Studi Kasus Tentang .... (Ridho Wijaksono) 1
STUDI KASUS TENTANG PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DALAM MEMBANGUN PENERIMAAN ORANGTUA TERHADAP ANAKNYA YANG AUTIS CASE STUDY OF SOCIAL SUPPORT EFFECT IN BUILDING THE PARENTS ACCEPTANCE TOWARD THEIR AUTISM CHILDREN Oleh: Ridho Wijaksono, Bimbingan dan Konseling, fakultas ilmu pendidikan, universitas negeri yogyakarta
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara mendalam tentang pengaruh dukungan sosial dalam membangun penerimaan orangtua terhadap anaknya yang autis. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus. Pemilihan subjek penelitian menggunakan teknik purposive yaitu orangtua yang mempunyai anak autis. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan observasi sehingga instrumen pendukungnya berupa pedoman wawancara dan pedoman observasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, display data, lalu dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan teknik triangulasi data antar sumber dan metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, orangtua anak autis menerima dukungan sosial yang terdiri dari dukungan emosional berupa empati, kepedulian dan perhatian, dukungan penghargaan berupa penilaian positif terhadap ide dan gagasan dari cara pengasuhannya, dukungan instrumental berupa bantuan langsung dalam membantu meringankan pekerjaannya, dukungan informasi berupa berbagai nasehat, saran dan pengetahuan terkait anak autis. Berbagai dukungan sosial yang diterima tersebut membuat orangtua anak autis bisa menerima anaknya dengan baik yang ditandai dari komunikasi orangtua dengan anak, perhatian dan kasih sayang, keterlibatan orangtua, dan kepercayaan orangtua pada anak. Dukungan ini membuat orangtua merasa masih ada yang peduli, paham, menghargainya dan membuat orangtua termotivasi serta percaya diri dalam mengasuh dan mengembangkan anaknya yang autis sesuai potensi yang dimiliki. Kata kunci: dukungan sosial, penerimaan orangtua, anak autis.
Abstract This research is aimed to identify deeply about the influence of social support on building the parents acceptance toward their autism children. This research uses qualitative approach with the method of case study. The subjects are determined using purposive technique, i.e. who have autism children. The data collecting method used are observation and interview. To analyze the data, the technique used reduction data, display data, and conclusion drawing. To validate the data, technique of triangulation is used source and method. The result of research shows that parents of autism children accept social support which is consist of empathy as emotional support, care and attention, positive point of view as the respect support toward the ideas of how to look after, instrumental support that is a help to enlighten their jobs, kinds of advices as the information support, and study deal with the autism. Some of social supports received make the parents of autism children accept their children well which is indicated by the communication between parents and the children, attention and love, the involve of parents, and the faith of parents to the children. These supports make parents feel that there are some still care, understand, give respect, and make parents are motivated and have self-confidence to look after and develop their autism children according to their potentiality. Keyword: social support, parents acceptance, autism children.
pasangan suami istri, anak merupakan sebuah
PENDAHULUAN Sebagai seorang manusia, setiap individu pasti menginginkan
kehidupan
yang
sempurna.
anugerah yang besar dalam kehidupan. Oleh karena itu memiliki anak yang sehat secara fisik,
Begitupun ketika menjadi sepasang suami istri,
mental,
dan
psikologis
sangatlah
diidamkan
kehadiran anak menjadi sebuah kesempurnaan
orangtua. Hal tersebut karena hampir semua
tersendiri bagi sebuah keluarga. Bagi kebanyakan
orangtua menginginkan segala sesuatu
yang
2 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-5 2016
terbaik
untuk
buah
hatinya,
Namun
pada
yang mengejutkan dan membuyarkan impian
kenyataannya tidak semua anak bisa terlahir
orangtua pada buah hatinya tercinta, maka pada
normal atau sempurna. Ada beberapa anak yang
saat itulah muncul kekecewaan yang mendalam
terlahir dengan ketidaksempurnaan dalam dirinya,
dan sulit untuk digambarkan.
baik fisik, mental, maupun psikologis. Salah satu
Menurut Mirza (2011: 38) setiap orangtua
ketidaksempurnaan yang bisa dialami anak yaitu
ketika
gangguan autis.
mengalami
Joko Yuwono (2012: 26) menyatakan bahwa autis
merupakan
neurobiologis
gangguan
yang
sangat
perkembangan komplek
dalam
pertama
kali
gangguan
mendengar autis
akan
anaknya mengalami
perasaan tak percaya, marah, tak dapat menerima dengan harapan bahwa diagnosis itu salah, rasa shock, panik, sedih, bingung, dan lain sebagainya.
