilai potensial anodik dan katodik
Sebelum direndam dilakukan pemetaan tulangan
benda
sisi
korosi anodik dan katodik dibagi dengan luas
seperti
permukaan pengukuran untuk mendapatkan
4.selanjutnya
densitas arus. Data potensial hasil pengukuran,
dilakukan pengukuran potensial menggunakan
arus yang diberikan dan densitas arus hasil
digital half cell meter.
perhitungan dituliskan dalam bentuk tabel
menggunakan ditunjukkan
uji alat
pada
pada
kedua
dituliskan dalm bentuk tabel. Selanjutnya arus
profometer, gambar
Hasil uji potensial korosi menggunakan teknik
half-cell
akan
Dari data potensial hasil pengukuran
memberikan gambaran lokasi pada permukaan
diplot kedalam bentuk kurva. Kurva ini diplot
benda uji yang mempunyai resiko tinggi
dengan sumbu x adalah nilai densitas arus (i)
terkorosi, seperti pada gambar 5. Pada lokasi
dan sumbu y adalah nilai potensial yang
yang
terukur, kurva ini dinamakan dengan kurva
beresiko
potential
tinggi
mapping
untuk setiap pengukuran.
terkorosi
ini
akan
dilakukan pengukuran laju korosi dengan metode
tahanan
polarisasi
linier
polarisasi.
untuk
Kurva tersebut kemudian dilinierkan
penentuan laju korosi. Fungsi alat yang
untuk mendapatkan suatu pola kemiringan
digunakan adalah galvanostatik dimana arus
(slope), dari kemiringan tersebut selanjutnya
sebagai variabel yang dikontrol dan potensial
kita dapat menentukan tahanan polarisasi (Rp)
sebagai variabel yang di ukur.
dan lebih lanjut dapat menghitung laju korosi (CR).
91 -
Volume 3, No. 2, Mei2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala berkisar antara 0,00472 mpy sampai dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
0,00883 mpy.
Laju korosi
Seiring
bertambahnya
waktu
Dari data hasil perhitungan nilai laju
perendaman, nilai laju korosi pada kedua benda
korosi pada beton normal konvensional berkisar
uji menunjukkan perubahan dan cenderung
antara 0,00664 mpy sampai dengan 0,01172
meningkat pada setiap minggu pengukuran.
mpy. Nilai laju korosi pada beton busa normal Tabel 2.
Data hasil perhitungan nilai laju korosi Waktu Perendaman
Minggu 0
Minggu ke 2
Minggu ke 4
Minggu ke 6
Minggu ke 8
Beton Normal Konvensional Tebal selimut Tebal selimut Titik 2 cm 3 cm A6 0,01201 B12 0,01105 C15 0,01013 D26 0,00992 A6 0,01287 B12 0,01279 C15 0,01014 D26 0,01052 A6 0,01332 B12 0,01303 C15 0,01158 D26 0,01204 A6 0,01428 B12 0,01385 C15 0,01275 D26 0,01248 A6 0,01729 B12 0,01820 C15 0,01563 D26 0,01587
Neville (1999), menyebutkan bahwa
Titik A5 B11 C19 D26 A5 B11 C19 D26 A5 B11 C19 D26 A5 B11 C19 D26 A5 B11 C19 D26
Beton Busa Norma Tebal selimut Tebal selimut 2 cm 3 cm 0,01013 0,01034 0,00706 0,00697 0,01085 0,01047 0,00757 0,00702 0,01055 0,01044 0,00962 0,00955 0,01108 0,01132 0,01100 0,01085 0,01171 0,01184 0,01138 0,01103
semen
kerusakan utama akibat air asin pada beton
Dari Gambar 6 dan 7, terlihat bahwa laju
disebabkan oleh adanya ikatan antara Mg dan
korosi pada beton normal konvensional lebih
SO4 membentuk Magnesium Sulfat (MgSO4),
tinggi dibandingkan dengan laju korosi pada
Senyawa-senyawa sulfat menyerang Ca(OH)2
beton busa normal.
bebas yang dihasilkan dari proses hidrasi pada
Gambar 7.
Grafik perbandingan laju korosi tebal selimut 2 cm minggu 0 sampai minggu ke 8
Volume 3, No. 2, Mei 2014
- 92
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Abdullah (2007), menyatakan bahwa
(2012), dalam penelitiannya juga mendapati hal
penggunaan busa dalam pembuatan beton busa
yang sama dimana sifat pori beton busa yang
menyebabkan pembentukan pori-pori beton
tidak kapiler menyebabkan air dari media
berupa balon-balon udara, yang tidak saling
rendaman tidak mudah berdifusi dan menyerap
berhubungan dan terdistribusi merata. Fajri
ke dalam beton busa.
Gambar 8.
