USULAN PERANCANGAN MAINTENANCE SCORECARD DAN PENENTUAN KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) DENGAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG AREA BINTARO (Studi Kasus : Dept. Distribusi PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya & Tangerang Area Bintaro)
Dewi Fatimah Zahra1, Nova Pangastuti2, Rizal H. Kartowisastro3, Khristian Edi Nugroho Soebandrija Teknik Industri, Fakultas Teknik, Binus University Jl. KH Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Telp: (021) 5345830
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRACT The assessment in the performance of maintenance can use many methods that support with it, such as the Maintenance Scorecard where the method is performed overall approach that will be used and developed to implement the strategy in an asset management company. Perspectives that exist within the maintenance scorecard interlinked with each other. The linkage between the strategy will give benefits in the overall performance appraisal as done separately in accordance with the extent of the problem. Program departments do not always have the same weight to each other so we need analytic network process calculations. The design of the Maintenance Scorecard is done by multiplying the weight value calculation that exist in a Super Decision with scores on the Likert scale value results will be obtained from each perspective. The greatest value of perspective is the value that should be prioritized. Productivity has a value 1.264, Quality 1.043, Cost Effectiveness 0.768, Safety 0.407, Environment 0.244, and Learning at 0.179. From the results, Productivity be the priority should be to support the improvement of the performance. After knowing the results, researchers conducted a factor analysis and Fishbone in knowing the causes of the existing problems in the perspective of productivity. Key Words : Maintenance scorecard, ANP, Super Decision , Fishbone
ABSTRAK Penilaian dalam kinerja pemeliharaan dapat menggunakan banyak metode yang mendukungnya, seperti Maintenance Scorecard dimana metode ini merupakan pendekatan
yang dilakukan secara menyeluruh yang akan digunakan serta dikembangkan dalam mengimplementasi strategi dalam manajemen aset suatu perusahaan. Perspektif-perspektif yang ada didalam maintenance scorecard satu sama lain saling terkait. Keterkaitan antara strategi tersebut akan menguntungkan dalam sisi penilaian kinerja secara menyeluruh karena dilakukan secara terpisah sesuai dengan batasan masalah. Program departemen tidak selalu memiliki bobot yang sama antara satu dengan lainnya sehingga perlu dilakukan perhitungan analytic network process.Perancangan maintenance scorecard dilakukan dengan perhitungan mengalikan nilai bobot yang ada pada superdecision dengan nilai pada skala Likert nantinya akan didapat hasil nilai dari tiap perspektif. Nilai hasil perspektif yang paling besar adalah nilai yang harus diprioritaskan. Nilai perspektif Productivity memiliki nilai pengukuran kinerja seluruhnya sebesar 1.264, untuk Quality 1.043 , Cost Effectiveness 0.768, Safety 0.407 ,Environment 0.28145 dan learning sebesar 0.1935. Dari hasil yang didapat nilai pengukuran hasil maintenance scorecard tersebut yaitu perspektif Productivity menjadi prioritas yang harus dilakukan perbaikan untuk menunjang kinerja tersebut.Setelah mengetahui hasil tersebut, peneliti melakukan analisis Fishbone dalam mengetahui faktor dan penyebab dari permasalahan yang ada dalam perspektif Productivity. Kata kunci: Maintenance scorecard, ANP, Super Decision , Fishbone
1. PENDAHULUAN Dengan pertumbuhan ekonomi dan industri yang meningkat membuat pihak PT PLN memerlukan banyak aset yang akan mendukung jual beli kelistrikan. Aset yang ada di dalam PLN tentunya harus diimbangi dengan perawatan (maintenance) yang tepat sasaran serta efektif dan efisien. Perawatan yang baik harus disertai dengan strategi yang dapat membantu pihak maintenance dalam mengatasi dan memecahkan permasalahan yang dihadapi. Untuk mengurangi gangguan pada gardu perlu adanya strategi yang dapat mengatur secara sistematis terkait dengan kegiatan maintenance pada gardu. Pengukuran kinerja terhadap kegiatan maintenance sangat diperlukan untuk mengetahui progres kinerja yang selama ini dilakukan pihak maintenance. Pengukuran kinerja tersebut akan membantu memberikan informasi yang akan dibutuhkan oleh pihak manajemen untuk pengambilan keputusan yang efektif.
