L
TUGAS AKHIR – RE091324
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DI KECAMATAN TANGGULANGIN, KABUPATEN SIDOARJO, PROVINSI JAWA TIMUR EASTER DEBORA NRP 3310 100 095 DOSEN PEMBIMBING Ir. Eddy S. Soedjono, M.Sc., Ph. D.
PROGRAM SARJANA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014
L FINAL PROJECT – RE091324
STUDY FEASIBILITY DEVELOPMENT OF WATER DRINKING SYSTEM IN TANGGULANGIN DISTRICT, SIDOARJO REGENCY, PROVINCE OF EAST JAVA EASTER DEBORA NRP 3310 100 095 SUPERVISOR Ir. Eddy S. Soedjono, M.Sc., Ph. D.
BACHELOR PROGRAM DEPARTMENT OF ENVIRONMENTAL ENGINEERING FACULTY OF CIVIL AND PLANNING INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014
STUDI KELA YAKAN PENGEtvlBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DI KECAMATAN T ANGGULANGIN, KABUP ATEN SIDOARJO, PROVINSI JAWA TirvtUR
TUGASAKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Satjana Teknik Lingkungan
pada Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Scpuluh Nopcmbcr Oleh: EASTER DEBORA NRP . 3310.100.095
Disetujui oleh: Pembimbing Tugas Akhir
\ ·'===;:::;;.-
i STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DI KECAMATAN TANGGULANGIN, KABUPATEN SIDOARJO, PROVINSI JAWA TIMUR
Nama Mahasiswa NRP Dosen Pembimbing
: Easter Debora : 3310 100 095 : Ir. Eddy S. Soedjono, M.Sc., Ph. D.
ABSTRAK Salah satu desa dengan organisasi HIPPAM terbaik di Kabupaten Sidoarjo, yang telah beroperasi selama 10 tahun, adalah HIPPAM Tirto Barokah yang terletak di Desa Putat, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan jumlah rumah di daerah tersebut, persentase pelayanan baru mencapai 30%. Berdasarkan wawancara dengan Departemen Pekerjaan Umum (PU) Pemukiman, debit air berdasarkan geolistrik 2004 adalah 25 L / detik, sedangkan kebutuhan pelanggan saat ini mencapai 3.04 L / detik. Oleh karena itu, layanan di HIPPAM Tirto Barokah harus dikembangkan dengan memaksimalkan kemampuan sumur. Melihat terhambatnya pengembangan sistem penyediaan air minum ini karena biaya pemasangan sambungan rumah (SR) yang cukup mahal bagi masyarakat, maka diperlukan alternatif pengembangan. Alternatif pengembangan ini menyangkut biaya kemampuan warga dalam membayar pemasangan SR apabila dibantu dari kas organisasi HIPPAM. Alternatif dilakukan dengan menggunakan 3 skenario (alternatif) pengembangan. Analisa teknis dilakukan dengan software Epanet dan analisis biaya dengan BCR dan NPV. Pengembangan dengan 3 skenario dilakukan berdasarkan variasi jumlah pelanggan, yaitu skenario 1, penambahan jumlah
ii pelanggan sebanyak 14 SR; Skenario 2, penambahan jumlah pelanggan sebanyak 37 SR; dan Skenario 3 penambahan jumlah pelanggan sebanyak 48 SR. Berdasarkan analisis teknis dengan menggunakan software Epanet, pada parameter kecepatan, diperlukan penambahan kebutuhan air agar kecepatan dapat memenuhi pipa eksisting, sedangkan untuk memenuhi parameter tekanan, pada skenario 2 dan 3 diperlukan penambahan tekanan. Dari segi biaya, dengan menggunakan analisis BCR dan NPV, agar organisasi tidak mengalami kerugian, maka didapatkan biaya SR pada setiap skenario, yaitu tidak ada biaya SR (skenario 1), Rp 247.600,00 (skenario 2), dan Rp 341.000,00 (skenario 3).
Kata kunci: HIPPAM, pengembangan, SR, dan biaya kas
iii STUDY FEASIBILITY DEVELOPMENT OF WATER DRINKING SYSTEM IN TANGGULANGIN DISTRICT, SIDOARJO REGENCY, PROVINCE OF EAST JAVA
Nama Mahasiswa NRP Dosen Pembimbing
: Easter Debora : 3310 100 095 : Ir. Eddy S. Soedjono, M.Sc., Ph. D.
ABSTRACT One of the village with the best HIPPAM organization in Sidoarjo is HIPPAM Tirto Barokah located in Putat Village, Tanggulangin District, Sidoarjo Regency that has been operating for 10 years. From number of houses in that area, the percentage of drinking water supply services has reached 30%. Based on interview with the Department of Public Works (PU) Settlements, the water debit based on geoelectric 2004 is 2-5 L / sec, while the needs of today's customers reached 3.04 L / sec. Therefore, services in HIPPAM Tirto Barokah should be developed by maximizing the ability of the well. Knowing that the delay of drinking water supply system development is caused by the high cost of installation, it is necessary to find the alternative of water supply system development. This alternative involves the development of the ability of citizens to pay the cost of installation if aided by HIPPAM organization cash. The determination is done by using 3 alternative development scenarios, whereas technical analysis is done by Epanet software and cost analysis with BCR and NPV. Alternative scenarios developed based on variation of the amount of customers, i.e scenario 1, the addition of number of customers for 14 SR, scenario 2 the addition of number of customers for 37
iv SR, and scenario 3 the addition of number of customers for 48 SR. Based on technical analysis using software Epanet, speed parameter indicates that the needs of water should be added so that the speed can full filled the existing pipe, while to meet the the pressure parameter, in scenario 2 and 3 it is required the addition of pressure. In terms of cost, by using the BCR and NPV analysis, in order to avoided the organization loss, it is known that the cost of SR in each scenario is : no charge SR (scenario 1), Rp 247,600.00 (scenario 2), and Rp 341,000.00 (scenario 3).
Keywords: HIPPAM, development, household connection, and cash costs
v
KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan berkahNya laporan tugas akhir dengan judul “Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan laporan ini, penyusun menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. 2.
3. 4.
5. 6. 7. 8.
Allah Bapa atas segala rahmat dan hikmat yang diberikan kepada saya. Bapak dan Mama yang selalu ikhlas mendoakan agar anaknya selalu baik-baik saja. Terima kasih atas dukungan dan nasehatnya selama ini. Maaf jika penulis sering membuat repot sekeluarga. Kak Linda, Bang Resvan, Kak Beth, dan Kak Yanti, yang selalu memperhatikan penyusun Bapak Ir. Eddy S. Seodjono, M. Sc., Ph. D. selaku dosen pembimbing, terima kasih atas nasehat, waktu, dan doa bagi penulis dalam membimbing penulis. Bapak Welly Herumurti, S.T, M.Sc. selaku dosen wali, terima kasih atas segala bantuan, ilmu, dan waktu yang telah diberikan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Bapak Dr. Ali Masduqi, S.T., M.T. dan Bapak Alfan Purnomo, S.T. selaku dosen penguji, terima kasih atas pengarahan dan bimbingan yang telah diberikan. Bapak Sultoni, Bapak Ismail, Perangkat Desa, dan Masyarakat Desa Putat, Kabupaten Sidoarjo yang telah membantu saya dalam mengumpulkan data Teman-teman satu geng air minum, Fahir, Mas Bakul, Hani, Mega, saya mengucapkan banyak terima kasih atas dukungannya dan bimbingan bagi penulis. Teman-teman angkatan REBEL yang mendukung dalam setiap gerak langkah saya. Khususnya kepada Endah, Togar, Oko, Dede, Lidya, dan Ervin yang telah membantu saya
vi dalam mensurvei. Khusnul yang telah menemani menginap di Sidoarjo. Penyusunan laporan ini telah diusahakan semaksimal mungkin, namun sebagaimana manusia biasa tentunya masih terdapat kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan.
Surabaya, 7 Agustus 2014
vii
DAFTAR ISI ABSTRAK ..................................................................................... i ABSTRACT .................................................................................iii KATA PENGANTAR................................................................... v DAFTAR ISI ...............................................................................vii DAFTAR TABEL ........................................................................ xi DAFTAR GAMBAR .................................................................xiii BAB 1 PENDAHULUAN............................................................. 1 1.1 Latar Belakang .............................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................... 3 1.3 Tujuan............................................................................ 3 1.4 Manfaat.......................................................................... 3 1.5 Ruang Lingkup Perencanaan ......................................... 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................... 5 2.1 Penyediaan Air Minum ................................................. 5 2.2 Prinsip Penyediaan Air Minum ..................................... 5 2.3 Ssistem Penyediaan Air Bersih ..................................... 6 2.4 Fluktuasi Kebutuhan Air ............................................... 6 2.4.1 Kebutuhan air rata-rata harian (Qave h) ....................... 6 2.4.2 Kebutuhan air hari maksimum (Qhm)......................... 7 2.4.3 Kebutukan air jam maksimum (Qjm) ......................... 7 2.5 Sistem Perpipaan Distribusi .......................................... 7 2.6 Sistem Penyaluran Air ................................................... 8 2.6.1 Waktu Pengaliran ...................................................... 8 2.6.2 Sistem Distribusi ....................................................... 9 2.6.3 Sumber Air Baku ..................................................... 10 2.7 Air Bawah Tanah......................................................... 10
viii 2.7.1 Sumur Bor Dangkal ................................................. 11 2.7.2 Sumur Bor Dalam .................................................... 11 2.7.3 Konservasi Air Tanah .............................................. 12 2.8 Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) 13 2.9 Studi Kelayakan Pengembangan SPAM ..................... 13 2.10 Tekanan air dan Kecepatan Aliran .............................. 14 2.11 Software Epanet........................................................... 15 2.12 Metode Kelayakan Investasi ........................................ 15 2.12.1 Net Present Velue (NPV) .................................... 16 2.12.2 Benefit Cost Ratio (BCR) .................................... 16 2.13 Gambaran Umum Wilayah .......................................... 17 BAB 3 METODE PERENCANAAN.......................................... 23 3.1 Umum .......................................................................... 23 3.2 Perizinan ...................................................................... 25 3.3 Studi Literatur .............................................................. 26 3.4 Pengumpulan Data....................................................... 26 3.5 Analisa dan Pembahasan ............................................. 29 3.5.1 Analisis Teknis ........................................................ 29 3.5.2 Analisis kelayakan ................................................... 30 3.5.3 Pembahasan ............................................................. 30 3.6 Kesimpulan dan Saran ................................................. 31 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN................................. 33 4.1 Rencana Pengembangan Sistem Distribusi ................. 33 4.2 Hasil Kuesioner ........................................................... 33 4.3 Jaringan Eksisting ........................................................ 36 4.4 Analisis Pengembangan Sistem Jaringan .................... 38 4.4.1 Skenario Pengembangan 1....................................... 39
ix 4.4.2 Skenario Pengembangan 2 ...................................... 41 4.4.3 Skenario Pengembangan 3 ...................................... 43 4.4.4 Jumlah Pelanggan .................................................... 45 4.5 Analisis Epanet ............................................................ 46 4.5.1 Analisis Epanet Skenario 1...................................... 46 4.5.2 Analisis Epanet Skenario 2...................................... 55 4.5.3 Analisis Epanet Skenario 3...................................... 56 4.6 Tangki Air ................................................................... 59 4.7 Analisis Biaya.............................................................. 67 4.7.1 Rencana Anggaran Biaya ........................................ 68 4.7.2 Analisis Kelayakan Investasi ................................... 73 4.8 Pengembangan di Desa Ngaban .................................. 82 4.8.2 Analisis Epanet ........................................................ 85 4.8.3 Tangki Air ............................................................... 89 4.8.4 Pengadaan Pipa........................................................ 90 4.8.5 Re-desain Jaringan Eksisting ................................... 92 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................... 101 5.1 Kesimpulan................................................................ 101 5.2 Saran .......................................................................... 101 DAFTAR PUSTAKA................................................................. xvi LAMPIRAN ..............................................................................xvii
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Batas Wilayah Administrasi Desa Putat .................. 18 Gambar 2.2 Peta Jaringan Pipa Induk ......................................... 21 Gambar 3.1 Kerangka Perencanaan ............................................ 25 Gambar 4.1 Persentase Minat SR ................................................ 34 Gambar 4.2 Persentase Keinginan SR Setiap RT ........................ 34 Gambar 4.3 Persentase Alasan Tidak Memakai HIPPAM .......... 35 Gambar 4.4 Persentase Kesanggupan Biaya Sambungan ........... 35 Gambar 4.5 Sistem Jaringan Eksisting HIPPAM Tirto Barokah 36 Gambar 4.6 Kebutuhan Peningkatan Tekanan ............................ 47 Gambar 4.7 Analisis Epanet Skenario 1 ...................................... 48 Gambar 4.8 Analisis Epanet Skenario 2 ...................................... 57 Gambar 4.9 Analisis Epanet Skenario 3 ...................................... 58 Gambar 4.10 Sketsa Aliran Air Menuju Tandon......................... 59 Gambar 4.11 Grafik Pompa......................................................... 63 Gambar 4.12 Persentase Minat SR di Desa Ngaban ................... 83 Gambar 4.13 Persentase Alasan Tidak Minat SR di Desa Ngaban ..................................................................................................... 83 Gambar 4.14 Analisis Epanet Pengembangan di Desa Ngaban .. 87 Gambar 4.15 Analisis Epanet Re-desain Pipa Skenario 3 ........... 97 Gambar 4.16 Analisis Pipa Primer Pengembangan di Desa Ngaban ........................................................................................ 99
xi
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tekanan yang Dibutuhkan Alat Plambing .................. 14 Tabel 2.2 Data Pelanggan Setiap RT........................................... 19 Tabel 3.1 Jumlah Kuesioner Setiap RT ....................................... 27 Tabel 4.1 Pengguna HIPPAM per Tahun .................................... 38 Tabel 4.2 Pengembangan SR Setiap Tahun Skenario 1 .............. 39 Tabel 4.3 Pengembangan SR Setiap Tahun Skenario 2 .............. 42 Tabel 4.4 Pengembangan SR Setiap Tahun Skenario 3 .............. 44 Tabel 4.5 Jumlah Pelanggan SR Per Skenario ............................ 46 Tabel 4.6 Hasil Analisis Epanet Skenario 1 ................................ 49 Tabel 4.7 Head Pompa Setiap Skenario ...................................... 62 Tabel 4.8 Pemompaan Tangki Air .............................................. 64 Tabel 4.9 Waktu Pemompaan dan Volume Tangki..................... 66 Tabel 4.10 Perhitungan Volume Galian Pipa Setiap Skenario .... 68 Tabel 4.11 Perhitungan RAB Galian Tanah Skenario 1.............. 69 Tabel 4.12 Perhitungan RAB Perpipaan Skenario 1 ................... 69 Tabel 4.13 Perhitungan RAB Galian Tanah Skenario 2.............. 70 Tabel 4.14 Perhitungan RAB Perpipaan Skenario 2 ................... 71 Tabel 4.15 Perhitungan RAB Galian Tanah Skenario 3.............. 72 Tabel 4.16 Perhitungan RAB Perpipaan Skenario 3 ................... 72 Tabel 4.17 Analisis Kelayakan Biaya BCR dan NPV Setiap Skenario....................................................................................... 75 Tabel 4.18 Bill of Quality (BOQ) Perpipaan ............................... 90 Tabel 4.19 Bill of Quality (BOQ) Aksesoris ............................... 91 Tabel 4.20 Bill of Quality (BOQ) Galian Pipa ............................ 92 Tabel 4.21 Redisain Diameter Pipa Primer Desa Putat ............... 93 Tabel 4.22 Desain Pipa Primer Desa Ngaban ............................. 95
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sanitasi terdiri dari air minum, sampah, dan saluran drainase. Sanitasi merupakan salah satu pokok dalam menjaga kesehatan tubuh. Banyak penyakit yang dapat disebabkan oleh sanitasi yang tidak memadai, praktek kebersihan yang buruk, kepadatan penduduk yang berlebihan, serta air yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit terkait dengan ini meliputi disentri, kolera dan penyakit diare lainnya, dan sebgainya (UI, 2010). Menurut data yang terdapat di Puskesmas Provinsi Jawa Timur, penyakit diare masuk kedalam 10 penyakit dominan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, terdapat 3.076 pasien, kemudian pada tahun 2009 meningkat menjadi 102.499 pasien. Peningkatan jumlah penyakit ini dapat disebabkan penggunaan air sumur dimana ada kemungkinan adanya kontaminasi air limbah yang tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan sistem perpipaan untuk pendistribusian air. Target MDGs pelayanan air minum perpipaan tahun 2015 adalah sebesar 80% untuk perkotaan, 40% untuk pedesaan dan 62% untuk perkotaan dan pedesaan. Di Provinsi Jawa Timur pelayanan air bersih pada tahun 2010 baru mencapai 44,78% untuk perkotaan dan 15,8% untuk pedesaan. Penyediaan air minum telah banyak dilakukan oleh pemerintah, salah satunya melalui Perusahaan daerah Air Minum (PDAM) sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun usaha ini belum maksimal hasilnya, karena masih sering dijumpai warga desa/kelurahan yang kesulitan untuk mendapatkan air minum (Saparuddin, 2005). Pada perencanaan ini dilakukan di Kabupaten Sidoarjo yang merupakan salah satu kabupaten yang memerlukan bantuan dalam 1
2 penyediaan air bersih. Wilayah perkotaan di Sidoarjo dilayani oleh PDAM Delta Tirta dan masih sedikit melayani wilayah pedesaan. Melihat persentase pelayanan oleh PDAM Delta Tirta adalah 30%, maka diperlukan tindakan lebih lanjut untuk menangani wilayah pedesaan. Menurut Sapparudin (2005), pembangunan partisipatif dengan melibatkan masyarakat dapat mempercepat pencapaian tingkat pelayanan air minum. Berdasarkan Instruksi Gubernur Jawa Timur Nomor 09 Tahun 1989 tentang Pembentukan Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (HIPPAM) di Jawa Timur, maka dibentuklah HIPPAM untuk menangani pelayanan pedesaan berbasis masyarakat. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan perencanaan yang tepat dalam merencanakan HIPPAM dan berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Sidoarjo. Salah satu desa dengan organisasi HIPPAM yang telah beroprasi selama 10 tahun, yaitu HIPPAM Tirto Barokah di Desa Putat, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. HIPPAM ini merupakan salah satu HIPPAM terbaik di Kabupaten Sidoarjo. Pada setiap tahunnya terdapat pertambahan penduduk yang terlayani. Hingga saat ini terdapat 233 sambungan rumah (SR). Berdasarkan jumlah pelayanan, maka persentase pelayanan mencapai 30%. Hasil wawancara dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Cipta Karya, debit yang diketahui berdasarkan hasil geolistrik tahun 2004 adalah 2-5 L/dtk, sedangkan kebututuhan pelanggan saat ini baru mencapai 3,04 L/dtk. Oleh karena itu, pelayanan HIPPAM Tirto Barokah perlu dikembangkan dengan memanfaatkan kemampuan sumur secara maksimal. Melihat terhambatnya pengembangan sistem penyediaan air minum ini karena biaya pemasangan dan iuran yang cukup mahal bagi masyarakat, maka diperlukan suatu strategi. Strategi pengembangan ini menyangkut biaya kemampuan warga dalam membayar pemasangan apabila dibantu dari kas organisasi HIPPAM. Dengan adanya bantuan dana dari kas HIPPAM harapannya dapat meringankan beban masyarakat yang membutuhkan air perpipaan ini.
