STUDI KEMAMPUAN PENYERAPAN UNSUR HARA (N DAN P) OLEH Gracillaria sp. DALAM SKALA LABORATORIUM
DIAN ARY KURNIAWAN
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
STUDI KEMAMPUAN PENYERAPAN UNSUR HARA (N DAN P ) OLEH Gracillaria sp. DALAM SKALA LABORATORIUM Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini
Bogor, Januari 2006
DIAN ARY KURNIAWAN C24101020
Dian Ary Kurniawan. C24101020. Studi Kemampuan Penyerapan Unsur Hara (N dan P) oleh Gracillaria sp. dalam Skala Laboratorium. Dibawah bimbingan Ario Damar, Sutrisno Sukimin dan Wage Komarawidjaja. RINGKASAN Untuk mengurangi kandungan unsur hara dilakukan dengan cara biofiltrasi (penyerapan unsur hara oleh organisme) yaitu dengan menggunakan rumput laut untuk menyerap nutrien (nitrogen dan fosfor) tersebut. Untuk mengkaji keefektifan penyerapan nitrogen dan fosfor oleh Gracillaria sp. pada selang waktu tertentu, dan pertumbuhan Gracillaria sp. pada selang waktu tertentu. Dalam penelitian untuk mengetahui laju penyerapan Gracillaria sp. dic obakan tiga konsentrasi nutrien, yaitu perlakuan A(N 100 ppm, P 2 ppm), perlakuan B(N 13,09 ppm, P 1 ppm), dan perlakuan C(N 10 ppm, P 0,528 ppm). Gracillaria sp. dimasukkan pada masing-masing akuarium pada hari keenam sesudah nutrien dimasukkan dan diharapkan dapat mengurangi kandungan nutrien yang tersedia dalam air dan menggunakan nutrien tersebut untuk pertumbuhan. Terjadi penurunan kandungan ammonia pada masing-masing perlakuan konsentrasi, namun penurunan tertinggi terdapat pada perlakuan A. Pada nitrit juga terjadi penurunan untuk semua konsentrasi namun tetapi tidak terdapat perbedaan jumlah penurunan untuk semua perlakuan, hal ini diperkuat oleh hasil statistik dimana pada selang kepercayaan 95% pemberian konsentrasi pupuk tidak memberi pengaruh kandungan nitrit pada air. Penurunan Nitrat terjadi untuk semua perlakuan konsentrasi, dan terdapat perbedaan penurunan antar perlakuan.Persentase penurunan nitrat berada pada kisaran 2,7085-15,3917 %. Persentase penurunan ortofosfat berada pada kisaran 11,1583-16,5066 %.Pertumbuhan Gracillaria sp. Pada perlakuan Asebesar 0,1 % per hari, pada perlakuan B sebesar 0,03 % per hari, sedangkan perlakuan C sebesar 0,03 per hari. Dari uji statistik menggunakan program SAS 6.12 pada selang kepercayaan 95% disimpulkan bahwa pemberian konsentrasi P dan N yang berbeda tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan Gracillaria sp.
STUDI KEMAMPUAN PENYERAPAN UNSUR HARA (N DAN P) OLEH Gracillaria sp. DALAM SKALA LABORATORIUM
DIAN ARY KURNI AWAN
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
Judul
:
Studi Kemampuan Penyerapan Unsur Hara (N dan P) oleh Gracillaria sp. dalam Skala Laboratorium
Nama
: Dian Ary Kurniawan
NIM
: C24101020 Disetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Ario Damar. M. Si. NIP. 131878933
Dr.Ir.Sutrisno Sukimin NIP. 130674522
Pembimbing III
Drh. Wage Komarawidjaja, M.Sc. NIP. 680000427
Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Dr. Ir. Kadarwan Soewardi. NIP. 130805031
Tanggal Lulus : 24 Januari 2006
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Tugas akhir ini berjudul “Studi Kemampuan Penyerapan Unsur Hara (N dan P) oleh Gracillaria sp. dalam Skala Laboratorium” yang disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung selama dua bulan yaitu pada bulan Juli-Agustus 2005 di Laboratorium Pollutant Control BIOTROP, Bogor. Dalam penelitian ini penulis mengambil bagian dari penelitian Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (P3TL)-BPPT. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak, ibu serta adik-adikku, serta om Agus dan Bulek tyo yang telah memberikan bimbingan serta dorangannya selama ini. 2. Bapak Sigit Damiri sekeluarga, Dhina Maretha atas kedewasaannya dalam memberikan nasehat serta motivasi dan sayangnya. 3. Dr. Ir. Ario Damar. M. Si, Dr. Ir. Sutrisno Sukimin, dan Drh. Wage Komarawidjaja, M.Sc selaku dosen pembimbing
atas arahan, bimbingan,
nasehat dan dorongan semangat kepada penulis. 5. Pusat penelitian Biotrop atas pemberian izin pemakaian tempat serta fasilitas peralatan salama penelitian. 6. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (P3TL) - BPPT yang memberikan fasilitas serta dana sehingga terlaksananya penelitian. 7. Gong-li serta kawan di dalamnya, Kaka, Kus -kus, Dede, Suw, Rekan-rekan MSP 38 atas kekompakkannya. Tabis, Anton, Idham, Bram, Matsi Production, dan Cosmo atas pertimbangan-perimbangannya. Terimakasih semuannya.
Bogor, Januari 2006
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .........................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
vi
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang.......................................................................................... B. Pendekatan masalah ................................................................................. C. Tujuan.......................................................................................................
1 1 3
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aspek Biologi ......................................................................................... B. Parameter Fisika ..................................................................................... 1. Cahaya................................................................................................. 2. Suhu .................................................................................................... 3. Kekeruhan........................................................................................... 4. Substrat................................................................................................ 5. Gerakan Air ......................................................................................... 6. Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solid/TSS) .................. C. Parameter Kimia ....................................................................................... 1. Salinitas............................................................................................... 2. Derajat Keasaman (pH)....................................................................... 3. Nutrien ................................................................................................ 4. Oksigen Terlarut (DO) ........................................................................
4 6 6 7 7 7 8 8 8 8 9 9 11
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan lokasi penelitian..................................................................... B. Bahan Uji Penelitian................................................................................. 1. Rumput Laut ....................................................................................... 2. Air Laut............................................................................................... C. Metode Penelitian..................................................................................... 1. Penelitian Pendahuluan....................................................................... 2. Penelitian Utama................................................................................. 3. Metode Pengambilan Contoh dan Parameter yang Dianalisis ............ D. Analisa Data ............................................................................................. 1. Laju Penurunan konsentrasi nutrien.................................................... 2. Percobaan dengan Metode RAL ......................................................... 3. Analisis biomassa Gracillaria sp........................................................ 4. Analisis pertumbuhan Gracillaria sp. .................................................
12 12 12 12 13 13 13 16 17 17 18 20 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan .................................................................. 21 B. Hasil Penelitian Utama ............................................................................. 22
1. Amonia ................................................................................................. 2. Nitrit ..................................................................................................... 3. Nitrat .................................................................................................... 4. Ortofosfat ............................................................................................. C. Parameter Biologis ................................................................................... 1. Berat basah dan laju pertumbuhan relatif ............................................ D. Parameter Fisika-Kimia Lingkungan .......................................................
22 25 29 31 35 35 37
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................
39
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
40
LAMPIRAN ...................................................................................................
43
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1. Nilai baku mutu TSS berdasarkan KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004. .........................................................................................................
8
2. Kandungan N pada suhu dan salinitas yang berbeda ...............................
10
3. Klasifikasi kesuburan perairan berdasarkan kandungan PO4-P ...............
11
4. Parameter Fisika-Kimia yang dianalisis ..................................................
17
5. Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap ..................................................
18
6. Pengamatan konsentrasi nutrien selama penelitian pendahuluan ............
21
7. Laju perubahan ammonia pada konsentrasi A .........................................
24
8. Laju perubahan ammonia pada konsentrasi B .........................................
24
9. Laju perubahan ammonia pada konsentrasi C .........................................
24
10. Laju penurunan ammonia pada tiap perlakuan selama pengamatan ........
25
11. Laju penurunan nitrit pada konsentrasi A ................................................
27
12. Laju penurunan nitrit pada konsentrasi B ................................................
27
13. Laju penurunan nitrit pada konsentrasi C ................................................
27
14. Laju penurunan nitrit pada tiap perlakuan ................................................
28
15. Laju penurunan nitrat pada konsentrasi A ...............................................
30
16. Laju penurunan nitrat pada konsentrasi B ................................................
30
17. Laju penurunan nitrat pada konsentrasi C ................................................
30
18. Persentase penurunan nitrat pada tiap perlakuan ......................................
31
19. Laju penurunan ortofosfat pada konsentrasi A ........................................
33
20. Laju penurunan ortofosfat pada konsentrasi B ........................................
33
21. Laju penurunan ortofosfat pada konsentrasi C ........................................
33
22. Persentase penurunan ortofosfat pada tiap perlakuan...............................
35
23. Berat basah (g) dan RGR Gracillaria sp. ................................................
37
24. Parameter fisika -kimia selama penelitian .................................................
37
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1. Skema perumusan masalah dalam penyerapan nutrien oleh Gracillaria sp. ........................................................................................
2
2. Gambar Gracillaria sp. yang digunakan pada penelitian ......................
4
3. Bentuk-bentuk thallus alga .....................................................................
5
4. Gambar siklus reproduksi generatif Gracillaria sp. ................................
6
5. Rancangan penelitian .............................................................................
14
6. Diagram alir pembuatan larutan Urea dan TSP serta volume penambahan larutan Urea dan TSP untuk tiap perlakuan ......................
15
7. Parameter-parameter kimia yang diamati pada masingmasing perla kuan dan kontrol.................................................................
16
8. Pengamatan konsentrasi nitrogen ...........................................................
21
9. Nilai ammonia air laut pada perlakuan konsentrasi A, B, C dan kontrol A, kontrol B, kontrol C dan kontrol D ......................................
22
10 Nilai nitrit air laut pada perlakuan konsentrasi A, B, C dan kontrol A, kontrol B, kontrol C dan kontrol D ......................................
26
11. Nilai nitrat air laut pada perlakuan konsentrasi A, B, C dan kontrol A, kontrol B, kontrol C dan kontrol D ......................................
29
12. Nilai ortofosfat air laut pada perlakuan konsentrasi A, B, C dan kontrol A, kontrol B, kontrol C dan kontrol D ......................................
32
13. Biomassa Gracillaria sp. pada perlakuan A, B, C .................................
36
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Gambar alat-alat yang digunakan dalam pengambilan data .............. 44 2. Gambar rancangan penelitian .............................................................. 45 3. Bahan-bahan yang digunakan dalam pengambilan data ..................... 46 4. Perhitungan pupuk .............................................................................. 46 5. Data volume penambahan larutan Urea dan Larutan TSP .................. 47 6. Data lengkap parameter fisika -kimia air selama penelitian ................. 49 7. Data biomassa Gracillaria sp .............................................................. 51 8. Uji statistik kandungan unsur hara air ................................................. 52 9. Uji statistik biomassa Gracillaria sp ................................................... 53
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sisa pakan dari kegiatan budidaya bandeng ataupun budidaya udang yang terdekomposisi dalam jumlah tinggi pada suatu perairan dapat mengakibatkan meningkatnya kandungan unsur hara pada suatu perairan. Peningkatan nutrien (nitrogen dan fosfor) dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi. Dampak dari eutrofikasi yaitu bisa menimbulkan peningkatan kekeruhan dan bisa menimbulkan kondisi anoksik pada perairan tersebut (Mason,1993). Peningkatan unsur hara akan mengakibatkan peningkatan pesat jumlah plankton di perairan. Plankton dalam jumlah besar akan menyebabkan terjadinya kompetisi dalam memanfaatkan unsur hara,sehingga kandungan unsur hara akan berkurang. Dampak dari penurunan kandungan unsur hara akan menyebabkan terjadinya kematian plankton, yang menimbulkan proses dekomposisi. Apabila kandungan oksigen dalam perairan kurang mencukupi untuk proses dekomposisi maka akan terjadi proses dekomposisi anaerob yang menghasilkan gas racun yang menyebabkan perairan menjadi toksik, akan menyebabkan terjadinya kematian ikan dan biota lainnya. Plankton yang mati akan mengendap pada dasar perairan sehingga kandungan bahan organik pada sedimen akan meningkat, sehingga mengakibatkan penurunan pH pada sedimen. Tingkat asam yang rendah pada sedimen akan membahayakan biota air yang dibudidayakan pada perairan tersebut. Untuk mencegah terjadinya proses eutrofikasi maka diperlukan suatu cara untuk menanggulanginya. Upaya -upaya yang dilakukan antara lain dengan menggunkan kincir untuk meningkatan oksigen pada proses budidaya, cara yang lain yaitu dengan menggunakan tanaman air untuk menyerap kandungan unsur hara dalam perairan. Gracillaria sp. merupakan salah satu jenis dari kelas ganggang merah yang bentuk luarnya tidak mempunyai perbedaan akar dan batang serta memiliki klorofil sehingga mampu untuk melakukan fotosintesis (Soegiarto et al. 1979). Dalam fotosintesis Gracillaria sp. menyerap nutrien yang berada di air melalui
proses difusi dengan bantuan arus (Soegiarto et al. 1979). nitrogen
pada
perairan
diperlukan
Gracillaria
sp.