Identifikasi Masalah 1.
2. 3.
Perspektif apakah yang perlu diprioritaskan untuk menunjang kinerja divisi Distribusi pada bagian maintenance di PT PLN (Persero) Distribusi Jakrta Raya dan Tangerang Area Bintaro ? Setelah diperoleh perspektif yang paling rendah, berdasarkan nilai bobot yang paling tinggi, faktor apa saja yang menyebabkan perspektif tersebut menjadi prioritas? Apakah solusi untuk meningkatkan kinerja dalam mendukung kegiatan maintenance pada divisi distribusi di PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Area Bintaro?
2. LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pemeliharaan Pemeliharaan didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan untuk menjaga agar fasilitas tetap berada pada kondisi yang sama pada saat pemasangan awal sehingga dapat terus bekerja sesuai dengan kapasitas produksinya (Mann, 1976). Manajemen perawatan secara umum merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, organisasi dan kepegawaian, implementasi program dan metode kontrol kegiatan perawatan.
2.2 Konsep Dasar Maintenance Scorecard Maintenance Scorecard diaplikasikan melalui suatu hierarki tujuan atau pendekatan yang terstruktur. Pendekatan yang terstruktur ini terdiri dari rantai tujuan melalui tiga level
yang fundamental yaitu corporate,strategic, dan functional, yang mana hal ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.1 Hierarki Tujuan MSC Productivity Perspective Berikut adalah contoh pendekatan dari perspektif produktifitas yaitu meningkat waktu produktif mesin,meningkatkan kapasitas mesin serta peningkatan waktu produktif terkait dengan administrasi.
Cost Effectiveness Perspective Sebagai sebuah faktor utama dari pengeluaran operasional perusahaan, area ini sering kali menarik perhatian ketika profit marjin perlu ditingkatkan atau ketika keseluruhan direct cost perlu diturunkan. Ada tiga
Safety Perspective Peningkatan accessability dan responsibility adalah kunci penggerak dalam perspektif ini.Perhatian pada accessability dalam insiden kecelakaan pada tempat kerja terus meningkat setiap tahunnya.
Environmental Perspective Pada masa saat ini semakin sadar akan efek dari rumah kaca, fenomena dari perubahan iklim, dan hal-hal mengenai lingkungan lainnya. Dalam hal ini perusahaan yang melakukan tindakan perusakan alam akan dikenai hukuman yang berlaku.
Quality Perspective Kualitas dari suatu produk secara umum tergantung dari tercapai atau terlampauinya syarat yang diinginkan pasar, dan hal tersebut dilakukan secara konsisten. Human Error sering menjadi faktor utama yang menjadi penyebab kecelakaan dalam industri.
Learning Perspective Area ini merupakan yang paling penting bagi aset manajemen.Ini adalah area dimana otomatisasi berskala besar dari penggantian tenaga mekanik tidak mungkin secara teknologi.
2.3Analytic Network Process (ANP) Analytical Network Process (ANP) adalah generalisasi dari Analytical Hierarchy Process (AHP), dengan mempertimbangkan ketergantungan antara elemen-elemen hirarki (Saaty, 2008). Banyak masalah keputusan tidak bisa terstruktur secara hierarki karena mereka melibatkan interaksi dan ketergantungan elemen-elemen dari level tertinggi.
2.4 Super Decision Super Decision adalah suatu perangkat lunak yang digunakan untuk mengimplementasikan metode Analytic Network Process (ANP) (superdecisions.com).Pada metode maintenance scorecard, Super Decision digunakan untuk menentukan pembobotan Key Performance Indicator. Versi yang digunakan adalah Super Decision 2.2.6
2.5 SmartPLS SmartPLS adalah suatu perangkat lunak yang digunakan untuk pemodelan jalur dengan variabel laten (LVP). SmartPLS banyak digunakan untuk menganalisis sem. Alat bantu yang digunakan berupa program SmartPLS Versi 2 yang dirancang khusus untuk mengestimasi persamaan struktural dengan basis variance.