3
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini untuk melakukan pengembangan sistem penyaluran air bersih HIPPAM Tirto Barokah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pengembangan distribusi air bersih dengan melihat kondisi eksisting sarana yang ada? 2. Manakah alternatif pengembangan yang layak untuk dilakukan jika dibantu kas HIPPAM? 3. Berapakah biaya pemasangan dan iuran jika dibantu dengan dana kas HIPPAM? 1.3
Tujuan
Tujuan dari perencanaan ini, yaitu: 1. Menentukan rencana pengembangan distribusi air bersih di Desa Putat. 2. Menentukan kelayakan alternatif pengembangan dari segi teknis, yaitu tekanan dan kecepatan aliran pipa, dan aspek biaya dengan bantuan kas HIPPAM. 3. Menentukan biaya pemasangan sambungan rumah (SR). 1.4
Manfaat
Manfaat dari perencanaan ini adalah sebagai berikut: 1. Membantu HIPPAM Tirto Barokah dalam memberikan solusi dalam pengembangan distribusi air kepada masyarakat Desa Putat. 2. Memberikan solusi kepada Dinas Pekerjaan Umum (PU) mengenai permasalahan dalam mengembangkan HIPPAM.
4 1.5
Ruang Lingkup Perencanaan
Ruang lingkup dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan ini meliputi analisis tekanan dan kecepatan untuk daerah pengembangan dengan mempertimbangkan sistem eksisting, analisis kelayakan berdasarkan aspek teknis, yaitu tekanan dan kecepatan, serta aspek biaya, yaitu dengan bantuan kas HIPPAM. 2. Perencanaan ini dilakukan dari bulan April-Juni 2014 dan dilakukan untuk mengembangkan distribusi air minum perpipaan di Desa Putat, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo. Selain itu, dilakukan studi kemungkinan pengembangan di Desa Ngaban, Kecamatan Tanggulangin. 3. Aspek yang ditinjau adalah aspek teknis dan biaya. 4. Aspek teknis meliputi analisis tekanan dan kecepatan dilakukan dengan menggunakan software Epanet. 5. Aspek biaya meliputi biaya pengeluaran untuk pemasangan pipa SR pada daerah pengembangan. 6. Perencanaan pengembangan jaringan dilakukan dengan memperhatikan hasil kuesioner.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penyediaan Air Minum
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 16 Tahun 2005 mengenai pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. 2.2
Prinsip Penyediaan Air Minum
Prinsi-prinsip dalam penyediaan air minum (Masduqi, 2012), yaitu: a. Kuantitas Jumlah air yang tersedia harus dapat memenuhi kebutuhan standar, seperti untuk minum, (masak), mandi, mencuci, dan kebutuhan rumah tangga lainnya. b. Kualitas Air harus memenuhi kualitas sebagaimana ditentukan dalam standar kualitas air minum. Tujuannya adalah agar konsumen memperoleh air yang cukup aman bagi kesehatan. c. Kontinyuitas Air yang tersedia harus dapat memenuhi kebutuhan konsumen dalam waktu terus-menerus (kontinyu selama 24 jam per hari sepanjang tahun). d. Keterjangkauan Air yang disediakan harus dapat dijangkau oleh masyarakat dengan mudah atau dengan biaya yang wajar.
5
6 2.3
Ssistem Penyediaan Air Bersih
Sistem transmisi air bersih adalah sistem perpipaan dari bangunan pengambilan air baku ke bangunan pengolahan air bersih. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan sistem transmisi adalah:
a. b. c. d.
Tipe pengaliran jaringan pipa transmisi Menentukan tempat bak pelepas tekan. Menghitung panjang dan diameter pipa Jalur pipa sebaiknya mengikuti jalan raya dan dipilih jalur yang tidak memerlukan banyak perlengkapan. e. Perlengkapan yang ada pada sistem transmisi perpipaan air bersih, yaitu wash out, air valve, blow off, gate valve, dan pompa (Nelwan, 2013). 2.4
Fluktuasi Kebutuhan Air
Pada umumnya masyarakat Indonesia melakukan aktivitas penggunaan air pada pagi dan sore hari dengan konsumsi lebih banyak daripada waktu-waktu lainnya. Dari keseluruhan aktivitas dan konsumsi sehari itu dapat diketahui pemakaian rata-rata air. Dengan memasukkan besarnya faktor kehilangan air kedalam kebutuhan dasar, maka selanjutnya dapat disebut sebagai fluktuasi kebutuhan air. Dalam perhitungan, kebutuhan air didasarkan pada kebutuhan airhari maksimum dan kebutuhan air jam maksimum dengan referensi kebutuhan air rata-rata. 2.4.1
Kebutuhan air rata-rata harian (Qave h)
Banyaknya air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan domestik, non domestik dan ditambah dengan kehilangan air.
7 2.4.2
Kebutuhan air hari maksimum (Qhm)
Banyaknya air yang diperlukan terbesar pada sustu hari pada satu tahun dan berdasarkan pada Qrh. Untuk menghitung Qhm diperlukan faktor fluktuasi kebutuhan air maksimum. 𝑄ℎ𝑚 = 𝐹ℎ𝑚 𝑥𝑄𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 Dimana: Fhm = faktor harian maksimum = 115 % - 120 % 2.4.3
Kebutukan air jam maksimum (Qjm)
Banyaknya kebutuhan air terbesar pada saat jam tertentu dalam satu hari. 𝑄𝑗𝑚 = 𝐹𝑗𝑚 𝑥𝑄𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 Dimana : Fjm = faktor jam maksimum = 175% - 210%
2.5
Sistem Perpipaan Distribusi
Macam-macam pipa yang pada umumnya ada dan akan dipakai dalam perencanaan sistem distribusi air minum adalah sebagai berikut: a. Pipa Primer atau Pipa Induk (Supply Main Pipe) Pipa primer merupakan pipa yang berfungsi membawa air minum dari induk instalasi pengolahan dari reservoir distribusi ke suatu daerah pelayanan. Pipa primer ini mempunyai diameter yang relatif besar. b. Pipa Sekunder (Arterial Main Pipe) Pipa sekunder merupakan pipa yang disambung langsung pada pipa primer dan mempunyai diameter yang sama atau kurang dengan diameter pipa primer.
8 c. Pipa Tersier Pemasangan langsung pipa servis pada pipa primer tidak menguntungkan mengingat dapat terganggunya pengaliran air dalam pipa dan lalu lintas di daerah pemasangan. Pipa tersier dapat disambungkan langsung pada pipa sekunder. d. Pipa Servis atau Pipa Pemberi Air (Service Connection) Pipa sekunder atau tersier, yang dihubungkan pada sambungan rumah (konsumen). Pipa servis ini mempunyai diameter relatif kecil. 2.6
Sistem Penyaluran Air
Sistem penyaluran air merupakan sistem yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan para pelanggan. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi, yaitu waktu pelayanan dan cara distribusi (Agustina, 2007). 2.6.1
Waktu Pengaliran
Suplai air melalui pipa induk mempunyai dua macam sistem; yaitu: a. Continuous system Dalam sistem ini air minum yang disuplai ke konsumen mengalir terus menerus selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap saat dapat memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun. Sedang kerugiannya pemakaian air akan cenderung akan lebih boros dan bila terjadi sedikit kebocoran saja, maka jumlah air yang hilang akan sangat besar jumlahnya. b. Intermitten system Dalam sistem ini air bersih disuplai 2-4 jam pada pagi hari dan 2-4 jam pada sore hari. Kerugiannya adalah pelanggan air tidak bisa setiap saat mendapatkan air dan perlu menyediakan tempat penyimpanan air dan bila terjadi kebocoran maka air untuk fire fighter (pemadam kebakaran) akan sulit didapat.
9 Dimensi pipa yang digunakan akan lebih besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai dalam beberapa jam saja. Sedang keuntungannya adalah pemborosan air dapat dihindari dan juga sistem ini cocok untuk daerah dengan sumber air yang terbatas 2.6.2
Sistem Distribusi
Metode dari pendistribusian air tergantung pada kondisi topografi dari sumber air dan posisi para konsumen berada. Sistem pengaliran yang dipakai adalah sebagai berikut: a. Cara Gravitasi Cara pengaliran gravitasi digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini dianggap cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi. b. Cara Pemompaan Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke konsumen. Sistem ini digunakan jika elevasi antara sumber air atau instalasi pengolahan dan daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan yang cukup. c. Cara Gabungan Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat, misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi. Selama periode pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam reservoir distribusi. Karena reservoir distribusi digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata.
10 2.6.3
Sumber Air Baku
Alternatif sumber air terpilih harus dipertimbangkan terhadap aspek ekonomi dan kehandalan sumber. Pemilihan alternatif sumber air didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
2.7
Air sungai, umumnya memerlukan pengolahan untuk menghasilkan air minum, sehingga sumber air sungai baru dapat diperbandingkan dengan mata air, hanya apabila lokasi bangunan penyadap (intake) terletak dekat dengan daerah pelayanan Danau atau rawa, pengisiannya (inflow) umumnya berasal dari satu atau beberapa sungai. Alternatif sumber danau dapat diperbandingkan dengan air permukaan sungai apabila volume air danau jauh lebih besar dari aliran sungai-sungai yang bermuara kedalamnya, sehingga waktu tinggal yang lama (long detention time) dari aliran sungai ke danau menghasilkan suatu proses penjernihan alami (self purification) Mata air, sering dijumpai mengandung CO2 agresif yang tinggi yang walaupun tidak banyak berpengaruh pada kesehatan tetapi cukup berpengaruh pada bahan pipa (bersifat korosif) Air tanah dalam, dapat diajukan sebagai alternatif sumber air dalam hal air permukaan (sungai) telah terkontaminasi berat, mengingat kualitas air tanah secara bakteriologis lebih aman daripada air permukaan Air Bawah Tanah
Keberadaan ABT (Air Bawah Tanah) sangat tergantung besarnya curah hujan dan besarnya air yang dapat meresap kedalam tanah. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi litologi (batuan) dan geologi setempat. Kondisi tanah yang berpasir lepas atau batuan yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah infiltrasi air hujan kedalam formasi batuan. Dan sebaliknya
11 batuan dengan sementasi kuat dan kompak memiliki kemampuan untuk meresapkan air kecil. Dalam hal ini hampir semua curah hujan akan mengalir sebagai limpasan (runoff) dan terus ke laut. Faktor lainnya adalah perubahan lahan-lahan terbuka menjadi pemukiman dan industri, penebangan hutan tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi infiltrasi terutama bila terjadi pada daerah resapan (recharge area). 2.7.1
Sumur Bor Dangkal
Sumur bor dangkal pada umumnya memiliki kedalaman 20 s.d. 40 meter, terdapat banyak diperkotaan sampai kepedesaan. Sumur dangkal biasanya dipakai rumah tangga yang tidak terjangkau PAM dan usaha-usaha kecil yang membutuhkan air. Kedalaman sumur bor dangkal cenderung semakin dalam dari waktu ke waktu karena semakin banyaknya sumur bor yang bersaing mendapatkan debit air. Akibat pengurasan yang semakin besar tidak terkendali, kelembaban tanah sudah tidak stabil lagi. Pada musim kemarau tanah sangat kering karena resapan dipaksa cepat turun untuk dihisap sumur bor sehingga volume air tanah terkuras tidak seimbang dengan volume air yang meresap (Sitepu, 2008) 2.7.2
Sumur Bor Dalam
Sumur bor dalam umumnya memiliki kedalaman di bawah 100 meter. terdapat banyak diperkotaan, pemukiman, dan industri. Pembuatan sumur bor masih terkontrol dengan prosedur/peraturan yang mengharuskan izin pengeboran dan izin pemakaian dan izin pemakaian air bawah tanah (SIPA). Namun juga sudah dikhawatirkan kontrol terhadap penyedotan air bawah tanah dengan deep well ini tidak terawasi. Jika pemanfaatan sumur bor dalam tidak terkontrol berlangsung dalam waktu yang lama, maka akan terjadi kemungkinan, sebagai berikut:
a.
Penurunan muka tanah akibat pengosongan/lapisan air yang dalam waktu lama menjadi rongga bekas kawah air.
12
b. c. d.
Intruisi air dari laut mengisi kekosongan lapisan air yang dalam waktu lama menjadi rongga kawah kosong. Ini dapat terjadi pada daerah dekat ke pantai laut. Kedua-duanya yaitu penurunan muka tanah dan intruisi air laut. Jika ini terjadi maka sumur bor dalam tidak lagi berfungsi mendapatkan air tawar. Jelas akibat dari pengerusan air bawah tanah yang berlebihan, turut berpengaruh kepada struktur geologi setempat, rawan gempa/pergeseran lapisan setempat.
2.7.3
Konservasi Air Tanah
Dalam menjaga keberlangsungan air tanah, Direktorat Geologi Tata Lingkungan telah mengambil kebijakan dengan membuat pedoman mengenai Pengendalian dan Pengembalian Air Tanah (Harmandi dkk., 2000). Pengendalian pengambilan air tanah dilakukan dapat dilakukan pembagian zona, yaitu:
a.
b.
c.
Zona kritis untuk pengambilan air tanah pada akuifer 40-150 m. Pengambilan air tanah baru pada akuifer kedalaman kurang dari 40 m dan 40-50 m hanya diperuntukkan bagi keperluan rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m3/bulan. Pengambilan air tanah pada akuifer dengan kedalaman lebih dari 150 m diperbolehkan dengan terlebih dahulu melakukan pengeboran eksporasi Zona rawan untuk pengambilan air tanah pada akuifer kedalaman 40-150 m. Pengambilan air tanah baru pada akuifer kedalaman kurang dari 40 m hanya diperuntukkan bagi keperluan air minum dan rumah tangga dengan debit maksimum 100 m3/bulan, sedangkan pada kedalaman 40-150 m untuk keperluan selain industri dengan debit maksimum per sumur 60 m3/bulan Zona aman untuk pengambilan air tanah pada akuifer kedalaman 40-150 m. Pengambilan air tanah baru diperbolehkan dengan debit maksimum per sumur 170 m3/hari. Air tanah pada akuifer kedalaman kurang dari 40 m
13
d.
e.
diperuntukkan bagi keperluan air minum dan rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m3/bulan. Zona aman dengan produktifitas akuifer rendah sampai langka, apabila ditemukan hanya cukup untuk keperluan air minum, rumah tangga, dan lain keperluan dengan jumlah kebutuhan yang terbatas Zona resapan air tanah, tidak untuk dikembangkan bagi berbagai peruntukkan, kecuali untuk air minum dan rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m3/bulan. Untuk keperluan lain dapat dipertimbangkan setelah dilakukan pengkajian hidrologi.
Selain pembagian zona, konservasi air tanah juga dilakukan dengan pengaturan jarak antar sumur, yakni kurang dari 100 m (Harmandi dkk., 2006). Hal ini berdasarkan pada intensifnya penurunan muka air tanah. 2.8
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Berdasarkan Peraturan Menteri No. 18 Tahun 2007, pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hokum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. 2.9
Studi Kelayakan Pengembangan SPAM
Studi Kelayakan Pengembangan SPAM adalah suatu studi untuk mengetahui tingkat kelayakan usulan pembangunan sistem penyediaan air minum di suatu wilayah pelayanan ditinjau dari aspek teknis teknologis, lingkungan, social, budaya, ekonomi, kelembagaan, dan finansial.