kehidupan yang panjang. Autis meliputi gangguan
Kebanyakan
orangtua
akan
sulit
menerima
pada aspek perilaku, interaksi sosial, komunikasi
kenyataan bahwa anaknya memiliki gangguan
dan bahasa serta gangguan emosi dan persepsi
autis. Orangtua akan cenderung cemas dan
sensori bahkan pada aspek motoriknya. Menurut
bingung tentang situasi dan kondisi yang akan
hasil penelitian, tingkat prevalensi dari autis ini
dihadapi anaknya di masa yang akan datang.
diperkirakan empat sampai lima per 10.000 anak
Kebanyakan orangtua juga akan memikirkan
mengalami gangguan autis. Beberapa penelitian
reaksi lingkungan sosial mereka ketika mengetahui
yang lebih luas memperkirakan 10 sampai 11 dari
bahwa mereka memiliki anak autis. Menurut
10.000 anak mengalami gangguan autis (Dawson
Jordan (dalam Joko Yuwono, 2012: 115) ada
& Castelloe dalam Triantoro Safaria, 2005).
beberapa problem yang akan dihadapi oleh
Kehadiran anak autis di dalam sebuah
orangtua yang mempunyai anak autis yaitu
keluarga akan mempengaruhi kehidupan keluarga
ketidak-ahlian orangtua, harga diri orangtua,
tersebut,
psikologis
ketidakyakinan orangtua terhadap masa depan
orangtua. Beberapa orangtua yang pada awalnya
anak, akibat yang lebih komplek, akibat emosi
kurang memiliki informasi dan pengetahuan
sosial, dukungan informasi dan dukungan sosial.
mengenai
terlebih
pada
gangguan
autis
keadaan
akan
mengalami
Menurut Joko Yuwono (2012: 96) ada
kebingungan tentang masalah-masalah yang terjadi
kecenderungan
penolakan
pada anaknya. Hal tersebut menyebabkan beberapa
dilakukan oleh orangtua pada awal mengetahui
orangtua awalnya ragu pada gejala tertentu yang
anaknya memiliki gangguan autis. Salah satu
ditunjukkan anaknya. Ketika orangtua mengetahui
contoh sikap yang menunjukkan bahwa ada
anaknya didiagnosis memiliki gangguan autis,
penolakan
maka akan terjadi konflik dalam diri masing-
orangtua adalah dengan meminta pendapat dari
masing baik sang ayah maupun sang ibu. Konflik
beberapa ahli tentang diagnosis gangguan autis
tersebut terkait dengan keinginan dan harapan
pada anaknya. Hal tersebut dapat diartikan
yang mungkin tidak dapat terpenuhi untuk
orangtua belum sepenuhnya percaya akan apa yang
memiliki anak sehat dan normal yang bisa
terjadi pada anaknya dan masih mengharapkan
dibanggakan dalam lingkungan sosialnya. Ketika
adanya diagnosis lain yang menyebutkan anak
harapan itu dimentahkan oleh kenyataan pahit
mereka termasuk anak yang normal.
terselubung
terselubung
yang
dilakukan
yang
oleh
Studi Kasus Tentang .... (Ridho Wijaksono) 3
Melalui wawancara kepada DA pada 23 Maret
dengan baik, kooperatif, ramah, royal, secara
2015, salah seorang ibu yang mempunyai anak
emosional stabil, dan gembira (Hurlock, 1999:
autis mengatakan pada saat mengetahui anaknya
204). Menurut Lestari (dalam Marina Dwi
didiagnosis memiliki gangguan autis pada umur
Mayangsari, 2013: 19), penerimaan orangtua
1,5 tahun, DA sangat shock mendengar keadaan
merupakan sikap dan cara orangtua dalam
anaknya tersebut karena awalnya anaknya terlahir
memperlakukan anak yang ditandai dengan adanya
sebagai anak yang normal. DA tidak dapat
komunikasi orangtua dengan anak, perhatian dan
langsung menerima kenyataan bahwa dia harus
kasih
menjadi ibu dari anak autis. DA merasa tidak
kepercayaan, serta memperlakukan anak sesuai
percaya dengan apa yang menimpa anaknya, DA
dengan kemampuannya. Penerimaan orangtua ini
selalu bertanya-tanya pada hatinya mengapa bisa
merupakan suatu efek psikologis dan perilaku dari
terjadi kepada anaknya. DA bingung dengan
orangtua pada anaknya seperti rasa sayang,
keadaan yang dialami anaknya karena tidak
kelekatan, kepedulian, dukungan dan pengasuhan
memiliki
di mana orangtua tersebut bisa merasakan dan
pengetahuan
sama
sekali
tentang
gangguan autis, DA juga tidak tau apa yang akan dilakukan ke depannya.