Unsur fosfor dan untuk
melakukan
pertumbuhannya. . B. Pendekatan Masalah Sisa pakan ikan dan udang atau pun hasil dekomposisi bahan organik pada suatu perairan menyebabkan kandungan nutrien dalam badan perairan menjadi tinggi dan dapat menimbulkan terjadi eutrofikasi. Salah satu upaya mengurangi kandungan nutrien tersebut adalah dengan memanfaatkan tanaman air (makrofit) yang berfungsi sebagai biofilter, yaitu dengan menggunakan Gracillaria sp. untuk menye rap nutrien pada perairan tersebut. Gracillaria sp. mempunyai kemampuan untuk mengurangi kandungan nutrien pada perairan dan menggunakan nutrien tersebut untuk pertumbuhan. Gracillaria sp. mempunyai jaringan klorofil sehingga mampu untuk melakukan proses fotosintesis, sumber nutrien yang digunakan Gracilla ria sp.
Untuk
berfotosintesis berasal dari air dalam hal ini N dan P. Oleh karena itu digunakan Gracillaria sp. Untuk menyerapa nutrient pada perairan tersebut. Untuk mengetahui kemampuan Gracillaria sp. dalam menyerap nutrien diperlukan uji/pengamatan da lam skala laboratorium. Proses perumusan masalah digambarkan pada diagram alir pada Gambar 1.
Sisa pakan terdekomposisi
Nutrien meningkat o nitrogen o fosfor
Parameter kualitas air (suhu, kekeruhan, salinitas, pH)
Penyerapan Nutrien oleh Gracillaria sp.
Nutrien menurun - nitrogen - fosfor Pertum buhan Gracillaria sp.
Gambar 1. Skema perumusan masalah dalam penyerapan nutrien oleh Gracillaria sp.
C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji efektifitas penyerapan nitrogen dan fosfor oleh Gracillaria sp. pada selang waktu tertentu, dan pertumbuhan Gracillaria sp. pada selang waktu tertentu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Aspek Biologi Rumput laut adalah tana man yang termasuk dalam suatu kelompok yang dikenal dengan alga dan kelompok tanaman ini tidak dapat dibagi menjadi batang, akar dan daun (Duddington, 1971). Tumbuhan ini memiliki bentuk yang hampir sama secara keseluruhan, bentuk-bentuk yang mirip itu dikenal dengan istilah thallus (Aslan, 1991).
Untuk memberikan contoh bentuk rumput laut, pada
Gambar 2 di bawah ini disajikan gambar Gracillaria sp.
Gambar 2. Gracillaria sp. yang digunakan pada penelitian Menurut Soegiarto et al. (1979), bentuk thallus bermacam-macam. Ada yang berbentuk bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantung, rambut dan lain sebagainya. Thallus ini ada yang tersusun oleh hanya satu sel dan banyak sel (uniseluler dan multi seluler).
Percabangan thallus ada yang dichotomus
(bercabang dua terus-menerus), pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama), pinnate (bercabang dua -dua sepanjang thallus utama secara berselangseling), vertilicate (cabangnya berpusat melingkar aksis atau sumbu utama), ada juga yang tidak bercabang seperti dapat dilihat pada Gambar 2 (Soegiarto et al. 1979).
Gambar 3. Bentuk-Bentuk Thallus Alga ( Soegiarto et al. 1979) Keterangan : a.Tidak bercabang b. Dichotomus c. Pinnate alternate d. Pinnate e. Vertillicate f. Pectinate g. Monopoidal h. sympoidal Penampakan luar rumput laut terdiri dari berbagai warna yaitu merah, hijau, ataupun coklat kemerahan. Perbedaan warna yang diberikan dipengaruhi oleh kandungan pigmen yang ada. Keanekaragaman pigmen pada rumput laut menjadi ciri yang mencolok, meskipun hampir semua rumput laut mengandung klorofil (Soegiarto et al.1979). Pigmen yang terkandung pada thallus rumput laut dapat digunakan untuk membedakan berbagai kelas. Perbedaan warna thallus menimbulkan adanya ciri pada alga yang berbeda seperti alga hijau, alga coklat, alga merah (Aslan, 1991). Akan tetapi menurut Soegiato et al. (1979) sebenarnya sangat sulit untuk menentukan salah satu kelas hanya hanya berdasarkan warna thallus, karena alga kadang-kadang berwarna hijau kekuning-kuningan, coklat kehitam-hitaman atau kuning kecoklatan. Rumput laut mampu mengurangi kandungan nutrien pada perairan sebesar 66% dari jumlah total N yang ada pada perairan tersebut. Rumput laut juga mampu mengurangi total fosfor sebesar 56% dari total fosfor pada perairan (Jones et al., 2002). Berdasarkan Kinne et al. (2001) dijelaskan bahwa rumput laut mampu menyerap nitrogen dalam ammonium sebesar 10-14%. Rumput laut memamfaatkan nutrien untuk pertumbuhan. Berdasarkan Marinho et al., 2002) pertumbuhan Gracillaria sp. pada tambak udang berkisar antara 1.8% -8.8% perhari. Reproduksi berkembangbiak,
merupakan memperbanyak
suatu dan
proses
dimana
meningkatkan
organisme
jumlah
hidup
individunya.
Perkembangbiakan rumput laut umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu secara
vegetatif, generatif. Reproduksi secara generatif terjadi dengan adanya peleburan antara gamet-gamet yang berbeda yaitu antara spermatozoid yang dihasilkan antheredia dengan sel telur atau ovum yang dihasilkan oleh oogonium.
Gambar 4. Siklus Reproduksi Generatif Gracillaria sp.(Raven et al, 1992)
B. Parameter Fisika 1. Cahaya Fotosintesis bagi tumbuhan, baik tumbuhan darat maupun laut seperti alga, bergantung pada adanya cahaya matahari.
Laju fotosintesis tinggi apabila
intensitas cahaya tinggi dan sebaliknya (Nybakken, 1992). Cahaya sangat berpengaruh terhadap fotosintesis pada alga.
Laju
fotosintesis akan tinggi apabila intensitas cahaya tinggi dan sebaliknya. Penetrasi cahaya dalam air sangat dipengaruhi oleh intensitas dan sudut datang cahaya pada permukan air, kondisi permukaan air, dan bahan-bahan terlarut dan tersuspensi di dalam air (Boyd, 1988; Welch, 1980). Makin kecil sudut datang cahaya akan mempengaruhi penetrasi cahaya ke dalam air.
Sebaliknya makin tegak lurus
sudutnya maka semakin sedikit cahaya yang dipantulkan (Nybakken, 1992).
2. Suhu Pengaruh suhu dalam lingkungan perairan saling berinteraksi dengan faktor lingkungan lainnya, demikian pula pengaruhnya dalam membatasi penyebaran suatu organisme (Krebs, 1972). Temperatur juga merupakan faktor sekunder bagi kehidupan rumput laut dan fluktuasi yang tinggi akan dapat terhindar dengan adanya water mixing (Mubarak, 1981). Rumput laut akan tumbuh subur pada daerah yang suhunya sesuai dengan suhu di laut. Pada daerah tropis, rumput laut dapat tumbuh pada kisaran suhu 20– 30 ºC, dan untuk jenis Gracillaria sp. tumbuh optimal pada suhu 20–28 ºC (Luning, 1990).
3. Kekeruhan Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air.
Kekeruhan disebabkan bahan organik dan bahan anorganik baik
tersuspensi maupun terlarut seperti lumpur, pasir halus, bahan anorganik dan organik seperti plankton dan mikroorganisme lainnya (APHA, 1976; Davis dan Cornwell, 1991). Kekeruhan merupakan faktor pembatas bagi proses fotosintesis dan produksi primer perairan karena mempengaruhi penetrasi cahaya matahari (Boyd, 1988).
4. Substrat Menurut Dawson (1956), pantai berkarang merupakan tempat hidup yang baik bagi sejumlah besar spesies rumput laut dan hanya sedikit yang hidup di pantai berpasir.
Hal ini juga didukung oleh pernyataan Nontji (1987) yang
mengatakan bahwa sedikitnya alga di perairan yang dasarnya berlumpur atau berpasir karena sangat terbatasnya benda-benda keras yang cukup kokoh untuk tempatnya melekat. Mubarak (1981) mengatakan bahwa susunan kimia dari substrat tidak mempengaruhi kehidupan tumbuhan air, hanya sebagai tempat menempel (melekat), sedangkan makanan diambil dari diambil dari medium sekitarnya.
5. Gerakan Air Arus dan pergerakan air mempunyai pengaruh yang besar terhadap aerasi, transportasi nutrien, dan pengadukan air yang besar pengaruhnya terhadap keberadaan oksigen terlarut (Trono dan Fortes, 1988). Peranan yang lain yaitu untuk menghindarkan akumulasi silt dan epifit yang melekat pada thallus yang dapat menghalangi pertumbuhan rumput laut.
Semakin kuat arusnya,
pertumbuhan rumput laut akan semakin cepat besar karena difusi nutrien ke dalam sel tanaman semakin banyak sehingga metabolisme dipercepat (Soegiarto et al. 1979).
6. Padatan Tersuspensi Total Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solid/TSS) adalah bahanbahan tersuspensi (diameter > 1 ì m) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0.45 ì m. TSS terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik. Penyebab nilai TSS adalah kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Berikut adalah nilai padatan tersuspensi total perairan berdasarkan baku mutu yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup. Nilai padatan tersuspensi total ini mencakup untuk berbagai habitat. Tabel 1. Nilai baku mutu TSS berdasarkan KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004. Habitat Nilai TSS (Total Suspended Solid) Coral 20 mg/l Mangrove 80 mg/l Lamun 20 mg/l
C. Parameter Kimia 1. Salinitas Salinitas adalah ukuran dari total garam dalam gram air laut. Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi (Boyd, 1988). g/kg atau promil (‰).
Salinitas dinyatakan dalam satuan
Salinitas laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai (Nontji, 1987). Masing-masing rumput laut dapat tumbuh dengan baik pada kisaran salinitas tertentu tergantung pada toleransi dan adaptasinya terhadap lingkungan (Trono dan Fortes, 1988). Gracillaria sp. dapat tumbuh pada kisaran salinitas yang tinggi dan dapat tahan sampai 50‰. 2. Derajat keasaman Derajat keasaman (pH) merupakan hasil pengukuran aktivitas ion hidrogen dalam perairan dan menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa air. pH juga merupakan faktor lingkungan yang mengendalikan fitoplankton dalam proses pengambilan nutrien, keseimbangan nutrien (karbondioksida, fosfat, dan nitrogen) sangat sensitif terhadap perubahan pH menurut Smith in Muntsji (1972). Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktivitas biologi seperti fotosintesis dan respirasi organisme, suhu, dan keberadaan ion-ion dalam perairan tersebut (Pescod, 1973). Menurut Smith in Muntsji (1972), pH air laut berkisar antara 7.9 - 8.3. Dengan meningkatnya pH akan berpengaruh terhadap kehidupan rumput laut.
Kisaran toleransi pH dimana alga ditemukan adalah
sebesar 6.8 - 9.6 (Luning, 1990). 3. Nutrien Rumput laut sebagai tanaman berklorofil memerlukan nutrien sebagai bahan baku fotosintesis. Dawes (1981) menyatakan bahwa unsur nitrogen dan fosfor diperlukan rumput laut bagi pertumbuhannya dan umumnya unsur fosfor diserap dalam bentuk ortofosfat sedangkan nitrogen diserap dalam bentuk nitrat, nitrit maupun a mmonium.
a. Nitrogen Nitrogen dan senyawanya tersebar secara luas dalam biosfer. Lapisan atmosfer bumi mengandung sekitar 78% gas nitrogen. Meskipun ditemukan dalam jumlah berlimpah di lapisan atmosfer akan tetapi nitrogen harus difiksasi terlebih dahulu menjadi senyawa ammonia (NH3), ammonium (NH4), dan nitrat (NO3) agar bisa dimanfaatkan oleh tumbuhan dan hewan ( Boyd, 1988).