14 2.10
Tekanan air dan Kecepatan Aliran
Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam pemakaian air. Tekanan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit terkena pancaan air serta mempercepat kerusakan peralatan plambing, dan menambah kemungkinan timbulnya pukulan air. Tabel 2.1 Tekanan yang Dibutuhkan Alat Plambing No.
Nama Alat Plambing
1. 2. 3.
Tekanan Diperlukan (kg/cm2) 0,7 0,4 0,7
yang
Katup gelontor kloset Katup gelontor peturasaan Kran yang menutup otomatik Pancuran mandi, dengan pancaran 4. 0,7 air halus 5. Pancuran mandi biasa 0,35 6. Kran biasa 0,3 Pemanasan air langsung, bahan 7. 0,25 – 0,7* bakar gas *) Tekanan minimal ditentukan oleh pabrik pembuatannya Sumber: RSNI T-01-2003
Di samping itu, beberapa macam peralatan plambing tidak dapat berfungsi dengan baik kalau tekanan airnya kurang dari suatu batas minimum. Kecepatan aliran air yang terlampau tinggi akan dapat menambah kemungkinan timbulnya pukulan air, dan menimbulkan suara berisik dan kadang-kadang menyebabkan ausnya permukaan dalam dari pipa. Biasanya digunakan standar kecepatan sebesar 0,9 sampai 1,2 m/detik, dan batas maksimumnya berkisar antara 1,5 sampai 2 m/detik (Noerbambang, 2005).
15 2.11
Software Epanet
Epanet 2.0 adalah program komputer yang berbasis windows yang merupakan program simulasi dari perkembangan waktu dari profil hidrolis dan perlakuan kualitas air bersih dalam suatu jaringan pipa distribusi, yang didalamnya terdiri dari titik/node/junction pipa, pompa, valve (asesoris) dan reservoir baik ground reservoar maupun reservoir menara. Dalam melakukan analisis dengan menggunakan software Epanet, maka diperlukan untuk memasukkan data. Data yang dibutuhkan adalah: a. peta jaringan b. node/junction/titik dari komponen distribusi. c. elevasi d. panjang pipa distribusi e. diameter dalam pipa f. jenis pipa yang digunakan g. spesifikasi pompa (bila menggunakan pompa) h. bentuk dan ukuran reservoir. i. beban masing-masing node (besarnya tapping) j. faktor fluktuasi pemakaian air k. konsentrasi khlor di sumber Output yang dihasilkan diantaranya adalah : a. hidrolik head masing - masing titik b. tekanan dan kualitas air. 2.12
Metode Kelayakan Investasi
Menurut Soeharto (2009), dalam menganalisis suatu investasi dari aspek finansial maka dapat dilakukan dengan metode Net Present Velue (NPV), Benefit Cost Rasio (BCR), Payback Periode (PP), Internal Rate Of Return (IRR).
16 2.12.1 Net Present Velue (NPV) Net Present Value (NPV) didasarkan pada konsep mendiskon seluruh aliran kas ke nilai sekarang. Dengan mendiskon semua aliran kas masuk dan kas keluar selama umur proyek ke nilai sekarang kemudian menghitung angka netto maka akan diketahui selisihnya. Cara menghitung NPV, yaitu: NPV
= ∑𝑛 𝑡=0
(𝐶)𝑡 (1+𝑖)𝑡
− ∑𝑛𝑡=0
(𝐶𝑜)𝑡 (1+𝑖)𝑡
Dimana : Npv = Nilai sekarang netto (C)t = Aliran kas masuk tahun ke t (Co)t = Aliran kas keluar tahun ke t n = Umur ekonomis proyek i = Suku bunga yang digunakan mencari NPV t = Waktu Indikasi kelayaan yang digunakan dengan rumus NPV: NPV>0, maka proyek layak dibangun. NPV=0,maka proyek pengembalian sama dengan investasi. NPV<0, maka proyek tidak layak dibangun. 2.12.2 Benefit Cost Ratio (BCR) Penggunaan Benefit Cost Ratio (BCR) sangat sering digunakan dalam mengevaluasi proyek proyek untuk kepentingan umum dan bukan kepentingan financial perusahaan,dalam hal ini penekanannya ditujukan pada manfaat (benefit). Cara menghitung BCR: BCR
=
(𝑃𝑉)𝐵 (𝑃𝑉)𝐶
17 Dimana : BCR = Perbandingan manfaat terhadap biaya (PV)B = Nilai sekarang manfaat (PC)C = Nilai sekarang biaya Ukuran kelayakan dari BCR adalah: BCR > 1, maka proyek layak dikerjakan BCR < 1, maka proyek tidak layak dikerjakan 2.13
Gambaran Umum Wilayah
Desa Putat merupakan salah satu desa di Kabupaten Sidoarjo Kecamatan Tanggulangin. Batas wilayah administrasi Desa Putat, yaitu: - Sebelah Utara : Desa Balongdowo - Sebelah Timur : Desa Kedungbanteng - Sebelah Selatan : Desa Kalidawir - Sebelah Barat : Desa Ngaban Desa ini berbatasan dengan Desa Ngaban, Kedungbanteng, Kedungbendo. Batas wilayah administrasi dapat dilihat pada Gambar. Desa Putat merupakan desa dengan luas 112,94 Ha dengan luas sawah sebesar 82,59 Ha. Menurut data BPS (2013), di Desa Putat, masyarakat umumnya bekerja sebagai petani dengan jumlah 191 orang dan buruh swasta dengan jumlah 1646 orang, sedangkan masyarakat Desa Ngaban yang merupakan petani sebanyak 18 orang dan buruh swasta sebanyak 2.373 orang.
18
Desa Balongdowo Desa Ngaban Desa Kedung banteng
Desa Kalidawir
Sumber: Google Earth
Gambar 2.1 Batas Wilayah Administrasi Desa Putat HIPPAM merupakan program penyediaan air pada desa-desa yang tidak terlayani oleh PDAM. Kegiatan ini dikelola oleh masyarakat yang dibentuk oleh Pemerintahan Desa demi memenuhu kebutuhan masyarakat akan air bersih. Di Desa Putat, pada tahun 2004, kegiatan ini dikelola oleh Badan Musyawarah (BAMUS) dan Badan Pelaksana (BAPEL). Akan tetapi dikarenakan keadaan yang tidak memungkinkan, maka tahun 2010 dibentuk organisasi tersendiri yang menangani HIPPAM Tirto Barokah. Perangkat organisasi HIPPAM, yaitu: Ketua : Muntoyyih Sekretaris : Sultoni Bendahara : Kayubi Bag. Teknis :- Ismail - Ardji
19 HIPPAM Tirto Barokah dimulai pada tahun 2004 dengan penanaman pipa induk, yaitu PVC sebesar 3 inchi. Sumur yang digunakan merupakan sumur artesis dengan kedalaman ± 80m dengan debit 2-5 L/dtk. Pembangunan ini dibantu oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya. Air yang berasal dari sumur akan dipompa menuju tandon yang berada ± 10 m dari atas tanah. Saat ini pompa yang digunakan adalah pompa Groundfos NF 30-18M. Sumur dan tandon HIPPAM berada di Balai Desa Putat. Pada tahun 2004, bantuan dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) hanyalah pada pipa utama sehingga perlu adanya inisiatif dari warga untuk memasang sambungan rumah (SR). Tahun 2005, Pemerintah Desa berdiskusi dengan warga sehingga tercetuslah sejumlah 53 warga yang mau memasang SR dengan harga Rp 275.000,00. Tahap awal ini merupakan sebagai pemicu warga lain agar melakukan pemasangan pipa dengan biaya swadaya masyarakat. Setiap tahunnya terdapat pertambahan SR yang merupakan permintaan masyrakat sekitar. Banyak faktor yang menjadi dasar permintaan ini, salah satunya yaitu kualitas air sumur dangkal yang memburuk dan mahalnya biaya listrik untuk pemompaan. Berdasarkan data BPS (2013), Desa Putat memiliki jumlah 916 kepala keluarga (KK). Pada tahun 2014, menurut data organisasi HIPPAM Tirto Barokah telah terdapat 233 sambungan rumah (SR). Masyarakat lainnya masih menggunakan air sumur dangkal karena menurut warga masih dapat digunakan. Jumlah pelanggan dari tahun 2009 hingga tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Data Pelanggan Setiap RT Nama RT RT 1 RT 2 RT 3
2009 1 2 8
2010 1 3 11
Tahun 2011 2012 15 18 7 7 24 25
2013 19 7 28
2014 21 7 28
20 Nama RT RT 4 RT 5 RT 6 RT 7 RT 8 RT 9 RT 10 RT 11 RT 12 Jumlah
2009 7 5 0 0 13 13 14 23 0 86
2010 7 5 0 1 18 13 16 26 0 101
Tahun 2011 2012 13 14 9 10 9 9 8 11 24 26 22 23 27 29 31 32 6 7 195 211
2013 16 12 9 14 28 24 30 32 6 225
2014 16 12 9 16 28 26 32 32 5 232
Sumber: Data Organisasi HIPPAM Kenaikan drasistis pelanggan terjadi pada tahun 2010 ke tahun 2011. Hal ini disebabkan karena adanya bantuan dana dari pemerintah dalam memberikan sambungan dana secara gratis. Selain itu, adanya penambahan jaringan utama menyebabkan RT 6 dan RT 12 dapat terlayani. Hingga saat ini pemakaian air HIPPAM belum memaksimalkan sumber sumur. Berdasarkan data HIPPAM Tirto Barokah pada bulan Februari 2014, pemakaian air sumur yang digunakan oleh warga Desa Putat baru mencapai 262,82 m3/hari atau 3,04 L/detik. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan sumber air, maka diperlukan pengembangan distribusi sambungan rumah (SR) ke rumah warga. Jaringan distribusi dimulai dari air tandon melalui pipa induk kemudian langsung didistribusikan ke pipa SR. Gambar jaringan pipa dapat dilihat pada Gambar 2.2. Pipa yang digunakan untuk sambungan rumah merupakan pipa PVC dengan diameter 3/4
21 inchi. Pada setiap SR telah dipasang meter air untuk mengetahui volume yang dipakai oleh warga sehingga dapat diketahui biaya retribusinya. Biaya retribusi sebesar Rp 500,00 untuk setiap 1 m3 air yang digunakan dan Rp 2.000,00 untuk biaya oprasional pipa. Untuk pemasangan SR baru dikenakan biaya sebesar Rp 500.000,00 sedangkan menurut keterangan masyarakat untuk memasang jaringan baru PDAM membutuhkan biaya lebih dari Rp 1.000.000,00 dengan biaya air per m3 yang tinggi.
Gambar 2.2 Peta Jaringan Pipa Induk
22
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
“
BAB 3 METODE PERENCANAAN 3.1
Umum
Penyusunan metode perencanaan ini adalah untuk memperoleh gambaran langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan selama proses perencanaan. Metode disusun berdasarkan langkahlangkah awal, yaitu pengumpulan data sampai perencanaan akhir. Perencanaan ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan suatu pengembangan dengan melihat sisi teknis dan juga biaya. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka tahapan kegiatan dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu dimulai dari ide tugas akhir, perijinan, pengumpulan data (primer dan sekunder), studi literatur, analisa data, kemudian pembahasan untuk mendapatkan rancangan. Berdasarkan hal tersebut, kerangka dan diagram alir perencanaan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.1. Judul Tugas Akhir : Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo
Kondisi Eksisting: Persentase pelayanan 30% Biaya pemasangan dianggap mahal
GAP
A 23
Kondisi Ideal: Penggunaan air sumur secara maksimal Biaya disesuaikan dengan kemampuan warga
24 A
a. b. c. d.
Studi Literatur : Dasar-dasar perencanaan jaringan distribusi air minum Dasar-dasar perhitungan kebutuhan air Dasar-dasar penyaluran air bersih perpipaan Modul Epanet
Perijinan : Bakesbangpolonmas Kabupaten Sidoarjo Pemerintah Kecamatan Tanggulangin Pemerintah Desa Putat Organisasi HIPPAM Tirto Barokah
Pengumpulan Data : 1. Data Primer Observasi dan pengamatan langsung di lapangan Pendapat masyarakat mengenai perencanaan sistem penyediaan air Kemampuan ekonomi masyarakat Data elevasi tanah Data jumlah rumah 2. Data Sekunder Data keuangan organisasi HIPPAM Data jumlah penduduk Data kebutuhan air
B
25 B
Analisa dan Pembahasan Data
Kesimpulan dan Saran
Penyusunan Laporan Gambar 3.1 Kerangka Perencanaan
3.2
Perizinan
Tahap kegiatan awal yang dilakukan, yaitu perijinan untuk kegiatan pengumpulan data. Surat ijin diberikan oleh Jurusan Teknik Lingkungan untuk perijian kepada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbangpol Linmas) Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan ijin dari Bakesbangpol Linmas Provinsi Jawa Timur kemudian dilakukan perijinan ke Bakesbangpo Linmas Kabupaten Sidoarjo. Tahap selanjutnya dengan melakukan perijinan yang ditujukan kepada instansi terkait, yaitu Pemerintah Kecamatan Tanggulangin, Himpunan Penduduk Pengguna Air Minum (HIPPAM) Tirto Barokah. Selain untuk melakukan pengumpulan data, perijinan juga dilakukan ke Pemerintah Desa Putat untuk melakukan pembagian kuisioner.
26 3.3
Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendukung penyelesaian masalah dalam perencanaan dari tahap awal hingga penyusunan laporan. Studi literatur yang digunakan, yaitu buku, jurnail ilmuah, laporan perencanaan sebelumnya, dan publikasi lainnya. Adapun materi literatur yang perlu diperhatikan dalam perencanaan ini, yaitu: a. Dasar-dasar perencanaan jaringan distribusi air minum b. Dasar-dasar perhitungan kebutuhan air c. Dasar-dasar penyaluran air bersih perpipaan d. Modul Epanet 2.0 3.4
Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam rencanaan ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan dengan observasi atau pengamatan di lapangan dan dilakukan secara langsung. Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari instansi terkait. Data yang dibuthkan, yaitu: a. Data primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi dan pengamatan langsung di lapangan dan melalui kuisioner. Observasi dan pengamatan langsung dilakukan untuk mendapatkan data secara langsung ke Desa Putat, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Data yang diambil, yaitu elevasi tanah, jaringan pipa eksisting, kondisi lingkungan sekitar, dan wilayah pelayanan untuk perencanaan sistem penyaluran air. Kuesioner bertujuan untuk mengetahui pendapat masyarakat sekitar mengenai perencanaan sistem penyaluran air. Melalui kuesioner, akan diketahui keinginan masyarakat dalam memasang sambungan rumah (SR) air HIPPAM. Sebelumnya dilakukan pendataan awal, yaitu mengetahui secara rata kemauan masyarakat untuk dipasang
27 sambungan air dari HIPPAM. Hal ini dilakukan dengan cara pembagian kuesioner awal terhadap semua Rukun Tetangga (RT) sebanyak 5 rumah dan juga dengan wawancara secara langsung. Pembagian kusioner dan wawancara dilakukan dengan random sampling. Random sampling dilihat berdasarkan lokasi rumah responden. Pemilihan rumah yang berada di pinggir jalan, di tengah, dan di belakang, dan dengan bersela. Hal ini dilakukan agar didapatkan pendapat yang merata. Pada hasil pendataan awal, di RT 12 tidak terdapat warga yang berkeinginan untuk memasang air HIPPAM sehingga tidak dilakukan pendataan lebih lanjut di RT 12. Berdasarkan data awal, tersebut, maka dilakukan perhitungan secara statistika untuk mendapatkan jumlah kuesioner yang akan dibagikan pada setiap RT. Pehitungan ini menggunakan rumus: n sehingga didapatkan:
𝑁𝑃̂𝑄̂ , (𝑁−1)𝐷+𝑃̂𝑄̂
Tabel 3.1 Jumlah Kuesioner Setiap RT RT
Jumlah Rumah
1 2 3 4 5 6 7 8 9
81 66 73 62 75 49 67 58 45
NonJumlah pelanggan Kuisioner 60 59 45 46 63 40 51 30 19
25 31 22 27 32 21 24 18 15
Jumlah Realisasi Kuesioner 15 31 22 24 12 10 15 19 10
28
RT 10 11
Jumlah Rumah
NonJumlah pelanggan Kuisioner
45 13 53 21 Total Jumlah
10 16 236
Jumlah Realisasi Kuesioner 10 16 184
Pada prakteknya, jumlah kuesioner yang dibagikan pada masyarakat tidak sesuai dengan perhitungan. Hal ini dikarenakan adanya beberapa rumah yang kosong dan jarang ditempati oleh pemiliknya. Penyebaran kuesioner juga dilakukan di Desa Ngaban sebagai studi kemungkinan pengembangan air HIPPAM. Hal ini melihat kebutuhan masyarakat akan air perpipaan.
b. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan pendekatan kepada instansi-instansi terkait dan literatur untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam perencanaan. Adapun data yang dibutuhkan, yaitu: Data jumlah rumah terlayani oleh HIPPAM Tirto Barokah Fasilitas yang dimiliki oleh HIPPAM Tirto Barokah Data jumlah debit pemakaian air Data elevasi dan koordinat menggunakan Google Earth karena terdapat gangguan pada GPS. Data-data yang telah terkumpul, kemudian akan dianalisis menggunakan metode matematis dan secara deskriptif.