sayang,
menghargai
anak,
memberi
mengekspresikan rasa sayang kepada anaknya. Kelahiran anak yang mengalami gangguan
Pada akhirnya, setelah dihadapkan pada fakta
autis merupakan kenyataan yang berat yang harus
yang objektif dari berbagai sumber ahli, maka
dipikul oleh orangtua. Kenyataaan ini akan
orangtua dengan sangat berat dan terpukul
mempengaruhi keseluruhan hidup orangtua dan
menerima kenyataan pahit yang menimpa anaknya.
keluarga,
Ada
menghadapi
masa
orangtua
mengetahui tindakan
merenung tepat
apa
dan
tidak
serta
bagaimana
lingkungan
orangtua
sosial
dalam
masyarakat.
yang harus
Dukungan dari lingkungan sosial masyarakat
diperbuat. Tidak sedikit orang tua yang kemudian
(dukungan sosial) juga dapat menjadi faktor
memilih tidak terbuka mengenai keadaan anaknya
dukungan bagi orangtua dalam menerima dirinya
kepada teman, tetangga bahkan keluarga dekat
sebagai orangtua yang mempunyai anak autis. Hal
sekalipun, kecuali pada dokter yang menangani
ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh
anaknya tersebut (Dyah Puspita, 2004). Setelah
Amalia Ismail (2008: 50) bahwa ketika seseorang
mengetahui anaknya positif mengidap gangguan
mendapat perlakuan dari lingkungan sosial yang
autis, tidak mudah untuk orangtua mengalami fase
mendukung, maka akan dapat menerima dirinya
ini. Orangtua akan melalui proses beragam yang
dengan lebih baik. Senada dengan penelitian dari
tentunya akan mengalami berbagai tahap yang
Amalia Ismail, penelitian yang dilakukan Alfina
pada akhirnya diharapkan akan sampai pada tahap
Ulyatin Nur (2012) menunjukkan bahwa adanya
penerimaan.
hubungan yang sangat signifikan antara dukungan
Penerimaan orangtua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang pada anak. Orangtua yang
sosial dan religiusitas dengan penerimaan orangtua pada anak berkebutuhan khusus.
menerima akan memperhatikan perkembangan
Menurut Gottlieb (1985) dukungan sosial
kemampuan anak dan memperhitungkan minat.
adalah bantuan atau nasehat yang diberikan oleh
Anak yang diterima umumnya bersosialisasi
keakraban sosial di lingkungan sosial. Penerimaan
4 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-5 2016
dapat berupa verbal maupun non verbal ataupun
METODE PENELITIAN
bantuan nyata berupa tindakan yang mempunyai
Jenis Penelitian
manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak
Pendekatan
penelitian
menggunakan
penerima. Jika dikaitkan dengan orangtua yang
pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus.
memiliki anak dengan gangguan autis, maka dapat
Waktu dan Tempat Penelitian
dikatakan dukungan sosial merupakan nasehat
Penelitian
ini
dilakukan
di
daerah
maupun bantuan dengan tindakan nyata dari
kabupaten Sleman, kecamatan Depok, kelurahan
lingkungan sekitar yang dapat bermanfaat bagi
Condongcatur. Tepatnya di rumah subjek dan
orangtua yang memiliki anak autis.
lingkungan sekitar rumah subjek.
Keluarga, teman dan tetangga merupakan bagian
dari
lingkungan
sangat
Subjek penelitian dipilih menggunakan
berpengaruh dalam memberikan dukungan sosial
cara purposive yaitu berdasarkan tujuan dari
kepada orangtua. Sebagai keluarga umumnya akan
penelitian
merasakan juga keprihatinan yang sama dengan
merupakan orangtua yang mempunyai anak autis
apa yang dirasakan oleh orangtua anak autis,
serta neneknya dan bersedia menjadi subjek
kadang-kadang
penelitian.
mereka
sosial
juga
yang
Subjek Penelitian
bingung
dalam
memberikan respon kepada orangtua anak autis.
ini.
