Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
9 Pages
ISSN 2302-0253 pp. 87- 95
ANALISIS PERILAKU GESER BALOK BETON RINGAN BUSA BERTULANG DENGAN AGREGAT BONGKAHAN CANGKANG SAWIT Hayati1, Dr. Ir. Abdullah, M. Sc 2, Ir. Huzaim, MT 3 1) Magister
Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Email:
[email protected]
Abstract: This research was conducted with the aim to determine the shear behavior of reinforced lightweight foam concrete beams using palm shells as replacement for natural aggregate. The beams were tested and were designed to fail in shear. Beam measuring 15 x 30 x 220 cm. Coarse aggregate of palm shells used # 19,1 mm and retained on # 4,76 mm seive. This chunks of palm shells is taken from Cot Girek Northen Aceh. This reseach used reinforcemet thread, for staple reinforcement and stirrups reinforcement. Variables used for each test piece of foam concrete beams of the variation of the shear reinforcement spacing: 20 cm, 25 cm and without stirrups. Quality yield of steel used for reinforcement of staple 415,3 MPa and 359,5 MPa for stirrups reinforcement. Diameter of reinforcing press used two D12,6 mm and four D15,6 mm to pull the reinforcement, while the stirrups reinforcement used 7,6 mm diameter. Testing was conducted at the Laboratory of Construction and Building Material (LKBB) Faculty of Engineering, University of Syiah Kuala. The result show the value of the shear capacity of beams for each of the stirrups reinforcement spacing variation is, for beams with stirrups distance of 20 cm, shear capacity = 70,68 kN; beam stirrups with a distance of 25 cm, shear capacity = 60,87 kN; for beam concrete faomed without stirrups, shear capacity = 26,68 kN and conventional concrete beams, for beam with stirrups distance of 25 mm, shear capacity = 82,80 kN. Quality of reinforced lightweight foam concrete beams using palm shells is 25,20 MPa. Keywords: Beams Lightweight Foam Concrete, palm shells, shear behavior, crack pattern, the shear capacity. Abstrak: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perilaku geser balok beton ringan busa bertulang menggunakan bongkahan cangkang sawit (BCS) sebagai bahan pengisi agregat normal. Pada penelitian ini diuji 3 buah balok berukuran 15 x 30 x 220 cm yang mengalami gagal geser. Kegagalan geser ini diperoleh dengan memperkuat kapasitas lentur balok. BCS yang digunakan lolos saringan # 19,9 mm dan tertahan disaringan # 4,76 mm. BCS ini didatangkan dari Cot Girek Aceh Utara. Penelitian ini menggunakan tulangan ulir baik untuk tulangan utama maupun untuk tulangan sengkang, dengan variasi jarak sengkang; 20 cm, 25 cm dan tanpa sengkang. Mutu leleh baja yang digunakan 415,3 MPa untuk tulangan utama dan 359,5 MPa untuk tulangan sengkangnya. Diameter tulangan tekan digunakan 2 D12,6 mm dan 4 D15,6 mm untuk tulangan tarik, adapun tulangan sengkang yang digunakan diameter 7,6 mm. Pengujian dilakukan di Laboratorim Konstruksi dan Bahan Bangunan (LKBB) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Hasil penelitian menunjukkan nilai kapasitas geser untuk masing-masing variabel jarak tulangan sengkang yaitu; balok dengan jarak sengkang 20 cm, kapasitas gesernya = 70,68 kN; balok dengan jarak sengkang 25 cm, kapasitas gesernya = 60,87 kN; balok tanpa sengkang, kapasitas gesernya = 26,68 kN dan balok beton konvensional dengan jarak sengkang 25 cm, kapasitas gesernya = 82,80 kN. Mutu beton untuk balok beton ringan busa bertulang BCS sebesar 25,20 MPa.
Kata Kunci: Balok Beton Ringan Busa, BCS, perilaku geser, pola retak, kapasitas geser.
