1
Studi Kualitatif Ketersediaan dan Tingkat Konsumsi Garam Beriodium di Kabupaten Jepara Wiwid Widiyatni1; Hertanto Wahyu Subagio2; Suhartono3 1
Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran UNDIP 3 Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP
[email protected] 2
ABSTRACT Universal salt iodization (USI) was the main program to overcome iodine deficiency disorders (IDD) in Indonesia. The uneven availability of iodized salt according to Indonesia National Standard (SNI) became a problem to reach USI in some part of Indonesia, including in Jepara. Jepara was one of the city in Central java province which produced iodized salt. Unfortunately, most of those salt was sold outside Jepara area while iodized salt needed by Jepara community was supplied from area outside Jepara. The aim of this research was to analyze the availability and consumption rate of iodized salt in Jepara regency. This research used qualitative method. The main informants consist of five member from IDD prevention team and eleven salt producers. The triangulation informants consist of thirty pregnant women from Pakis Aji. Data collected through observation, in-depth interview, focus group discussion and documents review. Data was analyzed using content analysis method. The Results of this study : 76 iodized salt brands were circulated in jepara, 75% of them contain iodine <30 ppm. Those circulated unstandarized salt was caused by the lack of law enforcement by the Jepara Government. Most of the respondents thought that goiter was the most prevalent from IDD. Iodized salt available in every stores in Jepara, but the quality and taste of those salt became obstacle to consumed iodized salt according to SNI daily. The conclusion of this study : Most of the respondents has already consumed iodized salt but Most of iodized salt circulated in Jepara contain iodine < 30 ppm. Keywords: availability, salt consumption, iodized salt, Jepara yang ringan sekalipun, akan memberikan
PENDAHULUAN Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
akibat panjang yang merugikan. GAKI pada
(GAKI) memiliki spektrum yang luas dan
ibu
irreversible
spontan, gangguan tumbuh kembang janin,
dari
fetus
hingga
dewasa
hamil
dapat
mengakibatkan
(Djokomoeljanto, 2007). Salah satu kelompok
placental
rawan GAKI adalah Ibu hamil. Fungsi tiroid
waktunya,
yang optimal selama kehamilan terutama pada
gangguan susunan saraf pusat pada janin yang
trimester pertama akan menentukan kualitas
berdampak
anak yang akan dilahirkan. Hormon tiroid
perkembangan sosial (Dunn, 2003; Zoeller
sangat esensial untuk perkembangan otak yang
2003; Samsudin et al, 2012).
normal, sehingga kekurangan hormon tiroid
abruption,
bayi
lahir
abortus
sebelum
lahirnya bayi kretin serta terjadi
pada
kecerdasan
dan
2
Upaya penanggulangan GAKI dilakukan
22.897 orang, maka diperkirakan 9.097 ibu
sejak tahun 1974 melalui pemberian suntikan
hamil
lipiodol, kapsul beriodium dan konsumsi
disfungsi neuropsikologi (Budiman, 2011).
garam
beriodium.
penanggulangan
Sejak
Kontinyuitas
bayi
dengan
ketersediaan
garam
beriodium sesuai SNI merupakan salah satu
setelah
permasalahan dalam pencapaian USI. Hasil uji
pemantauan ekskresi iodium dalam urin (EIU)
petik garam beriodium oleh BPOM di 28
di beberapa daerah menunjukkan adanya
propinsi
kelebihan asupan iodium (Soeharyo et al,
mengungkapkan
2002; Darmono, 2009).
beriodium yang memenuhi syarat sebesar
garam
bertumpu
2009,
melahirkan
pada
konsumsi
GAKI
tahun
berisiko
beriodium
selama
5
tahun
(2006-2010),
ketersediaan
garam
Survei konsumsi garam beriodium oleh
70,1%. Pemantuan garam beriodium oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1996 hingga
BPOM di Jawa Tengah mendapatkan hasil
2003 menunjukkan kenaikan persentase rumah
yang jauh berbeda antara produsen kelas
tangga yang mengonsumsi garam beriodium >
menengah dengan produsen kecil. Garam
30 ppm belum optimal, yaitu 58,1% menjadi
beriodium dari produsen kelas menengah
73,24% (Depkes RI, 2005). Hasil Riskesdas
78,38% telah memenuhi syarat sedangkan
tahun 2007 dan 2013 menunjukkan persentase
garam beriodium dari produsen kecil hanya
rumah tangga yang mengkonsumsi garam
2,7% (Marihati, 2006; Sunawang, 2011).