Ammonia di perairan merupakan hasil pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air, berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) yang dilakukan oleh mikroba dan jamur. Proses ini dikenal dengan istilah ammonifikasi (Effendi, 2003), ditunjukkan dalam persamaan reaksi sebagai berikut: CO(NH2) + H2 O 4NH3 + 7O2 2NO2 + O2
2NH3 + CO2 4NO2 + 6H 2O 2 NO3
Ammonifikasi Nitrifikasi
Nitrat (NO 3) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami yang merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Konsentrasi nitrat di perairan terbentuk dalam proses nitrifikasi. Proses ini adalah proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat oleh bakteri ototrof yang berlangsung dalam kondisi aerob. Nitrit (NO 2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, kadarnya lebih kecil daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaa n oksigen (Novotny dan Olem, 1994).
Nitrit merupakan bentuk
peralihan antara ammonia dan nitrat (nitrifikasi), dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi).
Kadar nitrit diperairan alami sekitar 0.001 mg/l dan
sebaiknya kadar nitrit tidak melebihi 0.05 mg/l karena dapat bersifat toksik bagi organisme perairan yang sangat sensitif (Moore, 1991).
Tabel 2. Kandungan N (mg/l) pada Suhu dan Salinitas yang berbeda (Colt, 1984) Suhu ( C) 10 15 20 25 30
5 17,53 15,82 14,41 13,22 12,21
10 16,93 15,31 13,96 12,82 11,85
Salinitas ( ppt ) 15 20 16,36 15,81 14,81 14,32 13,52 13,09 12,43 12,05 11,5 11,17
25 15,27 13,86 12,68 11,69 10,84
b. Ortofosfat Di perairan tidak ditemukan uns ur fosfor dalam bentuk bebas sebagai elemen tetapi dalam bentuk anorganik yang terlarut seperti ortofosfat (PO4-P) dan polifosfat. Keberadaan fosfor di perairan alami biasanya relatif kecil, kadarnya lebih sedikit daripada nitrogen, karena sumber fosfor yang lebih sedikit dibandingkan dengan sumber nitrogen di perairan. Sumber alami fosfor adalah dari pelapukan bahan mineral dan berasal dari dekomposisi bahan organik. Sedangkan bentuk fosfor yang dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik adalah ortofosfat. Tabel 3. Klasifikasi Kesuburan Perairan Berdasarkan Kandungan PO4-P (Boyd, 1988) Kisaran Nilai Satuan Tingkat Kesuburan 0,000 – 0,020
Ppm PO4-P
Rendah
0,021 – 0,050
Ppm PO4-P
Sedang
0,051 – 0,100
Ppm PO4-P
Tinggi
> 0,201
Ppm PO4-P
Sangat Tinggi
4. Oksigen Terlarut (DO) Oksigen terlarut merupakan unsur penting yang sangat diperlukan dalam melakukan respirasi dan menguraikan zat organik oleh mikroorganisme (Harvey, 1992). Oksigen terlarut adalah besarnya kandungan oksigen yang terlarut da lam air yang biasa dinyatakan dalam satuan mg/l. Kelarutan oksigen di perairan dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas yang ada di udara maupun di air, kadar garam dan unsur-unsur yang mudah teroksidasi di dalam perairan. Semakin meningkat suhu air, kadar garam, dan tekanan gas-gas terlarut maka semakin berkurang kelarutan oksigen dalam air (Wardoyo, 1981).
Peningkatan suhu
sebesar 1 ºC akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10 % (Brown, 1987 in Effendi, 2003).
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan skala laboratorium dan dilaksanakan pada bulan April 2005 sampai Juni 2005 di Laboratorium Pollutant Control Biotrop. Analisa fisika dan kimia dilakukan di Laboratorium tanah di Biotrop dan Laboratorium Lingkungan Dept. BDP, FPIK, IPB. B. Bahan Uji Penelitian 1. Rumput Laut Rumput laut yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil budidaya tambak di Brebes. Rumput laut dibawa ke Bogor dengan menggunakan sterofoam, dimana air laut dimasukkan ke dalam sterofoam sehingga rumput laut akan tetap segar. Penutup sterofoam dibuka dengan tujuan supaya rumput laut tetap mendapat pasokan oksigen. Rumput laut ditampung dengan menggunakan bak penampungan yang mendapat aerasi dengan tujuan agar rumput laut tetap terjaga dalam kondisi yang segar. Pemilihan Gracillaria sp. uji dalam penelitian utama ini diupayakan seragam dan masih berumur muda. Hal ini dikarenakan menurut Widyanto dan Susilo (1997), kecepatan penyerapan mineral per satuan berat kering tumbuhan lebih besar pada permulaan pertumbuhan dibandingkan bila tumbuhan itu sudah tua. Gracillaria sp .yang digunakan memiliki umur yang sama serta memiliki berat basah dan kondisi yang sama.
2. Air Laut Air laut yang digunakan berasal dari toko akuarium ikan hias, dimana air laut tersebut mengalami proses pengendapan serta penyaringan terlebih dahulu. Proses penyaringan dilakukan dengan menggunakan planktonnet dengan tujuan untuk mengurangi plankton pada air laut.
C. Metode penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan ini terbagi atas kegiatan :
a. Menentukan waktu dekomposisi optimal dari pupuk. Penelitian pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui waktu pupuk terdekomposisi menjadi ammonia, nitrit, nitrat, ortofosfat. Konsentrasi nutrien yang digunakan 13,09 mg/l N dan 0,2 PO4 dengan volume air laut 70 liter. Hasil dari penelitian ini akan digunakan untuk menentukan waktu untuk memasukkan rumput laut setelah pemberian pupuk. Berdasarkan data pendahuluan pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa proses dekomposisi pupuk urea dan TSP akan mencapai maksimal pada hari ke -6 setelah pupuk dimasukkan ke dalam air laut. Berdasarkan hasil tersebut maka pemberian rumput laut ke dalam akuarium dilakukan pada hari ke-6, karena penyerapan nutrien oleh rumput laut terjadi pada saat proses dekomposisi mencapai maksimum.
2. Penelitian Utama a. Persiapan alat dan bahan Persiapan dimulai dengan menimbang rumput laut dengan bobot 0,5 kg pada masing-masing akuarium, sehingga untuk 6 akuarium dibutuhkan rumput laut dengan bobot 3 kg. Untuk medianya digunakan air laut dengan salinitas 18– 30‰ yang terlebih dahulu disaring dengan planktonnet untuk mengurangi jumlah plankton. Air laut yang digunakan untuk masing-masing akuarium sebanya k 70 liter dan dengan tinggi 25 cm dari dasar akuarium sehingga rumput laut dengan berat 0,5 kg dapat terendam semua. Pada masing-masing akuarium diberikan aerasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kadar oksigen di dalam air. Untuk nutrien digunakan pupuk urea dan pupuk TSP yang dicampur dengan akuades. Pupuk dilarutkan dan didiamkan terlebih dulu supaya terdekomposisi.
Dalam
penelitian ini digunakan lampu TL dengan kekuatan 15 Watt untuk masingmasing akuarium.
b. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan Gracillaria sp. untuk setiap akuarium. Masing-masing akuarium diberikan kadar nutrien dengan perbandingan tertentu. Nutrien yang digunakan yaitu larutan pupuk Urea dan pupuk TSP. Berikut ini adalah rancangan percobaan pada penelitian ini :
perlakuan 1 2 ulangan
perlakuan 2 perlakuan 3 Kontrol 1 Kontrol 2 Kontrol 3 Kontrol 4 Gambar 5. Rancangan Penelitian
Keterangan : Perlakuan 1 : Air Laut 70 lt dengan N 10,00 mg/lt, P 0,528mg/lt, rumput laut 0,5 kg Perlakuan 2 : Air Laut 70 lt dengan N 13,09 mg/lt, P 1 mg/lt, rumput laut 0,5 kg Perlakuan 3 : Air Laut 70 lt dengan N 100 mg/lt, P 2 mg/lt, rumput laut 0,5 kg Kontrol 1 : Air Laut 70 lt dengan N 10,00 mg/lt, P 0,528mg/lt Kontrol 2 : Air Laut 70 lt dengan N 13,09 mg/lt, P 1 mg/lt Kontrol 3 : Air Laut 70 lt dengan N 100 mg/lt, P 2 mg/l Kontrol 4 : Air Laut 70 lt dengan rumput laut 0,5 kg Penentuan perlakuan didasarkan pada tingkatan kandungan nutrien perairan dimana perairan terbagi atas perairan dengan konsentrasi nutrien rendah, sedang, dan tinggi.
Gracillaria sp. diadaptasikan terlebih dahulu dengan
tingkatan nutrien tersebut, sehingga pada saat dilakukan penelitian Gracillaria sp. telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan.
Untuk menentukan volume larutan Urea dan larutan TSP yang perlu ditambahkan pada masing-masing perlakuan akan diuraikan pada diagram alir pada Gambar 5. Sedangkan untuk perhitungan lebih lanjut dijelaskan pada Lampiran 4.
Penentuan total N dan total ortofosfat awal
Penentuan total N dan total ortofosfat yang diinginkan
Penentuan volume larutan Urea dan TSP yang ditambahkan pada masingmasing perlakuan
Pembuatan larutan Urea dan TSP
Gambar 6. Diagram alir pembuatan larutan Urea dan TSP serta volume penambahan larutan Urea dan TSP untuk tiap perlakuan. Jumlah nutrien yang ditambahkan kedalam media dihitung dengan mengukur kandungan nutrien awal pada air laut, misalnya kandungan total N awal air laut sebesar 3 ppm dan kandungan total P awal 0,05 ppm sehingga untuk mendapatkan media dengan kandungan total N 13,09 dan total P 0,1 ppm maka penambahan nutrien dapat dihitung dengan cara : (total N yang diinginkan – total N awal) x 70 liter = V1 x 10000 mg/lt larutan urea (total P yang diinginkan – total P awal) x 70 liter = V1 x 1000 mg/lt larutan TSP Proses pembuatan larutan Urea dan larutan TSP lebih lanjut dijelaskan di Lampiran 4. Sedangkan untuk volume larutan Urea dan larutan TSP dapat dilihat pada Lampiran 5.
Dengan perlakuan seperti di atas maka data kandungan nutrie n yang akan didapat dari tiap perlakuan dapt dilihat pada Gambar 6. Pada tiap perlakuan parameter yang diamati sama dengan di kontrol. Ulangan 1
Perlakuan A
Perlakuan B
Perlakuan C
Kontrol A
Kontrol B
Kontrol C
Ulangan 2 NH3 – N NO2 – N NO3 – N PO4 – P NH3 – N NO2 – N NO3 – N PO4 – P NH3 – N NO2 – N NO3 – N PO4 – P NH3 – N NO2 – N NO3 – N PO4 – P NH3 – N NO2 – N NO3 – N PO4 – P NH3 – N NO2 – N NO3 – N PO4 – P
Perlakuan A
Perlakuan B
Perlakuan C
NH3 - N NO2 – N NO3 – N PO4 - P NH3 - N NO2 – N NO3 - N PO4 - P NH3 - N NO2 - N NO3 – N PO4 - P
Gambar 7. Parameter-parameter kimia yang diamati pada masing-masing perlakuan dan kontrol. 3. Metode Pengambilan contoh dan Parameter yang Dianalisis Pengambilan contoh air untuk pengukuran nitrat, nitrit, ammonia, ortofosfat dilakukan dengan cara mengambil air dalam akuarium, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang telah disediakan untuk analisis kualitas air. Pengambilan contoh air dilakukan pada hari T1-T7, selang waktu antara T1-T2 adalah 3 hari. Pada T0 ditimbang berat awal dari rumput laut tiap akuarium dan pada T6 di ukur berat akhir tiap akuarium. Metode peneraan kualitas air dilakukan secara in situ untuk parameter suhu, pH, salinitas, dan oksigen terlarut.
Sedangkan untuk metode peneraan
kandungan unsur hara yang terdapat dalam air media, dilakukan pengukuran di laboratorium terhadap contoh air yang meliputi kandungan nitrat, nitrit, ammonia, ortofosfat (APHA, 1989).
