STUDI KOMPARASI TINGKAT STRES SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA KELAS XII DI SMAN 1 GORONTALO DAN SMA PRASETYA GORONTALO
FAZRAH SULEMAN Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo Program Studi (S-1) Pembimbing I : Dra. Hj. Rena L. Madina, M.Pd Pembimbing II : Meiske Puluhulawa, S.Pd, M.Pd Abstrak Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan fenomena tahunan Ujian Nasional yang sering terjadi di lingkungan pendidikan dan selalu menjadi perbincangan hangat, khususnya yang berada di lingkungan Sekolah Menengah Atas. Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat stres dalam menghadapi ujian nasional pada siswa kelas XII di SMAN 1 Gorontalo dan SMA Prasetya Gorontalo. Penelitian ini adalah penelitian komparatif yaitu metode secara sistematis membedakan tingkat stres antara siswa kelas XII SMAN 1 Gorontalo dengan siswa kelas XII SMA Prasetya Gorontalo. Jumlah anggota sampel dalam penelitian ini adalah 104 responden yang terbagi menjadi 52 responden SMAN 1 Gorontalo dan 52 responden SMA Prasetya Gorontalo. Teknik pengumpuan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan angket. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji-t (independent sample t-tes) dengan bantuan software SPSS versi 17.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase tingkat stres siswa kelas XII SMAN 1 Gorontalo dan siswa kelas XII SMA Prasetya Gorontalo memiliki perbedaan dalam tingkatan kategori, diantaranya adalah: kategori stres untuk SMAN 1 Gorontalo dimana tinggi sebesar 17%, sedang 63% dan rendah 19%. Sedangkan kategori stres untuk SMA Prasetya dimana tinggi 15%, sedang 67% dan rendah 17%. Hasil uji-t Sig.2-tiled sebesar 0,437 dimana H0 diterima. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat stres siswa dalam menghadapi UN pada siswa kelas XII di SMAN 1 Gorontalo dan SMA Prasetya Gorontalo dan tingkat stres siswa mayoritas berada pada kategori sedang. Kata Kunci : Stres, Ujian Nasional.
1
Ujian Nasional (UN) merupakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah (Permendiknas Nomor 34 tahun 2007) untuk mengukur kompetensi lulusan. Harapan tersebut dalam praktiknya memunculkan polemik di masyarakat, pihak yang tidak setuju mengajukan berbagai argumentasi yang menyatakan bahwa UN tidak layak dilanjutkan karena memilki berbagai kelemahan dalam mengukur prestasi siswa. Kondisi geografis siswa yang terdiri atas banyak pulau memberikan konsekuensi kepada beragam standar mutu pendidikan setiap daerah. Dengan demikian, UN menjadi ukuran yang tidak valid untuk diterapkan. Sementara pihak yang mendukung berusaha menjelaskan UN dari berbagai sudut positif berupa kualitas pendidikan yang semakin membaik. Terlepas dari polemik tentang kebijakan yang berjalan, penerapan UN telah menyebabkan munculnya beberapa masalah kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan, yaitu siswa, orang tua siswa, guru, kepala sekolah hingga kepala dinas. Semua pihak yang terkait dengan pendidikan merasakan kekhawatiran ketika menghadapi UN. Siswa dan orang tua khawatir apabila tidak lulus UN. Tidak lulus UN merupakan bencana besar karena berkaitan dengan kehidupan masa depan sehingga menimbulkan stres. Looker dan Gregson (2005: 44) yang menyatakan bahwa stres dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Hal ini juga dapat dirasakan oleh siswa SMA Prasetya Gortontalo, melalui hasil wawancara dengan Wakasek Kesiswaan, peneliti mendapatkan informasi mengenai kondisi siswa ketika mereka menghadapi UN. Rupanya UN memberikan dampak signifikan terhadap mental ataupun psikis siswa. Menurut hasil penuturan Wakasek SMA Prasetya Gorontalo, siswa kelas XII justru mengalami tekanan menjelang dan saat pelaksanaan ujian nasional. Hal ini ditandai dengan aksi siswa setelah selesai mengahadapi UN yang berlangsung selama tiga hari, para siswa melampiaskan ketegangan mereka dengan teriakteriak pasca hari ketiga UN. Lain halnya dengan gambaran siswa di SMAN 1 Gorontalo, dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan Guru BK, ketegangan yang dirasakan siswa tidak begitu nampak, hal ini disebabkan pihak