87 -
Volume 3, No. 4, November 2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala beton konvensional. Dari hasil penelitian
PENDAHULUAN Teknologi perekayasaan material saat ini
tersebut juga menunjukkan bahwa beton ringan
mengalami perkembangan menuju penggunaan
busa pozzolan kemungkinan dapat digunakan
limbah industri serta bahan bangunan yang
sebagai pengganti beton konvensional pada
kurang dimanfaatkan dalam aplikasi teknologi
elemen struktural tertentu, misalnya balok.
material berkelanjutan. Bongkahan cangkang
Tujuan
penelitian ini adalah
untuk
sawit (BCS) merupakan bahan limbah, banyak
mengamati perilaku geser balok beton busa
dan mudah didapat, karena Indonesia memiliki
ringan menggunakan BCS sebagai bahan
perkebunan kelapa sawit yang luas. Sebagai
pengganti agregat dan besi ulir sebagai tulangan
bahan konstruksi BCS sudah digunakan sebagai
balok. Selain mengamati perilaku geser, juga
timbunan jalan lingkungan pada kawasan
dipelajari lendutan, pola retak yang terjadi pada
perkebunan pengolahan minyak kelapa sawit.
balok beton ringan busa. Kang dan W.Kim
Namun demikian BCS kurang dimanfaatkan
(2012) melakukan penelitian geser pada balok
dalam konstruksi lainnya. Ini menjadi potensi
beton ringan busa dengan menambah serat besi
yang sangat baik dalam upaya menggantikan
untuk meningkatkan kapasitas geser.
bahan agregat alami. Asma
(2011)
Penelitian
dilaksanakan
pada
penelitian
Laboratorium konstruksi dan bahan Bangunan
tentang kuat geser terhadap beton ringan busa
jurusan Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
dengan uji push off untuk mendapatkan kuat
Banda Aceh. Pengujian yang dilakukan berupa
geser murni dengan penambahan serat dan
pengujian kuat geser terhadap balok beton
agregat.
nilai
ringan busa dengan menggunakan tulangan ulir
koefisien geser untuk beton ringan busa dengan
dan BCS sebagai agregat, komposisi campuran
agregat BCS sebesar 0,71. Penelitian tentang
berupa Specific Gravity (SG) 1,6, Faktor Air
geser pada balok beton ringan busa yang
Semen (FAS) 0,35. Ukuran benda uji balok 15
dilakukan oleh Meidi Arjuna (2010) dengan
cm x 30 cm x 220 cm sebanyak 3 buah dengan
menggunakan agregat BCS dan tulangan besi
variasi tulangan terdiri dari 2 D12,6 mm dan 4
polos, diperoleh kapasitas geser pada balok
D15,6 mm. Pengujian sifat mekanis berupa
masih belum cukup signifikan antara perilaku
pengujian kuat tekan dengan benda uji silinder
geser dan lentur. Adapun Hafiz Riadi (2011)
berukuran 15 cm x 30 cm sebanyak 3 buah,
meneliti perilaku geser balok beton ringan busa
pengujian kuat tarik belah dengan benda uji
menggunakan agregat pasir pozolan alami dan
berukuran 15 cm x 30 cm sebanyak 3 buah,
tulangan
yang diperoleh
dan pengujian kuat tarik lentur dengan benda
kapasitas geser pada balok beton ringan busa
uji berukuran 10 cm x 10 cm x 40 cm sebanyak
pozzolan lebih kecil dari kapasitas geser balok
3 buah. Kuat tekan yang direncanakan 25 MPa.
Hasil
besi
melakukan
ini
penelitian
ulir, hasil
diperoleh
Volume 3, No. 4, November 2014
- 88
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Bahan pengisi berupa cangkang sawit yang
Vc = Kekuatan geser akibat beton (kg) ;
digunakan adalah lolos saringan # 19,1 mm dan
Vs = Kekuatan geser akibat tegangan geser
tertahan pada saringan # 4,76 mm.
(kg). Kapasitas
kemampuan
beton
(tanpa
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
penulangan geser) untuk menahan gaya geser
Geser Balok Beton Bertulang
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
McCormac
menyatakan
keruntuhan
balok beton bertulang dalam geser sangat berbeda dengan keruntuhan dalam lentur.
2.3.
1 6
Vc =
f ' c bw d ........................(3)
Keruntuhan geser terjadi tiba-tiba dengan
dimana :
peringatan
Vc
= Kapasitas geser beton (N) ;
f’c
= Kuat tekan beton (MPa) ;
Dipohusodo (1994) menyatakan untuk
bw
= Lebar balok (mm) ; dan
menentukan seberapa besar tegangan geser
d
kecil
atau
tanpa
peringatan
sebelumnya.