beriodium 62,3% dan 77,1% (Kemenkes,
Kabupaten Jepara merupakan salah satu
2007; 2013). Hasil ini masih di bawah target
daerah penghasil garam di wilayah Jawa
Universal Salt Iodization (USI), yaitu lebih
Tengah. Sebagian besar garam tersebut dijual
dari 90% rumah tangga mengonsumsi garam
keluar Kabupaten Jepara sedangkan kebutuhan
beriodium sesuai SNI.
garam beriodium di penuhi oleh produsen dari
Hasil
pemeriksaan
ekskresi
iodium
luar
wilayah. di
Hasil
pemantauan
pasar
juga
garam
dalam urin (EIU) di Kabupaten Jepara pada
beriodium
menunjukkan
tahun 2007 - 2012 menunjukkan beberapa
sebagian besar garam yang beredar tidak
kecamatan termasuk daerah endemis GAKI
memenuhi syarat serta masih banyaknya
yaitu Mayong, Batealit dan Pakis Aji. Tingkat
pedagang garam krosok (Widiyatni et al,
konsumsi garam beriodium rumah tangga di
2015).
Kabupaten Jepara sebesar 79,89% namun
Berdasar uraian tersebut, Bagaimanakah
konsumsi garam beriodium cukup (secara
ketersediaan dengan tingkat konsumsi garam
kualitatif dengan iodine test) sebesar 60,27%.
beriodium di Kabupaten Jepara?
Jumlah ibu hamil di Kabupaten Jepara sekitar
3
meliputi uji credibility (validitas internal), uji
METODE PENELITIAN Penelitian
untuk
transferability
tingkat
dependability
(reliabilitas)
dan
konsumsi garam beriodium di Kabupaten
confirmability
(obyektivitas)
(Sugiyono,
Jepara.
metode
2013).
melalui
HASIL DAN PEMBAHASAN
menganalisis
ini
ketersediaan
Penelitian
kualitatif.
bertujuan dengan
menggunakan
Pengumpulan
data
observasi, wawancara mendalam (in depth interview), Focus Group Discussion (FGD)
(validitas
1. Ketersediaan
eksternal),
Garam
uji uji
Beriodium
di
Kabupaten Jepara
dan telaah dokumen. Pemilihan informan
Sebagian wilayah Kabupaten Jepara
secara purposive sampling sesuai tujuan
merupakan wilayah pantai, 34 dari 195
penelitian. Informan utama terdiri dari 5 orang
desa/kelurahan yang ada terletak di pesisir
anggota
GAKI
pantai. Letak wilayah ini menjadikan Jepara
(BAPPEDA, Dinas Kelautan dan Perikanan,
memiliki potensi tambak garam serta menjadi
Dinas Kesehatan, Dinas Perindustrian dan
salah satu daerah penghasil garam di Jawa
Perdagangan) serta 11 orang pelaku garam
Tengah. Jumlah petani garam sebanyak 541
(petani garam, pengepul garam, produsen
orang dengan produksi garam krosok 99,48
garam
dan
ton per hektar per tahun (Dinas Kelautan dan
pedagang garam krosok) guna menjelaskan
Perikanan Jepara, 2014). Pada tahun 2000,
ketersediaan garam beriodium di Kabupaten
Pemerintah
Kabupaten
Jepara
telah
Jepara.
tumbuhnya
industri
garam
tim
penanggulangan
beriodium,
pedagang
Informan
garam
triangulasi
untuk
mendorong
konsumsi
garam
beriodium untuk memenuhi kebutuhan garam
beriodium yang terdiri dari 30 orang ibu hamil
beriodium lokal serta meningkatkan harga jual
di wilayah Pakis Aji. Median EIU ibu hamil
garam para petani dengan mendirikan koperasi
serta konsumsi garam beriodium di Pakis Aji
garam.
lebih rendah dari Mayong dan Batealit.