2
sekolah sudah menyiapkan diri jauh hari sebelum UN untuk melaksanakan bimbingan belajar (bimbel) yang ditambahkan waktu beajar siswa menjadi 2 jam bagi kelas XII, sehingga siswa kelas XII pulang lebih akhir dari siswa kelas X dan XI. Namun tanpa kita sadari ternyata peraturan dan persaingan yang ketat di SMAN 1 Gorontalo justru membuat siswa SMAN 1 Gorontalo tertekan. Hal ini terlihat dari hasil angket penelitian yang memberikan gambaran bahwa siswa SMAN 1 Gorontalo mengalami tingat stres yang lebih tinggi dibandingkkan dengan siswa SMA Prasetya Gorontalo. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, ternyata stres memang dapat dialami oleh siapa saja tanpa terkecuali jika dihadapkan dengan suatu keadaan yang baru atau menegangkan sehingga dipandang perlu dilakukan pengkajian tentang tingkat stres siswa sebagai subjek utama dalam menghadapi UN, maka peneliti ingin melihat sejauh mana tingkat stres siswa dalam judul “Studi komparasi Tingkat Stres Siswa dalam Menghadapi Ujian Nasinal paada siswa Kelas XII di SMAN 1 Gorontalo dan SMA Prasetya Gorontalo”.
KAJIAN TEORI Pengertian stres Stres merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari setiap individu, karena stres dapat mempengaruhi setiap orang. Namun stres memiliki sisi baik dan sisi buruk. Dapat didefinisikan bahwa stres merupakan suatu keadaan dimana kita tidak dapat menyesuaikan diri antara kemampuan diri dan tuntutan yang diterima oleh individu sehingga menimbulkan kecemasan-kecemasan negatif didalam diri. Hal ini diperkuat oleh Terry Gregson (2007: 29) yang menjelaskan bahwa stres bisa diartikan sebagai status yang kita alami ketika muncul ketidakcocokan antara tuntutan-tuntutan yang kita hadapi dengan kemampuan yang kita miliki. Inilah kesimbangan antara bagaimana kita memandang tuntutantuntutan dan bagaimana kita mengira kita bisa menangani tuntutan-tuntutan itu yang menentukan apakah kita merasa tidak stres, distres atau eustres. Hal senda dijelaskan pula oleh Terry Looker dan Olga Gregson (2005: 44) yang mendefinisikan stres sebagai suatu keadaan yang kita alami ketika ada sebuah
3
ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Dari definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa stres merupakan suatu ketidakstabilan antara tuntututan dan kemampuan individu, di mana tuntutan yang diterima lebih besar dari kemampuannya. Stres tersebut sering dikaitkan dengan stabilitas mental atau psikis individu dalam menangani suatu problematika kehidupan. Oleh sebab itu apabila individu mengalami stres yang berkepanjangan akan mempengaruhi stabilitas diri dan produktivitas kerjanya.
Jenis-Jenis Stres Dilihat dari substansinya, seperti yang dituturkan oleh Terry Gregson (alih bahasa Ahada Eriawan, 2007: 29-35) bahwa neraca stres dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut: Distress Ketika kita menghadapi sejumlah tuntutan (T) yang meningkat atau memandang tuntutan-tuntutan yang menghadang kita sebagai kesulitan atau ancaman, kita perlu membuat penilaian tentang kemampuan (K) kita untuk menanganinya. Apabila penilaiannya adalah, „Tidak, saya tidak bisa menanganinya‟ maka neraca stres akan bergerak memasuki zona distres sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar di atas. Distres juga bisa muncul karena memiliki terlalu sedikit tuntutan untuk merangsang, hasilnya kejenuhan dan frustrasi. Dalam hal ini, kemampuan yang dirasa untuk menangani tuntutan yang lebih berat. Memiliki terlalu sedikit pekerjaan atau terlalu sedikit tuntutan tugas bisa jadi sama tidak baiknya dengan memiliki terlalu banyak pekerjaan atau menangani pekerjaan-pekerjaan yang rumit.