=Tinggi
yang terjadi, umumnya peraturan-peraturan
efektif
penampang
beton
(mm).
yang ada memberikan rekomendasi untuk mengunakan
perencanaan
Menurut Dipohusodo, untuk tulangan
berdasarkan nilai tegangan geser rata-rata
geser, Vs dapat dihitung dengan menggunakan
nominal sebagai berikut:
persamaan (2.4)
υ=
pedoman
V ….....................................(1) .b.d
dimana :
Vs
Av . f y .d s
….........................(4)
dimana :
V = Gaya geser (kg) ;
Vs = Gaya geser nominal yang disediakan oleh
υ = Tegangan geser (kg/cm2) ; b = Lebar balok (cm) ;
tulangan sengkang (N); Av = Luas penampang tulangan sengkang
d = Tinggi balok (cm) ; dan Ø = Faktor reduksi kuat bahan (untuk geser 0.60)
(mm2); fy =
(Vn) sebagai jumlah dari kekuatan yang
bertulang (mm); dan s = Jarak pusat ke pusat batang tulangan
diberikan oleh beton dan tulangan geser yaitu : Vn = Vc + Vs
Kuat luluh tulangan geser (MPa);
d = Tinggi efektif penampang balok beton
Menurut McCormac, kekuatan geser nominal
geser kearah sejajar tulangan pokok
..............................(2)
dimana:
memanjang (mm).
Retak
Vn = Kekuatan geser nominal (kg) ; 89 -
=
Volume 3, No. 4, November 2014
Menurut Nawy (1998), pada dasarnya
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dapat terjadi tiga ragam keruntuhan pada balok
dilakukan adalah dengan menambah bubuk
yaitu :
aluminium ke dalam bubuk campuran
a.
beton.
Keruntuhan Lentur Pada daerah yang mengalami keruntuhan
misalnya tanah liat bakar, batu apung atau
bentang dan
agregat
tegak lurus
pada
arah
buatan
sehingga
beton
yang
tegangan utama. Retak ini disebabkan oleh
dihasilkan akan lebih ringan daripada
tegangan geser yang sangat kecil dan
beton biasa. c.
Dengan
cara
membuat
beton
tanpa
Keruntuhan Geser
menggunakan butir-butir agregat halus
Keruntuhan ini ditandai dengan retak-retak
atau pasir yang disebut sebagai beton non
halus vertikal di tengah bentang, dan tidak
pasir.
terus menjalar karena kehilangan lekatan
Konsep Bahan Pengisi BCS
antara tulagan dengan beton di sekitarnya pada daerah perletakan. c.
Dengan menggunakan agregat ringan,
lentur, retak utama terjadi pada tengah
tegangan lentur sangat dominan. b.
b.
Penggunaan
Pada keruntuhan ini, retak halus mulai terjadi di tengah bentang berarah vertikal yang diakibatkan oleh lentur.
pengganti
dampak negatif terhadap perilaku beton (Jumaat 2009). Penambahan BCS pada proporsi tertentu dapat menghasilkan mutu beton > 25 MPa (Meidi Arjuna 2010). Berdasarkan
Tabel 1. Pengaruh Kelangsingan Balok Terhadap Ragam Keruntuhan Ragam keruntuhan Lentur Tarik Diagonal Tekan geser
sebagai
agregat pada campuran beton tidak memberikan
Keruntuhan Lentur Geser (Tarik Diagonal)
Katagori balok Langsing Sedang Tinggi
BCS
Kelangsingan (a/d) >5,5 2,5 – 5,5 1,0 – 2,5
Sumber : Nawy (1998)
hasil
penelitian
Meidi
Arjuna (2010), dari pemeriksaan sifat fisis BCS diperoleh berat jenis sebesar 1,56 dan absorbsi sebesar 1,409 %. BCS ini merupakan hasil pembakaran cangkang kelapa sawit yang tidak digunakan lagi. Proses pembakaran ini dilakukan berkali-
Beton Ringan Busa (Lightweight Foamed
kali
Concrete)
cangkang sawit yang ringan namun memiliki
Menurut Neville (1993) ada beberapa
sehingga
menghasilkan
bongkahan
permukaan yang kasar dan keras.
metode yang digunakan untuk mengurangi berat jenis beton yaitu:
METODE PENELITIAN
a.