koperasi ini tidak berjalan dengan baik bahkan
menjelaskan
tingkat
Instrumen
membuat
akhirnya semua koperasi berhenti, seperti para
penelitian adalah pedoman wawancara dan
anggota yang kurang ulet, banyaknya bantuan
FGD, alat perekam suara, alat perekam gambar
koperasi yang teralihkan ke sektor lain serta
dan alat tulis. Analisis data menggunakan
kalahnya harga garam beriodium di pasar
content analysis dengan tahapan mereduksi
(Widiyatni et al, 2015).
menyajikan
kesimpulan
dan
digunakan
permasalahan
dalam
data,
yang
Berbagai
data
serta
verifikasi.
menarik
Produksi garam krosok yang semakin
Pengujian
meningkat dan belum memadainya produsen
keabsahan data pada penelitian kualitatif
garam
beriodium
di
Kabupaten
Jepara
4
menyebabkan sebagian besar garam krosok ini
dan Semarang. Garam beriodium tersebut
dijual keluar wilayah sebagai bahan baku
tersedia/mudah didapatkan di pasar atau
industri garam beriodium atau bahan baku
warung terdekat. Jumlah dan kualitas garam
industri yang lain. Di sisi lain seluruh
beriodium yang beredar di Kabupaten Jepara
kebutuhan garam beriodium disuplai dari luar
dapat dilihat pada tabel 1 (Widiyatni et al,
wilayah yaitu Pati, Demak, Surabaya, Sidoarjo
2015).
Tabel 1. Jumlah dan kualitas garam beriodium yang beredar di Kabupaten Jepara Kandungan KIO3 Asal Bentuk Jumlah Kualitatif Kuantitatif produsen garam produk Tdk Kurang Cukup < 30 % ≥ 30 ppm ada ppm Pati Bata 54 9 18 27 45 9 Halus 5 0 0 5 4 1 Krosok 4 2 2 0 4 0 Jumlah 62 11 20 32 53 85.48 10 Demak Bata 2 0 0 2 2 0 Halus 1 0 0 1 1 0 3 0 0 3 3 100 0 Jumlah Surabaya Halus 5 0 0 5 0 0 5 Sidoarjo Halus 4 0 0 4 1 25 3 Semarang Bata 1 0 0 1 0 0 1 Total produk 76 11 20 45 57 75 19
%
16.12
0 100 75 100 25
Tabel 1 menunjukkan garam beriodium
menunjukkan adanya 4 jenis garam krosok
yang beredar di Kabupaten Jepara sebanyak 76
yang dikemas, meski pada label menyatakan
merk, 75 % (57 merk) mengandung iodium
tidak beriodium namun hal ini mengecoh
kurang dari 30 ppm. Secara kualitatif dengan
konsumen karena garam yang dikemas identik
iodine test 45 merk (59%) mengandung
dengan garam beriodium. Tingkat konsumsi
iodium yang cukup (menunjukkan warna biru
garam beriodium rumah tangga di Kabupaten
tua).
penelitian
Jepara sebesar 79,89%. Jika 75% garam
mendapatkan bahwa kandungan iodium diatas
iodium yang beredar mengandung iodium
15 ppm telah memberikan warna biru tua pada
dibawah 30 ppm, maka diperkirakan konsumsi
garam jika diuji dengan iodine test. Sebagian
garam beriodium yang memenuhi syarat (30
besar produsen garam dari Pati dan Demak
ppm atau lebih) hanya sebesar 19,97%
memproduksi garam bata dengan kandungan
(Widiyatni et al, 2015).
Hasil
observasi
selama
iodium dibawah 30 ppm, sedangkan produsen
Hasil
penelitian
memproduksi garam halus dan sebagian besar
Analisis sampel yang diambil langsung dari
telah
pabrik di Jawa Tengah dengan klaster di Pati
Tabel
ini
juga
tahun
dengan
penelitian
SNI.
pada
sesuai
garam nasional di Sidoarjo dan Surabaya
memenuhi
Sunawang
ini
2011.