4
Eustres Eustres bisa dialami ketika kemampuan yang kita miliki untuk menangani tuntutan-tuntutan kita terasa lebih berat seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Meskipun kita mengalami ketidakseimbangan di sini, jelas inilah yang kita inginkan. Dalam hal ini eustres bisa dipandang sebagai sebuah perluasan zona normal dari neraca stres. Situasi eustres meningkatkan rasa percaya diri, kendali dan kemampuan untuk menyelesaikan dan menangani berbagai pekerjaan, tantangan dan berbagai tuntutan. Jadi, dapat dibedakan jenis-jenis stres yang terbagi menjadi dua, yaitu distres dan eustres. Dimana distres adalah stres yang bersifat negatif dan uestres adalah stres yang bersifat positif.
Tanda-Tanda Stres Looker dan Gregson (2005: 107-124) menjelaskan tanda-tanda stres sebagai berikut: Tanda-Tanda Distres a) Fisik : Merasakan detak jantung berdebar-debar, Sesak napas, gumpalan lendir di tenggorokan, napas pendek dan cepat, mulut kering, “kupu-kupu” dalam perut, gangguan pencernaan, nausea, diare, sembelit, gembung perut (flatulensi), Ketegangan otot secara keseluruhan khususnya rahang, kertak gigi, lelah, capek, lesu, sulit tidur, merasa sedih, sakit kepala, sering sakit seperti flu, tangan dan kaki dingin, sering ingin kencing, makan berlebihan, kehilangan selera makan, merokok lebih banyak. b) Mental : cemas, kecewa, menangis, rendah diri, merasa putus asa dan tanpa daya, histeris dan menarik diri, merasa tak mampu mengatasi, gelisah dan depresi, tidak sabar, mudah tersinggung dan berlebihan, marah, melawan, agresif, bosan, tidak cukup, merasa salah, tertolak, terabaikan, tidak aman, rentan untuk membuat kesalahan dan melakukan kecelakaan
5
Tanda-Tanda Eustres Tanda-tanda eistres yaitu: eurofik, terangsang, tertantang, bersemangat, membantu, memahami, ramah, akrab, mencintai, bahagia, tenang, terkontrol, yakin, kreatif, efektif, efisien, jelas dan rasional dalam pikiran, keputusan, Bekerja keras, senang, produktif, riang, sering tersenyum.
Factor Pemicu Stres Yusuf dan Nurihsan (2010: 253-265) menjelaskan bahwa factor-faktor yang mengganggu kestabilan (stres) organisme berasal dari dalam maupun dari luar. Factor yang berasal dari dalam diri organisme adalah biologis dan psikologis, sedangkan yang berasal dari luar adalah factor lingkungan.