2.6 Ishikawa Chart (Fishbone) Merupakan salah satu tool yang efektif untuk mengidentifikasi penyebab yang dapat menyebabkan masalah dengan tulang utama (main bone) yang menggambarkan masalah utama dimana tersambung dengan tulang-tulang lainnya yang menggambarkan penyebab masalah tersebut.Ishikawa Chart juga dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengalokasikan resources untuk menyelesaikan masalah (Bilsel & Lin, 2012).
2.7 Key Performance Indicator (KPI) KPI didefinisikan sebagai ukuran utama yang akan memberikan gambaran tentang performa dari suatu aset, sistem, departemen, cabang atau perusahaan dalam sebuah area performa tertentu (Mather, 2006). KPI juga akan memberikan gambaran dari performa secara keseluruhan dalam area yang lebih spesifik.
2.8 Skala Likert Merupakan teknik self report bagi pengukuran sikap dimana subjek diminta untuk mengindikasikan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka terhadap masing-masing pernyataan.Skala likert adalah salah satu teknik pengukuran sikap yang paling sering digunakan dalam riset pemasaran (Priyono, 2008).
2.9 Analisa SWOT Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk merencanakan sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT adalah sebuah singkatan dari, S adalah STRENGTH atau Kekuatan, W adalah WEAKNESS atau Kelemahan, O adalah OPPORTUNITY atau Kesempatan, dan T adalah THREAT atau Ancaman.
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.1 Metode Penelitian
3.2 Langkah-Langkah Penelitian 1. Pendahuluan Langkah pertama adalah melakukan observasi lapangan dan wawancara dengan pihak perusahaan untuk menemukan masalah yang sedang terjadi di PT PLN Area Bintaro.
Selain itu, dengan observasi dan wawancara, data-data yang dibutuhkan juga dapat diperoleh untuk melaksanakan pengolahan data.
2. Identifikasi Masalah Setelah melakukan observasi lapangan dan wawancara dengan pihak perusahaan, berikutnya adalah membuat identifikasi masalah. Identifikasi masalah yang diperoleh adalah PT PLN Area Bintaro belum mengetahui perspektif mana yang diprioritaskan untuk dapat melakukan perbaikan pada perspektif tersebut sehingga kedepannya permasalahan yang dihadapi pihak maintenance terkait dengan perspektif yang rendah dapat diatasi.
3. Menentukan dan Mempelajari Teori Dasar yang Mendukung Berikutnya adalah menentukan dan mempelajari teori yang digunakan untuk permasalahan yang digunakan. Metode yang digunakan adalah metode Maintenance Scorecard (MSC), Analytic Network Process (ANP), dan Diagram Fishbone. Untuk perangkat lunak yang digunakan untuk mendukung metode tersebut adalah Super Decision dan SmartPLS.
4. Pengumpulan Data Berikutnya adalah melakukan pengumpulan data untuk melakukan pengolahan data dengan melakukan wawancara langsung dengan ahli di bagian Maintenance langsung tentang key performance indicator perusahaan, indikator kinerja perusahaan, Apabila data yang dibutuhkan sudah cukup, maka pengolahan data dapat dilakukan.
5. Pengolahan Data Setelah dilakukan pengumpulan data, berikutnya adalah melakukan pengolahan data dari data-data yang sudah dikumpulkan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode Maintenance Scorecard untuk mengetahui bobot KPI, kemudian Analytic Network Process untuk mengetahui perspektif yang diprioritaskan, serta Diagram Fishbone untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perspektif tersebut menjadi prioritas.
6. Analisis dan Pembahasan Setelah diperoleh hasil dari pengolahan data, berikutnya adalah menganalisis mengenai prioritas dari tiap perspektif berdasarkan perhitungan ANP dan faktor- faktor yang mempengaruhi perspektif tersebut menjadi prioritas.