5
dan Rembang menunjukkan lebih dari separuh
beriodium yang beredar di Jepara berasal dari
produsen
luar wilayah. Hasil Penelitian menujukkan
memproduksi
garam
beriodium
dibawah standar. Pada sampel garam briket,
bahwa
hampir semuanya tidak memenuhi syarat
sosialisasi di beberapa wilayah saja (Widiyatni
kecuali 3 dari 49 perusahaan yang diteliti, atau
et al, 2015).
kurang dari 5% produsen mempunyai produk garam
briket
yang
memenuhi
syarat.
Pelaksanaan
Peraturan
Perda
Menteri
baru
sebatas
Perindustrian
No.88/M-IND/PER/10/2014
tentang
Peta
Pembuatan garam briket yang dioven telah
Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster
merusak
Industri
iodium
yang
telah
difortifikasi
sebelumnya.
mengharapkan
daerah
memiliki perangkat hukum guna mencegah
Pendekatan law enforcement dan social enforcement
Garam,
diperlukan
untuk
peredaran garam yang tidak sesuai SNI antar
menjamin
wilayah (Kemenperin, 2015). Di Jawa Tengah
konsumsi dan ketersediaan garam iodium
belum terdapat Peraturan Daerah yang dapat
sesuai SNI. Law enforcement ditujukan kepada
digunakan untuk mencegah peredaran garam
produsen/pedagang agar memproduksi atau
tersebut keluar daerah/kabupaten. Tata niaga
menjual garam beriodium yang bermutu baik
garam antar wilayah hanya dilakukan melalui
sesuai dengan aturan
rapat koordinasi tim penanggulangan GAKI di
yang ada.
Social
enforcement ditujukan kepada konsumen agar selalu memilih garam beriodium yang bermutu
tingkat propinsi (Widiyatni et al, 2015). Lemahnya law enforcement memberi
baik serta meningkatkan konsumsi makanan
peluang
munculnya
moral
sumber iodium (Soeharyo et al, 2002; Depkes
produsen.
2005; Darmono, 2009).
beriodium membuat kualitas garam dengan
Beberapa
hazard
produsen
para garam
Tingginya peredaran garam beriodium
berbagai tingkatan. Garam berkualitas baik
yang tidak memenuhi syarat di Kabupaten
dijual di daerah produsen sendiri sedangkan
Jepara
law
garam beriodium berkualitas jelek atau tidak
enforcement tentang garam beriodium dari
memenuhi syarat dijual ke luar wilayah
tingkat
termasuk
disebabkan
pusat
oleh
hingga
lemahnya
daerah.
Saat
ini
Kabupaten
Jepara.
Bentuk
pendekatan law enforcement di Kabupaten
kecurangan lain yang dilakukan oleh produsen
Jepara bertumpu pada Peraturan Daerah
adalah menjual garam dengan kualitas yang
(Perda) No. 2 tahun 2009 tentang pengaturan
berbeda
dan pengendalian peredaran garam tidak
mengelabui petugas dan pedagang. Garam
beriodium. Perda ini terutama ditujukan
dengan berkualitas baik, sebagai contoh garam
kepada para pedagang karena semua garam
bata yang memenuhi syarat diletakkan di
dalam
satu
kemasan
untuk
6
kemasan bagian atas sedangkan garam bata
Banyaknya produsen yang memproduksi
dengan kualitas rendah diletakkan di bagian
garam beriodium yang tidak memenuhi syarat
bawah. Hal ini dilakukan untuk mengelabui
antara lain karena kurangnya permodalan dan
petugas pada saat operasi garam atau ketika
peralatan uji iodisasi, rendahnya kualitas
pedagang ingin mengecek kandungan iodium
bahan baku, kurangnya pengetahuan mengenai
secara kualitatif dengan iodine test (Widiyatni
proses
et al, 2015).
mengenai dampak GAKI dan belum adanya
iodisasi,
kurangnya
pengetahuan
Tingginya peredaran garam beriodium
sanksi yang tegas bagi produsen pelaku
yang tidak memenuhi syarat dipengaruhi pula
pelanggaran (Depkes, 2005; Susanti dan
oleh kinerja tim penanggulangan GAKI yang
Achadi, 2013).
belum maksimal. Tim penanggulangan GAKI
Hasil penelitian di Jepara tidak berbeda
Kabupaten telah ada sejak tahun 1999 dan
dengan kondisi di wilayah sekitar. Kabupaten
terdiri dari berbagai instansi pemerintahan.