Subjek
pada
penelitian
ini
Metode Pengumpulan Data
Kadang-kadang mungkin juga mereka memberikan
Teknik pengumpulan data yang dilakukan
respon yang kurang baik terhadap orangtua anak
pada penelitian ini untuk memperoleh data yang
autis karena ketidaktahuannya mengenai gangguan
diperlukan
autis (Triantoro Safaria, 2005: 112). Hal semacam
mendalam dan observasi.
ini memberikan pengaruh negatif juga terhadap
a. Wawancara mendalam
penerimaan yang dilakukan orangtua terhadap anaknya.
yaitu
dengan
cara
wawancara
Teknik wawancara mendalam ini diperoleh langsung
dari
subjek
penelitian
melalui
Dukungan sosial ini sangat penting bagi
serangkaian tanya jawab dengan pihak-pihak yang
individu yang sedang mengalami gejolak dalam
terkait langsung dengan pokok permasalahan.
kehidupannya, termasuk bagi orangtua yang
Dalam penelitian ini wawancara digunakan untuk
memiliki anak dengan gangguan autis. Dukungan
mengumpulkan data tentang pengaruh dukungan
sosial
berperan
orangtua
yang
dalam
memelihara
keadaan
sosial dalam membangun penerimaan orangtua
sedang
mengalami
tekanan
terhadap anaknya yang autis.
psikologis karena mempunyai anak autis. Bentuk dukungan yang diberikan dapat berupa nasehat,
b. Observasi Aspek-aspek
yang
akan
diamati
dengan
empati, perhatian, kasih sayang, dan penerimaan di
observasi dalam penelitian ini, yaitu:
lingkungan tersebut. Dukungan sosial membuat
a) Aspek komunikasi
orangtua yang mempunyai anak autis hidup
b) Aspek perhatian dan kasih sayang orangtua
layaknya sebagaimana orangtua yang mempunyai anak normal.
kepada anak c) Aspek keterlibatan orangtua d) Aspek kepercayaan orangtua pada anak
Studi Kasus Tentang .... (Ridho Wijaksono) 5
Uji keabsahan data pada penelitian ini
Instrumen Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.
Dalam
menggunakan
penelitian instrumen
ini
peneliti
pendukung,
menggunakan teknik triangulasi yaitu sumber dan metode.
juga yaitu
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pedoman wawancara dan pedoman observasi
1. Respon ketika mempunyai anak autis dan
Teknik Analisis Data
masalah yang dihadapi orangtua anak autis Berdasarkan
Teknik analisis data yang digunakan dalam
wawancara
yang
telah
penelitian ini mengacu pada konsep Milles and
dilakukan dengan subjek orangtua yang terdiri dari
Huberman (1992: 16-20) yaitu interactive model
ayah dan ibu, diketahui respon ketika awal
yang mengklasifikasikan analisis data dalam tiga
mempunyai anak autis dan masalah yang dihadapi
langkah, yaitu:
orangtua dengan anak autis. DA dan BS pertama
a. Data reduction (Reduksi data)
kali mengetahui anaknya mempunyai gangguan
Reduksi
pemilahan,
autis merasa sedih, kecewa, tidak percaya dengan
penyederhanaan,
keadaan anaknya dan menolak dengan keadaan
pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
anaknya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.
dikatakan Mirza (2011: 38) bahwa setiap orangtua
pemusatan
data
yaitu
perhatian
proses
pada
ketika
mengalami
b. Display data (Penyajian data) Penyajian data dilakukan untuk menyusun informasi
sehingga
memungkinkan
pertama
adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
kali
gangguan
mendengar autis
anaknya
akan mengalami
perasaan tak percaya, marah, tak dapat menerima dengan harapan bahwa diagnosis itu salah, rasa shock, panik, sedih, bingung, dan lain sebagainya.
Penyajian data diambil dari reduksi agar kita dapat
Subjek DA dan BS sebelum sepenuhnya
memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang
percaya dengan keadaan anaknya yang mempunyai
dilakukan berdasarkan pemahaman yang didapat
gangguan autis sempat membawa anaknya ke
dai penyajian-penyajian tersebut.
beberapa
c. Verifikasi (Penarikan kesimpulan)
diagnosis autis pada anaknya, ini menunjukan
Dalam penelitian ini akan diungkap mengenai
adanya
dokter
untuk
penolakan
memastikan
terhadap
kenyataan
tentang
yang
makna dari data yang dikumpulkan. Dari data
ditunjukkan oleh DA dan BS. Hal ini seperti yang
tersebut akan diperoleh kesimpulan yang tentatif,
dikatakan oleh Joko Yuwono (2012: 96) yang
kabur, kaku, dan meragukan sehingga kesimpulan
menyatakan bahwa ada kecenderungan penolakan
tersebut perlu diverifikasi. Verifikasi dilakukan
terselubung yang dilakukan oleh orangtua pada
dengan melihat kembali reduksi data maupun
awal mengetahui anaknya memiliki gangguan autis
penyajian data sehingga kesimpulan yang diambil
seperti sikap meminta pendapat dari beberapa ahli
tidak menyimpang dari data yang dianalisis.
tentang diagnosis gangguan autis pada anaknya.