29 3.5
Analisa dan Pembahasan
Data-data yang telah didaptkan digunakan untuk analisa untuk pengembangan. Analisa teknis yang dilakukan berdasarkan jaringan eksisting dan pengembangan dengan melihat kriteria kecepatan dan tekanan. Kemudian dianalisis kembali dengan analisis biaya. 3.5.1
Analisis Teknis
a. Analisis jaringan eksisting Permodelan jalur distribusi eksisting akan dilakukan dengan menggunakan software Epanet 2.0. Analisis jaringan eksisting dilihat dengan kriteria kecepatan, yaitu 0,3 – 2 m/s. b. Analisis jaringan pengembangan Pengembangan dilakuan dengan proyeksi dalam jangka waktu 5 tahun ke depan. Jalur pengembangan akan dibuat dengan melihat hasil kuesioner warga. Penentuan arah pengembangan dilakukan dengan 3 skenario, yaitu: a. Perkembangan jumlah pelanggan setiap tahun sesuai dengan selisih rata-rata tiap tahun b. Perkembangan jumlah pelanggan selama 5 tahun memenuhi 35% permohonan permintaan sesuai dengan kuesioner c. Perkembangan jumlah pelanggan selama 5 tahun memenuhi 45% permohonan pengurangan biaya pemasangan sesuai dengan kuesioner. Berdasarkan skenario yang dibuat, maka didapatkan beberapa hasil melalui software Epanet. Setiap jalur yang akan dilayanai akan dilihat faktor tekanan dan kecepatan. Tekanan minimum yang dikehendaki, yaitu 5 m dimana tekanan tersebut melihat tekanan minum keran, sedangkan kecepatan yang dikehendaki, yaitu 0,3 – 2 m/s.
30 Setelah mengetahui alternatif pengembangan, maka dapat dilakukan analisis biaya, yaitu RAB dan BOQ sehingga dapat diketahui biaya retribusi kepada masyarakat. 3.5.2
Analisis kelayakan
Analisis kelayakan yang dilakukan terhadap dana kas organisasi HIPPAM sekarang dan analisis kelayakan biaya pada alternative daerah pengembangan. Analisis kelayakan organisasi merupakan perbandingan antara pendapatan dengan biaya perbaikan, operasi, dan perawatan. 𝑃𝑉 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 . Analisis kelayakan padat diketahui dengan rumus: 𝑃𝑉 𝐶𝑜𝑠𝑡
Dalam analisis kelayakan organisasi, nilai yang digunakan, yaitu 1,5. Apabila kelayakan cost and benefit organisasi lebih dari 1,5, maka sisa kas dapat disubsidi silang ke biaya pengembangan. Analisis kas dilihat berdasarkan pendapatan kas HIPPAM, yaitu dari rekening air, sedangkan biaya pengeluaran adalah biaya tetap setiap bulannya. Biaya pengembangan merupakan biaya yang dibutuhkan dalam mengembangan distribusi air, yaitu biaya yang harus dibayar oleh warga. Biaya tersebut termasuk biaya pipa, biaya meter air, dan biaya tenaga 3.5.3
Pembahasan
Perencanaan dilakukan setelah melakukan analisis jaringan eksisting, pengolahan data primer, dan sekunder. Perencanaan pengembangan dilakukan dengan menggunakan software Epanet 2.0 dengan penentuan wilayah pengembangan sesuai dengan analisis kuesioner sehingga wilayah yang memasang SR, merupakan pelanggan yang berminat untuk memasang SR. Perencanaan juga melihat pada biaya yang dibutuhkan dalam menyambung SR dan kemampuan HIPPAM dalam memberikan bantuan dana. Biaya ini nantinya akan menjadi iuran bagi masyarakat yang akan memasang SR.
31 3.6
Kesimpulan dan Saran
Pada akhir perencanaan ini akan dihasilkan kesimpulan dan saran. Hasil analisa dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan yang menjawab tujuan dan perumusan masalah perencanaan ini. Kesimpulan dari perencanaan ini, yaitu mengenai jalur pengembangan distribusi yang layak sesuai dengan biaya dan kemampuan masyarakat Desa Putat, Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, maka akan diketahui saran yang dapat direkomendasikan kepada perencanaan selanjutnya.
32
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Rencana Pengembangan Sistem Distribusi
Perencanaan pengembangan sistem distribusi air bersih di Desa Putat didasarkan untuk memaksimalkan sumber air yang ada. Pada hakekatnya, pengembangan dilakukan dengan melihat keinginan masyarakat untuk berlangganan air HIPPAM Tirto Barokah. Hal ini dapat diketahui melalui survei dengan metode wawancara dan kuesioner. Responden yang dipilih merupakan responden yang belum memakai air HIPPAM. Pada awalnya dilakukan pembagian kuesioner sebanyak 5 kuesioner di setiap Rukun Tetangga (RT) sebagai survei pendahuluan. Survei pendahuluan ini dilakukan untuk melihat secara garis besar keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap air HIPPAM. Survei pendahulan ini juga sebagai dasar penentuan jumlah kuesioner yang akan dibagikan disetiap RT. 4.2
Hasil Kuesioner
2. Berdasarkan keinginan masyarakat, maka didapatkan bahwa di setiap RT lebih banyak yang tidak ingin untuk memasang saluran air dari HIPPAM. Masyarakar yang menginginkan adanya sambungan rumah (SR) yang berasal dari HIPPAM sebanyak 35%, sedangkan yang tidak ingin SR sebanyak 65%.
33
34
Pesentase Minat SR 35% Ingin
65%
Tidak
Gambar 4.1 Persentase Minat SR 3. Berdasarkan masyarakat yang ingin memasang SR, maka dapat dilihat kemauan disetiap RT. Pada RT 1 tidak terdapat warga yang ingin memasang SR, sedangkan persentase keinginan untuk memasang SR paling banyak berada pada RT 8 dan 10.
Persentase Keinginan SR di Setiap RT 0% 13%
9%
3%
11%
14%
13%
7% 14%
13%
RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 5 RT 6 RT 7 RT 8 RT 9 RT 10 RT 11
3%
Gambar 4.2 Persentase Keinginan SR Setiap RT 4. Berdasarkan alasan masyarakat tidak memakai HIPPAM hingga saat ini, didapatkan beberapa alasan, seperti biaya, kualitas air HIPPAM yang kurang baik, sumur yang masih bagus, air sering mati, aliran kecil, dan lain-lain. Persentase
35 terbesar alasan masyarakat tidak memakai HIPPAM dikarenakan biaya yang cukup mahal, sedangkan biaya untuk kebutuhan lainnya tinggi. 1% 5%
Alasan tidak memakai HIPPAM Kualitas air HIPPAM kurang baik Biaya
14%
40%
Air sering mati
30%
Sumur masih bagus
10%
Aliran air kecil
Gambar 4.3 Persentase Alasan Tidak Memakai HIPPAM 5. Berdasarkan kemampuan masyarakat dalam membayar sambungan, maka didapatkan beragam biaya yang disanggupi oleh masyarakat. Biaya yang paling disanggupi oleh masyarakat, yaitu dibawah Rp 100.000,00.
Jumlah Peminat Berdasarkan Biaya Sambungan
3%
1%
3%
6% 43%
15%
29%
dibawah 100.000 100.000-200.000 200.000-300.000 300.000-400.000 400.000-500.000 500.000-600.000 600.000-700.000
Gambar 4.4 Persentase Kesanggupan Biaya Sambungan
36 4.3
Jaringan Eksisting
Jaringan eksisting hanya terdiri dari pipa utama, yaitu 3 dim dan sambungan rumah (SR), yaitu ¾ dim. Jaringan dibuat dengan sofware Epanet 2.0 dengan gambar jaringan pipa utama. Jaringan yang dianalisis, yaitu node pada jaringa utam. Debit pada sambungan rumah telah disambungkan/diwakilkan pada node pipa utama. Berikut ini adalah sistem jaringan eksisting di HIPPAM Tirto Barokah, Desa Putat.
Gambar 4.5 Sistem Jaringan Eksisting HIPPAM Tirto Barokah Pada jaringan eksisting didapatkan bahwa kecepatan tidak memenuhi kriteria. Kecepatan pada jaringan eksisiting dibawah 0,3 m/s, bahkan terdapat kecepatan di bawah 0,1 m/s. Parameter tekanan untuk disetiap node telah memenuhi kriteria minimal untuk penyaluran air bersih di setiap rumah. Melihat pada jaringan eksisiting, terlihat bahwa tekanan minimal pada setiap titik, yaitu 5,56 m. Kecepatan maksimal pada jaringan ini, yaitu 0,73 m/dtk pada pipa dari tangki air dan terdapat kecepatan
37 minimum, yaitu 0 m/dtk pada ujung-ujung pipa di RT 1, 3, 6, dan 10. Hasil software Epanet dapat dilihat pada lampiran. Software Epanet menunjukkan pada pemakaian secara bersamaan pada jam puncak. Berdasarkan Epanet, diketahui bahwa pada saat pemakaian bersamaan jaringan HIPPAM tidak sesuai dengan kriteria yang direncanakan. Hal ini dapat diakibatkan juga oleh pipa yang terlalu besar. Oleh karena pipa utama memiliki kemungkinan yang kecil untuk diganti, maka pipa eksisting harus dipenuhi dengan penambahan sumber baru. Penambahan sumber baru berkolerasi dengan penambahan jumlah pelayanan sehingga diperlukan pengembangan dalam menambah jumlah pelanggan. Debit yang digunakan dalam proyeksi pelanggan disesuaikan debit rata-rata pelanggan Desa Putat. Data ini didapatkan berdasarkan data pemakaian jumlah air yang dimiliki organisasi Tirto Barokah pada tahun 2013. Data debit yang didapatkan merupakan data hari maksimum sehingga dicari debit rata-rata dan jam puncak. Rata-rata Q tahun 2013 = 32.63 m3/bulan Q hari maksimum = 1.087,67 L/hr = 1,09 m3/hr = 0,013 L/dtk Q rata-rata
= =
Q hari maksimum faktor hari maksimum
0,013 1,15
= 0,011 L/dtk
Faktor hari maksimum diasumsikan 1,1 karena di Desa Putat kegiatan setiap hari kerja dan hari libur tidak jauh berbeda. Selain itu melihat air HIPPAM hanyalah digunakan untuk mandi dan cuci sehingga tidak terjadi perbedaan besar. Oleh sebab itu, faktor yang digunakan merupakan faktor yang terkecil dari range fator hari maksimum, yaitu 1,15 – 1,2.
38 Q jam puncak = Q rata-rata x faktor jam puncak = 0,011 L/dtk x 2 = 0,02 L/dtk Faktor jam puncak yang digunakan diasumsikan 2. Hal ini berdasarkan pada hasil survey mengenai aktivitas masyarakat. 4.4
Analisis Pengembangan Sistem Jaringan
Pengembangan ini dilakukan dengan melihat kebutuhan air pada penambahan jumlah pelanggan di Desa Putat. Berdasarkan data yang didapat diketahui jumlah pengguna HIPPAM dari tahun 2008-2014, yaitu: Tabel 4.1 Pengguna HIPPAM per Tahun Tahun
Jumlah Pelanggan
Penambahan Pelanggan per Tahun
2008
85
0
2009
86
1
2010
100
14
2011
196
96
2012
212
16
2013
226
14
2014
233
7
Sumber: Hasil perhitungan
Berdasarkan penambahan jumlah pelanggan setiap tahunnya, maka dapat diketahui proyeksi penambahan untuk setiap tahun. Pada kasus ini, digunakan proyeksi selama 5 tahun, melihat bahwa penggunaan air masih hanya sebatas untuk mencuci dan mandi.
39 Skenario yang dilakukan, yaitu: a. Perkembangan jumlah pelanggan setiap tahun sesuai dengan selisih rata-rata tiap tahun b. Perkembangan jumlah pelanggan selama 5 tahun memenuhi 35% permohonan permintaan sesuai dengan kuesioner c. Perkembangan jumlah pelanggan selama 5 tahun memenuhi 45% permohonan pengurangan biaya pemasangan sesuai dengan kuesioner. Berdasarkan skenario yang dibuat, maka didapatkan beberapa hasil. 4.4.1
Skenario Pengembangan 1
Pengembangan 1 diasumsikan bahwa pengembangan setiap tahunnya adalah sama. Jumlah pengembangan merupakan ratarata penambahan pelanggan per tahunnya, akan tetapi rata-rata tidak dipengaruhi oleh penambahan pelanggan pada tahun 2011. Hal ini dikarenakan pada tahun 2011 terjadi penambahan pelanggan yang tidak tetap, yaitu akibat adanya sumbangan dari Pemerintah Sidoarjo. Berdasarkan perhitungan, maka didapatkan rata-rata, yaitu 14 rumah. Setelah didapatkan rata-rata setiap rumah, maka dilakukan perhitungan jumlah pelanggan yang dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Pengembangan SR Setiap Tahun Skenario 1 Tahun
Jumlah Rumah
Jumlah Pelanggan 85
Kenaikkan Pelanggan per Tahun
2008
761
0
2009
761
86
1
2010
761
100
14
2011
761
196
96
2012
761
212
16
2013
761
226
14
40 Tahun
Jumlah Rumah
Jumlah Pelanggan
Kenaikkan Pelanggan per Tahun
2014
761
233
7
2015
761
247
14
2016
761
261
14
2017
761
275
14
2018
761
289
14
2019
761
303
14
Persentase pengembangan pelanggan
13%
Persentase pelayanan
40%
Sumber: Hasil perhitungan
Berdasarkan perhitungan ini, maka diketahui dengan penambahan sesuai rata-rata tahun sebelumnya, persentase terakhir pelanggan hanya 13%. Setelah diproyeksikan, maka dapat dihitung kebutuhan debit yang harus dipenuhi hingga tahun 2019, yaitu: Q rata-rata = 0,011 L/dtk Q rata-rata total rumah = 0,011 L/dtk/SR x 70 SR = 0,79 L/dtk Dengan asumsi kebocoran sebesar 25%, maka Q = 0,99 L/dtk. Kebocoran diasumsikan sebesar 25% karena tidak terdapatnya meter induk sehingga tidak dapat diketahui volume air yang keluar dati tangki air. Selain itu, melihat kondisi peralatan yang tidak memadai dan teknisi yang belum terlatih untuk mendeteksi kebocoran, maka dibutuhkan debit yang besar dalam kebutuhan masyarakat. Sehingga Q yang dibutuhkan merupakan Q eksisting ditambah dengan Q pengembangan, yaitu: Q yang dibutuhkan
= 2,63 L/dtk + 0,99 L/dtk = 3,62 L/dtk
41 Q hari maksimum
= Q yang dibutuhkan x faktor hari maksumum = 3,62 L/dtk x 1,15 = 4,17 L/dtk
Q jam puncak
= Q rata-rata x faktor jam puncak = 3,62 L/dtk x 2 = 7,25 L/dtk
Setelah dilakukan perhitungan, maka dapat disumpulkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pada skenario pengembangan 1 tidak diperlukan adanya penambahan sumber baru. Perhitungan menunjukkan bahwa hingga tahun 2019 kebutuhan rata-rata total adalah 3,62 L/dtk dan debit untuk hari maksimum adalah 4,17 L/dtk, sedangkan sumur yang digunakan sekarang maksimal adalah 5 L/dtk. Pada skenario ini masih dapat dgunakannya sumur dan tangki air eksisting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. 4.4.2
Skenario Pengembangan 2
Pengembangan 2 diasumsikan bahwa persentase akhir pelanggan adalah 35%. Rata-rata kenaikan pelanggan didapatkan dengan: =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝐻𝐼𝑃𝑃𝐴𝑀 2014 𝑋 35% 5
Melalui perhitungan ini, maka didapatkan jumlah rata-rata kenaikkan pelanggan adalah 37 rumah untuk setiap tahunnya. Jumlah pengembangan untuk skenario 2 dapat dilihat pada Tabel 4.3.
42 Tabel 4.3 Pengembangan SR Setiap Tahun Skenario 2 Tahun
Jumlah Rumah
Jumlah Pelanggan
Kenaikkan Pelanggan per Tahun
2008
761
85
0
2009
761
86
1
2010
761
100
14
2011
761
196
96
2012
761
212
16
2013
761
226
14
2014
761
233
7
2015
761
270
37
2016
761
307
37
2017
761
344
37
2018
761
381
37
2019
761
418
37
Persentase pengembangan pelanggan
35%
Persentase pelayanan
55%
Sumber: Hasil perhitungan
Pada skenario kedua ini, pada tahun 2019 persentase pelayanan adalah menjadi 55%. Setelah diproyeksikan, maka dapat dihitung kebutuhan debit yang harus dipenuhi hingga tahun 2019, yaitu: Q rata-rata = 0,011 L/dtk Q rata-rata total rumah = 0,011 L/dtk/SR x 185 SR = 2,09 L/dtk Dengan asumsi kebocoran sebesar 25%, maka Q = 2,61 L/dtk Sehingga Q yang dibutuhkan merupakan Q eksisting ditambah dengan Q pengembangan, yaitu:
43 Q yang dibutuhkan
= 2,63 L/dtk + 2,61 L/dtk = 5,25 L/dtk
Q hari maksimum
= Q yang dibutuhkan x faktor hari maksumum = 5,25 L/dtk x 1,15 = 6,04 L/dtk
Q jam puncak
= Q rata-rata x faktor jam puncak = 5,25 L/dtk x 2 = 10,50 L/dtk
Setelah dilakukan perhitungan, maka dapat disumpulkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pada skenario pengembangan 2 diperlukan adanya penambahan sumber baru. Perhitungan menunjukkan bahwa hingga tahun 2019 kebutuhan rata-rata total adalah 5,25 L/dtk dan kebutuhan pada hari maksimum adalah sebesar 6,04 L/dtk, sedangkan sumur yang digunakan sekarang maksimal adalah 5 L/dtk. Selisih antara sumber eksisting, yaitu sebesar 1,04 L/dtk harus dipenuhi. Oleh sebab itu diperlukan penambahan sumber baru. Sumber baru minimal memiliki jarak 100 m dari sumur eksisting agar tidak terjadi penurunan muka air tanah. 4.4.3
Skenario Pengembangan 3
Pengembangan 3 diasumsikan bahwa persentase akhir pelanggan adalah 45%. Rata-rata kenaikan pelanggan didapatkan dengan: =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝐻𝐼𝑃𝑃𝐴𝑀 2014 𝑋 45% 5
Melalui perhitungan ini, maka didapatkan jumlah rata-rata kenaikkan pelanggan adalah 48 rumah untuk setiap tahunnya.