7. Kesimpulan dan Saran Setelah analisa dilakukan, langkah selanjutnya adalah menulis kesimpulan dan sarandari rumusan masalah yang ada. Tujuan dari penulisan saran adalah untuk memperbaiki kinerja dari perushaan serta memberi masukan yang akan menjadi pertimbangan oleh pihak perusahaan.
4. HASIL DAN BAHASAN Hasil yang diperoleh pada proses perancangan maintenance scorecard adalah rancangan kerangka maintenance scorecard berupa scorecard dari Key Performance Indicator (KPI) pada tiap perspektif. Berikut contoh dokumentasi rancangan kerangka maintenance scorecard di PT. PLN (Persero) Distribusi Area Bintaro yang diambil dari perspektif productivity. Tabel 4.1 Dokumentasi Maintenance Scorecard pada Productivity No
Area Kinerja Utama
Key Performance Indicator
Target
1
Bencana Alam
Jumlah bencana alam yang terjadi dalam setahun
zero accident
2
Lingkungan kerja terhadap sistem
Pengaruh sistem terhadap lingkungan kerja
Mempengaruhi lingkungan kerja
3
Peraturan dari pemimpin
Peraturan pemimpin yang berpengaruh dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
Mempengaruhi lingkungan kerja
4
Program Training
Manfaat program training yang diadakan dalam membantu karyawan mengenal lingkungan kerja
Bermanfaat
Sebelum dilakukan perhitungan maintenance scorecard lebih lanjut, dilakukan uji validitas terhadap indikator-indikator yang terdapat pada setiap perspektifnya.Berikut adalah gambar serta hasil dari SmartPLS:
Gambar 4.1 Hasil dari SmartPLS Hasil SmartPLS menunjukkan bahwa dari setiap konstruk yang terkait dengan indikator memiliki nilai lebih dari 0,5. Sedangkan keterkaitan antar konstruk juga memiliki nilai lebih dari 0,5. Dengan begitu, semua variabel dan indikator dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Berikut Skala Likert dari perspektif productivity yang didapatkan dari hasil perhitungan data yang didapatkan dari perusahaan serta kuesioner yang disebarkan. Tabel 4.2 Penilaian kinerja environment berdasarkan skala Likert Key Performance Indicator (KPI)
Cara Perhitungan
Hasil
Bobot
HxB
Perspektif Environment
Bencana Alam
Jumlah bencana alam yang terjadi dalam setahun
3
0,049
0,147
Lingkungan kerja terhadap sistem
Pengaruh sistem terhadap lingkungan kerja
4
0,040
0,160
Peraturan dari pemimpin
Peraturan pemimpin yang berpengaruh dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
4
0,026
0,107
5
0,016
0,084
Program Training
Manfaat program training yang diadakan dalam membantu karyawan mengenal lingkungan
kerja Total
0,133
0,500
Nilai Kinerja Perspektif Environment
3,756
Tabel 4.2 diatas menunjukkan penilaian kinerja yang diberikan berdasarkan skala Likert. Penilaian yang dilakukan berdasarkan hasil perhitungan dan kuesioner yang disebarkan pada indikator tertentu. Tabel 4.3 Matriks perbandingan antar perspektif Perspective
Productivity
Quality
Cost Effectiveness
Safety
Environment
Learning
Productivity
1
2
3
4
5
6
0,5
1
2
3
4
5
Cost Effectiveness
0,33
0,5
1
2
3
4
Safety
0,25
0,33
0,5
1
2
3
0,2
0,25
0,33
0,5
1
2
Learning
0,17
0,2
0,25
0,33
0,5
1
Jumlah
2,45
4,28
7,08
10,83
15,5
21
Quality
Environment
Tahapan berikutnya pada tabel 4.4 adalah perhitungan matriks normalisasi.