Uji Keabsahan Data
Adanya
keinginan
mengharapkan
hasil
dari
orangtua
diagnosis
lain
untuk yang
menyebutkan anak mereka termasuk anak yang
6 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-5 2016
normal. Setelah mendapat diagnosis yang pasti,
yang
kemudian
menerimanya
subjek
DA
dan
BS
mengalami
kebingungan karena awalnya mereka tidak tahu
bersangkutan
membuat
merasa
orang
dipahami,
yang
diterima
keberadaan dan keadaannnya.
akan melakukan apa terhadap anaknya karena
Penerimaan orangtua terhadap anaknya
sebelumnya mereka tidak memahami tentang
yang autis ini dapat dilihat dari hasil pengamatan
gangguan autis. Atas usulan dari dokter akhirnya
peneliti yang menunjukkan adanya kepercayaan
DA dan BS melakukan terapi kepada anaknya
DA dan BS terhadap anak dengan membiarkan
dengan mendatangi terapisnya, sampai sekarang
anaknya yang mempunyai gangguan autis bermain
subjek DA dan BS masih melakukan terapi kepada
di luar rumah meskipun dengan keadaan anak yang
anaknya namun terapisnya yang datang ke
agresif dan tidak bisa berinteraksi dengan baik di
rumahnya.
lingkungannya tersebut. Hal ini seperti yang
2. Dukungan emosional yang diterima dalam
dikemukakan oleh Lestari (dalam Marina Dwi
membangun
Mayangsari,
penerimaan
orangtua
terhadap
anaknya yang autis
2013:
19)
bahwa
penerimaan
orangtua merupakan sikap dan cara orangtua
Dukungan emosional merupakan salah satu
dalam memperlakukan anak yang ditandai dengan
aspek dukungan sosial yang digunakan untuk
adanya
melihat
dalam
perhatian dan kasih sayang, menghargai anak,
terhadap
memberi kepercayaan, serta memperlakukan anak
bagaimana
membangun
dukungan
penerimaan
sosial
orangtua
komunikasi
orangtua
dengan
anak,
anaknya yang autis. Pada subjek orangtua anak
sesuai dengan kemampuannya.
autis ini yang terdiri dari ayah dan ibu yaitu BS
3. Dukungan penghargaan yang diterima dalam
dan DA, dukungan emosional yang diterima
membangun
subjek
anaknya yang autis
BS
dari
orang-orang
sekitarnya
digambarkan dari orang-orang sekitarnya yang
penerimaan
orangtua
terhadap
Aspek dukungan sosial yang kedua adalah
mampu memahaminya dengan mereka tetap baik,
dukungan
peduli dan perhatian kepada mereka sebagai
menerima dukungan penghargaan dari orang-orang
orangtua anak autis. Hal ini membuat mereka
sekitarnya berupa penilaian positif dari hal-hal
merasa
orang-orang
yang dilakukan untuk anaknya, mendukung segala
sekitarnya. Tidak jauh berbeda dengan subjek BS,
kegiatan yang dilakukannya untuk perkembangan
subjek DA merasa menerima dukungan secara
anaknya yang autis. Respon yang baik dari
emosional
sekitarnya
lingkungannya ini yang membuat subjek DA
digambarkan dari orang-orang sekitarnya yang
merasa apa yang dilakukannya itu tidak salah
dapat memahaminya sebagai orangtua anak autis,
dalam
peduli dengan dirinya dengan selalu ada untuk
subjek
membantu membuat DA merasa terbantu secara
penghargaan yang digambarkan dari dukungan
mental sehingga mampu menerima anaknya yang
orang-orang yang menilai segala sesuatu yang
autis. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh House
dilakukan oleh subjek BS sudah benar kepada
(dalam Smet, 1994: 136-137) bahwa ungkapan
anaknya. Dukungan penghargaan yang diberikan
empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang
oleh orang-orang sekitarnya ini membuat subjek
dirinya
dari
dihargai
oleh
orang-orang
penghargaan.
mengambil BS
Subjek
keputusannya.
merasa
mendapat
DA
merasa
Selanjutnya dukungan
Studi Kasus Tentang .... (Ridho Wijaksono) 7
BS
lebih
percaya
bahwa
tindakan
yang
Lestari (dalam Marina Dwi Mayangsari, 2013: 19)
dilakukannya sudah benar. Hal ini sependapat
yaitu aspek perhatian dan kasih sayang dimana
dengan pernyataan yang dikemukakan oleh House
merupakan kemampuan orangtua yang dirasakan
(dalam Smet, 1994: 136-137) yang mengatakan
oleh anak dalam hal memberi perlindungan dan
bahwa ungkapan hormat (penghargaan) positif
kasih sayang, memperhatikan kemajuan prestasi
untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan
belajar, memberikan nasehat yang bijaksana, dan
dengan gagasan atau perasaan individu dan
memberikan dorongan kepada anak.