44 Jumlah pengembangan untuk skenario 3 dapat dilihat pada Tabel 4.4 Tabel 4.4 Pengembangan SR Setiap Tahun Skenario 3 Tahun
Jumlah Rumah
Jumlah Pelanggan
Kenaikkan Pelanggan per Tahun
2008
761
85
0
2009
761
86
1
2010
761
100
14
2011
761
196
96
2012
761
212
16
2013
761
226
14
2014
761
233
7
2015
761
281
48
2016
761
329
48
2017
761
377
48
2018
761
425
48
2019
761
473
48
Persentase pengembangan pelanggan
45%
Persentase pelayanan
62%
Pada skenario kedua ini, pada tahun 2019 persentase pelayanan adalah menjadi 62%. Setelah diproyeksikan, maka dapat dihitung kebutuhan debit yang harus dipenuhi hingga tahun 2019, yaitu: Q rata-rata = 0,011 L/dtk Q total rumah
= 0,011 L/dtk/SR x 240 SR = 2,71 L/dtk
Dengan asumsi kebocoran sebesar 25%, maka Q = 3,39 L/dtk
45 Sehingga Q yang dibutuhkan merupakan Q eksisting ditambah dengan Q pengembangan, yaitu: Q yang dibutuhkan
= 2,63 L/dtk + 3,39 L/dtk = 6,03 L/dtk
Q hari maksimum
= Q yang dibutuhkan x faktor hari maksumum = 6,03 L/dtk x 1,15 = 6,93 L/dtk
Q jam puncak
= Q rata-rata x faktor jam puncak
= 6,03 L/dtk x 2 = 12,05 L/dtk Setelah dilakukan perhitungan, maka dapat disumpulkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pada skenario pengembangan 3 diperlukan adanya penambahan sumber baru. Perhitungan menunjukkan bahwa hingga tahun 2019 kebutuhan rata-rata total adalah 6,03 L/dtk dan kebutuhan pada hari maksimum adalah 6,93 L/dtk, sedangkan sumur yang digunakan sekarang maksimal adalah 5 L/dtk. Melihat itu dapat disimpulkan bahwa sumber eksisting tidak dapat memenuhi kebutuhan hingga tahun 2019. Oleh sebab itu, diperlukan penambahan sumber baru. Sumber baru minimal memiliki jarak 100 m dari sumur eksisting agar tidak terjadi penurunan muka air tanah. 4.4.4
Jumlah Pelanggan
Dengan melihat perbedaan pada jumlah pelanggan tiap skenario, maka dilakukan perhitungan untuk menentukan jumlah pelanggan untuk disetiap RT. Jumlah pelanggan diperhitungkan berdasarkan pelanggan yang berkeinginan untuk memasang SR melalui hasil kuesioner. Jumlah pelanggan untuk setiap RT dapat dilihat pada Tabel 4.5.
46 Tabel 4.5 Jumlah Pelanggan SR Per Skenario RT
Jumlah pelanggan
Persentase Keinginan (%)
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
RT 1
0
0
0
0
RT 2
9.37
7
17
22
RT 3
2.40
2
4
6
RT 4
10.80
8
20
26
RT 5
13.20
9
24
32
RT 6
2.64
2
5
6
RT 7
13.20
9
24
32
RT 8
14.22
10
26
34
RT 9
7.20
5
13
17
RT 10
13.77
10
25
33
RT 11
13.20
9
24
32
100
70
185
240
Jumlah Sumber: Hasil perhitungan
4.5
Analisis Epanet
Setelah didapatkan jumlah pelanggan SR untuk setiap RT, maka dilakukan analisis tekanan dan kecepatan dengan menggunakan Epanet. Analisis Epanet dilakukan untuk setiap skenario. Lokasi node pelanggan tambahan dipilih berdasarkan kuesioner dan node yang padat dengan rumah. 4.5.1
Analisis Epanet Skenario 1
Pada analisis skenario 1, dilakukan penambahan debit sesuai dengan perhitungan. Hasil analisis Epanet dapat dilihat pada Gambar 4.7. Pada skenario ini didapatkan bahwa terjadi penambahan kecepatan, akan tetapi kecepatan belum memenuhi kriteria
47 kecepatan. Kecepatan yang belum memenuhi, disebabkan debit pemakaian pada ujung pipa belum memenuhi debit untuk kecepatan tersebut pada pipa sebesar 3 inchi. Berdasarkan hal ini, maka diperlukan penambahan kebutuhan air pada ujung pipa, seperti pada RT 1, tidak terdapat penambagan pelanggan SR. Melihat hal ini, maka perlu adanya perbaikan kualitas air sehingga warga RT 1 berminat untuk menjadi pelanggan. Pada analisis dengan parameter tekanan, sebagian besar node telah memenuhi kriteria, yaitu minimal 5 m, akan tetapi terdapat beberapa node yang bertekanan 4 m sehingga diperlukan pompa booster untuk menaikkan tekanan pada pipa. Pompa booster diletakkan pada pengaliran dari tangki air menuju pipa utama. Hal ini memudahkan dalam melakukan pemeriksaan oleh teknisi HIPPAM. Pada skenario 1, kenaikkan tekanan tidak terlalu besar, maka pompa yang dibutuhkan pada skenario ini memiliki tekanan minimal 1 m.
Gambar 4.6 Kebutuhan Peningkatan Tekanan Selain itu, pada pipa terdapat flow dan kecepatan yang bernilai 0 L/dtk. Hal ini menyatakan bahwa pada pipa tersebut tidak terdapat aliran air sehingga pipa tersebut dapat dipotong. Pipa yang dapat dipotong atau diberikan valve merupakan pipa akhir pada RT 1, 5, dan 6. Hasil pada Epanet dapat dilihat pada lampiran.
48
48
Gambar 4.7 Analisis Epanet Skenario 1
49
Tabel 4.6 Hasil Analisis Epanet Skenario 1 Node ID Junc 1 Junc 2 Junc 3 Junc 4 Junc 5 Junc 6 Junc 7 Junc 8 Junc 9 Junc 10 Junc 11 Junc 12 Junc 13 Junc 14 Junc 15 Junc 16 Junc 17 Junc 19 Junc 20 Junc 21 Junc 22 Junc 23 Junc 24 Junc 25 Junc 26 Junc 27 Junc 28
Base Demand LPS 0 0.014 0 0 0.055 0 0.03 0 0 0 0.026 0.016 0.058 0.025 0.05 0.018 0 0 0.032 0.023 0.031 0 0.023 0.017 0.038 0.012 0.009
Demand LPS 0 0.03 0 0 0.11 0 0.06 0 0 0 0.05 0.03 0.12 0.05 0.1 0.04 0 0 0.06 0.05 0.06 0 0.05 0.03 0.08 0.02 0.02
Pressure m 6.14 7.79 6.58 13 8.2 8.47 9.42 7.73 7.73 6.73 6.14 6.14 5.15 5.15 6.19 6.21 6.23 6.26 6.28 7.31 7.33 7.37 6.41 7.46 7.51 11.59 7.69
50 Node ID Junc 29 Junc 30 Junc 31 Junc 32 Junc 33 Junc 34 Junc 35 Junc 36 Junc 37 Junc 38 Junc 39 Junc 40 Junc 41 Junc 42 Junc 43 Junc 44 Junc 45 Junc 46 Junc 47 Junc 48 Junc 49 Junc 50 Junc 51 Junc 52 Junc 53 Junc 54 Junc 55 Junc 56 Junc 57
Base Demand LPS 0.02 0.039 0.052 0.013 0 0 0 0 0 0 0 0.022 0.019 0 0 0.047 0.023 0.036 0.027 0.014 0 0.052 0.005 0.018 0.038 0.057 0.069 0.023 0
Demand LPS 0.04 0.08 0.1 0.03 0 0 0 0 0 0 0 0.04 0.04 0 0 0.09 0.05 0.07 0.05 0.03 0 0.1 0.01 0.04 0.08 0.11 0.14 0.05 0
Pressure m 7.65 6.64 6.62 8.09 8.3 8.45 9.6 9.77 11.04 12.25 9.22 6.98 6.89 6.75 6.44 7.3 7.19 7.14 7.07 5.99 5.96 7.82 7.78 6.14 5.15 6.16 6.16 7.34 7.38
51 Node ID Junc 58 Junc 59 Junc 60 Junc 61 Junc 62 Junc 63 Junc 64 Junc 65 Junc 66 Junc 67 Junc 68 Junc 69 Junc 70 Junc 71 Junc 72 Junc 73 Junc 74 Junc 75 Junc 76 Junc 77 Junc 78 Junc 79 Junc 80 Junc 81 Junc 82 Junc 83 Junc 84 Junc 85 Junc 86
Base Demand LPS 0.017 0 0.029 0.004 0.001 0.011 0.007 0.039 0.006 0.003 0 0 0.009 0.016 0.04 0.045 0.02 0.029 0.05 0.03 0.068 0.037 0.032 0.025 0.019 0.045 0.025 0.012 0.009
Demand LPS 0.03 0 0.06 0.01 0 0.02 0.01 0.08 0.01 0.01 0 0 0.02 0.03 0.08 0.09 0.04 0.06 0.1 0.06 0.14 0.07 0.06 0.05 0.04 0.09 0.05 0.02 0.02
Pressure m 7.48 6.49 7.53 8.57 7.54 8.57 7.6 7.61 7.65 7.67 7.72 8.16 7.74 7.76 7.74 7.73 7.7 6.66 6.66 6.6 6.59 6.59 6.59 6.58 6.58 6.58 6.58 7.97 11.72
52 Node ID Junc 87 Junc 88 Junc 89 Junc 90 Junc 91 Junc 92 Junc 93 Junc 94 Junc 95 Junc 96 Junc 97 Junc 98 Junc 99 Junc 100 Junc 101 Junc 102 Junc 103 Junc 104 Junc 105 Junc 106 Junc 107 Junc 108 Junc 109 Junc 110 Junc 111 Junc 112 Junc 113 Junc 114 Junc 115
Base Demand LPS 0.017 0.003 0.03 0.011 0.033 0 0.029 0.028 0.027 0.017 0.037 0 0.033 0.039 0.022 0.024 0.026 0.02 0.007 0.008 0.033 0.027 0.02 0.027 0 0.014 0.006 0.035 0.01
Demand LPS 0.03 0.01 0.06 0.02 0.07 0 0.06 0.06 0.05 0.03 0.07 0 0.07 0.08 0.04 0.05 0.05 0.04 0.01 0.02 0.07 0.05 0.04 0.05 0 0.03 0.01 0.07 0.02
Pressure m 11.09 10.9 10.59 9.22 9.22 9.21 9.21 10.21 10.21 9.2 9.2 9.2 9.2 9.2 9.2 9.2 9.2 7.96 7.84 8.59 9.46 8.43 8.46 9.46 9.46 9.46 9.46 8.45 8.45
53 Node ID Junc 116 Junc 117 Junc 118 Junc 119 Junc 120 Junc 121 Junc 122 Junc 176 Junc 123 Junc 124 Junc 125 Junc 126 Junc 127 Junc 128 Junc 129 Junc 130 Junc 131 Junc 132 Junc 133 Junc 134 Junc 135 Junc 136 Junc 137 Junc 138 Junc 139 Junc 140 Junc 141 Junc 142 Junc 143
Base Demand LPS 0.033 0.03 0.006 0.032 0.017 0.053 0.002 0.016 0.023 0.032 0.016 0.021 0.045 0.034 0.017 0.025 0.041 0.018 0.031 0.047 0.015 0.022 0.01 0.039 0.007 0.032 0 0.019 0.023
Demand LPS 0.07 0.06 0.01 0.06 0.03 0.11 0 0.03 0.05 0.06 0.03 0.04 0.09 0.07 0.03 0.05 0.08 0.04 0.06 0.09 0.03 0.04 0.02 0.08 0.01 0.06 0 0.04 0.05
Pressure m 8.45 8.44 8.44 8.44 8.43 9.43 9.43 9.43 9.43 9.42 9.42 9.42 9.42 9.42 8.39 8.35 8.32 8.24 8.17 8.1 8 6.86 6.83 6.79 6.68 7.35 7.25 7.23 7.17
54 Node ID Junc 144 Junc 145 Junc 146 Junc 147 Junc 148 Junc 149 Junc 150 Junc 151 Junc 152 Junc 153 Junc 154 Junc 155 Junc 156 Junc 157 Junc 158 Junc 159 Junc 160 Junc 161 Junc 162 Junc 163 Junc 164 Junc 165 Junc 166 Junc 167 Junc 168 Junc 169 Junc 170 Junc 171 Junc 172
Base Demand LPS 0 0.008 0.004 0.021 0 0 0.015 0.038 0.033 0.045 0.029 0.029 0.035 0 0.015 0.035 0.036 0.023 0.052 0.043 0.031 0 0.007 0.029 0.017 0.025 0.015 0.008 0.038
Demand LPS 0 0.02 0.01 0.04 0 0 0.03 0.08 0.07 0.09 0.06 0.06 0.07 0 0.03 0.07 0.07 0.05 0.1 0.09 0.06 0 0.01 0.06 0.03 0.05 0.03 0.02 0.08
Pressure m 5.73 5.73 6.73 6.73 6.73 7.73 7.73 7.73 7.73 7.74 7.74 7.74 7.75 7.75 10.75 7.75 7.76 7.77 6.85 6.86 6.87 6.89 5.9 5.91 7.01 7.02 7.04 7.08 7.1
55 Node ID Junc 173 Junc 174 Junc 175 Resvr R1
4.5.2
Base Demand LPS
Demand LPS
0.017 0.023 0.014 #N/A
0.03 0.05 0.03 -7.31
Pressure m 7.11 7.13 7.26 0
Analisis Epanet Skenario 2
Pada analisis skenario 2, dilakukan penambahan debit sesuai dengan perhitungan. Gambar hasil analisis Epanet dapat dilihat pada Gambar 4.7. Pada analisis dengan parameter tekanan, sebagian besar node mengalami negatif pressure (tidak memiliki tekanan) sehingga diperlukan pompa booster untuk menaikkan tekanan pada pipa. Pompa booster diletakkan pada pengaliran dari tangki air menuju pipa utama. Hal ini memudahkan dalam melakukan pemeriksaan oleh teknisi HIPPAM. Pada skenario 2, kenaikkan tekanan tidak terlalu besar, maka pompa yang dibutuhkan pada skenario ini memiliki tekanan minimal 5 m. Pada analisis kecepatan didapatkan bahwa terjadi penambahan kecepatan. Kecepatan minimum, yaitu 0,01 m/dtk berada pada ujung-unung RT, yang merupakan area pesawahan dan/atau tidak terdapat rumah yang mau memasang, seperti pada RT 6. Pada desa bagian tengah, kecepatan aliran minimum adalah 0,1 m/dtk, yaitu pada RT 11. Berdasarkan hal ini, maka diperlukan penambahan kebutuhan air pada ujung pipa, seperti pada RT 1, 6, dan 5, yang memiliki kecepatan dibawah 0,3 m/dtk. Kecepatan yang kecil dapat disebabkan kenaikkan pelanggan pada RT tersebut yang cukup jarang. Melihat hal ini, maka perlu adanya perbaikan kualitas air sehingga masyarakat berminat untuk menjadi pelanggan. Selain itu, masih terdapat flow dan kecepatan yang bernilai 0 L/dtk pada ujung RT 1, 5, dan 6. Hal ini menyatakan bahwa pada
56 pipa tersebut tidak terdapat aliran air sehingga pipa tersebut dapat dipotong. Pipa yang dapat dipotong atau diberikan valve merupakan pipa akhir. Hasil pada Epanet dapat dilihat pada lampiran. 4.5.3
Analisis Epanet Skenario 3
Pada analisis skenario 3, dilakukan penambahan debit sesuai dengan perhitungan. Gambar hasil analisis Epanet dapat dilihat pada Gambar 4.9. Pada analisis dengan parameter tekanan, sebagian besar node mengalami negatif pressure (tidak memiliki tekanan) sehingga diperlukan pompa booster untuk menaikkan tekanan pada pipa. Pompa booster diletakkan pada pengaliran dari tangki air menuju pipa utama. Hal ini memudahkan dalam melakukan pemeriksaan oleh teknisi HIPPAM. Pada skenario 3, kenaikkan tekanan tidak terlalu besar, maka pompa yang dibutuhkan pada skenario ini memiliki tekanan minimal 8 m. Pada analisis kecepatan didapatkan bahwa terjadi penambahan kecepatan. Kecepatan minimum, yaitu 0,01 m/dtk berada pada ujung-unung RT, yang merupakan area pesawahan dan/atau tidak terdapat rumah yang mau memasang, seperti pada RT 6. Selain pada ujung pipa, kecepatan yang diinginkan, yaitu minimum 0,3 m/dtk, telah memenuhi sebagian besar node. Berdasarkan hal ini, maka diperlukan penambahan kebutuhan air pada ujung pipa, seperti pada RT 1, 6, dan 5. Kecepatan yang kecil dapat disebabkan kenaikkan pelanggan pada RT tersebut yang cukup jarang. Melihat hal ini, maka perlu adanya perbaikan kualitas air sehingga masyarakat berminat untuk menjadi pelanggan. Selain itu, masih terdapat flow dan kecepatan yang bernilai 0 L/dtk pada ujung RT 1, 5, dan 6. Hal ini menyatakan bahwa pada pipa tersebut tidak terdapat aliran air sehingga pipa tersebut dapat dipotong. Pipa yang dapat dipotong atau diberikan valve merupakan pipa akhir. Hasil pada Epanet dapat dilihat pada lampiran.