Dampak Ujian Nasional terhadap Stres Siswa UAN
mempunyai
dampak
negatif
yang
sangat
besar
terhadap
perkembangan mental pelajar Indonesia. Banyak kasus yang terjadi akibat diterapkannya ujian nasional yang terstandarisasi dan tersentralisasi ini, dinataranya banyak siswa yang mengalami tekanan psikis yang mengakibatkan siswa melakukan penyimpangan-penyimpangan norma seperti merusak fasilitas, mencaci bahkan nekat untuk melakukan aksi bunuh diri. Kita dapat mengambil satu contoh nyata, dikutip dari kompas cyber media edisi Juni 2006 (dalam www.edukasi.kompasiana.com) seorang siswa SMK di Pontianak memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya lantaran tidak lulus didalam UAN. Dalam UAN tidaklah cukup untuk merepresentasikan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa secara objektif. Lama kelamaan secara tidak langsung, sistem UAN akan lebih condong untuk menghargai pelajar yang mempunyai intelektualitas yang tinggi daripada anak-anak yang mempunyai tingkat intelektualitas sedang dan rendah. Sehingga siswa yang mempunyai tingkat intelektualitas sedang dan rendah akan mengalami suatu perang batin apakah mereka cukup kompeten atau tidak. Dan apabila ini terus berlanjut tidak dapat dipungkiri bahwa akan banyak pelajar Indonesia pada masa mendatang yang akan mengalami penurunan mental yang selanjutnya akan menjadi salah satu
6
penghambat dalam perkembangan pendidikan dan masalah ini sudah bisa digolongkan pada ketidakadilan dalam dunia pendidikan formal. Mempertimbangkan dampak-dampak serius dari penerapan ujian nasional sebagaimana diuraikan di atas, peneliti ingin melihat sejauh mana tingkat kecenderungan stress siswa dalam menghadapi ujian nasional pada siswa kelas XII SMAN 1 Gorontalo dan SMA Prasetya Gorontalo guna untuk melakukan perbaikan sistem pendidikan maupun model pembelajaran lebih jauh terhadap sekolah yang menjadi lokasi penelitian.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif, yaitu metode secara sistematis membedakan tingkat kecenderungan stres siswa SMAN 1 Gorontalo dan SMA Prasetya Gorontalo dalam menghadapi Ujian Nasional. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XII SMAN 1 Gorontalo dan kelas XII SMA Prasetya Gorontalo yang dilaksanakan selama 1 bulan yakni pada bulan maret 2014. Pada penelitian ini, yang menjadi anggota populasi adalah seluruh siswa kelas XII SMAN 1 Gorontalo berjumlah 266 orang siswa dan SMA Prasetya Gorontalo yag berjumlah 78 siswa. Maka secara keseluruhan jumlah siswa dari kedua sekolah tersebut berjumlah 344 siswa, sedangkan sampel dalam penelitian ini sebanyak 104 sampel yang diambil dari 30% jumlah total populasi kedua sekolah. Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode skala yaitu menggunakan kuesioner yang berisi butir-butir pernyataan untuk mengukur variabel dalam penelitian. Penyebaran dan pengumpulan data dilakukan seacara langsung dengan meminta kesedian subjek untuk mengisi kuesioner. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis statistic uji t (t- test for independent sample). Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas sebaran dam uji homogenitas
7
varian. Uji asumsi dalam penelitian ini menggunakan fasilitas computer SPSS versi 17.0 for windows.
HASIL PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang perbandingan mengenai tingkat stres siswa dalam menghadapi ujian nasional pada siswa kelas XII di SMAN 1 Gorontalo dan SMA Prasetya Gorontalo. Hasil penelitian dari kedua sekolah menggambarkan bahwa kedua sekolah berada dalam kategori sedang, hal ini diarenakan banyaknya jumlah responden yang berada dalam kategori sedang. Untuk melihat nilai rata-rata tingkat stres manakah yang lebih tinggi maka kita dapat membandingkan nilai mean dari kedua sekolah, berikut akan disajikan nilai mean kedua kelompok sekolah. Skor Rata-Rata Tingkat Stres Siswa dalam Menghadapi UN Sekolah SMAN 1 Gorontalo SMA Prasetya Gorontalo
Mean Stres Siswa 104.42 101.36
Selanjutnya, data dari kedua sampel yaitu siswa kelas XII di SMAN 1 Gorontalo dan siswa kelas XII di SMA Prasetya Gorontalo, dibandingkan tingkat stres siswanya dengan menggunakan rumus uji-t. adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: Hasil Uji Perbandingan Tingkat Stres Siswa dalam Menghadapi UN pada Siswa Kelas XII di SMAN 1 Gorontalo dan Siswa Kelas XII di SMA Prasetya Gorontalo Nilai Probabilitas P-value
Taraf
(Sig. 2-tailed)
Signifikansi α
0,437
0,05
Ket. P-value ≥ α : H0 diterima
Berdasarkan tabel P-value yang diperoleh adalah 0,437 yaitu lebih besar dari α. Hasil tersebut menunjukan bahwa H0 diterima, artinya tidak terdapat perbedaan tingkat stres dalam menghadapi UN yang signifikan pada siswa kelas XII SMAN 1 Gorontalo dengan tingkat stres dalam menghadapi UN pada siswa kelas XII SMA Prasetya Gorontalo. Hal ini berarti bahwa tingkat stres dalam
8
menghadapi UN pada siswa kelas XII SMAN 1 Gorontalo dengan siswa kelas XII SMA Prasetya Gorontalo tidak ada bedanya.
PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai perbedaan tingkat stres siswa dalam menghadapi UN pada siswa kelas XII di SMAN 1 Gorontalo dengan siswa kelas XII di SMA Prasetya Gorontalo. Berdasarkan hasil pengujian pada tabel terlihat bahwa dari uji statistik t-test diperoleh hasil Ho diterima. Artinya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan akan tingkat stres siswa dalam menghadapi UN pada siswa kelas XII di SMAN 1 Gorontalo dengan siswa kelas XII di SMA Prasetya Gorontalo. Pada penelitian ini, siswa SMA Prasetya Gorontalo awalnya diasumsikan akan menjadi responden yang memiliki tingkat stres yang tinggi, ternyata pada hasil tabel menunjukkan responden ini rendah tingkat stresnya dibandingkan dengan responden dari SMAN 1 Gorontalo. Kondisi ini juga terdapat pada siswa kelas XII di SMAN 1 Gorontalo, walaupun berada di populasi yang berbeda tetapi ternyata siswa kelas XII SMAN 1 Gorontalo menunjukkan hasil yang sama dengan siswa kelas XII SMA Prasetya Gorontalo. Hal ini dapat diartikan bahwa siswa kelas XII SMAN 1 Gorontalo dan siswa kelas XII SMA Prasetya Gorontalo ketika menghadapi ujian nasional, tidak akan merasa sangat stres dengan ujian nasional yang menurut mayoritas masyarakat bahwa ujian nasional itu adalah sesuatu yang menakutkan bahkan bisa membuat stres. Ujian menjadi cara untuk membanding-bandingkan kemampuan di antara siswa dan telah menyebabkan kecemasan dan menurunkan harga diri bagi mereka yang bernilai buruk. Mereka yang mendukung evaluasi sering mengutuk praktik-praktik pendidikan yang menekankan pengujian berbagai keterampilan dasar yang telah keluar dari konteks dan tujuan utama pendidikan sehingga mengakibatkan munculnya persaingan yang semakin kompetitif sehingga mengakibatkan stres, kecemasan dan frustrasi (Nurihsan dan Yusuf, 2010: 1). Apabila orang atas dasar sikap, pikiran, kemampuan, pertimbangan, dan pengalamannya menganggap UN sebagai situasi yang berpotensi merugikan, membahayakan, atau mengancam dirinya, maka akan
9
muncul yang disebut stres. Stres diartikan sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spriritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (National Safety Council, 2004: 2). Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa berdasarkan hasil pengujian dari uji statistik t-test diperoleh hasil Ho diterima. Artinya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan akan tingkat stres siswa dalam menghadapi UN pada siswa kelas XII di SMAN 1 Gorontalo dengan siswa kelas XII di SMA Prasetya Gorontalo. Sehingga, tingginya kualitas pendidikan disuatu instansi sekolah, tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada tingkat stres siswa dalam menghadapi ujian nasional bila dibandingkan dengan sekolah yang dianggap sebagai sekolah yang memiliki mutu pendidikan yang rendah. Kedua populasi yang berbeda dimana dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XII di SMAN 1 Gorontalo dengan siswa kelas XII SMA Prasetya Gorontalo, ternyata menunjukan hasil yang sama. Kedua populasi tersebut samasama berada pada taraf sedang pada tingkat stres menghadapi ujian nasional. Kondisi ini menunjukan gambaran siswa kelas XII pada umumnya yaitu ketika merasakan stres dalam menghadapi ujian nasional ternyata lingkungan dalam hal ini sekolah tidak mempengaruhi tingkat stres siswa tersebut. Stigma yang melekat jika siswa SMA Prasetya Gorontalo yang cenderung mudah stres dibentuk karena citra lingkungan sekolah itu sendiri.