perbandingan positif orang itu dengan orang-orang
4. Dukungan instrumental yang diterima dalam
lain mengembangkan harga diri dan rasa percaya
membangun
diri orang yang menerimanya.
anaknya yang autis
penerimaan
orangtua
terhadap
Dukungan penghargaan yang diterima oleh
Aspek dukungan sosial yang ketiga adalah
subjek DA dan BS seperti penilai positif, respon
dukungan instrumental. Dukungan instrumental
yang
sekitarnya
yang didapat oleh DA berasal dari orang-orang
memungkinkan orangtua anak autis melihat segi
sekitarnya seperti nenek, asisten rumah tangga dan
positif dari apa yang sedang dihadapi sehingga
guru
tidak mudah menyerah dalam menghadapi cobaan
tersedianya
mempunyai anak autis. Seperti yang dikemukakan
diberikan oleh orang-orang sekitarnya bukan
oleh
Esrom
berupa materi ataupun benda melainkan bantuan
Kanine, & Ferdinand Wowiling, 2013: 5) bahwa
secara langsung berupa pekerjaan dalam menjaga
pemberian dukungan membantu individu untuk
dan mengasuh anaknya yang autis. Kemudian BS
melihat segi-segi positif yang ada dalam dirinya
juga mengatakan hal yang sama dengan DA,
dibandingkan dengan orang lain yang berfungsi
bahwa BS merasa merasa menerima dukungan
untuk
dan
secara langsung berupa ikut dalam menjaga dan
kemampuan serta merasa dihargai dan berguna
memenuhi kebutuhan anaknya yang diberikan oleh
saat individu mengalami tekanan atau masalah.
nenek, asisten rumah
baik
dari
Nursalam
orang-orang
(dalam
menambah
Suryaningsih,
kepercayaan
diri
Penerimaan orangtua ditandai dari bentuk perhatian
dan
sayang
anaknya.
dukungan
DA secara
mengungkapkan langsung
tangga, terapis,
yang
guru
anaknya, dan anaknya yang kedua. Bantuan
yang orangtua
langsung tersebut membuat DA dan BS merasa
tunjukkan pada anaknya yang autis, salah satunya
menjadi lebih siap dalam menghadapi masalah
adalah
kemajuan
yang ada, kuat dalam menjalaninya dan bisa
perkembangan anak dengan memanggil terapis ke
menerima anaknya yang autis. Hal ini sejalan
rumahanya, mendesain rumahnya sedemikian rupa
dengan pendapat House (dalam Smet, 1994: 136-
agar anak lebih aman berada di dalam rumahnya
137)
seperti membuang pintu ruang tengah karena anak
instrumental dapat membuat individu menjadi
sering menabrak ketika berlarian di dalam rumah,
lebih siap dalam menghadapi masalah.
dengan
kasih
sekolah
memperhatikan
yang
menyatakan
bahwa
dukungan
menutup setiap bagian rumah yang tajam dengan
Kesiapan DA dan BS dalam menghadapi
dibungkus spons supaya tidak berbahaya ketika
masalah sebagai orangtua anak autis bisa dilihat
anak bermain. Hal ini sesuai dengan salah satu
dari hasil pengamatan dimana mereka menyiapkan
aspek penerimaan orangtua yang diungkapkan
segala sesuatu untuk kesembuhan anaknya dan
8 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-5 2016
mau terlibat langsung dengan kegiatan yang
untuk
dilakukan anak. Seperti komputer yang disediakan
membuat panjatan dinding, terapi tiap sore untuk
oleh DA dan BS untuk bermain game interaktif
anaknya dan informasi mengenai dokter, terapis,
anaknya ini dimaksudkan untuk meningkatkan
bio medis juga diterima subjek BS dari orang-
keterampilan
orang sekitarnya.
anaknya
dalam
berinterkasi,
mengingat anak autis mempunyai kendala dalam
kesembuhan
anaknya.