57
57
Gambar 4.8 Analisis Epanet Skenario 2
58
58
Gambar 4.9 Analisis Epanet Skenario 3
59 4.6
Tangki Air
Pada pengembangan, sistem distribusi yang dilakukan tetap mengikuti sistem distribusi yang telah dilakukan pada saat ini, yaitu air yang berasal dari sumur dipompa ke tandon. Dari tandon kemuaodian langsung didistribusikan melalui pipa ke masyarakat. Di lapangan telah terdapat tower baru yang tersedia tangki air. Oleh sebab itu, dalam perencanaan ini memanfaatkan tower tersebut untuk menaruh tangki air baru. Ukuran tangki yang dapat mencukupi ± 10.000 L, yaitu sama dengan tangki air eksisting. Dengan adanya penambahan tangki, maka perlu adanya penambahan pompa agar setiap tangki dapat terus terisi. Pompa yang digunakan untuk mengisi tangki baru juga direncanakan jenis yang sama dengan jenis pompa eksisting sehingga apabila terjadi kerusakan pompa dapat diperbaiki dengan lebih mudah. Dengan menggunakan tangki dengan volume yang sama, maka harus dianalisa waktu pemompaan agar tangki selalu terisi.
Gambar 4.10 Sketsa Aliran Air Menuju Tandon
60 Waktu pemompaan diketahui berdasarkan debit pompa dan waktu kebutuhan masyarakat. Debit pompa diketahui berdasarkan head pompa kemudia diplotkan ke dalam grafik pompa/grafik tempe. Pada pengembangan ini, skenario yang memerlukan penambahan dari sumber baru, yaitu skenario 2 dan 3 sehingga debit yang digunakan merupakan debit yang dibutuhkan dari sumber baru. Berikut contoh perhitungan untuk mendapatkan head pompa pada skenario 2, yaitu: Q = 1,04 L/detik Diameternya ( D ) pipa untuk pompa Grounfos adalah 1¼ inchi. Q = vxA v = Q/A =
1,04
L x4 dtk
= 1,3 m/dtk
3,14𝑥0,03152
Perhitungan Head Pompa Head pompa yang terjadi secara umum dapat dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut : H Mayor Losses L suction = 16 m Hf suction
=[ =[
𝑄 0,00155 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷
1,85
2,63 ]
xL 1,85
1,04 𝐿/𝑑𝑡𝑘 0,00155 𝑥 130 𝑥 3,622,63
]
= 0,00714 Hf discharge, yaitu: L discharge = 11 m Hf discharge
=[
𝑄 0,00155 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷
1,85
2,63 ]
xL
x 16 m
61 =[
1,04 𝐿/𝑑𝑡𝑘
1,85
2,63 ]
0,00155 𝑥 130 𝑥 3,62
x 11 m
= 0,00491 Jadi, total Mayor losses = Hsuction + Hdischarge = 0,00714 m + 0,00491m = 0,01204 m Minor loses Minor losses (Hm), meliputi : - Head akibat 1 belokan 900 (K = 0,5) Hm
=4( =4(
𝐾𝑥𝑣 2 2𝑔
)
0,5𝑥1,32 2𝑥9,81
)
= 0,18 m
- Head akibat 1 check valve (K=2) Hm
𝐾𝑥𝑣 2
=(
2𝑔
)
0,2𝑥1,32
=(
2𝑥9,81
) = 0,18 m
- Head akibat 1 gate valve (K = 0,13) Hm
𝐾𝑥𝑣 2
=(
2𝑔
)
0,13𝑥1,32
=(
2𝑥9,81
) = 0,0117 m
62 - Head akibat 1 basket strainer (K = 0,95) Hm
𝐾𝑥𝑣 2
=(
2𝑔
)
0,95𝑥1,32
=(
2𝑥9,81
) = 0,085 m
Jadi, total Minor losses = 0,18m + 0,18m + 0,0117m + 0,085m = 0,457 m v2/2g =(
1,32
2𝑥9,81
)
= 0,09 m
Jadi Head pompa = 9m + 12m + 0,01204 m + 0,457 m + 0,09m = 21,74 m
Berikut head pompa yang diperlukan pada setiap skenario Tabel 4.7 Head Pompa Setiap Skenario Skenario
Debit
Head Pompa
2
1.04
21.74
3
1.93
21.42
Setelah mengetahui head pompa yang dibutuhkan, maka dapat di plot atau dimasukkan kedalam rumus pada grafik pemompaan pompa Groundfos yang dibuat secara manual. Berikut grafik yang didapatkan berdasarkan head pompa.
63
Head (m)
Grafik Pompa 40 38 36 34 32 30 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
0
5
10 Debit
15
20
(m3/jam)
Gambar 4.11 Grafik Pompa Dengan persamaan tersebut, maka dapat dicari debit pemompaan. Berikut contoh perhitungan debit pemompaan pada skenario 2: = 27,61 m y x = 16,8 m3/jam Berdasarkan debit yang diinginkan, maka dapat diketahui lama waktu pemompaan. Berikut contoh perhitungan lama waktu pemompaan pada skenario 2: Q yang dipompa = 1,04 L/detik Efisiensi pompa = 80%
64 Maka: Lama pemompaan
= =
𝑄𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 𝑄 𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 1,04 𝐿/𝑑𝑡𝑘 16,8 𝑚3 /𝑗𝑎𝑚
x efisiensi pompa
x 80%
= 20,25 menit Setelah itu diperkirakan jam pemompaan dalam sehari untuk menentukan volume reservoir. Berikut tabel waktu pemompaan: Tabel 4.8 Pemompaan Tangki Air Kebutuhan (%) (2)
Selisih (1-2)
Kumulatif
00.00-01.00
0.50
(0.50)
(0.50)
01.00-02.00
0.50
(0.50)
(1.00)
02.00-03.00
0.50
(0.50)
(1.50)
Jam
Pemompaan (%) (1)
03.00-04.00
6.67
5.00
1.67
0.17
04.00-05.00
6.67
6.00
0.67
0.83
05.00-06.00
6.67
8.34
(1.67)
(0.84)
06.00-07.00
6.67
8.34
(1.67)
(2.51)
07.00-08.00
6.67
8.34
(1.67)
(4.19)
08.00-09.00
6.67
2.62
4.05
(0.14)
09.00-10.00
2.00
(2.00)
(2.14)
10.00-11.00
2.00
(2.00)
(4.14)
2.00
4.67
0.53
12.00-13.00
2.00
(2.00)
(1.47)
13.00-14.00
1.00
(1.00)
(2.47)
11.00-12.00
6.67
14.00-15.00
6.67
3.00
3.67
1.19
15.00-16.00
6.67
8.34
(1.67)
(0.48)
16.00-17.00
6.67
8.34
(1.67)
(2.15)
17.00-18.00
6.67
8.34
(1.67)
(3.83)
65 Jam
Pemompaan (%) (1)
Kebutuhan (%) (2)
Selisih (1-2)
Kumulatif
18.00-19.00
6.67
8.34
(1.67)
(5.50)
19.00-20.00
6.67
6.00
0.67
(4.83)
20.00-21.00
6.67
5.00
1.67
(3.17)
21.00-22.00
6.67
2.00
4.67
1.50
22.00-23.00
1.00
(1.00)
0.50
23.00-24.00
0.50
(0.50)
0.00
TOTAL
100.00
100.00
Berdasarkan waktu pemompaan, maka dapat diperhitungkan volume tangki air yang digunakan. Berikut contoh perhitungan pada skenario 2, yaitu: = 521,45 m3/hr Q = 6,04 L/dtk Dengan nilai kumulatif, maka: Volume reservoir = (5,50 +1,50) x 521,45 m3/hr = 32,96 m3 Pada kondisi eksisting telah terdapat tandon bervolume 10 m3, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dengan memanfaatkan tower yang telah tersedia, maka perlu adanya penambahan tandon. Tandon yang akan ditambahkan merupakan tandon untuk menampung air secara maksimal pada sumur eksisting dan tandon untuk sumber baru. Perhitungan untuk tandon dalam memaksimalkan sumur eksisting, yaitu: Q = 5 L/dtk = 432 m3/hr Volume reservoir = (5,50 +1,50) x 432 m3/hr = 27,3 m3 Dengan adanya tandon eksisting bervolume 10 m3, maka volume yang dibutuhkan kembali adalah sebesar 17,3 m3 atau tandon yang ada dipasaran adalah sebesar 17,5 m3 (17.500 L).
66 Kemudian untuk menampung air pada sumber baru dilakukan perhitungan kembali, yaitu: Q = 1,04 L/dtk = 89,45 m3/hr Volume reservoir = (5,50 +1,50) x 89,46 m3/hr = 5,65 m3 (dapat menggunakan 6000 L) Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapat disimpulkan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.9 Waktu Pemompaan dan Volume Tangki Skenario 1 2 3
Lama Pemompaan (menit)
Waktu Pemompaan Dalam 1 Hari
Volume Tangki (L)
41
15 jam
15.000
56
15 jam
17.500
20
15 jam
6.000
56
15 jam
17.500
38
15 jam
12.500
Pemompaan akan dilakukan secara otomatis. Pengaturan secara otomatis dilakukan dengan penggunakan pelampung. Pada pelampung terdapat level bawah dan level atas dimana pompa akan berjalan dan mati secara otomatis. Berikut perhitungan level pompa pada skenario 2 dengan volume tangki sebesar 6.000 L: Pada level rendah, tangki harus menampung sebesar 5,5%, maka: Volume air = 5,5% x Q = 5,5% x 89,45 m3/hr = 4,92 m3 Diameter tangki =2m Sehingga Tinggi pelampung = Vol. air / A tangki
67 = 4,92 / (1/4 x22 x3,14) = 1,57 m 4.7
Analisis Biaya
Analisis merupakan analisis yang dihitung berdasarkan dana yang dibutuhkan dalam pengembangan jaringan. Analisis ini melihat dari bill of quantity (BOQ) dan rencana anggaran dan biaya. Dalam mengetahui BOQ pada setiap skenario maka dilakukan pehitungan secara umum untuk 1 SR, yaitu: Diameter pipa (D) = 1,875 cm Panjang pipa (p) = 600 cm =6m Kedalaman timbunan tanah urug (A) = 50 cm = 0,5 m B = 10 cm = 0,1 m C = 10 cm = 0,1 m E = 10 cm = 0,1 m Kedalaman timbunan pasir (P) = B+C+D = 21,875 cm = 0,22 m Kedalaman galian (H) = P+A = 71,875 cm = 0,72 m Lebar galian bawah (s) = E+D+E = 21,875 cm = 0,22 m Sudut kemiringan galian = 60o = H/tan 60o x = 41,5 cm = 0,42 m y = P/tan 60o = 12,6 cm = 0,13 m Lebar galian atas (w) = x+s+x = 104,87 = 1,05 m Lebar galian tengah (t) = y+s+y
68
Volume galian total Volume urugan pasir Volume urugan tanah Volume galian yang dibuang
= 47,13 = 0,47 m = ½ x H X (s+w) x p = 2,73 m3 = {(1/2xPx(t+s)}-(1/4xπxD2) x p = 0,45 m3 = ½ x A x (t+w) x p = 2,28 m3 = (2,28 – 0,45) m3 = 1,8 m3
Maka dapat dilakukan perhitungan untuk setiap skenario yang dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Perhitungan Volume Galian Pipa Setiap Skenario No. Uraian 1 Volume galian total 2 Volume urugan pasir 3 Volume urugan tanah
4.7.1
Jumlah 2,73 0,45 2,28
Jumlah SR per Skenario 14 37 48 38,3 101,1 131,2 6,3 16,7 21,7 31,9 84,4 109,4
Rencana Anggaran Biaya
Berdasarkan perhitungan volume galian pipa, maka dilakukan perhitungan biaya yang dibutuhkan untuk setiap skenario. Biaya ini merupakan biaya untuk pengembangan setiap tahunnya. 1. Skenario 1 Perhitungan RAB untuk skenario 1 dapat dilihat pada Tabel 4.11. Perhitungan RAB berikut merupakan perhitungan untuk
69 pengembangan 14 rumah, sedangkan untuk pompa dan tandon hanya dilakukan pembelian satu kali, yaitu pada tahun pertama. Tabel 4.11 Perhitungan RAB Galian Tanah Skenario 1 Volume
Koefisien
Analisa
Harga satuan
Jumlah
Galian tanah biasa 38,26
0,75
Pekerja
Rp
99.750,00
Rp
2.862.446,74
38,26
0,025
Mandor
Rp
108.750,00
Rp
104.023,75
Urugan pasir dengan pasir urug 6,3
0,3
Pekerja
Rp
99.750,00
Rp
189.039,06
6,3
0,01
Mandor
Rp
108.750,00
Rp
6.869,84
Pasir urug
Rp
84.000,00
Rp
530.635,96
6,3
Urugan kembali 31,92
0,192
Pekerja
Rp
99.750,00
Rp
611.357,38
31,92
0,019
Mandor
Rp
108.750,00
Rp
65.957,46
Rp
4.370.330,19
TOTAL
Tabel 4.12 Perhitungan RAB Perpipaan Skenario 1 Material
Jumlah
Satuan
Harga Satuan
Harga Total
Clamp saddle
14
buah
Rp
84.500,00
Rp
1.183.000,00
Gate valve
14
buah
Rp
9.500,00
Rp
133.000,00
Faucet elbow
84
buah
Rp
1.800,00
Rp
151.200,00
Meter air
14
buah
Rp
80.000,00
Rp
1.120.000,00
Kran air
14
buah
Rp
27.300,00
Rp
382.200,00
Pipa
28
meter
Rp
24.000,00
Rp
168.000,00
Rp
3.137.400,00 19,800,000.00
TOTAL Tandon (15m3)
1
buah
Rp 19,800,000.00 Rp
Pompa
1
buah
Rp
TOTAL
4,500,000.00 Rp
4,500,000.00
Rp
24,300,000.00
70 Berdasarkan tabel di atas, maka dana yang dibutuhkan untuk pengembangan setiap tahunnya, adalah Rp 7.507.730,19, sedangakan untuk pompa dan tandon dengan volume 15m3 adalah sebesar Rp 24.300.000,00. Oleh karena adanya kenaikan inflasi yang diasumsikan 7,75%, maka terjadi kenaikkan biaya disetiap tanhunnya. Pada tahun 2015, biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan setiap tahunnya, ayitu sebesar Rp 8.089.579,28, sedangkan biaya untuk tandon dan pompa sebesar Rp 26.183.250,00. 2. Skenario 2 Perhitungan RAB untuk skenario 2 dapat dilihat Tabel 4.13. Tabel 4.13 Perhitungan RAB Galian Tanah Skenario 2 Volume
Koefisien
Analisa
Harga satuan
Jumlah
Galian tanah biasa 101,12
0,75
Pekerja
Rp
99.750,00
Rp
7.565.037,80
101,12
0,025
Mandor
Rp
108.750,00
Rp
274.919,92
Urugan pasir dengan pasir urug 16,7
0,3
Pekerja
Rp
99.750,00
Rp
499.603,23
16,7
0,01
Mandor
Rp
108.750,00
Rp
18.156,01
Pasir urug
Rp
84.000,00
Rp
1.402.395,03
16,7
Urugan kembali 84,36
0,192
Pekerja
Rp
99.750,00
Rp
1.615.730,23
84,36
0,019
Mandor
Rp
108.750,00
Rp
174.316,13
Rp
11.550.158,35
TOTAL
71 Tabel 4.14 Perhitungan RAB Perpipaan Skenario 2 Material
Jumlah
Satuan
Harga Satuan
Harga Total
Clamp saddle
37
buah
Rp
84.500,00
Rp
3.126.500,00
Gate valve
37
buah
Rp
9.500,00
Rp
351.500,00
222
buah
Rp
1.800,00
Rp
399.600,00
Meter air
37
buah
Rp
80.000,00
Rp
2.960.000,00
Kran air
37
buah
Rp
27.300,00
Rp
1.010.100,00
Pipa
28
meter
Rp
24.000,00
Rp
168.000,00
Rp
8.015.700,00 23.100.000,00
Faucet elbow
TOTAL Tandon (17,5 m )
1
buah
Rp 23.100.000,00 Rp
Tandon (6 m3)
1
buah
Rp
7.920.000,00
Rp
7.920.000,00
Pompa
1
buah
Rp
4.500.000,00
Rp
9.000.000,00
Rp
40.020.000,00
3
TOTAL
Berdasarkan tabel di atas, maka dana yang dibutuhkan untuk pengembangan setiap tahunnya, adalah Rp 19.565.858,35, sedangakan untuk pompa dan tando adalah sebesar Rp 40.200.000,00. Oleh karena adanya kenaikan inflasi yang diasumsikan 7,75%, maka terjadi kenaikkan biaya disetiap tanhunnya. Pada tahun 2015, biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan setiap tahunnya, ayitu sebesar Rp 21.082.212,37. Biaya untuk tandon dan pompa dilakukan pengembangan secara bertahap sehingga dana yang dibutuhkan pada tahun 2015, yaitu sebesar Rp 29.739.000,00, dan tahun 2017 sebesar Rp 13.382.550,00. 3. Skenario 3 Perhitungan RAB untuk skenario 3 dapat dilihat pada Tabel 4.15.