Perspective
Productivity
Tabel 4.4 Matriks normalisasi untuk tiap perspektif MSC Cost Quality Safety Environment Effectiveness
Learning
Eigen
Productivity
0,408
0,467
0,424
0,369
0,323
0,286
0,379
Quality
0,204
0,233
0,282
0,277
0,258
0,238
0,249
Cost Effectiveness
0,136
0,117
0,141
0,185
0,194
0,190
0,160
Safety
0,102
0,078
0,071
0,092
0,129
0,143
0,102
Environment
0,082
0,058
0,047
0,046
0,065
0,095
0,065
Learning
0,068
0,047
0,035
0,031
0,032
0,048
0,043
Setelah melakukan perhitungan matriks normalisasi, berikutnya adalah melakukan perhitungan ke dalam supermatriks. Dalam perhitungan supermatriks hasil dirumuskan ke dalam perhitungan weighted dan unweighted yang kemudian dilakukan limitting untuk mendapatkan bobot yang sebenarnya. Tabel 4.5 Matriks Limitting untuk setiap area kinerja utama Area Kinerja Utama
Bobot
Bobot Normalisasi
Biaya Pengadaan Training
0.07864
0.013106
Jam Lembur
0.27206
0.045344
Pengurangan Biaya Maintenance Terkait dengan Sistem Inovasi Monitoring
0.18996
0.031660
Peraturan dari Pemimpin
0.12259
0.020432
Persentase Realisasi Terhadap Perencanaan Anggaran
0.33675
0.056125
Bencana Alam
0.36969
0.049292
Lingkungan Kerja Terhadap Sistem
0.30167
0.040223
Peraturan dari pemimpin
0.20236
0.026982
Program Training
0.12628
0.016837
Adanya Kompetisi untuk Pekerja Operasional dalam Meningkatkan Kinerja
0.30635
0.040847
Pembelajaran Kinerja dari Pemimpin
0.19679
0.026239
Persentase Jumlah kehadiran Pekerja bagian Operasional yang Mengikuti Pelatihan
0.37049
0.049398
Program Seminar dengan Pembicaraan dari luar PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
0.12637
0.016849
Availability
0.31179
0.062359
Fasilitas Penunjang Kinerja Berupa Aplikasi
0.12370
0.024740
Jadwal Training atau Diklat pada PLN Pusat
0.08457
0.016914
Komunikasi Pemimpin Dengan Karyawan
0.05322
0.010643
Persentase Jam Kerja
0.24882
0.049765
Persentase Kehadiran
0.17790
0.035579
Gaya Kepemimpinan
0.07949
0.015897
Jumlah Jadwal Batal
0.18158
0.036315
Kualitas Kinerja
0.05292
0.010583
Kualitas Sistem Penyimpanan Data
0.12208
0.024415
Perubahan Jadwal
0.25194
0.050387
SAIDI (System Average Interruption Duration Index)
0.31201
0.062402
Keamanan Sistem Penyimpanan Data
0.18996
0.031660
Lost Time Injuries
0.27206
0.045344
Program Seminar Terkait dengan Pembahasan Mengenai Safety
0.07864
0.013106
Prosedur dari Pemimpin
0.12259
0.020432
Tingkat Kecelakaan Kerja
0.33675
0.056125 1
Setelah melakukan perhitungan limitting matrix, berikutnya adalah mengalikan bobot yang diperoleh dari bobot normalisasi limitting matrix dengan hasil penilaian KPI berdasarkan skala Likert. Tabel 4.6 Perhitungan kinerja KPI pada perspektif Productivity Key Performance Cara Perhitungan Hasil Bobot HxB Indicator (KPI) Perspektif Productivity
Availability
Jumlah Gardu yang bisa digunakan dibandingkan dengan total jumlah gardu seluruhnya dikali 100%
4
0,062
0,249
Persentase Jam kerja
Jam pekerja yang tersedia dibagi dengan jam Pekerja aktual
3
0,049
0,149
Persentase kehadiran
Jumlah hari kehadiran pekerja dibandingkan dengan jumlah ketersediaan
4
0,035
0,142
Fasilitas Penunjang Kinerja Berupa Aplikasi
Jumlah fasilitas penunjang kinerja berupa aplikasi yang digunakan oleh pekerja maintenance
2
0,024
0,049
Komunikasi pemimpin dengan karyawan
Pengaruh akses komunikasi karyawan terhadap pemimpin
4
0,010
0,042
Jadwal Training atau Diklat Pada PLN Pusat
Jumlah training per karyawan per tahun
2
0,016
0,033
0,2
0,667
Total Nilai Kinerja Perspektif Productivity
3,334
Tabel diatas merupakan contoh perhitungan KPI pada salah satu perspektif .Pada tiap perspektif perlu dilakukan perhitungan untuk mendapatkan hasil keseluruhan.