Saran
seperti
Dari data yang diperoleh, dapat dikatakan
hal interaksi. Adanya keterlibatan BS dalam
bahwa
kegiatan
menunjukkan
informasi yang diperoleh subjek DA dan BS ini
penerimaan BS terhadap anaknya, hal ini sesuai
sesuai dengan pendapat dari House (dalam Smet,
dengan salah satu aspek penerimaan orangtua yang
1994: 136-137) yang mengatakan bahwa dukungan
diungkapkan
informasi
yang
dilakukan
Lestari
ini
(dalam
Marina
Dwi
bentuk
dukungan
mencakup
berupa
dukungan
memberikan
nasehat,
Mayangsari, 2013: 19) yaitu aspek keterlibatan
petunjuk-petunjuk, saran-saran, atau umpan balik
orangtua yang merupakan kemampuan orangtua
sehingga dapat memberi arah bertindak dan
dimana orangtua senantiasa dapat ikut serta
aspirasi
berpartisipasi dalam hal yang disukai anak,
masalah.
untuk
bersikap
dalam
menghadapi
berminat terhadap rencana dan ambisi anak,
Dari bentuk dukungan infomasi tersebut
melakukan perjalanan bersama-sama, melibatkan
membuat subjek DA dan BS bisa menerima
anak dalam pekerjaan orangtua.
anaknya
5. Dukungan informasi yang diterima dalam
kemampuannya
membangun
karena sering mendapat nasehat, saran dan
penerimaan
orangtua
terhadap
anaknya yang autis
dengan
baik
yang
berkomunikasi
ditandai
dari
dengan
anak
bimbingan. Kemampuan DA dan BS dalam
Aspek dukungan sosial yang keempat
berkomunikasi dengan anak salah satunya adalah
adalah dukungan informasi. Dukungan informasi
mendengarkan anaknya bercerita, memberikan
yang diterima subjek DA dari orang-orang
umpan balik kepada anaknya ketika bercerita,
sekitarnya ini berupa nasehat untuk bisa menerima
tidak mencela ketika anak berperilaku agresif
anaknya yang autis, saran-saran seperti melakukan
seperti memanjat lemari untuk mencoret-coret
terapi, harus ikhlas, tingkatkan rasa sayang
dinding dan atap rumah. Hal ini sesuai dengan
terhadap anak dan menjaga kesehatan secara
aspek penerimaan orangtua yang diungkapkan
mental dan jasmani. Kemudian informasi seperti
Lestari (dalam Marina Dwi Mayangsari, 2013: 19)
dokter, terapis, sekolah khusus anak autis dan
yaitu
berbagai informasi mengenai seminar tentang anak
kemampuan dari orangtua yang dirasakan oleh
autis
orang-orang
anak untuk dapat bertutur manis, bersikap terbuka,
sekitarnya yang memberitahukan kepada subjek
mendengarkan cerita, dan tidak mencela kesalahan
DA.
yang dilakukan anak.
biasanya
diperoleh
dari
aspek
komunikasi
Dukungan informasi yang diterima subjek BS pun tidak jauh beda yaitu berupa nasehat dan
SIMPULAN DAN SARAN
bimbingan dari nenek dan keluarga besar untuk
Simpulan
selalu sabar, kuat dan harus berjuang lebih giat
yang
merupakan
Studi Kasus Tentang .... (Ridho Wijaksono) 9
Berdasarkan
dari
hasil
penelitian
dan
autis, mengahargai setiap tindakan yang mereka
pembahasan yang telah dipaparkan pada bab IV,
lakukan untuk anaknya yang autis.
dapat
3. Dukungan instrumental
diambil
kesimpulan
bahwa
pengaruh
dukungan sosial dalam membangun penerimaan
Dukungan
instrumental
yang
diterima
orangtua terhadap anaknya yang autis adalah
subjek orangtua anak autis dari orang-orang
sebagai berikut:
sekitarnya berupa dukungan langsung dalam
1. Dukungan emosional
membantu
Dukungan emosional yang diterima oleh
mengasuh
pekerjaannya anaknya
yang
dalam
menjaga,
autis,
memenuhi
subjek orangtua anak autis dari orang-orang
kebutuhan anaknya dan membantu mengawasi
sekitarnya
kesulitan
ketika anaknya bermain di luar rumah. Keberadaan
sebagai orangtua anak autis, memahaminya dengan
dukungan secara langsung ini sangat membantu
mereka tetap baik kepadanya, tidak membedakan
mereka ketika sedang repot dan sibuk dengan
mereka
urusannya,
berupa
sebagai
bisa
orangtua
memahami
anak
autis,
tidak
membuat
mereka
merasa
tidak
mengucilkan keluarga dan anaknya yang autis,
sendirian dalam mengasuhnya karena masih ada
peduli dengan keadaan dirinya, peduli dengan
orang yang siap membantunya kapanpun.
keadaan anaknya, perhatian terhadap anaknya
4. Dukungan informasi
dengan ikut membantu mengasuh dan merawatnya.