Tabel 4. Parameter fisika kimia yang dianalisis No
Parameter Kandungan Unsur Hara Ammonia (mg/l) Nitrit (mg/l) Nitrat (mg/l) Ortofosfat (mg/l) Kualitas Air Suhu air ( oC)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Salinitas (‰) Nilai pH Oksigen terlarut (mg/l) Intensitas Cahaya TSS (mg/l) Biologi Berat rumput laut (mg/l)
Metode dan alat ukur
Tempat analisis Laboratorium
Phenate, Spektrofotometer Indophenol, Spektrofotometer Brucine, Spektrofotometer Molybdate Ascorbic Acid, Spektrofotometer
Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium
Termometer, Pemuaian
in situ
Refraktometer, refraksi cahaya pH-meter, elektroda DO-meter, elektroda Lux meter Gravimetri
in situ in situ in situ in situ in situ in situ in situ
Timbangan
D. Analisis data 1. Laju Penurunan Konsentrasi Nutrien Kemampuan Gracillaria sp. dalam menurunkan nutrien di dalam air laut dapat dilihat berdasarkan persentase tingkat perubahannya.
Laju penurunan
nutrien antar waktu pengambilan contoh diperoleh dengan rumus : Konsentrasi nutrien T1 – konsentrasi nutrien T2 Laju Penurunan
= T2 – T1
Keterangan = T1 = waktu awal T2 = Tiga hari setelah waktu awal Laju penurunan nutrien selama selang waktu penelitian diperoleh dengan rumus : Konsentrasi nutrien tawal – konsentrasi nutrien t akhir Laju Penurunan
= Takhir – Tawal
2. Percobaan dengan Metode Rancangan Petak Terpisah Data yang diperoleh dari hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Analisis secara deskriptif digunakan untuk mendapatkan informasi
mengenai pola penyerapan unsur hara dari air oleh Gracillaria sp. dan untuk melihat pertumbuhan pada Gracillaria sp., sedangkan untuk melihat pengaruh perbedaan konsentrasi nutrien terhadap penyerapan unsur hara digunakan digunakan Rancangan Petak Terpisah (Split Plot in time) (Steel dan Torrie, 1989). Model Rancangan Petak Terpisah (Split Plot in time) sebagai berikut :
Yijk = µ + ρi +α j + γ ij + βk + (αβ) jk +εijk Keterangan : = Nilai pengamatan dari kelompok ke -i dari suatu rancangan kelompok Yijk teracak, pada perlakuan petak utama ke-j dengan perlakuan anak petak ke-k. µ = Rataan umum = Pengaruh utama kelompok ρi αj γ ij
= Pengaruh utama faktor konsentrasi nutrien = Komponen acak dari faktor konsentrasi nutrien yang menyebar normal
βk (αβ ) ij
(0, σ δ 2 ) = Pengaruh utama faktor hari = Komponen interaksi dari faktor konsentrasi nutrien dan faktor hari
ε ijk
= Pengaruh acak dari faktor hari menyebar normal (0, σ 2 ) Untuk
melihat
pengaruh
perbedaan
konsentrasi nutrien
terhadap
penyerapan unsur hara digunakan perlu dilakukan uji Ftabel pada taraf nyata tertentu menggunakan Analisis Sidik Ragam dari Rancangan Petak Terpisah (Split Plot in time) (Tabel 2) dihitung berdasarkan Steel dan Torrie (1989) sebagai berikut : Tabel 5. Tabel sidik ragam dari rancangan petak terpisah (Split Plot in times) SK Kelompok, R Rasio, A Sisa A Hari, B AB Sisa B Total
db r-1 a-1 (r-1)(a-1) b-1 (a-1)(b-1) a(b-1)(r-1) abr -1
JK JKR JKA JKS(A) JKB JKAB JKS(B) JKT
KT KTR KTA KTS(A) KTB KTAB KTS(B)
Fhitung KTR/KTS(A) KTA/KTS(A) KTB/KTS(B) KTAB/KTS(B)
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan dari masing-masing perlakuan, perlu dilakukan uji F (tabel) pada taraf nyata tertentu. Hipotesis dari kaidah uji yang digunakan dalam uji ini adalah: Hipotesis: H0 = Tingkat perbedaan konsentrasi pupuk tidak memberi pengaruh terhadap kandungan nutrien. H1 = Tingkat perbedaan konsentrasi pupuk memberi pengaruh terhadap kandungan nutrien. Kaidah keputusan: Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya (P) > 0,05 maka perbedaan konsentrasi • pupuk tidak memberi pengaruh terhadap kandungan nutrien atau nila inya tidak berbeda nyata. Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya (P) < 0,05 maka perbedaan konsentrasi • pupuk memberi pengaruh terhadap kandungan nutrien atau nilainya tidak berbeda nyata. Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya (P) <0,01 maka nilainya berbeda sangat • nyata. Jika dari TSR diperoleh Fhitung < Ftabel , maka sedikitnya ada satu pasang perlakuan ke -I yang mempunyai pengaruh terhadap penyerapan unsur hara yang mendapatkan perlakuan tingkat rasio ke -j, maka dilakukan uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT). BNT mempunyai kriteria uji sebagai berikut: a. Perbedaan rata -rata atribut d = |Yi. - Yj| b. BNTα = t (α/2, dbs) 2 KTS/n Dimana : t n
á/2
= nilai dari tabel t. ( á = 5%)
= banyaknya ulangan
KTS = kuadrat tengah sisa dbs
= derajat bebas sisa
Kaidah keputusan: Jika d > BNTα, maka tolak H 0 Jika d < BNTα, maka terima H0
3. Analisis Biomassa Gracillaria sp. Pada pengukuran biomassa (berat basah), Gracillaria sp. terlebih dahulu ditaruh pada kertas koran selama ± 5 menit agar air yang terdapat pada Gracillaria sp. dapat diserap. Pengukuran biomassa dari Gracillaria sp. dengan menggunakan timbangan.
Pengamatan
biomassa
dilakukan
pada
saat
pengambilan contoh.
4. Analisis Pertumbuhan Gracillaria sp. Analisis parameter pertumbuhan Gracillaria sp. dihitung dengan menentukan besarnya laju pertumbuhan relatif (Relative Growth Rate, RGR) (Mitchell, 1974) : RGR =
ln Xt − ln Xo × 100 % t
Xo = Berat basah awal Xt = Berat basah setelah waktu ke-t T = Waktu (hari)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan data yang digunakan dala m penelitian utama. Penelitian pendahuluan yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu nilai N dan P maksimum.
1. Konsentrasi nutrien selama penelitian pendahuluan Kandungan unsur hara yang terdapat selama penelitian pendahuluan dapat terlihat dari tabel dan grafik di bawah ini. Tabel 6. Pengamatan konsentrasi nutrien selama penelitian pendahuluan Konsentrasi Nutrien (mg/l) Hari ke0 3
NH3 4,125 4,573
NO2 2,012 1,543
NO3 0,354 2,122
PO4 1,32 1,45
6 9
2,123 2,321
1,679 1,23
4,456 5,23
1,66 1,63
8 Konsentrasi (mg/l)
7 6 NH3
5
NO2
4
NO3
3
PO4
2 1 0 0
3
Hari
6
9
Gambar 8. Pengamatan konsentrasi nitrogen
Berdasarkan Gambar 8 dapat diketahui bahwa konsentrasi nitrit dan fosfat mencapai maksimal pada hari keenam setelah pupuk dimasukkan ke dalam air laut, kecuali NH 3. Nitrat mencapai maksimal pada hari ke sembilan. Hasil dari
penelitian ini digunakan untuk mengetahui waktu rumput laut dimasukkan ke dalam akuarium. Pada penelitian utama rumput laut akan dimasukkan ke dalam akuarium enam hari setelah pupuk diberikan ke dalam air laut.
C. Hasil Penelitian Utama 1. Ammonia Kadar ammonia merupakan salah satu parameter kimia yang penting, karena ammonia merupakan bentuk awal dari N-anorganik dalam air.
Konsentrasi NH
3
(mg/l)
1.6 1.4
KA
1.2
KB
1
KC
0.8
kontrol A
0.6
kontrol B
0.4
kontrol C
0.2
kontrol D
0 0
3
6
9
12
15
Hari
Gambar 9. Konsentrasi ammonia air laut pada perlakuan A, B, C dan kontrol A, kontrol B, kontrol C dan kontrol D Keterangan : KA = Perlakuan pemberian pupuk 700 ml urea dan 103 ml TSP KB = Perlakuan pemberian pupuk 91 ml urea dan 33 ml TSP KC = Perlakuan pemberian pupuk 70 ml urea dan 0 ml TSP KD = Perlakuan tanpa pupuk dan rumput laut Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahui bahwa kadar ammonia pada perlakuan A mempunyai konsentrasi yang paling tinggi pada saat awal penelitian, hal ini diduga karena pemberian pupuk urea pada konsentrasi A lebih besar jika dibandingkan dengan konsentrasi B dan konsentrasi C.
Sedangkan pada
konsentrasi B dan konsentrasi C mempunyai konsentrasi yang hampir sama, karena pemberian pupuk juga relatif tidak berbeda jauh. Penurunan konsentrasi
ammonia terjadi pada hari ke-3, hal ini diduga terjadi karena pr oses oksidasi ammonia
menjadi
“chemoautotroph”.
nitrit
dan
nitrat
melalui
peran
bakteri-bakteri
Reaksi oksidasi dapat dituliskan seperti berikut (Effendi,
2003). 2 NH3 + 3 O2
2 HNO 2 + 2H 2 O + energi
2 HNO2 + O2
2 HNO3 + energi
Pada hari ke-12 dan ke-15 terjadi kenaikan kandungan ammonia pada tiap perlakuan, hal ini diduga terjadi karena kandungan oksigen pada hari ke-12 dan ke-15 mengalami penurunan sehingga perubahan ammonia menjadi nitrit lebih sedikit jika dibandingkan dengan penambahan kandungan ammonia dari pupuk urea.
Selain itu pada hari
ke -11 terdapat thallus Gracillaria sp. yang mati
sehingga diduga menambah kandungan ammonia. Berdasarkan uji statistik terhadap nilai ammonia antara tiap perlakuan menghasilkan kesimpulan bahwa pada selang kepercayaan 95% pemberian konsentrasi pupuk yang berbeda memberi ammonia antara tiap perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata. Perbedaan nyata terjadi antara konsentrasi A terhadap konsentrasi B, dan konsentrasi B terhadap konsentrasi C. Sedangkan antara konsentrasi A dengan konsentrasi C tidak terjadi perbedaan yang nyata, hal ini disebabkan karena pemberian dosis pupuk antara perlakuan B dan perlakuan C tidak berbeda jauh. Berdasarkan uji statistik (uji BNT) hari terhadap kandungan ammonia dapat diketahui bahwa kandungan ammonia pada tiap hari memiliki perbedaan yang nyata. Hari ke-0 berbeda nyata dengan hari-3, hari ke-3 berbeda nyata dengan hari ke-6, hari ke-6 tidak berbeda nyata dengan hari ke -9 dan ke-12, serta hari ke-12 berbeda nyata dengan hari ke-15
Tabel 7. Laju perubahan ammonia pada konsentrasi A Pengamatan
awal
Konsentrasi A akhir laju penurunan
1 2
1,475 0,5105
0,5105 0,1935
0,3215 ppm/hari 0,1057 ppm/hari
3 4
0,1935 0,119
0,119 0,2425
0,0248 ppm/hari -0,0412 ppm/hari
5
0,2425
0,353
-0,0368 ppm/hari
Tabel 8. Laju perubahan ammonia pada konsentrasi B Pengamatan
Konsentrasi B awal
akhir
laju penurunan
1 2
0,7795 0,2785
0,2785 0,236 5
0,1670 ppm/hari 0,0140 ppm/hari
3 4 5
0,2365 0,119 0,194
0,119 0,194 0,2285
0,0392 ppm/hari -0,0250 ppm/hari -0,0115 ppm/hari
Tabel 9. Laju perubahan ammonia pada konsentrasi C Pengamatan 1 2 3
awal 0,6155 0,3205 0,1725
Konsentrasi C akhir laju penurunan 0,3205 0,0983 ppm/hari 0,1725 0,0493 ppm/hari 0,1425 0,0100 ppm/hari
4 5
0,1425 0,206
0,206 0,2914
-0,0212 ppm/hari -0,0285 ppm/hari
Berdasarkan Tabel 8, Tabel 9, dan Tabel 10 tiap perlakuan laju penurunan ammonia paling tinggi terjadi pada 3 hari pertama, hal ini terjadi karena kandungan oksigen yang tinggi dari proses aerasi sehingga mengakibatkan perubahan ammonia menjadi nitrit dan nitrat menjadi cepat. Pada perlakuan A penurunan terjadi dengan laju 0,3215 ppm/hari pada hari ke-0 sampai hari ke-3 dan pada hari ke-3 sampai hari ke-6 laju penurunan sebesar 0,1057 ppm/hari, kemudian pada hari ke-6 sampai hari ke-9 laju penurunannya 0,0248 ppm/hari. Terjadi peningkatan kandungan ammonia pada perlakuan A dengan laju peningkatan sebesar 0,0412 ppm/hari pada hari ke-9 sampai hari ke-12, dan sebesar 0,0368 ppm/hari pada hari ke-12 sampai hari ke15. Pada perlakuan B terjadi penurunan ammonia dari hari ke-1 sampai hari ke-9 sebesar 0,1670 ppm/hari pada tiga hari pertama, 0,0140 ppm/hari pada hari ke-3
sampai hari ke-6, dan pada hari ke-6 sampai hari ke-9 sebesar 0,0392 ppm/hari. Perlakuan B terjadi peningkatan ammonia pada hari ke-9 sampai hari ke-15 sebesar 0,0250 ppm/hari pada hari ke-9 sampai hari ke-12 dan 0,0115 ppm/hari pada hari ke-12 sampai hari ke-15. Pada perlakuan C penurunan terjadi pada hari ke-1 sampai hari ke-9 dan terjadi peningkatan pada hari ke-9 sampai hari ke-15.