Kudus, Pati, Demak dan Rembang telah
Tim terbagi menjadi tiga bidang yaitu bidang
memiliki Perda tentang garam beriodium,
produksi, distribusi dan konsumsi. Bidang
namun konsumsi garam beriodium masih
produksi bertanggung jawab pada produksi
dibawah USI dan peredaran garam beriodium
garam beriodium sesuai SNI, bidang distribusi
yang tidak sesuai SNI masih tinggi di wilayah
berperan
tersebut
pada
distribusi/peredaran
garam
(Dinkes
Propinsi
Jateng,
2014;
beriodium sesuai SNI dan bidang konsumsi
Widiyatni et al, 2015). Kondisi ini sesuai
berperan pada KIE konsumsi garam beriodium
dengan hasil penelitian Sunawang pada tahun
oleh masyarakat. Pada bidang produksi,
2011. Berdasarkan proporsi penduduk yang
instansi terkait telah mendorong tumbuhnya
telah mengonsumsi garam beriodium, wilayah
industri garam beriodium sesuai SNI namun
Jawa Tengah masuk dalam regional 2. Ciri-ciri
belum didukung koordinasi lintas sektor yang
regional 2 antara lain konsumsi garam
baik. Bidang distribusi, pemantauan garam di
beriodium belum pernah mencapai USI serta
pasar sangat terbatas hanya sekali dalam
mempunyai petani garam dan produsen garam
setahun dan terbatas pada pasar besar di tiap
beriodium
kecamatan. Bidang konsumsi, KIE konsumsi
nasional.
garam
Dinas
beriodium skala kecil dan menengah yang
pada
tidak melakukan kendali mutu serta masih
kelompok masyarakat tertentu (Widiyatni et
banyaknya peredaran garam krosok menjadi
al, 2015).
penyebab regional 2 belum pernah mencapai
beriodium
Kesehatan
saja
dilakukan sehingga
oleh terbatas
USI.
yang
memenuhi
Pembiaran
kebutuhan
produsen
garam
7
Produksi garam krosok yang semakin
beriodium.
Menurut
HBM,
kemungkinan
meningkat dan tingginya peredaran garam
individu akan melakukan perilaku kesehatan
beriodium dibawah 30 ppm dari luar wilayah
tergantung pada ancaman sakit yang dirasakan
mendorong
pemerintah
menumbuhkan beriodium
di
kembali Jepara
kabupaten
untuk
serta pertimbangan keuntungan dan kerugian
produsen
garam
jika
guna
memenuhi
melakukan
pencegahan
(Green
dan
Kreuter, 1991; Notoadmodjo, 2012).
kebutuhan lokal (Widiyatni et al, 2015).
Konsumsi garam beriodium oleh ibu hamil
2. Konsumsi garam beriodium di Kabupaten Jepara
merupakan faktor penting untuk mencegah dampak GAKI yang lebih besar di masyarakat,
Konsumsi garam beriodium merupakan
untuk menjelaskan tingkat konsumsi garam
salah satu bentuk perilaku pemeliharaan
beriodium di Kabupaten Jepara dilakukan
kesehatan (health maintanance). Health belief
FGD pada 30 orang ibu hamil di wilayah
model
kepercayaan
Kecamatan Pakis Aji dengan menggunakan
kesehatan ialah model kognitif yang dapat
komponen HBM. Karakteristik informan dapat
mendasari
dilihat pada tabel 2.