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan : a. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat stres dalam menghadapi UN antara siswa kelas XII SMAN 1 Gorontalo dan siswa kelas XII SMA Prasetya Gorontalo. Dimana populasi kelompok siswa kelas XII SMAN 1 Gorontalo dan SMA Prasetya Gorontalo berada pada tingkat stres sedang, b. Tingkat stres siswa kelas XII SMAN 1 Gorontalo lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas XII SMA Prasetya Gorontalo walaupun selisihnya kecil
10
yaitu selisih mean dari kedua populasi adalah 3, namun bukan berarti bahwa terdapat perbedaaan yang signifikan antara stres siswa kelas XII di SMAN 1 Gorontalo dan SMA Prasetya Gorontalo . Saran a. Bagi Sekolah Seluruh perangkat pendidik yang berada di lingkungan sekolah harus mewaspadai dampak stres yang dialami oleh para siswa dengan menciptakan program cooping atau juga bisa dengan melakukan kegiatan seminar healty of heart pada seminggu sekali, sebab awal mulanya stres itu karena tidak adanya pemahaman yang utuh tentang problem solving pada siswa. b. Bagi Guru Pembimbing Guru pembimbing harus mencegah dan mengentaskan stres antara siswa dengan cara mengembangkan program serta pelayanan BK yang optimal seperti pemberian informasi mengenai dampak yang terjadi akibat stres yang tidak diupayakan pencegahannya. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan masukan untuk peneliti selanjutnya, perlu memperhatikan jumlah subyek penelitian dan mempertajam deskriptor stres yang akan digunakan dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA Afifi, John. 2012. Mengubah Energi Negatif Menjadi Energi Positif Dalam Diri. Jogjakarta: Diva Press. Arikunto. S. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta. Rineke Cipta. Azwar, Saifuddin. 2012. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, Saifuddin. 2012. Validitas dan Reabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Council, National Safety. 2003. Manajemen Stres. Jakarta: EGC. Daniel dan Roger. 2008. Keajaiban Emosi Manusia. Jogjakarta: Think. Dr.Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
11
Kinantie, Oseatiarla Arian, dkk,. 2012. Gambaran Tingkat Stres Siswa SMAN 3 Bandung Kelas XII Menjelang Ujian Nasional 2012. Bandung: Universitas Padjadjaran. Komalasari, Gantina dan Herdi. 2011. Coping Skills untuk Mengatasi Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri di Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Lubis, Namora Lumongga. 2009. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2007 tentang Mengukur Kompetensi Lulusan. Prof. Dr. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Rini, Harfiahana Puspa. 2013. Self Afficacy dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Suseno, Tutu April. 2009. EQ Orang Tua VS IQ Anak, Orang Tua Pintar Anak pun Pintar. Jogjakarta: Diglossia Printika. Sukmana, N.S. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Terry Looker dan Olga Gregson. 2005. Managing Stress: Mengatasi Stres Secara Mandiri. Yogyakarta: Baca. Terry Gregson. 2007. Life Without Stress-Mengajari Anda Sendiri Mengelola Stres. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Tresna, I Gede. 2011. Efektivitas Konseling Behavioral dengan Teknik Disensitisasi Sistematis untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian (studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMAN 2 Singaraja Tahun Ajaran 2010/2011. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yusuf dan Nurihsan. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT.Remaja Posdakarya. [non name]. 2013. Sekali Lagi tentang Dampak Buruk Ujian Nasional. (on line). http:// kompas.com/2013/04/23/sekali-lagi-tentang dampak buruk ujian-nasional-553774.html. Diakses 16 Agustus 2013 pukul 13.00 WITA.
12