Benda Uji Balok Beton Beragregat BCS
Dengan membuat gelembung-gelembung gas/udara dalam adukan semen sehingga terjadi banyak pori-pori udara di dalam betonnya. Salah satu cara yang dapat
Ringan Busa
Beton yang digunakan pada penelitian ini adalah beton busa beragregat BCS dengan mutu Volume 3, No. 4, November 2014
- 90
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala beton rencana 25 Mpa. Benda uji balok untuk
dan peralatan penunjang lainnya.Material yang
pengujian geser yang digunakan berukuran 15
digunakan pada penelitian ini adalah: Semen
cm x 30 cm x 220 cm dengan besi ulir D12,6
Portland Tipe I, Air, Foam Agent, bongkahan
mm dan D15,6 mm. Untuk tulangan geser
cangkang sawit, Besi D7,6 mm, D12,6 mm dan
digunakan besi ulir D7,6 mm seperti terlihat
D15,6 mm.
pada Tabel 2.
Pembuatan dan Perawatan Benda Uji
Tabel 2. Balok uji dan kombinasi tulangan
Adapun langkah-langkah pencampuran beton busa dengan mengunakan BCS yaitu air dimasukkan
kedalam
molen
kemudian
dimasukkan semen, setelah air dan semen tercampur
secara
merata
lalu
dilakukan
pengukuran flow test . Nilai flow test yang baik adalah > 20 cm, untuk mendapatkan nilai flow Untuk pengujian sifat mekanis beton, digunakan benda uji silinder berukuran 15 cm x 30 cm sebanyak 6 buah, dan balok berukuran 10 cm x 10 cm x 40 cm, sebanyak 3 buah. Seperti terlihat pada Tabel 3.2 Bentuk Silinder Silinder Balok
Ukuran (cm) 15x30 15x30 10x10x40
1-3% jika diperlukan. Kemudian masukkan cangkang sawit sesuai dengan komposisi yang akan ditambahkan kedalam beton busa, setelah itu dimasukkan busa sesuai dengan kebutuhan
Tabel 3. Benda uji mekanis Pengujian Kuat tekan Kuat belah Kuat Lentur
test tersebut ditambah superplaticizer berkisar
Jumlah 3 3 3
berat jenis yang diinginkan. Busa tersebut berasal dari foam agent yang terlebih dahulu dicampur dengan air pada konsentrasi 1:30. Selanjutnya mengunakan generator busa, cairan foam agent yang sudah dicampur air tersebut
Peralatan dan Bahan Material Peralatan yang digunakan pada penelitian
dijadikan busa. Pengecoran benda uji dilakukan
ini adalah mesin tarik baja (compressive
dengan menuang campuran beton busa kedalam
loading machine), mesin tekan (Compression
cetakan
Testing
berumur 24 jam, benda uji tersebut dikeluarkan
Machine),
seperangkat
mesin/alat
yang
cetakan
telah
dan
dipersiapkan.
selanjutnya
Setelah
pembentuk busa sebagai bahan campuran pada
dari
dilakukan
beton, alat uji tekan (Load Cell) berkapasitas 50
perawatan selama 7 hari dengan menutup benda
ton, hydrolic jack, Tranducer, foam generator,
uji memakai goni basah.
data logger, cetakan silinder ukuran diameter 15 cm tinggi 30 cm, balok ukuran 10 cm x 10
Pengujian Kuat Geser Benda Uji Balok
cm x 40 cm, balok ukuran 15 cm x 30 cm x 220
Pengujian pembebanan pada balok beton
cm, timbangan dengan berbagai kapasitas,
busa bertulang beragregat BCS dilakukan pada
pengaduk beton (molen) berkapasitas 0,3 m3,
umur 28 hari. Setelah ditimbang, benda uji
91 -
Volume 3, No. 4, November 2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala balok beton busa bertulang beragregat BCS diletakan
diatas
tumpuan
dengan
dengan
panjang teoritis 200 cm. Pembebanan dilakukan
memenuhi syarat agregat ringan. Tabel 4. Pemeriksaan Sifat Fisis Agregat BCS
dengan memberikan dua beban terpusat yang sama besar. Beban diberikan secara perlahan hingga balok runtuh . Lendutan dan regangan dimonitor setiap kenaikan beban 100 kg dengan menggunakan alat LVDT (transducer) dan strain gage. LVDT ditempatkan pada 3 lokasi, sedangkan strain gauge ditempatkan pada tulangan geser dan tulangan lentur. Set up pengujian benda uji balok dapat dilihat pada
Hasil Pengujian Sifat Mekanis Beton ringan busa BCS Hasil pengujian sifat mekanis beton ringan busa BCS dapat dilihat pada Tabel 4.2
gambar 1.
dibawah ini. Load cell 50 T
Tranducer 2
2 D12.6
D7.6-200
Tranducer 1
300
Strain gauge (baja)
2 D 15.6 2 D 15.6
Tabel 5.