Tabel 10. Laju penurunan ammonia pada tiap perlakuan selama pengamatan Konsentrasi A
Perlakuan Konsentrasi B
Konsentrasi C
0,0301
0,0147
0,0105
laju penurunan (ppm/hari)
Berdasarkan tabel 10 laju penurunan terbesar terdapat pada perlakuan A sebesar 0.0301 ppm/hari. Hal ini diduga terjadi karena kandungan awal ammonia yang terdapat pada perlakuan A lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain, sehingga kandungan ammonia yang teroksidasi menjadi nitrit lebih besar dibandingkan perlakuan B dan perlakuan C. 2. Nitrit Berdasarkan Gambar 10 kandungan nitrit dari hari ke-0 sampai hari ke-15 memiliki kecenderungan menurun, hal ini diduga karena terjadi oksidasi nitrit menjadi nitrat yang mengakibatkan berkurangnya kandungan nitrit pada air laut. Kandungan nitrit pada perlakuan A ulangan 2 terjadi peningkatan kandungan nitrit pada hari ke-9, hal ini diduga karena kandungan oksigen pada perlakuan tersebut mengalami penurunan sehingga oksidasi nitrit juga lebih sedikit. Perlakuan B kandungan nitrit mengalami penurunan pada hari ke-0 sampai hari ke-3, sedangkan pada hari ke-3 sampai ke-9 te rjadi kenaikan kandungan nitrit. Hal ini disebabkan karena penambahan jumlah nitrit dari ammonia lebih besar dari oksidasi nitrit menjadi nitrat. Pada hari ke-9 sampai ke-15 terjadi penurunan kandungan nitrit. Perlakuan C penurunan kandungan nitrit terjadi pada hari ke-0 hingga hari ke-15, hal ini terjadi karena adanya proses oksidasi nitrit yang lebih besar jika dibandingkan dengan penambahan nitrit dari oksidasi ammonia.
Konsentrasi NO 2 (mg/l)
1.2 KA
1
KB
0.8
KC
0.6
kontrol A kontrol B
0.4
kontrol C
0.2
kontrol D
0 0
3
6
9
12
15
Hari
Gambar 10. Konsentrasi nitrit air laut pada perlakuan A, B, C dan kontrol A, kontrol B, kontrol C dan kontrol D Keterangan : KA = Perlakuan pemberian pupuk 700 ml urea dan 103 ml TSP KB = Perlakuan pemberian pupuk 91 ml urea dan 33 ml TSP KC = Perlakuan pemberian pupuk 70 ml urea dan 0 ml TSP KD = Perlakuan tanpa pupuk dan rumput laut Pada perlakuan A memiliki kandungan nitrit yang lebih besar jika dibandingkan dengan konsentrasi B dan C.
Hal ini diduga terjadi karena
perubahan ammonia menjadi nitrit pada perlakuan A lebih besar. Perlakuan B kandungan nitrit pada pengamatan awal hampir sa ma dengan konsentrasi C. Berdasarkan uji statistik terhadap nilai nitrit antara tiap perlakuan menghasilkan kesimpulan bahwa pada selang kepercayaan 95% pemberian konsentrasi pupuk yang berbeda tidak memberi pengaruh terhadap nilai nitrit. Pemberian pupuk yang berbeda tidak memberi pengaruh karena nitrit adalah bentuk transisi dari ammonia dan nitrat, perubahan ammonia menjadi nitrat terjadi secara cepat. Berdasarkan uji statistik (Uji BNT) terhadap kandungan nitrit tiap perlakuan menunjukkan tidak terda pat perbedaan yang nyata tiap perlakuan. Hal ini diduga terjadi karena sifat nitrit yang cepat mengalami perubahan menjadi nitrat sehingga kandungan nitrit tiap perlakuan tidak berbeda. Sedangkan uji
statistik (Uji BNT) hari terhadap kandungan nitrit, dapat diketahui bahwa hari memberikan memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan nitrit. Tabel 11. Laju pe nurunan nitrit pada konsentrasi A Pengamatan
Konsentrasi A laju penurunan (ppm/hari) 0,0440
1
awal 0,789
akhir 0,657
2 3 4
0,657 0,291 0,411
0,291 0,411 0,140
0,1220 -0,0400 0,0905
5
0,140
0,200
-0,0202
Tabel 12. Laju pe nurunan nitrit pada konsentrasi B Konsentrasi B
Pengamatan 1 2
awal 0,6311 0,485
akhir 0,485 0,5616
laju penurunan (ppm/hari) 0,0487 -0,0255
3 4 5
0,5616 0,5185 0,1085
0,5185 0,1085 0,1115
0,0144 0,1367 -0,0010
Tabel 13. Laju pe nurunan nitrit pada konsentrasi C Pengamatan 1 2 3 4 5
Konsentrasi C laju penurunan (ppm/hari)
awal
akhir
0,603 0,499 0,475 0,4045 0,0965
0,499 0,475 0,4045 0,0965 0,1535
0,0347 0,0080 0,0235 0,1027 -0,0190
Berdasarkan Tabel 11, Tabel 12, dan Tabel 13 pada perlakuan A penurunan nitrat terjadi pada hari ke-0 sampai hari ke-3 sebesar 0,0440 ppm/hari, hari ke-3 sampai hari ke-6 sebesar 0,1220 ppm/hari, dan pada hari ke -9 sampai hari ke -12 sebesar 0,0905 ppm/hari.
Penurunan nitrat dapat terjadi karena
oksidasi nitrit lebih besar daripada oksidasi ammonia sehingga jumlah nitrit mengalami penurunan. Perlakuan B penurunan terjadi pada hari ke -0 sampai hari ke -3 sebesar 0,0487 ppm/hari, hari ke-6 sampai hari ke -9 sebesar 0,0144 ppm/hari, dan pada hari ke-9 sampai hari ke-12 sebesar 0,1367 ppm/hari. Sedangkan pada perlakuan
C penurunan nitrit terjadi pada hari ke-0 sampai hari ke-12 sebesar 0,0347 ppm/hari, 0,0080 ppm/hari, 0,0235 ppm/hari, dan 0,1027 ppm/hari. Berdasarkan uji statistik (uji BNT) hari terhadap nilai kandungan nitrit. Dapat diketahui bahwa hari memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan nitrit dalam air laut. Tabel 14. Laju penurunan nitrit pada tiap perlakuan selama pengamatan Perlakuan Konsentrasi A Konsentrasi B Konsentrasi C laju penurunan (ppm/hari)
0,0171
0,0133
0,0113
Berdasarkan Tabel 14 laju penurunan nitrit pada perlakuan A sebesar 0,0171 ppm/hari, perlakuan B 0,0133 ppm/hari, dan perlakuan C 0,0113 ppm/hari. Penurunan nitrit dapat terjadi karena adanya perubahan nitrit menjadi nitrat. 3. Nitrat Nitrat (NO 3) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami yang merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman. Berdasarkan Gambar 11 kandungan nitrat awal yang paling tinggi terdapat pada konsentrasi A yaitu berada pada kisaran 4,251-5,25mg/l, hal ini terjadi karena konsentrasi pupuk urea yang diberikan paling besar pada konsentrasi A yaitu sebesar 100 mg/l.
Sedangkan
kandungan nitrat awal pada konsentrasi B dan konsentrasi C berada pada kisaran yang relatif sama yaitu pada kisaran 1,703-3,257 mg/l, hal ini disebabkan karena pemberian pupuk urea yang dimasukkan pada konsentrasi B dan konsentrasi C tidak berbeda jauh yaitu 10 mg/l pada konsentrasi B dan 13,09 mg/l pada konsentrasi C. Terjadi peningkatan konsentrasi nitrat pada hari ke-1 sampai ke-3 dan hari ke-6 hingga ke-9 pada tiap perlakuan, hal ini disebabkan karena jumlah nitrat yang diserap oleh Gracillaria sp. lebih kecil jika dibandingkan dengan penambahan nitrat dari oksidasi nitrit. Sedangkan pada hari ke-3 sampai hari ke-6 sampai hari ke -9 terjadi penurunan kandungan nitrat, hal ini dapat dilihat dari
penurunan kandungan nitrat pada perlakuan sedangkan pada kontrol tidak terjadi
Konsentrasi NO 3 (mg/l)
penurunan. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
KA KB KC kontrol A kontrol B kontrol C kontrol D
0
3
6
9
12
15
Hari
Gambar 11. Konsentrasi nitrat air laut pada perlakuan A, B, C dan kontrol A, kontrol B, kontrol C dan kontrol D Keterangan : KA = Perlakuan pemberian pupuk 700 ml urea dan 103 ml TSP KB = Perlakuan pemberian pupuk 91 ml urea dan 33 ml TSP KC = Perlakuan pemberian pupuk 70 ml urea dan 0 ml TSP KD = Perlakuan tanpa pupuk dan rumput laut
Berdasarkan uji statistik terhadap nilai nitrat antara tiap perlakuan menghasilkan kesimpulan bahwa pada selang kepercayaan 95% pemberian konsentrasi pupuk yang berbeda memberi pengaruh terhadap nilai nitrat. Berdasarkan uji statistik (uji BNT) terhadap kandungan nitrat antara tiap perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata. Perbedaan nyata terjadi antara Konsentrasi A terhadap konsentrasi B, dan konsentrasi A terhadap konsentrasi C. Sedangkan antara konsentrasi B dengan konsentrasi C tidak terjadi perbedaan yang nyata, hal ini disebabkan karena pemberian dosis pupuk antara perlakuan B dan perlakuan C tidak berbeda jauh. Berdasarkan uji statistik (uji BNT) hari terrhadap nilai nitrat, dapat diketahui bahwa hari memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan nitrat. Pada hari ke -0 terdapat perbedaan dengan hari ke -3, hari ke-3 terdapat perbedaan yang nyata dengan hari ke-6, hari ke-6 berbeda nyata dengan hari ke-9,
dan hari ke-9 berbeda nyata dengan hari ke -12, serta hari ke-12 berbeda nyata dengan hari ke-15. Tabel 15. Laju pe nurunan nitrat pada konsentrasi A Pengamatan 1 2 3 4 5
Awal 4,7505 7,4835 4,3995 8,012 2,9705
Konsentrasi A akhir laju penurunan 7,4835 4,3995 8,012 2,9705 7,3105
-0,9110 ppm/hari 1,0280 ppm/hari -1,2042 ppm/hari 1,6805 ppm/hari -1,4467 ppm/hari
Tabel 16. Laju pe nurunan nitrat pada konsentrasi B Pengamatan
Konsentrasi B
1 2
Awal 2,403 4,2405
akhir 4,2405 2,512
laju penurunan -0,6125 ppm/hari 0,5762 ppm/hari
3 4 5
2,512 6,0235 2,267
6,0235 2,267 4,0805
-1,1705 ppm/hari 1,2522 ppm/hari -0,6045 ppm/hari
Tabel 17. Laju pe nurunan nitrat pada konsentrasi C Pengamatan
Konsentrasi C Awal
akhir
laju penurunan
3,0165 3,1935
3,1935 2,441
-0,0590 ppm/hari 0,2508 ppm/hari
3
2,441
6,0235
-1,1942 ppm/hari
4
6,0235
2,1585
1,2883 ppm/hari
5
2,1585
3,8955
-0,5790 ppm/hari
1 2
Berdasarkan Tabel 15, Tabel 16, Tabel 17 peningkatan kandungan nitrat pada perlakuan A terjadi pada hari ke-1 sampai hari ke-3 sebesar 0,9110 ppm/hari, hari ke-6 sampai hari ke-9 sebesar 1,2042 ppm/hari dan hari ke-12 sampai hari ke 15 sebesar 0,1707 ppm/hari, penambahan nitrat ini disebabkan
berasal dari
oksidasi ammonia dan nitrit hal ini dapat terjadi karena kandungan oksigen pada hari ke-1 sampai hari ke-3 mengalami peningkatan. Akan tetapi pada hari ke-3 sampai hari ke-6 terjadi penurunan konsentrasi nitrat sebesar 1,0280 ppm/hari dan hari ke-9 sampai hari ke-12 sebesar 1,6805 ppm/hari.