Tabel 12. Hasil pengukuran kinerja keseluruhan Perspektif Nilai Bobot N×B Productivity
3,334
0,379
1,264
Quality
4,189
0,249
1,043
Cost Effectiveness
4,798
0,16
0,768
Safety
3,991
0,102
0,407
Environment
3,756
0,065
0,244
4
0,043
0,179
Learning
Diagram Fishbone pada Perspektif Productivity Berdasarkan hasil perhitungan maintenance scorecard dan ANP, diperoleh nilai productivity yang paling besar.
Gambar 4.3 Diagram Fishbone
4.7 Solusi Dalam Meningkatkan Kinerja Maintenance Aplikasi monitoring merupakan solusi dalam meningkatkan kinerja maintenance. Berikut aplikasi yang diusulkan dalam penelitian ini : 1. Tampilan Menu Awal 2.Tampilan Menu Inspeksi Trafo
Gambar 4.4 Tampilan Menu Awal
Gambar 4.5 Menu Inspeksi Trafo
Selanjutnya, di dalam menu monitoring terdapat Menu Inspeksi Trafo, Menu Analisis Rekomendasi, Menu Input SPK, dan Menu Monitoring Tindak Lanjut.
4.8 Analisa Pembahasan 4.8.1 Analisa Perhitungan Maintenance Scorecard dan Analytic Network Process Dari hasil perhitungan diperoleh nilai productivity sebesar 1.264, cost effectiveness sebesar 1.043, safety sebesar 0.768, quality sebesar 0.407, environment 0.244, dan learning sebesar 0.179.
4.8.2 Analisa Faktor-Faktor dalam Productivity
Berdasarkan hasil analisa dan wawancara kepada pimpinan divisi maintenance, diperoleh faktorfaktor yang mempengaruhi kegiatan dalam productivity antara lain: a. Manusia: Penyebab yang mempengaruhi manusia dalam meningkatkan productivity yaitu tingkat stress dan tekanan tinggi, serta pendapatan yang tidak sesuai. b. Sistem: Saat ini sistem yang ada di bagian maintenance masih menggunakan sistem secara manual dalam melakukan input data, sehingga terkadang sering terjadinya kesalahan dalam kegiatan maintenance di dalamnya c. Material: saat ini maintenance sering mengalami out of material stock. Hal tersebut dapat menghambat kegiatan productivity dalam maintenance.
4.8.3 Analisis SmartPLS Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, diketahui bahwa semua variabel mempunyai keterkaitan satu sama lain serta memiliki nilai antar variabel, yaitu Variabel P berpengaruh terhadap Variabel L. Nilainya adalah 0.633,Variabel L berpengaruh terhadap Variabel I. Nilainya adalah 0.621,Variabel P berpengaruh terhadap Variabel OL. Nilainya adalah 0.785,dan Variabel OL berpengaruh terhadap Variabel I. Nilainya adalah 0.588.
5. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan: Berikut adalah kesimpulan yang didapat setelah melakukan perhitungan dan analisis data: 1.
Perspektif yang diprioritaskan adalah perspektif productivity, dikarenakan perspektif productivity memiliki bobot yang paling tinggi dibandingkan dengan perspektif-perspektif lainnya dengan nilai sebesar 1,264, serta diikuti dengan quality 1,043, safety 0,768, quality 0,407, environment 0,244, dan learning 0,179.
2.