Pengujian sifat mekanis beton ringan busa BCS
Tranducer 3
150
Strain gauge (baja)
700 mm
600 mm 2000 mm
700 mm
2200 mm
Load cell 50 T
Tranducer 2
2 D12.6
D7.6-250
Tranducer 1
300
Strain gauge (baja)
2 D 15.6 2 D 15.6
Tranducer 3
150
Strain gauge (baja)
700 mm
600 mm 2000 mm
Hasil Pengujian Balok Beton Ringan Busa
700 mm
2200 mm
BCS dan Balok Beton Konvensional
Load cell 50 T
Tranducer 2
2 D12.6
D7.6-1000
Tranducer 1
Berdasarkan hasil pengujian balok beton konvensional pada grafik Gambar dibawah,
300
2 D 15.6 2 D 15.6
Tranducer 3
150
Strain gauge (baja)
700 mm
600 mm 2000 mm
dapat dilihat bahwa lendutan maksimum pada
700 mm
2200 mm
LVDT 2 pada beton sebesar 1,29 cm pada Gambar 3.1 Set Up Pembebabanan Benda Uji Balok
Adapun perilaku yang akan diamati
10,33 ton. Lendutan maksimum pada pada
Pemeriksaan Sifat Fisis BCS sifat
fisis
meliputi
pemeriksaan berat jenis, daya serap air, modulus
kehalusan.
pada LVDT 2 beton busa ringan BCS jarak sengkang 20 cm sebesar 1,031 cmpada beban
HASIL PEMBAHASAN
Pemeriksaan
beban 13,83 ton. Lendutan maksimum pada
Hasil
pemeriksaan
digunakan untuk menentukan apakah BCS telah
LVDT 2 beton busa ringan BCS jarak sengkang 25 cm sebesar 1,60 cm pada beban 11,74 ton, sedangkan lendutan maksimum pada pada LVDT 2 beton busa ringan BCS tanpa sengkang sebesar 0,49 cm pada beban 3,51 ton. Volume 3, No. 4, November 2014
- 92
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa lendutan
dibandingkan
maksimum
konvensional.
yang
konvensional
lebih
terjadi besar
pada dari
beton
kapasitas
balok
beton
lendutan
maksimum yaitu 1,29 cm. Untuk balok beton busa ringan BCS jarak sengkang 20 cm, 25 cm dan tanpa sengkang lebih kecil dari lendutan a) Beton Ringan Busa BCS Tanpa Sengkang
yang dihitung secara teori dengan dua titik pembebanan yaitu 2,19 cm, 2,62 cm dan 0,54 cm. Persentase perbedaan besarnya lendutan maksimum dari hasil pengujian balok beton
b) Beton Ringan Busa BCS dengan Jarak Sengkang 20 cm
busa ringan busa BCS terhadap balok beton konvensional 171,75% pada jarak sengkang 20 cm, 151,56% pada jarak sengkang 25 cm dan
c) Beton Ringan Busa BCS dengan Jarak Sengkang 25 cm
42,33% untuk balok tanpa sengkang. 18.00 (1,29 ; 13,83)
16.00
d) Beton Konvensional dengan Jarak Sengkang 25 cm
14.00
Gambar 4.2 Pola Retak pada Balok Beton Ringan Busa BCS dan Balok Beton konvensional (1,60 ; 11,74)
BEBAN (ton)
12.00
Dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa
10.00 (1,03 ; 10,33)
retak yang terjadi pada beton ringan busa BCS
8.00
tanpa sengkang lebih sedikit dibandingkan
6.00 (0,49 ; 3,51)
4.00
Beton Konvensional Beton Busa BCS Sengkang 25 Beton Busa BCS Sengkang 20 Beton Busa BCS Tanpa Sengkang
2.00 0.00 0.00
Gambar 4.1
0.30
0.60 0.90 LENDUTAN (cm)
1.20
1.50
1.80
Grafik Beban-Lendutan Balok Beton konvensional dengan Balok Beton Ringan Busa BCS