Pada konsentrasi B terjadi peningkatan konsentrasi nitrat dengan pola yang sama dengan konsentrasi A yaitu pada hari ke-1 sampai hari ke-3 terjadi peningkatan sebesar 0,6125 ppm/hari, hari ke-6 sampai hari ke-9 sebesar 1,1705 ppm/hari dan hari ke-12 sampai ha ri ke-15 sebesar 0,6045 ppm/hari. Penurunan konsentrasi nitrat terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-6 sebesar 0,5762 ppm/hari dan hari ke-9 sampai hari ke-12 sebesar 1,2522 ppm/hari. Peningkatan kandungan nitrat pada konsentrasi terjadi pada hari ke -1 sampai hari ke -3 sebesar 0,0590 ppm/ hari, hari ke-6 sampai hari ke -9 sebesar 1,1942 ppm/hari dan hari ke-12 sampai hari ke-15 sebesar 0,5790 ppm/hari. Penurunan nitrat terjadi pada hari ke -3 sampai hari ke-6 sebesar 0,2508 ppm/hari dan hari ke-9 sampai hari ke-12 sebesar 1,2882 ppm/hari. Tabel 18. Persentase penurunan nitrat pada tiap perlakuan Konsentrasi A laju penurunan
perlakuan Konsentrasi B
2,7085 %
13,9674 %
Konsentrasi C 15,3917 %
Berdasarkan Tabel 18 penurunan yang terukur pa da perlakuan A sebesar 2,7085 %, perlakuan B sebesar 13,9674 %, dan perlakuan C sebesar 18,3917 %. Persentase penurunan yang paling besar terjadi pada perlakuan C hal ini dapat terjadi karena kandungan unsur hara awal pada perlakuan C lebih kecil. Berdasarkan Kinne et al. (2001) dijelaskan bahwa rumput laut mampu menyerap nitrogen dalam ammonium sebesar 10-14%. Maka penurunan nitrat yang terjadi pada penelitian ini memiliki persentase yang hamper sama. 4. Ortofosfat Ortofosfat merupakan salah satu bentuk fosfat yang dapat larut dalam air dan dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman air. Sumber utama ortofosfat berasal dari mineral yang larut ke dalam air.
Konsentrasi PO 4 (mg/l)
1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
KA KB KC kontrol A kontrol B kontrol C kontrol D
0
3
6
9
12
15
Hari
Gambar 12. Konsentrasi ortofosfat air laut pada pe rlakuan A, B, C dan kontrol A, kontrol B, kontrol C dan kontrol D Keterangan : KA = Perlakuan pemberian pupuk 700 ml urea dan 103 ml TSP KB = Perlakuan pemberian pupuk 91 ml urea dan 33 ml TSP KC = Perlakuan pemberian pupuk 70 ml urea dan 0 ml TSP KD = Perlakuan tanpa pupuk dan rumput laut Berdasarkan Gambar 12 ortofosfat pada konsentrasi A memiliki konsentrasi yang lebih tinggi pada awal pengamatan jika dibandingkan dengan perlakuan B dan perlakuan C. Hal ini disebabkan pemberian pupuk TSP pada perlakuan A lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Penurunan konsentrasi ortofosfat terjadi dari hari ke-1 sampai hari ke-12 pada setiap perlakuan, karena jumlah penambahan ortofosfat dari dekomposisi pupuk TSP lebih kecil jika dibandingkan dengan penyerapan ortofosfat oleh Gracillaria sp. Penambahan ortofosfat dari dekomposisi pupuk dapat ditunjukkan dari kontrol masing-masing perlakuan yang menunjukkan kenaikan jumlah kandungan ortofosfat pada tiap hari, terutama pada kontrol A yang mengalami kenaikkan pada hari ke-6 sampai hari ke-12 sebesar 0,167 ppm dan pada kontrol B sebesar 0,134 ppm pada hari ke -1 sampai hari ke-3. Penurunan yang paling besar terjadi pada hari ke -1 sampai hari ke -3 pada tiap perlakuan, hal ini disebabkan karena rumput laut memiliki kemampuan untuk menyerap ortofosfat secara besar dalam waktu singkat dan mengakumulasinya didalam sel.
Pada hari ke-12 sampai hari ke-15 pada masing-masing perlakuan terjadi kenaikkan kandungan ortofosfat yang disebabkan oleh dekomposisi dari sisa pupuk TSP yang belum terdekomposisi, sehingga meningkatkan kandungan ortofosfat didalam air. Pada kontrol D konsentrasi ortofosfat tidak banyak terjadi perubahan, karena pada kontrol D tidak ditambahkan pupuk TSP dan Gracillaria sp. sehingga kandungan ortofosfat di dalam air tidak terjadi penambahan dan tidak terjadi penyerapan. Berdasarkan uji statistik terhadap nilai ortofosfat antara tiap perlakuan menghasilkan kesimpulan bahwa pada selang kepercayaan 95% pemberian konsentrasi pupuk yang berbeda memberi pengaruh terhadap nilai ortofosfat.
Tabel 19. Laju penurunan ortofosfat pada konsentrasi A Pengamatan 1 2 3 4 5
awal 0,784 0,3795 0,139 0,1425 0,118
Konsentrasi A akhir laju penurunan 0,3795 0,1348 ppm/hari 0,139 0,0802 ppm/hari 0,1425 -0,0012 ppm/hari 0,118 0,0082 ppm/hari 0,333 -0,0717 ppm/hari
Tabel 20. Laju penurunan ortofosfat pada konsentrasi B Pengamatan
awal
Konsentrasi B akhir laju penurunan
1
0,4595
0,113
0,1155 ppm/hari
2
0,113
0,1125
0,0002 ppm/hari
3 4
0,1125 0,125
0,125 0,1045
-0,0042 ppm/hari 0,0068 ppm/hari
5
0,1045
0,3335
-0,0763 ppm/hari
Tabel 21. Laju penurunan ortofosfat pada konsentrasi C Pengamatan 1 2 3 4 5
awal 0,3985 0,1145 0,1045 0,128 0,1125
Konsentrasi C akhir laju penurunan 0,1145 0,0947 ppm/hari 0,1045 0,0033 ppm/hari 0,128 -0,0078 ppm/hari 0,112 5 0,0052 ppm/hari 0,333 -0,0735 ppm/hari
Berdasarkan Tabel 19, Tabel 20, Tabel 21 laju penurunan ortofosfat pada perlakuan A me miliki laju penurunan sebesar 0,1348 ppm/hari pada hari 0 sampai 3 dan pada hari 3 sa mpai 6 laju penurunan sebesar 0,0802 ppm/hari. Pada hari 9 sampai 12 perla kuan A laju penurunan sebesar 0,0082 ppm/hari. Peningkatan kandungan ortofosfat pada perlakuan A terjadi pada hari 6 sampai 9 de ngan laju peningkatan sebesar 0,0012 ppm/hari dan 0,0717 ppm/hari pada hari 12 sampai 15. Pada perlakuan B penurunan ortofosfat terjadi pada hari 0 sampai 3 sebesar 0,115 ppm/hari, hari ke-3 sampai hari ke -6 sebesar 0,0002 ppm/hari, dan pada hari ke-9 sampai hari ke-12 sebesar 0,0068 ppm/hari. Peningkatan ortofosfat pada perlakuan B ter jadi pada hari ke -6 sampai hari ke-9 sebesar 0,0042 ppm/hari, dan hari ke-12 sampai hari ke-15 sebesar 0,0763 ppm/hari. Perlakuan C pada hari ke -0 sampai ke-3 memiliki laju penurunan sebesar 0,0947 ppm/hari, hari ke-3 sampai ke -6 sebesar 0,0033 ppm/hari, dan hari ke-9 sampai ke-12 dengan laju penurunan sebesar 0,0052 ppm/hari.
Peningkatan
ortofosfat terjadi pada hari ke-6 sampai ke-9 dengan laju sebesar 0,0078 ppm/hari, dan hari ke -12 sampai ke -15 sebesar 0,0735 ppm/hari. Laju penurunan kandungan ortofosfat yang paling tinggi terjadi pada hari ke-0 sampai ke-3 untuk semua perlakuan, hal ini diduga terjadi karena ortofosfat yang terdapat dalam air langsung diserap oleh Gracillaria sp. dan mengakumulasi ortofosfat tersebut didalam sel. Penyerapan ortofosfat secara cepat dan dalam jumlah yang besar dapat dilakukan oleh Gracillaria sp., ortofosfat diakumulasi dalam sel dan akan digunakan jika kandungan ortofosfat di air dalam jumlah yang sedikit. Berdasarkan uji statistik (BNT) terhadap nilai laju penurunan ortofosfat antara tiap perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) antara tiap perlakuan. Perbedaan yang nyata terjadi antara perlakuan A dan B, perlakuan A dan C. Sedangkan antara perlakuan B dan C tidak terjadi perbedaan yang nyata. Perbedaan terjadi karena pemberian pupuk TSP yang menghasilkan ortofosfat pada perlakuan A lebih tinggi jika dibandingkan perlakuan B dan C, sedangkan pemberian pupuk TSP pada perlakuan B dan C tidak berbeda jauh sehingga tidak terjadi perbedaan yang nyata.
Berdasarkan uji statistik (uji BNT) hari terrhadap kandungan ortofosfat, dapat diketahui bahwa hari memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan ortofosfat. Pada hari ke-0 terdapat perbedaan dengan hari ke-3, hari ke-3 terdapat perbedaan yang nyata dengan ha ri ke-6, hari ke-6 tidak berbeda nyata dengan hari ke-9, dan hari ke-9 tidak berbeda nyata dengan hari ke12, serta hari ke -12 berbeda nyata dengan hari ke -15. Tabel 22. Persentase penurunan ortofosfat pada tiap perlakuan
persentase penurunan
Konsentrasi A
perlakuan Konsentrasi B
Konsentrasi C
11.1583 %
12.2500 %
16.5066 %
Berdasarkan Tabel 22 penurunan yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A sebesar 11,1583% .
Perlakuan B me miliki penurunan sebesar
12,25%, sedangkan pada perlakuan C penurunan sebesar 16,5066. Penurunan ortofosfat yang terjadi pada penelitian ini lebih kecil jika dibandingkan penurunan fosfat menurut Jones et al (2002) yang sebesar 56%. C. Parameter Biologis Selain parameter fisika dan kimia, parameter biologis juga memegang peranan penting. Parameter biologis ini penting untuk diketahui karena proses penyerapan nutrien dapat diketahui dengan adanya penambahan berat dari Gracillaria sp.
Parameter biologis yang diamati dalam percobaan ini akan
meliputi analisa pertambahan biomassa Gracillaria sp. 1. Berat Basah dan laju Pertumbuhan Relatif ( Relative Growth Rate/RGR) Berdasarkan Gambar 13 pada Konsentrasi A terlihat berat basah mengalami peningkatan dari hari ke -0 hingga hari ke -15.