Dukungan informasi yang diterima subjek
Dukungan emosional tersebut membuat subjek
orangtua anak autis dari orang-orang sekitarnya
orangtua anak autis bisa menerima anaknya
berupa nasehat agar selalu sabar dan kuat dalam
dengan baik karena merasa masih ada yang peduli,
menjalani cobaan mempunyai anak autis, nasehat
paham dan menghargainya sebagai orangtua anak
dalam hal untuk menerima anaknya, nasehat dalam
autis.
mengantisipasi dan mengasuh anaknya, saran
2. Dukungan penghargaan
untuk melakukan terapi, saran untuk membuat
Dukungan
diterima
panjatan dinding untuk permainan anaknya, saran
subjek orangtua anak autis dari orang-orang
agar selalu ikhlas dan lebih meningkatkan rasa
sekitarnya berupa penilaian positif dari ide dan
sayangnya walaupun anaknya autis, informasi
gagasan, mendapat dukungan untuk melakukan
mengenai terapis yang bagus, dokter, bio medis,
apapun
anaknya,
sekolah anak autis, seminar mengenai anak autis
keputusannya selalu mendapat respon yang baik.
yang cukup membantu dalam menambah wawasan
Hal ini membuat subjek orangtua anak autis
orangtua anak autis.
merasa
penghargaan
untuk
senang
yang
perkembangan
bahwa
yang
dilakukannya
merupakan hal yang benar sehingga membuat
Saran
subjek bisa menerima anaknya dengan baik karena
Berdasarkan hasil penelitian dan informasi
bentuk penghargaan yang diberikan orang-orang
yang diperoleh, maka peneliti dapat memberikan
sekitarnya membuat mereka lebih percaya diri
beberapa saran sebagai berikut:
dalam menyembuhkan anaknya tersebut dan
1. Bagi Orangtua Anak Autis
menyadari
bahwa
orang-orang
sekitarnya
menghargai keberadaannya sebagai orangtua anak
Bagi orangtua yang mempunyai anak autis sebaiknya
lebih
terbuka
dengan
lingkungan
10 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-5 2016
sosialnya tentang keadaan anaknya, agar bisa menerima dukungan sosial dari lingkungan sekitar, bisa menerima keadaan anaknya apa adanya dan berusaha
semaksimal
mungkin
untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki anak dari bakat dan minat yang ditunjukkan oleh anaknya. 2. Bagi Pihak Keluarga dan Lingkungan Sekitar Bagi pihak keluarga dan lingkungan sekitar yang mempunyai relasi orangtua yang mempunyai anak autis sebaiknya memberikan dukungan sosial berupa dukungan emosional dengan menunjukkan kepedulian,
dukungan
penghargaan
dengan
penilaian yang positif, dukungan instrumental berupa dukungan secara langsung untuk siap membantu, dukungan informasi dengan pemberian nasehat, saran, bimbingan dan pengetahuan untuk menambah wawasan mengenai anak autis.
DAFTAR PUSTAKA Alfina Ulyatin Nur. (2012). Hubungan antara Dukungan Sosial dan Religiusitas dengan Penerimaan Orangtua pada Anak Berkebutuhan Khusus. Skripsi. Fakultas Psikologi-UMK. Amalia
Ismail. (2008). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Penerimaan Diri Ibu Dari Anak Autis. Skripsi. Fakultas Psikologi-UNIKA
Dyah Puspita. (2004). Peran Keluarga pada Penanganan Individu Autistic Spectrum Disorder. Diakses dari http://puterakembara.org/rm/peran_ortu.ht m. Pada tanggal 16 Maret 2015, Jam 09.45 WIB. Gottlieb, Benjamin H. (1985). Social Support Strategies : Guidelines for Mental Health. New Delhi: Sage Publication. Hurlock, E.B. (1999). Perkembangan Anak Jilid 2. Edisi Keenam : Alih Bahasa dr. Med. Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Erlangga. Joko Yuwono. (2012). Memahami Anak Autistik (Kajian Teoritik dan Empirik). Bandung: Alfabeta.
Marina
Dwi Mayangsari. (2013). Motivasi Berprestasi Mahasiswa Ditinjau dari Penerimaan Orangtua. Jurnal Ecopsy. Volume 1. Nomor 1. Hlm. 19.
Miles, Matthew.B & Huberman, A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif. Penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Press. Mirza Maulana. (2011). Anak Autis : Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain Menuju Anak Cerdas dan Sehat. Jogjakarta: Katahati. Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Crasindo. Suryaningsih. M. S, Esrom Kanine, & Ferdinand Wowiling. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Depresi pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik di Ruangan Hemodialisa Blu Rsup Prof. Dr. R D. Kandou Manado. Ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Triantoro Safaria. (2005). Autisme Pemahaman Baru untuk Hidup Bermakna bagi Orang Tua. Yogyakarta: Graha Ilmu.