dengan retak yang terjadi pada beton ringan busa BCS dengan jarak sengkang 20 cm dan 25 cm. Hal ini disebabkan pengaruh tulangan sengkang yang digunakan. Dari pola retak dapat dilihat beton ringan busa BCS jarak sengkang
Besar kapasitas geser untuk masing-
20 cm dan 25 cm lebih daktil dibandingkan
masing balok beton ringan busa BCS dengan
beton ringan busa BCS tanpa sengkang. Pada
variabel jarak tulangan sengkang 20 cm, 25 cm
beton
dan tanpa sengkang yaitu 70,68 kN; 60,87 kN
sengkang, gaya geser yang bekerja diluar
dan 26,68 kN, sedangkan untuk balok beton
kemampuan beton untuk menahannya akan
konvensional jarak tulangan sengkang 25 cm
diteruskan ke tulangan sengkang. Pada balok
kapasitas gesernya sebesar 82,79 kN. Kapasitas
beton konvensional jarak sengkang 25 cm retak
balok beton ringan busa BCS lebih kecil
yang terjadi lebih sedikit dibandingkan beton
ringan
busa
yang
menggunakan
ringan busa BCS dengan jarak sengkang yang 93 -
Volume 3, No. 4, November 2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala sama. Hal ini disebabkan karena jenis beton
ulir sebesar 1,03 cm lebih kecil dari lendutan
yang digunakan berbeda.
beton ringan busa BCS dengan mengunakan
Tabel 5. Beban yang Timbul pada Pengujian Balok Beton Konvensional dan Balok Beton Ringan Busa BCS
tulangan polos yaitu sebesar 2,02 cm. 16
LVDT 1 Penelitian Arjuna
(0,40 ; 12,76
(0,33 ; 12,71
LVDT 2 Penelitian Arjuna
14
LVDT 3 Penelitian Arjuna LVDT 1 Penelitian Hayati LVDT 2 Penelitian Hayati
12 (1,03 ; 10,14)
LVDT 3 Penelitian Hayati
Beban (Ton)
10
8
(2,02 ; 8,97)
6 (0,57 ; 9,06) (1,82 ; 5,54)
4
2
Perbandingan Hasil Pengujian Geser Balok Beton Ringan Busa BCS Arjuna Pada Jarak Tulangan Sengkang 20 cm
0
0
Gambar 4.2
0.5
1 1.5 Lendutan (cm)
2
2.5
Grafik Beban-Lendutan Balok Beton Ringan Busa BCS Hasil Penelitian Geser Arjuna dan Hayati
Pengujian geser balok beton ringan busa BCS dengan jarak sengkang 20 cm sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Medi Arjuna
Perbandingan Hasil Pengujian Balok Beton Dengan perhitungan Teoritis Perbedaan hasil uji labolatorium dengan
(2010) dengan mengunakan tulangan baja polos. Kapasitas geser yang dihasilkan sebesar 44,84
kN,
sedangkan
Pengujian
dengan
mengunakan tulangan ulir pada jarak sengkang yang sama
menghasilkan kapasitas geser
sebesar 70,68 kN. Persentase penambahan kapasitas geser akibat mengunakan tulangan ulir sebesar 57,64 %. Berdasarkan grafik pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa lendutan maksimum beton ringan busa BCS hasil pengujian geser jarak sengkang 20 cm, lendutan maksimum pada LVDT 2 sebesar 1,03 cm pada beban 10,14 ton.
perhitungan teoritis pada lendutan karena pada perhitungan teoritis balok beton konvensional faktor
tulangan
(diabaikan).
Pada
tidak
diperhitungkan
persamaan
perhitungan
teoritis, lendutan balok beton konvensional tidak berlaku untuk perhitungan lendutan balok beton ringan busa BCS, karena modulus elastisitas (Ec) beton ringan busa BCS tidak sama dengan Ec beton konvensional. Tabel 6.