Peningkatan yang
cukup besar terjadi dari hari ke-9 hingga hari ke-15, hal ini diduga terjadi karena Gracillaria sp. mempunyai kemampuan untuk menyerap nutrien dalam jumlah besar pada awal dan menyimpan serta menggunakan nutrien tersebut untuk pertumbuhan setelah rentang waktu berikutnya. Pada perlakuan B dan perlakuan C, berat basah juga mengalami peningkatan pada hari ke -0 hingga hari ke -15.
Penambahan berat basah yang paling tinggi terjadi pada perlakuan A, hal ini diduga terjadi karena unsur hara yang diberikan paling besar pada perlakuan A. Pada perlakuan B dan C, peningkatan berat basah tidak terjadi perbedaan hal ini terjadi karena pemberian pupuk pada perlakuan B dan C tidak terlalu berbeda. Berdasarkan uji statistik terhadap biomassa Gracillaria sp. antara tiap perlakuan menghasilkan kesimpulan bahwa pada selang kepercayaan 95% pemberian konsentrasi pupuk yang berbeda tidak memberi pengaruh terhadap biomass Gracillaria sp., hal ini terjadi karena Gracillaria sp. membutuhkan waktu yang lama untuk pertumbuhannya.
Sedangkan uji st atistik terhadap
biomassa Gracillaria sp. antara tiap hari menghasilkan kesimpulan bahwa pada selang kepercayaan 95% pada hari yang berbeda berpengaruh terhadap biomass Gracillaria sp. Sedangkan uji statistik lanjutan(uji BNT) hari terhadap biomassa Gracillaria sp., dapat diketahui bahwa hari memberikan pengaruh yang nyata terhadap biomassa Gracillaria sp.
Pada hari ke-0 tidak terda pat perbedaan
dengan hari ke-3, hari ke -3 tidak terdapat perbedaan yang nyata dengan hari ke-6, hari ke-6 tidak berbeda nyata dengan hari ke -9, dan hari ke-9 berbeda nyata dengan hari ke12, serta hari ke -12 berbeda nyata dengan hari ke-15.
Berat Basah ( gram )
510 508 506
K A K B
504
K C 502 500 0
3
6
9
12
15
Hari
Gambar 13. Biomassa Gracillaria sp. pada perlakuan A, B, C Keterangan : KA = Perlakuan pemberian pupuk 700 ml urea dan 103 ml TSP KB = Perlakuan pemberian pupuk 91 ml urea dan 33 ml TSP KC = Perlakuan pemberian pupuk 70 ml urea dan 0 ml TSP
Tabel 23. Berat basah (g) dan RGR Gracillaria sp. Perlakuan konsentrasi A konsentrasi B konsentrasi C
Hari-ke 9
0
3
6
500 500 500
500,5 500,5 500,5
502,5 500,5 500,5
503 501,5 501,5
12
15
506,5 501,5 502
509 502,5 502,5
RGR 0,1189 0,0333 0,0333
Nilai RGR merupakan cerminan dari kemampuan Gracillaria sp. dalam menyerap unsur hara untuk pertumbuhannya selain daripada pengukuran biomassa. Berdasarkan Tabel 23 perlakuan A memiliki nilai RGR sebesar 0,1 % perhari, perlakuan B sebesar 0,03 % perhari, dan perlakuan C sebesar 0,03 % perhari. Artinya peningkatan berat basah Gracillaria sp. pada perlakuan A sebesar 0,1 % per hari, perlakuan B 0,03 % per hari, dan perlakuan C 0,03% perhari. Nilai RGR yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 0.03 %-0.1 % perhari. Nilai ini masih rendah jika dibandingkan dengan nilai RGR rumput laut pada kondisi di alam yang berkisar pada 1.8 %-8.8 % perhari (Marinho et al, 2002).
D. Parameter Fisika-Kimia Lingkungan Parameter fisika-kimia yang diamati pada penelitian ini dijadikan sebagai data pendukung untuk mengetahui proses penyerapan nutrien serta untuk mengetahui proses perubahan nutrien. Berikut adala h data parameter fisika-kimia selama pengamatan.
Tabel 24. Parameter Fisika-Kimia Selama Penelitian Parameter Suhu DO (Dissolved Oxygen) pH Salinitas TSS (Total Suspended Solid)
Kisaran Selama Penelitian 22-24 ºC 5,4-5,59 mg/l 7,5-7,8 33-36 ‰ 0-3 mg/l
Berdasarkan Tabel 24 suhu berada pada kisaran 22-24 ºC, dan berada pada kisaran optimum untuk pertumbuhan Gracillaria sp. karena menurut Luning (1990) disebutkan bahwa kisaran optimal untuk perumbuhan Gracillaria sp.
adalah 20-28 ºC. Kandungan oksigen berada pada kisaran 5,4-5,59 mg/l. Kisaran kandungan oksigen termasuk tinggi, hal ini terjadi karena adanya proses aerasi. Kisaran pH selama penelitian adalah sebesar 7,5-7,8.
Salinitas berada pada
kisaran 33-36 ‰ dan merupakan kisaran yang bisa ditolerir oleh Gracillaria sp. Kandungan TSS selama penelitian berada pada kisaran 0-3 mg/l.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kemampuan Gracillaria sp. untuk menyerap nitrat adalah sebesar 0,1806 mg/l, untuk menyerap ortofosfat sebesar 0,0149 mg/l 2. Gracillaria sp. dapat digunakan untuk mengurangi kadar nutrien dalam perairan yang terlalu subur. 3. Nutrien yang diserap oleh Gracillaria sp. tidak langsung digunakan untuk pertumbuhan. Pertumbuhan Gracillaria sp. yang maksimal pada penelitian ini sebesar 0,1 %/hari.
B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui berapa kadar nutrien yang bersifat lethal bagi Gracillaria sp. 2. Untuk mendapatkan konsentrasi nutrien yang sesuai dengan yang diharapkan maka lebih baik sumber nutrien berasal dari nitrit murni, nitrat murni, ammonia murni, ortofosfat murni. 3. Perlu waktu yang lama dalam penelitian untuk mengetahui pengaruh perbedaan pertumbuhan Gracillaria sp. terhadap beberapa kandungan unsur hara.
DAFTAR PUSTAKA APHA (American Public Health Association). 1989. Standard Method For The Examinition of Water and Wastewater. American Public Health Association. Water Pollution Control Federation. Port City Press. Baltimore, Mariland. Aslan, L.M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta. 96 hal Boyd, C.E. 1988. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Agricultural Experiment Station, Auburn University. Auburn, Alabama, USA. 482 p. Colt, J. 1984. Computation of Dissolved Gas Concentration in Water as Functions of Temperature, Salinity, and Pressure. Amer. Fish. Soc., Spec. Publ. No. 14. 154 pp. Davis, M.L. dan D.A. Cornwell. 1991. Introduction To Environmental Engineering. Second Edition. Mc-Graw-Hill, Inc.New York. 822p. Dawes, C.J. 1981. Marine Botany. John Willey and Sons. New York. 497 p. Dawson, E.Y. 1956. How to Know The Seaweed. W.M.C. Brown Company Publisher. Dubuque, Iowa. 270 p. Duddington, C.L. 1971. Beginers Guide to Seaweed. Pelhams books Ltd, 52 Bedford Square. London. 187 hal.Kumar, H.D, and Singh, H.N. 1979. A Textbook On Algae. Second Edition. The Macmillan Press, LTD. London. 216 hal. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan. 259 hal. Harvey, J.W. 1982. Atmosphere and Ocean. Vision Pretd. London. 143 p. Jones, A.B., N.P. Preston, dan W.C. Dennison. 2002. The Efficiency and Condition of Oysters and Macroalgae used as Biological Filters of Shrimp Pond Effluent. http://www.blackwell-synergy .com/doi/abs. Krebs, C.J. 1972. Ecology : The Experimental Anallysis of Distribution and Abundance. Harper and Ron. London. 694 p. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 tahun 2004 Tentang Kualitas Baku Air Laut. Kumar, H.D dan Singh, H.N. 1979. A Text Book On Alga. 2nd Edition. The Macmillan Press, LTD. London. 216 hal.
Luning, K. 1990. Seaweed : The Environmental, Biogeography, and Ecophysiology. John Wiley & Son, Inc. Canada. 527 p. Mason, C.F. 1993. Biology of Freshwater Pollution. Second Edition. Longman Scientific and Technical. New York. 351 p. Marinho, E. Soriano, C. Morales, dan W.S.C. Moreira. 2002. Cultivation of Gracillaria (Rhodophyta) in Shrimp Pond Effluent in Brazil. Aquaculture Research. 33(13):1081. Mitchell, D.S. 1974. Aquatic Vegetation and Its Use and Control. UNESCO. Paris. 42pp Moore, J.W. 1991. Inorganic Contaminants of Surfacewater. Springler-Verlag. New York. 334p. Mubara k, H. 1981. Budidaya Rumput Laut. Materi Lokakarya Budidaya Laut di Denpasar Bali. Direktorat Jenderal Perikanan dan UNDP/FAO. 12 hal. Muntsji, A.R. 1972. Beberapa Aspek Biologi Rumput Laut, Skripsi Dalam Mata Ajaran Pokok Hidrologi. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian. Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. 368 hal. Novotny, N. dan Olem, H. 1994. Water Quality, Prevention, Identification, and Management of Diffuse Pollution. Van Nostrans Reinhold. New York. 1054 p. Nyba kken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa H.M. Eidman, Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 205 hal. Kinne, P.N, T.M. Samocha, E.R. Jones, dan C.L. Browdy. 2000. Characteriza tion of Intensive Shrimp Pond Effluent and Preliminary Studies on Biofiltration. North American Journal of Aquaculture. 63(1):25-33. Pescod, N. B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream For Tropical Countries. AIT. Bangkok. Raven, P.H, R.F. Evert, Dan S.E. Elchhorn. 1992. Biology of Plants , 5th edition. Worth Publishers. New York. Soegiarto, A. Sulistijo, W.W. Atmadja . dan H. Mubarak. 1979. Rumput Laut (Alga), Manfaat, Potensi dan Usaha Budidaya. LON LIPI, Jakarta. 61 hal. Ste el, R.G.D. dan Torrie, J.H. 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Trono, G. C, dan Fortes. 1974. Euchema Farming in The Phillipine. U: p. National Science Research Center Wardoyo, S.T.H. 1981. Kriteria Kualitas Air Untuk Pertanian dan Perikanan. Training Analisa Dampak Lingkungan. PPLH-IPB, PUSDI. PSL. IPB. Bogor. Welch, E.B. 1980. Ecology Effects of Wastewater. Cambridge University Press. London. 337p. Widyanto, L.S. dan Susilo, H. 1997. Pencemaran oleh Logam Berat dan Hubungannya dengan Enceng Gondok . SEAMEO-BIOTROP. Departemen PUTL, Bogor.