(HBM)
atau
perilaku
model
konsumsi
garam
Tabel 2. Karakteristik informan ibu hamil Karakteristik Desa Suwawal Timur n=9 Usia : - < 20 - 20-35 - >35 Pendidikan : - SD - SMP - SMA - Diploma/sarjana Pekerjaan : - Tidak bekerja - Bekerja Usia kehamilan - Trimester 1 - Trimester 2 - Trimester 3 Kehamilan ke : - ≤2 - >2
Desa Kawak n = 12
Desa Tanjung n=9
1 7 1
2 10 0
2 4 2 1
Total n 30
%
1 8 0
4 25 1
13,33 83,33 3,34
3 8 1 0
3 5 1 0
8 17 4 1
26,66 56,66 13,33 3,34
8 1
10 2
7 2
25 5
83,33 16,67
0 3 6
3 8 1
1 6 2
4 17 9
13,34 56,66 30,00
7 2
10 2
6 3
23 7
76,66 23,34
Komponen persepsi
HBM
terdiri
individu
dari
terhadap
kerentanan/ancaman
Persepsi dampak
GAKI
informan
mengenai
(perceived
severity)
dan
berkaitan erat dengan persepsi informan
keparahan/kegawatan penyakit (perceived
mengenai kerentanan menderita GAKI
susceptibility to and severity of disease)
(perceived susceptibility). Pada persepsi
yang
kerentanan menderita GAKI, informan
diderita,
persepsi
keuntungan
yang
melakukan
pencegahan
terhadap jika
menganggap bahwa GAKI adalah gondok
(perceived
oleh karena itu pada persepsi mengenai
benefits), persepsi terhadap hambatan
dampak GAKI sebagian besar informan
yang
tindakan
menyatakan bahwa ciri-ciri penderita
barrier),
GAKI adalah leher yang membesar. Leher
keyakinan diri untuk dapat melakukan
yang membesar (gondok) mengakibatkan
tindakan
gangguan menelan, radang tenggorokan,
ada
jika
pencegahan
diperoleh
melakukan (perceived
pencegahan
(perceived
self
efficacy) dan dorongan untuk melakukan
susah berbicara dan susah menoleh.
perubahan perilaku kesehatan (cues to
Pada persepsi dampak GAKI pada ibu
action)
hamil,
(Green
dan
Kreuter,
1991;
Notoadmodjo, 2012). Persepsi
semua
informan
menganggap
bahwa GAKI berbahaya bagi tumbuh menderita
kembang janin dan kesehatan ibu hamil
GAKI (perceived susceptibility), semua
itu sendiri. Ibu hamil mudah sakit, berat
informan merasa sangat berisiko atau
badan ibu menurun, sering mual, muntah
rentan untuk menderita GAKI. Menurut
dan pusing. Informan tidak mengetahui
informan hal ini dikarenakan GAKI dapat
secara pasti dampak GAKI bagi tumbuh
diderita
kembang janin seperti abortus spontan,
oleh
kerentanan
semua
umur
sehingga
merekapun berisiko menderita GAKI.
gangguan
Sebagian besar informan menyatakan
placental abruption, bayi lahir sebelum
bahwa GAKI adalah gondok. Sebagian
waktunya, hipotiroid kongenital, bayi
informan
bahwa
kretin serta terjadinya gangguan susunan
amandel, radang tenggorokan dan polio
saraf pusat pada janin yang berdampak
merupakan
GAKI.
pada kecerdasan dan perkembangan sosial
Menurut informan timbulnya gondok ini
((Dunn, 2003; Zoeller 2003; Samsudin et
disebabkan oleh kurangnya konsumsi
al, 2012). Tingginya angka kematian bayi
garam beriodium.
di daerah endemis sering tidak disadari
lain
menyatakan
bentuk
lain
dari
tumbuh
kembang
janin,
9
sebagai
salah
satu
dampak
GAKI,
Persepsi terhadap hambatan dalam
sehingga kekurangan iodium tidak anggap
mengonsumsi
sebagai suatu ancaman yang serius pada
(perceived
ibu hamil.
menyatakan
Persepsi
manfaat
mengonsumsi
garam
barrier),
beriodium
semua
bahwa
garam
informan beriodium
mudah di dapatkan di warung/pasar
garam beriodium (perceived benefits),
terdekat
dengan
Sebagian besar informan menyatakan
Kendala
dalam
bahwa cara mencegah GAKI adalah
beriodium adalah rasa dan kualitas garam
dengan mengonsumsi garam beriodium.
beriodium
Beberapa
menyatakan
menyatakan bahwa rasa garam beriodium
bahwa GAKI dapat dicegah dengan
tidak seenak garam krosok, terdapat rasa
mengurangi
pahit dan getar pada garam beriodium.
informan
lain
konsumsi
vetsin,
harga
terjangkau.
mengonsumsi
yang
beredar.