72 Tabel 4.15 Perhitungan RAB Galian Tanah Skenario 3 Volume
Koefisien
Analisa
Harga satuan
Jumlah
Galian tanah biasa 131,18
0,75
Pekerja
Rp 99.750,00
Rp 9.814.103,09
131,18
0,025
Mandor
Rp 108.750,00
Rp
356.652,87
Urugan pasir dengan pasir urug 21,7
0,3
Pekerja
Rp
99.750,00
Rp
648.133,92
21,7
0,01
Mandor
Rp 108.750,00
Rp
23.553,74
Pasir urug
Rp 84.000,00
Rp 1.819.323,29
21,7
Urugan kembali 109,44
0,192
Pekerja
Rp
99.750,00
109,44
0,019
Mandor
Rp 108.750,00
TOTAL
Rp 2.096.082,46 Rp
226.139,85
Rp14.983.989,21
Tabel 4.16 Perhitungan RAB Perpipaan Skenario 3 Material
Jumlah
Satuan
Harga Satuan
Harga Total
Clamp saddle
48
buah
Rp
84.500,00
Rp
4.056.000,00
Gate valve
48
buah
Rp
9.500,00
Rp
456.000,00
288
buah
Rp
1.800,00
Rp
518.400,00
Meter air
48
buah
Rp
80.000,00
Rp
3.840.000,00
Kran air
48
buah
Rp
27.300,00
Rp
1.310.400,00
384
meter
Rp
24.000,00
Rp
2.304.000,00
Rp
12.484.800,00
Faucet elbow
Pipa
TOTAL Tandon (17,5 m )
1
buah
Rp 23.100.000,00 Rp
23.100.000,00
Tandon (12,5 m )
1
buah
Rp 16.500.000,00 Rp
16.500.000,00
Pompa
2
buah
Rp
3 3
TOTAL
4.500.000,00
Rp
9.000.000,00
Rp
48.600.000,00
73 Berdasarkan tabel di atas, maka dana yang dibutuhkan untuk pengembangan setiap tahunnya, adalah Rp 27.468.789,21, sedangakan untuk pompa dan tando adalah sebesar Rp 55.800.000,00. Oleh karena adanya kenaikan inflasi yang diasumsikan 7,75%, maka terjadi kenaikkan biaya disetiap tanhunnya. Pada tahun 2015, biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan setiap tahunnya, ayitu sebesar Rp 29.739.000. Biaya untuk tandon dan pompa dilakukan pengembangan secara bertahap sehingga dana yang dibutuhkan pada tahun 2015, yaitu sebesar Rp 29.739.000,00, dan tahun 2017 sebesar Rp 22.627.500. 4.7.2
Analisis Kelayakan Investasi
Dalam menentukan kelayakan investasi pada setiap skenario, dilakukan terlebih dahulu analisis kelayakan pada benfit cost ratio (BCR) pada kas HIPPAM. Berdasarkan data keuangan HIPPAM Tirto Barokah dari tahun 2011 hingga 2013 (dapat dilihat pada lampiran), didapatkan bahwa rata-rata BCR adalah sebesar 2, 26. Pada kriteria, BCR minimal dari kas HIPPAM adalah 1,5 sehingga dengan rasio 2,26 dapat dilakukan subsidi kepada calon pelanggan HIPPAM. Pada Analisis kelayakan, inflasi yang digunakan, yaitu sebesar 7,75% sesuai dengan inflasi Bank Indonesia.
74
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
75
Tabel 4.17 Analisis Kelayakan Biaya BCR dan NPV Setiap Skenario Skenario 1 Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
14
14
14
14
14
247
261
275
289
303
Jumlah penambahan pelanggan Jumlah total pelanggan Pendapatan Kebutuhan Air
101262,1
Harga air per m3
Rp
Biaya administrasi per bulan
Rp
Iuran air
Rp
Biaya SR
Rp
Total pendapatan
107001,6
500,00
2.000,00 56.559.048,00 -
Rp
Rp Rp Rp
112741,2
500,00
2.000,00 59.764.824,00 59.764.824,00
Rp
Rp Rp Rp Rp
118480,8
500,00
2.000,00 62.970.600,00 62.970.600,00
Rp
Rp Rp Rp Rp
124220,3
500,00
2.000,00 66.176.376,00 66.176.376,00
Rp
Rp Rp Rp Rp
500,00
2.000,00 69.382.152,00 -
Rp
56.559.048,00
Rp
69.382.152,00
Pompa dan tandon
Rp
26.183.250,00
-
RAB penambahan pelanggan
Rp
8.089.579,28
Rp
8.716.521,67
Rp
9.392.052,10
Rp
10.119.936,14
Rp
10.904.231,19
Harga produksi air per m3
Rp
350,00
Rp
350,00
Rp
350,00
Rp
350,00
Rp
350,00
Biaya produksi air
Rp
35.472.112,23
Rp
37.482.677,29
Rp
39.493.242,36
Rp
41.503.807,43
Rp
43.514.372,49
Biaya transpotasi teknisi
Pengeluaran -
-
-
Rp
5.655.904,80
Rp
5.976.482,40
Rp
6.297.060,00
Rp
6.617.637,60
Rp
6.938.215,20
Total pengeluaran
Rp
75.401.196,31
Rp
52.176.031,36
Rp
55.182.704,46
Rp
58.241.731,16
Rp
61.357.168,88
Suplus/defisit
Rp
(18.842.148,31)
Rp
7.588.792,64
Rp
7.787.895,54
Rp
7.934.644,84
Rp
8.024.983,12
Dengan biaya SR sebesar Rp 0,00 Nilai NPV = Rp 6.686.735,06 BCR = 1,04
76
‘Halaman ini sengaja dikosongkan”
77 Skenario 2 Tahun
2015
Jumlah penambahan pelanggan
2016
2017
2018
2019
37
37
37
37
37
Jumlah total pelanggan
270
307
344
381
418
Debit air
3,63
4,23
4,83
5,43
6,04
110691
125860
141029
156198
171367
Kebutuhan Air Pendapatan Harga air per m3
Rp
500,00
Rp
500,00
Rp
500,00
Rp
500,00
Rp
500,00
Biaya administrasi per bulan
Rp
2.000,00
Rp
2.000,00
Rp
2.000,00
Rp
2.000,00
Rp
2.000,00
Rp
61.825.680,00
Rp
70.298.088,00
Rp
78.770.496,00
Rp
87.242.904,00
Rp
95.715.312,00
Rp
145.000,00
Rp
145.000,00
Rp
145.000,00
Rp
145.000,00
Rp
145.000,00
Rp
5.365.000,00
Rp
5.365.000,00
Rp
5.365.000,00
Rp
5.365.000,00
Rp
5.365.000,00
Rp
67.190.680,00
Rp
75.663.088,00
Rp
84.135.496,00
Rp
92.607.904,00
Rp
101.080.312,00
Pompa dan tandon
Rp
29.739.000,00
Rp
Rp
13.382.550,00
Rp
RAB penambahan pelanggan
Rp
21.082.212,37
Rp
22.716.083,83
Rp
24.476.580,33
Rp
26.373.515,31
Rp
28.417.462,74
Harga produksi air per m3
Rp
350,00
Rp
350,00
Rp
350,00
Rp
350,00
Rp
350,00
Rp
38.741.976,00
Rp
44.051.061,60
Rp
49.360.147,20
Rp
54.669.232,80
Rp
59.978.318,40
Total pengeluaran
Rp
89.563.188,37
Rp
66.767.145,43
Rp
87.219.277,53
Rp
81.042.748,11
Rp
88.395.781,14
Suplus/defisit
Rp
(22.372.508,37)
Rp
8.895.942,57
Rp
(3.083.781,53)
Rp
11.565.155,89
Rp
12.684.530,86
Iuran air Harga SR Biaya SR Total pendapatan Pengeluaran
Biaya produksi air
Dengan biaya SR sebesar Rp 145.000,00 Nilai NPV = Rp 1.747.232,97 BCR = 1,02
-
-
Rp
-
78
‘Halaman ini sengaja dikosongkan”
79 Skenario 3 Tahun
2015
Jumlah penambahan pelanggan
2016
2017
2018
2019
48
48
48
48
48
Jumlah total pelanggan
281
329
377
425
473
Debit air
3,81
4,59
5,37
6,15
6,93
115201
134879
154558
174236
193915
Kebutuhan Air Pendapatan Harga air per m3
Rp
500,00
Rp
500,00
Rp
500,00
Rp
500,00
Rp
500,00
Biaya administrasi per bulan
Rp
2.000,00
Rp
2.000,00
Rp
2.000,00
Rp
2.000,00
Rp
2.000,00
Rp
64.344.504,00
Rp
75.335.736,00
Rp
86.326.968,00
Rp
97.318.200,00
Rp
108.309.432,00
Rp
290.000,00
Rp
290.000,00
Rp
290.000,00
Rp
290.000,00
Rp
290.000,00
Rp
13.920.000,00
Rp
13.920.000,00
Rp
13.920.000,00
Rp
13.920.000,00
Rp
13.920.000,00
Rp
78.264.504,00
Rp
89.255.736,00
Rp
100.246.968,00
Rp
111.238.200,00
Rp
122.229.432,00
Pompa dan tandon
Rp
29.739.000,00
Rp
Rp
22.627.500,00
Rp
RAB penambahan pelanggan
Rp
29.597.620,38
Rp
31.891.435,96
Rp
34.363.022,24
Rp
37.026.156,47
Rp
39.895.683,59
Harga produksi air per m3
Rp
350,00
Rp
350,00
Rp
350,00
Rp
350,00
Rp
350,00
Rp
40.320.352,80
Rp
47.207.815,20
Rp
54.095.277,60
Rp
60.982.740,00
Rp
67.870.202,40
Total pengeluaran
Rp
99.656.973,18
Rp
79.099.251,16
Rp
111.085.799,84
Rp
98.008.896,47
Rp
107.765.885,99
Suplus/defisit
Rp
(21.392.469,18)
Rp
10.156.484,84
Rp
(10.838.831,84)
Rp
13.229.303,53
Rp
14.463.546,01
Iuran air Harga SR Biaya SR Total pendapatan Pengeluaran
Biaya produksi air
Dengan biaya SR sebesar Rp 290.000,00 Nilai NPV = Rp 2.824,68 BCR = 1,01
-
-
Rp
-
80
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
81 1. Analisis kelayakan skenario 1 Berdasarkan analisis biaya dengan BCR, diketahui bahwa skenario 1 lebih menguntungkan bagi organisasi HIPPAM karena dalam pengembangan jaringan tidak diperlukan bantuan dana HIPPAM yang besar. Hal ini menyebabkan masyarakat tidak perlu membayar biaya SR. Pada analisis NPV, skenario 1 mendapatkan dana sebesar Rp 6.686.735,06.. Dengan nilai BCR sebesar dari 1,04, menandakan bahwa pengembangan ini layak untuk dilakukan. 2. Analisis kelayakan skenario 2 Pada skenario 2, biaya yang cukup besar ini disebabkan adanya pembelian tangki air yang cukup mahal. Biaya tangki ini ditanggunggkan kepada warga sebagai biaya pengembangan. Apabila biaya SR dibawah Rp 200.000, maka organisasi mengalami kerugian dari segi analisis BCR dan NPV, yaitu NPV mengalami kerugian sebesar Rp 13.033.223,51, sedangan BCR sebesar 0,98. Kerugian yang cukup besar ini juga terjadi apabila pembelian semua tangki air dan pompa dilakukan diawal tahun pengembangan, yaitu tahun 2015. Oleh sebab itu, dilakukan pembelian tangki dan pompa air secara bertahap. Pembelian tangki dan pompa air secara bertahap dilihat akan kebutuhan debit air. Ketika tangki tidak dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, maka pada tahun tersebut dilakukan pembelian tangki baru dan pompa baru. Oleh sebab itu, biaya SR masyarakat menjadi Rp 145.000,00 dengan keuntungan pada organisasi, dengan analisis BCR sebesar 1,02, dan dengan analisis NPV sebesar Rp 1.747.232,97 3. Analisis kelayakan skenario 3 Skenario 3 merupakan pengembangan dengan biaya yang paling mahal. Hal ini disebabkan dibutuhkan pembelian tangki baru sebanyak 2 buah yang cukup besar sehingga diperlukan biaya SR yang lebih besar dibandingkan skenario 1 dan 2.
82 Apabila biaya SR dibawah Rp 300.000, maka organisasi mengalami kerugian dari segi analisis BCR dan NPV, yaitu NPV mengalami kerugian sebesar Rp 23.464.675,76, sedangan BCR sebesar 0,96. Kerugian yang cukup besar ini juga terjadi apabila pembelian semua tangki air dan pompa dilakukan diawal tahun pengembangan, yaitu tahun 2015. Oleh sebab itu, pada skenario ini dilakukan juga pembelian tangki dan pompa secara bertahap. Pembelian tangki dan pompa air secara bertahap dilihat akan kebutuhan debit air. Berdasarkan perhitungan, maka biaya SR masyarakat menjadi Rp 300.000,00 dengan keuntungan pada organisasi, dengan analisis BCR sebesar 1,02, dan dengan analisis NPV sebesar Rp 1.932.020,14. Pada skenario 3, diharapkan biaya SR dapat kurang dari Rp 100.000,00 sehingga pelayanan dapat ditingkatkan sebesar 45%. Melihat dari biaya SR, yaitu Rp 300.000,00, maka peningkatan pelayanan sebesar 45% tidak dapat dilakukan. 4.8
Pengembangan di Desa Ngaban
Desa Ngaban memiliki 2 dusun, yaitu Dusun Ngaban dan Dusun Mlagi. Menurut keterangan dengan Pemerintah Desa Ngaban, yaitu Bapak Mahmud, telah terpasang pipa PDAM Sidoarjo, akan tetapi belum beroprasi hingga saat ini. Wilayah yang telah terjangkau pipa PDAM tersebut merupakan Dusun Ngaban, sedangkan Dusun Mlagi tidak terjangkau. Oleh sebab itu, pengembangan dilakukan pada Dusun Mlagi, yang terdiri dari RT 13 sampai RT 18. Dalam melakukan pengembangan, dilakukan dengan cara pembagian kuesioner dan wawancara kepada masyarakat di Desa Ngaban. Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara, maka diketahui bahwa air sumur pada masyarakat setempat masih baik, dan semua responden menggunakan air sumur untuk mencuci dan mandi, akan tetapi tetap menggunakan sumber air lain, yaitu air Prigen sebagai bahan baku air minum.
83 Berdasarkan informasi yang didapatkan pada saat wawancara dan pembagian kuesioner, sebagian besar masyarakat Desa Ngaban tidak mengetahui mengenai adanya organisasi HIIPAM Tirto Barokah di Desa Puta, maupun PDAM Sidoarjo. Masyarakat tidak berkeinginan dalam memasang sambungan pipa air bersih melihat kondisi sumur yang masih bagus dan biaya yang harus dikeluarkan lagi dalam pemasangan. Berikut diagram hasil kuesioner dan wawancara di Dusun Mlagi, Desa Ngaban 1. Berdasarkan keinginan masyarakat, maka didapatkan bahwa responden tidak berkeinginan memasang sambungan pipa air bersih. Hal ini dapat disebabkan ketidaktahuan mengenai HIPPAM Tirto Barokah dan disertai alasan lain.