LAMPIRAN
LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar alat-alat yang digunakan dalam pengambilan data
DO-meter
Spectrofotometer
pH-meter
Refraktometer
Lampiran 2. Gambar rancangan penelitian
Lampiran 3. Bahan-bahan Yang Digunakan Dalam Pengambilan Data Parameter Biologi Gracilaria sp. Kimia Nitrat Ortofosfat
Unit
Nitrit Amonia
mg/l mg/l
Bahan
gr mg/l mg/l
Brucine, H 2SO4 , Larutan standar nitrat Amonium molybdate, Asorbic acid, Larutan standar fosfat Sulfanilamide, NED, Larutan standar nitrit Phenol solution, Sod. Nitroprosside, Oxidizing solution, Larutan standar amonia
Lampiran 4. Perhitungan Pupuk
1. Pupuk TSP yang digunakan mengandung 32 % P2O5 , maka untuk 1000 mg TSP = 320 mg P2O5. Sehingga jika akan dibuat pupuk induk TSP dengan konsentrasi 1000 ppm P 2O5
dibutuhkan
pupuk
TSP
sebesar
:
1000 mgP2 O5 × 1000 mgTSP = 3125 atau 3,125 gram TSP dalam satu liter 320 mgP2 O5 akuades. 2. Pupuk Urea yang digunakan mengandung 46 % N maka untuk 10000 mg Urea = 4600 mg N. Sehingga jika akan dibuat pupuk induk Urea dengan konsentrasi
10000
ppm
N
dibutuhkan
pupuk
Urea
sebesar
:
10000 mgN × 10000 mgUrea = 21739 atau 21,739 gram Urea dalam satu 4600 mgN liter akuades. Untuk menghitung larutan Urea dan larutan TSP yang perlu ditambahkan untuk masing-masing perlakuan digunakan perumusan sebagai berikut : (total N yang diinginkan – total N awal) x 70 liter = V1 x 10000 mg/lt larutan urea (total P yang diinginkan – total P awal) x 70 liter = V1 x 1000 mg/lt larutan TSP
Lampiran 5. Data volume penambahan larutan Urea dan Larutan TSP
ka kb kc
Larutan Urea Larutan TSP Larutan Urea Larutan TSP Larutan Urea Larutan TSP
700ml 103,14ml 91,63ml 33,08ml 70ml 0ml
Lampiran 6. Data Lengkap Penelitian
Parameter
Fisika-Kimia
Media
1. Suhu DATA T1 T2 T3 T4 T5 T6
DATA T1 T2 T3 T4 T5 T6
kontrol A 22 23 23 22 23 24
Suhu (ºC) kontrol kontrol B C 22 22 23 23 23 23 23 22 23 23 23 24
KA ul. 1 22 23 23 22 23 24
ul. 2 22 23 23 23 23 24
kontrol D 22 23 23 22 23 24
Suhu (ºC) KB Ul. 1 ul. 22 23 22 23 23 24
2 22 23 23 23 23 24
2. DO DATA T1 T2 T3 T4 T5 T6
kontrol A 5,42 5,55 5,43 5,61 5,35 5,34
DO (mg/l) kontrol kontrol B C 5,75 5,52 5,6 5,52 5,4 5,42 5,55 5,61 5,43 5,33 5,56 5,44
kontrol d 5,6 5,56 5,64 5,46 5,66 5,61
KC ul. 1 ul. 2 22 22 23 23 23 23 23 23 23 23 24 24
Selama
DATA T1 T2 T3 T4 T5 T6
KA ul. 1 5,46 5,6 5,53 5,56 5,45 5,38
ul. 2 5,46 5,54 5,65 5,53 5,41 5,42
DO mg/l KB Ul. 1 ul. 2 5,54 5,51 5,63 5,54 5,56 5,49 5,52 5,46 5,51 5,58 5,34 5,52
KC ul. 1 ul. 2 5,58 5,6 5,48 5,54 5,48 5,58 5,53 5,46 5,5 5,51 5,46 5,51
3. TSS DATA NH3 T1 T2 T3 T4 T5 T6
DATA T1 T2 T3 T4 T5 T6
kontrol A 1,8 1,7 1,6 2 1 0
TSS (mg/l) kontrol kontrol B C 1,9 1,9 0,9 1,8 0,8 1 2 3,2 1 1 0 2
KA ul. 1 3,6 0,67 1,05 1,58 2 0
ul. 2 2,02 0,45 1,2 1,42 2 1
kontrol D 1 1 0 0,5 0,45 0
TSS (mg/l) KB Ul. 1 ul. 2 3,82 3,15 0,45 0,45 0,9 0,25 1,6 1,4 1 1 1 0
4. pH DATA T1 T2 T3 T4 T5 T6
kontrol A 7,75 7,66 7,47 7,52 7,62 7,66
Konsentrasi pH kontrol kontrol B C 7,58 7,6 7,55 7,51 7,42 7,56 7,49 7,49 7,51 7,54 7,55 7,55
kontrol D 7,5 7,62 7,49 7,57 7,6 7,54
KC ul. 1 ul. 2 2,47 3,21 0,45 0,8 0,75 0,45 2 1,8 1 1 0 0
DATA
KA ul. 1 7,61 7,67 7,72 7,7 7,76 7,84
T1 T2 T3 T4 T5 T6
ul. 2 7,6 7,64 7,62 7,68 7,69 7,79
konsentrasi pH KB Ul. 1 ul. 2 7,56 7,58 7,57 7,6 7,65 7,65 7,6 7,66 7,66 7,68 7,68 7,75
KC ul. 1 7,58 7,64 7,64 7,65 7,67 7,71
ul. 2 7,57 7,61 7,61 7,6 7,65 7,5
5. Salinitas DATA T1 T2 T3 T4 T5 T6
kontrol A 33 34 34 35 35 36
DATA T1 T2 T3 T4 T5 T6
Salinitas (‰) kontrol kontrol B C 33 33 33 34 34 34 35 35 35 36 36 36
KA ul. 1 33 34 34 35 36 36
ul. 2 33 33 34 34 36 36
kontrol d 33 33 34 35 36 36
Salinitas (‰) KB Ul. 1 ul. 2 33 33 34 33 33 34 34 34 35 36 36 36
KC ul. 1 ul. 2 33 33 33 34 34 34 35 35 36 36 36 36
5. Ammonia
DATA T1 T2 T3 T4 T5 T6
k onsentrasi NH3 (mg/l) KA KB KC KA ul 1 KA ul 2 KB ul 1 KB ul 2 KC ul 1 KC ul 2 1,52 1,43 0,756 0,803 0,674 0,557 0,571 0,45 0,308 0,249 0,289 0,352 0,23 0,157 0,285 0,188 0,145 0,2 0,079 0,159 0,111 0,127 0,103 0,182 0,279 0,206 0,2 0,188 0,182 0,23 0,342 0,364 0,26 0,197 0,956 0,397
DATA T1 T2 T3 T4 T5 T6
kontrol A 1,34 0,621 0,121 0,309 0,115 0,411
konsentrasi NH3 (mg/l) kontrol B kontrol C kontrol D 0,827 0,498 0,094 0,41 0,198 0,085 0,479 0,339 0,045 0,103 0,024 0,032 0,085 0,218 0,032 1,13 0,507 0,104
7. NO 2
DATA T1 T2 T3 T4 T5 T6
DATA T1 T2 T3 T4 T5 T6
K KA ul 1 0,812 0,746 0,309 0,254 0,114 0,185
kontrol A 0,957 0,642 0,386 0,205 0,199 0,129
konsentrasi NO2 (mg/l) A KB KC KA ul 2 KB ul 1 KB ul 2 KC ul 1 KC ul 2 0,766 0,6642 0,598 0,563 0,643 0,568 0,518 0,452 0,476 0,522 0,273 0,542 0,581 2 0,468 0,482 0,568 0,584 0,453 0,411 0,398 0,165 0,126 0,091 0,112 0,081 0,215 0,121 0,102 0,213 0,094
konsentrasi NO2 (mg/l) kontrol kontrol kontrol B C D 0,576 0,561 0,021 0,546 0,485 0,04 0,402 0,314 0,032 0,27 0,276 0,025 0,27 0,148 0,019 0,116 0,132 0,021
8. NO 3
DATA T1 T2 T3 T4 T5 T6
KA KA ul 1 4,251 7,502 4,265 8,309 3,561 7,206
KA ul 2 5,25 7,465 4,534 7,715 2,38 7,415
konsentrasi NO3 (mg/l) KB KC KB ul 1 KB ul 2 KC ul 1 KC ul 2 3,103 1,703 2,776 3,257 3,801 4,68 2,487 3,9 1,534 3,49 2,127 2,755 5,46 6,587 5,697 6,35 2,214 2,32 1,869 2,448 3,07 5,091 2,882 4,909
DATA
kontrol A 3,818 5,98 5,392 6,535 6,52 7,12
T1 T2 T3 T4 T5 T6
konsentrasi NO3 (mg/l) kontrol kontrol kontrol B C D 3,006 4,561 0,129 4,39 4,156 0,143 4,442 3,65 0,164 5,34 6,891 0,149 4,78 6,956 0,175 5,147 7,519 0,186
9. PO 4 DATA
KA KA ul 1 KA ul 2 0,812 0,756 0,346 0,413 0,142 0,136 0,154 0,131 0,107 0,129 0,36 0,306
T1 T2 T3 T4 T5 T6
DATA
kontrol A 0,812 0,789 0,771 0,794 0,842 0,945
T1 T2 T3 T4 T5 T6
konsentrasi PO4 (mg/l) KB KB ul 1 KB ul 2 0,434 0,485 0,124 0,102 0,122 0,103 0,126 0,124 0,1 0,109 0,401 0,266
konsentrasi PO4 (mg/l) kontrol kontrol B C 0,511 0,41 0,645 0,422 0,599 0,431 0,612 0,412 0,623 0,415 0,615 0,466
KC KC ul 1 KC ul 2 0,408 0,389 0,128 0,101 0,114 0,095 0,146 0,11 0,13 0,095 0,409 0,257
kontrol D 0,467 0,497 0,516 0,503 0,486 0,489
Lampiran 7. Data Biomassa Gracillaria sp. DATA T1 T2 T3 T4 T5 T6
KA KA ul 1 KA 500 500 502 503 507 508
ul 2 500 501 503 503 506 510
Berat Basah (gr) KB KB ul 1 KB ul 2 500 500 500 501 500 501 501 502 501 502 502 503
KC KC ul 1 KC 500 500 500 500 501 501
ul 2 500 501 501 503 503 504
Lampiran 8. Uji Statistik Kandungan Unsur Hara Media 1. Uji statistik kandungan NO 3 SK Kelompok Perlakuan Kelompok (Perlakuan) Waktu Perlakuan*Waktu Sisa Total
db 1 2 2 5 10 15 35
JK 0.040154 0.412742 0.031653 0.793392 0.078056 0.1406 1.496597
KT 0.04015438 0.206370795 0.01582645 0.158678368 0.007805573 0.009373343 -
Pr 0.0001 0.0001 -
Uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) a. Uji BNT terhadap tiga perlakuan Grup A B B
µ 1,73717 1,51352 1,5067
Perlakuan KA KC KB
b. Uji BNT terhadap hari penelitian Grup
D D
A B B C C
µ 1,8202 1,67874 1,66418 1,50465 1,46382 1,38321
Hari 9 15 3 0 6 12
2. Uji statistik kandungan NH 3 SK Kelompok Perlakuan Kelompok (Perlakuan) Waktu Perlakuan*Waktu Sisa Total
db 1 2 2 5 10 15 35
JK 0,00130653 0,0115173 0,00003587 0,20888601 0,05043965 0,0139001 0,28608546
Uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) a. Uji BNT terhadap tiga perlakuan Grup A B B
µ 0,15381 0,1258 0,11063
Perlakuan KA KC KB
KT 0,00130653 0,00575865 0,00001793 0,0417772 0,00504397 0,00092667 -
Pr 0,0108 0,0001 -
b. Uji BNT terhadap hari penelitian Grup A B B C C C
µ 0,28393 0,14627 0,13532 0,08412 0,07916 0,05166
Hari 0 15 3 12 6 9
3. Uji statistik kandungan NO 2 SK Kelompok Perlakuan Kelompok (Perlakuan) Waktu Perlakuan*Waktu Sisa Total
db 1 2 2 5 10 15 35
JK 0,00076544 0,01163709 0,00723772 1,45174532 0,16766222 0,08710588 1,72615367
KT 0,00076544 0,005818545 0,00361886 0,290349064 0,016766222 0,005807059 -
Pr 0,3904 0,0001 -
Uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) a. Uji BNT terhadap hari penelitian Grup A B C C D D
µ 0,67437 0,547 0,44467 0,44253 0,155 0,11483
Hari 0 3 9 6 15 12
4. Uji statistik kandungan PO 4 SK Kelompok Perlakuan Kelompok (Perlakuan) Waktu Perlakuan*Waktu Sisa Total
db 1 2 2 5 10 15 35
JK 0,005776 0,10224201 0,00250467 0,88463807 0,16551802 0,02193033 1,1826091
KT 0,005776 0,051121005 0,001252335 0,176927614 0,016551802 0,001462022 -
Pr 0,0001 0,0001 -
Uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) a. Uji BNT terhadap tiga perlakuan Grup A B B
µ 0,316 0,208 0,1985
Perlakuan KA KB KC
b. Uji BNT terhadap hari penelitian Grup A B C C D D
µ 0,54733 0,33317 0,20233 0,13183 0,11867 0,11167
Hari 0 15 3 9 6 12
Lampiran 9. Uji Statistik Biomassa Gracillaria sp. SK Kelompok Perlakuan Kelompok (Perlakuan) Waktu Perlakuan*Waktu Sisa Total
db 1 2 2 5 10 15 35
JK 0,00001184 0,00000548 0,00002694 0,00007062 0,00000709 0,00003239 0,00015436
KT 0,00001184 0,00000274 0,00001347 0,000014124 0,000000709 2,15933E-06 -
Pr 0,3097 0,002 -
Uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) a. Uji BNT hari penelitian terhadap biomassa Gracillaria sp. Grup B B
A A C C C C
µ 3,7029956 3,7018509 3,7007026 3,6999812 3,6994039 3,69897
Hari 15 12 9 6 3 0