garam
Informan
mengonsumsi vitamin dan sayur yang
Semua
informan
menyatakan
bahwa
cukup.
mereka
pernah
mendapatkan
garam
Garam
beriodium
merupakan
garam yang telah diolah dan diberi
berkualitas jelek seperti berwarna keruh,
iodium, lebih steril dan jika di tes
kotor, keras dan mudah berair. Informan
berwarna ungu akan tetapi memiliki rasa
memilih garam yang berwarna putih,
yang lebih pahit. Dengan mengonsumsi
garam halus, berlabel SNI atau memilih
garam
untuk
merk tertentu yang dikenal memiliki
amandel,
kualitas bagus seperti Refina atau Kuda
beriodium
mencegah
bermanfaat
gondok
dan
menambah kecerdasan serta menjadikan tubuh lebih sehat. Sepuluh orang informan menyatakan sumber
bahwa
iodium
beriodium,
mereka
bahan
Persepsi terhadap kemampuan diri
makanan
untuk mengonsumsi garam beriodium
garam
setiap hari (perceived self efficacy),
mengetahui
sebagian besar informan (22 orang) telah
hanyalah tidak
Laut.
bahwa bahan makanan yang berasal dari
mengonsumsi
laut
laut
informan mengonsumsi garam krosok dan
Jarak
garam beriodium, serta 4 informan lain
seperti
merupakan
ikan
dan
sumber
rumput
iodium.
garam
beriodium,
Kecamatan Pakis Aji ke wilayah pantai
mengonsumsi garam krosok.
sekitar 10 KM sehingga cukup mudah
Banyaknya
mendapatkan ikan laut guna memenuhi
mengonsumsi
kebutuhan iodium harian.
disebabkan
informan garam
adanya
yang
4
telah
beriodium
informasi
tentang
10
manfaat garam beriodium yang telah
menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan
diterima informan. Sebagian informan
yang ada telah melakukan KIE pada
masih tetap mengonsumsi garam krosok
masyarakat sekitar. Bentuk informasi
dengan alasan rasanya lebih sedap dan
yang diingat oleh informan adalah gondok
mudah
bumbu.
merupakan dampak utama GAKI yang
Penelitian Susanti dan Achadi
di 15
disebabkan karena kurangnya konsumsi
Kota/Kabupaten
(2013)
garam beriodium.
untuk
menggiling
di
Indonesia
mendapatkan beberapa alasan penduduk
KESIMPULAN DAN SARAN
lebih
memilih
krosok
antara
kebiasaan,
menggunakan
garam
Kesimpulan
lain
karena
faktor
1. 76 merk garam beriodium yang
rasa
garam
beredar di Kabupaten Jepara berasal
menganggap
krosok lebih asin, lebih murah, dapat
dari luar wilayah.
digunakan sekaligus untuk pakan ternak,
garam tersebut mengandung iodium
lebih mudah untuk menggiling bumbu,
dibawah 30 ppm. Persentase rumah
lebih enak dan tidak pahit.
tangga yang mengkonsumsi garam
Hasil
operasi
garam
dan
observasi
beriodium
di
75% dari merk
Kabupaten
Jepara
lapangan, dari 32 merk garam bata yang
adalah 79,89%. Apabila 75% garam
beredar di sekitar wilayah Pakis Aji hanya
iodium yang beredar mengandung
4 merk yang mengandung iodium ≥ 30
iodium dibawah 30 ppm, maka
ppm (Kuda Laut, Ngandut, Bintang Baru
diperkirakan persentase rumah tangga
dan Kuda Laut RM) jadi meskipun
di
informan mengonsumsi garam beriodium
mengkonsumsi
akan tetapi kandungan iodiumnya belum
memenuhi syarat (kadar 30 ppm atau
memenuhi kebutuhan harian.
lebih) hanya 19,97%.