Faktor-faktor yang menyebabkan productivity menjadi prioritas utama untuk diperbaiki Pertama adalah manusaia yang disebabkan adanya stress dan tekanan tinggi lalu yang kedua adalah system dimana sistem pda perusahaan masih menggunakan sistem input data secara manual pada divisi maintenance. Dan yang terakhir adalah material dimana perushaan sering mengalami kehabisan stok.
Saran: 1.
Pihak PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Area Bintaro sebaiknya mengimplementasikan penilaian kinerja tersebut dalam menjalankan serta mengevaluasi kinerja unit dan korporat. Keuntungan yang didapat oleh perusahaan yaitu perusahaan dapat mengetahui sejauh mana keefektifan dan keoptimalan dalam kegiatan terkait dengan strategi maintenance. Tentunya aka nada resiko yang dihadapi perusahaan yaitu biaya untuk mengadakan program yang menunjang kegiatan yang ada didalam maintenance scorecard.
2.
PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Area Bintaro sebaiknya melakukan perbaikan dari faktor- faktor yang menyebabkan productivity menjadi prioritas utama untuk diperbaiki, berikut faktor-faktor tersebut : Pertama adalah material dimana perlu adanya forecasting material dalam menangani terjadinya kekurangan stock.Kedua yaitu faktor manusia dimana perlu adanya fasilitas tambahan yang dpat dimanfaatkan karyawan dan Ketiga yaitu Sistem dimana perlu adanya perlu adanya suatu system monitoring yang berbasis teknologi yang dapat memudahkan pekerja dalam melakukan input data serta pengontrolan terhadap aset-aset PLN yang sudah diperbaiki. Benefitnya yaitu perusahaan mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan productivity menjadi prioritas untuk diperbaiki dan terpenuhinya target perusahaan sebesar 85 %. Tentunya resiko yang dihadapi perusahaan yaitu yaitu dibutuhkannya biaya yang besar dalam menyewa tenga ahli, fasilitas, dan aplikasi monitoring.
3.
PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Area Bintaro sebaiknya melakukan pembaharuan terhadap sistem yang digunakan dalam melakukan input data. Benefit yang didapat yaitu aplikasi monitoring, perusahaan dapat mengurangi tingkat pemadaman yang pada sebelumnya 3 kali perbulan, menjadi 1 kali per bulan. Dari sisi pengguna, asisten manajer distribusi dapat melakukan tindakan secara tepat terhadap maintenance dalam gardu sedangkan resiko yang dihadapi yaitu Perlu adanya penyesuaian sistem kepada pegawai terhadap aplikasi monitoring dan adanya biaya maintenance dari aplikasi tersebut.
REFERENSI Arikunto, P.D. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bilsel, R. U., & Lin, D. K. J. (2012) Ishikawa Cause and Effect Diagrams Using Capture Recapture Techniques. Quality Technology of Quantitative Management Mather, D. (2005). The Maintenance Scorecard Creating Strategic Advantage. New York: Industrial Press. Mondiani, T. (2012). Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT PLN (Persero) UPJ Semarang. Universitas Diponegoro. Priyono, U. (2008). Perancangan Pengukuran Kinerja Manajemen Pemeliharaan Dengan Metode Maintenance Scorecard Pada Departemen Maintenance Di Perusahaan Komponen Mobil. Depok: Universitas Indonesia Saaty, T.L. (2008). The Analytic Network Process. University of Pittsburgh. Wiyono, G. (2011). Merancang Penelitian Bisnis Dengan Alat Analisis SPSS 17.0 & SmartPLS 2.0. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN. Wireman, T. (2005). Developing Performance Indicators for Managing Maintenance. Paperback.
RIWAYAT PENULIS Dewi Fatimah Zahra lahir di Jakarta pada tanggal 09 Maret 1993. Ia menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam bidang Teknik Industri pada 2014. Nova Pangastuti lahir di Jakarta pada tanggal 25 November 1992. Ia menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam bidang Teknik Industri pada 2014. Rizal H. Kartowisastro lahir di Jakarta pada tanggal 04 September 1992. Ia menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam bidang Teknik Industri pada 2014.