Pesentase Minat SR 0% Tidak
100%
Iya
Gambar 4.12 Persentase Minat SR di Desa Ngaban Berdasarkan alasan masyarakat tidak berkeinginan memasang sambungan air bersih, antara lain karena tidak mampu dalam membayar SR dan biaya pemakaian per bulan, kualitas sumur yang masih bagus, kualitas air PAM yang kurang baik, air yang takut mati, dan biaya pemasangan yang mahal. Gambar 4.13 Persentase Alasan Tidak Minat SR di Desa Ngaban
84
Alasan Tidak Minat Memasang SR
9%
8%
Tidak mampu membayar
8% 25%
Sumur bagus Kualitas air PAM
50%
Air takut mati
Berdasarkan informasi tersebut, maka perencanaan pengembangan ini dilakukan tanpa melihat hasil kuesioner. Pengembangan dilakukan dengan mengikuti skenario 3 karena skenario tersebut memiliki debit tersebesar dengan adanya penambahan sumur. Selain itu, pada skenario 3 didapatkan kecepatan dan tekanan yang sebagian besar node dan pipa yang memenuhi standar yang diinginkan. Pengembangan dilakukan dengan melihat jumlah rumah pada Dusun Mlagi, Desa Putat. Pada Dusun ini terdapat ± 250 rumah. Dengan mengikuti persentase pelayanan pada Desa Putat, yaitu 62%, maka jumlah rumah yang dilayani adalah: Jumlah rumah yang dilayani = 62% x 250 rumah = 155 rumah Pada perhitungan, debit yang digunakan mengikuti debit Desa Putat. Q rata-rata
= 0,011 L/dtk
Q total rumah
= 0,011 L/dtk/SR x 155 SR = 1,7 L/dtk
85 Dengan asumsi kebocoran sebesar 25%, maka Q = 2,19 L/dtk Sehingga Q yang dibutuhkan merupakan Q skenario 3 ditambah dengan Q pengembangan, yaitu: Q yang dibutuhkan
= 6,03 L/dtk + 2,19 L/dtk = 8,22 L/dtk
Q hari maksimum
= Q yang dibutuhkan x faktor hari maksumum = 8,22 L/dtk x 1,15 = 9,45 L/dtk
Q jam puncak
= Q rata-rata x faktor jam puncak = 9,45 L/dtk x 2 = 16,43 L/dtk
4.8.2
Analisis Epanet
Setelah didapatkan jumlah pelanggan SR untuk setiap RT, maka dilakukan analisis tekanan dan kecepatan dengan menggunakan Epanet. Lokasi node pelanggan tambahan dipilih berdasarkan kuesioner dan node yang padat dengan rumah.
86
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
87
Gambar 4.14 Analisis Epanet Pengembangan di Desa Ngaban
88
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
89 Berdasarkan hasil Epanet, maka diperlukan penambahan tekanan dengan menggunakan pompa boosting sebanyak 2 buah. Oleh karena debit yang lebih besar, maka headloss yang ditimbulkan pun semakin besar, karena itu deperlukan penambahan 2 pompa. Pompa ini diletakkan pada Balai Desa, yaitu untuk menaikkan tekanan yang akan dialirkan dari tangki, dan di Masjid RT2. Peletakkan dilakukan pada Mesjid RT 2 dilakukan untuk memudahkan teknisi dalam melakukan pemantauan dan untuk menjaga keadaan pompa agar tetap aman. Kenaikkan tekanan minimum pada pompa di Balai Desa adalah sebesar 19 m dan pada pompa di Masji RT 2 adalah 8,65 m. Pada analisis kecepatan, sebagian besar pipa di Desa Putat telah memenuhi kecepatan yang diinginkan, yaitu 0,3 m/dtk. Hal ini karena terjadi penambahan debit yang mengalir untuk pengembangan di Desa Ngaban. Akan tetapi pada Desa Ngaban terdapat kecepatan yang cukup kecil, yaitu sebesar 0,01 m/dtk. Hal ini karena pipa untuk pipa utama lebih besar dibandingan debit air yang dialirkan. Penggunaan pipa telah menggunakkan pipa yang paling kecil, yaitu ¾ dim. Oleh sebab itu, melihat kondisi tersebut diperlukan penambahan debit pada ujung-ujung pipa agar kecepatan tidak terlalu kecil. Hasil pada Epanet dapat dilihat pada lampiran 4.8.3
Tangki Air
Berdasarkan perhitungan untuk mendapatkan head pompa pada, yaitu: Q = 4,45 L/detik Maka volume tangki yang diperlukan, yaitu: Q = 9,45 L/dtk = 816,48 m3/hr Dengan nilai kumulatif, maka: Volume reservoir = (5,50 +1,50) x 816,48 m3/hr = 41,6 m3 89
90 Pada kondisi eksisting telah terdapat tandon bervolume 10 m3, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dengan memanfaatkan tower yang telah tersedia, maka perlu adanya penambahan tandon. Tandon yang akan ditambahkan merupakan tandon untuk menampung air secara maksimal pada sumur eksisting dan tandon untuk sumber baru. Perhitungan untuk tandon dalam memaksimalkan sumur eksisting, yaitu: Q = 5 L/dtk = 432 m3/hr Volume reservoir = (5,50 +1,50) x 432 m3/hr = 27,3 m3 Dengan adanya tandon eksisting bervolume 10 m3, maka volume yang dibutuhkan kembali adalah sebesar 17,3 m3 atau tandon yang ada dipasaran adalah sebesar 17,5 m3 (17.500 L). Kemudian untuk menampung air pada sumber baru dilakukan perhitungan kembali, yaitu: Q = 4,45 L/dtk = 384,48 m3/hr Volume reservoir = (5,50 +1,50) x 384,48 m3/hr = 24,3 m3 (dapat menggunakan 25.000 L) 4.8.4
Pengadaan Pipa
Dalam perencanaan pengembangan jaringan di Desa Ngaban dibutuhkan pengadaan pipa yang disesuaikan dengan analisa Epanet. Kebutuhan pipa dapat dilihat pada Tabel 4.18. Tabel 4.18 Bill of Quality (BOQ) Perpipaan Diameter Pipa (inchi)
Panjang (m)
3/4
438.11
1
368.59
1,5
146.61
2
667.32
91 Diameter Pipa (inchi)
Panjang (m)
2, 5
111.07
3
166.81
Tabel 4.19 Bill of Quality (BOQ) Aksesoris No
Spesifikasi
Jumlah
Harga Satuan (Rp)
Harga (Rp)
Reducer/Increaser 1
ø 3" x 2"
2
15.050
30.100
2
ø 2" x 11/2"
1
8.500
8.500
3
ø 1" x 3/4"
2
2.250
4.500
4
ø 1" x 11/2"
1
4.950
Jumlah
4.950 48.050
Tee All Flange 1
ø 11/2" x 1"
1
9.200
Jumlah
9.200 9.200
Elbow / Bend Flange 90o 1
ø 1"
2
3.150
6.300
2
ø 3/4"
1
1.950
1.950
3
ø 11/2" x 2"
1
7.800
7.800
4
ø 3"
1
31.150
31.150
Jumlah
47.200
Elbow / Bend Flange 45 1
ø 11/2"
1
o
13.400
Jumlah
13.400 13.400
Gate Valve 1
ø 3" mm
2
14.365
28.730
Jumlah
28.730
Total
146.580
92 Tabel 4.20 Bill of Quality (BOQ) Galian Pipa Diameter Pipa
Volume urugan pasir (m3)
Volume urugan tanah (m3)
Volume galian yang dibuang (m3)
(Inchi)
(cm)
Panjang (m)
Volume galian total (m3)
3/4"
19,1
438,1
353,4
93,1
247,8
154,7
1"
25,4
368,6
353,3
101,2
233,5
132,3
1,5"
38,1
146,6
191,0
61,4
112,9
51,6
2"
50,8
667,3
1133,0
392,4
605,3
212,9
3"
76,2
277,9
733,8
279,0
328,1
49,1
4.8.5
Re-desain Jaringan Eksisting
Melihat pada kenaikkan pelanggan dan kebutuhan untuk kenaikkan tekanan yang tinggi, maka dapat dilakukan redesain pipa. Redesain ini dilakukan dengan adanya penambahan pipa sekunder dan penggantian dimensi pipa primer. Redasain awal dilakukan pada skenario 3 kemudian dilanjutkan dengan jaringan pengembangan di Desa Ngaban. Pada pipa sekunder didesain dengan ukuran 1 inchi. Kemudian ditentukan jumlah pelayanan SR sehingga melalui perhitungan akan didapatkan kecepatan. Berikut contoh perhitungan pipa sekunder pada RT 1: Pipa sekunder 1 Q jp1 =Axv 0,313 L/dtk = 0,00051 m2 x v v = 0,303 L/dtk / 0,00051 m2 v = 0,62 m/dtk
93 Pipa sekunder 2 Q jp2 =Axv 0,303 L/dtk = 0,00051 m2 x v = 0,303 L/dtk / 0,00051 m2 v v = 0,6 m/dtk Setelah didapatkan total debit pada pipa sekunder, maka dapat dihitung diameter untuk pipa primer. Qtotal = Q jp1 + Q jp2 Qtotal = 0,313 L/dtk + 0,303 L/dtk = 0,62 L/dtk v asumsi = 1 m/dtk Qtotal =Axv 0,62 L/dtk = A x 1 m/dtk A = 0,62 L/dtk / 1 m/dtk A = 0,00203 m2 0,00203 𝑥 4 1/2 ) 3,14
D
=(
= 0,028 m Agar tekanan tidak terlalu tinggi sehingga pipa yang digunakan adalah 50,8 cm atau sama dengan 2 inchi. Hasil perhitungan redesain Desa Putat dapat dilihat pada Tabel 4.21 sedangkan hasil analisis Epanet terlampir. Tabel 4.21 Redisain Diameter Pipa Primer Desa Putat RT 1
Pipa sekunder Q
v
Pipa primer Q
D
v
0.313
0.62
0.313
2.54
0.62
0.303
0.60
0.62
5.08
0.30
94 RT
Pipa sekunder Q
2 3 5 12 4
v
Pipa primer Q
D
v
0.389
0.77
1.00
5.08
0.50
0.404
0.80
1.41
5.08
0.70
0.514 0.689
1.01 1.36
1.92 0.69
5.08 2.54
0.95 1.360
0.523
1.03
1.21
5.08
0.598
0.105
0.21
1.32
5.08
0.65
0.294
0.58
1.61
5.08
0.80
0.253
0.500
1.86
5.08
0.92
3.79
7.62
0.83
pertigaan 3-4 4
0.560
1.11
4.35
7.62
0.95
6
0.210
0.41
0.21
2.54
0.41
0.430
0.85
0.64
5.08
0.32
0.383
0.76
1.02
5.08
0.51
0.482
0.95
1.51
5.08
0.74
0.380
0.63
1.88
5.08
0.93
0.303
0.60
2.19
5.08
1.08
0.312
0.62
2.50
7.62
0.55
0.367
0.72
2.87
7.62
0.63
0.317
0.63
3.18
7.62
0.70
7
8
0.384
0.76
3.57
7.62
0.78
0.176
0.69
3.92
7.62
0.86
0.482
0.95
4.40
7.62
0.97
0.38
0.74
0.38
2.54
0.74
0.43
0.84
0.80
5.08
0.40
0.39
0.77
1.19
5.08
0.59
0.31
0.77
1.51
5.08
0.74
0.189 pertigaan RT 9-10
0.37 6.10
7.62
1.34
9
10
95 RT
Pipa sekunder Q
v
Pipa primer Q
D
v
0.332
0.34
0.33
2.54
0.66
0.397
0.78
0.73
5.08
0.36
0.397
0.78
1.13
5.08
0.56
0.288 pertigaan RT 11-10
0.57
1.52
5.08
0.75
7.62
10.16
0.94
7.79
10.16
0.96
11
11
0.171
0.34
Setelah didapatkan redesain pada Desa Putat, kemudian dilakukan pengembangan di Desa Ngaban. Pada pengembangan di Desa Ngaban didesain pula pengaliran melalui pipa primer menuju pipa sekunder kemudia sambungan rumah (SR). Tabel berikut merupakan hasil perhitungan desain pipa primer. Tabel 4.22 Desain Pipa Primer Desa Ngaban
Q
0.283 0.424 0.593 0.565 0.848 1.003 1.145 1.314 1.484 1.625
D
2.54 3.54 4.54 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08
v 0.558018 0.430924 0.366795 0.279009 0.418514 0.495241 0.564994 0.648696 0.732399 0.802151
96
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
97 Gambar 4.15 Analisis Epanet Re-desain Pipa Skenario 3 97
98
98
‘Halaman ini sengaja dikosongkan”
99
99
Gambar 4.16 Analisis Pipa Primer Pengembangan di Desa Ngaban
100
100
‘Halaman ini sengaja dikosongkan”
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan
1. Rencana pengembangan distribusi di Desa Putat dilakukan dengan 3 skenario, yaitu: a. Perkembangan jumlah pelanggan setiap tahun sesuai dengan selisih rata-rata tiap tahun b. Perkembangan jumlah pelanggan selama 5 tahun memenuhi 35% permohonan permintaan sesuai dengan kuesioner c. Perkembangan jumlah pelanggan selama 5 tahun memenuhi 45% permohonan pengurangan biaya pemasangan sesuai dengan kuesioner. 2. Berdasarkan hasil analisis, maka didapatkan bahwa skenario 2 merupakan alternatif pengembangan yang paling layak dari segi teknis dan dari segi biaya. Pada analisis teknis skenario 2, node telah memenuhi tekanan dan hampir semua pipa telah memenuhi kecepatan yang diinginkan. Selain itu, berdasarkan analisis biaya, harga pemasangan telah memenuhi keinginan masyarkat, yaitu dibawah Rp 300.000,00. 3. Berdasarkan skenario, biaya SR bagi warga tidak terjadi kerugian di organisasi HIPPAM Tirto Barokah, yaitu a. skenario 1, tidak ada biaya untuk SR b. skenario 2, biaya SR sebesar Rp 145.000,00 c. skenario 3, biaya SR sebesar Rp 300.000,00 5.2
Saran
Berdasarkan pengamatan dan wawancara kepada masyarakat Desa Putat, maka perlu adanya pengolahan air sumur sebelum didistribusikan. Hal ini perlu dikaji kembali sehingga masyarakat tidak perlu mengeluarkan dana kembali untuk membeli air mata air. Selain itu, perlu adanya pendataan ulang dan pewacanaan yang jelas mengenai pengembangan air HIPPAM kepada 101
102 masyarakat. Dalam hal pelayanan, dibutuhkan adanya meter induk untuk dapat mengetahui produksi air pertahun dan mendeteksi kebocoran.
DAFTAR PUSTAKA Agustina, D. V. 2007. Analisa Kinerja Sistem Distribusi Air Bersih PDAM Kecamatan Banyumanik di Perumnas Banyumanik (Studi Kasus Perumnas Banyumanik Kel. Srodol Wetan). Tesis. Semarang: Universitas Diponogoro. Harmandi, D., Iskandar, N., dan Nuzulliyantoro, A.T. 2000. Pengelolaan Air Tanah Cekungan Air Tanah Bandung. Buletin Geologi Tata Lingkungan. Vol. 11, No. 4, Hal. 173-178 Harmandi, D., Iskandar, N., dan Arief, S. 2006. Konservasi Air Tanah di Daerah Bandung dan Sekitarnya. Buletin Geologi Tata Lingkungan. Vol. 16, No. 2, Hal. 41-57 Masduqi, A. dan Assomadi, A. F. 2012. Operasi dan Proses Pengolahan Air. Surabaya: ITS Press Nelwan, F. 2013. Perencanaan Jaringan Air Bersih Desa Kima Bajo Kecamatan Wori. Vol. 1, No. 10, Hal. 678-684 Noerbambang, S. M. dan Morumura, T. 2005. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing. Jakarta: Pradnya Paramita Sitepu, K. 2008. Beberapa Alternatif Mendukung Konservasi Hutan dan Air serta Kelangsungan Hidup. Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu. Vol. 1, No. 1, Hal. 28-37 Soeharto, I. 2009. Manajemen Proyek. Jilid. 1. Jakarta: Erlangga Suparno. 2013. Usaha Penyediaan, Pengolahan, dan Pengelolaan Air Bersih di Wilayah Perkotaan Secara Terpadu. Vol. 9, No. 1, Hal 10-14 Unicef Indonesia (UI). 2010. Ringkasan Kajian
xvi
BIODATA PENULIS
Penulis dengan nama lengkap Easter Debora lahir di Bogor pada tanggal 6 April 1992. Lahir dari pasangan M. Sitorus dan Nurhaida Silitonga sebagai anak bungsu. Keakraban bersaudara dengan 3 orang kakak, yaitu Julinda, Betty, dan Yanti serta seorang abang, Resvan, membua tpenulis tetap bias bertahan untuk menempuh sekolah di Surabaya. Penulis telah menempuh serangkaian pendidikan formal di TK dan SD Regina Pacis, SMP N 1 Bogor, dan SMA N 2 Bogor. Melalui program SNMPTN tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan sarjana (S1) di Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Semasa kuliah, penulis terlibat dalam kegiatan organisas imahasiswa di ITS. Dengan semangat tinggi ketika mahasiswa, penulis mengikuti pengkaderan mahasiswa baru, kemudian dilanjutkan menjadi anggota di BELM FTSP tahun 2011/2012, BEM ITS 2011/2012, dan HMTL ITS 2012/2013. Berjuang di ITS dan menemukan orang-orang baru di Surabaya memberikan kesan tersendiri kepada penulis. Dengan motto ‘keep yours smile and everything’s gonna be okay,’ penulis berusaha untuk menyelesaikan tugas kuliah di Surabaya. ‘Beban akan terasa ringan ketika bersyukur bahwa anda memiliki Tuhan yang penyayang, ibu yang hebat, keluarga yang solid, dan teman yang perhatian,’ itulah akhir perjalanan penulis selama di Surabaya. Segala bentuk komunikasi kepada penulis dapat disampaikan melalui e-mail:
[email protected].