Perbandingan Kapasitas Balok Beton dengan Perhitungan Teoritis Berdasarkan Penelitian Geser Murni (Asmah, 2011), 𝟏 yaitu Vc = 𝟎, 𝟕𝟏 𝒙 √𝒇′𝒄 𝒃 𝒅 𝟔
Lendutan maksimum beton ringan busa BCS hasil pengujian geser (Arjuna, 2010) jarak sengkang 20 cm, lendutan maksimum pada LVDT 2 sebesar 1,82 cm pada beban 5,54 ton. Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa lendutan maksimum yang terjadi pada beton ringan busa BCS dengan mengunakan tulangan Volume 3, No. 4, November 2014
- 94
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala KESIMPULAN
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1.
Abdullah, Afifuddin M, Huzaim, 2010. Pemanfaatan Bahan Limbah sebagai Pengganti Semen pada Beton Busa Mutu Tinggi. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala. Amri, S., 2005. Teknologi Beton A-Z. Jakarta: Universitas Indonesia. Anonim, 1982. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI 1982). Departemen Pekerjaan Umum dan Bahan Penelitian dan Pengembangan PU, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman. Anonim, 1996. Annual Book of ASTM Standards: Concrete and Aggregate. Section 4. Construction. Volume 04.02. Arjuna M., 2010. Analisa Perilaku Geser pada Balok Beton Busa Bertulang Mengunakan Bongkahan Cangkang Sawit. Banda Aceh: Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Dipohosodo, I., 1994. Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. G.Batisd, 2004, “Corrosion Protection of Steel in Pumicen Lightweright Morta Coating”, Departement of material Science and Engineering, School of Chemical Engineering, National Technical University of Athens, Athens Greece. Jumaat, MZ., 2009. Shear Strenght of Oil Palm Shell Foamed Concrete Beams, Material and Desig. Volume 30, Issue 6, Pages 22272236. T.H.K Kang and W.Kim, 2012. Shear Strenght of Steel Fiber Reinforced Lightweight Concrete Beams. Oklahoma USA: University of Oklahoma. McCormac. J.C, 2001. Desain Beton Bertulang. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. Mulyono, T., 2004, Teknologi Beton. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Murdock. L.J., and Brook, K.M. 1991. Bahan dan Praktek Beton. terjemahan Hindarko,S. Jakarta: Penerbit Erlangga. Nawy, E.G., 1998. Beton Bertulang. Bandung: Penerbit Refika Aditama. Nilson, A.H., dan Winter, G.,1986. Design of Concrete Structure. . London: Graw Hill Book Company. Paul Nugraha dan Antoni, 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta: Penerbit Andi. Wang, C.K., and Salmon, C.G., 1993. Desain Beton Bertulang. Edisi IV. Jakarta: Penerbit Erlangga. (Terjemahan Binsar Hariandja). Zulkifli, A., 2011. Kuat Geser Beton Ringan Busa dengan Uji Push-Off. Banda Aceh: Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Kegagalan balok beton ringan busa BCS sesuai dengan yang direncanakan, yaitu gagal geser.
2.
Lendutan yang terjadi pada balok beton ringan busa BCS lebih kecil dari lendutan hasil perhitungan teoritis dengan dua titik pembebanan. Sebaliknya, lendutan yang terjadi pada balok beton konvensional lebih besar dari lendutan hasil perhitungan teoritis dengan dua titik pembebanan.
3.
Kapasitas geser pada balok beton ringan busa BCS yang mengunakan tulangan ulir meningkat sebesar 57,639 % dibandingkan dengan mengunakan tulangan polos pada jarak sengkang 20 cm.
4.
Dari hasil pengujian diperoleh kapasitas geser balok beton ringan busa untuk masing-masing variabel sengkang lebih kecil dari kapasitas geser hasil perhitungan teoritis balok dengan mengasumsikan beton konvensional.
5.
Dengan perhitungan teoritis berdasarkan penelitian kapasitas geser yang dilakukan oleh Asmah, (2011) diperoleh bahwa hasil pengujian kapasitas geser balok beton ringan busa BCS lebih besar dari kapasitas geser hasil perhitungan teoritis.
6.
Semakin rapat jarak tulangan sengkang, kapasitas geser semakin besar. Namun, pada jarak sengkang yang sama, kapasitas geser balok beton ringan busa BCS lebih kecil dari balok beton konvensional.
95 -
Volume 3, No. 4, November 2014