Dorongan
terhadap
Kabupaten
Jepara garam
yang beriodium
perubahan
2. Konsumsi garam beriodium sebagai
perilaku mengonsumsi garam beriodium
bentuk perilaku preventif pencegahan
(cues to action), sebagian informan pernah
GAKI telah sesuai dengan konsep
melihat kasus GAKI yaitu gondok di
HBM. Sebagian besar informan ibu
sekitar mereka. Sebagian besar informan
hamil
pernah mendapatkan informasi GAKI dan
beriodium karena merasa beresiko
garam beriodium. Informasi ini berasal
menderita
dari PKD, bidan dan sekolah. Hal ini
mempunyai persepsi bahwa gondok
telah
mengonsumsi
GAKI.
garam
Informan
11
merupakan dampak utama GAKI. Informan tidak mengetahui bahwa GAKI
pada
ibu
mengakibatkan
hamil
gangguan
dapat tumbuh
kembang janin yang berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Semua informan
menyatakan
garam
beriodium mudah didapatkan di pasar atau warung dengan harga terjangkau, namun rasa dan keragaman kualitas
_______. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. hlm. 249-53. Budiman B. 2011. Sensivitas Deteksi Kandungan Iodium dalam Garam yang Beredar di Pasar sebagai Keterjaminan Daerah Bebas GAKI. Jurnal GAKI Indonesia. Vol 1. No 9. 68 – 79. Darmono SS. 2009. Penghentian Kapsul Minyak Iodium untuk Program GAKI. Jurnal GAKI Indonesia. Vol 1&2. No 1&2. 27-31.
beriodium
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2014. Buku Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2013. Semarang : Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.
1. Pemerintah Kabupaten Jepara perlu
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara. 2014. Buku Profil Sektor Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara 2014. Jepara.
garam beriodium yang ada menjadi kendala
dalam
mengonsumsi
memilih
garam
dan
sesuai SNI setiap hari. Saran
meningkatkan Penanggulangan
kinerja
Tim
GAKI
serta
penegakan PERDA No.2 tahun 2009 tentang pengaturan dan pengendalian peredaran garam non iodium 2. Dinas Kesehatan melakukan KIE GAKI secara kontinyu dan terus menerus serta mendorong penyediaan garam
beriodium
pemberdayaan
masyarakat
melalui yang
seperti posyandu, forum kesehatan desa dan PKK. DAFTAR PUSTAKA Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta : Depkes RI. hlm. 60-5.
Djokomoeljanto R. 2007. Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI) dan Kelebihan Iodium (Ekses). Di dalam : R. Djokomolejanto, ed.2007. Buku Ajar Tiroidologi Klinik. Semarang : BP UNDIP. hlm. 377-423. Dunn
JT. 2003. Iodine Should be Routenely Added to Complementery Foods. The Journal of Nutrition. Vol 133. 3008-10.
Green L W, Kreuter M W. 1991. Health Promotion Planning, An Educational and Environmental Approach. Mountain View : Mayfield Publishing Company. hlm.151-77. Marihati. 2006. Pemantauan Mutu Garam Beriodium. Jurnal GAKI Indonesia. Vol 5 No 1.4 – 8.
12
Samsudin M, Kumorowulan S, Rahmawati Y. 2012. Prevalesi Ganguan Fungsi Tiroid pada Wanita Usia Subur di Daerah Endemik GAKI. Media Gizi Mikro Indonesia. Vol 3. No 2. 49-58. Soerharyo S, Margawati A, Setyawan H, Djokomoeljanto. 2002. Aspek Sosio-Kultural pada Program Penanggulangan GAKI. Jurnal GAKI Indonesia. Vol 1. No 1. 41 – 8. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta. hlm. 283 – 387. Sunawang. 2011. Konsumsi Garam Beriodium di Indonesia, Situasi Saat ini Ditinjau dari Kendali
Mutu Oleh Produsen. Jurnal GAKI Indonesia. Vol 1. No 9. 77 – 100. Tim Penanggulangan GAKI Pusat. 2005. Panduan Penegakan Norma Sosial (Sosial Enforcement) : Peningkatan Konsumsi Garam Beriodium. Jakarta : Depkes RI. hlm.1-5. Widiyatni W, Subagio Wahyu H, Suhartono. 2015. Ketersediaan dan Pola Konsumsi Garam Beriodium di Kabupaten Jepara. Jurnal Gizi Indonesia. Vol 3. No 2. 80 – 85. Zoeller RT. 2003. Thyroid Toxicology and Brain Development : Should We Think Differently?. Environmental Health Perspective. Vol 111. No 12. 628.