Grafik perbandingan laju korosi tebal selimut 3 cm minggu 0 sampai minggu ke 8
Perbedaan tebal selimut beton 2 cm dan 3
sebagai elemen struktural bangunan.
cm terlihat memberikan pengaruh terhadap nilai laju korosi pada kedua benda uji, walaupun terlihat tidak terlalu jauh berbeda. Millard
KESIMPULAN
1.
konvensional berkisar antara 0,0099 mpy
(1991) dalam penelitiannya menemukan bahwa,
sampai dengan 0,0182 mpy. Sementara
tahanan listrik (electrical resistivity) beton
nilai laju korosi pada beton busa normal
meningkat seiring dengan semakin tebalnya
berkisar antara 0,0070 mpy sampai
selimut beton. Tahanan listrik beton berfungsi
dengan 0,0118 mpy.
mengurangi laju korosi dengan menghambat arus listrik dalam beton akibat korosi yang
2.
hasil
Laju korosi tulangan beton busa normal dalam lingkungan yang korosif lebih
terjadi secara elektro-kimia. Berdasarkan
Nilai laju korosi pada beton normal
pengukuran
rendah dibandingkan dengan laju korosi
nilai
tulangan
potensial dan perhitungan laju korosi, maka 3.
Tebal selimut beton 2 cm dan 3 cm
nilai laju korosi pada kedua benda uji.
ditunjukkan pada beton busa normal.
korosi, kelayakan beton busa layak digunakan
normal
terlihat memberikan pengaruh terhadap
laut buatan dan resiko korosi yang rendah
Ditinjau dari aspek ketahananya terhadap
beton
konvensional.
resiko korosi yang lebih tinggi ditunjukkan oleh beton normal konvensional yang direndam air
dalam
4.
Dengan
bertambahnya
waktu
perendaman, nilai nilai laju korosi untuk kedua benda uji menunjukkan perubahan
93 -
Volume 3, No. 2, Mei 2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
5.
dan cendrung meningkat pada setiap
Pumice Lightweight Mortar by Coating,
minggu pengukuran.
Department
Ditinjau
dari
perilaku
korosi
pada
tulangannya, beton busa layak dijadikan
of
Engineering,
Materials School
Science of
and
Chemical
Engineering, National Technical University of Athens, Athens, Greece.
sebagai elemen struktural bangunan.
Law, D., Millard, S.G., Bungey, J.H, 2000, Linear Polarisation Resistance Measurements Using
DAFTAR KEPUSTAKAAN
a Potentiostatically Controlled Guard Ring,
Abdullah, Afifuddin, Moch, Huzaim, Beton Busa Sebagai Bahan Konstruksi Bangunan Teknik
NTD&E International, Vol. 33, hlm 15 – 21 Law DW. Cairns JJ, Millard SG, Bungey JH.
Sipil, Universitas Syiah Kuala, Darussalam
Evaluation
Banda Aceh ACI Committee 213, 1999,
reinforcing bars in concrete using linear
Guide for Structural Lightweight Aggregate
polarization resistance measurements. In
Concrete.
International symposium non- destructive
Amri, Sjafei., 2005, Teknologi Beton A-Z, Yayasan John Hi-Tech IDETAMA, Jakarta.
of
corrosion
loss
of
steel
testingi civil engineering, 2003 M. Nuh dan Sunara Purwadaria, Pengembangan
ASTM C876-91., Half-Cell Potentials of Uncoated
Metoda Tahanan Polarisasi, Tinjauan Teori
Reinforcing Steel in Concrete, Vol. 03.02.,
Dan
Current Edition Approved March 11, 1991,
Elektro metalurgi dan Rekayasa Korosi TA-
Published May 1991Bentur A, Diamond S.,
ITB, 1994.
and Berke N.S., 1997, Stell Corrosion in Concrete, E & FN SPON.
Aplikasinya,
Modul
Laboratorium
Mulyono, T, 2004, Teknologi Beton, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Broomfield, 2007, Corrosion of Steel in Concrete, Understanding, Investigation and Repair, 2
nd
Edition, E & FN SPON, London.
Neil G. Thompson., and Joe H. Payer, DC Electrochimecal Test Method, Barry C. Syrett, Series Editor.
Chang, Z.T., Cherry, B., Marosszeky, M., 2008, Polarisation Behaviour of Bar samples in
Neville, A.M., 1999, Properties of Concrete, Longman, London.
Concrete in Seawater. Part 1: Experimental
Siddiq, S, 2007, Bangunan Tahan Gempaa Berbasis
Measurement of Polarisation Curve of Steel
Standar Nasional Indonesia, Struktur &
in Concrete, Corrosion Science, Vol. 50, hlm
Teknologi Gempa Puslitbang Pemukiman,
357 – 364.
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Fajri (2012), Studi Perilaku Korosi Tulangan Pada Beton
Busa
Dengan
Pozzolan
Sebagai
Swamy, R.N., 1984, Fly Ash Utilization in Concrete Construction,
Proceeding
Second
Pengganti Semen Dalam Kondisi Terendam.
International Conference on Ash Technology
Tesis, Magister Teknik Sipil, Universitas
and Marketing, London.
Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh.
Song, Ha-Won, 2007, Corrosion Monitoring of
Fontana M. G, and N. G. Greene., 1987, Corrosion
Reinforced Concrete Structures – A Review,
Engineering, Mc. Graw-Hill, New York.
International Journal of Electrochemical
G. Batis et al, 2004, Corrosion Protection of Steel in
Science.
Volume 3, No. 2, Mei 2014
- 94
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Thomson,
N.G,
and
Electrochemical
Payer, Test
J.H,
1998,
Method,
DC
NACE
International, Houston, Texas Threthwey, K.R., Chamberlain J, 1991, Korosi Untuk
Mahasiswa
Dan
Rekayasawan,
Gramedia, Jakarta.
95 -
Volume 3, No. 2, Mei2014